Permainan Anak sebagai Ide Kreatif Perancangan

advertisement
Permainan Anak sebagai Ide Kreatif Perancangan Karya Tari Anak Usia Dini
Penulis: Warananingtyas Palupi1
Artikel ini merupakan hasil penelitian tentang Perancangan Karya Seni Tari
Anak Usia Dini (AUD) ini bertujuan untuk menemukan formulasi tertentu yang dapat
membantu guru maupun calon guru PAUD untuk merancang tari anak usia dini
secara mandiri walaupun mereka tidak memiliki keahlian ataupun pendidikan khusus
tentang penciptaan tari seperti yang diperoleh akademisi lembaga pendidikan seni.
Formulasi yang dapat dijadikan pedoman perancangan karya tari anak usia dini:
(1)Mencari dan menggali ide kreatif; menentukan Tema; disesuaikan dengan tema
anak usia dini: Binatang, Alam Sekitar, Permainan Menemukan inovasi:memikirkan
ide kreatif yang menarik, pengolahan properti kukusan, melakukan improvisasi:
muncul secara spontan ide-ide lain yang mendukung tema tarian. memikirkan
berbagai kemungkinan gerak, motivasi: mulai memilih dan memilah dari apa yang
dieksplorasi tadi dipikirkan mana yang menjadi kekuatan ide yang akan ditonjolkan
dan menjadi ciri khas tertentu untuk membuat garapan menarik: mengeksplorasi
motif-motif gerak dengan kukusan, memberikan judul karya tari: disesuaikan dengan
tema, ide kreatifnya, atau bisa menggunakan judul dari property yang dipergunakan;
Dolanan kukusan (2) Menentukan ide Inspiratif Menentukan Gaya tari: gaya
tradisional jawa, gaya modern, ataukah perpaduan antara keduanya, merancang
iringan musik disesuaikan dengan gerakan yang telah ditemukan. Musik diupayakan
dapat menguatkan suasana, memberi dinamika, membangkiitkan emosional, dan
mampu mendukung ekspresi gerak dan wajah penari AUD, rias dan busana,
pemilihan busana ini agar memudahkan melakukan gerakan, casting/ pemilihan
penari, untuk AUD guru harus merancang tarian yang sesuai dengan karakter anak.
(3) Melakukan eksplorasi: Proses studio untuk menuangkan ide kreatif dan ide
inspirati gerak, melakukan variasi dengan berbagai kemungkinan garap; arah hadap,
level, putaran, maju mundur, selang-seling, volume, dinamika, pengelompokan,
komposisimenerapkan berbagai aspek komposisi dalam desain kelompok, menata
pola: / desain garap, menyempurnakan struktur garap.
Kata kunci: perancangan, karya, tari, AUD,
1
Pengajar Seni Tari Anak Usia Dini di PG PAUD FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pendahuluan
Seni tari yang telah berkembang dewasa ini mulai diperhitungkan
keberadaannya di dunia pendidikan, namun sistematika dan perkembangan
pencapaian tingkat pembelajaran masih belum banyak dikaji dan dikembangkan
secara maksimal. Pembelajaran Seni tari di Jawa pada awalnya hanya
dikembangkan di keraton-keraton untuk kepentingan upacara ritual dan hiburan,
namun lebih jauh lagi seni tari ini dipergunakan sebagai sarana dalam
pembentukan sikap dan kepribadian bangsawan keraton serta sebagai upaya
pemahaman terhadap jati diri masing-masing. Dewasa ini bangsa kita banyak
mengalami degradasi moral, anak-anak semakin tidak mengenal akar budayanya,
orang tua terlarut dengan modernisasi berlomba-lomba mengenalkan anak-anak
mereka pada budaya barat yang sesungguhnya tidak lebih adi luhung dibandingkan
dengan yang dimiliki bangsa Indonesia. Diperlukan usaha serius untuk membawa
generasi penerus bangsa ini kembali mengenal dan memahami nilai budaya
leluhur. Salah satunya adalah dengan memperkenalkan seni tari sejak usia dini,
karena dengan mengajarkan anak-anak menari dapat diperperoleh beberapa
manfaat yang penting antara lain: (1) Seni tari sebagai media pengenalan fungsi
dan mekanisasi tubuh; (2) Seni tari sebagai Media Pembentukan Tubuh (body
forming); (3)Seni Tari Sebagai media sosialisasi diri; (4) Seni tari sebagai media
pengenalan prinsip pengetahuan Ilmu Alam; (5) Seni tari sebagai media
menumbuhkan kepribadian; (6) Seni Tari sebagai Media pengenalan karakteristik;
(7) Seni Tari sebagai media komunikasi non verbal dan komunikasi estetik; (8)
Seni tari sebagai media pemahaman nilai budaya (Hidajat, 2005).
Anak usia dini memiliki ciri dan karakteristik tertentu yang unik, walaupun
terkesan sederhana dan mudah untuk membuat suatu karya tari anak perlu
diperhatikan beberapa ciri khusus terkait dengan gerak, musik kostum dan pola
lantai. Guru-Guru PAUD saat ini dituntut tidak hanya memiliki kemampuan
paedagogik berkaitan dengan pengambangan bidang afektif dan kognitif peserta
didiknya, namun juga harus pula memiliki kemampuan untuk mengoptimalkan
kemampuan fisik motorik anak usia dini pula. Selain melalui kegiatan bermain dan
aneka kegiatan fisik lainnya seni tari juga dapat dipergunakan untuk mengenalkan
anak usia dini pada akar budaya lokal. Seorang guru PAUD juga dituntut untuk
memiliki kemampuan untuk merancang tari sederhana yang sesuai dengan
karakteristik Anak Usia Dini (AUD) Secara khusus penelitian ini bertujuan
menemukan formulasi tertentu yang dapat membantu guru maupun calon guru
PAUD untuk merancang tari anak usia dini secara mandiri walaupun mereka tidak
memiliki keahlian ataupun pendidikan khusus tentang penciptaan tari di bangku
formal.
Upaya mencari sajian tari AUD yang atraktif dan estetis memerlukan adanya
eksperimentasi konsep maupun teknik perancangan tarinya.Penggarapan
koreografi, musik iringan tari, tata rias dan busana, pola lantai dan setting
panggung haruslah memenuhi ciri-ciri khusus yang harus sesuai dengan
karakteristik AUD.
Permainan untuk meningkatkan kecerdasan majemuk AUD
Anak usia dini dengan rentang usia 0-8 tahun memiliki karakteristik yang
khas, baik dalam hal sikap, perhatian, minat, maupun kemampuan dalam
mempelajari sesuatu. Segala yang dilihat, didengar, dan dirasakan akan
mengendap dan membangun struktur kepribadian anak. Masa golden age
merupakan masa emas perkembangan anak, pada masa ini anak belajar dan
menyerap segala hal. Kegiatan pembelajaran pada lembaga PAUD mengutamakan
bermain sambil belajar dan belajar sambil bermain. Soegeng Santoso, seorang
ilmuwan di bidang pendidikan anak usia dini berpendapat bahwa bermain atau
permainan adalah suatu kegiatan atau tingkah laku yang dilakukan anak secara
sendiri atau berkelompok dengan menggunakan atau tidak menggunakan alat
untuk mencapai tujuan tertentu. (Soegeng Santoso dalam Kamtini 2005). Hurlock
mengartikan bahwa bermain adalah setiap kegiatan yang dilakukan untuk
kesenangan yang ditimbulkannya, tanpa mempertimbangkan hasil akhir, tanpa
adanya paksaan atau tekanan dari luar dan dilakukan secara sukarela (Kamtini
2005). Anggani Sudono mengatakan bahwa, bermain adalah suatu kegiatan yang
dilakukandengan atau tanpa menggunakan alat yang menghasilkan pengertian atau
memberikan informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi
anak.
Permainan merupakan sumber energi, ekspresi personalitas bagi
perkembangan anak-anak, serta dapat menjadi stimulus untuk merangsang
multiple intelligences anak. Kegiatan permainan memungkinkan anak-anak untuk
bisa bebas berimajinasi, bereksplorasi dan mencipta sesuatu. Apabila seorang anak
tidak terpenuhi kebutuhannya akan bermain, maka akan ada satu tahapan
perkembangan yang berfungsi kurang baik yang dapat dilihat ketika ia remaja.
(Conny R. Semiawan dalam Musfiroh, 2005: 1)
Permainan yang di Jawa dikenal dengan dolanan dirancang tidak hanya untuk
melatih kecerdasan linguistik dan kecerdasan musikal seorang anak, namun juga
bisa dipergunakan sebagai alat untuk meningkatkan kecerdasan badani-kinestetik.
Dapat dibuktikan dengan ketika permainan berlangsung anak tidak hanya diam,
tapi juga bergerak sesuai ritme dan irama lagu dolanan dan melakukan gerak
sedemikian rupa. Melakukan gerakan menari dengan bebas dapat meningkatkan
partumbuhan motorik anak, memberi kesempatan untuk pertumbuhan fisik yang
lebih sempurna, secara otomatis juga mengembangkan mental, sekaligus
memperkaya pengalaman estetis anak. Pembelajaran seni tari untuk anak usia dini
juga memberikan sumbangan ke arah self confidence (percaya diri),
menumbuhkan inisiatif untuk mengkritik, memimpin dan bersosialisasi, membina
daya imajinasi kreatif anak, melatih cara berpikir, berbuat dan menilai,
memberikan sumbangan pada perkembangan kepribadian anak, membantu
menyesuaikan emosional, menghilangkan perasaan terikat, takut, memberikan rasa
kepercayaan dan dorongan bagi anak untuk selalu berbuat positif. Peran guru
sebagai agen inovasi yang melahirkan pemahaman baru terhadap perkembangan
dunia pendidikan yang berpengaruh terhadap terminologi perkembangan anak
sangatlah diperlukan.
Karakter Gerak Anak Usia Dini
Anak usia dini adalah anak-anak dari kelompok usia 0-8 tahun yang memiliki
perilaku dan karakter yang berbeda dengan orang dewasa. Secara garis besar
karakteristik anak usia dini antara lain; unik, egosentris, aktif dan enegik, memiliki
rasa ingin tahu yang tinggi, eksploratif dan berjiwa petualang, mengekspresikan
perilaku secara spontan, kaya fantasi namun mudah frustasi, kurang pertimbangan
dalam melakukan sesuatu, memiliki daya perhatian yang masih pendek, dan
memiliki gairah belajar pada pengalaman nyata (Wahyuningsih, 2010).
Masa usia 1-3 tahun yang biasa disebut toddler merupakan rentang usia saat
anak senang mengeksplorasi ruangan, naik dan turun dari kursi,menyelusup dan
berdiam di ruang-ruang yang sempit, melakukan gerakan sederhana seperti
bertepuk tangan, berjinjit, melompat, berjongkok sambil bernyanyi. Preschool
dimulai dari usia 3 sampai 5 tahun merupakan masa anak usia dini mulai
mempunyai kemampuan bersosialisasi, mulai bisa mengontrol gerak motorik
kasar,menyukai aktivitas berpindah tempat,adu cepat dalam berlari bersama
temannya, melompat dengan dua kaki bersamaan,melakukan gerakan menari
secara spontan sesuai kehendak hatinya ketika mendengar bunyi musik, sudah
dapat memilih kegiatan yang disukai ataupun tidak. Berdasarkan kemampuan
gerak yang dimiliki tersebut dapat diketahui beberapa karakteristik geraknya yaitu:
(1) Imitation (meniru) Anak-anak pada tingkat usia 3-5 tahun memiliki
ketrampilan untuk menirukan segala tindakan yang bisa diamati; dari TV, orang
lain, binatang dll. (2) Manipulation (Manipulasi) Secara spontan melakukan
gerakan seperti yang diamati, namun cenderung menampilkan gerak/sesuatu yang
jadi favoritnya sesuai dengan keinginannya. (2) Sederhana dan apa adanya tidak
dibuat-buat mengekspresikan gerakan sesuai dengan keinginan hatinya
Karakteristik gerak tari Anak Usia Dini
Gerak merupakan elemen pokok dalam seni tari yang dapat diartikan sebagai
aktivitas perubahan sikap tubuh manusia yang menjadi media paling tua dari
manusia untuk merefleksikan keinginan dan spontanitas ungkapan jiwa manusia.
Dalam seni tari gerakan dari tubuh manusia yang telah diolah dari gerak
keseharian (wantah) menjadi suatu gerakan tertentu yang mengalami stilisasi atau
distorsi (Tetty Rachmi, 2008).
Tatkala kita berbicara tentang tari Anak Usia Dini maka perlu dipahami
bahwa gerak tari yang dimaksudkan bukanlah gerakan yang rumit, dan susah
untuk dilakukan. Tari Anak Usia dini merupakan ungkapan ekspresi jiwa manusia
yang berupa gerak sederhana yang ritmis dan indah dengan tema-tema dan
pendekatan yang disesuaikan dengan tahap perkembangan anak usia 0-8 tahun.
Karakteristik gerak tari AUD antara lain: (a) Biasanya bersifat maknawi/bertema
(b) Menirukan gerak orang tua dan orang-orang disekelilingnya (c) Kadang meniru
gerak binatang (c) Tema tari anak dapat diperoleh dari tema-tema yang disenangi
anak-anak (d) Bentuk gerakan biasanya lincah, menggambarkan kegembiraan anak
(e) Musik pengiring tari menggambarkan keceriaan dan kegembiraan, bisa berasal
dari lagu-lagu sederhana yang mudah diingat (f) Susunan geraknya sederhana dan
mudah diingat anak (g) Biasanya dilakukan berulang-ulang (Palupi, 2011).
Formulasi Perancangan Karya Seni Tari Anak Usia Dini (AUD)
Menyusun rancangan koreografi untuk anak usia dini tentu saja berbeda
dengan apabila akan menciptakan atau merancang tari untuk orang dewasa. Ketika
merancang tari AUD harus mempertimbangkan kemampuan gerak anak serta
fungsi tari sebagai media pendidikan. Bagi guru atau calon guru PAUD yang
memiliki keterbatasan skil maupun pengetahuan untuk merancang tari tentu
merasa kesulitan untuk dapat merancang karya tari untuk anak usia dini, namun
formulasi sederhana berikut ini diharapkan dapat membantu mereka untuk
merancang koreografi sederhana untuk AUD:
1. Merancang tari dengan menemukan ide kreatif:
Calon Guru PAUD terlebih dahulu mencari dan menentukan tema tarian,
menentukan tujuan karya tari dirancang, serta menentukan dalam rangka apa
tari disusun, disesuaikan dengan tema-tema yang sesuai dengan usia anakanak, seperti Alam Sekitar, cerita kepahlawanan, Permainan, cerita binatang
dan lain sebagainya. Hal selanjutnya yang dilakukan adalah menemukan
inovasi, ide kreatif yang menarik untuk garapan tari, diusahakan menemukan
ide yang sebelumnya belum pernah dipergunakan orang lain, baik dari segi
gerak, kostum, ekspresi dsb. Setelah menemukan ide dan inovasi, akan
muncul secara spontan ide-ide lain yang mendukung tema tarian, bisa
dikatakan sebagai eksplorasi atau penggalian ide. Selanjutnya muncul
motivasi untuk mulai memilih dan memilah dari apa yang dieksplorasi tadi
dipikirkan mana yang menjadi kekuatan ide yang akan ditonjolkan dan
menjadi ciri khas tertentu untuk membuat garapan menarik. Langkah terakhir
adalah menentukan judul karya tari yang disesuaikan dengan tema, ide, dan
motivasi kreatifnya, judul juga bisa diambil dari dari property yang
dipergunakan.
2. Menggali Ide Inspiratif
Menentukan gaya tari yang akan dipergunakan: gaya tradisional jawa, gaya
tari bali, gaya tari sunda, gaya modern, dan lain sebagainya. Penentuan gaya
3.
a.
b.
c.
d.
e.
ini tentu mempengaruhi pemilihan jenis dan materi musik iringan tarinya.
Musik pengiring tari dalam hal ini haruslah dapat menguatkan suasana,
menjadi dinamika, memberi harmonisasi, membangun emosional, intensitas
dan ekspresi penari. Tata rias dan busana menjadi hal yang dipikirkan
selanjutnya. Konsep tata rias dan busanaharus mendukung ide inspiratif yang
melatarbelakanginya. Semisal tema yang dipilih adalah binatang kelinci, maka
tata rias dan busananya disesuaikan dan mendukung ide tarian kelinci pula.
Menurut Hidajat perancangan tata busana tari anak-anak bisa dilakukan
dengan jalan memodifikasi busana tari yang sudah ada tinggal ditambahkan
ornamentasi tertentu sesuai dengan tema tarian, sedangkan cara kedua adalah
dengan cara membuat konsep yang benar-benar baru baik dari desain, motif
maupun potongan bentuknya. (Hidajat,2005). Casting atau pemilihan penari
juga tidak bisa diabaikan begitu saja, namun demikian untuk tari AUD
terkadang gurulah yang harus menyesuaikan diri merancang tarian yang
sesuai dengan karakter peserta didiknya.
Melakukan Eksplorasi
Melakukan proses studio untuk menuangkan ide kreatif dan ide inspiratif
langsung praktek dengan media utama tari yaitu gerak, dalam menggarap
gerak tari berhubungan dengan :
gerak: mencari dan menemukan sebanyak mungkin gerak yang dapat
mengekspresikan semua ide kreatif dan inspiratif dari tema, inovasi,
improvisasi, motivasi hingga gaya sebagai inspirasi yang dipilih
Variasi: dari semua gerak dianekaragamkan dengan berbagai kemungkinan
garap; arah hadap, level, putaran, maju mundur, selang-seling, volume,
dinamika, pengelompokan, penokohan dsb..
Komposisi: memperhatikan balancing, proporsi, formasi, level, rampak,
contrass, canon, dramatik, dsb
Pola: setelah semua hal diatas tersusun dibuat pola/ desain garapnya
struktur: Dilihat kembali strukturnya apakah sudah harmonis ataukah masih
perlu dipertimbangkan lagi dan disempurnakan.
Hasil Penelitian Perancangan Karya Seni Tari AUD
Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan pada sejumlah sekolah
PAUD/ TK di wilayah Kec. Colomadu Seni tari masuk dalam kegiatan ekstra
kurikuler, namun demikian guru pengajar atau Pembina masih didatangkan dari luar
lingkungan sekolah dengan latar belakang pendidikan SMKI atau S1 ISI Surakarta
jurusan Seni Tari hal ini disebabkan karena dari sisi sumber daya manusia, guru TK/
PAUD tidak memiliki skil untuk menata tari Anak Usia Dini. Keterbatasan skil dan
pengetahuan mengenai perancangan tari juga seringkali mempengaruhi rasa percaya
diri guru PAUD, mereka beranggapan menata sebuah tarian itu susah dan kalaupun
mereka berhasil merancang tari Anak Usia Dini (AUD) belum sesuai dengan ciri dan
karakter gerak tari AUD. Berikut ini merupakan proses pengalaman peneliti dalam
melakukan proses perancangan karya tari AUD yang dapat dijadikan pegangan awal
bagi guru untuk mengembangkan kemampuannya dalam merancang tari anak usia
dini secara praktis dan ideal. Formulasi perancangan karya tari anak usia dini terdiri
dari beberapa tahapan, yaitu: a) penemuan ide kreatif; b) ide inspiratif; c) Eksplorasi.
Formulasi perancangan karya seni tari AUD tersebut diterapkan dalam proses
perancangan model karya seni yang berjudul Dolanan Kukusan.
a. Mencari dan menentukan ide kreatif tari Dolan Kukusan
Langkah pertama yang dilakukan pada tahap ini adalah menentukan tema,
dalam hal ini tema yang digunakan sebagai sumber ide adalah permainan. Tema
permainan sangat dekat dengan dunia anak-anak dengan demikian ketika diajarkan
tarian tersebut dapat dipelajari dengan baik oleh anak usia dini. Selain itu permainan
juga dapat mengasah kecerdasan jamak (multiple intelegences) yang dimiliki anak
dan menjadi salah satu upaya untuk memaksimalkan kemampuan afektif,
psikomotorik dan kognitif anak ketika sudah mulai beranjak dewasa.
Langkah selanjutnya adalah mulai memikirkan inovasi apakah kiranya yang
hendak dijadikan sebagai daya tarik dalam tari Dolan Kukusan, dan pilihan jatuh pada
pengolahan alat kukusan. Alat masak yang dalam bahasa jawa disebut kukusan ini
berbentuk kerucut, terbuat dari anyaman bambu, dan dipergunakan untuk menanak
nasi dengan cara konvensional. Pemilihan alat ini sebagai properti tari karena
elastisitas kukusan yang bisa dimainkan dan diolah hingga bisa menimbulkan
berbagai macam bentuk. Alasan lain pemilihan property ini adalah untuk
memperkenalkan kepada anak usia dini bahwa sebelum berkembanganya berbagai
peralatan elektronik canggih yang digunakan untuk menanak nasi mulai dari rice
cooker, dan magic com dengan berbagai merk dan inovasi, kukusan ini dipergunakan
untuk menanak nasi secara konvensional.bentuk kerucut kukusan juga merupakan
media untuk memperkenalkan bentuk geometri secara kontekstual.
Tahapan selanjutnya yang dilakukan peneliti adalah improvisasi. Peneliti
memikirkan berbagai kemungkinan gerak dengan mengolah kukusan, muncul ide
kukusan akan digunakan sebagai topi orang-orangan sawah, ketika membungkuk dan
wajah dimasukkan kedalam kukusan akan menyerupai moncong hewan, ketika
diletakkan disamping kanan atau kiri tubuh bisa difungsikan sebagai tenggok atau
wadah untuk membawa hasil panen, menjadi bentuk runcing apabila diletakkan di
pantat dan berbagai bentuk lain. Berikut ini adalah salah satu contoh hasil improvisasi
gerak dengan kukusan.
Foto 5. Pose permainan dengan kukusan
Gambar 1. Mahasiswa PG PAUD sedang melakukan eskplorasi gerak
dengan property kukusan nasi
Ragam gerak yang merupakan hasil improvisasi kemudian dipilih dan dipilah.
Pada tahap motivasi ini dipikirkan mana yang menjadi kekuatan ide yang akan
ditonjolkan dan menjadi ciri khas tertentu untuk membuat garapan menarik. Tema
permaianan anak dengan mengeksplorasi property kukusan ini kemudian
memunculkan ide untuk memberikan judul karya tari ini “Dolanan Kukusan”.
b. Menentukan Ide inspiratif
Kemunculan ide kreatif ini dalam perencanaan karya tari bersifat temporal
dan dapat berubah setiap saat, oleh karena itu perlu diperhatikan beberapa hal yang
dapat mengkoordinasikan ide inspiratif ini setelah sebelumnya menentukan ide
kreatif, antara lain: menentukan gaya tari yang digunakan. Tema permainan dengan
media / property kukusan yang telah ditentukan sebelumnya diolah atau dibawakan
dengan pendekatan gaya tari kreasi baru Jawa. Setelah menentukan pilihan gaya
pendekatan Jawa maka akan muncullah gambaran mengenai musik iringan tari yang
cocok untuk gaya yang dipilih. Untuk memperkuat suasana, dinamika, ekspresi dan
intensitas gerak, pola melodi yang dipergunakan adalah musik sederhana. Pada tahun
pertama iringan musik yang digunakan merupakan model musik yang dirancang
dengan program Sibellius dalam komputer. Pada tahun kedua penelitian akan
dituangkan kedalam gamelan atau alat musik yang lainnya. Pola-pola yang
dipergunakan dibuat sesederhana mungkin dengan harapan pola iringan tari ini dapat
secara langsung dipraktekkan oleh anak usia dini.
Rias dan busana merupakan hal selanjutnya yang diperhatikan untuk dapat
mendukung ide kreatif koreografi dan ide inspiratif gaya dan iringan yang telah
ditentukan. Tema permainan dan berbagai pola gerak yang ditemukan menuntut
fleksibilitas gerak yang tentu harus didukung dengan kostum yang memudahkan
dalam melakukan berbagai macam gerakan.
b. Eksplorasi.
Eksplorasi merupakan proses studio untuk menuangkan ide kreatif dan ide
inspiratif gerak: mencari dan menemukan sebanyak mungkin gerak eksplorasi
kukusan. Peneliti mencoba beberapa rancangan ragam gerak, dan
mendokumentasikannya dengan video. Hal ini dilakukan untuk memudahkan
mengingat gerakan serta menata gerakannya. Dari eksplorasi tersebut terdapat
beberapa ragam gerak utama yang dapat dikembangkan dalam tarian.
Gerak tubuh merupakan unsur utama dalam tari, tatkala kita berbicara tentang
tari Anak Usia Dini maka perlu dipahami bahwa gerak tari yang dimaksudkan
bukanlah gerakan yang rumit, dan susah untuk dilakukan. Tari Anak Usia Dini
merupakan ungkapan ekspresi jiwa manusia yang berupa gerak sederhana yang ritmis
dan indah dengan tema-tema dan pendekatan yang disesuaikan dengan tahap
perkembangan anak usia 0-8 tahun. Berikut ini adalah tabel pembagian masa
perkembangan anak dalam belajar menari:
Tabel 2. Pembagian Masa Perkembangan anak dalam menari (Setyowati;
2007;34)
No.
Usia
Kemampuan
Syarat Materi tari
Contoh Materi
Perkembangan
Menyerap
Tari
Anak
Materi Tari
1.
Usia Bermain
Bermain-main  Sederhana: gerak
Tari permainan,
(4-6 tahun)
diambil dari kegiatan senam irama,
sehari-hari:
Gerak dan lagu
merangkak, tepuk
tangan dll.
 Praktis: mudah
ditirukan, aman,
umum dan fleksibel
 Dinamis: gerakannya
bervariasi, tidak
membosankan
2.
Usia Transisi
 Hafal
 Praktis: mudah
Tarian dengan
(7-9 tahun)
 Peka
ditirukan, aman,
menggunakan
terhadap
umum dan fleksibel.
property yang
iringan
 Dinamis: gerakannya menghasilkan
bervariasi, tidak
bunyi seperti
membosankan
rebana
 Ritmis: ada
permainan ritme
tertentu baik dari
gerakan maupun
musik pengiringnya;
disarankan
3.
Usia Belajar
(10-12 tahun)
 Hafal
 Peka
terhadap
iringan
 Bentuk
Gerak
menggunakan alat
bunyi yang
menimbulkan ritme
tertentu
 Praktis: mudah
ditirukan, aman,
umum dan fleksibel.
 Dinamis: gerakannya
bervariasi, tidak
membosankan
 Ritmis: ada
permainan ritme
tertentu baik dari
gerakan maupun
musik pengiringnya
 Estetis: Bentuk,
tehnik dan detail
gerakan mulai
diperhitungkan dan
ada tingkat kesulitan
tertentu yang ingin
dicapai.
Tari Puspasari,
Egol kenes dll.
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa pada usia 4-6 tahun anakanak masih dalam kelompok usia bermain, oleh karena itu syarat materi tari
yang diciptakan untuk anak usia tersebut adalah gerak yang sifatnya bermainmain. Penata menemukan, menginventarisasi sebanyak mungkin gerakan
dasar dengan mengolah kukusan, berikut ini adalah gambar-gambar pose
gerakan permainan dengan kukusan:
Semua motif dan ragam gerak yang dieksplorasi dianekaragamkan
dengan berbagai kemungkinan garap; arah hadap, level, putaran, maju
mundur, selang-seling, volume, dinamika, pengelompokan, penokohan dan
dengan memperhatikan unsur komposisi yang terdiri dari berbagai desain tari
yang ada, seperti ; balancing, proporsi, formasi, level, rampak, contrass,
canon, dramatik, dan lain sebagainya. Setelah semua hal diatas tersusun maka
mulai dibuat pola lantainya. Polis lantai adalah garis-garis lintasan atau
formasi yang dilalui seorang penari atau kelompok penari diatas lantai pentas
(Soedarsono, 1976). Pola lantai yang dipergunakan untuk tari anak
diupayakan sederhana dan jelas sehingga anak-anak dengan mudah mengingat
posisi dirinya. Penataan pola bisa berdasarkan level tinggi-rendah, bentuk
lingkaran, garis horizontal ataupun berimbang.
SIMPULAN
Seni tari yang telah berkembang dewasa ini mulai diperhitungkan
keberadaannya di dunia pendidikan, namun sistematika dan perkembangan
pencapaian tingkat pembelajaran masih belum banyak dikaji dan dikembangkan
secara maksimal. Diperlukan usaha serius untuk membawa generasi penerus
bangsa ini kembali mengenal dan memahami nilai budaya leluhur. Salah satunya
adalah dengan memperkenalkan seni tari sejak usia dini, karena dengan
mengajarkan anak-anak menari dapat diperperoleh beberapa manfaat yang penting
antara lain: (1) Seni tari sebagai media pengenalan fungsi dan mekanisasi tubuh;
(2) Seni tari sebagai Media Pembentukan Tubuh (body forming); (3)Seni Tari
Sebagai media sosialisasi diri; (4) Seni tari sebagai media pengenalan prinsip
pengetahuan Ilmu Alam; (5) Seni tari sebagai media menumbuhkan kepribadian;
(6) Seni Tari sebagai Media pengenalan karakteristik; (7) Seni Tari sebagai media
komunikasi non verbal dan komunikasi estetik; (8) Seni tari sebagai media
pemahaman nilai budaya (Hidajat, 2005).
Anak usia dini memiliki ciri dan karakteristik tertentu yang unik, walaupun
terkesan sederhana dan mudah untuk membuat suatu karya tari anak perlu
diperhatikan beberapa ciri khusus terkait dengan gerak, musik kostum dan pola
lantai. Hal ini mungkin belum mendapat perhatian khusus dari para guru
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang rata-rata tidak memiliki pengetahuan
tentang tata cara atau metode perancangan karya seni tari yang sesuai dengan
karakteristik anak didiknya. Hal tersebut melatarbelakangi keinginan peneliti
untuk menemukan metode perancangan tari anak usia dini yang nantinya dapat
diaplikasikan oleh para guru ataupun calon guru PAUD.
Menyusun rancangan koreografi untuk anak usia dini tentu saja berbeda
dengan apabila akan menciptakan atau merancang tari untuk orang dewasa. Ketika
merancang tari AUD harus mempertimbangkan kemampuan gerak anak serta
fungsi tari sebagai media pendidikan. Bagi guru atau calon guru PAUD yang
memiliki keterbatasan skil maupun pengetahuan untuk merancang tari tentu
merasa kesulitan untuk dapat merancang karya tari untuk anak usia dini, namun
formulasi sederhana berikut ini diharapkan dapat membantu mereka untuk
merancang koreografi sederhana untuk AUD.
Formulasi yang dapat dijadikan pedoman perancangan karya tari anak usia
dini: (1)Mencari dan menggali ide kreatif; menentukan Tema; disesuaikan dengan
tema anak usia dini: Binatang, Alam Sekitar, Permainan Menemukan
inovasi:memikirkan ide kreatif yang menarik, pengolahan properti kukusan,
melakukan improvisasi: muncul secara spontan ide-ide lain yang mendukung tema
tarian. memikirkan berbagai kemungkinan gerak, motivasi: mulai memilih dan
memilah dari apa yang dieksplorasi tadi dipikirkan mana yang menjadi kekuatan
ide yang akan ditonjolkan dan menjadi ciri khas tertentu untuk membuat garapan
menarik: mengeksplorasi motif-motif gerak dengan kukusan, memberikan judul
karya tari: disesuaikan dengan tema, ide kreatifnya, atau bisa menggunakan judul
dari property yang dipergunakan; Dolanan kukusan (2) Menentukan ide Inspiratif
Menentukan Gaya tari: gaya tradisional jawa, gaya modern, ataukah perpaduan
antara keduanya, merancang iringan musik disesuaikan dengan gerakan yang telah
ditemukan. Musik diupayakan dapat menguatkan suasana, memberi dinamika,
membangkiitkan emosional, dan mampu mendukung ekspresi gerak dan wajah
penari AUD, rias dan busana, pemilihan busana ini agar memudahkan melakukan
gerakan, casting/ pemilihan penari, untuk AUD guru harus merancang tarian yang
sesuai dengan karakter anak. Untuk uji coba I peraga tari adalah 4 orang
mahasiswa PG PAUD semester V yang mengambil mata kuliah pengembangan
karya tari AUD dan sedang mempraktekkan formula perancangan karya tari
bersama kelompok masing-masing.(3) Melakukan eksplorasi: Proses studio untuk
menuangkan ide kreatif dan ide inspirati gerak, melakukan variasi dengan berbagai
kemungkinan garap; arah hadap, level, putaran, maju mundur, selang-seling,
volume, dinamika, pengelompokan, komposisimenerapkan berbagai aspek
komposisi dalam desain kelompok, menata pola: / desain garap, menyempurnakan
struktur garap.
DAFTAR PUSTAKA
Hadi, Y. Sumandio. 1996. Aspek-aspek Dasar Koreografi Kelompok. Yogyakarta:
Hawkins, Alma M. Bergerak Menurut Kata Hati. Terj. I Wayan Dibia.
Jakarta: MSPI, 2001
Hidajat, Robby. 2005. “Konsep dan Metode Penyusunan Tari Anak-Anak” dalam
Robby Hidajat, ed. Cakrawala Seni Pertunjukan Indonesia. Malang:
Jurusan seni dan Desain Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang.
Jasmine, Julia., Purwanto, Terj. 2007. Panduan Praktis Mengajar Berbasis Multiple
Intelligences. Nuansa. Bandung.
Kamtini dan Husni Wardi Tanjung, M.Pd. 2005. Bermain Melalui Gerak dan Lagu
di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Direktorat Jenderal Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagakerjaan
Perguruan Tinggi.
Kraus, Richard. History of the dance in Art and Education. Englewood Cliffs, New
Jersey: Prentice-Hall, Inc., 1969.
Masunah, Juju dan Tati Narawati. 2003. Seni dan Pendidikan Seni Sebuah Bunga
Rampai. Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Pendidikan
Tradisional (P4ST) UPI.
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya,
1998.
Murgiyanto, Sal. 1992. Koreografi Untuk Sekolah Menengah Karawitan Indonesia.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.
Musfiroh, Tadkirotun. 2005. Bermain Sambil Belajar dan Mengasah Kecerdasan
(Stimulasi Multiple Intelligences Anak Usia Taman Kanak-kanak). Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tenaga
Kependidikan dan Ketenagakerjaan Perguruan Tinggi.
Rustopo, Bambang Murtiyoso. 2005. Mencermati Seni Pertunjukan III, Perspektif
Pendidikan, Ekonomi dan Manajemen, dan Media. Surakarta: Ford
Foundation & Program Pascasarjana STSI Surakarta.
Setyowati, Sri. 2007. Pendidikan Seni Tari & Koreografi Untuk anak TK. Surabaya:
Unesa University Press.
Soedarsono, R.M. 1999. Metodologi Penelitian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa.
Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.
Download