bab i pendahuluan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Seiring dengan laju perekonomian Indonesia yang terus mengalami
perkembangan maka persaingan pun akan semakin meningkat. Dalam
persaingan tersebut perusahaan terdorong untuk meningkatkan daya saingnya
dengan berusaha mencari cara agar dapat meningkatkan keunggulan bersaing
persaingan tersebut yaitu dengan usaha mengelola perusahaan sebaik
mungkin.
Perkembangan perekonomian di Indonesia dapat dilihat dari sisi
industri dan pasar modal. Perkembangan industri yang pesat dilihat dari
semakin ketatnya persaingan antar perusahaan dalam industri sehingga
mendorong perusahaan untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkan
kinerja usahanya agar tetap bertahan. Upaya untuk meningkatkan kinerja
usaha dapat dilakukan melalui peningkatan produk barang dan jasa yang
dihasilkan, peningkatan mutu sumber daya manusia, dan perluasan usaha.
Peningkatan kinerja usaha perusahaan akan membawa implikasi pada
peningkatan laba perusahaan. Perkembangan pasar modal bisa dilihat dari
semakin banyak perusahaan yang go public serta banyaknya pihak baik
individu maupun badan usaha yang menjadi investor dengan cara
1
menanamkan modalnya ke dalam bentuk saham pada perusahaan yang telah
go public (Martono, 2002).
Dalam meningkatkan kinerja usaha, perusahaan memerlukan dana agar
dapat melakukan ekspansi di dunia usaha. Salah satu alternatif perusahaan
dalam menghimpun dana adalah mendaftarkan perusahaan sebagai salah satu
emiten di pasar modal dan telah dinyatakan efektif menurut ketentuan yang
ditetapkan oleh SK Menteri Keuangan No.1199/KMK.031/1991 serta
memenuhi syarat yang ditetapkan oleh BAPEPAM No. KEP-347/BL/2012.
Dana yang diperoleh melalui pasar modal didapatkan dengan menjual
sebagian hak kepemilikan usaha dalam bentuk saham. Sumber pendanaan
melalui emisi saham memiliki beberapa keuntungan, antara lain: dana dapat
diperoleh dalam jumlah relatif besar dan diterima secara langsung,
meningkatkan profesionalisme perusahaan melalui transparansi, sebagai media
promosi, serta memberikan kesempatan kepada karyawan memiliki saham
perusahaan yang diharapkan dapat meningkatkan loyalitas kerja (Raharjo,
2006).
Emiten perlu menjaga kinerja perusahaan yang tercermin melalui harga
saham perusahaan dengan tujuan untuk menarik investor agar menanamkan
modalnya di perusahaan tersebut. Harga saham terbentuk dari interaksi antara
penjual dan pembeli yang terjadi di lantai bursa dan akan bergerak sesuai
dengan kekuatan permintaan dan penawaran yang terjadi atas saham di bursa.
Semakin banyak orang yang membeli saham, maka harga saham tersebut
cenderung akan bergerak naik. Sebaliknya, semakin banyak orang menjual
2
saham maka harga saham tersebut cenderung akan bergerak turun. Dalam
jangka panjang, kinerja emiten dan pergerakan harga saham umumnya
bergerak searah. Namun demikian perlu diingat, bahwa tidak ada harga suatu
saham yang terus-menerus naik demikian juga tidak ada harga suatu saham
yang terus-menerus turun (Darmadji dan Fakhrudin, 2008).
Tinggi rendahnya harga saham suatu perusahaan dipengaruhi oleh
faktor mikro (internal perusahaan) dan faktor makro (eksternal perusahaan).
Faktor mikro (internal perusahaan) yang mempengaruhi harga saham,
contohnya: tingkat keuntungan yang diperoleh, tingkat risiko, dan corporate
action yang dilakukan perusahaan tersebut. Sedangkan faktor makro (eksternal
perusahaan) dapat dilihat dari tingkat perkembangan inflasi, nilai tukar atau
kurs rupiah, keadaan perekonomian, dan kondisi sosial politik negara yang
bersangkutan. Karena perubahan faktor-faktor di atas, harga saham akan
mengalami perubahan naik atau turun. Harga saham mencerminkan nilai
perusahaan dimata masyarakat. Apabila harga saham suatu perusahaan tinggi,
maka nilai perusahaan dimata masyarakat juga baik dan sebaliknya jika harga
saham perusahaan rendah, nilai perusahaan di masyarakat menjadi kurang
baik, maka harga saham merupakan hal yang penting bagi perusahaan. Harga
saham didefinisikan sebagai harga pasar atau sekuritas saham yang terjadi
karena adanya interaksi antara permintaan dan penawaran pasar, yang
ditentukan oleh aset yang diwakilinya (Raharjo, 2006).
Investasi yang dilakukan investor merupakan kegiatan dalam
menanamkan modal dana dalam suatu bidang tertentu. Investasi dapat
3
dilakukan melalui berbagai cara, salah satu diantaranya adalah investasi dalam
bentuk saham. Sebelum menginvestasikan dananya dengan membeli saham
suatu perusahaan, investor terlebih dahulu melakukan penilaian investasi.
Dalam melakukan penilaian investasi, investor berkepentingan atas informasi
yang berhubungan dengan kondisi atau kinerja keuangan perusahaan sebagai
pedoman untuk melakukan investasi, agar dana yang diinvestasikan mampu
menghasilkan nilai tambah dimasa mendatang dalam bentuk dividen atau
capital gain. Selain berkepentingan terhadap keuntungan dimasa yang akan
datang serta adanya stabilitas dari keuntungan yang akan diperoleh, maka
laporan keuangan digunakan pula untuk menganalisis risiko yang ditanggung
jika melakukan investasi tersebut (Darmaji dan Fakhrudin, 2008).
Investor melakukan penilaian investasi dengan cara menganalisis
saham. Terdapat dua alternatif untuk menganalisis saham. Alternatif pertama
adalah analisis secara fundamental, artinya seorang calon investor mencoba
untuk memperkirakan harga saham di masa depan atas investasi yang
dipilihnya berdasarkan performa perusahaan yang digambarkan dari data
sekunder perusahaan, yaitu berupa laporan keuangan perusahaan yang terdiri
dari laporan posisi keuangan, laporan laba rugi, laporan perubahan modal,
laporan arus kas dan laporan pendukung lainnya yang perlu diketahui oleh
calon investor (Raharjo, 2006). Oleh karena itu, sesuai dengan Keputusan
Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Laporan Keuangan (Bapepam-LK)
nomor KEP-134/BL/2006 tentang kewajiban penyampaian laporan tahunan
bagi emiten atau perusahaan publik mewajibkan setiap emiten atau perusahaan
4
publik untuk menyampaikan laporan keuangan paling lambat empat bulan
setelah tahun buku berakhir. Laporan tahunan tersebut wajib ditandatangani
secara langsung oleh direksi dan komisaris. Hal ini dilakukan untuk
meningkatkan kualitas transparansi dalam pengungkapan berbagai informasi
yang berhubungan dengan kinerja perusahaan. Alternatif kedua yaitu analisis
teknikal dengan melihat aspek perdagangan atau transaksi saham di masa lalu
serta pola dan indikator yang mempengaruhi pergerakan harga saham untuk
memperoleh gambaran mengenai posisi harga saham di masa mendatang
(Raharjo, 2006).
Dalam melakukan analisis fundamental yang dilakukan adalah analisis
atas laporan keuangan yang meliputi perhitungan dan interpretasi rasio
diperlukan untuk dapat memahami informasi tentang laporan keuangan. Rasio
yang dimaksud adalah suatu angka yang menunjukkan hubungan antara satu
unsur dengan unsur lainnya dalam laporan keuangan. Rasio keuangan dapat
digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan, serta untuk membandingkan
kinerja perusahaan yang satu dengan yang lainnya. Dari sisi eksternal, rasio
keuangan digunakan untuk menentukan pembelian atau penjualan saham suatu
perusahaan, pemberian pinjaman serta untuk memprediksi kekuatan keuangan
perusahaan di masa mendatang.
Analisis rasio keuangan dapat membantu para pelaku bisnis,
pemerintah dan para pemakai laporan keuangan lainnya untuk menilai kondisi
keuangan suatu perusahaan (Juliana dan Sulardi, 2003). Rasio keuangan juga
bermanfaat dalam memprediksi laba perusahaan. Selain itu rasio keuangan
5
digunakan untuk memutuskan apakah akan membeli saham perusahaan, untuk
meminjam uang, atau memprediksi kekuatan perusahaan di masa depan.
Pemakaian rasio keuangan dalam mewakili kinerja keuangan berdasarkan
pada hasil penelitian terdahulu membuktikan bahwa terdapat pengaruh dan
hubungan yang kuat antara rasio keuangan dengan perubahan harga saham,
dan kegunaan rasio keuangan dalam mengukur serta memprediksi kinerja
keuangan (Hapsari, 2007).
Pada dasarnya investor mengukur kinerja perusahaan berdasarkan
kemampuan perusahaan dalam mengelola sumber dana yang dimiliki untuk
menghasilkan keuntungan. Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba
dalam kegiatan operasinya merupakan fokus utama dalam penilaian kinerja
perusahaan. Penting bagi pemakai laporan keuangan untuk mengetahui
pertumbuhan laba karena peningkatan laba yang diperoleh perusahaan akan
menentukan besarnya tingkat pengembalian kepada pemegang saham atau
bagi calon investor untuk mengambil keputusan apakah akan melakukan
investasi di perusahaan tersebut. Bagi manajemen perusahaan, pertumbuhan
laba dapat digunakan sebagai alat untuk merencanakan aktivitas perusahaan
pada periode mendatang, menyusun strategi untuk menghadapi berbagai
kemungkinan yang akan terjadi dimasa yang akan datang. Bagi kreditor
sebelum mengambil keputusan untuk memberi atau menolak permintaan
kredit suatu perusahaan, membutuhkan informasi pertumbuhan laba yang
bertujuan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan tersebut untuk
membayar kembali utangnya ditambah beban bunganya. Jika suatu perusahaan
6
memiliki kinerja keuangan yang baik maka investor akan menanamkan
modalnya, karena bisa dipastikan akan memperoleh keuntungan dari
penanaman modal tersebut. Penilaian kinerja keuangan perusahaan dalam
menghasilkan laba dari investasi yang akan dilakukan disebut sebagai rasio
profitabilitas (Hapsari, 2007).
Laba adalah kenaikan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi
dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban.
Sedangkan pertumbuhan laba merupakan peningkatan laba yang diperoleh
perusahaan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Ada beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi perubahan laba seperti adanya perubahan harga
jual, perubahan unit yang terjual, perubahan beban operasi, dan perubahan
komponen-komponen lainnya dalam laporan laba rugi (Hapsari, 2007).
Dalam penelitian ini variabel rasio profitabilitas, solvabilitas, dan
likuiditas saham diharapkan akan memiliki pengaruh terhadap harga saham.
Rasio profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
laba selama satu tahun. Rasio profitabilitas dapat digunakan oleh para investor
untuk mengukur keberhasilan perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan.
Dalam penelitian rasio keuangan yang digunakan untuk mewakili rasio
profitabilitas yaitu net profit margin (NPM), return on equity (ROE), dan
earning per share (EPS).
Net profit margin (NPM) merupakan proksi dari rasio profitabilitas
yang digunakan untuk mengukur kemampuan penjualan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan bagi perusahaan tersebut (Raharjo, 2006). Net profit
7
margin yang tinggi menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
keuntungan yang tinggi pula, sehingga memberikan sinyal positif bagi investor
yang akhirnya meningkatkan permintaan dari investor (Prastyo, 2012). Ketika
permintaan akan saham tersebut meningkat maka harga saham pun meningkat.
Hasil penelitian Dwireza (2010) menyatakan bahwa rasio profitabilitas yang
diproksikan dengan net profit margin berpengaruh signifikan terhadap harga
saham. Namun, penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Pahlevi (2010), Nurmalasari (2009), serta Hartono (2008) yang
menyatakan bahwa net profit margin tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap harga saham.
Return on equity (ROE) digunakan untuk mengukur kemampuan
modal yang dimiliki perusahaan dalam memberikan keuntungan bagi para
pemegang saham atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan.
Rasio ini merupakan proksi dari rasio profitabilitas karena return on equity
dapat mengukur berapa besar laba bersih perusahaan yang dihasilkan dari
modal yang dimiliki perusahaan tersebut. Semakin tinggi return atau
penghasilan yang diperoleh maka semakin baik kedudukan pemilik
perusahaan dan ini merupakan sinyal positif bagi investor untuk membeli
saham tersebut, sehingga meningkatkan permintaan dari investor. Ketika
permintaan akan saham tersebut meningkat maka harga saham pun meningkat
(Prastyo, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Hartono (2008) menemukan
bahwa rasio profitabilitas yang diproksikan dengan return on equity
berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Namun penelitian Hartono
8
(2008) tidak sejalan dengan hasil penelitian Pahlevi (2010), Sasongko dan
Wulandari (2003), serta Prastyo (2012) yang menyatakan bahwa rasio
profitabilitas yang diproksikan dengan return on equity tidak berpengaruh
terhadap harga saham.
Earning per share dapat didefinisikan sebagai laba yang merupakan
hak dari pemegang saham biasa (Prihadi, 2008:128). Earning per share
dijadikan proksi dari rasio profitabilitas karena dapat digunakan untuk
mengukur kemampuan modal yang dimiliki perusahaan dalam memberikan
keuntungan bagi para pemegang saham atas modal yang mereka investasikan
di dalam perusahaan. Semakin tinggi earning per share mengindikasikan
return atau penghasilan yang diperoleh investor untuk setiap lembar saham
yang dimilikinya semakin tinggi pula. Hal ini sesuai dengan harapan investor
yang menginginkan tingkat pengembalian yang tinggi dari investasi yang telah
dilakukan. Hal ini merupakan sinyal positif bagi investor untuk membeli
saham tersebut, sehingga meningkatkan permintaan dari investor. Ketika
permintaan akan saham tersebut meningkat maka harga saham pun meningkat
(Prastyo, 2012). Penelitian mengenai pengaruh rasio profitabilitas yang
diproksikan dengan earning per share telah diteliti oleh Prastyo (2012) yang
menyatakan bahwa rasio profitabilitas yang diproksikan dengan earning per
share mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham, penelitian
ini sesuai dengan penelitian Sasongko dan Wulandari (2006), Nurmalasari
(2009), Pahlevi (2010), serta Prastyo (2012) yang menyimpulkan bahwa rasio
9
profitabilitas yang diproksikan dengan earning per share berpengaruh
signifikan terhadap harga saham.
Analisis fundamental atas laporan keuangan yang digunakan selain
rasio profitabilitas adalah rasio solvabilitas. Rasio solvabilitas digunakan
untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
panjang perusahaan. Sugiono (2009) menyatakan bahwa rasio solvabilitas
mengukur sejauh mana kebutuhan perusahaan dibiayai dengan dana pinjaman.
Rasio keuangan yang digunakan dalam rasio solvabilitas yaitu Debt to asset
ratio (DAR). Debt to asset ratio merupakan rasio yang membandingkan total
hutang perusahaan dengan total aset yang digunakan untuk mengukur seberapa
besar jumlah aset perusahaan dibiayai dengan total hutang. Semakin tinggi
Debt to asset ratio menunjukkan tingginya keterganntungan perusahaan
terhadap pihak luar sehingga beban perusahaan juga semakin berat, tentunya
hal ini akan mengurangi hak pemegang saham dalam bentuk dividen.
Sehingga investor kurang tertarik terhadap perusahaan yang memiliki nilai
debt to asset ratio tinggi, hal ini akan menyebabkan turunnya permintaan
investor dan turunnya harga saham perusahaan tersebut (Prastyo, 2012).
Penelitian yang dilakukan oleh Indriana (2009), menyatakan bahwa rasio
solvabilitas dengan diproksikan dengan debt to asset ratio memiliki pengaruh
signifikan terhadap harga saham. Hasil penelitian Indriana (2009) tidak sejalan
dengan penelitian Prastyo (2012) dan Pahlevi (2010) yang menyatakan bahwa
debt to asset ratio tidak berpengaruh terhadap harga saham.
10
Selain analisis fundamental dengan menganalisis rasio keuangan
investor juga perlu melakukan analisis teknikal sebelum membuat keputusan
pembelian saham dengan melihat citra perusahaan yang digambarkan melalui
likuiditas saham. Menurut Bursa Efek Indonesia likuiditas adalah kelancaran
yang menunjukkan tingkat kemudahan dalam mencairkan modal investasi.
Likuiditas saham merupakan ukuran jumlah transaksi suatu saham di pasar
modal dalam suatu periode tertentu. Jadi semakin likuid saham, maka
frekuensi transaksi semakin tinggi. Hal tersebut menunjukkan minat investor
untuk memiliki saham tersebut juga tinggi. Minat yang tinggi dimungkinkan
karena saham yang likuiditasnya tinggi memberikan kemungkinan lebih tinggi
untuk mendapatkan return dibandingkan saham yang likuditasnya rendah,
sehingga tingkat likuiditas saham biasanya akan mempengaruhi harga saham.
Jadi suatu saham dikatakan likuid jika saham tersebut tidak mengalami
kesulitan dalam membeli atau menjualnya kembali.
Pengukuran likuiditas saham dilakukan dengan perhitungan trading
volume activity (TVA). Trading volume activity merupakan suatu instrumen
yang dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar terhadap suatu informasi
melalui parameter pergerakan aktivitas volume perdagangan di pasar modal
(Peter, 2011). Kegiatan perdagangan dalam volume yang sangat tinggi di suatu
bursa akan ditafsairkan sebagai tanda pasar akan membaik (bullish).
Peningkatan volume perdagangan dibarengi dengan peningkatan harga saham
merupakan gejala yang semakin kuat akan kondisi yang bullish. Semakin
besar volume perdagangan mengindikasikan bahwa semakin banyak investor
11
yang sedang melakukan transaksi saham, baik menjual saham maupun
membeli saham Mulyana (2011). Penelitian terdahulu tentang pengaruh
likuiditas saham terhadap harga saham yang diukur menggunakan indikator
volume perdagangan (TVA) dilakukan oleh Mulyana (2011) yang menyatakan
likuiditas saham pengaruh signifikan terhadap harga saham. Sedangkan
penelitian Peter dan Robin (2011) menemukan bahwa volume perdagangan
tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Pahlevi (2011).
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah:
1.
Penambahan variabel independen
Penelitian ini menambah variabel independen berupa pengaruh
likuiditas saham dengan indikator Trading Volume Activity (TVA)
terhadap harga saham yang mengacu pada penelitiaan Mulyana (2010).
Penambahan variabel ini sebagai bentuk dari pengembangan penelitian
sebelumnya yang telah dilakukan oleh Pahlevi (2010) dengan variabel
independen net profit margin (NPM), return on equity (ROE), earning
pershare (EPS), dan debt to asset ratio (DAR).
2.
Objek Penelitian
Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
perusahaan yang secara terus menerus terdaftar dalam indeks LQ45
periode 2009-2011. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Pahlevi (2010) menggunakan objek penelitian berupa perusahaan
12
pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode
2005-2008
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka judul penelitian ini
adalah “Pengaruh Rasio Profitabilitas, Solvabilitas, dan Likuiditas Saham
Terhadap Harga Saham (Studi Empiris Pada Perusahaan LQ-45)”.
2. Batasan masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah penelitian ini dilakukan terhadap
perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dari
perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, diambil
perusahaan yang termasuk dalam indeks LQ45 periode 2009-2011.
Dari berbagai variabel yang mempengaruhi harga saham, dipilih lima
variable untuk diteliti, yaitu rasio profitabilitas yang diproksikan dengan net
profit margin, return on equity dan earning per share, rasio solvabilitas yang
diproksikan dengan debt to asset ratio dan likuiditas saham dengan indikator
pengukuran trading volume activity.
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, perumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah rasio profitabilitas yang diproksikan dengan net profit margin
(NPM) mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham?
13
2. Apakah rasio profitabilitas yang diproksikan dengan return on equity
(ROE) mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham?
3. Apakah rasio profitabilitas yang diproksikan dengan earning per share
(EPS) mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham?
4. Apakah rasio solvabilitas yang diproksikan dengan debt to asset ratio
(DAR) mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham?
5. Apakah likuiditas saham yang di ukur dengan trading volume activity
(TVA) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham?
6. Apakah net profit margin (NPM), return on equity (ROE), Earning Per
Share (EPS), debt to aset ratio (DAR), trading volume activity (TVA)
secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham?
4. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka penelitian ini
bertujuan:
1. Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh rasio profitabilitas yang
diproksikan dengan net profit margin terhadap harga saham.
2. Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh rasio profitabilitas yang
diproksikan dengan return on equity terhadap harga saham.
3. Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh rasio profitabilitas yang
diproksikan dengan earning per share terhadap harga saham.
4. Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh rasio solvabilitas yang
diproksikan dengan debt to asset ratio terhadap harga saham.
14
5. Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh likuiditas saham yang diukur
dengan trading volume activity terhadap harga saham.
6. Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh antara net profit margin
(NPM), return on equity (ROE), Earning Per Share (EPS), debt to aset
ratio (DAR), trading volume activity (TVA) secara simultan terhadap
harga saham.
5. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan agar pihak-pihak yang berkepentingan dapat
mengambil manfaat antara lain:
1. Bagi investor
Dapat memberikan informasi mengenai pengaruh rasio keuangan dan
likuiditas saham terhadap harga saham yang diperdagangkan di pasar
modal sehingga dapat dijadikan sebagai masukan dalam pengambilan
keputusan investasi.
2. Manajemen perusahaan
Dapat digunakan sebagai masukan atau dasar untuk meningkatkan kinerja
perusahaan dan sebagai bahan informasi dalam pengambilan keputusan.
3. Bagi peneliti
Penelitian ini merupakan kesempatan berpikir secara ilmiah dan
bermanfaat untuk memperdalam pengetahuan dan mengembangkan
wawasan di bidang investasi dan pasar modal khususnya tentang pengaruh
15
rasio profitabilitas, rasio solvabilitas, dan likuiditas saham terhadap harga
saham.
4. Bagi mahasiswa dan akademis
Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi lebih
lanjut bagi pihak-pihak yang membutuhkan terutama yang berkaitan
dengan pengaruh rasio profitabilitas, rasio solvabilitas, dan likuiditas dan
faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham dalam investasi pasar
6. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini dibagi dalam lima bab yang terdiri dari:
BAB I
Pendahuluan
Menguraikan tentang Latar Belakang Penelitian, Perumusan
Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, serta Sistematika
Penulisan Skripsi.
BAB II Telaah Literatur
Menguraikan tentang teori yang melandasi penelitian, uraian
beberapa penelitian terdahulu, dan pengembangan model penelitian
beserta hipotesis yang diajukan.
BAB III Metode Penelitian
Menguraikan tentang langkah-langkah penelitian yang dilakukan,
metode pengumpulan data, dan pengembangan alat analisis yang
digunakan untuk menganalisis data.
16
BAB IV Analisis Data dan Pembahasan
Merupakan uraian atas data khusus yang berkaitan dengan
penyelesaian permasalahan yang telah ditentukan berdasarkan alat
dan langkah analisis sehingga akan membawa ke tujuan dan
sasaran penelitian.
BAB V Simpulan dan Saran
Menyampaikan ringkasan temuan hasil penelitian, implikasi
penelitian, dan saran-saran bagi penelitian selanjutnya.
17
Download