20 |JURNAL AGASTYA VOL 7 NO 2 JULI 2017 Golongan Tua Menggagas Pergerakan Nasional: Pemikiran R.M.T Koesoemo Oetoyo di Bidang PolitikTahun 1908-1942 Reni Dikawati dan Ajat Sudrajat* Abstrak Penelitian ini bertujuan menganalisis pemikiran dan peranan R.M.T Koesoemo Oetoyo sebagai golongan tua yang mengkonsep dan berperan dalam pergerakan nasional Indonesia di bidang politik tahun 1908-1942. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah. Adapun tahapan yang dirumuskan menurut langkah-langkah penelitian sejarah Kuntowijoyo, yaitu pemilihan topik, heuristik, verivikasi, intrepretasi, dan historiografi. Sumber data berupa sumber primer dan sekunder yaitu arsip, memo, notulen, dokumen, foto, koran, wawancara, dan buku. Hasil penelitian menunjukkan pembaharuan pengetahuan sejarah, yaitu pelurusan bahwa tidak semua golongan tua bersifat moderat. Melihat semangat zaman pada masa itu, Koesoemo Oetoyo merupakan tokoh yang revolusioner dibandingkan pangreh praja pada masanya, dengan mendukung dan mengkonsep pergerakan nasional yang sesuai untuk arah pergerakan bangsa. Pergerakan nasional dalam konsep pemikiran Oetoyo merupakan usaha perbaikan dalam segala aspek kehidupan politik, sosial, dan ekonomi, ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Politik dipandang sebagai alat mencapai tujuan, sehingga perlu pendekatan yang sesuai dengan semangat zaman pada masa itu, yaitu diplomasi. Konsepsi pemikiran Oetoyo mampu mengakomodasi keanekaragaman organisasi pergerakan menjadi satu kesatuan partai sebagai wakil rakyat, yaitu Parindra. Peran Koesoemo Oetoyo dalam politik yaitu mendorong lahirnya organisasi pertama pangreh praja (Sedio Muljo), mendirikan Dewan Desa dan Dewan Kabupaten, menjadi Ketua Boedi Oetomo, anggota Volksraad, Fraksi Nasional, menuntut otonomi dan Indonesia berparlemen. Kata Kunci: Pemikiran, Koesoemoe Oetoyo, pergerakan nasional, 1908-1942 Pendahuluan kebijakan, Penjajahan Belanda di Indonesia bukan sebagai subjek dari kebijakan tersebut. Bahkan untuk meredam mengakibatkan adanya kesengsaraan di pergolakan berbagai bidang kehidupan yang terus keterpurukan menimbulkan swasta, pemerintah memberlakukan politik rakyat. Belanda tekanan Sistem dengan dan inferiortas pemerintahan tegas Hindia menempatkan yang akibat disebabkan oleh dibukanya modal balas jasa, atau yang dikenal dengan kebijakan poltik etis. masyarakat pribumi sebagai second person Politik etis bila dilihat dari konteks di bawah orang-orang kulit putih dan Timur pemerintah Hindia Belanda pada masa itu Asing sebenarnya (Sartono 1972: 55). segala akses pengecoh rakyat, agar menilai pemerintah fasilitas umum rakyat pribumi dibatasi hak- dengan kesungguhan ingin mengarahkan haknya. Pribumi hanya menjadi objek masyarakat pada perubahan. Padahal taktik Konsekuensinya, K, dalam hanya dijadikan * Reni Dikawati adalah Mahasiswa Magister Pendidikan Sejarah Universitas Sebelas Maret sebagai Ajat Sudrajat adalah Dosen Prodi Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta GOLONGAN TUA MENGGAGAS PERGERAKAN NASIONAL: PEMIKIRAN………| 21 itu merupakan wujud baru penjajahan, dan nasionalisme. tetap pada koridor untuk kepentingan mengarah pada perubahanorientasi dan Belanda. Pemerintah tidak sepenuhnya lingkup bertujuan memberikan kesempatan pribumi kedaerahan, mengenyam melainkan telah mendasar pada doktrin pendidikan, sebagaimana konsep pendidikan sekarang ini, untuk mencerdaskan dan memberikan Pergerakan yang tidak tanpa nasional hanya arah, bersifat dan tujuan, kemerdekaan serta kedaulatan rakyat. bekal Pola pergerakan nasional juga tidak memperbaiki kehidupan. Melainkan sebagai terlepas dari ide, pikiran, motif, kesadaran pemenuhan atas kebutuhan tenaga kerja yang dihubungkan dengan lingkungan yang murah pemerintah. konkrit dari situasi sosio historis termasuk Kemajuan yang diidentikan dengan tokoh penggeraknya. Tokoh penggerak pembangunan kearah modernitas pada inilah yang mengagasdan mempengaruhi masa politik etis, telah menyadarkan para sebagian besar pengambilan keputusan elit terdidik untuk merefleksikan dalam maupun realitas yang ada di masyarakat. Kemajuan mencapai suatu tujuan (Teguh W, 2011: 9). cara yang digunakan untuk yang dialami oleh masyarakat Indonesia Gabungan dari pemikiran dan cara bukan untuk mensejahterakan pribumi, pergerakan memberikan ciri yang khas pada justru pola semakin menciptakan adanya kesenjangan (Suhartono, 2010; 3). pergerakan suatu organisasi. Organisasi pergerakan dianggap sebagai Pemerintah Hindia Belanda dengan tindakan menggunakan untuk kondisi hidup dengan jalan mengadakan mengukur struktur pemerintah, sedangkan reaksi yang sesuai dengan posisi kelompok pribumi hanya menjadi orang asing di tersebut. Konsekuensinya, untuk memahami negaranya ini latar belakang, motif dan tujuansuatu terpelajar organisasi pergerakan harus dikembalikan jelas standartnya sendiri. menggerakkan Konsepsi elit mengupayakan kesadaran kepada kelompok untuk menghadapi pada konsep pemikiran pemimpinnya. masyarakat pentingnya bersatu dengan Perbedaan cara pandang dalam mengakomodasi paham nasionalisme yang menseminasikan paham nasionalisme, dan telah pergerakan nasional menyebabkan lahirnya berkembang di Barat ke arah pergerakan nasional. Pergerakan tonggak awal masyarakat melakukan organisasi nasional adanya Hindia merupakan suatu Belanda perlawanan konsepsi untuk terhadap penjajahan Belanda melalui internalisasi sebagai institusionalisasi tindakan sosial yang ditujukan kearah politik, pandang sosial, ekonomi pengonsep dan sesuai sudut tidak jarang menimbulkan pertentangan dan gesekan 22 |JURNAL AGASTYA VOL 7 NO 2 JULI 2017 antar organisasi pergerakan yang ada. dalam pergerakan nasional diakui oleh Perbedaan cara pandang tokoh pergerakan masyarakat, dalam mengarahkan organisasi pergerakan dibangunnya Jalan Kusuma Utoyo di Jepara, sangat jarang ditonjolkan (Pradipto N, 2011; Jawa Tengah untuk mengenang jasanya. 87). Narasi yang berkembang menunjukkan Pemikiran dan peranan Koesoemo Oetoyo kesenjangan antara golongan tua (priyayi) menjadi sangat penting untuk melihat dengan relevansi konsepnya hingga sekarang. golongan muda. Kesenjangan tersebut telah membuat seolah pergerakan nasional terputus oleh sekat yang dibuktikan Peranannya nasional melalui dalam pergerakan Dewan Desa, dewan Muljio, Budi Utama, dihidupkan melalui narasi moderat dan Kabupaten, revolusioner. Volksraad, Fraksi Nasional perlu pengkajian Makna mengarah revolusioner pada bias, Sedio dengan sendiri lebih lanjut. Penelitian juga dapat dijadikan dengan sebagai pembelajaran yang mengajarkan mengartikannya sebagai hal luar biasa bagaimana melalui angkat senjata ataupun menyerang, masyarakat pada tataran kesejahteraan tentu harus dilihat dari konteks semangat melalui kebijakan-kebijakan politik. zaman. Golongan tua yang selama ini dinarasikan sebagai kelompok pasif satu tokoh dari golongan priyayi yang mengonsep pergerakan nasional Indonesia, bahkan implementasi konsepnya mampu mengatasi pergolakan intern dalam tubuh organisasi pergerakan di Indonesia pada masa itu. A. Pergerakan Nasional tokoh dan ditokohkan dalam Pergerakan Nasional Indonesia. Kriteria sebagai tokoh dapat diukur melalui terpenuhinya tiga persyaratan. bidangnya, monumental, Lahir Pertama, kedua, dan berhasil memiliki ketiga di karya mempunyai pengaruh di masyarakat. Oetoyo dapat dikatakan ditokohkan karena peranannya dan perkembangan pergerakan nasional Indonesia di dorong oleh adanya faktor intern dan ekstern. Secara Intern, pergerakan nasional adalah hasil dari perkembangan faktor ekonomi, sosial, politik, kultural, dan religius, serta interelasi antara faktor-faktor tersebut. Secara Oetoyo memenuhi kriteria sebagai mengarahkan Tinjauan Pustaka terhadap pergerakan tidak sepenuhnya tepat. Koesoemoe Oetoyo merupakan salah sebenarnya ekstern pergerakan nasional Indonesia tidak dapat dipisahkan dari adanya komunikasi media masa memberitakan perlawanan yang menentang penjajahan di berbagai belahan dunia. Kedua faktor tersebut memiliki dampak yang cukup besar terhadap semangat perlawanan menentang penjajahan. Peristiwa perlawanan di berbagai belahan GOLONGAN TUA MENGGAGAS PERGERAKAN NASIONAL: PEMIKIRAN………| 23 dunia yang ikut menjadi pemicu pergerakan menerima di ideologi Indonesia, demokrasi antara lain; pergerakan kewarganegaraan gagasan, yang usaha, perjuangan, dipercayainya efektif yang mencapai tujuan kemerdekaan. Lebih jauh, menghindarkan rakyat Mesir di bawah komunikasi melalui media massa juga pimpinan Zaghul Pasha. berupaya Pergerakan rakyat India di bawah pimpinan Tilak dan Gandhi melawan serta Tiongkok ketamakan asing, menjatuhkan absolutisme kelompok orang bertindak ataupun sesuai yang dituliskannya (Suryo Mihardjo, 2002: 41). Kesadaran ini, semakin tumbuh dan dengan lahirnya golongan terpelajar yang melawan Imperialisme Barat. Kemenangan- mempertanyakan struktur yang selama ini kemenangan yang diperoleh oleh setiap melingkupi rakyat pribumi yang semakin negara menderita tersebut telah Manchu membuat menyadarkan dibawah modernisasi yang hebatnya kekuatan bersama. Perlawanan dibawa oleh bangsa Barat (Djoko, 2008: 23). tersebut menjadi inspirasi rakyat pribumi Perjuangan menyebarkan cita-cita bangsa untuk melakukan perlawanan terhadap Indonesia pada masa itu, juga menunjukkan penjajah Belanda. adanya hubungan moral pers dan rakyat Pergerakan nasional pada abad 20 (Andi Baso, 1993: 12). Oleh karena itu, menunjukkan adanya rasa nasionalisme dapat dikatakan bahwa pers Indonesia pada yang tinggi. Setiap organisasi yang dibentuk masa itu merupakan parlemen masyarakat memiliki visi, misi dan tujuan yang jelas untuk (Michael Addas, 1988: 42). Pergerakan tidak ditentang lagi merupakan refleksi dari isi hati rakyat yang berdasarkan tuan dan hamba, mengemukakan olehnya. Isi hal-hal yang surat kabar melainkan merupakan kesadaran pribadi mendorong masyarakat sebagai bangsa yang dijajah. Kesadaran pergerakan memperbaiki nasib. melakukan seperti perasaan senasib, sepenanggungan, Rubrikasi yang terdapat dalam pers dan persamaan identitas menjadi dasar di bawah kaum pergerakan senantiasa perkumpulan. Dasar perkumpulan tersebut menunjukkan kemudian menyadarkan rakyat tentang kemajuan dan melahirkan keinginan untuk selalu berpartisipasi dalam perkumpulan. adanya usaha-usaha pergerakan. Pergerakan melalui bidang Penggunaan media masa sebagai politik, sosial, dan ekonomi. Salah satu sarana komunikasi menjadi pembentuk dan tokoh yang mengawali peran pribumi pengembang hubungan perseorang dengan sekaligus menjadi pelopor penerbitan surat rakyat mengenai suatu konsepsi pergerakan kabar masa itu adalah Koesoemo Oetoyo. nasional. Hampir setiap orang, maupun Oetoyo kelompok Priyayi, yang di terbitkan oleh Asperen van membujuk kelompok lain merupakan redaktur Pewarta 24 |JURNAL AGASTYA VOL 7 NO 2 JULI 2017 der velde Press di Semarang setiap tiga bulan Garis keturunan ini juga menjadi modal sekali (I Taufik, 1993: 25). Surat kabar ini sosial Oetoyo untuk mampu mengenyam masih pendidikan. bersifat cooperatif dengan pemerintah Hindia Belanda. Sifat kooperatif membuat isi memberikan dari berita informasi cenderung yang Oetoyo sebagai berhasil tokoh di bidangnya pergerakan dengan tidak mendirikan Dewan Kabupaten pada tahun bertentangan dengan pemerintah. Meskipun 1917 yang mendorong munculnya Dewan demikian, pewarta priyayi memiliki arti Rak’jat dalam sejarah pergerakan bangsa (Ahmat B (Shirashi takashi, 1997: 36). Sebagai ketua Adam, 1955: 93). Budi Utomo, ia Gagasan tentang keterbukaan yang (Volksraad) di kemudian hari berhasil menghimpun kekuatan besar dengan membentuk fusi kerap kali disebarkan Oetoyo melalui menjadi Pewarta Priyayi memunculkan keterbukaan berkarya dalam beberapa surat kabar Ilmoe priyayi lama untuk berkumpul menjadi Tani, Pewarta Priyayi dan kabar Perniagaan, organisasi pergerakan dikemudian hari. yang dikemudian hari menginspirasi tokoh B. Koesoemo Oetoyo pergerakan Oetoyo lahir pada tanggal 13 Januari Parindra. Sebagai lain untuk Jurnalis, ia menyuarakan aspirasi rakyat melalui media massa. tahun 1871, secara garis besar merupakan Oetoyo juga berhasil memegang keturunan priyayi Jawa. Ayah Oetoyo, Raden teguh etiket dan etika sosial, dibuktikan Mas Soejoedi Soetodikoesoemo (patih di melalui perannya dalam Badan Pensensoran Pekalongan). Ibunya, Raden Ayu Soeratinem Film bersama Mariah Ulfa Santoso. Oetoyo merupakan Adipati menerbitkan karya-karya monumental, ia Kebumen). menerjemahkan lima buku karya Frederick Aroeng keturunan Binang Raden (Bupati Sedangkan, kakek dari garis ayah, Raden Holle Mas kesejahteraan petani. Soerokoesoemo adalah Bupati Kutoarjo, dan masih keturunan Sultan Hamengku Buwono I. mengenai pertanian dan Buku terjemahannya ini menjadi solusi dalam menyelediki, mengatasi Oetoyo merupakan anak kedua dari masalah penanaman, gagal panen, dan tiga bersaudara, kakak bernama Raden Mas menjadi dasar diberlakukannya politik etis Oemar Soerodikoesoemo, sedangkan adek dengan salah satu fokusnya pada irigasi bernama Oetaryo. Berasal dari keturunan (Daliman, Priyayi tidak membuat Oetoyo bersifat menerjemahkan ekslusif, karena sejak kecil ia menunjukkan undangan pada masa Hindia Belanda ke sikap terbuka dengan bergaul dengan dalam bahasa Jawa. Oetoyo sebagai jurnalis siapapun tanpa membedakan kelas sosial. menyebarkan 2012: 73). Oetoyo dokumen gagasannya juga perundang- mengenai GOLONGAN TUA MENGGAGAS PERGERAKAN NASIONAL: PEMIKIRAN………| 25 pentingnya Dewan Desa, pendidikan, bangsa Barat. Oetoyo merupakan salah satu kesejahteraan rakyat, serta mengonsep tokoh dari golongan tua yang memiliki pergerakan nasional yang relevan hingga keterbukaan sifat dan pemikiran untuk masa sekarang. memajukan bangsa dengan mengonsep Oetoyo mempunyai pengaruh pada pergerakan nasional yang ideal. Oetoyo masyarakat di zamannya, ia dikenal sebagai pada penganut demokrasi bernegosiasi dan mulanya merupakan pendukung yang pandai politik etis pemerintah Hindia Belanda, diplomasi (Gamal karena dalam pemikirannya Komandoko, 2008: 20). Oetoyo dipercaya terpelajar sebagai diplomat yang banyak berjasa menciptakan perubahan di masyarakat. dalam membangkitkan semangat melawan meruapakan golongan Tentu saja tombak konteks yang mendukung penjajah, dibuktikan dengan mosi-mosi disini berbeda dengan konsep politik etis yang dikeluarkannya dalam volksraad untuk masyarakat. menuntut sepenuhnya perbaikan kesejahteraan rakyat kondisi dan sosial, keterlibatan rakyat dalam politik. Oetoyo mendukung untuk kepentingan rakyat, yaitu kebebasan menegnayam pendidikan. Sedangkan pemerintah berdasarkan pada Pendapat Oetoyo juga dijadikan kepentingan negeri induk, yaitu menjajah. dasar pengambilan keputusan oleh tokoh- Oetoyo tokoh Hadjar pergerakan nasional yang ideal dalam Dewantara, Soekarno, Mohammad Hatta. bidang politik, sosial, dan ekonomi yang Oetoyo memberikan pergerakan layak ditokohkan. pergerakan seperti; disebut Ki tokoh sekaligus Perjuangannya dalam nasional Indonesia kemudian corak baru konsep dalam pola pergerakan di Indonesia. melalui segala daya, upaya, hingga akhir hayatnya memiliki Metode Penelitian Metode penelitian sejarah merupakan bukti perjuangan membebaskan merupakan seperangkat aturan dan prinsip bangsa dari penjajahan. Sebagai seorang sistematis untuk mengumpulkan sumber- yang memiliki kekuasaan, ia berupaya sumber sejarah secara efektif, kemudian membela wong cilik yang merupakan menilaisecara inferior dan tertindas pada masa feodal dalam bentuk tulisan sejarah. Berikut (Suhartono, 2005: 204). langkah-langkah yang dilakukan peneliti: Oetoyo menjunjung budaya bangsa dan menanamkan rasa nasionalisme kepada generasi penerus hingga akhirnya menggerakkan seluruh lapisan masyarakat untuk bersatu melawan ketidakadilan kritis, dan mewujudkan A. Pemilihan Topik Pemilihan topik didasarkan dua pokok, yaitu kedekatan emosional dan kedekatan intelektual. Pemilihan topik 26 |JURNAL AGASTYA VOL 7 NO 2 JULI 2017 berdasarkan dua alasan tersebut, akan yang bukan merupakan saksi pandangan- mempermudah yang mata, yakni dari seseorang yang tidak hadir sedang dikaji oleh peneliti, sehingga peneliti pada peristiwa yang dikisahkannya (Louis akan bersungguh-sungguh dalam meneliti Gottschallk, 2008: 43). Sumber primer yang dan penelitian. digunakan dalam penelitian ini, antara lain; merupakan Afschrift-Mailrapport. Weltevreden, den 6 November 1928 GeheimEigenhandig. Kabinet Vertaal 18 Juni 1938 Het Vergoderrech. Jakarta: ANRI. Tidak diterbitkan Koentjoro Poerbopranoto. (1937). Dewan Ra’jat: (Volksraad). Batavia: Balai Poestaka. Koesoemo Oetoyo. (1931). 5de Vergadering –Woensdag 8 Juli 1931. Ingkomen stukken-Voorbehond van behandeling door den volksraad van ond.21mededeeling van den voorzitter betreffende benoeming van CommissiesBegrooting van Nederlandsch-Indie voor 1932,algemeene beschouwingen (ond).1. Batavia : Volksraad. Koesoemo Oetoyo. (1931). 20ste Vergadering-Woendag 29 Juli 1931. Avondvergadering Begrooting van Nederlandsch-indie 1932 (ond.1), Algemeene beschouwingen. Batavia: Volksraad. Koesoemo Oetoyo. (1934). 12de vergadering- Vrijdag 18 Juli 1934. Ingkomen stuk,-Begrooting van Nederlandsch-Indie voor 1935 (ond.1), algemene gedeelte. Batavia: Volksraad. Koesoemo Oetoyo. (1934). 35ste Vergadering-Mandag 18 Agustus 1934. Begrooting van NederlandschIndie voor 1935 (ond.1), algemeen gedeelte, moties. Batavia: Volksraad. Koesoemo Oetoyo. (1934). 36 ste vergadering-Dinsdag 14 Agustus 1934. Begrooting van Nederlandsch Indie voor 1935 (ond.1), afd. VI, departement van Economische Zaken, met afd VIA-D, algemeen gedeelte. Koesoemo Oetoyo. (1936). 56ste Vergadering-Doenderdag 23 Januari proses menganalisis Kedekatan penelitian topik emosional subjektifitas sejarah atas topik yang dipilih. Subyektifitas berkaitan dengan perasaan, emosi, keturunan, kewilayahan terhadap permasalahan yang dikaji dan cenderung berat sebelah (Louis Gottschalk, 2008: 39). Alasan emosional peneliti adalah adanya kesenangan dalam menganalisis tokoh, sedangkan Oetoyo dipilih karena pemikirannya mengenai pergerakan nasional merupakan gagasan yang berbeda pada masa itu. Ketersediaan sumber juga menjadi alasan dan motivasi peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai pemikiran dan peranan Oetoyo dalam pergerakan nasional.Kedekatan Intelektual bersifat obyektif, meskipun tidak jarang emosi sering berpengaruh pada intelektualitas. Kedekatan intelektual yang melatar belakangi pemilihan topik berkaitan dengan upaya mengaplikasikan pemahaman sejarah pemikiran. B. Pengumpulan sumber(Heuristik) Pengumpulan sumber yang dilakukan peneliti berupa sumber primer dan sekunder. Sumber primer, hasil tulisan atau catatan yang peristiwa/kejadian sejaman (Suharto, dengan 2010:11). Sumber sekunder, kesaksian dari siapapun GOLONGAN TUA MENGGAGAS PERGERAKAN NASIONAL: PEMIKIRAN………| 27 1936. Suikerregelingen 1936 (ond 100). Batavia: Volksraad. Koesoemo Oetoyo. (1952). “KenangKenangan Pengalaman Saja”, dari Kebangkitan Nasional Sampai Proklamasi Kemerdekaan. Jakarta: Pustaka penerbit Endang. Kortsamenvattend Overzicht der besprekinen op het Boedi-Oetomo Conggres, Gehouden op 31 Desember en 1 Januari 1928 te Jogjakarta. Jakarta: ANRI, Tidak Diterbitkan. Politiek Politionel Overzicht Januari 1928, Jakarta: ANRI, Tidak diterbitkan Tweede Congres der P.P.P.K.I Eerste vergadering 25 Desember 1929 avonds 9 uur in de societeit Habiprojo. Verslag van het 23ste congres van Beodi Oetomo, gehouden te Semarang van 3 tot 5 Juni 1933. Verslag betreffende het 20ste Congress Van Boedi Oetomo op 23-24 Desember 1929, Jakarta: ANRI, tidak diterbitkan. Verslag van Het Negenti Ende BondsCongress Van Boedi Oetomo, gehoulden tot Soerakarta van 6 tot 9 April 1928. Vertaling. Verslag der besloten vergaderingen tijdene het congres van Boedi-Oetomo, gehoulden te Djokdjakarta van 31 December 1927 tot en met 1 Januari 1928. Sumber sekunder yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut: Akira Nagazumi. (1997). Bangkitnya Nasionalisme Indonesia: Budi Utomo 1908-1913. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. Gamal Komandoko.(2008). Boedi Oetomo: Awal Bangkitnya Kesadaran Bangsa. Yogyakarta: Media press. Pitut Soeharto. (1981). Cahaya di Kegelapan: Selecta Kedua Boedi Oetomo & Sarekat Islam Pertumbuhan dalam Dokumen Asli. Jakarta: Jaya Sakti. Ramadhan K H. (2008). Perjalanan Panjang Anak Bumi : Biografi R.M.A.A Koesoemo Oetoyo. Jakarta: Obor. Sartono Kartodirdjo. (1972). Kolonialisme dan Nasionalisme di Indonesia pada Abad 19 dan Abad 20. Yogyakarta: Seksi Peneliti Djurusan Sejarah Fakultas Sastra dan Kebudajaan UGM. Suhartono. (2001). Sejarah Pergerakan Nasional: Dari Budi Utomo sampai Proklamasi 1908-1945. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Wawancara dengan Atas Hendartini Habsyah, pada tanggal 25 Agustus 2016 di Hotel Tentrem Yogyakarta, pukul 19.00 WIB C. Kritik Sumber (Verivikasi) Kritik sumber diperlukan agar terhindar dari fantasi, manipulasi atau fabrikasi (Suhartono, 2010: 35). Peneliti menggunakan kritik ekstern, untuk melihat keaslian sumber. Keaslian sumber dapat dilihat dari segi bentuk, bahan, tulisan, dan penggunaan bahasa. Sedangkan kritik intern, untuk menguji kredibilitas sumber. Aspek utama diperhatikan dalam kritik intern adalah konten/isi sebuah sumber. Peneliti melakukan kritik ekstern dengan melihat kapan, dimana, siapa yag membuat sumber, dari bahan apa tulisan, koran, foto, maupun tulisan dibuat, serta apakah sumber dalam bentuk asli. Aspek utama yang diperhatikan adalah kondisi fisik. Beberapa sumber yang diperoleh peneliti dalam kondisi rusak dan kurang dapat dibaca dengan jelas. Hasil peneliti dalam melakukan kritik intern, ditemukan informasi kurang lengkap dalam sumber yang diperoleh. Karya Oetoyo yang berjudul Kenang-Kenangan Pengalaman Saja”, dari Kebangkitan Nasional Sampai Proklamasi 28 |JURNAL AGASTYA VOL 7 NO 2 JULI 2017 Kemerdekaan ditulisnya saat berusia lanjut, antara teks dan masyarakatnya (Hariyono, sehingga dalam 1995:97-98). Pendekatan yang digunakan pergerakan oleh penelitian adalah Pendekatan politik kurang begitu menggambarkan jelas konsep nasional menurutnya. yang menekankan pada komunikasi politik. D. Penafsiran (Interpretasi) Komunikasi politik diartikan sebagai proses Interpretasi dalam konteks sejarah komunikasi yang memiliki implikasi atau dapat dibedakan menjadi dua macam, yakni konsekuensi terhadap aktifitas politik dan analisis berarti juga memiliki pesan yang bermuatan politik menguraikan. Sumber yang bervariasi yang (Hafield Cangara, 2014: 14). Komunikasi telah diperoleh diuraikan, hal ini dilakukan dalam mengingat propaganda (Nurudin, 2001: 9). dan sintesis. sumber Analisis sejarah terkadang mengandung berbagai kemungkinan di dalamnya. lebih dikenal dengan Teori yang digunakan adalah teori interaksi kepribadian kepemimpinan politik Sedangkan yang dimaksud dengan sintesis politik adalah penyatuan. kepribadian kepemimpinan politik dapat terkumpul, menggambarkan bagaimana waktu, tempat, kemudian disatukan menjadi fakta sejarah keadaan, dan interaksi menentukan siapa yang ini yang memimpin dan siapa pengikutnya, melakukan proses analisis dan sintesis menggambarkan bagaimana kepribadian dalam mengkomunikasikan hasil penelitian. para pemimpim (faktor yang bertalian E. Penulisan Sejarah (Historiografi) dengan kepemimpinan), serta pengharapan Sumber-sumber akurat. melakukan (Dan Nimmo, 1998: 39). Teori interaksi yang Peneliti telah dalam hal Penulisan sejarah merupakan proses dan kebutuhan dari pengikutnya. menyajikan data yang telah diseleksi dan Pendekatan dengan kritis, analitis, dan ilmiah agar dapat kepemimpinan politik digunakan untuk dipertanggungjawabkan. Penulisan sejarah menjelaskan bagaimana Oetoyo menggagas berdasarkan konsep kronologi terdiri dari pergerakan nasional sesuai dengan situasi, tiga bagian yaitu pendahuluan, isi, dan semangat zaman, tempat dan politik pada penutup. Penelitian ini juga menggunakan saat pendekatan agar lebih mampu melakukan pengaruhnya eksplanasi kelompok yang tidak hanya itu. interaksi politik intepretasi kedalam tulisan yang bersifat sejarah teori komunikasi kepribadian Bagaimana menggunakan untuk mempengaruhi lain dalam mendukung terbatas pada narasi apa dan siapa (Sartono gagasannya dalam pergerakan nasional. K, 1992: 4). Pendekatan dalam penelitian Teori ini juga digunakan untuk menjelaskan sejarah dapat dilakukan dengan kajian teks, bagaimana kajian konteks sejarah, dan kajian hubungan gagasannya ke dalam lingkungan sosialnya. Oetoyo menyebarluaskan GOLONGAN TUA MENGGAGAS PERGERAKAN NASIONAL: PEMIKIRAN………| 29 Penelitian ini juga menggunakan teori komunikasi fungsional untuk melihat satu etnis, ataupun satu daerah melainkan satu nation (Bangsa). tujuan dan cara mencapai tujuan politik (Deliar Noer, 1995: 6). ini sebuah memoar yang juga memuat proses menggambarkan akibat komunikasi massa nasionalisme dalam menyatukan kekuatan terhadap organisasi sosial, cara orang rakyat, konsep Oetoyo juga relevan bila menata persepsinya dan apa akibatnya. dilihat dengan teori identitas sosial, dimana Secara umum fungsi komunikasi secara setiap fungsional menyatakan digunakan Teori Pandangan tersebut ditulis dalam untuk alat penerangan, perubahan dan pengontrol. Pendekatan berdasarkan perlu teori menjadi ini anggota kelompok dan idealnya mereka memandang politik (in group) lebih baik dari kelompok lainnya fungsional (Crish Barker, 2012: 221). Melihat konteks digunakan untuk menjelaskan bagaiamana zaman pada masa itu, keinginan ini lahir reaksi dengan teori dari komunikasi orang komunikasi sosial maupun karena kesadaran atas penderitaan yang menanggapi konsep disebabkan oleh pemerintah di negaranya pergerakan nasional yang digagas oleh sendiri. Konsekuensi dari pemikiran dan Oetoyo. Perubahan apa yang terjadi di kondisi memunculkan kesadaran bahwa dalam pola pergerakan nasional Indonesia perampasan pada masa itu dengan adanya konsep ketidakadilan yang tidak dapat diterima. individu kelompok dalam pergerakan nasional Oetoyo, serta bagaimana dampaknya. Lebih terhadap jauh, kemerdekaan Oetoyo menyatakan bahwa konsep nasionalisme yang ada di Indonesia Hasil Dan Pembahasan A. Pandangan Koesoemo Oetoyo Tentang harus dengan nasionalisme yang lahir di Barat (Atas Hendartini, Nasionalisme berbeda 2016: wawancara). pandangan Nasionalisme Barat tidak boleh begitu saja Oetoyo merupakan paham yang di dasarkan dibawa dan ditiru di Indonesia. Menurutnya, Nasionalisme pada kemauan menjaga dalam setiap individu untuk dan melestarikan kebudayaan konsep nasionalisme Indonesia merupakan lawan dari kolonialisme yang bertujuan bersama, hidup bersama dalam satu tatanan membentuk negara merdeka. Hal ini jelas masyarakat yang di dalamnya terdapat berbeda kesamaan nasionalisme Barat didasari oleh pembelaan kehidupan dalam sebagai berbagai satu bidang identitas (Koesoemo Oetoyo, 1952: 143-145). Satu identitas berarti tidak merujuk lagi pada dengan yang ada di Barat. atas satu kepentingan kelompok melawan ketidakadilan, sehingga hal ini melahirkan etnosentrisme terhadap in group dan berujung pada lahirnya hasrat kolonialisme. 30 |JURNAL AGASTYA VOL 7 NO 2 JULI 2017 Nasionalisme Barat dalam Indoensia, sebagai berikut “Bergeraklah pandangan Oetoyo merupakan paham yang supaya sangat pincang (Koesoemo Oetoyo, 1952: sempurna kepada anak-anak kita, biar 152). Nasionalisme ini telah melahirkan akhirnya bisa mengurus rumah tangga kita etnosentrisme hingga lahir hasrat ingin sendiri!”. menguasai dalam bentuk kolonialisasi. bisa memberi didikan yang Sebagai bentuk kritikannya, Oetoyo Sedangkan, dari sudut pandang Hindia mengorientasikan Belanda hal itu tidak sesuai dengan kondisi dengan sosial yang ada. Kecenderungan terhadap budaya Barat yang tidak sesuai kepribadian suatu daerah atau ideologi tertentu justru bangsa. akan merupakan membuat pemerintah politik Hindia pecah Belanda belah cara paham nasionalisme non-kooperasi Nasionalisme terhadap Indonesia kepercayaan harus terhadap semakin kecerdasan dan kemampuan diri sendiri, berhasil dan tidak akan terwujud satu kemauan bersama menciptakan penentuan kesatuan kelak kemudian hari. nasib sendiri, dan kepemilikan kebudayaan Oetoyo menegaskan perlu membuka nasional. mata rakyat tentang identitas dan masa Orientasi ini dikemudian hari depannya, melalui penanaman nilai-nilai melahirkan konsep pergerakan nasional nasionalisme di kalangan pribumi (Rudolk yang menurut Oetoyo harus dilakukan Marziek, 2006: xvi). Oetoyo meyakini bahwa dengan Identitas perbaikan diri kebanggaan yang akan luntur perkumpulan/organisasi, status sosial (kesejahteraan akibat sosial dan pendidikan), serta diplomasi modernitas Barat, sehingga melahirkan bukan lagi dengan kepercayaan terhadap perkumpulan dan kesatuan dari berbagai adanya ratu adil (Silawati Hartian, 1992: golongan di Hindia Belanda.Sarana untuk 124). menanamkan nilai-nilai nasionalisme yang membuat oetoyo kemudian mengonsep efektif menurut Oetoyo adalah pendidikan. pergerakan nasional yang sesuai dan ideal Dalam telah mengembalikan cara memoarnya Oetoyo menuliskan apa yang harus dilakukan oleh generasi tua untuk generasi muda sebagai ujung tombak pergerakan. Tulisan tersebut berbunyi “Laat Ons Onze kinderen een goede opleding geven, opdat zij later in staat zullen zijn hun eigen huishhouding goed te regelen!”(Koesoemo Oetoyo, 1952: Tidak diterbitkan).Terjemahan dalam bahasa Pandangan tentang nasionalisme untuk perjuangan rakyat. B. Konsep Pergerakan Koesoemo Oetoyo Nasional Menurut Atas Hendartini Habsyah, pergerakan Oetoyo nasional merupakan dalam usaha pandangan yang harus dilakukan dengan penuh kesadaran untuk menyatukan seluruh lapisan, tanpa kecenderungan terhadap satu kepentingan GOLONGAN TUA MENGGAGAS PERGERAKAN NASIONAL: PEMIKIRAN………| 31 kelompok tertentu tercapai saja. Namun hal ini merupakan langkah kemerdekaan. Pandangan demikian, tidak awal yang dapat menumbuhkan kesadaran dapat setiap kelompok untuk berkumpul membela dipisahkan mengenai agar dari pandangannya nasionalisme Indonesia. Nasionalisme dalam pandangan Oetoyo terkait erat dengan self-government, kepentingan bangsanya sendiri. Konsepsi pandangan diatas Oetoyo memperkuat tentang pergerakan kemauan bersama, dan budaya Indonesia nasional yang bisa dilakukan dengan upaya sebagai identitas nasional yang di dorong modernisasi, industrialisasi dan edukasi oleh melalui bidang politik, sosial, dan ekonomi. faktor kontekstual seperti moderniasasi, industrialisasi dan edukasi. Menurut Oetoyo, Tentu saja dalam hal ini berdasarkan modernisasi, kekuatan sendiri, kemampuan sendiri dan industrialisasi, dan edukasi merupakan tidak berdasarkan atas satu kepentingan faktor kontekstual yang mendorong adanya saja (Atas Hendartini, 2016: wawancara). pergerakan nasional (Anthony D Smith, Politik, sosial, dan ekonomi merupakan satu 1971: 110). Industrialisasi mengakibatkan kesatuan yang selalu berkaitan sehingga adanya krisis dalam elit priyayi lama dalam ketika semuanya berada pada posisi baik, hal jabatan. Posisi ini tidak bisa ditempati kesejahteraan akan tercapai. Tercapainya oleh sembarang bangsawan, karena seiring kesejahteraan bertumbuhnya maka kemampuan untuk berdiri sendiri sebagai dilakukan. suatu bangsa yang terdirik, berdaulat dan industrialisasi rasionalisasi birokrasi Rasionalisasi birokrasi berdampak pada munculnya elit baru terpelajar sebagai menandai adanya mampu mengsejahterakan rakyat. Oetoyo berpendapat pegawai birokrasi yang berpikiran lebih memerdekakan modern. dilakukan dengan tidak mengikuti ideologi Oetoyo berpandangan munculnya rakyat untuk pribumi, dapat tertentu. Ideologi tertentu hanya akan elit baru merupakan langkah penggerak menimbulkan adanya Kecenderungan tertentu ditakutkan akan pemikiran-pemikiran ke arah kecenderungan kemerdekaan (Dharmono Hadjowidjono, menimbulkan 2008: 354). Kemunculan golongan ini mengarah sekaligus mendorong adanya pandangan kelompok baru untuk priyayi lama. Priyayi lama mulai dengan kelompok lain (Frank Dhont, 2005: mengikuti dengan 10). Padahal salah satu penguat pergerakan Meskipun, adalah kemauan bersama. Hal ini membuat perkumpulan yang dibuat oleh generasi tua Oetoyo menolak adanya kecenderungan bersifat ekslusif di kalangan priyayi jawa terhadap suatu ideologi tertentu. Konsepsi mendirikan cara priyayi baru perkumpulan. perjuangan pada tertentu, yang tertentu. pencapaian dan hanya tujuan pertentangan 32 |JURNAL AGASTYA VOL 7 NO 2 JULI 2017 itulah yang kemudian membentuk sekaligus stimulus munculnya ide-ide pandangan Oetoyo dalam mengonsep cara membebaskan diri dari penjajahan yang pergerakan nasional yang ideal. menginspirasi generasi penerus. Pergerakan nasional dalam konsep pemikiran Oetoyo merupakan usaha Ciri pergerakan yang menjadikan nasional konsep Oetoyo perlu perbaikan dalam segala aspek kehidupan dipertimbangkan terletak pada pemilihan seperti politik, sosial, dan ekonomi (Achmad cara Djajadiningrat, 1936: 324). Pada bidang dipandang dari sudat pandang sempit politik membuka generasi muda, konsep Oetoyo ini dinilai kesempatan sebesar-besarnya agar rakyat sebagai usaha pergerakan yang bersifat pribumi moderat.Namun dilakukan mampu dengan berpartisipasi dalam yang digunakan. Meskipun, bila dilihat dari politik. Pada bidang sosial dilakukan dengan perkembangannya upaya meningkatkan martabat bangsa, dan nasional Oetoyo ini menjadi konsep yang membangun kesatuan dapat digunakan dalam kondisi dan waktu identitas bangsa. Sedangkan pada bidang yang lama dan berkelanjutan. Ketika konsep ekonomi dengan pergerakan nasional yang diusung oleh Konsep intelektual muda memunculkan gagasan- pergerakan Oetoyo yang digagas Oetoyo gagasan yang ekstrim dan bersifat radikal, cenderung pada cara-cara diplomasi, bukan konsep dengan dengan menyatukan perpecahan tokoh pergerakan perkembangan zaman yang di bawa oleh melalui ide-ide berfusi membentuk partai orang Barat. politik kesadaran serta dilakukan mensejahterakan rakyat. radikalisme, sesuai Konsep pergerakan nasional yang digagas Oetoyo merupakan pemikiran yang Oetoyo sebagai konsep bila menjadi wakil pergerakan solusi rakyat dalam (Achmad Djajadiningrat, 1936: 254). Ciri lain yang menjadikan konsep revolusioner pada masa itu. Mengingat pergerakan kalangan Bupati Jawa cenderung berpihak adalah gagasan Oetoyo tentang pergerakan pada pemerintah dan kurang mendukung nasional merupakan satu kesatuan usaha usaha menyuarakan perbaikan dalam semua bidang, yaitu sosial, nasionalisme maupun pergerakan nasional. ekonomi, dan politik. Ketiganya tidak dapat Meskipun konsep yang diusung Oetoyo dipisahkan dan merupakan satu kesatuan tidak memperoleh dukungan dari generasi yang harus sejalan. Hal ini menjadi satu muda yang menilai konsep tersebut tidak pengikat kesatuan nasional sebagai wujud progresif dan revolusioner. Gagasan ini terbentuknya bangsa dikemudian hari (W tetap memberikan corak pada pergerakan Poespoprojo, 1986: 28). generasi muda Indonesia dan menjadi gagasan momentum nasional Oetoyo istimewa GOLONGAN TUA MENGGAGAS PERGERAKAN NASIONAL: PEMIKIRAN………| 33 C. Konsep Pergerakan Nasional Oetoyo Dalam Politik Politik dipandang Oetoyo sebagai terhadap kebijakan pemerintah dianggap bertentangan yang melalui proses diplomasi. sarana mencapai tujuan dan kekuasaan. Oetoyo menganggap bahwa Politik merupakan tempat menyuarakan tindakan dengan menentang pemerintah aspirasi rakyat sehingga hak-hak warga secara langsung dan usaha dengan angkat negara akan terpenuhi. Hal ini sangat senjata bukanlah jalan yang tepat dan berbeda dengan kondisi rakyat masa iyu efektif. Berdasarkan pengalaman masa lalu yang hanya menjadi objek dari kebijakan rakyat pribumi yang berperang dengan politik, sehingga wajar bila keikutsertaan menganggakat rakyat pribumi dalam politik dianggap dipatahkan oleh pemerintah. solusi untuk mengubah kondisi itu. Oetoyo senjata lebih mudah Menurut Oetoyo cara-cara diplomasi berpandangan bahwa politik tidak akan merupakan dapat dipisahkan dari hukum, kekuasaan mengalahkan dan hak. Hukum, kekuasaan dan hak itu Oetoyo meyakini cara diplomasi akan harus diarahkan pada tujuan pemberian memudahkan kesejahteraan agar mampu mewujudkan pengambilan kemerdekaan sebagai wujud politik yang Belanda, memperoleh dukungannya dan adil. bahkan mengelabui pemerintah dengan Konsep pergerakan nasional yang digagas oleh Oetoyo berpengaruh terhadap konsep pergerakan nasional cara yang musuh tepat secara menganalisis sikap berpura-pura untuk perlahan. bagaimana pemerintah bersifat Hindia kooperatif (Ramadhan K H, 2008: 9). yang Oetoyo semakin menunjukkan dilakukannya dalam bidang politik. Jika kecemerlangan pemikiran dalam mengagas secara menggambarkan pergerakan dibidang politik. Ia mengagas pergerakan nasional merupakan upaya langkah-langkah yang seharusnya diambil perbaikan dalam segala bidang seperti dan diperjuangkan melalui politik, yaitu: politik, sosial dan ekonomi sebagai satu Pertama, kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Maka berorganisasi (Koesoemo Oetoyo, 1932: 39) dalam Oetoyo Didirikannya organisasi sangatlah perlu, hal mengarahkan perjuangannya pada upaya ini bertujuan untuk mengimbnagi dominasi membentuk kebijakan yang mendorong Barat. Nasib rakyat yang selama ini hanya kemandirian, sebagai umum Oetoyo pergerakan politik, pemberian otonomi, kebebasan objek berserikat berlakunya dan sistem kesejahteraan dan peningkatan martabat administrasi dan politik Hindia Belanda rakyat pribumi. Pergerakan nasional dalam akan bidang politik dilakukan dengan kritik terimbangi. Selain itu melalui 34 |JURNAL AGASTYA VOL 7 NO 2 JULI 2017 organisasi rakyat akan memiliki penyeru kepentingan dan aspirasi rakyat. Kedua, rakyat Oetoyo sebenarnya sudah mulai mengeluarkan tentang sistem memiliki pemerintahan di Hindia Belanda sejak tahun kebebasan dalam mengutarakan pendapat 1907. Oetoyo pada masa itu bersikeras agar melalui tulisan maupun lisan. Konsepsi ini pemerintah memberikan hak kepada rakyat membuat Oetoyo mengkritik ordonansi pribumi pembredelan pers (Mien Joebhar, 2003; menentukan jalannya pemerintahan dengan 279). Oetoyo memandang bahwa pers cara mendirikan sebuah Dewan Rakyat. sebagai Sayangnya media harus gagasan penerangan menyebarluaskan kemajuan, gagasan-gagasan dan kesewenangan dapat sebagai pengontrol penguasa. Sedangkan pemberangusan pers dipandang sebagai usaha pihak berkuasa untuk terus berwenang atas pers dan rakyat. Ketiga, hak rakyat untuk berkumpul dan mengeluarkan pendapat harus dilindungi, pemerintah Hindia Belanda tidak boleh sewenang-wenang dalam menghukum rakyat tanpa adanya aturan yang jelas dan kekerasan (48ste Vergadering Mandag, 1930: -). Gagasan ini muncul sebagai reaksi Oetoyo terhadap tindakan pemerintah Hindia Belanda yang semenamena terhadap tokoh pergerakan dan dalam ...akan tetapi kalau perlu tidak segan akan mengutjapkan crietiek terhadapnja, maka banjak anggauta2nja jang dapat rintangan dari pembesar2 pemerintah. Djika mereka berapat senantiasa mereka diawaskan oleh polisi dan barang siapa dengan pedas berani mentjela aturan2 pemerintah atau pembesar2nja maka mereka mendapat rintangan rupa2 dalam pekerdjaannja se-hari2. (Koeseomo oetoyo, 1931: 45). bersuara pemerintah dan kurang ikut terbuka dengan ide ini. Pandangan Oetoyo tersebut digambarkan sebagai berikut: ...bahwa ra’jat anak negeri mesti mendapat pengertian jang sempoerna tentang autonomi dan zelfbestur (pemerintah sendiri) dan mesti menjadi tahoe mengerdjakannja dengan berangsoer-angsoer. Ra’jat itoe mesti beladjar toeroet tjampoer mengoeroes keperloeannja sendiri. Sebab itoe djanganlah ra’jat itoe dikedjoetkan dengan matjam-matjam barang. Jang semata-mata asing kepadanja, jang tidak ia mendapat jelasnja tidak ia mengerti! Disinipoen hendaklah diingat sjarat bahwa kita tidak haroes menjorongnjorongkan kepada ra’jat itoe barang jang tidak hendak sesoeai dengan sifat tabi’atnja, melainkan sebaliknja kita haroes memberi djalan. Soepaja toemboh pengertian bahwa ra’jat sendiri akan diminta tjampor dalam oeroesan memboeat hoekoem dan melakoekan pemerintah (Koesoemo Oetoyo, 1931: 864) pengadilan. Oetoyo menggambarkan kondisi masa itu, sebagai berikut: untuk Penolakan yang dilakukan oleh pemerintah Hindia Belanda, mendorong Oetoyo untuk mendirikan Dewan Kabupaten dan Dewan Desa di Jepara. Keputusan ini membuktikan besarnya tekad Oetoyo untuk membangun kesadaran rakyat pribumi agar berpartisipasi dalam pemerintahan. Tindakan ini sekaligus menunjukkan keinginan merubah Bupati GOLONGAN TUA MENGGAGAS PERGERAKAN NASIONAL: PEMIKIRAN………| 35 lama agar lebih dengan mendukung berdirinya Dewan Kabupaten tersebut di setiap kabupaten. Hal ini merupakan terkait tugas Bupati dalam pergerakan bukti bahwa pemikiran Oetoyo pada masa nasional, yaitu mengayomi wong cilik. Hal itu sangat progresif, dan memperluas ini dapat dilihat dariketegasan Oetoyo kesempatan rakyat pribumi untuk ikut aktif menyatakan“ciri keluhuran priyayi adalah dalam pemerintahan. pembaharuan. terbuka Pembaharuan komitmen mencintai wong cilik” (Shirashi Takhasi, 1997: 43). Oetoyo Achmad Djajadiningrat menjelaskan kewenangan yang dimiliki oleh Dewan menegaskan bahwa kabupaten, antara lain mengatur dan pergerakan nasional dibidang politik harus memimpin pemerintahan dalam kabupaten dapat bersama menyatukan seluruh lapisan bupati, mempertahankan masyarakat. Hak politik harus di tangan kebijakan kabupaten di hadapan gubernur rakyat, jendral (Achmad Djajadiningrat, 1936: 396- supaya rakyat dapat memperjuangkan hak, dan kepentingannya. 397). Rakyat secara sadar harus mempunyai memebentuk panitia pelaksana (College peranan yang sama untuk menghalangi van Gecommiteerden) untuk melaksanakan dominasi Barat yang feodal. Mereka harus keputusan-keputusan yang telah dibuat. membentuk suatu partai politik yang dapat Dewan kabupaten Pembentukan ini membuat didukung bersama untuk menyuarakan pemerintahan aspirasinya (Putut Suharto, 1981: 219). bupati, dewan kabupaten dan panitia Berdasarkan terdiri dari interaksi pelaksana. Pembentukan ini diharapkan politik, dapat mengakomodir kepentingan rakyat. usaha Dewan Desa yang dibentuk oleh Oetoyo memobilisasi rakyat dengan kepentingan bergerak di tingkat paling rendah, yaitu politik bersama, menentang segala bentuk tingkat desa. Anggota dari Dewan Desa ketidakadilan kebijakan pemerintah Hindia terdiri dari golongan pemuda. kepribadian gagasan teori kabupaten dapat kepemimpinan Oetoyo merupakan Belanda secara bersama melalui penyatuan kekuatan. Tujuan Oetoyo mendirikan Dewan Desa untuk menyadarkan pemuda tentang Dewan Kabupaten pertama kali pentingnya ikut berpartisipasi dalam dibentuk Oetoyo di Jepara, tujuan dari pemerintahan. Selain itu Oetoyo meyakini pendirian Dewan adalah golongan muda dapat menjadi pengontrol memberi nasehat bupati kekuasaan yang ada di desa, dan lebih (ramadhan K H, 2008: 109). Puncak dari progresif ide-idenya (Ramadhan K H, 2008: keberhasilan pendirian Dewan Kabupaten, 121). yaitu ketika Gubernemen secara resmi kejadian-kejadian dan permasalahan yang Kabupaten kepada Dewan desa akan melaporkan 36 |JURNAL AGASTYA VOL 7 NO 2 JULI 2017 segera membutuhkan solusi. Kesadaran ini Oetoyo memiliki arti penting dalam konteks dinilai akan menjadi tonggak keinginan masyrakat Hindia Belanda masa itu. Anak setiap orang untuk mempercayai pemimpin pribumi berpendidikan yang lahir karena politik, dan ikut mendukung serta berperan usaha-usaha diplomasi politik, menjadi memperjuangkan kemerdekaan. suatu simbol kebersamaan bagi pribumi Oetoyo juga mengagas perlunya mendirikan perkumpulan terpelajar di Hindia Belanda. Simbol ini dan menggambarkan pentingnya keberadaan menggabungkan diri dengan organisasi lain kelas baru terpelajar dalam mengubah nasib di bidang politik. Tujuan dari mendirikan rakyat pribumi. perkumpulan atau menggabungkan diri Simbol tersebut adalah menghimpun kekuatan yang lebih menegaskan besar, adanya kesatuan yang lebih kuat diperjuangkan dalam membebaskan rakyat untuk mewakili aspirasinya. dari penindasan kolonial. Hal ini penting Sebuah tujuan sekaligus yang harus tulisan Oetoyo mengingat transisi sistem pemerintahan bagaimana pentingnya Hindia Belanda menuntut anak pribumi berkumpul dan menggabungkan diri untuk mencari identitas baru. Oetoyo berhasil mewujudkan kemandirian bangsa, yaitu membentuk ...Menimbang identitas menengaskan kurang perlunja berdiri identitas sebagai tersebut, yaitu kesatuan bangsa Oetoyo tentang sendiri, baik menjatuhkan diri dengan Indonesia. perkumpulan diplomasi terus berkembang sesuai konteks lain, supaja lebih kuat (Koesoemo Oetoyo, 1952: 143). D. Implikasi Konsep Gagasan zamannya. Pergerakan Nasional Koesoemo Oetoyo Pada era setelah Oetoyo, tokohtokoh yang menjadi wakil rakyat mulai Implikasi pemikiran Oetoyo dalam menunjukkan peran memajukan pembaharuan-pembaharuan yang ada diplomasi. Diplomasi dianggap sebagai cara dalam sosial, dan efektif menyelesaikan pertentangan antara ekonomi masyarakat Indonesia. Gagasan dua kelompok untuk mencapai kesepakatan. Oetoyo Cara mengenai politik makna nasionalisme, ini tidak dengan dalam pergerakan nasional dapat dilihat dari lingkungan bangsa penting hanya cara-cara relevan dapat diterapkan sebagai penguat bangsa mengatasi hingga kini. Sedangkan pilihan cara untuk melainkan juga urusan luar negeri. Bahkan pergerakan nasional melalui politik, sosial, hingga dan ekonomi dapat dijadikan alternatif merupakan cara paling efektif dalam ikut dalam membangun bangsa yang maju di berpartisipasi dalam dunia internasional. tengah pergaulan internasional. Pemikiran permasalahan dalam untuk Indonesia merdeka, negeri, diplomasi GOLONGAN TUA MENGGAGAS PERGERAKAN NASIONAL: PEMIKIRAN………| 37 Pemikiran Oetoyo tidak selalu memperoleh dukungan, salah satu bersama, hidup bersama dalam satu tatanan masyarakat yang di dalamnya terdapat perlawanan dari pemerintah (Ramadhan kesamaan dalam K, H, 2008: 141). Berikut gambaran kehidupan sebagai tokoh pergerakan, “anak boeah tidak Pandangan ini membuat Koesoemo Oetoyo boeleh mendjawab perkataan kepalanja; mengonsep pergerakan nasional yang ideal. melainkan apa jang dikatakan oleh Pergerakan kepala, ia menoeroet sadja, sebab kalau pemikiran kepala soedah marah, anak boeah jang perbaikan dalam segala aspek kehidupan dimarahinja seperti politik, sosial, dan ekonomi. itoe dapat hoekoeman pasoeng di rumah kepala” (Jahja, 19 J H berbagai satu nasional Oetoyo Pada bidang identitas. dalam konsep merupakan bidang politik usaha dilakukan Van Gigh, mengirim surat pada Gubernur dengan membuka kesempatan sebesar- Jendral di Buitenzorg, No. 648/p.z, besarnya agar rakyat pribumi mampu tanggal berpartisipasi dalam politik. Pada bidang 25 Juli 1924 yang berisi kecamanya terhadap gagasan Oetoyo. sosial Edaran tersebut, berbunyi: meningkatkan ...R.M.T Koeoemo Oetoyo, yang katanya tidak terikat pada suatu ideologi apa pun, agaknya senang kalau di daerahnya ada kehidupan politik dalam masyarakat. Akan tetapi, seperti biasa, dalam keadaan demikian, kegiatan politik itu menjadi lebih meradang daripada sekedar pantas (Ramadhan K H, 2008: 135-140). Tulisan tanggapan tersebut memperoleh membangun dengan martabat kesadaran upaya bangsa, serta dan kesatuan identitas bangsa. Sedangkan pada bidang ekonomi dilakukan mensejahterakan dengan rakyat. Konsep pergerakan Oetoyo yang digagas Oetoyo cenderung pada cara-cara diplomasi, bukan dengan radikalisme. Politik dipandang Oetoyo sebagai dengan sarana mencapai tujuan dan kekuasaan. mengakhiri Politik merupakan tempat menyuarakan karirnya sebagai Bupati pada tahun aspirasi rakyat sehingga hak-hak warga 1925. negara akan terpenuhi. Oetoyo menegaskan menyidang Gubernemen dilakukan Oetoyo dan bahwa pergerakan nasional dibidang politik Penutup harus dapat menyatukan seluruh lapisan A. Kesimpulan Nasionalisme dalam pandangan masyarakat. Oetoyo mengarahkan Oetoyo merupakan paham yang di dasarkan perjuangannya pada upaya membentuk pada kebijakan yang mendorong kemandirian, kemauan menjaga setiap individu untuk dan melestarikan kebudayaan pemberian otonomi, peningkatan martabat kesejahteraan dan rakyat pribumi. 38 |JURNAL AGASTYA VOL 7 NO 2 JULI 2017 Pergerakan nasional dalam bidang politik bangsa yang maju di tengah pergaulan dilakukan dengan kritik-kritik terhadap internasional. kebijakan B. Saran pemerintah yang dianggap bertentangan melalui proses diplomasi. Perjuangan dalam cenderung pada politik Perlu adanya boleh ideologi atau pergerakan nasional yang tidak hanya di kepentingan melainkan harus berdasar dasarkan pada asumsi bahwa golongan tua pada kepentingan rakyat. adalah moderat sedangkan golongan muda Implikasi pemikiran Oetoyo dalam golongan revolusioner. tua cara tidak satu memandang perubahan Membiasakan dalam peristiwa pergerakan nasional dapat dilihat dari sejarah yang digenaralisir tanpa melihat pembaharuan-pembaharuan yang ada konteks zaman dan sebagian dari yang dalam sosial, dan umum, menjadikan pengetahuan sejarah ekonomi masyarakat Indonesia. Pemikiran tidak arif. Tidak mampu memberikan Oetoyo memiliki arti penting dalam konteks pandangan pada yang sebenarnya terjadi. lingkungan politik masyrakat Hindia Belanda masa itu. Anak Sejarah adalah ilmu yang dinamis, pribumi berpendidikan yang lahir karena sehingga usaha-usaha diplomasi politik, menjadi merekontruksi peristiwa merupakan suatu suatu simbol kebersamaan bagi pribumi keniscayaan. Sejarah selalu mengajarkan terpelajar di Hindia Belanda. Simbol ini pada masyarakat pendukungnya tentang menggambarkan pentingnya keberadaan pasca kebenaran, bagaimana seseorang kelas baru terpelajar dalam mengubah nasib akan rakyat pribumi. Gagasan Oetoyo tentang mengetahui diplomasi terus berkembang sesuai konteks bagaimana kebenaran tersebut diterima, zamannya. atau ditanggapi. Pada era setelah Oetoyo, tokohtokoh yang menjadi wakil rakyat mulai menunjukkan memajukan peran bangsa penting dengan dalam cara-cara diplomasi. Gagasan Oetoyo mengenai makna nasionalisme, dapat diterapkan sebagai penguat bangsa hingga kini. Sedangkan pilihan cara untuk pergerakan nasional melalui politik, sosial, dan ekonomi dapat dijadikan alternatif dalam membangun pembaharuan mengambil suatu keputusan kebenaran, dalam setelah atau Daftar Pustaka Arsip: Jahja. 1930. 48ste Vergadering-Mandaag 27 Januari 1930. Eerste aanv.begrooting van Ned-Indie voor 1930; alg.beschouwingen. Batavia: Volksraad. Koesoemo Oetoyo. 1934. 21ste Vergadering-Woendag 25 Juli 1934. Begrooting van Nederlandsch-Indie voor 1935 (ond.1), afd VI, departement van Economische Zaken met afdeling VI A-D. Batavia: Volksraad. GOLONGAN TUA MENGGAGAS PERGERAKAN NASIONAL: PEMIKIRAN………| 39 Koesoemo Oetoyo. 1931. 5de VergaderingWoendag 8 Juli 1931. Begrooting van Nederlandsch-Indie voor 1932 (ond.1), algemeene beschouwingen. Batavia: Volksraad. Koesoemo Oetoto & M. H Thamrin. 1930. 48ste Vergadering-Mandag 27 Januari 1930. Eerste aanv, begrooting van ned,Indie voor 1930; alg.beschouwingen. Batavia: Volksraad Koesoemo Oetoyo. 1931. 29ste VergaderingMaandag 10 Agustus 1931. Begrooting van Nederlandsch-Indie voor 1932 9ond.1), afdeling IV, departement van Binnenlandsch Bestuur. Batavia: Volksraad. Koesoemo Oetoyo. 1936. 56ste Vergaderingdonderdag 23 Januari 1936. Suikerregelingen 1936 (ond.100). Batavia: Volksraad. Mr.K.R.T Wongsoenegoro, Stellingen van den heer Mr. K.R.T Wongsoenegoro nader uit te werken en te verdedingen op het a.s Congres te Soerakarta. Soerakarta: Boedi Oetomo. Tanggal tidak terbaca Tweede Congress der P.P.P.K.I Eerste Vergadering 25 Desember 1929’s avonds 9 uur in de societeit Habiprojo. 1929. Surakarta: P.P.P.K.I. Verslag der besloten vergadering tijdens het congres van Boedi-Oetomo, gehoulden te Djokjakarta van 31 December 1927 tot en met 1 Januari 1928. 1927. Djogjakarta: Boedi Oetomo. Buku: Achmad Djajadiningrat. 1936. KenangKenangan Pangeran Achmad Djajadiningrat. Djakarta: Balai Poestaka. Addas, Michael. 1988. Ratu Adil: Tokoh dan Gerakan Milenarian Menentang Kolonialisme Eropa. Jakarta: Rajawali Press. Ahmat B Adam. 1955. The Vernacular Press And The Emergence Of Modern Indonesian Consciousness 18551913. Ithaca: Cornell University. Andi Baso M. 1993. Siaran Pers: Suatu Kiat Penulisan. Jakarta: Gramedia Pustaka. Anhar Gonggong. 1988. Panorama Gerak Menuju Indonesia Merdeka. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Cahyo Budi Utomo. 1995. Dinamika Pergerakan Kebangsaan Indonesia dari Kebangkitan Hingga Kemerdekaan. Semarang: IKIP Semarang Press. Cangara, Hafied. 2011. Komunikasi Politik: Konsep, Teori, dan Strategi. Jakarta: Rajawali Pers. Daliman. 2012. Metode Penelitian Sejarah. Yogyakarta: Ombak. Daliman. 2005. Sejarah Indonesia XIX-Awal Abad XX. Jakarta: Ombak. Dan Nimmo. 1989. Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan, dan Media. Bandung: Remaja. Deliar Noer. 1995. Penghantar ke Pemikiran Politik. Medan: Dwipa. Djoko Marihandono. 2008. Titik Balik Historiografi di Indonesia. Jakarta: Wedatama Widya Sastra. Frank Dhont. 2005. Nasionalsime Baru Intelektual Indonesia Tahun 1920-An. Yogyakarta: UGM Press. Gamal Komandoko. 2008. Boedi Oetomo: Awal Bangkitnya Kesadran Priyayi. Yogyakarta: Media Press. Helius Sjamsudin. 2007. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak. I Taufik. 1977. Sejarah Perkembangan Pers di Indonesia. Jakarta: trinity Press. Ingleson, John. “tanpa judul asli”. Penerjemah. Zamakhsyari Dhofier. Penyunting. Ignas Kleden. 1988. Jalan ke Pengasingan; Pergerakan Nasionalis Indonesia Tahun 19271934. Jakarta: LP3ES. Ki Hadjar Dewantara. 1952. Dari Kebangunan Nasional Sampai 40 |JURNAL AGASTYA VOL 7 NO 2 JULI 2017 Proklamasi Kemerdekaan. Jakarta: Endang. Koentjoro Poerbopranoto. 1937. Dewan Ra’jat (Volksraad). Batavia: Balai Poestaka. Kuntowijoyo. 2005. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Bentang Pustaka. Louis Gottschalk. 2008. Mengerti Sejarah. Jakarta: Universitas Indonesia. M. Gani. 1978. Surat Kabar Indoensia pada Tiga Zaman. Jakarta: Departemen Penerangan RI. Nagazumi, Akira. “The Dawn of Indonesian Nationalism: The Early Years of the Budi tomo, 1908-1918”. Penerjemah. KITLV-Lipi. 1989. Bangkitnya Nasionalisme Indonesia; Budi Utomo 1908-1918. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. Nurudin. 2001. Komunikasi Propoganda. Bandung: Rosda Karya. Smith D Anthony. 1971. Theories Of Nationalism. London: Duckworth. Soebagijo. 1977. Sejarah Pers Indonesia. Jakarta: Dewan Press. Sudiyo. 2002. Pergerakan Nasional Mencapai dan Mempertahankan Kemerdekaan. Jakarta: Rineka Cipta. Suhartono. 2001. Sejarah Pergerakan Nasional: Dari Budi Utomo sampai Proklamasi 1908-1945. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Suryo Mihardjo. 2002. Beberapa Segi Perkembangan Sejarah Pers di Indonesia 1979-1980. Jakarta: Kompas. Takashi Shiraishi. “An Age in Motion: Popular Radicalism in Java, 19121926”. Penerjemah. Hilmar Farid. 1997. Zaman Bergerak: Radikalisme Rakyat di Jawa, 1912-1926. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. Putut Suharto. 1981. Cahaya di Kegelapan: Catatan Selecta Boedi Oetomo & Sarekat Islam: Pertumbuhannya dalam Dokumen Asli. Jakarta: Jaya Sakti. Taufik. I. 1977. Sejarah dan Perkembangan Pers Indonesia. Jakarta: Trinity Press. Pradipto Nirwandhono. 2011. Yang Ter (di) Lupakan: Kaum Indo dan Benih Nasionalisme Indonesia. Yogyakarta: Djaman Baroe. W. Poespoprodjo. 1986. Jejak-Jejak Sejarah 1908-1926: Terbentuknya Suatu Pola. Bandung: Penerbit Remaja Karya. Pringgodigdo. 1980. Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia. Jakarta: Dian Rakyat. Ramadhan K H. 2008. Pejalanan Panjang Anak Bumi: Biografi R.M.A.A Koesoemo Oetoyo. Jakarta: Obor. Ramlan Surbakti. 1992. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Grafindo. Sartono Kartodirdjo. 1972. Kolonialisme dan Nasionalsime Indonesia Abad 19 dan 20. Yogyakarta: UGM Press. _________. 1992. Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Silawati Hartian. 1992. Nasionalsime Menjelang Abad XX. Yogyakarta: Tiara Wacana. Teguh Wahyu. 2011. Sejarah Nasional Asal Usul Bangsa dan Tanah Air. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.