SELF DISCLOSURE-BASED FAMILY COUNSELING THEORY TO ENHANCE HARMONY MULTICULTURAL FAMILY BACKGROUND Ratih Christiana [email protected] IKIP PGRI MADIUN ABSTRACT Self disclosure theory is the basis for the establishment of disclosure of communication, using writing method that takes data from field studies and literature. Background muktikultural is the one that causes the inability to manage harmony, will result in far-reaching impact for the sustainability of the family in the face of the adjustment. The purpose of writing: to improve family harmony, multicultural backgrounds. A family counselor becomes a driving force in mediating the multicultural family background, but the fact the field is still a lot of problems of mismatch between the roles and functions of members of the family, one of the solutions to overcome this by self-disclosure-based family counseling theory. Through socialization of family counselors and habituation honest and able to express themselves in any condition. With family counseling theory-based self disclosure expected multicultural family background can enhance harmony in family life. Keywords: family counceling, self disclosure theory, harmony multicultural keluarga besar pasti mendambakan kejujuran dan keterbukaan dari masing-masing anggota keluarga. Fenomena yang berkembang di lapangan seiring perkembangan peradaban dan kebudayaan, terutama sejak IPTEK berkembang secara pesat, baik yang bersifat positif maupun negative. Kehidupan keluargapun banyak mengalami perubahan dan berada jauh dari nilai-nilai keluarga yang sesungguhnya. Banyak terjadi salah paham dalam komunikasi dan tidak mampu 1. PENDAHULUAN Keluarga pada hakikatnya merupakan satuan terkecil sebagai inti dari suatu sistem sosial yang ada di masyarakat. Sebagai satuan terkecil, keluarga merupakan miniatur dan embrio berbagai unsur system sosial manusia. Suasana keluarga yang kondusif akan menghasilkan warga masyarakat yang baik karena dalam berkeluargalah seluruh anggota keluarga belajar berbagai dasar kehidupan masyarakat. Setiap Keluarga baik itu nuclear family (keluarga inti) atau 287 288 Proceedings International Seminar FoE (Faculty of Education) – Vol. 1 Mei 2016 mengungkapkan apa yang menjadi keluh kesah maupun kegundahan hatinya. Dalam kondisi masa kini, yang ditandai dengan modernisasi dan globalisasi, banyak pihak yang menilai bahwa kondisi kehidupan masyarakat dewasa ini berakar dari kondisi kehidupan dalam keluarga (Setiawati, 2009) Bertolak dari penjelasan diatas, dibutuhkan alternatif solusi yang kreatif dan inovatif yang dapat membentuk suasana keterbukaan dalam keluarga agar masing-masing anggota keluarga memiliki komunikasi yang efektif . Salah satu solusi alternative adalah dengan self disclosure theory atau proses pengungkapan diri yang telah lama menjadi fokus penelitian dan teori komunikasi mengenai hubungan, merupakan proses mengungkapkan informasi pribadi kita kepada orang lain dan sebaliknya. Sidney Jourard (1971) menandai sehat atau tidaknya komunikasi antar pribadi dengan melihat keterbukaan yang terjadi dalam komunikasi. Mengungkapkan yang sebenarnya mengenai diri kita kepada orang lain yang juga bersedia mengungkapkan yang sebenarnya tentang dirinya, dipandang sebagai ukuran dari hubungan yang ideal. Apabila komunikasi antara dua orang berlangsung dengan baik, maka akan terjadi disclosure yang mendorong informasi mengenai diri masingmasing ke dalam kuadran “terbuka” yang berarti diri sendiri tahu siapa dirinya dan orang lainpun juga memahami siapa dirinya. Ahli lain Joseph Luft (Reardon; 1987;163) mengemukakan teori self disclosure yang didasarkan pada model interaksi manusia, yang disebut Johari Window. Menurut Luft, orang memiliki atribut yang hanya diketahui oleh dirinya sendiri, hanya diketahui oleh orang lain, diketahui oleh dirinya sendiri dan orang lain dan tidak diketahui oleh siapapun. Jenisjenis pengetahuan ini menunjuk pada keempat kuadran dari Johari Window. Idealnya, kuadran satu yang mencerminkan keterbukaan akan semakin membesar atau meningkat. Dengan adanya self disclosure tersebut diharapkan dapat membina hubungan suami istri, kebersamaan akan timbul dan setiap konflik yang dialami dapat dilalui dengan baik. Pasangan suami istri pun dapat mengaplikasikan konsep Johari Window dengan self disclosure theory dalam upaya membina hubungan baik dengan pasangannya. Tujuan penulisan ini yaitu untuk memberikan alternative solusi dalam meningkatkan keharmonisan keluarga yang berlatar belakang multikultural. Manfaat dari karya ini adalah Ratih Christiana. Self Disclosure Based Family Counseling Theory... untuk membantu pemerintah dalam implementasi Peraturan perundangan tentang perkawinan yaitu Undang-undang Republik Indonesia nomor 1 Tahun 1974 dengan menerapkan ketentuan dan larangan dalam pernikahan serta memperoleh solusi untuk menciptakan keluarga yang harmonis melalui self discluosure theory, memaksimalkan fungsi dan peran masing-masing anggota keluarga sebagai pribadi yang berkarakter dengan melakukan respon intern sosial dalam bentuk karya tulis yang bertujuan memberikan kontribusi untuk perubahan lebih baik pada keluarga berlatar belakang multikultural. 2. PEMBAHASAN MASALAH Keluarga yang ideal senantiasa berlandaskan pada keharmonisan rumah tangga. Menurut ajaran Islam, rumah tangga yang ideal adalah rumah tangga yang diliputi sakinah (ketentraman jiwa), mawaddah (rasa cinta), rahmah (kasih sayang). Keharmonisan, menurut Mubarok (2002:87) adalah keadaan yang selaras, serasi, atau cocok. Menurut Destia dalam Walgito (2010:49), keharmonisan adalah bilamana seluruh anggota keluarga merasa bahagia yang ditandai dengan terpenuhinya hak dan kewajiban dalam rumah tangga, terjalinnya hubungan 289 kekeluargaan yang baik, ramah dan kasih sayang baik terhadap istri dan anak dan berkurangnya ketegangan, kekecewaan dan puas terhadap seluruh keadaan dan keberadaan dirinya (eksistensi dan aktualisasi diri) yang meliputi aspek fisik, mental, emosi dan sosial. Keadilan dan pergaulan yang baik dalam keluarga antara suami dan isteri adalah landasan utama untuk membentuk keluarga yang bahagia sejahtera. Untuk itu harus memperhatikan beberapa aspek di bawah ini : a. Ilmu agama dan keimanan keluarga, tiang penyangga utama rumah tangga adalah agama dan moral. Rumah tangga hendaknya bersih dari segala bentuk kesyirikan dan tradisi jahiliyah, serta semarak dengan aktifitas ibadah. b. Mempunyai waktu bersama keluarga, pasangan pernikahan yang lebih sering menikmati kebersamaan dan berbagi perasaan yang positif akan lebih mampu serta terampil dalam mengelola konflik yang terjadi, sekaligus memantapkan kebersamaan visi tentang masa depan pernikahan mereka c. Mempunyai komunikasi yang baik antara suami isteri atau anggota keluarga, komunikasi dan dialog yang intensif serta sehat antara suami istri memang menjadi salah satu 290 Proceedings International Seminar FoE (Faculty of Education) – Vol. 1 Mei 2016 kunci keharmonisan rumah tangga. Komunikasi dapat dijadikan sebagai seni untuk memengaruhi oranglain, termasuk seni untuk membahagiakan pasangan. d. Komitmen bersama yang meliputi saling percaya, menghargai, berbagi, menerima, memaafkan, bersikap terbuka, berfikir positif, intropeksi, sabar dan syukur. e. Mengatasi berbagai macam krisis yang mungkin terjadi dengan cara positif dan konstuktif, dengan demikian maka akan menimbulkan kualitas dan kuantitas konflik yang minim. f. Adanya hubungan atau ikatan yang erat antar anggota keluarga. Apabila dalam suatu keluarga tidak memiliki hubungan yang erat maka antar anggota keluarga tidak ada lagi rasa saling memiliki dan rasa kebersamaan akan kurang. Sesuai dengan kodrat yang dimiliki oleh manusia bahwa manusia diciptakan sebagai individu dan makhluk sosial. Sebagai individu, manusia diciptakan dengan ciri yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Dengan demikian, manusia atau individu dapat dikenali oleh orang lain dengan mengenal ciri-ciri tertentu yang dimilikinya. Definisi kultural dapat didekati dari bebrapa macam pendekatan. Pendekatan itu misalnya pendekatan antropologi, psikologi, dan pendidikan. Sifat kultural bersifat universal (umum) dan yang khas (unik). Namun dalam hal ini permasalahan sering muncul ketika keluarga yang berlatar belakang multicultural tengah menghadapi ketidaksesuaian pendapat, misalnya : pandangan dalam pola pengasuhan, dan ketidaksamaan konsep antara suami dan istri. Perbedaan tersebut perlu diselesaikan secepatnya kemudian perlu disepakati norma-norma dan nilainilai bersama dalam keluarga. Pasangan tersebut harus menyamakan gambaran ideal mereka tentang sebuah keluarga yang baik bagi mereka berdua. Hal ini tidaklah mudah mengingat mereka berdua dilahirkan dan dibesarkan dalam keluarga yang cukup berbeda bahkan mungkin berlawanan. Setelah itu perlu juga dilakukan self disclosure theory dan Structural Family Therapy. Pasangan tersebut harus menciptakan struktur keluarga mereka yang baru dimana tidak ada pihak yang merasa dirugikan. Sturuktur yang baru ini diharapkan menjadi penyelesaian atas kebingungan struktur yang terjadi selama ini. Ratih Christiana. Self Disclosure Based Family Counseling Theory... Masalah yang timbul dari perbedaan budaya adalah sebagai berikut: 1. Sulitnya meyakinkan keluarga 2. Penyesuaian budaya dari pasangan 3. Benturan kebudayaan 4. Ketersinggungan pasangan terhadap budaya pasangannya 5. Susah untuk bersatu 6. Ketakutan kehilangan identitas keturunan Teori yang relevan dengan temuan diatas adalah teori Self disclosure. Teori ini dikenalkan oleh joseph duft (1996), yang menekankan bahwa setiap orang bisa mengetahui dan tidak mengetahui tentang dirinya maupun orang lain. Self disclosure adalah suatu jenis komunikasi, pengungkapan informasi tentang diri sendiri baik yang disembunyikan maupun yang tidak disembunyikan. Self disclosure sangat penting dalam komunikasi terutama dalam konteks membina dan memelihara hubungan dalam keluarga. Self disclosure dapat membantu komunikasi menjadi efektif, menciptakan hubungan yang lebih bermakna dan juga bagi kesehatan untuk mengurangi stress. Keterbukaan diri (self disclosure) seseorang dapat menentukan tahap hubungan interpersonal seseorang dengan individu lainnya. Tahap hubungan tersebut dapat dilihat dari tingkat keluasan dan kedalaman topik 291 pembicaraan. Ada individu yang terlalu membuka diri yang disebut dengan over disclosure, yaitu menginformasikan segala hal tentang dirinya kepada siapapun. Sedangkan individu yang terlalu menutup dirinya kepada siapapun disebut under disclosure yaitu jarang sekali membicarakan dirinya kepada orang lain. Self disclosure juga disebut sebagai membuka diri atau penyingkapan diri. Penyingkapan diri adalah membeberkan informasi tentangdiri sendiri. Banyak hal yang dapat diungkapkan tentang diri melalui ekspresi wajah, sikap tubuh, pakaian, nada suara, dan melalui isyarat-isyarat non verbal lainnya yang tidak terhitung jumlahnya, meskipun banyak di antara perilaku tersebut tidak disengaja, namun penyingkapan diri yang sesungguhnya adalah perilaku yang disengaja. Penyingkapan diri tidak hanya merupakan bagian integral dari komunikasi dua orang, penyingkapan diri lebih sering muncul dalam konteks hubungan dua orang dari pada dalam konteks jenis komunikasi lainnya. Dalam proses komunikasi, anggota keluarga berperan sebagai komunikator dan komunikan. Komunikasi berlangsung secara rileks, nyaman dan santai. Sehingga memudahkan keluarga yang berbeda etnis dalam berinteraksi, baik menggunakan bentuk 292 Proceedings International Seminar FoE (Faculty of Education) – Vol. 1 Mei 2016 komunikasi verbal maupun nonverbal. Komunikasi dalam bentuk verbal dan non verbal pada keluarga beda etnis, disini juga sebagai alat ukur atau sebagai bentuk komunikasi yang terjalin dimana komunikasi nonverbal digunakan untuk memperjelas komunikasi verbal yang dalam prakteknya menggunakan bahasa tubuh dan symbol-simbol yang digunakan.Dalam kaitannya dengan komunikasi keluarga beda etnis self disclosure berperan sangat penting dalam proses penanganan konflik yang terjadi pada masing - masing individu. Salah satu manfaat dari pengungkapan diri adalah mampu mendapatkan prespektif baru tentang diri sendiri dan pemahaman yang lebih mendalam mengenai prilaku diri sendiri. Dalam manghadapi masalah atau kesulitan, saling berbagi perasaan pada orang lain tentang masalah yang dihadapi, berharap mendapat penjelasan dan pemahaman dari orang lain sehingga pikiran akan menjadi jernih dan tenang untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi. Dengan sudut pandang sendiri akan cenderung menggunakan ukuran yang idealistis menurut diri sendiri, dengan mengkomunikasikannya pada orang lain akan mendapatkan informasi tentang kebenaran dari pandangan diri sendiri, persetujuan, dukungan atau sebaliknya. 3. SIMPULAN DAN REKOMENDASI Keluarga yang berlatarbelakang multikultural dibutuhkan kemampuan pengungkapan untuk membangun serta mengembangkan potensi masing- masing anggota keluarga untuk menghadapi kemajuan IPTEK dan persaingan global. Seorang individu di tuntut untuk jujur dan terbuka dalam kondisi apapun.maka dari itu perlu di bentuk jiwa berani mengakui kesalahan serta tanggung jawab yang baik agar harmonisasi keluarga berlatar belakang multikultural dapat terjalin. Membentuk keluarga harmonis yang mempunyai jiwa jujur dan terbuka diperlukan kemampuan dan ketrampilan disclosure untuk mempersiapkan anggota keluarga yang saling jujur dan terbuka agar kelak nantinya saat mereka mengalami permasalahan dalam keluarga ataupun diluar keluarga mampu bersikap jujur dan kembali berani mengungkapkan apa yang ada di dalam hatinya dengan rasa tanggung jawab. Agar program ini dapat diadopsi dan dipraktekkan di lapangan dibutuhkan kerjasama kepada semua pihak yang terlibat dan uji coba di lapangan, untuk mengukur keberhasilan program ini, Pelaksanaan program dilaksanakan dengan sosialisasi serta membiasakan diri dengan Ratih Christiana. Self Disclosure Based Family Counseling Theory... sikap self disclosure, selain itu diperlukan kesepahaman dan komitmen yang kuat antara semua pihak yang terlibat. Beberapa cara yang dapat dilakukan diantaranya: a. Musyarawarah dan koordinasi untuk menentukan kebijakan arah gerak dari program ini, b. Dibuatnya Memorandum of 293 Understanding (MoU) diantara pihak-pihak yang terlibat, dimana didalamnya tertuang poin-poin kesepakatan yang harus dijalankan dan dipatuhi bersama, c. Perlunya diadakan evaluasi pelaksanaan program ini oleh berbagai pihak yang terlibat. DAFTAR PUSTAKA DEPAG RI DITJEN BIMAS Islam. 2004. Pedoman Konseling Perkawinan. Jakarta : DEPAG RI DITJEN BIMAS Islam dan Penyelanggara Haji Proyek Peningkatan Kehidupan Keluarga Sakinah. Mubarok, Achmad. 2002. Nasehat Perkawinan Untuk Calon Mempelai, Mempelai Baru dan Mempelai Lama. Jakarta : Bina Rena Pariwara. Sailam. 1987. Petunjuk Pelaksanaan Penasihatan dan Konsultasi Perkawinan. Jakarta : BP4 Pusat. Walgito, Bimo. 2010. Bimbingan dan Konseling Perkawinan. Yogyakarta : Andi