BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Teori 2.1.1 Teori Pesinyalan (Signalling Theory) Teori ini menekankan pada pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar perusahaan. Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan. Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi. Menurut Jogiyanto (2000: 392), informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan signal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi, sehingga kelengkapan pengungkapan laporan keuangan sangat berhubungan dengan pengambilan keputusan investasi dari pihak luar perusahaan. Pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima informasi tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan dan menganalisis informasi tersebut sebagai signal baik (good news) atau signal buruk (bad news). Jika pengumuman informasi tersebut sebagai signal baik bagi investor, maka terjadi perubahan dalam volume perdagangan saham. Salah satu jenis informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan yang dapat menjadi signal bagi pihak di luar perusahaan, terutama bagi pihak investor 11 adalah laporan tahunan. Informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan dapat berupa informasi akuntansi yaitu informasi yang berkaitan dengan laporan keuangan dan informasi non-akuntansi yaitu informasi yang tidak berkaitan dengan laporan keuangan. Laporan tahunan hendaknya memuat informasi yang relevan dan mengungkapkan informasi yang dianggap penting untuk diketahui oleh pengguna laporan baik pihak dalam maupun pihak luar. Semua investor memerlukan informasi untuk mengevaluasi risiko relatif setiap perusahaan sehingga dapat melakukan diversifikasi portofolio dan kombinasi investasi dengan preferensi risiko yang diinginkan. Jika suatu perusahaan ingin sahamnya dibeli oleh investor maka perusahaan harus melakukan pengungkapan laporan keuangan secara terbuka dan transparan. 2.1.2 Laporan Keuangan Perusahaan 1) Definisi Laporan Keuangan. Laporan keuangan (financial statements) adalah hasil dari proses akuntansi yang disajikan dan menjadi tanggung jawab manajemen, dimana pada laporan tersebut berisi informasi keuangan dari seluruh kegiatan bisnis organisasi yang menjelaskan mengenai kondisi suatu perusahaan dan sebagai alat komunikasi antara data keuangan dan kinerja manajemen dengan pihak internal, pemegang saham, kreditor, Bapepam, serta pihak-pihak lain yang berkepentingan Laporan keuangan disusun dan disajikan sekurang-kurangnya satu tahun sekali untuk memenuhi kebutuhan sejumlah besar pemakai. Informasi laporan keuangan menjadi sebuah keputusan penting oleh para pemakai ataupun yang berkepentingan (stakeholders) dalam 12 mengambil keputusan bisnis. 2) Tujuan laporan keuangan. Menurut PSAK No. 1 paragraf 05 (IAI, 2007) tujuan umum laporan adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan manajemen atas penggunaan pertanggungjawaban sumber-sumber daya (stewardship) yang akan dipercayakan kepada mereka. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, suatu laporan keuangan menyajikan informasi mengenai perusahaan yang meliputi aktiva, kewajiban, ekuitas, pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian serta arus kas. Dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan bertujuan memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna walaupun laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian di masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non keuangan. 3) Elemen-elemen laporan keuangan. Perusahaan wajib menyusun laporan keuangan yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan ekuitas pemilik, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan. a) Neraca adalah suatu daftar sistematis mengenai aktiva, kewajiban, dan ekuitas pemilik pada tanggal tertentu. Tanggal yang 13 digunakan biasanya pada akhir bulan, akhir triwulan atau akhir tahun. b) Laporan Laba Rugi adalah suatu laporan yang memberi ikhtisar pendapatan, beban dan laba (rugi) yang diperoleh perusahaan selama periode waktu tertentu, misalnya sebulan atau setahun. c) Laporan Ekuitas Pemilik adalah suatu ikhtisar perubahan ekuitas pemilik yang terjadi selama periode waktu tertentu, misalnya sebulan atau setahun. d) Laporan Arus Kas adalah suatu ikhtisar penerimaan kas dan pembayaran kas atau laporan yang menggambarkan arus masuk dan arus keluar kas atau setara kas selama periode waktu tertentu, misalnya sebulan atau setahun. e) Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting, informasi yang diwajibkan dalam PSAK tetapi tidak disajikan di neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas, informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi diperlukan dalam rangka penyajian secara wajar. Catatan atas laporan keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan. 14 2.1.3 Pengungkapan Laporan keuangan 1) Pengertian pengungkapan laporan keuangan Pengungkapan pelaporan keuangan diatur oleh FASB (Financial Accounting Standards Board) untuk kepentingan investor, kreditor, dan pihak lain dalam pengambilan keputusan investasi dan kredit. Pihak pemakai memerlukan berbagai informasi yang relevan dan bermanfaat. FASB mengidentifikasi lingkup informasi yang dipandang bermanfaat untuk pengambilan keputusan investasi dan kredit sebagai berikut : (1) Laporan keuangan (financial statements). (2) Catatan atas laporan keuangan (notes to financial statements). (3) Informasi pelengkap (supplementary information). (4) Sarana pelaporan keuangan lain (other means of financial reporting). (5) Informasi lain (other information). Pengungkapan adalah mengkomunikasikan atau menjelaskan informasi tentang posisi keuangan perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Pengungkapan mengandung arti luas bahwa laporan keuangan harus memberikan informasi dan penjelasan yang cukup mengenai hasil aktivitas suatu unit kondisi keuangan perusahaan kepada pihak-pihak eksternal atau pengguna laporan usaha. Informasi yang diungkap harus lengkap, jelas dan dapat menggambarkan secara tepat mengenai kejadian-kejadian ekonomi yang berpengaruh terhadap hasil operasi unit usaha tersebut. Informasi yang diungkapkan harus berguna dan tidak membingungkan pemakai laporan keuangan dalam membantu pengambilan keputusan ekonomi. Berapa banyak informasi yang harus diungkapkan tidak hanya tergantung pada keahlian pembaca, tetapi juga pada 15 standar yang dibutuhkan. Dikutip dari Choi (2005) dalam praktik pelaporan dan pengungkapan menyatakan aturan pengungkapan di seluruh dunia berbeda-beda, namun sebagian besar negara mengharuskan perusahaan umum untuk menyedia informasi laporan keuangan secara sukarela sesuai dengan poin berikut ini : (1) Pengungkapan Informasi untuk masa depan Contoh informasi yang mencakup kategori ini adalah: (a) Perkiraan pendapatan, laba rugi, arus kas, pengeluaran modal, dan hal keuangan lainnya; (b) Tujuan informasi mengenai kinerja dan posisi ekonomi masa depan; (c) Laporan program dan sasaran manajemen untuk usaha masa depan. (d) Tujuan utama investor dan analis tersebut adalah menilai pendapatan dan arus kas di masa depan. (2) Pengungkapan Segmen Permintaan investor dan analis akan informasi mengenai hasil operasi dan keuangan per segmen industri tergolong signifikan dan semakin meningkat. Standar Pelaporan Keuangan Internasional (IFRS) juga membahas pelaporan segmen yang sangat mendetail. Laporan ini membantu para pengguna laporan keuangan untuk memahami secara lebih baik bagaimana bagian-bagian dalam suatu perusahaan berpengaruh terhadap keseluruhan perusahaan. (3) Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Saat ini perusahaan dituntut untuk menunjukkan rasa tanggung jawab kepada sekelompok besar yang disebut sebagai pihak-pihak yang berkepentingan, karyawan, pelanggan, pemasok, pemerintah, kelompok 16 aktivis, dan masyarakat umum. Informasi mengenai kesejahteraan karyawan telah menjadi perhatian bagi organisasi buruh. Bidang permasalahan yang yang menjadi perhatian terkait dengan kondisi kerja, keamanan pekerjaan, kesetaraan dalam kesempatan, keanekaragaman angkatan kerja dan tenaga kerja anak-anak. Pengungkapan karyawan juga diminati oleh para investor karena memberikan masukan berharga mengenai hubungan kerja, biaya, dan produktivitas perusahaan. (4) Pengungkapan Khusus Bagi Pengguna Laporan Keuangan Non-domestik Laporan khusus untuk mengakomodasi pengguna laporan keuangan nondomestik meliputi (a) Informasi keuangan ke dalam mata uang asing. (b) Pembahasan perbedaan antara prinsip akuntansi yang digunakan dengan beberapa ketetapan prinsip akuntansi lainnya. (c) Pengungkapan informasi keuangan dalam bahasa utama. Banyak perusahaan yang tidak melakukan penerjemahan laporan tahunan dari bahasa negara asal ke dalam bahasa Inggris. (5) Pengungkapan Pengelolaan Perusahaan Tata kelola perusahaan berhubungan dengan alat-alat internal yang digunakan untuk menjalankan dan mengendalikan sebuah perusahaan – tanggung jawab, akuntabilitas dan hubungan di antara para pemegang saham, anggota dewan dan para manajer yang dirancang untuk mencapai tujuan perusahaan. Masalah-masalah tata kelola perusahaan antara lain meliputi hak dan perlakuan kepada pemegang saham, tanggung jawab dewan, pengungkapan dan transparansi dan peranan pihak-pihak yang berkepentingan. Praktik tata 17 kelola perusahaan semakin mendapat perhatian dari para regulator, investor dan analis. (6) Pengungkapan dan Laporan Bisnis di Internet World Wide Web semakin banyak digunakan sebagai saluran penyebaran informasi, dimana media cetak sekarang memainkan peranan sekunder. Bahasa Pelaporan Usaha (Extensible Business Reporting Language – XBRL) merupakan tahap awal revolusi pelaporan keuangan. Bahasa komputer ini dibangun ke dalam hampir seluruh software untuk pelaporan akuntansi dan keuangan yang akan dikeluarkan di masa depan, dan kebanyakan pengguna tidak perlu lagi mempelajari bagaimana mengolahnya sehingga secara langsung dapat menikmati manfaatnya. 2) Konsep pengungkapan laporan keuangan. Terdapat tiga konsep pengungkapan laporan keuangan yang di kutip menurut Harapan (2007) : (1) Pengungkapan cukup (Adequate Disclosure) yaitu pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh peraturan yang berlaku. (2) Pengungkapan wajar (Fair Disclosure). Pengungkapan yang wajar secara tidak langsung merupakan tujuan etis agar memberikan perlakuan yang sama kepada semua pengguna laporan keuangan, menyediakan informasi yang layak terhadap pembaca potensial. (3) Pengungkapan penuh (Full Disclosure). Pengungkapan penuh menyangkut kelengkapan penyajian informasi yang diungkapkan secara relevan. Bagi beberapa pihak pengungkapan secara penuh diartikan sebagai penyajian informasi yang berlebihan dan karena itu tidak bisa disebut layak. Dampak negatif dari pengungkap penuh adalah 18 tersebarnya informasi penting yang berkaitan dengan strategi bisnis dan rencana perusahaan. 3) Jenis- jenis pengungkapan. Pengungkapan Informasi pada laporan keuangan dalam hubungannya dengan persyaratan yang ditetapkan standar dikelompokan menjadi dua jenis pengungkapan, yaitu : (1) Pengungkapan Wajib (mandatory disclosure) Pengungkapan wajib merupakan pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh standar akuntansi yang berlaku. Jika perusahaan tidak bersedia untuk mengungkapkan informasi secara sukarela, pengungkapan wajib akan memaksa perusahaan untuk mengungkapkannya. Luas pengungkapan wajib tidak sama antara negara yang satu dengan negara yang lain. Negara maju dengan regulasi yang lebih baik akan mensyaratkan pengungkap minimum atas lebih banyak butir dibandingkan dengan yang disyaratkan negara berkembang. (2) Pengungkapan Sukarela (voluntary disclosure) Pengungkapan sukarela merupakan pengungkapan butir-butir yang dilakukan sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh peraturan atau standar yang berlaku. Meskipun semua perusahaan publik diwajibkan memenuhi pengungkapan minimum, mereka berbeda secara substansial dalam hal jumlah tambahan informasi yang diungkap ke pasar modal. Salah satu cara meningkatkan kredibilitas perusahaan adalah melalui pengungkapan sukarela secara lebih luas dan membantu investor dalam memahami strategi bisnis manajemen. Berdasarkan penjelasan tersebut menunjukkan bahwa pengungkapan sukarela dapat mengurangi asimetri informasi antara partisipan pasar. Kredibilitas dan 19 reabilitas merupakan hal utama yang menjadi perhatian dalam pengungkapan informasi secara sukarela, akan tetapi tidak semua perusahaan bersedia mengungkapkan laporan keuangannya secara penuh karena dikhawatirkan dapat mengaburkan informasi serta menyesatkan pengguna sehingga dapat berakibat pda kegagalan pasar. Oleh karena itu hanya sebagian perusahaan yang bersedia melakukan pengungkapkan secara sukarela. Tujuan pengungkapan menurut Belkaouli (2000:219) antara lain: (a) Untuk menjelaskan item-item yang diakui dan item-item yang belum menyediakan ukuran yang relevan bagi item-item tersebut . (b) Untuk menyediakan informasi dan item-item yang potensial untuk diakui dan yang belum diakui bagi investor dan kreditor dalam menentukan risiko, dan returnnya . (c) Untuk menyediakan informasi mengenai aliran kas masuk dan keluar di masa mendatang. 4) Perhitungan tingkat pengungkapan Kelengkapan pengungkapan laporan keuangan suatu perusahaan tidak bersifat statis, tetapi meningkat sejalan dengan perkembangan pasar modal dan sosial di negara bersangkutan. Dalam menghitung tingkat disclosure, peneliti menggunakan index of disclosure methodology, seperti index Wallace. Dengan sistem scoring yaitu pemberian nilai untuk setiap item pengungkapan laporan keuangan yang harus diungkapkan oleh setiap perusahaan, dimana jika suatu item diungkapkan diberi nilai satu dan jika tidak diungkapkan akan diberi nilai nol. Lalu dari skor yang diperoleh pada setiap sample perusahaan dijumlahkan untuk mendapatkan skor total. Scoring ini perlu dilakukan untuk mempermudah proses pengukuran tingkat disclosure setiap 20 perusahaan. Setelah mendapatkan total skor dari tiap item pengungkapan. Selanjutnya akan dihitung indeks kelengkapan pengungkapan laporan keuangan dengan rumus indeks Wallace. indeks Wallace : x 100 % keterangan indeks: n adalah jumlah item yang diungkapkan oleh perusahaan k adalah jumlah item yang seharusnya diungkapkan Semakin banyak item yang diungkapkan oleh perusahaan, semakin banyak pula angka indeks yang diperoleh perusahaan tersebut. Perusahaan dengan angka indeks yang lebih tinggi menunjukkan bahwa perusahaan tersebut melakukan praktik pengungkapan secara lebih komprehensif dibandingkan perusahaan lain. 2.1.4 Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan Pengungkapan informasi keuangan di Indonesia diatur oleh BAPEPAM dalam Surat Edaran Kertas Bapepam No.SE-02/PM/2002 tanggal 27 Desember 2002. Pedoman ini dimaksudkan untuk memberikan suatu panduan penyajian dan pengungkapan yang terstandarisasi dengan menjabarkan poin-poin yang harus diungkap oleh perusahaan dengan mendasar pada prinsip-prinsip pengungkapan penuh (full disclosure) sehingga dapat memberikan kualitas informasi keuangan bagi para pengguna. Poin pengungkapan wajib terdapat dalam halaman lampiran. 2.1.5 Rasio Keuangan 21 Rasio keuangan adalah kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya. Rasio keuangan ini hanya menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya, baik dalam satu periode maupun beberapa periode. Hasil rasio keuangan dapat digunakan untuk menilai kinerja manajemen dalam suatu periode apakah telah mencapai target yang ditetapkan. Kemudian juda dapat dinilai kemampuan manajemen dalam memperdayakan sumber daya perusahaan secara efektif, 2.1.6 Rasio Likuditas Rasio likuiditas digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendek dengan menggunakan aktiva lancar. Semakin tinggi rasio likuiditas maka semakin tinggi kemampuan perusahaan membayar hutang-hutang jangka pendeknya. Di kutip dari hasil penelitian sebelumnya oleh Cooke (1989), menunjukkan bahwa rasio likuiditas (diukur dengan current ratio) mempunyai hubungan positif dengan luasnya tingkat pengungkapan. Kondisi perusahaan yang sehat, dapat ditunjukkan dengan tingkat likuiditas yang tinggi, dan berhubungan dengan pengungkapan yang lebih luas. Jika likuiditas dipandang sebagai ukuran kinerja, perusahaan yang mempunyai rasio likuiditas rendah perlu memberikan informasi yang lebih rinci untuk menjelaskan rendahnya kinerja dibanding perusahaan yang mempunyai rasio likuiditas yang tinggi. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan rasio lancar (current ratio) untuk menguji hipotesis peneliti. Karena kesehatan suatu perusahaan dicerminkan dengan 22 tingginya rasio likuiditas yang diukur dengan rasio lancar akan berhubungan dengan kelengkapan tingkat pengungkapan. Hal tersebut didasarkan pada ekspektasi bahwa perusahaan yang secara keuangan kuat, akan cenderung untuk mengungkapkan lebih banyak informasi. Berikut adalah penjelasan dari rasio lancar : Rasio Lancar (Current Ratio) Rasio ini menunjukkan sejauh mana aktiva lancar dapat digunakan untuk menutupi kewajiban jangka pendek. Rasio lancar (current ratio) dapat dijadikan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat keamanan (margin of safety) suatu perusahaan. Komponen aktiva lancar (current assets) terdiri dari kas, surat berharga, piutang, persediaan, biaya dibayar dimuka dan aktiva lancar lainnya. Komponen hutang lancar (current liabilities) terdiri dari hutang dagang, wesel bayar jangka pendek, hutang jangka panjang yang segera jatuh tempo, pajak yang belum dibayar (accrued), biaya diterima di muka dan biaya-biaya yang belum dibayar (accrued) lainnya. Semakin tinggi rasio lancar (current ratio) maka semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar hutang/kewajibannya. Rasio lancar dapat dihitung dengan rumus berikut: Rasio Lancar = 2.1.7 Rasio leverage Rasio leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio leverage (leverage ratio) digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dilikuidasi. 23 Perusahaaan dikatakan solvabel jika total aktivanya lebih besar dari total kewajibannya. Selain itu, rasio ini dapat menunjukan tingkat resiko tak tertagihnya suatu utang. Teori keagenan (Agency Theory) memprediksi bahwa perusahaan dengan rasio leverage yang lebih tinggi memiliki kewajiban untuk melakukan kelengkapan pengungkapan laporan keuangan yang lebih komprehensif daripada perusahaan dengan rasio leverage (leverage ratio) yang rendah, hal ini dikarena biaya keagenan perusahaan berasio leverage lebih tinggi memiliki struktur modal yang lebih tinggi juga. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan rasio hutang (debt to asset ratio) untuk mengukur tingkat leverage terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Alasan peneliti memilih rasio hutang sebagai variable bebas karena tingkat dari rasio hutang mempengaruhi pengungkapan laporan keuangan perusahaan yang mana informasi tersebut menjadi tuntutan dari kreditor untuk meyakinkan bahwa debitor dapat memenuhi kewajibannya saat jatuh tempo, sehingga pihak perusahaan (debitor) diharap dapat memberi informasi yang lebih komprehensif. Berikut adalah penjelasan mengenai rasio hutang. Rasio Hutang (Debt Ratio/Debt to Assets Ratio) Rasio hutang mengukur besarnya total aktiva yang dibiayai kreditor perusahaan. Semakin tinggi rasio hutang menggambarkan semakin banyak uang kreditor yang digunakan perusahaan untuk pengelolaan aktiva dalam menghasilkan laba. Maka, semakin tinggi rasio hutang maka semakin besar risiko keuangan, semakin rendah rasio hutang berarti semakin rendah risiko keuangan (Horne dan Wachowicz, 1997). Rasio hutang (debt ratio/debt to assets ratio) dapat dihitung dengan 24 menggunakan rumus: Rasio Hutang = 2.1.8 Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba. Semakin tinggi rasio profitabilitas, berarti semakin tinggi kemampuan perusahaan memperoleh laba dan semakin baik kinerja perusahaannya. Para investor lebih menyukai perusahaan dengan rasio profitabilitas yang tinggi karena investor beranggapan dengan rasio profitabilitas yang tinggi, perusahaan mampu memberikan pengembalian investasi yang tinggi sehingga perusahaan melakukan kelengkapan pengungkapan laporan keuangan lebih komprehensif untuk meyakinkan investor. Pada penelitian ini, Peneliti menggunakan laba bersih atas penjualan (net profit margin on sales) untuk mengukur tingkat profitabilitas terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Rasio ini dipilih karena peneliti ingin melakukan pengukuran atas laba bersih perusahaan, karena perusahaan dengan laba tinggi yang ditunjukkan dengan rasio profitabilitas akan melakukan pengungkapan laporan keuangan yang lebih komprehensif. Berikut ini adalah penjelasan mengenai Rasio laba bersih atas penjualan: Laba bersih atas penjualan ( Net Profit Margin on sales) Profit marjin menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio ini bisa diinterpretasikan juga sebagai kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya (ukuran efisiensi) pada periode tertentu (Hanafi dan Halim 2000:84). Rendahnya laba bersih atas penjualan (net profit margin on sales) tidak menunjukkan adanya masalah operasi, tetapi hanya 25 perbedaan dalam strategi pembiayaan dan perusahaan dengan laba bersih atas penjualan (net profit margin on sales) yang rendah akan memiliki tingkat pengembalian yang tinggi kepada pemegang saham jika menggunakan leverage (Brigham dan Houston 2001). Rasio laba bersih atas penjualan (net profit margin on sales) dapat dihitung dengan menggunakan rumus: Laba bersih atas penjualan = 2.1.9 Rasio Pertumbuhan Rasio pertumbuhan merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan posisi ekonominya ditengah pertumbuhan perekonomian dan sektor usahanya. Dalam rasio pertumbuhan, yang dianalisis adalah pertumbuhan aset, pertumbuhan penjualan, laba bersih, pendapatan per saham, dan dividen per saham. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan rasio pertumbuhan aset dan rasio pertumbuhan penjualan sebagai variabel bebas penelitian. Rasio pertumbuhan aset (Asset Growth) Asset adalah aktiva yang digunakan dalam aktivitas operasional perusahaan. Semakin besar asset diharapkan semakin besar hasil operasional yang dihasilkan oleh perusahaan. Peningkatan asset yang diikuti peningkatan hasil operasi akan semakin menambah kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan. Dengan meningkatnya kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan, maka pengungkapan informasi yang lebih luas harus mampu perusahaan berikan untuk menjamin dana para kreditor. Rasio pertumbuhan aset (asset growth) dapat diukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Asset Growth = 26 Rasio pertumbuhan penjualan (Sales Growth) Perusahaan dengan pertumbuhan penjualan dan laba yang tinggi cenderung menggunakan hutang sebagai sumber pendanaan eksternal dibandingkan dengan perusahaan dengan tingkat pertumbuhan penjualan yang rendah. Dengan pengungkapan informasi keuangan atas penjualan dan hutang, perusahaan dapat menjamin para kreditor bahwa dana mereka diputar dalam aktivitas penjualan dan menghasilkan laba yang wajar. Hal ini mendasari bahwa terdapat pengaruh antara pertumbuhan penjualan dengan pengungkapam laporan keuangan. Pertumbuhan penjualan dapat diukur dengan perbandingan pos penjualan tiap tahunnya. Berikut ini adalab rumus perhitungannya: Sales Growth = 2.1.10 Ukuran perusahaan Definisi dari ukuran perusahaan menurut Riyanto (1999:313), yaitu: ’’ besar kecilnya perusahaan dilihat dari besarnya nilai equity, nilai penjualan atau nilai total aktiva’’. Sesuai dengan ketentuan BAPEPAM No. 11/PM/1997 yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan dapat dihitung berdasarkan total asset yang dimiliki perusahaan. Maka untuk pengujian pada variabel ini peneliti menggunakan total asset yang dimiliki perusahaan, karena total aktiva perusahaan bernilai milyaran rupiah maka perlu dilakukan penyederhanaan dengan mentransformasikannya kedalam logaritma natural, sehingga ukuran perusahaan dapat dihitung dengan rumus berikut: Firm Size = Log Total Asset 2.1.11 Umur Perusahaan 27 Umur perusahaan merupakan rentang waktu sejak first issue di BEI sampai dengan tahun penelitian. Perusahaan yang berumur lebih tua memiliki lebih banyak pengalaman dan kemampuan dalam mempublikasikan laporan keuangan karena sudah mengerti akan kebutuhan informasi seperti apa yang dibutuhkan oleh pengguna laporannya sehingga perusahaan akan lebih luas dalam melakukan pengungkapan laporan keuangan. Siklus hidup perusahaan secara eksplisit mempunyai tujuan jangka panjang yaitu dapat menghasilkan keuntungan finansial dan menunjukkan kinerja perusahaan. Umur perusahaan dapat diukur pengaruhnya dalam kelengkapan pengungkapan laporan keuangan dengan rumus berikut. UMUR = Tahun First Issue – periode penelitian 2.2 Kerangka konseptual dan Hipotesis penelitian 2.2.1 Kerangka konseptual penelitian Kerangka konseptual merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan sebagai masalah penting. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan rasio Likuiditas, Leverage, Profitabilitas, pertumbuhan perusahaan, umur perusahaan dan ukuran perusahaan sebagai variabel independen sedangkan variabel dependennya adalah kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Berdasarkan latar belakang masalah dan tujuan penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dibuat kerangka konseptual sebagai berikut. Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 28 Laporan Keuangan Perusahaan Pertambangan Batu Bara di Indonesia Rasio Likuditas (CR) Rasio Leverage (DR) Rasio profitabilitas (NPM) Kelengkapan pengungkapan laporan keuangan Rasio pertumbuhan aset (AG) Rasio pertumbuhan penjualan (SG) Ukuran Perusahaan (SIZE) Umur Perusahaan (AGE) Likuditas menunjukkan tingginya tingkat kemampuan perusahaan dalam memenuhi hutang jangka pendeknya, sehingga mencerminkan perusahaan dalam kondisi yang sehat. Rasio likuiditas yang tinggi akan berhubungan dengan tingkat pengungkapan yang tinggi. 29 Leverage menunjukkan proporsi pendanaan perusahaan yang dibiayai dengan utang. Leverage yang baik ditunjukan jika total total aktivanya lebih besar dari total kewajibannya. Besarnya rasio hutang dapat mempengaruhi pengungkapan laporan keuangan perusahaan yang mana informasi tersebut menjadi tuntutan dari kreditor. Profitabilitas yang tinggi sangat dikehendaki oleh investor. Karena perusahaan dengan laba tinggi yang ditunjukkan dengan rasio profitabilitas akan melakukan pengungkapan laporan keuangan yang lebih komprehensif. Hasil penelitian Mohamed Hisham Haniffa and Hafiz-Madji AB. Rashid, menyatakan bahwa variabel pertumbuhan memiliki pengaruh signifikan terhadap pengungkapan informasi keuangan perusahaan. Hal ini ditunjukkan bahwa perusahaan dengan pertumbuhan yang tinggi mencoba untuk mengurangi informasi yang tidak efektif dan efisien. Umur perusahaan diperkirakan memiliki hubungan yang positif dengan kualitas pengungkapan. Perusahaan yang berumur lebih tua memiliki pengalaman lebih banyak dalam mempublikasikan laporan keuangannya. Ukuran Perusahan yang dinyatakan dengan market capitalized diharapkan berhubungan positif dengan luasnya tingkat pengungkapan. Perusahaan yang berukuran lebih besar cenderung memiliki permintaan dari publik akan informasi yang lebih tinggi dibanding dengan perusahaan yang berukuran lebih kecil. 2.2.2 Hipotesis 30 Berdasarkan tinjauan teoritis dan kerangka konseptual yang telah dikemukakan sebelumnya, maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut: Ho : Rasio likuiditas, leverage, profitabilitas, umur perusahaan dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan baik secara parsial maupun simultan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan pertambangan batu bara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. H1 : Rasio Likuiditas yang diproyeksikan dengan rasio lancar (CR) berpengaruh signifikan baik secara parsial maupun simultan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan pertambangan batu bara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. H2 : Rasio Leverage yang diproyeksikan dengan rasio hutang (DR) berpengaruh signifikan baik secara parsial maupun simultan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan pertambangan batu bara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. H3: Rasio Profitabilitas yang diproyeksikan dengan Laba bersih atas penjualan (NPM) berpengaruh signifikan baik secara parsial maupun simultan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan pertambangan batu bara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. H4 : Rasio pertumbuhan aset berpengaruh signifikan baik secara parsial maupun simultan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan pertambangan batu bara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. H5 : Rasio pertumbuhan penjualan berpengaruh signifikan baik secara parsial maupun simultan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan pertambangan batu bara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. H6 : Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan baik secara parsial maupun simultan 31 terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan pertambangan batu bara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. H7 : Umur perusahaan berpengaruh signifikan baik secara parsial maupun simultan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan pertambangan batu bara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 32