Peran Guru Produktif dalam Pemberdayaan Unit Produksi untuk

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Hakekat Kewirausahaan
2.1.1 Definisi Kewirausahaan
Kewirausahaan pada saat ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat
tidak hanya pelajar, ibu rumah tangga, pegawai. Berbagai kalangan pada
saat ini sangat memerlukan jiwa yang berlandaskan wirausaha.
Mengingat dalam kewirausahaan menjanjikan masa depan yang baik bagi
seseorang yang melakukanya.
“Kewirausahaan merupakan kemauan dan kemampuan seseorang
dalam menghadapi berbagai resiko dengan mengambil inisiatif
untuk menciptakan dan melakukan hal – hal baru melalui
pemanfaatan kombinasi berbagai sumber daya dengan tujuan
untuk memberikan pelayanan kepada seluruh pemangku
kepentingan (stakeholders) dan memperoleh keuntungan sebagai
konsekuensinya” (Dedi Ismatullah 2013:47).
“Kewirausahaan adalah proses kemanusiaan (human procces)
yang berkaitan dengan kreativitas dan inovasi dalam memahami
peluang, mengorganisasi sumber – sumber, mengelola sehingga
peluang itu terwujud menjadi suatu usaha yang mampu
menghasilkan laba atau nilai untuk jangka waktu yang lama”
Basrowi (2011:2).
Kedua
definisi
diatas
dapat
ditarik
kesimpulan
bahwa
kewirausahaan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh manusia dimana
dalam pelaksanaannya sangat membutuhkan kemampuan yang diselingi
dengan kemauan untuk dapat berfikir kreatif, berinovasi sehingga dapat
menghasilkan karya – karya baru yang dapat menghasilkan nilai jual.
2.1.2 Pendidikan Kewirausahaan
Pendidikan Kewirausahaan dapat diberikan melalui pendidikan
formal maupun pendidikan non formal. Pendidikan kewirausahaan
8
mengajarkan mengenai pelaksanaan kewirausahaan dan cara melakukan
kewirausahaan
“Pendidikan kewirausahaan dilihat dari siapa yang bertanggung
jawab banyak pendapat mengatakan bahwa pendidikan
kewirausahaan menjadi tanggung jawab bersama antara keluarga,
masyarakat dan pemerintah, karena itu pendidikan berlangsung
seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan keluarga,
sekolah dan masyarakat. Pendidikan kewirausaahaan tidak dapat
berdiri sendiri melainkan membutuhkan bantuan dari berbagai
pihak dalam pelaksanaannya” (Guruvalah dalam Titin Agustyani,
2013:15).
“Tujuan Pendidikan Kewirausahaan, antara lain:
1. Menumbuhkan kewirausahaan pada jiwa manusia muda yang
pembelajar agar memiliki keberanian untuk mandiri
dan
professional,
2. Menyadarkan masyarakat bahwa kewirausahaan tidak sekedar
usaha partikelir atau swasta saja, tetapi lebih jauh lagi adalah
kemampuan untuk mandiri dengan mengedepankan jiwa - jiwa
yang luhur,
3. Upaya untuk meningkatkan kemajuan dan kesejahteraan
masyarakat,
4. Membudayakan semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan
kewirausahaan di kalangan masyarakat” (Munandar dalam Titin
Agustyani, 2013: 13).
Pendidikan Kewirausahaan patut ditanamkan semenjak siswa
masih berada dalam sekolah. Hal ini dapat menumbuhkan keinginan
siswa untuk bisa berwirausaha ketika lulus nanti. Selain itu pendidikan
kewirausahaan juga dapat menjadikan siswa lebih kreatif dan berinovasi.
2.1.3
Jiwa dan Sikap Wirausaha
Jiwa wirausaha akan membawa pribadi seseorang menjadi
seseorang yang kreatif, inovatif dan pantang menyerah dalam
melakukan kewirausahaan. Jiwa wirausaha mendorong seseorang
untuk dapat mencipatakan sesuatu yang baru dan terus berkembang
dalam berwirausaha.
“Proses kreatif dan inovatif hanya dilakukan oleh orang – orang
yang memiliki kepribadian kreatif dan inovatif, yaitu orang yang
9
memiliki jiwa, sikap, dan perilaku kewirausahaan” (Suryana
2008:3).
“ Nilai hakiki yang penting dari wirausaha adalah sebagai berikut
:
1. Percaya Diri
Merupakan paduan sikap dan keyakinan seseorang dalam
menghadapi tugas atau pekerjaan, yang bersifat internal, sangat
relatif dan dinamis dan banyak ditentukan oleh kemampuannya
untuk memulai, melaksanakan dan menyelesaikan suatu pekerjaan.
Kepercayaan diri akan mempengaruhi gagasan, karsa, inisiatif,
kreativitas, keberanian, ketekunan, semangat kerja, serta
kegairahan berkarya.
2. Berorientasi Tugas dan Hasil
Seseorang yang selalu mengutamakan tugas dan hasil adalah
orang yang selalu mengutamakan nilai – nilai motif berprestasi,
berorientasi pada laba, ketekunan dan kerja keras. Dalam
kewirausahaan peluang hanya diperoleh apabila ada inisiatif.
Perilaku inisiatif biasanya diperoleh melalui pelatihan dan
pengalaman bertahun – tahun dan pengembangannya diperoleh
dengan cara disiplin diri, berpikir kritis, tanggap, bergairah, dan
semangat berprestasi.
3. Keberanian Mengambil Risiko
Wirausaha adalah orang yang lebih menyukai usaha – usaha yang
lebih menantang untuk mencapai kesuksesan atau kegagalan
daripada usaha yang kurang menantang. Pilihan terhadap risiko
tergantung pada:
a. Daya tarik setiap alternatif ;
b. Kesediaan untuk rugi;
c. Kemungkinan relatif untuk sukses atau gagal
Selanjutnya kemampuan untuk mengambil risiko tergantung dari;
a. keyakinan pada diri sendiri;
b. kesediaan untuk menggunakan kemampuan dalam mencari
peluang dan kemungkinan untuk memperoleh keuntungan;
c. kemampuan untuk menilai situasi risiko secara realitis
4. Kepemimpinan
Seorang wirausaha harus memiliki sifat kepemimpinan,
kepeloporan, keteladanan.
5. Berorientasi ke Masa Depan
Wirausaha harus memiliki prespektif dan pandangan ke masa
depan . Kuncinya adalah dengan kemampuan untuk menciptakan
sesuatu yang baru dan berbeda dari yang sekarang.
6. Keorisinilan : Kreativitas dan Inovasi
Wirausaha yang inovatif adalah orang yang memiliki ciri – ciri
berikut :
a. Tidak pernah puas dengan cara – cara yang dilakukan saat ini
meskipun cara tersebut cukup baik.
b. Selalu menuangkan imajinasi dalam pekerjaannya.
10
c. Selalu ingin tampil berbeda atau selalu memanfaatkan
perbedaan” (Basrowi 2011:27).
2.1.4. Kompetensi Kewirausahaan
Pelaksanaan praktik kewirausahaan dapat berjalan dengan baik
salah
satunya
menggunakan
pegangan
dari
kompetensi
kewirausahaan. Kompetensi kewirausahaan sebagai acuan untuk
menjalankan praktik agar sesuai dengan prosedurnya.
“Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan
kemampuan individu yang langsung berpengaruh pada kinerja”
(Basrowi 2011:29).
“Keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang wirausahawan
adalah sebagai berikut :
a. Managerial skill.
b. Conceptual skill.
c. Human skill (keterampilan memahami, mengerti,
berkomunikasi dan beralasi).
d. Decision making skill (keterampilan merumuskan masalah
dan mengambil keputusan).
e. Time managerial skill (keterampilan mengatur dan
menggunakan waktu)”(Suryana dalam Basrowi, 2011:29.
2.1.5. Upaya Menumbuhkan Jiwa Wirausaha
Menumbuhkan Jiwa Wirausaha diawali dengan niat yang ada
dalam diri masing – masing individu. Selain itu juga dapat dilakukan
melalui jalur pendidikan yaitu pendidikan formal maupun non formal
yang mengandung mengenai pendidikan kewirausahaan. Tidak hanya
melalui jalur pendidikan saja jiwa wirausaha juga dapat tumbuh
melalui bantuan dari media atau profil seseorang yang sukses dalam
berwirausaha. Profil orang sukses dapat menumbuhkan kemauan
seseorang untuk berkeingan terjun dalam berwirausaha.
“Langkah awal yang kita lakukan apabila berminat terjun ke
dunia wirausaha adalah menumbuhkan jiwa kewirausahaan di
diri kita. Banyak cara yang dapat dilakukan, misalnya sebagai
berikut:
a. Melalui pendidikan formal.
11
Kini berbagai lembaga pendidikan, baik menengah maupun
tinggi menyajikan berbagai program atau paling tidak
matakuliah kewirausahaan.
b. Melalui seminar – seminar kewirausahaan.
Berbagai seminar kewirausahaan seringkali diselenggarakan
dengan mengundang pakar dan praktis kewirausahaan
sehingga melalui media ini kita akan membangun jiwa
kewirausahaan di diri kita.
c. Melalui pelatihan
Berbagai simulasi usaha biasanya diberikan melaui pelatihan.
baik yang dilakukan didalam ruangan (indoor) maupun di luar
ruangan (outdoor). Melalui pelatihan ini, keberanian dan
ketanggapan kita terhadap dinamika perubahan lingkungan
akan diuji dan selalu diperbaiki dan dikembangkan.
d. Otodidak
Melalui berbagai media kita bisa menumbuhkan semangat
berwirausaha, misalnya melaui biografi pengusaha sukses
(success story), media televisi, radio, majalah koran dan
berbagai
media
yang
dapat
kita
akses
untuk
menumbuhkembangkan jiwa wirausaha yang ada di diri kita”
(Basrowi 2011:30).
2.2. Sekolah Menengah Kejuruan Bisnis Manajemen
Sekolah Menengah Kejuruan merupakan lanjutan pendidikan setelah
Sekolah
Menengah
Pertama
dimana
Sekolah
Menengah
Kejuruan
mempersiapkan siswanya untuk siap bekerja dan mempunyai bekal
pendidikan mental setelah terjun di dunia kerja. Sekolah Menengah Kejuruan
memberikan pembelajaran tidak hanya dalam bentuk teori tetapi juga dalam
bentuk praktik kerja. SMK Bisnis manajemen melatih siswanya agar mampu
menerapkan teori pemasaran dan dapat melaksanakan praktik pemasaran.
SMK Bisnis Manajemen lebih memperdalam pembelajaran terkait dengan
materi – materi yang berkaitan dengan pemasaran. Sekolah Menengah
Kejuruan diatur pada Undang – undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 :
“Sekolah Menengah Kejuruan merupakan lanjutan pendidikan dasar.
Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan
pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk
Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK),
12
atau bentuk lain yang sederajat” (UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun
2003).
2.3. Unit Produksi
2.3.1. Pengertian Unit Produksi
Unit produksi dalam Sekolah Menengah Kejuruan dipergunakan
sebagai tempat pelaksanaan praktik secara langsung. Siswa berperan
aktif dalam kegiatan ini karena pelaksana besar dalam hal ini adalah
siswa.
”Unit Produksi adalah bagian dari perkembangan kegiatan bengkel
yang difokuskan kepada memproduksi barang atau jasa tersebut,
atau pesanan dari masyarakat sekitar sekolah” (Sukardi 1992 dalam
Ratih Wijayaningsih 2013:26).
“Unit produksi sekolah adalah suatu proses kegiatan usaha yang
dilakukan di dalam sekolah, bersifat bisnis (profit oriented) dengan
para pelaku warga sekolah, mengoptimalkan sumber daya sekolah
dan lingkungan, dalam berbagai bentuk unit usaha sesuai dengan
kemampuan yang dikelola secara profesional” (Dikmenjur 1997
dalam Ratih Wijayaningsih 2013:26).
Berdasarkan pengertian diatas maka dalam penelitian ini Unit
Produksi SMK Negeri 1 Kendal dapat dijelaskan sebagai suatu kegiatan
praktik yang dilakukan oleh siswa dalam bentuk penjualan, kegiatan
tersebut dilakukan secara terus menerus dengan memanfaatkan fasilitas
dan sumber daya siswa untuk mendapatkan keuntungan dan menambah
uang saku bagi siswa itu sendiri.
2.3.2. Tujuan Unit Produksi
Unit produksi dalam pelaksanaannya harus mempunyai tujuan yang
jelas untuk dapat berjalan sesuai dengan harapan. Tujuan dapat
mengarahkan pada prioritas utama yang ingin dicapai oleh unit
produksi.
13
Tujuan Unit Produksi adalah untuk:
Meningkatkan mutu tamatan dalam berbagai segi terutama dalam hal
pengetahuan dan keterampilan;
a. wahana pelatihan berbasis produksi/ jasa bagi siswa;
b. wahana menumbuhkan dan mengembangkan jiwa wirausaha guru
dan siswa pada SMK/MAK;
c. sarana praktik produktif secara langsung bagi siswa;
d. membantu pendanaan untuk pemeliharaan, penambahan fasilitas
dan biaya - biaya operasional pendidikan lainnya;
e. menambah semangat kebersamaan, karena dapat menjadi wahana
peningkatan aktivitas produktif guru dan siswa serta memberikan
‟income‟ serta peningkatan kesejahteraan warga sekolah;
f. mengembangkan sikap mandiri dan percaya diri dalam pelaksanaan
kegiatan praktik siswa;
g. melatih untuk berani mengambil risiko dengan perhitungan yang
matang;
h. mendukung pelaksanaan dan pencapaian Pendidikan Sistem Ganda
(PSG) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang seutuhnya;.
i. memberikan kesempatan kepada siswa dan guru untuk mengerjakan
pekerjaan praktik yang berorientasi pada pasar;
j. meningkatkan kreativitas dan inovasi di kalangan siswa, guru dan
manajemen sekolah;
k. menumbuhkan sikap profesional produktif pada siswa dan guru;
l. melatih siswa untuk tidak bergantung kepada orang lain, namun
m. mandiri khususnya dalam mendapatkan kesempatan kerja;
n. wadah Pendidikan Sistem Ganda (PSG) bagi siswa yang tidak
mendapatkan tempat praktik kerja industri di dunia usaha dan industri;
o. menjalin hubungan yang lebih baik dengan dunia usaha dan industri
serta masyarakat lain atas terbukanya fasilitas untuk umum dan hasil hasil produksinya;
p. meningkatkan intensitas dan frekuensi kegiatan intra, ko, dan ekstra
kurikuler siswa; dan
membangun kemampuan sekolah dalam menjalin kerjasama sinergis
dengan pihal luar dan lingkungan serta masyarkat luas” (Dikmenjur
2007) dalam Ratih Wijayaningsih (2013:27) .
Tujuan Unit Produksi SMK Negeri 1 Kendal dalm penelitian ini
adalah :
a. Mendidik para lulusan SMK Negeri 1 Kendal agar mempunyai
jiwa wirausaha dan berani untuk mencoba berwirausaha.
b. Melatih siswa agar mampu berpikir kreatif, inovatif, produktif dan
percaya diri.
14
c. Sebagai sarana latihan para siswa dalam melaksanakan praktik
kewirausahaan dan memperoleh pengalaman secara langsung
dengan masyarakat.
2.3.3. Tenaga Pengelola dan Pelaksana Unit Produksi
Struktur Organisasi dibuat dengan tujuan untuk memudahkan
dalam
pembagian
pekerjaan
dalam
suatu
organisasi
sekolah.
Pembentukan struktur organisasi disesuaikan dengan kebutuhan dari
unit produksi tersendiri.
Struktur Organisasi Unit Produksi SMK Negeri 1 Kendal adalah
sebagai berikut:
Uraian tugas personalia unit produksi SMK Negeri 1 Kendal
PENANGGUNG JAWAB
Bertugas Membantu Kepala Sekolah dalam kegiatan :
1.
Menyusun Program Pembinaan dan pengembangan program
keahlian , semesteran, tahunan.
2.
Membantu
merencanakan
,
membina
dan
mengawasi
pelaksanaan magang siswa dan system ganda
3.
Mengkoordinasikan pemakaian bahan dan alat praktik
Penjualan
4.
Melaksanakan pembinaan dan bimbingan secara individu /
kelompok untuk meningkatkan prestasi belajar melalui guru
terkait.
5.
Menjalin hubungan kerja sama dengan rekan kerja
6.
Melaksanakan RIP ssekolah yang telah direncanakan bersama
Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah
7.
Mengajar 12 jam pembelajaran
8.
Mengawasi KBM pada program Keahlian Pemasaran
9.
Membuat Program laporan berkala dan isidental.
15
KETUA UNIT PRODUKSI PEMASARAN
Bertugas membantu Ketua Kompetensi Keahlian dalam Kegiatan :
1.
Menyusun Program Pembinaan dan Pengembangan Program
Unit Produksi Smesteran, Tahunan.
2.
Membantu
merencanakan,
membina
dan
mengawasi
pelaksanaan Magang siswa dan System Ganda.
3.
Mengkoordinasikan pemakaian bahan dan alat Praktek dalam
program study yang bersangkutan.
4.
Menjalin Hubungan Kerja sama dengan rekan kerja, Ketua
Program Unit Produksi.
5.
Melaksanakan Pembinaan dan bimbingan secara Individu /
Kelompok untuk peningkatan Prestasi belajar melalui guru –
guru yang terkait.
6.
Menjalin Hubungan yang Konstruktif dengan Dunia Kerja
yang relevan, secara langsung.
7.
Memasarkan dan menelusuri tamatan.
8.
Mengajar 24 jam pelajaran.
9.
Mengawasi KBM pada Kompetensi Keahliannya.
10. Membuat Program Laporan Berkala dan Insidentil.
BISNIS CENTER SMK NEGERI 1 KENDAL
Bertugas membantu Ketua Kompetensi Keahlian dalam kegiatan :
1.
Pusat Perbelanjaan Siswa SMK Negeri 1 Kendal
2.
Melatih Siswa untuk Berwirausaha
3.
Melatih Siswa untuk menjadi SPG
4.
Melatih Siswa untuk menjadi Kasir
5.
Laboratorium Siswa Pemasaran
6.
Piutang Siswa dalam bentuk Pembelian Produk
7.
Penitipan Produk Karya Siswa
BENDAHARA KOMPETENSI KEAHLIAN :
Bertugas membantu Ketua Kompetensi Keahlian dalam Kegiatan :
1. Membuat rencana anggaran dan pendapatan program keahlian
16
2. Menerima pendapatan
3. Mengelola keuangan program keahlian
4. Membuat Program laporan berkala dan isidental.
SEKRETARIS KOMPETENSI KEAHLIAN :
Bertugas membantu Ketua Kompetensi Keahlian dalam kegiatan :
1.
Menyiapkan instrumen administrasi untuk menyusun program
semesteran dan tahunan.
2.
Mencari tempat magang dan penempatan siswa
3.
Menyiapkan bahn dan alat praktek
4.
Menjalin kerja sama denga rekan kerja atau DU/DI
5.
Melaksanakan RIP sekolah yang telah direncanakan bersama
Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah
6.
Mengajar 12 jam pembelajaran
7.
Mengawasi KBM pada Kompetensi keahlian Pemasaran
8.
Membuat Program laporan berkala dan isidental
PELAKSANA
1.
Melaksanakan Program Kerja yang telah di Sepakati
2.
Mengkoordinasikan
Pemeliharaan
Perbaikan
dan
Pengembangan Peralatan
3.
Mengidentifikasi Pasar Sasaran
4.
Mengidentifikasi Produk yang di butuhkan Konsumen
5.
Pengadaan Barang
6.
Menetapkan harga jual
7.
Melaksanakan Penjualan dengan cara Direct Selling
8.
Melaporkan hasil penjualan produk kepada Ketua Unit
Produksi dan diserahkan pada Bendahara
2.3.4. Fasilitas Unit Produksi
Fasilitas yang memadai dalam pelaksanaan suatu pekerjaan
dapat membantu memperlancar pekerjaan dalam sebuah usaha.
Peralatan yang digunakan juga harus sesuai dengan kebutuan yang
dibutuhkan saat praktik di dalam Unit Produksi yang dapat menentukan
17
keberhasilan saat berjualan. Unit produksi SMK Negeri 1 Kendal
mempunyai tempat untuk berjualan sebesar 10 m² yang dilengkapi
dengan beberapa alat pendukung pada saat transaksi. Berikut ini tabel
pengadaan alat kerja di Unit Produksi SMK Negeri 1 Kendal.
NO
Nama Alat
Jumlah
Kondisi
1.
Meja
4 Buah
Baik
2.
Kursi
8 Buah
Baik
3.
Etalase
1 Buah
Baik
4.
Mesin Cash Register
1 Unit
Baik
5.
Lain – lain (buku, gunting,bolpoint, Lengkap
Baik
pensil, penggaris, plastik, piring, sendok,
tempat makanan)
2.3.5 Bentuk Pelaksanaan Pembelajaran Praktik Kewirausahaan di Unit
Produksi
Bentuk kegiatan Unit Produksi SMK Negeri 1 Kendal berupa
kantin yang yaitu “Café Q-Tha” yang menyediakan kebutuhan jajanan
bagi para siswa SMK Negeri 1 Kendal pada jam istirahat. Café Q-Tha
juga menerima pesanan tidak hanya siswa saja melainkan juga
konsumen dari luar sekolah seperti masyarakat sekitar. Pelaksanaan
Unit Produksi melibatkan 1 orang guru pengawas dari kompetensi
keahlian pemasaran dan beberapa siswa sebagai pengurus. Pelaksana
sepenuhnya adalah siswa kompetensi keahlian pemasaran. Siswa
menerapkan materi yang telah diberikan didalam kelas saat proses
pembelajaran kepada konsumen. Pelaksanaan pembelajaran pratik
kewirausahaan dilakukan dengan cara menerapkan materi mulai dari
18
Menata Produk, Membuka usaha kecil/ Retail, Pelayanan penjualan,
hingga menerapkan Prinsip – prinsip bisnis dalam menjalankan sebuah
usaha.
2.4. Guru dalam pembentukan jiwa wirausaha
2.4.1 Pengertian Guru
Guru adalah seorang pendidik dimana seorang guru harus
memiliki tanggung jawab dan tugas yang harus dilaksanakan. Guru
juga harus memenuhi persyaratan sebagai seorang pendidik.
“Guru bermakna sebagai pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur
pendidikan formal. Tugas utama itu akan efektif jika guru
memiliki derajat profesionalitas tertentu yang tercermin dari
kompetensi, kemahiran, kecakapan, atau keterampilan yang
memenuhi standar mutu atau norma etik tertentu ” (Sudarwan
Danim dan H. Khairil 2010:5).
2.4.2 Peran Guru dalam meningkatkan jiwa wirausaha dalam diri
siswa
Peran guru dalam dunia pendidikan tidak hanya monoton dalam
memainkan perannya sebagai seorang guru. Guru berperan penting
khususnya dalam meningkatkan jiwa wirausaha yang ada dalam diri
siswa. Pengarahan dari seorang guru harus dilakukan secara terus
menerus agar siswa dapat berkembang sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai dalam meningkatkan jiwa wirausahanya. Penanaman jiwa
wirausaha pada diri siswa juga harus dimulai dengan guru terlebih
dahulu
memiliki
jiwa
wirausaha
agar
lebih
mudah
dalam
penyampaiannya.
“Guru masa depan harus mampu memainkan peran seperti
berikut ini :
1. Sebagai penasihat
19
Dimana guru harus mampu mengumpulkan data dan informasi,
serta mempresentasikannya dihadapan sejawat dan siswa untuk
perbaikan pembelajaran dan aktivitas pendukung akademik
lainnya.
2. Sebagai subjek yang memproduksi
Dimana guru tidak lagi hanya sebagai penyalur dan penyadap
ilmu, melainkan harus mampu memproduksi pengalaman baru,
alat bantu pembelajaran baru, dan cara – cara baru dalam
rangka perbaikan pembelajaran.
3. Sebagai perencana
Artinya guru memiliki program kerja pribadi yang jelas,
program kerja tersebut tidak hanya berupa program rutin,
misalnya menyiapkan seperangkat dokumen pembelajaran
seperti Program Semester, Satuan Pelajaran, lembar kerja
siswa (LKS), dan sebagainya. Akan tetapi guru harus
merencanakan bagaimana setiap pembelajaran yang dilakukan
berhasil maksimal, dan tentunya apa dan bagaimana rencana
yang dilakukan dan sudah terprogram dengan baik.
4. Sebagai Inovator
Artinya memiliki kemauan untuk melakukan pembaruan
dimaksud berkenaan dengan pola pembelajaran termasuk
didalamnya metode mengajar, media pembelajaran system dan
alat evaluasi, serta nurturent effect lainnya. Secara individu
maupun bersama – sama mampu untuk mengubah pola lama
yang selama ini tidak memberikan hasil maksimal, dengan
mengubah kepada pola baru pembelajaran, maka akan
berdampak kepada hasil yang lebih maksimal.
5. Sebagai Motivator
Artinya guru masa depan mampu memiliki motivasi untuk terus
belajar dan belajar, dan tentunya juga akan memberikan
motivasi kepada siswa untuk belajar dan terus belajar
sebagaimana dicontohkan oleh gurunya.
6. Sebagai pribadi yang mampu atau capable personal
Dimana guru diharapkan memiliki pengetahuan, kecakapan dan
keterampilan serta sikap yang lebih mantap dan memadai
sehingga mampu mengola proses pembelajaran secara efektif.
7. Sebagai pengembang
Dimana guru mau untuk terus mengembangkan diri, mau
menularkan kemampuan dan keterampilan kepada siswanya dan
untuk semua orang. guru masa depan haus akan menimba dan
bersikap terhadap perkembangan IPTEKS, misalnya mampu
dan terampil mendayagunakan komputer, internet, dan pelbagai
model pembelajaran multi media.
8. Sebagai penghubung
Dimana guru harus mampu menjadi bagian dari jaringan –
jaringan kemasyarakatan yang berkemauan untuk memajukan
sekolah dan meningkatkan prestasi belajar siswa.
9. Sebagai pemelihara
Dimana guru tidak hanya mendorong anak menjadi cerdas dan
terampil , melainkan juga sebagai subjek yang dapat
20
melestarikan tata nilai tradisional yang masih relevan”
(Sudarwan Danim dan H. Khairil 2010:47).
“Peran guru dalam internalisasi karakter kewirausahaan,
diantaranya sebagai berikut:
1. Para guru harus menyadari bahwa proses pengembangan
karakter kewirausahaan itu merupakan sebuah proses panjang
dan berkelanjutan dimulai dari awal anak masuk sampai selesai
dari suatu satuan pendidikan.
2. Para guru harus memahami jika materi karakter
kewirausahaan itu bukanlah bahan ajar biasa. Artinya karakter
tersebut tidak dijadikan pokok bahasan yang dikemukakan
sebagaimana hanya ketika mengajarkan suatu konsep, teori
prosedur atau pun fakta seperti dalam mata pelajaran agama,
bahasa Indonesia, Pendidikan kewarganegaraan (PKn), Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
matematika, dan sebagainya. Dengan kata lain karakter
kewirausahaan itu diintegrasikan ke dalam setiap mata
pelajaran. Pengintegrasian kedalam mata pelajaran bisa
melalui materi, metode, maupun penilaian.
3. Dalam pelaksanaan pembelajaran dikelas, guru tidak perlu
mengubah pokok bahasan yang sudah ada tetapi cukup
menggunakan materi pokok bahasan itu untuk mengembangkan
karakter
kewirausahaan.
Guru
juga
tidak
harus
mengembangkan
proses
belajar
khususnya
untuk
mengembangkan karakter kewirausahaan itu.
4. Hendaknya para guru menggunakan metode pembelajaran
aktif dan menyenangkan. Prinsip ini mengisyaratkan bahwa
proses pendidikan nilai – nilai kewirausahaan itu dilakukan
oleh anak didik bukan oleh guru. Oleh karena itu dalam proses
pembelajaran hendaknya dilakukan dalam suasana belajar yang
menimbulkan rasa menyenangkan dan menggembirakan (happy
and fun).
5. Beberapa karakter kewirausahaan yang harus dibangun
pada diri setiap anak didik oleh guru baik pada kegiatan proses
pembelajaran maupun dalam wadah pembinaan dan
pengembangan adalah :
a. Mentalitas yang berorientasi ke masa depan dan
berpandangan positif serta kreatif
b. Ulet, tekun, tidak mudah putus asa dan pandai bergaul
c. Sangat menghargai waktu dan selalu siap berkompetisi
secara sehat
d. Menjunjung tinggi sikap memberi dari pada meminta dan
berkepribadian menyenangkan (famillier)
e. Selalu siap bekerja keras dari jenis pekerjaan yang rendah,
dan mampu mengendalikan diri untuk tidak konsumerisme
f. Tidak gila pangkat, gelar, kekuasaan dan selalu menerima
hasil usaha sendiri
g. Beriman pada Tuhan dan berbuat baik dengan sesama
21
h. Tidak suka tergantung pada orang lain dan mempunyai rasa
tanggung jawab pribadi
i. Berdisiplin nurani dan berani mengambil resiko dari pilihan
yang dianggap baik
j. Bertekad untuk memajukan lingkungan dan menjunjung
tinggi rasa keadilan serta berani menyebarluaskan hal – hal
yang baik untuk kepentingan umum” (Agus Wibowo dan
Hamrin 2012:94).
“Beberapa mental kewirausahaan yang sebaiknya juga dimilki
para guru diantaranya:
a. Percaya diri
b. Berorientasi pada tugas dan hasil
c. Berani mengambil resiko demi kemajuan
d. Berjiwa kepemimpinan yang terbuka dan mudah bergaul
atau bekerjasama
e. Orientasi ke masa depan” (Agus Wibowo dan Hamrin
2012:97).
“Agar guru dapat berperan secara efektif dalam menunjang
proses pembelajaran kewirausahaan di kelas, setidaknya ada
beberapa hal yang harus dilakukan diantaranya:
a. Meningkatkan kompetensi guru dan mentalitas inovatif guru.
b. Pembenahan sistem pembelajaran yang di desain dalam
bentuk “anak didik aktif, kreatif, dan inovatif”.
c. Pembenahan dalam sarana pembelajaran di kelas yang
berbasis teknologi yang menunjang pembentukan mentalitas
kewirausahaan.
d. Menanamkan konsep pada anak didik tentang anak didik
berprestasi adalah anak didik yang mampu mencapai
ketuntasan belajar dan mempunyai kualitas pada aspek: moral,
sikap mental inovatif, kepekaan sosial, keterampilan
berwirausaha, rasa tanggung jawab dalam menyelesaikan
problem” (Agus Wibowo dan Hamrin 2012:97).
2.5. Model Pembelajaran Aktif Dalam Membentuk Karakter Wirausahaan
2.5.1 Active Learning Bermuatan Karakter Kewirausahaan
Pembelajaran
menggunakan
kewirausahaan
Pembelajaran
aktif
dapat
untuk
dilakukan
dengan
membentuk
karakter
kewirausahaan dapat dilakukan dengan cara melibatkan peserta didik
secara langsung dalam proses pembelajaran kewirausahaan dengan
acuan pada proses pembelajaran bukan hanya pada penyampaian
materi saja. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan
22
memberikan
pertanyaan
satu
persatu
tentang
materi
terkait
kewirausahaan pada peserta didik. Pertanyaan yang diberikan oleh
guru membuat peserta didik akan menjawab secara aktif dalam
pembelajaran.
“Pembelajaran aktif adalah segala bentuk pembelajaran yang
memungkinkan peserta didik berperan secara aktif dalam proses
pembelajaran, baik dalam bentuk interaksi antar peserta didik
ataupun peserta didik dengan guru dalam proses
pembelajaran” (Hamruni 2009 Suyadi 2013 :36).
“Pembelajaran aktif memiliki beberapa karakteristik sebagai
berikut:
1. Menekankan pada proses pembelajaran, bukan pada
penyampaian materi oleh guru. Proses ini merupakan upaya
menanamkan nilai kerja keras kepada peserta didik. Proses
pembelajaran tidak lagi sekadar transfer of konwoledge atau
transfer ilmu pengetahuan, melainkan lebih kepada transfer of
values atau transfer nilai. Nilai yang dimaksud di sini adalah
nilai – nilai karakter secara luas, salah satunya adalah rasa
ingin tahu.
2. Peserta didik tidak boleh pasif, tetapi harus aktif
mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi
pembelajaran. Aktif dalam konteks ini merupakan upaya
penanaman nilai tanggung jawab, dimana peserta didik harus
mempraktikkan bahkan membuktikan teori yang dipelajari, tidak
sekadar diketahui.
3. Penekanan pada eksplorasi nilai – nilai dan sikap – sikap
berkenaan dengan materi pembelajaran. Dalam hal ini peserta
didik berhak menerima materi pelajaran yang dipandang
selaras dengan pandangan hidupnya atau menolak materi
pelajaran yang tidak sesuai dengan pandangan hidupnya. Pola
pembelajaran ini merupakan proses pembentukan sikap secara
matang.
4. Peserta didik lebih banyak dituntut berpikir kritis,
menganalisis dan melakukan evaluasi daripada sekadar
menerima teori dan menghafalnya. Tuntutan ini merupakan
aktualisasi lebih lanjut mengenai nilai karakter “rasa ingin
tahu”, sehingga peserta didik tidak anti realitas karena
berpandangan bahwa realitas yang terjadi tidak sesuai dengan
teori yang dipelajari dan dihafal, yang mengakibatkan peserta
didik mudah terprovokasi oleh informasi yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.
5. Umpan balik dan proses dialektika yang lebih cepat akan
terjadi pada proses pembelajaran. Pembelajaran yang dialogis,
secara tidak langsung membentuk karakter peserta didik yang
23
demokratis, pluralis, menghargai perbedaan pendapat, inklusif,
terbuka dan humanitas tinggi” (Bonwell 1995 Suyadi 2013 :36).
Secara umum suatu proses pembelajaran aktif memungkinkan
diperolehnya beberapa hal :
1. Interaksi akan timbul selama proses pembelajaran akan
menumbuhkan positive interdependence, dimana konsolidasi
pengetahuan yang dipelajari hanya dapat diperoleh secara
bersama – sama melalui eksplorasi aktif dalam pembelajaran.
2. Setiap individu harus terlibat aktif dalam proses
pembelajara, dan guru harus mendapatkan penilaian dari
peserta didik sehingga terdapat individual accoutability.
3. Proses pembelajaran aktif memerlukan tingkat kerjasama
yang tinggi sehingga akan memupuk social skills” (Suyadi 2013
:37).
2.5.2 Konsep Dasar Active Learning Bermuatan Karakter
Kewirusahaan
Pembelajaran aktif dalam pelaksanaannya harus memiliki konsep
yang bermuatan dengan karakter kewirausahaan. Kewirausahaan
sangat menuntut pelakunya agar berinovasi. Pembelajaran aktif
mempunyai konsep dasar tersendiri untuk dapat menumbuhkan
karakter kewirausahaan seperti yang dikutip Suryadi :
“Konsep dasar active learning bermuatan karakter mencakup
dua hal sebagai berikut :
1. active learning dikaji atau digali nilai – nilai karakter yang
terkandung didalamnnya untuk diaktualisasikan dalam
pembelajaran, sehingga nilai – nilai karakter tersebut dapat
ditanamkan atau diinternalisasikan ke dalam diri peserta
didik. Nilai – nilai karakter yang terkadung berupa karakter
kewirausahaan yang di tanamkan dalam pembelajaran
sehingga karakter keiwrausahaan dapat tertanam dalam diri
peserta didik.
2. active learning dapat dimodifikasikan dan dikembangkan
secara kreatif agar memuat nilai – nilai karakter lebih
variatif” (Suyadi 2013:38).
2.5.3 Prosedur Pelaksanaan Active Learning Bermuatan Karakter
Kewirusahaan
Pembelajaran aktif yang bermuatan karakter kewirausahaan agar
dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan maka dalam
24
pembelajaran ini mempunyai prosedur pelaksanaan tersendiri. Metode
atau strategi pembelajaran aktif tersebut dibagi menjadi beberapa
kelompok, seperti yang dikutip Suryadi :
“Metode atau strategi pembelajaran aktif-menyenangkan
diantaranya sebagai berikut:
1. Membangun Tim
Nilai karakter inti yang bisa ditanamkan kepada peserta didik
melalui metode membangun tim dalam active learning ini adalah
gemar membaca, kepedulian sosial, komunikatif, dan sebagainya.
2. TV Commercial
TV Commercial adalah metode pembelajaran dalam active
learning dengan cara mengemas materi pelajaran sesulit apapun
menjadi bahasa “iklan komersial” semudah mungkin.
3. Questions Students Have
Metode questions student have dalam active learning digunakan
untuk mempelajari keinginan dan harapan peserta didik sebagai
dasar untuk memaksimalkan ptensi yang mereka miliki.
4. Assessment Search
Assessment search adalah penilaian cepat dalam active learning.
Metode ini dapat menjadi salah satu cara yang menarik untuk
memberi tugas materi pelajaran guru secara cepat dan pada saat
bersamaan, melibatkan peserta didik sejak awal untuk
mengetahui masing – masing peserta didik dan belajar dengan
kerja sama.
5. Active Knowledge Sharing
Active Knowledge Sharing adalah metode untuk mengaktifkan
peserta didik sejak awal dengan cara sharing pengetahuan.
Metode ini sangat efektif untuk menarik perhatian para peserta
didik pada menit – menit pertama.
6. Lighthening The Learning Climate
Metode lightening the learning adalah metode yang mampu
menciptakan suatu proses pembelajaran secara bebas dengan
cepat, humor kreatif yang mencairkan suasana, sentilan tentang
inti pelajaran yang dibahas secara “menggelitik” dan lain
sebagainya.
7. Go to Your Post
Go to Your Post adalah gerak fisik secara fleksibel pada
pelajaran.
8. Belajar Kelas Penuh
Belajar Kelas Penuh adalah membagi peserta didik ke dalam dua
kelas, karena jika dijadikan satu kelas akan menjadi terlalu
penuh. Meskipun materinya sama tetapi disampaikan dengan
cara yang berbeda antara kelas yang satu dengan kelas yang
lain.
9. Point-Counterpoint
Point-Counterpoint adalah metode diskusi dalam pembelajaran
yang tensinya agak tinggi, sehingga dapat dikatakan mirip
25
dengan perdebatan. Nilai karakter yang bisa ditransformasikan
kepada peserta didik melalui metode Point-Counterpoint ini
adalah rasa ingin tahu, gemar membaca, komunikatif, dan
toleransi.
10. Reading Aloud
Reading Aloud adalah metode pembelajaran dengan teknik
membaca keras – keras. Nilai karakter yang dapat
ditransformasikan kepada peserta didik melalui metode reading
aloud ini adalah komunikatif, kerja keras dan gemar membaca.
Membaca dengan keras dimaksudkan untuk menjalin komunikasi
lebih fokus, dan membaca itu sendiri secara tidak langsung
memberi teladan pembaca yang baik.
11. Active Debate
Active Debate adalah metode pembelajaran yang dilaksanakan
dalam diskusi. Nilai karakter yang dapat ditransformasikan
kepada peserta didik melalui metode Active Debate ini adalah
belajar/ bekerja keras (mempertahankan argumen), disipilin
(konsistensi dalam berpikir/ berargumen) dan kepedulian sosial
(menjawab pertanyaan kawan diskusi dengan penuh antusias)”
(Suyadi 2013 :40).
Active
Learning
Bermuatan
Karakter
2.5.4 Keunggulan
Kewirausahaan
Pembelajaran aktif baik digunakan dalam pembelajaran karena
mendorong siswanya untuk dapat akitf dalam pembelajaran maupun
dalam praktiknya. Pembelajaran aktif juga memiliki keunggulan
tersendiri sehingga baik diterapkan dalam pembelajaran penanaman
jiwa wirausaha.
“Keunggulan pembelajaran aktif tersebut adalah sebagai berikut :
a. Peserta didik dapat belajar dengan cara yang sangat
menyenangkan sehingga materi sesulit apapun tidak sempat
“mengernyitkan” kening mereka.
b. Aktivitas yang ditimbulkan dalam active learning dapat
meningkatkan daya ingat peserta didik, karena gerakan dapat
“meningkat” daya ingat pada memori jangka panjang.
c. Active learning dapat memotivasi peserta didik lebih
maksimal sehingga dapat menghindarkan peserta didik dari sikap
malas, mengantuk, melamun dan sejenisnya” (Suyadi 2013 :58).
Pembelajaran active learning dalam menumbuhkan karakter
kewirausahaan sangat cocok untuk diterapkan dalam proses belajar
26
mengajar khususnya pada materi kewirausahaan. Pembelajaran
semacam itu dapat meningkatkan semangat belajar siswa dalam
belajar kewirausahaan. Semangat belajar siswa dan keingin tahuan
siswa dalam belajar kewirausahaan dapat berpengaruh pada
peningkatan
Jiwa yang dimiliki siswa menjadi jiwa yang
berlandaskan
wirausaha
dengan
syarat
penggunaan
metode
pembelajaran yang tepat.
2.5.5 Strategi Pembelajaran Kreatif – Produktif dalam meningkatkan
jiwa wirausaha
Strategi pembelajaran kreatif – produktif diasumsikan mampu
memotivasi siswa dalam melaksanakan berbagai kegiatan sehingga
merasa tertantang menyelesaikan tugas – tugas secara kreatif.
Kaitannya dengan pembelajaran kewirausahaan strategi tersebut dapat
memicu motivasi siswa untuk mau belajar kwirausahaan. Diawali
mulai dari kemauan siswa selanjutnya dapat menimbulkan keinginan
siswa untuk melaksanakan tugas – tugas dan berpikir kreatif dalam
menjalankannya. Berpikir kreatif dalam pembelajaran kewirausahaan
dapat mempengaruhi meningkatnya jiwa wirausaha yang ada dalam
diri siswa.
“Strategi pembelajaran kreatif – produktif memiliki beberapa
karakteristik yang membedakan dengan strategi pembelajaran
lainnya. Karakteristik strategi pembelajaran kreatif-produktif
antara lain sebagai berikut:
a. Keterlibatan siswa secara intelektual dan emosional dalam
pembelajaran.
b. Siswa didorong untuk menemukan/ mengonstruksi sendiri
konsep yang sedang dikaji melalui penafsiran yang dilakukan
dengan berbagai cara seperti observasi, diskusi, atau
percobaan.
27
c. Siswa diberi kesempatan untuk bertanggung jawab
menyelesaikan tugas bersama.
d. Pada dasarnya untuk menjadi siswa kreatif seseorang harus
bekerja keras, berdedikasi tinggi, antusias, serta percaya diri”
(Made Wena 2011:140).
2.6. Penelitian Terdahulu
1. Penelitian yang dilakukan oleh Titin Agustyani Muslihah tahun 2013
yang berjudul “Penanaman Nilai Kewirausahaan Melalui Program
Bisnis di SMP ALAM AR-RIDHO kota Semarang” yang ingin
menelaah mengenai :
1) Bagaimanakah Pembelajaran Bisnis yang dilaksanakan di SMP
Alam Ar - Ridho?
2) Bagaimanakah penanaman nilai kewirausahaan kepada siswa
melalui pembelajaran bisnis di SMP Alam Ar - Ridho?
3) Hambatan - hambatan apa sajakah yang dihadapi selama penanaman
nilai - nilai kewirausahaan melalui pembelajaran bisnis?
Hasil penelitian menunjukkan bahwa program bisnis merupakan
salah satu kegiatan unggulan di SMP Alam Ar – Ridho yang termuat
dalam
kurikulum
pengembangan
diri.
Dalam
pelaksanaannya
penanaman nilai kewirausahaan dilakukan secara bertahap. Penanaman
nilai kewirausahaan dilakukan melalui kegiatan praktik berjualan yang
melibatkan siswa siswi SMP Alam Ar-Ridho. Terdapat kendala dalam
kegiatan penanaman nilai kewirausahaan kepada peserta didik melalui
program bisnis, yaitu apabila ada peserta didik yang belum menemukan
bakatnya. Penanaman nilai kewirausahaan melalui pembelajaran bisnis
dilakukan dalam kegiatan praktik bisnis mulai dari perencanaan, belanja,
produksi, pemasaran, sampai dengan pembuatan laporan. Kendala yang
28
dihadapai dalam penanaman nilai kewirausahaan adalah ketika ada
seorang atau beberapa peserta didik yang belum bertemu dengan
bakatnya.
Perbedaan penelitian yang dilakukan penulis dengan penelitian
milik Titin Agustyani yaitu perbedaan pada proses pembelajaran yang
dilakukan di SMP Alam Ar – Ridho dengan SMK Ngerei 1 Kendal dan
peran dari seorang guru dalam pembentukan jiwa wirausaha.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Heny tahun 2012 yang berjudul
“Implementasi kompetensi kewirausahaan kepala sekolah dalam
pengorganisasian business center “SMK MART” dilakukan oleh
mahasiswa UNNES yang ingin menelaah mengenai:
1) Bagaimana kepala sekolah mengimplementasikan kompetensi
kewirausahaan dalam pengorganisasian sumber daya manusia pada
Business Center “SMK Mart” di SMK Negeri 1 Kendal?;
2) Bagaimana kepala sekolah mengimplementasikan kompetensi
kewirausahaan dalam pengorganisasian barang dagangan pada
Business Center “SMK Mart” di SMK Negeri 1 Kendal?;
3) Bagaimana kepala sekolah mengimplementasikan kompetensi
kewirausahaan dalam pengorganisasian layanan penjualan pada
BusinessCenter “SMK Mart”di SMK Negeri 1 Kendal?;
4) Faktor - faktor apa yang mendorong dan menghambat dalam
pengorganisasian Business Center “SMK Mart’ di SMK Negeri 1
Kendal?
Hasil
penelitian
menununjukkan
bahwa
Kompetensi
Kewirausahaan Kepala Sekolah dalam Pengorganisasian Business
29
Center “SMK Mart” SMK Negeri 1 Kendal, dilakukan melalui tiga
bagian. Pertama, Implementasi Kompetensi Kewirausahaan Kepala
Sekolah Dalam Pengorganisasian Sumber Daya Manusia Di Business
Center ”SMK Mart” SMK Negeri 1 Kendal melalui kegiatan. Kedua
melalui Implementasi Kompetensi Kewirausahaan Kepala Sekolah
Dalam Pengorganisasian Barang Dagangan Di Business Center ”SMK
Mart” SMK Negeri 1 Kendal Bagian ketiga melalui Implementasi
Kompetensi Kewirausahaan Kepala Sekolah Dalam Pengorganisasian
Layanan Penjualan Business Center “SMK Mart” di SMK Negeri 1
Kendal.
Perbedaan penelitian yang dilakukan penulis dengan penelitian
milik
Heny
yaitu
perbedaan
pada
penanaman
kompetensi
kewirausahaan. Penelitian milik Heny pengorganisasiannya melalui
Bisnis Center SMK Negeri 1 Kendal. Pengorganisasian dalam
menanamkan jiwa wirausaha yang dilakukan peneliti melalui Unit
Produksi SMK Negeri 1 Kendal.
2.7. Kerangka Berfikir
Program keahlian pemasaran di SMK Negeri 1 Kendal bertujuan
melatih siswa agar mempunyai jiwa dan kemampuan untuk berwirausaha.
Praktik kerja yang dilakukan di Unit Produksi dilakukan agar siswa mampu
mempraktekkan berjualan secara langsung. Pelaksanaan praktik di Unit
Produksi sangat membutuhkan peran seorang guru produktif karena tidak
semua siswa melaksanakan praktik dengan sungguh – sungguh. Pelaksanaan
praktik
jika
dilakukan
dengan
tidak
sungguh
–
sungguh
dapat
30
mengakibatkan kurangnya penguasaan/pemahaman bagi siswa secara
keseluruhan pembelajaran praktik.
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti bagaimana peran guru produktif
dalam pemberdayaan Unit Produksi untuk meningkatkan jiwa wirausaha di
kompetensi keahlian pemasaran SMK Negeri 1 Kendal. Siswa kelas X
kompetensi keahlian pemasaran di SMK Negeri 1 Kendal merupakan objek
dalam penelitian ini. Dipilih kelas X sebagai objek penelitian karena alasan
kelas X yang melaksanakan praktik secara penuh di dalam Unit Produksi
tersebut namun kelas XI dan XII ikut membantu dalam pelaksanaannya.
Ada atau tidaknya peran guru produktif dalam pemberdayaan Unit Produksi
dapat dihasilkan dari kemungkinan bahwa guru produktif berperan aktif, dan
kemungkinan
bahwa
guru
produktif
tidak
berperan
aktif
dalam
pemberdayaan Unit produksi tersebut. Apabila terbukti bahwa guru
produktif sangat berperan aktif, diharapkan guru produktif tersebut dapat
melakukan pemberdayaan Unit Produksi dengan baik sehingga dapat
meningkatkan jiwa wirausaha pada siswa program keahlian pemasaran
SMK Negeri 1 Kendal. Sehingga kerangka dasar pemikirannya dapat
digambarkan sebagai berikut :
31
Peran guru produktif dalam
pemberdayaan unit produksi
Pemahaman jiwa wirausaha pada guru
Produktif
Memiliki Kewenangan di
Unit Produksi
Tidak memiliki Kewenangan
di Unit Produksi
Meningkatan jiwa wirausaha
di Program keahlian
pemasaran
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Peran Guru Produktif dalam Pemberdayaan Unit
Produksi untuk Meningkatkan Jiwa Wirausaha di Program Keahlian
Pemasaran
32
Download