20 KERAMIK BMKT HASIL SURVEI KEPURBAKALAAN DI KABUPATEN BELITUNG Listiyani * 1. Latar Dewasa ini banyak para nelayan di perairan nusantara baik disengaja maupun tidak sengaja menemukan benda-benda peninggalan bawah air. Benda yang ditemukan merupakan benda tinggalan kapal karam. Oleh masyarakat temuan benda yang dimaksud ini sering disebut sebagai harta karun. Sedangkan pemerintah sendiri menyebutnya dengan istilah BMKT (Benda Muatan Kapal Tenggelam). BMKT dapat dikategorikan sebagai benda cagar budaya yang keberadaannya dilindungi UU nomor 5 Tahun 1992. BMKT asal bawah air berdasarkan pengelompokkan artefak dapat dikelompokkan menjadi: 1. Benda-benda muatan (kargo) 1. Benda-benda pribadi 2. Sarana transportasi (perahu dan kapal) 3. Sisa permukiman (Atmodjo:2007). Berdasarkan pengelompokkkan tersebut ternyata benda muatan (kargo) paling banyak ditemukan di perairan Indonesia. Benda muatan kapal yang pernah dilakukan pengangkatan dari bawah air antara lain berupa keramik, barangbarang logam, batangan emas dan lain sebagainya. Kapal-kapal yang karam di perairan ini sebagian besar merupakan kapal dagang yang memuat benda-benda dagangan dari negaranegara produsen seperti Negara Cina, Thailand, Vietnam dan pada masa-masa berikutnya negara-negara dari Eropa. Benda muatan yang paling banyak ditemukan adalah berupa keramik. Oleh pedagang asing komoditi keramik ini ditukar dengan hasil bumi berupa rempahrempah. Namun karena berbagai faktor kapalkapal dagang beserta muatannya banyak yang tidak sampai di pelabuhan dan pada akhirnya tenggelam di dasar laut. Faktor penyebab tenggelamnya kapal ini diantaranya karena faktor alam seperti cuaca buruk yang RELIK NO. 06/SEPTEMBER 2008 mengakibatkan kapal tenggelam karena menabrak karang, dan faktor manusia diantaranya karena adanya perompak, peperangan, kelebihan muatan dan sebagainya. 2. Pulau Belitung Letak Pulau Belitung secara geografis pada bagian utara berbatasan dengan Laut Cina Selatan, sebelah timur Selat Karimata, bagian barat berbatasan dengan Selat Gaspar dan batas selatan dengan Laut Jawa. Belitung sebagai kabupaten kepulauan banyak dikelilingi pulaupulau besar dan kecil yaitu sekitar 189 pulau. Luas wilayah Belitung seluas 34.496 km 2, terdiri dari 4.800 km2 daratan dan 29.606 km2 perairan. Ibukota kabupaten ini adalah Kota Tanjung Pandan, sebelumnya Belitung merupakan wilayah bagian dari Provinsi Sumatera Selatan, namun sejak ditetapkan UU tertanggal 21 November 2000 kini Kepulauan Bangka Belitung telah menjadi provinsi sendiri yaitu provinsi yang ke-31. Peta Topografi Belitung 1(Sumber: Bakosurtanal) Menurut catatan sejarah bahwa sejak abad ke-7 Pulau Bangka Belitung sudah dikunjungi orang-orang Hindu yang datang dari Siantan, Johor dan Malaysia. Kemudian disusul oleh bangsa Belanda, Inggris dan Jepang dalam Perang Dunia II. Pulau ini pada abad ke-7 21 hingga abad ke-13 berada dibawah pengaruh kerajaan Sriwijaya, sedangkan abad ke-14 – ke17 dibawah pengaruh kerajaan-kerajaan di Jawa. Pada abad ke-18 Pulau Belitung berada di bawah kekuasaan Sultan Palembang. Secara geografis letak Pulau Belitung merupakan jalur perdagangan internasional yang lebih dikenal dengan jalur sutra, diantaranya merupakan tempat perdagangan langsung antara Cina dan Eropa yang melewati Selat Sunda. Dengan demikian Belitung dapat menjadi tempat persinggahan kapal-kapal dagang dari Cina ke Eropa dan sebaliknya. Peninggalan benda cagar budaya masa lampau di kepulauan Belitung khususnya banyak terdapat di dalam laut yaitu berupa kapal-kapal karam (shipwreck) beserta muatannya (sunken treasure). Maka tidak mengherankan jika di perairan Belitung merupakan gudang peninggalan arkeologi bawah air. Ditinjau dari aspek ekonomis tinggalan arkeologi bawah air ini merupakan harta karun, karena memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Faktor ekonomis inilah yang mendorong orang untuk melakukan perburuan harta karun secara illegal. Pada tahun 1980-1990an telah dilakukan pengangkatan temuan arkeologis bawah air secara illegal oleh masyarakat setempat. Barang-barang yang ditemukan dalam jumlah besar antara lain berupa benda keramik yang pada waktu itu disimpan di Tanjung Klayan. Selain keramik juga ditemukan benda yang terbuat dari bahan logam namun jumlahnya relatif sedikit. Perekaman data terhadap temuan peninggalan bawah air di Belitung menunjukkan jenis yang beragam yaitu dari abad ke-10 sampai masa penjajahan (kolonial). Hasil pendataan yang dilakukan Direktorat Bawah Air, situs-situs arkeologi bawah air di Belitung antara lain: Shipwreck yang terdapat di perairan Desa Sungai Pandan, Kecamatan Sijuk, Kabupaten Belitung, (bangkai kapal masih tersisa). Shipwreck Batu Hitam, pada tahun 1998 telah diekplorasi oleh pihak swasta (isi muatan yang utuh sudah terangkat, yang tertinggal adalah bangkai dan artefak yang tidak utuh). Shipwreck perairan pulau Siadung. RELIK NO. 06/SEPTEMBER 2008 Shipwreck perairan Karang raya. Situs Shipwreck Batu Hitam telah diekplorasi oleh PT Sulung Segara Jaya yang bekerja sama dengan Seabed dengan titik lokasi 00240831LS dan 01735520LS atas ijin pengangkatan yang dikeluarkan oleh Panitia Nasional BMKT. Berhasil mengangkat 47.759 buah benda yang terdiri dari berbagai jenis keramik, logam, kaca, kayu, gading, batu, tulang, sisa-sisa kapal dan sejumlah benda lainnya. Hasil analisis yang dilakukan para ahli menunjukkan bahwa temuan keramik terdiri dari guci, mangkuk, cangkir, teko, kendi, dan berbagai bentuk lainnya yang seluruhnya berasal dari Cina masa pemerintahan Dinasti Tang yang memerintah tahun 618- 907 M (R.Widiati:27). 3. Keramik BMKT Benda keramik merupakan barang komoditi yang paling banyak digemari oleh masyarakat dunia pada masa lalu. Hampir di setiap muatan kapal yang karam (shipwreck) memuat benda keramik dalam jumlah yang tidak sedikit. Keramik yang ditemukan umunya dalam kondisi yang masih baik, walaupun ada sebagian yang sudah tidak utuh lagi, hal ini menunjukkan bahwa kwalitas pembakaran keramik cukup baik sehingga mampu bertahan lama dan tidak mudah rusak atau luntur walaupun terendam di dalam air garam. Lapisan keramik berupa glasir yang mengilap seperti kaca dengan konsentrat selika (SiO2) mampu membuat keramik kedap air sehingga bentuk dan keindahan ragam hias pada keramik masih dapat bertahan. Keramik yang diangkat dari kapal tenggelam, kebanyakkan berasal dari negeri Cina masa pemerintahan Dinasti Tang hingga Dinasti Qing. Selain itu juga ditemukan keramik asal dari Thailand, Vietnam, Jepang dan Eropa. Berikut adalah pendataan benda keramik hasil survey kepurbakalaan di Kabupaten Belitung dan milik salah seorang kolektor dari Kota Tanjung Pandan. Namun asal lokasi temuan tidak dapat diketahui dengan pasti sebab mereka memperoleh benda ini dengan cara ganti rugi dari para nelayan yang berprofesi mencari harta karun. 22 Keramik Cina Keramik yang berasal dari negeri Cina yang ditemukan di perairan Pulau Belitung diantaranya berupa mangkuk, kendi, buli-buli dan piring. Keramik dari Cina yang berhasil didata umumnya berasal dari masa Dinasti Tang, Song, Yuan dan Ming. a. Dinasti Tang Keramik yang dibuat pada masa Dinasti Tang (abad ke-8 - 9 M) yang ditemukan dan berhasil didata dari perairan Belitung antara lain berupa mangkuk dan kendi. Mangkuk keramik dari masa ini umumnya terbuat dari bahan batuan berwarna abu-abu dengan glasir tiga warna atau sering disebut dengan istilah glasir sancai. Biasanya glasir ini dilakukan dengan teknik celup dengan warna dominan abu-abu kehijauan dan pada permukaan tepian diglasir lagi dengan menyelupkan pinggiran mangkuk dengan cara pengulangan beberapa kali dan pada umumnya glasir berwarna coklat pekat. Pada badan bawah hingga dasar luar mangkuk tidak berglasir. Dasar mangkuk bagian dalam biasanya dihias dengan motif flora dengan berbagai variasi. Mangkuk seperti ini dibuat di Cina di Changsa kiln. Selain mangkuk, bentuk kendi yang juga dibuat pada masa Dinasti Tang ditemukan di kapal karam. Kendi adalah istilah yang sering dipakai di Indonesia sedangkan istilah asingnya adalah ewer. Jenis kendi yang berhasil didata memiliki badan berbentuk seperti guci yaitu bulat lonjong dengan leher rendah dan mulut mengecil serta memiliki bibir agak tipis dan sedikit mengarah keluar. Pada bahu terdapat tangkai dan dua buah kupingan berbentuk vertikal dan sebuah cucuk yang berukuran kecil yang mengarah ke atas. Pada permukaan diberi glasir namun kondisinya sudah aus karena terrendam terlalu lama dalam laut dan terdapat sisa-sisa lengketan kerang laut. Hiasan terdapat di permukaan badan di bawah kupingan dengan teknik cetak bermotif flora. Kendi Tang Mangkuk Changsa Ware Dengan hiasan motif rumput. Mangkuk Changsa Ware dengan hiasan berupa kelopak bunga RELIK NO. 06/SEPTEMBER 2008 b. Dinasti Song Selain keramik masa Dinasti Tang, terdapat juga keramik masa Dinasti Song, diantaranya berupa: mangkuk dan buli-buli. Mangkuk keramik dari masa Dinasti Song (abad ke-10 – 13 M) terbuat dari bahan batuan berporselin. Istilah bahan seperti ini digunakan untuk keramik yang kandungan kaolinnya tidak terlalu banyak, biasanya bahan berwarna putih keabuan bertekstur padat dan halus. Pada permukaan mangkuk diberi glasir warna putih keabuan hingga batas lingkar kaki, sedangkan dasar luar rata tanpa glasir. Mangkuk seperti ini biasanya 23 polos tidak memiliki hiasan terkadang ada hanya berupa garis lingkar yang terdapat pada dasar bagian dalam. c. Dinasti Yuan Sementara itu keramik Cina yang ditemukan pada masa Dinasti Yuan, diantaranya berupa piring. Piring berbentuk bulat dengan tepian terbuka dan bibir melundang-lundang. Pada permukaan diberi glasir berwarna abu-abu hingga batas lingkar kaki. Pada dasar luar rata tanpa glasir. Sedangkan dasar dalam terdapat sebuah lingkaran tanpa glasir (tapak kuda) dan terlihat jelas bahan yang dipakai berupa batuan berwarna putih keabuan. Hiasan gores terdapat pada permukaan dinding dengan motif geometris. Mangkuk Song Kondisi bertumpuk dan terdapat lengketan karang laut karena lama terpendam di dasar laut sehingga sulit untuk dipisahkan. Sementara bentuk buli-buli yang diketemukan umumnya berbentuk menyerupai guci, namun ukurannya berbeda. Buli-buli biasanya memiliki ukuran tinggi tidak lebih dari 25 cm. Salah satu buli-buli yang berhasil didata adalah buli-buli dengan badan berbentuk bulat dengan mulut dan lingkar kaki mengecil. Leher berukuran sedang dan di atas bahu terdapat dua buah kupingan berukuran kecil serta berbentuk vertikal. Glasir warnanya sudah berubah karena aus, permukaan dinding dihias gores di bawah glasir dengan motif flora sedangkan bagian bawahnya dihias motif geometris berupa garisgaris vertikal. Buli-buli ini terbuat dari bahan batuan berwarna abu-abu. Berukuran tinggi 9 cm dengan 18 cm. Berasal dari Cina masa Dinasti Song abad ke-12 - 13 Masehi. Buli-Buli abad ke-12 - 13 Masehi RELIK NO. 06/SEPTEMBER 2008 Piring abad ke- 13 Masehi d. Dinasti Ming Keramik pada masa Dinasti Ming yang ditemukan di Kabupaten Belitung berbentuk piring dan mangkuk. Pada umumnya dasar bahan keramik yang digunakan berupa bahan porselin berwarna putih dan ada juga yang berwarna putih keabuan. Sedangkan glasir yang dijumpai berwarna putih-biru. Piring yang berhasil didata ini adalah piring Ming dengan hiasan oles warna biru berupa tiga orang sedang berbincang-bincang yang terdapat pada permukaan dasar. Sedangkan pada permukaan tepian dihias motif flora, dan lambang Buddha yang terbagi dalam panel-panel. Hiasan seperti ini sering disebut dengan Kraak Sytile. Piring ini memiliki 30 cm. Dibuat sekitar abad ke-17 M. 24 Piring Ming Kraak Sedangkan mangkuk masa Dinasti Qing bahan terbuat dari porselin berwarna putih, bertekstur halus dan rapat. Glasir berwarna putih-biru melapisi seluruh permukaan. Hiasan dengan teknik oles warna biru dengan motif flora dan motif meander yang terdapat pada permukaan dinding bagian luar. Mangkuk ini diproduksi di Cina sekitar abad ke-19-an. bahan batuan berwarna abu-abu kemerahan, berglasir warna abu-abu kehijauan seladon namun kondisi glasir sudah mulai kusam. Pengglasiran dilakukan hingga batas badan bawah. Sedangkan dasar luar dan lingkar kaki tidak diberi glasir, berwarna kemerahan dan terdapat garis lingkar berwarna kehitaman serta lengketan pasir. Hiasan terdapat pada permukaan dinding bagian dalam dengan teknik gores di bawah glasir bermotif meander (garis-garis lengkung) dan pada dinding bagian luar dihias teknik cetak berupa alur-alur vertical. Mangkuk ini memiliki ukuran tinggi 9,5 cm dan diameter 28 cm. Masa pembuatan abad 12-13 Masehi. Mangkuk asal Thailand Mangkuk seperti ini banyak ditemukan di kapal Tek Sing Wreck Bentuk mangkuk asal Thailand lainnya yang ditemukan memiliki badan berbentuk bulat dan tepian terbuka serta memiliki kaki berukuran tinggi. Bahan terbuat dari batuan berwarna abuabu kemerahan. Permukaan diberi glasir warna abu-abu kehijauan seladon dan berhias teknik gores dengan motif flora berupa sulur-sulur daun pada permukaan tepian bagian dalam. Sedangkan dinding bagian luar dihias cetak berupa daun-daun runcing (teratai), dan pada permukaan kaki dihias garis-garis lingkar. Berukuran tinggi 15,5 cm dan diameter 19,5 cm. Mangkuk yang ditumbuhi karang Karena terlalu lama didalam laut. Keramik Thailand Keramik asal Thailand yang ditemukan di perairan Belitung yaitu berupa mangkuk dengan berbagai variasi dan berbentuk guci. Mangkuk asal Thailand di bawah ini terbuat dari RELIK NO. 06/SEPTEMBER 2008 Mangkuk berkaki tinggi (steam bowl) 25 Sementara guci asal Thailand badan berbentuk bulat dengan leher rendah dan memiliki bibir tebal melipat keluar. Pada bahu terdapat empat kupingan horisontal dengan kedua ujung bertekan jempol. Guci ini berdinding tebal dan berat, berbahan batuan berwarna abu-abu kehitaman. Pada permukaan badan dihias gores dengan motif geometris berupa garis-garis lingkar. Guci Thailand Keramik Eropa Keramik yang berasal dari Eropa khususnya negara Belanda ini berupa washtafel. Bentuk washtafel bulat seperti mangkuk, namun memiliki ukuran yang lebih besar dan bagian dasarnya berlubang yang berfungsi sebagai pembuangan air. Salah satu sisi permukaan dinding agak datar dan terdapat tiga buah lubang berukuran kecil yang fungsinya sebagai tempat pengikat. Pada permukaan dinding dalam berglasir warna putih-biru dan berhias oles warna biru dengan motif pemandangan. Dibuat pada abad 19-20 Masehi. 4. Penutup Ditinjau dari ragam keramik yang ditemukan dari konteks jamanya yaitu berasal dari Cina dari masa Dinasti Tang abad 8-9 Masehi, hingga Dinasti Qing abad 19-an serta dari negara lain seperti Thailand dan Eropa memperlihatkan bahwa keramik BMKT Pulau Belitung ragamnya sangat bervariatif. Hal ini membuktikan bahwa perairan Belitung sejak masa Sriwijaya termasuk jalur pelayaran yang sering dilewati oleh kapal-kapal dagang. Dengan demikian banyaknya kapal-kapal yang karam di perairan Belitung serta muatannya merupakan aset yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pelestarian, sejarah bangsa, ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Selain itu tinggalan yang mengandung nilai komersil ini dapat dijadikan sebagai sumber penghasilan bagi daerah setempat. Daftar Pustaka Agus Widiatmoko, dkk. 2008 “Laporan Survei Kepurbakalaan di Kabupaten Belitung” Jambi: Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala. Atmodjo, Junus Satrio, 2007. “Artikel Pencatatan artefak asal Bawah Air” R. Widiati, M.HUM 2007 “Katalog Peninggalan Bawah Air Indonesia”. Direktorat Peninggalan Bawah Air. Laode M. Aksa 2007 Peningkatan Manfaat Dan Nilai Tambah Peninggalan Bawah Air di Kabupaten Belitung. Dalam “Varuna” Jurnal Arkeologi Bawah Air. Hal.72-83. Direktorat Peninggalan Bawah Air. * Penulis adalah Staf Pokja Dokumentasi dan Publikasi Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jambi Washtafel RELIK NO. 06/SEPTEMBER 2008 26 RELIK NO. 06/SEPTEMBER 2008