pengaruh faktor-faktor fundamental keuangan dan risiko sistematik

advertisement
Efektif
Juni Jurnal Bisnis dan Ekonomi
Vol. 2, No. 1, Juni 2011, 17 - 30
Handoko AH. & Endra J.
17
PENGARUH FAKTOR-FAKTOR FUNDAMENTAL KEUANGAN
DAN RISIKO SISTEMATIK TERHADAP HARGA SAHAM
PERUSAHAAN YANG TERGABUNG
DALAM JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII)
Handoko A.Hasthoro
Fakultas Ekonomi Universitas Janabadra
Endra Jepriyanto
Alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Janabadra
ABSTRAKSI
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti secara empiris pengaruh faktorfaktor fundamental keuangan yang terdiri dari return on assets (ROA), return on equity
(ROE), debt to total assets ratio (DTA), debt to equity ratio (DTE), dan risiko sistematik
terhadap harga saham perusahaan yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII).
Obyek penelitian ini adalah 46 perusahaan yang diambil secara purposive sampling
dari tahun 2005 sampai dengan 2008. Hasil perhitungan, pengujian, dan pembahasan
membuktikan bahwa faktor-faktor fundamental keuangan memiliki pengaruh signifikan
terhadap harga saham yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index. Beta saham sebagai
risiko sistematik tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham perusahaan
yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index.
Kata kunci : Faktor Fundamental Keuangan, Risiko Sistematik, Harga saham
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Keputusan investasi yang diambil
investor diharapkan dapat memberikan
hasil maksimal dengan risiko tertentu
atau hasil tertentu dengan risiko yang
minimal (Abidin, 2009). Harga saham
di pasar modal ditentukan oleh kekuatan
mekanisme pasar berdasarkan kinerja
perusahaan. Dalam menganalisa suatu
saham, investor perlu landasan, sehingga
digunakan konsep analisis fundamental
keuangan dan risiko sistematik yang
menunjukkan sensitivitas pergerakan
saham. Menurut Indra (2006) dan Abidin
(2009) analisis fundamental dan risiko
sistematik dapat membantu para investor
dan calon investor mengetahui mahal atau
terlalu murah harga saham.
Statemen keuangan memberikan
ikhtisar mengenai keadaan finansial suatu
perusahaan, dimana neraca dan statemen
laba rugi mencerminkan hasil-hasil yang
dicapai selama suatu periode tertentu yang
biasanya meliputi periode satu tahun
(Riyanto, 2001:327). Publikasi statemen
keuangan perusahaan merupakan salah
satu hal penting dan ditunggu para investor
di pasar modal, karena dari publikasi
tersebut investor dapat mengetahui
perkembangan perusahaan.
Penelitian Nguyen dalam Abidin
(2009) menunjukkan bahwa analisis
fundamental dapat membantu pengembalian saham dimasa yang akan datang
dan menjelaskan momentum hargaharga saham. Beberapa penelitian
terhadap analisa fundamental keuangan
18
Efektif Jurnal Bisnis dan Ekonomi
diantaranya Natarsyah (2000), Setiawan
(2003), Anastasia et al. (2003), Indra
(2006), Kartikasari (2007). Aruzzi
dan Bandi (2003) mengatakan bahwa
parameter penting dalam menilai risiko
suatu saham syariah antara lain adalah
tingkat suku bunga, rasio profitabilitas,
dan beta akuntansi.
Penelitian Setiawan (2003) dengan
menggunakan proksi assets growth,
leverage, likuiditas, total assets turn over
dan return on investment sebagai variabel
fundamental
menunjukkan
adanya
pengaruh yang signifikan terhadap
beta saham. Penelitian Abidin (2009)
menunjukkan bahwa ada beberapa rasio
keuangan seperti return on investmen
(ROI), earning per share (EPS), operating
profit margin (OPM), book value (BV)
dan beta saham sebagai risiko sistematik
yang berpengaruh signifikan terhadap
harga saham perusahaan consumer goods
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI).
Penelitian ini memfokuskan pada
perusahaan yang masuk dalam perhitungan
Jakarta Islamic Index (JII) dimana indeks
ini merupakan saham-saham syariah.
Saham-saham di JII di satu sisi merupakan
saham yang diperdagangkan sebagaimana
saham biasa, tetapi di lain pihak saham
tersebut merupakan “ethical investment”
karena telah memenuhi beberapa kriteria
ekonomi islam (Hanafi, 2007). Ethical
investment merupakan bentuk investasi
yang mengaitkan dengan ajaran ataupun
nilai-nilai tertentu. Kriteria syariah yang
ditetapkan oleh Dewan Syariah Nasional
terhadap saham-saham di JII merupakan
saham yang berlabel halal.
Hubungan yang terjadi antara tingkat
kembalian (return) dan risiko terhadap
saham yang berlabel halal yaitu adanya
harapan hasil investasi yang baik dan
tidak melanggar asas-asas dalam ekonomi
islam. Saham syariah menunjukkan
Juni
perkembangan yang cenderung naik dan
memiliki prospek yang baik sampai tahun
2007 (Nafik, 2009:264).
Penelitian ini merupakan replikasi
dari penelitian yang dilakukan Setiawan
(2003), Anastasia et al (2003), dan
Abidin (2009). Perbedaan dari penelitian
sebelumnya adalah pada periode dan
sampel penelitian yang digunakan yaitu
dari tahun 2005 sampai dengan 2008
yang terbatas pada perusahaan yang
masuk dalam Jakarta Islamic Index dan
yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia.
Penelitian ini juga menggunakan variable
debt to total assets ratio (DTA) dan debt
to equity ratio (DTE) untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam membayar
utangnya dengan assets dan equity yang
dimilikinya. Selain itu, variabel kinerja
perusahaan menggunakan rasio return on
equity (ROE) digunakan dalam penelitian
ini.
2. Perumusan Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas,
maka pertanyaan penelitian adalah: apakah
faktor-faktor fundamental keuangan dan
risiko sistematik berpengaruh terhadap
harga saham perusahaan yang tergabung
dalam Jakarta Islamic Index (JII) ?
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
1. Investasi Syariah di Pasar Modal
Indonesia
Dalam perekonomian yang semakin
modern, peran bursa efek semakin
penting khususnya di dunia investasi.
Perkembangan bursa efek konvensional
yang sangat pesat menjadi daya tarik
tersendiri bagi investor terutama yang
biasa berspekulasi dalam investasi (Nafik,
2009). Industri pasar modal Indonesia
mulai melirik pengembangan penerapan
prinsip-prinsip syariah islam sebagai
Juni
Handoko AH. & Endra J.
alternatif instrumen investasi dalam
kegiatan pasar modal di Indonesia.
Sejak secara resmi Badan Pengawas
Pasar Modal (BAPEPAM) meluncurkan
prinsip pasar modal syariah pada
tanggal 14 dan 15 Maret 2003 dengan
ditandatanganinya nota kesepahaman
antara BAPEPAM dengan Dewan Syariah
Nasional Majelis Ulama Indonesia
(DSN-MUI), maka dalam perjalanannya
perkembangan
dan
pertumbuhan
transaksi efek syariah di pasar modal
Indonesia terus meningkat. Kendala yang
dihadapi adalah selain masih belum
meratanya pemahaman dan pengetahuan
masyarakat Indonesia tentang investasi
di pasar modal yang berbasis syariah.
Kendala lainnya belum ditunjangnya
dengan peraturan yang memadai
tentang investasi syariah di pasar modal
Indonesia serta adanya anggapan bahwa
untuk melakukan investasi di pasar modal
syariah dibutuhkan biaya yang relatif
lebih mahal apabila dibandingkan dengan
investasi pada sektor keuangan lainnya.
Perbedaan secara umum antara pasar
modal konvensional dengan pasar modal
syariah dapat dilihat pada instrumen dan
mekanisme transaksinya, sedangkan
perbedaan nilai indeks saham syariah
dengan nilai indeks saham konvensional
terletak pada kriteria saham emiten yang
harus memenuhi prinsip-prinsip dasar
syariah. Secara umum konsep pasar modal
syariah dengan pasar modal konvensional
tidak jauh berbeda meskipun dalam
konsep pasar modal syariah disebutkan
bahwa saham yang diperdagangkan
harus berasal dari perusahaan yang
bergerak dalam sektor yang memenuhi
kriteria syariah dan terbebas dari unsur
ribawi, serta transaksi saham dilakukan
dengan menghindarkan berbagai praktik
spekulasi.
1
19
2. Jakarta Islamic Index
Indeks syariah atau biasa dikenal
dengan Jakarta Islamic Index (JII)
merupakan kumpulan indeks saham
beberapa perusahaan yang kegiatan
usahanya tidak bertentangan dengan
syariah. Indeks ini diperkenalkan oleh
Bursa Efek Jakarta (BEJ) bekerja sama
dengan PT Danareksa Investment
Management (DIM) pada tanggal 3 Juli
2000. JII ini diharapkan menjadi tolok
ukur kinerja saham-saham yang berbasis
syariah serta untuk lebih mengembangkan
pasar modal syariah di Indonesia.
Saham dalam JII terdiri atas 30
saham yang keanggotaannya akan terus
ditinjau secara berkala berdasarkan
kinerja transaksi di perdagangan bursa,
rasio-rasio keuangannya, dan ketaatannya
pada prinsip-prinsip syariah (Nafik,
2009:260). Seiring perkembangan pasar,
tugas pemilihan saham-saham dalam JII
dilakukan oleh BAPEPAM-LK bekerja
sama dengan Dewan Syariah Nasional
(DSN). Kriteria yang digunakan untuk
menentukan saham-saham yang masuk
dalam perhitungan JII adalah:
a. Memilih kumpulan saham dengan
jenis usaha utama yang tidak
bertentangan
dengan
prinsip1
prinsip syariah dan sudah tercatat
lebih dari 3 bulan (kecuali bila
termasuk di dalam saham-saham 10
berkapitalisasi besar).
b. Saham yang berdasarkan laporan
keuangan tahunan atau tengah tahun
memiliki rasio kewajiban terhadap
aktiva maksimal sebesar 30%.
c. Memilih 60 saham dari susunan
diatas berdasarkan urutan rata-rata
kapitalisasi pasar terbesar selama
satu tahun terakhir.
d. Kemudian dipilih dari 30 saham
dengan urutan tingkat likuiditas rata-
Prinsip-prinsip syariah adalah (1) Emiten tidak menjalankan usaha perjudian/permainan yang tergolong judi atau
perdagangan yang dilarang, (2) bukan merupakan lembaga keuangan konvensional, (3) emiten tidak memproduksi,
mendistribusikan, memperdagangkan makanan dan minuman haram, (4) emiten bukan usaha yang memproduksi,
mendistribusikan, dan menyediakan barang/jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat.
20
Efektif Jurnal Bisnis dan Ekonomi
rata nilai perdagangan reguler selama
satu tahun terakhir.
Kinerja saham-saham syariah yang
terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII)
mengalami perkembangan yang cukup
baik, hal ini terlihat dari kenaikan indeks
JII sebesar 307,62 di tahun 2006 menjadi
476,02 di tahun 2007 (Nafik, 2009:264).
Kondisi ini menunjukkan bahwa kinerja
Jakarta Islamic Index terus meningkat
dan lebih stabil.
3. Harga Saham
Menurut Jogiyanto (2009) harga
saham dapat ditentukan berdasarkan nilai
buku (book value), nilai pasar (market
value), dan nilai intrinsik (intrinsic
value). Nilai buku merupakan nilai saham
menurut pembukuan perusahaan emiten.
Nilai pasar merupakan nilai saham di
pasar saham dan nilai intrinsik merupakan
nilai yang sebenarnya dari saham.
Nilai pasar merupakan harga saham
yang terjadi di pasar bursa pada saat
tertentu yang ditentukan oleh pelaku
pasar (Jogiyanto, 2009). Harga pasar
ini merupakan harga jual dari investor
yang satu dengan investor yang lain.
Oleh sebab itu harga pasar inilah yang
menyatakan naik turunnya suatu saham
di pasar bursa.
Riset Chen, Roll, dan Ross (1996)
dalam Hijriah (2007) menyatakan bahwa
terdapat empat faktor yang mendasari
perubahan harga saham, seperti kegiatan
industri, tingkat inflasi, perbedaan antara
tingkat bunga jangka pendek dan jangka
panjang, dan perbedaan antara tingkat
keuntungan obligasi yang beresiko tinggi
dan rendah. Akan tetapi yang menjadi
penyebab utama terjadi fluktuasi harga
saham yaitu kondisi perekonomian dan
kinerja perusahaan.
Juni
Penilaian harga saham bertujuan
untuk menilai saham-saham manakah
yang paling menguntungkan bagi investor.
Saham-saham yang harga pasarnya lebih
rendah dari nilai intrinsik (under price),
layak untuk dibeli, sebaliknya sahamsaham yang harga pasarnya lebih tinggi
dari nilai intrinsik (over price), tidak
layak dibeli.
Menurut Jogiyanto (2009) penilaian
harga saham menjelaskan dua pendekatan
untuk nilai intrinsik saham, yaitu:
a. Pendekatan nilai sekarang (present
value approach)
Pendekatan nilai sekarang juga
disebut dengan metode kapitalisasi
laba (capitalization of income
method) karena melibatkan proses
kapitalisasi nilai-nilai masa depan
yang didiskontokan menjadi nilai
sekarang.
b. Pendekatan
PER
(P/E
ratio
approach)
Pendekatan ini menunjukan rasio
dari harga saham terhadap earning.
Rasio ini menunjukkan berapa besar
investor menilai harga dari saham
terhadap kelipatan dari earnings.
Reaksi pasar terhadap laporan
keuangan
yang
informasinya
dipublikasikan, memengaruhi harga
saham dan volume transaksi saham
perusahaan yang bersangkutan. Jika
publikasi tersebut mengandung informasi
positif, maka investor diharapkan akan
bereaksi positif pada saat informasi
tersebut diterima pasar. Sebaliknya
apabila publikasi mengandung informasi
negatif, maka investor juga akan bereaksi
secara negatif. Dengan demikian reaksi
pasar akan tercermin dengan adanya
perubahan harga dan volume transaksi
saham perusahaan yang bersangkutan dan
diukur dengan menggunakan harga saham
pada saat penutupan (closing price).
Juni
Handoko AH. & Endra J.
4. Analisis Fundamental
Analisis fundamental adalah metode
analisis yang didasarkan pada fundamental
ekonomi suatu perusahaan. Teknis ini
menitik beratkan pada rasio finansial
dan kejadian yang secara langsung
maupun tidak langsung memengaruhi
perusahaan.
Menurut Jogiyanto (2009: 130)
analisis fundamental merupakan analisis
untuk menghitung nilai intrinsik saham
dengan menggunakan data keuangan
perusahaan. Nilai intrinsik saham
merupakan nilai yang sebenarnya dari
suatu saham. Analisis fundamental
menggunakan data yang berasal dari
keuangan perusahaan seperti laba,
dividen yang dibayar, penjualan, dan lain
sebagainya.
Sementara menurut Stoner dikutip
dalam Anastasia et al. (2003) mengatakan
bahwa analisis fundamental berkaitan
dengan penilaian kinerja perusahaan,
tentang
efektifitas
dan
efisiensi
perusahaan dalam mencapai sasarannya.
Untuk menganalisis kinerja perusahaan
dapat digunakan rasio keuangan yang
terbagi dalam empat kelompok, yaitu
rasio likuiditas, aktivitas, utang, dan
profitabilitas (Gitman dikutip dalam
Anastasia et al. 2003).
Umumnya faktor-faktor fundamental
yang diteliti adalah nilai intrinsik, nilai
pasar, return on assets (ROA), return
on investment (ROI), return on equity
(ROE), book value (BV), book value per
share (BVS), price to book value (PBV),
debt equity ratio (DER), deviden earning,
price earning ratio (PER), deviden payout
ratio (DPR), deviden yield, dan likuiditas
saham.
Penelitian terhadap faktor-faktor
fundamental, khususnya terhadap rasiorasio keuangan telah banyak dilakukan.
Setiawan (2003) melakukan penelitian
21
dengan menggunakan proksi assets
growth, leverage, likuiditas, total asset
turn over dan return on investment sebagai
variabel fundamental menunjukkan
pengaruh yang signifikan terhadap beta
saham. Penelitian serupa juga dilakukan
oleh Anastasia et al. (2003) yang
menggunakan proksi ROA, ROE, BV, β,
DER, r sebagai variabel fundamental dan
risiko sistematik berpengaruh signifikan
terhadap harga saham properti di BEJ.
Hasil penelitian Indra (2006)
menyatakan
bahwa
faktor-faktor
fundamental seperti DER, ROE, EPS,
PER, dan OPM mempunyai pengaruh
terhadap risiko sistematik yang signifikan.
Selain itu penelitian Kartikasari (2007)
tentang variabel fundamental (DOL,
DFL, Size, Pr) menunjukkan hasil yang
signifikan terhadap risiko sistematik baik
pada saat perekonomian dalam kondisi
normal maupun krisis.
Anwar (2009) mengatakan bahwa
faktor fundamental dan risiko sistematik
secara
bersama-sama
berpengaruh
signifikan terhadap harga saham pada
perusahaan sektor pembiayaan di Bursa
Efek Indonesia.
Abidin (2009) menyatakan bahwa
ada beberapa rasio keuangan seperti
return on investment (ROI), earning per
share (EPS), operating profit margin
(OPM), book value (BV) dan beta
saham sebagai risiko sistematik yang
berpengaruh signifikan terhadap harga
saham perusahaan consumer goods yang
terdaftar di BEI.
Berdasarkan uraian diatas, maka
variabel yang digunakan sebagai
indikator faktor fundamental perusahaan
dalam penelitian ini adalah (1) return on
assets, (2) return on equity, (3) debt to
equity ratio, (4) debt to total assets ratio,
sehingga hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah:
22
Efektif Jurnal Bisnis dan Ekonomi
H1:Faktor fundamental keuangan (ROA,
ROE, DTA, DTE) berpengaruh
positif terhadap harga saham
perusahaan yang tergabung dalam
Jakarta Islamic Index.
5. Risiko Sistematik dan Harga
Saham
Menurut Brigham dikutip dalam
Abidin (2009) risiko diartikan sebagai
peluang akan terjadinya suatu peristiwa
yang tidak diinginkan. Risiko pada
dasarnya ada dua macam, yaitu risiko
sistematik (systematic risk) dan risiko
tidak sistematik (unsystematic risk).
Risiko sistematik merupakan risiko yang
melekat dan tidak dapat dihilangkan
dengan melakukan diversifikasi misal
inflasi, suku bunga, kurs mata uang, dan
sebagainya. Risiko yang dapat dihilangkan
dengan melakukan diversifikasi disebut
risiko tidak sistematik, penyebabnya
ada di dalam perusahaan atau kelompok
industri itu sendiri. Contoh adalah
pemogokan buruh, tuntutan oleh pihak
lain dan sebagainya.
Risiko sistematik disebut juga
dengan beta, karena beta merupakan suatu
pengukur volatilitas tingkat kembalian
suatu sekuritas. Volatilitas adalah sebagai
fluktuasi dari return suatu sekuritas dalam
suatu periode tertentu. Untuk mengukur
risiko sistematik digunakan koefisien
beta. Beta suatu sekuritas menunjukan
kepekaan tingkat keuntungan suatu
sekuritas terhadap perubahan-perubahan
pasar.
Beta suatu sekuritas dapat dihitung
dengan teknik estimasi yang menggunakan
data historis. Beta yang dihitung dengan
menggunakan data historis ini selanjutnya
dapat digunakan untuk mengestimasi beta
di masa yang akan datang (Jogiyanto,
2009). Data historis tersebut dapat
berupa data pasar (return sekuritas dan
return pasar). Mengetahui beta masing-
Juni
masing sekuritas juga berguna untuk
pertimbangan memasukkan sekuritas
tersebut ke dalam portofolio yang akan
dibentuk (Jogiyanto, 2009).
Dalam penilaian saham, terdapat
beberapa model teoritis yang dapat
digunakan terkait dengan analisis
fundamental. Namun secara sederhana
variabilitas harga saham tergantung pada
earning dan deviden suatu perusahaan
seperti yang dinyatakan Fuller and
Farrell dikutip dalam Hijriah (2007),
“key determinant of security price is
expectations concerning the firm’s earning
and dividends and their associated risk”.
Model yang dikembangkan adalah
pendekatan Gordon yaitu Devidend
Discount Model (DDM) yang constant
growth. Faktor-faktor tersebut sebagai
variabel bebas yang didasarkan pada
pemikiran bahwa faktor tersebut
menggambarkan risiko dan tingkat
kembalian yang akan diterima para
pemodal atas investasinya pada saham.
Anggriyani (2003) meneliti price
to book value (PBV) dan Beta terhadap
return sekuritas portofolio, menunjukkan
bahwa beta tidak memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap return sekuritas
portofolio. Aruzzi dan Bandi (2003)
mengatakan bahwa parameter penting
dalam menilai risiko suatu saham syariah
adalah seperti tingkat suku bunga,
rasio profitabilitas, dan beta akuntansi.
Penelitian terhadap 30 perusahaan
menunjukkan bahwa beta saham
yang digunakan dengan model pasar
menghasilkan beta rata-rata sebesar 1,66
pada periode Januari 2001 sampai dengan
Desember 2002.
Penelitian serupa dilakukan oleh
Hamzah (2005) yang mengukur risiko
sistematik dari suatu saham JII dari tahun
2001 sampai dengan 2004 menghasilkan
beta rata-rata sebesar 0,56165. Hal
ini menunjukkan bahwa secara umum
Juni
23
Handoko AH. & Endra J.
perusahaan yang tergabung dalam JII
memiliki risiko sistematik yang lebih
kecil dibanding risiko pasar.
Waskito dan
Rahmatika (2010)
mela-kukan penelitian terhadap risiko
sistematik dan risiko tidak sistematik
terhadap expected return saham yang
tergabung dalam LQ-45. Hasil dari
penelitian yang dilakukan, variabel risiko
sistematik dan risiko tidak sistematik
tidak berpengaruh terhadap expected
return. Abidin (2009) dalam penelitian
menggunakan 30 sampel perusahaan
di BEI dengan menggunakan variabel
beta saham sebagai risiko sistematik
tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap harga saham jika diuji secara
parsial, tetapi secara simultan variabel
beta berpengaruh secara signifikan.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat
dirumuskan hipotesis 2:
H2 :Risiko sistematik (Beta) berpengaruh
positif terhadap harga saham
perusahaan yang tergabung dalam
Jakarta Islamic Index.
METODA PENELITIAN
1. Data dan Sampel
Penelitian ini merupakan penelitian
penjelasan (explanatory research) karena
untuk menguji hipotesis mengenai
pengaruh variabel independen dengan
variabel dependen. Penelitian ini
menggunakan perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) dan termasuk
ke dalam kelompok perusahaan berbasis
syariah islam yang tergabung dalam
Jakarta Islamic Index (JII). Pengambilan
sampel menggunakan metode purposive
sampling. Perusahaan yang dijadikan
sampel merupakan perusahaan yang
memenuhi kriteria berikut:
a. Saham-saham tersebut terdaftar di
Jakarta Islamic Index (JII) dan telah
ditetapkan oleh Dewan Pengawas
Syariah.
b. Perusahaan masuk 30 besar dalam
Jakarta Islamic Index selama
periode Januari 2005 sampai dengan
Desember 2008.
c. Menerbitkan statemen keuangan
tahunan selama periode 2005 sampai
dengan 2008.
d. Memiliki data harga pasar saham
selama periode pengamatan pada
tahun 2005 sampai dengan tahun
2008.
2. Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua
variabel yaitu:
a. Variabel dependen
Variabel dependen dalam penelitian
ini adalah harga saham perusahaan. Harga
saham dipandang layak untuk mewakili
pencerminan kinerja perusahaan dalam
satu periode statemen keuangan. Harga
saham yang dipakai dalam penelitian ini
yaitu rata-rata harga saham penutupan
perbulan selama satu tahun. Secara
sistematis dapat digambarkan dalam
rumus berikut ini:
Rata-rata harga saham (Price) =
ClosingPrice t1 + t2 + .... + t12
12bulan
b. Variabel independen
Variabel independen penelitian ini
adalah :
1) Faktor fundamental keuangan
Indikator faktor fundamental terdiri
dari 4 (empat) rasio keuangan yaitu:
a) Return On Assets (ROA)
Rasio ini dapat digunakan untuk
menilai apakah perusahaan ini
efisien dalam memanfaatkan
aktivanya
dalam
kegiatan
operasional perusahaan. ROA
dapat diukur dengan rumus:
Laba Bersih Setelah Pajak
ROA = ––––––––––––––––––––––––
Total Aktiva
24
Efektif Jurnal Bisnis dan Ekonomi
Rm : Return indeks pasar
αi : Bagian return saham i yang
tidak dipengaruhi kinerja
pasar
βi : Ukuran kepekaan return
saham i terhadap perubahan
return saham
℮i : Kesalahan residual
b) Return On Equity (ROE)
Rasio ini dapat digunakan untuk
mengukur tingkat kemampuan
perusahaan untuk memperoleh
laba yang tersedia bagi pemegang
saham perusahaan. ROE dapat
dirumuskan:
Laba Bersih Setelah Pajak
ROE = ––––––––––––––––––––––––
Total Modal
c) Debt to Total Assets Ratio
(DTA)
Rasio ini dapat digunakan untuk
mengukur seberapa besar aktiva
perusahaan dibiayai dengan
hutang. DTA dihitung dengan
rumus :
Total Utang
DTA = ––––––––––––––––
Total Aktiva
d) Debt to Equity Ratio (DTE)
Rasio ini dapat digunakan untuk
mengukur tingkat penggunaan
utang (leverage) terhadap total
ekuitas yang dimiliki oleh
perusahaan. Rasio ini diukur
dengan cara:
Total Utang
DTE = ––––––––––––––––
Total Modal
2) Risiko sistematik
Pengukuran risiko sistematik diproksi
dengan beta. Untuk mengukur beta
saham digunakan single index model
(Jogiyanto, 2009). Beta saham
dihitung dengan:
Ri = αi + βiRm + ℮i
Keterangan :
Ri : Return saham i
Juni
3. Model dan Teknik Analisis Data
Model analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis regresi
linear berganda, dengan persamaan
sebagai berikut :
γ = α + β1 χ1.1 + β2 χ 1.2 + β3 χ 1.3+ β4 χ
1.4
+ β5 χ 2+ e
Keterangan :
γ : Harga Saham
a : Konstanta
χ1.1 : return on assets (ROA)
χ1.2 : return on equity (ROE)
χ1.3 : debt to total assets ratio (DTA)
χ1.4 : debt to equity ratio (DTE)
χ2 : Beta
e : Variabel pengganggu
β 1-5 : Koefisien Regresi
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Uji Statistik Deskriptif
Sampel perusahaan dalam penelitian
ini adalah perusahaan yang masuk
perhitungan Jakarta Islamic Index (lihat
Tabel 1). Total perusahaan yang masuk
dalam Jakarta Islamic Index (JII) dari
tahun 2005 sampai dengan tahun 2008
berjumlah 68 perusahaan. Perusahaan
yang listing di Bursa Efek Indonesia
(BEI) di atas tahun 2005 dan relatif baru
dikeluarkan dari sampel sebanyak 22
perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut
maka sebanyak 46 perusahaan menjadi
sampel akhir untuk diteliti.
Juni
25
Handoko AH. & Endra J.
Tabel 1
Prosedur Pemilihan Sampel Perusahaan
Perusahaan yang masuk dalam perhitungan
Jakarta Islamic Index periode:
• Januari s.d. Juni 2005 dan Juli s.d. Desember 2005
• Januari s.d. Juni 2006 dan Juli s.d. Desember 2006
• Januari s.d. Juni 2007 dan Juli s.d. Desember 2007
• Januari s.d. Juni 2008 dan Juli s.d. Desember 2008
32 Perusahaan
33 Perusahaan
34 Perusahaan
41 Perusahaan
Total Perusahaan yang masuk perhitungan JII tahun 2005-2008
68 Perusahaan*
Dikurangi :
Perusahaan yang masuk dalam perhitungan JII dan Listing di BEI
22 Perusahaan
diatas tahun 2005 dan relatif baru tidak dimasukkan dalam sampel
Jumlah Sampel Akhir
46 Perusahaan
Sumber Hasil Penelitian, 2010 (data diolah)
*) Merupakan jumlah kumulatif perusahaan yang masuk dalam perhitungan JII, baik emiten tetap dan
baru juga dihitung untuk tahun 2005-2008.
Berdasarkan deskriptif statistik
(Tabel 2) dapat disimpulkan bahwa ratarata harga saham (price) perusahaan
yang masuk dalam Jakarta Islamic
Index (JII) yang dijadikan sampel selama
periode pengamatan tahun 2005 sampai
dengan tahun 2008 yaitu Rp3.823,97.
Nilai standar deviasi sebesar 6.547,806
artinya bahwa penyebaran variabel harga
saham adalah 6.547,806 selama 4 tahun
dari 46 perusahaan yang diteliti. Hasil
dari deviasi standar ini dapat digunakan
untuk mendukung pengambilan suatu
kesimpulan.
Hasil rata-rata ROAsebesar 0,86202%
dan ukuran penyebaran dari variabel ROA
adalah 0,1423670% selama 4 tahun. Ini
menunjukkan bahwa berdasarkan nilai
rata-ratanya dapat disimpulkan bahwa
perusahaan yang dijadikan sampel yaitu
46 perusahaan yang masuk dalam JII ini
mampu menghasilkan laba secara efektif
dengan semua aktiva yang dimiliki
perusahaan.
Selama periode penelitian ratarata ROE yaitu sebesar 0,145497% dan
untuk penyebaran variabel ROE adalah
0,2645309 selama 4 tahun dari 46
perusahaan sampel yang diteliti. Nilai
rata-rata ROE dapat disimpulkan bahwa
perusahaan yang masuk dalam JII sebagai
sampel penelitian mampu menghasilkan
keuntungan dengan modal sendiri yang
dimiliki.
Rata-rata DTE selama periode
pengamatan
adalah
1,184195%,
menunjukkan kemampuan perusahaan
dalam
melunasi
utangnya
jika
menggunakan modal sendiri. Nilai standar
deviasi sebesar 3,8207020 dapat diartikan
bahwa selama periode penelitian ukuran
penyebaran dari variabel DTE adalah
sebesar 3,8207020 selama 4 tahun dari 46
perusahaan yang diteliti.
Hasil dari rata-rata DTA yaitu
0,495018% dan untuk ukuran penyebaran
dari variabel DTA yaitu 0,2400595 selama
4 tahun pengamatan yang menggunakan
46 sampel perusahaan yang masuk dalam
26
Efektif Jurnal Bisnis dan Ekonomi
JII. Berdasarkan hal tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa rata-rata perusahaan
menunjukkan
kemampuan
dalam
membiayai aktiva dengan hutang yang
dimiliki.
Beta saham sebagai risiko sistematik
berkisar dengan nilai rata-rata sebesar
0,107348 artinya bahwa selama periode
penelitian rata-rata beta saham dari 46
perusahaan yang masuk dalam Jakarta
Islamic Index sebesar 0,107348. Sementara
ukuran penyebaran dari variabel beta
saham adalah sebesar 0,3224223 selama
2005 sampai dengan 2008.
Tabel 2
Deskriptif Statistik
PRICE
ROA
ROE
DTE
DTA
BETA
Mean
3823,97
,086202
,145497
1,184195
,495018
,107348
Std. Deviation
6547,806
,1423670
,2645309
3,8207020
,2400595
,3224223
N
184
184
184
184
184
184
Sumber: Hasil Penelitian, 2010 (data diolah)
2. Hasil Uji Asumsi Klasik
Uji normalitas menunjukkan hasil
bahwa model regresi yang diteliti
mempunyai distribusi normal dengan
melihat Normal Probability Plots. Hasil
pengujian multikolinieritas menunjukkan
bahwa semua nilai variance inflation
factor (VIF) berada di bawah angka
10, sehingga dapat disimpulkan bahwa
variabel-variabel yang diuji dalam
penelitian ini tidak mengandung
multikolinieritas. Hasil grafik scatterplot
terlihat bahwa
model regresi tidak
mengandung heteroskedastisitas.
Hasil uji autokorelasi diperoleh nilai
Durbin-Watson (DW) sebesar 1,334
dimana nilai tersebut lebih rendah dari
batas bawah atau lower bound (dL) yaitu
1,70 berarti ada autokorelasi positif.
Juni
Pada penelitian sebelumnya yaitu pada
penelitian Anastasia et al. (2003) terjadi
problem autokorelasi. Hasil uji ini dapat
dimaklumi, karena masalah autokorelasi
sering ditemukan pada data runtut waktu
(time series).
3. Hasil Uji Hipotesis
Berdasarkan persamaan regresi (tabel
3) dapat diinterprestasikan bahwa nilai
konstanta sebesar 16,825 menunjukan
bahwa jika variabel ROA, ROE, DTA,
DTE, BETA dianggap konstan maka
harga saham (price) perusahaan yang
terdaftar dalam Jakarta Islamic Index
sebesar Rp 16.825,-. ROA memiliki
koefisien regresi sebesar 10,860 dan
signifikan positif terhadap harga saham.
Nilai koefisien regresi ROE yaitu -4,126
dengan nilai signifikansi 0,0000 maka
dapat disimpulkan ROE berpengaruh
signifikan terhadap harga saham.
Nilai koefisien regresi DTA sebesar
-4,263 dengan nilai signifikansi 0,0000
maka dapat disimpulkan bahwa DTA
signifikan positif terhadap harga saham.
Berdasarkan Tabel 3 DTE tidak signifikan
terhadap harga saham perusahan
yang tergabung dalam JII dengan
nilai signifikansi sebesar 0,761. Beta
sebagai risiko sistematik mempunyai
nilai koefisien sebesar 0,034 dan nilai
signifikansi sebesar 0,944 maka dapat
disimpulkan bahwa beta tidak signifikan
terhadap harga saham.
Berdasarkan uraian diatas maka
ROA, ROE, DTA berpengaruh signifikan
positif terhadap harga saham perusahaan
yang tergabung dalam Jakarta Islamic
Index tetapi untuk DTE tidak berpengaruh
signifikan, sehingga dapat disimpulkan
bahwa hipotesis pertama (H1) diterima.
Penelitian sebelumnya yaitu Anastasia
et al. (2003) menggunakan debt to equity
ratio juga tidak berpengaruh signifikan
terhadap harga saham perusahaan properti.
Juni
27
Handoko AH. & Endra J.
Penelitian ini juga mendukung penelitian
Nurmalasari (2008) yang mengatakan
bahwa ROA berpengaruh positif terhadap
harga saham.
Beta sebagai risiko sistematik
menghasilkan nilai signifikansi lebih besar
dari nilai 0,05 maka dapat disimpulkan
bahwa beta tidak berpengaruh terhadap
harga saham perusahaan yang tergabung
dalam JII, sehingga dapat disimpulkan
bahwa menolak hipotesis kedua (H2).
Anastasia et al. (2003) juga menyatakan
bahwa Beta tidak berpengaruh positif
terhadap harga saham perusahaan
properti. Penelitian ini juga mendukung
penelitian yang dilakukan oleh Abidin
(2009) yang menyatakan bahwa beta
tidak berpengaruh terhadap harga
saham. Waskito dan Rahmatika (2009)
menyatakan bahwa risiko sistematik
dan risiko tidak sistematik juga tidak
berpengaruh terhadap expected return.
Pola hubungan faktor fundamental
dan risiko sistematik terhadap harga
saham terlihat lemah dikarenakan nilai
Adjusted R Square 0,258. Oleh karena
itu dapat disimpulkan bahwa variabel
independen pada model regresi ini
hanya mampu menjelaskan 25,8% pola
pergerakan harga saham perusahaan yang
tergabung dalam Jakarta Islamic Index.
SIMPULAN DAN SARAN
1. Simpulan
Penelitian ini untuk menguji apakah
faktor-faktor fundamental keuangan dan
risiko sistematik berpengaruh terhadap
harga saham perusahaan yang tergabung
dalam Jakarta Islamic Index (JII). Obyek
penelitian ini adalah 46 perusahaan yang
diambil secara purposive sampling dari
tahun 2005 sampai dengan 2008.
Hasil analisis data penelitian
dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor
fundamental keuangan seperti return on
assets (ROA), return on equity (ROE),
debt to total assets ratio (DTA), debt
to equity ratio (DTE), dan beta saham
sebagai risiko sistematik memiliki
pengaruh signifikan terhadap harga saham
yang tergabung dalam Jakarta Islamic
Index dengan melihat nilai T hitung
sebesar 13,704. Pola pergerakan harga
saham dapat dipengaruhi oleh faktorfaktor fundamental dan risiko sistematik
secara bersama-sama. Hasil penelitian
Tabel 3
Hasil Regresi Linear Berganda
Variabel
Independen
ROA
ROE
DTA
DTE
BETA
Konstanta
Adj. R Square
R Square
R
F
Sig. F
Koefisien
Regresi
10,860
-4,126
-4,263
0,014
0,034
16,825
0,258
0,278
0,527
13,704
0,000
Sumber: Hasil Penelitian, 2010 (data diolah)
Standar
Error
1,702
0,945
0,710
0,046
0,493
t-Hitung
Signifikan
Keterangan
6,383
-4,364
-0,002
0,304
0,070
0,000
0,000
0,000
0,761
0,944
Signifikan
Signifikan
Signifikan
Tidak Signifikan
Tidak signifikan
28
Efektif Jurnal Bisnis dan Ekonomi
ini mendukung penelitian Anastasia et al.
(2003) dan Hijriah (2007).
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa hipotetis pertama (H1) variabel
fundamental keuangan return on assets
(ROA), return on equity (ROE), debt
to total assets ratio (DTA) berpengaruh
signifikan positif terhadap harga saham
perusahaan yang tergabung dalam
Jakarta Islamic Index, sementara untuk
debt to equity ratio (DTE) sebagai faktor
fundamental keuangan tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap harga saham.
Hipotesis kedua (H2) ditolak karena beta
saham sebagai risiko sistematik tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap
harga saham perusahaan yang tergabung
dalam Jakarta Islamic Index. Hal ini
menunjukkan bahwa faktor fundamental
keuangan dengan indikator ROA, ROE,
dan DTA berpengaruh dominan terhadap
harga saham.
2. Keterbatasan Penelitian
Ada beberapa keterbatasan yang
teridentifikasi dalam penelitian ini.
Pertama, periode penelitian hanya
terbatas 4 tahun yaitu dari tahun 2005
sampai dengan tahun 2008. Kedua,
sedikitnya rasio keuangan yang digunakan
dalam penelitian ini, sebab terdapat
kemungkinan
rasio-rasio
keuangan
lain yang lebih signifikan pengaruhnya
terhadap perubahan harga saham untuk
perusahaan yang tergabung dalam Jakarta
Islamic Index. Ketiga, penelitian ini
terjadi masalah autokorelasi dan ini dapat
dimaklumi karena masalah autokorelasi
terjadi pada data runtun waktu (time
series).
3. Saran
Mengacu
pada
beberapa
keterbatasan penelitian yang telah
diuraikan diatas, maka penelitian ini
Juni
berupaya memberikan saran untuk
penelitian
selanjutnya.
Penelitian
selanjutnya sebaiknya membandingkan
pengaruh faktor-faktor fundamental
antara LQ45 dengan JII.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Jamalul. 2009. Analisis Faktor
Fundamental Keuangan dan
Risiko Sistematik Terhadap
Harga Saham Perusahaan
Consumer
Goods
yang
terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. USU Repository @
2009.
Anastasia, Njo., Gunawan, dan YW,
Wijayanti. 2003. Analisis
Faktor Fundamental Dan
Risiko Sistematik Terhadap
Harga Saham Properti Di
Bursa Efek Indonesia. Jurnal
Akuntansi dan Keuangan.
Universitas Kristen Petra
Fakultas Ekonomi, Vol.5,
No.2, November 2003: 123132.
Anggriyani, 2003. Pengaruh Beta dan
Price To Book Value Terhadap
Return Sekuritas Portofolio
Perusahaan:
Studi
Pada
Perusahaan Manufaktur di
Bursa Efek Jakarta. Jurnal
KOMPAK, No.9, SeptemberDesember 2003: 367-368.
Anwar, Solichin. 2009. Pengaruh Faktor
Fundamental dan Risiko
sistematik Terhadap Harga
Saham Perusahaan Sektor
Pembiayaan Di Bursa Efek
Indonesia tahun 2007-2008.
Artikel
Online
Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas
Gunadarma
Jakarta.
Juni
Handoko AH. & Endra J.
Aruzzi, M.I dan Bandi. 2003. Pengaruh
Tingkat Suku Bunga, Rasio
Profitabilitas,
dan
Beta
Akuntansi Terhadap Beta
Saham Syariah Di Bursa Efek
Jakarta. Jurnal Simposium
Nasional
Akuntansi
VI,
Surabaya 16-17 Oktober
2003.
Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 40/
DSN-MUI/X/2003 tanggal 4
Oktober 2003, Tentang Pasar
Modal dan Pedoman Umum
Penerapan Prinsip Syariah di
Bidang Pasar Modal.
Hamzah, Ardi. 2005. Analisis ekonomi
Mikro,
Industri,
dan
Karakteristik
Perusahaan
Terhadap Beta Saham Syariah.
Jurnal Simposium Nasional
Akuntansi VIII, Solo 15-16
September 2005.
Hanafi, Syafiq M. 2007. Ethical Screening
Pada Jakarta Islamic Index
(JII): Antara Strategi Bisnis
Dan Bisnis Strategi? Jurnal
Online
dari
http://www.
google.co.id
Hijriah, Almas. 2007. Pengaruh Faktor
Fundamental Keuangan dan
Risiko Sistematik Terhadap
Harga Saham Properti Di
Bursa Efek Jakarta. USU
Repository@ 2009.
Indra, A. Zubaidi. 2006. Faktor-Faktor
Fundamental Keuangan yang
Mempengaruhi Risiko Saham.
Jurnal Bisnis dan Manajemen,
Volume 2 No.3, Mei 2006:
159-256 : Bandar Lampung.
Jogiyanto, 2009. Teori Portofolio dan
Analisis Investasi. Edisi
Keenam, Badan Penerbit
29
Fakultas Ekonomi Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.
Jogiyanto,
2004/2005.
Metodologi
Penelitian Bisnis : Salah
Kaprah dan Pengalamanpengalaman. Badan Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas
Gajah Mada, Yogyakarta.
Kartikasari, Lisa. 2007. Pengaruh Variabel
Fundamental Terhadap Risiko
Sistematik Pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar
Di Bursa Efek Jakarta. Jurnal
Akuntansi dan Manajemen.
STIE YKPN Volume. XVII
April 2007.
Natarsyah,
Syahib. 2000. Analisis
Pengaruh Beberapa Faktor
Fundamental dan Risiko
sistematik Terhadap Harga
Saham (Kasus Industri Barang
Komsumsi yang Go Publik
di Pasar Modal Indonesia).
Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Indonesia, Volume 15/3.
Nafik, Muhammad HR, 2009. Bursa
Efek Dan Investasi Syariah.
PT Serambi Ilmu Semesta,
Jakarta.
Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-dasar
Pembelajaran Perusahaan.
Badan Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta.
Setiawan,
Doddy. 2003. Analisis
Faktor-Faktor Fundamental
Keuangan Yang Memengaruhi
Risiko Sistematik Sebelum
dan Sesudah Krisis Moneter.
Jurnal Simposium Nasional
Akuntansi VI, Surabaya 16-17
Oktober 2003.
30
Efektif Jurnal Bisnis dan Ekonomi
Waskito, Jaka dan Rahmatika, N. Dien.
2010. Analisis Pengaruh
Risiko Sistematik dan Risiko
Tidak Sistematik Terhadap
Expected Return Saham
Perusahaan Manufaktur Di
Bursa Efek Indonesia. Jurnal
PERMANA Volume. 1 No.2,
Februari 2010: 113-120.
Juni
www.bapepam.co.id (Diakses pada
tanggal 25 Oktober 2010)
www.idx.co.id (Diakses Terakhir Hari
Senin 15 November 2010)
Download