BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penyelenggaraan pelayanan publik merupakan salah satu upaya dari pemerintah demi
terwujudnya kesejahteraan, sebagaimana yang menjadi tujuan Negara Indonesia yang
tercantum dalam pembukaan UUD 1945 dan fungsi dari administrasi Negara. Dengan kata
lain, pelayanan publik adalah salah satu konsep untuk mencapai apa yang dikehendaki oleh
masyarakat dan Negara. Menurut Inu Kencana, pelayanan publik diartikan sebagai setiap
kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap sejumlah manusia yang memiliki kegiatan
yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan menwarkan kepuasan
meskipun hasilnya tidak terkait pada suatu produk secara fisik. Pelayanan publik adalah
pelayanan yang diberikan oleh pemerintah sebagai penyelenggara Negara terhadap
masyarakat guna memenuhi kebutuhan masyarakat itu sendiri dan memiliki tujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Masyarakat setiap waktu akan selalu menuntut pelayanan publik yang berkualitas dari
birokrat, meskipun tuntutan itu seringkali tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, karena
secara empiris pelayanan publik yang terjadi selama ini masih menampilkan ciri-ciri, yakni
berbelit-belit, lambat, mahal, dan melelahkan. Kecenderungan seperti itu terjadi karena
masyarakat masih diposisikan sebagai pihak yang “melayani” bukan yang di “layani”. 1
Dengan munculnya berbagai keluhan dan tuntutan didalam masyarakat mengenai
perbaikan kualitas pelayanan publik ditanggapi oleh pemerintah dengan serius. Dengan
dikeluarkannya UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik merupakan salah satu
1
Juniarso Ridwan dan Achmad Sodik Sudrajat, Hukum Administrasi Negara dan Kebijakan Pelayanan
Publik, (Bandung: Nuansa, 2009), hal 17
Universitas Sumatera Utara
upaya perbaikan pelayanan publik. Selain itu, disebutkan juga mengenai standar pelayanan
yang merupakan ukuran yang dibakukan dalam peyelenggaraan pelayanan publik yang wajib
ditaati oleh pemberi dan penerima pelayanan. Dalam pasal 5 UU No. 25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik ruang lingkup pelayanan publik meliputi pelayanan barang dan jasa publik
serta pelayanan administratif yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. UU No. 25
Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik merupakan acuan bagi seluruh penyelenggaraan
pelayanan publik dalam pengaturan dan pelaksanaan kegiatan pelayanan publik sesuai
dengan kewenangannya. Undang-undang Pelayanan Publik (secara resmi bernama Undangundang yang mengatur tentang prinsip-prinsip pemerintahan yang baik yang merupakan
efektifitas fungsi-fungsi pemerintah itu sendiri.
Dengan dikeluarkan nya UU Nomor 25 tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik,
kebijakan ini bertujuan memaksimalkan pelayanan pemerintahan sehingga menciptakan iklim
pelayanan prima pada setiap instansi pemerintah. Implementasi UU Nomor 25 tahun 2009
Tentang Pelayanan Publik sampai saat ini belum dilakukan dengan maksimal oleh
pemerintah, seperti pada Desa Pudun Julu Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua,
pelayanan yang diberikan kepada masyarakat belum efektif dan efisien, sehingga masyarakat
yang ingin mendapat pelayanan pada instansi tersebut masih belum sesuai dengan yang
diharapkan. Masyarakat harus membayar lebih dari harga yang telah ditetapkan untuk
mendapat pelayanan yang baik serta proses pelayanannya begitu lama dari yang ditetapkan,
sehingga didalam hal ini dengan sangat diperlukan keberadaan Undang-undang tersebut
Undang-undang berasaskan pada kepentingan umum, adanya kepastian hukum,
adanya kesamaan hak, adanya keseimbangan hak dan kewajiban, keprofesionalan,
partisipatif, persamaan dalam perlakuan/tidak diskriminatif, keterbukaan, akuntabilitas,
fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan, ketepatan waktu dan kecepatan,
kemudahan dan keterjangkauan dan bertujuan agar batas dan hubungan yang jelas tantang
Universitas Sumatera Utara
hak, tanggung jawab, kewajiban, dan kewenangan seluruh pihak yang terkait dengan
pemyelenggaraan pelayanan publik, menjalankan system penyelenggaraan pelayanan publik
yang layak sesuai dengan asas-asas umum pemerintahan dan korporasi yang baik dalam
penyelenggaraan pelayanan publik sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan
memberikan perlindungan dan kepastian hukum bagi masyarakat dalam mendapatkan
penyelenggaraan pelayanan publik. 2
Didalam mengkonstruksikan hukum administrasi Negara yang mengatur pelayanan
publik, maka konstruksi hukum administrasi Negara bidang penyelenggaraan pelayanan
publik (regulatory laws) harus lebih memenuhi harapan masyarakat. Suatu ius
constituendum, yang memungkinkan terealisasinya Standar Pelayanan Publik, dalam
kerangka penyelengaraan hukum administrasi Negara yang mengatur pelayanan publik, yang
lebih responsive dan partisipatif dan yang secara khusus sesuai dengan kondisi yang
berkembang dalam masyarakat daerah.
Selama ini, hukum administrasi Negara yang terdiri dari berbagai macam peraturan
yang bertujuan untuk menyelenggarakan pemerintahan dan pelayananan administrasi kepada
publik cenderung digunakan oleh pihak-pihak tertentu untuk kepentingan sendiri. Pelayanan
yang seharusnya ditujukan pada masyarakat umum, kadang dibalik menjadi pelayanan
masyarakat terhadap Negara, meskipun Negara berdiri sesungguhnya adalah untuk
kepentingan masyarakat yang mendirikannya. Artinya birokrat sesungguhnya haruslah
memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat. 3
Sejauh ini bahwa hukum administrasi Negara yang mengatur penyelenggaraan
pelayanan publik yang tertuang dalam Standar Pelayanan Publik diselenggarakan beragam di
2
Id. Wikipedia.org/wiki/Undang_Undang_Pelayanan_Publik. 16/12/13.html, diakses tanggal 21
November 2016
3
Juniarso Ridwan dan Achmad Sodik Sudrajat, Loc.Cit
Universitas Sumatera Utara
setiap daerah maupun wilayahnya sehubungan dengan kondisi sosial, budaya dan kebutuhan
masyarakatnya. Maka dari itu penulis tertarik untuk melihat bagaimana pelaksanaan
pelayanaan publiknya dan membandingkan bagaimana pelaksanaan pelayanan publik yang
dilaksanakan sejauh ini khususnya daerah Desa Pudun Julu Kecamatan Padangsidimpuan
Batunadua. Karena memang tidak bisa dipungkiri bahwa pelayanan publik menjadi sangat
penting karena senantiasa berhubungan dengan khalayak masyarakat ramai yang memiliki
keanekaragaman kepentingan dan tujuan.
Salah satu dari filosofi otonomi daerah sebenarnya adalah semakin mendekatkan
pelayanan yang baik dan lebih efektif kepada masyarakat. 4 Begitu pula pada Desa Pudun Julu
Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua, bahwa pelaksanaan pelayanan publik sangat
penting untuk diperhatikan.
Dengan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk membuat karya tulis dalam bentuk
skripsi dengan judul “ Tinjauan Hukum Administrasi Negara Tentang Pelaksanaan
Pelayanan Publik Berdasarkan UU No.25 Tahun 2009 (Studi Desa Pudun Julu
Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua).”
B. Perumusan Masalah
Adapun yang merupakan permasalahan dalam penulisan ini adalah :
1.
Bagaimanakah pelayanan publik berdasarkan UU No.25 tahun 2009?
2.
Bagaimanakah pelaksanaan pelayanan publik di Desa Pudun Julu Kecamatan
Padangsidimpuan Batunadua?
3.
Bagaimanakah hambatan dan solusi pemecahan masalah dalam pelayanan publik di Desa
Pudun Julu Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua?
4
M. Ramadani, Studi Pelayanan Publik Pada Kantor Camat di Kecamatan Sangkulirang Kabupaten
Kutai Timur, Ejournal Ilmu Pemerintahan, Studi Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
(Yogyakarta: Universitas Mulawarman, 2013), hal 145
Universitas Sumatera Utara
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penulis melaksanakan penelitian ini adalah :
a.
Untuk mengetahui pelayanan publik berdasarkan UU No.25 tahun 2009.
b.
Untuk mengetahui pelaksanaan pelayanan publik di Desa Pudun Julu Kecamatan
Padangsidimpuan Batunadua.
c.
Untuk mengetahui hambatan dan solusi dalam pelayanan publik di Desa Pudun Julu
Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua.
2. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penelitian skripsi yang akan penulis lakukan adalah:
a.
Sebagai bahan masukan teoritis bagi penulis untuk menambah pengetahuan dan
pemahaman hukum administrasi Negara.
b.
Untuk menerapkan pengetahuan penulis secara praktis agar masyarakat mengetahui
bagaimana Pelaksanaan Pelayanan Publik Berdasarkan UU No.25 Tahun 2009
(Studi Desa Pudun Julu Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua).
D. Keaslian Penulisan
Adapun judul tulisan ini adalah Tinjauan Hukum Administrasi Negara Terhadap
Pelaksanaan Pelayanan Publik Berdasarkan UU No.25 Tahun 2009 (Studi Desa Pudun Julu
Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua), judul skripsi ini berpanduan dengan penulisan
skripsi yang sebelumnya sudah pernah ditulis namun dengan studi wilayah yang berbeda
yang disusun oleh saudari Zahrah H. Dalimunthe Nim 110200374 dengan judul Kajian
Hukum Administrasi Negara Terhadap Pelaksanaan Pelayanan Publik Berdasarkan Undang-
Universitas Sumatera Utara
Undang Nomor 25 Tahun 2009 (Studi Di Kecamatan Sibolga Kota). Dengan demikian
keaslian skripsi ini dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
E. Tinjauan Kepustakaan
Pelayanan publik yang menjadi fokus studi disiplin ilmu Administrasi Negara di
Indonesia, masih menjadi persoalan yang perlu memperoleh perhatian dan penyelesaian yang
komprehensif. Misalnya dapat dengan mudah dibuktikan di mana berbagai tuntutan
pelayanan publik sebagai tanda ketidak puasan sehari-hari banyak kita lihat. Harus diakui,
bahwa pelayanan yang diberikan oleh pemerintah kepada rakyat terus mengalami pembaruan,
baik dari sisi paradigma maupun format pelayanan seiring dengan meningkatnya tuntutan
masyarakat dan perubahan didalam pemerintah itu sendiri. Meskipun demikian, pembaruan
dilihat dari kedua sisi tersebut belumlah memuaskan, bahkan masyarakat masih diposisikan
sebagai pihak yang tidak berdaya dan termarginalisasikan dalam kerangka pelayanan. 5
Konsep pelayanan, dikenal dua jenis pelaku pelayanan, yaitu penyediaann layanan
dan penerimaan layanan atau service provider adalah pihak yang dapat memberikan suatu
layanan tertentu kepada konsumen, baik berupa layanan dalam bentuk penyediaan dan
penyerahan barang (goods) atau jasa-jasa (services). Penerima layanan atau service receiver
adalah pelanggan (costumer) atau konsumen (consumer) yang menerima layanan dari
penyedia layanan. 6
Hukum administrasi Negara dapat dijadikan instrument untuk terselenggaranya
pemerintahan yang baik. Penyelenggaraan pemerintah lebih nyata dalam hukum administrasi
Negara, karena disini akan terlihat konkrit hubungan antara pemerintah dengan masyarakat,
kualitas dari hubungan pemerintah dengan masyarakat inilah setidaknya dapat dijadikan
ukuran apakah penyelenggaraan pemerintahan sudah baik atau belum.
5
6
Lijan Poltak Sinambela, dkk., Reformasi Pelayanan Publik, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2006), hal.3
Atep Adya Barata. Dasar-dasar Pelayanan Prima. (Jakarta; PT. Gramedia Utama, 2003), hal 11
Universitas Sumatera Utara
Secara faktual (empiris) pelayanan publik yang dilakukan oleh aparat pemerintah
selama ini masih menampilkan ciri-ciri yang berbelit-belit, lambat, mahal, serta melelahkan.
Kecenderungan seperti itu terjadi karena masyarakat masih di posisikan sebagai pihak yang
melayani, bukan yang dilayani. Untuk itu, diperlukan suatu perubahan paradigma dalam
bidang pelayanan publik dengan mengembalikan dan mendudukkan pelayanan dan yang
dilayani pada posisi yang sesungguhnya. Secara filosofis, pelayanan yang diberikan oleh
aparat pemerintah kepada masyarakat ditafsirkan sebagai kewajiban bukan hak, karena
mereka (birokrat) diangkat dan ditugasi untuk melayani masyarakat, oleh karena itu harus
dibangun komitmen yang kuat untuk melayani sehingga pelayanan akan menjadi responsif
terhadap kebutuhan masyarakat dan dapat merancang model pelayanan yang lebih kreatif
serta lebih efisien. 7
Pengertian mengenai pelayanan publik dikemukakan pula oleh Lewis dan Gilman
mereka mendefenisikan pelayanan publik sebagai berikut: Pelayanan publik adalah
kepercayaan publik. Warga Negara berharap pelayanan publik dapat melayani dengan
kejujuran dan pengelolaan sumber penghasilan secara tepat, dan dapat dipertanggung
jawabkan kepada publik. Pelayanan publik yang adil dan dapat dipertanggung jawabkan
menghasilkan kepercayaan publik sebagai dasar untuk mewujudkan pemerintah yang baik. 8
Sedangkan Sinambela yang mengatakan bahwa pelayanan publik adalah pemenuhan
keinginan dan kebutuhan masyarakat oleh penyelenggara Negara. Pada hakikatnya Negara
dalam hal ini pemerintah (birokrat) haruslah dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.
Kebutuhan dalam hal ini bukanlah kebutuhan secara individual akan tetapi berbagai
kebutuhan yang sesungguhnya diharapkan oleh masyarakat, misalnya kebutuhan akan
7
http://milyansay.blogspot.com/2013/07/hukum-administrasi-negara-dalam.html, diakses tanggal 22
November 2016
8
Lewis, Carol W., and Stuart C. Gilman. The Ethics Challenge in Publik Service: A Problem-Solving
Guide. Market Street, (San Fransisco: Jossey-Bass, 2005). Hal 22
Universitas Sumatera Utara
kesehatan, pendidikan, dan lain-lain. 9 Selanjutnya pelayanan publik juga merupakan istilah
untuk layanan yang disediakan oleh pemerintah kepada warga negaranya, baik secara lagsung
(melalui sektor publik) atau dengan membiayai pemberian layanan swasta. Istilah ini
dikaitkan dengan consensus social (biasanya diwujudkan melalui pemilihan demokratis) yaitu
bahwa layanan tertentu harus tersedia untuk semua kalangan tanpa memandang pendapatan
mereka. Bahkan apabila layanan-layanan umum tersebut tersedia secara umum atau dibiayai
oleh umum, layanan-layanan tersebut, karena alasan politis atau sosial, berada di bawah
pengaturan/regulasi yang lebih tinggi dari pada peraturan yang berlaku untuk sektor ekonomi.
Dalam Undang-Undang Pelayanan Publik terdapat pengertian “pelayanan publik
adalah kegiatan atau ragkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga Negara dan penduduk atas barang,
jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan
publik”. 10 Penyelenggaraan pelayanan publik yang selanjutnya disebut penyelenggaraan
adalah setiap institusi penyelenggaraan Negara, korporasi, lembaga independen yang
dibentuk berdasarkan undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik dan badan hukum lain
yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan publik. 11
Dengan dijalankannya mekanisme merekonstruksi hukum administrasi Negara yang
mengatur penyelenggaraan pelayanan publik. Melalui mekanisme ini akan tercipta pelayanan
yang berkeadilan serta meningkatkan posisi warga, tidak saja sebagai pengguna pelayanan
saja tetapi juga sebagai pihak yang akan lebih berposisi tawar (bargain) yang lebih baik untuk
mendapatkan jasa pelayanan yang lebih baik. Tanggung jawab bersama yang dikembangkan
melalui ruang partisipasi masyarakat dengan model pelibatan para fihak tersebut diatas juga
9
10
Lijan Poltak Sinambela, Op.Cit, hlm 5
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan
Publik
11
Ibid
Universitas Sumatera Utara
dapat diharapkan akan merangsang penyelenggaraa pelayanan publik untuk mengembangkan
dan memperluas kompetensi aparaturnya agar senantiasa dapat melaksanakan tugas
pelayanan
dengan
baik.
Model
penyediaan
ruang
partisipasi
masyarakat
dalam
merekonstruksi hukum administrasi Negara yang mengatur penyelenggaraan pelayanan
publik, diharapkan akan mampu memberi pembelajaran kepada masyarakat untuk lebih
bertanggung jawab dalam proses demokrasi yang sedang berjalan. Model partisipasi dalam
rekonstruksi hukum administrasi Negara mengatur penyelenggaraan pelayanan publik yang
mengedepankan tanggung jawab bersama, para pihak diharapkan senantiasa mengembangkan
pencarian alternatif secara positif berkait sistem pengaturan, sistem penyelenggaraan, dan
kewajiban berswasembada untuk tidak bergantung kepada pihak luar. Pemberian insentif
kepada penyelenggara dan pengguna pelayanan dapat dikembangkan melalui forum pelibatan
para pihak dalam ruang partisipasi masyarakat. Standar Pelayanan Publik yang
dikonstruksikan lewat proses yang secara responsif melibatkan partisipasi masyarakat lokal,
yang pada hakikatnya merupakan kontak pelayanan antara pemerintah daerah dan masyarakat
setempat, akan lebih mampu mengatasi berbagai masalah resistensi didaerah dari pada
aturan-aturan serupa yang ditetapkan secara sentral, yang oleh sebab itu juga perlu
dipertimbangkan dengan sungguh-sungguh oleh para pejabat yang berwenang.
Pengaturan hukum administrasi Negara yang penyelenggaraan pelayanan publik yang
dibangun dengan komitmen bersama akan menghasilkan kebijakan dan aturan yang
mencerminkan moralitas kerja sama. Perilaku penyelenggaraan pelayanan publik dan
masyarakat pengguna pelayanan publik akan tunduk pada prinsip-prinsip dan kebijakan yang
telah disepakati. Sebagai Negara kesejahteraan, tugas pemerintah dalam menyelenggarakan
kepentingan umum menjadi sangat luas. Untuk itu diperlukan adaya keleluasaan untuk
bergerak dalam administrasi Negara sesuai dengan kewenangan yang diberikan. Begitu luas
fungsi administrasi Negara dalam Negara kesejahteraan, sehingga semakin luas pula bidang
Universitas Sumatera Utara
tugas yang diemban. Sunaryati Hartono menyatakan sukar untuk dibayangkan suatu Negara
modern saat ini tanpa adanya hukum administrasi Negara. 12
Suatu kenyataan bahwa tidak semua kebijakan yang telah diambil oleh aparat
pemerintah
untuk
menyelesaikan
suatu
permasalahan
tertentu
seringkali
dalam
pelaksanaannya mengakami hambatan sehingga tujuan dikeluarkannya kebijakan tersebut
tidak membuahkan hasil sesuai yang diharapkan. Bahkan tidak sedikit kebijakan yang
diambil oleh aparat pemerintah sama sekali tidak berfungsi/gagal fungsi secara
administrasi. 13
Pada beberapa dekade saat ini, peran masyarakat dalam penyelenggaraan layanan
publik sudah semakin meluas sejalan dengan semakin besarnya peran dunia usaha dalam
kegiatan pemerintahan dan pembanguan, Keberadaan Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2009 tentang Pelayanan Publik memberikan basis legal yang kuat bagi lembaga non
pemerintahan untuk terlibat dalam penyelenggaraan layanan publik, korporasi, organisasi
sosial kemasyarakatan, dan organisasi non pemerintahan lainnya dapat terlibat secara aktif
dalam penyelenggaraan layanan publik. Sebagaimana dijelaskan dalam konsep pelayanan
publik sebelumnya bahwa, pelayanan publik dapat diselenggarakan bukan hanya birokrasi
pemerintah tetapi juga dapat dilakukan oleh lembaga-lembaga lain diluar pemerintah
termasuk dunia usaha dan organisasi nirlaba. Keberadaan mereka sebagai penyelenggara
layanan publik penting untuk dipelihara sebagai pilihan penyelenggara bagi warga pengguna
agar mereka dapat memilih Pelayanan Publik sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya.
Secara umum Pelayanan Publik yang diselenggarakan oleh pemerintah, yang cenderung
seragam dan massif, sering kurang mampu menjawab kebutuhan warga yang beragam dalam
12
Sunaryati Hartono, Beberapa Pikiran Mengenai Suatu Peradilan Administrasi Negara di Indonesia,
(Bandung: Bina Cipta, 1976), hal. 8.
13
Jawade Hafidz, Malfungsi HAN Dan Upaya Melakukan Rekonstruksi Sistem Hukum Yang Ada
Menuju Hukum Yang Melayani, Jurnal Hukum, Vol XXVIII, No. 2, Desember 2012, (Bandung: Fakultas
Hukum Unissula, 2010), hal 17.
Universitas Sumatera Utara
jenis dan kualitas. Korporasi dan organisasi nirlaba sering lebih mampu menjawab dinamika
kebutuhan masyarakat yang semkain tinggi dan kompleks. 14
F. Metode Penelitian
Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini terdiri dari :
1. Sifat / Jenis Penelitian
Sifat / Jenis Penelitian yang dipergunakan dalam menyelesaikan skripsi ini adalah bersifat
deskriptif analisis mengarah kepada penelitian yuridis normatif, yaitu suatu penelitian
yang dilakukan atau ditujukan hanya pada peraturan yang tertulis atau bahan hukum lain.
2. Sumber data
Materi dalam skripsi ini diambil dari data sekunder. Adapun data sekunder yang dimaksud
adalah :
a.
Bahan Hukum Primer
Bahan hukum Primer yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat. Bahan hukum primer,
terdiri dari : 15
1) Norma
2) Peraturan dasar
3) Undang-undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.
b.
Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai hukum
bahan hukum primer, 16 seperti : hasil-hasil penelitian, artikel, hasil-hasil seminar atau
pertemuan ilmiah lainnya dari kalangan pakar hukum.
14
Agus Dwiyanto, Manajemen Pelayanan Publik; Peduli, inklusif dan kolaboratif.(Yogyakarta:
Gadjah Mada Uninersity Press, 2010), hal 58-59
15
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), hal 185
Universitas Sumatera Utara
c. Bahan Hukum Tersier
Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan atau petunjuk
terhadap terhadap bahan hukum primer dan sekunder. 17 Bahan hukum tersier
merupakan bahan hukum penunjang yang mencakup bahan yang memberi petunjukpetunjuk maupun penjelasan terhadap hukum primer dan sekunder, serta bahan-bahan
primer, sekunder tersier (penunjang) diluar bidang hukum, misalnya yang berasal dari:
Sosiologi, Ekologi, Teknik, Filsafat, dan lainnya yang dipergunakan untuk
melengkapi atau menunjang data peelitian. 18
3.
Alat Pengumpulan Data
Alat yang dipergunkan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah melalui
studi pustaka (library research), 19 dan selain itu untuk mendukung penelitian, juga dilakukan
penelitian lapangan yaitu mengadakan wawancara dengan informan yaitu Kepala Desa Pudun
Julu Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua.
4.
Analisis Data
Data yang berhasil dikumpulkan, data sekunder, kemudian diolah dan dianalisa
dengan mempergunakan teknik analisis metode kualitatif, yaitu dengan menguraikan semua
data menurut mutu, dan sifat gejala dan peristiwa hukumnya melakukan pemilahan terhadap
bahan-bahan hukum relevan tersebut diatas agar sesuai dengan masing-masing permasalahan
yang dibahas dengan mempersatukan bahan hukum yang ada. 20 Data yang diperoleh
berdasarkan kenyataan yang ada di Desa Pudun Julu Kecamatan Padangsidimpuan
16
Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Penerbit Rajawali
Pers, 2013) hal 118 dan 119
17
Ibid
18
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif : Suatu Tinjauan Singkat, (Jakrta :
Penerbit Rajawali Pres, 2013), hal 41
19
Bambang Sunggono, Op.Cit, hal 35
20
Edy Ikhsan dan Mahmul Siregar, Metode penelitian dan Penulisan Hukum Sebagai Bahan Ajar
(Medan : Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2009), hal.24-25
Universitas Sumatera Utara
Batunadua, kemudian dikaitkan dengan penerapan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dibahas, dianalisa, kemudian ditarik kesimpulan yang akhirnya digunakan untuk
menjawab permasalahan yang ada.
G. Sistematika Penulisan
Skripsi ini diuraikan dalam 5 bab, dan tiap-tiap bab terbagi atas beberapa sub-sub,
untuk mempermudah dalam memaparkan materi dari skripsi ini yang dapat digambarkan
sebagai berikut :
BAB I
:
PENDAHULUAN
Bab ini merupakan gambaran umum yang berisi tentang Latar Belakang
Masalah, Perumusan Masalah, tujuan dan Manfaat Penulisan, Keaslian
Penulisan, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
BAB II
:
PELAKSANAAN PELAYANAN PUBLIK DI DESA PUDUN JULU
KECAMATAN PADANGSIDIMPUAN BATUNADUA
Bab ini berisikan tentang pengertian pelayanan publik, standar pelayanan
publik dan instansi penyelenggaraan pelayanan publik.
BAB III :
PELAKSANAAN PELAYANAN PUBLIK DI KANTOR KEPALA DESA
PUDUN JULU KECAMATAN PADANGSIDIMPUAN BATUNADUA
Bab ini berisikan tentang Gambaran umum Desa Pudun Julu Kecamatan
Padangsidimpuan Batunadua, Jenis-jenis Pelayanan Publik di Kantor Kepala
Desa
Pudun
Julu
kecamatan
Padangsidimpuan
Batuadua,
kinerja
penyelenggaraan pelayanan publik di Desa Pudun Julu Kecamatan
Padangsidimpuan Batunadua
Universitas Sumatera Utara
BAB IV :
HAMBATAN DAN SOLUSI DALAM PELAKSANAAN PELAYANAN
PUBLIK DI KANTOR KEPALA DESA PUDUN JULU KECAMATAN
PADANGSIDIMPUAN BATUNADUA
Bab ini berisi tentang hambatan dalam penyelenggaraan pelayanan publik di
Kantor Kepala Desa Pudun Julu Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua,
solusi dalam mengatasi hambatan penyelenggaraan pelayanan publik di Kantor
Kepala Desa Pudun Julu Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua dan Upaya
Pemerintah Desa dalam meningkatkan Pelayanan publik.
BAB V
:
KESIMPULAN DAN SARAN
Merupakan bab penutup dari seluruh rangkaian bab-bab sebelumnya, yang
berisikan kesimpulan yang dibuat berdasarkan uraian skripsi ini, yang
dilengkapi dengan saran-saran.
Universitas Sumatera Utara
Download