PEMANFAATAN ABU VULKANIK GUNUNG KELUD UNTUK MENGEMBANGKAN BADAN KERAMIK STONEWARE TANAH LIAT SUKABUMI Wahyu Gatot Budiyanto ABSTRAK Pengembangan badan keramik stoneware bakaran menengah dilakukan pada tanah liat Sukabumi. Tujuan penelitian ini adalah untuk 1) mendapatkan formula badan keramik stoneware bakaran menengah (1150oC-1250oC) dengan memanfaatkan abu vulkanik Gunung Kelud, 2) mendapatkan hasil produk keramik stoneware berglasir bakaran menengah (1150oC-1250oC) dengan menggunakan formula hasil pengembangan badan keramik. Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan (research and development) yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan mengkaji keefektifan produk tersebut. Instrumen dan teknik pengumpulan data dengan observasi dan dokumentasi, sedangkan analisis data menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Penelitian mencakup analisis mineral, plastisitas, penyusutan, vitrifikasi, porositas, kuat patah, dan penerapan glasir bakaran menengah cone 5 (1196oC). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) abu vulkanik Gunung Kelud dapat digunakan untuk mengembangkan formula badan keramik stoneware tanah liat Sukabumi untuk formula Sb-2, Sb-3, Sb-4, dan Sb-5; 2) hasil produk keramik dengan glasir opaq dan matt menunjukkan hasil bakaran yang bagus. Kata kunci: tanah liat Sukabumi, stoneware, abu vulkanik Gunung Kelud, glasir, keramik. PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang kaya sumber daya alam berupa bahan tambang, bahan mineral keramik yang melimpah: lempung lokal, kaolin, feldspar, kuarsa, ballclay, toseki dan lain-lain (Sukandarrumidi,1999). Industri keramik yang memproduksi bahan bangunan, keramik hias, tableware, dan produk lain menggunakan bahan tersebut sebagai bahan baku utama. Produk kerajinan keramik dapat berkembang dengan baik apabila didukung potensi sumber daya alam sebagai aset penyediaan bahan baku, sumber daya manusia untuk bekerja pada bidang kerajinan keramik, dan kekayaan seni budaya yang menjadi sumber inspirasi terciptanya produk keramik. Abu vulkanik Gunung Kelud yang meletus pada tanggal 13 Februari 2014 merupakan bahan material yang berupa batuan berukuran besar sampai kecil. Abu vulkanik Gunung Kelud yang jatuh di Yogyakarta merupakan batuan halus, memungkinkan sebagai bahan campuran pengembangan badan keramik. Hasil analisis 1 kimia BPCB Yogyakarta menunjukkan abu vulkanik Gunung Kelud mengandung silika (SiO2) 53.50%. Silika dibutuhkan sebagai bahan pengisi yang berfungsi mengurangi penyusutan, mengurangi plastisitas, mencegah keretakan, dan merupakan rangka dalam proses pembakaran. Produk keramik tradisional saat ini kurang begitu berkembang, salah satu faktor adalah kurangnya industri yang mengolah bahan tanah liat menjadi bahan baku untuk badan keramik siap pakai yang terstandar. Kondisi ini menjadikan produk keramik yang dihasilkan tidak konsisten dan kadang-kadang kualitasnya berbeda-beda dari waktu ke waktu. Salah satu alternatif pemanfaatan abu vulkanik Gunung Kelud adalah untuk mengembangkan formula badan keramik stoneware bakaran menengah (1150oC-1250oC). PERMASALAHAN Indonesia merupakan negara yang kaya akan potensi sumber daya alam berupa bahan mineral untuk pembuatan produk benda keramik. Abu vulkanik yang berasal dari gunung berapi juga merupakan potensi yang perlu dikembangkan sebagai bahan alternatif campuran badan keramik stoneware. Penelitian ini dimaksudkan memberikan salah satu alternatif pemanfaatan abu vulkanik Gunung Kelud sebagai bahan campuran untuk mengembangkan formula badan keramik stoneware tanah liat Sukabumi bakaran menengah (1150oC-1250oC). Berdasarkan hal tersebut maka permasalahan yang dikemukakan 1) Bagaimanakah formula badan keramik stoneware tanah liat Sukabumi bakaran menengah (1150oC-1250oC) hasil pengembangan yang memanfaatkan abu vulkanik Gunung Kelud? dan 2) Bagaimanakah produk keramik stoneware tanah liat Sukabumi berglasir bakaran menengah (1150oC-1250oC) dengan menggunakan formula hasil pengembangan badan keramik? LANDASAN TEORI Keramik Istilah keramik berasal dari bahasa Yunani keramos yang berarti periuk atau belanga yang dibuat dari tanah liat. Sedangkan yang dimaksud barang keramik ialah semua barang yang dibuat dari bahan-bahan tanah/batuan silikat yang proses pembuatannya melalui pembakaran suhu tinggi (Astuti, 2008). Tanah liat merupakan mineral yang terbentuk dari struktur partikel-partikel yang sangat kecil, terutama dari mineral-mineral yang disebut kaolinit, yaitu persenyawaan oksida alumina (Al2O3), dengan oksida silika (SiO2) dan air (H2O). Tanah liat dalam ilmu 2 kimia termasuk hidrosilikat alumina yang mempunyai rumus: Al2O3 2SiO2 2H2O. Formula tersebut terdiri dari 39% oksida alumina, 47% oksida silika, dan 14% air. Penggolongan badan benda keramik secara umum dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu earthenware (900oC-1060oC), stoneware (1150oC-1250oC), dan porselin (1250oC-1400oC) (Ambar Astuti, 2008). Pengembangan Formula Badan Benda Keramik Pengertian formula badan tanah liat menunjuk pada formula tertentu yang tersusun dari beberapa jenis tanah liat atau bahan lain yang dicampur menjadi suatu massa badan benda keramik. 1. Campuran Sistem Garis (Line Blend). Line blend merupakan metode tes praktis untuk menentukan persyaratan tanah liat dan hasil tes dipilih sesuai persyaratan tersebut (Frank dan Janet Hammer, 1997). Sistem ini dikembangkan dengan mencampur dua tanah liat sejenis. Tabel 1. Pencampuran Sistem Garis (Frank dan Janet Hammer, 1986) Jenis Tanah Liat Tanah Liat A Tanah Liat B 1 100 0 2 90 10 3 80 20 4 70 30 5 60 40 Formula 6 7 50 40 50 60 8 30 70 9 20 80 10 10 90 11 0 100 Pada tabel di atas terdapat sebelas formula, diantaranya: a. b. 2. Formula 2, terdiri dari 90% tanah liat A dan 10% tanah liat B Formula 3, terdiri dari 80% tanah liat A dan 20% tanah liat B Campuran Sistem Segitiga (Triaxial Blend). Dalam penelitian diperlukan campuran sistem tiga variabel yaitu lempung, flint (kuarsa) dan feldspar, untuk itu perlu menggunakan diagram triaxial (A.R. Suparta, 1992). Sistem ini dikembangkan dengan mencampur tiga tanah liat sejenis. TL. A 1 2 3 5 4 12 11 TL. B 16 17 9 8 7 6 18 10 14 13 19 15 20 21 TL. C Gambar 1. Campuran Sistem Segitiga (Suparta, 1992) Pada gambar terdapat dua puluh satu formula campuran, diantaranya: 3 a. b. Formula 2 terdiri dari 4 bagian A dan 1 bagian B Formula 3 terdiri dari 2 bagian A, 1 bagian B, dan 1 bagian C Pengujian Formula Badan Benda Keramik Agar diperoleh massa yang lebih baik, perlu dilakukan pengujian tanah liat terlebih dahulu (Astuti, 2008). Pengujian dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat fisika (plastisitas, penyusutan, porositas, warna bakar, dan suhu bakar) dan sifat kimia (kandungan bahan anorganik seperti kapur tohor, gips, garam alkali). 1. Analisis Mineral Tanah Liat dan Abu Vulkanik Gunung Kelud Untuk mengetahui mineral dan senyawaan oksida yang terkandung dalam tanah liat. Untuk mengetahui jenis mineral dalam tanah liat dilakukan analisis X-Ray Diffraction (XRD) (Brown, G.1972). Sedangkan senyawa oksida ditentukan dengan metode Spektroskopi Serapan Atom (SSA). 2. Plastisitas Plastisitas syarat utama berfungsi pengikat dalam proses pembentukan sehingga tidak retak atau berubah bentuk. Besar kecilnya partikel, zat yang membusuk, dan bakteri dalam tanah liat sangat mempengaruhi sifat plastisitasnya (Astuti, 2008). Bentuk partikel hexagonal yang datar, menyebabkan sifat plastis dan mudah dibentuk bila dicampur air, karena partikel-partikel tersebut saling meluncur. 3. Penyusutan Badan keramik akan menyusut ketika pengeringan dan pembakaran, karena hilangnya air mekanis maka partikel bergerak mendekat. Besarnya susut bakar tergantung beberapa faktor seperti jenis lempung, jumlah material organik, teknik pembentukan, dan suhu bakar. Susut bakar tanah liat 8%-25%, badan benda keramik yang memenuhi untuk semua kebutuhan penyusutannya tidak lebih 12% (Charles McKee, 1984). Cara perhitungan susut total (Charles McKee, 1984): Persentase Penyusutan 4. = panjang awal – panjang baru panjang awal x 100% Vitrifikasi (Kematangan) Suhu bakar keramik berkaitan langsung kematangan, yaitu keadaan benda keramik yang telah mencapai kematangan secara tepat tanpa mengalami perubahan bentuk. Tanah liat berubah menjadi keramik setelah suhu melebihi 600ºC menjadi suatu mineral padat, keras, dan permanen. Suhu kematangan ialah suhu dimana benda yang dibakar mengalami proses vitrifikasi, sehingga kandungan silika bebas yang ada di dalam tanah liat mulai melebur/menggelas mengisi sebagian atau seluruh rongga pori-pori. 4 5. Porositas Sifat porous terjadi karena tanah liat mengandung partikel halus dan kasar. Secara umum penyerapan air badan keramik porselen 0-2%, stoneware 1-5%, dan earthenware 4-10%. Pembakaran yang semakin tinggi akan mengurangi tingkat porositas, tetapi badan keramik harus dibakar pada suhu yang sesuai (Nelson, 1984 dalam McKee, 1984). Pada tanah liat plastis rongga antara partikel dan mineral lain terisi air, jika dibakar 600oC menjadi keramik yang poros, jika dibakar di atas 600oC silikat cair akan mengisi semua rongga sehingga terjadi penyusutan. Hal ini merupakan proses vitrifikasi yang sempurna, jika melampaui titik ini keramik akan mengalami perubahan bentuk dan meleleh (Frank dan Janet Hammer, 1986). Persentase porositas dihitung dengan rumus berikut (McKee, 1984): Porositas 6. = berat basah – berat kering berat kering x 100% Kuat Patah Kekuatan badan keramik untuk badan benda keramik stoneware pada pembakaran 1196oC harus mempunyai harga kuat patah minimal 15 MPa (SNI 1147-1989-A). Sifat mekanis dapat diuji dengan uji kuat patah (modulus of rupture), kuat desak, kuat tarik, maupun kuat lentur. Kuat patah dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Nuryanto, 1992): K = 3xGxP 2 x 1 x t2 Keterangan: K = Kuat lentur dalam kg/cm 2 G = Gaya yang mematahkan benda coba (kg) P = Jarak penumpu antara kedua titik tumpu benda coba/tile (cm) l = lebar benda coba/tile (cm) D = tebal benda coba/tile (cm) Glasir Glasir merupakan material dari bahan lempung/batuan silikat dimana selama proses pembakaran bahan-bahan tersebut akan melebur dan membentuk lapisan tipis seperti gelas yang melekat pada permukaan keramik. Secara sederhana, glasir terdiri tiga bagian: silika (SiO2) yang berubah menjadi kaca jika meleleh, fluks untuk menurunkan temperatur lebur atau mencairnya silika, dan alumina (Al2O3) untuk meningkatkan kepekatan glasir dan membuat glasir stabil (Daly, 1995). Suhu pembakaran glasir dibedakan tiga: 1) glasir rendah cone 016-02 (792oC-1120oC), 2) glasir menengah cone 02-6 (1120oC-1222oC), dan 3) glasir tinggi cone 6-14 (1230oC1370oC). Pemilihan glasir bakaran menengah yang matang antara cone 02-6 (1120oC1222oC) ini sesuai dengan kemampuan bakar badan benda keramik stoneware. 5 Pembakaran Tanah liat mengalami pembakaran melewati suhu 600oC maka tanah liat tersebut mengalami perubahan fisik dan kimia menjadi keramik yang tidak hancur oleh air. Peristiwa itu disebut ceramic change, sebab keramik tidak bisa dikembalikan menjadi tanah liat. Pembakaran yang melewati suhu 600oC, bukan berarti keramik tersebut telah matang sempurna.. Pembakaran biskuit pada umumnya dilakukan antara suhu 850oC900oC, hal ini agar badan keramik biskuit masih memiliki daya serap sehingga cairan glasir dapat melekat. Kajian Pustaka Hasil penelitian Kasiyan (2012) menyimpulkan campuran lumpur Lapindo dan abu vulkanik Gunung Merapi dapat difungsikan sebagai bahan baku untuk pembuatan keramik seni dengan komposisi minimal 70% lumpur Lapindo dan 30% abu Gunung Merapi, namun campuran yang ideal adalah lumpur Lapindo 60% dan abu Gunung Merapi 40%. Hasil penelitian Salwa Ayub dan Hamdzun Haron (2014) menyimpulkan abu vulkanik hasil erupsi Gunung Toba ribuan tahun lalu dapat digunakan sebagai pengganti silika untuk badan benda keramik, komposisi abu vulkanik antara 15%-25%, badan benda keramik dapat diglasir dengan baik pada pembakaran 1200oC, dan penggunaan 100% abu vulkanik Gunung Toba juga dimungkinkan untuk pembuatan keramik seperti ubin, tableware, dan lain-lain baik dengan teknik cetak pres maupun teknik putar. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan jenis penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan mengkaji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2010). Menurut Richey dan Klein (2007) design and development research terdiri dari dua kategori utama yaitu: (1) product and tool research, dan (2) model research. Penelitian pada kategori pengembangan produk tahapannya ialah: analisis (analysis), perencanaan (design), pengembangan (development), dan evaluasi (evaluation). Kajian pustaka dilakukan selama penelitian untuk menggali landasan teori guna mendukung data kuantitatif, sedangkan uji laboratorium untuk memperoleh data kuantitatif. Data yang diperlukan adalah karakteristik fisik dan kimia mineral tanah liat dengan XRD dan SSA, plastisitas, penyusutan, vitrifikasi, porositas, dan kuat patah, serta pengamatan tile hasil pembakaran glasir cone 5 (1196oC). Tahapan Penelitian 1. Studi Penjajagan 6 Jenis tanah liat stoneware yang selama ini digunakan merupakan tanah liat murni, produk keramik ini cukup banyak dan kualitasnya baik, untuk mengurangi penggunaan tanah liat stoneware murni diperlukan alternatif lain yaitu dengan memanfaatkan abu vulkanik Gunung Kelud. 2. Pengembangan Formula Badan Keramik Stoneware Pengembangan formula dilakukan dengan sistem garis yaitu pencampuran dua jenis bahan antara tanah liat Sukabumi dengan abu vulkanik Gunung Kelud. Formula yang dikembangkan seperti pada tabel 2. Tabel 2. Formula Badan Keramik Stoneware No Kode Tile 1 2 3 4 5 6 Sb-1 Sb-2 Sb-3 Sb-4 Sb-5 Sb-6 Tanah Liat Sukabumi 100 90 80 70 60 50 Formula Abu Vulkanik Gunung Kelud 0 10 20 30 40 50 Pengujian ini dilakukan meliputi kegiatan sebagai berikut: a. b. c. d. 3. Penyiapkan alat dan bahan, dilakukan pengeringan bahan tanah liat. Penyusunan formula badan keramik dengan sistem line blend. Pembuatan tile ukuran 4 x 7 x 0.8 cm dan dibuat tanda berjarak 5 cm. Pengujian, dilakukan dengan 1) menganalisis bahan tanah liat dan abu vulkanik, 2) uji plastisitas, 3) uji penyusutan, 4) uji vitirifikasi setelah pembakaran suhu 1196oC, 5) uji porositas, dan 6) uji kuat patah. Uji Produk Pengujian produk yang dilakukan dengan membuat produk keramik menggunakan formula badan keramik stoneware tanah liat Sukabumi bakaran menengah hasil pengembangan formula yang memenuhi persyaratan setelah proses pengujian. Pengujian produk dilakukan dengan pembentukan teknik putar menggunakan formula badan keramik stoneware dilakukan hingga proses pengglasiran. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang akurat dan lengkap diperlukan metode yang efektif, data yang sifatnya kuantitatif digunakan seperangkat instrumen uji laboratorium kimia, sedangkan untuk data yang bersifat kualitatif digunakan pedoman pengamatan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan secara langsung dan sisitematis hasil pengembangan badan keramik dari formula sistem line blend. terhadap gejala atau kondisi fisik yang nampak pada obyek penelitian berupa analisis mineral tanah liat dan abu vulkanik, plastisitas, penyusutan, vitrifikasi, porositas, dan kuat patah. 7 Pengumpulan data dokumentasi dilakukan melalui buku, catatan, dan referensi yang dipergunakan untuk melengkapi data yang lain. Teknik Analisa Data Data-data dianalisis secara deskriptif kuantitif dan kualitatif yaitu menelaah data yang diperoleh dari hasil pengujian formula badan keramik stoneware, melakukan reduksi data dan mengelompokkan hasil pengujian berdasar formula badan keramik stoneware, dan memvalidasi pengembangan formula badan keramik stoneware melibatkan expert judgement (pakar). Data yang terkumpul dari pengujian formula pengembangan badan keramik stoneware bakaran menengah selanjutnya dihitung serta disimpulkan hasilnya baik bersifat deskriptif kuantitatif maupun kualitatif. PEMBAHASAN Hasil penelitian dan pembahasan campuran sistem line blend yang merupakan campuran dari tanah liat stoneware Sukabumi dengan abu vulkanik Gunung Kelud bakaran menengah (1150oC-1250oC) adalah sebagai berikut: 1. Analisis Mineral Tanah Liat Sukabumi dan Abu Vulkanik Gunung Kelud Analisis mineral dilakukan sebagai dasar pengembangan badan keramik stoneware, untuk mengetahui jenis mineral yang terkandung dalam tanah liat Sukabumi dan abu vulkanik Gunung Kelud dilakukan analisis XRD. Tanah liat dan abu vulkanik yang halus dikenai sinar X sehingga diketahui jenis mineral yang ada. Sedangkan senyawa-senyawa oksida ditentukan dengan metode SSA. Hasil analisis XRD menunjukkan adanya perbedaan, kedua sampel mengindikasikan adanya kuarsa (Qz), kaolinit (Ka), dan kapur. Mineral kaolinit ini adalah penanda bahwa sampel tersebut merupakan jenis tanah liat. Hasil analisis SSA komposisi kimia tanah liat Sukabumi dan abu vulkanik Gunung Kelud ditunjukkan tabel 3. Tabel 3. Hasil Analisis Tanah Liat dan Abu Vulkanik Gunung Kelud No 1 2 3 4 5 6 7 Tanah Liat Sukabumi Unsur % SiO2 70.479 Al2O3 19.293 Na2O 0.206 Fe2O3 1.385 K2O 3.449 MgO 0.510 CaO 0.002 Abu Vulkanik Gunung Kelud Unsur % SiO2 53.50 Al2O3 13.44 SiO4 1.90 FeOx 3.05 CO3 7.39 MgO 2.91 CaO 2.19 Hasil analisis SSA menunjukkan silikon oksida merupakan senyawa yang dominan. Jumlah silika tidak semuanya berupa silika bebas, tetapi dapat berupa silikat (silika 8 yang bersenyawa dengan oksida lain membentuk mineral). Dari hasil analisis kandungan silika tanah liat Sukabumi 70.479%. Berdasarkan hal tersebut maka abu vulkanik Gunung Kelud dapat digunakan sebagai sumber silika, karena komposisi kimia tanah liat dan abu vulkanik memiliki korelasi sehingga memungkinkan keduanya sebagai bahan baku badan keramik. 2. Plastisitas Hasil pengujian plastisitas terhadap formula tanah liat Sukabumi menunjukkan formula tanah liat tersebut berada dalam kisaran skala 9 menurut skala Conrad (Conrad, 1984). Hasil uji plastisitas dapat dilihat pada tabel 4 Tabel 4. Hasil Pengujian Plastisitas No Kode Tile 1 2 3 4 5 6 Sb-1 Sb-2 Sb-3 Sb-4 Sb-5 Sb-6 Skala 8 6 9 V V V V V V Dari hasil pengujian plastisitas 6 formula tanah liat Sukabumi menunjukkan bahwa formula-formula tersebut berada dalam kisaran skala 9 menurut skala Conrad. Formula Sb-1 s.d. Sb-6 plastisitas cukup baik sampai skala 9. Berdasarkan hasil uji plastisitas semua formula layak digunakan, namun dalam hal ini adalah formula Sb1 s.d. Sb-5 yang layak digunakan. 3. Penyusutan Pengujian penyusutan badan tanah liat Sukabumi yang dilakukan adalah pengujian susut kering, susut bakar suhu 900oC, dan susut bakar suhu 1196oC untuk mengetahui penyusutan maksimal yang dipersyaratkan. Susut bakar formula badan keramik stoneware bakaran menengah suhu 1196oC ditunjukkan tabel 5 berikut. Tabel 5 Penyusutan Pembakaran Suhu 1196oC No Kode Tile Panjang Bakar Rata2 (cm) Susut Bakar (%) 1 2 3 4 5 6 Sb-1 Sb-2 Sb-3 Sb-4 Sb-5 Sb-6 4.38 4.41 4.43 4.47 4.43 4.43 12.33 11.87 11.40 10.53 11.47 11.40 Dari hasil pengujian susut bakar suhu 1196oC menunjukkan besarnya susut bakar formula Sb-1 s.d. Sb-6 antara 10.53%-12.33%. Berdasarkan hasil pengujian, maka 9 formula yang layak digunakan sebagai badan keramik stoneware bakaran menengah formula Sb-1 s.d. Sb-5. 4. Vitrifikasi (Kematangan) Pengujian vitrifikasi dilakukan setelah badan tanah liat mengalami proses pembakaran suhu 1196oC. Hasil pengujian vitrifikasi badan keramik stoneware tanah liat Sukabumi dengan melihat karakteristik yang menunjukkan warna mengarah dari terang ke gelap, cenderung semakin sulit tergores, penyusutan dan porositas cenderung semakin mengecil. Berdasarkan pengujian maka formula yang layak digunakan sebagai badan keramik stoneware bakaran menengah adalah formula Sb-1 s.d. Sb-5. 5. Porositas Hasil pengujian porositas badan keramik stoneware bakaran menengah dilakukan setelah proses pembakaran suhu 1196oC yang merupakan suhu kematangan tanah liat yang akan dicapai. Hasil uji porositas disajikan pada tabel 6 berikut. Tabel 6. Porositas pada Pembakaran Suhu 1196oC No 1 2 3 4 5 6 Kode Tile Sb-1 Sb-2 Sb-3 Sb-4 Sb-5 Sb-6 Porositas Rata-Rata (%) 3.71 4.08 2.50 2.16 1.77 1.50 Dari hasil pengujian porositas pada suhu pembakaran 1196oC menunjukkan besarnya porositas formula Sb-1 s.d. Sb-6 antara 1.50%-4.08%. Berdasarkan data hasil pengujian porositas maka formula yang layak digunakan sebagai badan tanah liat keramik stoneware bakaran menengah adalah formula Sb-1 s.d. Sb-6. 6. Kuat Patah Kekuatan badan keramik yang dinyatakan dengan angka kuat patah, untuk badan keramik stoneware pada pembakaran 1196oC harus mempunyai harga kuat patah minimal 15 MPa (SN1 1147-1989-A). Hasil uji kuat patah setelah proses pembakaran 1196oC disajikan pada tabel 7 berikut. Tabel 7. Kuat Patah Badan Keramik setelah Pembakaran Suhu 1196oC 10 No 1 2 3 4 5 6 Kode Tile Sb-1 Sb-2 Sb-3 Sb-4 Sb-5 Sb-6 Kuat Patah Rata-Rata (MPa) 17.07 17.91 19.26 19.84 15.78 17.81 Dari hasil pengujian setelah pembakaran suhu 1196oC menunjukkan besarnya angka kuat patah formula Sb-1 s.d. Sb-6 antara 15.78-19.84 MP. Berdasarkan data tersebut maka formula yang layak digunakan sebagai badan keramik stoneware adalah formula Sb-2 s.d. Sb-6. Dari hasil pengujian disimpulkan bahwa penambahan abu vulkanik Gunung Kelud pada tanah liat Sukabumi yang memenuhi persyaratan sebagai badan keramik stoneware adalah formula Sb-2, Sb-3, Sb-4, Sb-5. Hasil tersebut berdasarkan hasil pengujian plastisitas skala 9; penyusutan yang kurang dari 12%, karakteristik vitrifikasi yang sesuai dengan suhu pembakaran cone 5 (1196oC), porositas yang kurang dari 5%, dan kuat patah yang lebih dari 15 MPa. 2. Pengembangan Produk Untuk mengembangkan produk keramik dari formula yang memenuhi persyaratan selanjutnya formula tanah liat Sukabumi tersebut diglasir dengan glasir keramik stoneware pembakaran cone 5 (1196oC): Glasir Opaq Glasir Matt : Opaq Zirkon : Feldsapar Whiting Kaolin Zinc Oxide Kwarsa Titanium 100 5 + Cobalt 47.5 18.6 14.6 13.4 5.9 5 + Cupper oxide 2 1.5 Hasil tes glasir pada formula Sb-2, Sb-3, Sb-4, Sb-5 ditunjukkan gambar 2. Gambar 2. Hasil Tes Pembakaran Glasir Opaq dan Mat Suhu 1196oC 11 Dari tes glasir opaq dan glasir matt pada formula tanah liat Sukabumi Sb-2, Sb-3, Sb-4, dan Sb-5 untuk pembakaran cone 5 (1196oC) menunjukkan bahwa kedua resep glasir menghasilkan permukaan yang bagus. Dari hasil pengembangan formula tanah liat Sukabumi yang memenuhi persyaratan yaitu Sb-2, Sb-3, Sb-4, dan Sb-5 dan hasil tes glasir opaq dan glasir matt selanjutnya dibuat contoh produk keramik dengan pembentukan teknik putar langsung dan pembakaran glasir cone 5 (1196oC) menggunakan tungku gas. Sb-2 Sb-3 Sb-4 Gambar 3. Hasil Pembakaran Glasir Opaq Suhu Sb-2 Sb-3 Sb-5 1196oC Sb-4 Sb-5 Gambar 4. Hasil Pembakaran Glasir Matt Suhu 1196oC Contoh produk di atas menunjukkan bahwa glasir opaq dapat menyatu dengan baik, merupakan glasir penutup warna biru dari hasil pewarna oksida cobalt yang mengkilat, terjadi bintik-bintik hitam karena dalam proses pembakaran glasir terjadi reduksi. Sedangkan produk dengan glasir matt dapat menyatu dengan baik, merupakan glasir dof, terjadi bintik-bintik hitam, warna hijau kemerahan dan hijau kehitaman dari pewarna oksida cupper, hal ini disebabkan dalam proses pembakaran glasir terjadi reduksi sehingga oksida cupper sebagian akan berwarna kemerahan dan kehitaman. KESIMPULAN 1. Formula badan keramik stoneware bakaran menengah (1150oC-1250oC) hasil pengembangan dengan memanfaatkan abu vulkanik Gunung Kelud dengan suhu 12 pembakaran cone 5 (1196oC) adalah formula Sb-2 tanah liat Sukabumi 90% dan abu vulkanik 10%, Sb-3 tanah liat Sukabumi 80% dan abu vulkanik 20%, Sb-4 tanah liat Sukabumi 70% dan abu vulkanik 30%, Sb-5 tanah liat Sukabumi 60% dan abu vulkanik 40%. 2. Hasil produk keramik stoneware tanah liat Sukabumi berglasir bakaran menengah (1150oC-1250oC) dapat dilakukan dengan pembentukan teknik putar langsung dan penerapan glasir opaq dan glasir matt pada suhu pembakaran cone 5 (1196oC) menunjukkan hasil bakaran yang bagus, glasir opaq menghasilkan glasir penutup warna biru yang mengkilat sedangkan glasir matt menghasilkan glasir yang dof, bintik-bintik hitam, warna hijau kemerahan dan hijau kehitaman. DAFTAR PUSTAKA Astuti, Ambar. 2008. Keramik: Ilmu dan Proses Pembuatannya. Yogyakarta: Jurusan Kriya, Fakultas Seni Rupa, ISI. BPPT. 2011. BPPT Manfaatkan Abu Vulkanik Gunung Merapi dan Bromo Sebagai Bahan Glasir Keramik. Berita Teknologi Informasi, Energi & Material. http://www.bppt.go.id/index.php/teknologi-informasi-energi-dan-material/767. Diakses tanggal 3Juli 2014. Brown, G. 1972. The X-Ray Identification and Crystal Structure of Clay Minerals. Mineralogical Society (Clay Minerals Group). London. Conrad, J.W. 1980. Contemporary Ceramics Formulas. New York: MacMillan Publishing Co. Inc. Hammer, Frank and Janet. 1997. The Potters Dictionary of Materials and Techniques. London: A & C Black Publisher Limited. Kasiyan dan B. Muria Zuhdi. 2012. “Pengembangan Model Pemanfaatan Lumpur Lapindo dan Abu Gunung Merapi sebagai Bahan Baku Pembuatan Keramik Seni Earthenware dan Stoneware”. Jurnal Penelitian dan Pengembangan propinsi DIY. Volume IV. No. 6 Tahun 2012. McKee, Charles. 1984. Ceramic Handbook: A Guide to Glaze Calculation Material, and Processes. Belmont: Star Publishing Company. Nelson, Glenn C. 1984. Ceramics A Potter’s Hand Book. New York: CBS Collage Publishing. Rahman, Abdul. 2013. “Pemahaman Keplastisan pada Lempung”. Informasi Teknologi Keramik & Gelas. Vol. 34 No. 2. Kementerian Perindustrian. Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri. Balai Besar Keramik. 13 Reed, James S. 1988. Introduction to the Principles of Ceramic Processing. New York: Wiley & Sons, Incorporated, John. Richey, Rita C. & Klein, James D. 2007. Design and Development Research. New Jersey: Lawrence Elbaum Associate, Inc. Salwa Ayub dan Hamdzun Haron. 2014. “The Foundation of Ceramics Body using the Toba Volcanic Ash of Leggong”. Jurnal Teknologi. 67:1. 99-104. http://www.jurnalteknologi.utm.my. Diakses tanggal 1 Desember 2014. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Penerbit Alfabeta. Suparta, A.R. dkk. 1992. Hitung Keramik. Bandung: Depatemen Perindustrian, Badan Penelitian dan Pengembangan Industri, Balai Besar Industri Keramik. ..........2014. “Pelaksanaan Kegiatan Analisis abu vulkanik Gunung Kelud”. Tanggal 1421 Februari 2014 di laboratorium BPCB Yogyakarta. http://www.purbakalayogya.com/?page=berita-detail.html&judul=133. Diakses tanggal 15 Mei 2014. BIODATA PENULIS Nama : Wahyu Gatot Budiyanto NIP : 19620527 199203 1 002 Jabatan : Widyaiswara Madya Pangkat/Golongan : Pembina /IVa Spesialisasi : Kriya Keramik Instansi : PPPPTK Seni dan Budaya Jl. Kaliurang Km. 12,5 Yogyakarta 55581 Email : [email protected] 14