dokumen - DPMPTSP Kota Palu

advertisement
DOKUMEN
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN
UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (UKL-UPL)
PEMBANGUNAN/PENGELOLAAN TEMPAT PENYIMPANAN
SEMENTARA (TPS) LIMBAH B3 FLY ASH DAN BOTTOM ASH KEGIATAN
OPERASIONAL PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU)
DI KELURAHAN LAMBARA KECAMATAN TAWAELI KOTA PALU
PEMRAKARSA:
PALU, MARET 2017
i
KATA PENGANTAR
Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup (UKL – UPL) rencana usaha dan/atau kegiatan
Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS)
Limbah B3 Fly Ash dan Bottom Ash Kegiatan Operasional PLTU oleh
PT. Pusaka Jaya Palu Power di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu disusun sebagai salah satu dokumen yang harus dipenuhi oleh
pemrakarsa sehubungan dengan rencana usaha/kegiatan tersebut di atas.
Dokumen ini merupakan pedoman bagi pemrakarsa dalam melakukan
upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan terhadap kegiatan
pembangunan TPS tersebut. Dengan dokumen ini, diharapkan pemrakarsa
dapat melaksanakan tahapan pengelolaan dan pemantauan lingkungan
hidup di lokasi kegiatan dan sekitarnya untuk menekan dampak negatif
sekecil mungkin dan memperbesar dampak positif sebesar mungkin,
sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-Undang No. 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Kerangka penyusunan dokumen ini mengacu dari Peraturan Menteri
Negara Lingkungan Hidup No. 16 Tahun 2012 tentang Pedoman
Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup, dan proses administrasi dan
perizinan di bidang lingkungan hidup mengikuti Peraturan Pemerintah No.
27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada tim penyusun atas
selesainya dokumen ini. Ucapan yang sama juga disampaikan kepada
semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan dokumen ini.
Palu,
Maret 2017
PT. Pusaka Jaya Palu Power
Albert Wu
Direktur
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly
Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
ii
DAFTAR ISI
Isi
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................ ii
A. IDENTITAS PEMRAKARSA ............................................................ 1
B. RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN ..................................... 1
1. Nama Rencana Usaha dan/atau Kegiatan.................................. 1
2. Lokasi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan................................. 1
3. Skala/Besaran Rencana Usaha dan/atau Kegiatan ................... 3
4. Garis Besar Komponen Rencana Usaha dan/atau Kegiatan ....... 8
C. DAMPAK
LINGKUNGAN
PENGELOLAAN
YANG
LINGKUNGAN
DITIMBULKAN
HIDUP
DAN
SERTA
UPAYA
UPAYA
PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP ............................................. 41
D. JUMLAH DAN JENIS IZIN PPLH YANG DIBUTUHKAN................... 62
E. SURAT PERNYATAAN .................................................................... 63
F. DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 64
LAMPIRAN
Lampiran 1. Bukti Formal Surat-surat Perusahaan
Lampiran 2. Rona Awal Lingkungan Hidup
Lampiran 3. Foto-foto
Lampiran 4. Peta-Peta
Lampiran 5. Bukti Hasil Analisis Laboratorium
Lampiran 6. Gambar Detail Perencanaan TPS fly ash dan bottom ash
Lampiran 7. Biodata Tim Penyusun
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly
Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
1
DOKUMEN UKL - UPL:
PEMBANGUNAN/PENGELOLAAN TEMPAT PENYIMPANAN
SEMENTARA (TPS) LIMBAH B3 FLY ASH DAN BOTTOM ASH
KEGIATAN OPERASIONAL PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA
UAP (PLTU) PALU
DI KELURAHAN LAMBARA KECAMATAN TAWAELI KOTA PALU
PEMRAKARSA: PT. PUSAKA JAYA PALU POWER
A. IDENTITAS PEMRAKARSA
Nama
Jabatan
Perusahaan
Alamat Kegiatan
Alamat Kantor
No. HP
:
:
:
:
:
:
Albert Wu
Direktur
PT. Pusaka Jaya Palu Power
Kel. Lambara Kec. Tawaeli Kota Palu
Jln. Yodo Panau
0451 – 492509
B. RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN
1. Nama Rencana Usaha dan/atau Kegiatan
Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly
Ash Dan Bottom Ash Kegiatan Operasional PLTU Palu.
2. Lokasi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan
Secara adaministratif, lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan berada di
Kelurahan Lambara Kecmatan Tawaeli Kota Palu. Luasan rencana lokasi
sekitar 2,1 Ha, berada relatif jauh dari pemukiman sekitar 1-2 km.
Lingkungan di sekitar lokasi banyak tanaman yang tumbuh didominasi
oleh semak belukar. Kendaraan yang dapat mengakses berupa roda dua
maupun roda ampat, dengan kondisi jalan tidak beraspal. Peta lokasi
ditunjukkan pada Lampiran (4).
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
2
Tabel 1: Koordinat lokasi TPS dalam UTM 50S Zone dan decimal
Kode
Patok
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
P8
P9
P10
P11
P12
P13
P14
P15
P16
P17
UTM
X
820520,2652
820514,7651
820473,1994
820457,1388
820492,4549
820529,2109
820564,5283
820584,1389
820602,6306
820632,9310
820667,1223
820687,1694
820674,8622
820673,1156
820643,9254
820549,2236
820539,0939
Y
9917878,859
9917821,535
9917804,076
9917776,759
9917776,068
9917764,087
9917765,400
9917766,491
9917770,022
9917767,563
9917746,075
9917743,511
9917829,956
9917886,617
9917887,526
9917880,612
9917883,717
Decimal
X
119,87945
119,87941
119,87903
119,87889
119,87921
119,87954
119,87985
119,88003
119,88019
119,88047
119,88077
119,88095
119,88084
119,88083
119,88056
119,87971
119,87962
Y
-0,74203
-0,74255
-0,74271
-0,74295
-0,74296
-0,74307
-0,74306
-0,74305
-0,74301
-0,74304
-0,74323
-0,74325
-0,74247
-0,74196
-0,74195
-0,74202
-0,74199
Sumber: Hasil survey lapangan, 2017
Tabel 2: Koordinat lokasi TPS dalam derajat menit sekon (DMS)
Kode
Patok
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
P8
P9
P10
P11
P12
P13
P14
P15
P16
P17
D
119
119
119
119
119
119
119
119
119
119
119
119
119
119
119
119
119
Bujur Timur (BT)
M
S
52
46,03
52
45,86
52
44,52
52
44,00
52
45,14
52
46,33
52
47,47
52
48,10
52
48,70
52
49,68
52
50,78
52
51,43
52
51,03
52
50,97
52
50,03
52
46,97
52
46,64
D
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Lintang Selatan (LS)
M
S
44
31,31
44
33,18
44
33,75
44
34,63
44
34,66
44
35,04
44
35,00
44
34,97
44
34,85
44
34,93
44
35,63
44
35,71
44
32,90
44
31,06
44
31,03
44
31,25
44
31,15
Sumber: Hasil survey lapangan, 2017
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
3
3. Skala Besaran Rencana Usaha dan/atau Kegiatan
Menurut PP. 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3), kegiatan Penyimpanan Limbah B3 adalah
kegiatan
Limbah
menyimpan Limbah B3
yang
dilakukan
oleh Penghasil
B3 dengan maksud menyimpan sementara Limbah B3 yang
dihasilkannya.
Kegiatan penyimpanan Limbah B3 fly ash dan bottom ash oleh PT.
Pusaka Jaya Palu Power pada prinsipnya untuk menempatkan Limbah
B3 untuk meminimalisasi dampak terhadap media lingkungan, serta
berada jauh dan aman dari permukiman masyarakat sekitar.
Gambar 1: Site lokasi PLTU Palu yang menunjukkan letak Limbah B3 fly ash
dan bottom ash
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
4
Gambar 2: Garis besar rencana kegiatan penyimpanan Limbah B3 fly ash
dan bottom ash pada Fasilitas Penyimpanan Limbah B3 model waste
impoundment semi landfill dengan lapisan geomembran
Rencana luasan lokasi yang digunakan untuk pembangunan TPS fly
ash dan bottom ash oleh PT. Pusaka Jaya Palu Power seluas 2,1 Ha.
Fasilitas utama dalam luasan ini yaitu Fasilitas Penyimpanan, yang
terdiri dari 3 unit, yang dilengkapi dengan komponen fasilitas penunjang
lainya,
seperti
kantor,
jalan
khusus,
drainase,
lahan
parkir,
gudang/garasi alat berat, tempat pencucian mobil, bak penampungan
sampah, dan ruang terbuka hijau serta taman. Untuk lebih rincinya
mengenai
luasan
setiap
komponen
ditunjukkan
kemudian gambar layout rencana lokasi TPS fly
pada
Tabel
(3),
ash dan bottom ash
ditunjukkan pada Gambar (1).
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
5
Tabel 3: Komponen fasilitas TPS beserta ukuran luasan
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Komponen Fasilitas TPS
TPS unit 3
TPS unit 2
TPS unit 1
Kantor
Pos jaga 1
Pos jaga 2
Lahan parkir
RTH dan taman
Gudang dan parkir alat berat
Tempat pencucian mobil
Bak penampungan sampah
Jalan khusus
Drainase
Total Luas Lahan
Luas (m2)
2.000
3.200
3.200
220
20
20
360
8.108,258
240
120
300
2.516,809
1.132,051
21.437,145
Persentase (%)
9,33
14,93
14,93
1,02
0,09
0,09
1,68
37,82
1,12
0,56
1,40
11,74
5,28
100
Fungsi Komponen Fasilitas TPS
1.
Posa Jaga – Tempat mencegah dan mendeteksi penyusup, kegiatan
atau orang masuk secara tidak sah, vandalisme atau penerobosan di
wilayah tempat bertugasnya, melakukan upaya kepatuhan, penegakan
tata tertib, menerapkan kebijakan, peraturan kerja, dan taktik dalam
rangka
pencegahan
tidak
kejahatan,
melakukan
kontrol
atau
pengendalian pengaturan lalulintas (orang, kendaraan dan barangnya)
untuk menjamin perlindungan, serta menangani hal pelanggaran.
2.
Jalan khusus - Prasarana transportasi yang meliputi segala bagian
komponen TPS yang digunakan perusahaan untuk kepentingan
sendiri.
3.
TPS
-
Fasilitas
tempat
penyimpanan
sementara
(TPS)
yang
dikhususkan untuk menampung fly ash dan bottom ash sebelum
dilakukannnya kegiatan pemanfaatan dan/atau penimbusan akhir.
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
6
4.
Drainase - Sebagai pengendali air permukaan, mengendalikan erosi
tanah, kerusakan jalan dan bangunan yang ada, mengendalikan air
hujan yang berlebihan sehinga tidak terjadi bencana banjir. Drainase
yang dirancang model saluran terbuka, yaitu saluran yang lebih cocok
untuk drainase air hujan untuk mengatur/mengendalikan aliran dari
alas tutupan fly ash, ataupun untuk drainase air non-hujan yang tidak
membahayakan kesehatan/mengganggu lingkungan.
5.
Kantor – Tempat mengurus pekerjaan terkait TPS, pengaturan
administrasi, sumber informasi, memiliki unit perlatan tanggap
darurat untuk TPS misal fire portable.
6.
Lahan Parkir – Sarana untuk mengfasilitasi kendaraan karyawan yang
masuk ke dalam lokasi TPS.
7.
Tempat pencucian mobil - Sebagai tempat pencucian/pembersihan
kendaraan alat berat, operasional seperti dump truk yang mengangkut
Limbah B3 fly ash dan bottom ash agar tetap terjaga bersih dari abu
terbang yang melengket pada kendaraan,
yang telah membawa dan
menyimpan Limbah B3 fly ash dan bottom ash, sekaligus merawat
bagian luar kendaraan.
8.
Gudang dan parkir alat berat – Sebagai tempat penyimpanan/parkir,
dan perawatan alat berat yang beroperasi di lokasi TPS
9.
Bak penampungan sampah – Sebagai tempat penampungan sampah
domestik (limbah padat non Limbah B3) baik organik maupun non
organik. Setiap berkala dilakukan pembakaran langsung terhadap
sampah yang telah tertumpuk dalam bak.
10. RTH dan taman - Area memanjang/jalur dan/atau mengelompok,
tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun
yang sengaja ditanam. jalur hijau (green belt) ini juga berfungsi sebagai
filter agar abu/debu agar tidak terbang secara langsung/menghalangi
keluar dan/atau berdampak kepada lingkungan sekitar.
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
7
Fasilitas penyimpanan dibuat dengan model waste impoundment semi
landfill dengan lapisan geomembran, sesuai dengan PP. 101 tahun 2014
pasal 15 ayat 1 dan 3. Model ini dipilih untuk mengamankan letak fly
ash dan bottom ash agar tidak berinteraksi dengan angin dan hujan,
yang dapat menerbangkan abu tersebut serta menghasilkan lindi pada
saat penyimpanan.
Berdasarkan hasil pengukuran, letak eksisting Limbah B3 tersebut
berada pada area seluas 12.395 m2 dengan rata-rata ketinggian 5 m.
Sehingga dapat disimpulkan total volume yang hendak dipindahkan ke
TPS sebesar ± 61.975 m3 = 62.000 m3. Kemudian, berdasarkan informasi
dari pemrakarsa laju produksi fly ash dan bottom ash mencapai 70
ton/hari. Sebelum dilakukaan pemanfaatan dan penimbunan fly ash
dan bottom ash dari kegiatan penyimpanan, maka perlu diperhitungkan
berapa lama daya tampung TPS yang digunakan (selain untuk limbah
yang telah tertumpuk/ada), jika dibutuhkan selama waktu 1 tahun =
365 hari untuk menunggu fasilitas tersebut, maka fly ash dan bottom
ash akan terproduksi sebesar 25.550 m3.
Jadi, perlu dirancang TPS yang mampu menampung jumlah volume
sebesar 63.000 m3 + 25.550 m3 = 87.550 m3 dengan waktu tunggu 1
tahun. Sehingga, fasilitas penyimpanan dirancang dengan 3 unit. Unit 1
dan 2 dapat menampung fly ash dan bottom ash dengan volume 35.024
m3 + 35.024 m3 = 70.048 m3, sedangkan unit 3 memiliki kapasitas
20.840 m3. Jadi, total tampungan fasilitas penyimpanan tersebut
sebesar 90.888 m3. Desain detail fasilitas penyimpanan dapat dilihat
pada Lampiran (6).
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
8
4. Garis Besar Komponen Rencana Usaha dan/atau Kegiatan
a) Kesesuaian Lokasi Rencana Kegiatan dengan Tata Ruang
Berdasarkan surat Keterangan Rencana Kota (KRK) dari Dinas
Penataan Ruang dan Perumahan Kota Palu Nomor: 650/131/X/TR04/DPRP/2016 dan Peta Rencana Pola Ruang Wilayah Kota Palu
2030 (Lampiran 1) oleh Pemerintah Kota Palu melalui Badan
Perencanaan
Pembangunan
Daerah
dan
Penanaman
Modal
(BAPPEDA dan PM) disampaikan bahwa lokasi yang dimaksud
sebagai tempat penyimpanan sementara (TPS) fly ash dan bottom ash
merupakan Kawasan Peruntukkan Lainnya.
b) Penjelasan Mengenai Persetujuan Prinsip Rencana Kegiatan
Dukungan
secara
prinsip
untuk
melaksanakan
kegiatan
pembangunan TPS fly ash dan bottom ash, hanya terdapat dalam
berita acara KRK di atas Nomor: 650/134/XI/TR/DPRP/2016, dari
berabagai pihak yaitu:
No
1
Nama
Ir. Hi.
Rahmat H.S.
Kawaroe,
M.Si., M.M.
Jabatan/Institusi
Tanggapan
Kadis. Dinas
a) Sebaiknya
proses
pembebasan
Penataan Ruang
sebagaian lahan dipercepat sehingga
dan Perumahan
proses
adminstrasi
dapat
(DPRP) Kota Palu
berlangsung cepat pula
b) Mempertimbangkan
dampak
pembuangan
limbah
terhadap
lingkungan
sekitar
yang
akan
berpengaruh dimasa ayang akan
datang
2
Ir. Uhud P.
Mangkona,
M.T.
Kabid. Penataan
Ruang DPRP Kota
Palu
a) Segera
membuat
kajian
lingkungannya agar mempercepat
proses penyelesaian izin lingkungan
b) Segera memproses penyelesaian izin
lokasi/surat keputusan penetapan
lokasi oleh Walikota Palu
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
9
c) Membuat laporan ambang batas
terhadap pencemaran lingkungan
sekitar secara berkala
d) Memanfaatkan hasil limbah untuk
pembuatan
konsentrate
semen,
paving blok, batako, dll
3
Zulkifli,
S.Sos.,
M.Sos.
Camat Tawaeli
a) Segera
menyelesaikan
proses
pembebasan
lokasi
agar
tidak
menimbulkan keributan masyarakat
b) Membuat
pagar
batas
untuk
keseluruhan lokasi
c) menanm
pohon
di
sekeliling
lokasi/melakukan
penghijauan
untuk pemenuhan RTH
d) membuat akses jalan menuju lokasi
pembuangan limbah
4
A. Arwien,
S.T., M.T.
Kabid. Ekbang
Bappeda Kota
Palu
a) Memastikan bahwa lokasi lahan
yang akan digunakan masuk dalam
wilayah Kota Palu dikarenakan
berbatasan
dengan
Kabupaten
Donggala
b) Memproses izin lingungan (Amdal)
untuk keseluruhan lokasi, hal ini
untuk memudahkan izin untuk
keseluruhan lokasi
5
Hasniwati
Kabid.
Peternakan, Dinas
Pertanian,
Kehutanan,
Perkebunan, dan
Kelautan Kota
Palu
a) Lokasi
merupakan
kawasan
peternakan dapat dialihkan ke arah
utara yang merupakan alternatif
lokasi peternakan lainnya
b) Lokasi merupakan lahan milik
masyarakat bukan lahan milik
negara,
sehingga
kawasan
peternakan tersebut dapat dialihkan
ke lokasi lainnya
6
Irfan, S.T.,
M.Si.
Kasi. Perencanaan
Ruang DPRP
a) Membuat
surat
pernyataan
mengenai
batas-batas
wilayah
dengan pihak setempat
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
10
c) Uraian
Mengenai
Komponen
Rencana
Kegiatan
yang
Dapat
Menimbulkan Dampak Lingkungan
1) Tahap Prakonstruksi
Sosialisasi Rencana Pembangunan/Pengelolaan TPS
Sosialisasi rencana pembangunan/pengelolaan TPS fly ash dan
bottom ash dilakukan melalui beberapa cara sosialisasi, secara
formal dan wawancara terarah dengan masyarakat sekitar dan
pejabat di Kelurahan Lambara. Sosialisasi dilakukan selama 4
kali, 2 kali dilakukan oleh pemerintah kelurahan dengan
masyarakat dan 2 kali dilakukan oleh tim survey dari
perusahaan. Adapun hasil dari sosialisasi tersebut dirangkum
dalam sub bab rona lingkungan sosial, ekonomi, budaya dan
kesehatan masyarakat.
Selain melalui sosialisasi tersebut, pengumuman mengenai
pelaksanaan proyek dilakukan dengan pemasangan papan
pengumuman di sekitar lokasi rencana pembangunan TPS fly
ash dan bottom ash.
Walaupun sosialisasi rencana rencana pembangunan TPS fly
ash dan bottom ash secara formal,
Palu Power
secara
namun
PT. Pusaka Jaya
rutin melakukan komunikasi dengan
pemangku kepentingan untuk memperoleh masukan dan
tanggapan masyarakat.
Kemungkinan
dampak
yang
timbul
yaitu
keresahan
masyarakat jika sekiranya keberadaan TPS fly ash dan bottom
ash tersebut akan mengganggu aktivitas dan mencemari
lingkungan mereka.
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
11
Pembebasan/Pengadaan Lahan
Syarat utama pembuatan Fasilitas Penyimpanan/TPS Limbah
B3 yaitu perusahaan wajib menguasai suatu lahan yang
hendak dijadikan TPS. Selain itu kegiatan ini dilakukan dalam
rangka
mengantisipasi
adanya
klaim
dari
masyarakat
mengenai kepemilikan lahan.
Lahan rencana lokasi kegiatan pembangunan TPS fly ash dan
bottom
ash
dibebaskan.
adalah
lahan
milik
masyarakat
yang
telah
Rencana pembangunan TPS tersebut beserta
fasilitas penunjangnya berada dalam luasan ± 2,1 Ha ex-lahan
milik Pak Lisman. Peta lokasi bidang lahan ditunjukkan pada
Lampiran (4).
Prosedur pengadaan lahan dilakukan berdasarkan antara
kesepakatan masyarakat dengan PT. Pusaka Jaya Palu Power
yang disaksikan oleh Pemerintah Kelurahan Lambara dan
Kecamatan Tawaeli. Bukti kepemilikan lahan dapat dilihat
pada Lampiran (1).
Kemungkinan dampak yang akan timbul adalah keresahan
dari pemilik lahan jika ganti rugi/pembelian lahan yang
diberikan kepadanya tidak sesuai dengan yang diinginkannya
atau tidka sesuai dengan harga yang berlaku.
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
12
Survei dan Pengukuran
Survei
lapangan
terdiri
dari
kegiatan
pengukuran
dan
pemetaan lokasi pembangunan TPS. Tujuan dan lingkup
survey
ini
lingkungan
ialah
yang
mengumpulkan
akan
digunakan
data-data
dalam
teknis
analisis
dan
tahap
perencanaan proyek. Kegiatan ini membutuhkan sejumlah alat
ukur
dan
tenaga
kerja
(tenaga
ahli
dan
tenaga
kerja
kasar/lapangan).
Kemungkinan dampak yang akan timbul dari kegiatan
survey dan pengukuran di lokasi adalah keresahan dan
persepsi warga sekitar yang tidak memahami tentang tujuan
kegiatan tim survei.
Desain Rencana Pembangunan TPS
Kegiatan ini meliputi penyusunan desain teknis pembangunan
TPS yang disesuaikan dengan kondisi fisik wilayah. Pekerjaan
ini merupakan pekerjaan lapangan dan studio. Luas lahan
yang akan digunakan sebagai lokasi TPS secara keseluruhan
adalah seluas ± 2,1 Ha. Dalam hal ini akan disunan desain
teknis, site plan, pemilihan lokasi fasilitas penyimpanan dan
jalur jalan yang digunakan.
Kemungkinan dampak yang akan timbul adalah keresahan
masyarakat jika sekiranya hasil desain lokasi TPS tersebut
mengganggu aktivitas mereka dan keresahan pengguna jalan
sehubungan dengan letak lokasi TPS yang relatif dekat dengan
jalan raya dan permukiman.
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
13
Pemasangan Batas/Pondasi/Pagar dan Papan Proyek
Setelah kegiatan tersebut di atas selesai dilakukan, maka
kegiatan selanjutnya adalah pemasangan batas kawasan
pembangunan TPS fly ash dan bottom ash. Batas-batas
tersebut berupa pemagaran dengan tembok/pondasi beton di
sekeliling lokasi. Agar masyarakat dan pemangku kepentingan
lainnya mengetahui jenis kegiatan dan batas kempilikan lahan,
juga dipasang papan proyek sebagai identitas kegiatan.
Kemungkinan dampak yang akan timbul adalah keresahan
dari pemilik lahan lainnya yang ada di sekitarnya jika
pemasangan
batas
lahan
tidak
sesuai
dengan
batas
kepemilikan lahan lokasi TPS fly ash dan bottom ash.
2) Tahap Konstruksi
Rekruitmen Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang dibutuhkan selama kegiatan konstruksi
membutuhkan berbagai jenis pekerjaan/keterampilan seperti
mandor, tukang batu, tukang kayu, tukang besi, tukang cat,
mekanik, listrik, operator alat berat dan genset, serta sopir, di
samping itu akan dipekerjakan juga tenaga untuk staf
(perencana dan pengawas) dan tenaga keamanan (security).
Jumlah
kebutuhan
tenaga
kerja
pada
tahap
konstruksi
mencapai 125 orang dengan pendidikan minimum seperti yang
disajikan pada Tabel (4). Pada tabel tersebut, selain pendidikan
minimum juga dibutuhkan keterampilan akan pekerjaan itu
kecuali buruh kasar/helper. Distribusi tenaga kerja yang
digunakan disesuaikan dengan jenis kegiatan.
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
14
Tabel
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
4:
Rencana jumlah kebutuhan tenaga kerja konstruksi yang
dibutuhkan
Pekerja
Site Manager
Mandor
Pengawas
Juru Ukur
Kepala Tukang Batu
Kepala Tukang Kayu
Kepala Tukang Besi
Kepala Tukang Pipa
Tukang Batu
Tukang Kayu
Tukang Besi
Tukang Pipa
Juru Las
Operator Alat Berat
Mekanik
Elektrik
Buruk Kasar/Helper
Sopir
Keamanan
Staf Perencana
Total
Jumlah
2
5
3
3
1
1
1
1
10
5
5
3
4
10
10
10
40
5
3
3
125
Pend. Minimum
D3
D3
D3
D3
SMK/SMU
SMK/SMU
SMK/SMU
SMK/SMU
SMP
SMP
SMP
SMP
SMK/SMU
SMK
D3
D3
SD
SD
SD
S1
Tenaga kerja yang diperkerjakan akan diprioritaskan kepada
penduduk sekitar lokasi rencana pembangunan TPS dengan
persyaratan
sesuai
dengan
spesifikasi
pekerjaan
dan
keterampilan yang dimiliki. Rekruitmen tenaga kerja dilakukan
secara bertahap sesuai dengan kebutuhan dan kemajuan
pekerjaan.
Asal tenaga kerja diutamakan sekitar lokasi kegiatan dan
tenaga kerja yang karena spesialisasi dan keahliannya akan di
datangkan dari luar lokasi kegiatan.
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
15
Jumlah pekerja yang terlibat ini hanya berdasarkan estimasi
dari sudut pandang Konsultan Perencana. Pada tataran
pelaksanaan, jumlah pekerja yang dilibatkan kemungkinan
akan
berubah.
Waktu
bekerja
adalah
8
jam/hari,
6
hari/minggu.
Kemungkinan dampak yang akan timbul adalah keresahan
masyarakat jika sekiranya rekrutmen tenaga kerja tidak atau
kurang
memperhatikan
masyarakat
setempat.
Namun
demikian, hal ini akan memberikan kesempatan kerja dan
berusaha bagi warga di sekitar dalam kurun waktu yang relatif
lama di sekitar lokasi.
Penyediaan Sarana Jalan Menuju Lokasi TPS
Berdasarkan survey lapangan dimana akses jalan menuju TPS
akan melewati 2 alternatif jalan, yaitu melewati sungai melalui
Jln. Trans Palu-Parigi dan Jln. Trans Palu-Lorong Anja. Pada
Jln.
Trans
Palu-Parigi
meupakan
jalan
nasional
yang
menghubungkan antar kota maupun provinsi, sedangkan Jln.
Trans Palu-Lorong Anja merupakan jalan nasional kemudian
masuk kedalam jalan desa/lorong di Kelurahan Lambara
menuju TPS. Pada umumnya arus lalulintas untuk
kedua
jalan nasional tersebut didomonasi oleh mobil penumpang,
kendaraan berat dan motor. Sedangkan untuk jalan menuju
TPS melalui jalan kolektor didominasi oleh motor, hal ini bisa
dilihat pada hasil survey lalu lintas beikut ini.
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
16
Tabel 5: Data eksisting jalan
Lokasi
Jln. Trans Palu-Parigi
Jln. Trans Palu-Lorong
Anja
Lebar
Lebar bahu
perkerasan
jalan
6,10 m
1,8 m
Jalan Nasional
5.25 m
1.5 m
Jalan Nasional
Keterangan
Sumber: Hasil survey lapangan, 2017
Berdasarkan
hasil
survey
bahwa
kedua
jalan
tersebut
menggunakan perkerasan beraspal dan berdasarkan fungsi
jalan
keduanya
merupakan
jalan
arteri
utama
yang
menghubungkan wilayah Barat dan Timur Provinsi Sulteng.
Perencanaan TPS ini nantinya
akan dilewati truk dengan
kapasitas angkut sekitar 4 ton dan akan melewati Jln. Trans
Palu-Parigi
kemudian
melewati
Sungai
Tawaeli
tanpa
perkerasan dengan sedikit timbunan (Lampiran 4). Selain itu,
alternatif lain melewati jalan kolektor dari Jln. Trans PaluLorong Anja berupa jalan timbunan kerikil sehingga dapat
berdampak polusi berupa debu dan kebisingan di daerah
pemukiman
masyarakat.
Sehingga
alternatif
kedua
ini
kemungkinan besar tidak akan digunakan sehubungan dengan
adanya presepsi dan keresahan masyarakat yang menolak arus
lalulintas menuju TPS. Sehingga keputusan rute jalur yang
digunakan menuju lokasi TPS fly ash dan bottom ash melalui
Jalan Trans Sulawesi (Kebun Kopi) Jalur Palu-Parigi sepanjang
± 2370 m, kemudian memotong Sungai Tawaeli sepanjang ±
214 m, kemudian memasuki rencana rute jalan yang akan
dibuka/digunakan sepanjang ± 1120 m.
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
17
Tabel 6: Keterangan panjang, lebar, luas lahan untuk rencana jalan
Pemilik
L
P
Penambahan
Luas (m²)
Arifudin
0
14,8
9
133,2
Mardan
0
54
9
486
Sirman
0
66
9
594
Maswa
0
41,2
9
370,8
Tamsir
3,4
38
5,6
212,8
Suandi
0
64,21
9
577,89
Miral
4,1
173,8
4,9
851,62
4,9
292,3
4,1
1198,43
0
119,11
9
1071,99
Mahyudin
0
66
9
594
Tasran
2,9
78,9
6,1
481,29
Najlir
0
32
9
288
Total
6860,02
Gasli
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
18
Selain itu, persoalan lahan juga ditemui pada saat penyusunan
rencana
rute
jalur
mobilisasi
kegiatan,
dimana
rencana
tersebut melewati lahan-lahan milik masyarakat lainnya yang
harus dibebaskan. Lahan yang hendak dibebaskan untuk
rencana jalan dimulai dari Sungai Tawaeli hingga lokasi TPS
dengan panjang ±1120 m (Lampiran 4).
Rencana pelebaran jalan yang dilakukan selebar 9 m, akan
tetapi ada beberapa yang hanya dilebarkan sekitar 5 m. Lahanlahan tersebut milik Pak Arifudin, Pak Mardan, Pak Sirman,
Pak Maswa, Pak Tamsir, Pak Suandi, Pak Miral, Pak Gasli, Pak
Mahyudin, Pak Tasran, dan Pak Najlir. Peta rute jalan yang
melewati lahan milik masyarakat ditunjukkan pada Lampiran
(4).
Berdasarkan hasil survey pemetaan dan perhitungan (Tabel 6)
mengenai rekomendasi penambahan jalan maka luas total
lahan yang mesti dibebaskan yaitu ± 6860 m2.
Prosedur pengadaan lahan dilakukan berdasarkan antara
kesepakatan masyarakat dengan PT. Pusaka Jaya Palu Power
yang disaksikan oleh Pemerintah Kelurahan Lambara dan
Kecamatan Tawaeli. Bukti kepemilikan lahan dapat dilihat
pada Lampiran (1).
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
19
Gambar 3: Salah satu gambar rencana pelebaran jalan setelah melewati
Sungai Tawaeli menuju lokasi TPS
Kemungkinan dampak yang timbul dari kegiatan penyediaan
saran/pembukaan jalan yaitu keresahan masyarakat yang
lahannya
masuk
dalam
rencana
rute
jalan
jika
ganti
rugi/pembelian lahan yang diberikan kepada pemilik lahan
tidak sesuai dengan yang diinginkannya atau tidak sesuai
dengan harga yang berlaku.
Selain itu, karena rencana rute melewati badan Sungai Taweli
sehingga dampak yang mungkin akan timbul yaitu perubahan
morfologi (bentang alam) sungai tersebut.
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
20
Selanjutnya, kegiatan pembukaan jalan ini akan dilakukan
secara
bertahap
dimulai
dengan
konstruksi
hingga
pemeliharaan yang akan mengoperasikan alat berat dan
sejumlah tenaga kerja. Sehingga, kemungkinan dampak yang
juga akan timbul yaitu berkurangnya vegetasi dan/atau
gangguan fauna setempat, penurunan kualitas udara dan
peningkatan kebisingan.
Mobilisasi Peralatan dan Bahan Material
Kegiatan pengangkutan peralatan/bahan dan material untuk
pembangunan TPS dan fasilitas fasilitas penunjangnya, akan
menggunakan jasa angkutan darat. Jalur yang digunakan Jln.
Trans Palu-Parigi, memotong badan Sungai Tawaeli, dan jalan
khusus yang dibuka (Rute jalur dapat dilihat pada Lampiran
4). Kendaraan yang melewati jalur tersebut tujuan Palu-Parigi,
dan ke lokasi kebun masyarakat sekitar. Pada jalur tersebut
akan dimobilisasi sejumlah peratalan yang akan digunakan
untuk pekerjaan konstruksi, seperti yang tertera dalam Tabel
(7).
Jenis-jenis peralatan yang akan digunakan didatangkan secara
khusus baik oleh pemrakrsa maupun oleh kontraktor seperti
yang tertera pada Tabel (7). Kemudian, bahan material yang
dibutuhkan untuk pembangunan TPS fly ash dan bottom ash
seperti: besi, plat baja, pipa, batu kali, batu bata, tripleks,
semen, pasir, kayu, beton mix, sirtu, tanah timbun dan
sebagainya.
Adapun
jenis
jumlah
material
yang
akan
dimobilisasi disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan
rencana kegiatan.
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
21
Tabel 7:
No
Jenis, jumlah, dan kegunaan peralatan untuk tahap persiapan
Jenis Peralatan
Jumlah
1.
2.
3.
4.
5.
Buldozer
Excavator
Stoom walls
Stamper
Dump truck
2
3
2
3
5
6.
Truk biasa
5
7.
Truk tangki air
2
8.
9.
Truk tangki solar
Truk tronton
2
1
10. Peralatan tukang kayu
11 Alat ukur khusus
10 set
4 set
12
Peralatan tukang batu
50 set
13
Peralatan tukang kayu
50 set
14
15
Peralatan tukang besi
Peralatan tukang listrik
5 set
5 set
16
Peralatan tukang pipa
5 set
17
Mobil pick up
18
19
Alat ukur khusus
Service crane
20
Stager/perancah
21
22
23
24
Mesin molen beton
Vibrator
Alat ukur khusus
Genset listrik
5
4 set
3
Sesuai
kebutuha
n
5
5
2 set
2
Kegunaan
Penggalian dan penimbunan
Penggalian dan penimbunan
Pemadatan tanah
Pemadatan tanah
Pengangkutan material
Pengangkutan bahan dan
material
Pengangkutan air dan
penyiraman
Pengangkutan BBM solar
Pengangkutan alat berat
Pembuatan direksi keet
Pengukuran
Pekerjaan pondasi, pasangan
batu dan saluran
Pekerjaan kayu kuzen dan
rangka
Pekerjaan pengelasan
Pemasangan instalasi listrik
Pemasangan instalasi
air/pelambing
Pengangkutan bahan dan
material
Pengukuran
Pengangkat barang berat
Pengecoran lantai 2
Pengaduk campuran beton
Pemadatan tanah
Pengukuran
Penerangan dan pengelasan
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
22
Semua bahan/material di datangkan baik dari dalam maupun
di luar Kota Palu, kecuali tanah timbunan. Tanah timbunan
diperoleh di sekitar lokasi dengan sistem cut and fill. Pasir dan
batu kali diperoleh dari beberapa perusahaan di sekitar lokasi
yang sudah memiliki izin usaha tambang.
Kemungkinan dampak yang akan timbul adalah penurunan
kualitas udara berupa meningkatnya polutan debu dan gas-gas
buangan serta peningkatan kebisingan dari kendaraan alat
berat.
Dampak
lainnya
adalah
kemungkinan
terjadinya
gangguan lalulintas dan kerusakan segmen jalan yang dilalui
oleh kendaraan alat berat.
Pembangunan Basecamp
Basecamp yang dibangun diperuntukkan bagi para pekerja
yang memiliki tempat tinggal relatif jauh dari lokasi proyek.
Pembangunan basecamp diharapkan mampu mengefisienkan
dan memperlancar kegiatan pembangunan TPS. Besecamp ini
juga difungsikan bagi para pekerja yang tidak langsung seperti
perencana dan pengawas serta gudang peralatan. Basecamp
berukuran 20 m x 15 m dengan bangunan semi permanen dan
dilengkapi dengan fasilitas MCK dan mushallah sedang.
Basecamp ini tidak berfungsi sebagai tempat tinggal tetap,
melainkan hanya berfungsi sebagai tempat istirahat bagi para
pekerja.
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
23
Kemungkinan dampak yang akan timbul adalah keresahan
dari warga sekitarnya jika sekiranya para tenaga kerja yang
menempati basecamp, terutama bagi yang berasal dari luar
Kelurahan Lambara/di sekitar lokasi, membawa kebiasaannya
yang tidak sesuai dengan norma-norma masyarakat yang
berlaku di kelurahan/di sekitar lokasi tersebut. Dampak
negatif lainnya adalah meningkatnya limbah domestik di
sekitar lokasi tersebut. Namun kemungkinan munculnya
dampak positif juga akan terjadi. Paling tidak, keberadaan
mereka yang membutuhkan kebutuhan hidup sehari-hari akan
menguntungkan kios-kios/warung yang ada di Kelurahan
Lambara/di
sekitar
lokasi
tersebut
dan
hal
ini
bisa
menumbuhkan perekonomian lokal.
Pematangan Lahan
Kegiatan ini meliputi land clearing, perataan/penimbunan, dan
kembali. Pematangan lahan dilakukan dalam kaitan meratakan
permukaan tanah terutama pada pembangunan fasilitas TPS.
Kegiatan utama adalah land clearing dan cut and fill pada
lahan seluas ± 2,1 Ha. Kegiatan land clearing dilakukan pada
lokasi TPS dan fasilitas pendukung karena didominasi oleh
semak belukar dan beberapa pepohonan. Volume cutting
diprakirakan mencapai 50.400 m3 (hasil perhitungan konsultan
perencana, 2017). Kegiatan filling dilakukan setelah dinding
penahan telah dibangun untuk kemudian tanah timbunan
dihampar pada lokasi tersebut untuk kemudian dipadatkan.
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
24
Prinsip pemadatan adalah tanah yang tidak padat menjadi
padat. Alat yang digunakan untuk pemadatan antara lain roller
whell atau drum whell. Alat tersebut dijalankan pada tanah
dalam beberapa lintasan. Peralatan tersebut melintas beberapa
kali hingga tanah dinyatakan padat sehingga mampu menahan
beban diatasnya.
Kemungkinan dampak yang akan timbul adalah potensi
kecelakaan kerja, hilangnya vegetasi setempat dan gangguan
terhadap fauna, meningkatnya aliran permukaan, perubahan
bentang alam lokasi, serta rentan terhadp erosi.
Pembangunan Fasilitas Penyimpanan Limbah B3 fly ash
dan bottom ash
Model Fasilitas Penyimpanan Limbah B3 fly ash dan bottom
ash dibuat berdasarkan PP. 101 Tahun 2014 konsep waste
impoundment (pengurung limbah). Model ini dirancang dengan
konsep semi landfill mengggunakan lapisan alas dan penutup
geomembran. Dalam pembangunan ini digunakan sejumlah
alat berat seperti yang tertera pada Tabel (7).
Model dibuat seperti bak terbuka dengan dinding dibuat
berteras-teras. Dimensi rancangan fasilitas penyimpanan dapat
dilihat pada Lampiran (6). Fasilitas Penyimpanan tersebut
terdiri atas tiga uni, unit 1 menampung fly ash dan bottom ash
35.024 m3, unit 2 menampung fly ash dan bottom ash 35.024
m3, dan unit 3 menampung fly ash dan bottom ash 20.840 m3.
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
25
Kemudian,
geomembran
yang
digunakan
diperuntukkan
sebagai bahan tahan air, tekanan alat berat, tahan terhadap
korosi, minyak, asam dan panas tinggi. Sehingga alas dari
geomembran akan dapat menahan infiltrasi jika terdapat
kebocoran dari lapisan penutup (akan dibuat pada tahap
operasi).
Geomembran yang akan digunakan tipe HDPE (high density
polyethlene)
dengan
ukuran
ketebalan
1,5-2
mm.
Lebar
standar geomembran adalah 7 m. Sedangkan panjangnya
menyesuaikan dengan ketebalan geomembran itu sendiri.
Sebagai contoh misalnya geomembran tebal 1.5 mm, maka
ukuran dalam rollnya adalah 7m x 184m.
Ukuran
tersebut
tidak
memenuhi
dimensi
fasilitas
penyimpanan (Lampiran 6), sehingga untuk memenuhi ukuran
luasan fasilitas penyimpanan fly ash dan bottom ash, segmensegmen geomembran tersebut kemudian disambung.
Prinsip
dasar
penyambungan
geomembran
HDPE
adalah
pemanasan dan cooling time (by melting or softening) dari 2
bagian yang disambung dengan diberikan tekanan agar kedua
bagian
tersebut
menyatu/bersenyawa.
Kadangkala
peyambungan geomembran diperlukan penambahan HDPE rod
agar benar-benar menyatu.
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
26
Kemudian,
drainase
ditempatkan
pada
sisi-sisi
fasilitas
penyimpanan dengan lebar 1-1,5 m dan panjang saluran 80 m.
Drainase yang dirancang model saluran terbuka, yaitu saluran
yang lebih cocok untuk drainase air hujan yang akan
mengatur/mengendalikan aliran dari alas tutupan fly ash.
Gambar 4: Tahapan pembuatan fasilitas penyimpanan fly ash dan bottom
ash waste impoundment (urutan dari atas ke bawah)
Kemungkinan dampak yang akan timbul adalah potensi
terjadinya kecelakaan kerja, penurunan kualitas udara dan
peningkatan kebisingan dari kegiatan oeprasional alat berat,
serta rentan terjadi longsor lokal dan kecil jika tebing waste
impoundment tidak segara menempatkan fly ash dan bottom
ash sebagai penyangga tebing.
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
27
Pembangunan/Pengadaan Fasilitas Penunjang

Pengadaan Sumber Air
Pengadaan
air
bersih
untuk
mendukung
proses
pembangunan/pengelolaan TPS fly ash dan bottom ash
bersumber dari PDAM Palu melalui jaringan pipa dan air
tanah (sumur bor) yang ditarik dengan mesin. Peruntukkan
penggunaan air untuk kegiatan operasional di lokasi TPS
digunakan untuk air minum, MCK, penyiraman tanaman,
dan pencucian mobil pengangkut Limbah B3 fly ash dan
bottom ash.
Hirarki kebutuhan minimal air; diasumsikan anggota
karyawan berjumlah yaitu 30 orang. Kemudian, kebutuhan
paling utama ialah jangka pendek air minum diperkirakan
4 liter/org/hari, untuk wudhu 30 liter/org/hari,
MCK 70
liter/org/hari.
Untuk menghitung total kebutuhan air yang dibutuhkan
menggunakan persamaan: “Jumlah air yang dibutuhkan =
jumlah pemakai x kebutuhan air”.
Hasil perhitungan
estimasi/perkiraan jumlah kebutuhan air bersih dapat
dilihat pada Tabel (3).
Tabel 3: Estimasi kebutuhan air bersih perorangan
Jumlah
Pemakai
30 orang
Jumlah Pemakaian Air Bersih
Air minum
Wudhu
MCK
Total
(4 ltr/org/hr)
(30 ltr/org/hr)
(70 ltr/org/hr)
(ltr/hr)
120
900
2.100
3.120
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
28
Kemudian, wadah yang digunakan untuk penyiraman
tanaman yaitu ember dengan ukuran tinggi 50 cm dan jarijari 10 cm, memiliki kapasitas tampungan 15 liter. Ratarata
penggunaan
air
untuk
penyiraman
tanaman
digunakan 10 ember, jadi total air yang dibutuhkan 150
liter/hari.
Kemudian,
rata-rata
penggunaan
air
yang
digunakan untuk pencucian 1 mobil dapat mencapai 300
liter, dengan rencana mobil drump truk 4 mobil, maka
total
air
yang
dibutuhkan
untuk
cuci
estimasi
total
mobil
1.200
liter/hari.
Jadi,
berdasarkan
hasil
kebutuhan air 3.120 + 150 + 1.200 =
keseluruhan
4.470 liter/hari.
Semua asumsi dari hasil pemakaian air bersih terkecuali
untuk air minum akan menjadi limbah domestik/cair. Jadi
, untuk menghitung banyak jumlah limbah domestik/cair
yang dihasilkan = kebutuhan air total – kebutuhan air
minum, dalam hal ini menggunakan data pada Tabel 3.
Kemungkinan
dampak
yang
akan
timbul
adalah
keresahan masyarakat karena merasa beban sumber air
semakin besar yang dapat menyebabkan penurunan debit
air PDAM yang diperuntukan bagi masyarakat, serta
kemungkinan terganggunya sumur bor lainnya yang ada di
sekitar lokasi.
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
29

Pengadaan Sumber dan Jaringan Listrik
Pengadaan jaringan energi listrik bersumber dari PLN.
Untuk mengantisipasi energi listrik dari PLN yang terbatas
dan sering terganggu maka pihak pengelola juga berusaha
sendiri dengan mengadakan mesin genset sebagai sumber
listrik alternatif dan/atau langsung memasang instalasi
langsung dari PLTU selama kegiatan pembangunan dan
operasional TPS fly ash dan bottom ash.
Kemungkinan dampak yang akan timbul adalah potensi
kecalakaan kerja, peningkatan kebisingan dan keresahan
masyarakat sekitar. Keresahan ini terutama timbul karena
adanya tambahan beban bagi PLN yang bisa mengganggu
kesinambungan suplai energi listrik dari PLN, yang akan
merugikan masyarakat sekitar.

Jalan Khusus dan Drainase
Sarana jalan khusus yang dibangun dalam lokasi TPS
digunakan
sebagai
berkepentingan,
penghubung
terkait
kendaraan
dengan
yang
kegiatan
pengelolaan/pengoperasian TPS.
Rancangan jalan ini ditunjukkan pada Lampiran (6), yang
didesain agar mengakses selurah area yang ada di dalam
lokasi TPS. Rancangan desain jalan memiliki panjang 6
meter yang dilewati oleh truk dan alat berat, serta drainase
jalan dengan lebar 1 m untuk mengsalurkan aliran
permukaan. Detail drainase dapat dilihat pada Lampiran
(6).
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
30
Kegunaan dari pembuatan jariangan drainase di dalam
lokasi
TPS
sebagai
pengendali
air
permukaan,
mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan bangunan
yang ada, mengendalikan air hujan yang berlebihan
sehinga tidak terjadi bencana banjir. Desain saluran
drainase akan dibuat dengan cermat sehingga mampu
menampung debit puncak dengan kala ulang 25 tahunan.
Tabel (4): Hasil perhitungan curah hujan durasi untuk setiap periode ulang
Durasi
(menit)
5
10
15
20
45
60
120
180
240
300
Sumber: Laporan
Periode ulang (tahun)
2
5
10
271,42
371,15
437,18
170,99
233,81
275,41
130,49
178,43
210,17
107,71
147,29
173,50
62,73
85,78
101,04
51,78
70,81
83,41
32,62
44,61
52,54
24,90
34,04
40,10
20,55
28,10
33,10
17,71
24,22
28,53
studi kelayakan, 2017
25
520,61
327,96
250,28
206,60
120,32
99,32
62,57
47,75
39,42
33,97
Kemungkinan dampak yang akan timbul adalah potensi
kecalakaan
kerja,
peningkatan
kebisingan
dan
debu
semasa konstruksi, namun kegiatan transportasi dan aliran
air permukaan akan lancar dan teratur.
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
31

Kantor
Pembangunan unit kantor di lokasi TPS bertujuan untuk
mengurus pekerjaan pengaturan administrasi, informasi,
dan manajamen, serta pengarsipan mengenai log book
Limbah B3 fly ash dan bottom ash. Kantor ini juga
dilengkapi dengan unit perlengkapan tanggap darurat
kebakaran dan K3, selain terdapat ruang tamu, ruang kerja
karyawan dan kamar mandi/WC.
Kemungkinan dampak yang akan timbul adalah potensi
kecalakaan
kerja,
peningkatan
kebisingan
dan
debu
semasa konstruksi, dan timbulnya limbah padat/cair dari
aktivitas di kantor, namun dengan adanya kantor maka
urusan yang terkait dengan administrasi dan manajemen
dapat dilaksanakan.

Gudang/Parkir Alat Berat dan Tempat Pencucian Mobil
Pembangunan gudang/parkir alat berat berfungsi untuk
tempat penyimpanan perlengkapan dan perawatan atau
parkir alat berat, agar alat berat yang telah beroperasi
memiliki tempat parkir yang tidak mengganggu transportasi
dalam lingkungan TPS. Selain alat berat yang parkir,
kendaraan truk juga dapat menempati tempat tersebut.
Dimensi gudang/parkir alat berat tersebut yaitu 20 m x 12
m, desainnya dapat dilihat pada Lampiran (6).
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
32
Kemudian tempat pencucian mobil kendaraan operasional
TPS, berfungsi untuk mencuci/membersihkan abu terbang
(fly ash) yang masih terdapat di kendaraan pengangkut
sebelum keluar area TPS agar tidak mencemari udara dan
kesehatan masyarakat. Konsep tempat pencucian yang
digunakan
dengan
menyambungkan
selang-selang
air
hingga sampai ke tempat mobil yang hendak dicuci.
Selanjutnya air yang merupakan sisa hasil pencucian
langsung disalurkan melalui drainase.
Kemungkinan
dampak
yang
akan
timbul
adalah
peningkatan kebisingan dan debu semasa konstruksi, serta
terganggunya
kuantitas
sumber
air.
namun
dapat
meminimalkan potensi pencemaran udara dan kesehatan
masyarakat secara tidak langsung.

Lahan Parkir, RTH, dan Taman
Lahan parkir didesain dengan dimensi 30 m x 12 m untuk
kendaraan karyawan dan tamu seperti sepeda motor dan
mobil. Tujuan penyediaan lahan parkir yaitu untuk menata
kendaraan yang ditempatkan pada satu titik.
Sedangkan
RTH
dan
taman
dibuat
memanjang/jalur
dan/atau mengelompok mengelilingi lahan TPS, yang
penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh
tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang
sengaja ditanam.
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
33
Jalur hijau (green belt) ini juga berfungsi sebagai filter agar
abu/debu dari kegiatan operasional tidak terbang secara
langsung/menghalangi keluar dan/atau berdampak kepada
lingkungan sekitar.
Kemungkinan
dampak
yang
akan
timbul
adalah
peningkatan kebisingan dan debu semasa konstruksi, serta
terganggunya
kuantitas
sumber
air.
namun
dapat
meminimalkan potensi pencemaran udara dan kesehatan
masyarakat secara tidak langsung.

Bak Sampah (Limbah Padat)
Sebagai tempat penampungan sampah domestik (limbah
padat non Limbah B3) baik organik maupun non organik.
Setiap berkala dilakukan pembakaran langsung terhadap
sampah yang telah tertumpuk dalam bak.
Kemungkinan
dampak
yang
akan
timbul
adalah
timbulnya gangguan penyakit yang dibawa oleh lalat-lalat
yang hinggap di bak sampah jika sampah tertumpuk, dan
tidak
langsung
gangguan
dibakar.
kesehatan
dan
Dampak
turunannya
keresahan
dari
adalah
masyarakat
sekitar.
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
34
3) Tahap Operasi
Demobilisasi Peralatan dan Bahan Material
Dengan berakhirnya kegiatan pembangunan/konstruksiTPS fly
ash dan bottom ass beserta berbagai fasilitas pendukungnya,
maka sebagian peralatan yang tercantum dalam Tabel (7) di
atas dimobolisasi lagi keluar dari lokasi, mengikuti rute jalan
semula.
Kemungkinan dampak yang akan timbul adalah penurunan
kualitas udara berupa meningkatnya polutan debu dan gas-gas
buangan serta peningkatan kebisingan dari kendaraan alat
berat.
Dampak
lainnya
adalah
kemungkinan
terjadinya
gangguan lalulintas dan kerusakan segmen jalan yang dilalui
oleh kendaraan alat berat.
Pengoperasian dan Pemeliharaan TPS Fly Ash dan Bottom
Ash
Seperti yang telah dijelaskan pada Gambar (2), setelah fly ash
dan bottom ash diangkut dari PLTU, Limbah B3 tersebut
kemudian di disimpan pada fasilitas penyimpanan model waste
impoundment. Mula-mula dibuat suatu cekungan/bak terbuka
yang
tanahnya
dilapisi
oleh
geomembran,
kemudian
menuangkan/menyimpan fly ash dan botom ash ke dalamnya,
hingga tertumpuk (tinggi maskisum 6 m). Untuk mengatasi
dampak dari angin dan air hujan, Limbah B3 tersebut
kemudian dilapisi kembali dengan geombran yang disambung
hingga ke tepi drainase, sehingga air akan mengalir pada
saluran tersebut sehingga tidak terjadi proses pelindian dan
abu tersebut tidak terbang tertiup angin.
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
35
Jadi, konsep ini seakan-akan mengurung Limbah B3 (waste
impoundment) yang menggunakan sistem proteksi berlapis
terhadap pencemaran lingkungan akibat interaksi angin dan
hujan. Lapisan 1 yaitu lapisan penutup geomembran berfungsi
menahan hujan dan tiupan angin, lapisan 2 yaitu lapisan
geomembran untuk menahan air jika sewaktur-waktu terjadi
rembesan,
lapisan
3
yaitu
tanah
setempat
yang
telah
dipadatkan yang memenuhi nilai kriteria kepadatan tertentu.
Dalam proses pengoperasian digunakan sejumlah alat berat,
tenaga lapangan, dan kendaraan pengangkut. Kendaraan
pengangkut berupa drump truk yang memiliki kapasitas 4 ton
yang akan membawa Limbah B3 dari PLTU menuju lokasi TPS.
Berdasarkan rata-rata laju produksi fly ash dan bottom ash
yaitu ukuran 20 truk yang akan masuk ke TPS dalam sehari.
Setelah limbah yang telah ditempatkan di TPS, kemudian
diatur/dipadatkan pada lapisan atas geomembran agar padat
dan
mengisi
ruang
(space)
yang
kosong
dalam
waste
impoundment hingga dapat menyangga tebing dan tertumpuk
untuk menghindari longsor lokal/kecil akibat getaran yang
ditimbulkan oleh kendaraan operasional.
Sementara itu, kegiatan pemeliharaan TPS bertujuan untuk
memantau dan menjaga agar fasilitas penyimpanan tetap
berada pada kondisi sistem yang direncanakan. Hal ini
dilakukan secara rutin dan berkala untuk mengcek kondisi
lapisan geomembran, kondisi tebing, kondisi drainase agar
limbah tetap sediakala terkurung.
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
36
Gambar 5: Tahapan penempatan/penyimpanan fly ash dan bottom ash
padd waste impoundment (urutan dari atas ke bawah)
Kemungkinan dampak yang akan timbul dari kegiatan ini
yaitu potensi kecelakaan kerja dan gangguan kesehatan
pekerja dari kegiatan pengelolaan abu terbang, kerusakan
segmen jalan dan gangguan lalu lintas, penurunan kualitas
udara
dan
peningkatan
kebisingan
selama
kegiatan
operasional. Selain itu, jika terdapat kesalahan teknis yang
tidak teliti untuk merekatkan geomembaran sesuai rancangan,
maka akan terdapat lapisan yang bocor. Sebagai contoh jika
lapisan penutup bocor maka, air hujan merembes dan akan
berakumulasi dengan fly ash dan bottom ash hal ini akan
merentankan lapisan alas di bawahnya, serta angin pun akan
mudah menerbangkan Limbah B3 tersebut.
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
37
Pemanfaatan dan Penimbunan Akhir Limbah B3 Fly Ash
dan Bottom Ash dari TPS
Menurut PP. 101 Tahun 2014, Pemanfaatan Limbah B3
adalah kegiatan penggunaan kembali, daur ulang, dan/atau
perolehan kembali yang bertujuan untuk mengubah Limbah
B3 menjadi produk yang dapat digunakan sebagai substitusi
bahan
aman
baku, bahan penolong, dan/atau bahan bakar yang
bagi
kesehatan
manusia
dan
Kemudian, Penimbunan Limbah B3
lingkungan
adalah
hidup.
kegiatan
menempatkan Limbah B3 pada fasilitas penimbunan dengan
maksud tidak
membahayakan
kesehatan
manusia
dan
lingkungan hidup.
Berdasarkan PP. 101 Tahun 2014 Pasal 26 huruf (d) Kewajiban
pemegang
Izin Pengelolaan
Penyimpanan
Limbah B3
untuk kegiatan
Limbah B3 wajib melakukan
Pemanfaatan
Limbah B3, Pengolahan Limbah B3, dan/atau Penimbunan
Limbah B3 yang dilakukan sendiri atau menyerahkan kepada
Pengumpul Limbah B3, Pemanfaat Limbah B3, Pengolah
Limbah B3, dan/atau Penimbun Limbah B3.
Kemudian, Dalam PP. 101 Tahun 2014 Pasal 28 huruf (b) ayat
4 waktu lama penyimpanan Limbah B3 kategori 2 dari sumber
spesifik khusus selama 365 hari sejak Limbah B3 dihasilkan.
Berdasarkan peraturan tersebut dengan kegiatan yang terkait
penyimpanan fly ash dan bottom ash, maka PT. Pusaka Jaya
Palu Power akan melakukan kegiatan pemanfaatan dan
penimbunan terhadap Limbah B3 tersebut.
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
38
Kegiatan pemanfaatan dilakukan di areal PLTU, dimana fly
ash/bottom
ash
diangkut
dari
TPS
menuju
ke
lokasi
pemanfaatan melalui rute semula. Fly ash/bottom ash yang
layak digunakan melalui suatu pengujian tertentu, dikonversi
menjadi suatu bahan yang bernilai ekonomis dan ramah
lingkungan. Selain itu, fly ash/bottom ash yang tidak layak
untuk dimanfaatkan, akan dibawa ke lokasi penimbusan akhir
(sistem landfill) dimana Limbah B3 tersebut akan diisolasi
selamanya di dalam tanah melalui proses penimbunan dan
rekayasa teknologi perlindungan terhadap media lingkungan
hidup. Kedua kegiatan ini melalui pengurusan izin secara
tersendiri.
Kemungkinan dampak yang akan timbul adalah potensi
kecelakaan
kerja
dan
gangguan
kesehatan
pekerja
dari
pekerjaan pengelolaan abu terbang, penurunan kualitas udara
dan peningkatan kebisingan dari kendaraan pengangkut yang
membawa fly ash dan bottom ash ke lokasi pemanfaatan
dan/atau penimbusan akhir.
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
39
4) Tahap Pasca Operasi
Penutupan TPS Fly Ash dan Bottom Ash
Berdasrkan PP. 101 Tahun 2014 Pasal 21 ayat 1 Izin
Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan penyimpanan hanya
berlaku untuk 5 tahun.
Setelah waktu tunggu/kegiatan lain yang dilakukan oleh PT.
Pusaka
Jaya
Palu
Power
yaitu
pembangunan
fasilitas
pemanfaatan dan/atau penimbusan akhir telah selesai dan
dapat dioperasionalkan, maka fasilitas TPS fly ash dan bottom
ash dalam kurun waktu 5 tahun ini akan segera ditutup.
Namun jika terdapat kendala, maka izin tersebut akan
diperpanjang sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Lahan TPS yang hendak ditutup merupakan aset milik PT.
Pusaka Jaya Palu Power. Konsep penutupan mengikuti PP. 101
Tahun 2014 Pasal 30 ayat 1 dan 2, yaitu pemrakarsa wajib
melakukan pemulihan fungsi lingkungan. Tentunya setelah fly
ash dan bottom ash dipindahkan untuk dimanfaatkan atau
ditimbun, maka lokasi tersebut akan menyisakan bentang
alam dengan model bak terbuka. Sehingga bentang alam
tersebut harus direklamasi dan direhabilitasi kembali dengan
tutupan urugan (timbunan) hingga TPS tertutup dan ditanami
oleh pepohonan atau tanaman hias lainnya untuk menahan
laju aliran.
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
40
Setelah
pemulihan
kedepan
lahan
fungsi
tersebut
lingkungan
dapat
selesai
dikerjakan,
dimanfaatkan
untuk
kepentingan lainnya sesuai dengan rencana jangka panjang
dari PT. Pusaka Jaya Palu Power untuk pemanfaatan lahan exTPS fly ash dan bottom ash.
Kemungkinan dampak yang akan timbul adalah penurunan
kualitas udara dan peningkatan kebisingan, akibat kendaraan
alat berat yang diopreasionalkan selama kegiatan pemulihan
fungsi lingkungan untuk penutupan TPS.
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
41
C. DAMPAK LINGKUNGAN YANG DITIMBULKAN DAN UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP SERTA
UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
Matriks UKL-UPL Rencana Pembangunan/Pengelolaan TPS fly ash dan bottom ash
No
Sumber
Dampak
Jenis
Dampak
(ii)
(i)
(iii)
Tahap Prakonstruksi
Sosialisasi
1
Keresahan
rencana
masyarak
pembangun at
an/pengelol
aan TPS fy
ash dan
bottom ash
2
Pembebasa
n/Pengadaa
n Lahan
Keresahan
masyarak
at
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
Besaran
Dampak
Bentuk UKL
Lokasi UKL
Periode UKL
Bentuk UPL
Lokasi UPL
Periode UPL
(iv)
(v)
(vi)
(vii)
(viii)
(ix)
(x)
Masyarak
at di
sekitar
lokasi
Melakukan
sosialisasi
kepada
masyarakat
sebelum
rencana
kegiatan dilakukan.
 Di sekitar
lokasi
proyek
 Kelurahan
Lambara
Memantau
banyaknya/jumlah
penduduk
yang
mengeluh
dan
mengidentifikasi
jenis
keluhan yang timbul
dengan adanya rencana
pembangunan TPS fly
ash dan bottom ash.
 Di sekitar
lokasi
proyek
 Kelurahan
Lambara
Masyarak
at di
sekitar
lokasi
 Memberikan informasi
yang jelas kepada
masyarakat, terutama
yang berbatasan
langsung dengan
 Di sekitar
lokasi
proyek
 Kelurahan
Selama
kegiatan
sosialisasi
Selama
kegiatan
pembebasa
n/pengadaa
n lahan
Memantau
keresahan
masyarakat
tentang
harga dan batas/luasan
lahan
yang
terkait
dengan kepemilikan dan
 Di sekitar
lokasi
proyek
 Kelurahan
Diakhir
kegiatan
sosialisasi
Institusi
Pengelola/
Pemantau
(xi)
Pengelola:
Pemrakarsa
Pemantau:
 Pemrakarsa
 Lurah
Lambara
 Masyarakat
 Dinas LH
Kota Palu
Diakhir
kegiatan
pembebasa
n/pengadaa
n lahan
Pengawas:
 Lurah
Lambara
 Masyarakat
 Dinas LH
Kota Palu
Pengelola:
Pemrakarsa
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
Ket.
(xii)
42




lokasi rencana
kegiatan, serta
manfaat yang dapat
diperoleh masyarakat
sekitar proyek, melalui
pendekatan yang
intensif.
Penentuan batas
dilakukan secara
musyawarah dengan
masyarakat sekitar
dan diberi patok
permanen, berkaitan
dengan penentuan
posisi tapak proyek.
Melakukan sosialisasi
pengukuran dan
inteventarisasi pemilik
tanah lokasi TPS fly
ash dan bottom ash,
dan mencapai
kesepakatan
pengadaan tanahnya
dengan
memperhatikan harga
kompensasi tanah
yang disepakati
antara kedua belah
pihak PT. PJPP dan
masyarkat.
Hasil kesepakatan
dituangkan dalam
bentuk berita acara
yang ditandatangani
oleh yang
berkepentingan.
Melakukan koordinasi
dengan instansi
terkait.
Lambara
pembebasan lahan,
Lambara
Pemantau:
 Pemrakarsa
 Masyarakat
 Dinas LH
Kota Palu
 Dinas Tata
Ruang dan
Pertanahan
Kota Palu
Pengawas:
 Lurah
Lambara
 Masyarakat
 Dinas Tata
Ruang dan
Pertanahan
Kota Palu
 Dinas LH
Kota Palu
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
43
(i)
3
4
(ii)
Survey dan
pengukura
n
Desain
rencana
pembangun
an TPS fly
ash dan
bottom ash
(iii)
 Keresah
an
masyar
akat
 Preseps
i
masyar
akat
Keresahan
masyarak
at
(iv)
Masyarak
at di
sekitar
lokasi
Masyarak
at di
sekitar
lokasi
(v)
Memberikan informasi
yang jelas kepada
penduduk setempat
tentang tujuan
pelaksanaan survey dan
pengukuran. Pemberian
informasi dapat
dilakukan di tempat
umum atau dengan
mendatangi satu persatu
rumah penduduk,
khususnya masyarakat
yang berbatasan
langsung dengan
rencana lokasi
pembangunan/pengelola
an TPS fly ash dan
bottom ash
 Melakukan konsolidasi
dan negosiasi tentang
desain rencana
kegiatan yang tidak
menyalahi Peraturan
Daerah Kota Palu.
 Mengikuti aturan tata
ruang Kora Palu
sebagai dasar desain
rencana kegiatan.
 Mensosialisasikan
kepada masyarakat
(vi)
 Di sekitar
lokasi
proyek
 Di sekitar
lokasi
proyek
(vii)
Selama
kegiatan
survey dan
pengukuran
Selama
kegiatan
desain
(viii)
 Memantau
banyaknya/jumlah
penduduk
yang
mengeluh
dan
mengidentifikasi
jenis
keluhan yang timbul
dengan adanya rencana
pembangunan TPS fly
ash dan bottom ash.
 Memantau
persepsi
masyarakat
terhadap
keberadaan
kegiatan
pembangunan TPS fly
ash dan bottom ash.
 Memantau saran dan
pendapat
masyarakat
tentang desain TPS fly
ash dan bottom ash.
(ix)
 Di sekitar
lokasi
proyek
 Di sekitar
lokasi
proyek
(x)
Diakhir
kegiatan
survey dan
pengukuran
Diakhir
kegiatan
desain
(xi)
Pengelola:
Pemrakarsa
Pemantau:
 Pemrakarsa
 Masyarakat
 Dinas LH
Kota Palu
 Dinas Tata
Ruang dan
Pertanahan
Kota Palu
Pengawas:
 Lurah
Lambara
 Masyarakat
 Dinas Tata
Ruang dan
Pertanahan
Kota Palu
 Dinas LH
Kota Palu
Pengelola:
Pemrakarsa
Pemantau:
 Pemrakarsa
 Lurah
Lambara
 Masyarakat
 Dinas Tata
Ruang dan
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
(xii)
44
tentang desain rencana
tersebut dan
menginformasikan
kepada masyarakat
mengenai rencana
bentuk pengelolaan
TPS fly ash dan bottom
ash.
(i)
5
(ii)
Pemasanga
n
batas/pond
asi/pagar
(iii)
Keresahan
masyakar
at
(iv)
Masyarak
at di
sekitar
lokasi
(v)
 Menentukan dengan
jelas batas-batas lahan
milik masyarakat.
 Melibatkan masyarakat
dan secara bersamasama dengan mereka
dalam memasang
patok-patok batas lokasi
proyek.
Pertanahan
Kota Palu
(vi)
 Di sekitar
lokasi
proyek
(vii)
Selama
kegiatan
pemagaran/
batas
(viii)
 Memantau
banyaknya/jumlah
penduduk
yang
mengeluh
dan
mengidentifikasi
jenis
keluhan yang timbul
 Memantau
persepsi
masyarakat
terhadap
pemasangan
batas
lokasi
pembangunan
TPS fly ash dan bottom
ash.
(ix)
 Di sekitar
lokasi
proyek
 Kelurahan
Lambara
(x)
Diakhir
kegiatan
pemagaran/
batas
Pengawas:
 Lurah
Lambara
 Masyarakat
 Dinas Tata
Ruang dan
Pertanahan
Kota Palu
 Dinas LH
Kota Palu
(xi)
Pengelola:
Pemrakarsa
Pemantau:
 Pemrakarsa
 Masyarakat
 Dinas Tata
Ruang dan
Pertanahan
Kota Palu
Pengawas:
 Lurah
Lambara
 Masyarakat
 Dinas Tata
Ruang dan
Pertanahan
Kota Palu
 Dinas LH
Kota Palu
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
(xii)
45
Tahap Konstruksi
(ii)
(i)
Rekruitmen
6
tenaga
kerja
7
Penyediaan
sarana
jalan
menuju
lokasi TPS
(iii)
Keresahan
masyarak
at
 Keresah
an
masyar
akat
 Peruba
han
morfolo
gi
sungai
 Berkura
ngnya
vegetasi
dan
ganggu
an
fauna
 Penuru
nan
(iv)
Masyarak
at di
sekitar
lokasi
 Masyar
akat di
sekitar
lokasi
 Buanga
n gas,
debu,
dan
bising
yang
dihasilk
an dari
kendara
an
operasi
onal
 Sepanja
ng jalan
(v)
 Rekrutmen tenaga kerja
harus dilakukan secara
proporsional dengan
prioritas utama
masyarakat di sekitar
lokasi.
 Memberi pengarahan
kepada tenaga kerja
pendatang hendaknya
beradaptasi dan
berinteraksi dengan
masyarakat setempat.
 Penentuan batas
peruntukkan jalan
dilakukan secara
musyawarah dengan
masyarakat sekitar
dan diberi patok
permanen.
 Melakukan sosialisasi
pengukuran dan
inteventarisasi pemilik
tanah untuk
peruntukan jalan, dan
mencapai
kesepakatan
pengadaan tanahnya
dengan
memperhatikan harga
kompensasi tanah
(vi)
 Kelurahan
Lambara
 Rencana
rute jalur
 Kelurahan
Lambara
(vii)
(viii)
Selama
 Memantau
jumlah
kegiatan
penduduk
setempat
rekruitmen
yang diterima sebagai
tenaga kerja
tenaga kerja
 Memantau jumlah/jenis
usaha sektor informal
yang muncul akibat
penerimaan
tenaga
kerja
 Memantau
tingkat
pendapatan penduduk
setempat
 Memantau
perkembangan
kamtibmas selama dan
setelah
kegiatan
pembangunan TPS fly
ash dan bottom ash
berlangsung
(ix)
 Kelurahan
Lambara
Selama
 Memantau jumlah dan
kegiataan
jenis keluhan dari
penyediaan/
masyarakat terkait
pembuatan
kegiatan pembukaan
jalan
jalan
 Memantau jumlah/jenis
usaha sektor informal
yang muncul akibat
adanya saran jalan
yang dibuka
 Memantau kondisi fisik
Sungai Tawaeli dengan
cara pengukuran debit
dan pengamatan
morfologi sungai
 Memantau jumlah dan
jenis flora-fauna yang
terganggu/hilang yang
 Rencana
rute jalur
 Kelurahan
Lambara
(x)
Diakhir
kegiatan
rekruitmen
tenaga kerja
Diakhir
kegiataan
penyediaan/
pembuatan
jalan
(xi)
Pengelola:
Pemrakarsa
Pemantau:
 Pemrakarsa
 Dinas
Tenaga Kerja
 Masyarakat
 Dinas LH
Kota Palu
Pengawas:
 Dinas
Tenaga Kerja
 Masyarakat
 Dinas LH
Kota Palu
Pengelola:
Pemrakarsa
Pemantau:
 Pemrakarsa
 Masyarakat
 Dinas Tata
Ruang dan
Pertanahan
Kota Palu
 Dinas
perhubungan
Pengawas:
 Lurah
Lambara
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
(xii)
46
kualitas
udara
 Peningk
atan
kebising
an
yang
dilalui,
di
sekitar
lokasi
 Jumlah
dan
jenis
florafauna
yang di
sekitar







yang disepakati
antara kedua belah
pihak PT. PJPP dan
masyarkat.
Melakukan koordinasi
dengan instansi
terkait dan lembaga
yang ada di
Kelurahan Lambara.
Memasang ramburambu lalu lintas atau
papan pemberitahuan
yang ada
hubungannya dengan
kegiatan tersebut,
seperti: hati-hati
kendaraan proyek
keluar-masuk,
kurangi kecepatan
(kecepatan max. 40
km/jam).
Melakukan rekayasa
timbunan di Sungai
Tawaeli hingga pola
arus dan debit sungai
tetap sediakala
Menutup material
angkutan di mobil truk
dengan terpal
Menyiram tapak
pembukaan jalan
secara berkala
Memasang prasarana
jalan dan menanam
pohon kembali di
sekitar pinggir jalan
Melakukan pekerjaan
diluar jam sibuk dan
padat lalu lintas,
sehingga tidak
memiliki nilaipenting
 Memantau kadar debu
dan gas-gas oksida
karbon, oksida nitrogen
dan oksida sulfur di
udara.
 Memantau kondisi jalan
dan jumlah kecelakan
yang
terjadi
akibat
adanya
kendaraan
pembangunan TPS fly
ash dan bottom ash.
 Memantau tingkat
kebisingan yang timbul
diakibatkan oleh
kendaraan proyek.
 Masyarakat
 Dinas
perhubungan
 Dinas Tata
Ruang dan
Pertanahan
Kota Palu
 Dinas LH
Kota Palu
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
47





mengganggu jam
istirahat dan aktivitas
masyarakat
Melakukan
pengecekan
kelayakan operasi
peralatan dan
kendaraan
pengangkut.
Tidak membunyikan
kelakson secara
berlebihan
Pelaksana konstruksi
diwajibkan
menggunakan alatalat berat atau
kendaraan
pengangkut material
dan peralatan
konstruksi yang telah
lulus uji emisi.
Pelaksana konstruksi
diharuskan
melakukan
penyiraman pada
bagian areal kerja
yang berdebu
(khususnya pada
jalan ekisting yang
melintasi
permukiman).
Melaksanakan dan
membuat papan
pengumuman
larangan menebang
pohon/tanaman yang
memiliki nilai penting
dan berburu hewan
spesies tertentu di
wilayah kerja proyek.
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
48
(i)
8
(ii)
Mobilisasi
peralatan
dan bahan
material
(iii)
 Penuru
nan
kualitas
udara
 Peningk
atan
kebising
an
 Ganggu
an
lalulinta
s
 Kerusak
an
(iv)
 Buanga
n gas,
debu,
dan
bising
yang
dihasilk
an dari
kendara
an
operasi
onal
 Sepanja
ng jalan
 Melaksanakan dan
membuat
penyuluhan/pengumu
man pada pekerja dan
masyarakat tentang
larangan
mengganggu satwa
liar. Penyuluhan
dilakukan terhadap
masyarakat yang
tinggal di sekitar
lokasi proyek. Materi
yang disampaikan
terutama adalah
informasi tentang
jenis-jenis satwa liar
yang dilindungi dan
harus tetap terjaga
kelestarian dan
keberadaannya.
 Melakukan revegetasi
berupa tanaman
pelindung dan
beberapa tanaman
hias
(v)
 Menggunakan jalan di
luar waktu-waktu
kesibukan (pergi-pulang
kantor, pasar dan
sekolah).
 Memasang ramburambu lalu lintas atau
papan pemberitahuan
yang ada hubungannya
dengan kegiatan
tersebut, seperti: hatihati kendaraan proyek
keluar-masuk, kurangi
kecepatan (kecepatan
(vi)
 Di sekitar
lokasi
proyek
 Kelurahan
Lambara
(vii)
Selama
kegiatan
mobilisasi
peralatan
dan bahan
material
(viii)
 Memantau kadar debu
dan gas-gas oksida
karbon, oksida nitrogen
dan oksida sulfur di
udara.
 Memantau kondisi jalan
dan jumlah kecelakan
yang
terjadi
akibat
adanya
kendaraan
pembangunan TPS fly
ash dan bottom ash.
 Memantau
tingkat
kebisingan yang timbul
diakibatkan
oleh
(ix)
 Di sekitar
lokasi
proyek
(x)
Diakhir
kegiatan
mobilisasi
peralatan
dan bahan
material
(xi)
Pengelola:
Pemrakarsa
Pemantau:
 Pemrakarsa
 Dinas
Perhubungan
 Polantas
 Masyarakat
 Dinas LH
Kota Palu
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
(xii)
49
segmen
jalan
(i)
9
(ii)
Pembangu
nan
basecamp
(iii)
 Keresah
an
masyar
akat
 Ganggu
an
estetika
yang
dilalui,
di
sekitar
lokasi
max. 40 km/jam).
 Menutup
material
angkutan di mobil truk
dengan terpal
 Menyiram jalan lokasl (2
kali sehari) yang dilalui
oleh kendaraan
pengangkut.
 Menggunakan
kendaraan operasional
yang memenuhi standar
kualitas emisi.
 Melakukan
pemeliharaan jalan
secara berkala
(iv)
(v)
 Masyar  Membangun basecamp
akat di
dalam kawasan, .
sekitar
kalaupun dekat dengan
lokasi
permukiman, harus
sepengetahuan
 Sejumla
masyarakat setempat
h
limbah  Pembuatan
padat
prasarana/sarana
dan cair
pengolahan limbah
dan
padat dan cair
kegiata
sementara
n
pekerja
di
baseca
mp
kendaraan proyek.
(vi)
Di sekitar
lokasi
proyek
(vii)
Selama
kegaitan
pembangun
an
basecamp
(viii)
Memantau saran dan
keinginan masyarakat
tentang kegiatan dalam
basecamp.
Pengawas:
 Dinas
Perhubungan
 Polantas
 Dinas LH
Kota Palu
(ix)
Di sekitar
lokasi
proyek
(x)
Diakhir
kegiatan
pemabngun
an
basecamp
(xi)
Pengelola:
Pemrakarsa
Pemantau:
 Pemrakarsa
 Masyarakat
Pengawas:
 Lurah
Lambara
 Masyarakat
 Dinas LH
Kota Palu
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
(xii)
50
(i)
10
(ii)
Pematanga
n Lahan
(iii)
 Penuru
nan
kualitas
udara
 Peningk
atan
kebising
an
 Hilangn
ya
vegetasi
dan
ganggu
an
fauna
 Kecelak
aan
kerja
 Mening
katnya
aliran
permuk
aan
 Peruba
han
bentang
alam
dan
erosi
(iv)
 Masyar
akat di
sekitar
lokasi
 Naiknya
besaran
debu
dan
konsent
rasi
partikul
at dan
kebising
an dari
proses
pekerja
an
konstru
ksi
 Sejumla
h
pekerja
di lokasi
 Jumlah
dan
jenis
florafauna
yang di
sekitar
 Peruba
han
relief
topograf
i
(v)
 Membangun batas
proyek dengan pagar
seng setinggi 2,5 m,
untuk menghalangi
abu/tanah lepas di
permukaan dari
kegiatan cut and fill,
menuju ke luar lokasi
proyek
 Menyiapkan topi/helm,
sepatu, kaos tangan,
masker dan fasilitas
PPPK (pertolongan
pertama pada
kecelakaan) bagi para
pekerja
 Menutup bak kendaraan
ketika mengangkut
bahan material
 Melakukan penyiraman
rutin terjadap timbunan
yang mengalami
kekeringan
 Melakukan pengecekan
kelayakan operasi
peralatan dan
kendaraan pengangkut,
 Tidak membunyikan
kelakson secara
berlebihan
 Pelaksana konstruksi
diwajibkan
menggunakan alat-alat
berat atau kendaraan
pengangkut material
dan peralatan
konstruksi yang telah
lulus uji emisi.
(vi)
Di sekitar
lokasi
proyek
(vii)
(viii)
Selama
 Memantau kadar debu
kegiatan
dan gas-gas oksida
pematangan
karbon, oksida nitrogen
lahan
dan oksida sulfur di
udara.
 Memantau
tingkat
kebisingan yang timbul
diakibatkan
oleh
kendaraan proyek.
 Memantau
jumlah
keluhan
masyarakat
tentang
pelaksanaan
kegiatan
pematangan
lahan
 Memantau jumlah dan
jenis flora-fauna yang
terganggu/hilang yang
memiliki nilaipenting
 Memantau perubahan
relief
elevasi
yang
rentan mengalami erosi
 Memantau
jumlah
pekerja
dan
masyarakat
yang
menderita
sakit/kecelakaan
(ix)
Di sekitar
lokasi
proyek
(x)
Diakhir
kegiatan
pematangan
lahan
(xi)
Pengelola:
Pemrakarsa
Pemantau:
 Pemrakarsa
 Masyarakat
 Dinas
Tenaga Kerja
 Dinas LH
Pengawas:
 Lurah
Lambara
 Masyarakat
 Dinas LH
Kota Palu
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
(xii)
51
 Membuka lahan sesuai
dengan tata
batas/rencana yang
ditetapkan.
 Melaksanakan dan
membuat papan
pengumuman larangan
menebang
pohon/tanaman yang
memiliki nilai penting
dan berburu hewan
spesies tertentu di
lokasi pematangan
lahan wilayah kerja
proyek.
 Melaksanakan dan
membuat
penyuluhan/pengumum
an pada pekerja dan
masyarakat tentang
larangan mengganggu
satwa liar. Penyuluhan
dilakukan terhadap
masyarakat yang tinggal
di sekitar lokasi proyek.
Materi yang
disampaikan terutama
adalah informasi
tentang jenis-jenis
satwa liar yang
dilindungi dan harus
tetap terjaga kelestarian
dan keberadaannya.
 Melakukan revegetasi
berupa tanaman
pelindung dan
beberapa tanaman hias
 Selain dari revegetasi
juga akan dibangun
parit calon drainase
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
52
(i)
11
(ii)
Pembangu
nan
fasilitas
peyimpana
n Limbah
B3 fly ash
dan bottom
ash
(iii)
 Penuru
nan
kualitas
udara
 Peningk
atan
kebising
an
 Kecelak
aan
kerja
 Rentan
longsor
lokal/ke
cil
(iv)
 Naiknya
besaran
debu
dan
konsent
rasi
partikul
at dan
kebising
an dari
proses
pekerja
an
konstru
ksi
 Sejumla
h
pekerja
di lokasi
 Dinding
fasilitas
penyim
panan
fly ash
dan
untuk mengatur aliran
permukaan dan
menekan laju erosi, jika
terjadi hujan lebat
 Mempertahankan
habitat satwa liar
diantaranya dengan
meminimalkan
pembukaan lahan,
terbatas pada lokasi
yang digunakan untuk
pembangunan pabrik
dan fasilitas
penunjangnya.
(v)
 Menyiapkan topi/helm,
sepatu, kaus tangan,
sumbat telinga (ear
plug), masker dan
fasilitas PPPK bagi
para pekerja.
 Secara berkala
menyirami sekitar
lokasi yang berpotensi
menimbulkan debu
(sedikitnya 2 x sehari).
 Menanam pepohonan
(sebaiknya yang
bernilai keindahan) di
sekililing lokasi yang
dapat berfungsi
sebagai pohon
pelindung serta
penyaring debu dan
peredam kebisingan.
 Membangun pagar
beton/batako setinggi ±
3,5 m di sekililing lokasi
yang dapat berfungsi
untuk menahan debu
(vi)
 Di sekitar
lokasi
proyek
(vii)
Selama
tahap
pembangun
an fasilitas
peyimpanan
Limbah B3
fly ash dan
bottom ash
(viii)
 Memantau
tingkat
penurunan
kualitas
udara terutama kadar
debu dan partikulat lain.
 Memantau
intensitas
tingkat
kebisingan
selama
kegiatan
pembanunan fasilitas
penyimpanan
berlangsung
 Memantau
keluhan
masyarakat sekitar
 Memantau kestabilan
tanah/dinding fasilitas
penyimpanan fly ash
dan bottom ash
 Memantau
jumlah
pekerja
dan
masyarakat
yang
menderita
sakit/kecelakaan
 Memantau
kondisi
fasilitas penyimpanan
yang
harus
sesaui
dengan PP. 101 Tahun
(ix)
 Di sekitar
lokasi
proyek
(x)
Diakhir
kegiatan
pembangun
an fasilitas
peyimpanan
Limbah B3
fly ash dan
bottom ash
(xi)
Pengelola:
Pemrakarsa
Pemantau:
 Pemrakarsa
 Dinas
Tenaga Kerja
 Masyarakat
Pengawas:
 Dinas
Tenaga Kerja
 Masyarakat
 Dinas LH
Kota Palu
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
(xii)
53
bottom
ash




permukaan untuk tidak
keluar lokasi dan
sebagai barrier
kebisingan.
Kekuatan bangunan
harus
mempertimbangkan
faktor kegempaan
wilayah ini. Gempa
terbesar yg pernah
terjadi di sekitar wilayah
ini 7,6 SR.
Dilarang parkir
kendaraan alat berat
dan dump truk di
sekitar fasilitas
penyimpanan waste
impoundment, agar
tidak ada beban di
atasnya
Selain kegiatan
operasional
penyimpanan,
kendaraan alat berat
dilarang untuk
beraktivitas agar tidak
menimbulkan getaran
yang berlebihan dan
kontinu
Melakukan galian
dengan sistem tanah
lapisan dibuat berteras,
dan segeran
menempatkan fly ash
dan bottom ash
sebagai penyangga
untuk menghindari
longsor lokal/kecil.
2014 dan perencanaan
selama pembangunan
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
54
(i)
12
(ii)
Pembangu
nan/pengad
aan
fasilitas
penunjang:
 Sumber
air
 Sumber
dan
jaringan
listrik
 Jalan
khusus
dan
drainase
 Kantor
 Gudang/
parkir
alat berat
dan
pencucia
n mobil
 Parkir,
RTH, dan
taman
 Bak
sampah
(iii)
 Keresah
an
masyar
akat
 Kecelak
aan
kerja
 Ganggu
an
kuantita
s air
tanah
 Penuru
nan
kualitas
udara
 Peningk
atan
kebising
an
 Ganggu
an
kesehat
an
 Ganggu
an
estetika
(iv)
 Masyar
akat di
sekitar
lokasi
 Penuru
nan
debit
distribus
i PDAM
dan
produks
i air
tanah
 Naiknya
besaran
debu
dan
konsent
rasi
partikul
at dan
kebising
an dari
proses
pekerja
an
konstru
ksi
 Sejumla
h
pekerja
di lokasi
 Timbula
n bau
dan
vektor
penyakit
(v)
 Menyiapkan topi/helm,
sepatu, kaus tangan,
sumbat telinga (ear
plug), masker dan
fasilitas PPPK bagi
para pekerja.
 Melakukan
pencampuran semen
dengan hati-hati
sedemikian debunya
tidak terbang kemanamana.
 Secara berkala
menyirami sekitar
lokasi yang berpotensi
menimbulkan debu
(sedikitnya 2 x sehari).
 Kekuatan bangunan
harus
mempertimbangkan
faktor kegempaan
wilayah ini. Gempa
terbesar yg pernah
terjadi di sekitar wilayah
ini 7,6 SR.
 Menanam pepohonan
(sebaiknya yang
bernilai keindahan) di
sekililing lokasi yang
dapat berfungsi
sebagai pohon
pelindung serta
penyaring debu dan
peredam kebisingan
(bibit disiapkan oleh
pemrakarsa).
 Menggunakan material
perpipaan yang standar
dan tidak mudah
(vi)
 Di sekitar
lokasi
proyek
(vii)
Selama
tahap
Pembangun
an/pengada
an fasilitas
penunjang
(viii)
 Memantau
tingkat
penurunan
kualitas
udara terutama kadar
debu dan partikulat lain.
 Memantau
intensitas
tingkat
kebisingan
selama
kegiatan
pembanunan
berlangsung
 Memantau
jumlah
pekerja
dan
masyarakat menderita
sakit/kecelakaan
 Memantau kualitas dan
debit air tanah (sifat
fisik, kimia dan biologi)
yang digunakan
 Memantau kebersihan
lingkungan sekitar
 Memantau
kondisi
sumur waga sekitar
 Memantau jenis dan
kualitas
komponen
listrik yang digunakan
 Memantau keluhan dari
masyarakat
sekitar
proyek
(ix)
 Di sekitar
lokasi
proyek
(x)
Diakhir
kegiatan
Pembangun
an/pengada
an fasilitas
penunjang
(xi)
Pengelola:
Pemrakarsa
Pemantau:
 Pemrakarsa
 Dinas
Tenaga Kerja
 Masyarakat
Pengawas:
 Dinas
Tenaga Kerja
 Masyarakat
 Dinas LH
Kota Palu
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
(xii)
55






terkena karat dan
patah. Dengan sistem
distribusi tertutup, yaitu
menggunakan pipa
yang memunuhi
standar yang telah
ditentukan. Usahakan
sambungan antara pipa
tidak ada yang bocor.
Menempatkan kran di
setiap terminal pipa
untuk menghindari air
tidak terbuang
percuma.
Penggunaan air harus
terkontrol dan tetap
memperhatikan
kebutuhan masyarakat
di sekitar lokasi
pembangunan/
pengelolaan TPS fly
ash dan bottom ash.
Menggunakan
komponen listrik yang
berkualitas tinggi untuk
menghindari terjadinya
hubungan pendek.
Mengurangi
penggunaan alat yang
dapat menambah
kebisingan.
Jika dalam keadaan
darurat, digunakan
genset yang paling
rendah mengeluarkan
getaran dan bising.
Menempatkan genset
pada ruang terisolasi
tetapi tempat tersebut
mempunyai ventilasi
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
56
 Lantai lapangan parkir
menggunakan papin
atau pasir dan kerikil
yang diratakan, bukan
cor beton yang
menutupi lahan secara
keseluruhan
 Mengisi taman dengan
tumbuhan berdaun
rindang.
 Penguraian tinja oleh
bakteri anaerob (tanpa
oksigen) membutuhkan
lingkungan yang
kedap, sehingga septic
tank harus tertutup dan
diberi lapisan semen di
semua sisi, sebab jika
tidak dilapisi tidak
hanya akan mencemari
air tanah tetapi juga
membuat proses
penguraian tinja secara
anaerob terhambat.
Jika septic tank penuh
maka akan dihisap
oleh mobil penghisap
tinja
 Menempatkan septic
tank berjarak jaruh dari
sumber air bawah
permukaan
 Membuang sampah
pada tempatnya, jika
full langsung dibawa ke
tempat penampungan
sampah dan langsung
dibakar untuk
menghindari lalat, bau,
dan gangguan estetika
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
57
(ii)
(i)
Tahap Operasi
Demobilisa
13
si peralatan
dan bahan
material
(iii)
 Penuru
nan
kualitas
udara
 Peningk
atan
kebising
an
 Ganggu
an
(iv)
 Menyiapkan TPS
limbah B3/fasilitas
penyimpanan oli
bekasdi bengkel.
Limbah oli bekas
ditampung dalam drum
yang diletakkan pada
lantai rata, tidak
bergelombang dan
kedap terhadap
rembesan fluida agar
tidak ada ceceran oli
yang merembes ke
tanah. Oli bekas tsb
sama sekali tidak boleh
di buang ke laut atau
sungai atau di tempattempat lain yg bisa
mencemari dan
merusak lingkungan
hidup. Sebaiknya tetap
ditampung sambil
menunggu atau
mencari orang yang
kemungkinan bisa
menggunakan oli bekas
tersebut untuk tujuan
lain.
(v)
 Buanga  Menggunakan jalan di
n gas,
luar waktu-waktu
debu,
kesibukan (pergi-pulang
dan
kantor, pasar dan
bising
sekolah).
yang
 Memasang rambudihasilk
rambu lalu lintas atau
an dari
papan pemberitahuan
kendara
yang ada hubungannya
an
dengan kegiatan
(vi)
 Di sekitar
lokasi
proyek
 Kelurahan
Lambara
(vii)
(viii)
Selama
 Memantau kadar debu
tahap
dan gas-gas oksida
pascakonstr
karbon, oksida nitrogen
uksi
dan oksida sulfur di
udara.
 Memantau kondisi jalan
dan jumlah kecelakan
yang
terjadi
akibat
adanya
kendaraan
pembangunan TPS fly
(ix)
(x)
 Di sekitar
lokasi
proyek
 Kelurahan
Lambara
Diakhir
kegiatan
demobilisasi
peratan dan
bahan
material
(xi)
Pengelola:
Pemrakarsa
Pemantau:
 Pemrakarsa
 Dinas
Perhubungan
 Polantas
 Masyarakat
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
(xii)
58
lalulinta
s
 Kerusak
an
segmen
jalan
(i)
14
(ii)
Pengopera
sian dan
Pemelihara
an TPS fly
ash dan
bottom ash
(iii)
 Penuru
nan
kualitas
udara
 Peningk
atan
kebising
an
 Ganggu
an
lalulinta
s
 Kerusak
an
segmen
jalan
 Kecelak
aan
kerja
dan
operasi
tersebut, seperti: hational
hati kendaraan proyek
keluar-masuk, kurangi
 Sepanja
kecepatan (kecepatan
ng jalan
max. 40 km/jam).
yang
dilalui,
 Menutup material
di
angkutan di mobil truk
sekitar
dengan terpal
lokasi
 Menyiram jalan lokal (2
kali sehari) yang dilalui
oleh kendaraan
pengangkut.
 Menggunakan
kendaraan operasional
yang memenuhi standar
kualitas emisi.
 Melakukan
pemeliharaan jalan
secara berkala
(iv)
(v)
 Buanga  Menyiapkan topi/helm,
n gas,
sepatu, kaos tangan,
debu,
masker dan fasilitas
dan
PPPK (pertolongan
bising
pertama pada
yang
kecelakaan) bagi para
dihasilk
pekerja
an dari  Menggunakan jalan
kendara
dilakukan di luar waktuan
waktu kesibukan (pergioperasi
pulang kantor dan
onal
sekolah).
 Sepanja  Memasang rambung jalan
rambu lalu lintas atau
yang
papan pemberitahuan
dilalui,
yang ada hubungannya
di
dengan kegiatan
sekitar
tersebut, seperti: hatilokasi
hati kendaraan proyek
keluar-masuk, kurangi
 Penuru
ash dan bottom ash.
 Memantau
tingkat
kebisingan yang timbul
diakibatkan
oleh
kendaraan proyek.
(vi)
 Di sekitar
lokasi
proyek
 Kelurahan
Lambara
(vii)
Selama
kegiatan
operasional
(viii)
 Memantau penurunan
kualitas
air
tanah
warga
 Memantau kadar debu
dan gas-gas oksida
karbon,
oksida
nitrogen dan oksida
sulfur di udara.
 Memantau
jumlah
pekerja
dan
masyarakat menderita
sakit/kecelakaan
 Memantau
jumlah
kecelakan yang terjadi
akibat
aktivitas
kendaraan
pengangkut
 Memantau
keluhan
dari masyarakat di
sekitar TPS fly ash
Pengawas:
 Dinas
Perhubungan
 Polantas
 Dinas LH
Kota Palu
(ix)
 Di sekitar
lokasi
proyek
 Kelurahan
Lambara
(x)
2x setahun
atau
persemester
selama
kegiatan
operasional
(xi)
Pengelola:
Pemrakarsa
Pemantau:
 Pemrakarsa
 Dinas
Perhubungan
 Polantas
 Dinas
Tenaga Kerja
 Masyarakat
 Dinas LH
Kota Palu
Pengawas:
 Lurah
Lambara
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
(xii)
59
ganggu
an
ksehata
n
 Ganggu
an
kualitas
air
tanah
 Potensi
abu
terbang
dan
perlindi
an
nan
kecepatan (kecepatan
paramet
max. 40 km/jam).
er
 Menyiram jalan sekitar
kualitas
(2 kali sehari) yang
air
dilalui oleh kendaraan
tanah
pengangkut.
 Sejumla  Memlihara jalan secara
h
berkala
pekerja  Menggunakan
di lokasi
kendaraan operasional
yang memenuhi standar
kualitas emisi.
 Memasang
pengumuman dilarang
merokok
 Melatih karyawan untuk
menanggulangi bahaya
kebakaran, landslide,
dan gempa.
 Melakukan
penyimpanan fly ash
dan bottom ash terlebih
dahulu pada ruang yang
berdekatan dengan
dinding fasilitas
penyimpanan waste
impoundment hingga
padat, merata, dan
penuh untuk
menyangga dinding
tersbut
 Lapisan tanah setempat
harus dipadatkan
hingga memenuhi
kriteria padat sebagai
filter/penghalang 3,
kemudian dialasi
dengan geomembran
sebagai
filter/penghalang tahap
dan bottom ash
 Memantau
segmen
jalan yang rusak.
 Memantau intensitas
tingkat
kebisingan
selama kegiatan ini
berlangsung.
 Memantau komponen
fasilitas penyimpanan
fly ash dan bottom ash
 Masyarakat
 Dinas LH
Kota Palu
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
60



(i)
15
(ii)
Pemanfaata
n dan
penimbuna
n akhir
Limbah B3
(iii)
 Penuru
nan
kualitas
air
udara
(iv)
 Buanga 
n gas,
debu,
dan
bising
2 jika terdapat air yang
lolos dari filter tahap 1
(jika terjadi kebocoran).
Hal ini dilaukan untuk
menghindari lindi.
Menutupi fly ash dan
bottom ash dengan
geomembran. Agar
tidak mengalami
kebocoran,
geomembran
disambung hingga rekat
seperti menyatu,
kemudian dibentangkan
di atas tumpukan fly ash
dan bottom ash yang
memanjang hingga ke
tepi drainase.
Geomembran tersebut
kemudian ditindis oleh
ban/karung pasir
sebagai pemberat. Hal
ini dilakukan agar air
hujan tidak
tertampung/tergenang
dan merembes.
Melakukan penanaman
pohon pelindung
sebagai jalur green belt
untuk meredam bising
dan debu
Mencuci dump truk dan
alat berat yang telah
beroperasi
(v)
Menyiapkan topi/helm,
sepatu, kaos tangan,
masker dan fasilitas
PPPK (pertolongan
pertama pada
(vi)
 Di sekitar
lokasi
proyek
(vii)
Selama
kegiatan
operasional
(viii)
 Memantau
bentuk,
penempatan
dan
pengelolaan TPS
 Memantau
kualitas
udara
(ix)
 Di sekitar
lokasi
proyek
(x)
2x setahun
atau
persemester
selama
kegiatan
(xi)
Pengelola:
Pemrakarsa
Pemantau:
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
(xii)
61
fly ash dan
bottom ash
dari TPS
 Peningk
atan
keisinga
n
 Ganggu
an
kesehat
an
pekerja
Tahap Psaca Operasi
(ii)
(i)
Penutupan
16

TPS fly ash
dan bottom
ash
(iii)
Penuru
nan
kualitas
air
tanah
 Peningk
atan
kebising
an
 Memantau
intesitas
kebisingan
 Memantau
keluhan
dari
masyarakat
sekitar
yang
kecelakaan) bagi para
dihasilk
pekerja
an dari  Menyiram jalan sekitar
kendara
(2 kali sehari) yang
an
dilalui oleh kendaraan
operasi
pengangkut.
onal
 Menggunakan
 Sejumla
kendaraan operasional
h
yang memenuhi standar
pekerja
kualitas emisi.
di lokasi  Mencuci dump truk dan
alat berat yang telah
beroperasi
(iv)
Naiknya
besaran
debu dan
konsentrasi
partikulat
dan
kebisingan
dari proses
pekerjaan
penutupan
(v)
 Melakukan reklamasi
kembali ex-lahan
fasilitas penyimpanan
 Melakukan penyiraman
lahan 2x sehari
 Menanam pepohonan
(sebaiknya yang bernilai
keindahan)
 Melakukan
pemanfaatan ex-lahan
TPS dengan
sepengatuhan
masyarkat dan
lembaga/instansi terkait
 Memanfatkan ex-lahan
TPS untuk
usaha/kegiatan yang
tidak meresehakan
masyarakat sekitar dan
mencemari lingkungan
operasional
 Pemrakarsa
 Lurah
Lambara
 Masyarakat
 Dinas LH
Kota Palu
Pengawas:
 Masyarakat
 Lurah
Lambara
 Dinas LH
Kota Palu
(vi)
Di sekitar
lokasi
proyek
(vii)
Selama
kegiatan
penutupan
(viii)
 Memantau kadar debu
dan gas-gas oksida
karbon,
oksida
nitrogen dan oksida
sulfur di udara.
 Memantau
keluhan
saran, pendapat, dan
tanggapan
dari
masyarakat
(ix)
Di sekitar
lokasi
proyek
(x)
Diakhir
kegiatan
penutupan
(xi)
Pengelola:
Pemrakarsa
Pemantau:
 Pemrakarsa
 Lurah
Lambara
 Masyarakat
 Dinas LH
Kota Palu
Pengawas:
 Lurah
Lambara
 Masyarakat
 Dinas LH
Kota Palu
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
(xii)
62
D. JUMLAH DAN JENIS PPLH YANG DIBUTUHKAN
Dalam hal usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan yaitu Rencana
Pembangunan/Pengelolaan
Tempat
Penyimpanan
Sementara
(TPS)
Limbah B3 Fly Ash dan Bottom Ash oleh PT. Pusaka Jaya Palu Power di
Kelurahan Lamabara Kecamatan Tawaeli Kota Palu, memerlukan
beberapa jenis izin atau aturan untuk tujuan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup yaitu Izin penyimpanan sementara
limbah bahan berbahaya dan beracun (Limbah B3).
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
63
E. SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama
: Albert Wu
Jabatan
: Direktur
Perusahaan
: PT. Pusaka Jaya Palu Power
Alamat
: Kel. Lambara Kec. Tawaeli Kota Palu
Alamat Kantor
: Jln. Yodo Panau
No. HP
: 0451 – 492509
Adalah penanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan termasuk pengelolaan dan
pemantauan lingkungan dari usaha dan/atau kegiatan
Nama
: Pembangunan/Pengelolaan TPS fly ash dan bottom ash
Lokasi
: Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
Dengan ini menyatakan dengan sungguh-sungguh bahwa:
1. Dalam menyusun dokumen/formulir isian UKL-UPL atas usaha dan/atau
kegiatan tersebut di atas, kami senantiasa mengacu pada ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku
2. Bersedia melaksanakan upaya pengelolaan dan pemantauan, serta bersedia
secara berkala melaporkan hasilnya kepada Dinas Lingkungan Hidup Kota
Palu dan instansi terkait minimal 2 kali dalam setahun, yaitu pada Bulan
Juni dan Desember tahun berjalan
3. Bersedia dipantau terhadap dampak dari usaha dan/atau kegiatan kami
oleh pihak yang memiliki surat tugas dari pejabat yang berwewenang
menurut ketentuan dan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku
4. Apabila kami lalai melaksanakan upaya pengelolaan dan pemantauan
lingkungan, maka kami bersedia mengehentikan usaha dan/atau kegiatan
kami serta bersedia menanggung risiko yang ditimbulkannya serta ditindak
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
5. Bersedia menyusun kembali formulir UKL-UPL apabila terjadi setiap
perubahan, perluasan lokasi dan/atau pengembangan dan kegiatan
laninnya yang belum dimasukkan dalam dokumen ini
Palu,
Maret 2017
PT. PUSAKA JAYA PALU POWER
Direktur,
Albert Wu
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
64
F. DAFTAR PUSTAKA
Pustaka Ilmiah
Alley, E.R., (2007): Water Quality Control Handbook, 2nd Eds, McGraw-Hill
Arsyad, S (1989): Konservasi Tanah dan Air, Penebit IPB
Bowles, E.J., alih bahasa Halnim, J.K., (1984): Sifat-sifat Fisis dan
Geoteknis Tanah (Mekanika Tanah), Penerbit Erlangga
Canter, Larry W., (1977): Environmental Impact Assessment, McGraw-Hill
Book Company
Craig, F.R., (1987): Mekanika Tanah (Terjemahan dari Soil Mecahanicd 4th
edition), Erlangga
Daud, A., (2010): Analisis Kualitas Lingkungan, Penerbit Ombak
Dunne,T., (1977): Evaluation of Erosion Condition and Trend. In Guidelines
for Watershed Management. FAO Conservation Guide No.1. p.53-83
Godish,Th., (2003): Air Quality, 4th Eds, Lewis Publisher
Hadi, A., (2007): Prinsip Pengelolaan Pengambilan Sampel Lingkungan, PT
Gramedia Pustaka Utama
Hamer, W.I., (1982): Soil Conservation. Consultant Final Report. Tech. Note
No. 26 Centre For Soil Research
Hardjasoemantri, K., (1993): Hukum Perlindungan Lingkungan Konservasi
Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Edisi Kedua. Cetakan
Pertama. Gadjah Mada Unversity Press
Harto, S., (1993): Analisis Hidrologi. Cetakan Pertama. PT. Gramedia
Pustaka Utama
Kementerian Lingkungan Hidup.
(2007):
Memprakirakan Dampak
Lingkungan: Kualitas Udara, Deputi Bidang Tata Lingkungan Kementerian Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia
Mueller-Dombois, D. and Ellenberg, H., (1974): Aims and Methods of
Vegetation Ecology. Canada: John Wiley and Sons, Inc.
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
65
Notoatmodjo, (2003): Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta
Odum, E.P., (1971): Fundamental of Ecology. Third Edition. W.B. Sounders
Co. Philadelphia and London, 546 pp.
Primack, R.B.I., Suproanto, M., dan Kramadibrata, P., (1998): Biologi
Konservasi, Yayasan Obor Indonesia
Purba, Jonny., (2002): Pengelolaan Lingkungan Sosial. Kantor Menteri
Negara Lingkungan Hidup. Penerbit Obo
Rump. H. and H. Kirst. (1992): Laboratory Manual For The Examination of
Water. Waste and Soil. 2nd ed. VCH.
Reynolds, J.M., (1997): An Introduction to Applied and Environmental
Geophysics, John Wiley & Sons Inc.
Samingan, T., (1992): Prosedur Pendugaan dan Penilaian Dampak Terhadap
Vegetasi. Prosiding Seminar I: Metodologi Prakiraan Dampak Dalam
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Nopember 1992
Soerianegara, I dan Indrawan, A., (2002): Ekologi Hutan Indonesia. Bogor:
Laboratorium Ekologi Hutan. Fakultas Kehutanan Institut
Pertanian Bogor.
Soemarwoto, O., (2001): Atur Diri Sendiri; Paradigma Baru Pengelolaan
Lingkungan Hidup Gadjah Mada University Press
Sukamto, R., Sumadirdja, H., Suptandar, S., Hardjoprawiro, S., dan
Sudana, D., (1973): Peta Geologi Tinjau Lembar Palu, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi
Sompotan, A.F., (2012): Struktur Geologi Sulawesi, Perpustakaan Sains
Kebumian, ITB.
Srikandi, F., (1992): Polusi Air dan Udara. Edisi I. Cetakan I.
Kanisius
Yayasan
Sukandarrumidi, (2011): Pemetaan Geologi, Gadjah Mada University Press
Taib, T.M.I., (1999): Eksplorasi Geolistrik, Program Studi Teknik Geofisika,
ITB
Tamin, OZ, (2000): Perencanaan dan Pemodelan Transportasi, Penerbit ITB
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
66
Tjasyono, B. HK. (1986): Iklim dan Lingkungan. Penerbit PT. Cendekia Jaya
Utama
Triatmodjo, (2008): Hidrologi Terapan, Bet Offset
USEPA, (2003): Compilation of Air Pollutan Emission Factors (Paved
Roads),AP 42, 5th Eds, Vol I
Pustaka Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 1991 tentang Sungai
Peraturan Pemerintah No.
Pencemaran Udara
41
Tahun
1999
tentang
Pengendalian
Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air
Dan Pengendalian Pencemaran Air
Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah
Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan
Peraturan Pemerintah No. 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya Dan Beracun
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 02 Tahun 2008 tentang
Pemanfaatan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 18 Tahun 2009 Tentang
Tata Cara Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahya dan
Beracun
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 30 Tahun 2009 tentang
Tata Laksana Perizinan dan Pengawasan Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun Serta Pengawasan Pemulihan
Akibat Pencemaran Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Oleh
Pemerintah Daerah
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 16 Tahun 2012 tentang
Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
67
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 17 Tahun 2012 tentang
Pedoman Keterlibatan Masyarakat Dalam Proses Analisis Dampak
Lingkungan Hidup Dan Izin Lingkungan
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 14 Tahun 2013 tentang
Simbol dan Label Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 05 Tahun 2014 tentang
Baku Mutu Air Limbah
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor:416/MEN.KES/PER/IX/1990 tentang
Syarat-Syarat Dan Pengawasan Kualitas Air
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 11/PRT/M/2011 tentang
Pedoman Penyelanggaraan Jalan Khusus
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 19/PRT/M/2011 tentang
Persyaratan Teknis Jalan Dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
tentang Baku Tingkat Kebisingan
No.
Kep-48/MENLH/11/1996
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 37 Tahun 2003 tentang Metoda
Analisis Kualitas Air Permukaan Dan Pengambilan Contoh Air
Permukaan
Kepmen Kes No. 876/Menkes/SK/VIII/2001 tentang Pedoman Teknis
Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan
Pedoman Survei Pencacahan Lalu Lintas Dengan Cara Manual, 2004,
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah
Peraturan Daerah Kota Palu No. 16 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Kota Palu Tahun 2010-2030
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-1
LAMPIRAN
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-2
Lampiran 1.
BUKTI FORMAL SURAT-SURAT PERUSAHAAN
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-3
Lampiran 2.
RONA AWAL LINGKUNGAN HIDUP
A. KOMPONEN GEOFISIKA – KIMIA
1.
IKLIM
Data iklim untuk wilayah studi diambil dari Stasion Meteorologi di Bandara
Mutiara Palu. Stasion Meteorologi ini terletak pada koordinat 54’ 56,94’’ LS
dan 1190 54’ 19,86’ BT, pada ketinggian 84 meter dpl. Data ini meliputi suhu,
kelembaban udara, dan angin, sedangkan data curah hujan diambil dari pos
pengamatan curah hujan di Kecamatan Tawaeli yang terletak pada koordinat
119o 52’ 08,4” BT - 00o 43’ 58,1” LS.
a) Suhu Udara
Hasil pencatatan suhu di Stasion Meteorologi Mutiara Palu pada 2007–
2016, menunjukkan bahwa suhu udara rata-rata bulanan tertinggi
(29,5oC) terjadi pada
Oktober 2015 dan suhu udara rata-rata bulanan
terendah (20,5oC) terjadi pada Maret 2014. Keadaan suhu di wilayah
penelitian untuk 10 tahun terakhir disajikan dalam Tabel (L-1).
b) Kelembaban Udara
Kelembaban udara yang dicatat pada stasiun yang sama untuk 10 tahun
terakhir berkisar antara 69 – 84%. Dalam kurun waktu tersebut,
kelembaban udara tertinggi terjadi pada Januari 2014 yakni 84%,
sedangkan kelembaban udara terendah terjadi pada September 2009,
yaitu 69%. Secara lengkap, keadaan kelembaban udara di wilayah
penelitian untuk 10 tahun terakhir disajikan dalam Tabel (L-2).
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-4
Tabel L-1: Nilai suhu udara dalam oC menurut bulan (2007-2016)
No.
Bulan
2007 2008 2009
1
Januari
27,2
26,9
27,1
2
Februari
24,1
27,1
26,8
3
Maret
27,2
26,5
26,9
4
April
27,9
26,4
27,0
5
Mei
28,1
26,8
27,5
6
Juni
27,5
26,6
27,4
7
Juli
27,0
25,9
26,7
8
Agustus
27,0
25,7
28,1
9
September
26,3
26,5
28,7
10
Oktober
28,2
26,8
28,2
11
November
27,3
26,9
28,5
12
Desember
27,9
26,9
27,9
Rata-rata
27,1
26,6
27,6
Sumber:Stasion Meteorologi Palu, 2016
2010
27,4
28,1
28,7
28,7
28,2
27,1
27,1
26,7
27,0
27,7
28,2
27,6
27,7
Tahun
2011 2012
27,3
27,1
26,5
27,5
26,9
27,6
27,8
27,8
28,0
28,2
27,9
27,7
27,2
26,4
28,0
27,3
27,1
27,9
28,1
28,8
28,2
28,3
27,6
27,9
27,6
27,7
2013
27,7
27,7
28,5
28,2
28,0
28,0
26,6
26,8
27,6
27,9
28,0
27,9
27,7
2014
26,1
26,7
20,5
24,4
28,5
28,0
28,2
27,2
27,6
27,59
27,59
27,59
26,7
2015
27,7
27,7
28,5
27,3
28,0
28,0
26,6
26,8
27,6
29,5
28,0
27,9
27,8
2016
29,0
28,8
29,2
28,9
28,8
27,9
27,7
28,4
27,7
27,4
28,1
27,6
28,3
Tabel L-2: Kelembaban udara relatif dalam % menurut bulan (2007-2016)
No.
Bulan
2007 2008 2009
1
Januari
79
78
76
2
Februari
81
75
77
3
Maret
77
79
78
4
April
76
81
80
5
Mei
78
77
77
6
Juni
78
79
75
7
Juli
82
82
76
8
Agustus
79
83
73
9
September
77,8
80
69
10
Oktober
71,3
80
71
11
November
77,3
80
73
12
Desember
75,0
79
74
Rata-rata
78
79
75
Sumber:Stasion Meteorologi Palu, 2016
2010
76
72
70
73
79
82
80
82
81
76
74
75
77
Tahun
2011 2012
76
80
79
76
78
75
73
76
76
73
76
74
76
82
73
78
80
74
73
72
75
75
78
77
76
76
2013
77
76
73
77
77
74
81
78
77
75
77
76
77
2014
84
78
74
76
76
79
76
77
78
78
78
78
78
2015
77
76
73
83
77
74
81
78
77
75
77
77
77
2016
71
72
73
74
77
78
78
74
76
79
75
76
75
c) Curah Hujan
Curah hujan merupakan salah satu parameter pening yang harus dianalisis
dan dipertimbangkan, hal ini berhubungan dengan prakiraan laju aliran
permukaan untuk menghitung debit maksimum dan dasar dalam
perencanaan drainase di lokasi TPS.
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-5
Tabel L-3: Curah dan hari hujan di Kecamatan Tawaeli menurut bulan (2014-2016)
2014 (mm)
Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Jumlah
HH
16
2
3
2
14
5
5
5
2
1
3
7
65,00
Total
CH
365
21
5,2
17,3
282
66,2
58,1
33,5
12,5
13
14
73,5
961,30
Max
Min
Rata2
HH
55
12
5,2
15,8
25
19,5
29
11
9
13
7
31
232,5
2
9
5,2
1,5
15
5
2,6
3
3,5
13
3
1
22,81
10,50
5,20
8,65
20,14
13,24
11,62
6,70
6,25
13,00
4,67
10,50
133,28
12
8
6
5
4
9
3
2
2
3
5
2
61,00
2015 (mm)
Total
Max Min
CH
115
21
1
131
29
5
54
19
2
58,5
20
1
19
11
1
122,7
26
5
27,5
10,5
7
21,5
12,5
9
23,3
22
1,3
26,7
21
2
10
3
1
7,7
4
3,7
616,90
199
2016 (mm)
Rata2
HH
9,58
16,38
9,00
9,75
4,75
13,63
9,17
10,75
11,65
8,90
2,00
3,85
109,41
5
5
3
3
4
4
5
2
4
10
4
8
57,00
Total
CH
11,3
14,5
11,4
6,1
20
8,2
30,3
11,8
41,6
312,1
44
127,5
638,80
Max
Min
Rata2
3,5
5,3
6,2
2,7
10
4,5
10,4
6,3
18,6
124
21
42
254,5
1
1
2,2
1
1
1,3
1,1
5,5
2
1
2
2
2,26
2,90
3,80
2,03
5,00
2,73
6,06
5,90
10,40
31,21
11,00
15,94
99,23
Sumber: Stasion Meteorologi Mutiara Palu (pos hujan Tawaeli), 2017]
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
L-6
Tabel L-4: Curah dan hari hujan di Kota Palu menurut bulan (2007-2016)
Tahun
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
Rata2
Jan Feb Mar
111 89
49
37
13
135
12
56
73
59
32
12
65
88
45
110 24
46
51
28
35
137 34,8 33,4
56
58
64,6
27 8,8 261,7
66 43
76
Apr
55
59
162
80
24
99
58,5
42,2
70
87,1
74
Bulan
Mei Jun
Jul
Agt
Sep Okt Nov Des
79
104
143
108
48
27
76
61
30
55
187
199
61 103 50
21
28
40
44
16
10
13
54
55
82
123
112
100
114 67
44
39
34
76
33
52
101 51
54
48
16
53
166
83
15
32
28
79
49,8
97
130
79,8 98,4 57,2 152 69
68,8 25,60 41,90 119,00 31
30
37 105
32,4 113
21
5
20
12 42,5
56,7 66,4 61,9
47,5
64 187 21,1 34
48
75
94
81
56
58
56
57
Total
Max
Min
949
949
563
864
669
751
906
705
493
923
777
143
199
162
123
101
166
152
137
113
262
156
27
13
10
12
24
15
28
26
5
9
17
Sumber: Stasion Meteorologi Mutiara Palu, 2017
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
L-8
Analisis curah hujan mula-mula dilakukan untuk memperoleh periode
ulang yang diperkirakan dari analisis frekuensi, untuk menunjukkan
interval waktu antara kejadian-kejadian. Probabilitas bahwa suatu
kejadian akan menyamai atau lebih besar dari suatu nilai tertentu (debit
atau hujan dengan periode ulang T), atau dengan kata lain probabilitas
bahwa suatu kejadian atau peristiwa akan terjadi dalam satu tahun
mempunyai bentuk berikut:
ܲ(ܳ ≥ ்ܳ ) =
1
ܶ
Misalnya debit dengan periode ulang T =20 tahun adalah ܳଶ଴ = 100 ݉ ଷ/
݀, maka probabilitas kejadian dari debit tersebut setiap tahun adalah:
ܲ(ܳ ≥ ܳଶ଴) =
1
= 0,05 = 5%
20
Artinya pada tahun tersebut sebesar 5% terjadi kemungkinan debit
ܳଶ଴ = 100 ݉ ଷ/݀.
Metodologi analisis menggunakan bentuk fungsi distribusi kontinyu
(teooritis), yang sering digunakan dalam analisis frekuensi untuk hidrologi
yaitu distribusi Gumbel. Model distribusi ini banyak digunakan untuk
analisa data maksimum, seperti analisis frekuensi banjir.
Distribusi Gumber mempunyai sifat bahwa koefisien skewness ‫ܥ‬௩ = 1,14
dan koefisien kurtosisi ‫ܥ‬௞ = 5,40.
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-9
Syarat jumlah data yang harus digunakan dalam analisis harus lebih dari
8. Dalam laporan ini, data yang tersedia untuk pos curah hujan Tawaeli
hanya tersedia 3 tahun, sedangkan Stasion Meteorologi Mutiara tersedia
10 tahun. Sehingga dalam analisis diambil asumsi bahwa titik pengamatan
di stasion mutiara dianggap mewakili wilayah Tawaeli.
Gambar L-1: Posisi Pos hujan Tawaeli
Diketahui data hujan harian maksimum di Stasion Meteorologi Palu untuk
10 tahun terakhir (2007-2016) dan bentuk probabilitas untuk distribusi
Gumbel ditunjukkan pada tabel berikut
No
(m)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Tahun
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
p (mm)
142,8
199
161,5
123
100,6
166
152
137
112,5
261,7
Urutan p
(mm)
(2011) 100,6
(2015) 112,5
(2010) 123
(2014) 137
(2007) 142,8
(2013) 152
(2009) 161,5
(2012) 166
(2008) 199
(2016) 261,7
ࡼ=
࢓
(%)
࢔+૚
9
18
27
36
45
55
64
73
82
91
ࢀ=
૚
(࢚ࢇࢎ࢛࢔)
ࡼ
11
5,50
3,67
2,75
2,20
1,83
1,57
1,38
1,22
1,10
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-10
ഥ = dan deviasi standar ࢙
Yang memiliki nilai rata-rata ࢞
௡
1
‫ݔ‬ҧ= ෍ ‫ݔ‬௜ = 155,61
݊
௜ୀଵ
௡
1
)ଶ = 46,85
‫ =ݏ‬ඩ
෍ (‫ ݔ‬− ‫ݔ‬ҧ
݊− 1
௜ୀଵ
Kemudian nilai ‫ݕ‬௡ = 0,4952 dan ߪ௡ = 0,9676 adalah nilai rerata dan
deviasi standar dari variat Gumbel, yang nilainya tergantung dari jumlah
data ݊ = 10
‫ݔ = ݔ‬ҧ
−
ܶ
ln ቀln ቀܶ − 1ቁቁ+ ‫ݕ‬௡
ߪ௡
‫ݏ‬
Dengan menggunakan persamaan diatas, maka diperoleh perhitungan
curah hujan untuk periode ulang (tahun) sebagai berikut:
Periode ulang T (tahun)
Hujan (mm)
2
149,37
5
204,25
10
240,59
25
286,50
Selanjutnya melakukan analisis intensitas durasi frekuensi (IDF) untuk
memperkirakan debit aliran puncak berdasarkan data hujan titik (satu
stasion pencatat hujan). Jenis data tersedia dalam bentuk hujan harian,
oleh karena itu pembuatan kurva IDF menggunakan Metode Monobe.
Dengan menggunakan persamaan berikut:
ଶ
ܴଶସ 24 ଷ
‫ܫ‬௧ =
൬ ൰
24 ‫ݐ‬
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-11
Tabel L-5: Hasil perhitungan curah hujan durasi untuk setiap periode ulang
Durasi
(menit)
5
10
15
20
45
60
120
180
240
300
2
271,42
170,99
130,49
107,71
62,73
51,78
32,62
24,90
20,55
17,71
Periode ulang (tahun)
5
10
371,15
437,18
233,81
275,41
178,43
210,17
147,29
173,50
85,78
101,04
70,81
83,41
44,61
52,54
34,04
40,10
28,10
33,10
24,22
28,53
25
520,61
327,96
250,28
206,60
120,32
99,32
62,57
47,75
39,42
33,97
Gambar L-2: Analisis durasi frekuensi hujan di Kota Palu
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-12
d) Arah dan Kecepatan Angin
Untuk data angin, jenis data yang dikumpulkan yaitu arah angin dan
kecepatan angin (knot) dalam kurun waktu sepanjang 2016 menurut
bulan. Data ini diambil di Stasion Meteorologi Mutiara Palu. Arah dan
kecepatan angin yang disajikan dalam bentuk diagram frekuensi dan
distribusi mawar angin.
Berdasarkan hasil analisis dan pemodelan mawar angin, diperoleh nilai
kisaran kecepatan angin 10 – 19 knot atau setara dengan 5 – 9,5 m/s.
Dimana, arah angin yang bertiup dominan dari barat laut – utara pagi
hingga menjelang sore hari, dan arah tenggara – selatan pada sore
menjelang malam atau pagi.
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-13
Gambar L-3: Diagram mawar angin bulan Januari 2016
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
L-14
Gambar L-4: Diagram mawar angin bulan februari 2016
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
L-15
Gambar L-5: Diagram mawar angin bulan Maret 2016
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
L-16
Gambar L-6: Diagram mawar angin bulan April 2016
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
L-17
Gambar L-7: Diagram mawar angin bulan Mei 2016
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
L-18
Gambar L-8: Diagram mawar angin bulan Juni 2016
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
L-19
Gambar L-9: Diagram mawar angin bulan Juli 2016
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
L-20
Gambar L-10: Diagram mawar angin bulan Agustus 2016
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
L-21
Gambar L-11: Diagram mawar angin bulan September 2016
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
L-22
Gambar L-12: Diagram mawar angin bulan Oktober 2016
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
L-23
Gambar L-13: Diagram mawar angin bulan November 2016
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
L-24
Gambar L-14: Diagram mawar kecepatan angin bulan Desember 2016
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
L-26
2.
KUALITAS UDARA
Pengumpulan data kualitas udara dilakukan dengan cara pengamatan/
pengukuran
langsung
di
lapangan
dengan
menggunakan
“air
pump
sampling”. Kemudian sampel tersebut dianalisis di laboratorium.
Pengambilan sampel udara bertujuan untuk mengetahui kondisi udara di
sekitar lokasi kegiatan. Ada beberapa parameter kualitas udara yang diukur,
antara lain SO2, NO2, CO, Pb, dan debu. Dimana parameter tersebut sangat
berpengaruh terhadap kondisi kualitas udara ambien yang ada di lokasi.
Demikian juga akan berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat, antara lain
gangguan pernafasan yang bermukim di sekitar lokasi kegiatan.
Tabel L-6: Hasil analisis laboratorium tentang kualitas udara
Parameter Udara
Ambien
KabonMonooksida (CO)
μg/Nm3
Hasil
Analisis
51,96
Nitrogen Dioksida (NO2)
μg/Nm3
40,00
400
Sulfur Dioksida (SO2)
μg/Nm3
66,74
900
Timah Hitan (Pb)
μg/Nm3
0,00
2
Unit
Baku Mutu*
30.000
Debu
μg/Nm3
16,67
230
Sumber: Hasil analisis Laboratorium Analisis Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Fakultas Pertanian UNTAD, 2017.
Keterangan:
* = Baku mutu udara berdasarkan PP RI No. 41 Tahun 1999.
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-27
Untuk mengetahui kualitas udara di sekitar lokasi kegiatan, maka diperlukan
analisis tentang kandungan SO2, NO2, CO, Pb, dan debu agar dapat diketahui
kemungkinan terjadinya dampak akibat kegiatan tersebut. Parameter yang
diteliti, cara pengambilan sampel, dan metode analisis dilakukan sesuai
dengan Peraturan Pemerintah RI No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara. Hasil analisis laboratorium untuk kualitas udara disajikan
pada Tabel (L-6).
Karbon monoksida merupakan pencemar udara yang paling besar dan umum
dijumpai. Sebagian CO terbentuk akibat proses pembakaran bahan-bahan
karbon yang digunakan sebagai bahan bakar, secara tidak sempurna. Sumber
terbesar senyawa ini adalah aktivitas transportasi. Kandungan CO di daerah
studi adalah 51,96 μg/Nm3di dalam lokasi kegiatan. Nilai tersebut masih
berada di bawah ambang batas sesuai dengan PP No. 41 Tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara, yaitu 30.000 μg/Nm3.
Nitrogen dioksida (NO2) merupakan senyawa nitrogen sebagai polutan kimia
yang memiliki sifat toksik yang cukup berbahaya. Dapat bersumber dari
pembakaran dan asap kendaraan bermotor. Kadar NO2 dalam udara di lokasi
kegiatan yaitu 40 μg/Nm3yang berarti masih di bawah ambang batas yang
dipersyaratkan, yaitu 400 μg/Nm3.
Sulfur dioksida (SO2) merupakan pencemar yang paling umum, terutama
ditimbulkan akibat pembakaran bahan bakar fosil yang mengandung sulfur
tinggi dalam bentuk sulfur organik dan anorganik. Kandungan SO2
berdasarkan hasil uji laboratorium yaitu 66,74 μg/Nm3. Nilai tersebut masih
berada jauh dari ambang batas yang dipersyaratkan Baku Mutu PP No.41
Tahun 1999 yaitu 900 μg/Nm3.
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-28
Sumber pencemaran timbal (Pb) terbesar berasal dari pembakaran bensin,
dimana dihasilkan berbagai komponen timbal (Pb). Timbal (Pb) dicampurkan
ke dalam bensin sebagai anti letup atau anti knock aditif dengan kadar sekitar
2,4 gram/gallon. Timbal (Pb) yang digunakan untuk anti knock adalah
tetraetil timbal (C2H5)4Pb. Logam ini dapat meracuni lingkungan dan
mempunyai dampak pada seluruh sistem di dalam tubuh. Timbal dapat masuk
ke tubuh melalui inhalasi, makanan dan minuman serta absorbsi melalui kulit.
Timbal (Pb) juga merupakan salah satu unsur logam berat yang berbahaya
jika konsentrasi melibihi ambang batas. Pada lokasi kegiatan tidak ditemukan
adanya kandungan polutan Pb (0 μg/Nm3).
Sumber artifisial debu adalah pembakaran minyak bumi, batu bara dan lainlain yang dapat menghasilkan gejala yaitu partikulat yang terdiri atas karbon
dan zat-zat lain yang melekat padanya. Akibat lingkungan yang berdebu akan
berdampak pada penimbunan debu dalam paru-paru manusia yang bekerja
dan bertempat tinggal di sekitar lokasi tersebut. Gangguan kesehatan akibat
debu tergantung pada lamanya kontak, kandungan debu dalam udara, jenis
debu, dan lain-lain. Kandungan debu di lokasi kegiatan masih tergolong
rendah, yaitu 16,67 μg/Nm3, dimana ambang batas debu di udara sesuai
dengan PP No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara
adalah 230 μg/Nm3.
Berdasarkan hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa tidak ada
parameter-parameteryang melebihi nilaiambang batas yang dipersyaratkan
dalam PP
No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
Dengan kata lain, kondisi udara di sekitar lokasi kegiatan masih dalam
keadaan yang sangat alami.
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-29
3.
KEBISINGAN
Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha dan/atau kegiatan
dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan
kesehatan
manusia
dan
kenyamanan
lingkungan.
Tingkat
kebisingan
merupakan ukuran energi bunyi yang dinyatakan dalam desibel (dB). Baku
tingkat kebisingan merupakan batas maksimal tingkat kebisingan yang
diperbolehkan dibuang ke lingkungan dari usaha dan/atau kegiatan sehingga
tidak
menimbulkan
gangguan
kesehatan
manusia
dan
kenyamanan
lingkungan.
Metode pengukuran yang digunakan di lapangan dengan cara pengukuran
sederhana. Alat yang digunakan yaitu soundlevel meter untuk mengukur
tingkat tekanan bunyi (dB) selama 3 menit untuk tiap pengukuran. Kemudian
pembacaan dilakukan setiap 30 detik dan dituliskan nilai maksimumminimumnya. Waktu pengukuran dilakukan selama 2 jam pada pukul 11.00
WITA (pengambilan sampel sesaat).
Kemudian, evaluasi dilakukan dengan membandingkan data kebisingan
dengan baku tingkat kebisingan (Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor: Kep-48/MENLH/11/1996 Tentang Baku Tingkat Kebisingan).
Peruntukan kawasan dan/atau lingkungan kegiatan perindustrian memiliki
baku tingkat kebisingan sebesar 70 dB.
Dari hasil pengukuran
diperoleh kisaran nilai kebisingan 53,0 – 60,5 dB,
Berdasarkan data tersebut, nilai kebisingan rona awal tidak melewati BML.
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-30
4.
BAHAYA ALAM
a) Kegempaan
Salah satu penyebab terjadinya “gempabumi tektonik” adalah aktivitas
sesar. Sesar Palu–Koro merupakan salah satu sesar aktif yang terdapat di
Pulau Sulawesi. Sesar ini merupakan salah satu pemicu terjadinya gempa
bumi di Kota Palu. Sesar ini bergeser secara tersendat-sendat, sehingga
pengumpulan energi yang cukup untuk menimbulkan pergeseran yang
tiba-tiba kemungkinannya kecil. Namun pergeseran yang tiba-tiba
biasanya menimbulkan gempa dengan magnitudo yang besar, yang dapat
menimbulkan kerusakan besar dan korban jiwa manusia.
Gambar L-15: Penampakkan Sesar Palu-Koro dari model SRTM
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-31
Kerusakan akan lebih besar bila pusat gempa terletak di Teluk Palu
karena dapat menimbulkan “tsunami”, yang terutama akan menghantam
permukiman sekitar pantai yang mengelilingi teluk tersebut. Gempabumi
tahun 1927 merupakan salah satu gempa besar yang pernah terjadi di
wilayah ini. Gempa ini menimbulkan tsunami dengan amplitudo paling
besar di sekitar pantai antara Talise – Mamboro.
Kemungkinan dampak bencana gempabumi hampir terjadi di seluruh
wilayah Kota Palu karena Kota Palu dilalui oleh sesar aktif Palu-Koro.
Kemungkinan kerusakan akan terjadi pada bangunan-bangunan atau
rumah-rumah tua ataupun bangunan-bangunan atau rumah-rumah baru
yang konstruksinya tidak tahan gempa. Jika gempa tersebut disertai
tsunami, maka dampak bencana yang terjadi akan lebih besar lagi,
khususnya di sekitar wilayah pantai. Beberapa kelurahan yang rawan
diterjang tsunami, sekaligus rawan gelombang pasang akibat iklim, adalah
Watusampu, Buluri, Tipo, Silae, Lere, Besusu Barat, Talise, Layana Indah,
Mamboro, Taipa, Kayumalue, Mpanau, Baiya dan Pantoloan. Kejadian
gempa dan tsunami, disamping bisa merusak atau menghancurkan
sarana/prasarana
umum
dan
rumah-rumah
penduduk
juga
bisa
menimbulkan korban jiwa.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian informasi kegempaan di atas, diketahui rencana lokasi
pembangunan TPS fly ash dan bottom ash oleh PT. Pusaka Jaya Palu
Power, merupakan area yang berada di wilayah rentan terjadi gempa
karena dilalui oleh Sesar Palu-Koro.
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-32
Pencegahan kerusakan struktur sebagai akibat langsung dari gaya
inersia
akibat
perencanaan
gerakan tanah
dapat
dilakukan
melalui
proses
Fasilitas TPS, yang tidak membuat kontruksi/bangunan
untuk penempatan fly ash dan bottom ash namun tetap berada pada
benang merah peraturan pengelolaan Limbah B3 yang berlaku. Mengingat
tingkat risiko getaran baik dari kendaraan operasional maupun getaran
alami (gempa bumi) dapat membahayakan dan/atau merobohkan
bangunan pengurung fly ash dan bottom ash. Oleh karena itu, hal ini
menjadi salah satu pertimbangan memilih site dan bentuk TPS dengan
konsep waste impoundment dengan model semi landfill.
b) Banjir
Dalam PP. RI. No. 101 Tahun 2014 Pasal 14 menerangkan bahwa lokasi
Penyimpanan Limbah B3 harus bebas banjir dan tidak rawan bencana
alam.
Pada uraian kali ini bencana yang dibahas yaitu banjir, dimana lokasi TPS
mestinya bebas/tidak bahaya banjir. Oleh karena itu, perlu dilakukannya
analisis dan pemetaan tingkat bahaya banjir di sekitar lokasi.
Peta tingkat bahaya banjir ini di peroleh berdasarkan hasil analisis overlay
atau tumpang sususn dan hasil penentuan bobot dengan metode Analisis
Hirarki Proses (AHP) dari setiap parameter penyebab terjadinya banjir.
Analisa daerah rawan banjir pada penelitian ini menggunakan bantuan
Sistem Informasi Geografis (SIG) dengan input data atau parameter curah
hujan, kelerangan, topografi, jenis tanah, penggunaan lahan, hidrologi
sungai, dan hasil survey lapangan.
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-33
AHP adalah suatu model pendukung keputusan yang menguraikan
masalah multi-faktor atau multi-kriteria yang kompleks menjadi suatu
hierarki, yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty (1993). AHP
sering digunakan sebagai metode pemecahan masalah dibandingkan
dengan metode yang lain karena alasan-alasan sebagai berikut:
-
Struktur yang berhierarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang
dipilih, sampai pada sub kriteria yang paling dalam.
-
Memperhitungkan
validitas
sampai
dengan
batas
toleransi
inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh
pengambil keputusan.
-
Memperhitungkan daya tahan output analisis sensitivitas pengambilan
keputusan.
Analisa ini dilakukan untuk menentukan nilai kerawanan dan risiko lokasi
sekitar TPS terhadap bencana banjir. Nilai kerawanan banjir ditentukan
dari
total
penjumlahan
skors seluruh parameter yang dipakai dalam
analisis (yang berpengaruh terhadap banjir):
௡
‫ = ܭ‬෍ (ܹ ௜ × ܺ௜)
௜ୀଵ
Keterangan:
K = Nilai Kerawanan
Wi = Bobot untuk parameter ke-i
Xi = Skor kelas pada parameter ke-i
Menurut Kingma
(1991),
penentuan
tingkat
kerawanan
dilakukan
dengan membagi sama banyak nilai-nilai kerawanan dengan jumlah
interval kelas, yang ditentukan dengan persamaan sebagai berikut:
‫=ܫ‬
ܴ
݊
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-34
Keterangan
I = Lebar interval
R = Selisih skor maksimum dan skor minimum
n = Jumlah kelas kerawanan banjir
Daerah yang sangat rawan terhadap banjir akan mempunyai total
nilai yang tinggi, dan sebaliknya daerah yang tidak rawan terhadap
banjir akan mempunyai total nilai yang rendah. Berdasarkan hasil analisis
dan pemetaan tingkat bahaya banjir di sekitar lokasi TPS, diperoleh
luasan daerah tingkat Tidak berbahaya banjir (42 %),, Agak berbahaya
banjir (54 %),, dan Berbahaya banjir (4 %).. Dimana lokasi TPS masuk
dalam kriteria wilayah tidak berbahaya akan banjir dan jarak dari Sungai
Tawaili pun > 200 m. Hasil pemetaan tingkat bahaya banjir ditunjukkan
pada
da gambar berikut:
Gambar L-16: Hasil analisis dan pemetaan tingkat bahaya banjir di sekitar lokasi
TPS
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-35
c) Longsor dan Erosi
1) Longsor
Berdasarkan konsep perencanaan pembangunan Fasilitas Penyimpanan
Limbah B3 untuk fly ash dan bottom ash oleh PT. Pusaka Jaya Palu
Power, rancangan yang digunakan yaitu konsep waste impoundment
(model pengurung limbah) semi landfill. Hal ini tentunya akan
membuat kegiatan untuk mengrekayasa lahan cutt dan fill sehingga
menghasilkan tebing-tebing lokal (site lokasi dan gambar detail akan
diuraikan di dokumen rencana detail). Berdsarkan hal tersebut maka
berabagai variabel prediktor pemicu longsor yang bisa dinilai yaitu:
1. Tingginya curah hujan – Curah hujan yang tinggi adalah salah
satu penyebab terjadinya bencana longsor. Ketika musim kemarau
panjang, tanah akan kering dan membentuk pori-pori tanah
(rongga tanah) dan selanjutnya terjadi keretakan pada tanah
tersebut. Apabila hujan datang, otomatis air hujan akan masuk ke
dalam rongga tanah atau pori-pori tanah yang terbuka tadi. Air
hujan yang telah memenuhi rongga, menyebabkan terjadinya
pergeseran tanah. Yang akhirnya mengakibatkan longsor dan erosi
tanah.
2. Hancurnya bebatuan – Batu yang rentan longsor adalah
bebatuan yang berada di lereng, dengan jenis batu yaitu sedimen
kecil. Biasanya batu di lereng itu sifatnya lapuk atau tidak memiliki
kekuatan dan mudah hancur menjadi tanah, inilah pemicu
terjadinya tanah longsor.
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-36
3. Tumpukan sampah – Sampah yang menumpuk tidak hanya
menjadi penyebab banjir, akan tetapi juga tanah longsor. Ya,
sampah sebagai pemicu longsor bila sampah tersebut telah
menggunung
ditambah
dengan
tekanan
dari
air
hujan
berintensitas tinggi.
4. Getaran – Getaran kecil yang disebabkan oleh lalu lintas
kendaraan di sekitar lereng perbukitan, tidak secara langsung
mengakibatkan tanah jadi longsor. Tetapi berproses, pertama
jalanan di lereng bukit yang sering dilewati kendaraan perlahan
akan mengalami keretakan yang jika dibiarkan, lama-lama akan
longsor. Sementara getaran besar yang langsung menyebabkan
tanah longsor antara lain diakibatkan oleh bahan peledak atau
gempa bumi.
5. Erosi
– Erosi
merupakan
pengikisan
tanah.
Penyebabnya
bermacam-macam, salah satunya adalah aliran sungai yang terus
mengikis tebing di sekelilingnya. Terlebih jika tebing itu tidak
memiliki penahan berupa pepohonan, maka kemungkinan besar
tanah pada tebing bisa longsor.
6. Lereng dan tebing yang terjal – Proses pembentukan lereng
atau tebing terjal adalah lewatnya angin dan air di sekitar lereng
yang berdampak pada pengikisan lereng tersebut.
7. Kelebihan beban – Adanya beban yang terlampau berat akan
memberi tekanan pada tanah, sehingga tanah mudah longsor.
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-37
2) Erosi
Kegiatan utama tahap ini ialah membuka dan/atau membersihkan
lahan dengan sistem cut and fill. Terutama pada kegiatan pemotongan
dan penimbunan lahan mengakibatkan hilangnya vegetasi penutup
tanah, perubahan topografi, sehingga kemungkinan dampak yang
terjadi pada tanah ialah peningkatan laju erosi. Ini diakibatkan oleh
hilangnya jenis vegetasi penutup dan terbongkarnya lapisan tanah.
Untuk memprakirakan besaran laju erosi yang terjadi sebelum dan
sesudah adanya proyek, dihitung menggunakan persamaan:
‫ܲܥ ܵ ܮ ܭ ܴ = ܧ‬
E
=
Rata-rata erosi tanah tahunan
R
=
Indeks erosivitas hujan
K
=
Faktor erodibiltas tanah
L
=
Faktor panjang lereng
S
=
Faktor kemiringan lereng
C
=
Faktor pengelolaan tanah dibandingkan dengan tanah yang terus
terbuka
P
=
Faktor pengawetan tanah dibandingkan dengan tanah tanpa
pengawetan
Nilai indeks erosivitas hujan dihitung menggunakan persamaan:
ܴ = 0,41‫ ܪ‬ଵ,଴ଽ
Diketahui curah hujan rata-rata tiga tahun terakhir di stasion
meteorologi mutiara Palu sebesar 113,97 mm/tahun. Maka,
ܴ = 0,41(113,97)ଵ,଴ଽ = 71,562
Kemudian faktor panjang lereng dihitung menggunakan persamaan:
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-38
‫ =ܮ‬ඨ
‫ܮ‬଴
22
Berdasarkan pengamatan lapangan, panjang lereng rata-rata 80 m,
sehingga diperoleh,
Selanjutnya,
faktor
‫ =ܮ‬ඨ
80
= 1,90
22
kemiringan
lereng
dihitung
menggunakan
persamaan:
‫ ݏ‬ଵ,ସ
ܵ= ቀ ቁ
9
Dimana kemiringan lereng berkisar 8-15 %, jika diambil nilai 12%
maka; diperoleh,
12 ଵ,ସ
ܵ = ൬ ൰ = 1,49
9
Nilai K dan CP diambil dari sumber Ambar dan Sjafrudin (1979),
dimana K = 0,12 untuk jenis tanah latosol, serta nilai CP yang
menyatakan untuk hutan, semak, dan kebun nilai CP berkisar 0,01.
Kondisi
ini
sesuai
dengan
keadaan
awal
sebelum
dilakukan
pematangan lahan untuk kepentingan pembangunan TPS, maka
diperoleh nilai laju erosi kondisi awal sebesar;
‫ܧ‬ௗ௣ = ܴ‫ܲܥܵܮܭ‬ௗ௣ = 71,562 × 0,12 × 1,90 × 1,49 × 0,01 = 0,24
ton/Ha/tahun
Kemudian, nilai erosi yang diprakirakan ketika pembangunan TPS telah
berjalan/beroperasi dengan nilai CP untuk jenis kebun pekarangan
yaitu 0,20, maka diperoleh
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-39
‫ܧ‬௧௣ = ܴ‫ܲܥܵܮܭ‬௧௣ = 71,562 × 0,12 × 1,90 × 1,49 × 0,20 = 4,86
ton/Ha/tahun
Sehingga besarnya selisih laju erosi yang diprakirakan sebelum ‫ܧ‬ௗ௣ dan
sesudah adanya proyek ‫ܧ‬௧௣
∆‫ܧ = ܧ‬ௗ௣ − ‫ܧ‬௧௣ = 4,86 − 0,24 = 4,62 ton/Ha/tahun
Selanjutnya luas lahan yang akan ditempati calon TPS hanya sekitar
2,1 Ha yang akan dikonversi menjadi tapak lokasi TPS dan sarana
penunjangnya, maka dengan dikonversikannya kondisi lahan yang
semula hutan, semak, dan kebun menjadi lokasi TPS, dapat
diprakirakan dampak erosi yang akan terjadi yaitu 4,62 ton/Ha/tahun x
2,1 Ha = 9,7 ton/tahun.
Berdasarkan nilai soil loss hasil prediksi laju erosi di lokasi penelitian
sebelum ada proyek sebesar 0,24 ton/Ha/tahun, sesudah ada proyek
4,86 ton/Ha/tahun, selisih 4,62 ton/Ha/tahun, dan lahan yang akan
ditempati calon TPS hanya sekitar 2,1 Ha yaitu 9,7 ton/tahun. Nilai-nilai
tersebut masih termasuk dalam kategori erosi kelas I; sangat ringan <
15 ton/Ha/tahun.
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-40
5.
GEOLOGI
Secara regional stratigrafi dan litologi batuan yang menyusun wilayah di
sekitar lokasi TPS fly ash dan bottom ash oleh PT. Pusaka Jaya Palu Power
adalah satuan Molasa Celebes (QTms). Formasi ini berumur Miosen–Pliosen.
Litologinya adalah konglomerat, batupasir, batulempung dan batulanau.
Penyebarannya meliputi bagian barat dan timur wilayah Kota Palu. Formasi ini
merupakan penyusun utama bagian timur Teluk Palu, memanjang dari utara
Tawaili ke arah selatan melewati Biromaru. Di bagian barat penyebarannya
relatif sempit. Kemudian di bagian barat terdapat satuan Aluvium dan dan
Endapan Pantai (Qal). Formasi ini berumur Holosen. Litologinya terdiri atas
kerikil,
pasir,
lanau
dan
lempung.
Sifat
fisiknya
lepas-lepas
dan
pengendapannya masih berlangsung hingga sekarang. Formasi ini merupakan
endapan batuan di permukaan, terbentuk sebagai hasil rombakan dari
perbukitan-perbukitan yang mengelilinginya. Selain wilayah pantai, pusat Kota
Palu secara keseluruhan juga tersusun oleh formasi ini.
Struktur geologi utama yang terdapat di wilayah ini adalah struktur graben
yang dikenal sebagai “sesar Palu–Koro”. Sesar (patahan lapisan litosfer) ini
merupakan “sesar geser aktif” dengan kecepatan pergeseran sekitar 14–17
mm/tahun. Struktur geologi lainnya, selain struktur utama di atas, adalah
sesar geser dan sesar normal, dengan dimensi yang lebih kecil, yang
mematahkan batuan-batuan intrusi granit dan granodiorit, Molasa Celebes
dan Komplek Batuan Malihan. Struktur-struktur kecil ini mempunyai arah yang
relatif tidak seragam dan banyak gejala tersebut dijumpai di sepanjang jalur
sesar Palu–Koro. Sesar normal yang dijumpai dengan dimensi yang relatif
besar adalah Sesar Janedo. Sesar ini terletak di bagian timur Kota Palu dan
sejajar dengan jalur Sesar Palu–Koro.
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-41
Gambar L-17: Peta geologi regional di sekitar lokasi TPS Fly ash dan bottom
ash oleh PT. Pusaka Jaya Palu Power
Berdasarkan penelitian langsung di lapangan, daerah penelitian ini berada di
sekitar Sungai Tawaeli yang berada di Kelurahan Lambara dan sekitarnya,
Kecamatan Tawaeli. Pada lokasi pertama yaitu pada koordinat 0o44’07,9” LS
dan 119o52’36,3” BT dan lokasi ke dua yaitu pada koordinat 0o44’04,1” LS
dan 119o52’35,6” BT, lokasi tersebut memiliki ketinggian 18-100 m.dpl dan
termasuk dalam daerah pedataran (Van Zuidam, 1985).
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-42
Pada Gambar (L-18) dapat dilihat bagaimana susunan batuan sedimen pada
bagian selatan Sungai Tawaeli. Singkapan tersebut tersusun atas persilangan
antara batuan konglomerat, dan batupasir. Tinggi singkapan tersebut ±2,5
meter dengan tebal top soilnya yaitu ±10 cm, tebal lapisan pertama
(konglomerat) ± 1,5 meter, tebal lapisan ke dua (batupasir) ± 0,5 meter dan
tebal lapisan ke tiga (konglomerat) ± 0,6 meter.
Gambar L-18: Singkapan dan sketsa lapisan batuan titik pertama
Pada Gambar (L-19) dapat dilihat bagaimana susunan batuan sedimen pada
bagian Utara Sungai Tawaeli. Singkapan tersebut tersusun atas persilangan
antara batuan konglomerat, batupasir lanauan dan lanau. Tinggi singkapan
tersebut ± 1,5 meter dengan tebal top soilnya yaitu ±10 cm, tebal lapisan
pertama (konglomerat) ± 0,6 meter, tebal lapisan ke dua (batupasir
lanaunan) ± 0,5 meter dan tebal lapisan ke tiga (lanau) ± 0,4 meter.
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-43
Gambar L-19: Singkapan dan sketsa lapisan batuan titik kedua
6.
GEOTEKNIK DAN DAYA DUKUNG TANAH
Pada Pekerjaan Pembangunan TPS Limbah B3 fly ash dan bottom ash yang
berlokasi di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu Provinsi
Sulawesi Tengah dilaksanakan pengujian daya dukung tanah. Pelaksanaan
peyelidikan tanah ini bertujuan untuk mendapatkan data-data mengenai
kondisi tanah pada lokasi pekerjaan tersebut utamanya yang menyangkut
daya dukung tanah serta sifat-sifat fisik (indeks properties) dan sifat-sifat
teknik tanah (engineering properties). Penyelidikan meliputi penyelidikan
lapangan yaitu Uji Sondir dan Hand Bor. Dalam observasi lapangan dilakukan
juga pengambilan sampel baik sampel asli maupun sampel tanggung yang
nantinya akan dilakukan analisis pengujian tanah di laboratorium sesuai
dengan permintaan. Data-data yang diperoleh dapat menjadi bahan acuan
dalam perencanaan dan kelayakan pekerjaan tersebut.
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-44
Dari hasil analisis dan pengujian di lapangan dan di Laboratorium dapat
disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1.
Daya dukung tanah untuk pada kedalaman 0 m – 1,6 m daya dukung
jelek, 1,8 m – 2,6 m daya dukung sedang, 2,8 m – 3,2 m daya dukung
baik, sedangkan daya dukung sangat baik berada pada kedalaman 3,4
m – 3,8 m dengan pembacaan manometer >200 kg/cm2.
2.
Analisis daya dukung fondasi dalam (fondasi tiang pancang dan fondasi
bor pile) tidak dapat dilakukan karena data sondir hanya sampai 3,8 m.
Maka untuk bangunan berlantai 3 keatas perlu dilakukan bor log
dengan menguji SPT sampai kedalaman minimum 20m.
3.
Dari data hand bor dilapangan dari pengamatan visual menunjukan
bahwa material di lokasi termasuk material jenis tanah yang berbutir
halus (lanau mengandung lempung) pada kedalaman sekitar 0 – 3 m,
dan pada kedalaman 3,0 m – 4,0 m lapisan tanah adalah kerikil dengan
campuran lanau dan batu.
4.
Dari data permeabilitas tanah yang diambil dari hand bor pada
kedalaman sekitar 2,6 m – 2,8 m yang diuji di Laboratorium diperoleh
rata-rata kecapatan rembes air adalah sebesar 0,00017626 cm/detik.
5.
Dari pengujian Geser Langsung diperoleh sudut geser 9,9 derajat dan
kohesi 0,119 km/cm2.
7.
GEOLISTRIK BAWAH PERMUKAAN
Penyelidikan struktur lapisan bawah permukaan di lokasi TPS, menggunakan
metode geolistrik (Electrical Resisitivity Method). Metode ini mengukur beda
potensial ∆ܸ sebagai respon injeksi arus listrik ‫ ܫ‬ke dalam bumi. Dari hasil
pengukuran tersebut kemudian dihitung nilai hambatan jenis batuan bawah
permukaan yang akan ditransformasi kedomain geologi.
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-45
Konfigurasi pengukuran menggunakan konfigurasi dipol-dipol dimana jumlah
ekspansi 8, jumlah elektroda 26, jarak elektroda 2 m, nilai n=1, dan
kedalaman target 5 m.
Gambar L-20: Sinyal data hasil pengukuran geolistrik ERT
Gambar L-21: Penampang struktur lapisan bawah permukaan di lokasi TPS hasil
penyelidikan metode geolistrik ERT dan hand bor
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-46
Dari hasil penyelidikan geolistrik ERT dan hand bor, diperoleh struktur lapisan
batuan bawah memiliki litologi batuan sebagai berikut:
Pada kedalaman target dari permukaan hingga 5 m.bmt tidak diperoleh
adanya indikasi air tanah dekat permukaan (akuitar/semi bebas), dimana
penyusun batuan yang mendominasi yaitu lanau berlempung, kemudian
disisipi oleh kerikil, konglomerat, dan batupasir. Lanau dan lempung ini
merupakan lapisan yang bersifat kedap air. Hal ini tentunya menguntungkan
dari
aspek
kelayakan
fisik
untuk
pembangunan
TPS
konsep
waste
impoundment, dimana lapisan lanau berlempung tersebut dapat membantu
lapisan
apisan geomembran dan tanah yang telah dikompakkan, untuk menahan
infiltrasi
air
vertikal
(interaksi
hujan
dan
fly
ash)
“jika
terjadi
tampungan/bocor” agar tidak menerus masuk ke dalam lapisan pembawa air
tanah/akuifer.
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-47
8.
HIDROGEOLOGI DAN KUALITAS AIR TANAH
Penyelidikan
kondisi
hidrogeologi
air
tanah
bertujuan
untuk
melihat
kedalaman muka air tanah (MAT). Hal ini penting untuk dilakukan, agar data
tersebut menjadi bahan pertimbangan mengenai rencana pembuatan fasilitas
TPS fly ash dan bottom ash agar pada saat melakukan rekayasa lahan, tidak
terpengaruh
oleh
air
bawah
pemukaan
maupun
pada
saat
pemanfaatan/pengoperasi TPS. Metode pengukuran yang digunakan untuk
menyelidiki kedalaamn muka air tanah (MAT) adalah Geolistrik Vertical
Electrical Sounding (VES). Titik pengukuran sebanyak 2 titik ukur. Titik ukur
PLTU1 berada pada koordinat 00 44' 32.8" LS dan E 1190 52' 48.3" BT dengan
ketinggian ± 78 m dari permukaan laut (m dpl). Untuk titik sounding PLTU2
terletak di sebelah Barat dayanya, pada koordinat 0044'34.8"LS dan 1190 52'
47.1" BT dengan ketinggian ± 72m.dpl. Untuk memperoleh distribusi harga
hambatan jenis setiap lapisan bawah permukaan, data hasil pengukuran
diolah dengan menggunakan Program Progress Ver 3.0.
Gambar L-22: Penampang geolistrik VES Titik Ukur PLTU01
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-48

Lapisan I terdeteksi dekat permukaan dengan ketebalan ±0.87m yang
merupakan lapisan penutup, dengan kondisi kering. Lapisan yang sama
terdeteksi pada kedalaman ±2.09 m bawah muka tanah setempat (m bmt)
dengan ketebalan ±2.13m.
Pada kedalaman ±6.24 m bmt lapisan ini
terdeteksi kembali dengan ketebalan yang cukup besar, yakni sebesar
±13.52m. Dari harga hambatan jenisnya, lapisan ini diduga merupakan
lapisan yang cukup kering.

Lapisan II terdeteksi berselang seling dengan Lapisan I, pada kedalaman
±0.87m bmt, dan ±4.22m bmt. Ketebalan lapisan ini terdeteksi cukup
besar pada kedalaman ±19.76m bmt hingga ±59.13m bmt, dengan
ketebalan ±39.37m. Lapisan ini cukup konduktif yang diduga merupakan
lapisan yang cukup basah dan kedap air.

Lapisan III terdeteksi pada kedalaman ±59.13m bmt. Ketebalan dan
kedalaman batas bawahnya lapisan ini
tidak terdeteksi. Berdasarkan
pendugaan litologinya dan nilai hambatan jenis, lapisan ini diduga dapat
meloloskan air yang merupakan lapisan akuifer air tanah.
Gambar L-23: Penampang geolistrik VES Titik Ukur PLTU02
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-49

Lapisan I terdeteksi dekat permukaan dengan ketebalan ±0.78m yang
merupakan lapisan penutup, dengan kondisi kering. Lapisan yang sama
terdeteksi pada kedalaman
±1.75 m bmt sampai dengan kedalaman
±19.27 m bmt. dengan ketebalan ±2.13m.
Ketebalan lapisan ini yang
cukup besar, mencapai sebesar ±17.52m. Dari harga hambatan jenisnya,
lapisan ini diduga merupakan lapisan yang cukup kering.

Lapisan II terdeteksi berselang seling dengan Lapisan I, pada kedalaman
±0.78m bmt dengan ketebalan yg cukup tipis, yakni sebesar
±0.97m.
Lapisan yang sama terdeteksi pada kedalaman ±19.27m bmt hingga
±78.43m bmt, dengan ketebalan mencapai ±59.16m. Lapisan ini cukup
konduktif yang diduga merupakan lapisan yang cukup basah dan kedap air.

Lapisan III terdeteksi pada kedalaman ±78.43m bmt. Ketebalan dan
kedalaman batas bawah lapisan ini
tidak terdeteksi. Berdasarkan
pendugaan litologinya dan nilai hambatan jenis, lapisan ini diduga
merupakan lapisan akuifer air tanah yang dapat meloloskan air.
Kemudian untuk mengetahui kualitas air tanah setempat, sampel air tanah
diambil pada salah satu sumur warga terdekat dengan lokasi. Cara
pengukuran dan evaluasi kualitas air tanah berpedoman pada Peraturan
Pemerintah RI No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air untuk mutu air Kelas I.
Hasil analisis sifat fisik air seperti temperatur air pada lokasi pengamatan
adalah 26,730C. Temperatur tersebut merupakan temperatur alami air di
daerah pengamatan. Temperatur yang terlalu tinggi dapat menurunkan nilai
oksigen terlarut dalam air yang juga berpengaruh terhadap BOD air.
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-50
Tabel L-7: Hasil analisis laboratorium tentang kualitas air tanah
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Parameter
Temperatur
Residu terlarut
Residu tersuspensi
Konduktivitas
Turbiditas
Salinitas
pH
BOD
COD
DO
Total fosfat sebagai P
NO3 sebagai N
NH3-N
NO2-N
Timbal (Pb)
Seng (Zn)
Sulfat (SO4)
Satuan
O
C
mg/L
mg/L
mS/cm
NTU
%
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
Hasil Analisis#
26,73
397
1,08
0,62
4,06
0,03
6,83
1,23
6,04
10,96
0,02
1,33
0,00
0,02
0,00
0,00
2,44
Baku Mutu *
1000
50
6-9
2
10
6
0,2
10
0,5
0,06
0,03
0,05
400
Sumber: Hasil analisis Laboratorium AnalisisSumberdaya Alam dan Lingkungan
Fakultas Pertanian UNTAD, 2017.
Keterangan:
* = Baku mutu air berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 82 Th. 2001 Kelas I.
# = Air tanah/ air bersih di Kelurahan Lambara, Kecamatan Tawaeli Kota Palu
Pengukuran suhu menjadi sangat penting dalam pengelolaan dan
pemantauan lingkungan karena suhu air sangat berpengaruh terhadap
nilai dan besaran parameter kimia yang menjadi target pengamatan. Oleh
karena itu, parameter suhu menjadi tolak ukur dalam analisis dan
interpretasi hasil pengamatan atau pengukuran.
Kandungan residu terlarut dalam air disebabkan oleh senyawa organik
dan anorganik dalam bentuk terlarut. Hasil analisis menunjukkan
kandungan padatan terlarut adalah 397 mg/L. Hasil tersebut masih
berada pada nilai ambang batas yang dipersyaratkan dalam PP RI No. 8
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-51
Tahun
2001
tentang
Pengelolaan
Kualitas
Air
dan
Pengendalian
Pencemaran Air untuk mutu air Kelas I.
Residu tersuspensi di dalam air akan mengurangi penetrasi sinar matahari
ke dalam air sehingga akan mempengaruhi regenerasi oksigen. Hasil
analisis menunjukkan residu tersuspensi yang sangat rendah, yaitu 1,08
mg/L. Nilai tersebut masihjauhdi bawah nilai ambang batas yang
dipersyaratkan, yaitu 50 mg/L.
Kekeruhan atau
turbiditasmerupakan suatu parameter
pengukuran
banyaknya padatan tersuspensi dalam larutan dengan menggunakan efek
cahaya sebagai dasar untuk mengukur keadaan air baku dengan skala
NTU (nephelometric turbidity unit). Kekeruhan disebabkan oleh adanya
bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut (seperti
lumpur dan pasir halus), maupun bahan organik dan anorganik yang
berupa plankton dan mikroorganisme. Semakin tinggi nilai padatan
tersuspensi, nilai kekeruhan juga semakin tinggi. Akan tetapi tingginya
padatan terlarut tidak selalu diikuti dengan tingginya kekeruhan. Dan
semakin tinggi nilai turbiditas maka kualitas sampel air semakin buruk. Air
tanah memiliki nilai turbiditas rendah karena air tanah telah mengalami
proses filtrasi alamiah oleh lapisan batuan di bawah permukaan tanah.
Berdasarkan Permenkes RI No. 416 Tahun 1990 tentang Syarat-syarat
dan Pengawasan Kualitas Air, nilai turbiditas maksimal untuk air bersih
(yaitu air yang dapat diminum setelah dimasak) adalah 25 NTU. Sejalan
dengan kadar padatan tersuspensi yang sangat kecil, maka hasil analisis
laboratorium menunjukkan turbiditas air tanah bernilai 4,06 NTU atau
dengan kata lain air tanah di lokasi pengamatan cukup jernih. Dengan
demikian,
air
tanah
juga
memenuhi
Permenkes
RI
No.
492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum (yaitu
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-52
air yang dapat langsung diminum)dengan nilai turbiditas maksimal
sebesar 5 NTU.
Nilai konduktivitas merupakan ukuran terhadap konsentrasi total elektrolit
di dalam air. Kandungan elektrolit yang pada prinsipnya merupakan
garam-garam yang terlarut dalam air, berkaitan dengan kemampuan air
di dalam menghantarkan arus listrik. Semakin besar nilai daya hantar
listrik berarti semakin besar kemampuan kation dan anion yang terdapat
dalam
contoh
air
untuk
menghantarkan
arus
listrik.
Hal
ini
mengindikasikan bahwa semakin banyak mineral atau garam terlarut yang
terkandung dalam air.Selain dipengaruhi oleh jumlah garam-garam
terlarut, konduktivitas juga dipengaruh oleh nilai temperatur. Kandungan
elektrolit yang terlalu tinggi tidak diperkenankan pada air untuk keperluan
konsumsi. Hasil analisis laboratorium menunjukkan konduktivitas air tanah
di wilayah kegiatan sangat rendah, yaitu 0,62 mS/cm.
Salinitas menunjukkan banyak garam yang terlarut di dalam air. Salinitas
pada air tanah sangatlah kecil karena kadar garam yang sangat rendah.
Sangat berbeda dengan salinitas pada air laut. Hasil analisis laboratorium
menunjukkan keadaan air tanah di wilayah kegiatan memiliki salinitas
yang rendah, yaitu 0,03 %. Hasil ini sejalan dengan nilai konduktivitas di
atas.
Pengaruh pH terhadap kualitas air, mempengaruhi baku mutu air untuk
layak
dikonsumsi.
Sesuai
dengan
Permenkes
RI
No.
492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, kisaran
pH normal adalah pH netral, yaitu 6,5 sampai 8,5. Begitu pula untuk PP
RI No. 82 Th. 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air untuk mutu air Kelas I, pH normal adalah pH 6 sampai 9.
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-53
pH air tanah hasil pengamatan berada pada kisaran pH yang
dipersyaratkan kedua peraturan tersebut, yaitu pH 6,83.
Kebutuhan Oksigen Biokimia (BOD) didefenisikan sebagai banyaknya
oksigen yang diperlukan oleh organisme pada saat penguraian bahan
organik, pada kondisi aerobik. Penguraian bahan organik diartikan bahwa
bahan organik ini digunakan oleh organisme sebagai makanan dan
energinya diperoleh dari proses oksidasi. BOD yang tinggi masuk ke
dalam suatu badan air akan mengakibatkan terjadinya deplesi oksigen di
dalam air. Hasil analisis laboratorium menunjukkan kandungan BOD air
tanah masih di bawah ambang batas (2 mg/L), yaitu 1,23 mg/L.
Kebutuhan Oksigen Kimia (COD) menggambarkan jumlah total oksigen
yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik secara kimiawi, baik
yang dapat didegradasi secara biologis (biodegradable) maupun yang
sukar didegradasi secara biologis (non-biodegradable) menjadi CO2 dan
H2O. Nilai COD dianggap palling baik dalam menggambarkan keberadaan
bahan organik. Hasil analisis laboratorium menunjukkan kandungan COD
air
tanah
adalah
6,04
mg/L,
atau
masih
di
bawah
nilai
ambangbatasbakumutu air berdasarkan PP RI No. 82 Th. 2001 Kelas I
yaitu 10 mg/L.
Kandungan oksigen terlarut (DO) sangat penting diperairan karena sangat
menetukan proses biokimia air yang akan mempertahankan tingkat
kualitas air. Oksigen terlarut dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk
pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian
menghasilkan energy untuk pertumbuhan dan pembiakan. Oksigen
memegang peranan penting sebagai indikator kualitas perairan, karena
oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan
organik dan anorganik. Dalam kondisi aerobik, peranan oksigen adalah
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-54
untuk mengoksidasi bahan organik dan anorganik dengan hasil akhirnya
adalah nutrien yang pada akhirnya dapat memberikan kesuburan
perairan. Dalam kondisi anaerobik, oksigen yang dihasilkan akan
mereduksi senyawa-senyawa kimia menjadi lebih sederhana dalam
bentuk nutrien dan gas. Karena proses oksidasi dan reduksi inilah, maka
peranan oksigen terlarut sangat penting untuk mengurangi pencemaran
pada
perairan.
Hasil
analisis
laboratorium
menunjukkan
bahwa
kandungan oksigen terlarut sebesar 10,96 mg/L. Nilai tersebut lebih tinggi
dari batas minimum nilai DO yang persyaratkan dalam PP RI No. 82 Th.
2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
untuk mutu air Kelas I, yaitu 6 mg/L.
Keberadaanfosfat
yang
tinggi
pada
perairan
akan
menyebabkan
pertumbuhan tumbuhan air yang sangat pesat sehingga mengurangi
jumlah oksigen terlarut. Hasil analisis laboratorium menunjukkan kadar
fosfat di lokasi pengamatan, yaitu 0,02 mg/L atau di bawah nilai ambang
batas 0,2 mg/L.
Nitrogen di perairan dapat berupa nitrogen anorganik dan organik.
Nitrogen anorganik terdiri atas amoniak (NH3), ammonium (NH4), nitrit
(NO2), nitrat (NO3), dan molekul nitrogen (N2) dalam bentuk gas.
Nitrogen anorganik berupa protein, asam amino dan urea.
Nitrat (NO3) adalah bentuk utama nitrogen diperairan alami dan
merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan alga,
sedangkan keberadaan nitrit menggambarkan berlangsungnya poses
biologis perombakan bahan organik yang memiliki kadar oksigen terlarut
rendah. Hasil analisis di laboratorium menunjukkan kandungan nitrat (NNO3) adalah 1,33 mg/L, sedangkan kandungan nitrit (N-NO2) adalah 0,02
mg/L. Kandungan nitrit dan nitrat tersebut masih berada di bawah
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-55
ambang batas sesuai dengan prasyarat PP RI No. 82 Th. 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air untuk mutu air
Kelas I. Khusus untuk nitrit, kadar tersebut juga di bawah ambang batas
untuk
air
minum
sebagaimana
Permenkes
RI
No.
492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, yaitu 3
mg/L. Kandungan amoniak (N-NH3) dari air tanah yang diperoleh senilai 0
mg/L menegaskan bahwa air tanah yang dipakai oleh warga di sekitar
wilayah masih dalam kondisi alami atau dengan kata lain pasokan oksigen
di air tersebut masih memadai.
Komponen alami lain yang ada di air adalah logam berat, namun
konsentrasinya sangat rendah sehingga unsur ini termasuk ke dalam
unsur “trace”. Air sering tercemar oleh berbagai komponen anorganik,
diantaranya berbagai jenis logam berat berbahaya, yang beberapa
diantaranya banyak digunakan dalam berbagai keperluan sehingga
diproduksi secara kontinyu dalam skala industri. Logam-logam berat
tersebut diketahui dapat terakumulasi dalam tubuh suatu organisme dan
tetap tinggal dalam tubuh dalam jangka waktu lama sebagai racun.
Logam seng (Zn) juga termasuk salah satu unsur logam lain yang
terdapat dalam jumlah melimpah di alam. Seng yang berikatan dengan
klorida dan sulfat mudah larut, sehingga konsentrasi seng dalam air
seringkali meningkat. Batas maksimum Zn dalam air bersih adalah 0,05
mg/L.
Sementara logam Timbal (Pb) terdapat dalam air dengan bilangan
oksidasi Pb2+. Timbal yang berasal dari batuan kapur merupakan sumber
timbal dari perairan alami. Logam Pb dapat masuk dalam ke perairan
melalui pengkristalan di udara yang merupakan pembakaran hasil
pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor dengan bantuan hujan.
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-56
Dapat pula sebagai akibat proses korosifikasi bahan mineral akibat
hempasan dan angin. Konsentrasi maksimum timbal dalam air tanah atau
air bersih adalah 0,03 mg/L. Hasil analisis laboratorium menunjukkan
bahwa air tanah yang digunakan sebagai sumber air bersih di sekitar
lokasi kegiatan bebas dari cemaran logam berat Timbal (Pb) dan Seng
(Zn).
Sulfur anorganik terutama terdapat dalam bentuk sulfat (SO4), yang
merupakan bentuk sulfur utama di perairan dan tanah.Sulfat dalam
jumlah besar akan menaikkan keasaman air. Ion sulfat dapat terjadi
secara proses alamiah. Sulfur dioksida dibutuhkan pada sintesis. Ion
sulfat oleh bakteri direduksi menjadi sulfida pada kondisi anaerob dan
selanjutnya sulfida diubah menjadi hidrogen sulfida.Dalam suasana aerob
hidrogen sulfida teroksidasi secara bakteriologis menjadi sulfat. Hasil
analisis laboratorium menunjukkan kadar sulfat dalam air tanah di wilayah
kegiatan adalah 2,44mg/L atau masih sangat jauh dari nilai ambang batas
400 mg/L.
9.
HIDROLOGI FISIK DAN KUALITAS AIR SUNGAI
Badan Sungai Tawaeli merupakan salah satu sarana jalan alami yang akan
dilalui mobil pengangkut fly ash dan bottom ash, karena akses lebih cepat ke
tujuan, jauh dari gesekan sosial, dampak abu, dan lainnya. Oleh karena itu
perlu dilakukan pengamatan kondisi fisik Sungai Tawaili. Data histori
hidorologi Sungai Tawaili sendiri tidak tersedia di instansi pemerintah.
Sehingga, pengamatan yang dilakukan bersifat sesaat (bukan time series).
Parameter yang diamati meliputi lebar sungai, debit, dan kondisi fisik.
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-57
Berdasarkan hasil pengukuran, diperoleh lebar total 72,7 m, kemudian lebar
kering 70,2 m, dan sisanya yaitu lebar basah 2,5 m kurang lebih 3,44% dari
total keseluruhan. Kemudian, pengamatan mengenai penampang dasar
sungai dilakukan dengan cara mengukur kedalaman tiap segmen, dimana
masing-masing nilai kedalaman yang diperoleh 10 cm, 18 cm, 15 cm, 17 cm.
Gambar L-24: Pengukuran lebar dan kedalaman Sungai Tawaili (saat hujan
sedang)
Gambar L-25: Profil penampang lebar basah Sungai Tawaili
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-58
Kemudian, dari hasil pengukuran debit diperoleh nilai sebesar 0,3 m3/det.
Berbeda dengan kondisi sungai saat tidak terjadi hujan. Lebar tetap sama,
hampir-hampir air hanya kelihatan seperti tergenang. Baik kondisi saat hujan
maupun tidak kendaraan seperti mobil, motor, dan gerobak sapi dapat
melalui/memotong sungai tersebut.
Gambar L-26: Kondisi fisik Sungai Tawaeli (saat tidak hujan)
Kemudian untuk mengetahui kualitas air Sungai Tawaeli, sampel air sungai
diambil pada rencana ruje jalur yang digunakan untuk pengangkutan fly ash
dan bottom ash. Cara pengukuran dan evaluasi kualitas air tanah
berpedoman pada Peraturan Pemerintah RI No. 82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air untuk mutu air
Kelas II.
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-59
Tabel L-8: Hasil analisis laboratorium tentang kualitas air sungai Tawaeli
No.
Parameter
Satuan
1.
Temperatur
2.
Residu terlarut
3.
Residu tersuspensi
4.
Konduktivitas
5.
Turbiditas
6.
Salinitas
7.
pH
8.
BOD
9.
COD
10.
DO
11.
Total fosfat sebagai P
12.
NO3 sebagai N
13.
NH3-N
14.
NO2-N
15.
Timbal (Pb)
16.
Seng (Zn)
17.
Besi (Fe)
18.
Sulfat (SO4)
Sumber: Hasil analisis Laboratorium Analisis
Fakultas Pertanian UNTAD, 2017.
Hasil Analisis#
O
C
mg/L
mg/L
mS/cm
NTU
%
28,94
290
20,24
0,48
45,3
0,02
7,62
mg/L
1,55
mg/L
6,22
mg/L
8,54
mg/L
0,04
mg/L
1,23
mg/L
0,00
mg/L
0,05
mg/L
0,00
mg/L
0,00
mg/L
0,00
mg/L
5,19
Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Baku Mutu *
Alami
1000
50
6-9
3
25
4
0,2
10
0,06
0,03
0,05
0,3
-
Keterangan:
*
= Baku mutu air sungai berdasarkan PP RI No. 82 Tahun 2001 Kelas II.
# = Air sungai Tawaeli, Kel. Lambara Kec. Tawaeli Kota Palu
Hasil analisis sifat fisik air seperti temperatur air pada lokasi pengamatan
adalah 28,94OC. Temperatur tersebut masih dalam kondisi alami sesuai
dengan lokasi kegiatan. Parameter suhu menjadi tolak ukur dalam analisis
dan interpretasi hasil pengamatan atau pengukuran. Sementara untuk
residu terlarut, diperoleh kandungan padatan terlarut di lokasi kegiatan
yaitu 290 mg/L atau masih berada pada nilai ambang batas yang
dipersyaratkan dalam aturan PP RI No. 8 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air untuk mutu air
kelas II.
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-60
Residu terlarut dan Residu Tersuspensi juga menunjukkan tingkat
kekeruhan pada air sungai. Residu terlarut merupakan ukuran zat terlarut
baik organik maupun anorganik. Residu terlarut dan Tersuspensi yang
tinggi pada air sungai akan mempengaruhi tingkat kejernihan air yang
akan memberikan pengaruh pada proses fotosintesis pada biota air
sungai. Hasil analisis Laboratorium pada air sungai untuk residu terlarut
290 mg/L dan residu tersuspensi 20,24 mg/L. Nilai tersebut masih berada
pada ambang batas yang dipersyaratkan.
Kekeruhan atau turbiditas adalah pengukuran jumlah padatan tersuspensi
dalam larutan. Secara sederhana kekeruhan adalah pengukuran tingkat
kejernihan air. Kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan organik dan
anorganik yang tersuspensi dan terlarut (seperti lumpur dan pasir halus),
maupun bahan organik dan anorganik.Semakin tinggi nilai padatan
tersuspensi, nilai kekeruhan juga semakin tinggi. Nilai turbiditas
(kekeruhan) pada lokasi pengamatan yaitu 45,3 NTU. Nilai turbiditas yang
tinggi ini didukung oleh data residu tersuspensi dan residu terlarut yang
juga tinggi. Tingginya nilai turbiditas pada air sungai tersebut dapat
disebakan oleh limbah yang dihasilkan dari aktivitas rumah tangga dekat
air sungai.
Daya hantar listrik (DHL) merupakan kemampuan suatu cairan untuk
menghantarkan arus listrik (disebut juga konduktivitas). Kandungan
elektrolit yang pada prinsipnya merupakan garam-garam yang terlarut
dalam air, berkaitan dengan kemampuan air di dalam menghantarkan
arus listrik. Semakin besar nilai daya hantar listrik berarti semakin besar
kemampuan kation dan anion yang terdapat dalam contoh air untuk
menghantarkan arus listrik. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin
banyak mineral atau garam terlarut yang terkandung dalam air. Hasil
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-61
analisis laboratorium menunjukkan konduktivitas air sungai di lokasi
kegiatan tergolong rendah yaitu 0,48 mS/cm. Sementara itu, parameter
salinitas menunjukkan banyaknyagaram yang terlarut di dalam air.
Salinitas pada air sungai sangatlah kecil bahkan kadangtidak terdeteksi
karena kadar garam yang sangat rendah. Hasil analisis laboratorium
menunjukkan keadaan air sungai di lokasi pengamatan yaitu 0,02 %.
Parameter pH merupakan salah satu bagian terpenting lainnya dalam
penentuan
baku
mutu
air
sungai.
pH
air
sungai
juga
sangat
mempengaruhi kelangsungan hidup makhluk hidup di dalam air sungai.
Kisaran pH yang dipersyaratkan dalam PP RI No. 8 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air untuk mutu air
kelas II adalah pH 6-9. Hasil analisis menunjukkan pH air sungai di
daerah pengamatan yaitu pH 7,62.
Penentuan BOD air sungai sangat penting untuk menelusuri aliran
pencemaran dari tingkat hulu ke muara. Penentuan BOD merupakan
suatu prosedur bioassay yang menyangkut pengukuran banyaknya
oksigen yang digunakan oleh organisme selama organisme tersebut
menguraikan bahan organik yang ada dalam suatu perairan, pada kondisi
yang hampir sama dengan kondisi yang ada di alam. Hasil analisis
laboratorium menunjukkan kandungan BOD air sungai, yaitu 1,55 mg/L.
Nilai tersebut berada di bawah nilai ambang batas sesuai dengan PP RI
No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air untuk mutu air kelas II, yaitu 3 mg/L. Sementara itu,
COD juga sangat penting pada penentuan baku mutu air sungai.
Keberadaan bahan organik pada badan perairan dapat berasal dari alam,
aktvitas rumah tangga, dan aktivitas lainnya. Hasil analisis laboratorium
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-62
menunjukkan kandungan COD air sungai masih berada di bawah ambang
batas, yaitu 6,22 mg/L.
Oksigen terlarut (DO) pada air sungai sangat dibutuhkan oleh semua
makhluk hidup di dalamnya untuk pernapasan, proses metabolisme atau
pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan
dan pembiakan. Peranan oksigen terlarut dalam air sungai sangat penting
untuk membantu mengurangi beban pencemaran pada perairan secara
alami
maupun
secara
perlakuan
aerobik
yang
ditujukan
untuk
memurnikan air buangan industri dan rumah tangga. Hasil analisis
laboratorium menunjukkan kandungan oksigen terlarut yang cukup tinggi,
yaitu 8,54 mg/L. Nilai tersebut lebih tinggi dari batas minimum nilai DO
yang persyaratkan dalam PP RI No. 82 Th. 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air untuk mutu air kelas II,
yaitu 4 mg/L.
Keberadaan fosfat yang terkandung dalam air sungai disebabkan karena
kegiatan
penduduk
dalam
penggunaan
detergen,
pestisida,
dan
kandungan pupuk. Namun, fosfat juga tidak hanya dihasilkan dari
kegiatan penduduk tetapi juga dapat dihasilkan oleh alam. Fosfat yang
tinggi pada perairan akan menyebabkan pertumbuhan tumbuhan air yang
sangat pesat sehingga mengurangi jumlah oksigen terlarut yang
selanjutnya mempengaruhi kehidupan makhluk hidup di dalamnya. Hasil
analisis laboratorium menunjukkan kadar fosfat adalah 0,04 mg/L atau di
bawah nilai ambang batas 0,2 mg/L. Sementara itu, sumber nitrogen
dalam air sungai dapat berupa nitrat, nitrit, dan amoniak. Hasil analisis di
laboratorium menunjukkan kandungan nitrat (N-NO3) air sungai yaitu 1,23
mg/L, sedangkan kandungan nitrit (N-NO2) air sungai adalah 0,05 mg/L.
Kandungan nitrit dan nitrat tersebut masih berada di bawah ambang
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-63
batas sesuai dengan prasyarat PP RI No. 82 Th. 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air untuk mutu air
kelas II. Selain itu, air sungai di lokasi kegiatan tidak memiliki kandungan
amoniak (N-NH3).
Sulfur anorganik terutama terdapat dalam bentuk sulfat (SO4), yang
merupakan bentuk sulfur utama di perairan. Sulfat dalam jumlah besar
akan menaikkan keasaman air. Ion sulfat dapat terjadi secara alamiah.
Sulfur dioksida dibutuhkan pada sintesis. Ion sulfat oleh bakteri direduksi
menjadi sulfida pada kondisi anaerob dan selanjutnya sulfida diubah
menjadi hidrogen sulfida. Dalam suasana aerob hidrogen sulfida
teroksidasi secara bakteriologis menjadi sulfat. Hasil analisis laboratorium
menunjukkan kadar sulfat dalam air sungai di wilayah lokasi kegiatan 5,19
mg/L. Berdasarkan peraturan Pemerintah RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990
bahwa nilai ambang batas kandungan sulfat dalam air yaitu 400 mg/L
sehingga parameter sulfat untuk sampel air sungai yang di uji masih
berada jauh dari ambang batas.
Logam berat yang melebihi nilai ambang batas menjadi salah satu
pencemar dalamair sungai. Konsentrasi maksimum logam timbal dalam air
sungai adalah 0,03 mg/L, logam seng 0,05 mg/L, logam besi 0,3 mg/L.
Hasil
analisis
laboratorium
menunjukkan
bahwa
tidak
ditemukan
keberadaan logam berat baik Pb, Zn maupun Fe dalam air sungai. Data
tersebut menunjukkan bahwa air sungai di sekitar wilayah kegiatan dalam
keadaan alami.
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-64
10.
KUALITAS TANAH
Pengambilan contoh tanah berada di lokasi TPS menggunakan 2 buah ring
tanah, yang disusun untuk memperoleh sampel tanah yang tidak terganggu.
Sampel tanah yang diperoleh kemudian diperiksa/diuji sifat fisik dan kimia
tanah di Lab. Analisis Sumberdaya Alam dan Lingkungan FAPERTA UNTAD.
Hasil pengujian sampel tanah ditunjukkan pada Tabel L-9.
Tabel L-9: Hasil pengujian contoh tanah
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
Parameter
Pasir
Debu
Liat
Permeabilitas
Berat Isi Tanah
Ruang Pori Total
C-organik
N-total
C/N
pH H2O (1:2,5)
pH KCl (1:2,5)
P2O5 Bray I
P2O5 HCl 25%
K2O HCl 25%
Ca
Mg
Na
K
KTK
KB
Kejenuhan Al
Satuan
Hasil Uji
%
%
%
Cm/jam
g/cm3
%
%
%
Ppm
Mg 100-1
Mg 100-1
Cmol (+) kg-1
Cmol (+) kg-1
Cmol (+) kg-1
Cmol (+) kg-1
Cmol (+) kg-1
%
%
37,63
42,35
20,02
0,56
1,64
38,11
2,13
0,24
11,83
5,75
4,82
9,92
28,57
30,46
6,08
0,53
0,36
0,46
25,61
29,01
8,64
Sumber: Hasil analisis Laboratorium Analisis Sumberdaya Alam dan Lingkungan Fakultas Pertanian
UNTAD, 2017.
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-65
1. Sifat Fisik Tanah
Tekstur Tanah
Pada lokasi pengambilan sampel tanah di Kecamatan Tawaeli KotaPalu
didapatkan komposisi tanah pada lokasi pengamatan yaitu 37,63% pasir;
42,35% debu dan 20,02% liat. Dari komposisi tanah pada lokasi pengambilan
sampel
Kecamatan
Tawaeli
menunjukkan
bahwa
berdasarkan
kelas
teksturnya termasuk tanah bertekstur sedang (mengandung maksimum 70%
pasir dan maksimum 37,5% liat). Hal ini disebabkan karena menurut Hanafiah
(2007) berdasarkan kelas teksturnya tanah digolongkan menjadi tiga yaitu
tanah bertekstur kasar (mengandung minimal 70% pasir), tanah bertekstur
halus (mangandung minimal 37,5% liat) dan tanah bertekstur sedang
(mengandung maksimum 70% pasir dan maksimum 37,5% liat).
Pada komposisi tanah di lokasi pengambilan sampel Kecamatan Tawaeli
menunjukkan bahwa tanah didominasi oleh debu sehingga tanah tersebut
banyak mempunyai pori-pori meso (sedang) atau agak porous. Hal ini
disebabkan karena menurut Hanafiah (2007), tanah yang didominasi pasir
akan banyak mempunyai pori-pori makro (besar) atau lebih porous; tanah
yang didominasi debu akan banyak mempunyai pori-pori meso (sedang) atau
agak porous dan tanah yang didominasi liat akan mempunyai pori-pori mikro
(kecil) atau tidak porous. Menurut Hardjowigeno (2003) tanah dengan tekstur
pasir banyak mempunyai pori-pori mikro sehingga sulit menahan air.
Struktur Tanah
Pada lokasi pengambilan sampel tanah di Kecamatan Tawaeli didapatkan
komposisi yaitu 37,63% pasir; 42,35% debu dan 20,02% liat. Pada lokasi
pengambilan sampel menunjukkan bahwa tanah pada Kecamatan Tawaeli
memiliki struktur. Hal ini disebabkan karena menurut Arsyad (2005) bahwa
struktur adalah kumpulan butir-butir tanah yang disebabkan terikatnya butirUKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-66
butir pasir, liat atau debu oleh bahan organik, oksidasi besi dan lain-lain.
Struktur tanah yang penting dalam mempengaruhi inflitrasi adalah ukuran
pori dan kemantapan pori. Teori ini diperkuat oleh Hardjowigeno (2003)
menyatakan bahwa struktur tanah merupakan gumpalan-gumpalan kecil
alami dari tanah, akibat melekatnya butir-butir primer tanah satu sama lain.
Satu unit struktur disebut ped (terbentuk karena proses alami). Struktur tanah
memiliki bentuk yang berbeda-beda yaitu lempeng (plety), prismatik
(prismatic), tiang (columnar), gumpal bersudut (angular blocky), gumpal
membulat
(subangular
blocky),
granular
(granular),
remah
(crumb)(Hardjowigeno, 2003).
Dari tekstur atau komposisi kimiatanah di lokasi pengambilan sampel
Kecamatan Tawaelimenunjukkan bahwa tanah tersebut memiliki derajat
agregasi atau perkembangan struktur berupa gradasi struktur sedang. Ini
diperkuat dengan adanya pembagian gradasi struktur tanah menurut Foth
(1994) yaitu tidak mempunyai struktur berupa agregasi tidak dapat dilihat
atau tidak tertentu batasnya dan susunan garis-garis alam semakin kabur,
pejal jika menggumpal, berbutir tunggal jika menggumpal; gradasi struktur
lemah berupa ped yang sulit dibentuk dan dapat dilihat dengan mata
telanjang; gradasi struktur sedang berupa ped yang dibentuk dengan baik,
tahan lama dan jelas, tetapi tidak jelas pada tanah yang tidak terganggu; dan
gradasi struktur kuat berupa ped yang kuat, jelas pada tanah yang tidak
terganggu satu dengan yang lain terikat secara lemah, tahan terhadap
perpindahan dan menjadi terpisah apabila tanah tersebut terganggu.
Kerapatan Limbak (Bulk Density)
Kerapatan limbak merupakan rasio bobot kering mutlak (suhu 105oC) suatu
unit tanah terhadap volume total, yang sering dinyatakan dalam gr/cm3(Hillel,
1980). Menurut Hardjowigeno (2007) bahwa kerapatan limbak
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
atau
L-67
bulakdensity (BD) adalah berat tanah kering per satuan volume tanah
(termasuk pori-pori tanah).
Berat isi tanah pada lokasi kegiatan menunjukkan berat isi tanah sebesar 1,64
g/cm3.Bila dibandingkan berat isi tanah pada lokasi pengambilan sampel
dengan kerapatan zarah (particle density) tanah yang selama ini dijadikan
dasar untuk menghitung ruang pori total (total porosity) menunjukkan hasil
berat isi tanah yang masih sangat rendah. Hal ini karena standar nilai
kerapatan zarah tanah sebesar 2,65 g/cm3(Hillel, 1980).
Dari data berat isi tanah pada lokasi pengambilan sampel juga menunjukkan
bahwa pada tanah tersebut akar tanaman lebih mudah berkembang. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Hardjowigeno(2007) bahwa tanah dengan bobot
yang besar akan sulit meneruskan air atau sulit ditembus akar tanaman,
sebaliknya tanah dengan bobot isi rendah menyebabkan akar tanaman lebih
mudah berkembang (Hardjowigeno, 2007).
Porositas Tanah
Pori-pori adalah bagian tanah yang berisi bahan padat tanah (terisi oleh udara
dan air). Pori tanah dapat dibedakan menjadi pori kasar (macro pore) dan
pori halus (micro pore). Pori kasar berisi udara atau air gravitasi (air yang
mudah hilang karena gaya gravitasi), sedang pori halus berisi air kapiler dan
udara(Hardjowigeno, 2007). Ruang pori tanah yaitu bagian dari tanah yang
ditempati oleh air dan udara, sedangkan ruang pori total terdiri atas ruangan
diantara partikel pasir, debu dan liat serta ruang diantara agregat-agregat
tanah (Soepardi, 1983).
Porositas adalah proporsi ruang pori total (ruang kosong) yang terdapat
dalam satuan volume tanah ditempati oleh air dan udara (Hanafiah, 2007).
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-68
Menurut Hardjowigeno(2007), porositas tanah dipengaruhi oleh kandungan
bahan organik, struktur dan tekstur tanah. Porositas tanah tinggi jika bahan
organik tinggi. Tanah-tanah dengan struktur remah atau granular mempunyai
porositas yang lebih tinggi daripada tanah-tanah yang berstruktur pejal.
Dari data komposisi tanah pada lokasi pengambilan sampel menunjukkan
bahwa tanah tersebut memiliki ruang pori total tanah sebesar 38,11%. Dari
data tersebutjugamenunjukkan bahwa pori partikel tanah tersebut termasuk
pori berguna bagi tanaman yaitu pori yang berdaimeter diatas 0,2 mikron
yang terdiri dari pori pemegang air berukuran diameter diatas 0,2-0,86
mikron.
Hal
menyatakan
ini
diperkuat
bahwa
agar
oleh
pendapat
tanaman
dapat
Hardjowigeno(2003)
tumbuh
baik
yang
diperlukan
perimbangan antara pori-pori yang dibedakan menjadi pori berguna dan pori
tidak berguna untuk ketersediaan air bagi tanaman. Pori berguna bagi
tanaman yaitu pori yang berdiameter diatas 0,2 mikron, yang terdiri dari pori
pemegang air berukuran diameter 0,2-0,86 mikron, pori drainase lambat
berdiameter 8,6-28,6 mikron dan pori drainase cepat berdiameter diatas 28,8
mikron. Air terdapat dalam pori pemegang air disebut air tersedia, umumnya
antara titik layu dan kapasitas lapang.
Sedangkan pori tidak berguna bagi tanaman adalah pori yang diameternya
kurang dari 0,2 mikron. Akar tanaman tidak mampu menghisap air pada pori
ukuran kurang dari 0,2 mikron, sehingga tanaman menjadi layu. Untuk
mengeluarkan air dari pori ini diperlukan tenaga tekanan atau isapan setara
15 atmosfir (Hardjowigeno, 2003).
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-69
Permeabilitas Tanah
Menurut Hardjowigeno(2003), permeabilitas adalah kecepatan laju alir dalam
medium massa tanah. Sifat ini penting artinya dalam keperluan drainase dan
tata air tanah. Bagi tanah-tanah yang bertekstur halus biasanya mempunyai
permeabilitas lebih lambat dibanding tanah bertekstur kasar. Permeabilitas
tanah merupakan parameter sifat fisika tanah yang menentukan kecepatan
pergerakan air dalam tanah.
Nilai permeabilitas tanah pada lokasi pengambilan sampel di Kecamatan
Tawaeli yaitu 0,56 cm/jam. Data ini jika dibandingkan dengan deskripsi
permeabilitas tanah yaitu sangat cepat (>25,0 cm/jam); cepat (12,5-25,0
cm/jam); agak cepat (6,5-12,5 cm/jam); sedang (2,0-6,5 cm/jam); agak
lambat (0,5-2,0 cm/jam); lambat (0,1-0,5 cm/jam) dan sangat lambat (<0,1
cm/jam)(Hardjowigeno,
2003).
Dari
deskripsi
permeabilitas
tanah
menunjukkan percepatan air dalam tanah berupa agak lambat karena berada
pada interval permeabilitas 0,5-2,0 cm/jam.
2. Sifat Kimia Tanah
Derajat Kemasaman Tanah (pH)
pH tanah umumnya berkisar antara 3,0-9,0. Di Indonesia pada umumnya
tanah bereaksi masam dengan pH berkisar antara 4,0-5,5 sehingga tanah
dengan pH 6,0-6,5 dikatakan cukup netral. Di daerah rawa-rawa sering
ditemukan tanah-tanah sangat masam dengan pH kurang dari 3,0 yang
disebut tanah sangat masam karena banyak mengandung asam sulfat.
Dari data derajat kemasaman tanah (pH) pada lokasi pengambilan sampel
tanah di Kecamatan Tawaeli memberikan hasil berupa pH KCl (1:2,5) sebesar
4,82 sedangkan pH H2O (1:2,5) 5,75. Data tersebut menunjukkan bahwa
derajat kemasaman tanah pada lokasi pengambilan sampel baik berupa pH
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-70
H2O (1:2,5) maupun pH KCl (1:2,5) tidak memberikan perbedaan nilai derajat
kemasaman tanah yang sangat besar.Derajat kemasaman tanah pada lokasi
pengambilan sampel berdasarkan pH H2O (1:2,5) dan pH KCl (1:2,5)
memberikan hasil berupa kondisi masam karena derajat kemasamannya
berada dibawah 7.
Kapasitas Tukar Kation (KTK)
Kapasitas tukar kation (KTK) suatu tanah dapat didefinisikan sebagai suatu
kemampuan koloid tanah menjerap dan mempertukarkan kation (Hakim, et
al., 1986). Sedangkan menurut Hasibuan (2006), kapasitas tukar kation
merupakan banyaknya kation-kation yang dijerap atau dilepaskan dari
permukaan koloid liat atau humus dalam mili gram ekuivalen per 100 g
contoh tanah atau humus.
Kapasitas tukar kation merupakan sifat kimia yang sangat erat hubungannya
dengan kesuburan tanah. Tanah-tanah dengan kandungan bahan organik
atau kadar liat tinggi mempunyai KTK lebih tinggi dari pada tanah-tanah
dengan
kandungan
bahan
organik
rendah
atau
tanah-tanah
berpasir(Hardjowigeno, 2007).
Besar kecilnya KTK tanah dipengaruhi oleh reaksi tanah atau pH, tekstur atau
jumlah liat, jenis mineral liat, bahan organik, pengapuran dan pemupukan.
Dari data pengamatan nilai kapasitas tukar kation pada tanah hasil
pengambilan sampel di Kecamatan Tawaeli didapatkan hasil KTK sebesar
25,61 cmol (+) per kg. Data ini menunjukkan nilai KTK pada tanah sekitar
lokasi pengambilan sampel tergolong tinggi. Hasil ini diperkuat dengan data
pengambilan sampel kapasitas tukar kation pada lokasi sampel memberikan
hasil baik dari P2O5 HCl 25% sebesar 28,57 mg per 100 g sedangkan dari K2O
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-71
HCl 25% sebesar 30,46 mg per 100 g.Sehingga secara umum kapasitas tukar
kation pada sekitar pengambilan sampel dari sisi P2O5 HCl 25% maupun K2O
HCl 25% cenderung sama dan tergolong pada nilai yang sedang.
Data
kapasitas
tukar
kation
pada
lokasi
pengambilan
sampel
jika
dibandingkan dengan pengaruh tekstur tanah. Karena tekstur tanah juga
berpengaruh terhadap KTK tanah. Semakin halus tekstur tanah semakin tinggi
pula KTK nya. Pengaruh tekstur tanah terhadap kapasitas tukar kation yaitu
tekstur pasir (0-5 mg per 100 g), lempung berpasir (5-10 mg per 100 g),
lempung dan lempung berdebu (10-15 mg per 100 g), lempung berliat (15-20
mg per 100 g) dan liat (15-40 mg per 100 g). Maka akan didapatkan hasil
bahwa tekstur tanah pada lokasi pengambilan tanah termasuk liat yaitu
memiliki kapasitas tukar kation berada pada interval 15-40 mg per 100 g.
C-Organik
Bahan
organik
merupakanbahan-bahan
atau
sisa-sisa
yang
berasal
daritanaman, hewan dan manusia yang terdapat di permukaan atau di dalam
tanahdengan tingkat pelapukan yang berbeda(Hasibuan, 2006). Bahan
organik merupakan bahan pemantap agregat tanah yang baik. Sekitar
setengah dariKapasitas Tukar Kation (KTK) berasal dari bahan organik(Hakim,
et al., 1986).
Kandungan bahan organik dalam tanah merupakan salah satu faktor
yangberperan dalam menentukan keberhasilan suatu budidaya tanaman. Hal
ini dikarenakan bahan organik dapat meningkatkan kesuburan kimia, fisika
maupunbiologi tanah. Penetapan kandungan bahan organik dilakukan
berdasarkan jumlahC-Organik(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
1991).
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-72
Dari data kandungan C-organik pada tanah hasil pengambilan sampel tanah di
lokasi Kecamatan Tawaeli memberikan hasil kandungan C-organik sebesar
2,13%. Dari data kandungan C-organik tanah pada lokasi pengambilan
sampelmenunjukkan kandungan yang masih normal dan tergolong sedang.
N-Total
Nitrogen adalah unsur hara makro utama yang dibutuhkan tanamandalam
jumlah yang banyak, diserap tanaman dalam bentuk amonium (NH4+)
dannitrat (NO3+). Menurut Hardjowigeno(2003) nitrogen di dalam tanah
terdapat dalamberbagai bentuk yaitu protein (bahan organik), senyawasenyawa amino,amonium (NH4+) dan nitrat (NO3-). Bentuk N yang diabsorpsi
oleh tanamanberbeda-beda. Ada tanaman yg lebih baik tumbuh bila diberi
NH4+ ada pulatanaman yang lebih baik diberi NO3- dan ada pula tanaman
yang tidak terpengaruholeh bentuk-bentuk N ini(Leiwakabessy, et al.,
2003).Sumber nitrogen di dalam tanah melalui air hujan dan melalui
penambahan pupuk buatan seperti urea atau ZA. Sumber N yang berasal dari
atmosfer sebagai sumber primer dan lainnya berasal dari aktifitas di dalam
tanah sebagai sumber sekunder(Hasibuan, 2006).
Kandungan N-total pada tanah dari lokasi tempat pengambilan sampel di
Kecamatan Tawaeli memberikan hasil sebesar 0,24%. Kandungan N-total
hasil analisis tergolong sedang. Hal ini disebabkan karena biomassa tanaman
rata-rata mengandung N sebesar 1 sampai2% dan mungkin sebesar 4 sampai
6%.
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-73
P-Bray (Fosfor)
Menurut Hardjo Wigeno(2003) unsur-unsur P di dalam tanah berasal dari
bahan organik (pupuk kandang dan sisa-sisa tanaman), pupuk buatan (TSP
dan DS) dan mineral-mineral di dalam tanah (apatit). Tanaman dapat juga
mengabsorpsi fosfat dalam bentuk P-organik seperti asam nukleik dan phytin.
Bentuk-bentuk ini berasal dari dekomposisi bahan organik dan dapatlangsung
dipakai oleh tanaman. Tetapi karena tidak stabil dalam suasana dimana
aktifitas mikroba tinggi, maka peranan mereka sebagai sumber fosfat bagi
tanaman di lapangan menjadi kecil (Leiwakabessy, et al., 2003).
Dari data uji Laboratorium kandungan P2O5 Bray I pada lokasi pengambilan
sampel di Kecamatan Tawaeli memberikan hasil sebesar 9,92 ppm dan nilai
tersebut tergolong sedang.Dari data ini juga menunjukkan bahwa kandungan
P2O5 Bray I pada tanah di lokasi kegiatan masih sangat baik. Hal ini diperkuat
oleh Sanchez(1992)yang menyatakan bahwa kadar fosfor tersedia di dalam
tanah akan meningkat setelah pembukaan karena adanya kandungan fospor
di dalam abu.
Kalsium (Ca)
Kandungan kalsium (Ca) pada tanah di lokasi pengambilan sampel
memberikan hasil yaitu kandungan Ca sebesar 6,08 cmol (+) per kg. Dari
data ini menunjukkan kandungan Ca pada lokasi tanah masih dalam keadaan
baik.
Kalsium tergolong dalam unsur-unsur mineral esensial sekunder seperti
magnesium dan belerang. Ca2+ dalam larutan dapat habis karena diserap
tanaman, diambil jasad renik, terikat oleh kompleks adsorpsi tanah,
mengendap
kembali
sebagai
endapan-endapan
sekunder
dan
tercuci
(Leiwakabessy, 1998). Mineral Ca, Mg dan K bersaing untuk memasuki
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-74
tanaman. Apabila salah satu unsur berada pada jumlah yang lebih rendah dari
pada yang lain, maka unsur yang kadarnya lebih rendah sukar diserap
(Leiwakabessy, et al., 2003).
Di dalam tanah kalsium berada dalam bentuk anorganik, namun dalam jumlah
yang cukup signifikan juga berasosiasi dengan materi organik dalam
humus(Sutcliffe & Baker, 1975).
Magnesium (Mg)
Kandungan magnesium (Mg) pada tanah di lokasi pengambilan sampel
memberikan hasil yaitu kandungan Mg sebesar 0,53 cmol (+) per kg. Dari
data ini menunjukkan kandungan Mg pada lokasi tanah masih dalam keadaan
baik.
Di dalam tanah magnesium berada dalam bentuk anorganik (unsur makro),
namun dalam jumlah yang cukup signifikan juga berasosiasi dengan materi
organik dalam humus(Sutcliffe & Baker, 1975). Pemakaian N, P, K dalam
pupuk dan varietas unggul, mengakibatkan jumlah Ca dan Mg yang terangkut
ke tanaman juga meningkat. Unsur Ca dan Mg biasa dihubungkan dengan
masalah kemasaman tanah dan pengapuran.
Natrium (Na)
Natrium merupakan unsur penyusun lithosfer keenam setelah Ca yaitu 2,75%
yang
berperan
penting
dalam
menentukan
karakteristik
tanah
dan
pertumbuhan tanaman terutama di daerah kering dan agak kering yang
berdekatan dengan pantai. Natrium (Na) juga bersifat toksik bagi tanaman
jika terdapat dalam tanah dalam jumlah yang berlebihan.
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-75
Kandungan natrium (Na) pada tanah di lokasi pengambilan sampel
memberikan hasil sebesar 0,36 cmol (+) per kg. Dari data ini menunjukkan
kandungan Na pada lokasi masih dalam keadaan baik dengan nilai sedang.
Kalium (K)
Kalium merupakan unsur hara ketiga setelah Nitrogen dan Fosfor yang
diserap oleh tanaman dalam bentuk ion K+. Muatan positif dari Kalium akan
membantu menetralisir muatan listrik yang disebabkan oleh muatan negatif
Nitrat, Fosfat, atau unsur lainnya. Kalium tanah terbentuk dari pelapukan
batuan dan mineral-mineral yang mengandung kalium. Melalui proses
dekomposisi bahan tanaman dan jasad renik sehingga kalium akan larut dan
kembali ke tanah. Beberapa tipe tanah mempunyai kandungan kalium yang
melimpah. Kalium dalam tanah ditemukan dalam mineral-mineral yang
terlapuk dan melepaskan ion-ion kalium. Ion-ion adsorpsi pada kation tertukar
dan cepat tersedia untuk diserap tanaman. Tanah-tanah organik mengandung
sedikit Kalium.
Kandungan kalium (K) pada tanah di lokasi pengambilan sampel memberikan
hasil sebesar 0,46 cmol (+) per kg. Dari data ini menunjukkan kandungan K
pada lokasi tanah masih dalam keadaan baik.
KB (Kejenuhan Basa)
Kejenuhan basa adalah perbandingan dari jumlah kation basa yang
ditukarkan dengan kapasitas tukar kation yang dinyatakan dalam persen.
Kejenuhan basa rendah berarti tanah dengan kemasaman tinggi dan
kejenuhan basa mendekati 100% tanah bersifal alkalis. kejenuhan basa
dipengaruhi oleh pH. Kejenuhan basa dapat digunakan sebagai indikator
mengenai kesuburan tanah. Kemudahan dalam melepaskan ion yang dijerat
untuk tanaman tergantung pada derajat kejenuhan basa. Tanah sangat subur
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-76
bila kejenuhan basa > 80%, berkesuburan sedang jika kejenuhan basa antara
50-80% dan tidak subur jika kejenuhan basa < 50 %. Hal ini didasarkan pada
sifat tanah dengan kejenuhan basa 80% akan membebaskan kation basa
dapat dipertukarkan lebih mudah dari tanah dengan kejenuhan basa 50%.
Data kejenuhan basa (KB) di lokasi pengambilan sampel menunjukkan hasil
sebesar 29,01 %. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa tanah tersebut
tergolong tidak subur dengan nilai KBK yang sedang.
Kejenuhan Al
Aluminum (Al) merupakan unsur yang sering dijumpai dalam tanah dan
sangat
menentukan
berpengaruh
kualitas
langsung
tanah,
terhadap
karena
pertumbuhan
ketersediaan
tanaman
unsur
dengan
ini
cara
berinteraksi meracuni perakaran, khususnya tanah masam yang erat
hubungannya dengan persentase ion H+ dan Al3+. Aluminium merupakan
sumber keasaman yang sangat penting.
Jika kejenuhan Aluminium >60% maka tanah tersebut tidak layak untuk
tanah pertanian sebelum direklamasi atau ameliorasi terlebih dahulu.
Kejenuhan aluminium dipengaruhi oleh KTK dan juga dipengaruhi oleh tekstur
tanah.
Keracunan
aluminium
dapat
menghambat
perpanjangan
dan
pertumbuhan akar primer, serta menghalangi pembentukan akar lateral dan
bulu akar tanaman. Apabila pertumbuhan akar terganggu, serapan hara dan
pembentukan senyawa organik tersebut akan terganggu. Sistem perakaran
yang terganggu akan mengakibatkan tidak efisiennya akar menyerap unsur
hara.
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-77
Data kejenuhan aluminium (Al) tanah pada lokasi pengambilan sampel
menunjukkan hasil yaitu nilai kejenuhan Al sebesar 8,64%. Data ini juga
memberikan informasi bahwa nilai kejenuhan Al disekitar lokasi pengambilan
sampel tergolong sangat rendah yang menunjukkan bahwa tanah tersebut
masih dalam kondisi baik.
11.
LALU LINTAS DAN EKSISTING JALAN
Kegiatan ekonomi masyarakat akan bekembang apabila mempunyai sarana
dan prasarana tranportasi yang baik. Selain itu hal yang penting terkait
dengan tata guna lahan yaitu mobilitas dan aksesibilitas. Berdasarkan survey
lapangan dimana akses jalan menuju TPS akan melewati 2 alternatif jalan,
yaitu melewati sungai melalui Jln. Trans Palu-Parigi dan Jln. Trans PaluLorong Anja. Pada Jln. Trans Palu-Parigi merupakan jalan nasional yang
menghubungkan antar kota maupun provinsi, sedangkan Jln. Trans PaluLorong Anja merupakan jalan nasional kemudian masuk kedalam jalan
desa/lorong di Kelurahan Lambara menuju TPS.
Tabel L-10: Eksisting rencana jalan yang akan digunakan
Lokasi
Jln. Trans Palu-Parigi
Jln. Trans Palu-Lorong
Anja
Lebar
perkerasan
6,10 m
Lebar bahu
jalan
1,8 m
Jalan Nasional
5.25 m
1.5 m
Jalan Nasional
Keterangan
Sumber: Hasil survey lapangan, 2017
Berdasarkan hasil survey bahwa kedua jalan tersebut menggunakan
perkerasan beraspal dan berdasarkan fungsi jalan keduanya merupakan jalan
arteri utama yang mrnghubungkan wilayah Barat dan Timur Provinsi Sulteng.
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-78
Perencanaan TPS ini nantinya akan dilewati truk dengan kapasitas angkut
sekitar 4 ton dan akan melewati Jln. Trans Palu-Parigi kemudian melewati
Sungai Tawaeli tanpa perkerasan dengan sedikit timbunan. Selain itu,
alternatif lain melewati jalan kolektor dari Jln. Trans Palu-Lorong Anja berupa
jalan timbunan kerikil sehingga dapat berdampak polusi berupa debu dan
kebisingan di daerah pemukiman masyarakat. Sehingga alternatif kedua ini
kemungkinan besar tidak akan digunakan sehubungan dengan adanya
presepsi dan keresahan masyarakat yang menolak arus lalulintas menuju TPS.
Pada umumnya arus lalulintas untuk
kedua jalan nasional tersebut
didomonasi oleh mobil penumpang, kendaraan berat dan motor. Sedangkan
untuk jalan menuju TPS melalui jalan kolektor didominasi oleh motor, hal ini
bisa dilihat pada hasil survey lalu lintas beikut ini.
Analisis Lalu Lintas Harian (LHR)
Analisis volume lalu lintas didasarkan pada survey faktual. Untuk keperluan
desain, volume lalu lintas dapat diperoleh dari :
o Survey lalu lintas aktual, dengan durasi minimal 7 x 24 jam. Pelaksanaan
survey agar mengacu pada Pedoman Survei Pencacahan Lalu Lintas
dengan Cara Manual Pd T-19-2004-B atau dapat menggunakan peralatan
dengan pendekatan yang sama.
o Hasil – hasil survey lalu lintas sebelumnya.
Dalam analisis lalu lintas, terutama untuk penentuan volume lalu lintas pada
jam sibuk dan lintas harian rata – rata tahunan (LHRT) agar mengacu pada
Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI).
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-79
Survey arus lalu lintas harian rata-rata (LHR) bertujuan untuk mengamati pola
pergerakan arus lalu lintas dan jenis kendaraan yang melintas pada suatu
ruas jalan. Kendaraan yang terdata dalam pengamatan ini adalah kendaraan
yang melintas untuk kedua jalan.
Hasil pengamatan dan analisis perhitungan lalu lintas yang dilakukan dapat
dilihat pada tabel-tabel dibawah ini, dengan penjelasan sebagai berikut:
o Asumsi pengamatan arus lalulintas dilakukan pada kondisi normal yaitu
hari Selasa. Hari Senin s/d Kamis dianggap kondisi hari kerja, sehingga
pemilihan hari Selasa sebagai hari survey karena dapat mewakili hari
kerja.
o Data hasil pengamatan 16 jam (kendaraan/jam) kemudian dikonversi
menjadi data 24 jam dengan mengalikan 93% dan memperhitungkan emp
(ekivalensi mobil penumpang) masing-masing jenis kendaraan sehingga
menjadi lalulintas harian rata-rata (smp/jam)
o Arus lalulintas maksimum terjadi pada jam 07.00-08.00 dan 16.00-17.00,
sehingga data ini menjadi volume lalulintas harian terbesar (smp/jam).
o Hasil perhitungan kapasitas jalan (C) diperoleh dengan memperhitungkan
variable-variabel berpengaruh seperti: kapasitas dasar, lebar lajur,
pemisah arah, hambatan samping dan ukuran kota.
Berdasarkan data lapangan dan hasil olahan sesuai tahapan diatas, maka
hasil rangkuman perhitungan data lalulintas dan prediksi pergerakan lalulintas
dimasa datang untuk kedua ruas yang diamati dapat dilihat pada tabel-tabel
berikut.
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-80
Tabel L-11: Data dan Hasil Perhitungan Lalulintas Harian Rata-rata (LHR) Jln. Trans Palu-Lorong Anja
LALU LINTAS JL TRANS SULAWESI
Periode
Sepeda motor,
sekuter sepeda
kumbang & roda 3
Sedan, jeep dan
station wagon
Arah
1
EMP
Opelet, pick-up
Pick-up, micro truk
opelet, suburban,
dan Mobil hantaran
combi, & minibus
Arah
2
Arah
1
2
0.4
1
Arah
2
1
Bus Kecil
1
1
Bus Besar
Arah
2
1
1
Truk Ringan 2
Sumbu
Arah
2
1
1.3
Truk sedang 2
Sumbu
Arah
2
1
1.3
Truk 3 Sumbu
Arah
2
1
Arah
2
1.3
Truk gandeng
1
1.3
Truk Semi trailer
Jumlah Kendaraan
Rata-rata
LHR=Lalulintas
Harian x Angka
koef. x 93%
Arah
Arah
smp
Arah
2
1
1.3
2
1
1.3
2
1.3
1
2
Rata-rata
Total 2
arah
06.00-07.00
185
105
71
90
16
27
13
19
-
-
-
-
4
-
-
7
-
-
-
-
-
-
289
247
249
536
07.00-08.00
179
99
56
75
25
36
22
28
-
3
1
1
3
-
5
16
3
-
-
1
-
-
294
259
257
552
08.00-09.00
234
154
194
135
34
45
31
31
1
1
-
-
7
-
3
17
1
-
1
-
-
-
506
383
413
889
09.00-10.00
204
124
119
60
29
40
26
26
-
-
1
1
9
-
9
21
4
3
-
-
-
1
401
276
315
677
10.00-11.00
138
99
127
125
16
31
15
42
1
-
-
-
4
-
7
18
1
-
-
3
-
-
309
318
291
627
11.00-12.00
269
136
149
173
31
32
36
42
3
1
1
3
7
1
12
26
3
-
-
-
-
-
510
415
430
925
12.00-13.00
197
124
120
126
28
23
12
44
-
1
-
-
3
-
10
20
4
4
1
-
-
-
375
341
333
717
13.00-14.00
179
251
173
169
13
22
36
42
-
-
-
-
1
3
9
17
-
5
-
3
-
-
412
512
429
923
14.00-15.00
220
232
178
188
18
33
38
35
3
7
1
-
-
5
23
14
3
1
-
-
-
-
484
515
465
999
15.00-16.00
233
288
156
191
31
34
27
28
3
-
-
4
8
9
8
10
3
7
-
-
-
-
468
571
483
1038
16.00-17.00
321
308
169
178
22
26
44
41
1
-
-
1
14
-
3
20
-
3
-
-
-
-
574
576
535
1150
17.00-18.00
271
294
86
188
21
20
24
35
-
1
1
3
8
-
4
20
-
3
-
1
-
-
415
564
455
979
18.00-19.00
283
306
116
218
51
50
54
65
-
-
-
2
3
-
1
14
3
2
-
-
-
-
511
656
542
1167
19.00-20.00
271
293
85
187
20
19
23
34
-
-
1
1
7
-
3
10
-
1
1
1
-
-
411
547
445
957
20.00-21.00
230
253
75
177
32
30
37
54
-
-
-
-
4
-
3
7
1
-
-
-
-
-
382
521
420
903
21.00-22.00
LHR (kend/jam)
LHR Total 2 arah
(smp/jam)
204
3619
227
3291
6910
53
1926.5
124
2403.9
4330.4
26
412.6
24
29
44
492.72
467.24
609.92
905.32
1077.16
-
-
12
14
26
-
-
8
16
24
1
-
81
18
99
99
5
239
337
-
-
25
28
52
-
-
4
9
13
-
-
0
1
1
313
423
342
736
6653
7123
6406
13776
13776
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
20182
L-81
No
Waktu
Pengamatan
LL Harian Rata-rata
(LHR), smp/jam
1
06.00-07.00
536
2
07.00-08.00
552
3
08.00-09.00
889
4
09.00-10.00
677
5
10.00-11.00
627
6
11.00-12.00
925
7
12.00-13.00
717
8
13.00-14.00
923
9
14.00-15.00
999
10
15.00-16.00
1038
11
16.00-17.00
1150
12
17.00-18.00
979
13
18.00-19.00
1167
14
19.00-20.00
957
15
20.00-21.00
903
16
21.00-22.00
736
Gambar L-27: Fluktuasi LHR ruas Jln. Trans Palu-Lorong Anja
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
L-82
Tabel L-12: Perhitungan Kapasitas Ruas Jln. Trans Palu-Lorong Anja menuju TPS
Lebar Perkerasan Jalan = 6,1 m
Lebar Bahu Jalan = 1.8 m
Kondisi Medan : Datar
Jam puncak kedua arah terjadi pada: 16.00 17.00
Data Arus Kendaraan
HV
LV
Volume Rata-rata
(smp/jam)
MC
kend/jam
smp/jam
kend/jam
smp/jam
kend/jam
smp/jam
16 jam
24 jam
Jl. Trans Sulawesi Arah ke Kota Palu
235
235
14
18
803
321
574
618
Jl. Trans Sulawesi dari Kota Palu
245
245
18
23
769
308
576
620
1150.40
1238.00
Jumlah
Hasil Perhitungan Kapasitas Jalan, C (smp/jam)
Kapasitas Dasar (Co)
Lebar lajur
Pemisah
Arah
Hambatan
Samping
2900
1.25
1
1.02
Ukuran Kota C (smp/jam)
0.93
DS = Q/C = 0.360
3438.675
Dari hasil perhitungan diatas diperoleh tingkat pelayanan jalan sebesar 0.360 masuk dalam tingkat pelayanan B. Artinya bahwa
arus lalu lintas masih stabil tetapi kecepatannya dibatasi. Penentuan tingkat pelayanan jalan ini sesuai dengan ketentuan dinas
perhubungan dimana untuk tingkat pelayanan B mempunyai nilai 0,2 – 0,44.
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
L-83
Tabel L-13: Data dan Hasil Perhitungan Lalulintas Harian Rata-rata (LHR) Jln. Trans Palu-Parigi
Periode
Sepeda motor,
sekuter sepeda
kumbang & roda 3
Arah
Arah
1
EMP
Opelet, pick-up
Pick-up, micro truk
opelet, suburban,
dan Mobil hantaran
combi, & minibus
Sedan, jeep dan
station wagon
2
Arah
1
2
0.4
1
Arah
2
1
Bus Kecil
1
1
Bus Besar
Arah
2
1
1
Truk Ringan 2
Sumbu
Arah
2
1
Arah
2
1.3
Truk sedang 2
Sumbu
1
Arah
2
1.3
Truk 3 Sumbu
1
Arah
2
1.3
Truk gandeng
1
Jumlah Kendaraan
Arah
Arah
smp
Arah
2
1.3
Truk Semi trailer
Rata-rata
LHR=Lalulintas
Harian x Angka
koef. x 93%
1
2
1.3
1
2
1.3
1
1.3
2
Rata-rata
Total 2
arah
06.00-07.00
33
38
18
16
2
7
5
15
-
-
-
-
-
-
-
7
-
-
-
-
-
-
58
82
65
140
07.00-08.00
27
32
23
31
4
9
7
21
-
-
1
1
7
-
3
12
3
1
-
-
-
-
74
107
84
181
08.00-09.00
58
52
35
35
5
15
17
36
1
-
1
-
-
1
7
16
1
-
-
-
-
-
125
155
131
281
09.00-10.00
52
57
20
45
2
24
12
31
-
-
3
-
17
3
12
9
-
3
-
-
-
-
117
171
134
288
10.00-11.00
63
65
29
60
6
8
14
16
-
-
-
3
-
3
12
12
1
8
-
-
-
-
125
174
139
299
11.00-12.00
60
62
46
77
5
12
27
16
-
-
1
9
-
-
14
21
3
3
-
-
-
-
156
200
165
355
12.00-13.00
68
56
54
40
10
13
14
24
-
-
-
3
-
-
16
17
-
-
-
-
-
-
161
152
146
313
13.00-14.00
58
73
35
47
4
9
19
20
-
-
1
-
-
-
10
18
1
4
-
-
-
-
129
171
140
300
14.00-15.00
59
55
46
49
4
3
35
26
-
-
-
-
1
12
8
10
3
4
-
-
-
-
156
159
146
314
15.00-16.00
59
60
29
42
2
4
23
26
-
-
1
-
3
-
12
13
1
1
-
-
-
-
130
147
129
277
16.00-17.00
53
76
38
50
1
7
17
16
-
-
-
1
3
-
8
13
-
4
-
-
-
1
120
168
134
288
17.00-18.00
90
80
57
56
6
4
21
24
-
-
1
-
-
-
16
17
3
7
-
-
-
-
193
188
177
381
18.00-19.00
74
68
45
35
6
5
25
18
-
-
-
-
-
-
11
12
-
3
-
-
-
-
161
140
140
301
19.00-20.00
62
56
34
14
5
3
20
15
-
-
1
1
-
-
8
7
1
4
-
-
-
-
131
99
107
230
20.00-21.00
21
15
24
9
4
5
12
12
-
-
-
-
1
-
9
3
-
3
-
-
-
-
72
46
55
118
21.00-22.00
14
7
17
6
1
4
8
9
-
-
-
-
-
-
3
5
-
-
-
-
-
-
42
31
34
74
1950
2190
1925
4140
LHR (kend/jam)
LHR Total 2 arah
(smp/jam)
850
850
1700.4
549.8
612.3
1162.1
67
131.64
198.64
276
325
601
1
0
1
12
18
30
31
18
49
146
190
336
17
43
60
0
0
0
0
1
1
4140
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
6065
L-84
No
Waktu Pengamatan
LL Harian Rata-rata
(LHR), smp/jam
1
06.00-07.00
140
2
07.00-08.00
181
3
08.00-09.00
281
4
09.00-10.00
288
5
10.00-11.00
299
6
11.00-12.00
355
7
12.00-13.00
313
8
13.00-14.00
300
9
14.00-15.00
314
10
15.00-16.00
277
11
16.00-17.00
288
12
17.00-18.00
381
13
18.00-19.00
301
14
19.00-20.00
230
15
20.00-21.00
118
16
21.00-22.00
74
Gambar L-28: Fluktuasi LHR ruas Jln. Trans Palu-Parigi
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
L-85
Tabel L-14: Perhitungan Kapasitas Ruas Jln. Trans Palu-Parigi
Lebar Perkerasan Jalan = 5.2 m
Lebar Bahu Jalan = 1.5 m
Kondisi Medan : Datar
Jam puncak kedua arah terjadi pada: 17.00 18.00
Data Arus Kendaraan
HV
LV
Volume Rata-rata
(smp/jam)
MC
kend/jam
smp/jam
kend/jam
smp/jam
kend/jam
smp/jam
16 jam
24 jam
Jl. Tawaeli Nupa Bomba dari Parigi
84
84
15
20
224
90
193
208
Jl. Tawaeli Nupa Bomba Ke Arah Parigi
84
84
18
23
201
80
188
202
380.90
410.00
Jumlah
Hasil Perhitungan Kapasitas Jalan, C (smp/jam)
Kapasitas Dasar (Co)
Lebar lajur
Pemisah
Arah
Hambatan
Samping
2900
1.14
1
1.02
Ukuran Kota C (smp/jam)
0.93
DS = Q/C = 0.131
3136.0716
Dari hasil perhitungan diatas diperoleh tingkat pelayanan jalan sebesar 0.131 masuk dalam tingkat pelayanan A. Artinya bahwa
arus lalu lintas stabil tanpa hambatan. Penentuan tingkat pelayanan jalan ini sesuai dengan ketentuan dinas perhubungan dimana
untuk tingkat pelayanan A mempunyai nilai 0,0 – 0,20. Sehingga arus lalu lintas berupa truk bermuatan limbah menuju lintasan
sungai berdampak kecil terhadap perubahan tingkat pelayanan jalan tersebut
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
L-86
B. KOMPONEN BIOLOGI
Sesuai hasil survey yang telah dilakukan dengan melihat komponen biologi
disekitar lokasi penelitian, diperoleh jenis–jenis tumbuhan (flora) dan hewan
(fauna) yang cukup beragam. Untuk jenis tumbuhan (flora) yang diamati adalah
berbagai jenis tumbuhan yang tumbuh, baik tumbuhan liar maupun dibudidaya
yang tumbuh di sekitar wilayah rencana Pembangunan TPS fly ash dan bottom
ash dan disekitar halaman rumah masyarakat. Sedangkan untuk jenis hewan
(fauna) yang diamati adalah berbagai jenis hewan seperti mamalia, aves, reptilia,
pisces dan insekta yang hidup liar maupun yang dipelihara di sekitar wilayah
rencana Pembangunan TPS fly ash dan bottom ash dan disekitar halaman rumah
masyarakat. Survey yang dilakukan saat ke lokasi meliputi 2 tahap, yaitu: tahap
pertama dengan mengamati langsung ke lapangan dan tahap yang kedua adalah
dengan melakukan wawancara langsung kepada beberapa pegawai perusahaan
dan masyarakat disekitar. Di bawah ini adalah uraian tentang jenis-jenis
tumbuhan dan hewan yang berada disekitar perusahaan tersebut.
1. TUMBUHAN (FLORA)
Beberapa
jenis
tumbuhan
yang
ditemukan
di
sekitar
wilayah
rencana
Pembangunan TPS fly ash dan bottom ash dan disekitar halaman rumah
masyarakat diuraikan pada tabel-tabel berikut:
Tabel L-15: Tanaman Pelindung
No.
Nama
Nama Latin
Famili
Lokal
1. Gamal
Gliricidia sepium (Jacq.) Walp.
Fabaceae
2. Ketapang Terminalia catappa L.
Combretaceae
3. Lamtoro Leucaena leucocephala (Lam.) de Fabaceae
Wit.
Sumber: Hasil Pengamatan Lapangan, 2017
Habitus
Pohon
Pohon
Pohon
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-87
Tabel L-16: Tanaman hias
No.
1.
2.
Nama
Lokal
Adenium/
Kamboja
Jepang
Bunga
Kertas
Serut
Bonsai
Oleander
Nama Latin
Famili
Habitus
Adenium obesum (Forssk.) Roem. Apocynaceae
& Schult.
Perdu
Bougainvillea spectabilis Willd.
Nyctaginaceae
Liana
Moraceae
Verbenaceae
Apocynaceae
Asparagaceae
Arecaceae
Pohon
Pohon
Perdu
Perdu
Pohon
3.
Streblus asper Lour.
4.
Duranta erecta L.
5.
Nerium oleander L.
6.
Cordyline fruticosa (L.) A.Chev.
7.
Rhapis excelsa (Thunb.) Henry.
Sumber: Hasil Pengamatan Lapangan, 2017
Tabel L-17: Tanaman budidaya/pekarangan
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Nama
Lokal
Mangga
Ubi Kayu
Pisang
Kelapa
Jeruk
8.
Nanas
Belimbing
Wuluh
Kunyit
9.
Ubi Jalar
10.
11
Kakao
Pandan
12.
13.
14.
15
Kelor
Kedondong
Pinang
Nangka
Nama Latin
Famili
Habitus
Mangifera indica L.
Manihot esculenta Crantz.
Musa paradisiaca L.
Cocos nucifera L.
Citrus aurantiifolia (Christm.)
Swingle
Ananas comosus (L.) Merr.
Averrhoa bilimbi L.
Anacardiaceae
Euphorbiaceae
Musaceae
Arecaceae
Rutaceae
Pohon
Pohon
Herba
Pohon
Pohon
Bromeliaceae
Oxalidaceae
Herba
Pohon
Curcuma mangga Valeton &
Zijp
Ipomoea batatas (L.) Lam.
Zingiberaceae
Herba
Convolvulacea
e
Malvaceae
Pandanaceae
Herba/Lia
na
Pohon
Pohon
Theobroma cacao L.
Pandanus tectorius Parkinson
ex Du Roi.
Moringa oleifera Lam.
Spondias dulcis Parkinson.
Areca catechu L.
Artocarpus heterophyllus L
am.
Moringaceae
Sapindaceae
Arecaceae
Moraceae
Pohon
Pohon
Pohon
Pohon
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-88
16. Asam Jawa
Tamarindus indica L.
17. Sirsak
Annona muricata L.
18. Jati
Tectona grandis L.f.
19. Kelor
Moringa olivera Lamp.
Sumber: Hasil Pengamatan Lapangan, 2017
Fabaceae
Annonaceae
Lamiaceae
Pohon
Pohon
Pohon
Pohon
Tabel L-18: Tanaman liar
No.
1.
2.
Nama
Lokal
Jarak
Belanda
Kayu Lana
3.
4.
5.
6.
Kaktus
Sidaguri
Patikan
Kebo
Kayu Jawa
Nama Latin
Famili
Habitus
Jatropha gossypiifolia L.
Euphorbiaceae
Semak
Tabernaemontana pandaca
qui Lam.
Coccinia grandis (L.) Voigt
Apocynaceae
Semak
Cucurbitaceae
Malvaceae
Euphorbiaceae
Herba/Lia
na
Semak
Semak
Herba
Anacardiaceae
Pohon
Asteraceae
Semak
Rutaceae
Perdu
Apocynaceae
Semak
Oputina sp.
Sida rhombifolia L.
Euphorbia hirta L.
Lannea coromandelica (Houtt.)
Merr.
8. Semak Putih Chromolaena odorata (L.)
R.M.King & H.Rob.
9.
Harrisonia perforata (Blanco)
Merr.
10. Biduri
Calotropis gigantea (L.)
Dryand.
11.
Croton bonplandianus Baill.
12. Putri Malu
Mimosa pudica L.
13. Mengkudu
Morinda citrifolia L.
14. Jambu Biji
Psidium guajava L.
15. Jarak Pagar Jatropha curcas L.
16. Akasia Duri
Acacia nilotica (L.) Delile.
17 Jarak
Ricinus communis L.
18. Anggrung
Trema orientalis (L.) Blume.
19. Buah
Passiflora foetida L.
Keranjang
20. Siwalan
Borassus flabellifer L.
21. Waru
Hibiscus tiliaceus L.
Sumber: Hasil Pengamatan Lapangan, 2017
7.
Euphorbiaceae
Fabaceae
Rubiaceae
Myrtaceae
Euphorbiaceae
Fabaceae
Euphorbiaceae
Cannabaceae
Passifloraceae
Arecaceae
Malvaceae
Herba
Herba
Perdu
Perdu
Pohon
Pohon
Perdu
Pohon
Herba/Lia
na
Pohon
Pohon
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-89
Pemilihan jenis tanaman di sekitar wilayah rencana Pembangunan TPS fly ash
dan bottom ash dapat disesuaikan dengan kemampuan tumbuhan untuk
beradaptasi sesuai dengan lingkungan. Disarankan untuk memperbanyak
tanaman Trambesi dan beberapa tanaman berbuah lain dengan habitus pohon
agar dapat meminimalisir polutan yang berupa debu dan karbon.
Karakteristik tanaman yang disarankan seperti : pohon-pohon dengan perakaran
kuat, ranting tidak mudah patah, daun tidak mudah gugur serta pohon-pohon
penghasil bunga/buah/biji yang bernilai ekonomis. Akar yang menghujam ke
dalam tanah akan tahan terhadap terpaan angin yang besar, memiliki kerapatan
daun yang cukup hingga 50 - 60 %, tinggi dan lebar, sehingga dapat melindungi
wilayah rencana Pembangunan TPS fly ash dan bottom ash.
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-90
2. HEWAN (FAUNA)
Beberapa jenis hewan yang ditemukan di sekitar wilayah rencana Pembangunan
TPS fly ash dan bottom ash dan disekitar halaman rumah masyarakat diuraikan
pada tabel-tabel berikut:
Tabel L-19: Jenis hewan/satwa di sekitar lokasi pabrik
No. Nama Indonesia
Nama Latin
I. Mamalia (Menyusui) :
1. Anjing
Canis sp
2. Kucing
Felis sp
3. Kambing
Capra canis
4. Sapi
Bos sp.
5. Kucing
Felis silvestris
II. Insekta (Serangga) :
1. Kupu-kupu
Bidens sp.
2. Semut hitam
Camponotus sp
3. Capung
Neurothemis sp.
4. Belalang
Dissosteira sp.
5. Lebah madu
Apis cerana.
6. Kumbang Daun
Leptinotarsa decemlineata
7. Walang Sangit
Ibis cinereus sp.
8. Tawon
Apis sp.
9. Jangkrik
Gryllus assimilis
III. Reptilia (Melata) :
1. Biawak
Varanus salvator
2. Kaki Seribu
3. Katak
Bufo melanostictus
IV. Aves (Burung) :
1. Ayam
Cantligaster sp
2. Ayam Hutan
Gallus sp.
3. Tekukur
Streptopelia sp.
4. Burung Pipit
Passer domesticus
5. Burung Gereja
Passer montanus
Sumber: Hasil Pengamatan Lapangan, 2017
Keterangan
Liar dan Budidaya
Liar dan Budidaya
Budidaya
Budidaya
Liar dan Budidaya
Liar
Liar
Liar
Liar
Liar
Liar
Liar
Liar
Liar
Liar
Liar
Liar
Budidaya
Liar
Liar dan Budidaya
Liar
Liar
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-91
C. KOMPONEN SOSEKBUD DAN KESMAS
1. Kependudukan
Berdasarkan data Kecamatan Tawaeli dalam Angka 2016, Kelurahan Lambara
memiliki banyaknya rukun warga (RW) 4 dan rukun tetangga (RT) 12, jumlah
penduduk 3.196 Jiwa dengan kepadatan 469 Jiwa/km2, dimana laki-laki 1.649
jiwa dan perempuan 1.547 jiwa. Jumlah ini merupakan jumlah penduduk
yang paling sedikit/terkecil diantara kelurahan lainnya di Kecamatan Tawaeli.
Pola permukiman penduduk di wilayah studi terkonsentrasi dalam bentuk
satuan-satuan pemukiman yang sebagian besar mengikuti bentangan jalan
dan sebagian terletak pada jalan-jalan lorong yang menghubungkan pusat
permukiman dengan lokasi-lokasi kegiatan penduduk.
2. Suku, Agama, dan Proses Sosial
Wilayah studi pada mulanya adalah sebuah wilayah yang dihuni penduduk
etnik lokal Kaili. Seiring dengan perkembangan, kelancaran transportasi dan
tumbuhnya sumber-sumber ekonomi baru di wilayah studi maka suku-suku
lain berdatangan seperti suku Bugis, Mandar, Jawa, dan lainnya kemudian
berinteraksi dengan warga setempat. Masuknya sebagian penduduk dari luar,
sebagian di antaranya telah berbaur satu sama lain melalui hubungan
perkawinan. Suku asli yang mendiami wilayah studi memiliki akar budaya dan
adat istiadat yang cukup tinggi sebagai wujud kearifan masyarakatnya baik
dalam hubungannya dengan sesama manusia maupun dengan alam
sekitarnya. Namun, dalam proses perkembangannya tidak lagi diberlakukan
secara ketat sehingga pemberlakuan adat yang berhubungan dengan alam
lingkungan dapat dilakukan hampir tidak dikenali lagi oleh anggota
masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-92
Perwujudan
adat
istiadat
sudah
terlebur
dengan
nilai-nilai
agama
sebagaimanan terlihat pada upacara perkawinan, kematian, dan upacara
lainnya yang berkaitan dengan kehidupan manusia.
Hasil pengamatan dan wawancara dengan penduduk menunjukkan bahwa
wilayah studi relatif aman, dengan tingkat persaudaraan antara warga sangat
baik, sebagaimana tercermin dalam kerukunan antara warga. Namun,
kehidupan sosial tidak luput pula dari berbagai masalah sosial, seperti
pengangguran dan kenakalan remaja.
Agama yang mayoritas dianut oleh penduduk Kelurahan Lambara adalah
agama Islam. Fasilitas ibadah yang ada yaitu 5 masjid dan 3 mushola.
Sedangkan tempat ibadah lainnya tidak ada.
3. Pendidikan
Fasilitas pendidikan di Kelurahan Lambara memiliki 3 SD, 3 SMP, dan 1 SMK.
Secara umum, masalah pendidikan di kelurahan ini termasuk dalam kondisi
yang yang baik dari aspek fasilitas dan jumlah guru. Bagi siswa yang ingin
melanjutkan ke sekolah favorit dapat langsung mendaftar ke sekolah-sekolah
yang ada di pusat Kota Palu, sedangkan yang ingin melanjutkan ke perguruan
tinggi sebagian besar mendaftar di Universitas Tadulako dan lainnya di
beberapa perguruan tinggi swasta terdekat.
4. Ekonomi
Mata pencaharian utama penduduk di wilayah studi sebagian besar bekerja di
bidang pertanian, peternakan, nelayan, sektor jasa angkutan, serta PNS dan
lain-lain. Usaha sampingan penduduk di wilayah studi adalah buruh, sopir
tukang serta berdagang (kios/warung) dan usaha jasa lainnya.
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-93
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, masyarakat Kelurahan Lambara
dapat berbelanja ke pasar dan maupun pertokoan yang ada di Kota Palu.
Selain berbelanja di pasar, umumnya masyarakat Kelurahan Lambara
membeli di kios dan warung. Jumlah kios dan warung yang di Kelurahan
Lambara cukup banyak dan hampir terdapat di setiap kompleks permukiman
Kecamatan Tawaeli merupakan salah satu wilayah yang memiliki sektor
pertanian terbesar. Masih banyak penduduk yang bekerja disektor ini,
utamanya
pertanian
tanaman
pangan,
hortikultura,
peternakan,
dan
penangkapan ikan. Luas tanam di wilayah ini untuk padi 143 Ha, jagung 149
Ha, kacang tanah 4 Ha, dan ubi kayu 3 Ha. Sedangkan untuk produksi
tanaman hortikultura (kuintal) untuk bawang merah 1250 (23 Ha), kacang
panjang 600 (4 Ha), cabai besar 1.316 (6 Ha), cabai rawit 3.108 (13 Ha),
tomat 790 (9 Ha), terung 665 (6 Ha), ketimun 530 (5 Ha), kangkung 450 (5
Ha), dan bayam 480 (9 Ha)
5. Kesehatan Masyarakat
Masyarakat yang tinggal di sekitar perusahaan memiliki rumah yang
dilengkapi dengan tempat buang air besar (BAB/WC), sanitasi yang bagus
dan terdapat tempat pembuangan sampah di rumah masing-masing yang
dibuat dengan cara digali untuk menampung sampah lalu bakar tetapi jika
penuh ditimbun kembali lalu buat galian sampah baru di pekarangan rumah
masing-masing.
Fasilitas kesehatan dan tenaga medis cukup memadai yaitu, 1 PUSKESMAS, 1
POSKESDES, dan 3 POSYANDU, dengan jumlah tenaga medis yang ada di
seluruh Kecamatan Tawaeli 5 dokter umum, 23 perawat, 23 bidan, 2 apoteker
(farmasi), 1 ahli gizi, 1 ahli sanitasi, 4 sarjana kesehatan masyarakat. Jika
masyarakat ingin berobat atau dalam keadaan sakit, disarankan langsung ke
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-94
sarana kesehatan terdekat ataupun jika dalam keadaan darurat dan perlu
penanganan medis lanjut dapat langsung ke RS. yang ada di Kota Palu.
Masyarakat
juga apabila ingin berobat bisa langsung ke apotek/toko
obat/warung yang berada di sekitar Kelurahan Lambara. Penyakit yang sering
menyerang masyarakat adalah penyakit umum seperti demam, diare, maag,
gejala asma/ISPA dan beberapa penyakit lain yang penanganannya dapat
langsung ditangani di Poskesdes/Puskesmas.
6. Presepsi Masyarakat
Presepsi masyarakat terhadap rencana kegiatan pembangunan/ pengelolaan
TPS fly ash dan bottom ash sangat penting artinya bagi kelangsungan
kegiatan/usaha
tersebut.
Karena,
ada
atau
tidaknya
dukungan
dari
masyarakat akan sangat berpengaruh.
Umumnya penduduk sudah tahu tentang adanya rencana kegiatan ini.
Berdasarkan hasil wawancara dengan tokoh-tokoh masyarakat menunjukkan
bahwa mereka telah mengetahui kegiatan tersebut.
Wawancara dilakukan terhadap masyarakat yang diperkirakan akan terkena
dampak, untuk mengetahui saran, pendapat, maupun tanggapan masyarakat
dari rencana kegiatan yaitu masyarakat yang berada di sekitar lorong Jalan
Anja dan masyarakat di sekitar Jalan trans Palu-Parigi (kebun kopi).
Masyarakat sekitar umumnya menanggapi kegiatan tersebut dengan dengan
setuju maupun tidak setuju dengan alasan tertentu.
,
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-95
Berikut ringkasan tanggapan masyarakat Kelurahan Lambara yang menjadi
responden, masing-masing adalah:
1)
Nama
: Titin
Umur
: 67 Tahun
Pekerjaan : IRT
Alamat
: Kelurahan Lambara
Uraian
: Titin warga Kelurahan Lambara berumur 67 tahun yang
berkerja sebagai IRT mengatakan bahwa Ia tidak setuju
dengan adanya TPS fly ash sebab adanya tempat wisata
pertanian dan juga polusi dari cerobong abu itu dapat
mempengaruhi kesehatan warga, salah satu diantaranya adalah
batuk-batuk.
2)
Nama
: Rosni
Umur
: 48 Tahun
Pekerjaan : PNS
Alamat
: Kelurahan Lambara
Uraian
: Saya setuju jika memiliki dampak positif bagi warga dan untuk
saaat ini, kondisi air belum tercemar, ujar Rosni (48 Tahun)
salah satu PNS Kelurahan Lambara.
3)
Nama
: Ulfia
Umur
: 46 Tahun
Pekerjaan : PNS
Alamat
: Kelurahan Lambara
Uraian
: Menurut Ibu Ulfia warga Kelurahan Lambara yang berusia 46
Tahun, ia tidak setuju dengan adanya pembangunan TPS fly
ash dan bottom ash di Kelurahan tersebut. alasan utamanya
adalah jika terdapat Limbah dari Perusahan tersebut akan
merusak lahan pertanian nantinya.
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-96
4)
Nama
: Hamsina
Umur
: 51 Tahun
Pekerjaan : IRT
Alamat
: Kelurahan Lambara
Uraian
: Menurut ibu Hamsina, tidak setuju karena adanya wisata
pertanian yang dikhawatirkan akan merusak lingkungan wisata
5)
Nama
: Samsir
Umur
: 58 Tahun
Pekerjaan : Petani
Alamat
: Kelurahan Lambara
Uraian
: Bapak samsir bekerja sebagai petani, alasannya setuju jika
limbah yang ditimbulkan tidak meresahkan warga.
6)
Nama
: Sabran
Umur
: 70 Tahun
Pekerjaan : Petani
Alamat
: Kelurahan Lambara
Uraian
: Menurut bapak Samran seorang Petani, beliau
beralasan
tidak setuju dengan pembangunan TPS fly ash dan bottom
ash karena akan mengganggu lingkungan sekitar warga.
7)
Nama
: Suarman
Umur
: 43 Tahun
Pekerjaan : Petani
Alamat
: Kelurahan Lambara
Uraian
: Menurut bapak Suarman yang berusia 43 tahun warga
kelurahan Lambara, dengan adanya
pembangunan tempat
pembuangan sementara setuju akan diadakan akan tetapi
limbah perlu diolah kembali. Jika ada yang menggangu atau
meresahkan warga akan diberhentikan.
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-97
8)
Nama
: Rahmat
Umur
: 17 Tahun
Pekerjaan : Petani
Alamat
: Kelurahan Lambara
Uraian
: Menurut Rahmat yang bekerja sebagai petani berusia 17 tahun
ia setuju, karena jarak tempat pemukiman warga jauh dengan
TPS fly ash dan bottom ash yang akan di buat
9)
Nama
: Sardia
Umur
: 40 Tahun
Pekerjaan : Petani
Alamat
: Kelurahan Lambara
Uraian
: Menurut ibu Sadria seorang Petani yang berusia 40 tahun saat
ini kondisi kesehatan warga masih aman, beliau sangat setuju
jika di adakan TPS fly ash dan bottom ash
10) Nama
Umur
: Wartin
: 37 Tahun
Pekerjaan : Petani
Alamat
: Kelurahan Lambara
Uraian
: Menurut ibu Wartin yang berusia 37 tahun berpendapat dengan
adanya pembangunan TPS fly ash dan bottom ash dapat
membantu perekonomian warga sekitar
11) Nama
Umur
: Fuad
: 43 Tahun
Pekerjaan : Petani
Alamat
: Kelurahan Lambara
Uraian
: Menurut Fuad seorang Petani yang berusia 43 tahun setuju
jika ada pembangunan TPS fly ash dan bottom ash, alasannya
selama
baik
untuk
masyarakat
terutama
dalam
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
segi
L-98
perekonomian
12) Nama
Umur
: Edwar
: 46 Tahun
Pekerjaan : Petani
Alamat
: Kelurahan Lambara
Uraian
: Menurut bapak Edward seorang Petani yang berusia 46 tahun
setuju dengan adanya pembangunan TPS fly ash dan bottom
ash, karena telah dibentuk Tim kecil di daerah tersebut dalam
mengantisipasi terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan dari
aktivitas penampungan limbah tersebut
13) Nama
Umur
: Ramli
: 73 Tahun
Pekerjaan : Petani
Alamat
: Kelurahan Lambara
Uraian
: Menurut Bapak Ramli seorang Petani yang berusia 73 tahun,
setuju dengan dibangunnya TPS fly ash dan bottom ash
karena dapat membantu kebutuhan warga seperti menjadi
buruh
14) Nama
Umur
: April
: 29 Tahun
Pekerjaan : Petani
Alamat
: Kelurahan Lambara
Uraian
: Menurut April yang berusia 29 tahun, dengan adanya tempat
penyimpanan sementara (TPS) setuju dengan alasan limbah
yang ditimbulkan tidak mengganggu kondisi pertanian warga
15) Nama
Umur
: Nur Aida
: 40 Tahun
Pekerjaan : Petani
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-99
Alamat
: Kelurahan Lambara
Uraian
: Menurut ibu Nur Aida yang berusia 40 tahun, tidak setuju
dengan adanya TPS yang akan menggangu kehidupan satwa
16) Nama
Umur
: Mukran
: 57 Tahun
Pekerjaan : Petani
Alamat
: Kelurahan Lambara
Uraian
: Menurut bapak Mukran yang berusia 57 tahun, ia tidak setuju
jika dibuatnya rute jalan baru menuju tempat pembuangan
limbah tersebut yang dapat mengganggu aktivitas anak-anak
ditempat tersebut
17) Nama
Umur
: Sigman
: 42
Pekerjaan : Petani
Alamat
: Kelurahan Lambara
Uraian
: Menurut bapak Sigman yang berusia 42 tahun dengan di
adakannya TPS, akan dapat membantu kebutuhan warga
seperti akan di buatkan tiang listrik
18) Nama
Umur
: Farid
: 29 Tahun
Pekerjaan : Petani
Alamat
: Kelurahan Lambara
Uraian
: Menurut bapak Farid seorang Petani yang berusia 29 tahun, ia
setuju karena warga di lingkungan itu sendiri yang menjadi
karyawan di TPS fly ash dan bottom ash tersebut
19) Nama
Umur
: Ibu Marwani
: 40 Tahun
Pekerjaan : Petani
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-100
Alamat
: Desa Nupabomba
Uraian
:
Pendapat
Ibu
Marwani
rencana
pembangunan
tempat
penyimpanan sementara (TPS) fly ash dan bottom ash ini
sangat setuju, karena dengan adanya penyimpanan abu dari
PLTU bisa membantu masyarakat untuk mengurangi polusi
udara yang sering terjadi di sekitar desa mereka.
20) Nama
Umur
: Rian Ifana
: 26 Tahun
Pekerjaan : IRT
Alamat
: Desa Nupabomba
Uraian
: Ibu Rian Ifana berpendapat tentang tempat penyimpanan
sementara (TPS) fly ash dan bottom ash ini sangat setuju,
karena dengan adanya penyimpanan abu dari PLTU bisa
membantu masyarakat untuk mengurangi penyakit yang sering
di derita dalam keluarga ini yang mungkin berdampak dari
PLTU.
21) Nama
Umur
: Gasli
: 65 Tahun
Pekerjaan : Petani
Alamat
: Kelurahan Lambara
Uraian
: Pendapat Pak Gasli tentang adanya rencana pembangunan
tempat penyimpanan sementara (TPS) fly ash dan bottom ash
ini sangat setuju, karna dengan adanya penyimpanan abu dari
PLTU bisa membantu masyarakat untuk mengurangi polusi.
22) Nama
Umur
: Dewi Rahayu
: 40 Tahun
Pekerjaan : Petani
Alamat
: Kelurahan Lambara
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-101
Uraian
:
Pendapat
Ibu
Dewi
Rahayu
tentang
adanya
rencana
pembangunan tempat penyimpanan sementara (TPS) fly ash
dan bottom ash ini sangat setuju, karena dengan adanya
penyimpanan abu dari PLTU bisa membantu masyarakat untuk
mengurangi tingkat penggangguran dan juga mengurangi
adanya polusi udara yang ada pada Kelurahan Lambara.
23) Nama
Umur
: Tarmin
: 46 Tahun
Pekerjaan : IRT
Alamat
: Kelurahan Lambara
Uraian
: Pendapat Ibu Tarmin tentang adanya rencana pembangunan
tempat penyimpanan sementara (TPS) fly ash dan bottom ash
ini sangat setuju, karna dengan adanya penyimpanan abu dari
PLTU bisa mencegah adanya penyakit ISPA pada masyarakat.
24) Nama
: Sulaeman
Umur
: 55 Tahun
Pekerjaan : Wirasuasta
Alamat
: Kelurahan Lambara
Uraian
: Pendapat Pak Sulaeman tentang adanya rencana pembangunan
tempat penyimpanan sementara (TPS) fly ash dan bottom ash
ini sangat setuju, karena dengan adanya penyimpanan abu
dari PLTU bisa mencegah adanya polusi udara dan dapat pula
mengurangi pengangguran yang ada pada Kelurahan Lambara.
25) Nama
Umur
: Asrun
: 56 Tahun
Pekerjaan : PNS
Alamat
: Kelurahan Lambara
Uraian
: Pendapat Pak Asrun tentang adanya rencana pembangunan
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-102
tempat penyimpanan sementara (TPS) fly ash dan bottom ash
ini sangat setuju, alasannya selama baik untuk masyarakat
setempat mengapa tidak di adakan pembangunan ini, toh ini
demi masyarakat juga.
26) Nama
Umur
: Usman
: 58 Tahun
Pekerjaan : Pensiunan PNS
Alamat
: Kelurahan Lambara
Uraian
: Pendapat Pak Usman tentang adanya rencana pembangunan
tempat penyimpanan sementara (TPS) fly ash dan bottom ash
ini sangat setuju, alasannya selama baik untuk masyarakat
setempat mengapa tidak di adakan pembangunan ini, dan juga
bisa mengurangi adanya polusi udara.
27) Nama
: Misnawati
Umur
: 42 Tahun
Pekerjaan : IRT
Alamat
: Kelurahan Lambara
Uraian
: Pendapat Ibu Misnawati tentang adanya rencana pembangunan
tempat penyimpanan sementara (TPS) fly ash dan bottom ash
ini
sangat
setuju.
Ia
juga
berharap
dengan
adanya
pembangunan tempat penyimpanan sementara (TPS) fly ash
dan bottom ash ini dapat mengurangi polusi udara yang diduga
sebagai salah satu penyebab atas penyakit yang sering
dideritanya.
Adapun saran dari beliau yaitu agar mobil
angkutan material yang akan melintasi rute jalan di wilayah
Kelurahan Lambara agar kiranya ditutup supaya abunya tidak
menyebar dan mengganggu masyarakat setempat.
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-103
28) Nama
Umur
: Makmur Murad
: 48 Tahun
Pekerjaan : PNS
Alamat
: Kelurahan Lambara
Uraian
: Pak Makmun Murad berpendapat dengan adanya rencana
pembangunan tempat penyimpanan sementara (TPS) fly ash
dan bottom ash ini sangat bagus untuk masyarakat,
alasannya selama baik untuk masyarakat setempat mengapa
tidak di adakan pembangunan ini.
29) Nama
Umur
: Andi Muda
: 76 Tahun
Pekerjaan : IRT
Alamat
: Kelurahan Lambara
Uraian
: Pendapat Ibu Andi Muda adanya rencana pembangunan tempat
penyimpanan sementara (TPS) fly ash dan bottom ash ini
sangat setuju, alasannya selama baik untuk masyarakat
setempat mengapa tidak di adakan pembangunan ini.
30) Nama
Umur
: Limran
: 48 Tahun
Pekerjaan : Tukang
Alamat
: Kelurahan Lambara
Uraian
: Pendapat beliau tentang adanya rencana pembangunan tempat
penyimpanan sementara (TPS) fly ash dan bottom ash ini
sangat setuju, karena dapat mengurangi polusi udara.
31) Nama
Umur
: Erwin
: 42 Tahun
Pekerjaan : Buruh
Alamat
: Kelurahan Lambara
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-104
Uraian
: Pendapat Pak Erwin tentang adanya rencana pembangunan
tempat penyimpanan sementara (TPS) fly ash dan bottom ash
ini kurang setuju, alasannya karena kekhawatiran adanya
dampak negatif berupa limbah dari TPS ini akan terkontaminasi
dengan
aliran
air
yang
nantinya
akan
membahayakan
kesehatan masyarakat setempat.
32) Nama
: Syahludin
Umur
: 53 Tahun
Pekerjaan : Tukang
Alamat
: Kelurahan Lambara
Uraian
: Pendapat Pak Syahludin tentang adanya rencana pembangunan
tempat penyimpanan sementara (TPS) fly ash dan bottom ash
ini sangat setuju, alasannya karena akan mengurangi polusi
udara.
33) Nama
Umur
: Wania
: 95 Tahun
Pekerjaan : IRT
Alamat
: Kelurahan Lambara
Uraian
: Pendapat beliau tentang adanya rencana pembangunan tempat
penyimpanan sementara (TPS) fly ash dan bottom ash ini
sangat setuju, alasannya selama baik untuk masyarakat
setempat mengapa tidak di adakan pembangunan ini. Yang
penting tidak mengganggu masyarakat setempat, serta dapat
mengurangi polusi udara.
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-105
Berdasarkan hasil sosialisasi dengan metode wawancara kepada 33 warga, diperoleh
7 orang atau 21,21% warga yang memberikan tanggapan tidak/kurang setuju dan
26 orang atau 78,79% warga yang memberikan tanggapan setuju terhadap rencana
pembangunan tempat penyimpanan sementara (TPS) fly ash dan botton ash.
Melihat dari presepsi masyarakat, beberapa terlihat seperti tidak mengerti mengenai
rencana kegiatan pembangunan TPS fly ash dan bottom ash yang terpatron dari
aktivitas PLTU selama ini, dominan pencemaran udara dari cerobong. Walaupun
begitu, beberapa harapan masyarakat yang menyatakan setuju bertujuan agar
masyarakat di sekitar PLTU tidak terdampak dari abu terbang dengan segera
membangun TPS tersebut. Sedangkan yang menyatakan tidak setuju, masyarakat
memiliki kekhawatiran dengan kehadiran TPS dapat mencemari lingkungan mereka.
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-106
Lampiran 3.
FOTO-FOTO KEGIATAN DI SEKITAR LOKASI
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-107
Lampiran 4.
PETA
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-108
Lampiran 5.
BUKTI HASIL ANALISIS LABORATORIUM
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-109
Lampiran 6.
GAMBAR DETAIL PERENCANAAN
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-110
Lampiran 7.
TIM PENYUSUN
1. Ahmad Imam A, S.Si., M.T. (Ketua Tim/Teknik Geofisika)
2. Moh. Zeylo Auriza, S.E., M.M. (Anggota/Sosial Ekonomi)
3. Sari Pudji Lestasi, S.T., M.T. (Anggota/Teknik Sipil)
4. Nina Safitri, S.Si., M.T. (Anggota/Kimia)
5. Sadli Syam, S.KM., M.Kes. (Anggota/KESMAS)
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
Download