BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan fakta fisiknya, Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang 81.000 km (terpanjang kedua setelah Canada) dan luas laut sekitar 5.8 km2 atau 70% dari luas total Indonesia (MAPIPTEK dalam Widiastuti, 2004). Potensi yang besar tersebut akan bermanfaat bagi kesejahteraan kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia apabila ekosistem pesisir dan laut dipelihara dan dijaga keberlangsungannya. Jumlah penduduk yang semakin meningkat menjadi penyebab meningkatnya kebutuhan akan sumber daya alam. Semakin menipisnya sumber daya alam di daratan menyebabkan kegiatan pembangunan di wilayah pesisir akan meningkat pula. Kemudian, dalam Era Industrialisasi, wilayah pesisir dan lautan akan menjadi salah satu prioritas utama berfungsi sebagai pusat pengembangan kegiatan industri, pariwisata, agrobisnis, pemukiman, transportasi dan pelabuhan. Potensi kekayaan sumberdaya di atas secara normatif dikuasai oleh negara untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat (Pasal 33 ayat 3 UUD 45). Untuk itu perlu pemetaan, perencanaan dan pengelolaan potensi kekayaan sumber daya alam yang lebih jelas. Pengelolaan wilayah laut di wilayah pesisir tidak dapat dipisahkan dengan pengelolaan wilayah darat. Wilayah darat-laut merupakan daerah interaksi antara ekosistem darat dan ekosistem laut yang sangat dinamis dan saling mempengaruhi, dan rentan terhadap aktivitas manusia di darat, seperti aktivitas di sepanjang daerah aliran sungai (DAS). Tantangan utama pembangunan adalah memperbaiki kualitas kehidupan, pendidikan yang lebih baik, peningkatan standar kesehatan & nutrisi, pemberantasan kemiskinan, perbaikan kondisi lingkungan hidup, pemerataan kesempatan, pemerataan kebebasan individual, dan penyegaran kehidupan bangsa. Dari tantangan utama diatas, dapat dirumuskan : “Dengan demikian pembangunan harus dipandang sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, 1 sikap-sikap masyarakat & institusi-institusi nasional, disamping tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan, serta pengentasan kemiskinan.” [SULASDI, 2006] Perspektif perencanaan pembangunan adalah perencanaan (melalui pendekatan fungsi) dengan menggunakan sumberdaya-sumberdaya yang ada untuk memenuhi tujuan pembangunan. Tiga Tujuan Inti Pembangunan, yaitu : (1) Peningkatan ketersediaan serta perluasan distribusi berbagai macam barang kebutuhan hidup yang pokok : (pangan, sandang, papan, kesejahteraan & perlindungan keamanan). (2) Peningkatan standar hidup : (penyediaan lapangan kerja, perbaikan kualitas pendidikan, peningkatan nilai-nilai kultural & kemanusiaan, menumbuhkan jati diri pribadi bangsa). (3) Perluasan pilihan-pilihan ekonomis & sosial : (kemandirian berbasis nilainilai kemanusiaan). [SULASDI, 2006] Wilayah pesisir merupakan suatu wilayah yang mempunyai aktivitas ekonomi dan sosial yang sangat tinggi, terutama sebagai daerah penghasil bahan pangan, suplai air dan energi, perumahan dan rekreasi, transportasi, pertambangan, pengembangan industri, transportasi publik, pertahanan, penyaluran air buangan, dll. Sehingga wilayah pesisir merupakan zona yang paling potensial dalam meningkatkan tingkat ekonomi. Pembangunan pada suatu wilayah pada hakekatnya adalah melakukan eksplorasi dan eksploitasi sumber daya dalam rangka memenuhi tiga tujuan inti pembangunan. Setiap habitat tercipta dengan fungsi yang jelas, oleh karena itu ketika melakukan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi sumber daya wilayah pesisir dan laut tidak akan dapat terhindar dari pengerusakan lingkungan, yaitu melakukan suatu perubahan dari keadaan aslinya. Perubahan ini bisa memiliki akibat positif dan akibat negatif. Apabila kita berbicara lingkungan, komponennya adalah wilayah (abiotik) dan makhluk hidup (biotik), makna kerusakan disini diakibatkan dari ketidakseimbangan antara wilayah dengan makhluk hidup. Makna keseimbangan disini adalah wilayah tidak memberikan daya dukung terhadap makhluk hidup. 2 Pengetahuan yang mempelajari hubungan timbal balik antara wilayah dan makhluk hidup ini dikenal dengan istilah ekologi. Implementasi dari ekologi adalah ekosistem. Ekosistem membahas interaksi antara wilayah dengan makhluk hidup. Dengan adanya hubungan timbal balik antara keduanya akan menghasilkan keseimbangan. Dalam suatu wilayah pesisir terdapat beragam sistem lingkungan (ekosistem). Ekosistem pesisir tersebut dapat berupa ekosistem alami seperti hutan mangrove, terumbu karang, padang lamun, padang rumput laut, pantai berpasir, pantai berbatu, pantai berlumpur, dan estuari atau muara; dan dapat juga berupa ekosistem buatan, seperti kawasan permukiman, pertanian, tambak, waduk, kawasan-kawasan industri yang secara tidak langsung cenderung mengganggu fungsi dan perilaku alami dari wilayah pesisir. Suatu ekosistem menyediakan tempat penyimpanan air, habitat untuk tanaman-tanaman dan hewan-hewan, pendaurulangan limbah dan pengontrolan banjir secara alami. Ekosistem yang sehat akan berfungsi sebagai suatu sumber daya budaya, menyediakan kenyamanan untuk tujuan non-konsumtif. Seperti berenang, menikmati kualitas estetika atau peribadatan dan spiritual. Ekosistem juga bermanfaat sebagai suatu sumber dari bahan-bahan dasar dan sumber daya yang dapat pulih sepert kayu, hewan-hewan dan tanaman makanan dalam bentuk obat-obatan dan produk-produk kosmetika. Ekosistem memiliki peranan penting dalam pembangunan pesisir dan laut. Ekosistem merupakan salah satu komponen dalam pembangunan wilayah pesisir dan laut. Keseimbangan antara kedua komponen ekosistem perlu dipertahankan. Konsep keberlanjutan memiliki makna bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan sekarang dan masa yang akan datang. Persoalannya adalah yang berkaitan dengan sumber daya. Jika dikaitkan dengan sumber daya, ada sumber daya yang pasti habis dan ada sumber daya yang bisa terbarukan (renewable resources). 3 1.2 Maksud dan Tujuan Suatu paradoks terbentuk dalam pengelolaan wilayah pesisir, dimana di satu sisi, terdapat sumberdaya wilayah pesisir yang melimpah di wilayah pesisir dengan masyarakat lokal yang kaya kearifan tradisional dalam pengelolaan sumberdaya yang ramah lingkungan. Namun, di sisi lain, masyarakat yang menggantungkan hidupnya dari sumberdaya wilayah pesisir tersebut, justru menempati lapisan paling bawah dalam strata sosial ekonomi masyarakat Indonesia. Hal ini tidak sesuai dengan tiga tujuan inti pembangunan. Bersamaan dengan itu, muncul pula fenomena kerusakan bio-geofisik lingkungan wilayah pesisir yang bersifat dapat merusak kelestariannya. Hal ini menunjukkan belum efisiennya pendayagunaan sumber daya pesisir dan degradasi fisik habitat utama pesisir (seperti terumbu karang, hutan mangrove dan estuaria) dari beberapa kawasan di dunia telah mencapai tingkat yang dapat mengancam kapasitas keberlanjutan (sustainable capacity) ekosistem laut untuk mendukung kehidupan manusia. Pengetahuan yang baik terhadap lingkungan ekosistem wilayah pesisir dapat membantu dalam proses perencanaan pembangunan di kawasan ini. Informasi mengenai ekosistem menjadi hal yang penting pada sebuah perencanaan pembangunan wilayah pesisir, oleh karena itu dibutuhkan klasifikasi entitas untuk menunjang pengetahuan terhadap wilayah pembahasan yang terkait. Pemetaan dikenal sebagai salah satu hal yang penting dalam proses perencanaan pembangunan. Pemetaan entitas ekosistem yang baik, akan sangat membantu dalam keefektifan perencanaan dan dapat menekan biaya yang diperlukan. Timbul suatu pertanyaan mengapa kerusakan lingkungan di Indonesia tidak dapat dikendalikan. Hal ini bergantung pada hukum, pada kualitas sumber daya manusia, dan pada perencanaan pembangunan yang tidak menerapkan prinsip keberlanjutan. Karena ingin menerapkan konsep keberlanjutan, yaitu memenuhi kebutuhan sekarang dan masa yang akan datang, maka sumber daya hayati dan sumber daya non hayati perlu diperhatikan. Mengingat keanekaragaman hayati laut adalah sumber daya alam yang dapat diperbaharui (renewable resources) dan potensinya sangat besar, maka jika kita mengelola pemanfaatannya secara arif dan bijaksana. Salah satu caranya yaitu dengan melakukan pemetaan terhadap entitasentitas ekosistem dalam perspektif pembangunan wilayah pesisir. Tugas akhir ini berisi tentang pemetaan terhadap entitas – entitas ekosistem wilayah pesisir, yang kemudian dapat memberikan kemanfaatan apabila dikaitkan dengan komponen-komponen utama pembangunan wilayah pesisir. Sedangkan tujuan 4 dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk mendapatkan usulan standardisasi entitasentitas ekosistem wilayah pesisir yang diperlukan dalam rangka pembangunan wilayah pesisir. 1.3 Lingkup Pembahasan & Batasan Masalah Perencanaan pembangunan wilayah pesisir dapat dilakukan dengan bertitik tolak dari komponen-komponen utama penyusun pembangunan wilayah pesisir dan entitas-entitas ekosistem wilayah pesisir. Untuk melakukan perencanaan pembangunan wilayah pesisir, diperlukan informasi spasial mengenai karakteristik dan potensi serta manfaat yang dapat dihasilkan dengan mengelola potensi yang dimiliki oleh ekosistem pesisir. Lingkup pembahasan yang dilakukan dalam tugas akhir ini meliputi pengertian wilayah pesisir, pembangunan wilayah pesisir dan komponen-komponen utama pembangunan wilayah pesisir, pemetaan entitas-entitas ekosistem landai wilayah pesisir dan kemanfaatan pemetaan entitas-entitas ekosistem wilayah pesisir. Tinjauan dalam tugas akhir ini akan dibatasi pada entitas-entitas ekosistem landai wilayah pesisir, yaitu entitas hutan mangrove, entitas terumbu karang, entitas padang lamun, entitas padang rumput laut, entitas pantai berpasir, entitas pantai berbatu, entitas pantai berlumpur, dan entitas estuari atau muara. Kemudian akan diuraikan keterkaitan masing-masing entitas dengan komponen-komponen utama pembangunan wilayah pesisir dalam perspektif pembangunan wilayah pesisir. 1.4 Manfaat Hasil Kajian Dengan penulisan tugas akhir ini maka diharapkan dapat diketahui manfaat dipetakannya entitas-entitas ekosistem wilayah pesisir apabila dikaitkan dengan komponen-komponen pembangunan wilayah pesisir. Kemudian dapat dimanfaatkan dalam menentukan rencana dan strategi serta perumusan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan pembangunan wilayah pesisir. Sehingga konsep keberlanjutan dapat diterapkan dalam rencana pembangunan wilayah pesisir, yaitu memenuhi kebutuhan sekarang dan masa yang akan datang. 5 1.5 Metodologi dan Sistematika Penulisan Metodologi dan sistematika penulisan tugas akhir yang digunakan dapat divisualisasikan secara skematik pada Gambar 1.1 di bawah ini. Gambar 1.1 Visualisasi Skematik Metodologi Pembahasan Metodologi pembahasan yang dilakukan adalah sebagai berikut : Studi literatur dari buku-buku terkait, penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, maupun dari sumber lainnya. Pengumpulan bahan. Melakukan penguraian entitas-entitas ekosistem wilayah pesisir. Melakukan pengklasifikasian terhadap entitas yang didapatkan berdasarkan perspektif pembangunan yang akan dilakukan di wilayah pesisir. Penarikan hipotesis. Penarikan kesimpulan. 6 Sistematika penulisan pada tugas akhir ini adalah sebagai berikut : Bab I PENDAHULUAN Memuat latar belakang masalah, rumusan masalah & tujuan, batasan masalah, manfaat hasil kajian, metodologi pembahasan, dan sistematika penulisan. Bab II PEMBANGUNAN WILAYAH PESISIR Menguraikan tentang pengertian wilayah pesisir dan batasan wilayah pesisir, pembangunan wilayah pesisir, dan membahas secara umum mengenai komponen-komponen utama dalam pembangunan wilayah pesisir. Bab III PEMETAAN ENTITAS-ENTITAS EKOSISTEM Bab ini akan mendeskripsikan ekosistem-ekosistem landai wilayah pesisir, meliputi ekosistem mangrove, ekosistem terumbu karang, ekosistem padang lamun, ekosistem padang rumput laut, ekosistem pantai berpasir, ekosistem pantai berbatu, ekosistem pantai berlumpur, dan ekosistem estuari atau muara, sampai kepada penglasifikasian entitas-entitas ekosistem dalam bentuk tabel. Bab IV KEMANFAATAN EKOSISTEM PEMETAAN DALAM ENTITAS PERSPEKTIF – ENTITAS PEMBANGUNAN WILAYAH PESISIR Bab ini menguraikan mengenai manfaat entitas-entitas ekosistem apabila dikaitkan dengan komponen-komponen utama dalam pembangunan wilayah pesisir. Bab V ANALISIS Pada bab ini akan dianalisis hasil pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya. Bab VI PENUTUP Memuat kesimpulan-kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil pembahasan yang diperoleh disertai saran-saran dari penulis untuk pengembangan konsep lebih lanjut. 7