BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Singnalling

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1.
Landasan Teori
2.1.1
Singnalling Theory
Signalling theory menekankan kepada pentingnya informasi yang
dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar
perusahaan. Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis
karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran
baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan datang
bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan bagaimana pasaran efeknya.
Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh
investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan
investasi.
Isyarat atau signal adalah tindakan yang diambil oleh manajemen
perusahaan dimana manajemen mengetahui informasi yang lebih lengkap dan
akurat mengenai internal perusahaan dan prospek perusahaan di masa depan
daripada pihak investor (Besley dan Brigham, 2008:517). Oleh karena itu,
manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada
para stakeholder. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan
informasi akuntansi seperti publikasi laporan keuangan.
Teori signalling berakar pada teori akuntansi pragmatik yang memusatkan
perhatiannya kepada pengaruh informasi terhadap perubahan perilaku pemakai
informasi. Salah satu informasi yang dapat dijadikan sinyal adalah pengumuman
11
yang
dilakukan
oleh
suatu
emiten.
Pengumuman
ini
nantinya
dapat
mempengaruhi naik turunnya harga sekuritas perusahaan emiten yang melakukan
pengumuman (Suwardjono, 2006).
Manajer melakukan publikasi laporan keuangan untuk memberikan
informasi kepada pasar. Umumnya pasar akan merespon informasi tersebut
sebagai suatu sinyal good news atau bad news. Sinyal yang diberikan akan
mempengaruhi pasar saham khususnya harga saham perusahaan. Jika sinyal
manajemen mengindikasikan good news, maka dapat meningkatkan harga saham.
Namun sebaliknya, jika sinyal manajemen mengindikasikan bad news dapat
mengakibatkan penurunan harga saham perusahaan. Oleh karena itu, sinyal dari
perusahaan merupakan hal yang penting bagi investor guna pengambilan
keputusan. Pada penelitian ini perusahaan yang berkualitas baik nantinya akan
memberi sinyal dengan cara menyampaikan laporan keuangannya dengan tepat
waktu, sedangkan perusahaan yang berkualitas buruk akan cenderung tidak tepat
waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya.
Manfaat utama teori ini adalah akurasi dan ketepatan waktu penyajian
laporan keuangan ke publik, sinyal dari perusahaan akan adanya informasi yang
bermanfaat dalam kebutuhan untuk pembuatan keputusan dari investor. Semakin
panjang audit delay menyebabkan ketidakpastian pergerakan harga saham.
Investor dapat mengartikan lamanya audit delay dikarenakan perusahaan memiliki
bad news sehingga tidak segera mempublikasikan laporan keuangannya, yang
kemudian akan berakibat pada penurunan harga saham perusahaan.
12
2.1.2
Teori Agensi (Agency Theory)
Teori agensi menjelaskan hubungan antara si agen (pihak manajemen
suatu perusahaan) dengan si principal (pemilik). Principal merupakan pihak yang
memberikan amanat kepada agen untuk melakukan suatu jasa atas nama principal,
sementara agen adalah pihak yang diberi mandat. Dengan demikian agen
bertindak sebagai pihak yang berkewenangan mengambil keputusan, sedangkan
principal ialah pihak yang mengevaluasi informasi. Dalam penelitian ini,
perusahaan bertindak sebagai principal, sementara auditor independen merupakan
agen.
Agency theory dapat diwujudkan dengan kontrak kerja yang mengatur
proporsi hak dan kewajiban masing-masing pihak dengan memaksimumkan
utilitas, sehingga diharapkan agen melakukan dengan menggunakan cara-cara
yang sesuai dengan kepentingan principal. Di sisi lain, principal akan memberikan
insentif yang layak pada agen sehingga tercapai kontrak kerja optimal (Sebayang,
2014).
Salah satu elemen dari teori agensi yaitu terdapatnya asimetri informasi
dimana si agen lebih mengetahui tentang informasi lingkungan internal
perusahaan secara detail dibandingkan dengan si prinsipal atau stakeholder yang
hanya mengetahui informasi eksternal perusahaan yaitu mengenai hasil kinerja
dari seorang manajemen. Penyampaian laporan keuangan auditan secara tepat
waktu nantinya yang dapat meminimalisir terjadinya asimetri informasi antara
pihak manajemen dan stakeholder karena si agen dapat menginformasikan
keadaan perusahaan secara transparan kepada si principal.
13
2.1.3
Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan
dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan
informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas entitas yang
bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan
keputusan
ekonomi.
pertanggungjawaban
Laporan
manajemen
keuangan
atas
juga
penggunaan
menunjukkan
hasil
sumber
yang
daya
dipercayakan kepada mereka. Laporan keuangan menyajikan informasi mengenai
entitas yang meliputi : aset, liabilitas, ekuitas, pendapatan dan beban termasuk
keuntungan dan kerugian, kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik, dan arus
kas.
Informasi tersebut beserta informasi lainnya terdapat dalam catatan atas
laporan keuangan, membantu pengguna laporan dalam memprediksi arus kas
masa depan dan khususnya dalam hal waktu dan diperolehnya kas dan setara kas
(PSAK No. 1 ; revisi 2009). Laporan keuangan juga menunjukkan hasil
pertanggungjawaban
manajemen
atas
penggunaan
sumber
daya
yang
dipercayakan kepada mereka.
Komponen laporan keuangan yang lengkap menurut Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan No. 1 (Revisi 2009) yang disahkan tanggal 15 Desember
2009 dan mulai efektif berlaku untuk periode tahun buku yang dimulai pada atau
setelah tanggal 1 Januari 2011, laporan keuangan yang lengkap harus meliputi
komponen-komponen berikut:
1. Laporan posisi keuangan pada akhir periode
14
2. Laporan laba rugi komprehensif selama periode
3. Laporan perubahan ekuitas selama periode
4. Laporan arus kas selama periode
5. Catatan atas laporan keuangan
6. Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan
ketika entitas menerapkan suatu kebijakan secara retrospektif atau
membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas
mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya.
Informasi lain tetap disajikan untuk menghasilkan penyajian yang wajar walaupun
pengungkapan tersebut tidak diharuskan oleh standar akuntansi (PSAK No.1,
par.10). Karakteristik kualitas laporan keuangan sebagaimana yang dinyatakan
dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK: 2009) No.1 adalah :
1. Dapat dipahami
Kualitas penting informasi dalam laporan keuangan adalah
kemudahannya
untuk
dapat
dipahami
oleh
pengguna.Pengguna
diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas
ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari
informasi dengan ketekunan yang wajar.
2. Relevan
Informasi
harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pengguna
dalam proses pengambilan keputusan. Informasi disebut relevan ketika
dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna, dengan membantu
mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini dan masa depan.
15
3. Keandalan
Informasi yang bermanfaat adalah yang memiliki keandalan
(reliable). Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian
yang
menyesatkan,
kesalahan
material,
dan
dapat
diandalkan
penggunaannya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithful
representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar
diharapkan dapat disajikan.
4. Dapat dibandingkan
Pengguna harus dapat memperbandingkan laporan keuangan
perusahaan antar periode untuk mengidentifikasikan kecenderungan
(trend) posisi dan kinerja keuangan. Pengguna juga harus dapat
memperbandingkan
laporan
keuangan
antar
perusahaan
untuk
mengevaluasi posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan
secara relatif.
2.1.4
Audit
Definisi auditing pada umumnya yang banyak digunakan adalah definisi
audit yang berasal dari ASOBAC (A Statement Basic Of Auditing Concepets)
dalam (Abdul Halim, 2001) yang mendefinisikan Auditing sebagai :
“Suatu proses sistematik untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti
secara objektif mengenai asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan
kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersiasersi
tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan dan menyampaikan hasilnya
kepada para pemakai yang berkepentingan”.
Pengertian auditing menurut Mulyadi (2002: 9) adalah suatu proses
sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai
16
pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan
untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut
dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada
pemakai yang berkepentingan.
Tujuan auditing pada umumnya adalah memberikan suatu pernyataan
pendapat mengenai apakah laporan keuangan klien telah disajikan secara wajar,
dalam segala hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum. Kewajaran laporan dinilai berdasarkan asersi yang terkandung dalam
setiap unsur yang disajikan dalam laporan keuangan. Sedangkan auditor bekerja
dengan cara menarik sebuah kesimpulan dari suatu proses auditing. Berkualitas
atau tidaknya hasil pekerjaan auditor akan mempengaruhi kesimpulan akhir
auditor dan secara tidak langsung juga akan mempengaruhi tepat atau tidaknya
keputusan yang akan diambil oleh pihak luar perusahaan.
2.1.5
Audit Delay (Audit Report Lag)
Audit delay sering disebut audit report lag dalam beberapa penelitian
didefinisikan sebagai rentang waktu penyelesaian pelaksanaan audit laporan
keuangan tahunan, diukur berdasarkan lamanya hari yang dibutuhkan untuk
memperoleh laporan auditor independen atas audit laporan keuangan tahunan
perusahaan, sejak tanggal tahun tutup buku perusahaan yaitu per 31 Desember
sampai tanggal yang tertera pada laporan auditor independen (Rachmawati, 2008).
Keterlambatan waktu laporan keuangan auditan yang disampaikan oleh
auditor kepada perusahaan dapat mempengaruhi kualitas informasi dari laporan
tersebut karena panjangnya waktu tunda audit menunjukkan bahwa informasi
17
yang diberikan tidak out of date dan informasi yang lama menunjukkan bahwa
kualitas dari laporan keuangan auditan tersebut buruk. Kerelevansian suatu
laporan keuangan auditan dapat diperoleh apabila laporan keuangan auditan
tersebut dapat diselesaikan secara tepat waktu pada saat dibutuhkan (Estirni,
2013).
2.2.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay
2.2.1
Profitabilitas
Salah satu tujuan akhir yang ingin dicapai oleh suatu perusahaan adalah
memperoleh laba atau keuntungan yang maksimal, di samping hal-hal lainnya.
Untuk mengukur tingkat keuntungan suatu perusahaan, digunakan rasio
keuntungan atau rasio profitabilitas. Rasio profitabilitas merupakan rasio yang
bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
selama periode tertentu dan juga memberikan gambaran tentang tingkat efektifitas
manajemen dalam melaksanakan kegiatan operasinya. Efektifitas manajemen
disini dilihat dari laba yang dihasilkan terhadap penjualan dan investasi
perusahaan.
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam
hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal (Sartono, 2010:122)
dalam Damayanti (2013). Bagi perusahaan masalah profitabilitas sangat penting.
Bagi pimpinan perusahaan, profitabilitas digunakan sebagai tolak ukur berhasil
atau tidak perusahaan yang dipimpinnya, sedangkan bagi karyawan perusahaan
18
semakin tinggi profitabilitas yang diperoleh oleh perusahaan, maka ada peluang
untuk meningkatkan gaji karyawan.
Dalam penelitian ini tingkat profitabilitas diukur dengan menggunakan
ROA (Return on Asset) atau disebut sebagai tingkat pengembalian atas total
aktiva. Rasio ini digunakan untuk
mengukur efektivitas perusahaan dengan
keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang akan digunakan untuk
operasi perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (Munawir, 2002:89) dalam
Estrini (2013), karena jika suatu perusahaan memiliki kinerja yang baik dalam
menghasilkan laba bersih untuk pengembalian total aktiva yang dimilikinya maka
akan berdampak terhadap pergerakkan harga saham, yaitu harga saham akan
mengalami kenaikan. ROA yang diukur dengan membagi laba bersih (Net Income
After Tax) dengan total aktiva (Average Total Assets), dapat dirumuskan sebagai
berikut:
=
2.2.2
Laba besih setelah pajak
Total asset
Ukuran Perusahaan
Besar (ukuran) perusahaan dapat dinyatakan dalam total aktiva, penjualan,
dan kapitalisasi pasar. Semakin besar total aktiva, penjualan, dan kapitalisasi pasar
maka semakin besar pula ukuran perusahaan itu. Ketiga karakteristik ini
digunakan untuk menuntukan ukuran perusahaan karena dapat mewakili seberapa
besar perusahaan tersebut. Semakin besar aktiva maka semakin banyak modal
yang ditanam, semakin banyak penjualan maka semakin banyak perputaran uang,
19
dan semakin banyak kapitalisasi pasar maka semakin besar pula perusahaan
dikenal oleh masyarakat. Dari ketiga karakteristik ini, nilai aktiva relativ lebih
stabil dibandingkan dengan nilai market capitalized dan penjualan dalam
mengukur ukuran perusahaan.
Keputusan Ketua Bapepam-LK No. Kep. 11/PM/1997 menyebutkan
perusahaan kecil dan menengah berdasarkan aktiva (kekayaan) adalah badan
hukum yang memiliki total aktiva tidak lebih dari seratus milyar, sedangkan
perusahaan besar adalah badan hukum yang total aktivanya diatas seratus milyar.
Ukuran perusahaan pada dasarnya terbagi menjadi tiga kategori, yaitu
perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium firm), dan
perusahaan kecil (small firm). Menurut mas’ud Machfoedz dalam Hendrich
(2012) penentuan ukuran perusahaan didasarkan pada total aset perusahaan.
Kategori ukuran perusahaan, yaitu :
1. Perusahaan Besar
Perusahaan besar adalah perusahaan yang memiliki kekayaan
bersih lebih besar dari Rp 10 Milyar termasuk tanah dan bangunan.
Memiliki penjualan lebih dari Rp 50 Milyar/tahun.
2. Perusahaan Menengah
Perusahaan menengah adalah perusahaan yang memiliki kekayaan
bersih Rp 1-10 Milyar termasuk tanah dan bangunan. Memiliki hasil
penjualan lebih besar dari Rp 1 Milyar dan kurang dari Rp 50 Milyar.
20
3. Perusahaan Kecil
Perusahaan kecil adalah perusahaan yang memiliki kekayaan
bersih paling banyak Rp 200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan dan
memiliki hasil penjualan minimal Rp 1 Milyar/ tahun.
2.2.3
Kepemilikan Publik
Struktur kepemilikan perusahaan atau dapat juga disebut sebagai struktur
kepemilikan saham, struktur kepemilikan (Ownership Structure) adalah komposisi
kepemilikan perusahaan yang mempengaruhi kinerja perusahaan. Struktur
kepemilikan terdiri dari :
1. Kepemilikan publik, merupakam porsi saham yang beredar (Outstanding
share) yang dimiliki masyarakat atau publik domestik (Degree public
ownership).
2. Kepemilikan asing, merupakan porsi outstanding share yang dimiliki oleh
investor atau pemodal asing (Foreign Investor).
Menurut Wijayanti dalam Yovita (2012), kepemilikan perusahaan oleh
pihak luar mempunyai andil yang besar dalam perusahaan karena dapat
mempengaruhi perusahaan melalui media massa baik berupa kritikan maupun
komentar yang semuanya dianggap sebagai suara publik atau masyarakat. Suatu
struktur kepemilikan yang memiliki proporsi besar untuk kepemilikan publik
dapat menekan manajemen agar menyajikan informasi secara tepat waktu karena
ketepatan waktu pelaporan keuangan dapat mempengaruhi pengambilan
keputusan ekonomi.
21
Kepemilikan saham oleh pihak luar menyebabkan gerak perusahaan dalam
melakukan pengelolaan menjadi terbatas karena adanya tekanan yang diberikan
oleh pasar terkait dengan peningkatan kinerja dari perusahaan tersebut serta
ketaatannya pada peraturan yang berlaku. Semua kegiatan akan perusahaan akan
dipantau dan diawasi sehingga setiap tindakan yang diambil oleh perusahaan akan
direspon melalui kritikan ataupun komentar (Yovita, 2012).
2.2.4
Reputasi KAP
Untuk memenuhi kewajiban dalam hal publikasi laporan keuangan, suatu
perusahaan akan membutuhkan jasa Kantor Akuntan Publik (KAP). Selain itu
untuk menjamin kredibilitas dari laporan keuangan tersebut, perusahaan
cenderung akan menggunakan jasa Kantor Akuntan Publik (KAP) yang besar dan
mempunyai nama baik. Kantor akuntan publik besar ini sering disebut the big
four. Perusahaan yang menggunakan jasa KAP the big four cenderung lebih
dipercaya bila dibandingkan dengan perusahaan yang menggunakan jasa KAP non
the big four. Kategori KAP the big four di Indonesia yaitu :
1.
KAP Price Waterhouse Coopers, yang bekerjasama dengan KAP
Haryanto Sahari & Co Tanudiredja,Wibisana&Co;
2.
KAP KPMG (Klynveld Peat Marwick Goerdeler), yang bekerjasama
dengan KAP Sidharta, Sidharta dan Wijaya;
3.
KAP Ernts dan Young, yang bekerjasama dengan KAP Purwanto,
Sarwoko & Sandjaja;
4.
KAP Deloitte Touche Thomatsu, yang bekerjasama dengan Oesman
Bing Satrio & Co.
22
2.2.5
Opini Auditor
Opini auditor merupakan simpulan dari proses audit yang dilakukan
auditor independen atas laporan keuangan perusahaan klien mengenai kewajaran
laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen dalam semua hal yang material
sesuai prinsip akuntansi yang berterima umum. Opini auditor atas laporan
keuangan perusahaan menjadi tolak ukur para penggunanya dalam mengambil
keputusan.
Opini auditor merupakan pendapat yang dikeluarkan oleh auditor
independen atas kewajaran suatu laporan keuangan. Opini auditor digunakan oleh
pengguna intern dan ekstern laporan keuangan untuk mengetahui kinerja
perusahaan selama periode tertentu sehingga dapat digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan.
Auditor sebagai pihak yang independen di dalam pemeriksaan laporan
keuangan suatu perusahaan, akan memberikan pendapat atas kewajaran laporan
keuangan yang diauditnya. Ada lima kemungkinan pernyataan pendapat auditor
independen (Mulyadi, 2002 : 19) yaitu :
a.
Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion)
Laporan keuangan dianggap menyajikan secara wajar posisi
keuangan dan hasil usaha suatu organisasi, sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia jika memenuhi kondisi berikut ini :
1.
Prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia digunakan untuk
menyusun laporan keuangan.
23
2.
Perubahan penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia dari periode ke periode telah cukup dijelaskan.
3.
Informasi
dalam
catatan-catatan
yang
mendukungnya
telah
digambarkan dan dijelaskan dengan cukup dalam laporan keuangan,
sesuai dengan akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
b.
Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan tambahan bahasa penjelasan
(Unqualified Opinion Report With Explanatory Language)
Pendapat ini diberikan apabila audit telah dilaksanakan atau telah
sesuai standar auditing. Penyajian laporan keuangan sesuai prinsip
akuntansi yang diterima umum, tetapi terdapat keadaan tertentu yang
mengharuskan auditor menambahkan suatu paragraf penjelasan pada
laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa
pengecualiaan atas laporan keuangan.
c.
Pendapat wajar dengan pengecualian (Qualified Opinion)
Pendapat wajar dengan pengecualian akan diberikan oleh auditor
jika dijumpai hal-hal sebagai berikut:
1.
Lingkup audit dibatasi oleh klien.
2.
Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting atau
tidak dapat memperoleh informasi penting karena kondisi-kondisi
yang berada di luar kekuasaan klien maupun auditor.
3.
Laporan keuangan tidak disusun sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia.
24
4.
Prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia yang digunakan
dalam penyusunan laporan keuangan tidak diterapkan secara
konsisten.
d.
Pendapat tidak wajar (Adverse Opinion)
Auditor akan memberikan pendapatr tidak wajar jika laporan
keuangan klien tidak disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia sehingga tidak menyajikan secara wajar posisi
keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas perusahaan klien.
Selain auditor memberikan pendapat tidak wajar jika ia tidak dibatasi
lingkup auditnya, sehingga auditor dapat mengumpulkan bukti kompeten
yang cukup untuk mendukung pendapatnya.
Jika laporan keuangan diberi pendapat tidak wajar, maka informasi
yang disajikan oleh klien dalam laporan keuangan sama sekali tidak dapat
dipercaya, sehingga tidak dapat dipakai oleh pemakai informasi untuk
pengambilan keputusan.
e.
Pernyataan tidak memberikan pendapat (Disclaimer Opinion)
Jika auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan
yang diaudit, maka laporan audit ini disebut dengan laporan tanpa
pendapat (no opinion report). Kondisi yang menyebabkan auditor tidak
memberikan pendapat adalah :
1.
Pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkup audit.
2.
Auditor tidak independen dalam hubungannya dengan kliennya.
25
Perbedaan antara pernyataan tidak memberikan pendapat dengan
pendapat tidak wajar adalah pendapat tidak wajar diberikan dalam keadaan
auditor mengetahui adanya ketidakwajaran laporan keuangan pendapat
karena ia tidak cukup memperoleh bukti mengenai kewajaran laporan
keuangan yang diaudit.
2.2.6
Audit Tenure
Audit tenure adalah Jangka waktu sebuah kantor akuntan publik
melakukan perikatan terhadap kliennya dalam memberikan jasa audit laporan
keuangan. Definisi lain audit tenure adalah lamanya hubungan auditor dan klien
yang diukur dengan jumlah tahun. Regulasi yang mengatur audit tenure
berdasarkan pada Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia PMK no.17
tahun 2008 yang menjelaskan tentang pembatasan lamanya penugasan auditor
dengan perusahaan kliennya. Pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan
dari perusahaan publik oleh KAP paling lama 5 tahun berturut-turut dan oleh
seorang akuntan publik paling lama tiga tahun buku berturut-turut. Pembatasan
lamanya masa penugasan audit dipandang sangat penting untuk pihak internal
maupun pihak eksternal perusahaan untuk tetap menjaga independensi auditor
dalam melaksanakan tugasnya.
Penelitian khusus mengenai pengaruh tenure audit terhadap jangka waktu
penyelesaian audit, atau audit report lag (ARL), sudah pernah dilakukan oleh
beberapa peneliti namun jumlahnya tidak banyak yang meneliti mengenai topik
ini. Dalam penelitian Lee, Mande dan Son (2011) mengenai pengaruh audit tenure
terhadap audit report lag (ARL), pada perusahaan yang menjadi klien KAP di
26
Amerika Serikat dengan menambahkan lingkup penelitian yang lebih luas, dari
tahun 2000 hingga 2005. Dalam penelitian tersebut menemukan bahwa audit
tenure yang panjang terkait dengan efisiensi audit yang lebih tinggi, yang berupa
audit report lag yang lebih pendek. Dalam penelitian ini hubungan audit tenure
terhadap audit report lag memiliki hubungan yang negatif. Hal ini dikarenakan
auditor pada masa awal melakukan perikatan audit dengan klien yang baru
memiliki pemahaman dan pengetahuan yang rendah dan membutuhkan waktu
untuk beradaptasi terhadap perusahaan baru yang diauditnya. Hal ini
mengakibatkan resiko dan kesulitan yang dihadapi auditor lebih besar sehingga
jangka waktu penyelesaian audit jauh lebih lama atau audit report lag (ARL)
semakin panjang.
2.3
Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi audit delay diantaranya:
No
1
Peneliti
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Judul
Variabel
Dwi Hayu
Analisis Faktor-
a. Profitabilitas,
Estrini dan
Faktor Yang
b. ukuran
Herry
Mempengaruhi
Laksito
Audit Delay
(2013)
Hasil
a. profitabilitas,
gender
auditor,
perusahaan,
dan
reputasi
c. gender auditor,
KAP
d. reputasi KAP
berpengaruh
signifikan
terhadap
audit
delay.
b. ukuran
27
perusahaan tidak
berpengaruh
signifikan
audit
terhadap
delay.
2
Andi
Faktor-Faktor
a. total aset,
Kartika
Yang
b. kerugian
(2011)
Mempengaruhi
operasi
Audit Delay
keuntungan,
Pada
a. total
dan
solvabilitas
dan
Perusahaan c. solvabilitas,
Manufaktur Yang d. profitabilitas,
Terdaftar Di Bei
aset,
berpengaruh
signifikan
audit
terhadap
delay.
e. opini auditor, b. operasi kerugian
dan
f. reputasi
auditor
dan keuntungan,
profitabilitas,
opini auditor, dan
reputasi
tidak
auditor
memiliki
pengaruh
audit
terhadap
delay.
3
a. ukuran
a. ukuran
Esynasali
Analisis Faktor-
Violetta
Faktor Yang
Sebayang
Mempengaruhi
b. profitabilitas,
gender
(2014)
Audit Delay
c. kualitas
perpengaruh
perusahaan,
(Studi Empiris
auditor,
perusahaan
d. opini auditor,
terhadap
Perusahaan
e. gender auditor
delay.
Yang
auditor
signifikan
Pada Perusahaan-
Perbankan
dan
audit
b. profitabilitas,
Terdaftar Di Bursa
kualitas
auditor
Efek
dan opini auditor
28
Indonesiatahun
tidak
2010-2012)
berpengaruh
signifikan
terhadap
audit
delay.
4
Greata
Pengaruh Ukuran
a. laba rugi,
Juanita
Kantor Akuntan
b. ukuran
(2012)
Publik,
perusahaan,
Kepemilikan, Laba c. ukuran KAP,
Rugi, Profitabilitas d. struktur
Dan Solvabilitas
kepemilikan,
a. pelaporan laba
rugi berpengaruh
terhadap audit
report lag.
b. ukuran
perusahaan,
Terhadap
e. profitabilitas,
ukuran KAP,
Audit Report Lag
f. DER, dan
struktur
g. DTA
kepemilikan,
profitabilitas,
DER, dan DTA
tidak
berpengaruh
terhadap audit
report lag.
5
Haryani
Pengaruh Ukuran
a. ukuran
dan
Perusahaan,
Wiratmaja
Komite Audit,
b. komite audit,
publik
(2014)
Penerapan
c. penerapan
berpengaruh
perusahaan,
a. komite audit dan
kepemilikan
International
International
Financial
Financial
Reporting
Reporting
perusahaan
Standards,
penerapan
Standards
Dan
Kepemilikan
Publik Pada Audit
d. kepemilikan
publik.
pada audit delay.
b. ukuran
dan
International
Financial
29
Delay
Reporting
Standards tidak
berpengaruh
pada audit delay.
6
Meylisa
Faktor-Faktor
a. total asset,
dan
Yang
b. klasifikasi
Estralita
Mempengaruhi
(2010)
Audit Report Lag c. laba atau rugi,
berjalan,
dan
Pada
besarnya
KAP
industri,
Perusahaan d. opini audit,
Yang Terdaftar Di e. besarnya KAP,
Efek f. debt
Bursa
Indonesia
proportion.
a. klasifikasi
industri,
laba
rugi
tahun
berpengaruh
audit
terhadap
report lag.
b. total asset, opini
audit, dan debt
proportion tidak
mempunyai
pengaruh
audit
terhadap
report lag.
7
Fanie
Analisis Faktor-
Ardianti
Faktor Yang
(2013)
Berpengaruh
Terhadap Audit
Delay
a. ukuran
perusahaan,
b. jenis opini
auditor,
c. kompleksitas
a. jenis
auditor
berpengaruh
negatif
signifikan
( Studi Pada
operasi
terhadap
Perusahaan
perusahaan,
delay
Manufaktur Yang
Terdaftar Di Bursa
Efek
d. jumlah komite
audit,
Indonesia e. profitabilitas,
Tahun 2009-2012 f. solvabilitas,
opini
audit
b. kompleksitas
perusahaan,
profitabilitas dan
audit
tenure
30
)
g. audit tenure
berpengaruh
positif signifikan
audit
terhadap
delay
c. ukuran
perusahaan,
jumlah
komite
audit
dan
solvabilitas tidak
berpengaruh
audit
terhadap
delay
8
Rustiarini
Pengaruh
dan
Karakteristik
Sugiarti
Auditor, Opini
(2013)
Audit,
Audit Tenure,
a. reputasi
auditor
b. spesialisasi
auditor
c. opini auditor
Pergantian Auditor d. audit tenure
Pada Audit
Delay
e. pergantian
auditor
a. spesialisasi
auditor
berpengaruh
negatif
pada
audit delay
b. pergantian
auditor
berpengaruh
positif
pada
audit delay
c. reputasi auditor,
opini audit, dan
lamanya
waktu
penugasan (audit
tenure)
tidak
berpengaruh
pada audit delay
9
Dewi dan Pengaruh Kualitas
a. audit tenure
a. audit
tenure
31
Yuyetta
Audit Dan Tenure b. spesialisasi
berpengaruh
(2014)
Audit Terhadap
industry
signifikan
Audit Repot Lag
(variabel
terhadap
(Arl)
moderasi)
delay
Dengan
audit
b. spesialisasi
Spesialisasi
auditor
yang
Auditor Industri
menjadi variabel
Sebagai Variabel
moderasi
Moderasi
mempengaruhi
hubungan
audit
tenure,
mempunyai
pengaruh
signifikan
terhadap
delay
audit
(audit
report lag).
Sumber : Penelitian Terdahulu
2.4
Hipotesa Penelitian
Berdasarkan teori-teori yang telah dijelaskan sebelumnya, maka penelitian
ini mencoba untuk menguji pengaruh profitabilitas, ukuran perusahaan,
kepemilikan publik, reputasi KAP, opini auditor, dan audit tenure terhadap audit
delay. Dengan demikiandapat ditentukan hipotesis alternatif sebagai berikut :
2.4.1
Pengaruh Profitabilitas Terhadap Audit Delay
Profitabilitas menunjukan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan. Tingkat profitabilitas yang tinggi merupakan good news bagi
32
perusahaan. Perusahaan yang dalam pelaporan keuangannya memiliki profit yang
tinggi cenderung tidak akan menunda penyampaian informasinya kepada publik.
Apabila suatu perusahaan menghasilkan tingkat profitabilitas yang lebih tinggi
maka audit delay akan lebih pendek dibandingkan dengan perusahaan yang
memiliki tingkat profitabilitas yang rendah (Lianto dan Kusuma, 2010). Teori ini
didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Christian dan Yulius (2012)
yang menyimpulkan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap audit
delay. Berdasarkan penelitian sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis
sebagai berikut
H1: Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap audit delay
2.4.2
Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Audit Delay
Ukuran perusahaan dapat dilihat dari seberapa banyak perusahaan tersebut
mempunyai sejumlah informasi mengenai dirinya (kompleksitas operasional dan
intensitas transaksi perusahaan) sehingga akan lebih banyak disorot oleh publik
dibandingkan perusahaan yang berukuran kecil. Dyer dan Mc Hugh (dalam
Estrini, 2013) menyatakan bahwa manajemen perusahaan besar memiliki
dorongan untuk mengurangi penundaan audit (audit delay) dan penundaan laporan
keuangan yang disebabkan adanya pengawasan yang ketat dari investor, asosiasi
perdagangan dan agen regulator. Selain itu perusahaan besar juga memiliki sistem
pengendalian intern yang memadai karena pengendalian intern merupakan proses
yang dilakukan perusahaan guna menjaga keandalan laporan keuangan
perusahaan dan kepatuhan terhadap hukum sehingga dapat memudahkan auditor
dalam melakukan proses audit.
33
Pernyataan diatas didukung oleh penelitian Kartika (2011) yang
mengungkapkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif signifikan
terhadap audit delay. Berdasarkan penelitian sebelumnya, maka dapat dirumuskan
hipotesis sebagai berikut:
H2: Ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap audit delay.
2.4.3
Pengaruh Kepemilikan Publik Terhadap Audit Delay
Kepemilikan perusahaan yang dimiliki oleh pihak luar akan memberikan
dampak pada pengelolaan perusahaan, dimana pengelolaan perusahaan yang
semula berjalan sesuai keinginan perusahaan itu sendiri menjadi memiliki
keterbatasan. Hal tersebut dikarenakan kurangnya keterlibatan pemilik perusahaan
dari luar yang ingin mengetahui tingkat pengembalian atas investasi mereka.
Dengan demikian akan membuat perusahaan akan lebih tepat waktu dan teliti
dalam menyampaikan laporan
keuangannya (Hilmi dan Ali, 2008). Semua
kegiatan akan perusahaan akan dipantau dan diawasi sehingga setiap tindakan
yang diambil oleh perusahaan akan direspon melalui kritikan ataupun komentar.
Audit delay dapat mempengaruhi ketepatwaktuan penyampaian laporan
keuangan yang berpengaruh terhadap kualitas informasi yang disajikan.
Keterlambatan publikasi laporan keuangan
dapat mengindikasikan adanya
masalah dalam laporan keuangan perusahaan, sehingga memerlukan waktu yang
lebih lama dalam penyelesaian audit (Febrianty, 2011). Para pemilik investasi
akan mengindikasikan adanya bad news jika perusahaan terlambat mempublikasi
yang akan berpengaruh pada keputusan investasi yang akan datang. Jadi dapat
disimpulkan bahwa kecenderungan manajemen menginginkan auditor cepat
34
menyelesaikan tugasnya agar dapat mempublikasikan laporan keuangan dengan
segera terjadi pada perusahaan yang memiliki proporsi kepemilikan publik yang
besar. Penelitian yang dilakukan Haryani dan Wiratmaja (2014) bahwa
kepemilikan publik berpengaruh negatif terhadap audit delay. Berdasarkan
penelitian tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H3: Kepemilikan publik berpengaruh negatif terhadap audit delay.
2.4.4
Pengaruh Reputasi KAP Terhadap Audit Delay
Reputasi KAP yang disewa oleh perusahaan untuk mengaudit laporan
keuangan akan berpengaruh terhadap kepercayaan masyarakat mengenai
kredibilitas laporan keuangan yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Selain itu
Kantor Akuntan Publik yang besar pastinya memiliki akuntan-akuntan yang lebih
berkualitas dan berpengalaman dibandingkan dengan Kantor Akuntan Publik yang
kecil sehingga dapat bekerja lebih cepat dan tepat waktu.
Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Iskandar dan
Trisnawati (2010), yang menunjukkan bahwa reputasi KAP berpengaruh negatif
terhadap audit delay. Berdasarkan atas penelitian tersebut dapat disimpulkan
bahwa perusahaan yang menggunakan jasa KAP besar akan cenderung lebih tepat
waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya karena memiliki kualitas dan
mutu audit yang baik. Berdasarkan uraian diatas maka dapat disusun hipotesis
sebagai berikut:
H4: Reputasi Kantor Akuntan Publik (KAP) berpengaruh negatif
terhadap audit delay.
35
2.4.5
Pengaruh Opini Aditor Terhadap Audit Delay
Publikasi laporan keuangan melalui media massa akan mempengaruhi
keputusan investasi para calon investor. Hal ini disebabkan informasi yang
terkandung di dalam laporan keuangan dianggap berita terbaru mengenai keadaan
perusahaan di pasar modal. Informasi yang berisi berita baik seperti profitabilitas
meningkat, kinerja manajemen efektif dan efisien, serta pemberian pendapat wajar
tanpa pengecualian (unqualified opinion) akan menarik minat calon investor untuk
melakukan investasi.
Opini audit dalam perspektif informasi memberikan gambaran tentang
kondisi suatu perusahaan dari pihak yang independen sehingga informasi ini
merupakan
informasi
yang
ditunggu-tunggu
investor.
Perusahaan
yang
mendapatkan pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) dari
auditor untuk laporan keuangannya cenderung akan tepat waktu dalam
menyampaikan laporan keuangannya karena pendapat wajar tanpa pengecualian
(unqualified opinion) merupakan berita baik dari auditor. Sebaliknya perusahaan
cenderung tidak akan tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya
apabila menerima opini selain wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion)
karena hal tersebut dianggap berita buruk. Sehingga dapat di indikasikan suatu
perusahaan akan mengalami audit delay yang lebih panjang apabila tidak
menerima opini audit wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ardianti (2013) menunjukkan bahwa
jenis opini auditor berpengaruh negatif signifikan terhadap audit delay.
36
Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang dapat disusun adalah sebagai
berikut:
H5 : Opini auditor berpengaruh negatif terhadap terhadap audit
delay.
2.4.6
Pengaruh Audit Tenure Terhadap Audit Delay
Berdasarkan hasil penelitian Batu (2012), tenure audit KAP berpengaruh
signifikan terhadap audit report lag (ARL). Penelitian menurut Batu (2012),
variabel audit tenure dibagi menjadi 2 kategori yaitu pertama, tenure pendek
adalah apabila tenure auditor selama kurang dari atau sama dengan 9 tahun. Hasil
statistik deskriptif bahwa rata–rata audit report lag (ARL) adalah selama 59.36
hari sedangkan rata–rata tenure auditor perusahaan selama 10 tahun. Hasil uji
hipotesis menunjukan tenure audit dan pelayanan non–audit memiliki hubungan
negatif dengan audit report lag (ARL). Berdasarkan bukti empiris yang telah
didapatkan dalam penelitian tersebut menjelaskan bahwa koefisien tenure pendek
bersifat signifikan dan secara statistik bersifat negatif selama 4 tahun dalam kurun
waktu 6 tahun penelitian. Sehingga audit tenure yang pendek dapat menyebabkan
terjadinya audit delay (audit report lag). Habib dan Bhuiyan (2011) menyatakan
audit tenure yang lebih pendek akan memberikan pengaruh terhadap terjadinya
audit delay yang lebih panjang. Berdasarkan penelitian tersebut maka dibuat
hipotesis sebagai berikut:
H6 : Audit tenure berpengaruh negatif terhadap audit delay (audit
report lag).
37
2.5
Kerangka Pemikiran Teoritis
Secara sistematis, kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran Teoritis
Profitabilitas (-)
Ukuran Perusahaan (-)
Kepemilikan Publik (-)
Audit Delay
(Audit Report Lag)
Reputasi KAP (-)
Opinoi Auditor (-)
Audit Tenure (-)
38
Download