BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Hakekat Kewirausahaan 2.1.1 Definisi Kewirausahaan Kewirausahaan pada saat ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat tidak hanya pelajar, ibu rumah tangga, pegawai. Berbagai kalangan pada saat ini sangat memerlukan jiwa yang berlandaskan wirausaha. Mengingat dalam kewirausahaan menjanjikan masa depan yang baik bagi seseorang yang melakukanya. “Kewirausahaan merupakan kemauan dan kemampuan seseorang dalam menghadapi berbagai resiko dengan mengambil inisiatif untuk menciptakan dan melakukan hal – hal baru melalui pemanfaatan kombinasi berbagai sumber daya dengan tujuan untuk memberikan pelayanan kepada seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) dan memperoleh keuntungan sebagai konsekuensinya” (Dedi Ismatullah 2013:47). “Kewirausahaan adalah proses kemanusiaan (human procces) yang berkaitan dengan kreativitas dan inovasi dalam memahami peluang, mengorganisasi sumber – sumber, mengelola sehingga peluang itu terwujud menjadi suatu usaha yang mampu menghasilkan laba atau nilai untuk jangka waktu yang lama” Basrowi (2011:2). Kedua definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kewirausahaan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh manusia dimana dalam pelaksanaannya sangat membutuhkan kemampuan yang diselingi dengan kemauan untuk dapat berfikir kreatif, berinovasi sehingga dapat menghasilkan karya – karya baru yang dapat menghasilkan nilai jual. 2.1.2 Pendidikan Kewirausahaan Pendidikan Kewirausahaan dapat diberikan melalui pendidikan formal maupun pendidikan non formal. Pendidikan kewirausahaan 8 mengajarkan mengenai pelaksanaan kewirausahaan dan cara melakukan kewirausahaan “Pendidikan kewirausahaan dilihat dari siapa yang bertanggung jawab banyak pendapat mengatakan bahwa pendidikan kewirausahaan menjadi tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah, karena itu pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Pendidikan kewirausaahaan tidak dapat berdiri sendiri melainkan membutuhkan bantuan dari berbagai pihak dalam pelaksanaannya” (Guruvalah dalam Titin Agustyani, 2013:15). “Tujuan Pendidikan Kewirausahaan, antara lain: 1. Menumbuhkan kewirausahaan pada jiwa manusia muda yang pembelajar agar memiliki keberanian untuk mandiri dan professional, 2. Menyadarkan masyarakat bahwa kewirausahaan tidak sekedar usaha partikelir atau swasta saja, tetapi lebih jauh lagi adalah kemampuan untuk mandiri dengan mengedepankan jiwa - jiwa yang luhur, 3. Upaya untuk meningkatkan kemajuan dan kesejahteraan masyarakat, 4. Membudayakan semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan kewirausahaan di kalangan masyarakat” (Munandar dalam Titin Agustyani, 2013: 13). Pendidikan Kewirausahaan patut ditanamkan semenjak siswa masih berada dalam sekolah. Hal ini dapat menumbuhkan keinginan siswa untuk bisa berwirausaha ketika lulus nanti. Selain itu pendidikan kewirausahaan juga dapat menjadikan siswa lebih kreatif dan berinovasi. 2.1.3 Jiwa dan Sikap Wirausaha Jiwa wirausaha akan membawa pribadi seseorang menjadi seseorang yang kreatif, inovatif dan pantang menyerah dalam melakukan kewirausahaan. Jiwa wirausaha mendorong seseorang untuk dapat mencipatakan sesuatu yang baru dan terus berkembang dalam berwirausaha. “Proses kreatif dan inovatif hanya dilakukan oleh orang – orang yang memiliki kepribadian kreatif dan inovatif, yaitu orang yang 9 memiliki jiwa, sikap, dan perilaku kewirausahaan” (Suryana 2008:3). “ Nilai hakiki yang penting dari wirausaha adalah sebagai berikut : 1. Percaya Diri Merupakan paduan sikap dan keyakinan seseorang dalam menghadapi tugas atau pekerjaan, yang bersifat internal, sangat relatif dan dinamis dan banyak ditentukan oleh kemampuannya untuk memulai, melaksanakan dan menyelesaikan suatu pekerjaan. Kepercayaan diri akan mempengaruhi gagasan, karsa, inisiatif, kreativitas, keberanian, ketekunan, semangat kerja, serta kegairahan berkarya. 2. Berorientasi Tugas dan Hasil Seseorang yang selalu mengutamakan tugas dan hasil adalah orang yang selalu mengutamakan nilai – nilai motif berprestasi, berorientasi pada laba, ketekunan dan kerja keras. Dalam kewirausahaan peluang hanya diperoleh apabila ada inisiatif. Perilaku inisiatif biasanya diperoleh melalui pelatihan dan pengalaman bertahun – tahun dan pengembangannya diperoleh dengan cara disiplin diri, berpikir kritis, tanggap, bergairah, dan semangat berprestasi. 3. Keberanian Mengambil Risiko Wirausaha adalah orang yang lebih menyukai usaha – usaha yang lebih menantang untuk mencapai kesuksesan atau kegagalan daripada usaha yang kurang menantang. Pilihan terhadap risiko tergantung pada: a. Daya tarik setiap alternatif ; b. Kesediaan untuk rugi; c. Kemungkinan relatif untuk sukses atau gagal Selanjutnya kemampuan untuk mengambil risiko tergantung dari; a. keyakinan pada diri sendiri; b. kesediaan untuk menggunakan kemampuan dalam mencari peluang dan kemungkinan untuk memperoleh keuntungan; c. kemampuan untuk menilai situasi risiko secara realitis 4. Kepemimpinan Seorang wirausaha harus memiliki sifat kepemimpinan, kepeloporan, keteladanan. 5. Berorientasi ke Masa Depan Wirausaha harus memiliki prespektif dan pandangan ke masa depan . Kuncinya adalah dengan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda dari yang sekarang. 6. Keorisinilan : Kreativitas dan Inovasi Wirausaha yang inovatif adalah orang yang memiliki ciri – ciri berikut : a. Tidak pernah puas dengan cara – cara yang dilakukan saat ini meskipun cara tersebut cukup baik. b. Selalu menuangkan imajinasi dalam pekerjaannya. 10 c. Selalu ingin tampil berbeda atau selalu memanfaatkan perbedaan” (Basrowi 2011:27). 2.1.4. Kompetensi Kewirausahaan Pelaksanaan praktik kewirausahaan dapat berjalan dengan baik salah satunya menggunakan pegangan dari kompetensi kewirausahaan. Kompetensi kewirausahaan sebagai acuan untuk menjalankan praktik agar sesuai dengan prosedurnya. “Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan individu yang langsung berpengaruh pada kinerja” (Basrowi 2011:29). “Keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang wirausahawan adalah sebagai berikut : a. Managerial skill. b. Conceptual skill. c. Human skill (keterampilan memahami, mengerti, berkomunikasi dan beralasi). d. Decision making skill (keterampilan merumuskan masalah dan mengambil keputusan). e. Time managerial skill (keterampilan mengatur dan menggunakan waktu)”(Suryana dalam Basrowi, 2011:29. 2.1.5. Upaya Menumbuhkan Jiwa Wirausaha Menumbuhkan Jiwa Wirausaha diawali dengan niat yang ada dalam diri masing – masing individu. Selain itu juga dapat dilakukan melalui jalur pendidikan yaitu pendidikan formal maupun non formal yang mengandung mengenai pendidikan kewirausahaan. Tidak hanya melalui jalur pendidikan saja jiwa wirausaha juga dapat tumbuh melalui bantuan dari media atau profil seseorang yang sukses dalam berwirausaha. Profil orang sukses dapat menumbuhkan kemauan seseorang untuk berkeingan terjun dalam berwirausaha. “Langkah awal yang kita lakukan apabila berminat terjun ke dunia wirausaha adalah menumbuhkan jiwa kewirausahaan di diri kita. Banyak cara yang dapat dilakukan, misalnya sebagai berikut: a. Melalui pendidikan formal. 11 Kini berbagai lembaga pendidikan, baik menengah maupun tinggi menyajikan berbagai program atau paling tidak matakuliah kewirausahaan. b. Melalui seminar – seminar kewirausahaan. Berbagai seminar kewirausahaan seringkali diselenggarakan dengan mengundang pakar dan praktis kewirausahaan sehingga melalui media ini kita akan membangun jiwa kewirausahaan di diri kita. c. Melalui pelatihan Berbagai simulasi usaha biasanya diberikan melaui pelatihan. baik yang dilakukan didalam ruangan (indoor) maupun di luar ruangan (outdoor). Melalui pelatihan ini, keberanian dan ketanggapan kita terhadap dinamika perubahan lingkungan akan diuji dan selalu diperbaiki dan dikembangkan. d. Otodidak Melalui berbagai media kita bisa menumbuhkan semangat berwirausaha, misalnya melaui biografi pengusaha sukses (success story), media televisi, radio, majalah koran dan berbagai media yang dapat kita akses untuk menumbuhkembangkan jiwa wirausaha yang ada di diri kita” (Basrowi 2011:30). 2.2. Sekolah Menengah Kejuruan Bisnis Manajemen Sekolah Menengah Kejuruan merupakan lanjutan pendidikan setelah Sekolah Menengah Pertama dimana Sekolah Menengah Kejuruan mempersiapkan siswanya untuk siap bekerja dan mempunyai bekal pendidikan mental setelah terjun di dunia kerja. Sekolah Menengah Kejuruan memberikan pembelajaran tidak hanya dalam bentuk teori tetapi juga dalam bentuk praktik kerja. SMK Bisnis manajemen melatih siswanya agar mampu menerapkan teori pemasaran dan dapat melaksanakan praktik pemasaran. SMK Bisnis Manajemen lebih memperdalam pembelajaran terkait dengan materi – materi yang berkaitan dengan pemasaran. Sekolah Menengah Kejuruan diatur pada Undang – undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 : “Sekolah Menengah Kejuruan merupakan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), 12 atau bentuk lain yang sederajat” (UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003). 2.3. Unit Produksi 2.3.1. Pengertian Unit Produksi Unit produksi dalam Sekolah Menengah Kejuruan dipergunakan sebagai tempat pelaksanaan praktik secara langsung. Siswa berperan aktif dalam kegiatan ini karena pelaksana besar dalam hal ini adalah siswa. ”Unit Produksi adalah bagian dari perkembangan kegiatan bengkel yang difokuskan kepada memproduksi barang atau jasa tersebut, atau pesanan dari masyarakat sekitar sekolah” (Sukardi 1992 dalam Ratih Wijayaningsih 2013:26). “Unit produksi sekolah adalah suatu proses kegiatan usaha yang dilakukan di dalam sekolah, bersifat bisnis (profit oriented) dengan para pelaku warga sekolah, mengoptimalkan sumber daya sekolah dan lingkungan, dalam berbagai bentuk unit usaha sesuai dengan kemampuan yang dikelola secara profesional” (Dikmenjur 1997 dalam Ratih Wijayaningsih 2013:26). Berdasarkan pengertian diatas maka dalam penelitian ini Unit Produksi SMK Negeri 1 Kendal dapat dijelaskan sebagai suatu kegiatan praktik yang dilakukan oleh siswa dalam bentuk penjualan, kegiatan tersebut dilakukan secara terus menerus dengan memanfaatkan fasilitas dan sumber daya siswa untuk mendapatkan keuntungan dan menambah uang saku bagi siswa itu sendiri. 2.3.2. Tujuan Unit Produksi Unit produksi dalam pelaksanaannya harus mempunyai tujuan yang jelas untuk dapat berjalan sesuai dengan harapan. Tujuan dapat mengarahkan pada prioritas utama yang ingin dicapai oleh unit produksi. 13 Tujuan Unit Produksi adalah untuk: Meningkatkan mutu tamatan dalam berbagai segi terutama dalam hal pengetahuan dan keterampilan; a. wahana pelatihan berbasis produksi/ jasa bagi siswa; b. wahana menumbuhkan dan mengembangkan jiwa wirausaha guru dan siswa pada SMK/MAK; c. sarana praktik produktif secara langsung bagi siswa; d. membantu pendanaan untuk pemeliharaan, penambahan fasilitas dan biaya - biaya operasional pendidikan lainnya; e. menambah semangat kebersamaan, karena dapat menjadi wahana peningkatan aktivitas produktif guru dan siswa serta memberikan ‟income‟ serta peningkatan kesejahteraan warga sekolah; f. mengembangkan sikap mandiri dan percaya diri dalam pelaksanaan kegiatan praktik siswa; g. melatih untuk berani mengambil risiko dengan perhitungan yang matang; h. mendukung pelaksanaan dan pencapaian Pendidikan Sistem Ganda (PSG) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang seutuhnya;. i. memberikan kesempatan kepada siswa dan guru untuk mengerjakan pekerjaan praktik yang berorientasi pada pasar; j. meningkatkan kreativitas dan inovasi di kalangan siswa, guru dan manajemen sekolah; k. menumbuhkan sikap profesional produktif pada siswa dan guru; l. melatih siswa untuk tidak bergantung kepada orang lain, namun m. mandiri khususnya dalam mendapatkan kesempatan kerja; n. wadah Pendidikan Sistem Ganda (PSG) bagi siswa yang tidak mendapatkan tempat praktik kerja industri di dunia usaha dan industri; o. menjalin hubungan yang lebih baik dengan dunia usaha dan industri serta masyarakat lain atas terbukanya fasilitas untuk umum dan hasil hasil produksinya; p. meningkatkan intensitas dan frekuensi kegiatan intra, ko, dan ekstra kurikuler siswa; dan membangun kemampuan sekolah dalam menjalin kerjasama sinergis dengan pihal luar dan lingkungan serta masyarkat luas” (Dikmenjur 2007) dalam Ratih Wijayaningsih (2013:27) . Tujuan Unit Produksi SMK Negeri 1 Kendal dalm penelitian ini adalah : a. Mendidik para lulusan SMK Negeri 1 Kendal agar mempunyai jiwa wirausaha dan berani untuk mencoba berwirausaha. b. Melatih siswa agar mampu berpikir kreatif, inovatif, produktif dan percaya diri. 14 c. Sebagai sarana latihan para siswa dalam melaksanakan praktik kewirausahaan dan memperoleh pengalaman secara langsung dengan masyarakat. 2.3.3. Tenaga Pengelola dan Pelaksana Unit Produksi Struktur Organisasi dibuat dengan tujuan untuk memudahkan dalam pembagian pekerjaan dalam suatu organisasi sekolah. Pembentukan struktur organisasi disesuaikan dengan kebutuhan dari unit produksi tersendiri. Struktur Organisasi Unit Produksi SMK Negeri 1 Kendal adalah sebagai berikut: Uraian tugas personalia unit produksi SMK Negeri 1 Kendal PENANGGUNG JAWAB Bertugas Membantu Kepala Sekolah dalam kegiatan : 1. Menyusun Program Pembinaan dan pengembangan program keahlian , semesteran, tahunan. 2. Membantu merencanakan , membina dan mengawasi pelaksanaan magang siswa dan system ganda 3. Mengkoordinasikan pemakaian bahan dan alat praktik Penjualan 4. Melaksanakan pembinaan dan bimbingan secara individu / kelompok untuk meningkatkan prestasi belajar melalui guru terkait. 5. Menjalin hubungan kerja sama dengan rekan kerja 6. Melaksanakan RIP ssekolah yang telah direncanakan bersama Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah 7. Mengajar 12 jam pembelajaran 8. Mengawasi KBM pada program Keahlian Pemasaran 9. Membuat Program laporan berkala dan isidental. 15 KETUA UNIT PRODUKSI PEMASARAN Bertugas membantu Ketua Kompetensi Keahlian dalam Kegiatan : 1. Menyusun Program Pembinaan dan Pengembangan Program Unit Produksi Smesteran, Tahunan. 2. Membantu merencanakan, membina dan mengawasi pelaksanaan Magang siswa dan System Ganda. 3. Mengkoordinasikan pemakaian bahan dan alat Praktek dalam program study yang bersangkutan. 4. Menjalin Hubungan Kerja sama dengan rekan kerja, Ketua Program Unit Produksi. 5. Melaksanakan Pembinaan dan bimbingan secara Individu / Kelompok untuk peningkatan Prestasi belajar melalui guru – guru yang terkait. 6. Menjalin Hubungan yang Konstruktif dengan Dunia Kerja yang relevan, secara langsung. 7. Memasarkan dan menelusuri tamatan. 8. Mengajar 24 jam pelajaran. 9. Mengawasi KBM pada Kompetensi Keahliannya. 10. Membuat Program Laporan Berkala dan Insidentil. BISNIS CENTER SMK NEGERI 1 KENDAL Bertugas membantu Ketua Kompetensi Keahlian dalam kegiatan : 1. Pusat Perbelanjaan Siswa SMK Negeri 1 Kendal 2. Melatih Siswa untuk Berwirausaha 3. Melatih Siswa untuk menjadi SPG 4. Melatih Siswa untuk menjadi Kasir 5. Laboratorium Siswa Pemasaran 6. Piutang Siswa dalam bentuk Pembelian Produk 7. Penitipan Produk Karya Siswa BENDAHARA KOMPETENSI KEAHLIAN : Bertugas membantu Ketua Kompetensi Keahlian dalam Kegiatan : 1. Membuat rencana anggaran dan pendapatan program keahlian 16 2. Menerima pendapatan 3. Mengelola keuangan program keahlian 4. Membuat Program laporan berkala dan isidental. SEKRETARIS KOMPETENSI KEAHLIAN : Bertugas membantu Ketua Kompetensi Keahlian dalam kegiatan : 1. Menyiapkan instrumen administrasi untuk menyusun program semesteran dan tahunan. 2. Mencari tempat magang dan penempatan siswa 3. Menyiapkan bahn dan alat praktek 4. Menjalin kerja sama denga rekan kerja atau DU/DI 5. Melaksanakan RIP sekolah yang telah direncanakan bersama Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah 6. Mengajar 12 jam pembelajaran 7. Mengawasi KBM pada Kompetensi keahlian Pemasaran 8. Membuat Program laporan berkala dan isidental PELAKSANA 1. Melaksanakan Program Kerja yang telah di Sepakati 2. Mengkoordinasikan Pemeliharaan Perbaikan dan Pengembangan Peralatan 3. Mengidentifikasi Pasar Sasaran 4. Mengidentifikasi Produk yang di butuhkan Konsumen 5. Pengadaan Barang 6. Menetapkan harga jual 7. Melaksanakan Penjualan dengan cara Direct Selling 8. Melaporkan hasil penjualan produk kepada Ketua Unit Produksi dan diserahkan pada Bendahara 2.3.4. Fasilitas Unit Produksi Fasilitas yang memadai dalam pelaksanaan suatu pekerjaan dapat membantu memperlancar pekerjaan dalam sebuah usaha. Peralatan yang digunakan juga harus sesuai dengan kebutuan yang dibutuhkan saat praktik di dalam Unit Produksi yang dapat menentukan 17 keberhasilan saat berjualan. Unit produksi SMK Negeri 1 Kendal mempunyai tempat untuk berjualan sebesar 10 m² yang dilengkapi dengan beberapa alat pendukung pada saat transaksi. Berikut ini tabel pengadaan alat kerja di Unit Produksi SMK Negeri 1 Kendal. NO Nama Alat Jumlah Kondisi 1. Meja 4 Buah Baik 2. Kursi 8 Buah Baik 3. Etalase 1 Buah Baik 4. Mesin Cash Register 1 Unit Baik 5. Lain – lain (buku, gunting,bolpoint, Lengkap Baik pensil, penggaris, plastik, piring, sendok, tempat makanan) 2.3.5 Bentuk Pelaksanaan Pembelajaran Praktik Kewirausahaan di Unit Produksi Bentuk kegiatan Unit Produksi SMK Negeri 1 Kendal berupa kantin yang yaitu “Café Q-Tha” yang menyediakan kebutuhan jajanan bagi para siswa SMK Negeri 1 Kendal pada jam istirahat. Café Q-Tha juga menerima pesanan tidak hanya siswa saja melainkan juga konsumen dari luar sekolah seperti masyarakat sekitar. Pelaksanaan Unit Produksi melibatkan 1 orang guru pengawas dari kompetensi keahlian pemasaran dan beberapa siswa sebagai pengurus. Pelaksana sepenuhnya adalah siswa kompetensi keahlian pemasaran. Siswa menerapkan materi yang telah diberikan didalam kelas saat proses pembelajaran kepada konsumen. Pelaksanaan pembelajaran pratik kewirausahaan dilakukan dengan cara menerapkan materi mulai dari 18 Menata Produk, Membuka usaha kecil/ Retail, Pelayanan penjualan, hingga menerapkan Prinsip – prinsip bisnis dalam menjalankan sebuah usaha. 2.4. Guru dalam pembentukan jiwa wirausaha 2.4.1 Pengertian Guru Guru adalah seorang pendidik dimana seorang guru harus memiliki tanggung jawab dan tugas yang harus dilaksanakan. Guru juga harus memenuhi persyaratan sebagai seorang pendidik. “Guru bermakna sebagai pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal. Tugas utama itu akan efektif jika guru memiliki derajat profesionalitas tertentu yang tercermin dari kompetensi, kemahiran, kecakapan, atau keterampilan yang memenuhi standar mutu atau norma etik tertentu ” (Sudarwan Danim dan H. Khairil 2010:5). 2.4.2 Peran Guru dalam meningkatkan jiwa wirausaha dalam diri siswa Peran guru dalam dunia pendidikan tidak hanya monoton dalam memainkan perannya sebagai seorang guru. Guru berperan penting khususnya dalam meningkatkan jiwa wirausaha yang ada dalam diri siswa. Pengarahan dari seorang guru harus dilakukan secara terus menerus agar siswa dapat berkembang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam meningkatkan jiwa wirausahanya. Penanaman jiwa wirausaha pada diri siswa juga harus dimulai dengan guru terlebih dahulu memiliki jiwa wirausaha agar lebih mudah dalam penyampaiannya. “Guru masa depan harus mampu memainkan peran seperti berikut ini : 1. Sebagai penasihat 19 Dimana guru harus mampu mengumpulkan data dan informasi, serta mempresentasikannya dihadapan sejawat dan siswa untuk perbaikan pembelajaran dan aktivitas pendukung akademik lainnya. 2. Sebagai subjek yang memproduksi Dimana guru tidak lagi hanya sebagai penyalur dan penyadap ilmu, melainkan harus mampu memproduksi pengalaman baru, alat bantu pembelajaran baru, dan cara – cara baru dalam rangka perbaikan pembelajaran. 3. Sebagai perencana Artinya guru memiliki program kerja pribadi yang jelas, program kerja tersebut tidak hanya berupa program rutin, misalnya menyiapkan seperangkat dokumen pembelajaran seperti Program Semester, Satuan Pelajaran, lembar kerja siswa (LKS), dan sebagainya. Akan tetapi guru harus merencanakan bagaimana setiap pembelajaran yang dilakukan berhasil maksimal, dan tentunya apa dan bagaimana rencana yang dilakukan dan sudah terprogram dengan baik. 4. Sebagai Inovator Artinya memiliki kemauan untuk melakukan pembaruan dimaksud berkenaan dengan pola pembelajaran termasuk didalamnya metode mengajar, media pembelajaran system dan alat evaluasi, serta nurturent effect lainnya. Secara individu maupun bersama – sama mampu untuk mengubah pola lama yang selama ini tidak memberikan hasil maksimal, dengan mengubah kepada pola baru pembelajaran, maka akan berdampak kepada hasil yang lebih maksimal. 5. Sebagai Motivator Artinya guru masa depan mampu memiliki motivasi untuk terus belajar dan belajar, dan tentunya juga akan memberikan motivasi kepada siswa untuk belajar dan terus belajar sebagaimana dicontohkan oleh gurunya. 6. Sebagai pribadi yang mampu atau capable personal Dimana guru diharapkan memiliki pengetahuan, kecakapan dan keterampilan serta sikap yang lebih mantap dan memadai sehingga mampu mengola proses pembelajaran secara efektif. 7. Sebagai pengembang Dimana guru mau untuk terus mengembangkan diri, mau menularkan kemampuan dan keterampilan kepada siswanya dan untuk semua orang. guru masa depan haus akan menimba dan bersikap terhadap perkembangan IPTEKS, misalnya mampu dan terampil mendayagunakan komputer, internet, dan pelbagai model pembelajaran multi media. 8. Sebagai penghubung Dimana guru harus mampu menjadi bagian dari jaringan – jaringan kemasyarakatan yang berkemauan untuk memajukan sekolah dan meningkatkan prestasi belajar siswa. 9. Sebagai pemelihara Dimana guru tidak hanya mendorong anak menjadi cerdas dan terampil , melainkan juga sebagai subjek yang dapat 20 melestarikan tata nilai tradisional yang masih relevan” (Sudarwan Danim dan H. Khairil 2010:47). “Peran guru dalam internalisasi karakter kewirausahaan, diantaranya sebagai berikut: 1. Para guru harus menyadari bahwa proses pengembangan karakter kewirausahaan itu merupakan sebuah proses panjang dan berkelanjutan dimulai dari awal anak masuk sampai selesai dari suatu satuan pendidikan. 2. Para guru harus memahami jika materi karakter kewirausahaan itu bukanlah bahan ajar biasa. Artinya karakter tersebut tidak dijadikan pokok bahasan yang dikemukakan sebagaimana hanya ketika mengajarkan suatu konsep, teori prosedur atau pun fakta seperti dalam mata pelajaran agama, bahasa Indonesia, Pendidikan kewarganegaraan (PKn), Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) matematika, dan sebagainya. Dengan kata lain karakter kewirausahaan itu diintegrasikan ke dalam setiap mata pelajaran. Pengintegrasian kedalam mata pelajaran bisa melalui materi, metode, maupun penilaian. 3. Dalam pelaksanaan pembelajaran dikelas, guru tidak perlu mengubah pokok bahasan yang sudah ada tetapi cukup menggunakan materi pokok bahasan itu untuk mengembangkan karakter kewirausahaan. Guru juga tidak harus mengembangkan proses belajar khususnya untuk mengembangkan karakter kewirausahaan itu. 4. Hendaknya para guru menggunakan metode pembelajaran aktif dan menyenangkan. Prinsip ini mengisyaratkan bahwa proses pendidikan nilai – nilai kewirausahaan itu dilakukan oleh anak didik bukan oleh guru. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran hendaknya dilakukan dalam suasana belajar yang menimbulkan rasa menyenangkan dan menggembirakan (happy and fun). 5. Beberapa karakter kewirausahaan yang harus dibangun pada diri setiap anak didik oleh guru baik pada kegiatan proses pembelajaran maupun dalam wadah pembinaan dan pengembangan adalah : a. Mentalitas yang berorientasi ke masa depan dan berpandangan positif serta kreatif b. Ulet, tekun, tidak mudah putus asa dan pandai bergaul c. Sangat menghargai waktu dan selalu siap berkompetisi secara sehat d. Menjunjung tinggi sikap memberi dari pada meminta dan berkepribadian menyenangkan (famillier) e. Selalu siap bekerja keras dari jenis pekerjaan yang rendah, dan mampu mengendalikan diri untuk tidak konsumerisme f. Tidak gila pangkat, gelar, kekuasaan dan selalu menerima hasil usaha sendiri g. Beriman pada Tuhan dan berbuat baik dengan sesama 21 h. Tidak suka tergantung pada orang lain dan mempunyai rasa tanggung jawab pribadi i. Berdisiplin nurani dan berani mengambil resiko dari pilihan yang dianggap baik j. Bertekad untuk memajukan lingkungan dan menjunjung tinggi rasa keadilan serta berani menyebarluaskan hal – hal yang baik untuk kepentingan umum” (Agus Wibowo dan Hamrin 2012:94). “Beberapa mental kewirausahaan yang sebaiknya juga dimilki para guru diantaranya: a. Percaya diri b. Berorientasi pada tugas dan hasil c. Berani mengambil resiko demi kemajuan d. Berjiwa kepemimpinan yang terbuka dan mudah bergaul atau bekerjasama e. Orientasi ke masa depan” (Agus Wibowo dan Hamrin 2012:97). “Agar guru dapat berperan secara efektif dalam menunjang proses pembelajaran kewirausahaan di kelas, setidaknya ada beberapa hal yang harus dilakukan diantaranya: a. Meningkatkan kompetensi guru dan mentalitas inovatif guru. b. Pembenahan sistem pembelajaran yang di desain dalam bentuk “anak didik aktif, kreatif, dan inovatif”. c. Pembenahan dalam sarana pembelajaran di kelas yang berbasis teknologi yang menunjang pembentukan mentalitas kewirausahaan. d. Menanamkan konsep pada anak didik tentang anak didik berprestasi adalah anak didik yang mampu mencapai ketuntasan belajar dan mempunyai kualitas pada aspek: moral, sikap mental inovatif, kepekaan sosial, keterampilan berwirausaha, rasa tanggung jawab dalam menyelesaikan problem” (Agus Wibowo dan Hamrin 2012:97). 2.5. Model Pembelajaran Aktif Dalam Membentuk Karakter Wirausahaan 2.5.1 Active Learning Bermuatan Karakter Kewirausahaan Pembelajaran menggunakan kewirausahaan Pembelajaran aktif dapat untuk dilakukan dengan membentuk karakter kewirausahaan dapat dilakukan dengan cara melibatkan peserta didik secara langsung dalam proses pembelajaran kewirausahaan dengan acuan pada proses pembelajaran bukan hanya pada penyampaian materi saja. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan 22 memberikan pertanyaan satu persatu tentang materi terkait kewirausahaan pada peserta didik. Pertanyaan yang diberikan oleh guru membuat peserta didik akan menjawab secara aktif dalam pembelajaran. “Pembelajaran aktif adalah segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan peserta didik berperan secara aktif dalam proses pembelajaran, baik dalam bentuk interaksi antar peserta didik ataupun peserta didik dengan guru dalam proses pembelajaran” (Hamruni 2009 Suyadi 2013 :36). “Pembelajaran aktif memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut: 1. Menekankan pada proses pembelajaran, bukan pada penyampaian materi oleh guru. Proses ini merupakan upaya menanamkan nilai kerja keras kepada peserta didik. Proses pembelajaran tidak lagi sekadar transfer of konwoledge atau transfer ilmu pengetahuan, melainkan lebih kepada transfer of values atau transfer nilai. Nilai yang dimaksud di sini adalah nilai – nilai karakter secara luas, salah satunya adalah rasa ingin tahu. 2. Peserta didik tidak boleh pasif, tetapi harus aktif mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Aktif dalam konteks ini merupakan upaya penanaman nilai tanggung jawab, dimana peserta didik harus mempraktikkan bahkan membuktikan teori yang dipelajari, tidak sekadar diketahui. 3. Penekanan pada eksplorasi nilai – nilai dan sikap – sikap berkenaan dengan materi pembelajaran. Dalam hal ini peserta didik berhak menerima materi pelajaran yang dipandang selaras dengan pandangan hidupnya atau menolak materi pelajaran yang tidak sesuai dengan pandangan hidupnya. Pola pembelajaran ini merupakan proses pembentukan sikap secara matang. 4. Peserta didik lebih banyak dituntut berpikir kritis, menganalisis dan melakukan evaluasi daripada sekadar menerima teori dan menghafalnya. Tuntutan ini merupakan aktualisasi lebih lanjut mengenai nilai karakter “rasa ingin tahu”, sehingga peserta didik tidak anti realitas karena berpandangan bahwa realitas yang terjadi tidak sesuai dengan teori yang dipelajari dan dihafal, yang mengakibatkan peserta didik mudah terprovokasi oleh informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. 5. Umpan balik dan proses dialektika yang lebih cepat akan terjadi pada proses pembelajaran. Pembelajaran yang dialogis, secara tidak langsung membentuk karakter peserta didik yang 23 demokratis, pluralis, menghargai perbedaan pendapat, inklusif, terbuka dan humanitas tinggi” (Bonwell 1995 Suyadi 2013 :36). Secara umum suatu proses pembelajaran aktif memungkinkan diperolehnya beberapa hal : 1. Interaksi akan timbul selama proses pembelajaran akan menumbuhkan positive interdependence, dimana konsolidasi pengetahuan yang dipelajari hanya dapat diperoleh secara bersama – sama melalui eksplorasi aktif dalam pembelajaran. 2. Setiap individu harus terlibat aktif dalam proses pembelajara, dan guru harus mendapatkan penilaian dari peserta didik sehingga terdapat individual accoutability. 3. Proses pembelajaran aktif memerlukan tingkat kerjasama yang tinggi sehingga akan memupuk social skills” (Suyadi 2013 :37). 2.5.2 Konsep Dasar Active Learning Bermuatan Karakter Kewirusahaan Pembelajaran aktif dalam pelaksanaannya harus memiliki konsep yang bermuatan dengan karakter kewirausahaan. Kewirausahaan sangat menuntut pelakunya agar berinovasi. Pembelajaran aktif mempunyai konsep dasar tersendiri untuk dapat menumbuhkan karakter kewirausahaan seperti yang dikutip Suryadi : “Konsep dasar active learning bermuatan karakter mencakup dua hal sebagai berikut : 1. active learning dikaji atau digali nilai – nilai karakter yang terkandung didalamnnya untuk diaktualisasikan dalam pembelajaran, sehingga nilai – nilai karakter tersebut dapat ditanamkan atau diinternalisasikan ke dalam diri peserta didik. Nilai – nilai karakter yang terkadung berupa karakter kewirausahaan yang di tanamkan dalam pembelajaran sehingga karakter keiwrausahaan dapat tertanam dalam diri peserta didik. 2. active learning dapat dimodifikasikan dan dikembangkan secara kreatif agar memuat nilai – nilai karakter lebih variatif” (Suyadi 2013:38). 2.5.3 Prosedur Pelaksanaan Active Learning Bermuatan Karakter Kewirusahaan Pembelajaran aktif yang bermuatan karakter kewirausahaan agar dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan maka dalam 24 pembelajaran ini mempunyai prosedur pelaksanaan tersendiri. Metode atau strategi pembelajaran aktif tersebut dibagi menjadi beberapa kelompok, seperti yang dikutip Suryadi : “Metode atau strategi pembelajaran aktif-menyenangkan diantaranya sebagai berikut: 1. Membangun Tim Nilai karakter inti yang bisa ditanamkan kepada peserta didik melalui metode membangun tim dalam active learning ini adalah gemar membaca, kepedulian sosial, komunikatif, dan sebagainya. 2. TV Commercial TV Commercial adalah metode pembelajaran dalam active learning dengan cara mengemas materi pelajaran sesulit apapun menjadi bahasa “iklan komersial” semudah mungkin. 3. Questions Students Have Metode questions student have dalam active learning digunakan untuk mempelajari keinginan dan harapan peserta didik sebagai dasar untuk memaksimalkan ptensi yang mereka miliki. 4. Assessment Search Assessment search adalah penilaian cepat dalam active learning. Metode ini dapat menjadi salah satu cara yang menarik untuk memberi tugas materi pelajaran guru secara cepat dan pada saat bersamaan, melibatkan peserta didik sejak awal untuk mengetahui masing – masing peserta didik dan belajar dengan kerja sama. 5. Active Knowledge Sharing Active Knowledge Sharing adalah metode untuk mengaktifkan peserta didik sejak awal dengan cara sharing pengetahuan. Metode ini sangat efektif untuk menarik perhatian para peserta didik pada menit – menit pertama. 6. Lighthening The Learning Climate Metode lightening the learning adalah metode yang mampu menciptakan suatu proses pembelajaran secara bebas dengan cepat, humor kreatif yang mencairkan suasana, sentilan tentang inti pelajaran yang dibahas secara “menggelitik” dan lain sebagainya. 7. Go to Your Post Go to Your Post adalah gerak fisik secara fleksibel pada pelajaran. 8. Belajar Kelas Penuh Belajar Kelas Penuh adalah membagi peserta didik ke dalam dua kelas, karena jika dijadikan satu kelas akan menjadi terlalu penuh. Meskipun materinya sama tetapi disampaikan dengan cara yang berbeda antara kelas yang satu dengan kelas yang lain. 9. Point-Counterpoint Point-Counterpoint adalah metode diskusi dalam pembelajaran yang tensinya agak tinggi, sehingga dapat dikatakan mirip 25 dengan perdebatan. Nilai karakter yang bisa ditransformasikan kepada peserta didik melalui metode Point-Counterpoint ini adalah rasa ingin tahu, gemar membaca, komunikatif, dan toleransi. 10. Reading Aloud Reading Aloud adalah metode pembelajaran dengan teknik membaca keras – keras. Nilai karakter yang dapat ditransformasikan kepada peserta didik melalui metode reading aloud ini adalah komunikatif, kerja keras dan gemar membaca. Membaca dengan keras dimaksudkan untuk menjalin komunikasi lebih fokus, dan membaca itu sendiri secara tidak langsung memberi teladan pembaca yang baik. 11. Active Debate Active Debate adalah metode pembelajaran yang dilaksanakan dalam diskusi. Nilai karakter yang dapat ditransformasikan kepada peserta didik melalui metode Active Debate ini adalah belajar/ bekerja keras (mempertahankan argumen), disipilin (konsistensi dalam berpikir/ berargumen) dan kepedulian sosial (menjawab pertanyaan kawan diskusi dengan penuh antusias)” (Suyadi 2013 :40). Active Learning Bermuatan Karakter 2.5.4 Keunggulan Kewirausahaan Pembelajaran aktif baik digunakan dalam pembelajaran karena mendorong siswanya untuk dapat akitf dalam pembelajaran maupun dalam praktiknya. Pembelajaran aktif juga memiliki keunggulan tersendiri sehingga baik diterapkan dalam pembelajaran penanaman jiwa wirausaha. “Keunggulan pembelajaran aktif tersebut adalah sebagai berikut : a. Peserta didik dapat belajar dengan cara yang sangat menyenangkan sehingga materi sesulit apapun tidak sempat “mengernyitkan” kening mereka. b. Aktivitas yang ditimbulkan dalam active learning dapat meningkatkan daya ingat peserta didik, karena gerakan dapat “meningkat” daya ingat pada memori jangka panjang. c. Active learning dapat memotivasi peserta didik lebih maksimal sehingga dapat menghindarkan peserta didik dari sikap malas, mengantuk, melamun dan sejenisnya” (Suyadi 2013 :58). Pembelajaran active learning dalam menumbuhkan karakter kewirausahaan sangat cocok untuk diterapkan dalam proses belajar 26 mengajar khususnya pada materi kewirausahaan. Pembelajaran semacam itu dapat meningkatkan semangat belajar siswa dalam belajar kewirausahaan. Semangat belajar siswa dan keingin tahuan siswa dalam belajar kewirausahaan dapat berpengaruh pada peningkatan Jiwa yang dimiliki siswa menjadi jiwa yang berlandaskan wirausaha dengan syarat penggunaan metode pembelajaran yang tepat. 2.5.5 Strategi Pembelajaran Kreatif – Produktif dalam meningkatkan jiwa wirausaha Strategi pembelajaran kreatif – produktif diasumsikan mampu memotivasi siswa dalam melaksanakan berbagai kegiatan sehingga merasa tertantang menyelesaikan tugas – tugas secara kreatif. Kaitannya dengan pembelajaran kewirausahaan strategi tersebut dapat memicu motivasi siswa untuk mau belajar kwirausahaan. Diawali mulai dari kemauan siswa selanjutnya dapat menimbulkan keinginan siswa untuk melaksanakan tugas – tugas dan berpikir kreatif dalam menjalankannya. Berpikir kreatif dalam pembelajaran kewirausahaan dapat mempengaruhi meningkatnya jiwa wirausaha yang ada dalam diri siswa. “Strategi pembelajaran kreatif – produktif memiliki beberapa karakteristik yang membedakan dengan strategi pembelajaran lainnya. Karakteristik strategi pembelajaran kreatif-produktif antara lain sebagai berikut: a. Keterlibatan siswa secara intelektual dan emosional dalam pembelajaran. b. Siswa didorong untuk menemukan/ mengonstruksi sendiri konsep yang sedang dikaji melalui penafsiran yang dilakukan dengan berbagai cara seperti observasi, diskusi, atau percobaan. 27 c. Siswa diberi kesempatan untuk bertanggung jawab menyelesaikan tugas bersama. d. Pada dasarnya untuk menjadi siswa kreatif seseorang harus bekerja keras, berdedikasi tinggi, antusias, serta percaya diri” (Made Wena 2011:140). 2.6. Penelitian Terdahulu 1. Penelitian yang dilakukan oleh Titin Agustyani Muslihah tahun 2013 yang berjudul “Penanaman Nilai Kewirausahaan Melalui Program Bisnis di SMP ALAM AR-RIDHO kota Semarang” yang ingin menelaah mengenai : 1) Bagaimanakah Pembelajaran Bisnis yang dilaksanakan di SMP Alam Ar - Ridho? 2) Bagaimanakah penanaman nilai kewirausahaan kepada siswa melalui pembelajaran bisnis di SMP Alam Ar - Ridho? 3) Hambatan - hambatan apa sajakah yang dihadapi selama penanaman nilai - nilai kewirausahaan melalui pembelajaran bisnis? Hasil penelitian menunjukkan bahwa program bisnis merupakan salah satu kegiatan unggulan di SMP Alam Ar – Ridho yang termuat dalam kurikulum pengembangan diri. Dalam pelaksanaannya penanaman nilai kewirausahaan dilakukan secara bertahap. Penanaman nilai kewirausahaan dilakukan melalui kegiatan praktik berjualan yang melibatkan siswa siswi SMP Alam Ar-Ridho. Terdapat kendala dalam kegiatan penanaman nilai kewirausahaan kepada peserta didik melalui program bisnis, yaitu apabila ada peserta didik yang belum menemukan bakatnya. Penanaman nilai kewirausahaan melalui pembelajaran bisnis dilakukan dalam kegiatan praktik bisnis mulai dari perencanaan, belanja, produksi, pemasaran, sampai dengan pembuatan laporan. Kendala yang 28 dihadapai dalam penanaman nilai kewirausahaan adalah ketika ada seorang atau beberapa peserta didik yang belum bertemu dengan bakatnya. Perbedaan penelitian yang dilakukan penulis dengan penelitian milik Titin Agustyani yaitu perbedaan pada proses pembelajaran yang dilakukan di SMP Alam Ar – Ridho dengan SMK Ngerei 1 Kendal dan peran dari seorang guru dalam pembentukan jiwa wirausaha. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Heny tahun 2012 yang berjudul “Implementasi kompetensi kewirausahaan kepala sekolah dalam pengorganisasian business center “SMK MART” dilakukan oleh mahasiswa UNNES yang ingin menelaah mengenai: 1) Bagaimana kepala sekolah mengimplementasikan kompetensi kewirausahaan dalam pengorganisasian sumber daya manusia pada Business Center “SMK Mart” di SMK Negeri 1 Kendal?; 2) Bagaimana kepala sekolah mengimplementasikan kompetensi kewirausahaan dalam pengorganisasian barang dagangan pada Business Center “SMK Mart” di SMK Negeri 1 Kendal?; 3) Bagaimana kepala sekolah mengimplementasikan kompetensi kewirausahaan dalam pengorganisasian layanan penjualan pada BusinessCenter “SMK Mart”di SMK Negeri 1 Kendal?; 4) Faktor - faktor apa yang mendorong dan menghambat dalam pengorganisasian Business Center “SMK Mart’ di SMK Negeri 1 Kendal? Hasil penelitian menununjukkan bahwa Kompetensi Kewirausahaan Kepala Sekolah dalam Pengorganisasian Business 29 Center “SMK Mart” SMK Negeri 1 Kendal, dilakukan melalui tiga bagian. Pertama, Implementasi Kompetensi Kewirausahaan Kepala Sekolah Dalam Pengorganisasian Sumber Daya Manusia Di Business Center ”SMK Mart” SMK Negeri 1 Kendal melalui kegiatan. Kedua melalui Implementasi Kompetensi Kewirausahaan Kepala Sekolah Dalam Pengorganisasian Barang Dagangan Di Business Center ”SMK Mart” SMK Negeri 1 Kendal Bagian ketiga melalui Implementasi Kompetensi Kewirausahaan Kepala Sekolah Dalam Pengorganisasian Layanan Penjualan Business Center “SMK Mart” di SMK Negeri 1 Kendal. Perbedaan penelitian yang dilakukan penulis dengan penelitian milik Heny yaitu perbedaan pada penanaman kompetensi kewirausahaan. Penelitian milik Heny pengorganisasiannya melalui Bisnis Center SMK Negeri 1 Kendal. Pengorganisasian dalam menanamkan jiwa wirausaha yang dilakukan peneliti melalui Unit Produksi SMK Negeri 1 Kendal. 2.7. Kerangka Berfikir Program keahlian pemasaran di SMK Negeri 1 Kendal bertujuan melatih siswa agar mempunyai jiwa dan kemampuan untuk berwirausaha. Praktik kerja yang dilakukan di Unit Produksi dilakukan agar siswa mampu mempraktekkan berjualan secara langsung. Pelaksanaan praktik di Unit Produksi sangat membutuhkan peran seorang guru produktif karena tidak semua siswa melaksanakan praktik dengan sungguh – sungguh. Pelaksanaan praktik jika dilakukan dengan tidak sungguh – sungguh dapat 30 mengakibatkan kurangnya penguasaan/pemahaman bagi siswa secara keseluruhan pembelajaran praktik. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti bagaimana peran guru produktif dalam pemberdayaan Unit Produksi untuk meningkatkan jiwa wirausaha di kompetensi keahlian pemasaran SMK Negeri 1 Kendal. Siswa kelas X kompetensi keahlian pemasaran di SMK Negeri 1 Kendal merupakan objek dalam penelitian ini. Dipilih kelas X sebagai objek penelitian karena alasan kelas X yang melaksanakan praktik secara penuh di dalam Unit Produksi tersebut namun kelas XI dan XII ikut membantu dalam pelaksanaannya. Ada atau tidaknya peran guru produktif dalam pemberdayaan Unit Produksi dapat dihasilkan dari kemungkinan bahwa guru produktif berperan aktif, dan kemungkinan bahwa guru produktif tidak berperan aktif dalam pemberdayaan Unit produksi tersebut. Apabila terbukti bahwa guru produktif sangat berperan aktif, diharapkan guru produktif tersebut dapat melakukan pemberdayaan Unit Produksi dengan baik sehingga dapat meningkatkan jiwa wirausaha pada siswa program keahlian pemasaran SMK Negeri 1 Kendal. Sehingga kerangka dasar pemikirannya dapat digambarkan sebagai berikut : 31 Peran guru produktif dalam pemberdayaan unit produksi Pemahaman jiwa wirausaha pada guru Produktif Memiliki Kewenangan di Unit Produksi Tidak memiliki Kewenangan di Unit Produksi Meningkatan jiwa wirausaha di Program keahlian pemasaran Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Peran Guru Produktif dalam Pemberdayaan Unit Produksi untuk Meningkatkan Jiwa Wirausaha di Program Keahlian Pemasaran 32