11 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Operasional 2.1.1

advertisement
11
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Manajemen Operasional
2.1.1 Pengertian Manajemen Operasional
Pengertian manajemen operasional tidak lepas dari pengertian
manajemen. Dengan kata lain manajemen yang dimaksud disini adalah
kegiatan atas usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan dengan
menggunakan atau mengkoordinasi kegiatan-kegiatan orang lain. Dalam
pengertian ini terdapat unsur penting yaitu adanya orang yang lebih
daripada satu, adanya tujuan yang ingin dicapai dan orang yang
bertanggung jawab atas tercapainya tujuan tersebut. Bila dilihat dari segi
perusahaan, sukses atau tidaknya suatu perusahaan dalam mencapai
tujuannya sangat tergantung pada pelaksanaan dan pengelolaan
manajemen perusahaan tersebut.
Adapun kegiatan operasi dan produksi adalah suatu kegiatan untuk
meningkatkan kegunaan atau daya guna dari suatu barang atau jasa, atau
juga sering disebut sebagai kegiatan masukan (Input) menjadi keluaran
(Output) yang tidak dapat dilakukan sendiri tetapi dibutuhkan bantuan
dan harus dilakukan bersama-sama dengan orang lain sehingga
dibutuhkanlah kegiatan manajemen. Kegiatan manajemen itu sendiri
dibutuhkan untuk mengatur dan mengkombinasikan faktor-faktor produksi
yang berupa sumber daya dan bahan baku, agar dapat meningkatkan
11
12
kegunaan dari barang atau jasa tersebut secara efektif dan efisien dengan
meningkatkan keterampilan atau skill yang dimiliki para manajernya.
Ada empat fungsi dalam manajemen operasi :
1. Proses pengolahan yang menyangkut metode dan tehnik yang
digunakan untuk rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan
menggunakan peralatan, sehingga masukan data input dapat dipolah
menjadi keluaran (output) yang bias berupa barang atau jasa yang
akhirnya dapat dijual ke pelanggan, untuk memungkinkan peruahaan
memperoleh hasil keuntungan yang diharapkan.
2. Jasa penunjang, yakni pengorganisasian yang perlu dijalankan
sehingga proses pengelolaan dapat dilakukansecara efektif dan efisien.
3. Perencanaan
yang
merupakan
penetapan
keterkaitan
dan
pengorganisasian dari kegiatan operasional yang akan dilakukan
dalam kurun waktu tertentu
4. Pengendalian pengawasan yang merupakan fungsi untuk menjamin
terlaksananya kegiatan sesuai dengan apa yang telah direncanakan.
Untuk lebih menjelaskan pengertian tentang Manajemen Sumber
Daya Manusia, penulis akan menguraikan pendapat dari beberapa ahli,
antara lain : Menurut pendapat Assauri (2004, p12) : “Manajemen adalah
kegiatan atau usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan dengan
menggunakan atau mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan orang lain.”
Dengan demikian, manajemen adalah suatu proses yang khas
13
yang terdiri
dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta
mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan
sumber daya manusia dan sumber daya lain
Menurut pendapat Subagyo (2000, p1) : “Operasi atau Operation
adalah kegiatan untuk merubah masukan (yang berupa faktor-faktor
produksi/operasi) menjadi keluaran sehingga lebih bermanfaat dari bentuk
aslinya.”
Dari pengertian yang telah dikemukakan di atas maka dapat
disimpulkan bahwa pengertian operasi merupakan kegiatan yang mengubah
bentuk dengan menciptakan atau menambah manfaat suatu barang atau
jasa yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia sehingga
nilai atau manfaatnya lebih tinggi dari bentuk aslinya.
Dalam pengertian paling luas, manajemen operasi berkaitan dengan
produksi barang dan jasa. Setiap hari kita dapat menjumpai barang
atau jasa yang melimpah yang ditawarkan oleh sejumlah perusahaan,
dimana semuanya itu dihasilkan dibawah pengawasan manajer operasi.
Beberapa pengertian tentang manajemen operasi adalah sebagai berikut
Dengan adanya manajemen maka tingkat efisiensi dalam semua
kegiatan manusia atau organisasi akan lebih meningkat, karena manejemen
selalu menginginkan yang lebih baik. Untuk jelasnya kita lihat pendapat
dari para ahli mengenai apa yang dimaksud dengan manajemen operasi
dan
produksi,
juga
apa
yang
dimaksud
dengan
manajemen
14
operasional

Menurut pendapat Barry Render dan Jay Heizer (2001,p2) : “Operation
Management is the set of activities that creates goods and services by
transforming inputs into outputs.”

Menurut pendapat Chase-Jacobs-Aquilono (2004,p6) : “Operation
Management (OM) is define as the design, operation, and improvement of
the systems that create and deliver the firms primary producs and service.”
Jadi manajemen operasi adalah serangkaian kegiatan membuat
barang dan jasa melalui perubahan dari masukan menjadi keluaran atau
pengelolaan sumber daya yang berupa faktor-faktor produksi seperti
bahan baku pakan, tenaga kerja, modal untuk diubah menjadi barang dan
jasa yang lebih bermanfaat.
2.1.2 Pengertian Manajemen Persediaan

Menurut Pendapat Richardus Eko Indrajit dan Richardus Djokopranoto
(2003,p4) : “Manajemen Persediaan (Inventory Control) atau disebut
juga Inventory Management atau Pengendalian Tingkat Persediaan
adalah kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan, pelaksanaan
dan pengawasan penentuan kebutuhan material sedemikian rupa sehingga
di satu pihak kebutuhan operasi dapat terpenuhi pada waktunya dan di
lain pihak investasi persediaan material dapat ditekan secara optimal.”

Menurut
pendapat
T.
Hani
Handoko
(1997,p334)
:
“Sistem
Persediaan adalah serangkaian dan pengendalian yang memonitor tingkat
persediaan dan menentukan tingkat persediaan yang harus dijaga, kapan
15
persediaan harus diisi, dan seberapa besar pesanan yang harus dilakukan.”
Jadi dapat disimpulkan bahwa manajemen persediaan adalah
kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan, pelaksanaan dan
pengawasan penentuan kebutuhan material yang memonitor tingkat
persediaan dan menentukan tingkat persediaan yang harus dijaga, kapan
persediaan harus diisi dan seberapa besar pesanan yang harus dilakukan
sehingga disatu pihak kebutuhan operasi dapat dipenuhi pada waktunya
dan dilain pihak investasi persediaan material dapat ditekan secara
optimal.
2.1.3 Pengertian Persediaan
Setiap peruasahaan, baik yang bergerak dibidang perdagangan
maupun pabrik selalu mengadakan persediaan. Persediaan (inventory)
dapat memiliki barbagai fungsi penting yang menambah fleksibilitas dari
operasi suatu perusahaan dan dengan adanya persediaan dapat
mempermudah dan memperlancar jalannya proses produksi. Jika tidak
adanya persediaan maka perusahaan akan menghadapi berbagai masalah
dimana proses produksi akan terganggu ataupun akan terhenti yang
selanjutnya tidak dapat memenuhi keinginan pelanggan. Persediaan
merupakan salah satu aset yang paling mahal dibanyak perusahaan,
mencerminkan sebanyak 40% dari total modal yang diinvestasikan.
Manajer operasi telah lama menyadari bahwa manajemen persediaan
yang baik itu sangatlah penting, karna melalui manajemen persediaan
yang baik dapat mengurangi biaya produksi dan operasi. Beberapa
16
pengertian tentang persediaan (inventory) adalah sebagai berikut :

Menurut pendapat Zulfikarijah (2005,p4) : “Persediaan
adalah stock bahan baku pakan yang digunakan untuk
memfasilitasi
produksi
atau
memuaskan
permintaan
konsumen”. Jenis persediaan meliputi ; bahan baku pakan,
barang dalam proses dan barang jadi.
Jadi persediaan (inventory) adalah persediaan berbagai jenis
barang
atau
sumber
daya
yang
digunakan
dalam
suatu
organisasi/perusahaan untuk memfasilitasi produksi atau memuaskan
permintaan konsumen
2.2
Fungsi Manajemen Operasional
2.2.1 Fungsi Manajerial
Fungsi Manajerial dari Operasional menurut pendapat Nahmias (2001,
p.193)
1. Skala Operasi Ekonomis (Economies of Scale)
Dengan asumsi bahwa perusahaan memproduksi satu item yang
sejenis maka bisa jadi
akan
lebih
akan
ekonomis
bila
memproduksi jumlah item yang relatif besar dalam setiap
produksi yang berjalan dan menyimpannya untuk pemakaian di
masa yang akan datang. Dengan demikian perusahaan juga akan
mencicil biaya set up tetap pada jumlah unit yang besar
2. Ketidakpastian (Uncertainties)
Ketidakpastian merupakan dorongan utama perusahaan menyimpan
17
persediaan.
Terutama
ketidakpastian
permintaan
eksternal.
Ketidakpastian lain yang menjadi alasan adalah ketidakpastian
waktu tunggu (lead time), walaupun permintaan yang akan datang
dapat diprediksi secara akurat, tapi perusahaan perlu menyimpan
stok untuk menjamin kelancaran pergerakan produksi atau
kelanjutan penjualan ketika waktu tunggu penambahan tidak pasti.
Selain itu ketidakpastian pasokan tenaga kerja (labor supply),
harga dari sumber-sumber bahan baku pakan, dan biaya modal
(cost of capital) juga menjadi alasan perusahaan menyimpan modal.
3. Spekulasi (Speculation)
Jika nilai dari barang atau sumber alam diperkirakan akan naik,
maka akan lebih ekonomis bila membeli dalam jumlah besar pada
harga sekarang dan menyimpan barang untuk digunakan pada masa
yang akan datang.
4. Transportasi (Transportation)
Persediaan pipa saluran (pipeline) ada karena waktu transportasi
adalah positif. Salah satu kekurangan memproduksi di lepas
pantai adalah akan meningkatkan waktu transportasi dan untuk
mengatasi ini dengan menggunakan pipa saluran.
5. Kelancaran (Smooting)
Perubahan pada pola permintaan atas produk bisa dalam bentuk
determinasi
atau
persediaan
dalam
random.
Memproduksi
mengantisipasi
atau
menyimpan
puncak permintaan
(peak
18
demand) biasa membantu mengurangi penyebab gangguan dari
perubahan tingkat produksi.
6. Logistik (Logistics)
Beberapa kendala tertentu bisa ada dalam pembelian, produksi, atau
distribusi dari barang yang memberikan kekuatan pada sistem
untuk
memelihara
persediaan (maintain inventory) pada salah
satu kasus dimana barangnya harus dibeli dalam jumlah yang
kecil.
7. Biaya Pengendalian (Control Cost)
Dalam sistem ini banyak persediaan yang tidak diadakan dalam
tingkatan pengendalian yang sama. Biaya pengendalian bisa
menjadi rendah bagi perusahaan dalam jangka panjang untuk
memelihara persediaan barang yang tidak lebih mahal daripada
mengeluarkan waktu pekerjaan untuk menyimpan salinan detail
untuk barang ini.
Pentingnya
menanggulangi
suatu
persediaan
bagi
perusahaan
adalah
suatu ketidakpastian atau berjaga-jaga untuk mencari
kondisi yang aman bagi perusahaan, memastikan apabila terjadi hal-hal di
luar perkiraan perusahaan baik yang terjadi pada faktor internal atau
eksternal perusahaan sehingga proses produksi dapat terus berjalan secara
efektif.
19
2.2.2 Fungsi Persediaan
Persediaan timbul disebabkan oleh tidak singkronnya permintaan dengan
penyediaan dan waktu yang digunakan untuk memproses bahan baku
pakan. Untuk menjaga keseimbangan permintaan dengan penyediaan
bahan baku pakan dan waktu proses diperlukan persediaan.

Menurut Zulian Yamit (2003,p6) terdapat empat faktor yang dijadikan
sebagai fungsi perlunya persediaan, yaitu :
1. Faktor
waktu,
yaitu
menyangkut
lamanya
proses
produksi dan distribusi sebelum barang jadi sampai kepada
konsumen.
2. Faktor
ketidakpastian
waktu,
yaitu
ketidakpastian
waktu dari supplier menyebabkan perusahaan memerlukan
persediaan, agar tidak menghambat proses produksi maupun
keterlambatan pengiriman kepada konsumen.
3. Faktor ketidakpastian penggunaan, yaitu faktor yang datang
dari dalam perusahaan yang disebabkan oleh kesalahan
dalam
peramalan
permintaan,
kerusakan
mesin,
keterlambatan operasi, bahan cacat, dan berbagai kondisi
lainnya.
4. Faktor ekonomis adalah adanya keinginan perusahaan
untuk mendapatkan alternatif
biaya
rendah
dalam
memproduksi atau membeli barang dengan menentukan
jumlah yang paling ekonomis.
20

Menurut Barry Render dan Jay Heizer (2001,p314), persediaan
(inventory) dapat memiliki berbagai fungsi penting yang menambah
fleksibilitas dari operasi suatu perusahaan. Ada enam penggunaan
persediaan, yaitu :
1. Untuk memberikan suatu stok barang-barang agar dapat
memenuhi permintaan yang diantisipasi akan timbul dari
konsumen.
2. Untuk
memasangkan
produksi
dengan
distribusi.
Misalnya, bila permintaan produknya tinggi hanya pada
musim panas, suatu perusahaan dapat membentuk stock
selama musim dingin, sehingga biaya kekurangan stok
dan kehabisan stok dapat dihindari. Demikian pula, bila
pasokan suatu perusahaan berfluktuasi, persediaan bahan
baku
pakan
ekstra
mungkin
diperlukan
untuk
“memasangkan” proses produksinya.
3. Untuk mengambil keuntungan dari potongan jumlah,
karena
pembelian dalam jumlah besar dapat secara
substansial menurunkan biaya produk.
4. Untuk melakukan hedging terhadap inflasi dan perubahan
harga.
5. Untuk menghindari dari kekurangan stok yang dapat
tercadi karena cuaca, kekurangan pasokan, masalah mutu,
atau pengiriman yang tidak tepat. “stok pengaman”
21
misalnya, barang di tangan ekstra, dapat mengurangi resiko
kehabisan stok.
6. Untuk menjaga agar operasi dapat berlangsung dengan baik
menggunakan “barang-dalam-proses” dalam manajemen
persediaan, hal ini penting karena perlu waktu untuk
memproduksi barang.
7. Untuk menjaga agar operasi dapat berlangsung dengan baik
dengan
menggunakan
“barang-dalam-proses”
persediaannya. Hal ini karena perlu waktu
memproduksi
barang
dan
karena
dalam
untuk
sepanjang
berlangsungnya proses, terkumpul persediaan-persediaan.
2.2.3 Biaya-Biaya Persediaan
Menurut Fredy Rangkuti (2004, p16-p18), ada 4 jenis biaya persediaan,
yaitu :
1. Biaya penyimpanan (Holding cost atau Carrying cost), yaitu terdiri
atas biaya-biaya yang bervariasi secara langsung dengan kuantitas
persediaan. Biaya penyimpanan per-periode akan semakin besar
apabila kuantitas bahan yang dipesan semakin banyak atau rata-rata
persediaan semakin tinggi. Biaya-biaya yang termasuk sebagai
biaya penyimpanan adalah sebagai berikut :
a) Biaya fasilitas-fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan
pendingin ruangan dan sebagainya).
22
b) Biaya modal (Opportunity Cost of Capital), yaitu alternatif
pendapatan atas dana yang diinvestasikan dalam persediaan.
c) Biaya keusangan.
d) Biaya perhitungan fisik.
e) Biaya asuransi persediaan.
f) Biaya pajak persediaan.
g) Biaya pencurian, kerusakan, atau pencurian.
h) Biaya penanganan persediaan dan sebagainya.
2. Biaya
pemesanan
atau
pembelian
(Ordering
Cost
atau
Procurement Cost), biaya- biaya ini meliputi :
a) Pemprosesan pesanan dan biaya ekspedisi.
b) Upah.
c) Biaya telepon.
d) Pengeluaran surat menyurat.
e) Biaya pengepakan dan penimbangan.
f) Biaya pemeriksaan (inspeksi) penerimaan.
g) Biaya pengiriman kegudang.
h) Biaya utang lancar dan sebagainya.
Pada umumnya, biaya pemesanan (diluar biaya bahan dan potongan
kuantitas) tidak naik apabila kuantitas pesanan bertambah besar.
Tetapi apabila semakin banyak komponen yang dipesan setiap kali
pesan. Jumlah pesanan per periode turun, maka biaya pemesanan
total per periode (tahunan) sama dengan jumlah pesanan yang
23
dilakukan setiap periode dikalikan biaya yang harus dikeluarkan
setiap kali pesan.
3. Biaya penyiapan (Set-up Cost).
Hal ini terjadi apabila bahan-bahan tidak dibeli, tetapi diproduksi
sendiri “dalam pabrik” perusahaan, perusahaan menghadapi biaya
penyiapan untuk memproduksi komponen tertentu. Biaya-biaya ini
terdiri dari :
a) Biaya mesin-mesin menganggur.
b) Biaya penyiapan tenaga kerja langsung.
c) Biaya penjadwalan.
d) Biaya ekspedisi dan lain sebagainya.
4. Biaya kehabisan atau kekurangan bahan (Shortage Cost)
Biaya kehabisan atau kekurangan bahan (Shortage Cost) adalah
biaya yang timbul apabila persediaan tidak mencukupi adanya
permintaan bahan. Biaya-biaya yang termasuk biaya kekurangan
bahan adalah sebagai berikut :
a) Kehilangan penjualan.
b) Kehilangan pelanggan.
c) Biaya pemesanan khusus.
d) Biaya ekspedisi.
e) Selisih harga.
f) Terganggunya operasi.
g) Tambahan pengeluaran kegiatan manajerial dan sebagainya.
24
2.2.4 Pengendalian Persediaan
Dalam suatu perusahaan, kelancaran seluruh kegiatan operasi harus
didukung oleh beberapa kegiatan penting. Pengendalian persediaan
merupakan salah satu kegiatan penting dari urutan kegiatan-kegiatan yang
berkaitan erat satu sama lain dalam seluruh operasi produksi perusahaan
sesuai dengan apa yang telah direncanakan lebih dahulu baik waktu,
jumlah, kuantitas, dan biayanya. Pengendalian persediaan ini meliputi
perencanaan persediaan jadwal untuk pemesanan, pengaturan penyimpanan,
dan lainnya. Pengendalian persediaan ini juga penting bagi semua jenis
perusahaan karena kegiatan ini dapat membantu tercapainya suatu tingkat
efesiensi penggunaan dalam persediaan.
2.2.5 Pengertian Pengendalian Persediaan
•
Menurut pendapat Assauri (2004,p176) : “Pengawasan persediaan
merupakan salah satu kegiatan dari urutan kegiatan-kegiatan yang
berurutan erat satu sama lain dalam seluruh operasi produksi
perusahaan tersebut sesuai dengan apa yang telah direncanakan
lebih dahulu baik waktu, jumlah, kuantitas, maupun biayanya.”
•
Menurut Fredy Rangkuti (2004,p25) : “Pengawasan persediaan
merupakan salah satu fungsi manajemen yang dapat dipecahkan
dengan menerapkan metode kuantitatif.”
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengendalian
persediaan adalah suatu aktivitas untuk menetapkan besarnya persediaan
25
dengan
memperhatikan keseimbangan antara besarnya persediaan yang
disimpan dengan biaya-biaya yang ditimbulkannya.
2.3
Tujuan Pengendalian Persediaan
Suatu pengendalian persediaan yang dijalankan oleh suatu
perusahaan sudah tentu mempunyai tujuan-tujuan tertentu. Menurut
pendapat Assauri (2004,p177) tujuan pengendalian persediaan secara
terperinci dapat dinyatakan sebagai usaha untuk :
a) Menjaga jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan
sehingga
dapat
mengakibatkan
terhentinya
kegiatan
produksi.
b) Menjaga agar pembentukan persediaan oleh perusahaan
tidak terlalu besar atau berlebih-lebihan, sehingga biayabiaya yang ditimbulkan dari persediaan tidak terlalu besar.
c) Menjaga agar pembelian kecil-kecilan dapat dihindari
karena ini akan berakibat biaya pemesanan menjadi besar
Dari
kegiatan
diatas
dapat
dikatakan
bahwa
tujuan
dari
pengendalian persediaan adalah untuk memperoleh kualitas dan jumlah
yang tepat dari bahan yang tersedia pada waktu yang dibutuhkan dengan
biaya-biaya minimum untuk keuntungan atau kepentingan perusahaan.
Dengan kata lain pengendalian persediaan untuk menjamin terdapatnya
persediaan pada tingkat yang optimal agar produksi dapat berjalan
dengan lancar dan biaya persediaan adalah minimum.
26
2.4
Model Persediaan
Perusahaan manufaktur dalam menjalankan usahanya membutuhkan
persediaan mulai dari keperluan bahan baku sampai pada barang jadi.
Manajemen persediaan ini bertujuan unutuk membantu perusahaan dalam
meningkatkan dan memberikan pelayanan yang maksimal kepada
konsumen. Pengadaaan stok barang-barang agar tidak terjadi kekurangan
atau kelebihan, karena jika terjadi kekurangan pelanggan akan merasa
tidak puas atas badan usaha tersebut. Sebaliknya jika terjadi kelebihan stok
bisa menimbulkan kerusakan terhadap barang-barang tersebut dan biaya
yang dikeluarkan tidak seimbang dengan hasil penjualan.
Disamping itu, harus diperhatikan juga segi-segi meminimalkan
biayanya sebab banyak biaya yang diperlukan dalam mengadakan stok
barang tersebut. Di antara biaya pembelian, biaya pengadaan atau
pemesanan, biaya penyimpanan, dan biaya kehilangan penjual. Untuk itu
maka diperlukan metode persediaan yang dapat mengantisipasi penentuan
diadakannya persediaan pada perusahaan tersebut.
Model persediaan pada manajemen persediaan menurut pendapat
Fredy Rangkuti (2004, p116) :
1. Prosedur Perolahan Bahan
Seluruh pembelian bahan dalam suatu perusahaan dilaksanakan oleh
Departemen / Divisi Pembelian. Untuk memperoleh laporan
pertanggungjawaban yang lengkap mengenai penggunaan seluruh
bahan yang dibeli, diperlukan sistem yang sistematis. Dengan
27
demikian, pembelian, pemakaian, maupun pemanfaatannya dapat
dilaksanakan secara cepat dan optimal.
2. Penyimpanan dan Penggunaan Bahan
Setelah semua bahan diterima oleh bagian gudang disertai dengan
salinan proposal penerimaannya dari Departemen Penerimaan dan
Pemeriksaan, barang- barang atau bahan disimpan secara cermat
yaitu :
 Barang disimpan dalam berdasarkan nomor perkiraan bahan;
 Frekuensi penggunaan bahan;
 Sifat, ukuran, dan bentuk bahan tersebut
3. Penentuan Harga Pokok persediaan
Penentuan harga pokok persediaan sangat tergantung dari metode
penilaian yang dipakai, yaitu metode FIFO (First In, First Out),
metode LIFO (Last In, First Out) atau metode harga pokok rata-rata
(Average Cost Method).
4. Metode Harga Ecer untuk Penentuan Harga Pokok Persediaan
Metode ini pada umumnya digunakan oleh retailer atau perusahaan
dagang eceran, misalnya pasar swalayan, department store dan
sebagainya.
5. Material Requirement Planning (Perencanaan Kebutuhan Material)
Material Requirement Planning (MRP) dapat mengatasi masalahmasalah
kompleks
yang
timbul
dalam
persediaan
yang
memproduksi banyak. Masalah ini antara lain kebingungan,
28
inefesiensi, pelayanan yang tidak memuaskan para konsumen. MRP
dapat menghasilkan banyak keuntungan, seperti mengurangi
persediaan dan biaya gabungannya (inventory hopding cost) karena
biaya itu hanya sebesar materi dan komponen yang dibutuhkan
2.5
Teknik Penentuan Ukuran Lot (Lot Sizing)
Menurut Herjanto (2004,p271) terdapat beberapa teknik penentuan
ukuran Lot, yang terdiri dari:
1.
Lot For Lot (LFL)
Metode Lot For Lot (LFL) atau metode persediaan minimal
berdasarkan pada ide menyediakan persediaan (memproduksi)
sesuai dengan yang diperlukan saja, jumlah persediaan diusahakan
seminimal mungkin. Jika pesanan dapat dilakukan dalam jumlah
berapa saja, pesanan sesuai dengan jumlah yang sesungguhnya
diperlukan (Lot For Lot) menghasilkan tidak hanya persediaan.
Biaya yang timbul hanya berupa biaya pemesanan. Apabila terjadi
keterlambatan dalam pengiriman barang, mengakibatkan terhetinya
produksi, jika persediaan itu berupa bahan baku pakan, atau tidak
terpenuhinya permintaan pelanggan apabila persediaan itu berupa
bahan jadi. Namun, bagi perusahaan tertentu seperti yang menjual
barang-barang yang tidak tahan lama, metode ini merupakan satusatunya pilihan yang terbaik.
2. Period Order Quantity (POQ)
Metode ini sering disebut juga dengan metode uniform order
29
cyle,
merupakan
pengembangan
dari
metode
EOQ
untuk
permintaan yang tidak seragam dalam beberapa periode. Rata-rata
permintaan digunakan dalam metode EOQ untuk mendapatkan ratarata jumlah barang setiap kali pemesanan. Angka ini selanjutnya
dibagi dengan rata-rata jumlah permintaan per periode dan hasilnya
dibulatkan ke dalam angka integar. Angka terakhir menentukan
jumlah periode waktu yang dicakup dalam setiap kali pemesanan.
3. Metode Part – Periode Balancing (PPB)
Metode ini merupakan salah satu pendekatan dalam menentukan
ukuran
lot untuk suatu kebutuhan materi yang tidak seragam
menjadi lot-lot yang dapat memperkecil total biaya persediaan.
Meskipun tidak menjamin diperolehnya biaya total yang minimum,
metode ini memberikan pemecahan yang cukap baik. Metode ini
mirip dengan model EOQ yang berusaha membuat biaya
penyimpanan sama dengan biaya pemesanan. Namun, berberapa
dengan model EOQ, metode ini dapat menggunakan jumlah
pesanan yang berbeda untuk setiap pesanan, yang dikarenakan
jumlah permintaan setiap periode tidak sama. Ukuran Lot dicari
dengan menggunakan pendekatan periode – bagian yang ekonomis
(economic part period, EPP), yaitu dengan membagi biaya
pesanan (biaya set-up) dengan biaya penyimpanan perunit per
periode.
30
4. Economic Order Quantity (EOQ)
Apabila menggunakan pendekatan EOQ, ukuran lotnya sebagai
berikut
Jumlah Persediaan
Q
Tingkat persediaan
Q/2
Rata-rata persediaan
Waktu
0
Gambar 2.1 Grafik persediaan model EOQ (sumber Eddy Herjanto)
Pada gambar 2.1grafik persediaan dalam model ini berbentuk gigi
gergaji karena permintaan dianggap konstan.
Keterangan
Q
= Jumlah barang dipesan (tingkat persediaan maksimum)
Q/2
= Persediaan Rata-rata ditangan
0
= Persediaan minimum
Karena permintaan nya konstan sepanjang waktu persediaan menurun
dengan tingkat yang sama sepanjang waktu. Pada saat persediaan
mencapai 0 pesanan untuk kelompok baru dapat
31
Jumlah Persediaan
Q-b
Q
Waktu
Gambar 2.1 Grafik Persediaan dalam model Pemesanan Tertunda (sumber Eddy Herjanto)
Gambar grafik persediaan diatas akan memperhitungkan stock out dan
back order dimana pesanan dari pelanggan akantetap diterima meskipun
pada saat itu tidak ada persediaan, permintaan akan dipenuhi kemudian.
Q
= Jumlah setiap pemesanan
Q-b
= Merupakan on hand inventory yang menunjukan jumlah
persediaan pada setiap awal siklus persediaan yaitu jumlah persediaan
yang tersisa setelah dikurangi back order barang yang dipesan oleh
pembeli tetapi belum dapat dipenuhi

Model persediaan dengan penerimaan bertahap
Pada persediaan sebelumnya kita mengasumsikan bahwa keseluruhan
pemesanan persediaan diterima dalam satu waktu. Meskipun demikian
pada saat-saat tertentu dimana suatu perusahaan dapat menerima
persediaan nya sepanjang suatu periode. Selama terjadi akumulasi
persediaan, unit dalam persediaan juga digunakan untuk produksi sehingga
menyebabkan berkurangnya persediaan.
32
Keadaan seperti ini biasanya terjadi jika perusahaan berfungsi
sebagai pelaku sekaligus pemakai yaitu memproduksi komponen dan
menggunakan dalam memproduksi suatu barang. Jadi jika pemasok dan
pembeli berbeda perusahaan terjadi jika pemasok mengirim pesanan
secara berangsur-angsur tanpa menunggu semua pesanan selesai dibuat,
sementara pembeli langsung menggunakan persediaan yang ada tanpa
menunggu semua pesanan tiba.
Tingkat
Persediaan
Akumulasi Produksi
Q
Ukuran
Persediaan Maksimum
Waktu
t0
td
Gambar 2.2 Grafik Persediaan dalam model penerimaan bertahap (Eddy Herjanto)
Diasumsikan bahwa kecepatan penerimaan barang melebihi kecepatan pendekatan
barang maka persediaan akan bertambah sampai produksi mencapai Q dari
pertumbuhan persediaan tidaklah vertical tetapi miring, periode tp dapat disebut
sebagai periode dimana terjadi produksi sekaligus penggunaan sedangkan td
merupakaan penggunaan saja.
33

Persediaan Pengaman dan Titik pemesanan ulang
Untuk memesan suatu barang sampai barang itu datang diperlukan jangka waktu
bervariasi. Perbedaan waktu antara saat memesan sampai saat barang itu datang
disebut waktu tenggang (lead time). Waktu tenggang dipengaruhi oleh
ketersediaan dari barang itu sendiri dan jarak lokasi antar pembeli dan pemasok
berada.
Karena adanya waktu tenggang, perlu adanya persediaan yang
dicadangkan selama menunggu barang datang yang disebut sebagai kebutuhan
pengaman (safety stock). Persediaan pengaman berfungsi untuk melindungi atau
menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan barang. Jumlah persediaan yang
menandai saat harus dilakukan pemesanan ulang sedemikian rupa sehingga
kedatangan dan penerimaan barang yang dipesan adalah tepat waktu disebut
sebagai titik pemesanan ulang (Reorder Poin, ROP). Titik ini menandakan bahwa
pembelian harus segera dilakukan untuk mengganti persediaan yang telah
digunakan.
2.6
Perencanaan Sistem Material Requirement Plannning
Pengendalian kebutuhan bahan baku pakan penting untuk kelangsungan
proses produksi. Metode yang digunakan dalam pengendalian bahan baku pakan
yaitu membuat suatu perencanaan dalam pemenuhan kebutuhan bahan baku pakan
salah satunya adalah menggunakan sistem Material Requirement Plannning.
34
Pengaturan material mempunyai pengertian sebagai suatu pengaturan yang
mencangkup hal- hal yang berhubungan dengan sistem persediaan yang sekaligus
sistem informasinya, agar dicapai sistem pengadaan material yang tepat waktu,
tepat jumlah, tepat bahan, dan tepat harga. Sistem pengaturan ini kemudian
dikenal dengan perencanaan kebutuhan bahan baku pakan atau dalam istilah asing
dikenal sebagai MRP (Material Requirement Planning)
Material Requirement Planning (MRP) dapat didefinisikan sebagai suatu
teknik atau set prosedur yang sistematis dalam penentuan kuantitas serta waktu
dalam proses pengendalian kebutuhan bahan terhadap komponen-komponen
permintaan yang saling bergantungan. (Dependent demand items). Permintaan
dependent adalah komponen barang akhir-seperti bahan mentah dan subperakitandimana jumlah sediaan yang dibutuhkan tergantung (dependent) terhadap jumlah
permintaan item barang akhir.
2.6.1 Tujuan MRP
Suatu sistem MRP pada dasarnya bertujuan untuk merancang suatu sistem
yang mampu menghasilkan informasi untuk mendukung aksi yang tepat
baik berupa pembatalan pesanan, pesan ulang, atau penjadwalan ulang.
Aksi ini sekaligus merupakan suatu pegangan untuk melakukan pembelian
dan/ atau produksi. Tujuan dari perencanaan kebutuhan bahan baku pakan
adalah sebagai berikut (Yamit, 2003):
1.
Menjamin tersedianya material, item, atau komponen pada saat
dibutuhkan untuk memenuhi jadwal induk produksi dan menjamin
tersedianya produk jadi bagi konsumen.
35
2.
Menjaga tingkat persediaan pada kondisi minimum
3.
Dengan adanya MRP jadwal produksi yang diharapkan dapat
dipenuhi sesuai rencana sehingga aktifitas pengiriman, dan aktifitas
pembelian dapat dilaksanakan sesuai prosedur yang ditetapkan
2.6.2 Komponen MRP
Tujuan dari MRP untuk menghasilkan informasi persediaan yang mampu
digunakan untuk mendukung melakukan tindakan secara tepat dalam
melakukan produksi. Agar MRP dapat berfungsi dan dioperasionalisasikan
dengan efektif ada beberapa persyaratan dan asumsi yang harus dipenuhi.
Adapun persyaratan yang dimaksud adalah (Gaspersz, 2004)
1. Tersedianya Jadwal Induk Produksi (Master Production Schedule),
yaitu suatu rencana produksi yang menetapkan jumlah serta waktu
suatu produk akhir harus tersedia sesuai dengan jadwal yang harus
diproduksi. Jadwal Induk Produksi ini biasanya diperoleh dari hasil
peramalan kebutuhan melalui tahapan perhitungan perencanaan
produksi yang baik, serta jadwal pemesanan produk dari pihak
konsumen.
2. Setiap item persediaan harus mempunyai identifikasi yang khusus.
Hal
ini disebabkan
karena biasanya
MRP
bekerja
secara
komputerisasi dimana jumlah komponen yang harus ditangani sangat
banyak, maka pengklasifikasian atas bahan, bagian atas bahan,
36
bagian komponen, perakitan setengah jadi dan produk akhir haruslah
terdapat perbedaan yang jelas antara satu dengan yang lainnya.
3. Tersedianya struktur produk pada saat perencanaan. Dalam hal ini
tidak diperlukan struktur produk yang memuat semua item yang
terlibat dalam pembuatan suatu produk apabila itemnya sangat
banyak dan proses pembuatannya sangat komplek. Walaupun
demikian,
yang
penting
struktur
produk
harus
mampu
menggambarkan secara gamblang langkah-langkah suatu produk
untuk dibuat, sejak dari bahan baku pakan sampai menjadi produk
jadi.
4. Tersedianya catatan tentang persediaan untuk semua item yang
menyatakan status persediaan sekarang dan yang akan datang.
Ada 4 macam yang menjadi ciri utama MRP, yaitu: (Nasution, 2002)
1. Mampu menentukan kebutuhan pada saat yang tepat, kapan suatu
pekerjaan akan selesai (material harus tersedia) untuk memenuhi
permintaan produk yang dijadwalkan berdasarkan MPS yang
direncanakan.
2. Menentukan kebutuhan minimal setiap item, dengan menentukan
secara tepat sistem penjadwalan.
3. Menentukan
pelaksanaan
rencana
pemesanan,
dengan
memberikan indikasi kapan pemesanan atau pembatalan suatu
pesanan harus dilakukan.
37
4. Menentukan penjadwalan ulang atau pembatalan atas suatu
jadwal yang sudah direncanakan.Apabila kapasitas yang ada
tidak mampu memenuhi pesanan yang dijadwalkan pada waktu
yang dikehendaki, maka MRP dapat memberikan indikasi untuk
melaksanakan rencana penjadwalan ulang (jika mungkin) dengan
menentukan prioritas pesanan yang realistis. Seandainya
penjadwalan ulang ini masih tidak memungkinkan untuk
memenuhi pesanan, maka pembatalan terhadap suatu pesanan
harus dilakukan.
2.6.3 Output dan Input MRP
Penggunaan MRP dimulai dengan mengestimasikan produkproduk apa saja yang dibutuhkan pada periode selanjutnya berdasarkan
master production schedule. Software MRP selanjutnya menghitung waktu
yang dibutuhkan dalam proses produksi manufaktur, Estimasi waktu
perakitan diterapkan pada setiap produk. Kemudian, sistem tersebut
mengelompokkan produk dalam daftar (bills of materials) untuk
dikembangkan oleh departemen teknik.
Sistem ini bekerja melalui proses input dan output. Proses input
dimasukkan dalam software yang digunakan untuk proses output. Proses
input dan output dalam MRP mencakup :
Ada 3 Input yang dibutuhkan dalam konsep MRP yaitu (Nasution, 2002):
38
1. Jadwal
Induk
Merupakan
suatu
Produksi
(Master
Production
produksi
yang
rencana
Schedule)
menggambarkan
hubungan antara kuantitas setiap jenis produk akhir yang
diinginkan dengan waktu penyediaannya
2. Struktur Produk (Product structure Record & Bill of Material)
Merupakan kaitan antara produk dengan komponen penyusunnya.
Informasi yang dilengkapi untuk setiap komponen ini meliputi :

Jenis Komponen

Jumlah yang dibutuhkan

Tingkat Penyusunannya
Selain ini ada juga masukan tambahan seperti :

Pesanan komponen dari perusahaan lain yang membutuhkan

Peramalan atas item yang bersifat tidak bergantungan

Status Persediaan (Inventory Master File atau Inventory Status
Record) Menggambarkan keadaan dari setiap komponen atau
material yang ada dalam persediaan, yang berkaitan dengan
Jumlah persediaan yang dimiliki pada setiap periode (on hand
inventory), Jumlah barang dipesan dan kapan akan datang (on
order Inventory, waktu ancang – ancang (lead time) dari setiap
bahan.
39
Ada 3 Output yang dibutuhkan dalam konsep MRP yaitu (Nasution,2002):
Keluaran MRP sekaligus juga mencerminkan kemampuan dan ciri dari
MRP, yaitu : (Gaspersz, 2004)
1. Jadwal Pesanan Terencana (Planned Order Schedule) adalah
penentuan jumlah kebutuhan material serta waktu pemesanannya
untuk masa yang akan datang.
2. Laporan Pengeluaran Pesanan (Order Release Report) berguna
bagi pembeli yang akan digunakan untuk bernegosiasi dengan
pemasok, dan berguna juga bagi manejer manufaktur, yang akan
digunakan untuk mengontrol proses produksi.
3. Perubahan terhadap pesanan yang telah direncanakan (Changes to
planning Orders) adalah yang merefleksikan pembatalan pesanan,
pengurangan pesanan, pengubahan jumlah pesanan.
4. Laporan Penampilan (Performance Report) suatu tampilan yang
menunjukkan sejauh mana sistem bekerja, kaitannya dengan
kekosongan stock dan ukuran yang lain. Terlihat pada gambar
Sistem MRP
Status persediaan ini harus diketahui untuk setiap bahan atau item dan
diperbaharui setiap terjadi perubahan untuk menghindari adanya kekeliruan dalam
perencanaan.
40
2.6.4 Proses MRP
Langkah - langkah dasar dalam penyusunan Proses MRP (Nasution,2002)
1. Kebutuhan Bersih (Netting) yaitu Proses perhitungan kebutuhan
bersih untuk setiap periode selama perencanaan.
2. Kuantitas Pesanan (Lotting) yaitu Proses penentuan besarnya
ukuran jumlah pesanan yang optimal untuk sebuah item,
berdasarkan kebutuhan bersih yang dihasilkan.
3. Rencana Pemesanan (Offsetting) Bertujuan untuk menentukan
kuantitas pesanan yang dihasilkan proses lotting. Penentuan
rencana saat pemesanan ini diperoleh dengan cara mengurangkan
saat kebutuhan bersih yang harus tersedia dengan waktu menunggu
(Lead Time).
4. Proses perhitungan kebutuhan kotor (Exploding): Merupakan untuk
tingkat (level) yang lebih bawah dalam suatu struktur produk, serta
didasarkan atas rencana pemesanan.
2.7
Kerangka Pemikiran
Persaingan yang tinggi akan menyebabkan setiap perusahaan
berlomba-lomba mengelola bisnis dengan efektif dan efisien agar dapat
memiliki daya saing yang tinggi. Pentingnya persediaan karena merupakan
salah satu aset diperusahaan, mencerminkan 40% dari total yang
diinvestasikan menurut Heizer ( 2001;314 ) dengan menggunakan system
MRP maka dapat diketahui bahan baku pakan yang diperlukan untuk
menyelesaikan suatu produk dimasa datang sehingga perusahaan dapat
41
mengoptimumkan persediaan bahan baku pakan yang diperlukan agar
jumlah persediaan tidak terlalu banyak tetapi juga tidak terlalu sedikit.
Serta pengendalian dan kualitas bahan pakan ternah sebelum diberikan
kepada ayam harus diperharikan agar ayam dapat menghasilkan telur
dengan baik dan meliliki telur yang berkualitas.
Berkaitan dengan investasi, maka apabila jumlah persediaan bahan
baku pakan terlalu besar maka akan mengakibatkan timbulnya biaya-biaya
yang seharusnya tidak terjadi, misalnya biaya penyimpanan. Namun
sebaliknya bila bahan baku pakan terlalu kecil maka akan menyebabkan
terganggunya kelancaran proses produksi akibat kekurangan bahan baku
pakan untuk di proses, hal ini mengakibatkan perusahaan tidak dapat
memenuhi rencana produksi tepat waktu.
Untuk menyusun sistem Perencanaan Kebutuhan MRP (Material
Requirement Planning) pada PT. Puri Kadusirung Raya Farm dibutuhkan
sejumlah data atau daftar kebutuhan bahan, persediaan, penerimaan yang
diperkirakan, dan jadwal produksi induk untuk menentukan kebutuhan
material. Data-data tersebut dibutuhkan karena MRP merupakan sebuah
teknik permintaan terkait, yang menggunakan sejumlah data sebagai
masukan, terutama Jadwal Produksi Induk (Master Production Schedule)
dimana jadwal produksi merupakan gambaran atas periode perencanaan
dari suatu permintaan, termaksud peramalan, backlog, rencana suplai/
penawaran, persediaan akhir, dan kuantitas yang dijanjikan tersedia ATP
(available to promise).
42
Untuk menyusun Jadwal Produksi Induk (Master Production
Schedule – MPS) Aktivitas penjadwalan produksi induk pada dasarnya
berkaitan dengan bagaimana menyusun dan memperbaharui jadwal
produksi induk, memproses transaksi dari MPS, memelihara catatan MPS,
mengevaluasi efektivitas dari MPS, dan memberikan laporan evaluasi
dalam periode waktu yang teratur untuk peninjauan ulang. Adapun fungsi
dari Jadwal Induk Produksi adalah sebagai berikut (Gaspersz, 2004):
1. Menjadwalkan produksi dan order pembelian untuk item-item JIP.
2. Memberikan input dasar bagi sistem MRP.
3. Menjadi dasar bagi penentuan kebutuhan sumber daya (tenaga kerja,
waktu, mesin, dan lain-lain).
4. Menjadi dasar dalam membuat janji pengiriman pada konsumen.
Pada saat akan mendesain MPS, perlu diperhatikan beberapa faktor utama
yang menentukan proses penjadwalan produksi induk. Beberapa faktor utama
itu adalah (Gaspersz, 2004):
1. Lingkungan manufacturing.
2. Struktur produk.
3. Horizon perencanaan, waktu tunggu produk dan production time fences.
4. Pemilihan item-item MPS.
Untuk itu PT. Puri Kadusirung Raya Farm memerlukan sejumlah
data yang harus diolah terlebih duhulu, seperti data pemesanan dari
konsumen dan data persediaan
akhir bahan baku pakan. Dari data
43
pemesanan
(customer order)
sejumlah
produk , yang kemudian
perusahaan mencari tahu daftar kebutuhan bahan baku pakan (Bill Of
Material) BOM produk tersebut dengan melihat daftar komponen,
komposisi, dan jumlah dari setiap bagian yang diperlukan untuk membuat
satu unit produksi. Setelah itu, d i cek bagian ( Store Keeping) untuk
mengetahui jumlah bahan baku pakan utama yang telah tersedia atau
jumlah persediaan bahan baku pakan akhir (bahan baku pakan utama sisa
produksi sebelumnya).
Bila
kedua
hal
tersebut
diketahui
dengan
jelas,
barulah
penghitungan menggunakan metode MRP Lot For Lot. Setelah diketahui
hasil penghitungan menggunakan metode MRP Lot For Lot, barulah
hasilnya dibandingan dengan sistem yang berjalan di perusahaan. Bila
hasil penghitungan MRP Lot For Lot lebih minimal dibandingkan
dengan sistem yang berjalan, maka selanjutnya dilakukan penerapan sistem
MRP pada PT. Puri Kadusirung Raya Farm
Serta Pengawasan mutu dilakukan pada setiap aktivitas dalam
menghasilkan produk dimulai dari bahan baku pakan, proses produksi
hingga produk akhir. Bahan baku pakan yang digunakan sebagai input
dalam industri pakan ternak diperoleh dari berbagai sumber, mempunyai
kualitas yang sangat bervariasi. Bervariasinya kualitas bahan baku pakan
disebabkan oleh variasi alami (natural variation), pengolahan (processing),
pencampuran (adulteration) dan penurunan kualitas (damaging and
deterioration).
44
Gambar 2.1 Prinsip metode MRP
Persaingan
Pelanggan
Perencanaan
Agregat
Ramalan
Permintaan
MPS
Perencanaan
Kapasitas
Master Production
Schedule
Design Teknis
Catatan
Persediaan
Bill of
Material
Transaksi
Persediaan
Kebutuhan unit
Pembelian Pesanan
Pesanan
Perencanaan
Kapasitas
Pengendalian
Penjual
Gambar Sistem MRP
Operasi
Produksi
Download