DOKUMEN UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (UKL-UPL) PEMBANGUNAN/PENGELOLAAN TEMPAT PENYIMPANAN SEMENTARA (TPS) LIMBAH B3 FLY ASH DAN BOTTOM ASH KEGIATAN OPERASIONAL PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU) DI KELURAHAN LAMBARA KECAMATAN TAWAELI KOTA PALU PEMRAKARSA: PALU, MARET 2017 i KATA PENGANTAR Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL – UPL) rencana usaha dan/atau kegiatan Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Limbah B3 Fly Ash dan Bottom Ash Kegiatan Operasional PLTU oleh PT. Pusaka Jaya Palu Power di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu disusun sebagai salah satu dokumen yang harus dipenuhi oleh pemrakarsa sehubungan dengan rencana usaha/kegiatan tersebut di atas. Dokumen ini merupakan pedoman bagi pemrakarsa dalam melakukan upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan terhadap kegiatan pembangunan TPS tersebut. Dengan dokumen ini, diharapkan pemrakarsa dapat melaksanakan tahapan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup di lokasi kegiatan dan sekitarnya untuk menekan dampak negatif sekecil mungkin dan memperbesar dampak positif sebesar mungkin, sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Kerangka penyusunan dokumen ini mengacu dari Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 16 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup, dan proses administrasi dan perizinan di bidang lingkungan hidup mengikuti Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada tim penyusun atas selesainya dokumen ini. Ucapan yang sama juga disampaikan kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan dokumen ini. Palu, Maret 2017 PT. Pusaka Jaya Palu Power Albert Wu Direktur UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu ii DAFTAR ISI Isi Halaman KATA PENGANTAR ............................................................................. i DAFTAR ISI ........................................................................................ ii A. IDENTITAS PEMRAKARSA ............................................................ 1 B. RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN ..................................... 1 1. Nama Rencana Usaha dan/atau Kegiatan.................................. 1 2. Lokasi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan................................. 1 3. Skala/Besaran Rencana Usaha dan/atau Kegiatan ................... 3 4. Garis Besar Komponen Rencana Usaha dan/atau Kegiatan ....... 8 C. DAMPAK LINGKUNGAN PENGELOLAAN YANG LINGKUNGAN DITIMBULKAN HIDUP DAN SERTA UPAYA UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP ............................................. 41 D. JUMLAH DAN JENIS IZIN PPLH YANG DIBUTUHKAN................... 62 E. SURAT PERNYATAAN .................................................................... 63 F. DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 64 LAMPIRAN Lampiran 1. Bukti Formal Surat-surat Perusahaan Lampiran 2. Rona Awal Lingkungan Hidup Lampiran 3. Foto-foto Lampiran 4. Peta-Peta Lampiran 5. Bukti Hasil Analisis Laboratorium Lampiran 6. Gambar Detail Perencanaan TPS fly ash dan bottom ash Lampiran 7. Biodata Tim Penyusun UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu 1 DOKUMEN UKL - UPL: PEMBANGUNAN/PENGELOLAAN TEMPAT PENYIMPANAN SEMENTARA (TPS) LIMBAH B3 FLY ASH DAN BOTTOM ASH KEGIATAN OPERASIONAL PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU) PALU DI KELURAHAN LAMBARA KECAMATAN TAWAELI KOTA PALU PEMRAKARSA: PT. PUSAKA JAYA PALU POWER A. IDENTITAS PEMRAKARSA Nama Jabatan Perusahaan Alamat Kegiatan Alamat Kantor No. HP : : : : : : Albert Wu Direktur PT. Pusaka Jaya Palu Power Kel. Lambara Kec. Tawaeli Kota Palu Jln. Yodo Panau 0451 – 492509 B. RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN 1. Nama Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash Dan Bottom Ash Kegiatan Operasional PLTU Palu. 2. Lokasi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Secara adaministratif, lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan berada di Kelurahan Lambara Kecmatan Tawaeli Kota Palu. Luasan rencana lokasi sekitar 2,1 Ha, berada relatif jauh dari pemukiman sekitar 1-2 km. Lingkungan di sekitar lokasi banyak tanaman yang tumbuh didominasi oleh semak belukar. Kendaraan yang dapat mengakses berupa roda dua maupun roda ampat, dengan kondisi jalan tidak beraspal. Peta lokasi ditunjukkan pada Lampiran (4). UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu 2 Tabel 1: Koordinat lokasi TPS dalam UTM 50S Zone dan decimal Kode Patok P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 UTM X 820520,2652 820514,7651 820473,1994 820457,1388 820492,4549 820529,2109 820564,5283 820584,1389 820602,6306 820632,9310 820667,1223 820687,1694 820674,8622 820673,1156 820643,9254 820549,2236 820539,0939 Y 9917878,859 9917821,535 9917804,076 9917776,759 9917776,068 9917764,087 9917765,400 9917766,491 9917770,022 9917767,563 9917746,075 9917743,511 9917829,956 9917886,617 9917887,526 9917880,612 9917883,717 Decimal X 119,87945 119,87941 119,87903 119,87889 119,87921 119,87954 119,87985 119,88003 119,88019 119,88047 119,88077 119,88095 119,88084 119,88083 119,88056 119,87971 119,87962 Y -0,74203 -0,74255 -0,74271 -0,74295 -0,74296 -0,74307 -0,74306 -0,74305 -0,74301 -0,74304 -0,74323 -0,74325 -0,74247 -0,74196 -0,74195 -0,74202 -0,74199 Sumber: Hasil survey lapangan, 2017 Tabel 2: Koordinat lokasi TPS dalam derajat menit sekon (DMS) Kode Patok P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 D 119 119 119 119 119 119 119 119 119 119 119 119 119 119 119 119 119 Bujur Timur (BT) M S 52 46,03 52 45,86 52 44,52 52 44,00 52 45,14 52 46,33 52 47,47 52 48,10 52 48,70 52 49,68 52 50,78 52 51,43 52 51,03 52 50,97 52 50,03 52 46,97 52 46,64 D 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Lintang Selatan (LS) M S 44 31,31 44 33,18 44 33,75 44 34,63 44 34,66 44 35,04 44 35,00 44 34,97 44 34,85 44 34,93 44 35,63 44 35,71 44 32,90 44 31,06 44 31,03 44 31,25 44 31,15 Sumber: Hasil survey lapangan, 2017 UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu 3 3. Skala Besaran Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Menurut PP. 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), kegiatan Penyimpanan Limbah B3 adalah kegiatan Limbah menyimpan Limbah B3 yang dilakukan oleh Penghasil B3 dengan maksud menyimpan sementara Limbah B3 yang dihasilkannya. Kegiatan penyimpanan Limbah B3 fly ash dan bottom ash oleh PT. Pusaka Jaya Palu Power pada prinsipnya untuk menempatkan Limbah B3 untuk meminimalisasi dampak terhadap media lingkungan, serta berada jauh dan aman dari permukiman masyarakat sekitar. Gambar 1: Site lokasi PLTU Palu yang menunjukkan letak Limbah B3 fly ash dan bottom ash UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu 4 Gambar 2: Garis besar rencana kegiatan penyimpanan Limbah B3 fly ash dan bottom ash pada Fasilitas Penyimpanan Limbah B3 model waste impoundment semi landfill dengan lapisan geomembran Rencana luasan lokasi yang digunakan untuk pembangunan TPS fly ash dan bottom ash oleh PT. Pusaka Jaya Palu Power seluas 2,1 Ha. Fasilitas utama dalam luasan ini yaitu Fasilitas Penyimpanan, yang terdiri dari 3 unit, yang dilengkapi dengan komponen fasilitas penunjang lainya, seperti kantor, jalan khusus, drainase, lahan parkir, gudang/garasi alat berat, tempat pencucian mobil, bak penampungan sampah, dan ruang terbuka hijau serta taman. Untuk lebih rincinya mengenai luasan setiap komponen ditunjukkan kemudian gambar layout rencana lokasi TPS fly pada Tabel (3), ash dan bottom ash ditunjukkan pada Gambar (1). UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu 5 Tabel 3: Komponen fasilitas TPS beserta ukuran luasan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Komponen Fasilitas TPS TPS unit 3 TPS unit 2 TPS unit 1 Kantor Pos jaga 1 Pos jaga 2 Lahan parkir RTH dan taman Gudang dan parkir alat berat Tempat pencucian mobil Bak penampungan sampah Jalan khusus Drainase Total Luas Lahan Luas (m2) 2.000 3.200 3.200 220 20 20 360 8.108,258 240 120 300 2.516,809 1.132,051 21.437,145 Persentase (%) 9,33 14,93 14,93 1,02 0,09 0,09 1,68 37,82 1,12 0,56 1,40 11,74 5,28 100 Fungsi Komponen Fasilitas TPS 1. Posa Jaga – Tempat mencegah dan mendeteksi penyusup, kegiatan atau orang masuk secara tidak sah, vandalisme atau penerobosan di wilayah tempat bertugasnya, melakukan upaya kepatuhan, penegakan tata tertib, menerapkan kebijakan, peraturan kerja, dan taktik dalam rangka pencegahan tidak kejahatan, melakukan kontrol atau pengendalian pengaturan lalulintas (orang, kendaraan dan barangnya) untuk menjamin perlindungan, serta menangani hal pelanggaran. 2. Jalan khusus - Prasarana transportasi yang meliputi segala bagian komponen TPS yang digunakan perusahaan untuk kepentingan sendiri. 3. TPS - Fasilitas tempat penyimpanan sementara (TPS) yang dikhususkan untuk menampung fly ash dan bottom ash sebelum dilakukannnya kegiatan pemanfaatan dan/atau penimbusan akhir. UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu 6 4. Drainase - Sebagai pengendali air permukaan, mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan bangunan yang ada, mengendalikan air hujan yang berlebihan sehinga tidak terjadi bencana banjir. Drainase yang dirancang model saluran terbuka, yaitu saluran yang lebih cocok untuk drainase air hujan untuk mengatur/mengendalikan aliran dari alas tutupan fly ash, ataupun untuk drainase air non-hujan yang tidak membahayakan kesehatan/mengganggu lingkungan. 5. Kantor – Tempat mengurus pekerjaan terkait TPS, pengaturan administrasi, sumber informasi, memiliki unit perlatan tanggap darurat untuk TPS misal fire portable. 6. Lahan Parkir – Sarana untuk mengfasilitasi kendaraan karyawan yang masuk ke dalam lokasi TPS. 7. Tempat pencucian mobil - Sebagai tempat pencucian/pembersihan kendaraan alat berat, operasional seperti dump truk yang mengangkut Limbah B3 fly ash dan bottom ash agar tetap terjaga bersih dari abu terbang yang melengket pada kendaraan, yang telah membawa dan menyimpan Limbah B3 fly ash dan bottom ash, sekaligus merawat bagian luar kendaraan. 8. Gudang dan parkir alat berat – Sebagai tempat penyimpanan/parkir, dan perawatan alat berat yang beroperasi di lokasi TPS 9. Bak penampungan sampah – Sebagai tempat penampungan sampah domestik (limbah padat non Limbah B3) baik organik maupun non organik. Setiap berkala dilakukan pembakaran langsung terhadap sampah yang telah tertumpuk dalam bak. 10. RTH dan taman - Area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. jalur hijau (green belt) ini juga berfungsi sebagai filter agar abu/debu agar tidak terbang secara langsung/menghalangi keluar dan/atau berdampak kepada lingkungan sekitar. UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu 7 Fasilitas penyimpanan dibuat dengan model waste impoundment semi landfill dengan lapisan geomembran, sesuai dengan PP. 101 tahun 2014 pasal 15 ayat 1 dan 3. Model ini dipilih untuk mengamankan letak fly ash dan bottom ash agar tidak berinteraksi dengan angin dan hujan, yang dapat menerbangkan abu tersebut serta menghasilkan lindi pada saat penyimpanan. Berdasarkan hasil pengukuran, letak eksisting Limbah B3 tersebut berada pada area seluas 12.395 m2 dengan rata-rata ketinggian 5 m. Sehingga dapat disimpulkan total volume yang hendak dipindahkan ke TPS sebesar ± 61.975 m3 = 62.000 m3. Kemudian, berdasarkan informasi dari pemrakarsa laju produksi fly ash dan bottom ash mencapai 70 ton/hari. Sebelum dilakukaan pemanfaatan dan penimbunan fly ash dan bottom ash dari kegiatan penyimpanan, maka perlu diperhitungkan berapa lama daya tampung TPS yang digunakan (selain untuk limbah yang telah tertumpuk/ada), jika dibutuhkan selama waktu 1 tahun = 365 hari untuk menunggu fasilitas tersebut, maka fly ash dan bottom ash akan terproduksi sebesar 25.550 m3. Jadi, perlu dirancang TPS yang mampu menampung jumlah volume sebesar 63.000 m3 + 25.550 m3 = 87.550 m3 dengan waktu tunggu 1 tahun. Sehingga, fasilitas penyimpanan dirancang dengan 3 unit. Unit 1 dan 2 dapat menampung fly ash dan bottom ash dengan volume 35.024 m3 + 35.024 m3 = 70.048 m3, sedangkan unit 3 memiliki kapasitas 20.840 m3. Jadi, total tampungan fasilitas penyimpanan tersebut sebesar 90.888 m3. Desain detail fasilitas penyimpanan dapat dilihat pada Lampiran (6). UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu 8 4. Garis Besar Komponen Rencana Usaha dan/atau Kegiatan a) Kesesuaian Lokasi Rencana Kegiatan dengan Tata Ruang Berdasarkan surat Keterangan Rencana Kota (KRK) dari Dinas Penataan Ruang dan Perumahan Kota Palu Nomor: 650/131/X/TR04/DPRP/2016 dan Peta Rencana Pola Ruang Wilayah Kota Palu 2030 (Lampiran 1) oleh Pemerintah Kota Palu melalui Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal (BAPPEDA dan PM) disampaikan bahwa lokasi yang dimaksud sebagai tempat penyimpanan sementara (TPS) fly ash dan bottom ash merupakan Kawasan Peruntukkan Lainnya. b) Penjelasan Mengenai Persetujuan Prinsip Rencana Kegiatan Dukungan secara prinsip untuk melaksanakan kegiatan pembangunan TPS fly ash dan bottom ash, hanya terdapat dalam berita acara KRK di atas Nomor: 650/134/XI/TR/DPRP/2016, dari berabagai pihak yaitu: No 1 Nama Ir. Hi. Rahmat H.S. Kawaroe, M.Si., M.M. Jabatan/Institusi Tanggapan Kadis. Dinas a) Sebaiknya proses pembebasan Penataan Ruang sebagaian lahan dipercepat sehingga dan Perumahan proses adminstrasi dapat (DPRP) Kota Palu berlangsung cepat pula b) Mempertimbangkan dampak pembuangan limbah terhadap lingkungan sekitar yang akan berpengaruh dimasa ayang akan datang 2 Ir. Uhud P. Mangkona, M.T. Kabid. Penataan Ruang DPRP Kota Palu a) Segera membuat kajian lingkungannya agar mempercepat proses penyelesaian izin lingkungan b) Segera memproses penyelesaian izin lokasi/surat keputusan penetapan lokasi oleh Walikota Palu UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu 9 c) Membuat laporan ambang batas terhadap pencemaran lingkungan sekitar secara berkala d) Memanfaatkan hasil limbah untuk pembuatan konsentrate semen, paving blok, batako, dll 3 Zulkifli, S.Sos., M.Sos. Camat Tawaeli a) Segera menyelesaikan proses pembebasan lokasi agar tidak menimbulkan keributan masyarakat b) Membuat pagar batas untuk keseluruhan lokasi c) menanm pohon di sekeliling lokasi/melakukan penghijauan untuk pemenuhan RTH d) membuat akses jalan menuju lokasi pembuangan limbah 4 A. Arwien, S.T., M.T. Kabid. Ekbang Bappeda Kota Palu a) Memastikan bahwa lokasi lahan yang akan digunakan masuk dalam wilayah Kota Palu dikarenakan berbatasan dengan Kabupaten Donggala b) Memproses izin lingungan (Amdal) untuk keseluruhan lokasi, hal ini untuk memudahkan izin untuk keseluruhan lokasi 5 Hasniwati Kabid. Peternakan, Dinas Pertanian, Kehutanan, Perkebunan, dan Kelautan Kota Palu a) Lokasi merupakan kawasan peternakan dapat dialihkan ke arah utara yang merupakan alternatif lokasi peternakan lainnya b) Lokasi merupakan lahan milik masyarakat bukan lahan milik negara, sehingga kawasan peternakan tersebut dapat dialihkan ke lokasi lainnya 6 Irfan, S.T., M.Si. Kasi. Perencanaan Ruang DPRP a) Membuat surat pernyataan mengenai batas-batas wilayah dengan pihak setempat UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu 10 c) Uraian Mengenai Komponen Rencana Kegiatan yang Dapat Menimbulkan Dampak Lingkungan 1) Tahap Prakonstruksi Sosialisasi Rencana Pembangunan/Pengelolaan TPS Sosialisasi rencana pembangunan/pengelolaan TPS fly ash dan bottom ash dilakukan melalui beberapa cara sosialisasi, secara formal dan wawancara terarah dengan masyarakat sekitar dan pejabat di Kelurahan Lambara. Sosialisasi dilakukan selama 4 kali, 2 kali dilakukan oleh pemerintah kelurahan dengan masyarakat dan 2 kali dilakukan oleh tim survey dari perusahaan. Adapun hasil dari sosialisasi tersebut dirangkum dalam sub bab rona lingkungan sosial, ekonomi, budaya dan kesehatan masyarakat. Selain melalui sosialisasi tersebut, pengumuman mengenai pelaksanaan proyek dilakukan dengan pemasangan papan pengumuman di sekitar lokasi rencana pembangunan TPS fly ash dan bottom ash. Walaupun sosialisasi rencana rencana pembangunan TPS fly ash dan bottom ash secara formal, Palu Power secara namun PT. Pusaka Jaya rutin melakukan komunikasi dengan pemangku kepentingan untuk memperoleh masukan dan tanggapan masyarakat. Kemungkinan dampak yang timbul yaitu keresahan masyarakat jika sekiranya keberadaan TPS fly ash dan bottom ash tersebut akan mengganggu aktivitas dan mencemari lingkungan mereka. UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu 11 Pembebasan/Pengadaan Lahan Syarat utama pembuatan Fasilitas Penyimpanan/TPS Limbah B3 yaitu perusahaan wajib menguasai suatu lahan yang hendak dijadikan TPS. Selain itu kegiatan ini dilakukan dalam rangka mengantisipasi adanya klaim dari masyarakat mengenai kepemilikan lahan. Lahan rencana lokasi kegiatan pembangunan TPS fly ash dan bottom ash dibebaskan. adalah lahan milik masyarakat yang telah Rencana pembangunan TPS tersebut beserta fasilitas penunjangnya berada dalam luasan ± 2,1 Ha ex-lahan milik Pak Lisman. Peta lokasi bidang lahan ditunjukkan pada Lampiran (4). Prosedur pengadaan lahan dilakukan berdasarkan antara kesepakatan masyarakat dengan PT. Pusaka Jaya Palu Power yang disaksikan oleh Pemerintah Kelurahan Lambara dan Kecamatan Tawaeli. Bukti kepemilikan lahan dapat dilihat pada Lampiran (1). Kemungkinan dampak yang akan timbul adalah keresahan dari pemilik lahan jika ganti rugi/pembelian lahan yang diberikan kepadanya tidak sesuai dengan yang diinginkannya atau tidka sesuai dengan harga yang berlaku. UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu 12 Survei dan Pengukuran Survei lapangan terdiri dari kegiatan pengukuran dan pemetaan lokasi pembangunan TPS. Tujuan dan lingkup survey ini lingkungan ialah yang mengumpulkan akan digunakan data-data dalam teknis analisis dan tahap perencanaan proyek. Kegiatan ini membutuhkan sejumlah alat ukur dan tenaga kerja (tenaga ahli dan tenaga kerja kasar/lapangan). Kemungkinan dampak yang akan timbul dari kegiatan survey dan pengukuran di lokasi adalah keresahan dan persepsi warga sekitar yang tidak memahami tentang tujuan kegiatan tim survei. Desain Rencana Pembangunan TPS Kegiatan ini meliputi penyusunan desain teknis pembangunan TPS yang disesuaikan dengan kondisi fisik wilayah. Pekerjaan ini merupakan pekerjaan lapangan dan studio. Luas lahan yang akan digunakan sebagai lokasi TPS secara keseluruhan adalah seluas ± 2,1 Ha. Dalam hal ini akan disunan desain teknis, site plan, pemilihan lokasi fasilitas penyimpanan dan jalur jalan yang digunakan. Kemungkinan dampak yang akan timbul adalah keresahan masyarakat jika sekiranya hasil desain lokasi TPS tersebut mengganggu aktivitas mereka dan keresahan pengguna jalan sehubungan dengan letak lokasi TPS yang relatif dekat dengan jalan raya dan permukiman. UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu 13 Pemasangan Batas/Pondasi/Pagar dan Papan Proyek Setelah kegiatan tersebut di atas selesai dilakukan, maka kegiatan selanjutnya adalah pemasangan batas kawasan pembangunan TPS fly ash dan bottom ash. Batas-batas tersebut berupa pemagaran dengan tembok/pondasi beton di sekeliling lokasi. Agar masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya mengetahui jenis kegiatan dan batas kempilikan lahan, juga dipasang papan proyek sebagai identitas kegiatan. Kemungkinan dampak yang akan timbul adalah keresahan dari pemilik lahan lainnya yang ada di sekitarnya jika pemasangan batas lahan tidak sesuai dengan batas kepemilikan lahan lokasi TPS fly ash dan bottom ash. 2) Tahap Konstruksi Rekruitmen Tenaga Kerja Tenaga kerja yang dibutuhkan selama kegiatan konstruksi membutuhkan berbagai jenis pekerjaan/keterampilan seperti mandor, tukang batu, tukang kayu, tukang besi, tukang cat, mekanik, listrik, operator alat berat dan genset, serta sopir, di samping itu akan dipekerjakan juga tenaga untuk staf (perencana dan pengawas) dan tenaga keamanan (security). Jumlah kebutuhan tenaga kerja pada tahap konstruksi mencapai 125 orang dengan pendidikan minimum seperti yang disajikan pada Tabel (4). Pada tabel tersebut, selain pendidikan minimum juga dibutuhkan keterampilan akan pekerjaan itu kecuali buruh kasar/helper. Distribusi tenaga kerja yang digunakan disesuaikan dengan jenis kegiatan. UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu 14 Tabel No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 4: Rencana jumlah kebutuhan tenaga kerja konstruksi yang dibutuhkan Pekerja Site Manager Mandor Pengawas Juru Ukur Kepala Tukang Batu Kepala Tukang Kayu Kepala Tukang Besi Kepala Tukang Pipa Tukang Batu Tukang Kayu Tukang Besi Tukang Pipa Juru Las Operator Alat Berat Mekanik Elektrik Buruk Kasar/Helper Sopir Keamanan Staf Perencana Total Jumlah 2 5 3 3 1 1 1 1 10 5 5 3 4 10 10 10 40 5 3 3 125 Pend. Minimum D3 D3 D3 D3 SMK/SMU SMK/SMU SMK/SMU SMK/SMU SMP SMP SMP SMP SMK/SMU SMK D3 D3 SD SD SD S1 Tenaga kerja yang diperkerjakan akan diprioritaskan kepada penduduk sekitar lokasi rencana pembangunan TPS dengan persyaratan sesuai dengan spesifikasi pekerjaan dan keterampilan yang dimiliki. Rekruitmen tenaga kerja dilakukan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan dan kemajuan pekerjaan. Asal tenaga kerja diutamakan sekitar lokasi kegiatan dan tenaga kerja yang karena spesialisasi dan keahliannya akan di datangkan dari luar lokasi kegiatan. UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu 15 Jumlah pekerja yang terlibat ini hanya berdasarkan estimasi dari sudut pandang Konsultan Perencana. Pada tataran pelaksanaan, jumlah pekerja yang dilibatkan kemungkinan akan berubah. Waktu bekerja adalah 8 jam/hari, 6 hari/minggu. Kemungkinan dampak yang akan timbul adalah keresahan masyarakat jika sekiranya rekrutmen tenaga kerja tidak atau kurang memperhatikan masyarakat setempat. Namun demikian, hal ini akan memberikan kesempatan kerja dan berusaha bagi warga di sekitar dalam kurun waktu yang relatif lama di sekitar lokasi. Penyediaan Sarana Jalan Menuju Lokasi TPS Berdasarkan survey lapangan dimana akses jalan menuju TPS akan melewati 2 alternatif jalan, yaitu melewati sungai melalui Jln. Trans Palu-Parigi dan Jln. Trans Palu-Lorong Anja. Pada Jln. Trans Palu-Parigi meupakan jalan nasional yang menghubungkan antar kota maupun provinsi, sedangkan Jln. Trans Palu-Lorong Anja merupakan jalan nasional kemudian masuk kedalam jalan desa/lorong di Kelurahan Lambara menuju TPS. Pada umumnya arus lalulintas untuk kedua jalan nasional tersebut didomonasi oleh mobil penumpang, kendaraan berat dan motor. Sedangkan untuk jalan menuju TPS melalui jalan kolektor didominasi oleh motor, hal ini bisa dilihat pada hasil survey lalu lintas beikut ini. UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu 16 Tabel 5: Data eksisting jalan Lokasi Jln. Trans Palu-Parigi Jln. Trans Palu-Lorong Anja Lebar Lebar bahu perkerasan jalan 6,10 m 1,8 m Jalan Nasional 5.25 m 1.5 m Jalan Nasional Keterangan Sumber: Hasil survey lapangan, 2017 Berdasarkan hasil survey bahwa kedua jalan tersebut menggunakan perkerasan beraspal dan berdasarkan fungsi jalan keduanya merupakan jalan arteri utama yang menghubungkan wilayah Barat dan Timur Provinsi Sulteng. Perencanaan TPS ini nantinya akan dilewati truk dengan kapasitas angkut sekitar 4 ton dan akan melewati Jln. Trans Palu-Parigi kemudian melewati Sungai Tawaeli tanpa perkerasan dengan sedikit timbunan (Lampiran 4). Selain itu, alternatif lain melewati jalan kolektor dari Jln. Trans PaluLorong Anja berupa jalan timbunan kerikil sehingga dapat berdampak polusi berupa debu dan kebisingan di daerah pemukiman masyarakat. Sehingga alternatif kedua ini kemungkinan besar tidak akan digunakan sehubungan dengan adanya presepsi dan keresahan masyarakat yang menolak arus lalulintas menuju TPS. Sehingga keputusan rute jalur yang digunakan menuju lokasi TPS fly ash dan bottom ash melalui Jalan Trans Sulawesi (Kebun Kopi) Jalur Palu-Parigi sepanjang ± 2370 m, kemudian memotong Sungai Tawaeli sepanjang ± 214 m, kemudian memasuki rencana rute jalan yang akan dibuka/digunakan sepanjang ± 1120 m. UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu 17 Tabel 6: Keterangan panjang, lebar, luas lahan untuk rencana jalan Pemilik L P Penambahan Luas (m²) Arifudin 0 14,8 9 133,2 Mardan 0 54 9 486 Sirman 0 66 9 594 Maswa 0 41,2 9 370,8 Tamsir 3,4 38 5,6 212,8 Suandi 0 64,21 9 577,89 Miral 4,1 173,8 4,9 851,62 4,9 292,3 4,1 1198,43 0 119,11 9 1071,99 Mahyudin 0 66 9 594 Tasran 2,9 78,9 6,1 481,29 Najlir 0 32 9 288 Total 6860,02 Gasli UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu 18 Selain itu, persoalan lahan juga ditemui pada saat penyusunan rencana rute jalur mobilisasi kegiatan, dimana rencana tersebut melewati lahan-lahan milik masyarakat lainnya yang harus dibebaskan. Lahan yang hendak dibebaskan untuk rencana jalan dimulai dari Sungai Tawaeli hingga lokasi TPS dengan panjang ±1120 m (Lampiran 4). Rencana pelebaran jalan yang dilakukan selebar 9 m, akan tetapi ada beberapa yang hanya dilebarkan sekitar 5 m. Lahanlahan tersebut milik Pak Arifudin, Pak Mardan, Pak Sirman, Pak Maswa, Pak Tamsir, Pak Suandi, Pak Miral, Pak Gasli, Pak Mahyudin, Pak Tasran, dan Pak Najlir. Peta rute jalan yang melewati lahan milik masyarakat ditunjukkan pada Lampiran (4). Berdasarkan hasil survey pemetaan dan perhitungan (Tabel 6) mengenai rekomendasi penambahan jalan maka luas total lahan yang mesti dibebaskan yaitu ± 6860 m2. Prosedur pengadaan lahan dilakukan berdasarkan antara kesepakatan masyarakat dengan PT. Pusaka Jaya Palu Power yang disaksikan oleh Pemerintah Kelurahan Lambara dan Kecamatan Tawaeli. Bukti kepemilikan lahan dapat dilihat pada Lampiran (1). UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu 19 Gambar 3: Salah satu gambar rencana pelebaran jalan setelah melewati Sungai Tawaeli menuju lokasi TPS Kemungkinan dampak yang timbul dari kegiatan penyediaan saran/pembukaan jalan yaitu keresahan masyarakat yang lahannya masuk dalam rencana rute jalan jika ganti rugi/pembelian lahan yang diberikan kepada pemilik lahan tidak sesuai dengan yang diinginkannya atau tidak sesuai dengan harga yang berlaku. Selain itu, karena rencana rute melewati badan Sungai Taweli sehingga dampak yang mungkin akan timbul yaitu perubahan morfologi (bentang alam) sungai tersebut. UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu 20 Selanjutnya, kegiatan pembukaan jalan ini akan dilakukan secara bertahap dimulai dengan konstruksi hingga pemeliharaan yang akan mengoperasikan alat berat dan sejumlah tenaga kerja. Sehingga, kemungkinan dampak yang juga akan timbul yaitu berkurangnya vegetasi dan/atau gangguan fauna setempat, penurunan kualitas udara dan peningkatan kebisingan. Mobilisasi Peralatan dan Bahan Material Kegiatan pengangkutan peralatan/bahan dan material untuk pembangunan TPS dan fasilitas fasilitas penunjangnya, akan menggunakan jasa angkutan darat. Jalur yang digunakan Jln. Trans Palu-Parigi, memotong badan Sungai Tawaeli, dan jalan khusus yang dibuka (Rute jalur dapat dilihat pada Lampiran 4). Kendaraan yang melewati jalur tersebut tujuan Palu-Parigi, dan ke lokasi kebun masyarakat sekitar. Pada jalur tersebut akan dimobilisasi sejumlah peratalan yang akan digunakan untuk pekerjaan konstruksi, seperti yang tertera dalam Tabel (7). Jenis-jenis peralatan yang akan digunakan didatangkan secara khusus baik oleh pemrakrsa maupun oleh kontraktor seperti yang tertera pada Tabel (7). Kemudian, bahan material yang dibutuhkan untuk pembangunan TPS fly ash dan bottom ash seperti: besi, plat baja, pipa, batu kali, batu bata, tripleks, semen, pasir, kayu, beton mix, sirtu, tanah timbun dan sebagainya. Adapun jenis jumlah material yang akan dimobilisasi disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan rencana kegiatan. UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu 21 Tabel 7: No Jenis, jumlah, dan kegunaan peralatan untuk tahap persiapan Jenis Peralatan Jumlah 1. 2. 3. 4. 5. Buldozer Excavator Stoom walls Stamper Dump truck 2 3 2 3 5 6. Truk biasa 5 7. Truk tangki air 2 8. 9. Truk tangki solar Truk tronton 2 1 10. Peralatan tukang kayu 11 Alat ukur khusus 10 set 4 set 12 Peralatan tukang batu 50 set 13 Peralatan tukang kayu 50 set 14 15 Peralatan tukang besi Peralatan tukang listrik 5 set 5 set 16 Peralatan tukang pipa 5 set 17 Mobil pick up 18 19 Alat ukur khusus Service crane 20 Stager/perancah 21 22 23 24 Mesin molen beton Vibrator Alat ukur khusus Genset listrik 5 4 set 3 Sesuai kebutuha n 5 5 2 set 2 Kegunaan Penggalian dan penimbunan Penggalian dan penimbunan Pemadatan tanah Pemadatan tanah Pengangkutan material Pengangkutan bahan dan material Pengangkutan air dan penyiraman Pengangkutan BBM solar Pengangkutan alat berat Pembuatan direksi keet Pengukuran Pekerjaan pondasi, pasangan batu dan saluran Pekerjaan kayu kuzen dan rangka Pekerjaan pengelasan Pemasangan instalasi listrik Pemasangan instalasi air/pelambing Pengangkutan bahan dan material Pengukuran Pengangkat barang berat Pengecoran lantai 2 Pengaduk campuran beton Pemadatan tanah Pengukuran Penerangan dan pengelasan UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu 22 Semua bahan/material di datangkan baik dari dalam maupun di luar Kota Palu, kecuali tanah timbunan. Tanah timbunan diperoleh di sekitar lokasi dengan sistem cut and fill. Pasir dan batu kali diperoleh dari beberapa perusahaan di sekitar lokasi yang sudah memiliki izin usaha tambang. Kemungkinan dampak yang akan timbul adalah penurunan kualitas udara berupa meningkatnya polutan debu dan gas-gas buangan serta peningkatan kebisingan dari kendaraan alat berat. Dampak lainnya adalah kemungkinan terjadinya gangguan lalulintas dan kerusakan segmen jalan yang dilalui oleh kendaraan alat berat. Pembangunan Basecamp Basecamp yang dibangun diperuntukkan bagi para pekerja yang memiliki tempat tinggal relatif jauh dari lokasi proyek. Pembangunan basecamp diharapkan mampu mengefisienkan dan memperlancar kegiatan pembangunan TPS. Besecamp ini juga difungsikan bagi para pekerja yang tidak langsung seperti perencana dan pengawas serta gudang peralatan. Basecamp berukuran 20 m x 15 m dengan bangunan semi permanen dan dilengkapi dengan fasilitas MCK dan mushallah sedang. Basecamp ini tidak berfungsi sebagai tempat tinggal tetap, melainkan hanya berfungsi sebagai tempat istirahat bagi para pekerja. UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu 23 Kemungkinan dampak yang akan timbul adalah keresahan dari warga sekitarnya jika sekiranya para tenaga kerja yang menempati basecamp, terutama bagi yang berasal dari luar Kelurahan Lambara/di sekitar lokasi, membawa kebiasaannya yang tidak sesuai dengan norma-norma masyarakat yang berlaku di kelurahan/di sekitar lokasi tersebut. Dampak negatif lainnya adalah meningkatnya limbah domestik di sekitar lokasi tersebut. Namun kemungkinan munculnya dampak positif juga akan terjadi. Paling tidak, keberadaan mereka yang membutuhkan kebutuhan hidup sehari-hari akan menguntungkan kios-kios/warung yang ada di Kelurahan Lambara/di sekitar lokasi tersebut dan hal ini bisa menumbuhkan perekonomian lokal. Pematangan Lahan Kegiatan ini meliputi land clearing, perataan/penimbunan, dan kembali. Pematangan lahan dilakukan dalam kaitan meratakan permukaan tanah terutama pada pembangunan fasilitas TPS. Kegiatan utama adalah land clearing dan cut and fill pada lahan seluas ± 2,1 Ha. Kegiatan land clearing dilakukan pada lokasi TPS dan fasilitas pendukung karena didominasi oleh semak belukar dan beberapa pepohonan. Volume cutting diprakirakan mencapai 50.400 m3 (hasil perhitungan konsultan perencana, 2017). Kegiatan filling dilakukan setelah dinding penahan telah dibangun untuk kemudian tanah timbunan dihampar pada lokasi tersebut untuk kemudian dipadatkan. UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu 24 Prinsip pemadatan adalah tanah yang tidak padat menjadi padat. Alat yang digunakan untuk pemadatan antara lain roller whell atau drum whell. Alat tersebut dijalankan pada tanah dalam beberapa lintasan. Peralatan tersebut melintas beberapa kali hingga tanah dinyatakan padat sehingga mampu menahan beban diatasnya. Kemungkinan dampak yang akan timbul adalah potensi kecelakaan kerja, hilangnya vegetasi setempat dan gangguan terhadap fauna, meningkatnya aliran permukaan, perubahan bentang alam lokasi, serta rentan terhadp erosi. Pembangunan Fasilitas Penyimpanan Limbah B3 fly ash dan bottom ash Model Fasilitas Penyimpanan Limbah B3 fly ash dan bottom ash dibuat berdasarkan PP. 101 Tahun 2014 konsep waste impoundment (pengurung limbah). Model ini dirancang dengan konsep semi landfill mengggunakan lapisan alas dan penutup geomembran. Dalam pembangunan ini digunakan sejumlah alat berat seperti yang tertera pada Tabel (7). Model dibuat seperti bak terbuka dengan dinding dibuat berteras-teras. Dimensi rancangan fasilitas penyimpanan dapat dilihat pada Lampiran (6). Fasilitas Penyimpanan tersebut terdiri atas tiga uni, unit 1 menampung fly ash dan bottom ash 35.024 m3, unit 2 menampung fly ash dan bottom ash 35.024 m3, dan unit 3 menampung fly ash dan bottom ash 20.840 m3. UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu 25 Kemudian, geomembran yang digunakan diperuntukkan sebagai bahan tahan air, tekanan alat berat, tahan terhadap korosi, minyak, asam dan panas tinggi. Sehingga alas dari geomembran akan dapat menahan infiltrasi jika terdapat kebocoran dari lapisan penutup (akan dibuat pada tahap operasi). Geomembran yang akan digunakan tipe HDPE (high density polyethlene) dengan ukuran ketebalan 1,5-2 mm. Lebar standar geomembran adalah 7 m. Sedangkan panjangnya menyesuaikan dengan ketebalan geomembran itu sendiri. Sebagai contoh misalnya geomembran tebal 1.5 mm, maka ukuran dalam rollnya adalah 7m x 184m. Ukuran tersebut tidak memenuhi dimensi fasilitas penyimpanan (Lampiran 6), sehingga untuk memenuhi ukuran luasan fasilitas penyimpanan fly ash dan bottom ash, segmensegmen geomembran tersebut kemudian disambung. Prinsip dasar penyambungan geomembran HDPE adalah pemanasan dan cooling time (by melting or softening) dari 2 bagian yang disambung dengan diberikan tekanan agar kedua bagian tersebut menyatu/bersenyawa. Kadangkala peyambungan geomembran diperlukan penambahan HDPE rod agar benar-benar menyatu. UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu 26 Kemudian, drainase ditempatkan pada sisi-sisi fasilitas penyimpanan dengan lebar 1-1,5 m dan panjang saluran 80 m. Drainase yang dirancang model saluran terbuka, yaitu saluran yang lebih cocok untuk drainase air hujan yang akan mengatur/mengendalikan aliran dari alas tutupan fly ash. Gambar 4: Tahapan pembuatan fasilitas penyimpanan fly ash dan bottom ash waste impoundment (urutan dari atas ke bawah) Kemungkinan dampak yang akan timbul adalah potensi terjadinya kecelakaan kerja, penurunan kualitas udara dan peningkatan kebisingan dari kegiatan oeprasional alat berat, serta rentan terjadi longsor lokal dan kecil jika tebing waste impoundment tidak segara menempatkan fly ash dan bottom ash sebagai penyangga tebing. UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu 27 Pembangunan/Pengadaan Fasilitas Penunjang Pengadaan Sumber Air Pengadaan air bersih untuk mendukung proses pembangunan/pengelolaan TPS fly ash dan bottom ash bersumber dari PDAM Palu melalui jaringan pipa dan air tanah (sumur bor) yang ditarik dengan mesin. Peruntukkan penggunaan air untuk kegiatan operasional di lokasi TPS digunakan untuk air minum, MCK, penyiraman tanaman, dan pencucian mobil pengangkut Limbah B3 fly ash dan bottom ash. Hirarki kebutuhan minimal air; diasumsikan anggota karyawan berjumlah yaitu 30 orang. Kemudian, kebutuhan paling utama ialah jangka pendek air minum diperkirakan 4 liter/org/hari, untuk wudhu 30 liter/org/hari, MCK 70 liter/org/hari. Untuk menghitung total kebutuhan air yang dibutuhkan menggunakan persamaan: “Jumlah air yang dibutuhkan = jumlah pemakai x kebutuhan air”. Hasil perhitungan estimasi/perkiraan jumlah kebutuhan air bersih dapat dilihat pada Tabel (3). Tabel 3: Estimasi kebutuhan air bersih perorangan Jumlah Pemakai 30 orang Jumlah Pemakaian Air Bersih Air minum Wudhu MCK Total (4 ltr/org/hr) (30 ltr/org/hr) (70 ltr/org/hr) (ltr/hr) 120 900 2.100 3.120 UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu 28 Kemudian, wadah yang digunakan untuk penyiraman tanaman yaitu ember dengan ukuran tinggi 50 cm dan jarijari 10 cm, memiliki kapasitas tampungan 15 liter. Ratarata penggunaan air untuk penyiraman tanaman digunakan 10 ember, jadi total air yang dibutuhkan 150 liter/hari. Kemudian, rata-rata penggunaan air yang digunakan untuk pencucian 1 mobil dapat mencapai 300 liter, dengan rencana mobil drump truk 4 mobil, maka total air yang dibutuhkan untuk cuci estimasi total mobil 1.200 liter/hari. Jadi, berdasarkan hasil kebutuhan air 3.120 + 150 + 1.200 = keseluruhan 4.470 liter/hari. Semua asumsi dari hasil pemakaian air bersih terkecuali untuk air minum akan menjadi limbah domestik/cair. Jadi , untuk menghitung banyak jumlah limbah domestik/cair yang dihasilkan = kebutuhan air total – kebutuhan air minum, dalam hal ini menggunakan data pada Tabel 3. Kemungkinan dampak yang akan timbul adalah keresahan masyarakat karena merasa beban sumber air semakin besar yang dapat menyebabkan penurunan debit air PDAM yang diperuntukan bagi masyarakat, serta kemungkinan terganggunya sumur bor lainnya yang ada di sekitar lokasi. UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu 29 Pengadaan Sumber dan Jaringan Listrik Pengadaan jaringan energi listrik bersumber dari PLN. Untuk mengantisipasi energi listrik dari PLN yang terbatas dan sering terganggu maka pihak pengelola juga berusaha sendiri dengan mengadakan mesin genset sebagai sumber listrik alternatif dan/atau langsung memasang instalasi langsung dari PLTU selama kegiatan pembangunan dan operasional TPS fly ash dan bottom ash. Kemungkinan dampak yang akan timbul adalah potensi kecalakaan kerja, peningkatan kebisingan dan keresahan masyarakat sekitar. Keresahan ini terutama timbul karena adanya tambahan beban bagi PLN yang bisa mengganggu kesinambungan suplai energi listrik dari PLN, yang akan merugikan masyarakat sekitar. Jalan Khusus dan Drainase Sarana jalan khusus yang dibangun dalam lokasi TPS digunakan sebagai berkepentingan, penghubung terkait kendaraan dengan yang kegiatan pengelolaan/pengoperasian TPS. Rancangan jalan ini ditunjukkan pada Lampiran (6), yang didesain agar mengakses selurah area yang ada di dalam lokasi TPS. Rancangan desain jalan memiliki panjang 6 meter yang dilewati oleh truk dan alat berat, serta drainase jalan dengan lebar 1 m untuk mengsalurkan aliran permukaan. Detail drainase dapat dilihat pada Lampiran (6). UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu 30 Kegunaan dari pembuatan jariangan drainase di dalam lokasi TPS sebagai pengendali air permukaan, mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan bangunan yang ada, mengendalikan air hujan yang berlebihan sehinga tidak terjadi bencana banjir. Desain saluran drainase akan dibuat dengan cermat sehingga mampu menampung debit puncak dengan kala ulang 25 tahunan. Tabel (4): Hasil perhitungan curah hujan durasi untuk setiap periode ulang Durasi (menit) 5 10 15 20 45 60 120 180 240 300 Sumber: Laporan Periode ulang (tahun) 2 5 10 271,42 371,15 437,18 170,99 233,81 275,41 130,49 178,43 210,17 107,71 147,29 173,50 62,73 85,78 101,04 51,78 70,81 83,41 32,62 44,61 52,54 24,90 34,04 40,10 20,55 28,10 33,10 17,71 24,22 28,53 studi kelayakan, 2017 25 520,61 327,96 250,28 206,60 120,32 99,32 62,57 47,75 39,42 33,97 Kemungkinan dampak yang akan timbul adalah potensi kecalakaan kerja, peningkatan kebisingan dan debu semasa konstruksi, namun kegiatan transportasi dan aliran air permukaan akan lancar dan teratur. UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu 31 Kantor Pembangunan unit kantor di lokasi TPS bertujuan untuk mengurus pekerjaan pengaturan administrasi, informasi, dan manajamen, serta pengarsipan mengenai log book Limbah B3 fly ash dan bottom ash. Kantor ini juga dilengkapi dengan unit perlengkapan tanggap darurat kebakaran dan K3, selain terdapat ruang tamu, ruang kerja karyawan dan kamar mandi/WC. Kemungkinan dampak yang akan timbul adalah potensi kecalakaan kerja, peningkatan kebisingan dan debu semasa konstruksi, dan timbulnya limbah padat/cair dari aktivitas di kantor, namun dengan adanya kantor maka urusan yang terkait dengan administrasi dan manajemen dapat dilaksanakan. Gudang/Parkir Alat Berat dan Tempat Pencucian Mobil Pembangunan gudang/parkir alat berat berfungsi untuk tempat penyimpanan perlengkapan dan perawatan atau parkir alat berat, agar alat berat yang telah beroperasi memiliki tempat parkir yang tidak mengganggu transportasi dalam lingkungan TPS. Selain alat berat yang parkir, kendaraan truk juga dapat menempati tempat tersebut. Dimensi gudang/parkir alat berat tersebut yaitu 20 m x 12 m, desainnya dapat dilihat pada Lampiran (6). UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu 32 Kemudian tempat pencucian mobil kendaraan operasional TPS, berfungsi untuk mencuci/membersihkan abu terbang (fly ash) yang masih terdapat di kendaraan pengangkut sebelum keluar area TPS agar tidak mencemari udara dan kesehatan masyarakat. Konsep tempat pencucian yang digunakan dengan menyambungkan selang-selang air hingga sampai ke tempat mobil yang hendak dicuci. Selanjutnya air yang merupakan sisa hasil pencucian langsung disalurkan melalui drainase. Kemungkinan dampak yang akan timbul adalah peningkatan kebisingan dan debu semasa konstruksi, serta terganggunya kuantitas sumber air. namun dapat meminimalkan potensi pencemaran udara dan kesehatan masyarakat secara tidak langsung. Lahan Parkir, RTH, dan Taman Lahan parkir didesain dengan dimensi 30 m x 12 m untuk kendaraan karyawan dan tamu seperti sepeda motor dan mobil. Tujuan penyediaan lahan parkir yaitu untuk menata kendaraan yang ditempatkan pada satu titik. Sedangkan RTH dan taman dibuat memanjang/jalur dan/atau mengelompok mengelilingi lahan TPS, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu 33 Jalur hijau (green belt) ini juga berfungsi sebagai filter agar abu/debu dari kegiatan operasional tidak terbang secara langsung/menghalangi keluar dan/atau berdampak kepada lingkungan sekitar. Kemungkinan dampak yang akan timbul adalah peningkatan kebisingan dan debu semasa konstruksi, serta terganggunya kuantitas sumber air. namun dapat meminimalkan potensi pencemaran udara dan kesehatan masyarakat secara tidak langsung. Bak Sampah (Limbah Padat) Sebagai tempat penampungan sampah domestik (limbah padat non Limbah B3) baik organik maupun non organik. Setiap berkala dilakukan pembakaran langsung terhadap sampah yang telah tertumpuk dalam bak. Kemungkinan dampak yang akan timbul adalah timbulnya gangguan penyakit yang dibawa oleh lalat-lalat yang hinggap di bak sampah jika sampah tertumpuk, dan tidak langsung gangguan dibakar. kesehatan dan Dampak turunannya keresahan dari adalah masyarakat sekitar. UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu 34 3) Tahap Operasi Demobilisasi Peralatan dan Bahan Material Dengan berakhirnya kegiatan pembangunan/konstruksiTPS fly ash dan bottom ass beserta berbagai fasilitas pendukungnya, maka sebagian peralatan yang tercantum dalam Tabel (7) di atas dimobolisasi lagi keluar dari lokasi, mengikuti rute jalan semula. Kemungkinan dampak yang akan timbul adalah penurunan kualitas udara berupa meningkatnya polutan debu dan gas-gas buangan serta peningkatan kebisingan dari kendaraan alat berat. Dampak lainnya adalah kemungkinan terjadinya gangguan lalulintas dan kerusakan segmen jalan yang dilalui oleh kendaraan alat berat. Pengoperasian dan Pemeliharaan TPS Fly Ash dan Bottom Ash Seperti yang telah dijelaskan pada Gambar (2), setelah fly ash dan bottom ash diangkut dari PLTU, Limbah B3 tersebut kemudian di disimpan pada fasilitas penyimpanan model waste impoundment. Mula-mula dibuat suatu cekungan/bak terbuka yang tanahnya dilapisi oleh geomembran, kemudian menuangkan/menyimpan fly ash dan botom ash ke dalamnya, hingga tertumpuk (tinggi maskisum 6 m). Untuk mengatasi dampak dari angin dan air hujan, Limbah B3 tersebut kemudian dilapisi kembali dengan geombran yang disambung hingga ke tepi drainase, sehingga air akan mengalir pada saluran tersebut sehingga tidak terjadi proses pelindian dan abu tersebut tidak terbang tertiup angin. UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu 35 Jadi, konsep ini seakan-akan mengurung Limbah B3 (waste impoundment) yang menggunakan sistem proteksi berlapis terhadap pencemaran lingkungan akibat interaksi angin dan hujan. Lapisan 1 yaitu lapisan penutup geomembran berfungsi menahan hujan dan tiupan angin, lapisan 2 yaitu lapisan geomembran untuk menahan air jika sewaktur-waktu terjadi rembesan, lapisan 3 yaitu tanah setempat yang telah dipadatkan yang memenuhi nilai kriteria kepadatan tertentu. Dalam proses pengoperasian digunakan sejumlah alat berat, tenaga lapangan, dan kendaraan pengangkut. Kendaraan pengangkut berupa drump truk yang memiliki kapasitas 4 ton yang akan membawa Limbah B3 dari PLTU menuju lokasi TPS. Berdasarkan rata-rata laju produksi fly ash dan bottom ash yaitu ukuran 20 truk yang akan masuk ke TPS dalam sehari. Setelah limbah yang telah ditempatkan di TPS, kemudian diatur/dipadatkan pada lapisan atas geomembran agar padat dan mengisi ruang (space) yang kosong dalam waste impoundment hingga dapat menyangga tebing dan tertumpuk untuk menghindari longsor lokal/kecil akibat getaran yang ditimbulkan oleh kendaraan operasional. Sementara itu, kegiatan pemeliharaan TPS bertujuan untuk memantau dan menjaga agar fasilitas penyimpanan tetap berada pada kondisi sistem yang direncanakan. Hal ini dilakukan secara rutin dan berkala untuk mengcek kondisi lapisan geomembran, kondisi tebing, kondisi drainase agar limbah tetap sediakala terkurung. UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu 36 Gambar 5: Tahapan penempatan/penyimpanan fly ash dan bottom ash padd waste impoundment (urutan dari atas ke bawah) Kemungkinan dampak yang akan timbul dari kegiatan ini yaitu potensi kecelakaan kerja dan gangguan kesehatan pekerja dari kegiatan pengelolaan abu terbang, kerusakan segmen jalan dan gangguan lalu lintas, penurunan kualitas udara dan peningkatan kebisingan selama kegiatan operasional. Selain itu, jika terdapat kesalahan teknis yang tidak teliti untuk merekatkan geomembaran sesuai rancangan, maka akan terdapat lapisan yang bocor. Sebagai contoh jika lapisan penutup bocor maka, air hujan merembes dan akan berakumulasi dengan fly ash dan bottom ash hal ini akan merentankan lapisan alas di bawahnya, serta angin pun akan mudah menerbangkan Limbah B3 tersebut. UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu 37 Pemanfaatan dan Penimbunan Akhir Limbah B3 Fly Ash dan Bottom Ash dari TPS Menurut PP. 101 Tahun 2014, Pemanfaatan Limbah B3 adalah kegiatan penggunaan kembali, daur ulang, dan/atau perolehan kembali yang bertujuan untuk mengubah Limbah B3 menjadi produk yang dapat digunakan sebagai substitusi bahan aman baku, bahan penolong, dan/atau bahan bakar yang bagi kesehatan manusia dan Kemudian, Penimbunan Limbah B3 lingkungan adalah hidup. kegiatan menempatkan Limbah B3 pada fasilitas penimbunan dengan maksud tidak membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan hidup. Berdasarkan PP. 101 Tahun 2014 Pasal 26 huruf (d) Kewajiban pemegang Izin Pengelolaan Penyimpanan Limbah B3 untuk kegiatan Limbah B3 wajib melakukan Pemanfaatan Limbah B3, Pengolahan Limbah B3, dan/atau Penimbunan Limbah B3 yang dilakukan sendiri atau menyerahkan kepada Pengumpul Limbah B3, Pemanfaat Limbah B3, Pengolah Limbah B3, dan/atau Penimbun Limbah B3. Kemudian, Dalam PP. 101 Tahun 2014 Pasal 28 huruf (b) ayat 4 waktu lama penyimpanan Limbah B3 kategori 2 dari sumber spesifik khusus selama 365 hari sejak Limbah B3 dihasilkan. Berdasarkan peraturan tersebut dengan kegiatan yang terkait penyimpanan fly ash dan bottom ash, maka PT. Pusaka Jaya Palu Power akan melakukan kegiatan pemanfaatan dan penimbunan terhadap Limbah B3 tersebut. UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu 38 Kegiatan pemanfaatan dilakukan di areal PLTU, dimana fly ash/bottom ash diangkut dari TPS menuju ke lokasi pemanfaatan melalui rute semula. Fly ash/bottom ash yang layak digunakan melalui suatu pengujian tertentu, dikonversi menjadi suatu bahan yang bernilai ekonomis dan ramah lingkungan. Selain itu, fly ash/bottom ash yang tidak layak untuk dimanfaatkan, akan dibawa ke lokasi penimbusan akhir (sistem landfill) dimana Limbah B3 tersebut akan diisolasi selamanya di dalam tanah melalui proses penimbunan dan rekayasa teknologi perlindungan terhadap media lingkungan hidup. Kedua kegiatan ini melalui pengurusan izin secara tersendiri. Kemungkinan dampak yang akan timbul adalah potensi kecelakaan kerja dan gangguan kesehatan pekerja dari pekerjaan pengelolaan abu terbang, penurunan kualitas udara dan peningkatan kebisingan dari kendaraan pengangkut yang membawa fly ash dan bottom ash ke lokasi pemanfaatan dan/atau penimbusan akhir. UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu 39 4) Tahap Pasca Operasi Penutupan TPS Fly Ash dan Bottom Ash Berdasrkan PP. 101 Tahun 2014 Pasal 21 ayat 1 Izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan penyimpanan hanya berlaku untuk 5 tahun. Setelah waktu tunggu/kegiatan lain yang dilakukan oleh PT. Pusaka Jaya Palu Power yaitu pembangunan fasilitas pemanfaatan dan/atau penimbusan akhir telah selesai dan dapat dioperasionalkan, maka fasilitas TPS fly ash dan bottom ash dalam kurun waktu 5 tahun ini akan segera ditutup. Namun jika terdapat kendala, maka izin tersebut akan diperpanjang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Lahan TPS yang hendak ditutup merupakan aset milik PT. Pusaka Jaya Palu Power. Konsep penutupan mengikuti PP. 101 Tahun 2014 Pasal 30 ayat 1 dan 2, yaitu pemrakarsa wajib melakukan pemulihan fungsi lingkungan. Tentunya setelah fly ash dan bottom ash dipindahkan untuk dimanfaatkan atau ditimbun, maka lokasi tersebut akan menyisakan bentang alam dengan model bak terbuka. Sehingga bentang alam tersebut harus direklamasi dan direhabilitasi kembali dengan tutupan urugan (timbunan) hingga TPS tertutup dan ditanami oleh pepohonan atau tanaman hias lainnya untuk menahan laju aliran. UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu 40 Setelah pemulihan kedepan lahan fungsi tersebut lingkungan dapat selesai dikerjakan, dimanfaatkan untuk kepentingan lainnya sesuai dengan rencana jangka panjang dari PT. Pusaka Jaya Palu Power untuk pemanfaatan lahan exTPS fly ash dan bottom ash. Kemungkinan dampak yang akan timbul adalah penurunan kualitas udara dan peningkatan kebisingan, akibat kendaraan alat berat yang diopreasionalkan selama kegiatan pemulihan fungsi lingkungan untuk penutupan TPS. UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu 41 C. DAMPAK LINGKUNGAN YANG DITIMBULKAN DAN UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP SERTA UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP Matriks UKL-UPL Rencana Pembangunan/Pengelolaan TPS fly ash dan bottom ash No Sumber Dampak Jenis Dampak (ii) (i) (iii) Tahap Prakonstruksi Sosialisasi 1 Keresahan rencana masyarak pembangun at an/pengelol aan TPS fy ash dan bottom ash 2 Pembebasa n/Pengadaa n Lahan Keresahan masyarak at Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Besaran Dampak Bentuk UKL Lokasi UKL Periode UKL Bentuk UPL Lokasi UPL Periode UPL (iv) (v) (vi) (vii) (viii) (ix) (x) Masyarak at di sekitar lokasi Melakukan sosialisasi kepada masyarakat sebelum rencana kegiatan dilakukan. Di sekitar lokasi proyek Kelurahan Lambara Memantau banyaknya/jumlah penduduk yang mengeluh dan mengidentifikasi jenis keluhan yang timbul dengan adanya rencana pembangunan TPS fly ash dan bottom ash. Di sekitar lokasi proyek Kelurahan Lambara Masyarak at di sekitar lokasi Memberikan informasi yang jelas kepada masyarakat, terutama yang berbatasan langsung dengan Di sekitar lokasi proyek Kelurahan Selama kegiatan sosialisasi Selama kegiatan pembebasa n/pengadaa n lahan Memantau keresahan masyarakat tentang harga dan batas/luasan lahan yang terkait dengan kepemilikan dan Di sekitar lokasi proyek Kelurahan Diakhir kegiatan sosialisasi Institusi Pengelola/ Pemantau (xi) Pengelola: Pemrakarsa Pemantau: Pemrakarsa Lurah Lambara Masyarakat Dinas LH Kota Palu Diakhir kegiatan pembebasa n/pengadaa n lahan Pengawas: Lurah Lambara Masyarakat Dinas LH Kota Palu Pengelola: Pemrakarsa UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu Ket. (xii) 42 lokasi rencana kegiatan, serta manfaat yang dapat diperoleh masyarakat sekitar proyek, melalui pendekatan yang intensif. Penentuan batas dilakukan secara musyawarah dengan masyarakat sekitar dan diberi patok permanen, berkaitan dengan penentuan posisi tapak proyek. Melakukan sosialisasi pengukuran dan inteventarisasi pemilik tanah lokasi TPS fly ash dan bottom ash, dan mencapai kesepakatan pengadaan tanahnya dengan memperhatikan harga kompensasi tanah yang disepakati antara kedua belah pihak PT. PJPP dan masyarkat. Hasil kesepakatan dituangkan dalam bentuk berita acara yang ditandatangani oleh yang berkepentingan. Melakukan koordinasi dengan instansi terkait. Lambara pembebasan lahan, Lambara Pemantau: Pemrakarsa Masyarakat Dinas LH Kota Palu Dinas Tata Ruang dan Pertanahan Kota Palu Pengawas: Lurah Lambara Masyarakat Dinas Tata Ruang dan Pertanahan Kota Palu Dinas LH Kota Palu UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu 43 (i) 3 4 (ii) Survey dan pengukura n Desain rencana pembangun an TPS fly ash dan bottom ash (iii) Keresah an masyar akat Preseps i masyar akat Keresahan masyarak at (iv) Masyarak at di sekitar lokasi Masyarak at di sekitar lokasi (v) Memberikan informasi yang jelas kepada penduduk setempat tentang tujuan pelaksanaan survey dan pengukuran. Pemberian informasi dapat dilakukan di tempat umum atau dengan mendatangi satu persatu rumah penduduk, khususnya masyarakat yang berbatasan langsung dengan rencana lokasi pembangunan/pengelola an TPS fly ash dan bottom ash Melakukan konsolidasi dan negosiasi tentang desain rencana kegiatan yang tidak menyalahi Peraturan Daerah Kota Palu. Mengikuti aturan tata ruang Kora Palu sebagai dasar desain rencana kegiatan. Mensosialisasikan kepada masyarakat (vi) Di sekitar lokasi proyek Di sekitar lokasi proyek (vii) Selama kegiatan survey dan pengukuran Selama kegiatan desain (viii) Memantau banyaknya/jumlah penduduk yang mengeluh dan mengidentifikasi jenis keluhan yang timbul dengan adanya rencana pembangunan TPS fly ash dan bottom ash. Memantau persepsi masyarakat terhadap keberadaan kegiatan pembangunan TPS fly ash dan bottom ash. Memantau saran dan pendapat masyarakat tentang desain TPS fly ash dan bottom ash. (ix) Di sekitar lokasi proyek Di sekitar lokasi proyek (x) Diakhir kegiatan survey dan pengukuran Diakhir kegiatan desain (xi) Pengelola: Pemrakarsa Pemantau: Pemrakarsa Masyarakat Dinas LH Kota Palu Dinas Tata Ruang dan Pertanahan Kota Palu Pengawas: Lurah Lambara Masyarakat Dinas Tata Ruang dan Pertanahan Kota Palu Dinas LH Kota Palu Pengelola: Pemrakarsa Pemantau: Pemrakarsa Lurah Lambara Masyarakat Dinas Tata Ruang dan UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu (xii) 44 tentang desain rencana tersebut dan menginformasikan kepada masyarakat mengenai rencana bentuk pengelolaan TPS fly ash dan bottom ash. (i) 5 (ii) Pemasanga n batas/pond asi/pagar (iii) Keresahan masyakar at (iv) Masyarak at di sekitar lokasi (v) Menentukan dengan jelas batas-batas lahan milik masyarakat. Melibatkan masyarakat dan secara bersamasama dengan mereka dalam memasang patok-patok batas lokasi proyek. Pertanahan Kota Palu (vi) Di sekitar lokasi proyek (vii) Selama kegiatan pemagaran/ batas (viii) Memantau banyaknya/jumlah penduduk yang mengeluh dan mengidentifikasi jenis keluhan yang timbul Memantau persepsi masyarakat terhadap pemasangan batas lokasi pembangunan TPS fly ash dan bottom ash. (ix) Di sekitar lokasi proyek Kelurahan Lambara (x) Diakhir kegiatan pemagaran/ batas Pengawas: Lurah Lambara Masyarakat Dinas Tata Ruang dan Pertanahan Kota Palu Dinas LH Kota Palu (xi) Pengelola: Pemrakarsa Pemantau: Pemrakarsa Masyarakat Dinas Tata Ruang dan Pertanahan Kota Palu Pengawas: Lurah Lambara Masyarakat Dinas Tata Ruang dan Pertanahan Kota Palu Dinas LH Kota Palu UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu (xii) 45 Tahap Konstruksi (ii) (i) Rekruitmen 6 tenaga kerja 7 Penyediaan sarana jalan menuju lokasi TPS (iii) Keresahan masyarak at Keresah an masyar akat Peruba han morfolo gi sungai Berkura ngnya vegetasi dan ganggu an fauna Penuru nan (iv) Masyarak at di sekitar lokasi Masyar akat di sekitar lokasi Buanga n gas, debu, dan bising yang dihasilk an dari kendara an operasi onal Sepanja ng jalan (v) Rekrutmen tenaga kerja harus dilakukan secara proporsional dengan prioritas utama masyarakat di sekitar lokasi. Memberi pengarahan kepada tenaga kerja pendatang hendaknya beradaptasi dan berinteraksi dengan masyarakat setempat. Penentuan batas peruntukkan jalan dilakukan secara musyawarah dengan masyarakat sekitar dan diberi patok permanen. Melakukan sosialisasi pengukuran dan inteventarisasi pemilik tanah untuk peruntukan jalan, dan mencapai kesepakatan pengadaan tanahnya dengan memperhatikan harga kompensasi tanah (vi) Kelurahan Lambara Rencana rute jalur Kelurahan Lambara (vii) (viii) Selama Memantau jumlah kegiatan penduduk setempat rekruitmen yang diterima sebagai tenaga kerja tenaga kerja Memantau jumlah/jenis usaha sektor informal yang muncul akibat penerimaan tenaga kerja Memantau tingkat pendapatan penduduk setempat Memantau perkembangan kamtibmas selama dan setelah kegiatan pembangunan TPS fly ash dan bottom ash berlangsung (ix) Kelurahan Lambara Selama Memantau jumlah dan kegiataan jenis keluhan dari penyediaan/ masyarakat terkait pembuatan kegiatan pembukaan jalan jalan Memantau jumlah/jenis usaha sektor informal yang muncul akibat adanya saran jalan yang dibuka Memantau kondisi fisik Sungai Tawaeli dengan cara pengukuran debit dan pengamatan morfologi sungai Memantau jumlah dan jenis flora-fauna yang terganggu/hilang yang Rencana rute jalur Kelurahan Lambara (x) Diakhir kegiatan rekruitmen tenaga kerja Diakhir kegiataan penyediaan/ pembuatan jalan (xi) Pengelola: Pemrakarsa Pemantau: Pemrakarsa Dinas Tenaga Kerja Masyarakat Dinas LH Kota Palu Pengawas: Dinas Tenaga Kerja Masyarakat Dinas LH Kota Palu Pengelola: Pemrakarsa Pemantau: Pemrakarsa Masyarakat Dinas Tata Ruang dan Pertanahan Kota Palu Dinas perhubungan Pengawas: Lurah Lambara UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu (xii) 46 kualitas udara Peningk atan kebising an yang dilalui, di sekitar lokasi Jumlah dan jenis florafauna yang di sekitar yang disepakati antara kedua belah pihak PT. PJPP dan masyarkat. Melakukan koordinasi dengan instansi terkait dan lembaga yang ada di Kelurahan Lambara. Memasang ramburambu lalu lintas atau papan pemberitahuan yang ada hubungannya dengan kegiatan tersebut, seperti: hati-hati kendaraan proyek keluar-masuk, kurangi kecepatan (kecepatan max. 40 km/jam). Melakukan rekayasa timbunan di Sungai Tawaeli hingga pola arus dan debit sungai tetap sediakala Menutup material angkutan di mobil truk dengan terpal Menyiram tapak pembukaan jalan secara berkala Memasang prasarana jalan dan menanam pohon kembali di sekitar pinggir jalan Melakukan pekerjaan diluar jam sibuk dan padat lalu lintas, sehingga tidak memiliki nilaipenting Memantau kadar debu dan gas-gas oksida karbon, oksida nitrogen dan oksida sulfur di udara. Memantau kondisi jalan dan jumlah kecelakan yang terjadi akibat adanya kendaraan pembangunan TPS fly ash dan bottom ash. Memantau tingkat kebisingan yang timbul diakibatkan oleh kendaraan proyek. Masyarakat Dinas perhubungan Dinas Tata Ruang dan Pertanahan Kota Palu Dinas LH Kota Palu UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu 47 mengganggu jam istirahat dan aktivitas masyarakat Melakukan pengecekan kelayakan operasi peralatan dan kendaraan pengangkut. Tidak membunyikan kelakson secara berlebihan Pelaksana konstruksi diwajibkan menggunakan alatalat berat atau kendaraan pengangkut material dan peralatan konstruksi yang telah lulus uji emisi. Pelaksana konstruksi diharuskan melakukan penyiraman pada bagian areal kerja yang berdebu (khususnya pada jalan ekisting yang melintasi permukiman). Melaksanakan dan membuat papan pengumuman larangan menebang pohon/tanaman yang memiliki nilai penting dan berburu hewan spesies tertentu di wilayah kerja proyek. UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu 48 (i) 8 (ii) Mobilisasi peralatan dan bahan material (iii) Penuru nan kualitas udara Peningk atan kebising an Ganggu an lalulinta s Kerusak an (iv) Buanga n gas, debu, dan bising yang dihasilk an dari kendara an operasi onal Sepanja ng jalan Melaksanakan dan membuat penyuluhan/pengumu man pada pekerja dan masyarakat tentang larangan mengganggu satwa liar. Penyuluhan dilakukan terhadap masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi proyek. Materi yang disampaikan terutama adalah informasi tentang jenis-jenis satwa liar yang dilindungi dan harus tetap terjaga kelestarian dan keberadaannya. Melakukan revegetasi berupa tanaman pelindung dan beberapa tanaman hias (v) Menggunakan jalan di luar waktu-waktu kesibukan (pergi-pulang kantor, pasar dan sekolah). Memasang ramburambu lalu lintas atau papan pemberitahuan yang ada hubungannya dengan kegiatan tersebut, seperti: hatihati kendaraan proyek keluar-masuk, kurangi kecepatan (kecepatan (vi) Di sekitar lokasi proyek Kelurahan Lambara (vii) Selama kegiatan mobilisasi peralatan dan bahan material (viii) Memantau kadar debu dan gas-gas oksida karbon, oksida nitrogen dan oksida sulfur di udara. Memantau kondisi jalan dan jumlah kecelakan yang terjadi akibat adanya kendaraan pembangunan TPS fly ash dan bottom ash. Memantau tingkat kebisingan yang timbul diakibatkan oleh (ix) Di sekitar lokasi proyek (x) Diakhir kegiatan mobilisasi peralatan dan bahan material (xi) Pengelola: Pemrakarsa Pemantau: Pemrakarsa Dinas Perhubungan Polantas Masyarakat Dinas LH Kota Palu UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu (xii) 49 segmen jalan (i) 9 (ii) Pembangu nan basecamp (iii) Keresah an masyar akat Ganggu an estetika yang dilalui, di sekitar lokasi max. 40 km/jam). Menutup material angkutan di mobil truk dengan terpal Menyiram jalan lokasl (2 kali sehari) yang dilalui oleh kendaraan pengangkut. Menggunakan kendaraan operasional yang memenuhi standar kualitas emisi. Melakukan pemeliharaan jalan secara berkala (iv) (v) Masyar Membangun basecamp akat di dalam kawasan, . sekitar kalaupun dekat dengan lokasi permukiman, harus sepengetahuan Sejumla masyarakat setempat h limbah Pembuatan padat prasarana/sarana dan cair pengolahan limbah dan padat dan cair kegiata sementara n pekerja di baseca mp kendaraan proyek. (vi) Di sekitar lokasi proyek (vii) Selama kegaitan pembangun an basecamp (viii) Memantau saran dan keinginan masyarakat tentang kegiatan dalam basecamp. Pengawas: Dinas Perhubungan Polantas Dinas LH Kota Palu (ix) Di sekitar lokasi proyek (x) Diakhir kegiatan pemabngun an basecamp (xi) Pengelola: Pemrakarsa Pemantau: Pemrakarsa Masyarakat Pengawas: Lurah Lambara Masyarakat Dinas LH Kota Palu UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu (xii) 50 (i) 10 (ii) Pematanga n Lahan (iii) Penuru nan kualitas udara Peningk atan kebising an Hilangn ya vegetasi dan ganggu an fauna Kecelak aan kerja Mening katnya aliran permuk aan Peruba han bentang alam dan erosi (iv) Masyar akat di sekitar lokasi Naiknya besaran debu dan konsent rasi partikul at dan kebising an dari proses pekerja an konstru ksi Sejumla h pekerja di lokasi Jumlah dan jenis florafauna yang di sekitar Peruba han relief topograf i (v) Membangun batas proyek dengan pagar seng setinggi 2,5 m, untuk menghalangi abu/tanah lepas di permukaan dari kegiatan cut and fill, menuju ke luar lokasi proyek Menyiapkan topi/helm, sepatu, kaos tangan, masker dan fasilitas PPPK (pertolongan pertama pada kecelakaan) bagi para pekerja Menutup bak kendaraan ketika mengangkut bahan material Melakukan penyiraman rutin terjadap timbunan yang mengalami kekeringan Melakukan pengecekan kelayakan operasi peralatan dan kendaraan pengangkut, Tidak membunyikan kelakson secara berlebihan Pelaksana konstruksi diwajibkan menggunakan alat-alat berat atau kendaraan pengangkut material dan peralatan konstruksi yang telah lulus uji emisi. (vi) Di sekitar lokasi proyek (vii) (viii) Selama Memantau kadar debu kegiatan dan gas-gas oksida pematangan karbon, oksida nitrogen lahan dan oksida sulfur di udara. Memantau tingkat kebisingan yang timbul diakibatkan oleh kendaraan proyek. Memantau jumlah keluhan masyarakat tentang pelaksanaan kegiatan pematangan lahan Memantau jumlah dan jenis flora-fauna yang terganggu/hilang yang memiliki nilaipenting Memantau perubahan relief elevasi yang rentan mengalami erosi Memantau jumlah pekerja dan masyarakat yang menderita sakit/kecelakaan (ix) Di sekitar lokasi proyek (x) Diakhir kegiatan pematangan lahan (xi) Pengelola: Pemrakarsa Pemantau: Pemrakarsa Masyarakat Dinas Tenaga Kerja Dinas LH Pengawas: Lurah Lambara Masyarakat Dinas LH Kota Palu UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu (xii) 51 Membuka lahan sesuai dengan tata batas/rencana yang ditetapkan. Melaksanakan dan membuat papan pengumuman larangan menebang pohon/tanaman yang memiliki nilai penting dan berburu hewan spesies tertentu di lokasi pematangan lahan wilayah kerja proyek. Melaksanakan dan membuat penyuluhan/pengumum an pada pekerja dan masyarakat tentang larangan mengganggu satwa liar. Penyuluhan dilakukan terhadap masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi proyek. Materi yang disampaikan terutama adalah informasi tentang jenis-jenis satwa liar yang dilindungi dan harus tetap terjaga kelestarian dan keberadaannya. Melakukan revegetasi berupa tanaman pelindung dan beberapa tanaman hias Selain dari revegetasi juga akan dibangun parit calon drainase UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu 52 (i) 11 (ii) Pembangu nan fasilitas peyimpana n Limbah B3 fly ash dan bottom ash (iii) Penuru nan kualitas udara Peningk atan kebising an Kecelak aan kerja Rentan longsor lokal/ke cil (iv) Naiknya besaran debu dan konsent rasi partikul at dan kebising an dari proses pekerja an konstru ksi Sejumla h pekerja di lokasi Dinding fasilitas penyim panan fly ash dan untuk mengatur aliran permukaan dan menekan laju erosi, jika terjadi hujan lebat Mempertahankan habitat satwa liar diantaranya dengan meminimalkan pembukaan lahan, terbatas pada lokasi yang digunakan untuk pembangunan pabrik dan fasilitas penunjangnya. (v) Menyiapkan topi/helm, sepatu, kaus tangan, sumbat telinga (ear plug), masker dan fasilitas PPPK bagi para pekerja. Secara berkala menyirami sekitar lokasi yang berpotensi menimbulkan debu (sedikitnya 2 x sehari). Menanam pepohonan (sebaiknya yang bernilai keindahan) di sekililing lokasi yang dapat berfungsi sebagai pohon pelindung serta penyaring debu dan peredam kebisingan. Membangun pagar beton/batako setinggi ± 3,5 m di sekililing lokasi yang dapat berfungsi untuk menahan debu (vi) Di sekitar lokasi proyek (vii) Selama tahap pembangun an fasilitas peyimpanan Limbah B3 fly ash dan bottom ash (viii) Memantau tingkat penurunan kualitas udara terutama kadar debu dan partikulat lain. Memantau intensitas tingkat kebisingan selama kegiatan pembanunan fasilitas penyimpanan berlangsung Memantau keluhan masyarakat sekitar Memantau kestabilan tanah/dinding fasilitas penyimpanan fly ash dan bottom ash Memantau jumlah pekerja dan masyarakat yang menderita sakit/kecelakaan Memantau kondisi fasilitas penyimpanan yang harus sesaui dengan PP. 101 Tahun (ix) Di sekitar lokasi proyek (x) Diakhir kegiatan pembangun an fasilitas peyimpanan Limbah B3 fly ash dan bottom ash (xi) Pengelola: Pemrakarsa Pemantau: Pemrakarsa Dinas Tenaga Kerja Masyarakat Pengawas: Dinas Tenaga Kerja Masyarakat Dinas LH Kota Palu UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu (xii) 53 bottom ash permukaan untuk tidak keluar lokasi dan sebagai barrier kebisingan. Kekuatan bangunan harus mempertimbangkan faktor kegempaan wilayah ini. Gempa terbesar yg pernah terjadi di sekitar wilayah ini 7,6 SR. Dilarang parkir kendaraan alat berat dan dump truk di sekitar fasilitas penyimpanan waste impoundment, agar tidak ada beban di atasnya Selain kegiatan operasional penyimpanan, kendaraan alat berat dilarang untuk beraktivitas agar tidak menimbulkan getaran yang berlebihan dan kontinu Melakukan galian dengan sistem tanah lapisan dibuat berteras, dan segeran menempatkan fly ash dan bottom ash sebagai penyangga untuk menghindari longsor lokal/kecil. 2014 dan perencanaan selama pembangunan UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu 54 (i) 12 (ii) Pembangu nan/pengad aan fasilitas penunjang: Sumber air Sumber dan jaringan listrik Jalan khusus dan drainase Kantor Gudang/ parkir alat berat dan pencucia n mobil Parkir, RTH, dan taman Bak sampah (iii) Keresah an masyar akat Kecelak aan kerja Ganggu an kuantita s air tanah Penuru nan kualitas udara Peningk atan kebising an Ganggu an kesehat an Ganggu an estetika (iv) Masyar akat di sekitar lokasi Penuru nan debit distribus i PDAM dan produks i air tanah Naiknya besaran debu dan konsent rasi partikul at dan kebising an dari proses pekerja an konstru ksi Sejumla h pekerja di lokasi Timbula n bau dan vektor penyakit (v) Menyiapkan topi/helm, sepatu, kaus tangan, sumbat telinga (ear plug), masker dan fasilitas PPPK bagi para pekerja. Melakukan pencampuran semen dengan hati-hati sedemikian debunya tidak terbang kemanamana. Secara berkala menyirami sekitar lokasi yang berpotensi menimbulkan debu (sedikitnya 2 x sehari). Kekuatan bangunan harus mempertimbangkan faktor kegempaan wilayah ini. Gempa terbesar yg pernah terjadi di sekitar wilayah ini 7,6 SR. Menanam pepohonan (sebaiknya yang bernilai keindahan) di sekililing lokasi yang dapat berfungsi sebagai pohon pelindung serta penyaring debu dan peredam kebisingan (bibit disiapkan oleh pemrakarsa). Menggunakan material perpipaan yang standar dan tidak mudah (vi) Di sekitar lokasi proyek (vii) Selama tahap Pembangun an/pengada an fasilitas penunjang (viii) Memantau tingkat penurunan kualitas udara terutama kadar debu dan partikulat lain. Memantau intensitas tingkat kebisingan selama kegiatan pembanunan berlangsung Memantau jumlah pekerja dan masyarakat menderita sakit/kecelakaan Memantau kualitas dan debit air tanah (sifat fisik, kimia dan biologi) yang digunakan Memantau kebersihan lingkungan sekitar Memantau kondisi sumur waga sekitar Memantau jenis dan kualitas komponen listrik yang digunakan Memantau keluhan dari masyarakat sekitar proyek (ix) Di sekitar lokasi proyek (x) Diakhir kegiatan Pembangun an/pengada an fasilitas penunjang (xi) Pengelola: Pemrakarsa Pemantau: Pemrakarsa Dinas Tenaga Kerja Masyarakat Pengawas: Dinas Tenaga Kerja Masyarakat Dinas LH Kota Palu UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu (xii) 55 terkena karat dan patah. Dengan sistem distribusi tertutup, yaitu menggunakan pipa yang memunuhi standar yang telah ditentukan. Usahakan sambungan antara pipa tidak ada yang bocor. Menempatkan kran di setiap terminal pipa untuk menghindari air tidak terbuang percuma. Penggunaan air harus terkontrol dan tetap memperhatikan kebutuhan masyarakat di sekitar lokasi pembangunan/ pengelolaan TPS fly ash dan bottom ash. Menggunakan komponen listrik yang berkualitas tinggi untuk menghindari terjadinya hubungan pendek. Mengurangi penggunaan alat yang dapat menambah kebisingan. Jika dalam keadaan darurat, digunakan genset yang paling rendah mengeluarkan getaran dan bising. Menempatkan genset pada ruang terisolasi tetapi tempat tersebut mempunyai ventilasi UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu 56 Lantai lapangan parkir menggunakan papin atau pasir dan kerikil yang diratakan, bukan cor beton yang menutupi lahan secara keseluruhan Mengisi taman dengan tumbuhan berdaun rindang. Penguraian tinja oleh bakteri anaerob (tanpa oksigen) membutuhkan lingkungan yang kedap, sehingga septic tank harus tertutup dan diberi lapisan semen di semua sisi, sebab jika tidak dilapisi tidak hanya akan mencemari air tanah tetapi juga membuat proses penguraian tinja secara anaerob terhambat. Jika septic tank penuh maka akan dihisap oleh mobil penghisap tinja Menempatkan septic tank berjarak jaruh dari sumber air bawah permukaan Membuang sampah pada tempatnya, jika full langsung dibawa ke tempat penampungan sampah dan langsung dibakar untuk menghindari lalat, bau, dan gangguan estetika UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu 57 (ii) (i) Tahap Operasi Demobilisa 13 si peralatan dan bahan material (iii) Penuru nan kualitas udara Peningk atan kebising an Ganggu an (iv) Menyiapkan TPS limbah B3/fasilitas penyimpanan oli bekasdi bengkel. Limbah oli bekas ditampung dalam drum yang diletakkan pada lantai rata, tidak bergelombang dan kedap terhadap rembesan fluida agar tidak ada ceceran oli yang merembes ke tanah. Oli bekas tsb sama sekali tidak boleh di buang ke laut atau sungai atau di tempattempat lain yg bisa mencemari dan merusak lingkungan hidup. Sebaiknya tetap ditampung sambil menunggu atau mencari orang yang kemungkinan bisa menggunakan oli bekas tersebut untuk tujuan lain. (v) Buanga Menggunakan jalan di n gas, luar waktu-waktu debu, kesibukan (pergi-pulang dan kantor, pasar dan bising sekolah). yang Memasang rambudihasilk rambu lalu lintas atau an dari papan pemberitahuan kendara yang ada hubungannya an dengan kegiatan (vi) Di sekitar lokasi proyek Kelurahan Lambara (vii) (viii) Selama Memantau kadar debu tahap dan gas-gas oksida pascakonstr karbon, oksida nitrogen uksi dan oksida sulfur di udara. Memantau kondisi jalan dan jumlah kecelakan yang terjadi akibat adanya kendaraan pembangunan TPS fly (ix) (x) Di sekitar lokasi proyek Kelurahan Lambara Diakhir kegiatan demobilisasi peratan dan bahan material (xi) Pengelola: Pemrakarsa Pemantau: Pemrakarsa Dinas Perhubungan Polantas Masyarakat UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu (xii) 58 lalulinta s Kerusak an segmen jalan (i) 14 (ii) Pengopera sian dan Pemelihara an TPS fly ash dan bottom ash (iii) Penuru nan kualitas udara Peningk atan kebising an Ganggu an lalulinta s Kerusak an segmen jalan Kecelak aan kerja dan operasi tersebut, seperti: hational hati kendaraan proyek keluar-masuk, kurangi Sepanja kecepatan (kecepatan ng jalan max. 40 km/jam). yang dilalui, Menutup material di angkutan di mobil truk sekitar dengan terpal lokasi Menyiram jalan lokal (2 kali sehari) yang dilalui oleh kendaraan pengangkut. Menggunakan kendaraan operasional yang memenuhi standar kualitas emisi. Melakukan pemeliharaan jalan secara berkala (iv) (v) Buanga Menyiapkan topi/helm, n gas, sepatu, kaos tangan, debu, masker dan fasilitas dan PPPK (pertolongan bising pertama pada yang kecelakaan) bagi para dihasilk pekerja an dari Menggunakan jalan kendara dilakukan di luar waktuan waktu kesibukan (pergioperasi pulang kantor dan onal sekolah). Sepanja Memasang rambung jalan rambu lalu lintas atau yang papan pemberitahuan dilalui, yang ada hubungannya di dengan kegiatan sekitar tersebut, seperti: hatilokasi hati kendaraan proyek keluar-masuk, kurangi Penuru ash dan bottom ash. Memantau tingkat kebisingan yang timbul diakibatkan oleh kendaraan proyek. (vi) Di sekitar lokasi proyek Kelurahan Lambara (vii) Selama kegiatan operasional (viii) Memantau penurunan kualitas air tanah warga Memantau kadar debu dan gas-gas oksida karbon, oksida nitrogen dan oksida sulfur di udara. Memantau jumlah pekerja dan masyarakat menderita sakit/kecelakaan Memantau jumlah kecelakan yang terjadi akibat aktivitas kendaraan pengangkut Memantau keluhan dari masyarakat di sekitar TPS fly ash Pengawas: Dinas Perhubungan Polantas Dinas LH Kota Palu (ix) Di sekitar lokasi proyek Kelurahan Lambara (x) 2x setahun atau persemester selama kegiatan operasional (xi) Pengelola: Pemrakarsa Pemantau: Pemrakarsa Dinas Perhubungan Polantas Dinas Tenaga Kerja Masyarakat Dinas LH Kota Palu Pengawas: Lurah Lambara UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu (xii) 59 ganggu an ksehata n Ganggu an kualitas air tanah Potensi abu terbang dan perlindi an nan kecepatan (kecepatan paramet max. 40 km/jam). er Menyiram jalan sekitar kualitas (2 kali sehari) yang air dilalui oleh kendaraan tanah pengangkut. Sejumla Memlihara jalan secara h berkala pekerja Menggunakan di lokasi kendaraan operasional yang memenuhi standar kualitas emisi. Memasang pengumuman dilarang merokok Melatih karyawan untuk menanggulangi bahaya kebakaran, landslide, dan gempa. Melakukan penyimpanan fly ash dan bottom ash terlebih dahulu pada ruang yang berdekatan dengan dinding fasilitas penyimpanan waste impoundment hingga padat, merata, dan penuh untuk menyangga dinding tersbut Lapisan tanah setempat harus dipadatkan hingga memenuhi kriteria padat sebagai filter/penghalang 3, kemudian dialasi dengan geomembran sebagai filter/penghalang tahap dan bottom ash Memantau segmen jalan yang rusak. Memantau intensitas tingkat kebisingan selama kegiatan ini berlangsung. Memantau komponen fasilitas penyimpanan fly ash dan bottom ash Masyarakat Dinas LH Kota Palu UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu 60 (i) 15 (ii) Pemanfaata n dan penimbuna n akhir Limbah B3 (iii) Penuru nan kualitas air udara (iv) Buanga n gas, debu, dan bising 2 jika terdapat air yang lolos dari filter tahap 1 (jika terjadi kebocoran). Hal ini dilaukan untuk menghindari lindi. Menutupi fly ash dan bottom ash dengan geomembran. Agar tidak mengalami kebocoran, geomembran disambung hingga rekat seperti menyatu, kemudian dibentangkan di atas tumpukan fly ash dan bottom ash yang memanjang hingga ke tepi drainase. Geomembran tersebut kemudian ditindis oleh ban/karung pasir sebagai pemberat. Hal ini dilakukan agar air hujan tidak tertampung/tergenang dan merembes. Melakukan penanaman pohon pelindung sebagai jalur green belt untuk meredam bising dan debu Mencuci dump truk dan alat berat yang telah beroperasi (v) Menyiapkan topi/helm, sepatu, kaos tangan, masker dan fasilitas PPPK (pertolongan pertama pada (vi) Di sekitar lokasi proyek (vii) Selama kegiatan operasional (viii) Memantau bentuk, penempatan dan pengelolaan TPS Memantau kualitas udara (ix) Di sekitar lokasi proyek (x) 2x setahun atau persemester selama kegiatan (xi) Pengelola: Pemrakarsa Pemantau: UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu (xii) 61 fly ash dan bottom ash dari TPS Peningk atan keisinga n Ganggu an kesehat an pekerja Tahap Psaca Operasi (ii) (i) Penutupan 16 TPS fly ash dan bottom ash (iii) Penuru nan kualitas air tanah Peningk atan kebising an Memantau intesitas kebisingan Memantau keluhan dari masyarakat sekitar yang kecelakaan) bagi para dihasilk pekerja an dari Menyiram jalan sekitar kendara (2 kali sehari) yang an dilalui oleh kendaraan operasi pengangkut. onal Menggunakan Sejumla kendaraan operasional h yang memenuhi standar pekerja kualitas emisi. di lokasi Mencuci dump truk dan alat berat yang telah beroperasi (iv) Naiknya besaran debu dan konsentrasi partikulat dan kebisingan dari proses pekerjaan penutupan (v) Melakukan reklamasi kembali ex-lahan fasilitas penyimpanan Melakukan penyiraman lahan 2x sehari Menanam pepohonan (sebaiknya yang bernilai keindahan) Melakukan pemanfaatan ex-lahan TPS dengan sepengatuhan masyarkat dan lembaga/instansi terkait Memanfatkan ex-lahan TPS untuk usaha/kegiatan yang tidak meresehakan masyarakat sekitar dan mencemari lingkungan operasional Pemrakarsa Lurah Lambara Masyarakat Dinas LH Kota Palu Pengawas: Masyarakat Lurah Lambara Dinas LH Kota Palu (vi) Di sekitar lokasi proyek (vii) Selama kegiatan penutupan (viii) Memantau kadar debu dan gas-gas oksida karbon, oksida nitrogen dan oksida sulfur di udara. Memantau keluhan saran, pendapat, dan tanggapan dari masyarakat (ix) Di sekitar lokasi proyek (x) Diakhir kegiatan penutupan (xi) Pengelola: Pemrakarsa Pemantau: Pemrakarsa Lurah Lambara Masyarakat Dinas LH Kota Palu Pengawas: Lurah Lambara Masyarakat Dinas LH Kota Palu UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu (xii) 62 D. JUMLAH DAN JENIS PPLH YANG DIBUTUHKAN Dalam hal usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan yaitu Rencana Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Limbah B3 Fly Ash dan Bottom Ash oleh PT. Pusaka Jaya Palu Power di Kelurahan Lamabara Kecamatan Tawaeli Kota Palu, memerlukan beberapa jenis izin atau aturan untuk tujuan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yaitu Izin penyimpanan sementara limbah bahan berbahaya dan beracun (Limbah B3). UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu 63 E. SURAT PERNYATAAN Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Albert Wu Jabatan : Direktur Perusahaan : PT. Pusaka Jaya Palu Power Alamat : Kel. Lambara Kec. Tawaeli Kota Palu Alamat Kantor : Jln. Yodo Panau No. HP : 0451 – 492509 Adalah penanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan termasuk pengelolaan dan pemantauan lingkungan dari usaha dan/atau kegiatan Nama : Pembangunan/Pengelolaan TPS fly ash dan bottom ash Lokasi : Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu Dengan ini menyatakan dengan sungguh-sungguh bahwa: 1. Dalam menyusun dokumen/formulir isian UKL-UPL atas usaha dan/atau kegiatan tersebut di atas, kami senantiasa mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku 2. Bersedia melaksanakan upaya pengelolaan dan pemantauan, serta bersedia secara berkala melaporkan hasilnya kepada Dinas Lingkungan Hidup Kota Palu dan instansi terkait minimal 2 kali dalam setahun, yaitu pada Bulan Juni dan Desember tahun berjalan 3. Bersedia dipantau terhadap dampak dari usaha dan/atau kegiatan kami oleh pihak yang memiliki surat tugas dari pejabat yang berwewenang menurut ketentuan dan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku 4. Apabila kami lalai melaksanakan upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan, maka kami bersedia mengehentikan usaha dan/atau kegiatan kami serta bersedia menanggung risiko yang ditimbulkannya serta ditindak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku 5. Bersedia menyusun kembali formulir UKL-UPL apabila terjadi setiap perubahan, perluasan lokasi dan/atau pengembangan dan kegiatan laninnya yang belum dimasukkan dalam dokumen ini Palu, Maret 2017 PT. PUSAKA JAYA PALU POWER Direktur, Albert Wu UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu 64 F. DAFTAR PUSTAKA Pustaka Ilmiah Alley, E.R., (2007): Water Quality Control Handbook, 2nd Eds, McGraw-Hill Arsyad, S (1989): Konservasi Tanah dan Air, Penebit IPB Bowles, E.J., alih bahasa Halnim, J.K., (1984): Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis Tanah (Mekanika Tanah), Penerbit Erlangga Canter, Larry W., (1977): Environmental Impact Assessment, McGraw-Hill Book Company Craig, F.R., (1987): Mekanika Tanah (Terjemahan dari Soil Mecahanicd 4th edition), Erlangga Daud, A., (2010): Analisis Kualitas Lingkungan, Penerbit Ombak Dunne,T., (1977): Evaluation of Erosion Condition and Trend. In Guidelines for Watershed Management. FAO Conservation Guide No.1. p.53-83 Godish,Th., (2003): Air Quality, 4th Eds, Lewis Publisher Hadi, A., (2007): Prinsip Pengelolaan Pengambilan Sampel Lingkungan, PT Gramedia Pustaka Utama Hamer, W.I., (1982): Soil Conservation. Consultant Final Report. Tech. Note No. 26 Centre For Soil Research Hardjasoemantri, K., (1993): Hukum Perlindungan Lingkungan Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Edisi Kedua. Cetakan Pertama. Gadjah Mada Unversity Press Harto, S., (1993): Analisis Hidrologi. Cetakan Pertama. PT. Gramedia Pustaka Utama Kementerian Lingkungan Hidup. (2007): Memprakirakan Dampak Lingkungan: Kualitas Udara, Deputi Bidang Tata Lingkungan Kementerian Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Mueller-Dombois, D. and Ellenberg, H., (1974): Aims and Methods of Vegetation Ecology. Canada: John Wiley and Sons, Inc. UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu 65 Notoatmodjo, (2003): Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta Odum, E.P., (1971): Fundamental of Ecology. Third Edition. W.B. Sounders Co. Philadelphia and London, 546 pp. Primack, R.B.I., Suproanto, M., dan Kramadibrata, P., (1998): Biologi Konservasi, Yayasan Obor Indonesia Purba, Jonny., (2002): Pengelolaan Lingkungan Sosial. Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup. Penerbit Obo Rump. H. and H. Kirst. (1992): Laboratory Manual For The Examination of Water. Waste and Soil. 2nd ed. VCH. Reynolds, J.M., (1997): An Introduction to Applied and Environmental Geophysics, John Wiley & Sons Inc. Samingan, T., (1992): Prosedur Pendugaan dan Penilaian Dampak Terhadap Vegetasi. Prosiding Seminar I: Metodologi Prakiraan Dampak Dalam Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Nopember 1992 Soerianegara, I dan Indrawan, A., (2002): Ekologi Hutan Indonesia. Bogor: Laboratorium Ekologi Hutan. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Soemarwoto, O., (2001): Atur Diri Sendiri; Paradigma Baru Pengelolaan Lingkungan Hidup Gadjah Mada University Press Sukamto, R., Sumadirdja, H., Suptandar, S., Hardjoprawiro, S., dan Sudana, D., (1973): Peta Geologi Tinjau Lembar Palu, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Sompotan, A.F., (2012): Struktur Geologi Sulawesi, Perpustakaan Sains Kebumian, ITB. Srikandi, F., (1992): Polusi Air dan Udara. Edisi I. Cetakan I. Kanisius Yayasan Sukandarrumidi, (2011): Pemetaan Geologi, Gadjah Mada University Press Taib, T.M.I., (1999): Eksplorasi Geolistrik, Program Studi Teknik Geofisika, ITB Tamin, OZ, (2000): Perencanaan dan Pemodelan Transportasi, Penerbit ITB UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu 66 Tjasyono, B. HK. (1986): Iklim dan Lingkungan. Penerbit PT. Cendekia Jaya Utama Triatmodjo, (2008): Hidrologi Terapan, Bet Offset USEPA, (2003): Compilation of Air Pollutan Emission Factors (Paved Roads),AP 42, 5th Eds, Vol I Pustaka Peraturan Perundang-undangan Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 1991 tentang Sungai Peraturan Pemerintah No. Pencemaran Udara 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan Peraturan Pemerintah No. 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 02 Tahun 2008 tentang Pemanfaatan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 18 Tahun 2009 Tentang Tata Cara Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahya dan Beracun Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 30 Tahun 2009 tentang Tata Laksana Perizinan dan Pengawasan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Serta Pengawasan Pemulihan Akibat Pencemaran Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Oleh Pemerintah Daerah Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 16 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu 67 Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 17 Tahun 2012 tentang Pedoman Keterlibatan Masyarakat Dalam Proses Analisis Dampak Lingkungan Hidup Dan Izin Lingkungan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 14 Tahun 2013 tentang Simbol dan Label Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 05 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah Peraturan Menteri Kesehatan Nomor:416/MEN.KES/PER/IX/1990 tentang Syarat-Syarat Dan Pengawasan Kualitas Air Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 11/PRT/M/2011 tentang Pedoman Penyelanggaraan Jalan Khusus Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 19/PRT/M/2011 tentang Persyaratan Teknis Jalan Dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup tentang Baku Tingkat Kebisingan No. Kep-48/MENLH/11/1996 Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 37 Tahun 2003 tentang Metoda Analisis Kualitas Air Permukaan Dan Pengambilan Contoh Air Permukaan Kepmen Kes No. 876/Menkes/SK/VIII/2001 tentang Pedoman Teknis Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan Pedoman Survei Pencacahan Lalu Lintas Dengan Cara Manual, 2004, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah Peraturan Daerah Kota Palu No. 16 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Palu Tahun 2010-2030 UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-1 LAMPIRAN UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-2 Lampiran 1. BUKTI FORMAL SURAT-SURAT PERUSAHAAN UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-3 Lampiran 2. RONA AWAL LINGKUNGAN HIDUP A. KOMPONEN GEOFISIKA – KIMIA 1. IKLIM Data iklim untuk wilayah studi diambil dari Stasion Meteorologi di Bandara Mutiara Palu. Stasion Meteorologi ini terletak pada koordinat 54’ 56,94’’ LS dan 1190 54’ 19,86’ BT, pada ketinggian 84 meter dpl. Data ini meliputi suhu, kelembaban udara, dan angin, sedangkan data curah hujan diambil dari pos pengamatan curah hujan di Kecamatan Tawaeli yang terletak pada koordinat 119o 52’ 08,4” BT - 00o 43’ 58,1” LS. a) Suhu Udara Hasil pencatatan suhu di Stasion Meteorologi Mutiara Palu pada 2007– 2016, menunjukkan bahwa suhu udara rata-rata bulanan tertinggi (29,5oC) terjadi pada Oktober 2015 dan suhu udara rata-rata bulanan terendah (20,5oC) terjadi pada Maret 2014. Keadaan suhu di wilayah penelitian untuk 10 tahun terakhir disajikan dalam Tabel (L-1). b) Kelembaban Udara Kelembaban udara yang dicatat pada stasiun yang sama untuk 10 tahun terakhir berkisar antara 69 – 84%. Dalam kurun waktu tersebut, kelembaban udara tertinggi terjadi pada Januari 2014 yakni 84%, sedangkan kelembaban udara terendah terjadi pada September 2009, yaitu 69%. Secara lengkap, keadaan kelembaban udara di wilayah penelitian untuk 10 tahun terakhir disajikan dalam Tabel (L-2). UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-4 Tabel L-1: Nilai suhu udara dalam oC menurut bulan (2007-2016) No. Bulan 2007 2008 2009 1 Januari 27,2 26,9 27,1 2 Februari 24,1 27,1 26,8 3 Maret 27,2 26,5 26,9 4 April 27,9 26,4 27,0 5 Mei 28,1 26,8 27,5 6 Juni 27,5 26,6 27,4 7 Juli 27,0 25,9 26,7 8 Agustus 27,0 25,7 28,1 9 September 26,3 26,5 28,7 10 Oktober 28,2 26,8 28,2 11 November 27,3 26,9 28,5 12 Desember 27,9 26,9 27,9 Rata-rata 27,1 26,6 27,6 Sumber:Stasion Meteorologi Palu, 2016 2010 27,4 28,1 28,7 28,7 28,2 27,1 27,1 26,7 27,0 27,7 28,2 27,6 27,7 Tahun 2011 2012 27,3 27,1 26,5 27,5 26,9 27,6 27,8 27,8 28,0 28,2 27,9 27,7 27,2 26,4 28,0 27,3 27,1 27,9 28,1 28,8 28,2 28,3 27,6 27,9 27,6 27,7 2013 27,7 27,7 28,5 28,2 28,0 28,0 26,6 26,8 27,6 27,9 28,0 27,9 27,7 2014 26,1 26,7 20,5 24,4 28,5 28,0 28,2 27,2 27,6 27,59 27,59 27,59 26,7 2015 27,7 27,7 28,5 27,3 28,0 28,0 26,6 26,8 27,6 29,5 28,0 27,9 27,8 2016 29,0 28,8 29,2 28,9 28,8 27,9 27,7 28,4 27,7 27,4 28,1 27,6 28,3 Tabel L-2: Kelembaban udara relatif dalam % menurut bulan (2007-2016) No. Bulan 2007 2008 2009 1 Januari 79 78 76 2 Februari 81 75 77 3 Maret 77 79 78 4 April 76 81 80 5 Mei 78 77 77 6 Juni 78 79 75 7 Juli 82 82 76 8 Agustus 79 83 73 9 September 77,8 80 69 10 Oktober 71,3 80 71 11 November 77,3 80 73 12 Desember 75,0 79 74 Rata-rata 78 79 75 Sumber:Stasion Meteorologi Palu, 2016 2010 76 72 70 73 79 82 80 82 81 76 74 75 77 Tahun 2011 2012 76 80 79 76 78 75 73 76 76 73 76 74 76 82 73 78 80 74 73 72 75 75 78 77 76 76 2013 77 76 73 77 77 74 81 78 77 75 77 76 77 2014 84 78 74 76 76 79 76 77 78 78 78 78 78 2015 77 76 73 83 77 74 81 78 77 75 77 77 77 2016 71 72 73 74 77 78 78 74 76 79 75 76 75 c) Curah Hujan Curah hujan merupakan salah satu parameter pening yang harus dianalisis dan dipertimbangkan, hal ini berhubungan dengan prakiraan laju aliran permukaan untuk menghitung debit maksimum dan dasar dalam perencanaan drainase di lokasi TPS. UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-5 Tabel L-3: Curah dan hari hujan di Kecamatan Tawaeli menurut bulan (2014-2016) 2014 (mm) Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah HH 16 2 3 2 14 5 5 5 2 1 3 7 65,00 Total CH 365 21 5,2 17,3 282 66,2 58,1 33,5 12,5 13 14 73,5 961,30 Max Min Rata2 HH 55 12 5,2 15,8 25 19,5 29 11 9 13 7 31 232,5 2 9 5,2 1,5 15 5 2,6 3 3,5 13 3 1 22,81 10,50 5,20 8,65 20,14 13,24 11,62 6,70 6,25 13,00 4,67 10,50 133,28 12 8 6 5 4 9 3 2 2 3 5 2 61,00 2015 (mm) Total Max Min CH 115 21 1 131 29 5 54 19 2 58,5 20 1 19 11 1 122,7 26 5 27,5 10,5 7 21,5 12,5 9 23,3 22 1,3 26,7 21 2 10 3 1 7,7 4 3,7 616,90 199 2016 (mm) Rata2 HH 9,58 16,38 9,00 9,75 4,75 13,63 9,17 10,75 11,65 8,90 2,00 3,85 109,41 5 5 3 3 4 4 5 2 4 10 4 8 57,00 Total CH 11,3 14,5 11,4 6,1 20 8,2 30,3 11,8 41,6 312,1 44 127,5 638,80 Max Min Rata2 3,5 5,3 6,2 2,7 10 4,5 10,4 6,3 18,6 124 21 42 254,5 1 1 2,2 1 1 1,3 1,1 5,5 2 1 2 2 2,26 2,90 3,80 2,03 5,00 2,73 6,06 5,90 10,40 31,21 11,00 15,94 99,23 Sumber: Stasion Meteorologi Mutiara Palu (pos hujan Tawaeli), 2017] UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-6 Tabel L-4: Curah dan hari hujan di Kota Palu menurut bulan (2007-2016) Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Rata2 Jan Feb Mar 111 89 49 37 13 135 12 56 73 59 32 12 65 88 45 110 24 46 51 28 35 137 34,8 33,4 56 58 64,6 27 8,8 261,7 66 43 76 Apr 55 59 162 80 24 99 58,5 42,2 70 87,1 74 Bulan Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des 79 104 143 108 48 27 76 61 30 55 187 199 61 103 50 21 28 40 44 16 10 13 54 55 82 123 112 100 114 67 44 39 34 76 33 52 101 51 54 48 16 53 166 83 15 32 28 79 49,8 97 130 79,8 98,4 57,2 152 69 68,8 25,60 41,90 119,00 31 30 37 105 32,4 113 21 5 20 12 42,5 56,7 66,4 61,9 47,5 64 187 21,1 34 48 75 94 81 56 58 56 57 Total Max Min 949 949 563 864 669 751 906 705 493 923 777 143 199 162 123 101 166 152 137 113 262 156 27 13 10 12 24 15 28 26 5 9 17 Sumber: Stasion Meteorologi Mutiara Palu, 2017 UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-8 Analisis curah hujan mula-mula dilakukan untuk memperoleh periode ulang yang diperkirakan dari analisis frekuensi, untuk menunjukkan interval waktu antara kejadian-kejadian. Probabilitas bahwa suatu kejadian akan menyamai atau lebih besar dari suatu nilai tertentu (debit atau hujan dengan periode ulang T), atau dengan kata lain probabilitas bahwa suatu kejadian atau peristiwa akan terjadi dalam satu tahun mempunyai bentuk berikut: ܲ(ܳ ≥ ்ܳ ) = 1 ܶ Misalnya debit dengan periode ulang T =20 tahun adalah ܳଶ = 100 ݉ ଷ/ ݀, maka probabilitas kejadian dari debit tersebut setiap tahun adalah: ܲ(ܳ ≥ ܳଶ) = 1 = 0,05 = 5% 20 Artinya pada tahun tersebut sebesar 5% terjadi kemungkinan debit ܳଶ = 100 ݉ ଷ/݀. Metodologi analisis menggunakan bentuk fungsi distribusi kontinyu (teooritis), yang sering digunakan dalam analisis frekuensi untuk hidrologi yaitu distribusi Gumbel. Model distribusi ini banyak digunakan untuk analisa data maksimum, seperti analisis frekuensi banjir. Distribusi Gumber mempunyai sifat bahwa koefisien skewness ܥ௩ = 1,14 dan koefisien kurtosisi ܥ = 5,40. UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-9 Syarat jumlah data yang harus digunakan dalam analisis harus lebih dari 8. Dalam laporan ini, data yang tersedia untuk pos curah hujan Tawaeli hanya tersedia 3 tahun, sedangkan Stasion Meteorologi Mutiara tersedia 10 tahun. Sehingga dalam analisis diambil asumsi bahwa titik pengamatan di stasion mutiara dianggap mewakili wilayah Tawaeli. Gambar L-1: Posisi Pos hujan Tawaeli Diketahui data hujan harian maksimum di Stasion Meteorologi Palu untuk 10 tahun terakhir (2007-2016) dan bentuk probabilitas untuk distribusi Gumbel ditunjukkan pada tabel berikut No (m) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 p (mm) 142,8 199 161,5 123 100,6 166 152 137 112,5 261,7 Urutan p (mm) (2011) 100,6 (2015) 112,5 (2010) 123 (2014) 137 (2007) 142,8 (2013) 152 (2009) 161,5 (2012) 166 (2008) 199 (2016) 261,7 ࡼ= (%) + 9 18 27 36 45 55 64 73 82 91 ࢀ= (࢚ࢇࢎ࢛) ࡼ 11 5,50 3,67 2,75 2,20 1,83 1,57 1,38 1,22 1,10 UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-10 ഥ = dan deviasi standar ࢙ Yang memiliki nilai rata-rata ࢞ 1 ݔҧ= ݔ = 155,61 ݊ ୀଵ 1 )ଶ = 46,85 =ݏඩ ( ݔ− ݔҧ ݊− 1 ୀଵ Kemudian nilai ݕ = 0,4952 dan ߪ = 0,9676 adalah nilai rerata dan deviasi standar dari variat Gumbel, yang nilainya tergantung dari jumlah data ݊ = 10 ݔ = ݔҧ − ܶ ln ቀln ቀܶ − 1ቁቁ+ ݕ ߪ ݏ Dengan menggunakan persamaan diatas, maka diperoleh perhitungan curah hujan untuk periode ulang (tahun) sebagai berikut: Periode ulang T (tahun) Hujan (mm) 2 149,37 5 204,25 10 240,59 25 286,50 Selanjutnya melakukan analisis intensitas durasi frekuensi (IDF) untuk memperkirakan debit aliran puncak berdasarkan data hujan titik (satu stasion pencatat hujan). Jenis data tersedia dalam bentuk hujan harian, oleh karena itu pembuatan kurva IDF menggunakan Metode Monobe. Dengan menggunakan persamaan berikut: ଶ ܴଶସ 24 ଷ ܫ௧ = ൬ ൰ 24 ݐ UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-11 Tabel L-5: Hasil perhitungan curah hujan durasi untuk setiap periode ulang Durasi (menit) 5 10 15 20 45 60 120 180 240 300 2 271,42 170,99 130,49 107,71 62,73 51,78 32,62 24,90 20,55 17,71 Periode ulang (tahun) 5 10 371,15 437,18 233,81 275,41 178,43 210,17 147,29 173,50 85,78 101,04 70,81 83,41 44,61 52,54 34,04 40,10 28,10 33,10 24,22 28,53 25 520,61 327,96 250,28 206,60 120,32 99,32 62,57 47,75 39,42 33,97 Gambar L-2: Analisis durasi frekuensi hujan di Kota Palu UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-12 d) Arah dan Kecepatan Angin Untuk data angin, jenis data yang dikumpulkan yaitu arah angin dan kecepatan angin (knot) dalam kurun waktu sepanjang 2016 menurut bulan. Data ini diambil di Stasion Meteorologi Mutiara Palu. Arah dan kecepatan angin yang disajikan dalam bentuk diagram frekuensi dan distribusi mawar angin. Berdasarkan hasil analisis dan pemodelan mawar angin, diperoleh nilai kisaran kecepatan angin 10 – 19 knot atau setara dengan 5 – 9,5 m/s. Dimana, arah angin yang bertiup dominan dari barat laut – utara pagi hingga menjelang sore hari, dan arah tenggara – selatan pada sore menjelang malam atau pagi. UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-13 Gambar L-3: Diagram mawar angin bulan Januari 2016 UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-14 Gambar L-4: Diagram mawar angin bulan februari 2016 UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-15 Gambar L-5: Diagram mawar angin bulan Maret 2016 UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-16 Gambar L-6: Diagram mawar angin bulan April 2016 UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-17 Gambar L-7: Diagram mawar angin bulan Mei 2016 UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-18 Gambar L-8: Diagram mawar angin bulan Juni 2016 UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-19 Gambar L-9: Diagram mawar angin bulan Juli 2016 UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-20 Gambar L-10: Diagram mawar angin bulan Agustus 2016 UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-21 Gambar L-11: Diagram mawar angin bulan September 2016 UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-22 Gambar L-12: Diagram mawar angin bulan Oktober 2016 UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-23 Gambar L-13: Diagram mawar angin bulan November 2016 UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-24 Gambar L-14: Diagram mawar kecepatan angin bulan Desember 2016 UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-26 2. KUALITAS UDARA Pengumpulan data kualitas udara dilakukan dengan cara pengamatan/ pengukuran langsung di lapangan dengan menggunakan “air pump sampling”. Kemudian sampel tersebut dianalisis di laboratorium. Pengambilan sampel udara bertujuan untuk mengetahui kondisi udara di sekitar lokasi kegiatan. Ada beberapa parameter kualitas udara yang diukur, antara lain SO2, NO2, CO, Pb, dan debu. Dimana parameter tersebut sangat berpengaruh terhadap kondisi kualitas udara ambien yang ada di lokasi. Demikian juga akan berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat, antara lain gangguan pernafasan yang bermukim di sekitar lokasi kegiatan. Tabel L-6: Hasil analisis laboratorium tentang kualitas udara Parameter Udara Ambien KabonMonooksida (CO) μg/Nm3 Hasil Analisis 51,96 Nitrogen Dioksida (NO2) μg/Nm3 40,00 400 Sulfur Dioksida (SO2) μg/Nm3 66,74 900 Timah Hitan (Pb) μg/Nm3 0,00 2 Unit Baku Mutu* 30.000 Debu μg/Nm3 16,67 230 Sumber: Hasil analisis Laboratorium Analisis Sumberdaya Alam dan Lingkungan Fakultas Pertanian UNTAD, 2017. Keterangan: * = Baku mutu udara berdasarkan PP RI No. 41 Tahun 1999. UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-27 Untuk mengetahui kualitas udara di sekitar lokasi kegiatan, maka diperlukan analisis tentang kandungan SO2, NO2, CO, Pb, dan debu agar dapat diketahui kemungkinan terjadinya dampak akibat kegiatan tersebut. Parameter yang diteliti, cara pengambilan sampel, dan metode analisis dilakukan sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Hasil analisis laboratorium untuk kualitas udara disajikan pada Tabel (L-6). Karbon monoksida merupakan pencemar udara yang paling besar dan umum dijumpai. Sebagian CO terbentuk akibat proses pembakaran bahan-bahan karbon yang digunakan sebagai bahan bakar, secara tidak sempurna. Sumber terbesar senyawa ini adalah aktivitas transportasi. Kandungan CO di daerah studi adalah 51,96 μg/Nm3di dalam lokasi kegiatan. Nilai tersebut masih berada di bawah ambang batas sesuai dengan PP No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, yaitu 30.000 μg/Nm3. Nitrogen dioksida (NO2) merupakan senyawa nitrogen sebagai polutan kimia yang memiliki sifat toksik yang cukup berbahaya. Dapat bersumber dari pembakaran dan asap kendaraan bermotor. Kadar NO2 dalam udara di lokasi kegiatan yaitu 40 μg/Nm3yang berarti masih di bawah ambang batas yang dipersyaratkan, yaitu 400 μg/Nm3. Sulfur dioksida (SO2) merupakan pencemar yang paling umum, terutama ditimbulkan akibat pembakaran bahan bakar fosil yang mengandung sulfur tinggi dalam bentuk sulfur organik dan anorganik. Kandungan SO2 berdasarkan hasil uji laboratorium yaitu 66,74 μg/Nm3. Nilai tersebut masih berada jauh dari ambang batas yang dipersyaratkan Baku Mutu PP No.41 Tahun 1999 yaitu 900 μg/Nm3. UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-28 Sumber pencemaran timbal (Pb) terbesar berasal dari pembakaran bensin, dimana dihasilkan berbagai komponen timbal (Pb). Timbal (Pb) dicampurkan ke dalam bensin sebagai anti letup atau anti knock aditif dengan kadar sekitar 2,4 gram/gallon. Timbal (Pb) yang digunakan untuk anti knock adalah tetraetil timbal (C2H5)4Pb. Logam ini dapat meracuni lingkungan dan mempunyai dampak pada seluruh sistem di dalam tubuh. Timbal dapat masuk ke tubuh melalui inhalasi, makanan dan minuman serta absorbsi melalui kulit. Timbal (Pb) juga merupakan salah satu unsur logam berat yang berbahaya jika konsentrasi melibihi ambang batas. Pada lokasi kegiatan tidak ditemukan adanya kandungan polutan Pb (0 μg/Nm3). Sumber artifisial debu adalah pembakaran minyak bumi, batu bara dan lainlain yang dapat menghasilkan gejala yaitu partikulat yang terdiri atas karbon dan zat-zat lain yang melekat padanya. Akibat lingkungan yang berdebu akan berdampak pada penimbunan debu dalam paru-paru manusia yang bekerja dan bertempat tinggal di sekitar lokasi tersebut. Gangguan kesehatan akibat debu tergantung pada lamanya kontak, kandungan debu dalam udara, jenis debu, dan lain-lain. Kandungan debu di lokasi kegiatan masih tergolong rendah, yaitu 16,67 μg/Nm3, dimana ambang batas debu di udara sesuai dengan PP No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara adalah 230 μg/Nm3. Berdasarkan hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa tidak ada parameter-parameteryang melebihi nilaiambang batas yang dipersyaratkan dalam PP No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Dengan kata lain, kondisi udara di sekitar lokasi kegiatan masih dalam keadaan yang sangat alami. UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-29 3. KEBISINGAN Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha dan/atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Tingkat kebisingan merupakan ukuran energi bunyi yang dinyatakan dalam desibel (dB). Baku tingkat kebisingan merupakan batas maksimal tingkat kebisingan yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan dari usaha dan/atau kegiatan sehingga tidak menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Metode pengukuran yang digunakan di lapangan dengan cara pengukuran sederhana. Alat yang digunakan yaitu soundlevel meter untuk mengukur tingkat tekanan bunyi (dB) selama 3 menit untuk tiap pengukuran. Kemudian pembacaan dilakukan setiap 30 detik dan dituliskan nilai maksimumminimumnya. Waktu pengukuran dilakukan selama 2 jam pada pukul 11.00 WITA (pengambilan sampel sesaat). Kemudian, evaluasi dilakukan dengan membandingkan data kebisingan dengan baku tingkat kebisingan (Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: Kep-48/MENLH/11/1996 Tentang Baku Tingkat Kebisingan). Peruntukan kawasan dan/atau lingkungan kegiatan perindustrian memiliki baku tingkat kebisingan sebesar 70 dB. Dari hasil pengukuran diperoleh kisaran nilai kebisingan 53,0 – 60,5 dB, Berdasarkan data tersebut, nilai kebisingan rona awal tidak melewati BML. UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-30 4. BAHAYA ALAM a) Kegempaan Salah satu penyebab terjadinya “gempabumi tektonik” adalah aktivitas sesar. Sesar Palu–Koro merupakan salah satu sesar aktif yang terdapat di Pulau Sulawesi. Sesar ini merupakan salah satu pemicu terjadinya gempa bumi di Kota Palu. Sesar ini bergeser secara tersendat-sendat, sehingga pengumpulan energi yang cukup untuk menimbulkan pergeseran yang tiba-tiba kemungkinannya kecil. Namun pergeseran yang tiba-tiba biasanya menimbulkan gempa dengan magnitudo yang besar, yang dapat menimbulkan kerusakan besar dan korban jiwa manusia. Gambar L-15: Penampakkan Sesar Palu-Koro dari model SRTM UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-31 Kerusakan akan lebih besar bila pusat gempa terletak di Teluk Palu karena dapat menimbulkan “tsunami”, yang terutama akan menghantam permukiman sekitar pantai yang mengelilingi teluk tersebut. Gempabumi tahun 1927 merupakan salah satu gempa besar yang pernah terjadi di wilayah ini. Gempa ini menimbulkan tsunami dengan amplitudo paling besar di sekitar pantai antara Talise – Mamboro. Kemungkinan dampak bencana gempabumi hampir terjadi di seluruh wilayah Kota Palu karena Kota Palu dilalui oleh sesar aktif Palu-Koro. Kemungkinan kerusakan akan terjadi pada bangunan-bangunan atau rumah-rumah tua ataupun bangunan-bangunan atau rumah-rumah baru yang konstruksinya tidak tahan gempa. Jika gempa tersebut disertai tsunami, maka dampak bencana yang terjadi akan lebih besar lagi, khususnya di sekitar wilayah pantai. Beberapa kelurahan yang rawan diterjang tsunami, sekaligus rawan gelombang pasang akibat iklim, adalah Watusampu, Buluri, Tipo, Silae, Lere, Besusu Barat, Talise, Layana Indah, Mamboro, Taipa, Kayumalue, Mpanau, Baiya dan Pantoloan. Kejadian gempa dan tsunami, disamping bisa merusak atau menghancurkan sarana/prasarana umum dan rumah-rumah penduduk juga bisa menimbulkan korban jiwa. Kesimpulan Berdasarkan uraian informasi kegempaan di atas, diketahui rencana lokasi pembangunan TPS fly ash dan bottom ash oleh PT. Pusaka Jaya Palu Power, merupakan area yang berada di wilayah rentan terjadi gempa karena dilalui oleh Sesar Palu-Koro. UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-32 Pencegahan kerusakan struktur sebagai akibat langsung dari gaya inersia akibat perencanaan gerakan tanah dapat dilakukan melalui proses Fasilitas TPS, yang tidak membuat kontruksi/bangunan untuk penempatan fly ash dan bottom ash namun tetap berada pada benang merah peraturan pengelolaan Limbah B3 yang berlaku. Mengingat tingkat risiko getaran baik dari kendaraan operasional maupun getaran alami (gempa bumi) dapat membahayakan dan/atau merobohkan bangunan pengurung fly ash dan bottom ash. Oleh karena itu, hal ini menjadi salah satu pertimbangan memilih site dan bentuk TPS dengan konsep waste impoundment dengan model semi landfill. b) Banjir Dalam PP. RI. No. 101 Tahun 2014 Pasal 14 menerangkan bahwa lokasi Penyimpanan Limbah B3 harus bebas banjir dan tidak rawan bencana alam. Pada uraian kali ini bencana yang dibahas yaitu banjir, dimana lokasi TPS mestinya bebas/tidak bahaya banjir. Oleh karena itu, perlu dilakukannya analisis dan pemetaan tingkat bahaya banjir di sekitar lokasi. Peta tingkat bahaya banjir ini di peroleh berdasarkan hasil analisis overlay atau tumpang sususn dan hasil penentuan bobot dengan metode Analisis Hirarki Proses (AHP) dari setiap parameter penyebab terjadinya banjir. Analisa daerah rawan banjir pada penelitian ini menggunakan bantuan Sistem Informasi Geografis (SIG) dengan input data atau parameter curah hujan, kelerangan, topografi, jenis tanah, penggunaan lahan, hidrologi sungai, dan hasil survey lapangan. UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-33 AHP adalah suatu model pendukung keputusan yang menguraikan masalah multi-faktor atau multi-kriteria yang kompleks menjadi suatu hierarki, yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty (1993). AHP sering digunakan sebagai metode pemecahan masalah dibandingkan dengan metode yang lain karena alasan-alasan sebagai berikut: - Struktur yang berhierarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih, sampai pada sub kriteria yang paling dalam. - Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh pengambil keputusan. - Memperhitungkan daya tahan output analisis sensitivitas pengambilan keputusan. Analisa ini dilakukan untuk menentukan nilai kerawanan dan risiko lokasi sekitar TPS terhadap bencana banjir. Nilai kerawanan banjir ditentukan dari total penjumlahan skors seluruh parameter yang dipakai dalam analisis (yang berpengaruh terhadap banjir): = ܭ (ܹ × ܺ) ୀଵ Keterangan: K = Nilai Kerawanan Wi = Bobot untuk parameter ke-i Xi = Skor kelas pada parameter ke-i Menurut Kingma (1991), penentuan tingkat kerawanan dilakukan dengan membagi sama banyak nilai-nilai kerawanan dengan jumlah interval kelas, yang ditentukan dengan persamaan sebagai berikut: =ܫ ܴ ݊ UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-34 Keterangan I = Lebar interval R = Selisih skor maksimum dan skor minimum n = Jumlah kelas kerawanan banjir Daerah yang sangat rawan terhadap banjir akan mempunyai total nilai yang tinggi, dan sebaliknya daerah yang tidak rawan terhadap banjir akan mempunyai total nilai yang rendah. Berdasarkan hasil analisis dan pemetaan tingkat bahaya banjir di sekitar lokasi TPS, diperoleh luasan daerah tingkat Tidak berbahaya banjir (42 %),, Agak berbahaya banjir (54 %),, dan Berbahaya banjir (4 %).. Dimana lokasi TPS masuk dalam kriteria wilayah tidak berbahaya akan banjir dan jarak dari Sungai Tawaili pun > 200 m. Hasil pemetaan tingkat bahaya banjir ditunjukkan pada da gambar berikut: Gambar L-16: Hasil analisis dan pemetaan tingkat bahaya banjir di sekitar lokasi TPS UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-35 c) Longsor dan Erosi 1) Longsor Berdasarkan konsep perencanaan pembangunan Fasilitas Penyimpanan Limbah B3 untuk fly ash dan bottom ash oleh PT. Pusaka Jaya Palu Power, rancangan yang digunakan yaitu konsep waste impoundment (model pengurung limbah) semi landfill. Hal ini tentunya akan membuat kegiatan untuk mengrekayasa lahan cutt dan fill sehingga menghasilkan tebing-tebing lokal (site lokasi dan gambar detail akan diuraikan di dokumen rencana detail). Berdsarkan hal tersebut maka berabagai variabel prediktor pemicu longsor yang bisa dinilai yaitu: 1. Tingginya curah hujan – Curah hujan yang tinggi adalah salah satu penyebab terjadinya bencana longsor. Ketika musim kemarau panjang, tanah akan kering dan membentuk pori-pori tanah (rongga tanah) dan selanjutnya terjadi keretakan pada tanah tersebut. Apabila hujan datang, otomatis air hujan akan masuk ke dalam rongga tanah atau pori-pori tanah yang terbuka tadi. Air hujan yang telah memenuhi rongga, menyebabkan terjadinya pergeseran tanah. Yang akhirnya mengakibatkan longsor dan erosi tanah. 2. Hancurnya bebatuan – Batu yang rentan longsor adalah bebatuan yang berada di lereng, dengan jenis batu yaitu sedimen kecil. Biasanya batu di lereng itu sifatnya lapuk atau tidak memiliki kekuatan dan mudah hancur menjadi tanah, inilah pemicu terjadinya tanah longsor. UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-36 3. Tumpukan sampah – Sampah yang menumpuk tidak hanya menjadi penyebab banjir, akan tetapi juga tanah longsor. Ya, sampah sebagai pemicu longsor bila sampah tersebut telah menggunung ditambah dengan tekanan dari air hujan berintensitas tinggi. 4. Getaran – Getaran kecil yang disebabkan oleh lalu lintas kendaraan di sekitar lereng perbukitan, tidak secara langsung mengakibatkan tanah jadi longsor. Tetapi berproses, pertama jalanan di lereng bukit yang sering dilewati kendaraan perlahan akan mengalami keretakan yang jika dibiarkan, lama-lama akan longsor. Sementara getaran besar yang langsung menyebabkan tanah longsor antara lain diakibatkan oleh bahan peledak atau gempa bumi. 5. Erosi – Erosi merupakan pengikisan tanah. Penyebabnya bermacam-macam, salah satunya adalah aliran sungai yang terus mengikis tebing di sekelilingnya. Terlebih jika tebing itu tidak memiliki penahan berupa pepohonan, maka kemungkinan besar tanah pada tebing bisa longsor. 6. Lereng dan tebing yang terjal – Proses pembentukan lereng atau tebing terjal adalah lewatnya angin dan air di sekitar lereng yang berdampak pada pengikisan lereng tersebut. 7. Kelebihan beban – Adanya beban yang terlampau berat akan memberi tekanan pada tanah, sehingga tanah mudah longsor. UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-37 2) Erosi Kegiatan utama tahap ini ialah membuka dan/atau membersihkan lahan dengan sistem cut and fill. Terutama pada kegiatan pemotongan dan penimbunan lahan mengakibatkan hilangnya vegetasi penutup tanah, perubahan topografi, sehingga kemungkinan dampak yang terjadi pada tanah ialah peningkatan laju erosi. Ini diakibatkan oleh hilangnya jenis vegetasi penutup dan terbongkarnya lapisan tanah. Untuk memprakirakan besaran laju erosi yang terjadi sebelum dan sesudah adanya proyek, dihitung menggunakan persamaan: ܲܥ ܵ ܮ ܭ ܴ = ܧ E = Rata-rata erosi tanah tahunan R = Indeks erosivitas hujan K = Faktor erodibiltas tanah L = Faktor panjang lereng S = Faktor kemiringan lereng C = Faktor pengelolaan tanah dibandingkan dengan tanah yang terus terbuka P = Faktor pengawetan tanah dibandingkan dengan tanah tanpa pengawetan Nilai indeks erosivitas hujan dihitung menggunakan persamaan: ܴ = 0,41 ܪଵ,ଽ Diketahui curah hujan rata-rata tiga tahun terakhir di stasion meteorologi mutiara Palu sebesar 113,97 mm/tahun. Maka, ܴ = 0,41(113,97)ଵ,ଽ = 71,562 Kemudian faktor panjang lereng dihitung menggunakan persamaan: UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-38 =ܮඨ ܮ 22 Berdasarkan pengamatan lapangan, panjang lereng rata-rata 80 m, sehingga diperoleh, Selanjutnya, faktor =ܮඨ 80 = 1,90 22 kemiringan lereng dihitung menggunakan persamaan: ݏଵ,ସ ܵ= ቀ ቁ 9 Dimana kemiringan lereng berkisar 8-15 %, jika diambil nilai 12% maka; diperoleh, 12 ଵ,ସ ܵ = ൬ ൰ = 1,49 9 Nilai K dan CP diambil dari sumber Ambar dan Sjafrudin (1979), dimana K = 0,12 untuk jenis tanah latosol, serta nilai CP yang menyatakan untuk hutan, semak, dan kebun nilai CP berkisar 0,01. Kondisi ini sesuai dengan keadaan awal sebelum dilakukan pematangan lahan untuk kepentingan pembangunan TPS, maka diperoleh nilai laju erosi kondisi awal sebesar; ܧௗ = ܴܲܥܵܮܭௗ = 71,562 × 0,12 × 1,90 × 1,49 × 0,01 = 0,24 ton/Ha/tahun Kemudian, nilai erosi yang diprakirakan ketika pembangunan TPS telah berjalan/beroperasi dengan nilai CP untuk jenis kebun pekarangan yaitu 0,20, maka diperoleh UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-39 ܧ௧ = ܴܲܥܵܮܭ௧ = 71,562 × 0,12 × 1,90 × 1,49 × 0,20 = 4,86 ton/Ha/tahun Sehingga besarnya selisih laju erosi yang diprakirakan sebelum ܧௗ dan sesudah adanya proyek ܧ௧ ∆ܧ = ܧௗ − ܧ௧ = 4,86 − 0,24 = 4,62 ton/Ha/tahun Selanjutnya luas lahan yang akan ditempati calon TPS hanya sekitar 2,1 Ha yang akan dikonversi menjadi tapak lokasi TPS dan sarana penunjangnya, maka dengan dikonversikannya kondisi lahan yang semula hutan, semak, dan kebun menjadi lokasi TPS, dapat diprakirakan dampak erosi yang akan terjadi yaitu 4,62 ton/Ha/tahun x 2,1 Ha = 9,7 ton/tahun. Berdasarkan nilai soil loss hasil prediksi laju erosi di lokasi penelitian sebelum ada proyek sebesar 0,24 ton/Ha/tahun, sesudah ada proyek 4,86 ton/Ha/tahun, selisih 4,62 ton/Ha/tahun, dan lahan yang akan ditempati calon TPS hanya sekitar 2,1 Ha yaitu 9,7 ton/tahun. Nilai-nilai tersebut masih termasuk dalam kategori erosi kelas I; sangat ringan < 15 ton/Ha/tahun. UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-40 5. GEOLOGI Secara regional stratigrafi dan litologi batuan yang menyusun wilayah di sekitar lokasi TPS fly ash dan bottom ash oleh PT. Pusaka Jaya Palu Power adalah satuan Molasa Celebes (QTms). Formasi ini berumur Miosen–Pliosen. Litologinya adalah konglomerat, batupasir, batulempung dan batulanau. Penyebarannya meliputi bagian barat dan timur wilayah Kota Palu. Formasi ini merupakan penyusun utama bagian timur Teluk Palu, memanjang dari utara Tawaili ke arah selatan melewati Biromaru. Di bagian barat penyebarannya relatif sempit. Kemudian di bagian barat terdapat satuan Aluvium dan dan Endapan Pantai (Qal). Formasi ini berumur Holosen. Litologinya terdiri atas kerikil, pasir, lanau dan lempung. Sifat fisiknya lepas-lepas dan pengendapannya masih berlangsung hingga sekarang. Formasi ini merupakan endapan batuan di permukaan, terbentuk sebagai hasil rombakan dari perbukitan-perbukitan yang mengelilinginya. Selain wilayah pantai, pusat Kota Palu secara keseluruhan juga tersusun oleh formasi ini. Struktur geologi utama yang terdapat di wilayah ini adalah struktur graben yang dikenal sebagai “sesar Palu–Koro”. Sesar (patahan lapisan litosfer) ini merupakan “sesar geser aktif” dengan kecepatan pergeseran sekitar 14–17 mm/tahun. Struktur geologi lainnya, selain struktur utama di atas, adalah sesar geser dan sesar normal, dengan dimensi yang lebih kecil, yang mematahkan batuan-batuan intrusi granit dan granodiorit, Molasa Celebes dan Komplek Batuan Malihan. Struktur-struktur kecil ini mempunyai arah yang relatif tidak seragam dan banyak gejala tersebut dijumpai di sepanjang jalur sesar Palu–Koro. Sesar normal yang dijumpai dengan dimensi yang relatif besar adalah Sesar Janedo. Sesar ini terletak di bagian timur Kota Palu dan sejajar dengan jalur Sesar Palu–Koro. UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-41 Gambar L-17: Peta geologi regional di sekitar lokasi TPS Fly ash dan bottom ash oleh PT. Pusaka Jaya Palu Power Berdasarkan penelitian langsung di lapangan, daerah penelitian ini berada di sekitar Sungai Tawaeli yang berada di Kelurahan Lambara dan sekitarnya, Kecamatan Tawaeli. Pada lokasi pertama yaitu pada koordinat 0o44’07,9” LS dan 119o52’36,3” BT dan lokasi ke dua yaitu pada koordinat 0o44’04,1” LS dan 119o52’35,6” BT, lokasi tersebut memiliki ketinggian 18-100 m.dpl dan termasuk dalam daerah pedataran (Van Zuidam, 1985). UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-42 Pada Gambar (L-18) dapat dilihat bagaimana susunan batuan sedimen pada bagian selatan Sungai Tawaeli. Singkapan tersebut tersusun atas persilangan antara batuan konglomerat, dan batupasir. Tinggi singkapan tersebut ±2,5 meter dengan tebal top soilnya yaitu ±10 cm, tebal lapisan pertama (konglomerat) ± 1,5 meter, tebal lapisan ke dua (batupasir) ± 0,5 meter dan tebal lapisan ke tiga (konglomerat) ± 0,6 meter. Gambar L-18: Singkapan dan sketsa lapisan batuan titik pertama Pada Gambar (L-19) dapat dilihat bagaimana susunan batuan sedimen pada bagian Utara Sungai Tawaeli. Singkapan tersebut tersusun atas persilangan antara batuan konglomerat, batupasir lanauan dan lanau. Tinggi singkapan tersebut ± 1,5 meter dengan tebal top soilnya yaitu ±10 cm, tebal lapisan pertama (konglomerat) ± 0,6 meter, tebal lapisan ke dua (batupasir lanaunan) ± 0,5 meter dan tebal lapisan ke tiga (lanau) ± 0,4 meter. UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-43 Gambar L-19: Singkapan dan sketsa lapisan batuan titik kedua 6. GEOTEKNIK DAN DAYA DUKUNG TANAH Pada Pekerjaan Pembangunan TPS Limbah B3 fly ash dan bottom ash yang berlokasi di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah dilaksanakan pengujian daya dukung tanah. Pelaksanaan peyelidikan tanah ini bertujuan untuk mendapatkan data-data mengenai kondisi tanah pada lokasi pekerjaan tersebut utamanya yang menyangkut daya dukung tanah serta sifat-sifat fisik (indeks properties) dan sifat-sifat teknik tanah (engineering properties). Penyelidikan meliputi penyelidikan lapangan yaitu Uji Sondir dan Hand Bor. Dalam observasi lapangan dilakukan juga pengambilan sampel baik sampel asli maupun sampel tanggung yang nantinya akan dilakukan analisis pengujian tanah di laboratorium sesuai dengan permintaan. Data-data yang diperoleh dapat menjadi bahan acuan dalam perencanaan dan kelayakan pekerjaan tersebut. UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-44 Dari hasil analisis dan pengujian di lapangan dan di Laboratorium dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Daya dukung tanah untuk pada kedalaman 0 m – 1,6 m daya dukung jelek, 1,8 m – 2,6 m daya dukung sedang, 2,8 m – 3,2 m daya dukung baik, sedangkan daya dukung sangat baik berada pada kedalaman 3,4 m – 3,8 m dengan pembacaan manometer >200 kg/cm2. 2. Analisis daya dukung fondasi dalam (fondasi tiang pancang dan fondasi bor pile) tidak dapat dilakukan karena data sondir hanya sampai 3,8 m. Maka untuk bangunan berlantai 3 keatas perlu dilakukan bor log dengan menguji SPT sampai kedalaman minimum 20m. 3. Dari data hand bor dilapangan dari pengamatan visual menunjukan bahwa material di lokasi termasuk material jenis tanah yang berbutir halus (lanau mengandung lempung) pada kedalaman sekitar 0 – 3 m, dan pada kedalaman 3,0 m – 4,0 m lapisan tanah adalah kerikil dengan campuran lanau dan batu. 4. Dari data permeabilitas tanah yang diambil dari hand bor pada kedalaman sekitar 2,6 m – 2,8 m yang diuji di Laboratorium diperoleh rata-rata kecapatan rembes air adalah sebesar 0,00017626 cm/detik. 5. Dari pengujian Geser Langsung diperoleh sudut geser 9,9 derajat dan kohesi 0,119 km/cm2. 7. GEOLISTRIK BAWAH PERMUKAAN Penyelidikan struktur lapisan bawah permukaan di lokasi TPS, menggunakan metode geolistrik (Electrical Resisitivity Method). Metode ini mengukur beda potensial ∆ܸ sebagai respon injeksi arus listrik ܫke dalam bumi. Dari hasil pengukuran tersebut kemudian dihitung nilai hambatan jenis batuan bawah permukaan yang akan ditransformasi kedomain geologi. UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-45 Konfigurasi pengukuran menggunakan konfigurasi dipol-dipol dimana jumlah ekspansi 8, jumlah elektroda 26, jarak elektroda 2 m, nilai n=1, dan kedalaman target 5 m. Gambar L-20: Sinyal data hasil pengukuran geolistrik ERT Gambar L-21: Penampang struktur lapisan bawah permukaan di lokasi TPS hasil penyelidikan metode geolistrik ERT dan hand bor UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-46 Dari hasil penyelidikan geolistrik ERT dan hand bor, diperoleh struktur lapisan batuan bawah memiliki litologi batuan sebagai berikut: Pada kedalaman target dari permukaan hingga 5 m.bmt tidak diperoleh adanya indikasi air tanah dekat permukaan (akuitar/semi bebas), dimana penyusun batuan yang mendominasi yaitu lanau berlempung, kemudian disisipi oleh kerikil, konglomerat, dan batupasir. Lanau dan lempung ini merupakan lapisan yang bersifat kedap air. Hal ini tentunya menguntungkan dari aspek kelayakan fisik untuk pembangunan TPS konsep waste impoundment, dimana lapisan lanau berlempung tersebut dapat membantu lapisan apisan geomembran dan tanah yang telah dikompakkan, untuk menahan infiltrasi air vertikal (interaksi hujan dan fly ash) “jika terjadi tampungan/bocor” agar tidak menerus masuk ke dalam lapisan pembawa air tanah/akuifer. UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-47 8. HIDROGEOLOGI DAN KUALITAS AIR TANAH Penyelidikan kondisi hidrogeologi air tanah bertujuan untuk melihat kedalaman muka air tanah (MAT). Hal ini penting untuk dilakukan, agar data tersebut menjadi bahan pertimbangan mengenai rencana pembuatan fasilitas TPS fly ash dan bottom ash agar pada saat melakukan rekayasa lahan, tidak terpengaruh oleh air bawah pemukaan maupun pada saat pemanfaatan/pengoperasi TPS. Metode pengukuran yang digunakan untuk menyelidiki kedalaamn muka air tanah (MAT) adalah Geolistrik Vertical Electrical Sounding (VES). Titik pengukuran sebanyak 2 titik ukur. Titik ukur PLTU1 berada pada koordinat 00 44' 32.8" LS dan E 1190 52' 48.3" BT dengan ketinggian ± 78 m dari permukaan laut (m dpl). Untuk titik sounding PLTU2 terletak di sebelah Barat dayanya, pada koordinat 0044'34.8"LS dan 1190 52' 47.1" BT dengan ketinggian ± 72m.dpl. Untuk memperoleh distribusi harga hambatan jenis setiap lapisan bawah permukaan, data hasil pengukuran diolah dengan menggunakan Program Progress Ver 3.0. Gambar L-22: Penampang geolistrik VES Titik Ukur PLTU01 UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-48 Lapisan I terdeteksi dekat permukaan dengan ketebalan ±0.87m yang merupakan lapisan penutup, dengan kondisi kering. Lapisan yang sama terdeteksi pada kedalaman ±2.09 m bawah muka tanah setempat (m bmt) dengan ketebalan ±2.13m. Pada kedalaman ±6.24 m bmt lapisan ini terdeteksi kembali dengan ketebalan yang cukup besar, yakni sebesar ±13.52m. Dari harga hambatan jenisnya, lapisan ini diduga merupakan lapisan yang cukup kering. Lapisan II terdeteksi berselang seling dengan Lapisan I, pada kedalaman ±0.87m bmt, dan ±4.22m bmt. Ketebalan lapisan ini terdeteksi cukup besar pada kedalaman ±19.76m bmt hingga ±59.13m bmt, dengan ketebalan ±39.37m. Lapisan ini cukup konduktif yang diduga merupakan lapisan yang cukup basah dan kedap air. Lapisan III terdeteksi pada kedalaman ±59.13m bmt. Ketebalan dan kedalaman batas bawahnya lapisan ini tidak terdeteksi. Berdasarkan pendugaan litologinya dan nilai hambatan jenis, lapisan ini diduga dapat meloloskan air yang merupakan lapisan akuifer air tanah. Gambar L-23: Penampang geolistrik VES Titik Ukur PLTU02 UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-49 Lapisan I terdeteksi dekat permukaan dengan ketebalan ±0.78m yang merupakan lapisan penutup, dengan kondisi kering. Lapisan yang sama terdeteksi pada kedalaman ±1.75 m bmt sampai dengan kedalaman ±19.27 m bmt. dengan ketebalan ±2.13m. Ketebalan lapisan ini yang cukup besar, mencapai sebesar ±17.52m. Dari harga hambatan jenisnya, lapisan ini diduga merupakan lapisan yang cukup kering. Lapisan II terdeteksi berselang seling dengan Lapisan I, pada kedalaman ±0.78m bmt dengan ketebalan yg cukup tipis, yakni sebesar ±0.97m. Lapisan yang sama terdeteksi pada kedalaman ±19.27m bmt hingga ±78.43m bmt, dengan ketebalan mencapai ±59.16m. Lapisan ini cukup konduktif yang diduga merupakan lapisan yang cukup basah dan kedap air. Lapisan III terdeteksi pada kedalaman ±78.43m bmt. Ketebalan dan kedalaman batas bawah lapisan ini tidak terdeteksi. Berdasarkan pendugaan litologinya dan nilai hambatan jenis, lapisan ini diduga merupakan lapisan akuifer air tanah yang dapat meloloskan air. Kemudian untuk mengetahui kualitas air tanah setempat, sampel air tanah diambil pada salah satu sumur warga terdekat dengan lokasi. Cara pengukuran dan evaluasi kualitas air tanah berpedoman pada Peraturan Pemerintah RI No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air untuk mutu air Kelas I. Hasil analisis sifat fisik air seperti temperatur air pada lokasi pengamatan adalah 26,730C. Temperatur tersebut merupakan temperatur alami air di daerah pengamatan. Temperatur yang terlalu tinggi dapat menurunkan nilai oksigen terlarut dalam air yang juga berpengaruh terhadap BOD air. UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-50 Tabel L-7: Hasil analisis laboratorium tentang kualitas air tanah No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Parameter Temperatur Residu terlarut Residu tersuspensi Konduktivitas Turbiditas Salinitas pH BOD COD DO Total fosfat sebagai P NO3 sebagai N NH3-N NO2-N Timbal (Pb) Seng (Zn) Sulfat (SO4) Satuan O C mg/L mg/L mS/cm NTU % mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L Hasil Analisis# 26,73 397 1,08 0,62 4,06 0,03 6,83 1,23 6,04 10,96 0,02 1,33 0,00 0,02 0,00 0,00 2,44 Baku Mutu * 1000 50 6-9 2 10 6 0,2 10 0,5 0,06 0,03 0,05 400 Sumber: Hasil analisis Laboratorium AnalisisSumberdaya Alam dan Lingkungan Fakultas Pertanian UNTAD, 2017. Keterangan: * = Baku mutu air berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 82 Th. 2001 Kelas I. # = Air tanah/ air bersih di Kelurahan Lambara, Kecamatan Tawaeli Kota Palu Pengukuran suhu menjadi sangat penting dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan karena suhu air sangat berpengaruh terhadap nilai dan besaran parameter kimia yang menjadi target pengamatan. Oleh karena itu, parameter suhu menjadi tolak ukur dalam analisis dan interpretasi hasil pengamatan atau pengukuran. Kandungan residu terlarut dalam air disebabkan oleh senyawa organik dan anorganik dalam bentuk terlarut. Hasil analisis menunjukkan kandungan padatan terlarut adalah 397 mg/L. Hasil tersebut masih berada pada nilai ambang batas yang dipersyaratkan dalam PP RI No. 8 UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-51 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air untuk mutu air Kelas I. Residu tersuspensi di dalam air akan mengurangi penetrasi sinar matahari ke dalam air sehingga akan mempengaruhi regenerasi oksigen. Hasil analisis menunjukkan residu tersuspensi yang sangat rendah, yaitu 1,08 mg/L. Nilai tersebut masihjauhdi bawah nilai ambang batas yang dipersyaratkan, yaitu 50 mg/L. Kekeruhan atau turbiditasmerupakan suatu parameter pengukuran banyaknya padatan tersuspensi dalam larutan dengan menggunakan efek cahaya sebagai dasar untuk mengukur keadaan air baku dengan skala NTU (nephelometric turbidity unit). Kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut (seperti lumpur dan pasir halus), maupun bahan organik dan anorganik yang berupa plankton dan mikroorganisme. Semakin tinggi nilai padatan tersuspensi, nilai kekeruhan juga semakin tinggi. Akan tetapi tingginya padatan terlarut tidak selalu diikuti dengan tingginya kekeruhan. Dan semakin tinggi nilai turbiditas maka kualitas sampel air semakin buruk. Air tanah memiliki nilai turbiditas rendah karena air tanah telah mengalami proses filtrasi alamiah oleh lapisan batuan di bawah permukaan tanah. Berdasarkan Permenkes RI No. 416 Tahun 1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air, nilai turbiditas maksimal untuk air bersih (yaitu air yang dapat diminum setelah dimasak) adalah 25 NTU. Sejalan dengan kadar padatan tersuspensi yang sangat kecil, maka hasil analisis laboratorium menunjukkan turbiditas air tanah bernilai 4,06 NTU atau dengan kata lain air tanah di lokasi pengamatan cukup jernih. Dengan demikian, air tanah juga memenuhi Permenkes RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum (yaitu UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-52 air yang dapat langsung diminum)dengan nilai turbiditas maksimal sebesar 5 NTU. Nilai konduktivitas merupakan ukuran terhadap konsentrasi total elektrolit di dalam air. Kandungan elektrolit yang pada prinsipnya merupakan garam-garam yang terlarut dalam air, berkaitan dengan kemampuan air di dalam menghantarkan arus listrik. Semakin besar nilai daya hantar listrik berarti semakin besar kemampuan kation dan anion yang terdapat dalam contoh air untuk menghantarkan arus listrik. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin banyak mineral atau garam terlarut yang terkandung dalam air.Selain dipengaruhi oleh jumlah garam-garam terlarut, konduktivitas juga dipengaruh oleh nilai temperatur. Kandungan elektrolit yang terlalu tinggi tidak diperkenankan pada air untuk keperluan konsumsi. Hasil analisis laboratorium menunjukkan konduktivitas air tanah di wilayah kegiatan sangat rendah, yaitu 0,62 mS/cm. Salinitas menunjukkan banyak garam yang terlarut di dalam air. Salinitas pada air tanah sangatlah kecil karena kadar garam yang sangat rendah. Sangat berbeda dengan salinitas pada air laut. Hasil analisis laboratorium menunjukkan keadaan air tanah di wilayah kegiatan memiliki salinitas yang rendah, yaitu 0,03 %. Hasil ini sejalan dengan nilai konduktivitas di atas. Pengaruh pH terhadap kualitas air, mempengaruhi baku mutu air untuk layak dikonsumsi. Sesuai dengan Permenkes RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, kisaran pH normal adalah pH netral, yaitu 6,5 sampai 8,5. Begitu pula untuk PP RI No. 82 Th. 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air untuk mutu air Kelas I, pH normal adalah pH 6 sampai 9. UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-53 pH air tanah hasil pengamatan berada pada kisaran pH yang dipersyaratkan kedua peraturan tersebut, yaitu pH 6,83. Kebutuhan Oksigen Biokimia (BOD) didefenisikan sebagai banyaknya oksigen yang diperlukan oleh organisme pada saat penguraian bahan organik, pada kondisi aerobik. Penguraian bahan organik diartikan bahwa bahan organik ini digunakan oleh organisme sebagai makanan dan energinya diperoleh dari proses oksidasi. BOD yang tinggi masuk ke dalam suatu badan air akan mengakibatkan terjadinya deplesi oksigen di dalam air. Hasil analisis laboratorium menunjukkan kandungan BOD air tanah masih di bawah ambang batas (2 mg/L), yaitu 1,23 mg/L. Kebutuhan Oksigen Kimia (COD) menggambarkan jumlah total oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik secara kimiawi, baik yang dapat didegradasi secara biologis (biodegradable) maupun yang sukar didegradasi secara biologis (non-biodegradable) menjadi CO2 dan H2O. Nilai COD dianggap palling baik dalam menggambarkan keberadaan bahan organik. Hasil analisis laboratorium menunjukkan kandungan COD air tanah adalah 6,04 mg/L, atau masih di bawah nilai ambangbatasbakumutu air berdasarkan PP RI No. 82 Th. 2001 Kelas I yaitu 10 mg/L. Kandungan oksigen terlarut (DO) sangat penting diperairan karena sangat menetukan proses biokimia air yang akan mempertahankan tingkat kualitas air. Oksigen terlarut dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energy untuk pertumbuhan dan pembiakan. Oksigen memegang peranan penting sebagai indikator kualitas perairan, karena oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan anorganik. Dalam kondisi aerobik, peranan oksigen adalah UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-54 untuk mengoksidasi bahan organik dan anorganik dengan hasil akhirnya adalah nutrien yang pada akhirnya dapat memberikan kesuburan perairan. Dalam kondisi anaerobik, oksigen yang dihasilkan akan mereduksi senyawa-senyawa kimia menjadi lebih sederhana dalam bentuk nutrien dan gas. Karena proses oksidasi dan reduksi inilah, maka peranan oksigen terlarut sangat penting untuk mengurangi pencemaran pada perairan. Hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa kandungan oksigen terlarut sebesar 10,96 mg/L. Nilai tersebut lebih tinggi dari batas minimum nilai DO yang persyaratkan dalam PP RI No. 82 Th. 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air untuk mutu air Kelas I, yaitu 6 mg/L. Keberadaanfosfat yang tinggi pada perairan akan menyebabkan pertumbuhan tumbuhan air yang sangat pesat sehingga mengurangi jumlah oksigen terlarut. Hasil analisis laboratorium menunjukkan kadar fosfat di lokasi pengamatan, yaitu 0,02 mg/L atau di bawah nilai ambang batas 0,2 mg/L. Nitrogen di perairan dapat berupa nitrogen anorganik dan organik. Nitrogen anorganik terdiri atas amoniak (NH3), ammonium (NH4), nitrit (NO2), nitrat (NO3), dan molekul nitrogen (N2) dalam bentuk gas. Nitrogen anorganik berupa protein, asam amino dan urea. Nitrat (NO3) adalah bentuk utama nitrogen diperairan alami dan merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan alga, sedangkan keberadaan nitrit menggambarkan berlangsungnya poses biologis perombakan bahan organik yang memiliki kadar oksigen terlarut rendah. Hasil analisis di laboratorium menunjukkan kandungan nitrat (NNO3) adalah 1,33 mg/L, sedangkan kandungan nitrit (N-NO2) adalah 0,02 mg/L. Kandungan nitrit dan nitrat tersebut masih berada di bawah UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-55 ambang batas sesuai dengan prasyarat PP RI No. 82 Th. 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air untuk mutu air Kelas I. Khusus untuk nitrit, kadar tersebut juga di bawah ambang batas untuk air minum sebagaimana Permenkes RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, yaitu 3 mg/L. Kandungan amoniak (N-NH3) dari air tanah yang diperoleh senilai 0 mg/L menegaskan bahwa air tanah yang dipakai oleh warga di sekitar wilayah masih dalam kondisi alami atau dengan kata lain pasokan oksigen di air tersebut masih memadai. Komponen alami lain yang ada di air adalah logam berat, namun konsentrasinya sangat rendah sehingga unsur ini termasuk ke dalam unsur “trace”. Air sering tercemar oleh berbagai komponen anorganik, diantaranya berbagai jenis logam berat berbahaya, yang beberapa diantaranya banyak digunakan dalam berbagai keperluan sehingga diproduksi secara kontinyu dalam skala industri. Logam-logam berat tersebut diketahui dapat terakumulasi dalam tubuh suatu organisme dan tetap tinggal dalam tubuh dalam jangka waktu lama sebagai racun. Logam seng (Zn) juga termasuk salah satu unsur logam lain yang terdapat dalam jumlah melimpah di alam. Seng yang berikatan dengan klorida dan sulfat mudah larut, sehingga konsentrasi seng dalam air seringkali meningkat. Batas maksimum Zn dalam air bersih adalah 0,05 mg/L. Sementara logam Timbal (Pb) terdapat dalam air dengan bilangan oksidasi Pb2+. Timbal yang berasal dari batuan kapur merupakan sumber timbal dari perairan alami. Logam Pb dapat masuk dalam ke perairan melalui pengkristalan di udara yang merupakan pembakaran hasil pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor dengan bantuan hujan. UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-56 Dapat pula sebagai akibat proses korosifikasi bahan mineral akibat hempasan dan angin. Konsentrasi maksimum timbal dalam air tanah atau air bersih adalah 0,03 mg/L. Hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa air tanah yang digunakan sebagai sumber air bersih di sekitar lokasi kegiatan bebas dari cemaran logam berat Timbal (Pb) dan Seng (Zn). Sulfur anorganik terutama terdapat dalam bentuk sulfat (SO4), yang merupakan bentuk sulfur utama di perairan dan tanah.Sulfat dalam jumlah besar akan menaikkan keasaman air. Ion sulfat dapat terjadi secara proses alamiah. Sulfur dioksida dibutuhkan pada sintesis. Ion sulfat oleh bakteri direduksi menjadi sulfida pada kondisi anaerob dan selanjutnya sulfida diubah menjadi hidrogen sulfida.Dalam suasana aerob hidrogen sulfida teroksidasi secara bakteriologis menjadi sulfat. Hasil analisis laboratorium menunjukkan kadar sulfat dalam air tanah di wilayah kegiatan adalah 2,44mg/L atau masih sangat jauh dari nilai ambang batas 400 mg/L. 9. HIDROLOGI FISIK DAN KUALITAS AIR SUNGAI Badan Sungai Tawaeli merupakan salah satu sarana jalan alami yang akan dilalui mobil pengangkut fly ash dan bottom ash, karena akses lebih cepat ke tujuan, jauh dari gesekan sosial, dampak abu, dan lainnya. Oleh karena itu perlu dilakukan pengamatan kondisi fisik Sungai Tawaili. Data histori hidorologi Sungai Tawaili sendiri tidak tersedia di instansi pemerintah. Sehingga, pengamatan yang dilakukan bersifat sesaat (bukan time series). Parameter yang diamati meliputi lebar sungai, debit, dan kondisi fisik. UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-57 Berdasarkan hasil pengukuran, diperoleh lebar total 72,7 m, kemudian lebar kering 70,2 m, dan sisanya yaitu lebar basah 2,5 m kurang lebih 3,44% dari total keseluruhan. Kemudian, pengamatan mengenai penampang dasar sungai dilakukan dengan cara mengukur kedalaman tiap segmen, dimana masing-masing nilai kedalaman yang diperoleh 10 cm, 18 cm, 15 cm, 17 cm. Gambar L-24: Pengukuran lebar dan kedalaman Sungai Tawaili (saat hujan sedang) Gambar L-25: Profil penampang lebar basah Sungai Tawaili UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-58 Kemudian, dari hasil pengukuran debit diperoleh nilai sebesar 0,3 m3/det. Berbeda dengan kondisi sungai saat tidak terjadi hujan. Lebar tetap sama, hampir-hampir air hanya kelihatan seperti tergenang. Baik kondisi saat hujan maupun tidak kendaraan seperti mobil, motor, dan gerobak sapi dapat melalui/memotong sungai tersebut. Gambar L-26: Kondisi fisik Sungai Tawaeli (saat tidak hujan) Kemudian untuk mengetahui kualitas air Sungai Tawaeli, sampel air sungai diambil pada rencana ruje jalur yang digunakan untuk pengangkutan fly ash dan bottom ash. Cara pengukuran dan evaluasi kualitas air tanah berpedoman pada Peraturan Pemerintah RI No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air untuk mutu air Kelas II. UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-59 Tabel L-8: Hasil analisis laboratorium tentang kualitas air sungai Tawaeli No. Parameter Satuan 1. Temperatur 2. Residu terlarut 3. Residu tersuspensi 4. Konduktivitas 5. Turbiditas 6. Salinitas 7. pH 8. BOD 9. COD 10. DO 11. Total fosfat sebagai P 12. NO3 sebagai N 13. NH3-N 14. NO2-N 15. Timbal (Pb) 16. Seng (Zn) 17. Besi (Fe) 18. Sulfat (SO4) Sumber: Hasil analisis Laboratorium Analisis Fakultas Pertanian UNTAD, 2017. Hasil Analisis# O C mg/L mg/L mS/cm NTU % 28,94 290 20,24 0,48 45,3 0,02 7,62 mg/L 1,55 mg/L 6,22 mg/L 8,54 mg/L 0,04 mg/L 1,23 mg/L 0,00 mg/L 0,05 mg/L 0,00 mg/L 0,00 mg/L 0,00 mg/L 5,19 Sumberdaya Alam dan Lingkungan Baku Mutu * Alami 1000 50 6-9 3 25 4 0,2 10 0,06 0,03 0,05 0,3 - Keterangan: * = Baku mutu air sungai berdasarkan PP RI No. 82 Tahun 2001 Kelas II. # = Air sungai Tawaeli, Kel. Lambara Kec. Tawaeli Kota Palu Hasil analisis sifat fisik air seperti temperatur air pada lokasi pengamatan adalah 28,94OC. Temperatur tersebut masih dalam kondisi alami sesuai dengan lokasi kegiatan. Parameter suhu menjadi tolak ukur dalam analisis dan interpretasi hasil pengamatan atau pengukuran. Sementara untuk residu terlarut, diperoleh kandungan padatan terlarut di lokasi kegiatan yaitu 290 mg/L atau masih berada pada nilai ambang batas yang dipersyaratkan dalam aturan PP RI No. 8 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air untuk mutu air kelas II. UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-60 Residu terlarut dan Residu Tersuspensi juga menunjukkan tingkat kekeruhan pada air sungai. Residu terlarut merupakan ukuran zat terlarut baik organik maupun anorganik. Residu terlarut dan Tersuspensi yang tinggi pada air sungai akan mempengaruhi tingkat kejernihan air yang akan memberikan pengaruh pada proses fotosintesis pada biota air sungai. Hasil analisis Laboratorium pada air sungai untuk residu terlarut 290 mg/L dan residu tersuspensi 20,24 mg/L. Nilai tersebut masih berada pada ambang batas yang dipersyaratkan. Kekeruhan atau turbiditas adalah pengukuran jumlah padatan tersuspensi dalam larutan. Secara sederhana kekeruhan adalah pengukuran tingkat kejernihan air. Kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut (seperti lumpur dan pasir halus), maupun bahan organik dan anorganik.Semakin tinggi nilai padatan tersuspensi, nilai kekeruhan juga semakin tinggi. Nilai turbiditas (kekeruhan) pada lokasi pengamatan yaitu 45,3 NTU. Nilai turbiditas yang tinggi ini didukung oleh data residu tersuspensi dan residu terlarut yang juga tinggi. Tingginya nilai turbiditas pada air sungai tersebut dapat disebakan oleh limbah yang dihasilkan dari aktivitas rumah tangga dekat air sungai. Daya hantar listrik (DHL) merupakan kemampuan suatu cairan untuk menghantarkan arus listrik (disebut juga konduktivitas). Kandungan elektrolit yang pada prinsipnya merupakan garam-garam yang terlarut dalam air, berkaitan dengan kemampuan air di dalam menghantarkan arus listrik. Semakin besar nilai daya hantar listrik berarti semakin besar kemampuan kation dan anion yang terdapat dalam contoh air untuk menghantarkan arus listrik. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin banyak mineral atau garam terlarut yang terkandung dalam air. Hasil UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-61 analisis laboratorium menunjukkan konduktivitas air sungai di lokasi kegiatan tergolong rendah yaitu 0,48 mS/cm. Sementara itu, parameter salinitas menunjukkan banyaknyagaram yang terlarut di dalam air. Salinitas pada air sungai sangatlah kecil bahkan kadangtidak terdeteksi karena kadar garam yang sangat rendah. Hasil analisis laboratorium menunjukkan keadaan air sungai di lokasi pengamatan yaitu 0,02 %. Parameter pH merupakan salah satu bagian terpenting lainnya dalam penentuan baku mutu air sungai. pH air sungai juga sangat mempengaruhi kelangsungan hidup makhluk hidup di dalam air sungai. Kisaran pH yang dipersyaratkan dalam PP RI No. 8 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air untuk mutu air kelas II adalah pH 6-9. Hasil analisis menunjukkan pH air sungai di daerah pengamatan yaitu pH 7,62. Penentuan BOD air sungai sangat penting untuk menelusuri aliran pencemaran dari tingkat hulu ke muara. Penentuan BOD merupakan suatu prosedur bioassay yang menyangkut pengukuran banyaknya oksigen yang digunakan oleh organisme selama organisme tersebut menguraikan bahan organik yang ada dalam suatu perairan, pada kondisi yang hampir sama dengan kondisi yang ada di alam. Hasil analisis laboratorium menunjukkan kandungan BOD air sungai, yaitu 1,55 mg/L. Nilai tersebut berada di bawah nilai ambang batas sesuai dengan PP RI No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air untuk mutu air kelas II, yaitu 3 mg/L. Sementara itu, COD juga sangat penting pada penentuan baku mutu air sungai. Keberadaan bahan organik pada badan perairan dapat berasal dari alam, aktvitas rumah tangga, dan aktivitas lainnya. Hasil analisis laboratorium UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-62 menunjukkan kandungan COD air sungai masih berada di bawah ambang batas, yaitu 6,22 mg/L. Oksigen terlarut (DO) pada air sungai sangat dibutuhkan oleh semua makhluk hidup di dalamnya untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Peranan oksigen terlarut dalam air sungai sangat penting untuk membantu mengurangi beban pencemaran pada perairan secara alami maupun secara perlakuan aerobik yang ditujukan untuk memurnikan air buangan industri dan rumah tangga. Hasil analisis laboratorium menunjukkan kandungan oksigen terlarut yang cukup tinggi, yaitu 8,54 mg/L. Nilai tersebut lebih tinggi dari batas minimum nilai DO yang persyaratkan dalam PP RI No. 82 Th. 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air untuk mutu air kelas II, yaitu 4 mg/L. Keberadaan fosfat yang terkandung dalam air sungai disebabkan karena kegiatan penduduk dalam penggunaan detergen, pestisida, dan kandungan pupuk. Namun, fosfat juga tidak hanya dihasilkan dari kegiatan penduduk tetapi juga dapat dihasilkan oleh alam. Fosfat yang tinggi pada perairan akan menyebabkan pertumbuhan tumbuhan air yang sangat pesat sehingga mengurangi jumlah oksigen terlarut yang selanjutnya mempengaruhi kehidupan makhluk hidup di dalamnya. Hasil analisis laboratorium menunjukkan kadar fosfat adalah 0,04 mg/L atau di bawah nilai ambang batas 0,2 mg/L. Sementara itu, sumber nitrogen dalam air sungai dapat berupa nitrat, nitrit, dan amoniak. Hasil analisis di laboratorium menunjukkan kandungan nitrat (N-NO3) air sungai yaitu 1,23 mg/L, sedangkan kandungan nitrit (N-NO2) air sungai adalah 0,05 mg/L. Kandungan nitrit dan nitrat tersebut masih berada di bawah ambang UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-63 batas sesuai dengan prasyarat PP RI No. 82 Th. 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air untuk mutu air kelas II. Selain itu, air sungai di lokasi kegiatan tidak memiliki kandungan amoniak (N-NH3). Sulfur anorganik terutama terdapat dalam bentuk sulfat (SO4), yang merupakan bentuk sulfur utama di perairan. Sulfat dalam jumlah besar akan menaikkan keasaman air. Ion sulfat dapat terjadi secara alamiah. Sulfur dioksida dibutuhkan pada sintesis. Ion sulfat oleh bakteri direduksi menjadi sulfida pada kondisi anaerob dan selanjutnya sulfida diubah menjadi hidrogen sulfida. Dalam suasana aerob hidrogen sulfida teroksidasi secara bakteriologis menjadi sulfat. Hasil analisis laboratorium menunjukkan kadar sulfat dalam air sungai di wilayah lokasi kegiatan 5,19 mg/L. Berdasarkan peraturan Pemerintah RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 bahwa nilai ambang batas kandungan sulfat dalam air yaitu 400 mg/L sehingga parameter sulfat untuk sampel air sungai yang di uji masih berada jauh dari ambang batas. Logam berat yang melebihi nilai ambang batas menjadi salah satu pencemar dalamair sungai. Konsentrasi maksimum logam timbal dalam air sungai adalah 0,03 mg/L, logam seng 0,05 mg/L, logam besi 0,3 mg/L. Hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa tidak ditemukan keberadaan logam berat baik Pb, Zn maupun Fe dalam air sungai. Data tersebut menunjukkan bahwa air sungai di sekitar wilayah kegiatan dalam keadaan alami. UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-64 10. KUALITAS TANAH Pengambilan contoh tanah berada di lokasi TPS menggunakan 2 buah ring tanah, yang disusun untuk memperoleh sampel tanah yang tidak terganggu. Sampel tanah yang diperoleh kemudian diperiksa/diuji sifat fisik dan kimia tanah di Lab. Analisis Sumberdaya Alam dan Lingkungan FAPERTA UNTAD. Hasil pengujian sampel tanah ditunjukkan pada Tabel L-9. Tabel L-9: Hasil pengujian contoh tanah No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 Parameter Pasir Debu Liat Permeabilitas Berat Isi Tanah Ruang Pori Total C-organik N-total C/N pH H2O (1:2,5) pH KCl (1:2,5) P2O5 Bray I P2O5 HCl 25% K2O HCl 25% Ca Mg Na K KTK KB Kejenuhan Al Satuan Hasil Uji % % % Cm/jam g/cm3 % % % Ppm Mg 100-1 Mg 100-1 Cmol (+) kg-1 Cmol (+) kg-1 Cmol (+) kg-1 Cmol (+) kg-1 Cmol (+) kg-1 % % 37,63 42,35 20,02 0,56 1,64 38,11 2,13 0,24 11,83 5,75 4,82 9,92 28,57 30,46 6,08 0,53 0,36 0,46 25,61 29,01 8,64 Sumber: Hasil analisis Laboratorium Analisis Sumberdaya Alam dan Lingkungan Fakultas Pertanian UNTAD, 2017. UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-65 1. Sifat Fisik Tanah Tekstur Tanah Pada lokasi pengambilan sampel tanah di Kecamatan Tawaeli KotaPalu didapatkan komposisi tanah pada lokasi pengamatan yaitu 37,63% pasir; 42,35% debu dan 20,02% liat. Dari komposisi tanah pada lokasi pengambilan sampel Kecamatan Tawaeli menunjukkan bahwa berdasarkan kelas teksturnya termasuk tanah bertekstur sedang (mengandung maksimum 70% pasir dan maksimum 37,5% liat). Hal ini disebabkan karena menurut Hanafiah (2007) berdasarkan kelas teksturnya tanah digolongkan menjadi tiga yaitu tanah bertekstur kasar (mengandung minimal 70% pasir), tanah bertekstur halus (mangandung minimal 37,5% liat) dan tanah bertekstur sedang (mengandung maksimum 70% pasir dan maksimum 37,5% liat). Pada komposisi tanah di lokasi pengambilan sampel Kecamatan Tawaeli menunjukkan bahwa tanah didominasi oleh debu sehingga tanah tersebut banyak mempunyai pori-pori meso (sedang) atau agak porous. Hal ini disebabkan karena menurut Hanafiah (2007), tanah yang didominasi pasir akan banyak mempunyai pori-pori makro (besar) atau lebih porous; tanah yang didominasi debu akan banyak mempunyai pori-pori meso (sedang) atau agak porous dan tanah yang didominasi liat akan mempunyai pori-pori mikro (kecil) atau tidak porous. Menurut Hardjowigeno (2003) tanah dengan tekstur pasir banyak mempunyai pori-pori mikro sehingga sulit menahan air. Struktur Tanah Pada lokasi pengambilan sampel tanah di Kecamatan Tawaeli didapatkan komposisi yaitu 37,63% pasir; 42,35% debu dan 20,02% liat. Pada lokasi pengambilan sampel menunjukkan bahwa tanah pada Kecamatan Tawaeli memiliki struktur. Hal ini disebabkan karena menurut Arsyad (2005) bahwa struktur adalah kumpulan butir-butir tanah yang disebabkan terikatnya butirUKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-66 butir pasir, liat atau debu oleh bahan organik, oksidasi besi dan lain-lain. Struktur tanah yang penting dalam mempengaruhi inflitrasi adalah ukuran pori dan kemantapan pori. Teori ini diperkuat oleh Hardjowigeno (2003) menyatakan bahwa struktur tanah merupakan gumpalan-gumpalan kecil alami dari tanah, akibat melekatnya butir-butir primer tanah satu sama lain. Satu unit struktur disebut ped (terbentuk karena proses alami). Struktur tanah memiliki bentuk yang berbeda-beda yaitu lempeng (plety), prismatik (prismatic), tiang (columnar), gumpal bersudut (angular blocky), gumpal membulat (subangular blocky), granular (granular), remah (crumb)(Hardjowigeno, 2003). Dari tekstur atau komposisi kimiatanah di lokasi pengambilan sampel Kecamatan Tawaelimenunjukkan bahwa tanah tersebut memiliki derajat agregasi atau perkembangan struktur berupa gradasi struktur sedang. Ini diperkuat dengan adanya pembagian gradasi struktur tanah menurut Foth (1994) yaitu tidak mempunyai struktur berupa agregasi tidak dapat dilihat atau tidak tertentu batasnya dan susunan garis-garis alam semakin kabur, pejal jika menggumpal, berbutir tunggal jika menggumpal; gradasi struktur lemah berupa ped yang sulit dibentuk dan dapat dilihat dengan mata telanjang; gradasi struktur sedang berupa ped yang dibentuk dengan baik, tahan lama dan jelas, tetapi tidak jelas pada tanah yang tidak terganggu; dan gradasi struktur kuat berupa ped yang kuat, jelas pada tanah yang tidak terganggu satu dengan yang lain terikat secara lemah, tahan terhadap perpindahan dan menjadi terpisah apabila tanah tersebut terganggu. Kerapatan Limbak (Bulk Density) Kerapatan limbak merupakan rasio bobot kering mutlak (suhu 105oC) suatu unit tanah terhadap volume total, yang sering dinyatakan dalam gr/cm3(Hillel, 1980). Menurut Hardjowigeno (2007) bahwa kerapatan limbak UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu atau L-67 bulakdensity (BD) adalah berat tanah kering per satuan volume tanah (termasuk pori-pori tanah). Berat isi tanah pada lokasi kegiatan menunjukkan berat isi tanah sebesar 1,64 g/cm3.Bila dibandingkan berat isi tanah pada lokasi pengambilan sampel dengan kerapatan zarah (particle density) tanah yang selama ini dijadikan dasar untuk menghitung ruang pori total (total porosity) menunjukkan hasil berat isi tanah yang masih sangat rendah. Hal ini karena standar nilai kerapatan zarah tanah sebesar 2,65 g/cm3(Hillel, 1980). Dari data berat isi tanah pada lokasi pengambilan sampel juga menunjukkan bahwa pada tanah tersebut akar tanaman lebih mudah berkembang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hardjowigeno(2007) bahwa tanah dengan bobot yang besar akan sulit meneruskan air atau sulit ditembus akar tanaman, sebaliknya tanah dengan bobot isi rendah menyebabkan akar tanaman lebih mudah berkembang (Hardjowigeno, 2007). Porositas Tanah Pori-pori adalah bagian tanah yang berisi bahan padat tanah (terisi oleh udara dan air). Pori tanah dapat dibedakan menjadi pori kasar (macro pore) dan pori halus (micro pore). Pori kasar berisi udara atau air gravitasi (air yang mudah hilang karena gaya gravitasi), sedang pori halus berisi air kapiler dan udara(Hardjowigeno, 2007). Ruang pori tanah yaitu bagian dari tanah yang ditempati oleh air dan udara, sedangkan ruang pori total terdiri atas ruangan diantara partikel pasir, debu dan liat serta ruang diantara agregat-agregat tanah (Soepardi, 1983). Porositas adalah proporsi ruang pori total (ruang kosong) yang terdapat dalam satuan volume tanah ditempati oleh air dan udara (Hanafiah, 2007). UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-68 Menurut Hardjowigeno(2007), porositas tanah dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, struktur dan tekstur tanah. Porositas tanah tinggi jika bahan organik tinggi. Tanah-tanah dengan struktur remah atau granular mempunyai porositas yang lebih tinggi daripada tanah-tanah yang berstruktur pejal. Dari data komposisi tanah pada lokasi pengambilan sampel menunjukkan bahwa tanah tersebut memiliki ruang pori total tanah sebesar 38,11%. Dari data tersebutjugamenunjukkan bahwa pori partikel tanah tersebut termasuk pori berguna bagi tanaman yaitu pori yang berdaimeter diatas 0,2 mikron yang terdiri dari pori pemegang air berukuran diameter diatas 0,2-0,86 mikron. Hal menyatakan ini diperkuat bahwa agar oleh pendapat tanaman dapat Hardjowigeno(2003) tumbuh baik yang diperlukan perimbangan antara pori-pori yang dibedakan menjadi pori berguna dan pori tidak berguna untuk ketersediaan air bagi tanaman. Pori berguna bagi tanaman yaitu pori yang berdiameter diatas 0,2 mikron, yang terdiri dari pori pemegang air berukuran diameter 0,2-0,86 mikron, pori drainase lambat berdiameter 8,6-28,6 mikron dan pori drainase cepat berdiameter diatas 28,8 mikron. Air terdapat dalam pori pemegang air disebut air tersedia, umumnya antara titik layu dan kapasitas lapang. Sedangkan pori tidak berguna bagi tanaman adalah pori yang diameternya kurang dari 0,2 mikron. Akar tanaman tidak mampu menghisap air pada pori ukuran kurang dari 0,2 mikron, sehingga tanaman menjadi layu. Untuk mengeluarkan air dari pori ini diperlukan tenaga tekanan atau isapan setara 15 atmosfir (Hardjowigeno, 2003). UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-69 Permeabilitas Tanah Menurut Hardjowigeno(2003), permeabilitas adalah kecepatan laju alir dalam medium massa tanah. Sifat ini penting artinya dalam keperluan drainase dan tata air tanah. Bagi tanah-tanah yang bertekstur halus biasanya mempunyai permeabilitas lebih lambat dibanding tanah bertekstur kasar. Permeabilitas tanah merupakan parameter sifat fisika tanah yang menentukan kecepatan pergerakan air dalam tanah. Nilai permeabilitas tanah pada lokasi pengambilan sampel di Kecamatan Tawaeli yaitu 0,56 cm/jam. Data ini jika dibandingkan dengan deskripsi permeabilitas tanah yaitu sangat cepat (>25,0 cm/jam); cepat (12,5-25,0 cm/jam); agak cepat (6,5-12,5 cm/jam); sedang (2,0-6,5 cm/jam); agak lambat (0,5-2,0 cm/jam); lambat (0,1-0,5 cm/jam) dan sangat lambat (<0,1 cm/jam)(Hardjowigeno, 2003). Dari deskripsi permeabilitas tanah menunjukkan percepatan air dalam tanah berupa agak lambat karena berada pada interval permeabilitas 0,5-2,0 cm/jam. 2. Sifat Kimia Tanah Derajat Kemasaman Tanah (pH) pH tanah umumnya berkisar antara 3,0-9,0. Di Indonesia pada umumnya tanah bereaksi masam dengan pH berkisar antara 4,0-5,5 sehingga tanah dengan pH 6,0-6,5 dikatakan cukup netral. Di daerah rawa-rawa sering ditemukan tanah-tanah sangat masam dengan pH kurang dari 3,0 yang disebut tanah sangat masam karena banyak mengandung asam sulfat. Dari data derajat kemasaman tanah (pH) pada lokasi pengambilan sampel tanah di Kecamatan Tawaeli memberikan hasil berupa pH KCl (1:2,5) sebesar 4,82 sedangkan pH H2O (1:2,5) 5,75. Data tersebut menunjukkan bahwa derajat kemasaman tanah pada lokasi pengambilan sampel baik berupa pH UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-70 H2O (1:2,5) maupun pH KCl (1:2,5) tidak memberikan perbedaan nilai derajat kemasaman tanah yang sangat besar.Derajat kemasaman tanah pada lokasi pengambilan sampel berdasarkan pH H2O (1:2,5) dan pH KCl (1:2,5) memberikan hasil berupa kondisi masam karena derajat kemasamannya berada dibawah 7. Kapasitas Tukar Kation (KTK) Kapasitas tukar kation (KTK) suatu tanah dapat didefinisikan sebagai suatu kemampuan koloid tanah menjerap dan mempertukarkan kation (Hakim, et al., 1986). Sedangkan menurut Hasibuan (2006), kapasitas tukar kation merupakan banyaknya kation-kation yang dijerap atau dilepaskan dari permukaan koloid liat atau humus dalam mili gram ekuivalen per 100 g contoh tanah atau humus. Kapasitas tukar kation merupakan sifat kimia yang sangat erat hubungannya dengan kesuburan tanah. Tanah-tanah dengan kandungan bahan organik atau kadar liat tinggi mempunyai KTK lebih tinggi dari pada tanah-tanah dengan kandungan bahan organik rendah atau tanah-tanah berpasir(Hardjowigeno, 2007). Besar kecilnya KTK tanah dipengaruhi oleh reaksi tanah atau pH, tekstur atau jumlah liat, jenis mineral liat, bahan organik, pengapuran dan pemupukan. Dari data pengamatan nilai kapasitas tukar kation pada tanah hasil pengambilan sampel di Kecamatan Tawaeli didapatkan hasil KTK sebesar 25,61 cmol (+) per kg. Data ini menunjukkan nilai KTK pada tanah sekitar lokasi pengambilan sampel tergolong tinggi. Hasil ini diperkuat dengan data pengambilan sampel kapasitas tukar kation pada lokasi sampel memberikan hasil baik dari P2O5 HCl 25% sebesar 28,57 mg per 100 g sedangkan dari K2O UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-71 HCl 25% sebesar 30,46 mg per 100 g.Sehingga secara umum kapasitas tukar kation pada sekitar pengambilan sampel dari sisi P2O5 HCl 25% maupun K2O HCl 25% cenderung sama dan tergolong pada nilai yang sedang. Data kapasitas tukar kation pada lokasi pengambilan sampel jika dibandingkan dengan pengaruh tekstur tanah. Karena tekstur tanah juga berpengaruh terhadap KTK tanah. Semakin halus tekstur tanah semakin tinggi pula KTK nya. Pengaruh tekstur tanah terhadap kapasitas tukar kation yaitu tekstur pasir (0-5 mg per 100 g), lempung berpasir (5-10 mg per 100 g), lempung dan lempung berdebu (10-15 mg per 100 g), lempung berliat (15-20 mg per 100 g) dan liat (15-40 mg per 100 g). Maka akan didapatkan hasil bahwa tekstur tanah pada lokasi pengambilan tanah termasuk liat yaitu memiliki kapasitas tukar kation berada pada interval 15-40 mg per 100 g. C-Organik Bahan organik merupakanbahan-bahan atau sisa-sisa yang berasal daritanaman, hewan dan manusia yang terdapat di permukaan atau di dalam tanahdengan tingkat pelapukan yang berbeda(Hasibuan, 2006). Bahan organik merupakan bahan pemantap agregat tanah yang baik. Sekitar setengah dariKapasitas Tukar Kation (KTK) berasal dari bahan organik(Hakim, et al., 1986). Kandungan bahan organik dalam tanah merupakan salah satu faktor yangberperan dalam menentukan keberhasilan suatu budidaya tanaman. Hal ini dikarenakan bahan organik dapat meningkatkan kesuburan kimia, fisika maupunbiologi tanah. Penetapan kandungan bahan organik dilakukan berdasarkan jumlahC-Organik(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1991). UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-72 Dari data kandungan C-organik pada tanah hasil pengambilan sampel tanah di lokasi Kecamatan Tawaeli memberikan hasil kandungan C-organik sebesar 2,13%. Dari data kandungan C-organik tanah pada lokasi pengambilan sampelmenunjukkan kandungan yang masih normal dan tergolong sedang. N-Total Nitrogen adalah unsur hara makro utama yang dibutuhkan tanamandalam jumlah yang banyak, diserap tanaman dalam bentuk amonium (NH4+) dannitrat (NO3+). Menurut Hardjowigeno(2003) nitrogen di dalam tanah terdapat dalamberbagai bentuk yaitu protein (bahan organik), senyawasenyawa amino,amonium (NH4+) dan nitrat (NO3-). Bentuk N yang diabsorpsi oleh tanamanberbeda-beda. Ada tanaman yg lebih baik tumbuh bila diberi NH4+ ada pulatanaman yang lebih baik diberi NO3- dan ada pula tanaman yang tidak terpengaruholeh bentuk-bentuk N ini(Leiwakabessy, et al., 2003).Sumber nitrogen di dalam tanah melalui air hujan dan melalui penambahan pupuk buatan seperti urea atau ZA. Sumber N yang berasal dari atmosfer sebagai sumber primer dan lainnya berasal dari aktifitas di dalam tanah sebagai sumber sekunder(Hasibuan, 2006). Kandungan N-total pada tanah dari lokasi tempat pengambilan sampel di Kecamatan Tawaeli memberikan hasil sebesar 0,24%. Kandungan N-total hasil analisis tergolong sedang. Hal ini disebabkan karena biomassa tanaman rata-rata mengandung N sebesar 1 sampai2% dan mungkin sebesar 4 sampai 6%. UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-73 P-Bray (Fosfor) Menurut Hardjo Wigeno(2003) unsur-unsur P di dalam tanah berasal dari bahan organik (pupuk kandang dan sisa-sisa tanaman), pupuk buatan (TSP dan DS) dan mineral-mineral di dalam tanah (apatit). Tanaman dapat juga mengabsorpsi fosfat dalam bentuk P-organik seperti asam nukleik dan phytin. Bentuk-bentuk ini berasal dari dekomposisi bahan organik dan dapatlangsung dipakai oleh tanaman. Tetapi karena tidak stabil dalam suasana dimana aktifitas mikroba tinggi, maka peranan mereka sebagai sumber fosfat bagi tanaman di lapangan menjadi kecil (Leiwakabessy, et al., 2003). Dari data uji Laboratorium kandungan P2O5 Bray I pada lokasi pengambilan sampel di Kecamatan Tawaeli memberikan hasil sebesar 9,92 ppm dan nilai tersebut tergolong sedang.Dari data ini juga menunjukkan bahwa kandungan P2O5 Bray I pada tanah di lokasi kegiatan masih sangat baik. Hal ini diperkuat oleh Sanchez(1992)yang menyatakan bahwa kadar fosfor tersedia di dalam tanah akan meningkat setelah pembukaan karena adanya kandungan fospor di dalam abu. Kalsium (Ca) Kandungan kalsium (Ca) pada tanah di lokasi pengambilan sampel memberikan hasil yaitu kandungan Ca sebesar 6,08 cmol (+) per kg. Dari data ini menunjukkan kandungan Ca pada lokasi tanah masih dalam keadaan baik. Kalsium tergolong dalam unsur-unsur mineral esensial sekunder seperti magnesium dan belerang. Ca2+ dalam larutan dapat habis karena diserap tanaman, diambil jasad renik, terikat oleh kompleks adsorpsi tanah, mengendap kembali sebagai endapan-endapan sekunder dan tercuci (Leiwakabessy, 1998). Mineral Ca, Mg dan K bersaing untuk memasuki UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-74 tanaman. Apabila salah satu unsur berada pada jumlah yang lebih rendah dari pada yang lain, maka unsur yang kadarnya lebih rendah sukar diserap (Leiwakabessy, et al., 2003). Di dalam tanah kalsium berada dalam bentuk anorganik, namun dalam jumlah yang cukup signifikan juga berasosiasi dengan materi organik dalam humus(Sutcliffe & Baker, 1975). Magnesium (Mg) Kandungan magnesium (Mg) pada tanah di lokasi pengambilan sampel memberikan hasil yaitu kandungan Mg sebesar 0,53 cmol (+) per kg. Dari data ini menunjukkan kandungan Mg pada lokasi tanah masih dalam keadaan baik. Di dalam tanah magnesium berada dalam bentuk anorganik (unsur makro), namun dalam jumlah yang cukup signifikan juga berasosiasi dengan materi organik dalam humus(Sutcliffe & Baker, 1975). Pemakaian N, P, K dalam pupuk dan varietas unggul, mengakibatkan jumlah Ca dan Mg yang terangkut ke tanaman juga meningkat. Unsur Ca dan Mg biasa dihubungkan dengan masalah kemasaman tanah dan pengapuran. Natrium (Na) Natrium merupakan unsur penyusun lithosfer keenam setelah Ca yaitu 2,75% yang berperan penting dalam menentukan karakteristik tanah dan pertumbuhan tanaman terutama di daerah kering dan agak kering yang berdekatan dengan pantai. Natrium (Na) juga bersifat toksik bagi tanaman jika terdapat dalam tanah dalam jumlah yang berlebihan. UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-75 Kandungan natrium (Na) pada tanah di lokasi pengambilan sampel memberikan hasil sebesar 0,36 cmol (+) per kg. Dari data ini menunjukkan kandungan Na pada lokasi masih dalam keadaan baik dengan nilai sedang. Kalium (K) Kalium merupakan unsur hara ketiga setelah Nitrogen dan Fosfor yang diserap oleh tanaman dalam bentuk ion K+. Muatan positif dari Kalium akan membantu menetralisir muatan listrik yang disebabkan oleh muatan negatif Nitrat, Fosfat, atau unsur lainnya. Kalium tanah terbentuk dari pelapukan batuan dan mineral-mineral yang mengandung kalium. Melalui proses dekomposisi bahan tanaman dan jasad renik sehingga kalium akan larut dan kembali ke tanah. Beberapa tipe tanah mempunyai kandungan kalium yang melimpah. Kalium dalam tanah ditemukan dalam mineral-mineral yang terlapuk dan melepaskan ion-ion kalium. Ion-ion adsorpsi pada kation tertukar dan cepat tersedia untuk diserap tanaman. Tanah-tanah organik mengandung sedikit Kalium. Kandungan kalium (K) pada tanah di lokasi pengambilan sampel memberikan hasil sebesar 0,46 cmol (+) per kg. Dari data ini menunjukkan kandungan K pada lokasi tanah masih dalam keadaan baik. KB (Kejenuhan Basa) Kejenuhan basa adalah perbandingan dari jumlah kation basa yang ditukarkan dengan kapasitas tukar kation yang dinyatakan dalam persen. Kejenuhan basa rendah berarti tanah dengan kemasaman tinggi dan kejenuhan basa mendekati 100% tanah bersifal alkalis. kejenuhan basa dipengaruhi oleh pH. Kejenuhan basa dapat digunakan sebagai indikator mengenai kesuburan tanah. Kemudahan dalam melepaskan ion yang dijerat untuk tanaman tergantung pada derajat kejenuhan basa. Tanah sangat subur UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-76 bila kejenuhan basa > 80%, berkesuburan sedang jika kejenuhan basa antara 50-80% dan tidak subur jika kejenuhan basa < 50 %. Hal ini didasarkan pada sifat tanah dengan kejenuhan basa 80% akan membebaskan kation basa dapat dipertukarkan lebih mudah dari tanah dengan kejenuhan basa 50%. Data kejenuhan basa (KB) di lokasi pengambilan sampel menunjukkan hasil sebesar 29,01 %. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa tanah tersebut tergolong tidak subur dengan nilai KBK yang sedang. Kejenuhan Al Aluminum (Al) merupakan unsur yang sering dijumpai dalam tanah dan sangat menentukan berpengaruh kualitas langsung tanah, terhadap karena pertumbuhan ketersediaan tanaman unsur dengan ini cara berinteraksi meracuni perakaran, khususnya tanah masam yang erat hubungannya dengan persentase ion H+ dan Al3+. Aluminium merupakan sumber keasaman yang sangat penting. Jika kejenuhan Aluminium >60% maka tanah tersebut tidak layak untuk tanah pertanian sebelum direklamasi atau ameliorasi terlebih dahulu. Kejenuhan aluminium dipengaruhi oleh KTK dan juga dipengaruhi oleh tekstur tanah. Keracunan aluminium dapat menghambat perpanjangan dan pertumbuhan akar primer, serta menghalangi pembentukan akar lateral dan bulu akar tanaman. Apabila pertumbuhan akar terganggu, serapan hara dan pembentukan senyawa organik tersebut akan terganggu. Sistem perakaran yang terganggu akan mengakibatkan tidak efisiennya akar menyerap unsur hara. UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-77 Data kejenuhan aluminium (Al) tanah pada lokasi pengambilan sampel menunjukkan hasil yaitu nilai kejenuhan Al sebesar 8,64%. Data ini juga memberikan informasi bahwa nilai kejenuhan Al disekitar lokasi pengambilan sampel tergolong sangat rendah yang menunjukkan bahwa tanah tersebut masih dalam kondisi baik. 11. LALU LINTAS DAN EKSISTING JALAN Kegiatan ekonomi masyarakat akan bekembang apabila mempunyai sarana dan prasarana tranportasi yang baik. Selain itu hal yang penting terkait dengan tata guna lahan yaitu mobilitas dan aksesibilitas. Berdasarkan survey lapangan dimana akses jalan menuju TPS akan melewati 2 alternatif jalan, yaitu melewati sungai melalui Jln. Trans Palu-Parigi dan Jln. Trans PaluLorong Anja. Pada Jln. Trans Palu-Parigi merupakan jalan nasional yang menghubungkan antar kota maupun provinsi, sedangkan Jln. Trans PaluLorong Anja merupakan jalan nasional kemudian masuk kedalam jalan desa/lorong di Kelurahan Lambara menuju TPS. Tabel L-10: Eksisting rencana jalan yang akan digunakan Lokasi Jln. Trans Palu-Parigi Jln. Trans Palu-Lorong Anja Lebar perkerasan 6,10 m Lebar bahu jalan 1,8 m Jalan Nasional 5.25 m 1.5 m Jalan Nasional Keterangan Sumber: Hasil survey lapangan, 2017 Berdasarkan hasil survey bahwa kedua jalan tersebut menggunakan perkerasan beraspal dan berdasarkan fungsi jalan keduanya merupakan jalan arteri utama yang mrnghubungkan wilayah Barat dan Timur Provinsi Sulteng. UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-78 Perencanaan TPS ini nantinya akan dilewati truk dengan kapasitas angkut sekitar 4 ton dan akan melewati Jln. Trans Palu-Parigi kemudian melewati Sungai Tawaeli tanpa perkerasan dengan sedikit timbunan. Selain itu, alternatif lain melewati jalan kolektor dari Jln. Trans Palu-Lorong Anja berupa jalan timbunan kerikil sehingga dapat berdampak polusi berupa debu dan kebisingan di daerah pemukiman masyarakat. Sehingga alternatif kedua ini kemungkinan besar tidak akan digunakan sehubungan dengan adanya presepsi dan keresahan masyarakat yang menolak arus lalulintas menuju TPS. Pada umumnya arus lalulintas untuk kedua jalan nasional tersebut didomonasi oleh mobil penumpang, kendaraan berat dan motor. Sedangkan untuk jalan menuju TPS melalui jalan kolektor didominasi oleh motor, hal ini bisa dilihat pada hasil survey lalu lintas beikut ini. Analisis Lalu Lintas Harian (LHR) Analisis volume lalu lintas didasarkan pada survey faktual. Untuk keperluan desain, volume lalu lintas dapat diperoleh dari : o Survey lalu lintas aktual, dengan durasi minimal 7 x 24 jam. Pelaksanaan survey agar mengacu pada Pedoman Survei Pencacahan Lalu Lintas dengan Cara Manual Pd T-19-2004-B atau dapat menggunakan peralatan dengan pendekatan yang sama. o Hasil – hasil survey lalu lintas sebelumnya. Dalam analisis lalu lintas, terutama untuk penentuan volume lalu lintas pada jam sibuk dan lintas harian rata – rata tahunan (LHRT) agar mengacu pada Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI). UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-79 Survey arus lalu lintas harian rata-rata (LHR) bertujuan untuk mengamati pola pergerakan arus lalu lintas dan jenis kendaraan yang melintas pada suatu ruas jalan. Kendaraan yang terdata dalam pengamatan ini adalah kendaraan yang melintas untuk kedua jalan. Hasil pengamatan dan analisis perhitungan lalu lintas yang dilakukan dapat dilihat pada tabel-tabel dibawah ini, dengan penjelasan sebagai berikut: o Asumsi pengamatan arus lalulintas dilakukan pada kondisi normal yaitu hari Selasa. Hari Senin s/d Kamis dianggap kondisi hari kerja, sehingga pemilihan hari Selasa sebagai hari survey karena dapat mewakili hari kerja. o Data hasil pengamatan 16 jam (kendaraan/jam) kemudian dikonversi menjadi data 24 jam dengan mengalikan 93% dan memperhitungkan emp (ekivalensi mobil penumpang) masing-masing jenis kendaraan sehingga menjadi lalulintas harian rata-rata (smp/jam) o Arus lalulintas maksimum terjadi pada jam 07.00-08.00 dan 16.00-17.00, sehingga data ini menjadi volume lalulintas harian terbesar (smp/jam). o Hasil perhitungan kapasitas jalan (C) diperoleh dengan memperhitungkan variable-variabel berpengaruh seperti: kapasitas dasar, lebar lajur, pemisah arah, hambatan samping dan ukuran kota. Berdasarkan data lapangan dan hasil olahan sesuai tahapan diatas, maka hasil rangkuman perhitungan data lalulintas dan prediksi pergerakan lalulintas dimasa datang untuk kedua ruas yang diamati dapat dilihat pada tabel-tabel berikut. UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-80 Tabel L-11: Data dan Hasil Perhitungan Lalulintas Harian Rata-rata (LHR) Jln. Trans Palu-Lorong Anja LALU LINTAS JL TRANS SULAWESI Periode Sepeda motor, sekuter sepeda kumbang & roda 3 Sedan, jeep dan station wagon Arah 1 EMP Opelet, pick-up Pick-up, micro truk opelet, suburban, dan Mobil hantaran combi, & minibus Arah 2 Arah 1 2 0.4 1 Arah 2 1 Bus Kecil 1 1 Bus Besar Arah 2 1 1 Truk Ringan 2 Sumbu Arah 2 1 1.3 Truk sedang 2 Sumbu Arah 2 1 1.3 Truk 3 Sumbu Arah 2 1 Arah 2 1.3 Truk gandeng 1 1.3 Truk Semi trailer Jumlah Kendaraan Rata-rata LHR=Lalulintas Harian x Angka koef. x 93% Arah Arah smp Arah 2 1 1.3 2 1 1.3 2 1.3 1 2 Rata-rata Total 2 arah 06.00-07.00 185 105 71 90 16 27 13 19 - - - - 4 - - 7 - - - - - - 289 247 249 536 07.00-08.00 179 99 56 75 25 36 22 28 - 3 1 1 3 - 5 16 3 - - 1 - - 294 259 257 552 08.00-09.00 234 154 194 135 34 45 31 31 1 1 - - 7 - 3 17 1 - 1 - - - 506 383 413 889 09.00-10.00 204 124 119 60 29 40 26 26 - - 1 1 9 - 9 21 4 3 - - - 1 401 276 315 677 10.00-11.00 138 99 127 125 16 31 15 42 1 - - - 4 - 7 18 1 - - 3 - - 309 318 291 627 11.00-12.00 269 136 149 173 31 32 36 42 3 1 1 3 7 1 12 26 3 - - - - - 510 415 430 925 12.00-13.00 197 124 120 126 28 23 12 44 - 1 - - 3 - 10 20 4 4 1 - - - 375 341 333 717 13.00-14.00 179 251 173 169 13 22 36 42 - - - - 1 3 9 17 - 5 - 3 - - 412 512 429 923 14.00-15.00 220 232 178 188 18 33 38 35 3 7 1 - - 5 23 14 3 1 - - - - 484 515 465 999 15.00-16.00 233 288 156 191 31 34 27 28 3 - - 4 8 9 8 10 3 7 - - - - 468 571 483 1038 16.00-17.00 321 308 169 178 22 26 44 41 1 - - 1 14 - 3 20 - 3 - - - - 574 576 535 1150 17.00-18.00 271 294 86 188 21 20 24 35 - 1 1 3 8 - 4 20 - 3 - 1 - - 415 564 455 979 18.00-19.00 283 306 116 218 51 50 54 65 - - - 2 3 - 1 14 3 2 - - - - 511 656 542 1167 19.00-20.00 271 293 85 187 20 19 23 34 - - 1 1 7 - 3 10 - 1 1 1 - - 411 547 445 957 20.00-21.00 230 253 75 177 32 30 37 54 - - - - 4 - 3 7 1 - - - - - 382 521 420 903 21.00-22.00 LHR (kend/jam) LHR Total 2 arah (smp/jam) 204 3619 227 3291 6910 53 1926.5 124 2403.9 4330.4 26 412.6 24 29 44 492.72 467.24 609.92 905.32 1077.16 - - 12 14 26 - - 8 16 24 1 - 81 18 99 99 5 239 337 - - 25 28 52 - - 4 9 13 - - 0 1 1 313 423 342 736 6653 7123 6406 13776 13776 UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu 20182 L-81 No Waktu Pengamatan LL Harian Rata-rata (LHR), smp/jam 1 06.00-07.00 536 2 07.00-08.00 552 3 08.00-09.00 889 4 09.00-10.00 677 5 10.00-11.00 627 6 11.00-12.00 925 7 12.00-13.00 717 8 13.00-14.00 923 9 14.00-15.00 999 10 15.00-16.00 1038 11 16.00-17.00 1150 12 17.00-18.00 979 13 18.00-19.00 1167 14 19.00-20.00 957 15 20.00-21.00 903 16 21.00-22.00 736 Gambar L-27: Fluktuasi LHR ruas Jln. Trans Palu-Lorong Anja UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-82 Tabel L-12: Perhitungan Kapasitas Ruas Jln. Trans Palu-Lorong Anja menuju TPS Lebar Perkerasan Jalan = 6,1 m Lebar Bahu Jalan = 1.8 m Kondisi Medan : Datar Jam puncak kedua arah terjadi pada: 16.00 17.00 Data Arus Kendaraan HV LV Volume Rata-rata (smp/jam) MC kend/jam smp/jam kend/jam smp/jam kend/jam smp/jam 16 jam 24 jam Jl. Trans Sulawesi Arah ke Kota Palu 235 235 14 18 803 321 574 618 Jl. Trans Sulawesi dari Kota Palu 245 245 18 23 769 308 576 620 1150.40 1238.00 Jumlah Hasil Perhitungan Kapasitas Jalan, C (smp/jam) Kapasitas Dasar (Co) Lebar lajur Pemisah Arah Hambatan Samping 2900 1.25 1 1.02 Ukuran Kota C (smp/jam) 0.93 DS = Q/C = 0.360 3438.675 Dari hasil perhitungan diatas diperoleh tingkat pelayanan jalan sebesar 0.360 masuk dalam tingkat pelayanan B. Artinya bahwa arus lalu lintas masih stabil tetapi kecepatannya dibatasi. Penentuan tingkat pelayanan jalan ini sesuai dengan ketentuan dinas perhubungan dimana untuk tingkat pelayanan B mempunyai nilai 0,2 – 0,44. UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-83 Tabel L-13: Data dan Hasil Perhitungan Lalulintas Harian Rata-rata (LHR) Jln. Trans Palu-Parigi Periode Sepeda motor, sekuter sepeda kumbang & roda 3 Arah Arah 1 EMP Opelet, pick-up Pick-up, micro truk opelet, suburban, dan Mobil hantaran combi, & minibus Sedan, jeep dan station wagon 2 Arah 1 2 0.4 1 Arah 2 1 Bus Kecil 1 1 Bus Besar Arah 2 1 1 Truk Ringan 2 Sumbu Arah 2 1 Arah 2 1.3 Truk sedang 2 Sumbu 1 Arah 2 1.3 Truk 3 Sumbu 1 Arah 2 1.3 Truk gandeng 1 Jumlah Kendaraan Arah Arah smp Arah 2 1.3 Truk Semi trailer Rata-rata LHR=Lalulintas Harian x Angka koef. x 93% 1 2 1.3 1 2 1.3 1 1.3 2 Rata-rata Total 2 arah 06.00-07.00 33 38 18 16 2 7 5 15 - - - - - - - 7 - - - - - - 58 82 65 140 07.00-08.00 27 32 23 31 4 9 7 21 - - 1 1 7 - 3 12 3 1 - - - - 74 107 84 181 08.00-09.00 58 52 35 35 5 15 17 36 1 - 1 - - 1 7 16 1 - - - - - 125 155 131 281 09.00-10.00 52 57 20 45 2 24 12 31 - - 3 - 17 3 12 9 - 3 - - - - 117 171 134 288 10.00-11.00 63 65 29 60 6 8 14 16 - - - 3 - 3 12 12 1 8 - - - - 125 174 139 299 11.00-12.00 60 62 46 77 5 12 27 16 - - 1 9 - - 14 21 3 3 - - - - 156 200 165 355 12.00-13.00 68 56 54 40 10 13 14 24 - - - 3 - - 16 17 - - - - - - 161 152 146 313 13.00-14.00 58 73 35 47 4 9 19 20 - - 1 - - - 10 18 1 4 - - - - 129 171 140 300 14.00-15.00 59 55 46 49 4 3 35 26 - - - - 1 12 8 10 3 4 - - - - 156 159 146 314 15.00-16.00 59 60 29 42 2 4 23 26 - - 1 - 3 - 12 13 1 1 - - - - 130 147 129 277 16.00-17.00 53 76 38 50 1 7 17 16 - - - 1 3 - 8 13 - 4 - - - 1 120 168 134 288 17.00-18.00 90 80 57 56 6 4 21 24 - - 1 - - - 16 17 3 7 - - - - 193 188 177 381 18.00-19.00 74 68 45 35 6 5 25 18 - - - - - - 11 12 - 3 - - - - 161 140 140 301 19.00-20.00 62 56 34 14 5 3 20 15 - - 1 1 - - 8 7 1 4 - - - - 131 99 107 230 20.00-21.00 21 15 24 9 4 5 12 12 - - - - 1 - 9 3 - 3 - - - - 72 46 55 118 21.00-22.00 14 7 17 6 1 4 8 9 - - - - - - 3 5 - - - - - - 42 31 34 74 1950 2190 1925 4140 LHR (kend/jam) LHR Total 2 arah (smp/jam) 850 850 1700.4 549.8 612.3 1162.1 67 131.64 198.64 276 325 601 1 0 1 12 18 30 31 18 49 146 190 336 17 43 60 0 0 0 0 1 1 4140 UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu 6065 L-84 No Waktu Pengamatan LL Harian Rata-rata (LHR), smp/jam 1 06.00-07.00 140 2 07.00-08.00 181 3 08.00-09.00 281 4 09.00-10.00 288 5 10.00-11.00 299 6 11.00-12.00 355 7 12.00-13.00 313 8 13.00-14.00 300 9 14.00-15.00 314 10 15.00-16.00 277 11 16.00-17.00 288 12 17.00-18.00 381 13 18.00-19.00 301 14 19.00-20.00 230 15 20.00-21.00 118 16 21.00-22.00 74 Gambar L-28: Fluktuasi LHR ruas Jln. Trans Palu-Parigi UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-85 Tabel L-14: Perhitungan Kapasitas Ruas Jln. Trans Palu-Parigi Lebar Perkerasan Jalan = 5.2 m Lebar Bahu Jalan = 1.5 m Kondisi Medan : Datar Jam puncak kedua arah terjadi pada: 17.00 18.00 Data Arus Kendaraan HV LV Volume Rata-rata (smp/jam) MC kend/jam smp/jam kend/jam smp/jam kend/jam smp/jam 16 jam 24 jam Jl. Tawaeli Nupa Bomba dari Parigi 84 84 15 20 224 90 193 208 Jl. Tawaeli Nupa Bomba Ke Arah Parigi 84 84 18 23 201 80 188 202 380.90 410.00 Jumlah Hasil Perhitungan Kapasitas Jalan, C (smp/jam) Kapasitas Dasar (Co) Lebar lajur Pemisah Arah Hambatan Samping 2900 1.14 1 1.02 Ukuran Kota C (smp/jam) 0.93 DS = Q/C = 0.131 3136.0716 Dari hasil perhitungan diatas diperoleh tingkat pelayanan jalan sebesar 0.131 masuk dalam tingkat pelayanan A. Artinya bahwa arus lalu lintas stabil tanpa hambatan. Penentuan tingkat pelayanan jalan ini sesuai dengan ketentuan dinas perhubungan dimana untuk tingkat pelayanan A mempunyai nilai 0,0 – 0,20. Sehingga arus lalu lintas berupa truk bermuatan limbah menuju lintasan sungai berdampak kecil terhadap perubahan tingkat pelayanan jalan tersebut UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-86 B. KOMPONEN BIOLOGI Sesuai hasil survey yang telah dilakukan dengan melihat komponen biologi disekitar lokasi penelitian, diperoleh jenis–jenis tumbuhan (flora) dan hewan (fauna) yang cukup beragam. Untuk jenis tumbuhan (flora) yang diamati adalah berbagai jenis tumbuhan yang tumbuh, baik tumbuhan liar maupun dibudidaya yang tumbuh di sekitar wilayah rencana Pembangunan TPS fly ash dan bottom ash dan disekitar halaman rumah masyarakat. Sedangkan untuk jenis hewan (fauna) yang diamati adalah berbagai jenis hewan seperti mamalia, aves, reptilia, pisces dan insekta yang hidup liar maupun yang dipelihara di sekitar wilayah rencana Pembangunan TPS fly ash dan bottom ash dan disekitar halaman rumah masyarakat. Survey yang dilakukan saat ke lokasi meliputi 2 tahap, yaitu: tahap pertama dengan mengamati langsung ke lapangan dan tahap yang kedua adalah dengan melakukan wawancara langsung kepada beberapa pegawai perusahaan dan masyarakat disekitar. Di bawah ini adalah uraian tentang jenis-jenis tumbuhan dan hewan yang berada disekitar perusahaan tersebut. 1. TUMBUHAN (FLORA) Beberapa jenis tumbuhan yang ditemukan di sekitar wilayah rencana Pembangunan TPS fly ash dan bottom ash dan disekitar halaman rumah masyarakat diuraikan pada tabel-tabel berikut: Tabel L-15: Tanaman Pelindung No. Nama Nama Latin Famili Lokal 1. Gamal Gliricidia sepium (Jacq.) Walp. Fabaceae 2. Ketapang Terminalia catappa L. Combretaceae 3. Lamtoro Leucaena leucocephala (Lam.) de Fabaceae Wit. Sumber: Hasil Pengamatan Lapangan, 2017 Habitus Pohon Pohon Pohon UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-87 Tabel L-16: Tanaman hias No. 1. 2. Nama Lokal Adenium/ Kamboja Jepang Bunga Kertas Serut Bonsai Oleander Nama Latin Famili Habitus Adenium obesum (Forssk.) Roem. Apocynaceae & Schult. Perdu Bougainvillea spectabilis Willd. Nyctaginaceae Liana Moraceae Verbenaceae Apocynaceae Asparagaceae Arecaceae Pohon Pohon Perdu Perdu Pohon 3. Streblus asper Lour. 4. Duranta erecta L. 5. Nerium oleander L. 6. Cordyline fruticosa (L.) A.Chev. 7. Rhapis excelsa (Thunb.) Henry. Sumber: Hasil Pengamatan Lapangan, 2017 Tabel L-17: Tanaman budidaya/pekarangan No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Nama Lokal Mangga Ubi Kayu Pisang Kelapa Jeruk 8. Nanas Belimbing Wuluh Kunyit 9. Ubi Jalar 10. 11 Kakao Pandan 12. 13. 14. 15 Kelor Kedondong Pinang Nangka Nama Latin Famili Habitus Mangifera indica L. Manihot esculenta Crantz. Musa paradisiaca L. Cocos nucifera L. Citrus aurantiifolia (Christm.) Swingle Ananas comosus (L.) Merr. Averrhoa bilimbi L. Anacardiaceae Euphorbiaceae Musaceae Arecaceae Rutaceae Pohon Pohon Herba Pohon Pohon Bromeliaceae Oxalidaceae Herba Pohon Curcuma mangga Valeton & Zijp Ipomoea batatas (L.) Lam. Zingiberaceae Herba Convolvulacea e Malvaceae Pandanaceae Herba/Lia na Pohon Pohon Theobroma cacao L. Pandanus tectorius Parkinson ex Du Roi. Moringa oleifera Lam. Spondias dulcis Parkinson. Areca catechu L. Artocarpus heterophyllus L am. Moringaceae Sapindaceae Arecaceae Moraceae Pohon Pohon Pohon Pohon UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-88 16. Asam Jawa Tamarindus indica L. 17. Sirsak Annona muricata L. 18. Jati Tectona grandis L.f. 19. Kelor Moringa olivera Lamp. Sumber: Hasil Pengamatan Lapangan, 2017 Fabaceae Annonaceae Lamiaceae Pohon Pohon Pohon Pohon Tabel L-18: Tanaman liar No. 1. 2. Nama Lokal Jarak Belanda Kayu Lana 3. 4. 5. 6. Kaktus Sidaguri Patikan Kebo Kayu Jawa Nama Latin Famili Habitus Jatropha gossypiifolia L. Euphorbiaceae Semak Tabernaemontana pandaca qui Lam. Coccinia grandis (L.) Voigt Apocynaceae Semak Cucurbitaceae Malvaceae Euphorbiaceae Herba/Lia na Semak Semak Herba Anacardiaceae Pohon Asteraceae Semak Rutaceae Perdu Apocynaceae Semak Oputina sp. Sida rhombifolia L. Euphorbia hirta L. Lannea coromandelica (Houtt.) Merr. 8. Semak Putih Chromolaena odorata (L.) R.M.King & H.Rob. 9. Harrisonia perforata (Blanco) Merr. 10. Biduri Calotropis gigantea (L.) Dryand. 11. Croton bonplandianus Baill. 12. Putri Malu Mimosa pudica L. 13. Mengkudu Morinda citrifolia L. 14. Jambu Biji Psidium guajava L. 15. Jarak Pagar Jatropha curcas L. 16. Akasia Duri Acacia nilotica (L.) Delile. 17 Jarak Ricinus communis L. 18. Anggrung Trema orientalis (L.) Blume. 19. Buah Passiflora foetida L. Keranjang 20. Siwalan Borassus flabellifer L. 21. Waru Hibiscus tiliaceus L. Sumber: Hasil Pengamatan Lapangan, 2017 7. Euphorbiaceae Fabaceae Rubiaceae Myrtaceae Euphorbiaceae Fabaceae Euphorbiaceae Cannabaceae Passifloraceae Arecaceae Malvaceae Herba Herba Perdu Perdu Pohon Pohon Perdu Pohon Herba/Lia na Pohon Pohon UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-89 Pemilihan jenis tanaman di sekitar wilayah rencana Pembangunan TPS fly ash dan bottom ash dapat disesuaikan dengan kemampuan tumbuhan untuk beradaptasi sesuai dengan lingkungan. Disarankan untuk memperbanyak tanaman Trambesi dan beberapa tanaman berbuah lain dengan habitus pohon agar dapat meminimalisir polutan yang berupa debu dan karbon. Karakteristik tanaman yang disarankan seperti : pohon-pohon dengan perakaran kuat, ranting tidak mudah patah, daun tidak mudah gugur serta pohon-pohon penghasil bunga/buah/biji yang bernilai ekonomis. Akar yang menghujam ke dalam tanah akan tahan terhadap terpaan angin yang besar, memiliki kerapatan daun yang cukup hingga 50 - 60 %, tinggi dan lebar, sehingga dapat melindungi wilayah rencana Pembangunan TPS fly ash dan bottom ash. UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-90 2. HEWAN (FAUNA) Beberapa jenis hewan yang ditemukan di sekitar wilayah rencana Pembangunan TPS fly ash dan bottom ash dan disekitar halaman rumah masyarakat diuraikan pada tabel-tabel berikut: Tabel L-19: Jenis hewan/satwa di sekitar lokasi pabrik No. Nama Indonesia Nama Latin I. Mamalia (Menyusui) : 1. Anjing Canis sp 2. Kucing Felis sp 3. Kambing Capra canis 4. Sapi Bos sp. 5. Kucing Felis silvestris II. Insekta (Serangga) : 1. Kupu-kupu Bidens sp. 2. Semut hitam Camponotus sp 3. Capung Neurothemis sp. 4. Belalang Dissosteira sp. 5. Lebah madu Apis cerana. 6. Kumbang Daun Leptinotarsa decemlineata 7. Walang Sangit Ibis cinereus sp. 8. Tawon Apis sp. 9. Jangkrik Gryllus assimilis III. Reptilia (Melata) : 1. Biawak Varanus salvator 2. Kaki Seribu 3. Katak Bufo melanostictus IV. Aves (Burung) : 1. Ayam Cantligaster sp 2. Ayam Hutan Gallus sp. 3. Tekukur Streptopelia sp. 4. Burung Pipit Passer domesticus 5. Burung Gereja Passer montanus Sumber: Hasil Pengamatan Lapangan, 2017 Keterangan Liar dan Budidaya Liar dan Budidaya Budidaya Budidaya Liar dan Budidaya Liar Liar Liar Liar Liar Liar Liar Liar Liar Liar Liar Liar Budidaya Liar Liar dan Budidaya Liar Liar UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-91 C. KOMPONEN SOSEKBUD DAN KESMAS 1. Kependudukan Berdasarkan data Kecamatan Tawaeli dalam Angka 2016, Kelurahan Lambara memiliki banyaknya rukun warga (RW) 4 dan rukun tetangga (RT) 12, jumlah penduduk 3.196 Jiwa dengan kepadatan 469 Jiwa/km2, dimana laki-laki 1.649 jiwa dan perempuan 1.547 jiwa. Jumlah ini merupakan jumlah penduduk yang paling sedikit/terkecil diantara kelurahan lainnya di Kecamatan Tawaeli. Pola permukiman penduduk di wilayah studi terkonsentrasi dalam bentuk satuan-satuan pemukiman yang sebagian besar mengikuti bentangan jalan dan sebagian terletak pada jalan-jalan lorong yang menghubungkan pusat permukiman dengan lokasi-lokasi kegiatan penduduk. 2. Suku, Agama, dan Proses Sosial Wilayah studi pada mulanya adalah sebuah wilayah yang dihuni penduduk etnik lokal Kaili. Seiring dengan perkembangan, kelancaran transportasi dan tumbuhnya sumber-sumber ekonomi baru di wilayah studi maka suku-suku lain berdatangan seperti suku Bugis, Mandar, Jawa, dan lainnya kemudian berinteraksi dengan warga setempat. Masuknya sebagian penduduk dari luar, sebagian di antaranya telah berbaur satu sama lain melalui hubungan perkawinan. Suku asli yang mendiami wilayah studi memiliki akar budaya dan adat istiadat yang cukup tinggi sebagai wujud kearifan masyarakatnya baik dalam hubungannya dengan sesama manusia maupun dengan alam sekitarnya. Namun, dalam proses perkembangannya tidak lagi diberlakukan secara ketat sehingga pemberlakuan adat yang berhubungan dengan alam lingkungan dapat dilakukan hampir tidak dikenali lagi oleh anggota masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-92 Perwujudan adat istiadat sudah terlebur dengan nilai-nilai agama sebagaimanan terlihat pada upacara perkawinan, kematian, dan upacara lainnya yang berkaitan dengan kehidupan manusia. Hasil pengamatan dan wawancara dengan penduduk menunjukkan bahwa wilayah studi relatif aman, dengan tingkat persaudaraan antara warga sangat baik, sebagaimana tercermin dalam kerukunan antara warga. Namun, kehidupan sosial tidak luput pula dari berbagai masalah sosial, seperti pengangguran dan kenakalan remaja. Agama yang mayoritas dianut oleh penduduk Kelurahan Lambara adalah agama Islam. Fasilitas ibadah yang ada yaitu 5 masjid dan 3 mushola. Sedangkan tempat ibadah lainnya tidak ada. 3. Pendidikan Fasilitas pendidikan di Kelurahan Lambara memiliki 3 SD, 3 SMP, dan 1 SMK. Secara umum, masalah pendidikan di kelurahan ini termasuk dalam kondisi yang yang baik dari aspek fasilitas dan jumlah guru. Bagi siswa yang ingin melanjutkan ke sekolah favorit dapat langsung mendaftar ke sekolah-sekolah yang ada di pusat Kota Palu, sedangkan yang ingin melanjutkan ke perguruan tinggi sebagian besar mendaftar di Universitas Tadulako dan lainnya di beberapa perguruan tinggi swasta terdekat. 4. Ekonomi Mata pencaharian utama penduduk di wilayah studi sebagian besar bekerja di bidang pertanian, peternakan, nelayan, sektor jasa angkutan, serta PNS dan lain-lain. Usaha sampingan penduduk di wilayah studi adalah buruh, sopir tukang serta berdagang (kios/warung) dan usaha jasa lainnya. UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-93 Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, masyarakat Kelurahan Lambara dapat berbelanja ke pasar dan maupun pertokoan yang ada di Kota Palu. Selain berbelanja di pasar, umumnya masyarakat Kelurahan Lambara membeli di kios dan warung. Jumlah kios dan warung yang di Kelurahan Lambara cukup banyak dan hampir terdapat di setiap kompleks permukiman Kecamatan Tawaeli merupakan salah satu wilayah yang memiliki sektor pertanian terbesar. Masih banyak penduduk yang bekerja disektor ini, utamanya pertanian tanaman pangan, hortikultura, peternakan, dan penangkapan ikan. Luas tanam di wilayah ini untuk padi 143 Ha, jagung 149 Ha, kacang tanah 4 Ha, dan ubi kayu 3 Ha. Sedangkan untuk produksi tanaman hortikultura (kuintal) untuk bawang merah 1250 (23 Ha), kacang panjang 600 (4 Ha), cabai besar 1.316 (6 Ha), cabai rawit 3.108 (13 Ha), tomat 790 (9 Ha), terung 665 (6 Ha), ketimun 530 (5 Ha), kangkung 450 (5 Ha), dan bayam 480 (9 Ha) 5. Kesehatan Masyarakat Masyarakat yang tinggal di sekitar perusahaan memiliki rumah yang dilengkapi dengan tempat buang air besar (BAB/WC), sanitasi yang bagus dan terdapat tempat pembuangan sampah di rumah masing-masing yang dibuat dengan cara digali untuk menampung sampah lalu bakar tetapi jika penuh ditimbun kembali lalu buat galian sampah baru di pekarangan rumah masing-masing. Fasilitas kesehatan dan tenaga medis cukup memadai yaitu, 1 PUSKESMAS, 1 POSKESDES, dan 3 POSYANDU, dengan jumlah tenaga medis yang ada di seluruh Kecamatan Tawaeli 5 dokter umum, 23 perawat, 23 bidan, 2 apoteker (farmasi), 1 ahli gizi, 1 ahli sanitasi, 4 sarjana kesehatan masyarakat. Jika masyarakat ingin berobat atau dalam keadaan sakit, disarankan langsung ke UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-94 sarana kesehatan terdekat ataupun jika dalam keadaan darurat dan perlu penanganan medis lanjut dapat langsung ke RS. yang ada di Kota Palu. Masyarakat juga apabila ingin berobat bisa langsung ke apotek/toko obat/warung yang berada di sekitar Kelurahan Lambara. Penyakit yang sering menyerang masyarakat adalah penyakit umum seperti demam, diare, maag, gejala asma/ISPA dan beberapa penyakit lain yang penanganannya dapat langsung ditangani di Poskesdes/Puskesmas. 6. Presepsi Masyarakat Presepsi masyarakat terhadap rencana kegiatan pembangunan/ pengelolaan TPS fly ash dan bottom ash sangat penting artinya bagi kelangsungan kegiatan/usaha tersebut. Karena, ada atau tidaknya dukungan dari masyarakat akan sangat berpengaruh. Umumnya penduduk sudah tahu tentang adanya rencana kegiatan ini. Berdasarkan hasil wawancara dengan tokoh-tokoh masyarakat menunjukkan bahwa mereka telah mengetahui kegiatan tersebut. Wawancara dilakukan terhadap masyarakat yang diperkirakan akan terkena dampak, untuk mengetahui saran, pendapat, maupun tanggapan masyarakat dari rencana kegiatan yaitu masyarakat yang berada di sekitar lorong Jalan Anja dan masyarakat di sekitar Jalan trans Palu-Parigi (kebun kopi). Masyarakat sekitar umumnya menanggapi kegiatan tersebut dengan dengan setuju maupun tidak setuju dengan alasan tertentu. , UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-95 Berikut ringkasan tanggapan masyarakat Kelurahan Lambara yang menjadi responden, masing-masing adalah: 1) Nama : Titin Umur : 67 Tahun Pekerjaan : IRT Alamat : Kelurahan Lambara Uraian : Titin warga Kelurahan Lambara berumur 67 tahun yang berkerja sebagai IRT mengatakan bahwa Ia tidak setuju dengan adanya TPS fly ash sebab adanya tempat wisata pertanian dan juga polusi dari cerobong abu itu dapat mempengaruhi kesehatan warga, salah satu diantaranya adalah batuk-batuk. 2) Nama : Rosni Umur : 48 Tahun Pekerjaan : PNS Alamat : Kelurahan Lambara Uraian : Saya setuju jika memiliki dampak positif bagi warga dan untuk saaat ini, kondisi air belum tercemar, ujar Rosni (48 Tahun) salah satu PNS Kelurahan Lambara. 3) Nama : Ulfia Umur : 46 Tahun Pekerjaan : PNS Alamat : Kelurahan Lambara Uraian : Menurut Ibu Ulfia warga Kelurahan Lambara yang berusia 46 Tahun, ia tidak setuju dengan adanya pembangunan TPS fly ash dan bottom ash di Kelurahan tersebut. alasan utamanya adalah jika terdapat Limbah dari Perusahan tersebut akan merusak lahan pertanian nantinya. UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-96 4) Nama : Hamsina Umur : 51 Tahun Pekerjaan : IRT Alamat : Kelurahan Lambara Uraian : Menurut ibu Hamsina, tidak setuju karena adanya wisata pertanian yang dikhawatirkan akan merusak lingkungan wisata 5) Nama : Samsir Umur : 58 Tahun Pekerjaan : Petani Alamat : Kelurahan Lambara Uraian : Bapak samsir bekerja sebagai petani, alasannya setuju jika limbah yang ditimbulkan tidak meresahkan warga. 6) Nama : Sabran Umur : 70 Tahun Pekerjaan : Petani Alamat : Kelurahan Lambara Uraian : Menurut bapak Samran seorang Petani, beliau beralasan tidak setuju dengan pembangunan TPS fly ash dan bottom ash karena akan mengganggu lingkungan sekitar warga. 7) Nama : Suarman Umur : 43 Tahun Pekerjaan : Petani Alamat : Kelurahan Lambara Uraian : Menurut bapak Suarman yang berusia 43 tahun warga kelurahan Lambara, dengan adanya pembangunan tempat pembuangan sementara setuju akan diadakan akan tetapi limbah perlu diolah kembali. Jika ada yang menggangu atau meresahkan warga akan diberhentikan. UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-97 8) Nama : Rahmat Umur : 17 Tahun Pekerjaan : Petani Alamat : Kelurahan Lambara Uraian : Menurut Rahmat yang bekerja sebagai petani berusia 17 tahun ia setuju, karena jarak tempat pemukiman warga jauh dengan TPS fly ash dan bottom ash yang akan di buat 9) Nama : Sardia Umur : 40 Tahun Pekerjaan : Petani Alamat : Kelurahan Lambara Uraian : Menurut ibu Sadria seorang Petani yang berusia 40 tahun saat ini kondisi kesehatan warga masih aman, beliau sangat setuju jika di adakan TPS fly ash dan bottom ash 10) Nama Umur : Wartin : 37 Tahun Pekerjaan : Petani Alamat : Kelurahan Lambara Uraian : Menurut ibu Wartin yang berusia 37 tahun berpendapat dengan adanya pembangunan TPS fly ash dan bottom ash dapat membantu perekonomian warga sekitar 11) Nama Umur : Fuad : 43 Tahun Pekerjaan : Petani Alamat : Kelurahan Lambara Uraian : Menurut Fuad seorang Petani yang berusia 43 tahun setuju jika ada pembangunan TPS fly ash dan bottom ash, alasannya selama baik untuk masyarakat terutama dalam UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu segi L-98 perekonomian 12) Nama Umur : Edwar : 46 Tahun Pekerjaan : Petani Alamat : Kelurahan Lambara Uraian : Menurut bapak Edward seorang Petani yang berusia 46 tahun setuju dengan adanya pembangunan TPS fly ash dan bottom ash, karena telah dibentuk Tim kecil di daerah tersebut dalam mengantisipasi terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan dari aktivitas penampungan limbah tersebut 13) Nama Umur : Ramli : 73 Tahun Pekerjaan : Petani Alamat : Kelurahan Lambara Uraian : Menurut Bapak Ramli seorang Petani yang berusia 73 tahun, setuju dengan dibangunnya TPS fly ash dan bottom ash karena dapat membantu kebutuhan warga seperti menjadi buruh 14) Nama Umur : April : 29 Tahun Pekerjaan : Petani Alamat : Kelurahan Lambara Uraian : Menurut April yang berusia 29 tahun, dengan adanya tempat penyimpanan sementara (TPS) setuju dengan alasan limbah yang ditimbulkan tidak mengganggu kondisi pertanian warga 15) Nama Umur : Nur Aida : 40 Tahun Pekerjaan : Petani UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-99 Alamat : Kelurahan Lambara Uraian : Menurut ibu Nur Aida yang berusia 40 tahun, tidak setuju dengan adanya TPS yang akan menggangu kehidupan satwa 16) Nama Umur : Mukran : 57 Tahun Pekerjaan : Petani Alamat : Kelurahan Lambara Uraian : Menurut bapak Mukran yang berusia 57 tahun, ia tidak setuju jika dibuatnya rute jalan baru menuju tempat pembuangan limbah tersebut yang dapat mengganggu aktivitas anak-anak ditempat tersebut 17) Nama Umur : Sigman : 42 Pekerjaan : Petani Alamat : Kelurahan Lambara Uraian : Menurut bapak Sigman yang berusia 42 tahun dengan di adakannya TPS, akan dapat membantu kebutuhan warga seperti akan di buatkan tiang listrik 18) Nama Umur : Farid : 29 Tahun Pekerjaan : Petani Alamat : Kelurahan Lambara Uraian : Menurut bapak Farid seorang Petani yang berusia 29 tahun, ia setuju karena warga di lingkungan itu sendiri yang menjadi karyawan di TPS fly ash dan bottom ash tersebut 19) Nama Umur : Ibu Marwani : 40 Tahun Pekerjaan : Petani UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-100 Alamat : Desa Nupabomba Uraian : Pendapat Ibu Marwani rencana pembangunan tempat penyimpanan sementara (TPS) fly ash dan bottom ash ini sangat setuju, karena dengan adanya penyimpanan abu dari PLTU bisa membantu masyarakat untuk mengurangi polusi udara yang sering terjadi di sekitar desa mereka. 20) Nama Umur : Rian Ifana : 26 Tahun Pekerjaan : IRT Alamat : Desa Nupabomba Uraian : Ibu Rian Ifana berpendapat tentang tempat penyimpanan sementara (TPS) fly ash dan bottom ash ini sangat setuju, karena dengan adanya penyimpanan abu dari PLTU bisa membantu masyarakat untuk mengurangi penyakit yang sering di derita dalam keluarga ini yang mungkin berdampak dari PLTU. 21) Nama Umur : Gasli : 65 Tahun Pekerjaan : Petani Alamat : Kelurahan Lambara Uraian : Pendapat Pak Gasli tentang adanya rencana pembangunan tempat penyimpanan sementara (TPS) fly ash dan bottom ash ini sangat setuju, karna dengan adanya penyimpanan abu dari PLTU bisa membantu masyarakat untuk mengurangi polusi. 22) Nama Umur : Dewi Rahayu : 40 Tahun Pekerjaan : Petani Alamat : Kelurahan Lambara UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-101 Uraian : Pendapat Ibu Dewi Rahayu tentang adanya rencana pembangunan tempat penyimpanan sementara (TPS) fly ash dan bottom ash ini sangat setuju, karena dengan adanya penyimpanan abu dari PLTU bisa membantu masyarakat untuk mengurangi tingkat penggangguran dan juga mengurangi adanya polusi udara yang ada pada Kelurahan Lambara. 23) Nama Umur : Tarmin : 46 Tahun Pekerjaan : IRT Alamat : Kelurahan Lambara Uraian : Pendapat Ibu Tarmin tentang adanya rencana pembangunan tempat penyimpanan sementara (TPS) fly ash dan bottom ash ini sangat setuju, karna dengan adanya penyimpanan abu dari PLTU bisa mencegah adanya penyakit ISPA pada masyarakat. 24) Nama : Sulaeman Umur : 55 Tahun Pekerjaan : Wirasuasta Alamat : Kelurahan Lambara Uraian : Pendapat Pak Sulaeman tentang adanya rencana pembangunan tempat penyimpanan sementara (TPS) fly ash dan bottom ash ini sangat setuju, karena dengan adanya penyimpanan abu dari PLTU bisa mencegah adanya polusi udara dan dapat pula mengurangi pengangguran yang ada pada Kelurahan Lambara. 25) Nama Umur : Asrun : 56 Tahun Pekerjaan : PNS Alamat : Kelurahan Lambara Uraian : Pendapat Pak Asrun tentang adanya rencana pembangunan UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-102 tempat penyimpanan sementara (TPS) fly ash dan bottom ash ini sangat setuju, alasannya selama baik untuk masyarakat setempat mengapa tidak di adakan pembangunan ini, toh ini demi masyarakat juga. 26) Nama Umur : Usman : 58 Tahun Pekerjaan : Pensiunan PNS Alamat : Kelurahan Lambara Uraian : Pendapat Pak Usman tentang adanya rencana pembangunan tempat penyimpanan sementara (TPS) fly ash dan bottom ash ini sangat setuju, alasannya selama baik untuk masyarakat setempat mengapa tidak di adakan pembangunan ini, dan juga bisa mengurangi adanya polusi udara. 27) Nama : Misnawati Umur : 42 Tahun Pekerjaan : IRT Alamat : Kelurahan Lambara Uraian : Pendapat Ibu Misnawati tentang adanya rencana pembangunan tempat penyimpanan sementara (TPS) fly ash dan bottom ash ini sangat setuju. Ia juga berharap dengan adanya pembangunan tempat penyimpanan sementara (TPS) fly ash dan bottom ash ini dapat mengurangi polusi udara yang diduga sebagai salah satu penyebab atas penyakit yang sering dideritanya. Adapun saran dari beliau yaitu agar mobil angkutan material yang akan melintasi rute jalan di wilayah Kelurahan Lambara agar kiranya ditutup supaya abunya tidak menyebar dan mengganggu masyarakat setempat. UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-103 28) Nama Umur : Makmur Murad : 48 Tahun Pekerjaan : PNS Alamat : Kelurahan Lambara Uraian : Pak Makmun Murad berpendapat dengan adanya rencana pembangunan tempat penyimpanan sementara (TPS) fly ash dan bottom ash ini sangat bagus untuk masyarakat, alasannya selama baik untuk masyarakat setempat mengapa tidak di adakan pembangunan ini. 29) Nama Umur : Andi Muda : 76 Tahun Pekerjaan : IRT Alamat : Kelurahan Lambara Uraian : Pendapat Ibu Andi Muda adanya rencana pembangunan tempat penyimpanan sementara (TPS) fly ash dan bottom ash ini sangat setuju, alasannya selama baik untuk masyarakat setempat mengapa tidak di adakan pembangunan ini. 30) Nama Umur : Limran : 48 Tahun Pekerjaan : Tukang Alamat : Kelurahan Lambara Uraian : Pendapat beliau tentang adanya rencana pembangunan tempat penyimpanan sementara (TPS) fly ash dan bottom ash ini sangat setuju, karena dapat mengurangi polusi udara. 31) Nama Umur : Erwin : 42 Tahun Pekerjaan : Buruh Alamat : Kelurahan Lambara UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-104 Uraian : Pendapat Pak Erwin tentang adanya rencana pembangunan tempat penyimpanan sementara (TPS) fly ash dan bottom ash ini kurang setuju, alasannya karena kekhawatiran adanya dampak negatif berupa limbah dari TPS ini akan terkontaminasi dengan aliran air yang nantinya akan membahayakan kesehatan masyarakat setempat. 32) Nama : Syahludin Umur : 53 Tahun Pekerjaan : Tukang Alamat : Kelurahan Lambara Uraian : Pendapat Pak Syahludin tentang adanya rencana pembangunan tempat penyimpanan sementara (TPS) fly ash dan bottom ash ini sangat setuju, alasannya karena akan mengurangi polusi udara. 33) Nama Umur : Wania : 95 Tahun Pekerjaan : IRT Alamat : Kelurahan Lambara Uraian : Pendapat beliau tentang adanya rencana pembangunan tempat penyimpanan sementara (TPS) fly ash dan bottom ash ini sangat setuju, alasannya selama baik untuk masyarakat setempat mengapa tidak di adakan pembangunan ini. Yang penting tidak mengganggu masyarakat setempat, serta dapat mengurangi polusi udara. UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-105 Berdasarkan hasil sosialisasi dengan metode wawancara kepada 33 warga, diperoleh 7 orang atau 21,21% warga yang memberikan tanggapan tidak/kurang setuju dan 26 orang atau 78,79% warga yang memberikan tanggapan setuju terhadap rencana pembangunan tempat penyimpanan sementara (TPS) fly ash dan botton ash. Melihat dari presepsi masyarakat, beberapa terlihat seperti tidak mengerti mengenai rencana kegiatan pembangunan TPS fly ash dan bottom ash yang terpatron dari aktivitas PLTU selama ini, dominan pencemaran udara dari cerobong. Walaupun begitu, beberapa harapan masyarakat yang menyatakan setuju bertujuan agar masyarakat di sekitar PLTU tidak terdampak dari abu terbang dengan segera membangun TPS tersebut. Sedangkan yang menyatakan tidak setuju, masyarakat memiliki kekhawatiran dengan kehadiran TPS dapat mencemari lingkungan mereka. UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-106 Lampiran 3. FOTO-FOTO KEGIATAN DI SEKITAR LOKASI UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-107 Lampiran 4. PETA UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-108 Lampiran 5. BUKTI HASIL ANALISIS LABORATORIUM UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-109 Lampiran 6. GAMBAR DETAIL PERENCANAAN UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu L-110 Lampiran 7. TIM PENYUSUN 1. Ahmad Imam A, S.Si., M.T. (Ketua Tim/Teknik Geofisika) 2. Moh. Zeylo Auriza, S.E., M.M. (Anggota/Sosial Ekonomi) 3. Sari Pudji Lestasi, S.T., M.T. (Anggota/Teknik Sipil) 4. Nina Safitri, S.Si., M.T. (Anggota/Kimia) 5. Sadli Syam, S.KM., M.Kes. (Anggota/KESMAS) UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu