rancang bangun prototip konsentrator surya

advertisement
RANCANG BANGUN PROTOTIP KONSENTRATOR SURYA
DENGAN PELACAK GERAK SINAR MATAHARI
HENKY WIBOWO
SKRIPSI
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :
RANCANG BANGUN PROTOTIP KONSENTRATOR SURYA DENGAN
PELACAK GERAK SINAR MATAHARI
Adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk
apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan manapun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka
dibagian akhir skripsi.
Bogor, Maret 2012
Henky Wibowo
C54063131
ii
RINGKASAN
Henky Wibowo. Rancang Bangun Prototip Konsentrator Surya dengan
Pelacak Gerak Sinar Matahari. Dibimbing oleh INDRA JAYA
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki 13.466 pulau.
Namun, tidak semua pulau didukung dengan adanya ketersediaan fasilitas dasar,
seperti listrik yang memadai. Sampai saat ini sebagian besar wilayah terutama
pulau-pulau kecil dan pesisir belum tersedia sumberdaya listrik, sehingga listrik di
daerah pulau-pulau kecil hanya menggunakan jenset dan dinyalakan pada malam
hari saja. Salah satu teknologi alternatif yang dapat digunakan adalah pembangkit
listrik yang menggunakan sistem konsentrator surya, yaitu menggunakan matahari
sebagai sumber panas. Tujuan penelitian ini adalah merancang dan membuat
prototip konsentrator surya.
Persiapan dan pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret
sampai dengan Desember 2011. Kegiatan penelitian ini terdiri dari dua bagian,
yaitu pembuatan alat dan uji coba alat. Pembuatan dan uji coba alat dilakukan di
Workshop Akustik dan Instrumentasi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Proses yang bertujuan untuk melihat kinerja
dari alat yang dibuat dan juga pengambilan data parameter yang mempengaruhi
kinerja suatu alat dilakukan pada tanggal 19-30 Desember 2011 yang termasuk
pada Musim penghujan.
Penelitian ini menghasilkan prototip alat konsentrator surya yang
berfungsi untuk memantulkan sinar matahari ke satu titik fokus sehingga
dihasilkan panas yang tinggi. Alat konsentrator surya ini memiliki tiga bagian
utama, yaitu reflektor, unit mekanik, dan unit elektronik. Agar pantulan yang
dihasilkan maksimal, alat ini dilengkapi dengan sistem yang dapat mengikuti
gerak matahari.
Hasil uji coba kinerja alat mencakup pengukuran sudut dan suhu. Hasil
perubahan sudut tersebut konstan sebesar 15° sampai reflektor mencapai
kemiringan sebesar 135° pada pukul 15.00 WIB dan sudut akan tetap sama
sampai pukul 18.00 WIB. Nilai suhu yang diperoleh dari hasil pengamatan
berubah-ubah tiap harinya tergantung dari besarnya intensitas cahaya matahari
yang diterima. Suhu yang diperoleh dari hasil pengujian selama enam hari
berkisar antara 23,5 – 62,5 °C. Hubungan antara sudut terhadap suhu tidak terlalu
berpengaruh nyata karena kondisi alam lebih mempengaruhi perubahan suhu yang
terjadi.
Prototip pembangkit listrik yang menggunakan sistem konsentrator surya
telah dikembangkan, namun alat ini masih kurang mampu menghasilkan suhu
yang maksimal, suhu yang mampu dicapai oleh alat ini sebesar 62,50 C.
Walaupun demikian, hasil rancang bangun prototip konsentrator surya yang
dikembangkan telah mampu mengikuti pergerakan dari matahari dengan
perubahan sudut konstan 15° setiap 1 jam dengan range perubahan sudut
maksimal 800.
iii
© Hak cipta milik IPB, tahun 2012
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
1.
2.
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumber
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya
ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian/seluruh karya tulis dalam
bentuk apapun tanpa izin IPB
iv
RANCANG BANGUN PROTOTIP KONSENTRATOR SURYA
DENGAN PELACAK GERAK SINAR MATAHARI
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Kelautan
pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
HENKY WIBOWO
C54063131
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
v
Judul Skripsi
: RANCANG BANGUN PROTOTIP KONSENTRATOR
SURYA DENGAN PELACAK GERAK SINAR
MATAHARI
Nama Mahasiswa
: Henky Wibowo
Nomor Pokok
: C54063131
Departeman
: Ilmu dan Teknologi Kelautan
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Utama
Prof. Dr. Indra Jaya
NIP. 19610410 198601 1 002
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan
Prof. Dr. Ir. Setyo Budi Susilo, M. Sc
NIP. 19580909 198303 1 003
Tanggal Lulus :
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, hidayah,
serta inayah yang diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian
yang berjudul “Rancang Bangun Prototip Konsentrator Surya dengan
Pelacak Gerak Sinar Matahari” dapat diselesaikan dengan baik.
Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar besarnya kepada :
1. Kedua orang tua beserta keluarga besar yang selalu memberikan
dukungan, doa dan nasihat yang tiada hentinya kepada penulis
2. Bapak Prof. Dr. Indra Jaya selaku dosen pembimbing yang telah
membantu penulis dalam menyesaikan tugas akhir.
3. Bapak Dr. Henry M. Manik, S. Pi, MT selaku dosen penguji yang telah
memberikan saran dan masukkan.
4. Bapak/Ibu dosen dan staf penunjang Departemen ITK atas ilmu dan
bantuannya selama penulis menyelesaikan studi di IPB.
5. Teman-teman dan seluruh anggota Marine Instrumentation and Telemetry
(MIT) di Workshop Akustik dan Instrumentasi Kelautan, Fakultas
Perikanan, Institut Pertanian Bogor atas bantuan dan semangat yang telah
diberikan selama penulis melaksanakan penelitian.
6. Teman-teman seperjuangan ITK 43 dan seluruh warga ITK.
7. Teman-teman Pondok Wina atas kebersamaannya selama di Bogor.
8. Teman-teman SMA yang selalu memberikan semangat.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu saran dan kritik sangat diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini.
vii
Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat berguna bagi diri sendiri maupun
orang lain.
Bogor, Maret 2012
Henky Wibowo
viii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii
1. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1.Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2.Tujuan ................................................................................................. 2
1.3. Manfaat Penelitian ............................................................................. 2
2. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 3
2.1. Tenaga Matahari ................................................................................. 3
2.2. Sistem Konsentrasi Solar ................................................................... 4
2.3. Sensor ................................................................................................. 8
2.4. Light Dependent Resistor (LDR) ....................................................... 10
2.5. Motor Direct Current (DC) ................................................................ 11
3. METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ 13
3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian ............................................................. 13
3.2. Alat dan Bahan ................................................................................... 13
3.3. Diagram Sistem .................................................................................. 14
3.4. Diagram Alir Pengerjaan Alat ............................................................ 15
3.5. Rancangan Alat .................................................................................. 17
3.6. Proses Uji Coba Alat .......................................................................... 20
3.7. Variabel Penelitian ............................................................................. 21
4. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 23
4.1. Hasil Rancang Bangun ....................................................................... 23
4.2. Hubungan antara Sudut dan Suhu ....................................................... 28
5. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 31
5.1. Kesimpulan ......................................................................................... 31
5.2. Saran .................................................................................................... 31
ix
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 32
LAMPIRAN ................................................................................................... 34
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ 40
x
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Alat-Alat yang Digunakan .......................................................................... 13
2. Bahan-Bahan yang Digunakan .................................................................... 14
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Pembangkit listrik tenaga surya 25 kW dengan sistem dish engine milik
SunCatcherTM .............................................................................................. 5
2. Pembangkit listrik tenaga surya dengan sistem parabolic trough SEGS IX
di California, Amerika Serikat .................................................................... 6
3. Pembangkit listrik tenaga surya dengan sistem central receiver milik
Abengoa di Seville, Spanyol ...................................................................... 7
4. Kinerja dari setiap sistem konsentrator ....................................................... 8
5. Diagram alir sistem alat .............................................................................. 15
6. Diagram alir pengerjaan alat ....................................................................... 16
7. Desain alat ................................................................................................... 17
8. Pantulan radiasi matahari pada reflektor ..................................................... 18
9. Unit mekanik alat konsentrator surya ......................................................... 18
10. Rangkaian Catu daya ................................................................................. 19
11. Rangkaian pembangkit sinyal ................................................................... 20
12. Rangkaian penguat tegangan ..................................................................... 20
13. Sudut-sudut pada sinar matahari terhadap bumi ....................................... 21
14. Alat konsentrator surya ............................................................................. 24
15. Reflektor konsentrator surya ..................................................................... 25
16. LDR pada reflektor ................................................................................... 26
17. Unit mekanik pada konsentrator surya ...................................................... 27
18. Unit elektronik pada alat konsentrator surya ........................................... 28
19. Grafik hubungan antara sudut dan suhu ..................................................... 30
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Grafik sudut selama enam hari .................................................................... 35
2. Grafik suhu selama enam hari ..................................................................... 36
3. Data hasil uji coba alat ................................................................................ 37
4. Skema rangkaian elektronik ........................................................................ 39
xiii
1. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki 13.466 pulau.
Namun, tidak semua pulau didukung dengan adanya ketersediaan fasilitas dasar,
seperti listrik yang memadai. Sampai saat ini sebagian besar wilayah terutama
pulau-pulau kecil dan pesisir belum tersedia sumberdaya listrik, sehingga listrik di
daerah pulau-pulau kecil hanya menggunakan jenset dan dinyalakan pada malam
hari saja. Hal ini menuntut masyarakat Indonesia untuk mengembangkan
berbagai macam alternatif listrik dengan teknologi yang lebih efektif dan efisien.
Salah satu teknologi alternatif yang dapat digunakan adalah pembangkit listrik
yang menggunakan sistem konsentrator surya, yaitu menggunakan matahari
sebagai sumber panas. Salah satu keunggulan dari teknologi ini adalah tidak
merusak lingkungan.
Sistem ini memusatkan energi sinar matahari dengan menggunakan cermin
berbentuk parabola. Cermin tersebut diatur mengarah sinar matahari dan
memusatkan sinar matahari ke sebuah wadah yang berada di tengah-tengah titik
pusat parabolik tersebut. Cermin parabolik ini berfungsi untuk menerima sinar
matahari dan memindahkan panasnya ke cairan yang berada di dalam wadah.
Panas yang terjadi mengakibatkan cairan di dalam mengembang dan menekan
piston atau turbin dan menghasilkan energi mekanik. Energi mekanik tersebut
kemudian digunakan untuk memutar generator untuk menghasilkan listrik.
Pada saat ini pembangkit listrik dengan sistem konsentrator surya belum
berkembang di Indonesia, padahal di negara-negara maju seperti Amerika dan
Eropa sudah menggunakan teknologi ini untuk menghasilkan listrik, bahkan
1
2
Departemen Energi Amerika meramalkan bahwa pada tahun 2020 teknologi ini
sangat berkembang di seluruh dunia dengan menghasilkan lebih dari 20 gigawatt
daya listrik (Nrel, 2001). Harapannya dengan mengembangkan pembangkit listrik
yang menggunakan sistem konsentrator surya ini dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat pulau-pulau kecil.
1.2.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah merancang dan membuat prototip
konsentrator surya yang mengikuti gerak matahari.
1.3.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini merupakan penelitian awal dalam mendesain
konsentrator surya. Bila dikembangkan dalam penelitian yang lebih besar
nantinya dapat diaplikasikan pada ketersediaan listrik alternatif.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Tenaga Matahari
Tenaga matahari atau yang biasa disebut tenaga surya (solar energy)
merupakan energi yang bersumber dari sinar matahari. Pemanfaatan energi surya
dikelompokkan menjadi 2 (dua) kategori (Hardjasoemantri, 2002), yakni
pemanfaatan energi surya secara langsung dan tidak langsung. Pemanfaatan
energi surya secara tidak langsung adalah berupa pemanfaatan biomassa untuk
sumber energi. Energi surya yang sampai ke bumi, sebagian kecil akan
dikonversi menjadi energi kimia oleh tumbuhan melalui proses fotosintesis yang
komplek. Produk akhir dari fotosintesis adalah biomassa, dengan demikian
biomassa merupakan energi surya tak langsung.
Pemanfaatan energi surya secara langsung adalah dengan menggunakan
sinar matahari sebagai sumber energi utama secara langsung. Pemanfaatan
energi surya harus mempertimbangkan sifat-sifat fisika dari sinar matahari.
Lakitan (2002) mengatakan bahwa untuk mengkaji aspek fisika cahaya ada
beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya: porsi serapan cahaya
(absorptivity), porsi pantulan (reflectivity), porsi terusan (transmissivity), daya
pancar (emissivity), aliran energi cahaya (radian flux), kerapatan aliran energi
cahaya (radiant flux density), intensitas terpaan (irradiance) dan intensitas
pancaran cahaya (emittance).
Tenaga surya pada dasarnya adalah sinar matahari yang merupakan
radiasi elektromagnetik pada panjang gelombang yang tampak dan yang tidak
tampak, yakni mencakup spektrum cahaya inframerah sampai dengan cahaya
ultraviolet. Masing-masing spektrum cahaya matahari memiliki panjang
3
4
gelombang, frekuensi dan energi yang berbeda. Sinar matahari memiliki panjang
gelombang (λ) antara 0,15 – 4 µm, dan hanya panjang gelombang (λ) antara 0,32
– 2 µm yang mampu menembus kaca transparan (Wisnubroto, 2004).
2.2.
Sistem Konsentrasi Solar
Sistem konsentrasi solar menggunakan lensa atau kaca untuk
mengkonsentrasi atau mengumpulkan energi dari matahari, menghasilkan
temperatur yang cukup tinggi untuk menggerakkan turbin atau mesin uap untuk
menghasilkan energi listrik. Menurut Seia (2009) sekarang ini, lebih dari 400
MW dihasilkan dari sistem ini yang beroperasi di Amerika Serikat, dan proyekproyek dengan total lebih dari 8000 MW yang saat ini sedang dikembangkan.
Ada tiga teknologi sistem konsentrasi solar (Nrel, 2001), yaitu: (1) Dish
engine, (2) Parabolic trough dan (3) Central receiver.
(1) Dish Engine
Sistem dish engine mentransfer energi matahari yang terkonsentrasi
dengan efisiensi tinggi menjadi energi listrik. Bagian yang penting dari sistem
dish engine terdiri dari (Cleanenergy, 2009): konsentrator berbentuk parabolik,
sistem tracking, receiver, dan mesin (stirling dan generator).
Konsentrator berbentuk parabolik memantulkan dan mengkonsentrasi
sinar matahari ke receiver yang terletak di titik fokus konsentrator. Sinar
matahari diserap oleh receiver dan meneruskannya ke mesin. Mesin akan
mengubah energi matahari menjadi energi mekanik dan generator akan
mengkonversi energi mekanik menjadi energi listrik. Menjaga agar pantulan sinar
matahari ke titik fokus tetap terjaga, dish engine menggunakan dual-axis collector
untuk men-tracking matahari. Setiap dish akan menghasilkan 5 sampai 30
5
kilowatt listrik tergantung pada sistem (Seia, 2009). Gambar 1 adalah Stirling
Energy System 25 kW milik SunCatcherTM memiliki tinggi 38 kaki dan lebar 40
kaki.
Sistem dish engine memiliki karakteristik efisiensi tinggi, modularitas,
operasi autonomous, dan hibrida yang melekat. Menurut (Solarpaces, 2001)
dibandingkan dengan teknologi surya yang lainya, solar dish engine menunjukkan
konversi energi matahari ke energi listrik dengan efisiensi tertinggi (29,4%). Oleh
karena itu, dish engine memiliki potensi untuk menjadi salah satu sumber paling
murah untuk energi terbarukan.
Gambar 1. Pembangkit listrik tenaga surya 25 kW dengan sistem dish engine
milik SunCatcherTM (Seia, 2009)
(2) Parabolic Trough
Sistem parabolic trough menggunakan cermin yang berbentuk U atau
melengkung yang memanjang untuk memusatkan energi matahari. Cermin
tersebut memfokuskan energi matahari ke receiver yang berbentuk pipa berisi
cairan (misalnya, minyak sintetis) yang memanjang di tengah-tengah titik pusat
parabolik tersebut. Cairan panas tersebut digunakan untuk mendidihkan air di
6
generator uap konvensional dan menghasilkan listrik. Seia (2009) mengatakan
cairan panas tersebut dapat mencapai temperatur 700° F. Gambar 2 adalah
pengumpul Luz LS-3 digunakan pada pembangkit 80 MW SEGS IX di California
yang memiliki panjang 325 kaki dan lebar 11 kaki dengan efisiensi konversi
energi sekitar 24%.
Gambar 2. Pembangkit listrik tenaga surya dengan sistem parabolic trough SEGS
IX di California, Amerika Serikat (Seia, 2009)
(3) Central Receiver
Sistem central receiver ini menggunakan menara pembangkit yang
dikelilingi oleh cermin-cermin yang ditempatkan di suatu area yang luas untuk
mengumpulkan energi matahari dan memusatkannya ke bagian atas menara
pembangkit dimana terdapat receiver yang ditempatkan di sana. Panas yang
dihasilkan mencairkan garam yang kemudian dialirkan untuk memanaskan air.
Uap yang dihasilkan dari air panas digunakan untuk memutar generator
konvensional dan menghasilkan energi listrik. Menurut (Seia, 2009) energi
matahari yang terfokus digunakan untuk perpindahan cairan (800° F sampai
7
1000° F) untuk menghasilkan uap dan menjalankan generator pusat. Gambar 3
adalah PS20 milik Abengoa, pembangkit listrik 20 MW di Seville, Spanyol 1255
heliostat mengelilingi menara dengan tinggi 531 kaki.
Gambar 3. Pembangkit listrik tenaga surya dengan sistem central receiver milik
Abengoa di Seville, Spanyol (Seia, 2009)
Semakin banyak output sebuah sistem dapat menyediakan input solar yang
diberikan. Sistem dish engine menunjukkan karakteristik yang paling baik,
karena konsentrator dan kinerja mesinnya yang tinggi serta inersia panasnya
rendah yang memungkinkan untuk lebih cepat melakukan start-up dibandingkan
dengan sistem konsentrasi solar skala besar seperti central receiver atau parabolic
trough (Pitz-Paal, 2007). Pada Gambar 4 menunjukkan energi listrik harian yang
dihasilkan berdasarkan masukan matahari harian untuk setiap sistem konsentrator
yang berbeda.
8
Gambar 4. Kinerja dari setiap sistem konsentrator (Pitz-Paal, 2007)
2.3.
Sensor
Sensor adalah perangkat yang mengubah fenomena fisik menjadi sinyal
elektronik (Kenny, 2005). Sensor menerima rangsangan dan meresponnya
dengan perubahan sinyal listrik dan merupakan jembatan antara dunia sebenarnya
dengan perangkat elektronik.
Sensor tidak dapat berdiri sendiri. Biasanya sensor merupakan bagian dari
suatu sistem yang lebih besar yang memiliki rangkaian pengkondisi sinyal dan
bermacam-macam pemrosesan sinyal analog atau digital. Berdasarkan rangkaian
pengkondisi sinyal, sensor dapat dibagi menjadi dua, yaitu pasif dan aktif. Sensor
aktif memerlukan pemicu eksternal yang berupa rangkaian penyangga sensor,
sehingga selalu ada arus yang melewati sensor. Contoh sensor aktif adalah
termistor, Resistance Temperature Detector (RTD), dan strain gauges. Sensor
pasif menghasilkan sinyal keluaran sendiri tanpa memerlukan rangkaian dan arus
tambahan. Contohnya adalah thermocouple yang menghasilkan thermoelectric
dan fotodioda yang menghasilkan photocurrent.
9
Setiap sensor memiliki karakteristik tertentu. Karakter ini menentukan
baik buruknya sebuah sensor pada aplikasi tertentu. Karakter ini pula menentukan
rangkaian yang digunakan sebagai penyangga sensor. Beberapa karakter penting
diantaranya (Carr,1993):
(1) Transfer Function
Transfer Function merupakan hubungan fungsi antara sinyal masukan
fisik dan sinyal keluaran elektris. Biasanya, hubungan ini digambarkan
sebagai grafik antara sinyal masukan dan keluaran.
(2) Sensitivitas
Sensitivitas merupakan rasio antara perubahan kecil dalam sinyal elektris
terhadap perubahan kecil pada sinyal fisik dan dapat diekspresikan sebagai
fungsi turunan Transfer Function terhadap sinyal fisik. Satuan yang biasa
digunakan adalah volt/Kelvin, milivolt/kilopascal, dsb. Contoh, sebuah
termometer akan memiliki sensitivitas tinggi apabila perubahan suhu kecil
di lingkungan akan mengakibatkan perubahan tegangan yang tinggi;
perubahan tegangan yang signifikan memudahkan pengamatan terhadap
sinyal elektris.
(3) Span atau Dynamic Range
Rentang masukan sinyal fisik yang bisa dikonversi ke dalam bentuk sinyal
elektris. Sinyal fisik diluar rentang ini diperkirakan memiliki akurasi yang
sangat rendah. Satuan yang digunakan antara lain kelvin, pascal, newton.
(4) Accuracy atau Uncertainty
Merupakan perkiraan kesalahan terbesar antara sinyal keluaran sebenarnya
dan sinyal keluaran ideal. Accuracy merupakan istilah kualitatif, berbeda
10
dengan uncertainty yang bersifat kuantitatif. Contoh, sebuah sensor
memiliki akurasi yang lebih tinggi ketika uncertainty sebesar 1%
dibandingkan dengan uncertainty 3%.
(5) Hysteresis
Beberapa sensor tidak kembali ke nilai semula ketika terjadi rangsangan
naik atau turun. Besarnya kesalahan yang diperkirakan dalam kuantitas
yang diukur merupakan Hysteresis
(6) Nonlinearity
Terkadang juga disebut linearity, merupakan penyimpangan maksimum
dari Transfer Function linear terhadap Dynamic Range.
(7) Noise
Beberapa sensor menghasilkan noise bersamaan dengan sinyal keluaran.
Beberapa kasus menunjukkan noise pada sensor lebih kecil dibandingkan
dengan noise pada rangkaian elektronik selanjutnya.
2.4.
Light Dependent Resistor (LDR)
Light Dependent Resistor (LDR) adalah suatu bentuk komponen yang
mempunyai perubahan resistansi yang besarnya tergantung pada cahaya. LDR
merupakan sebuah sensor jenis semikonduktor yang dibuat dari Kadmium sulfida
(CdS) dan Kadmium selenida (CdSe). Sebuah LDR terdiri dari sebuah piringan
bahan semikonduktor dengan dua buah elektroda pada permukaanya. LDR
tergantung pada cahaya, artinya nilai hambatannya akan berubah-ubah bila
terkena cahaya yang diterima (Sitorus, 2008).
Karakteristik LDR terdiri dari dua macam, yaitu laju recovery dan respon
spectral:
11
(1) Laju Recovery
Bila sebuah LDR dibawa dari suatu ruangan dengan level kekuatan cahaya
tertentu ke dalam suatu ruangan yang gelap, maka bisa diamati bahwa nila
resistansi dari LDR tidak akan segera berubah resistansinya pada keadaan
ruangan gelap tersebut, namun LDR tersebut hanya akan bisa mencapai
harga pada kegelapan setelah mengalami selang waktu tertentu. Laju
recovery merupakan suatu praktis dan suatu kenaikan nilai resistansi
dalam waktu tertentu.
(2) Respon Spektral
LDR tidak mempunyai sensitivitas yang sama untuk setiap panjang
gelombang cahaya yang jatuh padanya. Bahan yang biasa digunakan
sebagai penghantar arus listrik, yaitu tembaga, alumunium, baja, emas, dan
perak.
2.5.
Motor Direct Current (DC)
Motor DC merupakan motor arus searah yang menggunakan arus langsung
satu arah (direct-unidirectional). Motor DC digunakan pada penggunaan khusus
dimana diperlukan penyalaan torque yang tinggi atau percepatan yang tetap untuk
kisaran kecepatan yang luas. Motor DC memiliki tiga komponen utama
(energyefficiencyasia, 2006):
(1) Kutub Medan
Secara sederhana digambarkan bahwa interaksi dua kutub magnet akan
menyebabkan perputaran pada motor DC. Motor DC memiliki kutub
medan yang stasioner dan dinamo yang menggerakan bearing pada ruang
diantara kutub medan. Motor DC sederhana memiliki dua kutub medan:
12
kutub utara dan kutub selatan. Garis magnetik energi membesar melintasi
bukaan diantara kutub-kutub dari utara ke selatan. Motor yang lebih besar
atau lebih komplek terdapat satu atau lebih elektromagnet. Elektromagnet
menerima listrik dari sumber daya dari luar sebagai penyedia struktur
medan.
(2) Dinamo
Bila arus masuk menuju dinamo, maka arus ini akan menjadi
elektromagnet. Dinamo yang berbentuk silinder, dihubungkan ke as
penggerak untuk menggerakan beban. Untuk kasus motor DC yang kecil,
dinamo berputar dalam medan magnet yang dibentuk oleh kutub-kutub,
sampai kutub utara dan selatan magnet berganti lokasi. Jika hal ini terjadi,
arusnya berbalik untuk merubah kutub-kutub utara dan selatan dinamo.
(3) Komutator
Komponen ini terutama ditemukan dalam motor DC. Kegunaannya adalah
untuk membalikan arah arus listrik dalam dinamo. Komutator juga
membantu dalam transmisi arus antara dinamo dan sumber daya.
Motor DC tersedia dalam banyak ukuran, namun penggunaannya pada
umumnya dibatasi untuk beberapa penggunaan berkecepatan rendah, penggunaan
daya rendah hingga sedang seperti peralatan mesin, sebab sering terjadi masalah
dengan perubahan arah arus listrik mekanis pada ukuran yang lebih besar. Motor
tersebut dibatasi hanya untuk penggunaan di area yang bersih dan tidak berbahaya
sebab resiko percikan api pada sikatnya.
3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1.
Waktu dan Lokasi Penelitian
Persiapan dan pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret
sampai dengan Desember 2011. Kegiatan penelitian ini terdiri dari dua bagian, yaitu
pembuatan alat dan uji coba alat. Pembuatan dan uji coba alat dilakukan di
Workshop Akustik dan Instrumentasi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Proses yang bertujuan untuk melihat kinerja dari
alat yang dibuat dan juga pengambilan data parameter yang mempengaruhi kinerja
suatu alat dilakukan pada tanggal 19-30 Desember 2011 yang termasuk pada Musim
penghujan.
3.2.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan alat dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Alat-alat yang digunakan.
No Nama Alat
Seperangkat Komputer dengan
1
sistem operasi Windows 7
2
Solder listrik 45 watt
3
Multimeter Digital Sanwa CD
4
5
6
7
8
9
Gerinda Listrik
Obeng
Bor Listik
Matlab 2010
Lem Aibon
Google SketchUp 7
Fungsi
Merancang perangkat keras dan lunak serta
pengolahan data
Menyolder antar komponen
Mengukur voltase, hambatan dan koneksi
komponen
Memotong PCB dan besi
Membuka dan memasang baut
Melubangi parabola
Mengolah data hasil uji coba
Merekatkan alumunium foil
Membuat desain rancangan
13
14
Bahan yang digunakan dalam pembuatan alat ini dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Bahan-bahan yang digunakan
No
Nama Bahan
1 Parabola bekas
2 Motor wiper
3 Alumunium foil
4 Rantai sepeda bekas
5 Gear sepeda bekas
6 LDR
7 IC NE 555
8 IC LM 741
9 Trafo CT
10 Trimpot 10K
11 Trimpot 100K
12 PCB
13 Sakelar
14 Relay
15 Regulator 12V
16 Led
17 Resistor 150 ohm
18 Resistor 1K
19 Resistor 66K
20 Resistor 10K
21 Resistor 4K
22 Kapasitor 1uF
23 Kapasitor 100uF
24 Kapasitor 1nF
25 Dioda
26 Transistor
3.3.
Jumlah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
2 buah
1 buah
2 buah
1 buah
5 buah
1 buah
1 buah
2 buah
4 buah
1 buah
1 buah
1 buah
3 buah
2 buah
3 buah
4 buah
3 buah
1 buah
1 buah
11 buah
7 buah
Diagram Sistem
Diagram sistem alat terdiri dari catu daya yang berfungsi memberikan
tegangan kepada unit elektronik, selanjutnya unit elektronik akan mengendalikan
15
sensor suhu dan motor DC (Gambar 5). Sensor cahaya berfungsi untuk mencari
intensitas cahaya matahari yang terbesar. Motor DC berfungsi untuk menggerakkan
konsentrator ke arah intensitas matahari yang terbesar.
Motor DC
Catu Daya
Reflektor
Unit Elektronik
Sensor Cahaya
Gambar 5. Diagram alir sistem alat
3.4.
Diagram Alir Pengerjaan Alat
Pengerjaan alat disusun ke dalam beberapa tahap yang mencakup persiapan,
perumusan masalah, perancangan model, pengujian model, perancangan perangkat,
integrasi perangkat, dan pengujian sistem hingga memenuhi syarat (Gambar 6).
Perancangan model meliputi pembuatan desain dan pemilihan bahan yang akan
digunakan. Pemilihan bahan yang tepat sangat mempengaruhi kinerja dan daya tahan
alat. Apabila kinerja dari model belum dapat bekerja secara optimal maka perlu
dilakukan perubahan pada desain yang telah dibuat, sedangkan apabila model sudah
berjalan secara optimal maka lanjut ke tahap berikutnya, yaitu pembuatan alat.
Pembuatan alat mencangkup pembuatan reflektor, pembuatan unit mekanik, dan
pembuatan unit elektronik. Bagian-bagian yang telah dibuat pada tahap sebelumnya
diintegrasikan menjadi alat konsentrator surya. Selanjutnya dilakukan uji coba yang
mencakup pengambilan parameter yang mempengaruhi kinerja alat konsentrator
surya.
16
Mulai
Persiapan
Perumusan Masalah
Perancangan Model
Tidak
Ya
Model Sesuai
Perancangan Perangkat
Integrasi Perangkat
Ya
Uji Coba
Berhasil
Selesai
Gambar 6. Diagram alir pengerjaan alat
Tidak
17
3.5.
Rancangan Alat
Rancang bangun konsentrator surya terbagi dalam tiga bagian, yaitu reflektor,
unit mekanik, dan unit elektronik (Gambar 7).
Gambar 7. Desain alat
Reflektor
Reflektor pada rancang bangun alat ini berbentuk parabola berdiameter 50 cm
dengan kedalaman 5 cm dengan dilapisi alumunium foil. Alumunium foil dipilih
sebagai bahan reflektor karena murah dan ringan. Reflektor berfungsi untuk
memantulkan cahaya matahari menuju titik fokus (Gambar 8).
18
Gambar 8. Pantulan radiasi matahari pada reflektor
Unit Mekanik
Unit mekanik terdiri dari motor DC, gear, dan rantai (Gambar 9). Unit
mekanik ini berfungsi untuk menggerakkan reflektor pada saat reflektor bergerak
mengikuti pergerakan matahari. Motor DC yang digunakan memiliki spesifikasi 12
V, 1 A dengan torsi 12 Nm. Gear dan rantai yang dipakai didapat dari sepeda bekas.
Gambar 9. Unit mekanik alat konsentrator surya
19
Unit Elektronik
Unit elektronik berfungsi mengontrol sensor cahaya dan motor DC. Unit
elektronik mendapat tegangan 5 V dari catu daya (Gambar 10). Tegangan yang
diperoleh oleh catu daya berasal dari tegangan PLN, kemudian tegangan PLN diubah
oleh trafo CT menjadi 12 V. Tegangan 12 V ini akan diubah menjadi 5 V oleh
regulator 7805.
Gambar 10. Rangkaian Catu daya
Di dalam unit elektronik terdapat rangkaian pembangkit sinyal (Gambar 11)
dan penguat tegangan (Gambar 12). Rangkaian pembangkit sinyal berfungsi untuk
menghasilkan sinyal yang digunakan untuk mengendalikan motor DC. Rangkaian
penguat tegangan berfungsi untuk meningkatkan tegangan agar sensor cahaya dapat
berfungsi dengan baik.
20
Gambar 11. Rangkaian pembangkit sinyal
Gambar 12. Rangkaian penguat tegangan
3.6.
Proses Uji Coba Alat
Proses uji coba alat dilakukan dengan cara meletakkan alat di bawah sinar
matahari tanpa terhalang oleh pohon atau gedung. Selama proses tersebut dilakukan
pengukuran sudut putar alat dan suhu pada titik fokus. Pengambilan data-data
21
tersebut dilakukan pada saat matahari terbit (pukul 06.00 WIB) sampai dengan
matahari terbenam (pukul 18.00 WIB). Suhu diukur menggunakan thermocouple
dengan pencatatan setiap 1 jam. Sudut diukur dengan menggunakan busur derajat
dengan pencatatan setiap 1 jam.
3.7.
Variabel Penelitian
Sinar matahari datang membentuk sudut terhadap permukaan bumi. Sudut
tersebut berubah setiap saat karena perputaran bumi pada porosnya dan gerak bumi
yang mengelilingi matahari dengan sudut kemiringan 23,5°. Berikut beberapa sudut
yang dibentuk (Gambar 13).
Gambar 13. Sudut-sudut pada sinar matahari terhadap bumi (Dufie & William, 1991)
22
dimana:
δ: Sudut deklinasi matahari terhadap garis equator (lintang selatan bernilai negatif)
ω: Sudut jam, perpindahan sudut matahari setiap jam sebesar 15° (pagi positif,
siang negatif
θz: Sudut zenith matahari, sudut antara garis vertikal dengan matahari
αs: Sudut ketinggian matahari terhadap bidang horizontal
γs: Sudut azimuth matahari terhadap bidang horizontal (diukur dari arah utara)
Sudut deklinasi (δ) dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Dufie &
William, 1991):
.………………………………………………………(1)
dimana n adalah jumlah hari ke-n dalam tahun tersebut.
Sudut zenith (θz) dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Dufie &
William, 1991):
…………………………………………..(2)
Dimana Φ: Sudut lintang tempat tersebut (lintang selatan bernilai negatif)
Sudut ketinggian matahari (αs) dan sudut zenith (θz) membentuk sudut sikusiku:
θz……………………………………………………………………….(3)
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil Rancang Bangun
Penelitian ini menghasilkan prototip alat konsentrator surya (Gambar 14)
yang berfungsi untuk memantulkan sinar matahari ke satu titik fokus sehingga
dihasilkan panas yang tinggi. Agar pantulan yang dihasilkan maksimal, alat ini
dilengkapi dengan sistem yang dapat mengikuti gerak matahari. Alat konsentrator
surya ini memiliki tiga bagian utama, yaitu reflektor, unit mekanik, dan unit
elektronik.
31,25
cm
5 cm
50 cm
Gambar 14. Prototip alat konsentrator surya
Reflektor
Reflektor berfungsi untuk memantulkan sinar matahari yang masuk ke
permukaan bumi menuju titik fokus (Gambar 15). Reflektor memiliki dimensi
diameter (D) 50 cm dan kedalaman parabola (d) 5 cm dengan titik fokus (f) 31,25
23
24
cm. Titik fokus (f) reflektor tersebut dicari dengan menggunakan rumus (Dufie &
William, 1991):
……………………………………………………………………….(8)
Titik Fokus
Gambar 15. Reflektor konsentrator surya
Kerangka reflektor dibuat dengan menggunakan alumunium foil karena
ringan dan murah. Kerangka lengkung reflektor dibuat dari parabola bekas.
Berikut beberapa bahan untuk reflektor beserta keunggulan dan kekurangannya
(Rahardjo, 2008):

Cermin
Keunggulan: reflektifitas sangat baik
Kekurangan: berat, susah dibentuk

Stainless steel
Keunggulan: ringan, mudah dibentuk, reflektifitas baik
Kekurangan: mahal, perlu proses lanjutan untuk mendapatkan reflektifitas
yang baik (dipoles)

Alumunium foil
25
Keunggulan: sangat ringan, mudah dibentuk, refleksifitas baik, tidak perlu
proses lanjutan, murah
Kekurangan: mudah berubah bentuk, mudah sobek
Melihat dari beberapa keunggulan dan kekurangan tiap material, maka
dipilih alumunium foil sebagai material reflektor. Kekurangan dapat diatasi saat
pemasangan dengan ketelitian agar alumunium foil tidak sobek.
Pada reflektor terdapat dua buah sensor cahaya yang berfungsi mendeteksi
cahaya matahari (Gambar 16). Sensor cahaya yang digunakan adalah Light
Dependent Resistors (LDR). LDR adalah suatu bentuk komponen yang
mempunyai perubahan resistansi yang besarnya tergantung pada cahaya, dimana
nilai hambatannya akan berubah-ubah bila terkena cahaya yang diterima.
LDR-1 berfungsi untuk kontrol dari alat. Apabila cahaya terang, maka
alat akan berfungsi dan sebaliknya. LDR-2 berfungsi untuk mencari cahaya
matahari. Di belakang LDR-2 diletakkan sebuah papan dengan tinggi 15 cm
untuk menghasilkan bayangan. Papan ini diletakkan menghadap arah terbitnya
matahari, yaitu timur. Bayangan yang dihasilkan papan berfungsi untuk menutup
LDR-2 sehingga resistansinya berubah. Bayangan tersebut akan berubah seiring
dengan pergerakan matahari.
26
Penghasil
Bayangan
LDR-2
LDR-1
Gambar 16. LDR pada reflektor
Unit Mekanik
Unit mekanik berfungsi untuk menggerakkan reflektor mengikuti gerak
matahari. Unit mekanik ini terdiri dari motor DC, gear, per dan rantai (Gambar
17). Motor DC dikaitkan langsung pada gear yang telah terkait juga oleh rantai.
Rantai yang terkait pada gear kemudian dikaitkan pada parabola yang berfungsi
sebagai reflektor.
Per
Rantai
Motor
Gear
Gambar 17. Unit mekanik pada konsentrator surya
27
Motor DC memiliki 2 buah supply, yaitu supply dari tegangan positif
(Vcc) dan supply ground (0). Pada dasarnya putaran motor DC akan berbalik
seandainya supply yang menempel pada motor tersebut dibalik kutub positif (+)
dan kutub negatifnya (-). Apabila LDR-2 mendapatkan cahaya, maka ia akan
memberikan pulsa output positif sampai LDR-2 tidak menerima cahaya lagi.
Output pulsa tersebut akan bekerja pada koil relay sehingga terbentuk medan
magnet pada koil yang menarik contact relay dari posisi Normally Close (NC) ke
Normally Open (NO). Hal ini menyebabkan motor DC bergerak ke suatu arah.
Unit Elektronik
Unit elektronik berfungsi mengontrol sensor cahaya dan motor DC
(Gambar 18). Unit elektronik mendapat tegangan 5 V dari catu daya. Tegangan
yang diperoleh oleh catu daya berasal dari tegangan AC dari PLN 220 V,
kemudian tegangan PLN diubah oleh trafo CT menjadi tegangan AC 12 V.
Tegangan AC 12 V akan diubah menjadi tegangan positif (+) DC 12 V oleh diode
bridge. Tegangan DC 12 V ini akan diubah menjadi tegangan 5 V oleh regulator
7805. Tegangan 5 V inilah yang digunakan untuk memfungsikan rangkaian
elektronik pada alat konsentrator surya.
28
Rangkaian
Penguat Tegangan
Relay
Rangkaian
Pembangkit Sinyal
Rangkaian Catu
Daya
Gambar 18. Unit elektronik pada alat konsentrator surya
Di dalam unit elektronik terdapat rangkaian pembangkit sinyal dan
penguat tegangan. Rangkaian pembangkit sinyal berfungsi untuk menghasilkan
sinyal yang digunakan untuk menggerakkan motor DC. Rangkaian penguat
tegangan berfungsi untuk meningkatkan tegangan agar sensor cahaya dapat
berfungsi dengan baik.
4.2.
Hubungan antara Sudut dan Suhu
Perubahan sudut yang mengikuti matahari diperlukan agar reflektor
senantiasa selalu menghadap matahari. Hal ini diperlukan supaya pantulan cahaya
matahari oleh reflektor selalu jatuh pada titik fokusnya. Sudut yang dibentuk oleh
reflektor terhadap sumbu vertikal adalah sudut reflektor. Sudut reflektor bernilai
55° saat menghadap ke arah timur dan bernilai 135° saat menghadap ke arah
barat. Perubahan maksimal sudut yang dapat dibentuk dari alat ini adalah sebesar
80°. Kemiringan sudut reflektor tersebut dirancang karena motor DC tidak kuat
memutar reflektor untuk mengikuti pergerakan matahari. Sebaiknya
29
menggunakan motor servo dengan torsi yang lebih tinggi agar mampu memutar
reflektor dan memiliki putaran yang halus.
Sudut awal yang dibentuk oleh reflektor adalah sebesar 55°, yaitu sekitar
pukul 09.30 WIB. Pukul 06.00-09.00 WIB tidak terjadi perubahan sudut. Pada
pukul 10.00 WIB sudut mengalami perubahan sebesar 5° menjadi 60°. Perubahan
sudut tersebut konstan sebesar 15° sampai reflektor mencapai kemiringan sebesar
135° pada pukul 15.00 WIB dan sudut akan tetap sama sampai pukul 18.00 WIB
(Lampiran 1).
Besarnya intensitas matahari sangat mempengaruhi kinerja dari alat
konsentrator surya ini. Semakin besar intensitas matahari yang diterima reflektor,
maka pantulan yang akan difokuskan menuju titik fokus juga akan semakin besar,
sehingga suhu yang diterima oleh receiver juga lebih besar. Selain besarnya
intensitas matahari, bahan dari reflektor yang digunakan juga sangat
mempengaruhi suhu yang diperoleh. Nilai suhu yang diperoleh dari hasil
pengamatan berubah-ubah tiap harinya tergantung dari besarnya intensitas cahaya
matahari yang diterima. Suhu yang diperoleh dari hasil pengujian selama enam
hari berkisar antara 23,5 – 62,5 °C (Lampiran 2).
Hubungan antara sudut terhadap suhu tidak terlalu berpengaruh nyata
(Gambar 19). Kondisi alam lebih mempengaruhi perubahan suhu yang terjadi.
Pengambilan data pada hari 1 sampai 5 cuaca mendung dan berawan, hal ini
menyebabkan intensitas matahari berkurang karena matahari tertutup oleh awan.
Cuaca yang cerah hanya terjadi pada pengambilan data hari ke-6, sehingga
didapat suhu yang paling tinggi selama pengambilan data.
30
Gambar 19. Grafik hubungan antara sudut dan suhu
Secara kesuluruhan hasil pengukuran sudut yang mengikuti pergerakan
matahari setiap 1 jam selama enam hari adalah konstan sebesar 15°. Hal ini
sesuai dengan teori mengenai sudut jam matahari (ω), yaitu matahari bergerak
sebesar 15° setiap 1 jam (Dufie & William, 1991). Nilai suhu keseluruhan yang
didapat dari alat ini kurang maksimal. Hal ini disebabkan oleh kondisi cuaca pada
saat pengambilan data adalah musim hujan. Selain itu juga disebabkan oleh
bahan dari reflektor yang seharusnya dari cermin diganti dengan alumunium foil.
Nilai suhu yang seharusnya adalah lebih dari 100 °C karena pada suhu tersebut
merupakan nilai titik didih air. Sebaiknya bahan dari reflektor menggunakan
cermin yang dibentuk mengikuti bentuk dari reflektor. Aplikasi selanjutnya untuk
alat ini adalah digunakan untuk mendidihkan air yang akan menghasilkan uap
untuk menggerakkan generator untuk menghasilkan listrik.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan
Prototip pembangkit listrik yang menggunakan sistem konsentrator surya
telah dikembangkan, namun alat ini masih kurang mampu menghasilkan suhu
yang maksimal, suhu yang mampu dicapai oleh alat ini sebesar 62,50 C.
Walaupun demikian, hasil rancang bangun prototip konsentrator surya yang
dikembangkan telah mampu mengikuti pergerakan dari matahari dengan
perubahan sudut konstan 15° setiap 1 jam dengan range perubahan sudut
maksimal 800. Hubungan antara sudut terhadap suhu tidak terlalu berpengaruh
nyata. Kondisi alam lebih mempengaruhi perubahan suhu yang terjadi.
5.2.
Saran
Hal yang perlu dilakukan untuk penelitian selanjutnya adalah membuat
mesin uap atau stirling yang mampu mengubah energi panas menjadi gerak dan
juga generator untuk mengubah energi gerak menjadi listrik.
31
DAFTAR PUSTAKA
Carr, J.J. 1993. Sensor and Circuits. TR Percentice Hail, Englewood Cliffs, New
Jersey
Cleanenergy. 2009. Sun Powered Stirling-Dish System.
www.cleanergyindustries.com/.../Sun%20powered%20StirlingDish%20system-161_GB.pdf [Diakses tanggal 20 September 2010].
Dufie, A. J., dan William, A. 1991. Solar Engineering of Thermal Processes. 2nd. ed.
Hal. 1-212. John Willey & Sons, Inc. New York
Energyefficiencyasia. 2006. Peralatan Energi Listrik: Motor Listrik.
http://www.energyefficiencyasia.org/docs/ee_modules/indo/Chapter%20%20Electric%20motors%20(Bahasa%20Indonesia).pdf [Diakses tanggal 26
November 2011].
Hardjasoemantri, K. 2002. Hukum Tata Lingkungan. Edisi VII. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Kenny, T. 2005. Sensor Fundamentals. Hal.1-20. In. J.Wilson (ed.). Sensor
Technology Handbook. Elsevier. Oxford.
Lakitan, B. 2004. Dasar-Dasar Klimatologi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Nrel. 2001. Concentrating Solar Power: Energy From Mirrors.
http://www.nrel.gov/docs/fy01osti/28751.pdf [Diakses tanggal 7 Oktober
2010]
Pitz-Paal, R. 2007. High Temperature Solar Concentrators.
http://www.eolss.net/ebooks/Sample%20Chapters/C08/E6-106-06-00.pdf
[Diakses tanggal 7 Oktober 2010]
Rahardjo, J. 2008. Perencanaan Boiler Tenaga Surya. Skripsi. Jurusan Teknik Mesin.
Fakultas Teknologi Industri. Universitas Kristen Petra. Surabaya
Seia, 2009. Concentrating Solar Power: Utility-Scale Solutions for Pollution-Free
Electricity. http://seia.org/galleries/pdf/factsheet_csp.pdf [Diakses tanggal 7
Oktober 2010]
Sitorus, S. A. 2008. Sistem Keamanan Ruangan dengan Sensor LDR dan Handphone.
Tugas Akhir. Program Studi D-3 Fisika Instrumentasi. Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Sumatra Utara. Medan.
32
33
Solarpaces. 2001. Solar Dish-Engine.
www.solarpaces.org/CSP_Technology/docs/solar_dish.pdf [Diakses tanggal
20 September 2010]
Wisnubroto, S. (2004). Meteorologi Pertanian Indonesia. Fakultas Pertanian.
Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
LAMPIRAN
34
35
Lampiran 1. Grafik sudut selama enam hari
36
Lampiran 2. Grafik suhu selama enam hari
37
Lampiran 3. Data hasil uji coba
Hari/ Tanggal: Senin, 19 Desember 2011
Jam
Suhu (°C)
Sudut (°)
06.00
28.4
55
07.00
32
55
08.00
34.1
55
09.00
31.3
55
10.00
34.2
65
11.00
33.7
80
12.00
35
95
Hari/ Tanggal: Selasa, 20 Desember 2011
Jam
Suhu (°C)
Sudut (°)
06.00
29.3
55
07.00
30.7
55
08.00
32.1
55
09.00
32.3
55
10.00
30.1
60
11.00
29.6
75
12.00
29.2
90
Hari/ Tanggal: Senin, 26 Desember 2011
Jam
Suhu (°C)
Sudut (°)
06.00
23.5
55
07.00
23.7
55
08.00
31.5
55
09.00
32.9
55
10.00
30.3
60
11.00
30.5
75
12.00
27.4
90
38
Hari/ Tanggal: Selasa, 27 Desember 2011
Jam
Suhu (°C)
Sudut (°)
06.00
24.7
55
07.00
24.9
55
08.00
32.5
55
09.00
34.1
55
10.00
31.6
65
11.00
31.9
80
12.00
28.8
95
13.00
29.6
110
14.00
38
125
15.00
34
135
16.00
28.5
135
17.00
28
135
18.00
27.8
135
Hari/ Tanggal: Rabu, 28 Desember 2011
Jam
Suhu (°C)
Sudut (°)
06.00
24.1
55
07.00
29.7
55
08.00
32.3
55
09.00
42
55
10.00
44.7
60
11.00
47.9
75
12.00
48.9
90
13.00
33
105
14.00
34.5
120
15.00
32.4
135
16.00
28.1
135
17.00
27.5
135
18.00
27
135
39
Hari/ Tanggal: Jumat, 30 Desember 2011
Jam
Suhu (°C)
Sudut (°)
06.00
29.7
55
07.00
35.8
55
08.00
41.7
55
09.00
53.6
55
10.00
62.5
60
11.00
53.2
75
12.00
60.4
90
13.00
52.1
105
14.00
34.4
120
15.00
31.2
135
16.00
27.4
135
17.00
27.1
135
18.00
26.6
135
Lampiran 4. Skema rangkaian elektronik
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta, 18 Februari 1988 dari
Ayah Sugiyono dan Ibu Siti Asiyah. Penulis adalah anak
pertama dari tiga bersaudara. Tahun 2006 Penulis
menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Atas
Negeri (SMAN) 1 Tangerang.
Pada tahun 2006 Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian
Bogor melalui jalur masuk USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) dan tahun 2007
diterima sebagai mahasiswa Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Selama kuliah di Institut Pertanian Bogor, penulis menjadi Asisten mata
kuliah Dasar-Dasar Instrumentasi Kelautan tahun ajaran 2008-2009 dan tahun
ajaran 2009-2010 dan Asisten mata kuliah Instrumentasi Kelautan tahun ajaran
2009-2010. Selain itu Penulis juga aktif dalam organisasi HIMITEKA IPB
sebagai wakil ketua II periode 2008-2009, HIMITEKA IPB sebagai anggota divisi
hubungan luar dan komunikasi periode 2009-2010, dan MIT (Marine Instrument
and Telemetry) sebagai anggota divisi hardware periode 2009-2010.
Untuk menyelesaikan studi di Institut Pertanian Bogor, penulis membuat
skripsi yang berjudul Rancang Bangun Prototip Konsentrator Surya dengan
Pelacak Gerak Sinar Matahari.
40
Download