BERITA TERKINI FDA Menyetujui Tenofovir Disoproxil Fumarate/Emtricitabine untuk Pencegahan HIV dapat memicu perkembangan HIV yang resisten terhadap tenofovir disoproxil fumarate/ emtricitabine. • Monitoring status HIV pasien setelah tindkana profilaksis sangat penting untuk dilakukan, karena jika pasien terinfeksi HIV, maka harus dilakukan switching dari terapi antiretroviral tunggal untuk pencegahan menjadi kombinasi antiretroviral untuk pengobatan HIV. Pasien HIV positif yang terus menggunakan tenofovir disoproxil fumarate/ emtricitabine meningkatkan risiko timbulnya HIV yang resisten terhadap obat. Dua uji klinis telah dilakukan untuk membuktikan efikasi dan keamanan tenofovir disoproxil fumarate/emtricitabine untuk profilaksis. Studi Preexposure Prophylaxis Initiative (iPrEx) menunjukkan pemberian antiretroviral ini dibandingkan dengan plasebo menurunkan risiko infeksi HIV sebesar 42% pada pasien yang melakukan hubungan seksual dengan sesama pria. P ada 16 Juli 2012, FDA menyetujui penggunaan tenofovir disoproxil fumarate/ emtricitabine untuk mengurangi risiko infeksi HIV pada individu yang belum terinfeksi, tetapi memiliki risiko tinggi terinfeksi HIV, kemungkinan melalui aktivitas seksual. Agen antiretroviral ini merupakan obat pertama yang disetujui untuk penggunaan profilaksis. Obat ini sebelumnya hanya diindikasikan (dikombinasikan dengan antiretroviral lain) untuk merawat pasien dewasa dan anak berusia lebih dari 12 tahun yang terinfeksi HIV. Pasien yang diberi tenofovir disoproxil fumarate/emtricitabine untuk preexposure prophylaxis (PrEP) sebaiknya mengonsumsi obat ini setiap hari sebagai bagian dari strategi pencegahan HIV yang mencakup praktik seks yang aman, bimbingan, dan tes HIV secara reguler. FDA menambahkan peringatan bahwa obat ini hanya digunakan untuk tujuan profilaksis untuk individu yang dikonfirmasi HIV negatif sebelum menggunakan obat ini dan setiap 3 bulan setelah menggunakan obat. Antiretroviral ini dikontraindikasikan pada pasien dengan HIV positif atau yang status HIV nya tidak diketahui secara jelas. FDA juga menambahkan bahwa dokterdokter yang meresepkan obat ini harus dilatih untuk memberikan konseling kepada pasien mengenai beberapa poin penting berikut: • Obat ini bukan merupakan pengganti kondom, tetapi sebagai tambahan untuk penggunaan kondom dan tindakan pencegahan lainnya. • Obat antiretroviral ini harus diberikan setiap hari, karena efektivitasnya sangat terkait dengan kepatuhan pasien. Penggunaan intermiten, misalnya sebagai “party drug,” Studi lain yang dinamakan Partners PreP membandingkan penggunaan tenofovir disoproxil fumarate/emtricitabine dengan tenofovir disoproxil fumarate saja, dan plasebo pada 4758 pasangan serodiscordant (1 HIV positif, 1 HIV negatif ) di Uganda dan Kenya. Risiko penularan infeksi HIV pada pasangan berkurang sebesar 75% jika diberikan tenofovir disoproxil fumarate/emtricitabine. Dalam dua studi ini, penggunaan kondom meningkat seiring berjalannya waktu, dan jumlah kasus infeksi menular seksual tetap pada baseline atau berkurang. Uji klinis baru ini tidak mengidentifikasi efek samping baru tenofovir disoproxil fumarate/emtricitabine. Efek samping yang paling umum dari obat ini mencakup diare, mual, nyeri abdominal, sakit kepala, dan kehilangan berat badan. FDA juga merevisi label obat untuk memperingatkan risiko timbulnya atau perburukan gangguan ginjal, dan penurunan densitas tulang, akan tetapi efek samping ini jarang dilaporkan. Simpulannya tenofovir disoproxil fumarate/ emtricitabine merupakan obat pertama yang disetujui FDA untuk indikasi pencegahan HIV. (AGN) REFERENSI: Lowes R. FDA approves drug to prevent HIV infection. Medscape Medical News. Available from: http://www.medscape.com/viewarticle/767467 CDK-200/ vol. 40 no. 1, th. 2013 41