Pemikiran RMT Koesoemo Oetoyo di Bidang - E

advertisement
20 |JURNAL AGASTYA VOL 7 NO 2 JULI 2017
Golongan Tua Menggagas Pergerakan Nasional: Pemikiran R.M.T Koesoemo Oetoyo
di Bidang PolitikTahun 1908-1942
Reni Dikawati dan Ajat Sudrajat*
Abstrak
Penelitian ini bertujuan menganalisis pemikiran dan peranan R.M.T Koesoemo
Oetoyo sebagai golongan tua yang mengkonsep dan berperan dalam pergerakan nasional
Indonesia di bidang politik tahun 1908-1942. Penelitian ini menggunakan metode
penelitian sejarah. Adapun tahapan yang dirumuskan menurut langkah-langkah
penelitian sejarah Kuntowijoyo, yaitu pemilihan topik, heuristik, verivikasi, intrepretasi,
dan historiografi. Sumber data berupa sumber primer dan sekunder yaitu arsip, memo,
notulen, dokumen, foto, koran, wawancara, dan buku.
Hasil penelitian menunjukkan pembaharuan pengetahuan sejarah, yaitu
pelurusan bahwa tidak semua golongan tua bersifat moderat. Melihat semangat zaman
pada masa itu, Koesoemo Oetoyo merupakan tokoh yang revolusioner dibandingkan
pangreh praja pada masanya, dengan mendukung dan mengkonsep pergerakan nasional
yang sesuai untuk arah pergerakan bangsa. Pergerakan nasional dalam konsep
pemikiran Oetoyo merupakan usaha perbaikan dalam segala aspek kehidupan politik,
sosial, dan ekonomi, ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.
Politik dipandang sebagai alat mencapai tujuan, sehingga perlu pendekatan yang sesuai
dengan semangat zaman pada masa itu, yaitu diplomasi. Konsepsi pemikiran Oetoyo
mampu mengakomodasi keanekaragaman organisasi pergerakan menjadi satu kesatuan
partai sebagai wakil rakyat, yaitu Parindra. Peran Koesoemo Oetoyo dalam politik yaitu
mendorong lahirnya organisasi pertama pangreh praja (Sedio Muljo), mendirikan Dewan
Desa dan Dewan Kabupaten, menjadi Ketua Boedi Oetomo, anggota Volksraad, Fraksi
Nasional, menuntut otonomi dan Indonesia berparlemen.
Kata Kunci: Pemikiran, Koesoemoe Oetoyo, pergerakan nasional, 1908-1942
Pendahuluan
kebijakan,
Penjajahan Belanda di Indonesia
bukan
sebagai
subjek
dari
kebijakan tersebut. Bahkan untuk meredam
mengakibatkan adanya kesengsaraan di
pergolakan
berbagai bidang kehidupan yang terus
keterpurukan
menimbulkan
swasta, pemerintah memberlakukan politik
rakyat.
Belanda
tekanan
Sistem
dengan
dan
inferiortas
pemerintahan
tegas
Hindia
menempatkan
yang
akibat
disebabkan
oleh
dibukanya
modal
balas jasa, atau yang dikenal dengan
kebijakan poltik etis.
masyarakat pribumi sebagai second person
Politik etis bila dilihat dari konteks
di bawah orang-orang kulit putih dan Timur
pemerintah Hindia Belanda pada masa itu
Asing
sebenarnya
(Sartono
1972:
55).
segala
akses
pengecoh rakyat, agar menilai pemerintah
fasilitas umum rakyat pribumi dibatasi hak-
dengan kesungguhan ingin mengarahkan
haknya. Pribumi hanya menjadi objek
masyarakat pada perubahan. Padahal taktik
Konsekuensinya,
K,
dalam
hanya
dijadikan
* Reni Dikawati adalah Mahasiswa Magister Pendidikan Sejarah Universitas Sebelas Maret
sebagai
Ajat Sudrajat adalah Dosen Prodi Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta
GOLONGAN TUA MENGGAGAS PERGERAKAN NASIONAL: PEMIKIRAN………| 21
itu merupakan wujud baru penjajahan, dan
nasionalisme.
tetap pada koridor untuk kepentingan
mengarah pada perubahanorientasi dan
Belanda. Pemerintah tidak sepenuhnya
lingkup
bertujuan memberikan kesempatan pribumi
kedaerahan,
mengenyam
melainkan telah mendasar pada doktrin
pendidikan,
sebagaimana
konsep pendidikan sekarang ini, untuk
mencerdaskan
dan
memberikan
Pergerakan
yang
tidak
tanpa
nasional
hanya
arah,
bersifat
dan
tujuan,
kemerdekaan serta kedaulatan rakyat.
bekal
Pola pergerakan nasional juga tidak
memperbaiki kehidupan. Melainkan sebagai
terlepas dari ide, pikiran, motif, kesadaran
pemenuhan atas kebutuhan tenaga kerja
yang dihubungkan dengan lingkungan yang
murah pemerintah.
konkrit dari situasi sosio historis termasuk
Kemajuan yang diidentikan dengan
tokoh
penggeraknya.
Tokoh
penggerak
pembangunan kearah modernitas pada
inilah yang mengagasdan mempengaruhi
masa politik etis, telah menyadarkan para
sebagian besar pengambilan keputusan
elit terdidik untuk merefleksikan dalam
maupun
realitas yang ada di masyarakat. Kemajuan
mencapai suatu tujuan (Teguh W, 2011: 9).
cara
yang
digunakan
untuk
yang dialami oleh masyarakat Indonesia
Gabungan dari pemikiran dan cara
bukan untuk mensejahterakan pribumi,
pergerakan memberikan ciri yang khas pada
justru
pola
semakin
menciptakan
adanya
kesenjangan (Suhartono, 2010; 3).
pergerakan
suatu
organisasi.
Organisasi pergerakan dianggap sebagai
Pemerintah Hindia Belanda dengan
tindakan
menggunakan
untuk
kondisi hidup dengan jalan mengadakan
mengukur struktur pemerintah, sedangkan
reaksi yang sesuai dengan posisi kelompok
pribumi hanya menjadi orang asing di
tersebut. Konsekuensinya, untuk memahami
negaranya
ini
latar belakang, motif dan tujuansuatu
terpelajar
organisasi pergerakan harus dikembalikan
jelas
standartnya
sendiri.
menggerakkan
Konsepsi
elit
mengupayakan
kesadaran
kepada
kelompok
untuk
menghadapi
pada konsep pemikiran pemimpinnya.
masyarakat pentingnya bersatu dengan
Perbedaan cara
pandang
dalam
mengakomodasi paham nasionalisme yang
menseminasikan paham nasionalisme, dan
telah
pergerakan nasional menyebabkan lahirnya
berkembang
di
Barat
ke
arah
pergerakan nasional.
Pergerakan
tonggak
awal
masyarakat
melakukan
organisasi
nasional
adanya
Hindia
merupakan
suatu
Belanda
perlawanan
konsepsi
untuk
terhadap
penjajahan Belanda melalui internalisasi
sebagai
institusionalisasi
tindakan sosial yang ditujukan kearah
politik,
pandang
sosial,
ekonomi
pengonsep
dan
sesuai
sudut
tidak
jarang
menimbulkan pertentangan dan gesekan
22 |JURNAL AGASTYA VOL 7 NO 2 JULI 2017
antar organisasi pergerakan yang ada.
dalam pergerakan nasional diakui oleh
Perbedaan cara pandang tokoh pergerakan
masyarakat,
dalam mengarahkan organisasi pergerakan
dibangunnya Jalan Kusuma Utoyo di Jepara,
sangat jarang ditonjolkan (Pradipto N, 2011;
Jawa Tengah untuk mengenang jasanya.
87). Narasi yang berkembang menunjukkan
Pemikiran dan peranan Koesoemo Oetoyo
kesenjangan antara golongan tua (priyayi)
menjadi sangat penting untuk melihat
dengan
relevansi konsepnya hingga sekarang.
golongan
muda.
Kesenjangan
tersebut telah membuat seolah pergerakan
nasional
terputus
oleh
sekat
yang
dibuktikan
Peranannya
nasional
melalui
dalam
pergerakan
Dewan
Desa,
dewan
Muljio,
Budi
Utama,
dihidupkan melalui narasi moderat dan
Kabupaten,
revolusioner.
Volksraad, Fraksi Nasional perlu pengkajian
Makna
mengarah
revolusioner
pada
bias,
Sedio
dengan
sendiri
lebih lanjut. Penelitian juga dapat dijadikan
dengan
sebagai pembelajaran yang mengajarkan
mengartikannya sebagai hal luar biasa
bagaimana
melalui angkat senjata ataupun menyerang,
masyarakat pada tataran kesejahteraan
tentu harus dilihat dari konteks semangat
melalui kebijakan-kebijakan politik.
zaman. Golongan tua yang selama ini
dinarasikan
sebagai
kelompok
pasif
satu tokoh dari golongan priyayi yang
mengonsep pergerakan nasional Indonesia,
bahkan implementasi konsepnya mampu
mengatasi pergolakan intern dalam tubuh
organisasi pergerakan di Indonesia pada
masa itu.
A. Pergerakan Nasional
tokoh dan ditokohkan dalam Pergerakan
Nasional Indonesia. Kriteria sebagai tokoh
dapat diukur melalui terpenuhinya tiga
persyaratan.
bidangnya,
monumental,
Lahir
Pertama,
kedua,
dan
berhasil
memiliki
ketiga
di
karya
mempunyai
pengaruh di masyarakat. Oetoyo dapat
dikatakan ditokohkan karena peranannya
dan
perkembangan
pergerakan nasional Indonesia di dorong
oleh adanya faktor intern dan ekstern.
Secara Intern, pergerakan nasional adalah
hasil dari perkembangan faktor ekonomi,
sosial, politik, kultural, dan religius, serta
interelasi antara faktor-faktor tersebut.
Secara
Oetoyo memenuhi kriteria sebagai
mengarahkan
Tinjauan Pustaka
terhadap pergerakan tidak sepenuhnya
tepat. Koesoemoe Oetoyo merupakan salah
sebenarnya
ekstern
pergerakan
nasional
Indonesia tidak dapat dipisahkan dari
adanya
komunikasi media masa
memberitakan
perlawanan
yang
menentang
penjajahan di berbagai belahan dunia.
Kedua faktor tersebut memiliki dampak
yang cukup besar terhadap semangat
perlawanan
menentang
penjajahan.
Peristiwa perlawanan di berbagai belahan
GOLONGAN TUA MENGGAGAS PERGERAKAN NASIONAL: PEMIKIRAN………| 23
dunia yang ikut menjadi pemicu pergerakan
menerima
di
ideologi
Indonesia,
demokrasi
antara
lain;
pergerakan
kewarganegaraan
gagasan,
yang
usaha,
perjuangan,
dipercayainya
efektif
yang
mencapai tujuan kemerdekaan. Lebih jauh,
menghindarkan rakyat Mesir di bawah
komunikasi melalui media massa juga
pimpinan Zaghul Pasha.
berupaya
Pergerakan rakyat India di bawah
pimpinan
Tilak
dan
Gandhi
melawan
serta
Tiongkok
ketamakan
asing,
menjatuhkan
absolutisme
kelompok
orang
bertindak
ataupun
sesuai
yang
dituliskannya (Suryo Mihardjo, 2002: 41).
Kesadaran ini, semakin tumbuh
dan
dengan lahirnya golongan terpelajar yang
melawan Imperialisme Barat. Kemenangan-
mempertanyakan struktur yang selama ini
kemenangan yang diperoleh oleh setiap
melingkupi rakyat pribumi yang semakin
negara
menderita
tersebut
telah
Manchu
membuat
menyadarkan
dibawah
modernisasi
yang
hebatnya kekuatan bersama. Perlawanan
dibawa oleh bangsa Barat (Djoko, 2008: 23).
tersebut menjadi inspirasi rakyat pribumi
Perjuangan menyebarkan cita-cita bangsa
untuk melakukan perlawanan terhadap
Indonesia pada masa itu, juga menunjukkan
penjajah Belanda.
adanya hubungan moral pers dan rakyat
Pergerakan nasional pada abad 20
(Andi Baso, 1993: 12). Oleh karena itu,
menunjukkan adanya rasa nasionalisme
dapat dikatakan bahwa pers Indonesia pada
yang tinggi. Setiap organisasi yang dibentuk
masa itu merupakan parlemen masyarakat
memiliki visi, misi dan tujuan yang jelas
untuk
(Michael Addas, 1988: 42). Pergerakan tidak
ditentang
lagi
merupakan refleksi dari isi hati rakyat yang
berdasarkan
tuan
dan
hamba,
mengemukakan
olehnya.
Isi
hal-hal
yang
surat
kabar
melainkan merupakan kesadaran pribadi
mendorong
masyarakat
sebagai bangsa yang dijajah. Kesadaran
pergerakan memperbaiki nasib.
melakukan
seperti perasaan senasib, sepenanggungan,
Rubrikasi yang terdapat dalam pers
dan persamaan identitas menjadi dasar
di bawah kaum pergerakan senantiasa
perkumpulan. Dasar perkumpulan tersebut
menunjukkan
kemudian
menyadarkan rakyat tentang kemajuan dan
melahirkan
keinginan
untuk
selalu berpartisipasi dalam perkumpulan.
adanya
usaha-usaha
pergerakan. Pergerakan melalui bidang
Penggunaan media masa sebagai
politik, sosial, dan ekonomi. Salah satu
sarana komunikasi menjadi pembentuk dan
tokoh yang mengawali peran pribumi
pengembang hubungan perseorang dengan
sekaligus menjadi pelopor penerbitan surat
rakyat mengenai suatu konsepsi pergerakan
kabar masa itu adalah Koesoemo Oetoyo.
nasional. Hampir setiap orang, maupun
Oetoyo
kelompok
Priyayi, yang di terbitkan oleh Asperen van
membujuk
kelompok
lain
merupakan redaktur Pewarta
24 |JURNAL AGASTYA VOL 7 NO 2 JULI 2017
der velde Press di Semarang setiap tiga bulan
Garis keturunan ini juga menjadi modal
sekali (I Taufik, 1993: 25). Surat kabar ini
sosial Oetoyo untuk mampu mengenyam
masih
pendidikan.
bersifat
cooperatif
dengan
pemerintah Hindia Belanda. Sifat kooperatif
membuat
isi
memberikan
dari
berita
informasi
cenderung
yang
Oetoyo
sebagai
berhasil
tokoh
di
bidangnya
pergerakan
dengan
tidak
mendirikan Dewan Kabupaten pada tahun
bertentangan dengan pemerintah. Meskipun
1917 yang mendorong munculnya Dewan
demikian, pewarta priyayi memiliki arti
Rak’jat
dalam sejarah pergerakan bangsa (Ahmat B
(Shirashi takashi, 1997: 36). Sebagai ketua
Adam, 1955: 93).
Budi Utomo, ia
Gagasan tentang keterbukaan yang
(Volksraad)
di
kemudian
hari
berhasil menghimpun
kekuatan besar dengan membentuk fusi
kerap kali disebarkan Oetoyo melalui
menjadi
Pewarta Priyayi memunculkan keterbukaan
berkarya dalam beberapa surat kabar Ilmoe
priyayi lama untuk berkumpul menjadi
Tani, Pewarta Priyayi dan kabar Perniagaan,
organisasi pergerakan dikemudian hari.
yang dikemudian hari menginspirasi tokoh
B. Koesoemo Oetoyo
pergerakan
Oetoyo lahir pada tanggal 13 Januari
Parindra. Sebagai
lain
untuk
Jurnalis,
ia
menyuarakan
aspirasi rakyat melalui media massa.
tahun 1871, secara garis besar merupakan
Oetoyo juga berhasil memegang
keturunan priyayi Jawa. Ayah Oetoyo, Raden
teguh etiket dan etika sosial, dibuktikan
Mas Soejoedi Soetodikoesoemo (patih di
melalui perannya dalam Badan Pensensoran
Pekalongan). Ibunya, Raden Ayu Soeratinem
Film bersama Mariah Ulfa Santoso. Oetoyo
merupakan
Adipati
menerbitkan karya-karya monumental, ia
Kebumen).
menerjemahkan lima buku karya Frederick
Aroeng
keturunan
Binang
Raden
(Bupati
Sedangkan, kakek dari garis ayah, Raden
Holle
Mas
kesejahteraan petani.
Soerokoesoemo
adalah
Bupati
Kutoarjo, dan masih keturunan Sultan
Hamengku Buwono I.
mengenai
pertanian
dan
Buku terjemahannya ini menjadi
solusi
dalam
menyelediki,
mengatasi
Oetoyo merupakan anak kedua dari
masalah penanaman, gagal panen, dan
tiga bersaudara, kakak bernama Raden Mas
menjadi dasar diberlakukannya politik etis
Oemar Soerodikoesoemo, sedangkan adek
dengan salah satu fokusnya pada irigasi
bernama Oetaryo. Berasal dari keturunan
(Daliman,
Priyayi tidak membuat Oetoyo bersifat
menerjemahkan
ekslusif, karena sejak kecil ia menunjukkan
undangan pada masa Hindia Belanda ke
sikap terbuka dengan bergaul dengan
dalam bahasa Jawa. Oetoyo sebagai jurnalis
siapapun tanpa membedakan kelas sosial.
menyebarkan
2012:
73).
Oetoyo
dokumen
gagasannya
juga
perundang-
mengenai
GOLONGAN TUA MENGGAGAS PERGERAKAN NASIONAL: PEMIKIRAN………| 25
pentingnya
Dewan
Desa,
pendidikan,
bangsa Barat. Oetoyo merupakan salah satu
kesejahteraan rakyat, serta mengonsep
tokoh dari golongan tua yang memiliki
pergerakan nasional yang relevan hingga
keterbukaan sifat dan pemikiran untuk
masa sekarang.
memajukan bangsa dengan mengonsep
Oetoyo mempunyai pengaruh pada
pergerakan nasional yang ideal. Oetoyo
masyarakat di zamannya, ia dikenal sebagai
pada
penganut
demokrasi
bernegosiasi
dan
mulanya
merupakan
pendukung
yang
pandai
politik etis pemerintah Hindia Belanda,
diplomasi
(Gamal
karena
dalam
pemikirannya
Komandoko, 2008: 20). Oetoyo dipercaya
terpelajar
sebagai diplomat yang banyak berjasa
menciptakan perubahan di masyarakat.
dalam membangkitkan semangat melawan
meruapakan
golongan
Tentu
saja
tombak
konteks
yang
mendukung
penjajah, dibuktikan dengan mosi-mosi
disini berbeda dengan konsep politik etis
yang dikeluarkannya dalam volksraad untuk
masyarakat.
menuntut
sepenuhnya
perbaikan
kesejahteraan
rakyat
kondisi
dan
sosial,
keterlibatan
rakyat dalam politik.
Oetoyo
mendukung
untuk kepentingan rakyat,
yaitu kebebasan menegnayam pendidikan.
Sedangkan pemerintah berdasarkan pada
Pendapat Oetoyo juga dijadikan
kepentingan negeri induk, yaitu menjajah.
dasar pengambilan keputusan oleh tokoh-
Oetoyo
tokoh
Hadjar
pergerakan nasional yang ideal dalam
Dewantara, Soekarno, Mohammad Hatta.
bidang politik, sosial, dan ekonomi yang
Oetoyo
memberikan
pergerakan
layak
ditokohkan.
pergerakan
seperti;
disebut
Ki
tokoh
sekaligus
Perjuangannya
dalam
nasional
Indonesia
kemudian
corak
baru
konsep
dalam
pola
pergerakan di Indonesia.
melalui
segala daya, upaya, hingga akhir hayatnya
memiliki
Metode Penelitian
Metode
penelitian
sejarah
merupakan bukti perjuangan membebaskan
merupakan seperangkat aturan dan prinsip
bangsa dari penjajahan. Sebagai seorang
sistematis untuk mengumpulkan sumber-
yang memiliki kekuasaan, ia berupaya
sumber sejarah secara efektif, kemudian
membela wong cilik yang merupakan
menilaisecara
inferior dan tertindas pada masa feodal
dalam bentuk tulisan sejarah. Berikut
(Suhartono, 2005: 204).
langkah-langkah yang dilakukan peneliti:
Oetoyo menjunjung budaya bangsa
dan menanamkan rasa nasionalisme kepada
generasi
penerus
hingga
akhirnya
menggerakkan seluruh lapisan masyarakat
untuk
bersatu
melawan
ketidakadilan
kritis,
dan
mewujudkan
A. Pemilihan Topik
Pemilihan topik didasarkan dua
pokok, yaitu kedekatan emosional dan
kedekatan
intelektual.
Pemilihan
topik
26 |JURNAL AGASTYA VOL 7 NO 2 JULI 2017
berdasarkan dua alasan tersebut, akan
yang bukan merupakan saksi pandangan-
mempermudah
yang
mata, yakni dari seseorang yang tidak hadir
sedang dikaji oleh peneliti, sehingga peneliti
pada peristiwa yang dikisahkannya (Louis
akan bersungguh-sungguh dalam meneliti
Gottschallk, 2008: 43). Sumber primer yang
dan
penelitian.
digunakan dalam penelitian ini, antara lain;
merupakan
Afschrift-Mailrapport. Weltevreden, den 6
November
1928
GeheimEigenhandig.
Kabinet Vertaal 18 Juni 1938 Het
Vergoderrech. Jakarta: ANRI. Tidak
diterbitkan
Koentjoro Poerbopranoto. (1937). Dewan
Ra’jat: (Volksraad). Batavia: Balai
Poestaka.
Koesoemo Oetoyo. (1931). 5de Vergadering
–Woensdag 8 Juli 1931. Ingkomen
stukken-Voorbehond van behandeling
door den volksraad van ond.21mededeeling van den voorzitter
betreffende
benoeming
van
CommissiesBegrooting
van
Nederlandsch-Indie
voor
1932,algemeene
beschouwingen
(ond).1. Batavia : Volksraad.
Koesoemo
Oetoyo.
(1931).
20ste
Vergadering-Woendag 29 Juli 1931.
Avondvergadering Begrooting van
Nederlandsch-indie 1932 (ond.1),
Algemeene beschouwingen. Batavia:
Volksraad.
Koesoemo
Oetoyo.
(1934).
12de
vergadering- Vrijdag 18 Juli 1934.
Ingkomen
stuk,-Begrooting
van
Nederlandsch-Indie
voor
1935
(ond.1), algemene gedeelte. Batavia:
Volksraad.
Koesoemo
Oetoyo.
(1934).
35ste
Vergadering-Mandag 18 Agustus
1934. Begrooting van NederlandschIndie voor 1935 (ond.1), algemeen
gedeelte, moties. Batavia: Volksraad.
Koesoemo Oetoyo. (1934). 36 ste
vergadering-Dinsdag 14 Agustus
1934. Begrooting van Nederlandsch
Indie voor 1935 (ond.1), afd. VI,
departement van Economische Zaken,
met afd VIA-D, algemeen gedeelte.
Koesoemo
Oetoyo.
(1936).
56ste
Vergadering-Doenderdag 23 Januari
proses
menganalisis
Kedekatan
penelitian
topik
emosional
subjektifitas sejarah atas topik yang dipilih.
Subyektifitas
berkaitan
dengan
perasaan, emosi, keturunan, kewilayahan
terhadap permasalahan yang dikaji dan
cenderung berat sebelah (Louis Gottschalk,
2008: 39). Alasan emosional peneliti adalah
adanya kesenangan dalam menganalisis
tokoh, sedangkan Oetoyo dipilih karena
pemikirannya
mengenai
pergerakan
nasional merupakan gagasan yang berbeda
pada masa itu.
Ketersediaan sumber juga menjadi
alasan dan motivasi peneliti tertarik untuk
mengkaji lebih dalam mengenai pemikiran
dan peranan Oetoyo dalam pergerakan
nasional.Kedekatan
Intelektual
bersifat
obyektif, meskipun tidak jarang emosi
sering berpengaruh pada intelektualitas.
Kedekatan
intelektual
yang
melatar
belakangi pemilihan topik berkaitan dengan
upaya mengaplikasikan pemahaman sejarah
pemikiran.
B. Pengumpulan sumber(Heuristik)
Pengumpulan
sumber
yang
dilakukan peneliti berupa sumber primer
dan sekunder. Sumber primer, hasil tulisan
atau
catatan
yang
peristiwa/kejadian
sejaman
(Suharto,
dengan
2010:11).
Sumber sekunder, kesaksian dari siapapun
GOLONGAN TUA MENGGAGAS PERGERAKAN NASIONAL: PEMIKIRAN………| 27
1936. Suikerregelingen 1936 (ond
100). Batavia: Volksraad.
Koesoemo Oetoyo. (1952). “KenangKenangan Pengalaman Saja”, dari
Kebangkitan
Nasional
Sampai
Proklamasi Kemerdekaan. Jakarta:
Pustaka penerbit Endang.
Kortsamenvattend Overzicht der besprekinen
op het Boedi-Oetomo Conggres,
Gehouden op 31 Desember en 1
Januari 1928 te Jogjakarta. Jakarta:
ANRI, Tidak Diterbitkan.
Politiek Politionel Overzicht Januari 1928,
Jakarta: ANRI, Tidak diterbitkan
Tweede Congres der P.P.P.K.I Eerste
vergadering 25 Desember 1929
avonds 9 uur in de societeit
Habiprojo.
Verslag van het 23ste congres van Beodi
Oetomo, gehouden te Semarang van 3
tot 5 Juni 1933.
Verslag betreffende het 20ste Congress Van
Boedi Oetomo op 23-24 Desember
1929,
Jakarta:
ANRI,
tidak
diterbitkan.
Verslag van Het Negenti Ende BondsCongress
Van
Boedi
Oetomo,
gehoulden tot Soerakarta van 6 tot 9
April 1928.
Vertaling.
Verslag
der
besloten
vergaderingen tijdene het congres
van Boedi-Oetomo, gehoulden te
Djokdjakarta van 31 December 1927
tot en met 1 Januari 1928.
Sumber sekunder yang digunakan
dalam penelitian ini, sebagai berikut:
Akira
Nagazumi. (1997). Bangkitnya
Nasionalisme Indonesia: Budi Utomo
1908-1913. Jakarta: Pustaka Utama
Grafiti.
Gamal Komandoko.(2008). Boedi Oetomo:
Awal Bangkitnya Kesadaran Bangsa.
Yogyakarta: Media press.
Pitut Soeharto. (1981). Cahaya di Kegelapan:
Selecta Kedua Boedi Oetomo &
Sarekat Islam Pertumbuhan dalam
Dokumen Asli. Jakarta: Jaya Sakti.
Ramadhan K H. (2008). Perjalanan Panjang
Anak Bumi : Biografi R.M.A.A
Koesoemo Oetoyo. Jakarta: Obor.
Sartono Kartodirdjo. (1972). Kolonialisme
dan Nasionalisme di Indonesia pada
Abad 19 dan Abad 20. Yogyakarta:
Seksi Peneliti Djurusan Sejarah
Fakultas Sastra dan Kebudajaan
UGM.
Suhartono. (2001). Sejarah Pergerakan
Nasional: Dari Budi Utomo sampai
Proklamasi 1908-1945. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Wawancara dengan Atas Hendartini
Habsyah, pada tanggal 25 Agustus
2016 di Hotel Tentrem Yogyakarta,
pukul 19.00 WIB
C. Kritik Sumber (Verivikasi)
Kritik
sumber
diperlukan
agar
terhindar dari fantasi, manipulasi atau
fabrikasi (Suhartono, 2010: 35). Peneliti
menggunakan kritik ekstern, untuk melihat
keaslian sumber. Keaslian sumber dapat
dilihat dari segi bentuk, bahan, tulisan, dan
penggunaan
bahasa.
Sedangkan
kritik
intern, untuk menguji kredibilitas sumber.
Aspek utama diperhatikan dalam kritik
intern adalah konten/isi sebuah sumber.
Peneliti melakukan kritik ekstern
dengan melihat kapan, dimana, siapa yag
membuat sumber, dari bahan apa tulisan,
koran, foto, maupun tulisan dibuat, serta
apakah sumber dalam bentuk asli. Aspek
utama yang diperhatikan adalah kondisi
fisik. Beberapa sumber yang diperoleh
peneliti dalam kondisi rusak dan kurang
dapat dibaca dengan jelas. Hasil peneliti
dalam melakukan kritik intern, ditemukan
informasi kurang lengkap dalam sumber
yang diperoleh. Karya Oetoyo yang berjudul
Kenang-Kenangan Pengalaman Saja”, dari
Kebangkitan Nasional Sampai Proklamasi
28 |JURNAL AGASTYA VOL 7 NO 2 JULI 2017
Kemerdekaan ditulisnya saat berusia lanjut,
antara teks dan masyarakatnya (Hariyono,
sehingga
dalam
1995:97-98). Pendekatan yang digunakan
pergerakan
oleh penelitian adalah Pendekatan politik
kurang
begitu
menggambarkan
jelas
konsep
nasional menurutnya.
yang menekankan pada komunikasi politik.
D. Penafsiran (Interpretasi)
Komunikasi politik diartikan sebagai proses
Interpretasi dalam konteks sejarah
komunikasi yang memiliki implikasi atau
dapat dibedakan menjadi dua macam, yakni
konsekuensi terhadap aktifitas politik dan
analisis
berarti
juga memiliki pesan yang bermuatan politik
menguraikan. Sumber yang bervariasi yang
(Hafield Cangara, 2014: 14). Komunikasi
telah diperoleh diuraikan, hal ini dilakukan
dalam
mengingat
propaganda (Nurudin, 2001: 9).
dan
sintesis.
sumber
Analisis
sejarah
terkadang
mengandung berbagai kemungkinan di
dalamnya.
lebih
dikenal
dengan
Teori yang digunakan adalah teori
interaksi kepribadian kepemimpinan politik
Sedangkan yang dimaksud dengan
sintesis
politik
adalah
penyatuan.
kepribadian kepemimpinan politik dapat
terkumpul,
menggambarkan bagaimana waktu, tempat,
kemudian disatukan menjadi fakta sejarah
keadaan, dan interaksi menentukan siapa
yang
ini
yang memimpin dan siapa pengikutnya,
melakukan proses analisis dan sintesis
menggambarkan bagaimana kepribadian
dalam mengkomunikasikan hasil penelitian.
para pemimpim (faktor yang bertalian
E. Penulisan Sejarah (Historiografi)
dengan kepemimpinan), serta pengharapan
Sumber-sumber
akurat.
melakukan
(Dan Nimmo, 1998: 39). Teori interaksi
yang
Peneliti
telah
dalam
hal
Penulisan sejarah merupakan proses
dan kebutuhan dari pengikutnya.
menyajikan data yang telah diseleksi dan
Pendekatan
dengan
kritis, analitis, dan ilmiah agar dapat
kepemimpinan politik digunakan untuk
dipertanggungjawabkan. Penulisan sejarah
menjelaskan bagaimana Oetoyo menggagas
berdasarkan konsep kronologi terdiri dari
pergerakan nasional sesuai dengan situasi,
tiga bagian yaitu pendahuluan, isi, dan
semangat zaman, tempat dan politik pada
penutup. Penelitian ini juga menggunakan
saat
pendekatan agar lebih mampu melakukan
pengaruhnya
eksplanasi
kelompok
yang
tidak
hanya
itu.
interaksi
politik
intepretasi kedalam tulisan yang bersifat
sejarah
teori
komunikasi
kepribadian
Bagaimana
menggunakan
untuk
mempengaruhi
lain
dalam
mendukung
terbatas pada narasi apa dan siapa (Sartono
gagasannya dalam pergerakan nasional.
K, 1992: 4). Pendekatan dalam penelitian
Teori ini juga digunakan untuk menjelaskan
sejarah dapat dilakukan dengan kajian teks,
bagaimana
kajian konteks sejarah, dan kajian hubungan
gagasannya ke dalam lingkungan sosialnya.
Oetoyo
menyebarluaskan
GOLONGAN TUA MENGGAGAS PERGERAKAN NASIONAL: PEMIKIRAN………| 29
Penelitian ini juga menggunakan
teori komunikasi fungsional untuk melihat
satu etnis, ataupun satu daerah melainkan
satu nation (Bangsa).
tujuan dan cara mencapai tujuan politik
(Deliar
Noer,
1995:
6).
ini
sebuah memoar yang juga memuat proses
menggambarkan akibat komunikasi massa
nasionalisme dalam menyatukan kekuatan
terhadap organisasi sosial, cara orang
rakyat, konsep Oetoyo juga relevan bila
menata persepsinya dan apa akibatnya.
dilihat dengan teori identitas sosial, dimana
Secara umum fungsi komunikasi secara
setiap
fungsional
menyatakan
digunakan
Teori
Pandangan tersebut ditulis dalam
untuk
alat
penerangan, perubahan dan pengontrol.
Pendekatan
berdasarkan
perlu
teori
menjadi
ini
anggota
kelompok dan idealnya mereka memandang
politik
(in group) lebih baik dari kelompok lainnya
fungsional
(Crish Barker, 2012: 221). Melihat konteks
digunakan untuk menjelaskan bagaiamana
zaman pada masa itu, keinginan ini lahir
reaksi
dengan
teori
dari
komunikasi
orang
komunikasi
sosial
maupun
karena kesadaran atas penderitaan yang
menanggapi
konsep
disebabkan oleh pemerintah di negaranya
pergerakan nasional yang digagas oleh
sendiri. Konsekuensi dari pemikiran dan
Oetoyo. Perubahan apa yang terjadi di
kondisi memunculkan kesadaran bahwa
dalam pola pergerakan nasional Indonesia
perampasan
pada masa itu dengan adanya konsep
ketidakadilan yang tidak dapat diterima.
individu
kelompok
dalam
pergerakan
nasional
Oetoyo,
serta
bagaimana dampaknya.
Lebih
terhadap
jauh,
kemerdekaan
Oetoyo menyatakan
bahwa konsep nasionalisme yang ada di
Indonesia
Hasil Dan Pembahasan
A. Pandangan Koesoemo Oetoyo Tentang
harus
dengan
nasionalisme yang lahir di Barat (Atas
Hendartini,
Nasionalisme
berbeda
2016:
wawancara).
pandangan
Nasionalisme Barat tidak boleh begitu saja
Oetoyo merupakan paham yang di dasarkan
dibawa dan ditiru di Indonesia. Menurutnya,
Nasionalisme
pada
kemauan
menjaga
dalam
setiap
individu
untuk
dan melestarikan kebudayaan
konsep nasionalisme Indonesia merupakan
lawan dari kolonialisme yang bertujuan
bersama, hidup bersama dalam satu tatanan
membentuk negara merdeka. Hal ini jelas
masyarakat yang di dalamnya terdapat
berbeda
kesamaan
nasionalisme Barat didasari oleh pembelaan
kehidupan
dalam
sebagai
berbagai
satu
bidang
identitas
(Koesoemo Oetoyo, 1952: 143-145). Satu
identitas berarti tidak merujuk lagi pada
dengan
yang
ada
di
Barat.
atas satu kepentingan kelompok melawan
ketidakadilan, sehingga hal ini melahirkan
etnosentrisme
terhadap
in
group
dan
berujung pada lahirnya hasrat kolonialisme.
30 |JURNAL AGASTYA VOL 7 NO 2 JULI 2017
Nasionalisme
Barat
dalam
Indoensia, sebagai berikut “Bergeraklah
pandangan Oetoyo merupakan paham yang
supaya
sangat pincang (Koesoemo Oetoyo, 1952:
sempurna kepada anak-anak kita, biar
152). Nasionalisme ini telah melahirkan
akhirnya bisa mengurus rumah tangga kita
etnosentrisme hingga lahir hasrat ingin
sendiri!”.
menguasai
dalam
bentuk
kolonialisasi.
bisa
memberi
didikan
yang
Sebagai bentuk kritikannya, Oetoyo
Sedangkan, dari sudut pandang Hindia
mengorientasikan
Belanda hal itu tidak sesuai dengan kondisi
dengan
sosial yang ada. Kecenderungan terhadap
budaya Barat yang tidak sesuai kepribadian
suatu daerah atau ideologi tertentu justru
bangsa.
akan
merupakan
membuat
pemerintah
politik
Hindia
pecah
Belanda
belah
cara
paham
nasionalisme
non-kooperasi
Nasionalisme
terhadap
Indonesia
kepercayaan
harus
terhadap
semakin
kecerdasan dan kemampuan diri sendiri,
berhasil dan tidak akan terwujud satu
kemauan bersama menciptakan penentuan
kesatuan kelak kemudian hari.
nasib sendiri, dan kepemilikan kebudayaan
Oetoyo menegaskan perlu membuka
nasional.
mata rakyat tentang identitas dan masa
Orientasi
ini
dikemudian
hari
depannya, melalui penanaman nilai-nilai
melahirkan konsep pergerakan nasional
nasionalisme di kalangan pribumi (Rudolk
yang menurut Oetoyo harus dilakukan
Marziek, 2006: xvi). Oetoyo meyakini bahwa
dengan
Identitas
perbaikan
diri
kebanggaan
yang
akan
luntur
perkumpulan/organisasi,
status
sosial
(kesejahteraan
akibat
sosial dan pendidikan), serta diplomasi
modernitas Barat, sehingga melahirkan
bukan lagi dengan kepercayaan terhadap
perkumpulan dan kesatuan dari berbagai
adanya ratu adil (Silawati Hartian, 1992:
golongan di Hindia Belanda.Sarana untuk
124).
menanamkan nilai-nilai nasionalisme yang
membuat oetoyo kemudian mengonsep
efektif menurut Oetoyo adalah pendidikan.
pergerakan nasional yang sesuai dan ideal
Dalam
telah
mengembalikan
cara
memoarnya
Oetoyo
menuliskan apa yang harus dilakukan oleh
generasi tua untuk generasi muda sebagai
ujung tombak pergerakan. Tulisan tersebut
berbunyi “Laat Ons Onze kinderen een goede
opleding geven, opdat zij later in staat zullen
zijn
hun
eigen
huishhouding
goed
te
regelen!”(Koesoemo Oetoyo, 1952: Tidak
diterbitkan).Terjemahan
dalam
bahasa
Pandangan
tentang
nasionalisme
untuk perjuangan rakyat.
B. Konsep
Pergerakan
Koesoemo Oetoyo
Nasional
Menurut Atas Hendartini Habsyah,
pergerakan
Oetoyo
nasional
merupakan
dalam
usaha
pandangan
yang
harus
dilakukan dengan penuh kesadaran untuk
menyatukan
seluruh
lapisan,
tanpa
kecenderungan terhadap satu kepentingan
GOLONGAN TUA MENGGAGAS PERGERAKAN NASIONAL: PEMIKIRAN………| 31
kelompok
tertentu
tercapai
saja. Namun hal ini merupakan langkah
kemerdekaan. Pandangan demikian, tidak
awal yang dapat menumbuhkan kesadaran
dapat
setiap kelompok untuk berkumpul membela
dipisahkan
mengenai
agar
dari
pandangannya
nasionalisme
Indonesia.
Nasionalisme dalam pandangan Oetoyo
terkait
erat
dengan
self-government,
kepentingan bangsanya sendiri.
Konsepsi
pandangan
diatas
Oetoyo
memperkuat
tentang
pergerakan
kemauan bersama, dan budaya Indonesia
nasional yang bisa dilakukan dengan upaya
sebagai identitas nasional yang di dorong
modernisasi, industrialisasi dan edukasi
oleh
melalui bidang politik, sosial, dan ekonomi.
faktor
kontekstual
seperti
moderniasasi, industrialisasi dan edukasi.
Menurut
Oetoyo,
Tentu saja dalam hal ini berdasarkan
modernisasi,
kekuatan sendiri, kemampuan sendiri dan
industrialisasi, dan edukasi merupakan
tidak berdasarkan atas satu kepentingan
faktor kontekstual yang mendorong adanya
saja (Atas Hendartini, 2016: wawancara).
pergerakan nasional (Anthony D Smith,
Politik, sosial, dan ekonomi merupakan satu
1971: 110). Industrialisasi mengakibatkan
kesatuan yang selalu berkaitan sehingga
adanya krisis dalam elit priyayi lama dalam
ketika semuanya berada pada posisi baik,
hal jabatan. Posisi ini tidak bisa ditempati
kesejahteraan akan tercapai. Tercapainya
oleh sembarang bangsawan, karena seiring
kesejahteraan
bertumbuhnya
maka
kemampuan untuk berdiri sendiri sebagai
dilakukan.
suatu bangsa yang terdirik, berdaulat dan
industrialisasi
rasionalisasi
birokrasi
Rasionalisasi birokrasi berdampak pada
munculnya elit baru terpelajar sebagai
menandai
adanya
mampu mengsejahterakan rakyat.
Oetoyo
berpendapat
pegawai birokrasi yang berpikiran lebih
memerdekakan
modern.
dilakukan dengan tidak mengikuti ideologi
Oetoyo berpandangan munculnya
rakyat
untuk
pribumi,
dapat
tertentu. Ideologi tertentu hanya akan
elit baru merupakan langkah penggerak
menimbulkan
adanya
Kecenderungan tertentu ditakutkan akan
pemikiran-pemikiran
ke
arah
kecenderungan
kemerdekaan (Dharmono Hadjowidjono,
menimbulkan
2008: 354). Kemunculan golongan ini
mengarah
sekaligus mendorong adanya pandangan
kelompok
baru untuk priyayi lama. Priyayi lama mulai
dengan kelompok lain (Frank Dhont, 2005:
mengikuti
dengan
10). Padahal salah satu penguat pergerakan
Meskipun,
adalah kemauan bersama. Hal ini membuat
perkumpulan yang dibuat oleh generasi tua
Oetoyo menolak adanya kecenderungan
bersifat ekslusif di kalangan priyayi jawa
terhadap suatu ideologi tertentu. Konsepsi
mendirikan
cara
priyayi
baru
perkumpulan.
perjuangan
pada
tertentu,
yang
tertentu.
pencapaian
dan
hanya
tujuan
pertentangan
32 |JURNAL AGASTYA VOL 7 NO 2 JULI 2017
itulah
yang
kemudian
membentuk
sekaligus
stimulus
munculnya
ide-ide
pandangan Oetoyo dalam mengonsep cara
membebaskan diri dari penjajahan yang
pergerakan nasional yang ideal.
menginspirasi generasi penerus.
Pergerakan nasional dalam konsep
pemikiran
Oetoyo
merupakan
usaha
Ciri
pergerakan
yang
menjadikan
nasional
konsep
Oetoyo
perlu
perbaikan dalam segala aspek kehidupan
dipertimbangkan terletak pada pemilihan
seperti politik, sosial, dan ekonomi (Achmad
cara
Djajadiningrat, 1936: 324). Pada bidang
dipandang dari sudat pandang sempit
politik
membuka
generasi muda, konsep Oetoyo ini dinilai
kesempatan sebesar-besarnya agar rakyat
sebagai usaha pergerakan yang bersifat
pribumi
moderat.Namun
dilakukan
mampu
dengan
berpartisipasi
dalam
yang
digunakan.
Meskipun,
bila
dilihat
dari
politik. Pada bidang sosial dilakukan dengan
perkembangannya
upaya meningkatkan martabat bangsa, dan
nasional Oetoyo ini menjadi konsep yang
membangun
kesatuan
dapat digunakan dalam kondisi dan waktu
identitas bangsa. Sedangkan pada bidang
yang lama dan berkelanjutan. Ketika konsep
ekonomi
dengan
pergerakan nasional yang diusung oleh
Konsep
intelektual muda memunculkan gagasan-
pergerakan Oetoyo yang digagas Oetoyo
gagasan yang ekstrim dan bersifat radikal,
cenderung pada cara-cara diplomasi, bukan
konsep
dengan
dengan
menyatukan perpecahan tokoh pergerakan
perkembangan zaman yang di bawa oleh
melalui ide-ide berfusi membentuk partai
orang Barat.
politik
kesadaran
serta
dilakukan
mensejahterakan
rakyat.
radikalisme,
sesuai
Konsep pergerakan nasional yang
digagas Oetoyo merupakan pemikiran yang
Oetoyo
sebagai
konsep
bila
menjadi
wakil
pergerakan
solusi
rakyat
dalam
(Achmad
Djajadiningrat, 1936: 254).
Ciri lain yang menjadikan konsep
revolusioner pada masa itu. Mengingat
pergerakan
kalangan Bupati Jawa cenderung berpihak
adalah gagasan Oetoyo tentang pergerakan
pada pemerintah dan kurang mendukung
nasional merupakan satu kesatuan usaha
usaha
menyuarakan
perbaikan dalam semua bidang, yaitu sosial,
nasionalisme maupun pergerakan nasional.
ekonomi, dan politik. Ketiganya tidak dapat
Meskipun konsep yang diusung Oetoyo
dipisahkan dan merupakan satu kesatuan
tidak memperoleh dukungan dari generasi
yang harus sejalan. Hal ini menjadi satu
muda yang menilai konsep tersebut tidak
pengikat kesatuan nasional sebagai wujud
progresif dan revolusioner. Gagasan ini
terbentuknya bangsa dikemudian hari (W
tetap memberikan corak pada pergerakan
Poespoprojo, 1986: 28).
generasi
muda
Indonesia dan menjadi gagasan momentum
nasional
Oetoyo
istimewa
GOLONGAN TUA MENGGAGAS PERGERAKAN NASIONAL: PEMIKIRAN………| 33
C. Konsep Pergerakan Nasional Oetoyo
Dalam Politik
Politik dipandang Oetoyo sebagai
terhadap
kebijakan
pemerintah
dianggap
bertentangan
yang
melalui
proses
diplomasi.
sarana mencapai tujuan dan kekuasaan.
Oetoyo
menganggap
bahwa
Politik merupakan tempat menyuarakan
tindakan dengan menentang pemerintah
aspirasi rakyat sehingga hak-hak warga
secara langsung dan usaha dengan angkat
negara akan terpenuhi. Hal ini sangat
senjata bukanlah jalan yang tepat dan
berbeda dengan kondisi rakyat masa iyu
efektif. Berdasarkan pengalaman masa lalu
yang hanya menjadi objek dari kebijakan
rakyat pribumi yang berperang dengan
politik, sehingga wajar bila keikutsertaan
menganggakat
rakyat pribumi dalam politik dianggap
dipatahkan oleh pemerintah.
solusi untuk mengubah kondisi itu. Oetoyo
senjata
lebih
mudah
Menurut Oetoyo cara-cara diplomasi
berpandangan bahwa politik tidak akan
merupakan
dapat dipisahkan dari hukum, kekuasaan
mengalahkan
dan hak. Hukum, kekuasaan dan hak itu
Oetoyo meyakini cara diplomasi akan
harus diarahkan pada tujuan pemberian
memudahkan
kesejahteraan agar mampu mewujudkan
pengambilan
kemerdekaan sebagai wujud politik yang
Belanda, memperoleh dukungannya dan
adil.
bahkan mengelabui pemerintah dengan
Konsep pergerakan nasional yang
digagas oleh Oetoyo berpengaruh terhadap
konsep
pergerakan
nasional
cara
yang
musuh
tepat
secara
menganalisis
sikap
berpura-pura
untuk
perlahan.
bagaimana
pemerintah
bersifat
Hindia
kooperatif
(Ramadhan K H, 2008: 9).
yang
Oetoyo
semakin
menunjukkan
dilakukannya dalam bidang politik. Jika
kecemerlangan pemikiran dalam mengagas
secara
menggambarkan
pergerakan dibidang politik. Ia mengagas
pergerakan nasional merupakan upaya
langkah-langkah yang seharusnya diambil
perbaikan dalam segala bidang seperti
dan diperjuangkan melalui politik, yaitu:
politik, sosial dan ekonomi sebagai satu
Pertama,
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Maka
berorganisasi (Koesoemo Oetoyo, 1932: 39)
dalam
Oetoyo
Didirikannya organisasi sangatlah perlu, hal
mengarahkan perjuangannya pada upaya
ini bertujuan untuk mengimbnagi dominasi
membentuk kebijakan yang mendorong
Barat. Nasib rakyat yang selama ini hanya
kemandirian,
sebagai
umum
Oetoyo
pergerakan
politik,
pemberian
otonomi,
kebebasan
objek
berserikat
berlakunya
dan
sistem
kesejahteraan dan peningkatan martabat
administrasi dan politik Hindia Belanda
rakyat pribumi. Pergerakan nasional dalam
akan
bidang politik dilakukan dengan kritik
terimbangi.
Selain
itu
melalui
34 |JURNAL AGASTYA VOL 7 NO 2 JULI 2017
organisasi rakyat akan memiliki penyeru
kepentingan dan aspirasi rakyat.
Kedua,
rakyat
Oetoyo sebenarnya sudah mulai
mengeluarkan
tentang
sistem
memiliki
pemerintahan di Hindia Belanda sejak tahun
kebebasan dalam mengutarakan pendapat
1907. Oetoyo pada masa itu bersikeras agar
melalui tulisan maupun lisan. Konsepsi ini
pemerintah memberikan hak kepada rakyat
membuat Oetoyo mengkritik ordonansi
pribumi
pembredelan pers (Mien Joebhar, 2003;
menentukan jalannya pemerintahan dengan
279). Oetoyo memandang bahwa pers
cara mendirikan sebuah Dewan Rakyat.
sebagai
Sayangnya
media
harus
gagasan
penerangan
menyebarluaskan
kemajuan,
gagasan-gagasan
dan
kesewenangan
dapat
sebagai
pengontrol
penguasa.
Sedangkan
pemberangusan pers dipandang sebagai
usaha
pihak
berkuasa
untuk
terus
berwenang atas pers dan rakyat.
Ketiga, hak rakyat untuk berkumpul
dan
mengeluarkan
pendapat
harus
dilindungi, pemerintah Hindia Belanda tidak
boleh
sewenang-wenang
dalam
menghukum rakyat tanpa adanya aturan
yang jelas dan kekerasan (48ste Vergadering
Mandag, 1930: -). Gagasan ini muncul
sebagai reaksi Oetoyo terhadap tindakan
pemerintah Hindia Belanda yang semenamena terhadap tokoh pergerakan dan dalam
...akan tetapi kalau perlu tidak segan
akan mengutjapkan crietiek terhadapnja,
maka banjak anggauta2nja jang dapat
rintangan dari pembesar2 pemerintah.
Djika mereka berapat senantiasa mereka
diawaskan oleh polisi dan barang siapa
dengan pedas berani mentjela aturan2
pemerintah atau pembesar2nja maka
mereka mendapat rintangan rupa2 dalam
pekerdjaannja
se-hari2.
(Koeseomo
oetoyo, 1931: 45).
bersuara
pemerintah
dan
kurang
ikut
terbuka
dengan ide ini. Pandangan Oetoyo tersebut
digambarkan sebagai berikut:
...bahwa ra’jat anak negeri mesti
mendapat pengertian jang sempoerna
tentang autonomi dan zelfbestur
(pemerintah sendiri) dan mesti menjadi
tahoe
mengerdjakannja
dengan
berangsoer-angsoer. Ra’jat itoe mesti
beladjar toeroet tjampoer mengoeroes
keperloeannja sendiri. Sebab itoe
djanganlah ra’jat itoe dikedjoetkan
dengan matjam-matjam barang. Jang
semata-mata asing kepadanja, jang tidak
ia mendapat jelasnja tidak ia mengerti!
Disinipoen hendaklah diingat sjarat
bahwa kita tidak haroes menjorongnjorongkan kepada ra’jat itoe barang
jang tidak hendak sesoeai dengan sifat
tabi’atnja, melainkan sebaliknja kita
haroes memberi djalan. Soepaja toemboh
pengertian bahwa ra’jat sendiri akan
diminta tjampor dalam oeroesan
memboeat hoekoem dan melakoekan
pemerintah (Koesoemo Oetoyo, 1931:
864)
pengadilan. Oetoyo menggambarkan kondisi
masa itu, sebagai berikut:
untuk
Penolakan yang dilakukan oleh
pemerintah Hindia Belanda, mendorong
Oetoyo
untuk
mendirikan
Dewan
Kabupaten dan Dewan Desa di Jepara.
Keputusan
ini
membuktikan
besarnya
tekad Oetoyo untuk membangun kesadaran
rakyat pribumi agar berpartisipasi dalam
pemerintahan.
Tindakan
ini
sekaligus
menunjukkan keinginan merubah Bupati
GOLONGAN TUA MENGGAGAS PERGERAKAN NASIONAL: PEMIKIRAN………| 35
lama
agar
lebih
dengan
mendukung berdirinya Dewan Kabupaten
tersebut
di setiap kabupaten. Hal ini merupakan
terkait tugas Bupati dalam pergerakan
bukti bahwa pemikiran Oetoyo pada masa
nasional, yaitu mengayomi wong cilik. Hal
itu sangat progresif, dan memperluas
ini dapat dilihat dariketegasan Oetoyo
kesempatan rakyat pribumi untuk ikut aktif
menyatakan“ciri keluhuran priyayi adalah
dalam pemerintahan.
pembaharuan.
terbuka
Pembaharuan
komitmen mencintai wong cilik” (Shirashi
Takhasi, 1997: 43).
Oetoyo
Achmad Djajadiningrat menjelaskan
kewenangan yang dimiliki oleh Dewan
menegaskan
bahwa
kabupaten, antara lain mengatur dan
pergerakan nasional dibidang politik harus
memimpin pemerintahan dalam kabupaten
dapat
bersama
menyatukan
seluruh
lapisan
bupati,
mempertahankan
masyarakat. Hak politik harus di tangan
kebijakan kabupaten di hadapan gubernur
rakyat,
jendral (Achmad Djajadiningrat, 1936: 396-
supaya
rakyat
dapat
memperjuangkan hak, dan kepentingannya.
397).
Rakyat secara sadar harus mempunyai
memebentuk panitia pelaksana (College
peranan yang sama untuk menghalangi
van Gecommiteerden) untuk melaksanakan
dominasi Barat yang feodal. Mereka harus
keputusan-keputusan yang telah dibuat.
membentuk suatu partai politik yang dapat
Dewan
kabupaten
Pembentukan
ini
membuat
didukung bersama untuk menyuarakan
pemerintahan
aspirasinya (Putut Suharto, 1981: 219).
bupati, dewan kabupaten dan panitia
Berdasarkan
terdiri
dari
interaksi
pelaksana. Pembentukan ini diharapkan
politik,
dapat mengakomodir kepentingan rakyat.
usaha
Dewan Desa yang dibentuk oleh Oetoyo
memobilisasi rakyat dengan kepentingan
bergerak di tingkat paling rendah, yaitu
politik bersama, menentang segala bentuk
tingkat desa. Anggota dari Dewan Desa
ketidakadilan kebijakan pemerintah Hindia
terdiri dari golongan pemuda.
kepribadian
gagasan
teori
kabupaten
dapat
kepemimpinan
Oetoyo
merupakan
Belanda secara bersama melalui penyatuan
kekuatan.
Tujuan Oetoyo mendirikan Dewan
Desa untuk menyadarkan pemuda tentang
Dewan Kabupaten pertama kali
pentingnya
ikut
berpartisipasi
dalam
dibentuk Oetoyo di Jepara, tujuan dari
pemerintahan. Selain itu Oetoyo meyakini
pendirian
Dewan
adalah
golongan muda dapat menjadi pengontrol
memberi
nasehat
bupati
kekuasaan yang ada di desa, dan lebih
(ramadhan K H, 2008: 109). Puncak dari
progresif ide-idenya (Ramadhan K H, 2008:
keberhasilan pendirian Dewan Kabupaten,
121).
yaitu ketika Gubernemen secara resmi
kejadian-kejadian dan permasalahan yang
Kabupaten
kepada
Dewan
desa
akan
melaporkan
36 |JURNAL AGASTYA VOL 7 NO 2 JULI 2017
segera membutuhkan solusi. Kesadaran ini
Oetoyo memiliki arti penting dalam konteks
dinilai akan menjadi tonggak keinginan
masyrakat Hindia Belanda masa itu. Anak
setiap orang untuk mempercayai pemimpin
pribumi berpendidikan yang lahir karena
politik, dan ikut mendukung serta berperan
usaha-usaha diplomasi politik, menjadi
memperjuangkan kemerdekaan.
suatu simbol kebersamaan bagi pribumi
Oetoyo juga mengagas perlunya
mendirikan
perkumpulan
terpelajar di Hindia Belanda. Simbol ini
dan
menggambarkan pentingnya keberadaan
menggabungkan diri dengan organisasi lain
kelas baru terpelajar dalam mengubah nasib
di bidang politik. Tujuan dari mendirikan
rakyat pribumi.
perkumpulan atau menggabungkan diri
Simbol
tersebut
adalah menghimpun kekuatan yang lebih
menegaskan
besar, adanya kesatuan yang lebih kuat
diperjuangkan dalam membebaskan rakyat
untuk mewakili aspirasinya.
dari penindasan kolonial. Hal ini penting
Sebuah
tujuan
sekaligus
yang
harus
tulisan
Oetoyo
mengingat transisi sistem pemerintahan
bagaimana
pentingnya
Hindia Belanda menuntut anak pribumi
berkumpul dan menggabungkan diri untuk
mencari identitas baru. Oetoyo berhasil
mewujudkan kemandirian bangsa, yaitu
membentuk
...Menimbang
identitas
menengaskan
kurang
perlunja
berdiri
identitas
sebagai
tersebut,
yaitu
kesatuan
bangsa
Oetoyo
tentang
sendiri, baik menjatuhkan diri dengan
Indonesia.
perkumpulan
diplomasi terus berkembang sesuai konteks
lain,
supaja
lebih
kuat
(Koesoemo Oetoyo, 1952: 143).
D. Implikasi
Konsep
Gagasan
zamannya.
Pergerakan
Nasional Koesoemo Oetoyo
Pada era setelah Oetoyo, tokohtokoh yang menjadi wakil rakyat mulai
Implikasi pemikiran Oetoyo dalam
menunjukkan
peran
memajukan
pembaharuan-pembaharuan
yang
ada
diplomasi. Diplomasi dianggap sebagai cara
dalam
sosial,
dan
efektif menyelesaikan pertentangan antara
ekonomi masyarakat Indonesia. Gagasan
dua kelompok untuk mencapai kesepakatan.
Oetoyo
Cara
mengenai
politik
makna
nasionalisme,
ini
tidak
dengan
dalam
pergerakan nasional dapat dilihat dari
lingkungan
bangsa
penting
hanya
cara-cara
relevan
dapat diterapkan sebagai penguat bangsa
mengatasi
hingga kini. Sedangkan pilihan cara untuk
melainkan juga urusan luar negeri. Bahkan
pergerakan nasional melalui politik, sosial,
hingga
dan ekonomi dapat dijadikan alternatif
merupakan cara paling efektif dalam ikut
dalam membangun bangsa yang maju di
berpartisipasi dalam dunia internasional.
tengah pergaulan internasional. Pemikiran
permasalahan dalam
untuk
Indonesia
merdeka,
negeri,
diplomasi
GOLONGAN TUA MENGGAGAS PERGERAKAN NASIONAL: PEMIKIRAN………| 37
Pemikiran Oetoyo tidak selalu
memperoleh
dukungan,
salah
satu
bersama, hidup bersama dalam satu tatanan
masyarakat yang di dalamnya terdapat
perlawanan dari pemerintah (Ramadhan
kesamaan
dalam
K, H, 2008: 141). Berikut gambaran
kehidupan
sebagai
tokoh pergerakan, “anak boeah tidak
Pandangan ini membuat Koesoemo Oetoyo
boeleh mendjawab perkataan kepalanja;
mengonsep pergerakan nasional yang ideal.
melainkan apa jang dikatakan oleh
Pergerakan
kepala, ia menoeroet sadja, sebab kalau
pemikiran
kepala soedah marah, anak boeah jang
perbaikan dalam segala aspek kehidupan
dimarahinja
seperti politik, sosial, dan ekonomi.
itoe
dapat
hoekoeman
pasoeng di rumah kepala” (Jahja, 19 J H
berbagai
satu
nasional
Oetoyo
Pada
bidang
identitas.
dalam
konsep
merupakan
bidang
politik
usaha
dilakukan
Van Gigh, mengirim surat pada Gubernur
dengan membuka kesempatan sebesar-
Jendral di Buitenzorg, No. 648/p.z,
besarnya agar rakyat pribumi mampu
tanggal
berpartisipasi dalam politik. Pada bidang
25
Juli
1924
yang
berisi
kecamanya terhadap gagasan Oetoyo.
sosial
Edaran tersebut, berbunyi:
meningkatkan
...R.M.T Koeoemo Oetoyo, yang
katanya tidak terikat pada suatu
ideologi apa pun, agaknya senang
kalau di daerahnya ada kehidupan
politik dalam masyarakat. Akan
tetapi, seperti biasa, dalam keadaan
demikian, kegiatan politik itu
menjadi lebih meradang daripada
sekedar pantas (Ramadhan K H,
2008: 135-140).
Tulisan
tanggapan
tersebut
memperoleh
membangun
dengan
martabat
kesadaran
upaya
bangsa,
serta
dan
kesatuan
identitas bangsa. Sedangkan pada bidang
ekonomi
dilakukan
mensejahterakan
dengan
rakyat.
Konsep
pergerakan Oetoyo yang digagas Oetoyo
cenderung pada cara-cara diplomasi, bukan
dengan radikalisme.
Politik dipandang Oetoyo sebagai
dengan
sarana mencapai tujuan dan kekuasaan.
mengakhiri
Politik merupakan tempat menyuarakan
karirnya sebagai Bupati pada tahun
aspirasi rakyat sehingga hak-hak warga
1925.
negara akan terpenuhi. Oetoyo menegaskan
menyidang
Gubernemen
dilakukan
Oetoyo
dan
bahwa pergerakan nasional dibidang politik
Penutup
harus dapat menyatukan seluruh lapisan
A. Kesimpulan
Nasionalisme
dalam
pandangan
masyarakat.
Oetoyo
mengarahkan
Oetoyo merupakan paham yang di dasarkan
perjuangannya pada upaya membentuk
pada
kebijakan yang mendorong kemandirian,
kemauan
menjaga
setiap
individu
untuk
dan melestarikan kebudayaan
pemberian otonomi,
peningkatan
martabat
kesejahteraan dan
rakyat
pribumi.
38 |JURNAL AGASTYA VOL 7 NO 2 JULI 2017
Pergerakan nasional dalam bidang politik
bangsa yang maju di tengah pergaulan
dilakukan dengan kritik-kritik terhadap
internasional.
kebijakan
B. Saran
pemerintah
yang
dianggap
bertentangan melalui proses diplomasi.
Perjuangan
dalam
cenderung
pada
politik
Perlu
adanya
boleh
ideologi
atau
pergerakan nasional yang tidak hanya di
kepentingan melainkan harus berdasar
dasarkan pada asumsi bahwa golongan tua
pada kepentingan rakyat.
adalah moderat sedangkan golongan muda
Implikasi pemikiran Oetoyo dalam
golongan
revolusioner.
tua
cara
tidak
satu
memandang
perubahan
Membiasakan
dalam
peristiwa
pergerakan nasional dapat dilihat dari
sejarah yang digenaralisir tanpa melihat
pembaharuan-pembaharuan
yang
ada
konteks zaman dan sebagian dari yang
dalam
sosial,
dan
umum, menjadikan pengetahuan sejarah
ekonomi masyarakat Indonesia. Pemikiran
tidak arif. Tidak mampu memberikan
Oetoyo memiliki arti penting dalam konteks
pandangan pada yang sebenarnya terjadi.
lingkungan
politik
masyrakat Hindia Belanda masa itu. Anak
Sejarah adalah ilmu yang dinamis,
pribumi berpendidikan yang lahir karena
sehingga
usaha-usaha diplomasi politik, menjadi
merekontruksi peristiwa merupakan suatu
suatu simbol kebersamaan bagi pribumi
keniscayaan. Sejarah selalu mengajarkan
terpelajar di Hindia Belanda. Simbol ini
pada masyarakat pendukungnya tentang
menggambarkan pentingnya keberadaan
pasca kebenaran, bagaimana seseorang
kelas baru terpelajar dalam mengubah nasib
akan
rakyat pribumi. Gagasan Oetoyo tentang
mengetahui
diplomasi terus berkembang sesuai konteks
bagaimana kebenaran tersebut diterima,
zamannya.
atau ditanggapi.
Pada era setelah Oetoyo, tokohtokoh yang menjadi wakil rakyat mulai
menunjukkan
memajukan
peran
bangsa
penting
dengan
dalam
cara-cara
diplomasi. Gagasan Oetoyo mengenai makna
nasionalisme, dapat diterapkan sebagai
penguat bangsa hingga kini. Sedangkan
pilihan cara untuk pergerakan nasional
melalui politik, sosial, dan ekonomi dapat
dijadikan
alternatif
dalam
membangun
pembaharuan
mengambil
suatu
keputusan
kebenaran,
dalam
setelah
atau
Daftar Pustaka
Arsip:
Jahja. 1930. 48ste Vergadering-Mandaag 27
Januari 1930. Eerste aanv.begrooting
van
Ned-Indie
voor
1930;
alg.beschouwingen.
Batavia:
Volksraad.
Koesoemo
Oetoyo.
1934.
21ste
Vergadering-Woendag 25 Juli 1934.
Begrooting van Nederlandsch-Indie
voor
1935
(ond.1),
afd
VI,
departement van Economische Zaken
met afdeling VI A-D. Batavia:
Volksraad.
GOLONGAN TUA MENGGAGAS PERGERAKAN NASIONAL: PEMIKIRAN………| 39
Koesoemo Oetoyo. 1931. 5de VergaderingWoendag 8 Juli 1931. Begrooting van
Nederlandsch-Indie
voor
1932
(ond.1), algemeene beschouwingen.
Batavia: Volksraad.
Koesoemo Oetoto & M. H Thamrin. 1930.
48ste
Vergadering-Mandag
27
Januari 1930. Eerste aanv, begrooting
van
ned,Indie
voor
1930;
alg.beschouwingen.
Batavia:
Volksraad
Koesoemo Oetoyo. 1931. 29ste VergaderingMaandag
10
Agustus
1931.
Begrooting van Nederlandsch-Indie
voor 1932 9ond.1), afdeling IV,
departement van Binnenlandsch
Bestuur. Batavia: Volksraad.
Koesoemo Oetoyo. 1936. 56ste Vergaderingdonderdag
23
Januari
1936.
Suikerregelingen 1936 (ond.100).
Batavia: Volksraad.
Mr.K.R.T Wongsoenegoro, Stellingen van den
heer Mr. K.R.T Wongsoenegoro nader
uit te werken en te verdedingen op
het a.s Congres te Soerakarta.
Soerakarta: Boedi Oetomo. Tanggal
tidak terbaca
Tweede
Congress der P.P.P.K.I Eerste
Vergadering 25 Desember 1929’s
avonds 9 uur in de societeit
Habiprojo. 1929. Surakarta: P.P.P.K.I.
Verslag der besloten vergadering tijdens het
congres
van
Boedi-Oetomo,
gehoulden te Djokjakarta van 31
December 1927 tot en met 1 Januari
1928. 1927. Djogjakarta: Boedi
Oetomo.
Buku:
Achmad Djajadiningrat. 1936. KenangKenangan
Pangeran
Achmad
Djajadiningrat.
Djakarta:
Balai
Poestaka.
Addas, Michael. 1988. Ratu Adil: Tokoh dan
Gerakan Milenarian Menentang
Kolonialisme Eropa. Jakarta: Rajawali
Press.
Ahmat B Adam. 1955. The Vernacular Press
And The Emergence Of Modern
Indonesian Consciousness 18551913. Ithaca: Cornell University.
Andi Baso M. 1993. Siaran Pers: Suatu Kiat
Penulisan.
Jakarta:
Gramedia
Pustaka.
Anhar Gonggong. 1988. Panorama Gerak
Menuju Indonesia Merdeka. Jakarta:
Departemen
Pendidikan
dan
Kebudayaan.
Cahyo
Budi Utomo. 1995. Dinamika
Pergerakan Kebangsaan Indonesia
dari
Kebangkitan
Hingga
Kemerdekaan.
Semarang:
IKIP
Semarang Press.
Cangara, Hafied. 2011. Komunikasi Politik:
Konsep, Teori, dan Strategi. Jakarta:
Rajawali Pers.
Daliman. 2012. Metode Penelitian Sejarah.
Yogyakarta: Ombak.
Daliman. 2005. Sejarah Indonesia XIX-Awal
Abad XX. Jakarta: Ombak.
Dan Nimmo. 1989. Komunikasi Politik:
Komunikator, Pesan, dan Media.
Bandung: Remaja.
Deliar Noer. 1995. Penghantar ke Pemikiran
Politik. Medan: Dwipa.
Djoko Marihandono. 2008. Titik Balik
Historiografi di Indonesia. Jakarta:
Wedatama Widya Sastra.
Frank Dhont. 2005. Nasionalsime Baru
Intelektual Indonesia Tahun 1920-An.
Yogyakarta: UGM Press.
Gamal Komandoko. 2008. Boedi Oetomo:
Awal Bangkitnya Kesadran Priyayi.
Yogyakarta: Media Press.
Helius Sjamsudin. 2007. Metodologi Sejarah.
Yogyakarta: Ombak.
I Taufik. 1977. Sejarah Perkembangan Pers
di Indonesia. Jakarta: trinity Press.
Ingleson, John. “tanpa judul asli”.
Penerjemah. Zamakhsyari Dhofier.
Penyunting. Ignas Kleden. 1988.
Jalan ke Pengasingan; Pergerakan
Nasionalis Indonesia Tahun 19271934. Jakarta: LP3ES.
Ki
Hadjar Dewantara.
1952.
Dari
Kebangunan
Nasional
Sampai
40 |JURNAL AGASTYA VOL 7 NO 2 JULI 2017
Proklamasi Kemerdekaan. Jakarta:
Endang.
Koentjoro Poerbopranoto. 1937. Dewan
Ra’jat (Volksraad). Batavia: Balai
Poestaka.
Kuntowijoyo. 2005. Pengantar Ilmu Sejarah.
Yogyakarta: Bentang Pustaka.
Louis Gottschalk. 2008. Mengerti Sejarah.
Jakarta: Universitas Indonesia.
M. Gani. 1978. Surat Kabar Indoensia pada
Tiga Zaman. Jakarta: Departemen
Penerangan RI.
Nagazumi, Akira. “The Dawn of Indonesian
Nationalism: The Early Years of the
Budi tomo, 1908-1918”. Penerjemah.
KITLV-Lipi.
1989.
Bangkitnya
Nasionalisme Indonesia; Budi Utomo
1908-1918. Jakarta: Pustaka Utama
Grafiti.
Nurudin. 2001. Komunikasi Propoganda.
Bandung: Rosda Karya.
Smith
D Anthony. 1971. Theories Of
Nationalism. London: Duckworth.
Soebagijo. 1977. Sejarah Pers Indonesia.
Jakarta: Dewan Press.
Sudiyo.
2002.
Pergerakan
Nasional
Mencapai dan Mempertahankan
Kemerdekaan. Jakarta: Rineka Cipta.
Suhartono. 2001. Sejarah Pergerakan
Nasional: Dari Budi Utomo sampai
Proklamasi 1908-1945. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Suryo
Mihardjo. 2002. Beberapa Segi
Perkembangan Sejarah Pers di
Indonesia
1979-1980.
Jakarta:
Kompas.
Takashi Shiraishi. “An Age in Motion:
Popular Radicalism in Java, 19121926”. Penerjemah. Hilmar Farid.
1997. Zaman Bergerak: Radikalisme
Rakyat di Jawa, 1912-1926. Jakarta:
Pustaka Utama Grafiti.
Putut Suharto. 1981. Cahaya di Kegelapan:
Catatan Selecta Boedi Oetomo &
Sarekat Islam: Pertumbuhannya
dalam Dokumen Asli. Jakarta: Jaya
Sakti.
Taufik. I. 1977. Sejarah dan Perkembangan
Pers Indonesia. Jakarta: Trinity Press.
Pradipto Nirwandhono. 2011. Yang Ter (di)
Lupakan: Kaum Indo dan Benih
Nasionalisme Indonesia. Yogyakarta:
Djaman Baroe.
W. Poespoprodjo. 1986. Jejak-Jejak Sejarah
1908-1926: Terbentuknya Suatu
Pola. Bandung: Penerbit Remaja
Karya.
Pringgodigdo. 1980. Sejarah Pergerakan
Rakyat Indonesia. Jakarta: Dian
Rakyat.
Ramadhan K H. 2008. Pejalanan Panjang
Anak
Bumi:
Biografi
R.M.A.A
Koesoemo Oetoyo. Jakarta: Obor.
Ramlan Surbakti. 1992. Memahami Ilmu
Politik. Jakarta: Grafindo.
Sartono Kartodirdjo. 1972. Kolonialisme dan
Nasionalsime Indonesia Abad 19 dan
20. Yogyakarta: UGM Press.
_________. 1992. Pendekatan Ilmu Sosial
dalam Metodologi Sejarah. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Silawati Hartian. 1992. Nasionalsime
Menjelang Abad XX. Yogyakarta:
Tiara Wacana.
Teguh Wahyu. 2011. Sejarah Nasional Asal
Usul Bangsa dan Tanah Air.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Download