Permainan Anak sebagai Ide Kreatif Perancangan Karya Tari Anak Usia Dini Penulis: Warananingtyas Palupi1 Artikel ini merupakan hasil penelitian tentang Perancangan Karya Seni Tari Anak Usia Dini (AUD) ini bertujuan untuk menemukan formulasi tertentu yang dapat membantu guru maupun calon guru PAUD untuk merancang tari anak usia dini secara mandiri walaupun mereka tidak memiliki keahlian ataupun pendidikan khusus tentang penciptaan tari seperti yang diperoleh akademisi lembaga pendidikan seni. Formulasi yang dapat dijadikan pedoman perancangan karya tari anak usia dini: (1)Mencari dan menggali ide kreatif; menentukan Tema; disesuaikan dengan tema anak usia dini: Binatang, Alam Sekitar, Permainan Menemukan inovasi:memikirkan ide kreatif yang menarik, pengolahan properti kukusan, melakukan improvisasi: muncul secara spontan ide-ide lain yang mendukung tema tarian. memikirkan berbagai kemungkinan gerak, motivasi: mulai memilih dan memilah dari apa yang dieksplorasi tadi dipikirkan mana yang menjadi kekuatan ide yang akan ditonjolkan dan menjadi ciri khas tertentu untuk membuat garapan menarik: mengeksplorasi motif-motif gerak dengan kukusan, memberikan judul karya tari: disesuaikan dengan tema, ide kreatifnya, atau bisa menggunakan judul dari property yang dipergunakan; Dolanan kukusan (2) Menentukan ide Inspiratif Menentukan Gaya tari: gaya tradisional jawa, gaya modern, ataukah perpaduan antara keduanya, merancang iringan musik disesuaikan dengan gerakan yang telah ditemukan. Musik diupayakan dapat menguatkan suasana, memberi dinamika, membangkiitkan emosional, dan mampu mendukung ekspresi gerak dan wajah penari AUD, rias dan busana, pemilihan busana ini agar memudahkan melakukan gerakan, casting/ pemilihan penari, untuk AUD guru harus merancang tarian yang sesuai dengan karakter anak. (3) Melakukan eksplorasi: Proses studio untuk menuangkan ide kreatif dan ide inspirati gerak, melakukan variasi dengan berbagai kemungkinan garap; arah hadap, level, putaran, maju mundur, selang-seling, volume, dinamika, pengelompokan, komposisimenerapkan berbagai aspek komposisi dalam desain kelompok, menata pola: / desain garap, menyempurnakan struktur garap. Kata kunci: perancangan, karya, tari, AUD, 1 Pengajar Seni Tari Anak Usia Dini di PG PAUD FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta Pendahuluan Seni tari yang telah berkembang dewasa ini mulai diperhitungkan keberadaannya di dunia pendidikan, namun sistematika dan perkembangan pencapaian tingkat pembelajaran masih belum banyak dikaji dan dikembangkan secara maksimal. Pembelajaran Seni tari di Jawa pada awalnya hanya dikembangkan di keraton-keraton untuk kepentingan upacara ritual dan hiburan, namun lebih jauh lagi seni tari ini dipergunakan sebagai sarana dalam pembentukan sikap dan kepribadian bangsawan keraton serta sebagai upaya pemahaman terhadap jati diri masing-masing. Dewasa ini bangsa kita banyak mengalami degradasi moral, anak-anak semakin tidak mengenal akar budayanya, orang tua terlarut dengan modernisasi berlomba-lomba mengenalkan anak-anak mereka pada budaya barat yang sesungguhnya tidak lebih adi luhung dibandingkan dengan yang dimiliki bangsa Indonesia. Diperlukan usaha serius untuk membawa generasi penerus bangsa ini kembali mengenal dan memahami nilai budaya leluhur. Salah satunya adalah dengan memperkenalkan seni tari sejak usia dini, karena dengan mengajarkan anak-anak menari dapat diperperoleh beberapa manfaat yang penting antara lain: (1) Seni tari sebagai media pengenalan fungsi dan mekanisasi tubuh; (2) Seni tari sebagai Media Pembentukan Tubuh (body forming); (3)Seni Tari Sebagai media sosialisasi diri; (4) Seni tari sebagai media pengenalan prinsip pengetahuan Ilmu Alam; (5) Seni tari sebagai media menumbuhkan kepribadian; (6) Seni Tari sebagai Media pengenalan karakteristik; (7) Seni Tari sebagai media komunikasi non verbal dan komunikasi estetik; (8) Seni tari sebagai media pemahaman nilai budaya (Hidajat, 2005). Anak usia dini memiliki ciri dan karakteristik tertentu yang unik, walaupun terkesan sederhana dan mudah untuk membuat suatu karya tari anak perlu diperhatikan beberapa ciri khusus terkait dengan gerak, musik kostum dan pola lantai. Guru-Guru PAUD saat ini dituntut tidak hanya memiliki kemampuan paedagogik berkaitan dengan pengambangan bidang afektif dan kognitif peserta didiknya, namun juga harus pula memiliki kemampuan untuk mengoptimalkan kemampuan fisik motorik anak usia dini pula. Selain melalui kegiatan bermain dan aneka kegiatan fisik lainnya seni tari juga dapat dipergunakan untuk mengenalkan anak usia dini pada akar budaya lokal. Seorang guru PAUD juga dituntut untuk memiliki kemampuan untuk merancang tari sederhana yang sesuai dengan karakteristik Anak Usia Dini (AUD) Secara khusus penelitian ini bertujuan menemukan formulasi tertentu yang dapat membantu guru maupun calon guru PAUD untuk merancang tari anak usia dini secara mandiri walaupun mereka tidak memiliki keahlian ataupun pendidikan khusus tentang penciptaan tari di bangku formal. Upaya mencari sajian tari AUD yang atraktif dan estetis memerlukan adanya eksperimentasi konsep maupun teknik perancangan tarinya.Penggarapan koreografi, musik iringan tari, tata rias dan busana, pola lantai dan setting panggung haruslah memenuhi ciri-ciri khusus yang harus sesuai dengan karakteristik AUD. Permainan untuk meningkatkan kecerdasan majemuk AUD Anak usia dini dengan rentang usia 0-8 tahun memiliki karakteristik yang khas, baik dalam hal sikap, perhatian, minat, maupun kemampuan dalam mempelajari sesuatu. Segala yang dilihat, didengar, dan dirasakan akan mengendap dan membangun struktur kepribadian anak. Masa golden age merupakan masa emas perkembangan anak, pada masa ini anak belajar dan menyerap segala hal. Kegiatan pembelajaran pada lembaga PAUD mengutamakan bermain sambil belajar dan belajar sambil bermain. Soegeng Santoso, seorang ilmuwan di bidang pendidikan anak usia dini berpendapat bahwa bermain atau permainan adalah suatu kegiatan atau tingkah laku yang dilakukan anak secara sendiri atau berkelompok dengan menggunakan atau tidak menggunakan alat untuk mencapai tujuan tertentu. (Soegeng Santoso dalam Kamtini 2005). Hurlock mengartikan bahwa bermain adalah setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya, tanpa mempertimbangkan hasil akhir, tanpa adanya paksaan atau tekanan dari luar dan dilakukan secara sukarela (Kamtini 2005). Anggani Sudono mengatakan bahwa, bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukandengan atau tanpa menggunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi anak. Permainan merupakan sumber energi, ekspresi personalitas bagi perkembangan anak-anak, serta dapat menjadi stimulus untuk merangsang multiple intelligences anak. Kegiatan permainan memungkinkan anak-anak untuk bisa bebas berimajinasi, bereksplorasi dan mencipta sesuatu. Apabila seorang anak tidak terpenuhi kebutuhannya akan bermain, maka akan ada satu tahapan perkembangan yang berfungsi kurang baik yang dapat dilihat ketika ia remaja. (Conny R. Semiawan dalam Musfiroh, 2005: 1) Permainan yang di Jawa dikenal dengan dolanan dirancang tidak hanya untuk melatih kecerdasan linguistik dan kecerdasan musikal seorang anak, namun juga bisa dipergunakan sebagai alat untuk meningkatkan kecerdasan badani-kinestetik. Dapat dibuktikan dengan ketika permainan berlangsung anak tidak hanya diam, tapi juga bergerak sesuai ritme dan irama lagu dolanan dan melakukan gerak sedemikian rupa. Melakukan gerakan menari dengan bebas dapat meningkatkan partumbuhan motorik anak, memberi kesempatan untuk pertumbuhan fisik yang lebih sempurna, secara otomatis juga mengembangkan mental, sekaligus memperkaya pengalaman estetis anak. Pembelajaran seni tari untuk anak usia dini juga memberikan sumbangan ke arah self confidence (percaya diri), menumbuhkan inisiatif untuk mengkritik, memimpin dan bersosialisasi, membina daya imajinasi kreatif anak, melatih cara berpikir, berbuat dan menilai, memberikan sumbangan pada perkembangan kepribadian anak, membantu menyesuaikan emosional, menghilangkan perasaan terikat, takut, memberikan rasa kepercayaan dan dorongan bagi anak untuk selalu berbuat positif. Peran guru sebagai agen inovasi yang melahirkan pemahaman baru terhadap perkembangan dunia pendidikan yang berpengaruh terhadap terminologi perkembangan anak sangatlah diperlukan. Karakter Gerak Anak Usia Dini Anak usia dini adalah anak-anak dari kelompok usia 0-8 tahun yang memiliki perilaku dan karakter yang berbeda dengan orang dewasa. Secara garis besar karakteristik anak usia dini antara lain; unik, egosentris, aktif dan enegik, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, eksploratif dan berjiwa petualang, mengekspresikan perilaku secara spontan, kaya fantasi namun mudah frustasi, kurang pertimbangan dalam melakukan sesuatu, memiliki daya perhatian yang masih pendek, dan memiliki gairah belajar pada pengalaman nyata (Wahyuningsih, 2010). Masa usia 1-3 tahun yang biasa disebut toddler merupakan rentang usia saat anak senang mengeksplorasi ruangan, naik dan turun dari kursi,menyelusup dan berdiam di ruang-ruang yang sempit, melakukan gerakan sederhana seperti bertepuk tangan, berjinjit, melompat, berjongkok sambil bernyanyi. Preschool dimulai dari usia 3 sampai 5 tahun merupakan masa anak usia dini mulai mempunyai kemampuan bersosialisasi, mulai bisa mengontrol gerak motorik kasar,menyukai aktivitas berpindah tempat,adu cepat dalam berlari bersama temannya, melompat dengan dua kaki bersamaan,melakukan gerakan menari secara spontan sesuai kehendak hatinya ketika mendengar bunyi musik, sudah dapat memilih kegiatan yang disukai ataupun tidak. Berdasarkan kemampuan gerak yang dimiliki tersebut dapat diketahui beberapa karakteristik geraknya yaitu: (1) Imitation (meniru) Anak-anak pada tingkat usia 3-5 tahun memiliki ketrampilan untuk menirukan segala tindakan yang bisa diamati; dari TV, orang lain, binatang dll. (2) Manipulation (Manipulasi) Secara spontan melakukan gerakan seperti yang diamati, namun cenderung menampilkan gerak/sesuatu yang jadi favoritnya sesuai dengan keinginannya. (2) Sederhana dan apa adanya tidak dibuat-buat mengekspresikan gerakan sesuai dengan keinginan hatinya Karakteristik gerak tari Anak Usia Dini Gerak merupakan elemen pokok dalam seni tari yang dapat diartikan sebagai aktivitas perubahan sikap tubuh manusia yang menjadi media paling tua dari manusia untuk merefleksikan keinginan dan spontanitas ungkapan jiwa manusia. Dalam seni tari gerakan dari tubuh manusia yang telah diolah dari gerak keseharian (wantah) menjadi suatu gerakan tertentu yang mengalami stilisasi atau distorsi (Tetty Rachmi, 2008). Tatkala kita berbicara tentang tari Anak Usia Dini maka perlu dipahami bahwa gerak tari yang dimaksudkan bukanlah gerakan yang rumit, dan susah untuk dilakukan. Tari Anak Usia dini merupakan ungkapan ekspresi jiwa manusia yang berupa gerak sederhana yang ritmis dan indah dengan tema-tema dan pendekatan yang disesuaikan dengan tahap perkembangan anak usia 0-8 tahun. Karakteristik gerak tari AUD antara lain: (a) Biasanya bersifat maknawi/bertema (b) Menirukan gerak orang tua dan orang-orang disekelilingnya (c) Kadang meniru gerak binatang (c) Tema tari anak dapat diperoleh dari tema-tema yang disenangi anak-anak (d) Bentuk gerakan biasanya lincah, menggambarkan kegembiraan anak (e) Musik pengiring tari menggambarkan keceriaan dan kegembiraan, bisa berasal dari lagu-lagu sederhana yang mudah diingat (f) Susunan geraknya sederhana dan mudah diingat anak (g) Biasanya dilakukan berulang-ulang (Palupi, 2011). Formulasi Perancangan Karya Seni Tari Anak Usia Dini (AUD) Menyusun rancangan koreografi untuk anak usia dini tentu saja berbeda dengan apabila akan menciptakan atau merancang tari untuk orang dewasa. Ketika merancang tari AUD harus mempertimbangkan kemampuan gerak anak serta fungsi tari sebagai media pendidikan. Bagi guru atau calon guru PAUD yang memiliki keterbatasan skil maupun pengetahuan untuk merancang tari tentu merasa kesulitan untuk dapat merancang karya tari untuk anak usia dini, namun formulasi sederhana berikut ini diharapkan dapat membantu mereka untuk merancang koreografi sederhana untuk AUD: 1. Merancang tari dengan menemukan ide kreatif: Calon Guru PAUD terlebih dahulu mencari dan menentukan tema tarian, menentukan tujuan karya tari dirancang, serta menentukan dalam rangka apa tari disusun, disesuaikan dengan tema-tema yang sesuai dengan usia anakanak, seperti Alam Sekitar, cerita kepahlawanan, Permainan, cerita binatang dan lain sebagainya. Hal selanjutnya yang dilakukan adalah menemukan inovasi, ide kreatif yang menarik untuk garapan tari, diusahakan menemukan ide yang sebelumnya belum pernah dipergunakan orang lain, baik dari segi gerak, kostum, ekspresi dsb. Setelah menemukan ide dan inovasi, akan muncul secara spontan ide-ide lain yang mendukung tema tarian, bisa dikatakan sebagai eksplorasi atau penggalian ide. Selanjutnya muncul motivasi untuk mulai memilih dan memilah dari apa yang dieksplorasi tadi dipikirkan mana yang menjadi kekuatan ide yang akan ditonjolkan dan menjadi ciri khas tertentu untuk membuat garapan menarik. Langkah terakhir adalah menentukan judul karya tari yang disesuaikan dengan tema, ide, dan motivasi kreatifnya, judul juga bisa diambil dari dari property yang dipergunakan. 2. Menggali Ide Inspiratif Menentukan gaya tari yang akan dipergunakan: gaya tradisional jawa, gaya tari bali, gaya tari sunda, gaya modern, dan lain sebagainya. Penentuan gaya 3. a. b. c. d. e. ini tentu mempengaruhi pemilihan jenis dan materi musik iringan tarinya. Musik pengiring tari dalam hal ini haruslah dapat menguatkan suasana, menjadi dinamika, memberi harmonisasi, membangun emosional, intensitas dan ekspresi penari. Tata rias dan busana menjadi hal yang dipikirkan selanjutnya. Konsep tata rias dan busanaharus mendukung ide inspiratif yang melatarbelakanginya. Semisal tema yang dipilih adalah binatang kelinci, maka tata rias dan busananya disesuaikan dan mendukung ide tarian kelinci pula. Menurut Hidajat perancangan tata busana tari anak-anak bisa dilakukan dengan jalan memodifikasi busana tari yang sudah ada tinggal ditambahkan ornamentasi tertentu sesuai dengan tema tarian, sedangkan cara kedua adalah dengan cara membuat konsep yang benar-benar baru baik dari desain, motif maupun potongan bentuknya. (Hidajat,2005). Casting atau pemilihan penari juga tidak bisa diabaikan begitu saja, namun demikian untuk tari AUD terkadang gurulah yang harus menyesuaikan diri merancang tarian yang sesuai dengan karakter peserta didiknya. Melakukan Eksplorasi Melakukan proses studio untuk menuangkan ide kreatif dan ide inspiratif langsung praktek dengan media utama tari yaitu gerak, dalam menggarap gerak tari berhubungan dengan : gerak: mencari dan menemukan sebanyak mungkin gerak yang dapat mengekspresikan semua ide kreatif dan inspiratif dari tema, inovasi, improvisasi, motivasi hingga gaya sebagai inspirasi yang dipilih Variasi: dari semua gerak dianekaragamkan dengan berbagai kemungkinan garap; arah hadap, level, putaran, maju mundur, selang-seling, volume, dinamika, pengelompokan, penokohan dsb.. Komposisi: memperhatikan balancing, proporsi, formasi, level, rampak, contrass, canon, dramatik, dsb Pola: setelah semua hal diatas tersusun dibuat pola/ desain garapnya struktur: Dilihat kembali strukturnya apakah sudah harmonis ataukah masih perlu dipertimbangkan lagi dan disempurnakan. Hasil Penelitian Perancangan Karya Seni Tari AUD Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan pada sejumlah sekolah PAUD/ TK di wilayah Kec. Colomadu Seni tari masuk dalam kegiatan ekstra kurikuler, namun demikian guru pengajar atau Pembina masih didatangkan dari luar lingkungan sekolah dengan latar belakang pendidikan SMKI atau S1 ISI Surakarta jurusan Seni Tari hal ini disebabkan karena dari sisi sumber daya manusia, guru TK/ PAUD tidak memiliki skil untuk menata tari Anak Usia Dini. Keterbatasan skil dan pengetahuan mengenai perancangan tari juga seringkali mempengaruhi rasa percaya diri guru PAUD, mereka beranggapan menata sebuah tarian itu susah dan kalaupun mereka berhasil merancang tari Anak Usia Dini (AUD) belum sesuai dengan ciri dan karakter gerak tari AUD. Berikut ini merupakan proses pengalaman peneliti dalam melakukan proses perancangan karya tari AUD yang dapat dijadikan pegangan awal bagi guru untuk mengembangkan kemampuannya dalam merancang tari anak usia dini secara praktis dan ideal. Formulasi perancangan karya tari anak usia dini terdiri dari beberapa tahapan, yaitu: a) penemuan ide kreatif; b) ide inspiratif; c) Eksplorasi. Formulasi perancangan karya seni tari AUD tersebut diterapkan dalam proses perancangan model karya seni yang berjudul Dolanan Kukusan. a. Mencari dan menentukan ide kreatif tari Dolan Kukusan Langkah pertama yang dilakukan pada tahap ini adalah menentukan tema, dalam hal ini tema yang digunakan sebagai sumber ide adalah permainan. Tema permainan sangat dekat dengan dunia anak-anak dengan demikian ketika diajarkan tarian tersebut dapat dipelajari dengan baik oleh anak usia dini. Selain itu permainan juga dapat mengasah kecerdasan jamak (multiple intelegences) yang dimiliki anak dan menjadi salah satu upaya untuk memaksimalkan kemampuan afektif, psikomotorik dan kognitif anak ketika sudah mulai beranjak dewasa. Langkah selanjutnya adalah mulai memikirkan inovasi apakah kiranya yang hendak dijadikan sebagai daya tarik dalam tari Dolan Kukusan, dan pilihan jatuh pada pengolahan alat kukusan. Alat masak yang dalam bahasa jawa disebut kukusan ini berbentuk kerucut, terbuat dari anyaman bambu, dan dipergunakan untuk menanak nasi dengan cara konvensional. Pemilihan alat ini sebagai properti tari karena elastisitas kukusan yang bisa dimainkan dan diolah hingga bisa menimbulkan berbagai macam bentuk. Alasan lain pemilihan property ini adalah untuk memperkenalkan kepada anak usia dini bahwa sebelum berkembanganya berbagai peralatan elektronik canggih yang digunakan untuk menanak nasi mulai dari rice cooker, dan magic com dengan berbagai merk dan inovasi, kukusan ini dipergunakan untuk menanak nasi secara konvensional.bentuk kerucut kukusan juga merupakan media untuk memperkenalkan bentuk geometri secara kontekstual. Tahapan selanjutnya yang dilakukan peneliti adalah improvisasi. Peneliti memikirkan berbagai kemungkinan gerak dengan mengolah kukusan, muncul ide kukusan akan digunakan sebagai topi orang-orangan sawah, ketika membungkuk dan wajah dimasukkan kedalam kukusan akan menyerupai moncong hewan, ketika diletakkan disamping kanan atau kiri tubuh bisa difungsikan sebagai tenggok atau wadah untuk membawa hasil panen, menjadi bentuk runcing apabila diletakkan di pantat dan berbagai bentuk lain. Berikut ini adalah salah satu contoh hasil improvisasi gerak dengan kukusan. Foto 5. Pose permainan dengan kukusan Gambar 1. Mahasiswa PG PAUD sedang melakukan eskplorasi gerak dengan property kukusan nasi Ragam gerak yang merupakan hasil improvisasi kemudian dipilih dan dipilah. Pada tahap motivasi ini dipikirkan mana yang menjadi kekuatan ide yang akan ditonjolkan dan menjadi ciri khas tertentu untuk membuat garapan menarik. Tema permaianan anak dengan mengeksplorasi property kukusan ini kemudian memunculkan ide untuk memberikan judul karya tari ini “Dolanan Kukusan”. b. Menentukan Ide inspiratif Kemunculan ide kreatif ini dalam perencanaan karya tari bersifat temporal dan dapat berubah setiap saat, oleh karena itu perlu diperhatikan beberapa hal yang dapat mengkoordinasikan ide inspiratif ini setelah sebelumnya menentukan ide kreatif, antara lain: menentukan gaya tari yang digunakan. Tema permainan dengan media / property kukusan yang telah ditentukan sebelumnya diolah atau dibawakan dengan pendekatan gaya tari kreasi baru Jawa. Setelah menentukan pilihan gaya pendekatan Jawa maka akan muncullah gambaran mengenai musik iringan tari yang cocok untuk gaya yang dipilih. Untuk memperkuat suasana, dinamika, ekspresi dan intensitas gerak, pola melodi yang dipergunakan adalah musik sederhana. Pada tahun pertama iringan musik yang digunakan merupakan model musik yang dirancang dengan program Sibellius dalam komputer. Pada tahun kedua penelitian akan dituangkan kedalam gamelan atau alat musik yang lainnya. Pola-pola yang dipergunakan dibuat sesederhana mungkin dengan harapan pola iringan tari ini dapat secara langsung dipraktekkan oleh anak usia dini. Rias dan busana merupakan hal selanjutnya yang diperhatikan untuk dapat mendukung ide kreatif koreografi dan ide inspiratif gaya dan iringan yang telah ditentukan. Tema permainan dan berbagai pola gerak yang ditemukan menuntut fleksibilitas gerak yang tentu harus didukung dengan kostum yang memudahkan dalam melakukan berbagai macam gerakan. b. Eksplorasi. Eksplorasi merupakan proses studio untuk menuangkan ide kreatif dan ide inspiratif gerak: mencari dan menemukan sebanyak mungkin gerak eksplorasi kukusan. Peneliti mencoba beberapa rancangan ragam gerak, dan mendokumentasikannya dengan video. Hal ini dilakukan untuk memudahkan mengingat gerakan serta menata gerakannya. Dari eksplorasi tersebut terdapat beberapa ragam gerak utama yang dapat dikembangkan dalam tarian. Gerak tubuh merupakan unsur utama dalam tari, tatkala kita berbicara tentang tari Anak Usia Dini maka perlu dipahami bahwa gerak tari yang dimaksudkan bukanlah gerakan yang rumit, dan susah untuk dilakukan. Tari Anak Usia Dini merupakan ungkapan ekspresi jiwa manusia yang berupa gerak sederhana yang ritmis dan indah dengan tema-tema dan pendekatan yang disesuaikan dengan tahap perkembangan anak usia 0-8 tahun. Berikut ini adalah tabel pembagian masa perkembangan anak dalam belajar menari: Tabel 2. Pembagian Masa Perkembangan anak dalam menari (Setyowati; 2007;34) No. Usia Kemampuan Syarat Materi tari Contoh Materi Perkembangan Menyerap Tari Anak Materi Tari 1. Usia Bermain Bermain-main Sederhana: gerak Tari permainan, (4-6 tahun) diambil dari kegiatan senam irama, sehari-hari: Gerak dan lagu merangkak, tepuk tangan dll. Praktis: mudah ditirukan, aman, umum dan fleksibel Dinamis: gerakannya bervariasi, tidak membosankan 2. Usia Transisi Hafal Praktis: mudah Tarian dengan (7-9 tahun) Peka ditirukan, aman, menggunakan terhadap umum dan fleksibel. property yang iringan Dinamis: gerakannya menghasilkan bervariasi, tidak bunyi seperti membosankan rebana Ritmis: ada permainan ritme tertentu baik dari gerakan maupun musik pengiringnya; disarankan 3. Usia Belajar (10-12 tahun) Hafal Peka terhadap iringan Bentuk Gerak menggunakan alat bunyi yang menimbulkan ritme tertentu Praktis: mudah ditirukan, aman, umum dan fleksibel. Dinamis: gerakannya bervariasi, tidak membosankan Ritmis: ada permainan ritme tertentu baik dari gerakan maupun musik pengiringnya Estetis: Bentuk, tehnik dan detail gerakan mulai diperhitungkan dan ada tingkat kesulitan tertentu yang ingin dicapai. Tari Puspasari, Egol kenes dll. Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa pada usia 4-6 tahun anakanak masih dalam kelompok usia bermain, oleh karena itu syarat materi tari yang diciptakan untuk anak usia tersebut adalah gerak yang sifatnya bermainmain. Penata menemukan, menginventarisasi sebanyak mungkin gerakan dasar dengan mengolah kukusan, berikut ini adalah gambar-gambar pose gerakan permainan dengan kukusan: Semua motif dan ragam gerak yang dieksplorasi dianekaragamkan dengan berbagai kemungkinan garap; arah hadap, level, putaran, maju mundur, selang-seling, volume, dinamika, pengelompokan, penokohan dan dengan memperhatikan unsur komposisi yang terdiri dari berbagai desain tari yang ada, seperti ; balancing, proporsi, formasi, level, rampak, contrass, canon, dramatik, dan lain sebagainya. Setelah semua hal diatas tersusun maka mulai dibuat pola lantainya. Polis lantai adalah garis-garis lintasan atau formasi yang dilalui seorang penari atau kelompok penari diatas lantai pentas (Soedarsono, 1976). Pola lantai yang dipergunakan untuk tari anak diupayakan sederhana dan jelas sehingga anak-anak dengan mudah mengingat posisi dirinya. Penataan pola bisa berdasarkan level tinggi-rendah, bentuk lingkaran, garis horizontal ataupun berimbang. SIMPULAN Seni tari yang telah berkembang dewasa ini mulai diperhitungkan keberadaannya di dunia pendidikan, namun sistematika dan perkembangan pencapaian tingkat pembelajaran masih belum banyak dikaji dan dikembangkan secara maksimal. Diperlukan usaha serius untuk membawa generasi penerus bangsa ini kembali mengenal dan memahami nilai budaya leluhur. Salah satunya adalah dengan memperkenalkan seni tari sejak usia dini, karena dengan mengajarkan anak-anak menari dapat diperperoleh beberapa manfaat yang penting antara lain: (1) Seni tari sebagai media pengenalan fungsi dan mekanisasi tubuh; (2) Seni tari sebagai Media Pembentukan Tubuh (body forming); (3)Seni Tari Sebagai media sosialisasi diri; (4) Seni tari sebagai media pengenalan prinsip pengetahuan Ilmu Alam; (5) Seni tari sebagai media menumbuhkan kepribadian; (6) Seni Tari sebagai Media pengenalan karakteristik; (7) Seni Tari sebagai media komunikasi non verbal dan komunikasi estetik; (8) Seni tari sebagai media pemahaman nilai budaya (Hidajat, 2005). Anak usia dini memiliki ciri dan karakteristik tertentu yang unik, walaupun terkesan sederhana dan mudah untuk membuat suatu karya tari anak perlu diperhatikan beberapa ciri khusus terkait dengan gerak, musik kostum dan pola lantai. Hal ini mungkin belum mendapat perhatian khusus dari para guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang rata-rata tidak memiliki pengetahuan tentang tata cara atau metode perancangan karya seni tari yang sesuai dengan karakteristik anak didiknya. Hal tersebut melatarbelakangi keinginan peneliti untuk menemukan metode perancangan tari anak usia dini yang nantinya dapat diaplikasikan oleh para guru ataupun calon guru PAUD. Menyusun rancangan koreografi untuk anak usia dini tentu saja berbeda dengan apabila akan menciptakan atau merancang tari untuk orang dewasa. Ketika merancang tari AUD harus mempertimbangkan kemampuan gerak anak serta fungsi tari sebagai media pendidikan. Bagi guru atau calon guru PAUD yang memiliki keterbatasan skil maupun pengetahuan untuk merancang tari tentu merasa kesulitan untuk dapat merancang karya tari untuk anak usia dini, namun formulasi sederhana berikut ini diharapkan dapat membantu mereka untuk merancang koreografi sederhana untuk AUD. Formulasi yang dapat dijadikan pedoman perancangan karya tari anak usia dini: (1)Mencari dan menggali ide kreatif; menentukan Tema; disesuaikan dengan tema anak usia dini: Binatang, Alam Sekitar, Permainan Menemukan inovasi:memikirkan ide kreatif yang menarik, pengolahan properti kukusan, melakukan improvisasi: muncul secara spontan ide-ide lain yang mendukung tema tarian. memikirkan berbagai kemungkinan gerak, motivasi: mulai memilih dan memilah dari apa yang dieksplorasi tadi dipikirkan mana yang menjadi kekuatan ide yang akan ditonjolkan dan menjadi ciri khas tertentu untuk membuat garapan menarik: mengeksplorasi motif-motif gerak dengan kukusan, memberikan judul karya tari: disesuaikan dengan tema, ide kreatifnya, atau bisa menggunakan judul dari property yang dipergunakan; Dolanan kukusan (2) Menentukan ide Inspiratif Menentukan Gaya tari: gaya tradisional jawa, gaya modern, ataukah perpaduan antara keduanya, merancang iringan musik disesuaikan dengan gerakan yang telah ditemukan. Musik diupayakan dapat menguatkan suasana, memberi dinamika, membangkiitkan emosional, dan mampu mendukung ekspresi gerak dan wajah penari AUD, rias dan busana, pemilihan busana ini agar memudahkan melakukan gerakan, casting/ pemilihan penari, untuk AUD guru harus merancang tarian yang sesuai dengan karakter anak. Untuk uji coba I peraga tari adalah 4 orang mahasiswa PG PAUD semester V yang mengambil mata kuliah pengembangan karya tari AUD dan sedang mempraktekkan formula perancangan karya tari bersama kelompok masing-masing.(3) Melakukan eksplorasi: Proses studio untuk menuangkan ide kreatif dan ide inspirati gerak, melakukan variasi dengan berbagai kemungkinan garap; arah hadap, level, putaran, maju mundur, selang-seling, volume, dinamika, pengelompokan, komposisimenerapkan berbagai aspek komposisi dalam desain kelompok, menata pola: / desain garap, menyempurnakan struktur garap. DAFTAR PUSTAKA Hadi, Y. Sumandio. 1996. Aspek-aspek Dasar Koreografi Kelompok. Yogyakarta: Hawkins, Alma M. Bergerak Menurut Kata Hati. Terj. I Wayan Dibia. Jakarta: MSPI, 2001 Hidajat, Robby. 2005. “Konsep dan Metode Penyusunan Tari Anak-Anak” dalam Robby Hidajat, ed. Cakrawala Seni Pertunjukan Indonesia. Malang: Jurusan seni dan Desain Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang. Jasmine, Julia., Purwanto, Terj. 2007. Panduan Praktis Mengajar Berbasis Multiple Intelligences. Nuansa. Bandung. Kamtini dan Husni Wardi Tanjung, M.Pd. 2005. Bermain Melalui Gerak dan Lagu di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagakerjaan Perguruan Tinggi. Kraus, Richard. History of the dance in Art and Education. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall, Inc., 1969. Masunah, Juju dan Tati Narawati. 2003. Seni dan Pendidikan Seni Sebuah Bunga Rampai. Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Tradisional (P4ST) UPI. Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998. Murgiyanto, Sal. 1992. Koreografi Untuk Sekolah Menengah Karawitan Indonesia. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta. Musfiroh, Tadkirotun. 2005. Bermain Sambil Belajar dan Mengasah Kecerdasan (Stimulasi Multiple Intelligences Anak Usia Taman Kanak-kanak). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagakerjaan Perguruan Tinggi. Rustopo, Bambang Murtiyoso. 2005. Mencermati Seni Pertunjukan III, Perspektif Pendidikan, Ekonomi dan Manajemen, dan Media. Surakarta: Ford Foundation & Program Pascasarjana STSI Surakarta. Setyowati, Sri. 2007. Pendidikan Seni Tari & Koreografi Untuk anak TK. Surabaya: Unesa University Press. Soedarsono, R.M. 1999. Metodologi Penelitian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa. Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.