Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi II Program Studi MMT-ITS, Surabaya 30 Juli 2005 ANALISA KELAYAKAN TEKNIS DAN FINANSIAL ASPHALT MIXING PLANT (Studi Kasus PT. Karya Maju Utama Barabai (HST)) Abdul Latief 1, Sutjipto Tantyonimpuno2, Supani3 1 Mahasiswa S2 Teknik Sipil FTSP - ITS 2, 3 Dosen Teknik Sipil FTSP – ITS Kampus ITS Sukolilo Surabaya telp 031-5939925 ABSTRAK Pertumbuhan pembangunan sarana dan prasarana yang pesat membuat kebutuhan hotmix semakin meningkat sehingga meningkatkan minat investor-investor yang ingin menanamkan modalnya pada usaha jasa Aspal Mixing Plant. Di Propinsi Kalimantan Selatan pada Tahun 2000 sudah ada 12 (dua belas) AMP, yang tersebar di 10 (sepuluh) Pemerintah Kabupaten dan 2 (dua) di Pemerintah Kota. Berdasarkan data kapasitas produksi AMP yang sudah ada, kebutuhan akan aspal, schedule proyek setiap tahunnya, dan data proyek 5 (lima) tahun terakhir serta proyeksi proyek 5 (lima) tahun kedepan, akan dianalisa dan dilakukan studi apakah dengan penambahan 1 (satu) buah AMP masih layak dibangun dan sesuai supply/demand bila ditinjau dari segi finansial/ekonomi. Penelitian ini diawali dengan analisa permintaan pasar yang didapat dari data produksi aspal oleh perusahaan pesaing dan data kebutuhan aspal di daerah pemasaran. Selanjutnya untuk perhitungan/peramalan kebutuhan aspal digunakan untuk mencapai tujuan tersebut adalah analisa statistik, sedangkan untuk analisa kelayakan investasi digunakan digunakan analisa dengan indikator NPV, IRR dan BCR. Hasil yang didapat, untuk investasi AMP PT. Karya Maju Utama di Barabai sebesar Rp 5.009.000.000,- adalah NPV = Rp 1.003.587.047,- , IRR = 27,49% , dan BCR = 1,20 dengan discount rate 17%. Jika produksi aspal menurun sampai 10% maka break event point harga jual aspal adalah Rp 366.734,00.Kebutuhan aspal yang masih harus dipenuhi rata-rata per tahun adalah 49.349 ton. Angka tersebut menunjukkan bahwa investasi AMP layak dilaksanakan baik dari aspek finansial dan aspek teknis serta berdasarkan kebutuhan aspal. Kata kunci: Investasi , AMP, NPV, IRR, BCR. PENDAHULUAN Jalan sebagai salah satu prasarana sektor perhubungan mempunyai peran penting terutama dalam mendukung pembangunan nasional yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan untuk terjaganya mutu lingkungan dan meningkatnya mutu kehidupan. Sehingga tuntutan masyarakat atas pemenuhan kebutuhan akan jasa angkutan dan barang secara mudah, layak, efisien dan efektif semakin meningkat. Begitu juga pembangunan sarana dan prasarana yang berkaitan dengan peningkatan dan pembangunan jalan secara tidak langsung akan meningkat sehingga sangat membantu untuk mengikuti perkembangan teknologi rekayasa yang sudah berkembang diluar negeri, khususnya di negara-negara yang sudah maju. Hal ini berpengaruh pada kebutuhan hotmix sebagai material penunjang pembangunan jalan. Pertumbuhan pembangunan sarana dan prasarana yang pesat membuat kebutuhan hotmix semakin meningkat sehingga meningkatkan minat investor yang ingin menanamkan modalnya pada usaha jasa Aspal Mixing Plant. ISBN : 979-99735-0-3 Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi II Program Studi MMT-ITS, Surabaya 30 Juli 2005 PT. Karya Maju Utama adalah perusahaan yang bergerak dibidang kontraktor umum dengan klasifikasi M1 (menengah), kemudian akan dinaikkan klasifikasinya menjadi B (besar). Dimana salah satu persyaratan untuk menjadi golongan klasifikasi B (besar) adalah harus memiliki AMP. Di Propinsi Kalimantan Selatan pada Tahun 2000 sudah ada 12 (dua belas) AMP, yang tersebar di 10 (sepuluh) Pemerintah Kabupaten (Pemkab) dan 2 (dua) di Pemerintah Kota (Pemkot). Berdasarkan data kapasitas produksi AMP yang sudah ada, kebutuhan akan aspal, schedule proyek setiap tahunnya, dan data proyek 5 (lima) tahun terakhir serta proyeksi proyek 5 (lima) tahun kedepan, maka akan dilakukan studi analisa apakah dengan penambahan 1 (satu) buah AMP masih layak dibangun bila ditinjau dari segi finansial/ekonomi. DASAR TEORI Analisa investasi pada suatu proyek merupakan bagian dari Studi Kelayakan suatu proyek, Studi Kelayakan suatu proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (proyek investasi) dilaksanakan dapat berhasil dan bermanfaat. Maksud dilaksanakannya evaluasi kelayakan proyek yaitu untuk menganalisis terhadap suatu proyek tertentu, baik proyek yang akan dilaksanakan, sedang dilaksanakan ataupun yang sudah selesai dilaksanakan sebagai bahan perbaikan serta penilaian terhadap pelaksanaan proyek tersebut. Analisis seperti ini perlu dilakukan, sebab di dalam pelaksanaan proyek tersebut menyangkut penggunaan sumber-sumber yang penting. Dengan demikian suatu proyek perlu dianalisis atau dievaluasi karena antara lain: 1. Analisis dapat digunakan sebagai alat perencanaan di dalam pengambilan keputusan, baik itu untuk pimpinan pelaksana proyek, pejabat atau pemberi bantuan kredit serta lembaga yang lain yang berhubungan dengan kegiatan tersebut. 2. Analisis dapat digunakan sebagai pedoman atau alat didalam pengawasan, apakah pelaksanaan proyek tersebut berjalan sesuai dengan apa yang direncanakan atau tidak. Beberapa aspek dalam persiapan dan evaluasi proyek yaitu: 1. Aspek teknis, yaitu aspek yang berhubungan dengan input dan output dari barangbarang dan jasa-jasa yang akan digunakan dan dihasilkan di dalam suatu kegiatan proyek. 2. Aspek manajerial, organisasi dan institut lembaga, yaitu yang menyangkut kemampuan staf pelaksana untuk melaksanakan administrasi dalam aktivitas besar dan bagaimana hubungan antara administrasi proyek dengan lembaga lainnya (misalnya dengan pemerintah) akan dapat terlihat secara jelas. 3. Aspek sosial, yaitu aspek yang menyangkut terhadap dampak sosial yang disebabkan adanya penggunaan input dan output. Yang akan dicapai suatu proyek. 4. Aspek finansial, yaitu aspek utama yang akan menyangkut tentang perbandingan antara pengeluaran uang dengan pemasukan uang atau return dalam suatu proyek. 5. Aspek ekonomis, yaitu aspek yang akan menentukan tentang besar atau kecilnya sumbangan suatu proyek terhadap pembangunan ekonomi secara keseluruhan. Suad Husnan dan Suwarsono Mohammad (2002) dalam Analisis Ekonomi (Economic Analysis) menyatatakan bahwa suatu proyek tidak hanya memperhatikan manfaat yang dinikmati serta pengorbanan yang ditanggung oleh perusahaan .tetapi oleh semua pihak dalam perekonomian. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa analisis proyek hanya memberikan nilai manfaat yang lebih besar kepada ekonomi secara keseluruhan (nasional), namun pemerintah dalam mengalokasikan dana semata untuk kepentingan rakyat. ISBN : 979-99735-0-3 B-4-2 Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi II Program Studi MMT-ITS, Surabaya 30 Juli 2005 1. 2. 3. Dalam analisis finansial diperhitungkan pengeluaran rutin (expenses) berupa: Tingkat suku bunga, Harga Satuan, adalah dari harga pasar saat ini. Metode analisis kelayakan, digunakan : a. Cost Benefit Analysis (BCR), perbandingan antara manfaat dengan biaya pada suatu titik yang sama, misalnya present worth, future worth, future worth, ataupun annual worth. b. Internal Rate of Return (IRR), menyatakan tingkat kembalinya modal yang diinvestasikan, artinya bilamana IRR > MARR berarti proyek secara ekonomis menarik, tetapi bilamana IRR = MARR atau IRR < MARR berarti proyek boleh dilaksanakan/dilanjutkan dan boleh tidak atau lebih baik diinvestasikan keproyek lain. c. Net Present Value (NPV) adalah selisih nilai sekarang dari manfaat yang diperoleh dengan nilai sekarang dari biaya yang telah dikeluarkan. suatu proyek dikatakan layak atau dapat disetujui adalah apabila memiliki NPV≥ 0. d. Payback Period (pembayaran kembali) adalah pada tahun ke berapa investasi tersebut sudah meraih keuntungan. METODOLOGI PENELITIAN 1. Pengumpulan Data, yang meliputi: a. Data Sekunder: peta administratif Propinsi Kalimantan Selatan, peta lokasi AMP yang ada sekarang, permintaan dan produksi campuran aspal. b. Data Primer: data survey harga material yang ada sekarang, data harga tanah untuk lokasi AMP yang akan dibangun, data kemampuan produksi alat AMP, 2. Analisis Permintaan Pasar Dari data produksi aspal oleh perusahaan pesaing dan data kebutuhan aspal di daerah pemasaran, maka dapat dilakukan analisis pasar pada proyek AMP oleh PT. Karya Maju Utama. Studi pasar perlu dilakukan untuk mengetahui daerah pemasaran untuk AMP yang akan didirikan oleh PT. Karya Maju Utama yaitu disyaratkan maksimal 80 km dan dapat menjangkau kebutuhan di: 1. Kandangan dengan jarak tempuh 40 km 2. Amuntai dengan jarak tempuh 25 km 3. Tanjung dengan jarak tempuh 28 km 4. Paringin dengan jarak tempuh 24 km 5. Binuang dengan jarak tempuh 50 km Dari data kebutuhan aspal di Propinsi Kalimantan Selatan tersebut dapat diketahui kebutuhan campuran aspal rata-rata pertahun untuk tahun 1998 sampai dengan tahun 2003 yaitu untuk tiap tahunnya rata-rata sebesar 45.735,67 ton. Untuk kebutuhan di Kandangan rata-rata sebesar 12.069 ton per tahun, Amuntai rata-rata 8.623,17 ton per tahun, Binuang rata-rata 9.459,17 ton per tahun, Paringin rata-rata 7.239,17 ton per tahun, dan Tanjung rata-rata 8.345,16 ton per tahun. ISBN : 979-99735-0-3 B-4-3 Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi II Program Studi MMT-ITS, Surabaya 30 Juli 2005 Tabel 1. Produksi Campuran Aspal Masing-masing Perusahaan Tahun PT. CPN (ton) PT. PAM (ton) PT. SAB (ton) PT.SCM (ton) PT. SSTT (ton) Jumlah (ton) 2003 2002 2001 2000 1999 1998 Jumlah Rata2 (ton) 10.200 12.123 14.665 15.741 14.020 10.525 77.274 12.879 13.250 13.065 10.015 10.232 8.046 0 54.608 9.101 16.250 14.975 12.785 12.078 10.998 0 67.086 11.181 18.000 10.225 8.654 6.752 0 0 43.631 7.272 0 13.455 14.756 13.684 12.750 10.668 65.313 10.886 57.700 63.843 60.875 58.487 45.814 21.193 307.912 51.319 Sumber : PT. CPN , PT. PAM, PT. SAB, PT.SCM dan PT. SSTT 3. Analisa Data Dari hasil pengumpulan data kemudian dilakukan pengolahan data dan analisis yang berkaitan dengan kelayakan investasi pada AMP. Metode yang dipakai untuk analisa investasi ini adalah NPV, IRR, dan BCR HASIL DAN DISKUSI Analisa Aspek Teknik a. Lokasi AMP oleh PT. Karya Maju Utama sudah ditentukan yaitu di Barabai, Adapun lokasi pengambilan bahan baku yang terdekat yaitu quarry di Batu Tangga dengan jarak 30 km dan quarry di Pasintink dengan jarak 25 km dari lokasi AMP. Sedangkan daerah pemasaran yaitu Kandangan (40 km), Amuntai (25 km), Tanjung (28 km), Paringin (24 km) dan Binuang (50 km) merupakan daerah pemasaran yang terdekat dengan lokasi AMP. Maka dari lokasi AMP yang akan dibangun dapat dikatakan memenuhi persyaratan. b. Perencanaan Campuran hotmix menggunakan metode Bina Marga yang dikembangkan untuk kebutuhan di Indonesia oleh Central Quality Control & Monitoring Unit (CQCMU). c. Pemilihan Mesin dan Peralatan dengan mempertimbangkan kriteria ketersediaan pemasok, suku cadang, kemampuan/kapasitas yaitu AMP kapasitas 40 – 60 T/H digunakan untuk produksi 35.000 ton/tahun d. Kualitas dan taksiran umur kegunaan, yaitu mesin AMP ditaksir umur ekonomis kegunaannya adalah 5 tahun dengan pertimbangan digunakan untuk berproduksi aspal selama setahun adalah 5 bulan. e. Kebutuhan Fasilitas Luas tanah yang diperlukan untuk AMP di Barabai adalah 7.000 m2, dengan harga tanah per meter sebesar Rp 20.000,-. Lahan seluas 7000 m2 diperlukan untuk membangun kantor, laboratorium, gudang, ruang genset, dan ruang satpam. Selain bangunan tersebut diperlukan juga lahan lapang untuk operasional produksi AMP di lokasi. Laboratorium seluas 40 m2 digunakan untuk melakukan pemeriksaan agregat dan pengendalian mutu campuran aspal. Gudang seluas 45 m2 digunakan untuk menyimpanan peralatan. Analisa Aspek Pasar a. Prediksi kebutuhan aspal, diperoleh dari hasil prediksi trend yang ada ditambah kebutuhan dari Dinas Kimpraswil Propinsi Kalimantan Selatan dan Dinas Perhubungan Propinsi Kalimantan Selatan (dermaga dan Bandar udara) ISBN : 979-99735-0-3 B-4-4 Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi II Program Studi MMT-ITS, Surabaya 30 Juli 2005 diperkirakan sebesar 40.000 ton per tahun yang dianggap tetap, karena hanya untuk perbaikan/pemeliharaan rutin jalan. b. Perkiraan Jumlah Produksi Aspal Tabel 2. Perkiraan Jumlah Produksi Aspal Tahun Jumlah Produksi Campuran Aspal (ton) Keterangan 2003 2004 2055 2006 2007 2008 2009 57.700 60.585 63.614 66.795 70.135 73.641 77.324 kenaikan 5% c. Analisis besar kebutuhan pemasaran AMP yang ada di Propinsi Kalimantan Selatan dapat diketahui dari selisih kebutuhan campuran aspal dengan produksi AMP, yang merupakan pasar dari investasi AMP yang akan dilakukan.. Tahun Tabel 3. Selisih Kebutuhan dan Produksi Aspal Kebutuhan Jumlah Produksi Selisih (ton) Campuran Aspal (ton) Campuran Aspal (ton) 2004 2005 2006 2007 2008 2009 107,165.91 111,846.54 116,245.16 120,407.57 124,368.35 128,154.38 60,585.00 63,614.25 66,794.96 70,134.71 73,641.45 77,323.52 46,580.91 48,232.29 49,450.20 50,272.86 50,726.90 50,830.86 Sumber : hasil analisis Analisis Keuangan a. Biaya yang dikeluarkan: Investasi peralatan Asphalt Mixing Plant (AMP) Investasi peralatan penghampar Investasi Bangunan dan Kantor Total Rp 1.825.000.000,Rp 2.380.000.000,Rp 804.000.000,Rp 5.009.000.000,- b. Biaya Operasional Biaya melaksanakan pekerjaan untuk memproduksi 1 ton HRS Base dengan tebal 4 cm adalah: HRS Base Rp 197.525,Biaya angkut Rp 57.200,Prime Coat Rp 20.000,Biaya hampar Rp 11.412,Pekerja Rp 5.000,Total Rp 291.138,- ISBN : 979-99735-0-3 B-4-5 Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi II Program Studi MMT-ITS, Surabaya 30 Juli 2005 c. Perhitungan biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk produksi AMP dan penerimaan atas penjualan aspal adalah sebagai berikut: Biaya produksi = (Biaya produksi HRS base 1 tahun )+ (biaya pelumas, bahan bakar, dan spare part) + gaji + biaya operasi untuk kantor = (Rp 291.138,16 x 35.000) + Rp 8.100.000,- + Rp 95.400.000,- + Rp 13.800.000,- = Rp 10.307.135.707,- akan mengalami kenaikan setiap tahun sebesar 10% (karena pengaruh inflasi) Harga ideal Hotmix = Rp 370.000,- per ton. Penerimaan = Rp 370.000 x 35.000 = Rp 12.950.000.000,- dengan peningkatan pendapatan setiap tahun sebesar 5%. Biaya investasi = Rp 5.009.000.000,Maka laba yang akan diperoleh adalah: Rp 12.950.000.000,- – Rp 10.307.135.707,- = Rp 2.642.864.293,- pada tahun pertama. Dengan kenaikan tersebut diatas serta tingkat bunga yang berlaku adalah 17% per tahun, maka present value laba tahun ke-n adalah: PV laba tahun ke-1 = F x 1/(1+i)n = Rp 2.642.864.293,- x 1/(1+0.17)1 = Rp2.258.858.370,Untuk perhitungan tahun ke-2, 3, 4 dan 5 menggunakan cara yang sama dengan di atas. d. Net Present Value (NPV) Net Present Value atas investasi AMP oleh PT. Karya Maju Utama di Barabai yang pada tahun 2004 dengan horison waktu rencana 5 tahun adalah: NPV = -Biaya investasi + Σ present value cash flow = -P+ Σ (F(P/F,i,n)) , dimana i = 17% dan n = 1 sampai 5 = - Rp 5.009.000.000 + (Rp 2.643.301.793 x (0,8547) + Rp 2.260.131.973 x ( 0,7305) + Rp 1.806.270.170 x (0,6244) + Rp 1.273.028.437 x (0,5337) + Rp 650.769.093 x (0,4561)) = (Rp 5.009.000.000,-) + Rp 6.012.587.047, - = Rp 1.003.587.047,Karena nilai NPV pada i = 17% lebih besar dari 0 maka dapat dikatakan bahwa investasi AMP oleh PT. KMU di Barabai adalah layak. e. Internal Rate of Return (IRR) Untuk mendapatkan nilai IRR maka dengan cara trial and error nilai i sehingga persamaan NPV = 0. NPV = -P + Σ (F(P/F,i,n)) = 0 = - Rp 5.009.000.000 + (Rp 2.643.301.793 x (P/F,i,1) + Rp 2.260.131.973 x (P/F,i,2) + Rp 1.806.270.170 x (P/F,i,3) + Rp 1.273.028.437 x (P/F,i,4) + Rp 650.769.093 x (P/F,i,5)) = 0 Dicoba i = 25% didapat NPV = Rp 211.612.689,00 Dicoba i = 30% didapat NPV = - Rp 195.188.039,00 Dari nilai coba-coba tersebut dilakukan interpolasi maka didapat nilai i = 27,49%. Karena hasil IRR yang didapat yaitu 27,49%, lebih besar dari MARR (17%), maka investasi layak. ISBN : 979-99735-0-3 B-4-6 Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi II Program Studi MMT-ITS, Surabaya 30 Juli 2005 f. Benefit Cost Ratio (BCR) BCR = (Σ present value (penerimaan – pengeluaran)) / present value biaya investasi = (Rp 2.643.301.793 x (0,8547) + Rp 2.260.131.973 x ( 0,7305) + Rp 1.806.270.170 x (0,6244) + Rp 1.273.028.437 x (0,5337) + Rp 650.769.093 x (0,4561)) / Rp 5.009.000.000,= Rp 6.122.301.180,- : Rp 5.009.000.000,- = 1,20 Nilai BCR yang didapat menunjukan lebih besar dari 1 maka investasi layak. g. Analisa Sensitivitas Untuk lebih mengetahui lebih jauh kepekaan investasi ini maka penulis mencoba menganalisis beberapa kondisi sensitivitas sebagai berikut: 1) Kapasitas produksi turun 5% a) Harga jual aspal Rp 360.000,b) Harga jual aspal Rp 365.000,c) Harga jual aspal Rp 370.000,2) Kapasitas produksi turun 10% a) Harga jual aspal Rp 360.000,b) Harga jual aspal Rp 365.000,c) Harga jual aspal Rp 370.000,3) Kapasitas produksi turun 20% a) Harga jual aspal Rp 360.000,b) Harga jual aspal Rp 365.000,c) Harga jual aspal Rp 370.000, Tabel 4. Hasil Analisis Sensitivitas Harga Jual Aspal Kapasitas Produksi Turun 5% Turun 10% Turun 20% Rp 360.000,- Rp 365.000,- Rp 370.000,- NPV (juta) IRR BCR NPV (juta) IRR BCR NPV (juta) IRR BCR -477 11,45% 0,9 101 18,12% 1,02 680 24,18% 1,14 -739 8,32 0,85 -190 18,88% 0,96 357 20,80%. 1,07 -1.262 1,85% 0,75 -775 8,21% 0,85 -287 13,89% 0,94 Tidak layak KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa: 1) Berdasarkan studi pasar dan kebutuhan akan campuran aspal masih dimungkinkan berdirinya AMP baru. Kebutuhan campuran aspal rata-rata per tahun sebesar 45.735,67 ton. Sedangkan Perkiraan selisih kebutuhan campuran aspal terhadap produksi aspal oleh perusahaan-perusahaan AMP rata-rata tiap tahunnya adalah sebesar 49.349 ton. Adanya selisih kebutuhan campuran aspal ini memungkinkan dibangunnya sebuah AMP baru. 2) Hasil perhitungan kelayakan investasi proyek diperoleh nilai NPV = Rp 1.003.587.047,- (lebih dari 0), IRR = 27,49% (lebih dari MARR 17%) dan BCR = ISBN : 979-99735-0-3 B-4-7 Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi II Program Studi MMT-ITS, Surabaya 30 Juli 2005 1,20 (lebih dari 1). Dari nilai ketiga indikator kelayakan tersebut dapat dikatakan bahwa investasi AMP di Barabai oleh PT. Karya Maju Utama cukup layak 3) Namun kapasitas produksi mempengaruhi sensitivitas terhadap harga jual dan kapasitas produksi. Jika kapasitas produksi turun hingga 5% dengan harga jual aspal minimal Rp 360.000,- per ton tidak dapat memenuhi syarat kelayakan, dan jika kapasitas produksi turun hingga 10% dengan harga jual minimal Rp 365.000,per ton akan tidak layak, sedangkan jika kapasitas produksi aspal turun hingga 20% dengan harga jual Rp 370.000,- juga tidak akan layak. 4) Karena kebutuhan aspal rata-rata per tahun, yaitu 49.349 ton, dan produksi aspal oleh PT. Karya Maju Utama yaitu 35.000 ton berarti masih ada kekurangan aspal yang masih belum terpenuhi oleh perusahaan-perusahaan AMP yang ada, maka produksi aspal AMP PT. Karya Maju Utama di Barabai setiap tahun dapat ditingkatkan. 5) Analisa sensitivitas dapat diperluas dengan perubahan bunga, perubahan harga material demi kesempurnaan penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Grant, E. L., Grant W. I., Richard S., dan Leavenwort (1994). Dasar-dasar Ekonomi Teknik Jilid 1 diterjemahkan oleh E. Komarudi. G. Kertasaoetra, Rineka Cipta, Jakarta. Johar, A., dan Ahmad F., (2001), Aplikasi Excel Dalam Aspek Financial Studi Kelayakan, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta. Kodoatie (1994), Analisa Ekonomi Teknik, Andi Ofset, Yogyakarta. Mohtar, I. S., (1998). Diktat Perkerasan Jalan, Surabaya. Newnan, D. G., (1988). Engineering Economic Analysis, Bina Rupa Aksara, Jakarta. Pujawan (1995), Ekonomi Teknik, PT. Guna Widya, Jakarta. Sastraatmaja, A.S. (1984), Analisa (Cara Modern) Anggaran Biaya Pelaksanaan, Nova, Bandung. Soeharto, Iman (1998) Manajemen Proyek Edisi Kedua, Erlangga, Jakarta. Soemitro R. (1994), Pajak Penghasilan Edisi Revisi, Eresco, Bandung. Sukirman, S. (1995). Perkerasan Lentur Jalan Raya,, Nova, Bandung. Suratman, (2001). Studi Kelayakan Proyek, J & J Learning, Yogyakarta. Suad H., dan Suwarsono M. (2000), Analisis Ekonomi (Economic Analysis), Andi Ofset, Yogyakarta. ISBN : 979-99735-0-3 B-4-8