roadmap reformasi birokrasi badan pengawasan obat

advertisement
ROADMAP REFORMASI BIROKRASI
BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN RI
A. RINGKASAN EKSEKUTIF
Seperti diketahui bahwa, Obat dan makanan merupakan unsur penting dalam
pencapaian derajat kesehatan yang optimal. Dengan pertimbangan derajat
kesehatan yang optimal inilah, Badan POM menyusun peta strategi.
Sesuai dengan peta strategi Badan POM, pengawasan Obat dan Makanan
sekaligus mempunyai dua outcome, yaitu : (1) terlindunginya masyarakat dari
Obat dan Makanan yang Tidak Memenuhi Syarat, yang didukung dengan
outcome antara meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan dan
menurunnya Obat dan Makanan yang Tidak Memenuhi Syarat serta (2)
meningkatnya daya saing  pelayanan publik Badan POM yang juga merupakan
upaya permberdayaan Badan POM kepada pelaku usaha. Dengan dua outcome
tersebut, pengawasan obat dan makanan merupakan satu area dan upaya
strategis karena selain berdampak pada perlindungan konsumen, juga merupakan
unsur penting dalam meningkatkan daya saing mutu produk di pasar lokal
maupun global.
Untuk mencapai dua outcome ini, tentu saja bukan sesuatu yang mudah
dilakukan. Hal ini terutama karena terjadi ketimpangan informasi (assymetry
information) yang dihadapi oleh masyarakat ketika berhadapan dengan pelaku
usaha di bidang obat dan makanan. Pengetahuan dan penguasaan sumber daya
yang tidak seimbang mengakibatkan masyarakat sebagai konsumen hampir selalu
menjadi pihak yang dilemahkan ketika terjadi transaksi. Hal ini diperparah
dengan
taraf
hidup
masyarakat.
Sampai
saat
ini,
masyarakat
masih
membelanjakan sebagian besar penghasilannya hanya untuk mencukupi pangan,
dan lalu obat-obatan. Dengan taraf hidup demikian, tidak mengherankan jika
preferensi masyarakat masih pada harga, belum pada keamanan, kualitas/mutu
obat dan makanan yang dikonsumsinya. Disinilah peran Badan POM menjadi
sangat strategis dalam melindungi masyarakat, dan tidak menjadikan masyarakat
makin miskin dengan memilih produk yang tidak memenuhi syarat keamanan,
mutu dan khasiat/kemanfaatan.
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 1
Selain peran perlindungan masyarakat tersebut, sejalan dengan prioritas dan arah
kebijakan nasional untuk meningkatkan investasi dan ekspor non migas, maupun
Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), upaya
pengawasan obat dan makanan, yang pada hakekatnya difokuskan untuk
menjamin produk agar aman, bermutu, dan bermanfaat, juga merupakan upaya
yang strategis untuk memberdayakan pelaku usaha dengan meningkatkan daya
saing produk yang dihasilkannya.
Di era perdagangan bebas, dimana semua produk suatu negara terutama produk
negara maju dapat menginfiltrasi pasar negara lain tanpa hambatan tarif, maka
diperlukan pola penapisan produk negara lain yang lebih efektif yaitu menjadi
hambatan non tarif. Melalui upaya penapisan ini, selain tiap negara akan menapis
produk apa yang boleh beredar, juga konsumen semakin kritis dalam memilih
produk yang akan dikonsumsi. Dengan demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa
pengawasan obat dan makanan mempunyai arti penting dalam arus tengah
pertumbuhan ekonomi daerah maupun nasional.
Suatu kenyataan yang berkembang, utamanya setelah runtuhnya gedung kembar
(Twin tower) di New York pada tahun 2001, isu terorisme merebak menjadi satu
isu internasional yang sangat ditakuti dunia. Bentuk terorisme dikhawatirkan
akan berkembang, tidak hanya dalam ujud kekerasan fisik, namun juga dalam
bentuk meracuni berbagai produk makanan dengan mikro organisme berbahaya.
Oleh karena itu, bio terrorism menjadi satu bentuk terorisme yang kini diawasi
secara ketat di dunia, melalui mekanisme pengawasan obat dan makanan. Terkait
dengan isu ini, upaya pengawasan obat dan makanan mendapatkan peran
strategis baru untuk menjamin produk-produk makanan Indonesia, selain bisa
diterima di berbagai negara yang secara ketat mencegah masuknya teror ini ke
dalam negerinya, juga dalam upaya pertahanan dan keamanan dalam negeri.
Menyadari peran pengawasan obat dan makanan yang strategis sebagai unsur
penting dalam arus tengah dari agenda prioritas pembangunan, maupun salah
satu unsur pertahanan keamanan negara terhadap bentuk terorisme baru, maka
sewajarnyalah bila efektifitas kerja Pemerintah di bidang penyelenggaraan
program ini, harus dipastikan berdaya-ungkit besar dan cost effective. Untuk itu,
Indonesia perlu memiliki suatu Badan Pengawas Obat dan Makanan yang
inovatif, kredibel dan diakui secara internasional, yang dengannya, Badan POM
mampu
melindungi
masyarakat
sekaligus
meningkatkan
daya
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
saing,
halaman 2
menumbuhkan perekonomian serta berperan dalam pertahanan dan keamanan
negara. Dengan demikian, dan mau tidak mau, Badan POM harus terus
berevolusi untuk dapat secara adekuat merespon perkembangan ancaman
maupun peluang dunia.
Disadari bahwa tugas-tugas yang dihadapi oleh Badan POM akan semakin luas
dan kompleks. Ekspektasi publik kepada Badan POM akan terus meningkat
dalam rangka mendapatkan perlindungan yang efektif, sementara secara
organisasi (kelembagaan, sistem, struktur, perilaku/budaya kerja), Badan POM
masih sangat terbatas dibandingkan dengan ruang lingkup maupun cakupan
tugas yang terus berkembang. Keterbatasan organisasi ini telah mendorong Badan
POM untuk terus meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam penyelenggaraan
seluruh program yang ada, termasuk yang terpenting, mengubah mind set
sumberdaya manusia dari yang kental birokratis menjadi lebih profesional.
Peningkatan efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan program tersebut sejalan
dengan arus utama reformasi birokrasi yang mengemuka.
Namun perlu di akui, bahwa perubahan lingkungan strategis berjalan dengan
kecepatan bagaikan deret ukur, sementara upaya efisiensi di berbagai bidang
kerja dan tambahan sumberdaya yang ada, hanya menghasilkan perkembangan
kapasitas yang berjalan seperti suatu deret hitung. Untuk itu, diperlukan suatu
reformasi sistem kerja, yang dapat mengangkat level kapasitas kerja Badan POM
sehingga layak untuk mengejar ketertinggalannya terhadap tuntutan yang
berkembang.
Sehubungan dengan ini, selain diperlukan suatu tingkat kelayakan dalam hal
sumberdaya, juga terus dilakukan perubahan dalam hal pola pikir (mind set)
sumberdaya manusia maupun tatalaksana kerja di Badan POM. Sampai saat ini,
secara struktur, semua fungsi pengawasan dapat dilakukan oleh Badan POM,
meskipun dalam hal tertentu mengalami kendala. Perubahan struktur organisasi
belum menjadi sesuatu yang krusial. Namun untuk meningkatkan kapasitas
kelembagaan Badan POM perlu dilakukan revitalisasi peran dan fungsinya.
Diharapkan dengan revitalisasi peran dan fungsi, akan dihasilkan pencapaian
kinerja pengawasan obat dan makanan yang lebih selaras dengan tuntutan peran
maupun tantangan sebagaimana disebutkan di atas.
Perbaikan juga dilaksanakan pada tatalaksana, dimana pada awal tahun 2012
direncanakan akan dilakukan sertifikasi ISO 9001 : 2008 untuk QMS Badan POM.
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 3
Dengan demikian, Badan POM merupakan satu sistem yang tidak terpecah dan
integral, bahkan sampai dengan pengawasan di tingkat daerah. Upaya dalam
kaitan ini sampai saat ini masih terus dilakukan antara lain dengan melakukan
konsolidasi serta sinkronisasi SOP dan IK.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi pengawasan obat dan makanan, peran
peraturan perundang-undangan/regulasi sangatlah penting. Sampai saat ini,
sebagian besar peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar hukum
pelaksanaan tugas masih berupa peraturan perundang-undangan di lingkungan
Kementerian Kesehatan, maka untuk menghindari terjadinya tumpang tindih dan
disharmoni, perlu dilakukan penataan peraturan perundang-undangan yang
dibuat oleh Badan POM dengan peraturan perundang-undangan di lingkungan
Kementerian Kesehatan dan Kementerian lainnya, selain dilakukan penataan dari
sisi substansi berupa inventarisasi atau pemetaan peraturan perundang-undangan
yang tumpang tindih dan atau disharmoni, juga akan dilakukan penataan
prosedur penyusunan dan pembentukannya serta pendokumentasiannya.
SDM merupakan salah satu aset terkuat Badan POM, oleh karenanya, penataan
SDM aparatur menjadi suatu yang krusial dilaksanakan. Penataan dilakukan
tidak hanya sebatas penghitungan jumlah, tetapi juga peningkatan kualitas, pola
pikir, budaya kerja serta seluruh sistem terkait aparatur.
Dalam arus utama pemberantasan korupsi, Badan POM bertekad untuk
mendukung seluruh kebijakan tersebut, salah satunya dengan meningkatkan
transparansi dan akuntabilitas serta perkuatan sistem pengawasan internal. Hal
yang sudah dilakukan antara lain adalah mengidentifikasi serta melakukan upaya
perkuatan pengawasan pada titik-titik rawan korupsi serta pelaksanaan
e_procurement.
Sebagai salah satu pilar utama yaitu penyelenggaraan pelayanan publik, Badan
POM berupaya agar terjadi perbaikan terus menerus pada pelayanan publik yang
dilakukan. Upaya yang telah dilakukan bahkan jauh sebelum arus utama
reformasi birokrasi mengemuka adalah melaksanakan sistem pelayanan satu atap,
upaya perbaikan yang akan dilakukan adalah single sign on serta upaya pelayanan
registrasi online dan percepatan pelayanan.
Semua hal tersebut didukung dengan perubahan pola pikir, perilaku serta
internalisasi budaya kerja Badan POM. Upaya yang telah dilakukan untuk
perubahan pola pikir dan perilaku adalah melakukan assessment organisasi
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 4
untuk berubah, namun sebelumnya, bahkan Badan POM telah menggulirkan
learning organization serta telah pula mengidentifikasi aspek peningkatan
kapasitas organisasi.
B. PENDAHULUAN
Dewasa ini dan di masa depan Pengawasan Obat dan Makanan sebagai bagian
integral pembangunan kesehatan di Indonesia akan menghadapi lingkungan
strategis yang sangat dinamis. Globalisasi ekonomi dan kemajuan Iptek serta
kesepakatan-kesepakatan global (WTO) maupun regional (harmonisasi ASEAN,
AFTA dan ACFTA) mempunyai konsekuensi dan implikasi yang signifikan pada
Sistem Pengawasan Obat dan Makanan (SisPOM). Produk obat, sediaan farmasi
lainnya, makanan dan suplemen makanan akan lebih mudah masuk dan keluar
dari satu negara ke negara lainnya tanpa hambatan (barrier) yang berarti. Realitas
ini mengharuskan Indonesia memiliki SisPOM yang efektif dan efisien, untuk
melindungi kesehatan dan keselamatan seluruh rakyat Indonesia terhadap
produk-produk yang berisiko terhadap kesehatan. Pada saat yang sama, SisPOM
harus memiliki basis yang kuat agar mampu menjadi penapis terhadap mutu
obat, obat tradisional, kosmetik, suplemen makanan dan makanan produksi
Indonesia yang diekspor ke berbagai negara.
Dengan jumlah penduduk yang terbesar di ASEAN dan wilayah kepulauan yang
terluas, Indonesia sudah sepatutnya memiliki SisPOM yang terbaik di ASEAN,
baik mencakup human capital, sistem operasional maupun infra strukturnya.
Badan POM ke depan dibangun sebagai institusi yang memiliki basis ilmu
pengetahuan (knowledge-based) yang kuat dengan jaringan nasional maupun
internasional yang
luas dan kohesif. Bersamaan dengan itu Badan POM
melakukan pembedayaan publik (public empowerment) agar masyakarat memiliki
kesadaran dan kemampuan untuk mencegah dan melindungi diri sendiri
terhadap risiko dari produk obat, sediaan farmasi lainnya, makanan dan
suplemen makanan yang tidak memenuhi standar yang berlaku.
Dalam SisPOM, peran aktif masyarakat/publik sangat strategis sebagai mata dan
telinga Badan POM yang dapat memberikan umpan balik (feedback) untuk
dilakukan perbaikan secara terus menerus (continuous improvement). Dewasa ini
ruang yang diciptakan oleh Badan POM untuk partisipasi publik relatif masih
sangat terbatas. Badan POM belum memiliki skema komunikasi publik yang
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 5
efektif yang memberi ruang bagi interaksi positif antara Badan POM dan publik.
Demikian pula kerja sama lintas sektor dalam implementasi SISPOM masih belum
optimal. Kerjasama dengan instansi penegak hukum juga masih bersifat marjinal,
belum menjadi arus utama (main stream) dengan tindakan hukum yang
mempunyai efek jera terhadap pelanggaran.
Badan POM yang dimandatkan untuk melakukan pengawasan Obat dan
Makanan, semata-mata demi kepentingan negara dan masyarakat Indonesia, dan
sejalan dengan arus utama reformasi birokrasi. Dalam konteks ini dilakukan
penguatan kompetensi dan kapabilitas Badan POM sehingga institusi ini
kompeten dalam melindungi masyarakat, sekaligus menjadi institusi berkelas
dunia (world class).
Penguatan kapasitas dan kapabilitas yang akan dilakukan mencakup organisasi,
tata laksana, peraturan perundang-undangan, human capital, pengawasan dan
akuntabilitas publik serta terutama peningkatan kualitas pelayanan publik, yang
kesemuanya dilingkupi dengan peningkatan pola pikir, perilaku dan budaya
kerja.
Di bidang organisasi dan tata laksana. Pada saat ini struktur Badan POM disusun
berdasarkan produk yang diawasi, yaitu Obat, Makanan (dan bahan berbahaya)
dan Obat Tradisional, Kosmetika dan Produk Komplemen. Masing masing
kedeputian mengelola setiap komoditi tersebut dari hulu sampai hilir. Misalnya
kedeputian 1, mengelola obat (produk terapetik) mulai dari penyusunan standar
sampai dengan pengawasan di lapangan. Begitu juga dengan deputi 2 dan 3.
Dalam perjalanan waktu, pembagian struktur organisasi seperti ini dirasakan
kurang efektif dan berpotensi pada penyalahgunaan wewenang, sebagai contoh,
apabila dijumpai masalah atau kendala dalam bidang standar, misalnya standar
apa yang akan dikirim sebagai wakil Badan POM? Artinya, struktur organisasi
yang ada sekarang belum mengikuti fungsi-fungsi Pengawasan Obat dan
Makanan, yaitu Standardisasi, Penilaian, Sertifikasi, Pemeriksaan, Pengujian dan
Penyidikan.
Badan POM mempunyai 31 Balai POM yang tersebar di hampir seluruh provinsi.
Balai POM adalah Unit Pelaksana Teknis yang menjalankan kebijakan yang telah
dirumuskan di pusat. Dalam menjalankan kebijakan ini, balai belum sepenuhnya
percaya diri, terlihat dari seringnya konsultasi atau merujuk untuk sesuatu hal
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 6
yang sudah menjadi tupoksi balai sendiri. Beberapa sebab yang diyakini sebagai
pemicu ketidakmandirian balai antara lain, kurangnya kepercayaan yang
diberikan dan atau kurangnya pembinaan sehingga kapasitas dan kompetensi
balai belum sesuai dengan harapan. Di sisi yang lain, Balai Besar/Balai POM
diharapkan dapat menjadi penjuru pada pengawasan Obat dan Makanan di
wilayah kerjanya dan dapat melakukan advokasi dan atau pembinaan kepada
Kabupaten/Kota.
Luasnya wilayah Indonesia berimplikasi pada luasnya cakupan pengawasan Obat
dan Makananan yang harus dilaksanakan. Balai Besar/Balai POM yang berada di
provinsi kerapkali tidak mampu mencapai daerah-daerah pelosok tanah air. Sejak
tahun 2003 telah di mulai pendirian Pos Pengawas Obat dan Makanan yang
merupakan perpanjangan tangan Balai.
Beberapa tahun belakangan ini kebutuhan akan Satuan Kerja di Kabupaten
semakin meningkat, ditandai dengan banyaknya pengajuan pendirian Pos POM
oleh pemerintah daerah. Untuk itu telah dibangun Pos POM baru di beberapa
daerah terpencil, daerah pemekaran, serta wilayah perbatasan dengan negara lain.
Pada saat ini telah beroperasi 8 Pos POM, dan 3 Pos POM sedang dibangun.
Masih banyak wilayah yang jauh dari ibu kota provinsi yang belum tersentuh
upaya pengawasan.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pada tahun 2009-2010 telah dilakukan
penyusunan draft dokumen postur birokrasi 2025. Dalam perkembangannya,
dirasakan banyak kendala dalam restrukturisasi, sehingga, sampai saat ini,
pengembangan
kapasitas
organisasi
lebih
banyak
dilakukan
melalui
revitalisasi peran dan fungsi. Ke depan, upaya revitalisasi ini akan disertai
dengan sistem reward dan punishment. Untuk mengefektifkan revitalisasi serta
meningkatkan kinerja keseluruhan organisasi, dilakukan perkuatan tatalaksana.
Di tahun 2009, telah dilakukan penyusunan SOP, yang merupakan salah satu
dokumen yang diserahkan untuk usulan reformasi birokrasi Badan POM pada
akhir
2009.
Sejalan
dengan
upaya
perbaikan/peningkatan
berkelanjutan
(continuous improvement), Badan POM berencana untuk melakukan sertifikasi QMS
- ISO 9001 : 2008 pada tahun 2012. Sesuai rencana sertifikasi tersebut, dilakukan
penyusunan dokumen level I (manual mutu QMS Badan POM), demikian juga
dilakukan perbaikan atau penyusunan baru dokumen level II, III, dan IV. SOP
yang merupakan dokumen level II dikonsolidasi dan direvisi dengan menentukan
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 7
definisi operasional baru, sehingga SOP yang disusun di tahun 2011, merupakan
SOP yang mengikat hubungan kerja antar unit kerja mandiri (setingkat eselon II
pusat dan Balai Besar atau Balai POM), sedangkan tata hubungan kerja di dalam
unit eselon II dan Balai Besar/Balai POM dibentuk dalam suatu Insruksi Kerja
(IK).
Dalam kaitan perkuatan tatalaksana di bidang laboratorium, telah disusun tata
hubungan kerja antara pengujian dengan sampling di tahun 2007. Saat ini, sedang
dilakukan revisi terhadap tata hubungan kerja tersebut, sekaligus digunakan
untuk menjawab revitalisasi peran laboratorium yang dikembangkan menjadi
beberapa tipe (laboratorium top referral, laboratorium rujukan, laboratorium
unggulan dan laboratorium rutin). Hal ini melengkapi upaya perkuatan
laboratorium yang sudah mendapatkan mendapatkan akreditasi ISO 17025 di
seluruh Indonesia, serta mendapatkan nilai 96 dari 100 berdasarkan assessment
yang dilakukan oleh WHO.
Di bidang peraturan perundang-undangan. Seperti diketahui bahwa dalam Sistem
Pengawasan Obat dan Makanan (SisPOM), pilar pengawasan terdiri dari tiga
lapis yaitu dunia usaha (industri dan distributor, pemerintah dan masyarakat).
Di sisi pilar pemerintah, kondisi faktual peraturan perundang-undangan yang
menjadi dasar hukum Badan POM dalam melaksanakan tugas, fungsi dan
kewenangannya, tersebar di beberapa peraturan perundang-undangan di luar
Peraturan Kepala Badan POM. Adanya peraturan perundang-undangan ini
berdampak kepada harus dilakukannya revisi atas beberapa peraturan Kepala
Badan POM agar tidak tumpang tindih dan atau disharmoni. Bagaimanapun
secara hierarchy peraturan perundang-undangan, peraturan Kepala Badan POM
harus merujuk atau menjelaskan peraturan yang lebih tinggi, yang berupa
Undang-undang sampai dengan Peraturan Menteri.
Namun demikian, disadari bahwa masih banyak keterbatasan pada peraturan
perundang-undangan yang sudah ada, misalnya integrasi dan sinkronisasi antar
peraturan yang masih “tenggang”, serta belum dituangkannya kewajiban dan
hubungan kerja antar masing-masing komponen pengawasan, yang berpotensi
pada terjadinya friksi atau perbedaan kepentingan antar komponen pengawasan,
bahkan friksi dalam satu komponen. Diperlukan suatu UU pengawasan Obat
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 8
dan Makanan yang mengatur lebih komprehensif dan holistik sehingga setiap
potensi friksi tersebut dapat diminimalkan.
Sembari menunggu UU pengawasan Obat dan Makanan, saat ini sudah dilakukan
sinkronisasi untuk menghindari disharmoni peraturan perundang-undangan
yang
ada.
Pembahasan-pembahasan
dilakukan
tidak
hanya
untuk
mengharmonisasi peraturan perundang-undangan yang ada tetapi juga untuk
menyusun SOP yang sesuai dengan UU nomor 10 tahun 2004.
Di bidang SDM aparatur. Semua fungsi dan tugas yang dilakukan oleh Badan
POM harus didukung perkuatan infrastruktur terutama yang berkaitan dengan
pengembangan modal insani. Hal ini mutlak dilakukan, karena menurut
perhitungan ekonomi, modal insani adalah asset paling menguntungkan
(mempunyai rate of return tertinggi). Selain itu, pengembangan modal insani
Badan POM pada akhirnya bermuara pada peningkatan kualitas pelayanan
publik yang dilakukan oleh Badan POM. Menghadapi tantangan ke depan yang
makin complicated dan unpredictable maka tidak ada pilihan lain kecuali harus
melakukan penguatan modal insani, asset wujud dan asset financial sebagai suatu
kesatuan yang terintegrasi dan terkait dengan tujuan organisasi.
Kondisi saat ini, disamping perlunya peningkatan professionalisme, loyalitas,
kedisiplinan dan kredibilitas, komposisi SDM yang ada sekarang, masih belum
proporsional. Disparitas SDM terjadi baik pada sisi kualitas maupun kuantitas.
Pada sisi kualitas, SDM pusat relatif mempunyai kompetensi lebih tinggi
dibanding SDM Balai Besar/Balai POM. Sementara di Balai Besar/Balai POM
pun, terjadi disparitas kompetensi – Balai Besar/Balai POM di Jawa dan wilayah
Barat Indonesia mempunyai kompetensi relatif lebih bagus dibanding wilayah
Timur Indonesia. Sedangkan di sisi kuantitas pegawai, terjadinya disparitas
(secara proporsional) diakibatkan Man Power Planning yang sebelumnya tidak
dilakukan dengan benar/komprehensif, sehingga di Balai Besar/Balai POM
tertentu, persentase SDM dibanding jumlah penduduk di suatu wilayah Balai
Besar/Balai POM relatif besar proporsinya dibanding Balai Besar/Balai POM
yang lain. Di sisi yang lain, saat ini sudah terjadi piramida tua kuantitas pegawai,
dengan demikian suksesi SDM harus segera dipercepat, disamping beban kerja
yang harus dikelola dengan sangat baik supaya tidak terjadi chaos pengawasan
Obat dan Makanan. Secara umum, kebijakan nasional moratorium pegawai,
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 9
sangat membahayakan bagi kesinambungan pengawasan Obat dan Makanan, jika
moratorium akan lama diterapkan. Pada masanya, akan terjadi kekosongan
pegawai dan atau jabatan yang harus disikapi dengan hati-hati.
Pentahapan pengembangan SDM aparatur/human capital Badan POM :
2011
2012
2013
2014
 Identifikasi Potensi  Grand
Design  Implementasi
 Evaluasi
dan
Kinerja
Pengembangan
HCM (1.3)
Perbaikan
Pegawai (1.0)
HCM (1.2)
dan
 Implementasi
Informasi
Sistem Informasi
 Grand
Design  Pengembangan
(1.4 & 2.4)
Pengembangan
Sistem Informasi
HCM (2.3)
HCM (1.1)
HCM Tahap III
(2.2)
 Pengembangan
Sistem Informasi
HCM Tahap II (2.1)
dan
HCM
Sistem
HCM
Di bidang pengawasan dan akuntabilitas. Terciptanya good governance dan clean
government mendapatkan tempat yang sangat strategis dan berimplikasi pada
seluruh unit dan warga organisasi. Dalam rangka turut serta menciptakan good
governance dan clean government di lingkungan Badan POM tersebut, pada seluruh
proses mulai dari perencanaan hingga monitoring dan evaluasi, dilakukan dengan
mengedepankan prinsip-prinsip transparansi dan akuntabilitas.
Langkah ini dimulai dengan menyempurnakan visi dan misi Badan POM serta
menetapkan pilar-pilar grand strategy yang merupakan hasil pemikiran dan curah
pendapat seluruh warga organisasi. Kerangka rencana strategis ini ditetapkan
untuk memberikan arah tujuan organisasi yang lebih tepat dalam mencapai visi
dan misinya, yang mengedepankan upaya perlindungan masyarakat terhadap
risiko produk-produk yang membahayakan kesehatan masyarakat.
Kerangka
rencana
strategis
tahun
2010-2014
ini
disusun
dengan
memperhitungkan dan mempertimbangkan hasil-hasil yang telah dicapai pada
periode sebelumnya, serta fungsi Badan POM yang disusun berdasarkan balanced
score card dalam peta strategi. Penetapan target yang rasional hanya dapat
dilakukan setelah melakukan evaluasi hasil-hasil yang telah dicapai dan
memproyeksikan perubahan lingkungan strategis, baik eksternal maupun
internal, sebagai dasar asumsi perencanaan periode selanjutnya.
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 10
Perencanaan yang terintegrasi dan terkoordinir akan memudahkan proses
pelaksanaan kegiatan, pengendalian dan evaluasinya sebagai suatu mata rantai
yang saling terkait. Oleh karenanya, juga disusun Petunjuk Pelaksanaan
Anggaran dan Kegiatan dalam kerangka integrated planning and budgeting, yang
memuat aturan-aturan pelaksanaan dan pengendalian kegiatan. Pengendalian
kegiatan diperlukan untuk menjamin bahwa target yang ditetapkan akan dapat
dicapai dan masalah yang ditemui dapat diidentifikasi dan diselesaikan sedini
mungkin. Selain itu, pengendalian terutama di tahap perencanaan bermanfaat
untuk meningkatkan efisiensi dan menjamin bahawa dana yang dialokasikan
memberikan kontribusi signifikan pada pencapaian kinerja organisasi. Lebih
lanjut, pengendalian dapat digunakan sebagai feedback untuk perencanaan
berikutnya.
Seluruh proses pencegahan terjadinya korupsi pun dilakukan sejak awal, dengan
berpedoman kepada Inpres Nomor 5 Tahun 2004 dengan menyelenggarakan SPIP
secara
konsisten
dan
mengoptimalkan
peran
APIP
dalam
pengawasan
pengelolaan keuangan negara.
Melalui upaya-upaya tersebut yang terus ditingkatkan, Badan POM telah
memperoleh beberapa pencapaian yang menggembirakan, misalnya telah
dicapainya opini WTP pada tahun 2011, atas kinerja 2010, indeks kepuasan
masyarakat yang relatif tinggi, indeks persepsi korupsi yang berada di 5 besar,
serta LAKIP dengan nilai CC, naik dari tahun sebelumnya yang berada di tingkat
dengan nilai C.
Di bidang peningkatan mutu pelayanan publik, telah banyak yang diterapkan
oleh Badan POM sejak reformasi birokrasi dijadikan arus utama tata kelola
keperintahan,
bahkan
pencapaian-pencapaian
didapatkan
sebelumnya.
Berdasarkan usulan Quick Wins pada dokumen usulan reformasi birokrasi Badan
POM tahun 2009, telah dilakukan dan di-establish-kan layanan registrasi Obat dan
Makanan CEPPATT (cekatan, efisien, profesional, pasti waktu dan biaya, akurat,
transparan dan tanggap). Sampai tahun 2014, seluruh pendaftaran direncanakan
sudah dapat dilakukan secara online. Pentahapan pendaftaran online sebagai
berikut :
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 11
2011
2012
2013
2014
Continuous
improvement pada
sistem e-notifikasi
Kosmetik
Continuous
improvement pada
sistem e-notifikasi
Kosmetik dan Pangan
Low Risk
Continuous
improvement pada
sistem e-registration
Obat dan Pangan
High Risk
Integrasi Sistem eNotifikasi Kosmetik &
e-registration Pangan
low risk dengan ebpom
Iintegrasi e-registation Integrasi eObat (data
registation OT, SM
administrasi) dan
dengan e-bpom
Pangan high risk
dengan e-bpom
Continuous
improvement pada
sistem e-registration
Obat Tradisional
(OT) dan Suplemen
Makanan (SM)
Integrasi e-registation
Obat (data lengkap)
dengan e-bpom
Selain CEPPATT, tahun 2008 juga dilaksanakan PRIMA, yaitu pelayanan online
untuk penerbitan sertifikat impor atau ekspor. Untuk memudahkan pelanggan,
pada tahun 2008, sudah dilakukan pelayanan satu atap (one roof service), ke depan
akan dilakukan perbaikan mutu dengan single sign on (SSO).
Pada tahun 2010, dikeluarkan PP Nomor 48 tahun 2010 tentang Jenis dan Tarif
atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Badan Pengawas
Obat dan Makanan, yang merupakan salah satu aspek standar pelayanan, yang
menyebabkan indeks kepuasan pelanggan Badan POM di sisi biaya pelayanan di
tahun 2010 menjadi turun. Namun ke depan, diharapkan setelah dilakukan
sosialisasi, indeks kepuasan pelanggan akan naik kembali. Upaya lain yang
dilakukan ke depan adalah perbaikan mutu pelayanan dari empat belas aspek
pelayanan serta penyusunan standar pelayanan yang belum ada. Disadari bahwa
standar pelayanan, meskipun sudah ada, tetapi menyebar dalam sejumlah
peraturan perundang-undangan yang ada, misalnya tentang biaya pelayanan.
Saat ini untuk mengintegrasikan standar pelayanan yang dimaksud, sedang
disusun SK Kepala Badan POM tentang Standar Pelayanan Publik di Lingkungan
Badan Pengawas Obat dan Makanan dengan mengacu pada UU Nomor 25 Tahun
2009 tentang Standar Pelayanan Publik. Standar Pelayanan Publik yang telah
ditetapkan selanjutnya akan disosialisasikan secara intensif kepada seluruh
stakeholder.
Di bidang peningkatan pola pikir, perilaku dan budaya kerja. Perubahan yang
dilakukan di Badan POM adalah perubahan yang direncanakan, artinya
perubahan
yang
memang
direncanakan
sebaik-baiknya
dalam
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
rangka
halaman 12
peningkatan kinerja. Dengan demikian, kondisi saat ini dipandang sudah kurang
sesuai dengan berbagai tantangan yang dihadapi Badan POM.
Hal lain terkait dengan perubahan pola pikir adalah luasnya cakupan
pengawasan Obat dan Makanan serta adanya otonomi daerah. Pengawasan Obat
dan Makanan merupakan kewajiban bagi Pemerintah, baik pemerintah pusat
maupun
daerah
selain
masyarakat
dan
dunia
usaha.
Advokasi
ke
Kabupaten/Kota termasuk pemberdayaannya dalam pengawasan Obat dan
Makanan adalah suatu yang harus dilakukan. Oleh karenanya, perlu perubahan
pola pikir ke arah pengawasan sepenuhnya tanggung jawab bersama dari
pemerintah pusat, daerah, dunia usaha dan masyarakat.
Perubahan pola pikir tersebut didukung dengan SDM Badan POM yang
professional, loyal, disiplin, kredibel dan inovatif. Tugas pengawasan terutama
tugas lapangan, memerlukan SDM dengan kemampuan teknis dan kemampuan
lainnya seperti manajemen dan hukum. Disamping itu, beban kerja yang cukup
tinggi, nilai transaksi yang besar, potensi insentif gelap yang tinggi, memerlukan
pula kedisiplinan dan ketangguhan serta kredibitas yang teruji. Pada saat ini SDM
Badan POM didominasi oleh sejumlah pegawai dengan kompetensi teknis yang
baik, namun masih kurang dalam hal manajemen dan disiplin ilmu lain yang
diperlukan
di
lapangan.
mengkomunikasikan
suatu
Kemampuan
kebijakan
untuk
yang
melakukan
berdampak
persuasi
pada
dan
stakeholder
merupakan suatu yang tidak mungkin ditunda lagi. Demikian juga kemampuan
leadership yang sangat dibutuhkan karena peran Badan POM sebagai leader
sekaligus regulator di bidang pengawasan Obat dan Makanan.
Mengingat semua hal ini, proses perubahan tidak hanya dilakukan pada tingkat
organisasi, tetapi juga dilakukan pada stakeholder, serta pada seluruh individu
pegawai Badan POM.
Badan POM telah memulai menerapkan learning organization pada tahun 2004. Ke
depan, budaya belajar ini akan terus dikembangkan sebagai salah satu sarana
untuk memperbaiki pola pikir dan perilaku. Diharapkan seluruh upaya
diselesaikan sampai dengan tahun 2014, dengan pentahapan sebagai berikut
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 13
ROADMAP REFORMASI BIROKRASI BADAN POM RI
NO.
PROGRAM
TUJUAN
SASARAN
INDIKATOR
KEGIATAN
2011
ORGANISA
SI
Organisasi
yang tepat
fungsi dan
tepat ukuran
(right sizing)
Menurunnya
tumpang
tindih tugas
pokok dan
fungsi internal
Badan POM
Struktur
organisasi
dengan
pembagian
tugas yang jelas
Menyusun SOP
evaluasi organisasi
Melaksanakan
evaluasi
kelembagaan
Menyusun desain
revitalisasi peran
dan fungsi Pusat
dan Balai
Besar/Balai POM
dan Legalisasinya
Menyusun
pedoman
pembinaan Balai
Besar/Balai POM
Menyusun tools
assessment kinerja
Balai Besar/Balai
POM
Melaksanakan self
assessment kinerja
Balai Besar/Balai
POM
Evaluasi hasil self
assessment
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
2012
2013
Intervensi hasil
evaluasi
(pemenuhan
kompetensi dsb)
Melaksanakan
penegakan reward
dan punishment
Intervensi hasil
evaluasi (pemenuhan
kompetensi dsb)
Evaluasi
pelaksanaan
revitalisasi
Evaluasi pelaksanaan
revitalisasi
halaman 14
Melaksanakan
penegakan reward
dan punishment
2014
Intervensi hasil
evaluasi
(pemenuhan
kompetensi dsb)
Melaksanakan
penegakan
reward dan
punishment
Evaluasi
pelaksanaan
revitalisasi
Organisasi
dengan ukuran
yang tepat (right
size)
Melakukan
evaluasi RKT
Melakukan
pemetaan tugas
dan fungsi unit
kerja di lingkungan
Badan POM yang
tepat fungsi dan
tepat ukuran
berdasarkan
business process,
pemetaan pola
hubungan
(relationship map),
dan hubungan
antar fungsi (cross
functional map)
Melakukan
review/kajian/anal
isis organisasi
berdasarkan hasil
pemetaan dan
peraturan
perundangundangan yang
berlaku
Menyusun
roadmap
pengajuan
restrukturisasi
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
Studi Kelayakan
Penyusunan Naskah
Akademis
Restrukturisasi
Organisasi Badan
POM
halaman 15
a Mengajukan Naskah
Akademis
Restrukturisasi
Organisasi Badan
POM kepada
KemenPAN dan RB
a Evaluasi
oranisasi
berdasarkan
struktur baru
Meningkatnya
kapasitas
Badan POM
dalam
melaksanakan
tugas pokok
dan fungsi
Terbentuknya
unit kerja yang
menangani
kepegawaian,
kehumasan dan
diklat
Meningkatnya
koordinasi antar
unit
Menyusun
pedoman penilaian
kapasitas
organisasi
Menyusun
pedoman
perencanaan
tahunan
Melakukan review
tata hubungan
kerja
Melakukan
integrasi top down
dan bottom up
planning
Melaksanakan
assessment kapasitas
organisasi --> unit
kerja kepegawaian
dan kehumasan
Menyusun konsep
revitalisasi fungsi
tertentu sesuai
dengan peraturan
perundangundangan yang
berlaku
Menyusun pedoman
perencanaan
tahunan
Menyusun pedoman
perencanaan tahunan
Melakukan review
tata hubungan kerja
Melakukan review
tata hubungan kerja
Melakukan integrasi
top down dan
bottom up planning
Melakukan integrasi
top down dan bottom
up planning
Menyusun
petunjuk
pelaksanaan
kegiatan dan
anggaran
Menyusun
pedoman sampling
Menyusun petunjuk
pelaksanaan
kegiatan dan
anggaran
Menyusun petunjuk
pelaksanaan kegiatan
dan anggaran
Menyusun pedoman
sampling
Menyusun pedoman
sampling
Melaksanakan
evaluasi
Melaksanakan
evaluasi
Melaksanakan
evaluasi
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 16
Menyusun
pedoman
perencanaan
tahunan
Melakukan
review tata
hubungan kerja
Melakukan
integrasi top
down dan
bottom up
planning
Menyusun
petunjuk
pelaksanaan
kegiatan dan
anggaran
Menyusun
pedoman
sampling
Melaksanakan
evaluasi
TATALAKS
ANA
Sistem,
proses dan
prosedur
kerja yang
jelas, efektif,
efisien,
terukur dan
sesuai
dengan
prinsipprinsip good
governance
Meningkatnya
penggunaan
TI dalam
proses
penyelenggara
an manajemen
pemerintahan
Terbangunnya
proses
manajemen
pemerintahan
menggunakan
TI
Melakukan
penyusunan
rencana IT
Governance
Melakukan
pengkajian IT
Governance
Implementasi IT
Governance System
Monev IT
Governance
System
Meakukan
pengembangan IT –
PMO
Prototype SIPT
- Pemetaan HW/SW
- Uji coba IT - PMO
Implementasi IT PMO
Monev IT - PMO
Uji coba SIPT
Implementasi SIPT
Integrasi Sistem eNotifikasi
Kosmetik & eregistration Pangan
low risk dengan ebpom
Continuous
improvement pada
sistem e-notifikasi
Kosmetik
Integrasi eregistation Obat
(data administrasi)
dan Pangan high risk
dengan e-bpom
Integrasi e-registation
OT, SM dengan ebpom
Integrasi eregistation Obat
(data lengkap)
dengan e-bpom
Continuous
improvement
pada sistem eregistration OT
dan SM
Continuous
improvement pada
sistem e-notifikasi
Kosmetik dan
Pangan Low Risk
Evaluasi sistem
pelaporan ESO
elektronik
Continuous
improvement pada
sistem e-registration
Obat dan Pangan
High Risk
Uji coba dan
sosialisasi sistem
pelaporan ESO
elektronik
Melakukan
pengembangan
laboratory
information
management system
(LIMS)
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
Melakukan
pengembangan
sistem data
management laporan
ESO elektronik
halaman 17
Meningkatnya
efisiensi dan
efektifitas
proses
manajemen
pemerintahan
Terlaksananya
tugas dan fungsi
K/L sesuai
prosedur kerja
Menyusun manual
mutu QMS Badan
POM
Sertifikasi ISO
9001:2008
Kaji ulang sistem
mutu dan audit
internal sistem mutu
Kaji ulang
sistem mutu dan
audit internal
sistem mutu
Mengintegrasikan
bussiness process
map, relationship
map dan cross
functional map
dengan sistem
mutu Badan POM
Menyusun dan
mengharmonisasi
SOP
Kaji ulang sistem
mutu dan audit
internal sistem mutu
CAPA
CAPA
CAPA
pemeliharaan sistem
mutu ISO 17025
untuk seluruh
laboratorium
pengujian di Badan
POM
pemeliharaan
sistem mutu ISO
17025 untuk
seluruh
laboratorium
pengujian di
Badan POM
Menyusun IK dan
format-format
pemeliharaan sistem
mutu ISO 17025
untuk seluruh
laboratorium
pengujian di Badan
POM
Mengkaji
keterkaitan SOP
dan uraian jabatan
Mengimplementasi
kan QMS Badan
POM
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 18
Meningkatnya
jumlah unit
yang
memperoleh
standarisasi
pelayanan
internasional
Unit telah
berstandar
internasional
pemeliharaan
sistem mutu ISO
17025 untuk
seluruh
laboratorium
pengujian di Badan
POM
Menyusun
dokumen level I, II,
III, IV ISO
9001:2008
Melaksanakan
sinkronisasi ISO
9001:2008 dari unit
kerja yang sudah
mendapatkan
sertifikat ke sistem
Badan POM
Melaksanakan
sinkronisasi ISO
17025 dari
laboratorium
pengujian Badan
POM seluruh
Indonesia dengan
ISO 9001:2008
Badan POM
Audit PIC/s
(Pharmaceutical
Inspection
Cooperation
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
Sertifikasi sistem
mutu (ISO
9001:2008) Badan
POM
(keseluruhan/1
sertifikat induk
Badan POM dan 53
sertifikat unit kerja)
Keanggotaan dalam
PIC/s
pemeliharaan sistem
pemeliharaan
sistem
Keanggotaan dalam
PIC/s
Keanggotaan
dalam PIC/s
Melakukan
pemeliharaan sistem
mutu ISO 9001:2008
Melakukan
pemeliharaan sistem
mutu ISO 9001:2008
Melakukan
pemeliharaan
sistem mutu ISO
9001:2008
Melakukan
pemeliharaan sistem
mutu laboratorium
ISO 17025
Melakukan
pemeliharaan sistem
mutu laboratorium
ISO 17025
Melakukan
pemeliharaan
sistem mutu
laboratorium
halaman 19
Meningkatnya
kinerja Badan
POM
Terbangunnya
Indikator
Kinerja Utama
(IKU) yang
selaras dengan
penetapan
strategi
Scheme)
Menyusun Grand
design dan
roadmap Badan
POM
Review peta strategi
dan IKU
Review peta strategi
dan IKU
Melaksanakan
review renstra
Menyusun arah
kebijakan tahunan
Badan POM
Menyusun arah
kebijakan tahunan
Badan POM
Menyusun peta
strategi dan IKU
Menyusun fokus
prioritas, program
dan kegiatan
Menyusun fokus
prioritas, program
dan kegiatan
ISO 17025
Review peta
strategi dan IKU
Menyusun arah
kebijakan
tahunan Badan
POM
Menyusun fokus
prioritas,
program dan
kegiatan
Menyusun arah
kebijakan tahunan
Badan POM
Menyusun fokus
prioritas, program
dan kegiatan
PER-UU
Regulasi
yang lebih
tertib, tidak
tumpang
tindih dan
kondusif
Menurunnya
tumpang
tindih dan
disharmonisas
i peraturan
perundangundangan
terkait
pengawasan
Obat dan
Makanan
Adanya SOP
tentang
penyusunan
peraturan
Perundangundangan
SOP
Mengakomodir
7 asas
pembentukan
peraturan
perundangundangan (UU
no 10/2004)
a Menyusun SOP
penyusunan
peraturan
perundangundangan (area
perubahan tata
laksana)
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
a
Continuous
improvement
halaman 20
a Continuous
improvement
a Continuous
improvement
Pelaksanaan
legal drafting
mengacu SOP di
atas termasuk
dukungan
routing slip
a Menyusun/revisi
peraturan Per UU
di Bidang
Pengawasan Obat
dan Makanan
berdasarkan hasil
pemetaan dan
kebutuhan sesuai
dengan SOP
a
Menyusun/revisi
peraturan Per UU di
Bidang Pengawasan
Obat dan Makanan
berdasarkan hasil
pemetaan dan
kebutuhan sesuai
dengan SOP
a Menyusun/revisi
peraturan Per UU di
Bidang Pengawasan
Obat dan Makanan
berdasarkan hasil
pemetaan dan
kebutuhan sesuai
dengan SOP
Telah dilakukan
pemetaan atas
peraturan
perundangundangan yang
diidentifikasi
tumpang tindih,
disharmonis,
serta multitafsir,
dan hasil
identifikasi
segera
ditindaklanjuti
a Mengidentifikasi
peraturan
perundangundangan di
Bidang
Pengawasan Obat
dan Makanan
a
Updating Pemetaan
Per UU
a Updating Pemetaan
Per UU
b Melakukan
pemetaan
peraturanperundangundangan yang
tidak harmonis,
tidak sinkron dan
belum ada di
Bidang
Pengawasan Obat
dan Makanan
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 21
b Menyusun/revis
i peraturan Per
UU di Bidang
Pengawasan
Obat dan
Makanan
berdasarkan
hasil pemetaan
dan kebutuhan
sesuai dengan
SOP
a Updating
Pemetaan Per
UU
Meningkatnya
efektifitas
pengelolaan
peraturan
perundangundangan
Arsip dan
indeks
peraturan
bertambah
tertib, lengkap
dan informatif,
dan telah
tersampaikan ke
pegawai dan
stakeholder
a Melakukan
pengarsipan
elektronik
peraturan
perundangundangan secara
bertahap
b Mencantumkan
dalam website
Badan POM :
http://www.pom.
go.id
c Menyusun
kuesioner
pengaduan
peraturan yang
bermasalah
d Menyusun
mekanisme dan
tindak lanjut
pengaduan
a
Melakukan
pengarsipan
elektronik peraturan
perundangundangan secara
bertahap
b Mencantumkan
dalam website Badan
POM :
http://www.pom.go
.id
c Melakukan
sosialisasi peraturan
perundangundangan
d Membahas
pengaduan dan
upaya perbaikan
e Melakukan
sosialisasi
peraturan
perundangundangan
F Membahas
pengaduan dan
upaya perbaikan
SDM
APARATUR
SDM
aparatur
yang
Meningkatnya
ketaatan
terhadap
Pengelolaan
SDM sesuai
dengan
Melakukan finalisasi
analisis jabatan
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
a Melakukan
pengarsipan
elektronik peraturan
perundangundangan secara
bertahap
b Mencantumkan
dalam website Badan
POM :
http://www.pom.go
.id
c Melakukan revisi
kuesioner pengaduan
peraturan yang
bermasalah apabila
diperlukan
Melakukan revisi
mekanisme dan
tindak lanjut
pengaduan apabila
diperlukan
e Melakukan sosialisasi
peraturan
perundangundangan
f Pembahasan
pengaduan dan
upaya perbaikan
Evaluasi Anjab
halaman 22
Evaluasi Grading
Jabatan
a Melakukan
pengarsipan
elektronik
peraturan
perundangundangan secara
bertahap
b Mencantumkan
dalam website
Badan POM :
http://www.po
m.go.id
c Melakukan
sosialisasi
peraturan
perundangundangan
d Membahas
pengaduan dan
upaya perbaikan
berintegritas,
netral,
kompeten,
capable,
profesional,
berkinerja
tinggi dan
sejahtera
pengelolaan
SDM
Aparatur
Meningkatnya
transparansi
dan
akuntabilitas
pengelolaan
SDM Aparatur
peraturan
Transparansi
dan
akuntabilitas
sistem
rekrutmen
a Menyusun peta
jabatan
b Menyusun uraian
jabatan
c Melakukan grading
jabatan
d Melakukan validasi
grading jabatan
e Menyusun harga
jabatan
Melakukan penataan
sistem rekrutmen
pegawai
a Menyusun Man
Power Planning
(MPP)
a
Melakukan finalisasi
MPP
a Merencanakan
pegawai berdasarkan
bussines process dan
kompetensi
b Menyusun
Pedoman
Rekrutmen Badan
POM mengacu
pada Pedoman dari
MenPAN RB dan
BKN
c Menyusun Blue
Print
e_recruitment
b Menyusun Pedoman
Rekrutmen Badan
POM mengacu pada
Pedoman dari
MenPAN RB dan
BKN
b Menyusun Pedoman
Rekrutmen Badan
POM mengacu pada
Pedoman dari
MenPAN RB dan
BKN
c
c mengimplementasika
n e_recruitment
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
mengimplementasik
an e_recruitment
halaman 23
a Menyusun
Pedoman
Rekrutmen
Badan POM
mengacu pada
Pedoman dari
MenPAN RB
dan BKN
b mengimplement
asikan
e_recruitment
c Melakukan
evaluasi dan
pelaporan
pelaksanaan
rekrutmen
d Mengimplementasi
kan e_recruitment
secara partial
Transparansi
pola karier,
mutasi, dan
promosi
Meningkatnya
disiplin SDM
Aparatur
Penerapan PP
53 tahun 2010
d Melakukan evaluasi
dan pelaporan
pelaksanaan
rekrutmen
e Melakukan
evaluasi dan
pelaporan
pelaksanaan
rekrutmen
a Menyusun Pola
Karier
b Menyusun SOP
mutasi dan
promosi
Melakukan
sosialisasi PP 53
tahun 2010
Menyusun
pedoman evaluasi
kehadiran
d Melakukan evaluasi
dan pelaporan
pelaksanaan
rekrutmen
Continuous
improvement
Continuous
improvement
Continuous
improvement
Melaksanakan
absensi sidik jari
Melaksanakan
absensi sidik jari
Melaksanakan
absensi sidik jari
Melakukan
pembahasan Komite
Disiplin Pegawai
Melakukan
pembahasan Komite
Disiplin Pegawai
Melakukan
pembahasan
Komite Disiplin
Pegawai
Menetapkan jam
kerja pegawai
Meningkatnya
efektifitas
manajemen
Indikator
kinerja individu
terukur
Uji coba
pelaksanaan
absensi sidik jari
Melakukan
pembahasan
Komite Disiplin
Pegawai
a Menyusun sistem
penilaian kinerja
individu
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
a
Memfinalisasi sistem
penilaian kinerja
individu
halaman 24
a Menerapkan sistem
penilaian kinerja
individu
a Menerapkan
sistem penilaian
kinerja individu
SDM
Aparatur
Menyusun draft
SKI
Data pegawai
mutakhir dan
akurat
Meningkatnya
profesional
SDM Aparatur
Standar
kompetensi
jabatan
Peta profil
kompetensi
a Mengembangkan
arsitektur SIAP
(Sistem Informasi
Administrasi
Pegawai)
b Melakukan
sosialisasi dan
sinkronisasi SIAP
ke seluruh unit
kerja
Implementasi SIAP
Menetapkan SKI
b Mengimplementasika
n Management
Cockpit
b Mengimplement
asikan
Management
Cockpit
b Melakukan
pengembangan
Management Cockpit
a Mengembangkan
e_HCM
a Mengembangkan
e_HCM
a Melakukan
penerapan dan
evaluasi e_HCM
b mengimplementasik
an SIAP
b mengimplementasika
n SIAP
Menyusun standar
kompetensi jabatan
a Menyusun kamus
kompetensi jabatan
a
b Menyusun standar
kompetensi umum
b Memfinalisasi
Standar Kompetensi
Jabatan
c Mengintegrasikan
standar kompetensi
pada SOP pola
karier, mutasi dan
promosi
Asesmen individu
Asesmen individu
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
Menyusun standar
kompetensi teknis
dan perilaku jabatan
halaman 25
Menyusun profile
Kompetensi
individu
Sistem dan
proses diklat
pegawai
berbasis
kompetensi
PENGAWA
SAN
Meningkatny
a
penyelengga
raan
pemerintaha
n yang bersih
dan bebas
KKN
Meningkatnya
kepatuhan
terhadap
pengelolaan
keuangan
negara
Kegiatan
perencanaan,
pengorganisasia
n, pelaksanaan
dan
pengendalian
keuangan
negara sesuai
dengan aturan
yang berlaku
Menyusun pola
peningkatan
kompetensi
Memfinalisasi pola
peningkatan
kompetensi
Menerapkan
pendidikan dan
pelatihan pegawai
berbasis kompetensi
Mengembangkan
pendidikan dan
pelatihan pegawai
berbasis kompetensi
a Pendidikan S2 dan
S3 --> 50 orang
Menerapkan
pendidikan dan
pelatihan pegawai
berbasis kompetensi
a Pendidikan S2 dan
S3 --> 50 orang
a Pendidikan S2 dan S3
--> 70 orang
b Pelatihan teknis dan
fungsional
b Pelatihan teknis
dan fungsional
b Pelatihan teknis
dan fungsional
b Pelatihan teknis dan
fungsional
c Pelatihan softskill
c Pelatihan
softskill
c Pelatihan softskill
c
Pelatihan softskill
a Menyusun
pedoman Integrated
Planning dan
Budgeting
a
Melaksanakan siklus
perencanaan dan
penganggaran
a Melaksanakan siklus
perencanaan dan
penganggaran
b Melaksanakan
siklus perencanaan
dan penganggaran
b Menyusun SK
pengorganisasian
penganggaran
b Menyusun SK
pengorganisasian
penganggaran
a Melaksanakan
siklus
perencanaan
dan
penganggaran
b Menyusun SK
pengorganisasia
n penganggaran
c Menyusun SK
pengorganisasian
penganggaran
c
c Melakukan
monitoring dan
evaluasi anggaran
d Melakukan
monitoring dan
evaluasi anggaran
d Mengevaluasi SAKIP
seluruh unit kerja di
lingkungan Badan
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
Melakukan
monitoring dan
evaluasi anggaran
halaman 26
d Mengevaluasi SAKIP
seluruh unit kerja di
lingkungan Badan
Menerapkan
pendidikan dan
pelatihan pegawai
berbasis
kompetensi
a Pendidikan S2
dan S3 --> 50
orang
c Melakukan
monitoring dan
evaluasi
anggaran
d Mengevaluasi
SAKIP seluruh
unit kerja di
POM
Terselenggarany
a SPIP di Badan
POM
e Mengevaluasi
SAKIP seluruh unit
kerja di lingkungan
Badan POM
Menerapkan Sistem
Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP)
pada masing-masing
Kementerian/Lembag
a
a Menyusun SK
Kepala Badan POM
tentang
Penyelenggaraan
SPIP
b Sosialisasi SPIP
a
Menerapkan SPIP
POM
lingkungan
Badan POM
a Menerapkan SPIP
a Menerapkan
SPIP
b Melaksanakan
evaluasi SPIP
b Melaksanakan
evaluasi SPIP
b Melaksanakan
evaluasi SPIP
a
a Audit Operasional,
On going dan Kasus
a Audit
Operasional, On
going dan Kasus
c Menyelenggarakan
pelatihan SPIP
untuk Eselon I dan
II
d Melakukan
perencanaan dan
penerapan SPIP
e Melaksanakan
evaluasi SPIP
Meningkatnya
peran APIP
dalam
a Audit Operasional,
On going dan
Kasus
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
Audit Operasional,
On going dan Kasus
halaman 27
mendorong
meningkatkan
kepatuhan atas
pengelolaan
keuangan
negara
Meningkatnya
efektifitas
pengelolaan
keuangan
negara pada
Badan POM
Telah
dimanfaatkanny
a setiap output
yang dihasilkan
Dapat
dipertahankan
nya status
opini WTP
pada Badan
POM
Dipertahankann
ya opini WTP
Meningkatnya
peran APIP
dalam
mendorong
meningkatkan
status opini
Laporan
Keuangan
b Melakukan
pembinaan
pengelolaan
keuangan dan aset
b Melakukan
pembinaan
pengelolaan
keuangan dan aset
b Melakukan
pembinaan
pengelolaan
keuangan dan aset
b Melakukan
pembinaan
pengelolaan
keuangan dan
aset
Melaksanakan
evaluasi LHP dan
TL
Melaksanakan
evaluasi LHP dan TL
Melaksanakan
evaluasi LHP dan TL
Melaksanakan
evaluasi LHP
dan TL
Melaksanakan
evaluasi kegiatan
dan realisasinya
Melaksanakan
evaluasi kegiatan
dan realisasinya
Melaksanakan
evaluasi kegiatan dan
realisasinya
a Memonitor tindak
lanjut hasil temuan
Memonitor tindak
lanjut hasil temuan
Memonitor tindak
lanjut hasil temuan
Melaksanakan
evaluasi
kegiatan dan
realisasinya
Memonitor
tindak lanjut
hasil temuan
b Melakukan review
laporan keuangan
dan laporan BMN
Melakukan review
laporan keuangan
dan laporan BMN
Melakukan review
laporan keuangan
dan laporan BMN
a Melakukan
pembinaan
terhadap
penyusunan
laporan keuangan
Melakukan
pembinaan terhadap
penyusunan laporan
keuangan
Melakukan
pembinaan terhadap
penyusunan laporan
keuangan
b Monev CAPA
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
b Monev CAPA
halaman 28
b Monev CAPA
Melakukan
review laporan
keuangan dan
laporan BMN
Melakukan
pembinaan
terhadap
penyusunan
laporan
keuangan
b Monev CAPA
Menurunnya
tingkat
penyalahguna
an wewenang
Implementasi
Program Anti
Korupsi
Merumuskan
kebijakan dan
program bidang
pengawasan dan
pemberantasan
korupsi
Mengidentifikasi
area/proses
pengawasan obat
dan makanan
rawan korupsi
Internalisasi budaya
anti korupsi
Internalisasi budaya
anti korupsi
Internalisasi
budaya anti
korupsi
Melaksanakan
penandatanganan
Pakta Integritas bagi
seluruh pegawai
Badan POM
Melaksanakan
koordinasi,
monitoring dan
evaluasi bidang
pengawasan dan
pemberantasan
korupsi
Melaksanakan
koordinasi,
monitoring dan
evaluasi bidang
pengawasan dan
pemberantasan
korupsi
Menggalang
komitmen seluruh
pegawai Badan
POM
Melaksanakan
koordinasi,
monitoring dan
evaluasi bidang
pengawasan dan
pemberantasan
korupsi
Internalisasi
budaya anti
korupsi
Melaksanakan
penandatanganan
Pakta Integritas
bagi seluruh
Pejabat Struktural
dan Fungsional
yang menangani
pelayanan publik
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 29
Meningkatnya
implementasi
e_procurement
Barang dan Jasa
AKUNTABI
LITAS
Meningkatny
a kapasitas
dan
akuntabilitas
kinerja
Meningkatnya
kinerja Badan
POM
Indikator
kinerja utama
yang terukur
Melaksanakan
koordinasi,
monitoring dan
evaluasi bidang
pengawasan dan
pemberantasan
korupsi
Menerbitkan SE
pengadaan barang
dan jasa di
lingkungan Badan
POM untuk
pengadaan bernilai
1 Milyar Rp ke atas.
Mengimplementasik
an e_procurement
(LPSE) barang dan
jasa untuk seluruh
pengadaan sesuai
peraturan
perundangundangan yang
berlaku
Mengimplementasika
n e_procurement
(LPSE) barang dan
jasa untuk seluruh
pengadaan sesuai
peraturan
perundangundangan yang
berlaku
Melakukan
koordinasi aktif
pengadaan dengan
LKPP
Mengimplementasi
kan e_procurement
(LPSE) barang dan
jasa dengan nilai
lebih dari 100 Jt
secara bertahap
Melakukan
koordinasi aktif
pengadaan dengan
LKPP
Melakukan
koordinasi aktif
pengadaan dengan
LKPP
Menyusun
pedoman evaluasi
kinerja
Melakukan
monitoring dan
evaluasi kegiatan
secara berkala
Melakukan
monitoring dan
evaluasi kegiatan
secara berkala
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 30
Mengimplement
asikan
e_procurement
(LPSE) barang
dan jasa untuk
seluruh
pengadaan
sesuai peraturan
perundangundangan yang
berlaku
Melakukan
koordinasi aktif
pengadaan
dengan LKPP
Melakukan
monitoring dan
evaluasi
kegiatan secara
berkala
birokrasi
Meningkatnya
akuntabilitas
Badan POM
Sistem yang
mendorong
kinerja
organisasi
Menyusun modul
penyusunan
indikator kinerja
utama (IKU)
a Melakukan
monitoring dan
evaluasi kegiatan
secara berkala
Mengukur
pencapaian IKU
Mengkoordinasika
n penerapan SAKIP
pada setiap unit
kerja di lingkungan
Badan POM
Mengukur
pencapaian IKU
Mengukur
pencapaian IKU
Mengukur
pencapaian IKU
Mengkoordinasikan
penerapan SAKIP
pada setiap unit
kerja di lingkungan
Badan POM
Mengkoordinasikan
penerapan SAKIP
pada setiap unit kerja
di lingkungan Badan
POM
Melakukan
ppengembangan
sistem manajemen
kinerja berbasis
pencapaian
indikator output
unit kerja
Melakukan uji coba
penerapan sistem
reward dan
punishment untuk
keberhasilan
pencapaian indikator
output unit kerja
Menerapkan sistem
reward dan
punishment untuk
keberhasilan
pencapaian indikator
output unit kerja
Melakukan
pengembangan
mekanisme
pemberian
informasi dan
pengelolaan
pengaduan oleh
PPID
Melakukan
pengembangan
sistem reward dan
punishment untuk
keberhasilan
pencapaian indikator
kinerja individu
Menetapkan dan
memberlakukan
sistem reward dan
punishment untuk
keberhasilan
pencapaian indikator
kinerja individu
Mengkoordinasi
kan penerapan
SAKIP pada
setiap unit kerja
di lingkungan
Badan POM
Menerapkan
sistem reward
dan punishment
untuk
keberhasilan
pencapaian
indikator output
unit kerja
Menetapkan dan
memberlakukan
sistem reward
dan punishment
untuk
keberhasilan
pencapaian
indikator kinerja
individu
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 31
Peningkatan
kualitas laporan
akuntabilitas
PELAYANAN PUBLIK
Pelayanan
prima sesuai
kebutuhan
dan harapan
masyarakat
Meningkatnya
kualitas
pelayanan
publik kepada
masyarakat
(lebih cepat,
lebih murah,
lebih aman,
dan lebih
mudah
dijangkau)
Pelayanan
publik murah,
terjangkau,
cepat dan aman
Menerapkan
mekanisme
pemberian informasi
dan pengelolaan
pengaduan oleh
PPID
Menerapkan
mekanisme
pemberian informasi
dan pengelolaan
pengaduan oleh
PPID
Menyelenggarakan
pelatihan
penyusunan LAKIP
Melakukan evaluasi
PPID
Menyelenggarakan
pelatihan
penyusunan LAKIP
Melakukan evaluasi
PPID
Menyelenggarakan
pelatihan
penyusunan LAKIP
Melaksanakan
evaluasi LAKIP
(sampling)
Melakukan review
laporan keungaan
Melaksanakan
evaluasi LAKIP
(sampling)
Melakukan review
laporan keungaan
Melaksanakan
evaluasi LAKIP
(sampling)
Melakukan review
laporan keungaan
Mengidentifikasi
pelayanan publik
Badan POM
Sosialisasi standar
pelayanan
Implementasi SP
Menyusun draft
dan Finalisasi
standar pelayanan
Sosialisasi SP
Sosialisasi SP
Melakukan evaluasi
kinerja pelayanan
a Menerapkan &
Mengembangkan
e-reg dan enotifikasi
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
Implementasi SP
a
Menerapkan e-reg
dan e-notifikasi
secara bertahap
halaman 32
CAPA untuk mutu
pelayanan
a Menerapkan e-reg
dan e-notifikasi
secara bertahap
Menerapkan
mekanisme
pemberian
informasi dan
pengelolaan
pengaduan oleh
PPID
Melakukan
evaluasi PPID
Menyelenggarak
an pelatihan
penyusunan
LAKIP
Melaksanakan
evaluasi LAKIP
(sampling)
Melakukan
review laporan
keungaan
Implementasi SP
Melakukan
evaluasi kinerja
pelayanan
CAPA untuk
mutu pelayanan
a Menerapkan ereg dan enotifikasi secara
bertahap
b Menerapkan sistem
ekspor-impor
secara elektronik
Menyusun
pedoman evaluasi
pelayanan publik
CAPA untuk mutu
pelayanan
b Menerapkan sistem
ekspor-impor secara
elektronik
b Menerapkan sistem
ekspor-impor secara
elektronik
c
Memperkuat
c infrastruktur di
seluruh unit layanan
publik
Memperkuat
infrastruktur di
seluruh unit layanan
publik
d Peningkatan
koordinasi lintas
sektor
Melakukan evaluasi
e kinerja pelayanan
f
Meningkatnya
Indeks
Kepuasan
Masyarakat
Terimplementas
inya metode
survei kepuasan
pelanggan yang
efektif
Menyelenggarakan
survey kepuasan
pelanggan untuk
seluruh unit
pelayanan Publik
di Badan POM
Pusat
CAPA untuk mutu
pelayanan
Sosialisasi metode
pelaksanaan survey
kepuasan pelanggan
di Balai Besar/Balai
POM
Menyelenggarakan
survey kepuasan
pelanggan untuk
seluruh unit
pelayanan Publik di
Badan POM Pusat
dan Balai
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
b Menerapkan
sistem eksporimpor secara
elektronik
Memperkuat
c infrastruktur di
seluruh unit
layanan publik
halaman 33
Menyelenggarakan
survey kepuasan
pelanggan untuk
seluruh unit
pelayanan Publik di
Badan POM Pusat
dan Balai Besar/Balai
POM
Menyelenggarak
an survey
kepuasan
pelanggan
untuk seluruh
unit pelayanan
Publik di Badan
POM Pusat dan
Balai
Besar/Balai
POM
Besar/Balai POM
Tersedianya
sistem
penanganan
keluhan, saran
dan masukan
Peningkatan
partisipasi
masyarakat
dalam
penyelenggraan
pelayanan
publik
Mengembangkan
SOP, metode dan
sarana
penyampaian
keluhan/saran/ma
sukan
Melakukan
penanganan
keluhan/saran
/masukan secara
langsung
Meningkatkan
layanan pengaduan
konsumen
Mengembangkan
metode dan sarana
penyampaian
keluhan/saran/mas
ukan
Melakukan
penanganan
keluhan/saran
/masukan secara
langsung
Melakukan
penanganan
keluhan/saran
/masukan
secara langsung
Melakukan
penanganan
keluhan/saran
/masukan secara
langsung
Meningkatkan
layanan pengaduan
konsumen
Melakukan evaluasi
keluhan/saran/masu
kan dan CAPA
Melakukan
evaluasi
keluhan/saran/
masukan dan
CAPA
Meningkatkan
layanan
pengaduan
konsumen
Melakukan
evaluasi
keluhan/saran/ma
sukan dan CAPA
Mengimplementasi
kan strategi
komunikasi dan
kehumasan
Melakukan identifikasi kelompok
masyarakat
(termasuk kelompok gender) dan
pemangku
kepentingan
Melakukan
pemetaan potensi
masyarakat
Melakukan evaluasi
keluhan/saran/mas
ukan dan CAPA
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
Meningkatkan
layanan pengaduan
konsumen
Mengembangkan
metode baru ke arah
KIE yang lebih
bersahabat
Mengembangkan
target audience
Meningkatkan
intensitas KIE
dengan masyarakat
Meningkatkan
intensitas KIE
dengan masyarakat
Evaluasi kehumasan
halaman 34
Meningkatkan
intensitas kehumasan
Meningkatkan
intensitas KIE
dengan
masyarakat
Meningkatkan
intensitas
kehumasan
Evaluasi dan
penyusunan
grand design
strategi baru
Melakukan review
strategi komunikasi
dan kehumasan
Meningkatkan
intensitas
kehumasan
Evaluasi kehumasan
POLA PIKIR
& BUDAYA
KERJA
Birokrasi
dengan
integritas
dan kinerja
yang tinggi
Meningkatnya komitmen
pimpinan dan
pegawai
dalam
melakukan
reformasi
birokrasi
Terbentuknya
tim manajemen
perubahan
Badan POM
Menyusun dan
menetapkan Surat
Keputusan Kepala
Badan POM RI tentang
Program Management
Office (PMO)
Manajemen Perubahan
a Melakukan
identifikasi Agent
of Change Pusat
dan BB/BPOM
b Menyusun dan
menetapkan Surat
Keputusan Kepala
Badan POM RI
tentang Program
Management Office
(PMO) Manajemen
Perubahan
Melakukan review dan
menyusun kembali
dokumen usulan RB
Menyusun design
management
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 35
Tersusunnya
strategi
manajemen
perubahan
Menyusun strategi
manajemen perubahan
dan strategi
komunikasi :
Merumuskan Rencana
Perubahan
Melaksanakan
perubahan
Memperkuat hasil
perubahan :
Memperkuat hasil
perubahan
a
Mengintegrasikan
strategi manajemen
perubahan dan
strategi komunikasi
dengan program RB
lainnya
b Mengimplementasik
an rencana
manajemen
perubahan
c Membuat rencana
pelatihan/komunika
si dan
mengimplementasik
annya
d Mengelola resistensi
a Mengumpulkan
. umpan balik dan
menganalisisnya
a Mengumpulkan
umpan balik
dan
menganalisanya
b Melaksanakan
tindakan perbaikan
b Melaksanakan
tindakan
perbaikan
c Memberikan
penghargaan atas
keberhasilan
c Memberikan
penghargaan
atas
keberhasilan
d Mengukur tingkat
keberhasilan
d Memperkuat
manajemen
perubahan
e
Melakukan evaluasi atas
penerapan kode etik
pegawai Badan POM
d Mengukur
tingkat
keberhasilan
Melakukan
evaluasi atas
penerapan kode
etik pegawai Badan
POM
e Menyusun ukuran
keberhasilan
Melakukan evaluasi atas
penerapan kode etik
pegawai Badan POM
a Melakukan
Asessmen Kesiapan
Perubahan
b Merumuskan
strategi manajemen
perubahan
c Merumuskan
strategi komunikasi
Mengukur tingkat
keberhasilan
Menyusun dan
menetapkan Quick
Wins dengan SK
Kepala Badan POM
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 36
Menyusun kode etik
pegawai Badan POM
Tersusunnya
strategi
komunikasi
manajemen
perubahan
Melakukan evaluasi
atas penerapan kode
etik pegawai Badan
POM
Menyusun dan
merumuskan strategi
komunikasi
manajemen perubahan
:
a Melakukan
pengumpulan dan
analisis informasi
tentang manajemen
perubahan, tujuan
dan sasaran
b Mengidentifikasi
pola komunikasi
stakeholder yang
terkena dampak
perubahan
(termasuk tracking
system)
c Mendisain strategi
berdasarkan
masukan
stakeholder kunci
dalam bidang
komunikasi
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
Melaksanakan strategi
komunkasi
Melaksanakan strategi
komunkasi
Mendisain strategi
berdasarkan
masukan
stakeholder kunci
dalam bidang
komunikasi
Mendisain strategi
berdasarkan
masukan stakeholder
kunci dalam bidang
komunikasi
Merumuskan
rencana komunikasi
(communication
plan)
Merumuskan
rencana komunikasi
(communication
plan)
Menyediakan alat
komunikasi sesuai
hasil identifikasi
pada pola
komunikasi
Menyediakan alat
komunikasi sesuai
hasil identifikasi
pada pola
komunikasi
halaman 37
Melaksanakan
strategi komunkasi
Mendisain
strategi
berdasarkan
masukan
stakeholder
kunci dalam
bidang
komunikasi
Merumuskan
rencana
komunikasi
(communication
plan)
Menyediakan
alat komunikasi
sesuai hasil
identifikasi pada
pola komunikasi
Terjadinya
perubahan
pola pikir dan
budaya kerja
Terbangunnya
komitmen,
partisipasi dan
perubahan
perilaku yang
diinginkan
d Merumuskan
rencana
komunikasi
(communication
plan)
e Menyediakan alat
komunikasi sesuai
hasil identifikasi
pada pola
komunikasi
Menyelenggarakan
pertemuan dalam
rangka sosialisasi dan
internalisasi Rencana
Perubahan dan
budaya kerja
Monev pelaksanaan
RB
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
Mengukur dan
meningkatkan
komitmen stakeholder
Mengukur dan
meningkatkan
komitmen stakeholder
Mengukur dan
meningkatkan
komitmen
stakeholder
a
Menyusun tools
assessment indeks
persepsi pegawai
terhadap
pelaksanaan RB
a Melakukan
assessmen dan
menganalisis umpan
balik (hasil
assessment), serta
melakukan kompilasi
masalah yang belum
terselesaikan
b Melakukan
assessmen dan
menganalisis hasil
assessment, serta
melakukan
kompilasi masalah
yang belum
terselesaikan
b Membahas hasil
analisis bersama
Koordinator Wilayah
dan Tim QA Change
Management untuk
mendapatkan solusi
terbaik dan
continuous
a Melakukan
assessmen dan
menganalisis
umpan balik
(hasil
assessment),
serta melakukan
kompilasi
masalah yang
belum
terselesaikan
b Membahas hasil
analisis bersama
Koordinator
Wilayah dan
Tim QA Change
Management
untuk
mendapatkan
halaman 38
improvement
c
Menurunnya
risiko
kegagalan
yang
disebabkan
kemungkinan
timbulnya
resistensi
terhadap
perubahan
Terbangunnya
kesamaan
persepsi,
komitmen,
konsistensi serta
keterlibatan
dalam
pelaksanaan
program dan
kegiatan
reformasi
birokrasi pada
seluruh
tingkatan
pegawai
a Menyusun analisis
. risiko area kritis
resisten perubahan
yang dituangkan
dalam peta risiko
Menyiapkan agents of
change :
a TOT agents of
change
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
solusi terbaik
dan continuous
improvement
c Monev
pelaksanaan RB
Membahas hasil
analisis bersama
Koordinator Wilayah
dan Tim QA Change
Management untuk
mendapatkan solusi
terbaik dan
continuous
improvement
d Monev pelaksanaan
RB
Melaksanakan
communication plan
untuk manajemen
perubahan
c Monev pelaksanaan
RB
Melaksanakan
communication plan
untuk manajemen
perubahan
Melaksanakan
communication
plan untuk
manajemen
perubahan
a
a
A Mengidentifikasi
audiens
B Mengidentifikasi
tujuan spesifik
komunikasi
yang akan
dilakukan dalam
menunjang
pelaksanaan
manajemen
perubahan
Mengidentifikasi
audiens
b Mengidentifikasi
tujuan spesifik
komunikasi yang
akan dilakukan
dalam menunjang
pelaksanaan
manajemen
perubahan
halaman 39
d
b
Mengidentifikasi
audiens
Mengidentifikasi
tujuan spesifik
komunikasi yang
akan dilakukan
dalam menunjang
pelaksanaan
manajemen
perubahan
c
Menyiapkan bahan
komunikasi secara
komprehensif
c
Menyiapkan bahan
komunikasi secara
komprehensif
d Membagi audiens
dalam beberapa
kelas komunikasi
berdasarkan pola
komunikasi (channel
mix) dan
kepentingannya
d
Membagi audiens
dalam beberapa
kelas komunikasi
berdasarkan pola
komunikasi (channel
mix) dan
kepentingannya
e
Menyusun jadwal
berdasarkan
audiens, pesan yang
akan disampaikan,
pola komunikasi,
area manajemen
perubahan dan
waktu
e
Menyusun jadwal
berdasarkan
audiens, pesan yang
akan disampaikan,
pola komunikasi,
area manajemen
perubahan dan
waktu
f
.
Mengidentifikasi
opini stakeholder
yang terkena
dampak perubahan
(sesuai area
perubahan yang
diinginkan)
f.
Mengidentifikasi
opini stakeholder
yang terkena
dampak perubahan
(sesuai area
perubahan yang
diinginkan)
g
.
Memberikan
informasi secara
g Memberikan
. informasi secara jelas
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 40
C Menyiapkan
bahan
komunikasi
secara
komprehensif
d Membagi
audiens dalam
beberapa kelas
komunikasi
berdasarkan
pola komunikasi
(channel mix) dan
kepentingannya
E Menyusun
jadwal
berdasarkan
audiens, pesan
yang akan
disampaikan,
pola
komunikasi,
area manajemen
perubahan dan
waktu
f Mengidentifikasi
. opini
stakeholder
yang terkena
dampak
perubahan
(sesuai area
perubahan yang
diinginkan)
g Memberikan
. informasi secara
jelas
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
h Menggunakan pola
komunikasi yang
paling efektif atau
alternatifnya
h
Menggunakan pola
komunikasi yang
paling efektif atau
alternatifnya
i
Membangun
keterlibatan seluruh
stakeholder terkait
dalam komunikasi
i
Membangun
keterlibatan seluruh
stakeholder terkait
dalam komunikasi
j
Menyusun metode
pengukuran umpan
balik
j
Menyusun metode
pengukuran umpan
balik
k Mengumpulkan dan
. menganalisis umpan
balik, serta
melakukan
kompilasi masalah
yang belum
terselesaikan
k
.
Mengumpulkan dan
menganalisis
umpan balik, serta
melakukan
kompilasi masalah
yang belum
terselesaikan
l
l
Membahas hasil
analisis bersama
Koordinator
Wilayah dan Tim
QA Change
Management untuk
mendapatkan solusi
terbaik dan
continuous
Membahas hasil
analisis bersama
Koordinator Wilayah
dan Tim QA Change
Management untuk
mendapatkan solusi
terbaik dan
continuous
improvement
halaman 41
jelas
h Menggunakan
pola komunikasi
yang paling
efektif atau
alternatifnya
I Membangun
keterlibatan
seluruh
stakeholder
terkait dalam
komunikasi
J Menyusun
metode
pengukuran
umpan balik
k Mengumpulkan
. dan
menganalisis
umpan balik,
serta melakukan
kompilasi
masalah yang
belum
terselesaikan
l Membahas hasil
analisis bersama
Koordinator
Wilayah dan
Tim QA Change
Management
untuk
mendapatkan
solusi terbaik
improvement
m Mengukur tingkat
kepuasan pegawai
dan stakeholder
dalam pelaksanaan
RB
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 42
m Mengukur tingkat
kepuasan pegawai
dan stakeholder
dalam pelaksanaan
RB
dan continuous
improvement
M Mengukur
tingkat
kepuasan
pegawai dan
stakeholder
dalam
pelaksanaan RB
C. KONSOLIDASI RENCANA AKSI PROGRAM DAN KEGIATAN
REFORMASI BIROKRASI
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 43
PROGRAM
PENATAAN DAN PENGUATAN ORGANISASI
A.
Pencapaian
Terdapat 2 peraturan perundang-undangan yang mendasari berdirinya Badan POM
yaitu : Keputusan Presiden nomor Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga
Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2005 serta Keputusan Presiden Nomor 110 Tahun
2001 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Lembaga Pemerintah Non Departemen
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 52
Tahun 2005.
Berdasarkan kedua peaturan perundang-undangan tersebut, dilakukan penilaian
kapasitas organisasi yang terdiri dari 4 aspek yaitu :
1. Nama institusi;
2. Struktur;
3. Sistem dan tata laksana;
4. Budaya organisasi.
Dalam penataan dan penguatan organisasi, dilakukan review terhadap 2 aspek yang
pertama nama institusi serta struktur organisasi.
Nama Institusi
Berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2001 Tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga
Pemerintah Non Departemen, kami menjumpai bahwa terdapat inkonsistensi nama
Badan POM seperti terdapat pada matriks di bawah ini:
No
1
Peraturan Perundang-Undangan
Keputusan
Presiden
Republik
Indonesia
Nama Institusi
Badan
Pengawas
Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan,
Obat dan Makanan
Tugas,
disingkat BPOM
Fungsi,
Organisasi,
dan
Kewenangan,
Susunan
Tata
Lembaga
Kerja
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
Ket.
Pendirian
BPOM
halaman 44
Pemerintah Non Departemen
2
Keputusan
Presiden
Republik
Indonesia
Badan
Pengawas
Nomor 3 Tahun 2002 tentang Perubahan Atas
Obat dan Makanan
Keputusan
disingkat BPOM
Presiden
Republik
Indonesia
Perubahan
Pertama
Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan,
Tugas,
Fungsi,
Organisasi,
dan
Kewenangan,
Susunan
Tata
Lembaga
Kerja
Pemerintah Non Departemen
3
Keputusan
Presiden
Republik
Indonesia
Badan
Pengawas
Nomor 46 Tahun 2002 tentang Perubahan Atas
Obat dan Makanan
Keputusan
disingkat BPOM
Presiden
Republik
Indonesia
Perubahan
Kedua
Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan,
Tugas,
Fungsi,
Organisasi,
dan
Kewenangan,
Susunan
Tata
Lembaga
Kerja
Pemerintah Non Departemen Sebagaimana
Telah Diubah Dengan Keputusan Presiden
Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2002
4
Keputusan
Presiden
Republik
Indonesia
Badan
Pengawas
Nomor 30 Tahun 2003 tentang Perubahan Atas
Obat dan Makanan,
Keputusan
disingkat BPOM
Presiden
Republik
Indonesia
Perubahan
Ketiga
Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan,
Tugas,
Fungsi,
Organisasi,
dan
Kewenangan,
Susunan
Tata
Lembaga
Kerja
Pemerintah Non Departemen Sebagaimana
Telah Beberapa Kali Diubah Terakhir Dengan
Keputusan
Presiden
Republik
Indonesia
Republik
Indonesia
Nomor 46 Tahun 2002
5
Keputusan
Presiden
Badan
Pengawas
Nomor 9 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas
Obat dan Makanan,
Keputusan
disingkat BPOM
Presiden
Republik
Indonesia
Perubahan
Keempat
Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan,
Tugas,
Fungsi,
Organisasi,
dan
Kewenangan,
Susunan
Tata
Lembaga
Kerja
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 45
Pemerintah Non Departemen Sebagaimana
Telah Beberapa Kali Diubah Terakhir Dengan
Keputusan
Presiden
Republik
Indonesia
Nomor 30 Tahun 2003
6
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor Badan
11 Tahun 2005 tentang Perubahan Kelima Atas Obat
Keputusan
Presiden
Republik
Pengawasan Perubahan
dan
Makanan Kelima
Indonesia disingkat BPOM
Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan,
Tugas,
Fungsi,
Organisasi,
dan
Kewenangan,
Susunan
Tata
Lembaga
Kerja
Pemerintah Non Departemen
7
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor Tidak
dicantumkan, Perubahan
64 Tahun 2005 tentang Perubahan Keenam hanya BPOM
Keenam
Atas Keputusan Presiden Republik Indonesia
Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan,
Tugas,
Fungsi,
Organisasi,
dan
Kewenangan,
Susunan
Tata
Lembaga
Kerja
Pemerintah Non Departemen
Terkait nama institusi tersebut di atas serta status peraturan perundang-undangan
berdasarkan asas hukum lex posteriori derogat legi priori (peraturan yang terbaru
mengesampingkan peraturan yang lama), maka nama Badan Pengawasan Obat dan
Makanan yang seharusnya digunakan. Namun demikian, belum tentu pada saat
typing peraturan perundang-undangan ini yang dimaksud adalah Badan Pengawasan
Obat dan Makanan seperti yang tertera, melainkan Badan Pengawas Obat dan
Makanan. Inkonsistensi dalam 1 (satu) peraturan yang sama terdapat pada nama
Badan Pengawas Tenaga Nuklir disingkat BAPETEN serta Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan disingkat BPKP. Secara internal dilakukan pengkajian,
bahwa nama Badan Pengawasan Obat dan Makanan lebih tepat dibandingkan nama
Badan Pengawas Obat dan Makanan karena fungsi pengawasan lebih luas dari kata
pengawas. Fungsi pengawasan mencerminkan pengawasan dari hulu ke hilir atau
serng disebut sebagai pengawasan full spectrum, sedangkan kata pengawas berarti
yang mengawasi, berkonotasi orang yang mengawasi suatu proses yang sedang atau
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 46
sudah terjadi, dengan demikian, fungsi pre market evaluation dan standardisasi serta
regulasi/pengaturan tidak tergambar dalam kata pengawas.
Sejalan dengan kata pengawasan tersebut, Sistem Pengawasan Obat dan Makanan
(SisPOM) dibangun oleh beberapa fungsi pengawasan. Full spectrum pengawasan ini
meliputi fungsi : a) Standardisasi dan regulasi, merupakan suatu spesifikasi atau
ketentuan teknis yang mengikat para pemangku kepentingan yang berpengaruh
terhadap pasar komoditi obat dan makanan, utamanya produsen, konsumen, dan
pemerintah, dalam menjamin terwujudnya kompetisi dagang yang sehat dan
keuntungan optimal bagi konsumen; b) Penilaian produk sebelum beredar,
merupakan satu elemen untuk menilai keamanan, manfaat, dan mutu produk sebelum
diperbolehkan untuk dilepas ke pasar; c) Pemeriksaan sarana produksi dan sarana
distribusi, yang terdiri dari audit dan inspeksi sarana untuk memastikan komoditi
diproduksi maupun disimpan/diedarkan sesuai kaidah-kaidah baku sehingga produk
yang dihasilkan dijamin aman, bermanfaat, dan bermutu; d) Pengawasan produk di
pasar, dilakukan secara sampling atas dasar hasil kajian risiko dari waktu ke waktu,
untuk memastikan bahwa obat dan makanan yang beredar, keamanan, manfaat, dan
mutunya tetap konsisten dengan hasil penilaiannya sebelum beredar, di samping
pengamatan terhadap berbagai risiko lain seperti, produk ilegal dan lain-lain; e)
Pengawasan iklan produk, dimaksudkan agar tidak menimbulkan induced demand,
utamanya yang bersifat misleading; f) Pengujian laboratorium, merupakan tulang
punggung pengawasan karena hasil pengujian ini yang merupakan diagnosis pasti
tentang ada / tidaknya penyimpangan dalam komposisi produk terhadap izinnya,
sehingga tingkat kompetensi lab harus dijamin dapat mengawal seluruh kebijakan
paling mutahir dari pengawasan obat dan makanan; dan g) Penyidikan kasus, yang
merupakan kegiatan dalam rangka membawa kasus-kasus penyelewengan ke
pengadilan. Keseluruhan sistem pengawasan yang terdiri dari pelaku usaha,
masyarakat dan pemerintah, terlibat aktif dalam pengawasan Obat dan Makanan.
Oleh karena itu, pemberdayaan masyarakat menjadi suatu yang juga harus dilakukan,
sehingga masyarakat dapat melindungi dirinya sendiri dari produk Obat dan
Makanan yang tidak memenuhi syarat dan atau membahayakan kesehatannya.
Struktur Organisasi
Review struktur organisasi dalam kaitannya dengan peraturan perundang-undangan
dan sistem pengawasan Obat dan Makanan
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 47
Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
02001/SK/KBPOM Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas
Obat dan Makanan.
a. Tugas Pokok BPOM
Melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengawasan obat dan ma-kanan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b. Fungsi BPOM
a. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang pengawasan
obat dan makanan;
b. Pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang pengawasan obat dan makanan;
c. Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BPOM;
d. Pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan terhadap kegiatan
instansi pemerintah di bidang pengawasan obat dan makanan;
e. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang
perencanaan
umum,
ketatausahaan,
organisasi
dan
tatalaksana,
kepegawaian, keuangan, kearsipan, persandian, perlengkapan dan rumah
tangga.
c. Kewenangan BPOM
1. Penyusunan rencana nasional secara makro di bidang pengawasan obat
dan makanan;
2. Perumusan kebijakan di bidang pengawasan obat dan makanan untuk
mendukung pembangunan secara makro;
3. Penetapan sistem informasi di bidang pengawasan obat dan makanan;
4. Penetapan persyaratan penggunaan bahan tambahan (zat adiktif) tertentu
untuk makanan dan penetapan pedoman peredaran obat dan makanan;
5. Pemberian ijin dan pengawasan peredaran obat serta pengawasan industri
farmasi;
6. Penetapan pedoman penggunaan, konservasi, pengembangan, dan
pengawasan tanaman obat.
Pada saat ini struktur Badan POM disusun berdasarkan produk yang diawasi,
yaitu Obat, Makanan (dan Bahan Berbahaya) dan Obat Tradisional, Kosmetika
dan Produk Komplemen. Masing masing kedeputian mengelola setiap komoditi
tersebut dari hulu sampai hilir. Misalnya Kedeputian 1, mengelola obat (produk
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 48
terapetik) mulai dari penyusunan standar sampai dengan pengawasan di
lapangan. Begitu juga dengan Kedeputian 2 dan 3. Dalam perjalanan waktu,
pembagian struktur organisasi seperti ini dirasakan kurang efektif dan berpotensi
pada penyalahgunaan wewenang, sebagai contoh, apabila dijumpai masalah atau
kendala dalam bidang standar, misalnya standar apa yang akan dikirim sebagai
wakil Badan POM? Artinya, struktur organisasi yang ada sekarang belum
mengikuti fungsi-fungsi Pengawasan Obat dan Makanan, yaitu Standardisasi,
Penilaian, Sertifikasi, Pemeriksaan, Pengujian dan Penyidikan.
Untuk menjembatani struktur berdasarkan produk dengan fungsi, maka sudah
dilakukan penyusunan business process map, relationship map dan cross functional
map.
Badan POM mempunyai 31 Balai Besar/Balai POM yang tersebar di hampir
seluruh provinsi. Sampai saat ini, berdasarkan peraturan perundang-undangan,
Balai Besar/Balai POM adalah Unit Pelaksana Teknis yang menjalankan kebijakan
yang telah dirumuskan di pusat. Dalam kenyataannya, Balai Besar/Balai POM
selain menjalankan kebijakan yang telah dirumuskan di pusat, juga sebagai
penjuru pada pengawasan Obat dan Mkaanan di wilayah kerjanya. Dengan
demikian, selain fungsi teknis, Balai Besar/Balai POM juga menjalankan fungsi
koordinasi keluar baik di tingkat propinsi maupun di tingkat Kabupaten/Kota.
Secara internal, Badan POM telah mengembangkan integrated planning and
budgeting, yang dalam pelaksanaannya juga mengakomodasi secara seimbang top
down dan bottom up planning. Sehingga Balai Besar/Balai POM dapat mengelola
perencanaan kebutuhannya sendiri dalam koridor Badan POM.
Namun dalam menjalankan kebijakan yang ditetapkan oleh pusat, Balai
Besar/Balai POM belum sepenuhnya percaya diri, terlihat dari seringnya
konsultasi atau merujuk untuk sesuatu hal yang sudah menjadi tupoksi Balai
Besar/Balai POM sendiri. Beberapa sebab yang diyakini sebagai pemicu
kekurangmandirian Balai Besar/Balai POM antara lain, kurangnya kepercayaan
yang diberikan dan atau kurangnya pembinaan sehingga kapasitas dan
kompetensi Balai Besar/Balai POM belum sesuai dengan harapan.
Luasnya wilayah Indonesia berimplikasi pada luasnya cakupan pengawasan Obat
dan Makananan yang harus dilaksanakan. Balai Besar/Balai POM yang berada di
propinsi kerapkali tidak mampu mencapai daerah-daerah pelosok tanah air. Sejak
tahun 2003 telah di mulai pendirian Pos Pengawas Obat dan Makanan yang
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 49
merupakan perpanjangan tangan Balai Besar/Balai POM. Beberapa tahun
belakangan ini kebutuhan akan Satuan Kerja di Kabupaten (pos POM) semakin
meningkat, ditandai dengan banyaknya pengajuan pendirian Pos POM oleh
pemerintah daerah. Untuk itu telah dibangun Pos POM baru di beberapa daerah
terpencil, daerah pemekaran, serta wilayah perbatasan dengan negara lain. Pada
saat ini telah beroperasi 8 Pos POM, dan 3 Pos POM sedang dibangun. Masih
banyak wilayah yang jauh dari ibu kota provinsi yang belum tersentuh upaya
pengawasan. Hal ini sekali lagi menunjukkan bahwa Balai Besar/Balai POM
mempunyai fungsi koordinasi keluar yang sangat tinggi, bahkan juga mempunyai
fungsi pembinaan ke Kabupaten/Kota untuk fungsi pengawasan Obat dan
Makanan yang telah didaerahkan.
Untuk menjawab seluruh permasalahan tersebut, pada tahun 2009-2010 telah
dilakukan penyusunan draft dokumen postur birokrasi 2025. Postur Birokrasi
2025 merupakan kondisi kelembagaan ideal di tahun 2025 bagi Badan POM dan
SisPOM. Draft dokumen tersebut telah menampung kemungkinan perubahan
struktur akibat terbitnya Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 8 Tahun 2011 tentang Pedoman Penilaian
Dokumen
Usulan
dan
Road
Map
Pelaksanaan
Reformasi
Birokrasi
Kementerian/Lembaga yang mencantumkan salah satu sasaran area perubahan
penataan dan penguatan organisasi: terbentuknya unit kerja yang menangani
kepegawaian, kehumasan dan pendidikan dan pelatihan (diklat); serta UndangUndang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan
Informasi Publik, yang menyatakan bahwa untuk mewujudkan pelayanan cepat,
tepat, dan sederhana setiap Badan Publik untuk menunjuk Pejabat Pengelola
Informasi dan Dokumentasi (PPID).
Namun belum menampung kemungkinan perubahan struktur akibat terbitnya
Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah yang menyatakan bahwa Kementerian/Lembaga/ Departemen/
Instansi diwajibkan mempunyai Unit Layanan Pengadaan (ULP) yang dapat
memberikan pelayanan/pembinaan dibidang Pengadaan Barang/Jasa.
Dalam perkembangannya, dirasakan banyak kendala dalam restrukturisasi
terutama karena tidak dapat dihandle oleh Badan POM sendiri, sehingga, sampai
saat ini, pengembangan kapasitas organisasi dilakukan melalui revitalisasi peran
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 50
dan fungsi. Terkait dengan upaya revitalisasi peran dan fungsi, telah diterbitkan
dokumen Konsep Revitalisasi Peran dan Fungsi Pusat dan Balai Besar/Balai POM.
Revitalisasi dilakukan dengan tujuan untuk perkuatan fungsi Pengawasan Obat
dan Makanan dalam menghadapi tantangan yang semakin kompleks utamanya
bagi Balai Besar/Balai Pengawas Obat dan Makanan sebagai ujung tombak
Pengawasan Obat dan Makanan. Untuk meningkatkan kompetensi Balai
Besar/Balai Pengawas Obat dan Makanan dalam rangka revitalisasi peran dan
fungsi Pusat dan Balai Besar/Balai Pengawas Obat dan Makanan, faktor
kepemimpinan sangat besar pengaruhnya. Oleh karena itu dilakukan pembinaan
Balai Besar/Balai POM oleh Pejabat Eselon I dengan menyelenggarakan upaya
yang terencana, terarah, dan terstruktur. Untuk itu, telah diterbitkan dokumen
Pedoman Pembinaan Balai Besar/Balai POM.
Upaya revitalisasi juga semestinya dapat diukur keberhasilannya. Melalui
penyusunan indikator dan sistem penilaian kinerja Balai Besar/Balai POM,
keberhasilan antar Balai Besar/Balai POM tersebut dapat diukur. Tools assessment
untuk mengukur keberhasilan telah disusun, dan akan digunakan dalam self
assessment oleh Balai Besar/Balai POM.
B.
Rencana
Penyusunan rencana penataan dan penguatan organisasi dilakukan setelah analisis
lingkungan internal dan eksternal sebagai berikut :
Perkembangan Lingkungan Eksternal
a. Konsumsi Masyarakat (Demand Side)
1. Transisi demografi
Peningkatan demand akan obat untuk penyakit degenerative dan menahun serta
penyakit yang disebabkan pemanasan global.
2. Persebaran penduduk
Risiko yang meningkat pada kelompok urban poor.
3. Transformasi sosio-budaya
Peningkatan demand akan fast food
4. Daya beli konsumen
Substitusi kebutuhan dengan produk murahan.
b. Perkembangan Penyediaan (Supply Side)
1. Pertumbuhan usaha bidang obat dan makanan
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 51
-
Market share industri obat nasional
-
Kelemahan daya saing industri obat nasional
-
Perkembangan industri herbal medicine dan health food
-
UKMK bidang makanan sebagai survival terhadap krisis ekonomi
-
Peningkatan risiko kesehatan bagi rakyat miskin
-
Bahaya narkotika yang meningkat
2. Kemajuan teknologi produksi
-
Supply dalam jumlah besar dan cepat menyebar
-
Teknologi ultra modern
3. Teknologi promosi
Provider induced demand
4. Harmonisasi perdagangan dunia
Memudarnya penapisan komoditi antar negara
Implikasi Terhadap Organisasi
Beberapa isu strategis dalam upaya peningkatan efektifitas pengawasan obat dan
makanan ke depan, adalah sebagai berikut :
-
Pengorganisasian atas dasar full spectrum pengawasan obat dan makanan
-
Intensifikasi pemeriksaan produk di peredaran
-
Perkuatan fungsi penyelidikan dan penyidikan
-
Perkuatan fungsi laboratorium sebagai backbone pengawasan
-
Dukungan
Sekretariat
Utama
yang
berdaya-ungkit
besar
termasuk
fungsi
kepegawaian, kehumasan, PPID dan ULP
-
Perlunya kerjasama lintas sektor, terutama Pemda
Pada tahun 2011 sampai dengan 2014, beberapa kegiatan yang sedang dan akan
dilakukan terkait dengan penataan dan penguatan organisasi adalah :

Evaluasi kelembagaan secara internal didahului oleh penyusunan dokumen
Pedoman penilaian kapasitas organisasi, serta melakukan assessment kinerja
organisasi dan penegakan reward dan punishment system pada pencapaian
kinerja.

Menyusun dan atau memperbaiki naskah akademik restrukturisasi organisasi dan
melakukan evaluasi organisasi dengan struktur baru.
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 52

Menyusun konsep revitalisasi Pusat terutama untuk fungsi Kepegawaian dan
Kehumasan, serta PPID dan ULP.
C.
Kriteria Keberhasilan
Untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelaksanaan tugas dan fungsi Badan POM
dan menghindarkan duplikasi tugas dan fungsi sehingga dapat mendorong percepatan
reformasi birokrasi, kriteria keberhasilan penataan dan penguatan organisasi ditandai
dengan :
1. Menurunnya tumpang tindih tugas pokok dan fungsi internal Badan POM; dengan
indikator :

Terbentunya struktur organisasi dengan pembagian tugas yang jelas

Terwujudnya organisasi dengan ukuran yang tepat (right size)
2. Meningkatnya kapasitas Badan POM dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi,
dengan indikator :
D.

Terbentuknya unit kerja yang menangani kepegawaian, kehumasan dan diklat

Meningkatnya koordinasi antar unit
Agenda Prioritas
Seperti dikemukakan sebelumnya bahwa restrukturisasi belum menjadi prioritas untuk
dilaksanakan karena sangat tergantung kepada stakeholder yang lain. Namun untuk
meningkatkan kapasitas organisasi, diagendakan untuk melaksanakan revitalisasi peran
dan fungsi Balai Besar/Balai POM pada tahap pertama, yang akan disusul dengan
revitalisasi fungsi kepegawaian, kehumasan, diklat, PPID serta ULP. Revitalisasi
dilakukan, karena sebagai ujung tombak pengawasan Obat dan Makanan, Balai
Besar/Balai POM harus segera memperbesar kapasitas dan kapabilitasnya sehingga
dapat menjadi leader di wilayah kerjanya masing-masing untuk pengawasan Obat dan
Makanan. Sedangkan revitalisasi fungsi kepegawaian, kehumasan, diklat, PPID dan ULP,
dilakukan karena sudah terdapat unit organisasi yang menangani beberapa fungsi
tersebut, dan di sisi yang lain, karena Undang-Undang pengawasan Obat dan Makanan
yang sampai saat ini belum terbit.
Terkait dengan hal tersebut, agenda prioritas yang juga akan dilakukan adalah
melakukan revitalisasi disertai dengan pembinaan secara terarah, terstruktur dan terus
menerus untuk meningkatkan kapasitas dan kinerja organisasi.
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 53
E.
Waktu pelaksanaan dan tahapan kerja
Formulir 3
Rencana Aksi Program dan Kegiatan Reformasi Birokrasi
N PROGRAM/
o KEGIATAN
HASIL
YANG
DIHARAPKAN
PENA
NGGU
NG
JA
WA
B
2011
ALO
KAS
I
WA
KTU
1
2
2012
3
4
5
6
7
8
9
#
#
#
1
2
2013
3
4
5
6
7
8
9
#
#
#
1
2
2014
3
4
PENATAAN DAN
PENGUATAN
ORGANISASI
1
2
Menyusun
SOP
evaluasi
organisasi
Melaksana
kan
evaluasi
kelembagaa
n
5
6
7
8
9
#
#
#
1
2
3
4
5
6
7
8
9
#
#
#
H
AL
YA
NG
DI
PE
RL
UKA
N
ESTI
MA
SI
AN
GG
AR
AN
7,7
M
Dokumen
SOP
Laporan
hasil
Evaluasi
kelembaga
an
Pok
ja 1
8
bln
Pok
ja 1
8
bln
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 54
3
4
Menyusun
desain
revitalisasi
peran dan
fungsi
Pusat dan
Balai
Besar/Balai
POM dan
Legalisasin
ya
Menyusun
pedoman
pembinaan
Balai
Besar/Balai
POM
5
Menyusun
tools
assessment
kinerja
Balai
Besar/Balai
POM
6
Melaksana
kan self
assessment
kinerja
Balai
Besar/Balai
POM
7
Evaluasi
hasil self
assessment
Dokumen
Konsep
Revitalisasi
peran dan
fungsi
Pusat dan
Balai
Besar/Bala
i POM
Dokumen
pedomanp
embinaan
Balai
Besar/Bala
i POM
Dokumen
tools
assessment
kinerja
Balai
Besar/Bala
i POM
Dokumen
self
assessment
kinerja
Balai
Besar/Bala
i POM
Laporan
hasil self
assessment
Pok
ja 1
8
bln
Pok
ja 1
8
bln
Pok
ja 1
8
bln
Pok
ja 1
11
bln
Pok
ja 1
4
bln
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 55
8
9
Intervensi
hasil
evaluasi
(pemenuha
n
kompetensi
dsb)
Penegakan
reward dan
punishmen
t
1
0
Evaluasi
pelaksanaa
n
revitalisasi
1
1
Melakukan
evaluasi
RKT
Pok
ja 1
3 th
Pok
ja 1
1 th
Pok
ja 1
1 th
Laporan
hasil
intervensi
ditegakann
ya reward
dan
punishmen
t di Badan
POM
Laporan
hasil
evaluasi
pelaksanaa
n
revitalisasi
dokumen
hasil
evaluasi
RKT
Pok
ja 1
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 56
1
2
1
3
Melakukan
pemetaan
tugas dan
fungsi unit
kerja di
lingkungan
Badan
POM yang
tepat fungsi
dan tepat
ukuran
berdasarka
n business
process,
pemetaan
pola
hubungan
(relationship
map), dan
hubungan
antar
fungsi
(cross
functional
map)
Melakukan
review/kaji
an/analisis
organisasi
berdasarka
n hasil
pemetaan
dan
peraturan
perundangundangan
yang
berlaku
Pok
ja 1
8
bln
Pok
ja 1
11
bln
Dokumen
business
process,
relationship
map dan
cross
fungtional
map
Laporan
hasil
review
analisis
organisasi
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 57
1
4
1
5
1
6
1
7
1
8
Menyusun
roadmap
pengajuan
restrukturis
asi
Studi
Kelayakan
Penyusuna
n Naskah
Akademis
Restrukturi
sasi
Organisasi
Badan
POM
Pengajuan
Naskah
Akademis
Restrukturi
sasi
Organisasi
Badan
POM
kepada
KemenPA
N dan RB
Evaluasi
organisasi
berdasarka
n struktur
baru
dokumen
roadmap
restrukturi
sasi
Laporan
hasil studi
kelayakan
Naskah
Akademis
Restrukturi
sasi
Organisasi
Badan
POM
Diterimany
a Naskah
Akademis
Restrukturi
sasi
Organisasi
Badan
POM oleh
KemenPA
N & RB
Dokumen
Evaluasi
organisasi
berdasarka
n struktur
baru
Pok
ja 1
4
bln
Pok
ja 1
1 th
Pok
ja 1
1 th
Pok
ja 1
1 th
Pok
ja 1
1 th
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 58
1
9
Menyusun
pedoman
penilaian
kapasitas
organisasi
2
0
Melaksana
kan
assessment
kapasitas
organisasi -> unit
kerja
kepegawaia
n
2
1
Menyusun
konsep
revitalisasi
fungsi unit
kerja
kepegawaia
n sesuai
dengan
peraturan
perundangundangan
yang
berlaku
Menyusun
pedoman
penilaian
kapasitas
organisasi
2
2
Dokumen
pedoman
penilaian
kapasitas
organisasi
Laporan
hasil
assessment
kapasitas
organisasi
unit kerja
kepegawai
an
Pok
ja 1
11
bln
Pok
ja 1
1 th
Pok
ja 1
1 th
Pok
ja 1
11
bln
Dokumen
konsep
revitalisasi
fungsi unit
kerja
kepegawai
an
Dokumen
pedoman
penilaian
kapasitas
organisasi
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 59
2
3
Melaksana
kan
assessment
kapasitas
organisasi -> unit
kerja
kehumasan
2
4
Menyusun
konsep
revitalisasi
fungsi unit
kerja
kehumasan
sesuai
dengan
peraturan
perundangundangan
yang
berlaku
Penyusuna
n pedoman
perencanaa
n tahunan
2
5
2
6
Review tata
hubungan
kerja
2
7
Integrasi
top down
dan bottom
up
planning
Laporan
hasil
assessment
kapasitas
organisasi
unit kerja
kehumasa
n
Pok
ja 1
1 th
Pok
ja 1
1 th
Pok
ja 1
4 th
Pok
ja 1
4 th
Pok
ja 1
4 th
Dokumen
konsep
revitalisasi
fungsi unit
kerja
kehumasa
n
Dokumen
pedoman
perencanaa
n tahunan
Dokumen
Review
tata
hubungan
kerja
Dokumen
Integrasi
top down
dan
bottom up
planning
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 60
2
8
Penyusuna
n petunjuk
pelaksanaa
n kegiatan
dan
anggaran
2
9
Penyusuna
n pedoman
sampling
3
0
Pelaksanaa
n evaluasi
Pok
ja 1
4 th
Dokumen
pedoman
sampling
Pok
ja 1
4 th
LAPTAH
dan LAKIP
Badan
POM
Pok
ja 1
4 th
Dokumen
petunjuk
pelaksanaa
n kegiatan
dan
anggaran
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 61
F.
Penanggung jawab
Penanggung jawab untuk program penataan dan perkuatan organisasi adalah Pokja I,
yang diketuai oleh Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan.
G.
Rencana Anggaran
Untuk seluruh kegiatan program penataan dan penguatan organisasi dibutuhkan
anggaran sejumlah Rp. 7,7 Milyar sampai dengan tahun 2014.
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 62
PROGRAM
PENATAAN TATALAKSANA
A.
Pencapaian
Sistem Pengawasan Obat dan Makanan (SISPOM) dibangun oleh beberapa fungsi
pengawasan yang pada hakekatnya merupakan satu kesatuan rantai upaya yang tidak
terpisahkan, yang dinamakan dengan full spectrum pengawasan. Full spectrum
pengawasan ini meliputi fungsi : a) Standardisasi dan regulasi, merupakan suatu
spesifikasi atau ketentuan teknis yang mengikat para pemangku kepentingan yang
berpengaruh terhadap pasar komoditi obat dan makanan, utamanya produsen,
konsumen, dan pemerintah, dalam menjamin terwujudnya kompetisi dagang yang sehat
dan keuntungan optimal bagi konsumen; b) Penilaian produk sebelum beredar,
merupakan satu elemen untuk menilai keamanan, manfaat, dan mutu produk sebelum
diperbolehkan untuk dilepas ke pasar; c) Pemeriksaan sarana produksi dan sarana
distribusi, yang terdiri dari audit dan inspeksi sarana untuk memastikan komoditi
diproduksi maupun disimpan/diedarkan sesuai kaidah-kaidah baku sehingga produk
yang dihasilkan dijamin aman, bermanfaat, dan bermutu; d) Pengawasan produk di
pasar, dilakukan secara sampling atas dasar hasil kajian risiko dari waktu ke waktu,
untuk memastikan bahwa obat dan makanan yang beredar, keamanan, manfaat, dan
mutunya tetap konsisten dengan hasil penilaiannya sebelum beredar, di samping
pengamatan terhadap berbagai risiko lain seperti, produk ilegal dan lain-lain; e)
Pengawasan iklan produk, dimaksudkan agar tidak menimbulkan induced demand,
utamanya yang bersifat misleading; f) Pengujian laboratorium, merupakan tulang
punggung pengawasan karena hasil pengujian ini yang merupakan diagnosis pasti
tentang ada / tidaknya penyimpangan dalam komposisi produk terhadap izinnya,
sehingga tingkat kompetensi lab harus dijamin dapat mengawal seluruh kebijakan paling
mutahir dari pengawasan obat dan makanan; dan g) Penyidikan kasus, yang merupakan
kegiatan dalam rangka membawa kasus-kasus penyelewengan ke pengadilan.
Sampai saat ini, telah dibangun Sistem Pengawasan Obat dan Makanan tiga lapis, yang
terdiri dari pengawasan oleh kalangan industri/dunia usaha (self controlling),
pengawasan oleh pemerintah (goverment controlling) dan pengawasan oleh masyarakat
(public controlling). Lingkup pengawasan tersebut adalah sebagai berikut :
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 63
a. Pengawasan oleh kalangan industri :
Kalangan industri, baik itu dari aspek produksi (pabrik) maupun distribusi (pengedar
maupun pengecer), merupakan pihak-pihak yang pertama kali harus dapat menjamin
komoditi yang diproduksi atau diedarkan di pasar, memenuhi persyaratan
keamanan, mutu, dan manfaat. Untuk ini, proses produksi harus memenuhi
ketentuan good manufacturing practices (GMP) yang telah ditetapkan secara
internasional. Demikian pula dalam hal peredaran produk, harus mengikuti kaidahkaidah dalam good distribution practices (GDP). Hasil produksi tertentu yang
beredar di pasar namun tidak memenuhi syarat akibat kegagalan mengikuti kaidahkaidah di atas, harus segera ditarik dari peredaran oleh pihak industri.
b. Pengawasan oleh Pemerintah :
Pengawasan yang dilakukan Pemerintah, harus mencakup keseluruhan komponen
SisPOM sebagaimana diuraikan di atas, sebagai satu kesatuan upaya pengawasan.
Tidak lengkapnya, atau bahkan hilangnya salah satu komponen itu, akan berakibat
tidak efektifnya pengawasan, yang pada gilirannya, menjadi sumber inefisiensi
penggunaan dana Pemerintah.
c. Pengawasan oleh konsumen :
Pengawasan oleh konsumen dilakukan, baik terhadap produk di pasar (fisik dan label
produk), iklan produk, maupun produk setelah dikonsumsi. Keraguan dan
kecurigaan terhadap produk yang di-pasarkan ataupun yang dipromosikan, serta
akibat negatif setelah dikonsumsi, dikomunikasikan pada Pemerintah melalui suatu
unit layanan pengaduan konsumen, untuk ditindak-lanjuti oleh Pemerintah.
Sedangkan edukasi bagi konsumen, dilakukan oleh Pemerintah melalui peringatan
(public warnings) yang ditayangkan berulang-ulang di berbagai media massa serta
secara aktif memberikan KIE kepada masyarakat.
Berdasarkan sistem pengawasan tiga lapis tersebut, terutama pada aspek pengawasan
oleh pemerintah (government controlling), telah dilakukan perbaikan tatalaksana sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku, sehingga pengawasan oleh pemerintah
mempunyai dasar pijakan yang jelas.
Di tahun 2009, telah dilakukan penyusunan SOP, yang merupakan salah satu dokumen
yang diserahkan untuk usulan reformasi birokrasi Badan POM pada akhir 2009. Sejalan
dengan upaya perbaikan/peningkatan berkelanjutan (continuous improvement), Badan
POM berencana untuk melakukan sertifikasi QMS - ISO 9001 : 2008 pada tahun 2012.
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 64
Sesuai rencana sertifikasi tersebut, dilakukan penyusunan dokumen level I (manual mutu
QMS Badan POM), demikian juga dilakukan perbaikan atau penyusunan baru dokumen
level II, III, dan IV. SOP yang merupakan dokumen level II dikonsolidasi dan direvisi
dengan menentukan definisi operasional baru, sehingga SOP yang disusun di tahun 2011,
merupakan SOP yang mengikat hubungan kerja antar unit kerja mandiri (setingkat
eselon II pusat dan Balai Besar atau Balai POM), sedangkan tata hubungan kerja di dalam
unit eselon II dan Balai Besar/Balai POM dibentuk dalam suatu Insruksi Kerja (IK).
Tahun 2011 telah disinkronisasi dan dilakukan peninjauan SOP lama dengan hasil 92 SOP
baru berdasarkan definisi operasional baru.
Untuk lebih menjelaskan kepada seluruh stakeholder pengawasan Obat dan Makanan
tentang SisPOM dan keterkaitannya dengan QMS Badan POM, telah pula dilakukan
penyusunan bussiness process map, realtionship map dan cross functional map serta
mengintegrasikannya dalam sistem mutu/QMS Badan POM. Pada dokumen level I, telah
dilakukan penyusunan peta strategi dengan menggunakan tools balanced scorecard (BSC).
Dengan
menggunakan
peta
strategi
ini,
Indikator
Kinerja
Utama
(IKU)
disusun/dibangun.
Dalam kaitan perkuatan tata laksana di bidang laboratorium, telah disusun tata
hubungan kerja antara pengujian dengan sampling di tahun 2007. Saat ini, sedang
dilakukan revisi terhadap tata hubungan kerja tersebut, sekaligus digunakan untuk
menjawab revitalisasi peran laboratorium yang dikembangkan menjadi beberapa tipe
(laboratorium
top
referral,
laboratorium
rujukan,
laboratorium
unggulan
dan
laboratorium rutin). Hal ini melengkapi upaya perkuatan laboratorium yang sudah
mendapatkan
mendapatkan
akreditasi
ISO 17025 di seluruh
Indonesia,
serta
mendapatkan nilai 96 dari 100 berdasarkan assessment yang dilakukan oleh WHO.
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 65
Peta Hubungan (Relationship Map)
i
las
gu
Re
Permohonan Pengujian/
Informasi/Bantuan Hukum/
Pengadaan/
Administrasi-Tata Usaha
Laporan
ral
ne
Ge
/
n
NIE asa
w
ga
n
Pe
/
asi ian
orm uj
Inf Peng
sil
Ha
Pemerintah
/
an
uji si/
ng
Pe rma
an Info
on
oh an an
rm on du
Pe rmoh enga
P
Pe
Masyarakat
/
asi
orm
Inf
an an
on du
oh ga
rm Pen
Pe
Pelaku
Usaha
asi
orm
Inf
IE/
nN
na
ho
o
rm
Pe
ort
pp
Su
Dit. Standardisasi
Produk Terapetik &
PKRT
Dit. Standardisasi
Obat Tradisional,
Kosmetik, & Produk
Komplemen
Dit. Standardisasi
Produk Pangan
POM-03
Pengawasan
Post-Market
Pusat Pengujian Obat
& Makanan
Pusat Penyidikan
Obat & Makanan
Dit. Penilaian Obat &
Produk Biologi
Dit. Pengawasan
Distr. PT & PKRT
Dit. Penilaian OT,
Suplemen Makanan &
Kos.
Dit. Pengawasan
Produksi PT& PKRT
Dit. Penilaian
Keamanan Pangan
Balai/Balai Besar
Dit. Pengawasan
NAPZA
Dit. Inspeksi &
Sertifikasi OT, Kos.
PK
POM-04
Pengelolaan
Laboratorium
POM-10
Perencanaan dan
Keuangan
Pusat Pengujian Obat
& Makanan
Pusat Riset Obat &
Makanan
& t
ing or
nn upp
Pla ial S
c
an
Fin
Biro Hukum &
Hubungan
Masyarakat
POM-02
Pengawasan
Pre-Market
Fi P
na la
nc nn
ia in
lS g&
up
po
rt
POM-01
Pengelolaan
Perundang-undangan
dan Standard
Biro Perencanaan &
Keuangan
Unit Kerja
POM-05
Riset dan
Pengembangan
POM-06
Pelayanan
Komunikasi, Informasi
dan Edukasi
POM-07
Teknologi Informasi
POM-08
HRD
Pusat Riset Obat &
Makanan
Pusat Informasi Obat
& Makanan
Pusat Informasi Obat
& Makanan
Biro Umum
Pusat Pengujian Obat
& Makanan
Biro Hukum & Hub.
Masyarakat
Unit Kerja
Unit Kerja
POM-12
General Affair
POM-13
Pengadaan Barang
dan Jasa
Biro Umum
Biro Umum
Unit Kerja
Unit Kerja
Balai/Balai Besar
Balai/Balai Besar
Planning & Financial Support
POM-14
Manajemen Organisasi
POM-15
Management System
Improvement
POM-09
Legal Management
POM-11
Komunikasi Kemitraan
Dalam dan Luar
Negeri
Dit. Obat Asli
Indonesia
Inspektorat
Inspektorat
Dit. Surveilan &
Penyuluhan
Keamanan Pangan
Biro Perencanaan &
Keuangan
Biro Perencanaan &
Keuangan
ort
pp
Su
Unit Kerja
Biro Hukum &
Hubungan Masyarakat
ral
ne
Ge
Dit. Inspeksi &
Sertifikasi Pangan
Dit. Pengawasan
Prod. & Bahan
Berbahaya
Unit Kerja
Biro Kerja Sama Luar
Negeri
Biro Hukum &
Hubungan Masyarakat
Biro Umum
Unit Kerja
Balai/Balai Besar
General Support/Informasi/Administrasi/Bantuan Hukum/Pengadaan/Hasil Pengujian
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 66
Peta Proses Bisnis (Business Process Map)
Proses Kerja Utama (CORE PROCESS)
Regulasi/
Standar
Regulasi/Standar
Regulasi
Pe
n
Re gaju
gis an
tra
si
Pemerintah
POM-01
Pengelolaan Perundang-undangan dan Standard
Regulasi/Standar
Regulasi/
Standar
POM-02
Nomor Registrasi
Pengawasan Pre-Market
Permintaan Pengujian
Approved Information
Laporan
POM-03
Pengawasan Post-Market
Permintaan
Pengujian
POM-04
Pengelolaan Laboratorium
Peng
a
masy duan
araka
t
Pelaku
Usaha
Ha
s
Re il Pen
gul
asi gawa
/St
and san
ar
No
Pe
ng
Su awas
rve
ilan an/
mo
r
Pemerintah
Re
gis
tra
si
Pelaku
Usaha
Komunikasi/Informasi/Edukasi
Metode Analisis
POM-05
Riset dan
Pengembangan
Masyarakat
POM-06
Pelayanan Komunikasi,
Informasi dan Edukasi
POM-07
Teknologi
Informasi
Komunikasi/Informasi/Edukasi
Masyarakat
POM-09
Legal Management
POM-12
General Affair
POM-11
Komunikasi Kemitraan
Dalam & Luar Negeri
POM-13
Pengadaan Barang & Jasa
l
ia
Proses Pendukung Utama (DIRECT SUPPORT)
Pla
nn
ing
Su & Fin
pp an
ort cia
l
POM-08
Human
Resource Dev.
nc
na
Fi
& ort
ng p
ni up
an S
Pl
Gene
r
Supp al
ort
Hasil Riset
Ge
ne
ral
Su
pp
ort
Proses Kerja Perencanaan (PLANNING SUPPORT)
POM-10
Perencanaan & Keuangan
POM-14
Organization Management
POM-15
Management System
Improvement
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 67
Pla
nni
ng
Su & Fin
pp
ort ancia
l
Proses Kerja Perbaikan (IMPROVEMENT SUPPORT)
Peta Sub Proses Bisnis (Cross Functional Map)
POM-01 Pengelolaan Perundang-undangan dan Standard
POM-01 Pengelolaan Perundangundangan dan Standard
POM-05 Riset dan Pengembangan
POM-06 Pelayanan Komunikasi,
Informasi, dan Edukasi
1.1
Penyusunan Rancangan UndangUndang
Data Kasus/
Hasil Riset
Data Kasus/
Dasar Hukum
1.2
Penyusunan Rancangan Peraturan
Pemerintah
Dokumentasi/
Sosialisasi
POM-02 Pengawasan Pre-Market
1.3
Penyusunan Rancangan Peraturan
Menteri
POM-03 Pengawasan Post-Market
1.4
Penyusunan Rancangan Peraturan
Kepala Badan POM / Peraturan Kepala
Badan POM
POM-09 Legal Management
1.5
Penyusunan Rancangan Standar
Standar/
Pedoman
POM-11 Komunikasi Kemitraan Dalam
dan Luar Negeri
1.6
Penyusunan Rancangan Keputusan
Informasi/
Standar
Kajian/
Pertimbangan Hukum
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 68
POM-02 Pengawasan Pre-Market
Pelaku Usaha
Permohonan Izin Edar
Izin Edar/
Sertifikat/Rekomendasi
POM-02 Pengawasan Pre-Market
Rekomendasi
2.1
Pra-Registrasi Obat dan Produk Biologi
Hasil Pengujian
POM-03 Pengawasan Post-Market
POM-04 Pengelolaan Laboratorium
2.2
Registrasi Obat dan Produk Biologi
2.3
Evaluasi Registrasi Produk Terapetik
Penggunaan Khusus
Daftar Produk Terdaftar
Permintaan
Pengujian
Data Produk
Terdaftar
POM-06 Pelayanan Komunikasi,
Informasi, dan Edukasi
2.4
Inspeksi Pelaksanaan Uji Klinik
Hasil Kajian
2.5
Pendaftaran Produk Pangan
2.6
Pendaftaran Notifikasi Kosmetik,
Pendaftaran Variasi dan Pembatalan
Persetujuan Pendaftaran Kosmetik
POM-01 Pengelolaan Perundangundangan dan Standard
Data Produk Terdaftar
POM-07 Teknologi Informasi
2.7
Pendaftaran Obat Tradisional dan
Suplemen Makanan dan Pembatalan
Persetujuan Pendaftaran
Pedoman/Regulasi/
Standar
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
Supporting System
halaman 69
POM-03 Pengawasan Post-Market
POM-03 Pengawasan Post-Market
Undang-Undang/
Standar
POM-01 Pengelolaan Perundang-undangan
dan Standard
3.1
Pemeriksaan Sarana Produksi dan Distribusi
Obat dan Makanan
3.2
Sampling Obat dan Makanan
3.3
Pengawasan promosi dan penandaan/label
obat dan makanan
Materi Teknis
3.4
Penerbitan SKI/SKE Obat dan Makanan
Data Teknis
POM-09 Legal Management
3.5
Sertifikasi Sarana Produksi dan Distribusi
Produk Terapetik
3.6
Sertifikasi Sarana Produksi Obat Tradisional
dan Kosmetik
3.15
Tindak Lanjut Hasil Surveilan Keamanan
Produk Terapetik dan Perbekalan Kesehatan
Rumah Tangga
3.16
Tindak Lanjut Pengawasan Obat Tradisional,
Kosmetika dan Suplemen Makanan
3.17
Tindak Lanjut Pengawasan Keamanan
Pangan
Nilai Sarana
Harmonisasi & Kerja Sama
3.8
Penerbitan Surat Persetujuan Pencantuman
dan Pengawasan Tulisan/Logo Halal pada
Label Makanan dan Minuman
3.9
Pengawasan Produk Terapetik dan Napza
POM-11 Komunikasi Kemitraan Dalam dan
Luar Negeri
3.10
Pengawasan Pelaksanaan Farmakovigilans
di Industri Farmasi
3.11
Pengawasan Bahan Berbahaya
3.12
Investigasi Awal dan Penyidikan
3.13
Manajemen PPNS Badan POM RI
3.14
Tindak Lanjut Pengawasan Produk
Terapetik dan Perbekalan Kesehatan
Rumah Tangga
POM-02 Pengawasan Pre-Market
Nomor Izin Edar/
Informasi Produk Terdaftar
3.18
Tindak Lanjut Pengujian Kemasan Pangan
3.19
Surveilan Keamanan Produk Terapetik dan
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga
3.20
Surveilan Keamanan Obat Tradisional,
Kosmetika dan Suplemen Makanan
3.7
Sertifikasi Sarana Produksi Pangan
Bantuan dan Pelayanan Hukum
Rekomendasi Pencabutan NIE
Permintaan Pengujian
POM-04 Pengelolaan Laboratorium
3.21
Surveilan Keamanan Pangan
Hasil Uji
3.22
Penanganan Produk Terapetik Ilegal
3.23
Inspeksi Terpadu Produk Terapetik dan
NAPZA
Informasi Tindak Lanjut
3.24
Inspeksi Terpadu Obat Tradisional, Kosmetik
dan Suplemen Makanan
3.25
Kewaspadaan dan Penanggulangan
Keamanan Pangan
3.26
Penanganan Kejadian Luar Biasa
3.27
Penanganan Kasus Produk Pangan
3.28
Pelaksanaan Bea Masuk Ditanggung
Pemerintah di Sektor Farmasi
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 70
POM-06 Pelayanan Komunikasi, Informasi
dan Edukasi
Pengaduan/
Alert/Referensi
POM-04 Pengelolaan Laboratorium
Metode Analisis
Permintaan Pengujian
POM-03 Pengawasan Post-Market
POM-01 Pengelolaan Perundangundangan dan Standard
POM-04 Pengelolaan
Laboratorium
Hasil Uji/Data
Kalibrasi Alat
4.1
Pelayanan Pengujian
Peraturan
Standar
Metode Analisis/Data
POM-01 Pengelolaan Perundangundangan dan Standard
4.2
Metode Pengujian dan Validasi/Verifikasi
Metode
4.3
Kalibrasi Peralatan Pengujian
Laboratorium Badan POM
Sertifikat Kalibrasi
Hasil Uji
Baku Pembanding
Pelaku Usaha/Masyarakat/Instansi Lain
Data
4.4
Jaminan Mutu Laboratorium
Sampel
Sampel
4.5
Pelayanan dan Adopsi Baku
Pembanding Laboratorium
Sampel
Pusat Informasi Obat dan Makanan
POM-02 Pengawasan Pre-Market
Laporan Hasil Uji
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
Tim Inspeksi
halaman 71
POM-05 Riset dan Pengembangan
POM-01 Pengelolaan Perundangundangan dan Standard
Informasi/
Support System
Hasil Kajian
Hasil Riset
Data Kasus/
Hasil Riset
POM-06 Pelayanan Komunikasi,
Informasi dan Edukasi
POM-02 Pengawasan Pre-Market
POM-05 Riset dan Pengembangan
Hasil Riset
Leaflet/Buku/e-book
Talkshow
Permintaan Informasi
Hasil Kalibrasi
POM-04 Pengelolaan Laboratorium
5.1
Riset & Pengembangan di Bidang Obat
& Makanan
Permintaan Kajian
5.2
Kajian Pengembangan Obat Asli
Indonesia
Permintaan Kalibrasi
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
Hasil Riset
halaman 72
Permintaan Riset
POM-03 Pengawasan Post-Market
POM-06 Pelayanan Komunikasi, Informasi dan Edukasi
Informasi/
Support System
POM-06 Pelayanan Komunikasi,
Informasi dan Edukasi
6.1
Layanan Informasi
Informasi
Pustaka
6.2
Kehumasan, Publikasi dan Edukasi
6.3
Layanan Perpustakaan
Semua Unit Kerja
6.4
Layanan Pengaduan
Hasil Riset
Leaflet/Buku/e-book
Talkshow/Permintaan Informasi
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 73
Masyarakat/
Pelaku Usaha
Permintaan Informasi
Pengaduan
POM-07 Teknologi Informasi
Informasi TIK
Sistem Operasi
Hardware
Pemasok
POM-07 Teknologi Informasi
Permintaan Pengadaan TIK
Pengaduan Hardware
7.1
Pengembangan TIK
7.2
Pemeliharaan Data, Informasi dan
Perangkat Informasi
Kebijakan TIK
Sistem Aplikasi
Penyediaan Hardware & Jaringan
IT Support
Permintaan Perbaikan Hardware & Jaringan
Permintaan Pengembangan Aplikasi
Permintaan IT Support
Semua Unit Kerja
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 74
POM-08 Sumber Daya Manusia
Perencanaan Tenaga Kerja
Penilaian Kinerja
Permintaan Tenaga Kerja
Kebutuhan Training/Pelatihan
POM-08 Human Resource
Development
8.1
Perumusan Modal Insani
Semua Unit Kerja
8.2
Perencanaan dan Rekrutmen Pegawai
Reward & Punishment
Penempatan Tenaga Kerja
Program Pembinaan
8.3
Pengelolaan Kinerja
Surat Lamaran
8.4
Pengembangan Pegawai
8.5
Pemberhentian Pegawai
8.6
Kepegawaian
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 75
Calon Tenaga Kerja
POM-09 Layanan Hukum
POM-09 Legal Management
9.1
Penanganan Litigasi Perkara Hukum
Niaga
9.2
Penanganan Litigasi Perkara Hukum
Perdata
9.3
Penanganan Litigasi Perkara PraPeradilan
9.4
Penanganan Litigasi Perkara Hukum
Tata Usaha Negara
Regulasi
9.5
Pendampingan Saksi/Ahli
9.6
Pertimbangan Hukum
9.7
Penyusunan Nota Kesepahaman Dalam
Negeri
Pemerintah Dalam dan Luar Negeri
Permintaan Perancangan Peraturan UU
Permintaan Layanan Bantuan Hukum
Permintaan Penyuluhan Hukum
Permintaan Pertimbangan Hukum
Permintaan Dokumentasi Hukum
Semua Unit Kerja/Tenaga Kerja
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 76
Dokumentasi Hukum
Hasil Perancangan Peraturan UU
Bantuan Hukum
Pertimbangan Hukum
Penyuluhan Hukum
POM-10 Perencanaan dan Keuangan
Pemerintah
Kepala BPOM RI
Pelaporan Program & Anggaran
POM-10 Perencanaan dan
Keuangan
10.1
Manajemen Strategi
10.2
Perencanaan dan Evaluasi Program dan
Anggaran
10.3
Pencairan Anggaran
10.4
Pengangkatan Pejabat Pengelola
Keuangan
Pengajuan Anggaran
10.5
Penyusunan Laporan Keuangan
Realisasi Program &
Anggaran
Perencanaan Program &
Anggaran
Hasil Pemantauan
Program & Anggaran
Semua Unit Kerja
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 77
POM-11 Komunikasi Kemitraan Dalam dan Luar Negeri
Semua Unit Kerja
Pemenuhan Kebutuhan Kerja Sama
Permintaan Kerja Sama
POM-11 Komunikasi Kemitraan Dalam
dan Luar Negeri
11.1
Pengembangan Jejaring Luar Negeri
11.2
Keprotokolan
11.3
Pengembangan Jejaring Dalam Negeri
Permintaan Kerja Sama
Kesepakatan Kerja Sama
Mitra Dalam dan atau Luar Negeri
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 78
POM-12 Umum
Pemerintah
Pelaporan Barang Milik Negara
POM-12 General Affair
12.1
Pengelolaan Barang Milik Negara
Penggajian
12.2
Pengelolaan K3
12.3
Pengelolaan Persuratan dan Kearsipan
Pegawai BPOM RI
Pemenuhan Bimbingan Teknis
Permintaan Pengarsipan
Permintaan Pemeliharaan & Perawatan
Pemenuhan Pengarsipan
Data Barang Milik Negara
Pemenuhan Protokoler
Data Karyawan & Kehadiran
Permintaan Pengelolaan Sarana & Prasarana
Pemenuhan Sarana dan Prasarana
Pemenuhan Bimbingan Teknis
Permintaan Bimbingan Teknis
Permintaan Protokoler
Permintaan Pengamanan
Semua Unit Kerja
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
Pemenuhan Pemeliharaan & Perawatan
halaman 79
POM-13 Pengadaan Barang dan Jasa
Semua Unit Kerja
Permintaan Pembelian
Penyerahan Barang & Jasa
POM-13 Pengadaan Barang dan
Jasa
13.1
Pra dan Pasca Pengadaan Barang dan
Jasa
13.2
Pengadaan Barang dan Jasa
Dokumen Pembelian
Profil dan Penawaran
Pemasok
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 80
POM-14 Manajemen Organisasi
POM-14 Organization
Management
14.1
Restrukturisasi Organisasi
14.2
Manajemen Tata Laksana dan Tata
Hubungan Kerja
14.3
Manajemen Perubahan
Feedback Renstra Organisasi
Rencana Strategis Organisasi
Pengembangan Unit Kerja
Semua Unit Kerja
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 81
POM-15 Peningkatan Sistem Manajemen
Kebijakan/
Pengendalian Catatan/
Program Audit/
Program Perbaikan dan Pencegahan
POM-15 Management System
Improvement
15.1
Pengendalian Dokumen
15.2
Pengendalian Catatan
Semua Unit Kerja
15.3
Prosedur Audit Mutu Internal
Hasil pengukuran kinerja proses
15.4
Tinjauan Manajemen
15.5
Pengukuran Kepuasan Pelanggan
Hasil Review Manajemen
15.6
Penanganan Ketidaksesuaian
Kepala BPOM RI
15.7
Tindakan Perbaikan
15.8
Tindakan Pencegahan
15.9
Audit Operasional
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 82
Untuk mengefisienkan proses, seluruh penyelenggaraan tugas Badan POM, dituangkan
dalam elektronisasi proses. Proses elektroniasi tersebut sudah berjalan mulai tahun 2005,
dimana dilakukan pembahasan SIE (Sistem Informasi Elektronik) di pusat yang
merupakan sistem pelaporan kegiatan tertentu Balai Besar/Balai POM kepada pusat.
Kegiatan yang tertampung dalam SIE adalah kegiatan-kegiatan pokok yang datanya
harus selalu diupdate. Di Balai Besar/Balai POM, juga sudah mulai dikembangkan
prototipe sistem data informasi elektronik dalam bentuk SIMBA (Sistem Informasi
Manajemen Balai). Akibat bahasa program dan sistem yang digunakan berbeda, sulit
dilakukan sinkronisasi antara SIE dengan SIMBA, meskipun SIE sendiri telah mengalami
banyak pengembangan. Mengingat pentingnya sinkronisasi kegiatan Balai Besar/Balai
POM dengan sistem pelaporan di pusat, maka dibangun suatu sistem informasi yang saat
ini telah memasuki tahap perencanaan IT Governace yang dilanjutkan dengan
pengembangan prototype SIPT (Sistem Informasi Pelaporan Terpadu).
Elektronisasi sistem tidak hanya dilakukan pada pelaporan kegiatan namun juga pada
pelayanan publik dan ketatausahaan. Dari tahun 2011, sudah mulai dilakukan
pengembangan e_notifikasi dan e_registrasi, yang dimulai dengan e-notifikasi kosmetik.
Sedangkan IT di bidang ketatausahaan sudah dimulai dengan pengembangan e-archive
dan e-document di tahun 2011.
B.
Rencana
Setelah mengalami beberapa pengembangan dan penerapan yang dilakukan di bidang
tatalaksana, upaya akan dilanjutkan dengan continuous improvement di segala sisi. Pada
tahun 2012 akan dilakukan sertifikasi sistem mutu Badan POM dengan standar ISO 9001 :
2008. Dengan demikian, sistem pengawasan Obat dan Makanan yang dilakukan oleh
Badan POM merupakan satu sistem yang tidak terpecah dan integral, bahkan sampai
dengan pengawasan Obat dan Makanan yang dilakukan di Balai Besar/Balai POM.
Seiring dengan sertifikasi tersebut, akan dilakukan upaya perbaikan terus menerus
dengan melakukan kaji ulang mutu serta audit internal sistem mutu.
Di bidang laboratorium, dimana sistem mutu sudah lebih establish, akan dilakukan
pemeliharaan sistem sehingga ISO 17025 yang sudah didapat tidak akan dibekukan.
Upaya perbaikan berkelanjutan juga dilakukan di tahun 2012 – 2014 dengan memperluas
ruang lingkup akreditasi sampai sama dengan peta kemampuan pengujian masingmasing Balai Besar/Balai POM. Upaya berkelanjutan di bidang tatalaksana adalah
melakukan revisi tata hubungan kerja yang saat ini sudah ada. Dengan perkembangan
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 83
lingkungan eksternal dan internal, maka revisi tata hubungan kerja harus segera
dilakukan di tahun 2012.
Untuk meningkatkan penggunaan TI dalam proses penyelenggaraan manajemen
pemerintahan, tahun 2012 – 2014 akan dilakukan pengembangan e_notifikasi dan
e_registrasi untuk produk pangan low risk, pangan high risk, obat, serta obat tradisional
dan suplemen makanan. Demikian juga akan terus dikembangkan dan diterapkan earchive dan e-document beserta dasar hukumnya.
C.
Kriteria Keberhasilan
Kriteria keberhasilan penataan tatalaksana adalah :
1. Meningkatnya penggunaan TI dalam proses penyelenggaraan manajemen
pemerintahan dengan indikator :
a. Terbangunnya proses manajemen pemerintahan menggunakan TI
2. Meningkatnya efisiensi dan efektifitas proses manajemen pemerintahan di Badan
POM, dengan indikator :
a. Terlaksananya tugas dan fungsi Badan POM sesuai prosedur kerja.
3. Meningkatnya kinerja Badan POM, dengan indikator :
a. Terbangunnya Indikator Kinerja Utama (IKU) yang selaras dengan
penerapan strategi.
D.
Agenda Prioritas
Dalam area penataan tatalaksana, dimana diperlukan peningkatan/perbaikan proses
kerja yang didukung dengan penggunaan TI dalam proses kerja tersebut, agenda
prioritas yang ditetapkan adalah : penerapan secara konsisten sistem mutu Badan POM
dengan menggunakan standar ISO 9001 : 2008, yang didalamnya terdapat dua aspek
pokok yaitu konsistensi pelayanan dan continuous improvement.
Sedangkan agenda prioritas kedua adalah pengembangan dan penerapan IT pada
business process Badan POM, termasuk pengembangan e archive dan e-document.
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 84
E. Waktu Pelaksanaan dan Tahapan Kerja
Formulir 3
Rencana Aksi Program dan Kegiatan Reformasi Birokrasi
No
PROGRA
M/KEGIA
TAN
HASIL
YANG
DIHARAPKAN
PENA
NGGU
NG
JAW
AB
AL
OK
AS
I
W
A
KTU
2011
1
2
3
4
5
6
7
2012
8
9
#
#
#
1
2
3
4
5
6
7
2013
8
9
#
#
#
1
2
3
4
PENATA
-AN
TATALAKSANA
31
Perencan
aan IT
Governan
ce
32
Pengemb
angan IT
- PMO
33
Prototyp
e SIPT
5
6
7
2014
8
9
#
#
#
1
2
3
4
5
6
7
8
9
#
#
#
HA
L
YA
NG
DIP
ER
LUKA
N
ESTI
MAS
I
ANG
GAR
AN
41,2
M
Dokumen
Perencanaa
n IT
Governanc
e
Dokumen
Pengemba
ngan IT PMO
Dokumen
Prototype
SIPT
Pokj
a1
8
bl
n
Pokj
a1
8
bl
n
Pokj
a1
8
bl
n
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 85
34
35
Integrasi
Sistem eNotifikas
i
Kosmetik
& eregistrati
on
Pangan
low risk
dengan
e-bpom
Continuo
us
improvem
ent pada
sistem enotifikasi
Kosmetik
Pokj
a1
11
bl
n
Dokumen
Continuou
s
improvem
ent pada
sistem enotifikasi
Kosmetik
Pokj
a1
8
bl
n
Dokumen
Integrasi
Sistem eNotifikasi
Kosmetik
& eregistratio
n Pangan
low risk
dengan ebpom
36
Uji coba
dan
sosialisas
i sistem
pelapora
n ESO
elektroni
k
Laporan
Uji coba
dan
sosialisasi
sistem
pelaporan
ESO
elektronik
Pokj
a1
11
bl
n
37
Pengemb
angan
laboratory
informatio
n
manageme
nt system
(LIMS)
Penerapan
laboratory
informatio
n
manageme
nt system
(LIMS) di
Badan
POM
Pokj
a1
11
bl
n
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 86
38
Pengkajia
n IT
Governan
ce
39
Pemetaa
n
HW/SW
- Uji coba
IT - PMO
40
Uji coba
SIPT
41
Iintegrasi
eregistatio
n Obat
(data
administr
asi) dan
Pangan
high risk
dengan
e-bpom
Laporan
Pengkajian
IT
Governanc
e
Dokumen
Pemetaan
HW/SW
dan Uji
coba IT PMO
Laporan
Uji coba
SIPT
Dokumen
Iintegrasi
eregistation
Obat (data
administra
si) dan
Pangan
high risk
dengan ebpom
Pokj
a1
1
th
Pokj
a1
1
th
Pokj
a1
1
th
Pokj
a1
1
th
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 87
42
Continuo
us
improvem
ent pada
sistem enotifikasi
Kosmetik
dan
Pangan
Low Risk
43
Evaluasi
sistem
pelapora
n ESO
elektroni
k
44
Pengemb
angan
sistem
data
manage
ment
laporan
ESO
elektroni
k
Impleme
ntasi IT
Governan
ce System
45
46
Impleme
ntasi IT PMO
Dokumen
Continuou
s
improvem
ent pada
sistem enotifikasi
Kosmetik
dan
Pangan
Low Risk
Dokumen
Evaluasi
sistem
pelaporan
ESO
elektronik
Pokj
a1
1
th
Pokj
a1
1
th
Pokj
a1
1
th
Pokj
a1
1
th
Pokj
a1
1
th
Penerapan
sistem data
manageme
nt laporan
ESO
elektronik
Diterapkan
ya IT
Governanc
e System
Diterapkan
ya IT PMO
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 88
47
Impleme
ntasi
SIPT
48
Integrasi
eregistatio
n OT, SM
dengan
e-bpom
49
Continuo
us
improvem
ent pada
sistem eregistrati
on Obat
dan
Pangan
High Risk
50
Monev
IT
Governan
ce System
51
Monev
IT - PMO
Diterapkan
ya SIPT di
Badan
POM
Terintegras
inya eregistation
OT, SM
dengan ebpom
Terlaksana
nya
Continuou
s
improvem
ent pada
sistem eregistratio
n Obat dan
Pangan
High Risk
Laporan
Monev IT
Governanc
e System
Laporan
Monev IT PMO
Pokj
a1
1
th
Pokj
a1
1
th
Pokj
a1
1
th
Pokj
a1
1
th
Pokj
a1
1
th
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 89
52
Integrasi
eregistatio
n Obat
(data
lengkap)
dengan
e-bpom
53
Continuo
us
improvem
ent pada
sistem eregistratio
n OT dan
SM
54
Menyusu
n manual
mutu
QMS
Badan
POM
Terintegras
inya eregistation
Obat (data
lengkap)
dengan ebpom
Terlaksana
nya
Continuou
s
improvem
ent pada
sistem eregistratio
n OT dan
SM
Dokuman
manual
mutu QMS
Badan
POM
Pokj
a1
1
th
Pokj
a1
1
th
Pokj
a1
8
bl
n
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 90
55
56
57
Menginte
grasikan
bussiness
process
map,
realtions
hip map
dan cross
functiona
l map
dengan
sistem
mutu
Badan
POM
Menyusu
n dan
menghar
monisasi
SOP
Menyusu
n IK dan
formatformat
58
Mengkaji
keterkait
an SOP
dan
uraian
jabatan
59
Mengim
plementa
sikan
QMS
Badan
Terintegras
inya
bussiness
process
map,
realtionshi
p map dan
cross
functional
map
dengan
sistem
mutu
Badan
POM
Dokumen
SOP Badan
POM
Dokumen
IK dan
formatformat
Saling
terkaitnya
dokumen
SOP dan
Uraian
Jabatan
diimpleme
ntasikanny
a QMS
Badan
POM
Pokj
a1
8
bl
n
Pokj
a1
8
bl
n
Pokj
a1
11
bl
n
Pokj
a1
11
bl
n
Pokj
a1
4
bl
n
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 91
POM
60
61
62
63
pemeliha
raan
sistem
mutu
ISO
17025
untuk
seluruh
laborator
ium
pengujia
n di
Badan
POM
Sertifikas
i ISO
9001:2008
Kaji
ulang
sistem
mutu
dan audit
internal
sistem
mutu
CAPA
Terpelihar
a-nya
sistem
mutu ISO
17025
untuk
seluruh
laboratoriu
m
pengujian
di Badan
POM
Diperolehn
ya
sertifikat
ISO
9001:2008
Laporan
Kaji ulang
sistem
mutu dan
audit
internal
sistem
mutu
Dokumen
CAPA
Pokj
a1
4
th
Pokj
a1
3
th
Pokj
a1
3
th
Pokj
a1
3
th
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 92
64
65
Menyusu
n Grand
design
dan
roadmap
Badan
POM
Melaksan
akan
review
renstra
66
Menyusu
n peta
strategi
dan IKU
67
Menyusu
n arah
kebijakan
tahunan
Badan
POM
Menyusu
n fokus
prioritas,
program
dan
kegiatan
68
69
Review
peta
strategi
dan IKU
Dokumen
Grand
design dan
roadmap
Badan
POM
Laporan
hasil
review
renstra
Dokumen
peta
strategi
dan IKU
Dokumen
arah
kebijakan
tahunan
Badan
POM
Dokumen
fokus
prioritas,
program
dan
kegiatan
Laporan
hasil
Review
peta
strategi
dan IKU
Pokj
a1
8
bl
n
Pokj
a1
8
bl
n
Pokj
a1
8
bl
n
Pokj
a1
8
bl
n
Pokj
a1
8
bl
n
Pokj
a1
8
bl
n
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 93
F.
Penanggung Jawab
Kegiatan dalam program penataan tatalaksana dilakukan oleh seluruh unit kerja dengan
koordinasi dari Pokja 1 yang diketuai oleh Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan.
Dalam koordinasi tersebut, peran Pusat Informasi Obat dan Makanan sangat penting.
G.
Rencana Anggaran
Untuk melaksanakan seluruh kegiatan dalam program penataan tatalaksana diperlukan
anggaran sebesar Rp. 41,2 Milyar
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 94
PROGRAM
PENATAAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
A. Pencapaian
Dasar hukum pelaksanaan tugas, fungsi dan kewenangan Badan POM menyebar di
beberapa peraturan perundang-undangan, selain Peraturan Kepala Badan POM RI.
Keadaaan ini mengharuskan dilakukannya revisi atas beberapa Peraturan Kepala Badan
POM agar tidak terjadi tumpang tindih dan/atau disharmoni antar peraturan
perundang-undangan.
Sampai saat ini, telah dilakukan penataan termasuk penyusunan peraturan perundangundangan antara lain :
a.
Keputusan Kepala Badan POM Nomor HK.00.05.23.0081 tahun 2003 tentang
Ketentuan dan Tata Cara Mempersiapkan Rancangan Peraturan PerundangUndangan di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan;
b.
SOP untuk penyusunan Rancangan Undang-Undang, Rancangan Peraturan
Pemerintah, Rancangan Peraturan Menteri, Rancangan Peraturan Kepala Badan
POM, Rancangan Keputusan Kepala Badan POM dan Rancangan Nota
Kesepahaman serta SOP untuk pendokumentasian hukum dan sosialisasi peraturan
perundang-undangan.
c.
dokumentasi hukum berupa indeks peraturan perundang-undangan di bidang
pengawasan produk Terapetik dan Napza dalam bentuk pustaka dan DVD
B.
Rencana
Berdasarkan pencapaian yang telah diperoleh, reformasi birokrasi yang direncanakan
akan dilakukan adalah:
a. Revisi Keputusan Kepala Badan POM Nomor HK.00.05.23.0081 Tahun 2003 tentang
Ketentuan dan Tata Cara Mempersiapkan Rancangan Peraturan Perundangundangan di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan yang akan
disesuaikan dengan UU No. 10 tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan;
b. Revisi
SOP
penyusunan
dan
pembentukan
peraturan
perundang-undangan
disesuaikan dengan UU No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan;
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 95
c. pemetaan peraturan perundang-undangan yang diidentifikasi tumpang tindih,
disharmonis, serta multi tafsir di setiap Kedeputian;
d. penyusunan SOP pendokumentasian peraturan perundang-undangan
e. penyusunan SOP sosialisasi peraturan perundang-undangan
f.
pendokumentasian berupa indeks peraturan perundang-undangan di bidang
pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik, dan Produk Komplemen dalam bentuk
pustaka dan DVD
C.
Kriteria Keberhasilan
Berdasarkan rencana reformasi birokrasi yang akan dilakukan, maka indikator
keberhasilan dapat dilihat berdasarkan kriteria keberhasilan sebagai berikut:
a. Tersedianya Keputusan Kepala Badan POM tentang Ketentuan dan Tata Cara
Mempersiapkan Rancangan Peraturan Perundang-undangan di Lingkungan Badan
Pengawas Obat dan Makanan yang akan disesuaikan dengan UU No. 10 tahun 2004
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan;
b. Tersedianya SOP penyusunan dan pembentukan peraturan perundang-undangan
disesuaikan dengan UU No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan;
c. Tersedianya peta peraturan perundang-undangan yang diidentifikasi tumpang
tindih, disharmonis, serta multi tafsir di setiap Kedeputian;
d. Tersusunnya SOP pendokumentasian peraturan perundang-undangan
e. Tersusunnya SOP sosialisasi peraturan perundang-undangan
f.
Tersedianya dokumentasi berupa indeks peraturan perundang-undangan di bidang
pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik, dan Produk Komplemen dalam bentuk
pustaka dan DVD
D.
Agenda Prioritas
Program dan aktivitas reformasi birokrasi yang saat ini sedang dilakukan adalah:
a. melakukan revisi Keputusan Kepala Badan POM Nomor HK.00.05.23.0081 Tahun
2003 tentang Ketentuan dan Tata Cara Mempersiapkan Rancangan Peraturan
Perundang-undangan di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan yang akan
disesuaikan dengan UU No. 10 tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan;
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 96
b. melakukan pemetaan peraturan perundang-undangan yang diidentifikasi tumpang
tindih, disharmonis, serta multi tafsir di setiap Kedeputian;
c. melakukan Revisi SOP penyusunan dan pembentukan peraturan perundangundangan
disesuaikan dengan UU No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan;
g. melakukan penyusunan SOP pendokumentasian peraturan perundang-undangan;
d. melakukan penyusunan SOP sosialisasi peraturan perundang-undangan; dan
e. melakukan pendokumentasian berupa indeks peraturan perundang-undangan di
bidang pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik, dan Produk Komplemen dalam
bentuk pustaka dan DVD.
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 97
E.
Waktu Pelaksanaan dan Tahapan Kerja
Formulir 3
Rencana Aksi Program dan Kegiatan Reformasi Birokrasi
N
o
PROGRAM/
KEGIATAN
HASIL
YANG
DIHARAPKAN
PENA
NGGU
NG
JA
WA
B
AL
OK
AS
I
W
A
KTU
2011
1
2
3
4
5
6
7
2012
8
9
#
#
#
1
2
3
4
5
6
7
2013
8
9
#
#
#
1
2
3
4
5
PENATAAN
PERATUR
AN
PERUNDANGUNDANG
AN
70
Penyusuna
n SOP
penyusuna
n
peraturan
perundang
-undangan
(area
perubahan
tata
laksana)
6
7
2014
8
9
#
#
#
1
2
3
4
5
6
7
8
9
#
#
#
HA
L
YA
NG
DI
PE
RL
UKA
N
ESTI
MA
SI
AN
GG
ARA
N
11,5
M
Pok
ja 2
1
th
Dokumen
SOP
penyusuna
n
peraturan
perundang
-undangan
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 98
71
72
73
Review
SOP
penyusuna
n
peraturan
perundang
-undangan
sebagai
upaya
continuous
improveme
nt
Penyusuna
n/revisi
peraturan
Per UU di
Bidang
Pengawasa
n Obat dan
Makanan
berdasarka
n hasil
pemetaan
dan
kebutuhan
sesuai
dengan
SOP
Identifikasi
peraturan
perundang
-undangan
di Bidang
Pengawasa
n Obat dan
Makanan
Pok
ja 2
4
th
Pok
ja 2
4
th
Pok
ja 2
1
th
Laporan
Review
SOP
penyusuna
n
peraturan
perundang
-undangan
Dokumen
revisi
peraturan
Per UU di
Bidang
Pengawasa
n Obat dan
Makanan
Teridentifi
kasinya
peraturan
perundang
-undangan
di Bidang
Pengawasa
n Obat dan
Makanan
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 99
74
75
76
Pemetaan
peraturanperundang
-undangan
yang tidak
harmonis,
tidak
sinkron
dan belum
ada di
Bidang
Pengawasa
n Obat dan
Makanan
Updating
Pemetaan
Per UU
Pengarsipa
n
elektronik
peraturan
perundang
-undangan
secara
bertahap
Pok
ja 2
1
th
Pok
ja 2
3
th
Pok
ja 2
4
th
adanya
Sinkronisa
si
peraturanperundang
-undangan
di Bidang
Pengawasa
n Obat dan
Makanan
Dokumen
Pemetaan
Per UU
terbaru
Diterapka
nnya
Pengarsipa
n
elektronik
peraturan
perundang
-undangan
secara
bertahap
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 100
77
Pencantum
an dalam
website
Badan
POM :
http://ww
w.pom.go.i
d
78
Penyusuna
n kuesioner
pengaduan
peraturan
yang
bermasalah
79
Penyusuna
n
mekanisme
dan tindak
lanjut
pengaduan
80
Sosialisasi
peraturan
perundang
-undangan
Dicantumk
annya
Peraturan
Perundang
-undangan
dalam
website
Badan
POM :
http://ww
w.pom.go.
id
kuesioner
pengadua
n
peraturan
yang
bermasala
h
Dokumen
mekanism
e dan
tindak
lanjut
pengadua
n
Tersosialis
asinya
peraturan
perundang
-undangan
Pok
ja 2
4
th
Pok
ja 2
4
th
Pok
ja 2
4
th
Pok
ja 2
4
th
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 101
81
Pembahasa
n
pengaduan
dan upaya
perbaikan
Laporan
hasil
Pembahas
an
pengadua
n dan
upaya
perbaikan
Pok
ja 2
4
th
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 102
F.
Penanggungjawab
Penanggung jawab kegiatan dalam program Penataan Peraturan perundang-undangan
adalah Pokja 2, yang diketuai oleh Kepala Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat.
Dalam melaksanakan program penataan peraturan perundang-undangan, Kepala Biro
Hukum dan Hubungan Masyarakat melibatkan seluruh unit kerja Badan POM, terutama
Direktur Standardisasi Produk Terapetik dan PKRT, Direktur Standardisasi Obat
Tradisional, Kosmetik, dan Produk Komplemen, dan Direktur Standardisasi Produk
Pangan.
G.
Rencana Anggaran
Anggaran yang dibutuhkan untuk penyelenggaraan program penataan peraturan
perundang-undangan adalah Rp. 11,5 M sampai dengan 2012.
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 103
PROGRAM
PENATAAN SISTEM MANAJEMEN SDM APARATUR
A.
Pencapaian
Penataan sistem manajemen aparatur merupakan satau hal paling krusial yang harus
dilakukan hampir semua institusi publik di Indonesia. Centang perenang permasalahan
terkait dengan SDM Aparatur sedemikan rumit, yang menyebabkan perlunya
penanganan komprehensif pada seluruh lini manajemen SDM.
Di Badan POM, penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur telah dilakukan sejak awal
berdirinya. Pada tahun 2003, mulai dilakukan rekrutmen terpisah dari Kementerian
Kesehatan. Rekrutmen telah dilakukan dengan standarisasi yang jelas, dengan berdasar
pada Pedoman Rekrutmen Pegawai. Namun saat itu, penghitungan beban kerja belum
dilakukan secara komprehensif.
Mulai tahun 2005, analisis beban kerja telah mulai dilakukan, dan dari tahun ke tahun,
analisis ini mengalami perbaikan dari sisi kualitas analisis. Berdasarkan analisis tersebut,
komposisi SDM yang ada sekarang, masih belum proporsional. Disparitas SDM terjadi
baik pada sisi kualitas maupun kuantitas.
Dari analisis tahun 2010 terlihat bahwa berdasarkan coverage pemeriksaan sarana yang
dilakukan oleh seluruh Balai/Balai Besar POM sampai saat ini masih sekitar 18 % dari
seluruh sarana produksi dan distribusi OMKABA, atau dengan kata lain, rata-rata setiap
1 sarana akan diperiksa kembali setiap 5 tahun. Sedangkan di bidang pengujian, karena
keterbatasan SDM, dari 131.089 produk yang terdaftar, hanya 4.387 merk produk (3,4%)
saja yang disampling dan diuji oleh Badan POM melalui Balai Besar/Balai POM di
seluruh Indonesia. Idealnya, untuk melakukan pengawasan yang efektif, paling tidak
Badan POM harus melakukan sampling dan pengujian terhadap kurang lebih 10 %
produk (13.109 jenis) yang beredar.
Dari sisi kuantitas, tidak hanya jumlah pegawai saja yang kurang dibandingkan coverage
pengawasan Obat dan Makanan, tetapi masalah juga timbul karena saat ini sudah terjadi
piramida tua kuantitas pegawai. Dengan demikian suksesi SDM harus segera dipercepat,
disamping beban kerja yang harus dikelola dengan sangat baik supaya tidak terjadi chaos
pengawasan Obat dan Makanan. Secara umum, kebijakan nasional moratorium pegawai,
sangat membahayakan bagi kesinambungan pengawasan Obat dan Makanan. Pada
masanya, akan terjadi kekosongan pegawai dan atau jabatan yang harus disikapi dengan
hati-hati.
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 104
Dari sisi kualitas, disparitas kompetensi terjadi antara pusat daerah dan antara wilayah
Barat dan Timur Indonesia. Meskipun SDM Badan POM dikenal karena mempunyai
kompetensi yang baik, namun tetap terjadi kesenjangan antara kompetensi yang saat ini
dimiliki dengan kompetensi yang seharusnya untuk mengantisipasi perkembangan
lingkungan strategis terutama lingkungan global.
Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, penataan
manajemen SDM Aparatur Badan POM dilakukan secara
berkesinambungan.
Namun
upaya-upaya
perbaikan
tersebut perlu segera diakselerasi, mulai dari penyusunan
rencana melalui analisis jabatan dan analisis beban kerja,
rekrutmen, pengelolaan kinerja, pengembangan pegawai
serta
peningkatan
kesejahteraan
pegawai
didukung
dengan sistem administrasi pegawai yang ditingkatkan
Gambar 1 Pegawai Badan POM
sedang melakukan absensi sidik jari
secara elektronis
keandalannya dengan elektronisasi.
Beberapa hal yang telah dilakukan adalah peningkatan kualitas penyusunan rencana
kebutuhan pegawai melalui analisis jabatan, penyusunan informasi jabatan, peringkat
jabatan,
harga
jabatan,
penyusunan
analisis
beban
kerja,
peningkatan
transparansi rekruitmen yang kemudian
lebih
ditingkatkan
menggunakan
sistem
lagi
dengan
elektronik
(e-
rekruitment) di tahun 2010. Hal lain yang
dilakukan adalah mulai dibangunnya
Gambar 2 Pegawai Badan POM mengikuti upacara
bendera dalam rangka penerapan PP 53 Tahun 2010
sistem reward dan punishment, dengan
penerapan PP 53 tahun 2010 adalah
dilakukannya sosialisasi ke seluruh komponen Badan POM baik di pusat maupun
daerah. Sosialisasi tersebut telah diikuti dengan tindakan sanksi disiplin, meskipun masih
harus diintensifkan lagi.
Terkait dengan pengembangan pegawai, pada tahun 2010 sudah dilakukan assessment
kompetensi pegawai secara bertahap. Assessment akan dilanjutkan di tahun 2011,
sehingga akan didapatkan peta kompetensi.
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 105
B.
Rencana
Sumber daya manusia merupakan modal yang sangat penting dalam suatu organisasi,
selain karena mempunyai rate of return tertinggi, juga karena merupakan mesin
penggerak organisasi. Kaitannya dengan peran SDM dalam suatu organisasi maka perlu
dirancang sedemikian rupa sehingga sehingga SDM Badan POM merupakan SDM yang
professional, loyal, disiplin, kredibel dan inovatif. Dengan demikian perlu adanya
peningkatan kompetensi, profesionalitas dan kapabilitas human capital Badan POM
sebagai pilar utama organisasi terus ditingkatkan melalui pendidikan dan pelatihan yang
terstruktur dan berkesinambungan. Bersamaan dengan itu diciptakan lingkungan kerja
yang kondusif dan atraktif untuk melakukan inovasi dalam tugas-tugas pengawasan,
maupun tugas dalam layanan publik.
Analisis Kebutuhan Pegawai
Profil modal insani Badan POM berdasarkan umur merupakan piramida tua. Selain
faktor umur, perencanaan modal insani juga terkait dengan beban kerja. Meluasnya
kapasitas kinerja Badan POM di satu sisi juga dipengaruhi oleh perubahan lingkungan
strategis eksternal. Dengan meningkatnya fungsi Badan POM, meningkat pula beban
kerja yang dilakukannya. Salah satu konsekuensi logisnya adalah penambahan tenaga.
Tetapi mengukur beban kerja untuk penambahan tenaga saja hanya merupakan salah
satu dari task yang dilakukan. Pengukuran tersebut akan dilengkapi dengan prediksiprediksi perubahan lingkungan eksternal yang bergerak makin cepat putarannya
maupun eskalasinya.
Pengkajian terhadap perubahan lingkungan strategis telah secara terus menerus
dilakukan oleh Badan POM, namun dampaknya terhadap perubahan beban kerja Badan
POM belum dilakukan secara komprehensif dan holistik. Banyak faktor yang kemudian
terabaikan karena ketidakkomprehensifan tersebut. Banyak faktor pula yang tertinggal
akibat Badan POM tidak melakukan kajian secara holistik. Akibat pengukuran beban
kerja yang dilakukan dengan belum mempertimbangkan perubahan-perubahan tersebut,
terdapat beberapa unit kerja yang overload namun di sisi yang lain terdapat pula yang
jam kerja efektif rata-ratanya di bawah standar. Salah satu faktor yang mesti
dipertimbangkan adalah relatif lebih mudahnya pegawai baru Badan POM untuk keluar
dari PNS, sehingga terdapat kondisi dimana brain drain dapat terjadi.
Untuk itu, ke depan akan dilakukan integrasi analisis lingkungan strategis dengan
analisis beban kerja, dan analisis kebutuhan kompetensi.
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 106
Rekrutmen
Dasar rekrutmen pegawai adalah adanya kebutuhan pegawai baik kebutuhan akan
kompetensi maupun jumlah pegawai. Oleh karena itu, rekrutmen tidak akan lepas dari
perencanaan pegawai, analisis beban kerjanya maupun analisis jabatannya.
Hal lain yang terkait dengan rekrutmen adalah metode rekrutmen, termasuk penentuan
minimal requirement, sehingga menghasilkan kualifikasi modal insani dengan kompetensi
yang sesuai kebutuhan Badan POM dan dilakukan secara adil, jujur, dan memberikan
kesempatan yang sama besar untuk seluruh pelamar dalam kompetisi formasi. Di sisi
yang lain, pengenalan dan doktrinasi/internalisasi prinsip dasar dan budaya kerja Badan
POM pada seluruh pegawai sehingga lebih loyal, profesional dan bersikap melayani
masyarakat perlu ditumbuhkan dan dipelihara. Ini diharapkan dapat mengurangi risiko
brain drain.
Untuk membenahi seluruh rangkaian dalam sistem rekrutmen pegawai Badan POM,
dilakukan pemantapan, salah satunya dengan e_recruitment yang akan dikembangkan
terus menerus termasuk untuk meningkatkan transparansinya.
Pengelolaan Kinerja SDM
Pengelolaan kinerja SDM tidak dapat dilepaskan dari tujuan peningkatan kualitas
pelayanan publik yang dilakukan oleh Badan POM. Karena kualitas pelayanan publik
Badan POM tergantung salah satunya dengan kinerja pegawai. Modal insani yang
mempunyai performance yang baik akan memberikan pelayanan yang mengacu pada
standar pelayanan yang ditetapkan. Sebaliknya SDM yang mempunyai performance yang
kurang baik, akan menyulitkan Badan POM dalam memberikan pelayanan terbaik
kepada stakeholdernya. Oleh karena itu, kinerja pegawai merupakan salah satu yang
harus selalu diperhatikan dan ditingkatkan.
Berbeda dengan konsep sumber daya manusia, pengelolaan modal insani lebih luas
melihat bahwa kinerja yang dihasilkan oleh seorang pegawai merupakan resultant dari
seluruh interaksi sosialnya. Seorang pegawai tidak hanya mempunyai dimensi kinerja
ketika berada di lingkungan kerja, namun juga ketika berada pada lingkungan sosial
yang lebih besar, misalnya keluarga, pendidikan, masa pematangan emosi, dll. Oleh
karena lingkungan sosial ini sangat besar pengaruhnya pada kinerja, maka untuk
mendapatkan kinerja terbaik bagi organisasi, dalam pengelolaan kinerja pegawai juga
harus mempertimbangkan seluruh sisi dari lingkungan, baik lingkungan kerja maupun
lingkungan sosial. Untuk itu ke depan akan dilakukan finalisasi Grand Design Human
Capital Management (HCM) Badan POM.
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 107
Terdapat minimal dua hal yang terkait dengan pengelolaan kinerja, yaitu : (1)
Pendayagunaan dan pemberdayaan modal insani, dan (2) Penilaian Kinerja. Dalam
kaitan dengan pendayagunaan dan pemberdayaan modal insani, penempatan pegawai
yang tepat pada pekerjaan dan lingkungan yang tepat pula, akan menghasilkan kinerja
terbaik untuk organisasi dan pegawai tersebut. Asesmen pegawai yang sedang dilakukan
digunakan untuk mengetahui kompetensi seseorang pegawai dan pekerjaan serta
lingkungan yang mana yang paling baik untuk pegawai tersebut, bahkan asesmen dapat
dilakukan untuk mengetahui potensi pegawai yang bersangkutan.
Namun disadari bahwa tidak semua pegawai dapat ditempatkan pada pekerjaan dan
lingkungan yang tepat, misalnya karena terjadi kesenjangan kompetensi pada jabatan
tertentu sementara di jabatan yang lain, kompetensi yang dibutuhkan berlimpah. Terjadi
ketidaksesuaian antara latar belakang keahlian/kecakapan dengan tugas atau pekerjaan
yang dilaksanakan. Di satu sisi, hal ini dapat digunakan oleh Badan POM untuk
mengurangi kesenjangan jumlah tenaga, namun di sisi yang lain, penempatan dengan
kompetensi tidak sesuai ini dapat menimbulkan kerugian, misalnya kinerja pegawai yang
menurun atau pelayanan yang diberikan kepada masyarakat menjadi tidak optimal.
Untuk itu, selain perlu dilakukan penyesuaian ulang dengan cara pengembangan
kompetensi.
Ke
depan,
pola
kompetensi
ditata
semakin
mantap,
dengan
memperhitungkan
banyak
aspek
pengembangan
menjadi
ketenagaan.
Terkait
dengan
pengembangan kompetensi, juga harus
dilakukan
penilaian
berkala
pada
kinerja, yang bertujuan untuk menjaga
konsistensi pelayanan, juga digunakan
sebagai
deteksi
dini
akan
Gambar 3 The Management Cockpit
ketidaksesuaian kompetensi.
Pada organisasi profit, penilaian kinerja lebih dengan mudah dapat diukur, misalnya
dengan ukuran profit yang didapatkannya. Namun pengukuran yang sederhana tersebut
tidak dapat dilakukan pada organisasi non profit termasuk organisasi pemerintah.
Ukuran-ukuran yang di organisasi profit dapat dikatakan tangible, di organisasi non
profit lebih
sering ditemui
ukuran-ukuran yang sifatnya
intangible, misalnya
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 108
kepercayaaan masyarakat dan kepuasan pelanggan. Namun bukan berarti sesuatu yang
intangible tersebut tidak dapat terukur.
Setelah penilaian kinerja dilakukan, dapat diberlakukan sistem reward dan punishment,
yang merupakan salah satu sistem yang dapat dilakukan untuk menjaga kestabilan
kinerja pegawai. Dengan sistem ini diharapkan disiplin pegawai dapat ditegakkan.
Perencanaan dan Pengembangan Karir
Pola pengembangan karier disusun dengan tujuan agar pegawai dapat mencurahkan
segala pengabdiannya dengan tenang dan ikhlas. Hal ini dimungkinkan, karena pola
karier merupakan bentuk nyata dari upaya pemberian kesempatan bagi para pegawai
untuk mengembangkan bakat, minat, keahlian profesi maupun pengalaman dalam
jabatan, berdasarkan persyaratan yang telah ditentukan. Pola karier juga merupakan
salah satu yang dikembangkan ke arah transparansi karier. Saat ini draft pola karier
sedang disusun, diharapkan dengan pola karier serta standar jabatan, maka gap akan
segera diketahui dan yang dapat ditindaklanjuti segera. Pola karier merupakan satu
sistem, yang menghubungkan antara kinerja, kompetensi (baik hard maupun soft), dan
potensi. Didukung dengan sistem reward dan punishment, pola karier dapat dijalankan
dengan baik
Dengan pola karier yang jelas, pemilihan pegawai dalam menduduki suatu jabatan
dengan sederet syarat jabatannya tidak perlu dipertanyakan akuntabilitasnya, bahkan
dapat meminimalkan like dislike pada proses pemilihan pegawai untuk menduduki
jabatan tertentu.
Hal lain yang terkait dengan perencanaan dan pengembangan karir adalah upaya
peningkatan kompetensi. Berdasarkan data pegawai, terlihat bahwa pegawai dengan
pendidikan sarjana mempunyai proporsi yang relatif besar, meskipun karena Badan
POM merupakan knowledge based organization, proporsi tersebut mestinya lebih besar.
Namun tingkat pendidikan saja tidak mampu menggambarkan secara utuh kebutuhan
kompetensi Badan POM. Seperti diketahui bahwa, kompetensi dibentuk dari skill
(ketrampilan), knowledge (pengetahuan yang didapat dari pengalaman dan atau
pendidikan) serta attitude (perilaku yang tercermin dari penerapan Budaya Kerja Badan
POM). Sesuai tingkatan serta jenis jabatan, seluruh lingkup kompetensi ini (SKA) akan
dikembangkan.
Patut dicermati bahwa belum ada pola peningkatan kemampuan yang jelas baik soft
maupun hard competencies. Training atau fellowship yang selama ini dilakukan, lebih
dititikberatkan pada kebutuhan saat itu, belum didasarkan pada kebutuhan sekian tahun
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 109
ke depan. Perubahan lingkungan eksternal sekecil apapun akhirnya tidak mampu
teredam akibat peningkatan pengetahuan yang kurang berpola. Di kalangan PNS
kecenderungan terjadinya mismatch sudah terbuka sejak seseorang menjadi calon
pegawai negeri sipil (CPNS) karena recruitment didasarkan pada jenjang dan bidang
pendidikan bukan pada kompetensi jabatan.
Pengembangan Sistem Informasi SDM
Data pegawai merupakan hulu bagi setiap kegiatan yang terkait dengan kepegawaian.
Seluruh aktifitas yang terkait dengan kepegawaian hanya dapat dilaksanakan dengan
baik jika tersedia data yang telah diolah dan dikelola dengan baik menjadi sumber
informasi bagi kegiatan kepegawaian tersebut. Dengan berkembangnya sistem eksternal
kepegawaian, mau tidak mau, harus dipunyai sistem informasi dan administrasi pegawai
yang handal. Sistem yang kurang baik dapat menyebabkan kesalahan dalam
pengambilan keputusan kepegawaian yang pada gilirannya dapat merusak kebijakan
dan bahkan menimbulkan demotivasi bagi pegawai yang terkena imbas kesalahan sistem
informasi tersebut.
Dikaitkan dengan perkembangan lingkungan eksternal dalam bidang kepegawaian yang
semakin cepat berubah, tidak dapat dielakkan perlunya dibangun suatu sistem informasi
yang tetap berpegang pada kondisi lingkungan internal dan juga lugas mengadopt situasi
eksternal. Ke depan, Sistem Informasi Administrasi Pegawai (SIAP) akan dikembangkan
menjadi jauh lebih luas, tidak hanya mencakup data personel, tetapi juga data kinerja,
pengalaman, pendidikan, ketrampilan, potensi serta data lingkungan.
C.
Kriteria Keberhasilan
Pada program Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur Badan POM, kriteria
keberhasilan adalah :
1.
Meningkatnya pengelolaan SDM aparatur Badan POM, dengan indikator :
a.
2.
Pengelolaan SDM aparatur sesuai dengan peraturan yang berlaku
Meningkatnya transparansi dan akuntabilitas pengelolaan SDM aparatur, dengan
indikator :
3.
a.
Transparansi dan akuntabilitas sistem rekrutmen pegawai Badan POM;
b.
Transparansi pola karier, mutasi dan promosi;
Meningkatnya disiplin SDM aparatur, dengan indikator :
a.
4.
Penerapan PP 53 tahun 2010
Meningkatnya efektifitas manajemen SDM aparatur, dengan indikator :
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 110
5.
D.
a.
Indikator Kinerja Individu yang terukur;
b.
Data pegawai yang mutakhir dan akurat;
Meningkatnya profesionalitas SDM aparatur, dengan indikator :
a.
Standar Kompetensi Jabatan;
b.
Peta profil kompetensi individu;
c.
Sistem dan proses diklat berbasis kompetensi.
Agenda Prioritas
Berdasarkan rencana serta indikator tersebut, agenda prioritas yang ditetapkan adalah
meningkatkan transparansi dan akuntabiltas pengelolaan SDM aparatur.
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 111
E.
Waktu Pelaksanaan dan Tahapan Kerja
Formulir 3
Rencana Aksi Program dan Kegiatan Reformasi Birokrasi
N
o
PROGRAM
/KEGIATAN
HASIL
YANG
DIHARAPKAN
PENAN
GGUN
G
JAWA
B
A
L
OK
A
SI
W
A
KT
U
2011
1
2
3
4
5
6
7
2012
8
9
#
#
#
1
2
3
4
5
6
7
2013
8
9
#
#
#
1
2
3
4
5
PENATAAN
SISTEM
MANAJEMEN
SDM
APARAT
UR
6
7
2014
8
9
#
#
#
1
2
3
4
5
6
7
8
9
#
#
#
HA
L
YA
NG
DIP
ERL
UKA
N
ESTI
MAS
I
ANG
GAR
AN
2,78
T
8
2
Finalisasi
Analisis
jabatan
Dokumen
Analisis
jabatan
Pokja
3
1
th
8
3
Penyusuna
n peta
jabatan
Dokumen
peta
jabatan
Pokja
3
1
th
8
4
Penyusuna
n uraian
jabatan
Dokumen
uraian
jabatan
Pokja
3
1
th
8
5
Grading
Jabatan
Dokumen
Grading
Jabatan
Pokja
3
1
th
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 112
8
6
Validasi
Grading
Jabatan
8
7
Penyusuna
n harga
jabatan
8
8
Evaluasi
Anjab
8
9
Evaluasi
Grading
Jabatan
9
0
Penataan
sistem
rekrutmen
pegawai
9
1
Penyusuna
n Man
Power
Planning
(MPP)
Penyusuna
n Blue
Print
e_recruitm
ent
9
2
Pokja
3
1
th
Dokumen
harga
jabatan
Pokja
3
1
th
Laporan
Evaluasi
Anjab
Pokja
3
1
th
Pokja
3
1
th
Pokja
3
1
th
Pokja
3
1
th
Pokja
3
1
th
Dokumen
Validasi
Grading
Jabatan
Laporan
hasil
Evaluasi
Grading
Jabatan
Instrumen
implement
asi
kebijakan
rekrutmen
Dokumen
Man
Power
Planning
(MPP)
Dokumen
Blue Print
e_recruitm
ent
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 113
9
3
Implement
asi
e_recruitm
ent secara
partial
9
4
Perencana
an
pegawai
berdasarka
n bussines
process
dan
kompetens
i
Finalisasi
MPP
9
5
9
6
Implement
asi
e_recruitm
ent
9
7
Penyusuna
n
Pedoman
Rekrutmen
Badan
POM
mengacu
pada
Pedoman
dari
MenPAN
RB dan
BKN
Diterapkan
nya
e_recruitm
ent secara
partial
Dokumen
Perencanaa
n pegawai
berdasarka
n bussines
process
dan
kompetens
i
Man
Power
Planning
(MPP)
Diterapkan
ya
e_recruitm
ent
Dokumen
Pedoman
Rekrutmen
Badan
POM
mengacu
pada
Pedoman
dari
MenPAN
RB dan
BKN
Pokja
3
1
th
Pokja
3
1
th
Pokja
3
1
th
Pokja
3
1
th
Pokja
3
1
th
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 114
9
8
Evaluasi
dan
pelaporan
pelaksanaa
n
rekrutmen
9
9
Penyusuna
n Pola
Karier
Penyusuna
n SOP
mutasi dan
promosi
1
0
0
Dokumen
Evaluasi
dan
pelaporan
pelaksanaa
n
rekrutmen
Dokumen
Pola Karier
Dokumen
SOP
mutasi dan
promosi
Pokja
3
4
th
Pokja
3
1
th
Pokja
3
1
th
1
0
1
Continuou
s
improvem
ent
Terlaksana
nya
Continuou
s
improvem
ent
Pokja
3
3
th
1
0
2
Sosialisasi
PP 53
tahun 2010
Diterapkan
nya PP 53
tahun 2010
Pokja
3
1
th
1
0
3
Penyusuna
n
pedoman
evaluasi
kehadiran
Penetapan
jam kerja
pegawai
Pokja
3
1
th
Pokja
3
1
th
1
0
4
Dokumen
pedoman
evaluasi
kehadiran
Ketetapan
jam kerja
pegawai
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 115
1
0
5
Uji coba
pelaksanaa
n absensi
sidik jari
1
0
6
Pembahas
an Komite
Disiplin
Pegawai
1
0
7
Pelaksanaa
n absensi
sidik jari
1
0
8
Pembahas
an Komite
Disiplin
Pegawai
1
0
9
Penyusuna
n sistem
penilaian
kinerja
individu
1
1
0
Penyusuna
n draft SKI
Terlaksana
nya Uji
coba
pelaksanaa
n absensi
sidik jari
dengan
baik
Laporan
hasil
Pembahasa
n Komite
Disiplin
Pegawai
Terlaksana
nya
absensi
sidik jari
Laporan
hasil
Pembahasa
n Komite
Disiplin
Pegawai
Tersusunn
ya sistem
penilaian
kinerja
individu
Tersusunn
ya draft
SKI
Pokja
3
1
th
Pokja
3
1
th
Pokja
3
3
th
Pokja
3
4
th
Pokja
3
1
th
Pokja
3
1
th
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 116
1
1
1
Finalisasi
sistem
penilaian
kinerja
individu
1
1
2
1
1
3
Penetapan
SKI
1
1
4
Penerapan
sistem
penilaian
kinerja
individu
1
1
5
Implement
asi
Manageme
nt Cockpit
1
1
6
Pengemba
ngan
arsitektur
SIAP
(Sistem
Informasi
Administr
asi
Pegawai)
Dikemban
gkannya
arsitektur
SIAP
(Sistem
Informasi
Administra
si Pegawai)
1
1
7
Sosialisasi
dan
sinkronisa
si SIAP ke
seluruh
unit kerja
Tersosialis
asinya
SIAP ke
seluruh
unit kerja
Pengemba
ngan
Manageme
nt Cockpit
Dokumen
sistem
penilaian
kinerja
individu
Ditetapkan
nya SKI
Dikemban
gkannya
Manageme
nt Cockpit
Diterapkan
nya sistem
penilaian
kinerja
individu
Diterapkan
nya
Manageme
nt Cockpit
Pokja
3
1
th
Pokja
3
1
th
Pokja
3
1
th
Pokja
3
2
th
Pokja
3
2
th
Pokja
3
1
th
Pokja
3
1
th
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 117
1
1
8
Pengemba
ngan
e_HCM
Dikemban
gkannya
e_HCM
Pokja
3
2
th
1
1
9
1
2
0
Implement
asi SIAP
Diterapkan
nya SIAP
Pokja
3
4
th
Pokja
3
1
th
1
2
1
Penyusuna
n standar
kompetens
i jabatan
Pokja
3
1
th
1
2
2
Penyusuna
n kamus
kompetens
i jabatan
Pokja
3
1
th
1
2
3
Penyusuna
n standar
kompetens
i umum
Pokja
3
1
th
1
2
4
Penyusuna
n standar
kompetens
i teknis
dan
perilaku
jabatan
Pokja
3
1
th
1
2
5
Finalisasi
Standar
Kompeten
si Jabatan
Pokja
3
1
th
Penerapan
dan
evaluasi
e_HCM
Laporan
hasil
Penerapan
dan
evaluasi
e_HCM
Dokumen
standar
kompetens
i jabatan
Tersusunn
ya kamus
kompetens
i jabatan
Tersusunn
ya standar
kompetens
i umum
Tersusunn
ya standar
kompetens
i teknis
dan
perilaku
jabatan
Dokumen
Standar
Kompetens
i Jabatan
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 118
1
2
6
Integrasi
standar
kompetens
i pada SOP
pola
karier,
mutasi dan
promosi
1
2
7
Asesmen
individu
1
2
8
Penyusuna
n profile
Kompeten
si
1
2
9
Penyusuna
n pola
peningkata
n
kompetens
i
Finalisasi
pola
peningkata
n
kompetens
i
1
3
0
Terintegras
inya
standar
kompetens
i pada SOP
pola karier,
mutasi dan
promosi
Laporan
hasil
Asesmen
individu
Tersusunn
ya profile
Kompetens
i
Tersusunn
ya pola
peningkata
n
kompetens
i
Dokumen
pola
peningkata
n
kompetens
i
Pokja
3
1
th
Pokja
3
2
th
Pokja
3
1
th
Pokja
3
1
th
Pokja
3
1
th
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 119
1
3
1
Pengemba
ngan
pendidika
n dan
pelatihan
pegawai
berbasis
kompetens
i
1
3
2
Pendidika
n S2 dan
S3
1
3
3
Pelatihan
teknis dan
fungsional
1
3
4
Pelatihan
softskill
Dikemban
gkannya
pendidika
n dan
pelatihan
pegawai
berbasis
kompetens
i
Telaksanan
ya
Pendidika
n S2 dan S3
Meningkat
nya
kompetens
i tenaga
teknis &
fungsional
Meningkat
nya
kompetens
i softskill
pegawai
Pokja
3
4
th
Pokja
3
4
th
Pokja
3
4
th
Pokja
3
4
th
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 120
F.
Penanggungjawab
Penanggungjawab seluruh program penataan manajemen SDM aparatur Badan POM
adalah Pokja 3 yang diketuai oleh Kepala Biro Umum. Dalam melaksanakan kegiatannya,
Kepala Biro Umum melibatkan seluruh unit kerja terkait.
G.
Rencana Anggaran
Kebutuhan anggaran untuk melaksanakan seluruh kegiatan dalam program penataan
manajemen SDM aparatur, termasuk untuk tunjangan kinerja sampai tahun 2014 adalah
Rp. 2,78 T sampai dengan tahun 2014.
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 121
PROGRAM
PENGUATAN PENGAWASAN
A.
Pencapaian
Selama tahun 2010 telah dilaksanakan pengawasan rutin melalui audit operasional
dengan capaian yang melebihi target. Dari 24 satker yang direncanakan dalam Program
Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT), audit operasional berhasil dilaksanakan di 26 satker.
Dari hasil analisis terhadap PKPT dan hasil audit selama tahun 2010 diperoleh data
bahwa kondisi temuan audit operasional yang sering ditemui adalah hambatan
kelancaran tugas pokok (32,54%), kejadian yang merugikan negara (15,87%) dan
kelemahan administrasi (12,70%). Secara keseluruhan temuan audit Inspektorat
berjumlah 252 kejadian.
Penyebab temuan audit dari sudut pandang Sistem Pengendalian Internal meliputi 3
(tiga) kelemahan utama sistem pengendalian intern, yaitu berupa kelemahan dalam hal
pembinaan personil (43,10%), reviu/pengawasan intern (17,15%) dan perencanaan
(16,46%). Rekomendasi perbaikan yang disampaikan selama tahun 2010 sejumlah 65,64%
bersifat peningkatan sistem pengendalian intern, 13,17% berupa penegakan aturan dan
10,08% bersifat finansial.
Menindaklanjuti adanya kelemahan dalam sistem pengendalian intern, Badan POM juga
telah berupaya melakukan pembenahan dan pengembangan sistem pengendalian intern.
Upaya tersebut telah dimulai pada tahun 2011 dengan dibuatnya kebijakan penerapan
SPIP di lingkungan Badan POM, yang dilanjutkan dengan pembentukan Satgas SPIP,
Sosialisasi SPIP bagi pejabat eselon I dan II, serta pendidikan dan pelatihan bagi Satgas
SPIP.
Di lain pihak, berdasarkan hasil audit BPK-RI
atas Laporan Keuangan Badan POM tahun
anggaran 2010, Laporan Keuangan Badan
POM
memperoleh
Pengecualian
opini
(WTP)
Wajar
dengan
Tanpa
paragraf
penjelas. Hal ini berarti bahwa kualitas
penyajian Laporan Keuangan Badan POM
Gambar 4 Penyerahan Laporan Hasil Pemeriksaan
Keuangan oleh BPK dengan opini WTP
mengalami perbaikan setelah pada periode
sebelumnya memperoleh opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP).
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 122
Sebagai instansi pemerintah, Badan POM juga memiliki kewajiban dalam mendukung
upaya terciptanya pemerintahan yang bersih dan bebas KKN. Secara internal upaya ini
dimaknai sebagai perwujudan Clean Goverment dan Good Governance. Sebagai wujud
upaya nyata Badan POM dalam mendukung tercapaianya tujuan tersebut, Badan POM
telah
melaksanakan
koordinasi
dalam
penyusunan
Laporan
Harta
Kekayaan
Penyelenggara Negara (LHKPN) bagi pejabat eselon I, pejabat eselon II, Pejabat Pembuat
Komitmen dan Bendahara, serta pelaporannya kepada KPK.
B.
Rencana
Dalam rangka menjaga konsistensi kinerja reformasi birokrasi, maka diperlukan sebuah
sistem pengawasan yang dapat mendukung sasaran reformasi birokrasi dapat dicapai
sesuai dengan yang diharapkan. Pengawasan pada dasarnya diarahkan sepenuhnya
untuk menghindari adanya kemungkinan penyelewengan atau penyimpangan atas
tujuan reformasi birokrasi yang akan dicapai. Pada umumnya pengawasan dilaksanakan
dengan membandingkan hasil pelaksanaan kegiatan dengan kondisi yang hendak
dicapai. Namun demikian, membandingkan hasil pelaksanaan kegiatan dengan kondisi
yang hendak dicapai saja belum cukup untuk menjadikan reformasi birokrasi dapat
dilaksanakan dengan hasil yang baik secara berkesinambungan.
Seiring dengan berkembangnya sistem manajemen yang efektif, sistem pengawasan juga
perlu dibangun dan dikembangkan agar dapat berjalan secara efektif dan efisien. Melalui
pengawasan yang kuat dan efektif diharapkan dapat membantu manajemen untuk
melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan yang telah
direncanakan secara efektif dan efisien.
Bahkan, melalui pengawasan yang kuat dan efektif tidak hanya tercipta suatu aktivitas
yang berkaitan erat dengan penentuan atau evaluasi mengenai sejauh mana pelaksanaan
kerja sudah dilaksanakan, atau mendeteksi sejauh mana kebijakan pimpinan dijalankan
dan sampai sejauhmana penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan kerja tersebut,
melainkan juga mengidentifikasi aspek-aspek dari implementasi reformasi birokrasi yang
masih memiliki kelemahan atau faktor-faktor yang menyebabkan pencapaian sasaran
masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Dengan demikian, terhadap aspek yang
masih memiliki kelemahan dapat segera dilakukan perbaikan, sehingga reformasi
birokrasi dapat tetap berjalan sesuai dengan yang direncanakan.
Dilain pihak,
pengawasan juga dapat diarahkan untuk mendeteksi aspek-aspek yang masih berpotesi
untuk dikembangkan sehingga capaian sasaran yang sudah ada dapat lebih ditingkatkan
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 123
lagi. Hal ini penting untuk dibangun sehingga perbaikan kinerja organisasi senantiasa
dapat dilakukan secara berkesinambungan.
Setelah dilaksanakannya penguatan pengawasan, diharapkan aktifitas pengawasan dapat
mencapai kondisi antara lain sebagai berikut:

Pengawasan tidak hanya dapat mengidentifikasi perbedaan sasaran reformasi
birokrasi dengan kondisi riil yang ada, melainkan juga dapat mengidentifikasi
aspek dan aktifitas yang berpotensi menimbulkan resiko tidak tercapainya
sasaran dengan baik, sehingga dapat ditentukan mekanisme pengendalian yang
sesuai untuk mencegah terjadinya resiko.

Aktifitas pengawasan yang dilakukan tidak hanya berorientasi pada perbedaan
target dengan hasil yang dicapai setelah dilaksanakannya suatu kegiatan.
Aktifitas pengawasan dilaksanakan mulai dari identifikasi kelemahan pada
aspek perencanaan kegiatan, dan hasil pengawasan disampaikan kepada pihakpihak yang berkompeten secara akurat dan disampaikan tepat waktu.

Penyimpangan dapat dicegah sedini mungkin, serta tindakan koreksi dan
perbaikan dapat segera dilakukan sebelum penyimpangan terjadi, yang
tentunya lebih menguntungkan dan dapat mencegah terjadinya kerugian yang
lebih besar.
C.
Kriteria Keberhasilan
Indikator yang digunakan sebagai tolok ukur dalam menetapkan bahwa sasaran program
penguatan pengawasan telah dicapai adalah sebagai berikut:
1.
Hasil evaluasi terhadap penerapan SPIP di Badan POM bernilai BAIK; dan
2.
Laporan Keuangan Badan POM dipertahankan dengan opini Wajar Tanpa
Pengecualian;
D.
Agenda Prioritas
Dalam rangka penguatan pengawasan, telah disusun beberapa agenda/kegiatan
prioritas yang akan dilaksanakan meliputi:
1.
Membangun dan mengembangkan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah
(SPIP) di lingkungan Badan POM, diikuti dengan dibentuknya Satgas SPIP yang
bertugas memantau dan memastikan bahwa SPIP telah diterapkan secara efektif
dan memadai.
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 124
2.
Melaksanakan reviu dan evaluasi secara berkala dan berkesinambungan
terhadap pelaksanaan program dan kegiatan sampai dengan penyajiaan hasil
pelaksanaan anggaran dalam laporan keuangan.
3.
Melaksanakan inventarisasi pejabat di lingkungan Badan POM yang wajib
menyusun dan melaporkan LHKPN dalam rangka mengintensifkan program
anti korupsi.
4.
Meningkatkan
implementasi
e-procurement
untuk
semua
pengadaan
barang/jasa.
5.
Meningkatkan kompetensi aparat pengawas internal agar mampu melaksanakan
fungsi pengawasan secara efektif dan efisien.
E.
Waktu Pelaksanaan dan Tahapan Kerja
Pengembangan SPIP
Badan POM telah melaksanakan upaya pembangunan dan pengembangan Sistem
Pengendalian Internal yang memadai dan andal pada tahun 2010, dimulai dengan
berkoordinasi dengan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dalam
hal pelaksanaan asistensi implementasi SPIP. Kemudian pada tahun 2011 dilanjutkan
dengan pembuatan kebijakan penerapan SPIP yang dikukuhkan dengan Surat Keputusan
Kepala Badan POM, sosialisasi konsep SPIP bagi pejabat eselon I dan II bekerja sama
dengan BPKP, pembentukan Satuan Petugas (Satgas) SPIP di masing-masing unit eselon
II dan unit kerja mandiri, yang bertugas mengendalikan dan memastikan bahwa SPIP
telah diimplementasikan secara efektif di masing-masing unit yang besangkutan. Masih
pada tahun yang sama, bagi para Satgas SPIP juga diberikan pendidikan dan pelatihan
SPIP sehingga diharapkan Satgas SPIP memiliki wawasan dan pemahaman yang
memadai untuk melaksanakan tugas dan fungsinya.
Pada tahun 2012 akan dilaksanakan mapping terhadap sistem pengendalian yang sudah
diterapkan di masing-masing unit kerja sehingga diketahui kondisi sistem pengendalian
yang sudah ada serta resiko yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan operasional
kegiatan unit kerja. Berdasarkan data tersebut selanjutnya akan disusun rencana
implementasi SPIP yang memadai guna meminimalkan tingkat resiko terjadinya
penyimpangan dalam pelaksanaan kegiatan. Pada periode berikutnya akan dilaksanakan
evaluasi implementasi SPIP secara berkala sekurang-kurangnya sekali setahun.
Kegiatan Pegawasan
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 125
Kegiatan pengawasan yang dilaksanakan secara rutin setiap tahun berupa audit
operasional, bimbingan teknis pengawasan, monitoring dan evaluasi atas tindak lanjut
hasil audit dan evaluasi, desk audit atas realisasi anggaran dan kegiatan, survei Indeks
Kepuasan Masyarakat (IKM), serta reviu laporan keuangan. Sedangkan audit untuk
tujuan tertentu/investigasi dilaksanakan dalam rangka menindaklanjuti adanya kasus
khusus atau hasil telaah atas suatu pengaduan masyarakat terkait pelaksanaan program
dan kegiatan Badan POM.
Tindak lanjut atas hasil audit, baik audit yang dilaksanakan oleh aparat pengawas
internal maupun oleh auditor eksternal, akan dimonitoring dan dievaluasi setiap selesai
pelaksanaan penugasan pengawasan, dan status tindak lanjut dilaporkan ke pimpinan
setiap 6 bulan sekali.
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 126
Secara detil, tahapan kegiatan dan waktu pelaksanaan sebagai berikut :
Formulir 3
Rencana Aksi Program dan Kegiatan Reformasi Birokrasi
N
o
PROGRAM/
KEGIATAN
HASIL
YANG
DIHARAPKAN
PENA
NGGU
NG
JAW
AB
A
L
OK
A
SI
W
A
KT
U
2011
1
2
3
4
5
6
7
2012
8
9
#
#
#
1
2
3
4
5
6
7
2013
8
9
#
#
#
1
2
3
4
5
PENGUATAN
PENGAWASAN
6
7
2014
8
9
#
#
#
1
2
3
4
5
6
7
8
9
#
#
#
HA
L
YA
NG
DIP
ERL
UKA
N
ESTI
MAS
I
ANG
GAR
AN
7,58
M
1
3
5
Menyusun
pedoman
Integrated
Planning dan
Budgeting
Tersusunn
ya
pedoman
Integrated
Planning
dan
Budgeting
Pokj
a4
1
th
1
3
6
Melaksanak
an siklus
perencanaan
dan
penganggar
an
Terlaksana
nya siklus
perencanaa
n dan
pengangga
ran
Pokj
a4
4
th
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 127
1
3
7
1
3
8
Menyusun
SK
pengorganis
asian
anggaran
Mengevalua
si SAKIP
seluruh unit
kerja di
lingkungan
Badan POM
1
3
9
Monitoring
dan evaluasi
anggaran
1
4
0
Audit
Operasional,
On going
dan Kasus
1
4
1
Penerapan
Sistem
Pengendalia
n Intern
Pemerintah
(SPIP) pada
masingmasing
Kementerian
/Lembaga
SK
pengorgani
sasian
anggaran
Terevaluas
inya
SAKIP
seluruh
unit kerja
di
lingkungan
Badan
POM
Laporan
hasil
Monitoring
dan
evaluasi
anggaran
Laporan
hasil Audit
Operasion
al, On
going dan
Kasus
Diterapkan
nya Sistem
Pengendali
an Intern
Pemerinta
h (SPIP)
pada
masingmasing
Kementeri
an/Lemba
ga
Pokj
a4
4
th
Pokj
a4
4
th
Pokj
a4
4
th
Pokj
a4
4
th
Pokj
a4
1
th
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 128
1
4
2
1
4
3
Menyusun
SK Kepala
Badan POM
tentang
Peyelenggar
aan SPIP
Sosialisasi
SPIP
SK Kepala
Badan
POM
tentang
Peyelengga
raan SPIP
Tersosialis
asinya
SPIP
Pokj
a4
1
th
Pokj
a4
1
th
Pokj
a4
1
th
Pokj
a4
1
th
1
4
4
Pelatihan
SPIP untuk
Eselon I dan
II
1
4
5
Perencanaan
dan
Penerapan
SPIP
1
4
6
1
4
7
Penerapan
SPIP
Diterapkan
nya SPIP
Pokj
a4
3
th
Evaluasi
SPIP
Laporan
Evaluasi
SPIP
Pokj
a4
3
th
1
4
8
Audit
Operasional,
On going
dan Kasus
Laporan
Audit
Operasion
al, On
going dan
Kasus
Pokj
a4
4
th
1
4
9
Melakukan
pembinaan
pengelolaan
keuangan
dan aset
Pokj
a4
4
th
Diterapkan
nya SPIP
oleh Eselon
I dan II
Dokumen
Perencanaa
n dan
Penerapan
SPIP
Terkelolan
ya
keuangan
dan aset
dengan
benar
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 129
1
5
0
Evaluasi
LHP dan TL
1
5
1
Realisasi
sesuai
dengan
rencana dan
revisi
rencana
1
5
2
Memonitor
tindak lanjut
hasil temuan
1
5
3
Melakukan
review
laporan
keuangan
dan laporan
BMN
Laporan
Evaluasi
LHP dan
TL
Terealisasi
nya sesuai
dengan
rencana
dan revisi
rencana
Laporan
monitor
tindak
lanjut hasil
temuan
Laporan
review
laporan
keuangan
dan
laporan
BMN
Pokj
a4
4
th
Pokj
a4
4
th
Pokj
a4
4
th
Pokj
a4
4
th
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 130
1
5
4
Melakukan
pembinaan
terhadap
penyusunan
laporan
keuangan
Meningkat
nya
kegiatan
assurance
(monitorin
g, evaluasi
dan
compliance
audit) dan
consulting
(sosialisasi,
bimtek)
terhadap
penyusuna
n laporan
keuangan
Badan
POM
PO
KJA
4
4
Ta
h
u
n
1
5
5
Monev
CAPA
Meningkat
nya
efisiensi
dan
efektifitas
proses
manajeme
n
pemerinta
han di K/L
PO
KJA
4
4
Ta
h
u
n
1
5
6
Merumuska
n program
bidang
pengawasan
dan
pemberantas
an korupsi
Menurunn
ya tingkat
penyalahg
unaan
wewenang
PO
KJA
4
1
Ta
h
u
n
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 131
1
5
7
1
5
8
1
5
9
1
6
0
Mengidentifi
kasi
area/proses
pengawasan
obat dan
makanan
rawan
korupsi
Penandatan
ganan Pakta
Integritas
bagi seluruh
Pejabat
Struktural
dan
Fungsional
yang
menangani
pelayanan
publik
Melaksanak
an
koordinasi,
monitoring
dan evaluasi
bidang
pengawasan
dan
pemberantas
an korupsi
Merumuska
n kebijakan
bidang
pengawasan
dan
pemberantas
an korupsi
Peningkata
n
pengawasa
n obat dan
makanan
PO
KJA
4
1
Ta
h
u
n
Dokumen
Pakta
Integritas
mengenai
Pelayanan
Publik
PO
KJA
4
1
Ta
h
u
n
Meningkat
nya
Monev,
pengawasa
n dan
pemberata
san
korupsi
PO
KJA
4
4
Ta
h
u
n
Dokumen
kebijakan
Pengawasa
n dan
Pemberant
asan
Korupsi
PO
KJA
4
1
Ta
h
u
n
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 132
1
6
1
Menggalang
komitmen
seluruh
pegawai
Badan POM
Komitmen
bersama
dalam
Penguatan
Pengawasa
n dan
Akuntabilit
as Kinerja
PO
KJA
4
1
Ta
h
u
n
1
6
2
Internalisasi
budaya anti
korupsi
Implement
asi Budaya
Anti
Korupsi di
Lingkunga
n BPOM
PO
KJA
4
4
Ta
h
u
n
1
6
3
Penandatan
ganan Pakta
Integritas
bagi seluruh
pegawai
Badan POM
Pakta
Integritas
mengenai
Budaya
Anti
Korupsi
PO
KJA
4
4
Ta
h
u
n
1
6
4
Menerbitkan
SE
pengadaan
barang dan
jasa di
lingkungan
Badan POM
untuk
pengadaan
bernilai 1
Milyar Rp ke
atas.
Surat
Edaran
pengadaan
barang dan
jasa di
lingkungan
Badan
POM
untuk
pengadaan
bernilai 1
Milyar Rp
ke atas.
PO
KJA
4
1
Ta
h
u
n
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 133
1
6
5
Melakukan
koordinasi
aktif
pengadaan
dengan
LKPP
terjalinnya
koordinasi
aktif
pengadaaa
n dengan
LKPP
PO
KJA
4
20
11
20
14
1
6
6
Implementas
i
e_procurem
ent (LPSE)
barang dan
jasa untuk
seluruh
pengadaan
sesuai
peraturan
perundangundangan
yang
berlaku
Penerapan
seluruh
pengadaan
sesuai
peraturan
perundang
-undangan
yang
berlaku
PO
KJA
4
4
Ta
h
u
n
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 134
F.
Penanggungjawab
Penanggung jawab program penguatan pengawasan adalah Pokja 4 yang diketuai oleh
Inspektur Badan POM.
G.
Rencana Anggaran
Untuk melaksanakan seluruh kegiatan dalam program ini, dibutuhkan anggaran sebesar
Rp. 7,58 M
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 135
PROGRAM
PENGUATAN AKUNTABILITAS KINERJA
A.
Pencapaian
Penerapan Sistem Akuntabilitas Kinerja Badan POM secara keseluruhan di evaluasi
secara periodik oleh Kementerian PAN dan RB dengan hasil penilaian terakhir
memperoleh kategori CC (Cukup Baik) meningkat dari tahun sebelumnya yang berada
pada kategori C, sedangkan evaluasi terhadap Sistem Akuntabilitas Kinerja (SAKIP) unit
eselon II/unit mandiri di lingkungan Badan POM dilaksanakan oleh Inspektorat Badan
POM.
Evaluasi SAKIP unit eselon II/unit kerja mandiri ini diarahkan pada upaya-upaya
pengembangan sistem akuntabilitas kinerja di Badan POM. Pada periode sampai dengan
tahun 2009, evaluasi SAKIP pada unit eselon II/unit kerja mandiri didasarkan pada
penilaian dan análisis terhadap lima komponen, yaitu perencanaan kinerja, pengukuran
kinerja, pelaporan kinerja, evaluasi kinerja, dan pencapaian kinerja. Sesuai arahan Tim
Evaluasi SAKIP Badan POM dari Kemeterian PAN dan RB, mulai periode evaluasi tahun
2010 aspek penilaian evaluasi kinerja hanya untuk lingkup evaluasi SAKIP Badan POM
secara keseluruhan, sedangkan di tingkat evaluasi SAKIP unit eselon II/unit mandiri
aspek evaluasi kinerja dikeluarkan dari ruang lingkup evaluasi SAKIP.
Berdasarkan hasil evaluasi secara sampling terhadap beberapa unit eselon II/unit kerja
mandiri atas penerapan Sistem Akuntabilitas Kinerja masih menunjukkan bahwa
penerapan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) pada unit eselon
II/unit kerja mandiri di lingkungan Badan POM belum sepenuhnya sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Dari 20 unit eselon II/unit kerja mandiri yang disampling, baru
45% diantaranya memperoleh penilaian kategori Cukup Baik (CC) hingga Sangat Baik
(A), sebanyak 30% unit yang memperoleh penilaian kategori Agak Kurang (C),
sedangkan sebanyak 25% unit masih memperoleh penilaian kategori Kurang (D).
Dalam hasil evaluasi penerapan SAKIP pada unit eselon II/unit kerja mandiri juga masih
ditemukan adanya kelemahan-kelemahan mendasar antara lain:
 Dari aspek perencanaan kinerja, Rencana Kinerja Tahunan (RKT) disusun
sesudah anggaran disetujui, sehingga mengurangi hakikat makna dari RKT
sebagai acuan dalam penyusunan anggaran. Dilain pihak, Penetapan Kinerja
(PK) disusun belum
didasarkan pada dokumen Restra dan RKT, tetapi
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 136
berdasarkan DIPA. Sedangkan pencapaian target kinerja dalam dokumen PK
belum dimonitor secara berkala dan belum dimanfaatkan sebagai alat untuk
mengendalikan dan memperbaiki kinerja.
 Sistem pengumpulan data kinerja belum dibangun secara memadai, tetapi masih
bersifat adhoc pada saat penyusunan LAKIP. Kualitas rumusan indikator kinerja
yang digunakan dalam pengukuran kinerja belum sepenuhnya sesuai dengan
kriteria indikator kinerja yang baik.
 Minimnya informasi kinerja maupun tingkat pencapaian Indikator Kinerja
Utama yang disajikan dalam LAKIP, sehingga LAKIP sulit dimanfaatkan untuk
memperbaiki
pelaksanaan
program/kegiatan
dan
peningkatan
kinerja
selanjutnya.
 Hasil evaluasi atas penerapan SAKIP belum dimanfaatkan untuk perbaikan
perencanaan kinerja, penerapan manajemen kinerja, maupun mengukur
keberhasilan unit kerja.
 Perumusan indikator kinerja outcome tidak memadai sehingga capaian kinerja
yang disajikan dalam LAKIP belum menggambarkan kinerja yang sesunggunya.
B.
Rencana
Dalam rangka menjaga konsistensi kinerja reformasi
birokrasi dan mendorong terwujudnya transparansi
dalam penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi Badan
POM,
maka
dipandang
mengembangkan
sistem
perlu
membangun
akuntabilitas
kinerja
dan
di
lingkungan Badan POM.
Pembenahan dan pengembangan sistem akuntabilitas
kinerja dimulai dengan dibuatnya kebijakan tentang
penerapan SAKIP secara memadai, sehingga diharapkan
pengukuran kinerja dapat dilakukan secara obyektif dan
dapat
diandalkan,
serta
menggambarkan
kinerja
organisasi yang sebenarnya, tidak hanya berdasarkan
Gambar 5 Penghematan energi
sebagai salah satu bentuk
akuntabilitas keuangan
tingkat serapan anggaran, melainkan juga berdasarkan keluaran yang dihasilkan.
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 137
Selanjutnya untuk mendukung pembenahan dan pengembangan sistem akuntabilitas
kinerja perlu juga membangun sistem pengumpulan data kinerja secara memadai dan
handal.
Dalam rangka internalisasi penerapan SAKIP di lingkungan Badan POM juga diperlukan
adanya sosialisasi konsep dan tata laksana implementasi SAKIP dan penyusunan
Rencana Strategis sekaligus sebagai wadah untuk melaksanakan sosialisasi tentang
pentingnya penerapan SAKIP dalam rangka membangun manajemen kinerja di
lingkungan Badan POM demi tercapainya visi dan misi Badan POM. Selain itu perlu juga
dilaksanakannya bimbingan teknis bagi unit eselon II/unit kerja mandiri dalam rangka
percepatan implementasi SAKIP yang memadai di seluruh unit eselon II/unit kerja
mandiri di lingkungan Badan POM, dengan harapan bahwa apabila sasaran ini dapat
dicapai maka secara kumulatif dapat memberikan kontribusi positif bagi pencapaian
sasaran implementasi SAKIP dengan hasil penilaian minimal Baik pada tahun 2014.
Kedepan, akan dibuat sistem monitoring dan evaluasi kinerja secara terintegrasi yang
memungkinkan pihak manajemen dan pimpinan puncak untuk mengetahui tingkat
kinerja satker/unit kerja pada periode tertentu secara cepat dan akurat.
C.
Kriteria Keberhasilan
Indikator yang digunakan sebagai tolok ukur dalam menetapkan bahwa sasaran program
penguatan akuntabilitas telah tercapai adalah "Hasil evaluasi terhadap implementasi
SAKIP Badan POM oleh Kementerian PAN dan RB” dengan target pada akhir periode
2014 diperoleh panilaian minimal dengan kategori BAIK.
D.
Agenda Prioritas
Dalam rangka mencapai sasaran yang ditetapkan, Badan POM telah menetapkan agenda
kegiatan prioritas yang telah, sedang dan akan dilaksanakan secara berkesinambungan,
sebagai berikut:
a.
Pembenahan sistem akuntabilitas kinerja
Dalam rangka melaksanakan pembenahan dan pengembangan sistem akuntabilitas
kinerja, perlu dibuat suatu kebijakan tentang kewajiban bagi setiap unit eselon I, unit
eselon II dan unit kerja mandiri untuk menetapkan Indikator Kinerja Umum (IKU),
menyusun dokumen Rencana Strategis, dokumen Rencana Kinerja Tahunan dan
dokumen Penetapan Kinerja yang didalamnya juga memuat sasaran dan indikator
kinerja pencapaian sasaran yang telah ditetapkan.
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 138
Selanjutnya IKU dan dokumen Penetapan Kinerja digunakan sebagai tolok ukur dalam
pengukuran kinerja masing-masing satuan/unit kerja secara berkala, sekaligus sebagai
alat untuk mengendalikan dan memperbaiki kinerja organisasi. Hasil pengukuran dan
pengumpulan data kinerja berdasarkan capaian masing-masing indikator kinerja dan
IKU disajikan dalam LAKIP, dengan disertai penjelasan mengenai keberhasilan maupun
kegagalan pelaksanaan kegiatan/program dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Analisis perbandingan capaian kinerja dari waktu ke waktu maupun secara kumulatif
hingga periode tertentu juga disajikan untuk menggambarkan perkembangan kinerja
organisasi. Selanjutnya informasi yang disajikan dalam LAKIP dimanfaatkan sebagai
masukan dalam kajian manajemen untuk rencana perbaikan kinerja organisasi secara
keseluruhan.
Tahapan pembenahan dan pengembangan SAKIP dilanjutkan dengan membangun
sistem pengumpulan data kinerja secara memadai dan handal. Data kinerja yang
dikumpulkan merupakan data yang diperoleh dari hasil pengukuran capaian masingmasing indikator kinerja dan IKU secara periodik (triwulanan). Dengan demikian
pengumpulan data kinerja tidak lagi bersifat adhoc pada saat penyusunan LAKIP, dan
dapat dimanfaatkan untuk memantau dan pengendalian kinera secara berkala.
Sebagai instrumen dalam evaluasi implementasi SAKIP, pada tahun 2011 Badan POM
juga telah menyusun Pedoman Evaluasi SAKIP di lingkungan Badan POM yang
dikukuhkan dengan Surat Keputusan Kepala Badan POM. Dengan demikian diharapkan
evaluasi implementasi SAKIP dapat dilaksanakan secara terarah dan konsisten, sekaligus
sebagai pemenuhan terhadap salah satu persayratan implementasi SAKIP yang memadai.
b.
Sosialisasi dan Implementasi
Melalui kegiatan sosialisasi implementasi SAKIP secara berkala, diharapkan para pihak
yang terlibat langsung dalam penerapan SAKIP dapat lebih memahami konsep SAKIP
dan selanjutnya dapat mengimplementasikan SAKIP dengan lebih baik.
Dalam rangka percepatan implementasi SAKIP yang memadai di lingkungan Badan
POM, bimbingan teknis akan dilaksanakan terutama bagi unit eselon II/unit kerja
mandiri dengan kondisi SAKIP yang belum memadai. Dengan demikian SAKIP dapat
diterapkan secara memadai di seluruh unit eselon II/unit kerja mandiri.
E.
Waktu Pelaksanaan dan Tahapan Kerja
Pembenahan SAKIP telah dimulai pada akhir tahun 2010 dimulai dengan telah dibuatnya
kebijakan tentang penetapan Indikator Kinerja Utama (IKU) Badan POM serta IKU bagi
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 139
setiap satker, unit eselon II, serta unit kerja mandiri di lingkungan Badan POM, yang
dikukuhkan dengan Surat Keputusan Kepala Badan POM. Selanjutnya IKU yang telah
ditetapkan digunakan untuk mengarahkan dan mengukur kinerja organisasi di tahuntahun berikutnya.
Pada tahun 2011 dilaksanakan reviu terhadap IKU, dimulai dengan penyusunan peta
strategis Badan POM (dilakukan di area perubahan tata laksana). Reviu IKU ini
digunakan untuk menilai kelayakan dan relevansi IKU dengan kondisi terkini, sehingga
dapat dijadikan dasar untuk pengambilan kebijakan untuk tetap menggunakan IKU
ataukah perlu dilakukan penyesuaian IKU.
Selanjutnya pada setiap awal tahun akan dilaksanakan evaluasi terhadap implementasi
SAKIP dan capaian kinerja berdasarkan IKU yang telah ditetapkan.
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 140
Secara rinci, tahapan kegiatan dan waktu pelaksanaan kegiatan sebagai berikut :
Formulir 3
Rencana Aksi Program dan Kegiatan Reformasi Birokrasi
N
o
PROGRAM/
KEGIATAN
HASIL
YANG
DIHARAPKAN
PENA
N
GGU
N
G
JA
W
AB
AL
OK
AS
I
W
A
KTU
2011
1
2
3
4
5
6
7
2012
8
9
#
#
#
1
2
3
4
5
6
7
2013
8
9
#
#
#
1
2
3
4
5
PENGUATAN
AKUNTABI
LITAS
KINERJA
6
7
2014
8
9
#
#
#
1
2
3
4
5
6
7
8
9
#
#
#
HA
L
YA
NG
DIP
ERL
UKA
N
ESTI
MA
SI
AN
GG
ARA
N
3M
1
6
7
Menyusun
modul
penyusunan
indikator
kinerja
utama (IKU)
modul
penyusuna
n indikator
kinerja
utama
(IKU)
PO
KJ
A
4
1
Ta
hu
n
1
6
8
Menyusun
pedoman
evaluasi
kinerja
pedoman
evaluasi
kinerja
PO
KJ
A
4
1
Ta
hu
n
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 141
1
6
9
Melakukan
monitoring
dan evaluasi
kegiatan
secara
berkala
Laporan
monitoring
dan
evaluasi
kegiatan
secara
berkala
PO
KJ
A
4
4
Ta
hu
n
1
7
0
Mengukur
pencapaian
IKU
Laporan
Pencapaian
IKU Badan
POM
PO
KJ
A
4
4
Ta
hu
n
1
7
1
Menyusun
Peta strategi
PO
KJ
A
4
1
Ta
hu
n
1
7
2
Melakukan
review IKU
PO
KJ
A
4
4
Ta
hu
n
1
7
3
Mengkoordi
nasikan
penerapan
SAKIP pada
setiap unit
kerja di
lingkungan
Badan POM
Dokumen
Peta
Strategi
Badan
POM
Laporan
Kegiatan
review
IKU Badan
POM
penerapan
SAKIP
pada setiap
unit kerja
di
lingkungan
Badan
POM
PO
KJ
A
4
1
Ta
hu
n
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 142
1
7
4
Pengemban
gan sistem
manajemen
kinerja
berbasis
pencapaian
indikator
output unit
kerja
Terciptany
a sistem
manajeme
n kinerja
berbasis
pencapaian
indikator
output unit
kerja
PO
KJ
A
4
1
Ta
hu
n
1
7
5
Uji coba
penerapan
sistem
reward dan
punishment
untuk
keberhasilan
pencapaian
indikator
output unit
kerja
Laporan
hasil uji
coba
penerapan
sistem
reward
dan
punishmen
t untuk
keberhasila
n
pencapaian
indikator
output unit
kerja
PO
KJ
A
4
1
Ta
hu
n
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 143
1
7
6
Penerapan
sistem
reward dan
punishment
untuk
keberhasilan
pencapaian
indikator
output unit
kerja
Laporan
penerapan
sistem
reward
dan
punishmen
t untuk
keberhasila
n
pencapaian
indikator
output unit
kerja
PO
KJ
A
4
1
Ta
hu
n
1
7
7
Pengemban
gan sistem
reward dan
punishment
untuk
keberhasilan
pencapaian
indikator
kinerja
individu
Laporan
hasil
sistem
reward
dan
punishmen
t untuk
keberhasila
n
pencapaian
indikator
kinerja
individu
PO
KJ
A
4
1
Ta
hu
n
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 144
1
7
8
Penetapan
dan
pemberlaku
kan sistem
reward dan
punishment
untuk
keberhasilan
pencapaian
indikator
kinerja
individu
Terlaksana
nya sistem
reward dan
punishment
untuk
keberhasila
n
pencapaian
indikator
kinerja
individu
PO
KJ
A
4
1
Ta
hu
n
1
7
9
Pengemban
gan
mekanisme
pemberian
informasi
dan
pengelolaan
pengaduan
oleh PPID
Pengemba
ngan dan
Penerapan
pemberian
informasi
dan
pengelolaa
n
pengaduan
oleh PPID
PO
KJ
A
4
1
Ta
hu
n
1
8
0
Penerapan
mekanisme
pemberian
informasi
dan
pengelolaan
pengaduan
oleh PPID
Pengemba
ngan dan
Penerapan
pemberian
informasi
dan
pengelolaa
n
pengaduan
oleh PPID
PO
KJ
A
4
4
Ta
hu
n
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 145
1
8
1
Evaluasi
PPID
Laporan
hasil
evaluasi
PPID
PO
KJ
A
4
4
Ta
hu
n
1
8
2
Pelatihan
penyusunan
LAKIP
meningkat
nya
Kompetens
i mengenai
penyusuna
n LAKIP
PO
KJ
A
4
4
Ta
hu
n
1
8
3
Evaluasi
LAKIP
(sampling)
Laporan
hasil
evaluasi
LAKIP
(sampling)
PO
KJ
A
4
4
Ta
hu
n
1
8
4
Melakukan
review
laporan
keuangan
Laporan/d
ata review
laporan
keuangan
PO
KJ
A
4
4
Ta
hu
n
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 146
F.
Penanggungjawab
Sebagai penanggung jawab program adalah Pokja 4 yang diketuai oleh Inspektur Badan
POM. Dalam melaksanakan kegiatannya, Inspektur melibatkan unit kerja terkait,
misalnya Biro Perencanaan dan Keuangan.
G.
Rencana Anggaran
Untuk melaksanakan seluruh kegiatan, dibutuhkan anggaran sebesar Rp. 3 M sampai
tahun 2014
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 147
PROGRAM
PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK
A.
Pencapaian
Dalam melakukan reformasi birokrasi Badan POM telah berupaya untuk meningkatkan
pelayanan publik baik pre market maupun post market melalui perbaikan sistem dan
peningkatan sarana dan prasarana pelayanan publik untuk registrasi, penerbitan Surat
Keterangan Impor (SKI), Surat Keterangan Ekspor (SKE) dan sertifikasi obat, obat
tradisional, suplemen makanan, kosmetika dan pangan, serta penilaian iklan Obat, Obat
Tradisional dan Suplemen Makanan sebelum beredar. Sebagai tahap awal reformasi
birokrasi, telah dilakukan launching layanan satu atap pada April 2009 untuk memberikan
pelayan dengan lebih transparan serta meningkatkan kenyamanan pelayanan registrasi
obat dan makanan yang dilengkapi dengan fasilitas terkini yang telah disesuaikan
dengan kebutuhan untuk menunjang pendaftaran registrasi dan pelayanan SKI secara
elektronik. Dengan adanya sarana pelayanan publik khusus diharapkan dapat
memberikan kenyamanan dan kemudahan stakesholder.
Untuk pre market, seiring dengan Harmonisasi ASEAN di bidang kosmetika maka sistem
pendaftaran/registrasi produk kosmetika
saat ini telah berubah menjadi sistem
notifikasi dimana pelayanan notifikasi
dapat diakses secara Online (e-notifikasi).
Sistem elektronik juga dikembangkan
pada pendaftaran,
biologi,
Gambar 6 Registrasi produk
obat
obat dan produk
tradisional,
suplemen
makanan dan pangan. Pada tahun ini
pengembangan
e-registration
diprioritaskan pada pangan low risk. Diharapkan dengan adanya sistem e-registrasi maka
pelayanan yang cepat dan efisien dapat tercapai.
Pelayanan di bidang ekspor obat dilakukan melalui penerbitan Surat Keterangan Ekspor
(SKE) yang harus ditunjang dengan adanya Surat Keterangan GMP sebagai bukti
pemenuhan GMP pada fasilitas produksi di Industri Farmasi. Seiring dengan upaya
peningkatan pelayanan di bidang ekspor obat, kemudahan dalam pelayanan penerbitan
surat keterangan GMP yang saat ini masih dilakukan secara manual, telah dilakukan
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 148
rintisan pengembangan sistem pelayanan secara elektronik berupa penyusunan kerangka
acuan dan konsep sistem yang akan dibangun.
Dalam rangka menjamin kebenaran informasi tentang Obat, Obat Tradisional dan
Suplemen Makanan yang memenuhi persyaratan dan ketentuan periklanan yang berlaku
maka Badan POM juga melakukan Penilaian Iklan Obat, Obat Tradisional dan Suplemen
Makanan sebelum beredar. Sebagai upaya dalam meningkatkan pelayanan publik di
bidang penilaian iklan sebelum beredar,
ketepatan waktu penilaian dan pelayanan
menjadi tolok ukur keberhasilannya.
Saat ini telah disempurnakan Standar Pelayanan Publik dengan menetapkan Standar
Pelayanan Minimal dalam tiap jenis pelayanan. Penyusunan standar pelayanan publik
akan melibatkan stakesholder dengan tujuan mengakomodir kebutuhan stakesholeder
dalam pelayanan publik yang efektif dan efisien.
Untuk meningkatkan kemampuan SDM dalam bidang pelayanan publik, telah
dikembangkan standar kompetensi penilai keamanan, mutu, kasiat dan kemanfaatan
obat, obat tradisional, suplemen makanan, kosmetika dan pangan (pada program
penataan manajemen SDM aparatur). Pengembangan standar kompetensi tersebut
diiringi dengan penetapan kebutuhan pelatihan bagi penilai sehingga pelatihan sesuai
dengan standar kompetensi yang ditetapkan.
Perkuatan legalisasi pelayanan publik terus diupayakan untuk meningkatkan pelayanan
sesuai perkembangan teknologi terkini dengan melakukan penyusunan maupun revisi
peraturan dan ketentuan di bidang pengawasan Obat, Obat Tradisional, Suplemen
Makanan, Kosmetika dan Pangan (pada program penataan prraturan perundangundangan). Peraturan tersebut dipublikasikan baik melalui sosialisasi maupun
pencantuman dalam website Badan POM untuk kemudahan akses (pada program
monitoring dan evaluasi).
Sebagai jaminan konsistensi pelayanan publik, pengembangan Quality Management
System (QMS) Badan POM telah dilakukan (pada program penataan tatalaksana). QMS
ini bertujuan agar proses pelayanan publik dapat berjalan efisien dan efektif.
Untuk post market, sejak bulan Juli 2008, penerbitan SKI dilakukan melalui jalur
elektronik (on-line) atau National Single Window (NSW) dan atau manual. Sistem NSW
adalah suatu sistem yang memungkinkan dilakukannya Single Submission of Data and
Information; Single Synchronous processing Data and Information; dan Single Decision Making
for customs release and clearance of cargoes. (Peraturan Pemberlakuan sistem elektronik
terlampir).
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 149
Saat ini, penerbitan SKI untuk bahan baku dan produk jadi atau produk terdaftar Obat
dan Makanan secara elektronik telah dilakukan di Pusat, Balai Besar POM di Medan,
Semarang dan Surabaya. Sedangkan pemasukan produk jadi yang diperuntukkan untuk
tujuan riset, pameran dan keperluan sendiri (Special Access Scheme) masih dilakukan
secara manual. Diharapkan dengan adanya sistem NSW maka pelayanan publik yang
murah, terjangkau, cepat dan aman dapat tercapai.
Penerbitan SKI erat kaitannya dengan pelayanan publik sehingga Badan POM berusaha
untuk dapat meningkatkan kualitas pelayanan publik dengan menetapkan Tingkat
Layanan (Servive Level Agreement) di lingkungan Badan POM. (Terlampir Keputusan
mengenai SLA).
Pemasukan produk obat, obat tradisional, kosmetika, produk komplemen dan makanan
dari berbagai negara ke Indonesia menyebabkan pemerintah dalam hal ini Badan POM,
tidak dapat memberikan proteksi secara sepihak kepada produk-produk dalam negeri.
Oleh karena itu, untuk mencegah beredarnya obat, obat tradisional, kosmetik, produk
koplemen dan makanan tanpa ijin edar Badan POM menerbitkan Peraturan Kepala
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia tentang Pengawasan
Pemasukan Obat dan Makanan sebagai berikut :
1.
Peraturan Kepala Badan POM Nomor HK.03.1.23.04.11.03724 tahun 2011 tentang
Pengawasan Pemasukan Kosmetika (terlampir)
2.
Peraturan Kepala Badan POM
Nomor HK.00.05.42.2996 tentang Pengawasan
Pemasukan Obat Tradisional (terlampir)
Sedangkan untuk produk komplemen, penerbitan SKI masih mengacu pada peraturan
Kepala Badan POM tentang Obat Tradisional. Diharapkan ke depan dapat diterbitkan
Peraturan Kepala Badan Pom tentang Pengawasan Pemasukan Produk Komplemen.
Selain pelayanan SKI, pengawasan post market juga memberikan pelayanan untuk
penerbitan Surat Keterangan Ekspor (SKE). Saat ini, pelayanan SKE masih dilakukan
secara manual dimana pemohon datang dan POM dengan membawa surat permohonan.
Diharapkan ke depan, akan dikembangkan sistem elektronik untuk SKE sehingga akan
mengefisiensikan waktu dan biaya.
Badan POM juga melakukan pemberdayaan masyarakat (public empowerment) agar
masyarakat memiliki kesadaran dan kemampuan untuk mencegah dan melindungi diri
sendiri terhadap risiko dari Obat dan Makanan yang tidak memenuhi standar yang
berlaku.
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 150
Terkait perlindungan kesehatan masyarakat dari risiko produk obat dan makanan yang
tidak memenuhi syarat, maka Badan POM melakukan kegiatan untuk membentuk citra
positif Badan POM, layanan pengaduan dalam rangka penanganan kasus/keluhan yang
merupakan kepentingan, keinginan dan harapan konsumen (consumer insight),
penyuluhan kepada industri rumah tangga pangan (IRTP), Penyuluhan Keamanan
Pangan, bimbingan industri obat tradisional, layanan informasi obat dan keracunan.
Untuk itu, Badan Pengawas Obat dan Makanan menyusun program dan kegiatan dengan
lebih mengedepankan upaya perlindungan
kepada masyarakat dengan dasar analisis
risiko.
Program
kegiatan
tersebut
merupakan bagian dari pelayanan publik
yang
diberikan
Badan
POM
kepada
masyarakat melalui komunikasi, informasi
dan edukasi (KIE).
Seiring dengan era teknologi informasi saat
Gambar 7 Pemberian KIE terhadap konsumen
ini, maka strategi KIE yang dilakukan dan media yang digunakan adalah dengan
memanfaatkan teknologi media dan teknologi informasi yang sedang banyak diminati di
masyarakat sehingga pendekatannya sesuai dengan apa yang ada di masyarakat.
Lebih jauh, kegiatan pemberdayaan masyarakat diharapkan juga merupakan strategi,
fungsi kebijakan dan kemampuan untuk berhubungan dengan publik dalam membentuk
kebijakan yang pada akhirnya dapat berpengaruh terhadap pemulihan citra institusi
(Corporate Image Recovery). Hal ini selain dapat mengatasi krisis, juga guna mendukung
program kebijakan revitalisasi Badan POM, terkait public awareness yaitu mewujudkan
kesadaran dan pengetahuan masyarakat akan pentingnya informasi, publikasi dan
edukasi terkait obat dan makanan sehingga masyarakat dapat melindungi diri dari
produk yang dapat berisiko terhadap kesehatan.
Sebagai tolak ukur keberhasilan upaya peningkatan pelayanan yang telah dilakukan
Badan POM, juga dilakukan pengukuran dari sudut pandang pelanggan yaitu dengan
melakukan survey kepuasan pelanggan dari para stakeholder yang selanjutnya
dievaluasi guna penyempurnaan pelayanan publik.
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 151
B.
Rencana
Penguatan Pelayanan Publik Untuk Pengawasan Pre Market.
Penguatan pelayanan publik untuk pengawasan pre market dilakukan dengan
menyelenggarakan pelayanan registrasi Obat dan Makanan dengan pendekatan
CEPPATT (Cekatan, Efisien, Profesional, Pasti, Akuntabel, Transparan dan Tanggap),
dengan penjelasan sebagai berikut:
Cekatan (Sigap dan terampil dalam melayani registrasi obat dan makanan, serta
memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik);
Efisien (Optimalisasi proses pra registrasi melalui self assessment oleh pendaftar,
konsistensi proses penilaian, pra sertifikasi melalui self assessment pendaftar, proses
pendaftaran iklan);
Profesional (Melakukan penilaian dengan akurat dan scientific based);
Pasti (Kepastian persyaratan registrasi, sertifikasi dan pendaftaran iklan, kepastian
waktu pelayanan dan pemenuhan terhadap timeline, kepastian biaya PNBP obat dan
makanan yang dibayarkan sesuai peraturan yang berlaku);
Akuntabel (Penilaian obat dan makanan sertifikasi dan pendaftaran iklan dapat
dipertangung jawabkan sesuai peraturan dan ilmiah);
Tanggap (Responsif terhadap keluhan pendaftar melalui tindakan CAPA (corrective
action, preverentive action);
Transparan (Semua persyaratan dan prosedur dapat diakses oleh pendaftar)
Dengan demikian CEPPATT merupakan perluasan dari 14 aspek pelayanan publik.
Selain perbaikan pada pola pelayanan keluar, ke dalam Badan POM juga melakukan
perbaikan ke dalam. Ke depan, akan dilakukan berbagai intervensi dalam rangka
meningkatkan pelayanan seperti peningkatan Quality Management System (QMS) dan
elektronisasi registrasi obat dan makanan. Sistem Notifikasi Kosmetika secara on-line
merupakan satu yang akan dikembangkan pertama, dilanjutkan dengan pengembangan
sistem registrasi on-line untuk obat, obat tradisional, supplemen makanan dan makanan
dilakukan secara bertahap.
Penguatan Pelayanan Publik Untuk Pengawasan Post Market
Penguatan pelayanan publik untuk pengawasan post market, dilakukan dengan
menyelenggarakan Pelayanan PRIMA dalam Penerbitan SKI/SKE, dengan penjelasan
sebagai berikut :
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 152
Perbaikan layanan secara terus menerus (Menyesuaikan dengan perubahan,
menciptakan lingkungan yang nyaman dan kondusif, melibatkan staf dalam
perencanaan perubahan);
Revitalisasi sumber daya manusia (Training petugas layanan peningkatan
kompetensi SDM, training costumer/pelanggan);
Intensifikasi sistem layanan (Penyempurnaan bisnis proses system, penyempurnaan
sistem antrian, ketersediaan tracking system);
Memangkas birokasi layanan (Penyederhanaan prosedur layanan, penyederhanaan
persyaratan - tetap mengutamakan SEQ, kepastian waktu layanan, kemudahan akses
pembayaran, transparasi biaya);
Atasi keluhan pelanggan (Kecepatan dalam penanganan keluhan, layanan
konsultasi/help desk untuk bisnis proses dan sistem, layanan informasi konsumen)
Ke depan, akan dilakukan dengan pengembangan NSW melalui :pengembangan eregistrasi Single Sign On (SSO), perluasan catchment area penerbitan SKI on line di Balai
Besar/Balai POM di seluruh Indonesia, perencanaan SKI paperless / sertifikat elektronik
non signature, identifikasi dan updating HS code obat dan makanan serta perencanaan
dan pembangunan/Penerbitan SKE secara elektronik (on line) untuk sertifikasi Sarana
Produksi, sertifikasi Sarana Distribusi dan pendaftaran iklan.
Peningkatan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik, akan
dilakukan melalui kegiatan sebagai berikut : mengimplementasikan strategi komunikasi
dan kehumasan, melakukan identifikasi berita tentang Badan POM di media, melakukan
pemetaan media, melakukan review strategi komunikasi dan kehumasan, melakukan
penanganan
keluhan/saran
pengaduan
konsumen,
/masukan
melaksanakan
secara
langsung,
Mapping
meningkatkan
Potensial
layanan
Konsumen
pengembangan Layanan Informasi Obat dan Makanan yang up-to-date
ULPK,
(termasuk
peningkatan layanan informasi obat dan informasi keracunan serta pengembangan
sistem informasi dan perkuatan infrastruktur teknologi informasi), meningkatkan
layanan perpustakaan Badan POM, meningkatkan penyebaran informasi keamanan
pangan, meningkatkan penyebaran informasi obat asli Indonesia, serta meningkatkan
layanan perpustakaan Badan POM
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 153
Penguatan Pelayanan Publik untuk Pengujian Produk Obat dan Makanan serta
Kalibrasi Alat Ukur
Ruang lingkup perkuatan pengujian produk obat dan makanan serta kalibrasi alat ukur
adalah sebagai berikut: peningkatan prosentase pencapaian time line pengujian dan
kalibrasi, penambahan ruang lingkup pengujian dan kalibrasi yang terakreditasi,
peningkatan jumlah dan jenis Baku Pembanding, peningkatan kepuasan pelanggan.
Dalam mewujudkan penguatan pelayanan pengujian produk obat dan makanan serta
kalibrasi alat ukur, akan dilakukan langkah-langkah pemenuhan sarana dan prasarana
termasuk peningkatan kompetensi pengujian untuk memenuhi timeline pengujian yang
ditetapkan.
C.
Kriteria Keberhasilan
Berbeda dengan kriteria keberhasilan untuk program reformasi birokrasi yang lain,
kriteria keberhasilan untuk program peningkatan pelayanan publik, lebih detil
ditetapkan. Hal ini dilakukan karena muara seluruh program reformasi birokrasi Badan
POM adalah perbaikan mutu pelayanan publik yang dilakukan oleh Badan POM.
Dengan demikian kepercayaan masyarakat, dan stakeholder yang lain pada Badan POM
diharpkan meningkat pula. Indikator/kriteria keberhasilan yang lebih detil/mikro ini
juga diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi dan promosi reformasi
birokrasi kepada masyarakat.
Penguatan Pelayanan Publik Untuk Pengawasan Pre Market
1)
Kriteria Keberhasilan pelayanan satu atap
a. Pembangunan dan pengadaan sarana dan prasarana tepat waktu.
b. Terwujudnya sistem pelayanan registrasi yang lebih sistematis, cepat dan
professional.
c. Tersedia Sumber Daya Manusia terlatih sesuai dengan kebutuhan.
2)
Kriteria keberhasilan pembangunan/pembenahan sistem registrasi on-line untuk
obat, makanan dan komestik
a. Tersedianya sistem data base obat dan makanan yang sudah terintegrasi dan
sistem aplikasi manajemen data.
b. Terwujudnya proses kerja bagian operasional dan tempat penyimpanan data
serta pengelolaan yang lebih tersentralisasi (evaluasi melalui audit internal).
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 154
3)
Kriteria Keberhasilan implementasi/sosialiasi sistem registrasi on-line untuk obat,
makanan dan komestik
a. Kemudahan akses informasi bagi pendaftaran tanpa harus melakukan interaksi
langsung dengan petugas (melalui survey pelanggan terhadap ketersediaan
informasi)
b. Pembaharuan data secara terus menerus (monitoring dan evaluasi data terkini).
c. Kemudahan untuk melakukan pemantauan terhadap proses registrasi produk
(evaluasi jumlah pemanfaatan electronic tracking system).
Penguatan Pelayanan Publik Untuk Pengawasan Post Market
1)
Kriteria Keberhasilan Pengembangan /NSW
a. Terwujudnya system e-registrasi SSO yang lebih efisien
b. Terwujudnya perluasan catchment area penerbitan SKI on line di Balai Besar/Balai
POM di seluruh Indonesia
c. Terwujudnya SKI paperless / sertifikat elektronik non signature
d. Pembaharuan data HS code khusus obat dan makanan
2)
Kriteria keberhasilan pembangunan sistem registrasi on-line untuk SKE obat, obat
tradisional, kosmetik dan makanan
a. Kemudahan akses informasi bagi produsen/eksportir tanpa harus melakukan
interaksi langsung dengan petugas
b. Tersedianya sistem data base obat dan makanan yang sudah terintegrasi
Partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik
1)
Kriteria Keberhasilan implementasi strategi komunikasi dan kehumasan adalah :
Terlaksana kegiatan strategi komunikasi dan kehumasan melalui jumpa pers, media
visit, talkshow, pameran, iklan layanan masyarakat, artikel dimedia dll.
2)
Kriteria Keberhasilan identifikasi berita tentang Badan POM di media adalah :
Teridentifikasinya berita berimplikasi positif, netral dan negatif terhadap Badan
POM.
3)
Kriteria keberhasilan pemetaan media, adalah :
Teridentifikasinya media massa yang memuat berita tentang Badan POM.
4)
Kriteria keberhasilan review strategi komunikasi dan kehumasan, adalah :
Terciptanya strategi komunikasi dan kehumasan sesuai kebutuhan.
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 155
5)
Kriteria Keberhasilan melakukan penanganan keluhan/saran /masukan secara
langsung, adalah :
a. Terpenuhinya penanganan keluhan/saran /masukan
b. Terselesaikannya permasalahan/keluhan konsumen
6)
Kriteria Keberhasilan layanan pengaduan konsumen, adalah :
a. Meningkatnya layanan pengaduan konsumen
b. Tercapainya kepuasan konsumen
7)
Kriteria Keberhasilan Mapping Potensial konsumen ULPK Badan POM, adalah :
Tersedianya data konsumen yang potensial terhadap ULPK Badan POM
8)
Kriteria Keberhasilan layanan informasi obat dan keracunan, adalah :
a. Terpenuhinya permintaan informasi terkait dengan obat dari stakeholder
termasuk masyarakat luas
b. Tersedianya akses informasi yang mudah terkait dengan obat dan keracunan
bagi peminta informasi termasuk kemudahan menghubungi petugas pemberi
informasi dan tersedianya informasi obat dan keracunan di website Badan POM.
c. Meningkatnya permintaan informasi obat dan keracunan
9)
Kriteria Keberhasilan layanan perpustakaan Badan POM, adalah :
a. Meningkatnya jumlah pengunjung perpustakaan
b. Meningkatnya jumlah pustaka yang terkait dengan pengawasan Obat dan
Makanan
10) Kriteria keberhasilan penyebaran informasi obat asli Indonesia, adalah :
a. Terlaksananya penyebaran informasi melalui pameran obat asli Indonesia di
dalam negeri maupun di luar negeri.
b. Jumlah konsumen yang memperoleh informasi obat asli Indonesia.
c. Terlaksananya bimbingan teknis kepada industri obat asli Indonesia.
d. Jumlah industri obat asli Indonesia yang mengikuti bimbingan teknis.
e. Jumlah permintaan terhadap publikasi yang diterbitkan oleh Direktorat Obat
Asli Indonesia.
f.
Jumlah masyarakat yang mengunjungi Kebun Tanaman Obat Citereup.
g. Frekuensi pelaksanaan talkshow obat asli Indonesia.
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 156
Penguatan Pelayanan Publik untuk Pengujian Produk Obat dan Makanan serta
Kalibrasi Alat Ukur
1) Kriteria keberhasilan peningkatan prosentase pencapaian time line pengujian dan
kalibrasi adalah :
a. Tersedianya sarana dan prasarana pengujian dan kalibrasi sesuai kebutuhan.
b. Terimplementasinya Prosedur Tetap Jaminan Mutu dan Instruksi Kerja
Pelayanan Pengujian.
2) Kriteria keberhasilan penambahan ruang lingkup pengujian dan kalibrasi yang
terakreditasi, adalah :
a. Tersedianya Metode Analisis yang tervalidasi.
b. Tersedianya sumber daya manusia yang kompeten.
3) Kriteria keberhasilan peningkatan jumlah dan jenis Baku Pembanding, adalah :
a. Terselenggaranya uji kolaborasi Baku Pembanding.
b. Tersedianya anggaran pengadaan Baku Pembanding.
4) Kriteria keberhasilan peningkatan kepuasan pelanggan, adalah :
a. Tersedianya fasilitas dalam memenuhi pelayanan publik.
b. Tersedianya prosedur evaluasi pelayanan pelanggan.
D.
Agenda Prioritas
Penguatan Pelayanan Publik Untuk Pengawasan Pre Market
1. Pengembangan sistem notifikasi kosmetika secara on-line menjadi priotitas utama
karena sejalan dengan implementasi harmonisasi ASEAN dalam bidang kosmetika.
Pengembangan dimulai pada tahun 2010 dan telah diimplementasikan sejak awal
tahun 2011.
2. Pengembangan sistem registrasi on-line secara bertahap untuk obat, obat tradisional,
supplemen makanan dan makanan :
a. Tahun 2011 diprioritaskan untuk pengembangan registrasi on-line produk
pangan low risk.
b. Tahun 2012 untuk pengembangan registrasi on-line obat, obat tradisional dan
supplemen makanan,
3.
Penyediaan layanan informasi obat dan produk biologi berbasis web.
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 157
Penguatan Pelayanan Publik Untuk Pengawasan Post Market
1.
Pengembangan sistem e-registrasi SSO untuk obat, obat tradisional, kosmetik,
suplemen makanan dan makanan diprioritaskan untuk mengefisiensikan sistem
registrasi NSW yang sudah ada. Pengembangan SSO telah dimulai sejak tahun 2011.
2.
Perencanaan untuk mewujudkan SKI yang paperless/sertifikat elektronik non
signature pada tahun 2011 sehingga dapat dikembangkan pada tahun 2012
3.
Identifikasi HS code khusus untuk obat dan makanan pada tahun 2011 sehingga
dapat dilakukan updating data HS Code pada tahun 2012
4.
Perencanaan Pembangunan/Penerbitan SKE secara elektronik (on line)
Partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik
Peningkatan frekuensi informasi publik yang dapat difasilitasi untuk dipublikasi ke
media massa dan stakeholder.
1. Penguatan layanan pengaduan/permintaan informasi tentang obat dan makanan.
2. Pengembangan system layanan informasi obat dan keracunan dengan memanfaatkan
teknologi media dan teknologi informasi komunikasi sesuai dinamika perkembangan
3. Peningkatan kualitas layanan informasi obat dan keracunan melalui :
4. Penguatan layanan informasi obat melalui perluasan diseminasi Approved label
produk obat
a. Penguatan layanan informasi keracunan diprioritaskan pada pengembangan dan
pemutakhiran data kasus dan insiden keracunan terutama terkait dengan
keracunan pangan sehingga data-data tersebut dapat dimanfaatkan baik internal
maupun eksternal Badan POM untuk merencanakan program/kegiatan terkait.
b. Pengembangan Layanan perpustakaan diprioritaskan pada penyediaan pustaka
secara online dan integrasi pustaka dari semua Balai Besar/Balai POM di
Indonesia
5. Peningkatan frekuensi bimbingan teknis yang dapat dilaksanakan kepada industri
obat asli Indonesia. (Dit OAI)
Penguatan Pelayanan Publik untuk Pengujian Produk Obat dan Makanan serta
Kalibrasi Alat Ukur
1.
Peningkatan prosentase pencapaian time line pengujian dan kalibrasi melalui
ketersediaan sarana dan prasarana pengujian dan kalibrasi serta pelatihan SDM
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 158
sesuai kebutuhan. Pengadaan instrumen laboratorium secara massive dimulai sejak
tahun 2008 dan berlanjut hingga sekarang.
2.
Penambahan 100 ruang lingkup pengujian dan kalibrasi yang terakreditasi pada
tahun 2012.
3.
Peningkatan jumlah dan jenis Baku Pembanding melalui automatisasi proses
pengemasan dan pelabelan Baku Pembanding, perluasan jejaring kolaborasi Baku
Pembanding dan penunjukan Laboratorium Unggulan untuk Baku Pembanding di
BB/BPOM tahun 2012.
4.
Peningkatan kepuasan pelanggan melalui peningkatan informasi pelayanan
pengujian secara real time (on line) dan perbaikan penanganan pelayanan parkir tahun
2012.
E.
1.
Waktu Pelaksanaan dan Tahapan Kerja
Pelayanan Satu Atap (One Roof Service)
Tahapan Kerja :
a)
Pembangunan Gedung Pelayanan Publik
b)
Penyiapan Sarana Pendukung
c)
Penyiapan sumberdaya manusia untuk menunjang pelayanan registrasi
d) Sosialisasi dan implementasi
Waktu/Jangka Waktu Pelaksanaan :
a) Pembangunan dan penyiapan sarana pelayanan telah dimulai sejak tahun 2007–
2008.
b) Penyiapan sumberdaya manusia telah dilakukan sejak tahun anggaran 2008–
2009.
c) Sosialisasi dan Implementasi
-
Pemanfaatan sarana pelayanan registrasi obat dan makanan
Untuk mewujudkan pelayanan publik yang lebih transparan telah dibangun
gedung khusus untuk pelayanan satu atap dengan pelayanan registrasi Obat
dan Makanan yang terpisah dari ruang kerja/ruang Evaluasi. Fasilitas yang
tersedia pada gedung baru adalah ruang tunggu yang lebih nyaman. Ruang
Konsultasi yang lebih terbuka untuk menunjukan transparasi serta dilengkapi
dengan sarana penunjang pelayanan publik ini telah dimanfaatkan sejak bulan
April 2009.
-
Implementasi sistem antrian otomatis
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 159
Dalam upaya meningkatkan ketertiban dalam pelayanan registrasi Obat dan
Makanan sedang dikembangkan sistem antrian otomatis yang direncanakan
akan di Louncing pada akhir Desember 2009.
-
Visualisasi Tata Cara Pendaftaran Obat dan Makanan
Visualisasi tata cara pendaftaran obat dan makanan bertujuan untuk
memberikan informasi tata cara pendaftaran obat dan makanan dengan cara
yang lebih mudah untuk dipahami oleh pendaftar.
2.
Pengembangan sistem registrasi on-line untuk obat, makanan dan komestik
Tahapan kerja :
a)
Pemutakhiran database obat dan makanan yang lengkap dan komprehensif.
b)
Identifikasi dan penyiapan peraturan, pedoman dan prosedur guna penerapan
sistem self assessment.
c)
Penyiapan sistem aplikasi manajemen data.
d) Penyediaan sarana penunjang registrasi sistem elektronik.
e)
Penyiapan sumber daya manusia
f)
Sosialisasi dan implementasi
Waktu/jangka waktu pelaksanaan :
a) Persiapan untuk perancangan dan pembuatan program aplikasi sistem registrasi
elektronik telah dimulai dari tahun 2008 serta penyelesaian ditargetkan di tahun
2012.
b) Sosialisasi dan implementasi
-
Implementasi pemutakhiran database obat dan makanan
Implementasi pembaharuan database obat dan makanan harus selalu
dilakukan dan dipantau sacara terus menerus dengan program pengawasan
melekat.
-
Sosialisasi dan implementasi peraturan, pedoman dan prosedur
Kejelasan persyaratan yang harus dipenuhi oleh pendaftar merupakan salah
satu komponen pokok dalam proses registrasi obat dan makanan. Persyaratan
yang telah ditetapkan harus disosialisasikan kepada pelaku usaha.
Dalam implementasinya, informasi persyaratan tersebut harus disampaikan
kepada pendaftar melalui sarana yang mudah diakses baik secara manual
(ditempel pada papan pengumuman) maupun elektronik (melalui website).
-
Sosialisasi dan implementasi sistem elektronik registrasi obat dan makanan.
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 160
Implementasi sistem elektronik registrasi obat dan makanan diawali dengan uji
coba sistem untuk menguji akurasi data dan laporan (report) yang dihasilkan.
Untuk meningkatkan keterampilan dan pemahaman operator dan supervisor
perlu dilakukan pelatihan kepada pengguna, dalam hal ini sosialisasi dan
pelatihan kepada petugas internal Badan POM. Tahap selanjutnya, sosialisasi
dan pelatihan dilakukan kepada pendaftar.
-
Sosialisasi notifikasi Kosmetika dimulai tahun 2010 akhir dan telah
diimplemantasikan pada tahun 2011. Sedangkan sosialisasi registrasi on-line
Obat, Obat Tradisional, Supplemen Makanan dan Makanan dimulai pada
tahun 2012 untuk target implementasi secara penuh pada tahun 2014.
3.
Penguatan Pelayanan Publik Untuk Pengawasan Post Market
Tahapan kerja dan waktu pelaksanaan:
a)
Pemutakhiran database obat Pengembangan e-reg SSO : tahun 2011
- Sosialisasi dan Implementasi e-reg SSO : tahun 2012
- Implementasi e-reg SSO dan Monev : tahun 2013
- Implementasi e-reg SSO dan Monev :tahun 2014
b)
Perluasan catchment area penerbitan SKI on line di Balai Besar/Balai POM di
seluruh Indonesia :
- Pengembangan SKI on-line: tahun 2011
- Perluasan SKI on-line: tahun 2012
- Implementasi : tahun 2013
- Implementasi:tahun 2014
c)
SKI paperless / sertifikat elektronik non signature
- Perencanaan SKI paperless / sertifikat elektronik non signature: tahun 2011
- Pengembangan SKI paperless/ sertifikat elektronik non signature: tahun 2012
- MoU SKI paperless/ sertifikat elektronik non signature : tahun 2013
- Implemetasi SKI paperless/ sertifikat elektronik non signature: tahun 2014
d) HS code khusus obat dan makanan
- Identifikasi HS code Obat dan Makanan: tahun 2011
- Up dating HS code di Bea Cukai: tahun 2012
- Sosialisasi HS Code Obat dan Makanan : tahun 2013
- Implementasi HS code Obat dan Makanan :tahun 2014
e)
Pembangunan sistem registrasi on-line untuk SKE obat, obat tradisional,
kosmetik dan makanan
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 161
- Perencanaan: tahun 2011
- Pembuatan SKE on-line: tahun 2012
- Pengembangan SKE on-line: tahun 2013
- Implementasi SKE on-line: tahun 2014
4.
Pemberdayaan Masyarakat
1)
Layanan informasi
-
Penyediaan akses informasi terstandar (approved label)
-
Pengembangan layanan rujukan dalam layanan informasi dan konsultasi
segala aspek penggunaan obat.
-
penyediaan akses layanan informasi terkait keracunan akibat penggunaan
produk obat dan makanan yang tidak tepat termasuk pencegahan keracunan.
2) Informasi, Publikasi dan Edukasi
-
Pembuatan
produk
informasi
berbentuk
cetak/elektronik
seperti
informatorium, buku, booklet, buletin, leaflet, poster, presentasi, katalog,
kaleidoskop, video movie, rilis/public warning serta bahan/materi informasi
lainnya
-
Publikasi, deseminasi, edukasi melalui kegiatan sosialisasi, bimbingan teknis,
workshop/seminar, talkshow, pameran, artikel, iklan layanan masyarakat, dan
penyuluhan serta kegiatan lain dalam rangka perlindungan konsumen, yang
ditujukan ke kalangan eksternal.
-
Pembangunan citra Badan POM melalui pengelolaan krisis : identifikasi krisis,
menganalisis krisis, mengatasi krisis serta mengevaluasi krisis melalui kegiatan
yang dapat meredam krisis, diantaranya melalui Press conference, dan media
visit.
-
Penyuluhan industri OAI bertujuan untuk membina industri kecil OAI melalui
pelatihan, dokumentasi sederhana, sosialisasi peraturan yang terkait di bidang
obat tradisional, pedoman klaim, strategi pemasaran, hak kekayaan intelektual
terkait pengetahuan tradisional dan sistem pelaporan produksi/distribusi.
-
Penyelenggaraan KIE tentang keamanan pangan.
3) Layanan perpustakaan
-
Penyediaan akses ke sumber-sumber informasi dari seluruh dunia.
-
Pengelolaan kepustakaan secara konvensional dan elektronik
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 162
-
Penyediaan literatur rujukan terkait obat dan makanan dan terletak di pusat
serta di Balai Besar/Balai POM seluruh Indonesia.
4) Layanan pengaduan
-
Penyelenggaraan layanan pengaduan
-
Pemecahan masalah pengaduan yang menyangkut berbagai hal terkait produk
obat, makanan, kosmetik, obat tradisional
-
Pemberian informasi dan penyelenggaraan komunikasi publik
-
Pengembangan sistem peringatan dini (early warning system) yang berfungsi
sebagai petunjuk awal dalam pelaksanaan sampling pengawasan obat dan
makanan.
5. Penguatan Pelayanan Publik untuk Pengujian Produk Obat dan Makanan serta
Kalibrasi Alat Ukur
Tahapan kerja :
a) Menyusun standar sarana dan prasarana pengujian dan kalibrasi
b) Identifikasi kebutuhan sarana dan prasarana pengujian dan kalibrasi
c) Mengembangkan baku mutu pengujian termasuk timeline
d) Melakukan monitoring dan evaluasi capaian time line pengujian dan kalibrasi
setelah terpenuhi sarana dan prasaranan serta pelatihan SDM.
e) Automatisasi Proses Pengemasan dan Pelabelan Baku Pembanding tahun 2012.
f) Implementasi automatisasi proses pengemasan dan pelabelan Baku Pembanding
tahun 2012-2013.
g) Evaluasi peningkatan jumlah dan jenis Baku Pembanding setelah implementasi
automatisasi proses pengemasan dan pelabelan Baku Pembanding tahun 2014.
h) Peningkatan kepuasan pelanggan melalui peningkatan informasi pelayanan
pengujian secara real time (on line) dan perbaikan penanganan pelayanan parkir.
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 163
Secara umum, Waktu pelaksanaan dan tahapan kerja sebagai berikut :
Formulir 3
Rencana Aksi Program dan Kegiatan Reformasi Birokrasi
N
o
PROGRAM/
KEGIATAN
HASIL
YANG
DIHARAPKAN
PENA
NGGU
NG
JAW
AB
AL
OKA
SI
W
AK
TU
2011
1
2
3
4
5
6
7
2012
8
9
#
#
#
1
2
3
4
5
6
7
2013
8
9
#
#
#
1
2
3
4
5
PENINGKATAN
KUALITAS
PELAYANAN PUBLIK
6
7
2014
8
9
#
#
#
1
2
3
4
5
6
7
8
9
#
#
#
HA
L
YA
NG
DIP
ERL
UKA
N
ESTI
MAS
I
ANG
GAR
AN
6,9 T
1
8
5
Identifikasi
pelayanan
publik
Badan POM
Laporan
hasil
identifikasi
pelayanan
publik
Badan
POM
PO
KJA
5
1
Ta
hu
n
1
8
6
Penyusunan
draft standar
pelayanan
Draft
pedoman
standar
pelayanan
PO
KJA
5
1
Ta
hu
n
1
8
7
Finalisasi
standar
pelayanan
(QUICK
WIN 1)
Dokumen
Pedoman
standar
pelayanan
PO
KJA
5
3
BU
LA
N
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 164
1
8
8
Pengembang
an e-reg dan
e-notifikasi
Meningkat
nya
pelayanan
publik
kepada
stakeholde
r
PO
KJA
5
4
Ta
hu
n
1
8
9
Sosialisasi
SP
Meningkat
nya
kualitas
pelayanan
publik
kepada
masyaraka
t dan
Pelaku
usaha
PO
KJA
5,6,
7
1
Ta
hu
n
1
9
0
Implementas
i SP
Meningkat
nya
kualitas
pelayanan
publik
kepada
masyaraka
t dan
Pelaku
usaha
PO
KJA
5,6,
7
4
Ta
hu
n
1
9
1
Penerapan
sistem
eksporimpor
Meningkat
nya
pelayanan
publik
dalam
sistem
eksporimpor
PO
KJA
6
3
th
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 165
1
9
2
Pernerapan
e-reg dan enotifikasi
secara
bertahap
Meningkat
nya
pelayanan
publik
kepada
stakeholde
r
PO
KJA
5
4
Ta
hu
n
1
9
3
Perkuatan
infrastruktur
di seluruh
unit layanan
publik
Meningkat
nya
infrastrukt
ur di
seluruh
unit
layanan
publik
PO
KJA
5,6,
7
3
Ta
hu
n
1
9
4
Peningkatan
koordinasi
lintas sektor
termasuk
advokasi
pengawasan
pangan
jajanan anak
sekolah
(PJAS)
Penyusunan
pedoman
evaluasi
pelayanan
publik
Meningkat
nya
Koordinasi
dengn
lintas
sektor
PO
KJA
6
3
Ta
hu
n
dokumen
Pedoman
evaluasi
pelayanan
publik
PO
KJA
5,6,
7
3
Ta
hu
n
Evaluasi
kinerja
pelayanan
Laporan
hasil
evaluasi
kinerja
pelayanan
publik
PO
KJA
5,6,
7
3
Ta
hu
n
1
9
5
1
9
6
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 166
1
9
7
1
9
8
1
9
9
2
0
0
Penyusunan
dokumen
level I, II, III,
IV ISO
9001:2008
Sinkronisasi
ISO
9001:2008
dari unit
kerja yang
sudah
mendapatka
n sertifikat
ke sistem
Badan POM
Sinkronisasi
ISO 17025
dari
laboratoriu
m pengujian
Badan POM
seluruh
Indonesia
dengan ISO
9001:2008
Badan POM
Audit PIC/s
(Pharmaceuti
cal Inspection
Cooperation
Scheme)
Sertifikat
ISO
9001:2008
PO
KJA
1
1
Ta
hu
n
Penerapan
ISO
9001:2008
dalam
sistem
Badan
POM
PO
KJA
1
1
Ta
hu
n
Penerapan
ISO 17025
dengan
ISO
9001:2008
dalam
sistem
Badan
POM
PO
KJA
6
1
Ta
hu
n
Penerapan
PIC/s
(Pharmaceu
tical
Inspection
Cooperation
Scheme)
dalam
Sistem
Badan
POM
PO
KJA
6
1
Ta
hu
n
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 167
2
0
1
Sertifikasi
sistem mutu
(ISO
9001:2008)
Badan POM
(keseluruha
n/1
sertifikat
induk Badan
POM dan 53
sertifikat
unit kerja)
pemeliharaa
n sistem
mutu ISO
9001:2008
Sertifikat
ISO
9001:2008
PO
KJA
1
1
Ta
hu
n
Konsistenn
ya
penerapan
sistem
mutu ISO
9001:2008
PO
KJA
1
3
Ta
hu
n
2
0
3
Keanggotaa
n dalam
PIC/s
Penerapan
PIC/s
(Pharmaceu
tical
Inspection
Cooperation
Scheme)
dalam
Sistem
Badan
POM
PO
KJA
6
3
Ta
hu
n
2
0
4
pemeliharaa
n sistem
mutu ISO
17025
Konsistensi
sistem
mutu ISO
17025
PO
KJA
6
3
Ta
hu
n
2
0
2
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 168
2
0
5
2
0
6
2
0
7
Penyelengga
raan survey
kepuasan
pelanggan
untuk
seluruh unit
pelayanan
Publik di
Badan POM
Pusat
Sosialisasi
metode
pelaksanaan
survey
kepuasan
pelanggan di
Balai
Besar/Balai
POM
Nilai
kepuasan
pelanggan
diseluruh
unit
pelayanan
Publik di
Badan
POM
PO
KJA
5,6,
7
1
Ta
hu
n
penerapan
metode
pelaksanaa
n survey
kepuasan
pelanggan
di Balai
Besar/Bala
i POM
PO
KJA
5,6,
7
1
Ta
hu
n
Penyelengga
raan survey
kepuasan
pelanggan
untuk
seluruh unit
pelayanan
Publik di
Badan POM
Pusat dan
Balai
Besar/Balai
POM
Nilai
kepuasan
pelanggan
diseluruh
unit
pelayanan
Publik di
Badan
POM
PO
KJA
5,6,
7
3
Ta
hu
n
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 169
2
0
8
pengembang
an SOP,
metode dan
sarana
penyampaia
n
keluhan/sar
an/masukan
Penanganan
keluhan/sar
an
/masukan
secara
langsung
peningkatan
layanan
pengaduan
konsumen
Meningkat
nya Sistem
Pelayanan
Publik
PO
KJA
5,6,
7
2
Ta
hu
n
Meningkat
nya Sistem
Pelayanan
Publik
PO
KJA
5,6,
7
4
Ta
hu
n
Meningkat
nya Sistem
Pelayanan
Publik
PO
KJA
7
4
Ta
hu
n
2
1
1
evaluasi
keluhan/sar
an/masukan
dan CAPA
Laporan
hasil
evaluasi
keluhan/s
aran/masu
kan dan
CAPA
PO
KJA
7
4
Ta
hu
n
2
1
2
Implementas
i strategi
komunikasi
dan
kehumasan
Penerapan
strategi
komunikas
i dan
kehumasa
n
PO
KJA
7
1
Ta
hu
n
2
0
9
2
1
0
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 170
2
1
3
Identifikasi
kelompok
masyarakat
(termasuk
kelompok
gender) dan
pemangku
kepentingan
Laporan
Identifikasi
kelompok
masyaraka
t (termasuk
kelompok
gender)
dan
pemangku
kepentinga
n
PO
KJA
7
1
Ta
hu
n
2
1
4
Mapping
potensi
masyarakat
PO
KJA
7
1
Ta
hu
n
2
1
5
Review
strategi
komunikasi
dan
kehumasan
Hasil
Pemetaan
potensi
masyaraka
t
Laporan
Hasil
Review
strategi
komunikas
i dan
kehumasa
n
PO
KJA
7
1
Ta
hu
n
2
1
6
Pengembang
an metode
baru ke arah
KIE yang
lebih
bersahabat
Peningkata
n
Pelayanan
Publik ke
arah KIE
yang lebih
bersahabat
PO
KJA
7
1
Ta
hu
n
2
1
7
Pengembang
an target
audience
Peningkata
n
Pelayanan
Publik
PO
KJA
7
1
Ta
hu
n
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 171
2
1
8
Peningkatan
intensitas
KIE dengan
masyarakat
Peningkata
n
Pelayanan
Publik
PO
KJA
7
3
Ta
hu
n
2
1
9
Peningkatan
intensitas
kehumasan
Peningkata
n
Pelayanan
Publik
PO
KJA
7
3
Ta
hu
n
2
2
0
Evaluasi
kehumasan
Peningkata
n
Pelayanan
Publik
PO
KJA
7
3
Ta
hu
n
2
2
1
Evaluasi dan
penyusunan
grand
design
strategi baru
Laporan
hasil
Evaluasi
dan
penyusuna
n grand
design
strategi
baru
PO
KJA
7
1
Ta
hu
n
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 172
F.
Penanggungjawab
Penanggungjawab Program Peningkatan Kualitas Kelayanan Publik, terdiri dari 4 area :
a) Perkuatan sistem pengawasan pre market untuk Peningkatan Kualitas Pelayanan
Publik adalah Pokja 5, yang diketuai oleh Direktur Penilaian Obat dan Produk
Biologi. Dalam melaksanakan kegiatannya, Direktur Penilaian Obat dan Produk
Biologi berkoordinasi dengan Direktur Penilaian Obat Tradisional, Kosmetika dan
Suplemen Makanan, Direktur Penilaian Keamanan Pangan serta unit kerja terkait.
b) Perkuatan sistem pengawasan post market untuk Peningkatan Kualitas Pelayanan
Publik adalah Pokja 6, yang diketuai oleh Direktur Inspeksi dan Sertifikasi Obat
Tradisional,
Kosmetika
dan
Produk
Komplemen.
Dalam
melaksanakan
kegiatannya, Direktur Inspeksi dan Sertifikasi berkoordinasi dengan Direktur
Pengawasan Produksi Produk Terapetik dan PKRT, Direktur Pengawasan
Distribusi Produk Terapetik dan PKRT, Direktur Inspeksi dan Sertifikasi Pangan,
Kepala Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional dan seluruh Balai
Besar/Balai POM serta unit kerja terkait.
c) Pemberdayaan Masyarakat untuk Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik adalah
Pokja 7, yang diketuai oleh Kepala Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat.
Dalam melaksanakan kegiatannya, Kepala Biro Hukum dan Hubungan
Masyarakat berkoordinasi dengan Kepala Pusat Informasi Obat dan Makanan,
Direktur Obat Asli Indonesia, Direktur Surveilan dan Penyuluhan Keamanan
Pangan dan Balai Besar/Balai POM dan seluruh unit kerja terkait.
G.
Rencana Anggaran
Biaya yang dibutuhkan untuk keseluruhan kegiatan dalam program Peningkatan kualitas
Pelayanan Publik adalah sebesar Rp. 6,9 T sampai dengan tahun 2014.
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 173
PROGRAM
MANAJEMEN PERUBAHAN
Latar Belakang Permasalahan
1.1. Kebijakan arah perubahan
Dikaitkan dengan konsep ‘globalisasi”, maka Michael Hammer dan James Champy
menuliskan bahwa ekonomi global berdampak terhadap 3 C, yaitu customer,
competition, dan change.1 Pelanggan menjadi penentu, pesaing makin banyak, dan
perubahan menjadi konstan. Hal ini tidak hanya terjadi di sektor privat. Sektor publik,
dimana semua proses serba lamban, mantap dan seluruh perubahan seolah-olah
terkendali, mau tidak mau, suka tidak suka, karena kepentingan pelanggan (yang
notabene sangat besar – karena pelanggan sektor publik tentu adalah masyarakat) juga
mengikuti kaidah 3 C ini. Namun sayangnya tidak banyak orang yang suka akan
perubahan, walau begitu perubahan tidak bisa dihindarkan. Perubahan harus dihadapi,
karena yang abadi adalah perubahan itu sendiri. Oleh karena itu, maka diperlukan satu
manajemen perubahan agar proses dan dampak dari perubahan tersebut mengarah pada
titik positif.
Sebagai organisasi publik, Badan POM RI, juga tidak lepas dari perubahan itu sendiri.
Perubahan yang terjadi baik dalam lingkup internal organisasi maupun perubahan yang
terjadi di luar lingkup organisasi yang membawa dampak baik positif bahkan negatif
bagi organisasi. Bagaimana perubahan ini dapat dikelola untuk sebesar-besar
kemaslahatan organisasi, sehingga seburuk apapun dampak perubahan bagi organisasi,
maka organisasi mampu mengantisipasinya. Atau bahkan dari cara pandang yang lebih
positif, bagaimana organisasi mengelola perubahan menjadi suatu yang bermanfaat bagi
organisasi, dan bagaimana organisasi mampu shaping the future
bagi organisasi itu
sendiri, maka Badan POM pun harus mampu mengelola konsep perubahan tersebut.
Demikian juga para anggota organisasinya – yaitu seluruh SDM, harus pula mampu
mengelola perubahan ke arah yang positif.
Disadari bahwa mengelola perubahan bukan merupakan suatu yang sederhana.
Kebanyakan organisasi dan individu dalam organisasi resisten terhadap perubahan,
karena banyak faktor. Oleh karenanya, perubahan tetap harus dikelola serius, meskipun
berpotensi mempunyai hambatan yang cukup besar.
1
Michael Hammer dan James Champy, Reengineering the Corporation : A Manifesto for Business
Revolution, 1994
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 174
1.2. Dorongan perubahan
Perubahan pasti terjadi, seperti dikemukakan bahwa yang abadi adalah perubahan itu
sendiri. Oleh karena itu, perubahan menjadi sesuatu yang mutlak. Banyak hal yang
mendorong perubahan itu sendiri terjadi, yaitu :

Pengetahuan ekonomi;

Organisasi virtual;

Merger atau akuisisi;

Perdagangan secara elektronik

Konvergensi digital (dan seluruh konsekuensinya);

Privatisasi
Namun bukan hanya karena perubahan merupakan sesuatu yang mutlak dan banyak
faktor pendorong, maka dengan sendirinya perubahan mudah dilaksanakan, mudah
dikelola. Justru sebaliknya, banyak masalah yang bisa terjadi ketika perubahan akan
dilakukan. Masalah yang paling sering dan menonjol adalah “penolakan atas perubahan
itu sendiri”. Istilah yang sangat populer dalam manajemen adalah resistensi perubahan
(resistance to change). Penolakan atas perubahan tidak selalu negatif karena justru
karena adanya penolakan tersebut maka perubahan tidak bisa dilakukan secara
sembarangan.
Penolakan atas perubahan tidak selalu muncul dipermukaan dalam bentuk yang standar.
Penolakan bisa jelas terlihat (eksplisit) dan segera, misalnya mengajukan protes,
mengancam mogok, demonstrasi, dan sejenisnya; atau bisa juga tersirat (implisit), dan
lambat laun, misalnya loyalitas pada organisasi berkurang, motivasi kerja menurun,
kesalahan kerja meningkat, tingkat absensi meningkat, dan lain sebagainya.
1.3. Mengapa perubahan ditolak ?
Secara umum, manusia berada dalam comfort zonenya masing-masing. Ketika manusia
tersebut bersatu dalam suatu organisasi, comfort zone melebur menjadi comfort zone
organisasi. Oleh karenanya, ketika terjadi suatu “agitasi” yang “mengancam” comfort
zone”, reaksi paling wajar adalah penolakan.
Untuk keperluan analitis, dapat dikategorikan sumber penolakan atas perubahan, yaitu
penolakan yang dilakukan oleh individual dan yang dilakukan oleh kelompok atau
organisasional.2
2
Stephen P. Robbins, Organizational Behavior, Concepts, Controversies, and Application, 1991
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 175
1.3.1. Resistensi Individual
Karena persoalan kepribadian, persepsi, dan kebutuhan, maka individu punya potensi
sebagai sumber penolakan atas perubahan.

Kebiasaan

Rasa aman

Faktor ekonomi

Takut akan sesuatu yang tidak diketahui

Persepsi
Kebiasaan
Rasa Aman
Faktor Ekonomi
Resistensi
Individual
Ketidakpastian
Persepsi
1.3.2. Resistensi Organisasional
Organisasi, pada hakekatnya memang konservatif. Secara aktif mereka menolak
perubahan. Terdapat enam sumber penolakan atas perubahan.

Inersia struktural/penolakan terstruktur

Fokus perubahan yang berdampak luas

Inersia kelompok kerja

Ancaman terhadap keahlian

Ancaman terhadap hubungan kekuasaan yang mapan

Ancaman terhadap alokasi sumber daya
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 176
Inersia Struktural
Dampak Luas Perubahan
Inersia Kelompok
Resistensi
Organisasional
Ancaman Keahlian
Ancaman Kekuasaan
Ancaman Alokasi
Sumberdaya
1.4. Kondisi Badan POM
Perubahan yang dilakukan di Badan POM adalah perubahan yang direncanakan, artinya
perubahan yang memang direncanakan sebaik baiknya dalam rangka peningkatan
kinerja. Artinya, kondisi saat ini dipandang sudah kurang sesuai dengan berbagai
tantangan yang dihadapi Badan POM. Kondisi Badan POM saat ini adalah :
Peraturan Perundang-undangan
Seperti diketahui bahwa dalam Sistem Pengawasan Obat dan Makanan (SisPOM), pilar
pengawasan adalah tiga lapis yaitu dunia usaha (industri dan distributor, pemerintah
dan masyarakat). Dari sisi pengawasan oleh Pemerintah, lebih dijelaskan dengan
diterbitkannya PP 38 tahun 2007, dimana sudah ada pembagian kewenangan antara
Pusat dan Daerah. Untuk memudahkan pembagian urusan pemerintah Pusat dan
Daerah, oleh Kemkes, diterbitkan Peraturan Menteri Kesehatan no 922 tahun 2008, yang
menjelaskan pembagian kewenangan pengawasan di bidang obat, obat tradisional,
kosmetika dan alat kesehatan. Sedangkan untuk pengawasan makanan, mengacu pada
UU Pangan nomor 7 tahun 1976 dan peraturan pelaksanaannya.
Setelah dilakukan pemetaan peraturan perundang-undangan, dasar hukum pelaksanaan
tugas, fungsi dan kewenangan Badan POM menyebar di banyak sekali peraturan
perundang-undangan, yang mungkin disharmoni antar satu peraturan perundangundangan dengan yang lain. Di sisi yang lain, disadari masih banyak keterbatasan pada
peraturan perundang-undangan yang sudah ada, misalnya integrasi dan sinkronisasi
antar peraturan yang masih “tenggang”, serta belum dituangkannya kewajiban dan
hubungan kerja antar masing-masing komponen pengawasan. Terjadi kekosongan
peraturan/regulasi yang dapat menjadi celah hukum ketika terjadi friksi atau perbedaan
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 177
kepentingan antar komponen pengawasan, bahkan friksi dalam satu komponen.
Diperlukan suatu UU pengawasan Obat dan Makanan yang mengatur lebih
komprehensif dan holistik sehingga setiap potensi friksi tersebut dapat diminimalkan.
Struktur Organisasi
Pada saat ini struktur Badan POM disusun berdasarkan produk yang diawasi, yaitu Obat,
Makanan dan Obat Tradisional. Masing masing kedeputian mengelola setiap komoditi
tersebut dari hulu sampai hilir. Misalnya kedeputian 1, mengurus obat (produk terapetik)
mulai dari penyusunan standar sampai dengan pengawasan di lapangan. Begitu juga
dengan deputi 2 dan 3. Dalam perjalanan waktu, pembagian struktur organisasi seperti
ini dirasakan kurang efektif, sebagai contoh, apabila dijumpai masalah atau kendala
dalam bidang standar, misalnya standar apa yang akan dikirim sebagai wakil Badan
POM? Artinya, struktur organisasi yang ada sekarang belum mengikuti fungsi-fungsi
Pengawasan Obat dan Makanan, yaitu Standardisasi, Penilaian, Sertifikasi, Pemeriksaan,
Pengujian dan Penyidikan.
Badan POM mempunyai 31 Balai Besar/Balai POM yang tersebar di hampir seluruh
provinsi. Balai Besar/Balai POM adalah Unit Pelaksana Teknis yang menjalankan
kebijakan yang telah dirumuskan di pusat. Namun kenyataannya, Balai Besar/Balai POM
tidak hanya mengemban fungsi teknis. Sebagai penjuru pengawasan Obat dan Makanan
di daerah, Balai Besar/Balai POM juga mempunyai fungsi koordinasi dan pembinaan
yang dilakukan untuk Kabupaten/Kota di wilayah kerjanya. Hal ini sesuai dengan UU
nomor 38 tahun 2007. Permasalahan ini bertambah ketika dalam menjalankan kebijakan
teknis, Balai Besar/balai POM belum sepenuhnya percaya diri, terlihat dari seringnya
konsultasi atau merujuk untuk sesuatu hal yang sudah menjadi tupoksi Balai Besar/Balai
POM sendiri. Beberapa sebab yang diyakini sebagai pemicu kekurangmandirian Balai
Besar/Balai POM antara lain, kurangnya kepercayaan yang diberikan dan atau
kurangnya pembinaan sehingga kapasitas dan kompetensi balai belum sesuai dengan
harapan.
Luasnya wilayah Indonesia berimplikasi pada luasnya cakupan pengawasan Obat dan
Makananan yang harus dilaksanakan. Balai POM yang berada di provinsi kerapkali tidak
mampu mencapai daerah daerah pelosok tanah air. Sejak tahun 2003 telah di mulai
pendirian Pos Pengawas Obat dan Makanan yang merupakan perpanjangan tangan balai.
Beberapa tahun belakangan ini kebutuhan akan Satuan Kerja di Kabupaten semakin
meningkat, ditandai dengan banyaknya pengajuan pendirian Pos POM oleh pemerintah
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 178
daerah. Untuk itu telah dibangun Pos POM baru di beberapa daerah terpencil, daerah
pemekaran, serta wilayah perbatasan dengan negara lain. Pada saat ini telah beroperasi 8
Pos POM, dan 3 Pos POM sedang dibangun. Masih banyak wilayah yang jauh dari ibu
kota provinsi yang belum tersentuh upaya pengawasan.
Tatalaksana
Beberapa unit kerja di Badan POM telah mendapatkan sertifikat ISO 9001 : 2008 untuk
manajemen mutu yang dijalankannya. Dengan demikian, pada unit kerja tersebut
tatalaksana telah dibangun sedemikian sehingga seluruh business process berjalan
dengan baik. Namun, sebagai suatu sistem pengawasan Obat dan Makanan, Badan POM
tentu merupakan satu kesatuan yang tidak terpecah-pecah proses kerjanya. Oleh
karenanya, demi menjaga kepercayaan stakeholder termasuk publik pada Badan POM,
seluruh business process Badan POM semestinya dapat disatukan.
Dalam kaitan sertifikasi ISO 9001 : 2008 inipun, dilakukan sinkronisasi dengan ISO 17025,
yaitu suatu akreditasi internasional untuk laboratorium. Dengan demikian, kebijakan
bahwa Badan POM merupakan satu sistem yang tidak terpecah, dapat tetap dijalankan.
Sampai saat ini, perbaikan tatalaksana juga diarahkan dengan mengedepankan fungsi IT
dalam penyelenggaraan manajemen kepemerintahan. Sinkronisasi antar sistem informasi
baik untuk tujuan pelayanan publik maupun ketatausahaan diperlukan karena saat ini
banyak sekali sistem informasi parsial unit kerja yang dipicu oleh kebutuhan akan proses
kerja yang efisien dan efektif yang muncul.
Komunikasi Badan POM dengan publiknya dilakukan melalui komunikasi searah dan
komunikasi dua arah, komunikasi searah
seperti informasi pada artikel tentang
Obat dan Makanan yang dimuat di media
cetak (surat kabar, majalah, buletin,
poster dan leaflet) dan website Badan
POM dengan alamat www.pom.go.id
berisi tentang profil, kegiatan Badan
POM dan
Gambar 8 Pegawai Badan POM sedang memperhatikan
poster budaya organisasi
data produk obat dan
makanan yang sudah terdaftar di Badan
POM serta data produk yang sudah
ditarik dari peredaran pada Peringatan Publik (Public Warning) dan Keterangan Pers
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 179
(Press Release). Sedangkan komunikasi dua arah Badan POM dengan publiknya
dilakukan melalui kegiatan konferensi pers (Press Conference/Press Briefing), pameran,
penyuluhan, sosialisasi, seminar, workshop, hotline Unit Layanan Pengaduan Konsumen
(ULPK) menggunakan sarana komunikasi telepon 021-4263333 dan 021-32199000, e-mail
[email protected], surat, faximil, dan datang langsung. Wadah komunikasi Badan POM
tersebut menjadi lini terdepan dan image maker Badan POM dalam menciptakan,
membina dan memelihara citra organisasi ke publiknya/stakeholdersnya.
Pemberdayaan masyarakat, dilakukan baik secara aktif melalui penyebaran informasi
dan penyuluhan, dengan beberapa jenis media, maupun secara pasif dengan mendirikan
layanan pengaduan konsumen.
Jumlah pelayanan konsumen yang telah dilakukan ULPK Pusat dan daerah di seluruh
Indonesia selama tahun 2008 sebanyak 9.629 ini berarti meningkat (11,6%) dibandingkan
dengan jumlah pengaduan tahun 2007 (8511). Pengaduan/ permintaan informasi yang
terbanyak adalah produk Pangan sebanyak 5518 pengaduan (57,3%), kemudian produk
Obat Tradisional sebanyak 1171 Pengaduan (12.2%), jenis pertanyaan berkisar pada
masalah Farmakologi, Legalitas, Mutu, Harga, Penandaan dan info umum. Masyarakat
yang terbanyak menggunakan layanan ULPK Badan POM adalah Karyawan
(Pengusaha), Umum, Mahasiswa/Pelajar dan Ibu Rumah Tangga. Sarana komunikasi
yang paling sering digunakan melalui telepon (54,3 %), kemudian datang langsung (34,0
%), e-mail (4,6 %), surat dan faximile.
Pelayanan publik yang dilakukan tidak hanya dengan pemberdayaan masyarakat.
Pengajuan
nomor
surat
izin
edar
(registrasi)
seringkali
sasaran tembak bagi
stakeholder
POM. Banyak faktor
yang menyebabkan
hal tersebut terjadi,
misalnya
waktu
yang
dianggap
atau
biaya
pelayanan
yang dianggap lebih
tinggi
tidak
Banyak
penilaian
jelas,
biro
jasa
ketidaktahuan para
Gambar 9 Pelayanan pengujian di laboratorium
Badan POM
menjadi
Badan
karena
dari
PP.
yang memanfaatkan
pelanggan
Badan
POM (pendaftar) tentang mekanisme, alur dan data persyaratan pendaftaran dengan
menaikkan biaya yang secara resmi sudah tercantum. Meskipun pelayanan pendaftaran
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 180
produk, penerbitan SKI/SKE, pelayanan pengujian, dan pelayanan pengaduan
konsumen sudah jelas standar pelayanannya, tetap masih dibutuhkan untuk
memperbanyak sosialisasi termasuk pemberdayaan masyarakat sehingga ke depan tidak
ditemukan lagi kasus penyalahgunaan informasi oleh pihak-pihak yang tidak berhak.
Diharapkan dengan demikian, kepercayaan publik ke Badan POM menjadi meningkat.
Terkait dengan luasnya fungsi dan cakupan pengawasan Obat dan Makanan, tidak
berlebihan jika perubahan pola pikir dan perilaku menjadi suatu yang sangat penting
untuk mendukung semua perubahan yang akan dilakukan ke arah yang lebih baik.
Salah satu potensi perubahan pola pikir adalah bahwa pengawasan Obat dan Makanan
merupakan kewajiban bagi Pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah, dunia
usaha dan masyarakat.
Advokasi ke Kabupaten/Kota termasuk pemberdayaannya
dalam pengawasan Obat dan Makanan adalah suatu yang harus dilakukan. Perlu
perubahan pola pikir ke arah pengawasan sepenuhnya tanggung jawab bersama dari
pemerintah pusat, daerah, dunia usaha dan masyarakat.
Perubahan pola pikir tersebut perlu didukung dengan SDM Badan POM yang
professional, loyal, disiplin dan kredibel. Tugas pengawasan terutama tugas lapangan,
memerlukan SDM dengan kemampuan teknis dan kemampuan lainnya seperti
manajemen dan hukum. Disamping itu, beban kerja yang cukup tinggi, nilai transaksi
yang besar, potensi insentif gelap yang tinggi, memerlukan pula kedisiplinan dan
ketangguhan serta kredibitas yang teruji. Pada saat ini SDM Badan POM didominasi oleh
sejumlah pegawai dengan kompetensi teknis yang baik, namun masih kurang dalam hal
manajemen dan disiplin ilmu lain yang diperlukan di lapangan.
Di samping professional, loyal, disiplin dan kredibel, komposisi SDM yang ada
sekarang, masih belum proporsional. Disparitas SDM terjadi baik pada sisi kualitas
maupun kuantitas. Pada sisi kualitas, SDM pusat relatif mempunyai kompetensi lebih
tinggi dibanding SDM Balai Besar/Balai POM. Sementara di Balai Besar/Balai POM pun,
terjadi disparitas kompetensi – Balai Besar/Balai POM di Jawa dan wilayah Barat
Indonesia mempunyai kompetensi relatif lebih bagus dibanding wilayah Timur
Indonesia. Sedangkan di sisi kuantitas pegawai, terjadinya disparitas (secara
proporsional) diakibatkan Man Power Planning yang sebelumnya tidak dilakukan dengan
benar/komprehensif, sehingga di Balai Besar/Balai POM tertentu, persentase SDM
dibanding jumlah penduduk di suatu wilayah Balai Besar/Balai POM relatif besar
proporsinya dibanding Balai Besar/Balai POM yang lain. Di sisi yang lain, saat ini sudah
terjadi piramida tua kuantitas pegawai, dengan demikian suksesi SDM harus segera
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 181
dipercepat, disamping beban kerja yang harus dikelola dengan sangat baik supaya tidak
terjadi chaos pengawasan Obat dan Makanan. Secara umum, kebijakan nasional
moratorium pegawai, sangat membahayakan bagi kesinambungan pengawasan Obat dan
Makanan, jika moratorium akan lama diterapkan. Pada masanya, akan terjadi
kekosongan pegawai dan atau jabatan yang harus disikapi dengan hati-hati.
A.
Pencapaian
Semua kondisi saat ini yang kurang sesuai dengan perkembangan lingkungan strategis,
semestinya diubah (secara aktif) ke arah yang lebih baik. Badan POM telah mulai
melakukan menerapkan manajemen perubahan dan manajemen pengetahuan seiring
dengan keberdiriannya di tahun 2001. Mulai tahun 2002-2003, seluruh proses
penyusunan program dan kegiatan di lingkungan Badan POM telah didahului oleh
analisis. Beberapa tools analisis yang digunakan adalah fishbone analysis (analisis akar
masalah), SWOT (analisis peta kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman/hambatan),
PEST (analisis lingkungan strategis), OOPP (objective oriented projet planning), serta alat
analisis lain.
Badan POM pun telah menggulirkan pertemuan-pertemuan untuk membahas segala sisi
suatu perubahan akbat regulasi yang ditetapkan, dengan melakukan analisis risiko untuk
menetapkan derajat dan peta risiko dari masing-masing permasalahan, baik untuk
pengawasan produk, pengawasan sarana, maupun untuk menentukan prioritas kegiatan.
Dengan hal-hal ini, diharapkan dampak perubahan akibat regulasi yang ditetapkan dapat
diantisipasi, dan dikendalikan ke arah yang lebih baik.
Pada tahun 2004 – 2005, telah digulirkan learning organization, yang ditujukan agar setiap
komponen organisasi mampu belajar untuk mengembangkan organisasi secara terus
menerus ke arah yang lebih baik, dari semua sisi.
Namun semua yang dilakukan memang harus diperbaiki dari waktu ke waktu sesuai
dengan perkembangan lingkungan, dan harapan stakeholder, sehingga ketika reformasi
birokrasi menjadi arus utama untuk memenangkan hati seluruh stakeholder, terutama
masyarakat, maka Badan POM harus siap dengan semua area perubahannya.
Disadari
bahwa,
besarnya eskalasi
perubahan
di Badan
POM,
menyebabkan
diperlukannya kesiapan Badan POM untuk berubah. Badan POM sudah bertekad untuk
emlaksanakan reformasi birokrasi secara paripurna, dan komitmen pimpinan dan
seluruh SDM Badan POM, dicerminkan dari penandatanganan kesiapan melaksanakan
reformasi birokrasi. Untuk mengetahui kesiapan organisasi untuk berubah sekaligus
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 182
derajat penolakan/penerimaan untuk berubah, telah dilakukan assessment. Badan POM
pernah melakukan assessment ini melalui pengisian kuesioner pada acara Pengembangan
Reformasi Birokrasi Tahap I tahun 2009. Namun, kondisi dan situasi yang berbeda
menyebabkan Badan POM harus melakukan assessment ulang. Kuesioner kesiapan
organisasi untuk menghadapi perubahan (organization change readiness assessment) yang
digunakan untuk mengukur kesiapan Badan POM untuk menerima dan melaksanakan
perubahan sebagaimana dalam lampiran.
Untuk menyiapkan strategi manajemen perubahan telah dilakukan identifikasi
stakeholder yang terkena dampak perubahan. Strategi manajemen perubahan akan
dijalankan oleh masing-masing agents of change, yang sudah diidentifikasi dan ditunjuk
berdasarkan kriteria yang sudah disusun. Penetapan agents of change oleh Kepala Badan
POM telah ada dengan Surat Keputusan Kepala Badan POM.
Dengan demikian, di tahun 2011, hampir semua kegiatan dalam kaitan persiapan
manajemen perubahan sudah dilakukan.
B.
Rencana
Berdasarkan roadmap, telah direncanakan bahwa manajemen perubahan akan
dilaksanakan sampai dengan tahun 2014. Kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan adalah:
Pelaksanaan manajemen perubahan di seluruh unit kerja
Dalam kaitan pelaksanaan manajemen perubahan, direncanakan untuk menyiapkan
agents of change yang telah diidentifikasi dan ditetapkan dengan Keputusan Kepala
Badan POM untuk mengelola perubahan baik perubahan individu maupun perubahan
organisasi. Persiapan tersebut dimulai dengan melakukan pelatihan manajemen
perubahan pada triwulan IV 2011, didului dengan penyusunan manajemen kit bagi para
agents of change. Manajemen kit terdiri dari serangkaian tools dan metode bagaimana
menggulirkan perubahan, melakukan analisis risiko aea kritis perubahan, mengelola
resistensi perubahan serta memperkuat hasil-hasil perubahan yang didapat.
Agents of change juga akan dibekali dengan kemampuan untuk mengidentifikasi skala
perubahan, indikator serta bagaimana cara mengkomunikasikan perubahan kepada
stakeholder baik internal maupun eksternal.
Mulai tahun 2012, akan dilakukan pendampingan-pendampingan agents of change
dalam mengelola perubahan di masing-masing unit kerjanya. Masalah-masalah yang
tidak hanya terjadi di salah satu unit kerja tetapi terjadi di sebagian besar unit kerja,
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 183
dengan demikian dapat diidentifikasi dan ditetapkan menjadi masalah nasional yang
segera akan dilakukan pemecahannya oleh koordinator manajemen perubahan dibantu
oleh design manajemen perubahan.
C.
Kriteria Keberhasilan
Kriteria keberhasilan perubahan dikelola dengan baik adalah :
1. Meningkatnya komitmen pimpinan dan pegawai dalam melakukan reformasi
birokrasi, dengan indikator :
a. Terbentuknya tim manajemen perubahan Badan POM
b. Tersusunnya strategi manajemen perubahan
c. Tersusunnya strategi komunikasi manajemen perubahan
d. Terselenggaranya sosialisasi dan internalisasi manajemen perubahan dalam
rangka reformasi birokrasi
2. Terjadinya perubahan pola pikir dan budaya kerja, dengan indikator :
a. Terbangunnya
komitmen,
partisipasi
dan
perubahan
perilaku
yang
diinginkan
3. Menurunnya risiko kegagalan yang disebabkan kemungkinan timbulnya
resistensi terhadap perubahan, dengan indikator :
a. Terbangunnya kesamaan persepsi, komitmen, konsistensi serta keterlibatan
dalam pelaksanaan program dan kegiatan reformasi birokrasi kepada seluruh
tingkatan pegawai.
D.
Agenda Prioritas
Berdasarkan seluruh uraian di atas, termasuk uraian rencana dan kriteria keberhasilan,
agenda prioritas yang ditetapkan untuk program manajemen perubahan adalah :
mempersiapkan agents of change untuk mampu mengelola perubahan di lingkungannya
masing-masing sehingga mampu menggulirkan, mengelola perubahan dan mengelola
resistensinya serta mampu mengkomunikasikan perubahan sehingga didapat resultante
perubahan ke arah yang lebih baik sesuai dengan indikator dan target perubahan yang
ditetapkan.
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 184
E.
Waktu Pelaksanaan dan Tahapan Kerja
Rencana Aksi Program dan Kegiatan Reformasi Birokrasi
N
o
PROGRAM/
KEGIATAN
HASIL
YANG
DIHARAPKAN
PENA
NG
GU
NG
JA
WA
B
A
L
OK
A
SI
W
A
KT
U
2011
1
2
3
4
5
6
7
2012
8
9
#
#
#
1
2
3
4
5
6
7
2013
8
9
#
#
#
1
2
3
4
5
MANAJEM
EN
PERUBAHA
N
2
2
2
Penyusunan
dan
penetapan
Surat
Keputusan
Kepala
Badan POM
RI tentang
Program
Managemen
t Office
(PMO)
Manajemen
Perubahan
6
7
2014
8
9
#
#
#
1
2
3
4
5
6
7
8
9
#
#
#
HA
L
YA
NG
DIP
ERL
UKA
N
ESTI
MAS
I
ANG
GAR
AN
35 M
Surat
Keputusan
Kepala
Badan
POM RI
tentang
Program
Manageme
nt Office
(PMO)
Manajeme
n
Perubahan
PO
KJ
A8
9
B
ul
an
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 185
2
2
3
Melakukan
review dan
menyusun
kembali
dokumen
usulan RB
laporan
hasil
review dan
menyusun
kembali
dokumen
usulan RB
PO
KJ
A8
1
Ta
h
u
n
2
2
4
Menyusun
roadmap RB
Roadmap
Reformasi
Birokrasi
PO
KJ
A8
2
2
5
Menyusun
design
manajemen
perubahan
PO
KJ
A8
2
2
6
Pelaksanaan
Perubahan
Dokumen
design
manajeme
n
perubahan
Kesiapan
dan
pelaksanaa
n Badan
POM
dalam
melaksana
kan
perubahan
1
Ta
h
u
n
9
B
ul
an
PO
KJ
A8
1
Ta
h
u
n
2
2
7
Mengintegra
sikan
strategi
manajemen
perubahan
dan strategi
komunikasi
dengan
program
reformasi
birokrasi
Kesesuaian
Sistemsistem
Badan
POM
dengan
program
Reformasi
Birokrasi
PO
KJ
A8
&P
OK
JA
9
1
Ta
h
u
n
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 186
lainnyan
2
2
8
Mengimple
mentasikan
rencana
manajemen
perubahan
2
2
9
Membuat
rencana
pelatihan/k
omunikasi
dan
mengimple
mentasikan
Mengelola
resistensi
2
3
0
2
3
1
Mengukur
tingkat
keberhasilan
2
3
2
Memperkuat
hasil
perubahan
Penerapan
manajeme
n
Perubahan
di Badan
POM
Pelatihan
/komunik
asi dan
mengimple
mentasika
n
PO
KJ
A8
1
Ta
h
u
n
PO
KJ
A8
2
Ta
h
u
n
Penerapan
manajeme
n
Perubahan
di Badan
POM
Laporan/
Data
tingkat
keberhasila
n
PO
KJ
A8
1
Ta
h
u
n
PO
KJ
A8
1
Ta
h
u
n
Konsistensi
dalam
Perubahan
ke arah
yang lebih
baik
PO
KJ
A8
2
Ta
h
u
n
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 187
2
3
3
Mengumpul
kan umpan
balik dan
menganalisa
nya
2
3
4
Melaksanak
an tindakan
perbaikan
2
3
5
Memberikan
penghargaa
n atas
keberhasilan
hasil
Analisis
komitmen
pimpinan
dan
pegawai
dalam
melakukan
reformasi
birokrasi
Perbaikan
komitmen
pimpinan
dan
pegawai
dalam
melakukan
reformasi
birokrasi
PO
KJ
A8
2
Ta
h
u
n
PO
KJ
A8
2
Ta
h
u
n
pengharga
an atas
keberhasila
n
pimpinan
dan
pegawai
dalam
melakukan
reformasi
birokrasi
PO
KJ
A8
2
Ta
h
u
n
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 188
2
3
6
Mengukur
tingkat
keberhasilan
Laporan/h
asil
Tingkat
keberhasila
n
pimpinan
dan
pegawai
dalam
melakukan
reformasi
birokrasi
PO
KJ
A8
2
Ta
h
u
n
2
3
7
Identifikasi
Agent of
Change
Pusat dan
BB/BPOM
Laporan
Identifikasi
Agent of
Change
Pusat dan
BB/BPOM
PO
KJ
A8
9
B
ul
an
2
3
8
Menyiapkan
agents of
change :
Meningkat
kan
komitmen
pimpinan
dan
pegawai
dalam
melakukan
reformasi
birokrasi
PO
KJ
A8
1
Ta
h
u
n
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 189
2
3
9
TOT agents
of change
Meningkat
nya
kompetens
i dan
komitmen
pimpinan
dan
pegawai
dalam
melakukan
reformasi
birokrasi
PO
KJ
A8
1
Ta
h
u
n
2
4
0
Penyusunan
strategi
manajemen
perubahan :
Dokumen
Strategi
Manajeme
n
PO
KJ
A8
2
4
1
Merumuska
n Rencana
Perubahan
PO
KJ
A8
2
4
2
Melakukan
Asessmen
Kesiapan
Perubahan
Dokumen
Rencana
Perubahan
Badan
POM
Hasil
assesment
Kesiapan
untuk
Perubahan
1
Ta
h
u
n
9
B
ul
an
PO
KJ
A8
9
B
ul
an
2
4
3
Merumuska
n strategi
manajemen
perubahan
Laporan/h
asil strategi
manajeme
n
perubahan
PO
KJ
A8
1
Ta
h
u
n
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 190
2
4
4
Memperkuat
manajemen
perubahan
2
4
5
Menyusun
dan
menetapkan
Quick Wins
dengan SK
Kepala
Badan POM
2
4
6
Konsistensi
Badan
POM
dalam
Perubahan
SK Kepala
Badan
POM
dalam
menetapka
n Quick
Wins
PO
KJ
A8
Menyusun
ukuran
keberhasilan
Laporan/h
asil
pengukura
n
keberhasila
n
PO
KJ
A8
1
Ta
h
u
n
2
4
7
Menyusun
kode etik
pegawai
Badan POM
Dokumen/
Pedoman
mengenai
kode etik
pegawai
Badan
POM
PO
KJ
A3
1
Ta
h
u
n
2
4
8
Melakukan
evaluasi atas
penerapan
kode etik
pegawai
Badan POM
Penerapan
dokumen/
Pedoman
mengenai
kode etik
pegawai
Badan
POM
PO
KJ
A3
3
Ta
h
u
n
PO
KJ
A8
1
Ta
h
u
n
1
Ta
h
u
n
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 191
2
4
9
Penyusunan
strategi
komunikasi
manajemen
perubahan :
Dokumen
Strategi
Komunika
si
PO
KJ
A8
1
ta
h
u
n
2
5
0
Merumuska
n strategi
komunikasi
Dokumen
Strategi
Komunika
si
PO
KJ
A8
2
5
1
Melakukan
pengumpula
n dan
analisis
informasi
tentang
manajemen
perubahan,
tujuan dan
sasaran
Mendisain
strategi
berdasarkan
masukan
stakeholder
kunci dalam
bidang
komunikasi
Laporan/d
ata
informasi
tentang
manajeme
n
perubahan,
tujuan dan
sasaran
PO
KJ
A8
1
ta
h
u
n
1
ta
h
u
n
Laporan
disain
strategi
berdasarka
n masukan
stakeholde
r kunci
dalam
bidang
komunikas
i
PO
KJ
A8
2
5
2
1
ta
h
u
n
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 192
2
5
3
Merumuska
n rencana
komunikasi
(communica
tion plan)
Dokumen
rencana
komunikas
i
(communic
ation plan)
PO
KJ
A8
1
ta
h
u
n
2
5
4
Mengidentifi
kasi pola
komunikasi
stakeholder
yang terkena
dampak
perubahan
(termasuk
tracking
system)
pola
komunikas
i
stakeholde
r yang
terkena
dampak
perubahan
(termasuk
tracking
system)
PO
KJ
A8
1
ta
h
u
n
2
5
5
Menyediaka
n alat
komunikasi
sesuai hasil
identifikasi
pada pola
komunikasi
Menyelengg
arakan
pertemuanpertemuan
dalam
rangka
internalisasi
budaya kerja
Terlaksana
nya Pola
komunikas
i yang baik
PO
KJ
A8
Terlaksana
nya Pola
komunikas
i dan
budaya
kerja yang
baik
PO
KJ
A8
2
5
6
4
Ta
h
u
n
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 193
2
5
7
2
5
8
2
5
9
2
6
0
Mengukur
dan
meningkatk
an
komitmen
stakeholder
Membahas
hasil analisis
bersama
Koordinator
Wilayah dan
Tim QA
Change
Managemen
t untuk
mendapatka
n solusi
terbaik dan
continuous
improvemen
t
Monev
pelaksanaan
RB
Meningkat
nya
komitmen
stakeholde
r
PO
KJ
A8
1
Ta
h
u
n
laporan/h
asil
analisis,
solusi
terbaik dan
continuous
improvem
ent
PO
KJ
A8
3
Ta
h
u
n
Konsistensi
dalam
pelaksanaa
n RB
PO
KJ
A9
Menyusun
tools
assessment
indeks
persepsi
pegawai
terhadap
pelaksanaan
RB
tools
assessment
indeks
persepsi
pegawai
terhadap
pelaksanaa
n RB
PO
KJ
A9
4
Ta
h
u
n
1
Ta
h
u
n
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 194
2
6
1
Melakukan
assessmen
dan
menganalisi
s hasil
assessment,
serta
melakukan
kompilasi
masalah
yang belum
terselesaikan
Mengukur
tingkat
partisipasi
hasil
Analisis
assessment
PO
KJ
A8
3
Ta
h
u
n
Hasil
pengukura
n tingkat
partisipasi
PO
KJ
A8
2
6
3
Menyusun
analisis
risiko area
kritis
resisten
perubahan
yang
dituangkan
dalam peta
risiko
Dokumen
analisis
risiko area
kritis
resisten
perubahan
yang
dituangka
n dalam
peta risiko
PO
KJ
A8
3
Ta
h
u
n
9
B
ul
an
2
6
4
Sosialisasi
dan
internalisasi
Rencana
Perubahan
Konsistensi
dalam
pelaksanaa
n RB
PO
KJ
A8
2
6
2
1
ta
h
u
n
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 195
2
6
5
Melaksanak
an
communicati
on plan
untuk
manajemen
perubahan :
Mengidentifi
kasi audiens
Konsistensi
dalam
pelaksanaa
n RB
PO
KJ
A8
3
Ta
h
u
n
laporan
hasil
identifikasi
audiens
PO
KJ
A8
2
6
7
Mengidentifi
kasi tujuan
spesifik
komunikasi
yang akan
dilakukan
dalam
menunjang
pelaksanaan
manajemen
perubahan
Laporan
hasil
identifikasi
tujuan
spesifik
komunikas
i yang
akan
dilakukan
dalam
menunjang
pelaksanaa
n
manajeme
n
perubahan
PO
KJ
A8
3
Ta
h
u
n
3
Ta
h
u
n
2
6
8
Menyiapkan
bahan
komunikasi
secara
komprehens
if
Terlaksana
nya
komunikas
i secara
komprehe
nsif
PO
KJ
A8
2
6
6
3
Ta
h
u
n
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 196
2
6
9
Membagi
audiens
dalam
beberapa
kelas
komunikasi
berdasarkan
pola
komunikasi
(channel mix)
dan
kepentingan
nya
Peningkata
n
Kompetens
i audiens
berdasarka
n pola
komunikas
i (channel
mix) dan
kepentinga
nnya
PO
KJ
A8
3
Ta
h
u
n
2
7
0
Menyusun
jadwal
berdasarkan
audiens,
pesan yang
akan
disampaikan
, pola
komunikasi,
area
manajemen
perubahan
dan waktu
Mengidentifi
kasi opini
stakeholder
yang terkena
dampak
perubahan
(sesuai area
perubahan
yang
diinginkan)
Jadwal
pelatihan
Pola
Komunika
si, area
manajeme
n
perubahan
PO
KJ
A8
3
Ta
h
u
n
Laporan
hasil
identifikasi
opini
stakeholde
r yang
terkena
dampak
perubahan
PO
KJ
A8
3
Ta
h
u
n
2
7
1
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 197
2
7
2
Memberikan
informasi
secara jelas
Terlaksana
nya pola
komunikas
i yang baik
PO
KJ
A8
2
7
3
Menggunak
an pola
komunikasi
yang paling
efektif atau
alternatifnya
Membangun
keterlibatan
seluruh
stakeholder
terkait
dalam
komunikasi
Terlaksana
nya pola
komunikas
i yang baik
PO
KJ
A8
Terlaksana
nya pola
komunikas
i yang baik
PO
KJ
A8
3
Ta
h
u
n
2
7
5
Menyusun
metode
pengukuran
umpan balik
Dokumen
Penyusuna
n metode
pengukura
n umpan
balik
PO
KJ
A8
3
Ta
h
u
n
2
7
6
Mengumpul
kan dan
menganalisi
s umpan
balik, serta
melakukan
kompilasi
masalah
yang belum
terselesaikan
Laporan
hasil
analisis
umpan
balik, serta
melakukan
kompilasi
masalah
yang
belum
terselesaik
an
PO
KJ
A8
3
Ta
h
u
n
2
7
4
3
Ta
h
u
n
3
Ta
h
u
n
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 198
2
7
7
2
7
8
Membahas
hasil analisis
bersama
Koordinator
Wilayah dan
Tim QA
Change
Managemen
t untuk
mendapatka
n solusi
terbaik dan
continuous
improvemen
t
Mengukur
tingkat
kepuasan
pegawai dan
stakeholder
dalam
pelaksanaan
RB
Laporan
hasil
pembahasa
n
PO
KJ
A8
3
Ta
h
u
n
Laporan
hasil
Pengukura
n tingkat
kepuasan
pegawai
dan
stakeholde
r dalam
pelaksanaa
n RB
PO
KJ
A9
3
Ta
h
u
n
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 199
F.
Penanggungjawab
Untuk
mengelola
seluruh
kegiatan
dalam
program
manajemen
perubahan,
penanggungjawab yang ditunjuk adalah Pokja 8 yang diketuai oleh Kepala Biro
Perencanaan dan Keuangan. Dalam melaksanakan pengelolaan perubahan, Kepala Biro
Perencanaan melibatkan seluruh unit kerja di lingkungan Badan POM dan
mengkoordinir Tim Manajemen Perubahan.
G.
Rencana Anggaran
Untuk mengelola perubahan, dibutuhkan anggaran Rp. 35 M sampai tahun 2014.
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 200
PROGRAM
MONITORING DAN EVALUASI
A.
Pencapaian
Monitoring dan evaluasi pelaksanaan seluruh program dan kegiatan terkait reformasi
birokrasi dilakukan sejak Badan POM berkomitmen untuk melaksanakan reformasi
birokrasi secara paripurna. Tahun 2009, telah dibentuk pokja khusus untuk memonitor
dan mengevaluasi pelaksanaan reformasi birokrasi. Dari hasil evaluasi pelaksanaan
reformasi birokrasi inilah, didapatkan data dan informasi tentang pencapaian seluruh
pokja reformasi birokrasi Badan POM.
Perubahan jumlah area perubahan reformasi birokrasi, mengharuskan diubahnya
format monitoring dan evaluasi sesuai area perubahan terkini. Format monitoring dan
evaluasi tersebut sebagaimana terlampir. Hasil yang lain adalah telah disusunnya
mekanisme kerja termasuk pelaporan untuk mengetahui sejauh mana reformasi
birokrasi Badan POM berjalan.
B.
Rencana
Program monitoring dan evaluasi berjalan seiring berjalannya reformasi birokrasi Badan
POM, oleh karenanya sesuai dengan mekanisme kerja dan pelaporan, direncanakan
monitoring dan evaluasi secara berkala. Diharapkan segera dapat diidentifikasi dan
diselesaikan apabila terdapat masalah pelaksanaan reformasi birokrasi sehingga tidak
menjadi makin besar dan mengganggu komitmen seluruh komponen organisasi.
Untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang kemajuan reformasi birokrasi
Badan POM serta apa saja yang dihasilkan, apa saja yang semestinya diketahui
stakeholder, maka dalam program monitoring dan evaluasi akan mengembangkan
subsite khusus reformasi birokrasi dalam website Badan OM :http://www.pom.go.id,
yang sudah ada sejak tahun 2009 lalu. Informasi melalui website ini juga ditujukan
sebagai wahana untuk mempromosikan RB Badan POM.
C.
Kriteria Keberhasilan
Kriteria keberhasilan yang ditetapkan adalah :
1. Terselenggaranya reformasi birokrasi Badan POM sesuai dengan waktu pelaksanaan
dan tahapan kerja dalam dokumen roadmap RB Badan POM.
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 201
2. Dapat diselesaikannya seluruh permasalahan yang timbul terkait pelaksanaan
reformasi birokrasi Badan POM
3. Meningkatnya koordinasi antar pokja dalam pelaksanaan reformasi birokrasi Badan
POM
4. Dipahaminya seluruh proses dan aktifitas reformasi birokrasi oleh seluruh
komponen organisasi.
5. Dapat dikenalnya Reformasi Birokrasi Badan POM oleh seluruh stakeholder.
D.
Agenda Prioritas
Mengingat rencana serta keriteria keberhasilan di atas, agenda prioritas yang ditetapkan
adalah : melaksanakan monitoring dan evaluasi secara berkala serta menyusun laporan
pelaksanaan reformasi birokrasi Badan POM sebagai bahan promosi RB Badan POM
kepada seluruh stakeholder.
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 202
E.
No
Tahapan Kerja
Sasaran
Promosi dan
Komunikasi
Reformasi
Birokrasi
1
No
1.1
Indikator
Tersedianya
Layanan
mendukung
Promosi dan
komunikasi
No
Parameter
No
Pemenuhan (Proxy
Parameter)
Variabel Pengukuran
(Sumber data)
1.1.1
Promosi dan
Komunikasi yang
efektif melalui
Internalisasi Badan
POM
1.1.1.1
Tersedia Sistem
Informasi Elektronik
Sistem Informasi
Elektronik e-bpom, SIPT,
e-registration
1.1.1.2
Tersedia Sistem
Informasi RB pada
Media Cetak
Tersedianya Informasi
RB pada Media Buletin
Info POM
1.1.2.1
Tersedianya
Informasi pada
Website Badan POM
Subsite Reformasi
Birokrasi
1.1.2
Promosi dan
Komunikasi yang
efektif melalui
Eksternalisasi
Stakeholder
Informasi pada Subsite
Reformasi Birokrasi
Informasi RB pada Berita
Aktual
Informasi RB pada subste
QA
2
Pelaksanaan
setiap aktivitas
RB sesuai road
map
2.1
Tersusunnya
sistem Monev yang
memastikan setiap
aktivitas RB sesuai
road map
2.1.1
Sistem Monitoring
2.1.1.1
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
Tersedia SK Tim
Monev RB
halaman 203
SK Tim Monev RB
3
Continues
improvement
pelaksanaan RB
4
Pelaksanaan
aktivitas RB
sesuai dengan
sasaran
Pencapaian yg
telah disepakati
dalam road map
3.1
Tersusunnya
Continues
improvement
pelaksanaan RB
4.1
Tersusunnya
Pelaksanaan
aktivitas RB sesuai
dengan sasaran
Pencapaian yg
telah disepakati
dalam road map
2.1.1.2
Tersedia Cek List
Monev RB
Cek List Monev RB
2.1.1.3
Tersedianya Laporan
Monitoring
Laporan monitoring
2.1.2
Sistem Evaluasi
Laporan
2.1.2.1
Tersedianya Laporan
Evaluasi Tahunan
Laporan Evaluasi Setiap
Tahun
3.1.1
Sistem Continues
improvement
pelaksanaan RB
3.1.1.1
Tersusunnya Grafik
Kemajuan
pelaksanaan
Grafik Kemajuan
pelaksanaan
4.1.1
Aktivitas RB sesuai
dengan sasaran
Pencapaian yg telah
disepakati dalam
road map
4.1.1 .1
Tersusunnya
dokumen Aktivitas
RB sesuai dengan
sasaran Pencapaian
yg telah disepakati
dalam road map
Dokumen Aktivitas RB
sesuai dengan sasaran
Pencapaian yg telah
disepakati dalam road
map
4.1.2
Sistem Evaluasi
menyeluruh
4.1.2.1
Tersedianya Laporan
Evaluasi Lima
Tahunan
Laporan Evaluasi Lima
tahun
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 204
F.
Penanggungjawab
Penanggungjawab program monitoring dan evaluasi reformasi birokrasi Badan POM
adalah Pokja 9 yang diketuai oleh Kepala Pusat Informasi Obat dan Makanan. Dalam
melaksanakan kegiatannya, dapat melibatkan seluruh unit kerja dan atau pokja terkait.
G.
Rencana Anggaran
Untuk melaksanakan seluruh monitoring dan evaluasi serta promosi reformasi birokrasi
Badan POM, dibutuhkan anggaran sejumlah Rp. 60 Milyar sampai dengan tahun 2014.
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
halaman 205
Download