plagiat merupakan tindakan tidak terpuji plagiat

advertisement
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
i
MAKNA KEBAHAGIAAN PARA PENGHAYAT KEPERCAYAAN
DI GUNUNG SRANDIL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Psikologi Program Studi Psikologi
Disusun Oleh :
Septian Nugroho
109114095
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
i
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
iii
ii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
iv
HALAMAN MOTTO
“Not all of us can do great things.
But we can do small things with gread love”
(Mother Teresa)
iv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini ku persembahkan kepada :

Gusti Agung kang murbeng dumadi, Sang guru jagad kang murah asih,
lumantaran Gusti Yesus dalah Ibu Kenyo Maria.

Bapak Mateus Suradi, Ibu Patrecia Katini dan Ibu Maria Marsini.

Stefanus Christmas Dwi Cahyo dan Yakubus Hario Bimo Saputro.

Mas Edi dan Mbak Tini.

Ruth Trias Kristinawati
Kupersembahkan untuk almamater
Universitas Sanata Dharma
v
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
vi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
vii
MAKNA KEBAHAGIAAN PARA PENGHAYAT KEPERCAYAAN
DI GUNUNG SRANDIL
Septian Nugroho
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan makna kebahagiaan para
penghayat kepercayaan di Gunung Srandil. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh
ketertarikan peneliti terhadap falsafah hidup dari ajaran penghayat kebatinan serta
keperihatinan peneliti akan diskriminasi sosial yang dialami oleh para penghayat
kepercayaan. Pertanyaan penelitian yang diajukan adalah bagaimana makna
kebahagiaan para penghayat kepercayaan di Gunung Srandil. Metode yang
digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi. Penelitian ini
melibatkan dua orang responden dan satu paguyuban penghayat kepercayaan.
Data dalam penelitian ini berupa hasil wawancara dan hasil pengamatan terhadap
responden. Data hasil wawancara tersebut di koding dan di kategorikan tematemanya, setelah itu di interpretasikan. Dari hasil penelitian ini didapatkan sebuah
rumusan tentang makna kebahagiaan para penghayat kepercayaan di Gunung
Srandil. Makna kebahagiaan para penghayat kepercayaan di Gunung Srandil
adalah bahwa kebahagiaan adalah sesuatu yang bersifat transenden yang
merupakan pemaknaan hubungan manusia dengan Sang Pencipta.
Kata kunci: Makna kebahagiaan, penghayat kepercayaan, transenden
vii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
viii
THE MEANING OF HAPPINESS BY FOLLOWERS OF TRUST IN
GUNUNG SRANDIL
Septian Nugroho
ABSTRACT
This research aimed to define the meaning of happiness followers of trust in
Gunung Srandil. This research is motivated by the interest of researchers towards
the philosophy of life from teachings of mysticism follower and researchers
concerns towards social discrimination will be experienced by the followers of
that trust. The research question posed is how the meaning of happiness followers
trust in Gunung Srandil. The method used was a qualitative study with an
ethnographic approach. This research involved two respondents and a community
of followers of trust. The data in this research are the result of interviews and
observations of the respondents. The interview data coded and categorized the
themes, then interpreted. From the results of this research, we can conlude the
meaning of happiness by followers trust in Gunung Srandil. The meaning of
happiness by followers trust in Gunung Srandil is that happiness is something that
is transcendent, that is the meaning of man's relationship with the Creator.
Key word: The meaning of happiness, followers of trust, transendent
viii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ix
ix
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan anugerahNya
yang melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Makna Kebahagiaan Para Penghayat Kepercayaan di Gunung Srandil”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar
sarjana strata satu program studi Psikologi
Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti mendapat dukungan, bimbingan,
dan bantuan dari berbagai pihak, oleh sebab itu penulis hendak mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Tarsisius Priyo Widiyanto, M.Si selaku dekan Fakultas
Psikologi
Universitas
Sanata
Dharma
sekaligus
sebagai
Dosen
pembimbing akademik. Terima kasih atas dedikasinya dalam menjalankan
roda fakultas sekaligus terima kasih atas pendampingannya selama penulis
melaksanakan perkulihaan di Universitas Sanata Dharma.
2. Ibu Ratri Sunar Astuti, M.Si. selaku Kepala Program Studi Fakultas
Psikologi Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak V. Didik Suryo H., M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah memberikan bimbingan dan masukkan serta meluangkan waktu
selama penulisan skripsi ini.
4. Seluruh dosen Fakultas Psikologi yang telah memberikan banyak ilmu dan
bimbingan akademis dengan penuh kesabaran.
5. Mas Gandung, Ibu Nanik, Mas Muji, Mas Doni, Pak Giek, Pak Gunawan
Bonjrot, serta semua karyawan Sanata Dharma yang telah menjadi teman
selama penulis belajar di Sanata Dharma.
6. Bapak Saliyo, Bapak Sumikan, serta Paguyuban Kaweruh Hak 101 yang
sudah sangat mendukung selama proses pengambilan data.
7. Heinrich Satriawan, sahabat yang selalu ada dikala siang maupun malam
dalam segala situasi, serta Rezka Septia Adi yang selalu memberi warna
dalam setiap perjumpaan tengah malam.
x
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
xi
xi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .....................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................
iii
HALAMAN MOTTO .............................................................................
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................
vi
ABSTRAK ..............................................................................................
vii
ABSTRACT ............................................................................................
viii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI..................
ix
KATA PENGANTAR ............................................................................
x
DAFTAR ISI ...........................................................................................
xii
DAFTAR TABEL ...................................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................
xvi
BAB I
PENDAHULUAN ..................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................
1
B. Rumusan Masalah ...........................................................
11
C. Tujuan Penelitian .............................................................
11
D. Manfaat Penelitian ...........................................................
12
E. Batasan Istilah ..................................................................
12
LANDASAN TEORI .............................................................
14
A. Kebatinan ........................................................................
14
1. Pengertian Kebatinan ................................................
14
BAB II
xii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
xiii
2. Sifat dan Unsur dalam Kebatinan ..............................
15
3. Ajaran Kebatinan Secara Umum ...............................
17
4. Kejawen .....................................................................
20
5. Aliran Kebatinan Sapta Darma .................................
22
B. Kebahagiaan ....................................................................
24
1. Kebahagiaan Secara Psikologis .................................
24
a. Pengertian Kebahagiaan ......................................
24
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Kebahagiaan ........................................................
25
c. Subjective Well-being .........................................
29
2. Kebahagiaan Menurut Spiritualitas Jawa ..................
32
C. Kerangka Berpikir ...........................................................
35
D. Pertanyaan Penelitian ......................................................
36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .............................................
38
A. Metode Penelitian ............................................................
38
B. Fokus Penelitian ..............................................................
38
C. Informan dalam Penelitian ..............................................
39
E. Teknik Pengumpulan Data ..............................................
39
F. Instrumen Penelitian ........................................................
40
G. Analisis Data ...................................................................
40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................
41
A. Latar Belakang Masyarakat dan Ajaran Kejawen ...........
41
1. Petilasan Gunung Srandil ..........................................
41
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
xiv
2. Kehidupan Sosial Masyarakat Gunung Srandil ........
43
3. Organisasi Kepercayaan ............................................
45
4. Sejarah Penghayat Kepercayaan di Gunung Srandil..
50
5. Ajaran tentang Kepercayaan .....................................
52
B. Makna Kebahagiaan ........................................................
54
1. Informan 1 .................................................................
54
2. Informan 2 .................................................................
60
3. Paguyuban .................................................................
65
4. Gambaran tentang Makna Kebahagiaan para
Penghayat Kepercayaan di Gunung Srandil
Secara Umum ............................................................
71
C. Pembahasan .....................................................................
82
1. Makna Kebahagiaan ..................................................
82
2. Faktor-faktor yang Dapat Membuat Seseorang
BAB V
Merasakan Kebahagiaan ...........................................
89
KESIMPULAN ......................................................................
94
A. Kesimpulan ......................................................................
94
B. Keterbatasan Penelitian ...................................................
97
C.
98
Saran ...............................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................
100
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Identitas informan 1 .............................................................. 54
Tabel 4.2 Tema-tema yang muncul dalam wawancara informan 1 ...... 59
Tabel 4.3 Identitas informan 2 .............................................................. 60
Tabel 4.4 Tema-tema yang muncul dalam wawancara informan 2 ...... 65
Tabel 4.5 Identitas paguyuban Kaweruh Hah 101................................ 65
Tabel 4.6 Arti kebahagiaan dalam paguyuban ..................................... 69
Tabel 4.7 Tema-tema yang muncul dalam sarasehan ........................... 70
Tabel 4.8 Pandangan penghayat di Gunung Srandil dan ajaran
Ki Ageng Suryomentaram .................................................... 83
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data penelitian ................................................................. 104
Lampiran 2 Catatan Etnografi ............................................................. 112
Lampiran 3 Verbatim wawancara narasumber dan
tema yang muncul ........................................................... 117
Lampiran 4 Verbatim wawancara informan penelitian dan
tema yang muncul ........................................................... 122
Lampiran 5 Data hasil sarasehan dan tema yang muncul ................... 139
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Kebahagiaan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan
tanpa melihat batas usia seseorang. Kebahagiaan merupakan sebongkah
perasaan yang dapat dirasakan berupa perasaan senang, tentram, dan
memiliki kedamaian (Rusydi, 2007). Kebahagiaan juga didefinisikan
sebagai keadaan psikologis positif yang ditandai dengan tingginya derajat
kepuasan hidup, afek positif, dan rendahnya derajat afek negatif (Carr,
2004).
Setiap orang ingin mencapai kebahagiaan dalam hidupnya, namun
meskipun demikian tidak semua orang memiliki pendapat yang sama
tentang makna kebahagiaan. Ada yang berpendapat bahwa seseorang akan
merasakan kebahagiaan ketika memiliki harta yang banyak. Adapula
orang yang berpendapat bahwa seseorang merasakan kebahagiaan ketika
mereka memiliki banyak teman, memiliki dan masih banyak lagi pendapat
yang lain.
Pada beberapa literatur dikatakan bahwa kebahagiaan bisa
bersumber dari kekayaan dan pekerjaan (Carr, 2004). Namun, berdasarkan
hasil survey yang dilakukan di 97 negara yang dilakukan dari tahun 1995
sampai dengan 2007 diketahui bahwa Indonesia merupakan negara yang
memiliki skor kebahagiaan peringkat ke 40 dari 97 negara (http://nsf.
1
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2
gov/news/newsmedia). Dari hasil survei tersebut diketahui bahwa
Indonesia memiliki tingkat kebahagiaan yang lebih tinggi daripada negara
Jepang dan Cina yang merupakan negara maju dan kaya. Dengan
demikian, kekayaan saja tidak bisa dijadikan sebagai ukuran kebahagiaan
seseorang.
Menurut Seligman (2002), kebahagiaan yang sebenarnya berasal
dari pemahaman terhadap kekuatan karakter yang dimiliki dan
menanamkan serta menggunakannya dalam seluruh aspek kehidupan. Jadi,
seseorang yang memiliki kekayaan yang melimpah belum tentu akan
merasakan kebahagiaan yang sebenarnya. Kekuatan karakter yang
menonjol pada individu berbeda pada masing-masing budaya. Perbedaan
budaya tersebut menyebabkan timbulnya perbedaan keyakinan dan nilai
pada individu, sehingga menyebabkan perbedaan dalam cara mencapai
kebahagiaan dan kepuasan hidup pada budaya yang berbeda. Selain faktor
budaya, kebahagiaan yang dirasakan seseorang dipengaruhi oleh beberapa
faktor lain seperti kepribadian, karakteristik sosiodemografi, keadaan
ekonomi, dan kesehatan.
Penelitian ini bermaksud untuk memahami apa makna kebahagiaan
menurut para penghayat kepercayaan atau para pengikut ajaran kebatinan.
Para pengikut ajaran kebatinan menurut Mulder (1984) adalah orang-orang
yang selalu memupuk kekuatan batinnya untuk mengatasi alam yang
bersifat material, hal tersebut karena diyakini menurut mereka bahwa
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3
materi merupakan penghalang bagi manusia untuk dapat sampai pada
kebenaran sejati (Hadiwiyono, 1999).
Kebatinan adalah istilah yang biasa dipakai dalam kehidupan
sehari-hari oleh masyarakat, sedangkan istilah yuridisnya adalah
“Kepercayaan”, seperti tercantum dalam UUD 1945 pasal 29 dengan
makna Ketuhanan yang bukan agama sebagaimana diberikan oleh para
perumus pasal itu sendiri. Selanjutnya dalam penelitian ini, dipergunakan
istilah kepercayaan untuk menyebut istilah kebatinan.
Dari berbagai aliran kepercayaan yang ada hingga saat ini, salah
satu aliran kepercayaan yang cukup besar adalah aliran kepercayaan
Kejawen. Kejawen adalah segala naluri (tradisi atau perbuatan yang sudah
lazim dijalankan) atau adat-istiadat Jawa yang tidak termasuk ajaran Islam.
Penyebutan Kejawen itu bertujuan untuk melepaskan diri dari hukum
islam, namun tidak dimasukkan ke dalam hukum agama Hindu-Buddha
atau kepercayaan animisme (Soesilo, 2005).
Dalam Kejawen, kebatinan sering dianggap sebagaai intisari dari
Kejawen, yang merupakan gaya hidup orang-orang jawa. Oleh sifat batin
itu manusia merasa diri terlepas dari segala sesuatu yang semu, yang
berganda, yang memaksakan suatu bentuk hidup serba-dua yang tidak
dapat dihayati secara otentik (Subagya, 1987).
Batin merupakan isi dari raga. Raga bergerak, berpikir, berkerja,
karena ada unsur batin. Batin manusia terdiri dari dua unsur yaitu jiwa dan
sukma (roh). Jiwa menyebabkan manusia berpikir, bernafsu, berkehendak,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
4
sedih lalu menangis, senang lalu tertawa. Sukma adalah unsur terdalam
dari manusia, juga disebut roh, berasal atau merupakan pancaran Sang
Hyang Murbeng Dumadi, Tuhan Yang Maha Esa (Soebagya, 1986).
Menurut Soebagya (1986), Kebatinan merupakan religi beserta
pandangan hidup orang Jawa yang lebih menitikberatkan ketentraman,
keselarasan, dan keseimbangan batin. Pada darsarnya kebatinan adalah
mistik, penembusan, dan pengetahuan mengenai alam raya dengan tujuan
mengadakan suatu hubungan langsung antara individu dan Yang Maha
Kuasa. Banyak sekali aliran kebatinan, namun gagasan psikologis aliranaliran itu sesungguhnya agak seragam. Semua meyakini kemanunggalan
dan mencari keselarasan dengan alam semesta dan Tuhan, walaupun
mungkin hanya sebagian orang mencapainya.
Praktik Kejawen bermuara pada ketenteraman batin, dan kearifan
individual. Melalui keselarasan dengan alam dan Tuhan, penghayat
Kejawen berusaha mencapai ketenteraman jiwa. Hal tersebut menunjukan
bahwa Kejawen memang selaras dengan sifat filosofi Jawa yang lebih
mengutamakan kearifan, sehingga menghasilkan kearifan individu. Sifat
itu berbeda dengan filsafat barat yang menghasilkan ilmu pengetahuan.
Salah satu keberadaan penghayat kepercayaan adalah penghayat
kepercayaan yang ada di Gunung Srandil. Srandil merupakan nama suatu
daerah yang tepatnya berada di Desa Glempang Pasir, Kecamatan Adipala,
Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Di daerah ini terdapat beberapa
paguyuban penghayat kepercayaan serta para penghayat kepercayaan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
5
Mayoritas masyarakat di daerah ini memang memeluk agama Islam,
namun terdapat kurang lebih 30 kepala keluarga yang merupakan
penghayat kepercayaan (Wawancara dengan Saliyo, 2014).
Dilihat dari segi pendidikan, para penghayat kepercayaan
mayoritas tidak pernah mengenyam bangku pendidikan formal. Kalaupun
ada, mereka hanya lulusan sekolah rakyat atau setara dengan sekolah
dasar. Para penghayat kepercayaan disini bukan hanya orang asli Jawa,
namun juga para pendatang yang memiliki ketertarikan terhadap nilai-nilai
hidup Jawa. Sebagian besar pendatang tersebut berasal dari orang-orang
etnis Tionghoa. (Wawancara dengan Saliyo, 2014).
Sekalipun terdapat beberapa paguyuban penghayat kepercayaan
dan padepokoan di daerah ini, para anggotanya tidak hanya dari
masyarakat sekitar. Para anggota paguyuban ini ada yang berasal dari
Banyumas, Purwokerto, Kebumen, dan daerarah lain di sekitar Cilacap.
Mereka biasanya berkumpul setiap malam jumat legi, dan jumat paing
untuk melakukan ritual dan saling belajar tentang nilai-nilai kehidupan
Jawa.
Sekalipun hidup bersama dalam perbedaan, di daerah ini
kerukunan masyarakatnya sangat baik. Mereka hidup berdampingan
dengan saling menghormati. Dalam kegiatan masyarakat, mereka juga
saling gotong-royong dan membantu apa yang menjadi kesibukan antar
masyarakat di daerah ini.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
6
Seperti pada penghayat aliran kebatinan pada umumnya, penghayat
kepercayaan disini masih memegang teguh apa yang menjadi kepercayaan
mereka serta mengimplementasikan dalam perilaku sehari-hari baik dalam
ritual dan cara hidup. Dalam kehidupan sehari-hari misalnya, para
penghayat kepercayaan dapat dilihat dari cara berpakaian. Mereka
mengenakan ikat kepala hitam (Udeng), serta pakaian khas Jawa
(Shorjan). Ketika para penghayat saling bertemu, salam yang mereka
ucapkan adalah “Salam Mulia”, kemudian dibalas dengan ucapan
“Rahayu”, disertai dengan saling menundukan kepala dan membungkukan
badan.
Dalam keseharian ketika memulai aktivitas, para penghayat
kepercayaan ini melakukan suatu “doa selamat”. Doa ini dilakukan setiap
kali akan berangkat bekerja dengan harapan akan kelancaran pekerjannya
dan senantiasa diberi keselamatan oleh Sang Pencipta. Doa ini dilakukan
dengan bersemedi sebentar kemudian mengucap doa dengan menghadap
ke timur, yang berarti “mapak pepadang” atau menjemput terang yang
digambarkan dengan terbitnya matahari di timur. Begitupun ketika malam
hari, para penghayat melakukan doa syukur disertai dengan semedi. Hal
ini dilakukan sebagai ungkapan syukur atas apa yang sudah mereka alami
selama seharian.
Terdapat hal unik terkait dengan keberadaan kelompok penghayat
kepercayaan di Gunung Srandil ini, yaitu dengan adanya sebuah petilasan
yang ramai dikunjungi oleh orang-orang untuk berziarah. Di petilasan ini
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
7
digunakan sebagai tempat ritual para penghayat kepercayaan di daerah
Cilacap dan sekitarnya. Biasanya ritual bersama para penghayat
kepercayaan ini dilakukan pada bulan-bulan tertentu dalam penanggalan
Jawa, misalnya tanggal 1 Sura, 21 Mulud, dan 1 Pasa, serta hari-hari besar
dalam penanggalan Jawa lainnya (Wawancara dengan Saliyo, 2014).
Menurut masyarakat sekitar, di petilasan ini ramai dikunjungi oleh
para peziarah dari segala penjuru Indonesia. Bahkan tokoh-tokoh penting
di negara ini pernah berziarah di petilasan ini, mereka adalah presiden
pertama Indonesia Soekarno, serta presiden kedua Indonesia Soeharto.
Para peziarah yang datang ke Gunung Srandil kebanyakan meminta suatu
pesugihan (ingin kaya), serta meminta kewibawaan ataupun kesaktian.
Keberadaan para penghayat disini adalah sebagai juru kunci atau “Guide”
yang mengarahkan para peziarah melakukan ritual di Gunung Srandil ini.
Hal-hal diatas jika dikaitkan dengan esensi hidup orang Jawa yang
begitu menekankan pada pencarian kedamaian dan kebahagiaan dalam
hidup jelas tidak sejalan. Karena sebenarnya urusan klenik atau pesugihan
dan lain-lain sejenis, lebih disebabkan dan lebih dimulai dari niat dan
tekad hati dari seseorang pemalas. Mereka yang tidak mau berusaha sesuai
kodratnya manusia hidup, yang telah buta dan telah tertutup hati nuraninya
oleh masalah duniawi, kemudian mengambil jalan pintas dengan cara
melakukan hal-hal diatas karena didorong oleh nafsu dalam hidupnya.
Hal diatas bertolak belakang dengan kehidupan para penghayat
kepercayaan disini yang hidup dengan kesederhanaan. Secara ekonomi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
8
para penghayat kepercayaan ini mayoritas hidup dalam situasi ekonomi
menengah ke bawah. Keadaan rumah ataupun perabot rumahnya sangat
sederhana dan rumah yang mereka tempati kebanyakan adalah rumah tua
bercorak khas joglo.
Keserhanaan hidup yang dialami oleh para penghayat kepercayaan
disini adalah cerminan dari sikap “nerimo ing pandum”. Sikap ini
memberi arti bahwa manusia harus senantiasa menerima dan mensyukuri
apapun yang mereka terima dan yang mereka miliki tanpa menginginkan
apa yang dimiliki orang lain serta yang bukan menjadi hak mereka
(Wawancara dengan Saliyo).
Para penghayat kepercayaan disini sering menerima tamu para
peziarah ataupun orang yang meminta untuk didoakan. Kebanyakan para
peziarah atau tamu tersebut datang dengan mobil bagus. Namun hal
tersebut tidak mempengaruhi kehidupan para penghayat kepercayaan
secara ekonomi. Para peziarah menolak apapun pemberian dari orang lain
yang datang untuk didoakan ataupun dibantu secara ritual. Menurut
mereka, menolong orang lain adalah sebuah perbuatan dan baik, dan
hendaknya tidak mengharap imbalan dari orang yang ditolong. Dengan
melihat orang yang ditolong hidupnya semakin baik, mereka sangat
merasa bahagia (Wawancara dengan Saliyo, 2014).
Di bidang psikologi, topik tentang kebahagiaan banyak dibahas
terutama pada bidang psikologi positif. Psikologi positif merupakan aliran
psikologi modern yang memfokuskan kajiannya pada sisi-sisi positif
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
9
manusia dan mengantarkan manusia bukan hanya untuk sekedar hidup,
tetapi hidup bahagia. Psikologi positif berakar dari psikologi humanisme
yang pembahasannya fokus pada kebermaknaan dan kebahagiaan. Sejak
munculnya psikologi positif, kajian-kajian tentang kebermaknaan dan
kebahagiaan tumbuh subur dan mengemuka di kalangan tokoh-tokoh
psikologi positif.
Kebahagiaan menjadi isu sentral yang didiskusikan dalam
psikologi positif. Ada banyak penelitian yang telah dilakukan untuk
mengkaji faktor-faktor yang berperan dalam kebahagiaan. Kebahagiaan
adalah perasaan positif yang berasal dari kualitas keseluruhan hidup
manusia yang ditandai dengan adanya kesenangan yang dirasakan oleh
seorang individu ketika melakukan sesuatu hal dalam hidupnya.
Berdasarkan uraian diatas itulah melalui penelitian ini ingin
diketahui bagaimana para penghayat kepercayaan di Gunung Srandil
memaknai kebahagiaan di tengah kehidupannya yang dihadapkan pada
permasalahan diatas yaitu keberadaan petilasan yang dijadikan sebagai
sarana pesugihan. Dalam penelitian ini ingin diketahui juga bagaimana
pandangan hidup para penghayat kepercayaan dalam memaknai sebuah
hidup dalam kesederhanaan sesuai dengan apa yang mereka alami di
tengah kehadiran orang-orang yang menginginkan kekayaan disini.
Dalam penelitian sebelumnya terhadap penghayat kepercayaan
disimpulkan bahwa kehidupan di dunia ini adalah untuk mencapai
ketenteraman, yaitu kondisi perasaan dimana manusia merasa tenang,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
10
netral, tidak kuatir, tidak memiliki beban atau masalah, tidak ada tekanan
atau ganjalan, tidak ada permusuhan atau perselisihan (Krispambudi,
2003). Hal itu berbeda dengan kebahagiaan yang didefinisikan sebagai
suatu kondisi perasaan yang dialami oleh manusia ketika ia mendapatkan
suatu keberuntungan atau mengalami berbagai hal yang menyenangkan.
Dalam hal ini ketenteraman dipandang lebih mengarah pada kedalaman,
lebih ke kalbu atau batin. Sedangkan kebahagiaan masih mengandung
unsur kejasmanian, karena kebahagiaan masih belum menyentuh titik yang
terdalam (Krispambudi, 2003).
Penelitian ini menggunakan metode etnografi, adalah uraian dan
penafsiran suatu budaya atau sistem kelompok sosial. Dalam hal ini
kelompok sosial itu adalah para penghayat kepercayaan di Gunung
Srandil. Dalam penelitian ini peneliti mendiskripsikan makna tentang
kebahagiaan dengan cara menguji kelompok tersebut dan mempelajari
pola perilaku, kebiasaan, dan cara hidup.
Etnografi adalah sebuah proses dan hasil dari sebuah penelitian.
Sebagai proses, etnografi melibatkan pengamatan yang cukup panjang
terhadap suatu kelompok, dimana dalam pengamatan tersebut peneliti
terlibat dalam keseharian hidup informan atau melalui wawancara satu per
satu dengan anggota kelompok tersebut. Dalam hal ini kelompok sosial itu
adalah para penghayat kepercayaan di Gunung Srandil.
Etnografi bertujuan menguraikan suatu budaya secara menyeluruh,
yakni semua aspek budaya baik yang bersifat material, seperti artefak
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
11
budaya dan yang bersifat abstrak, seperti pengalaman, kepercayaan,
norma, dan sistem nilai kelompok yang diteliti (Mulyana, 2001).
Penelitian etnografi merupakan kegiatan pengumpulan bahan
keterangan atau data yang dilakukan secara sistematik mengenai cara
hidup serta berbagai aktivitas sosial dan berbagai benda kebudayaan dari
suatu masyarakat. Berbagai peristiwa dan kejadian unik dari komunitas
budaya akan menarik perhatian peneliti etnografi . Dalam penelitian ini,
peneliti justru lebih banyak belajar dari pemilik kebudayaan, dan sangat
menghormati pada cara mereka belajar tentang budaya.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka dapat
dirumuskan pertanyaan yang menjadi permasalahan penelitian:
1. Bagaimana makna kebahagiaan para penghayat kepercayaan di
Gunung Srandil?
2. Bagaimana makna kesederhanaan hidup para penghayat kepercayaan
di Gunung Srandil ditengah para peziarah yang menginginkan
kekayaan materi?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui makna
kebahagiaan para penghayat kepercayaan di Gunung Srandil, serta
bagaimana makna kesederhanaan hidup para penghayat kepercayaan di
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
12
tengah para peziarah yang menginginkan kekayaan materi di dalam
kehidupannya sehari-hari.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
a. Dapat
merumuskan
suatu
konsep
baru
mengenai
makna
kebahagiaan menurut para penghayat kepercayaan, serta makna
kesederhanaan hidup di dalam kehidupannya sehari-hari.
b.
Di bidang ilmu psikologi, penelitian ini dapat menjelaskan peran
budaya, kebiasaan serta perilaku seseorang dalam membentuk
pemaknaan hidup, dalam hal ini kebahagiaan.
2. Manfaat Praktis
a. Dapat menawarkan suatu cara untuk meraih kebahagiaan dan
memaknai kesederhanaan hidup dalam kehidupannya sehari-hari
bagi para penghayat kepercayaan.
b. Dapat menjelaskan kepada masyarakat luas tentang keberadaan
para penghayat kepercayaan serta cara hidup dan nilai-nilai yang
dihayatinya.
E. BATASAN ISTILAH
1. Penghayat Kepercayaan
Penghayat kepercayaan adalah para pengikut ajaran kebatinan.
Dalam ajaran kebatinan pada dasarnya memiliki unsur ajaran
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
13
mengenai bersatunya kembali manusia dengan Hyang Maha Kuasa
(Manunggaling kawula lan Gusti). Hal tersebut dilakukan dengan
mengolah kekuatan batin atau rasa yang merupakan kekhasan dari
ajaran tersebut.
Penghayat kepercayaan disini adalah orang yang tidak menganut
salah satu agama yang ada di masyarakat Indonesia. Dasar dari
penghayat kepercayaan ini adalah pada nilai-nilai hidup filsafat Jawa.
Yang paling ditekankan dalam ajaran ini adalah mengolah kekuatan
batin atau rasa dalam kehidupan-sehari yang mereka alami.
2. Kebahagiaan
Kebahagiaan yang ingin diungkap dalam penelitian ini adalah
sebuah pencapaian hidup manusia terkait dengan batin dan rasa. Dalam
penelitian ini kebahagiaan adalah sebuah situasi ketika manusia telah
menemukan hidupnya yang sejati yaitu bersatunya kembali manusia
dengan Hyang Maha Kuasa (Manunggaling kawula lan Gusti).
Dalam penelitian ini istilah yang sering dipakai oleh para
penghayat kepercayaan dalam menggambarkan kebahagiaan adalah
istilah ayeming ati. Istilah ini bagi para penghayat di Gunung Srandil
memberi arti tentang kedamaian hati.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
14
BAB II
LANDASAN TEORI
A. KEBATINAN
1. Pengertian Kebatinan
Kebatinan berasal dari bahasa Arab, dari kata bathin sebagai
lawan dari kata zhahir. Kedua kata tersebut kemudian disesuaiakan
dengan Bahasa Indonesia menjadi kata batin yang berarti sebelah
dalam, sedangkan lahir berarti sebelah luar. Batin merupakan seatu
yang ada dalam diri manusia yakni jiwa atau roh dan lahir merupakan
sesuatu yang ada di luar atau yang nampak dari diri manusia (Hamka,
1971).
Badan
Konggres
Kebatinan
Indonesia
(BKKI)
pada
konggresnya yang ke-2 di Solo tahun 1956, memberikan definisi
kebatinan sebagai berikut: Kebatinan adalah sumber Azas Sila
Ketuhanan Yang Maha Esa untuk mencapai budi luhur, guna
kesempurnaan hidup (Sufa’at, 1985). Meskipun tidak dijelaskan apa
yang dimaksud dengan kesempurnaan hidup tersebut, tetapi dalam
kaum
kebatinan
sendiri
bahwa
kesempurnaan
hidup
adalah
manunggaling kawula-gusti atau bersatunya hamba dengan Tuhan.
Soesilo (2005), mengatakan bahwa Kebatinan adalah bentuk
usaha dari menghayati nilai-nilai dan kenyataan rohani dalam diri
manusia serta alamnya dan membawa orang kepada pertemuan
14
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
15
kenyataan hidup sejati serta pencapaian budi luhur dan kesempurnaan
hidup. Usaha-usaha tersebut dilaksanakan dengan berbagai latihan
rohani, laku tapa brata dan samadi, serta latihan-latihan lainnya untuk
mengurangi kenikmatan lahiriah seperti hawa nafsu, makan dan
minum.
2. Sifat dan Unsur dalam Kebatinan
Untuk lebih mengetahui soal batin, Mukti Ali dalam Soesila
(2005), mengatakan bahwa sifat Kebatinan adalah a) bersifat batin, b)
bersifat informantif, c) sifat keaslian, d) hubungan erat antara para
warganya, dan e) faktor akhlak atau budi luhur.
Bersifat batin yaitu yang dipergunakan sbagai keunggulan
kekuatan lahir, peraturan hukum yang diharuskan dari luar oleh
pendapat umum. Orang Kebatinan meremehkan segala penilaian
duniawi yang seringkali mementingkan kedudukan dan peran manusia
yang sebenarnya.
Bersifat informantif yaitu mementingkan rasa atau pengalaman
rohani. Mungkin timbulnya sifat ini disebabkan oleh suatu reaksi
terhadap tradisi kehidupan agama di negeri kita, karena orang-orang
kebatinan tidak dapat memahami ajaran-ajaran agama yang mereka
dengar.Mereka tidak melihat keinginan menaati peraturan yang
ditentukan agama maupun kegunaan iman kepada Wahyu yang
disampaikan lewat orang.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
16
Sifat keaslian merupakan ciri khas dari kebatinan. Untuk
melawan pembaharuan mereka mengutamakan gaya hidup dan
kesopanan timur. Sedangkan untuk melawan ibadah agama dalam
bahasa, simbol dan sifat badan yang asing mereka mengutamakan
ungkapan gaya asli. Hal tersebut karena ungkapan ini dirasakan lebih
mesra dan mengena bagi mereka.
Salah satu sifat dari kebatinan adalah hubungan erat antara para
warganya. Mereka ini diwujudkan pada beberapa tingkat. Mereka
mempunyai pandangan hidup yang sama dan diperkuat dengan
pertemuan-pertemuan
yang
berkala.
Kesatuan
sekitar
seorang
pemimpin kharismatik dihidupkan ditengah-tengah mereka.
Sifat terakhir dari kebatinan ini adalah faktor akhlak atau budi
luhur. Dengan sering terdengarnya amoralisasi, perilaku korupsi, serta
penurunan akhlak, seolah-olah nilai-nilai moral dan kaidah etika tidak
ada dalam kalangan kebatinan. Oleh sebab itu mereka serukan agar
manusia kembali melangkah pada kesusilaan yang asli, pada
kesederhanaan nenek moyang dengan semboyan budi luhur dan sepi
ing pamrih. Selain itu disebabkan oleh suatu ajaran bahwa tujuan
hidup tidak dapat dicapai dengan jalan supra rasional dengan cara gaib
dari pada usaha mistik.
Jayadiguna dalam Soesilo (2005), memberikan pengertian
kebatinan itu mengandung unsur: a) Budi pekerti luhur, amal saleh,
maral dan akhlak atau etika atau filsafat tingkah laku, b) Mengerti
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
17
mendalami akan filsafat “Sangkan paraning dumadi” atau metafisika
atau filsafat tentang ada c) Ilmu gaib atau Jaya Kewijayaan atau
kanuragan atau Okultisme, dan d) “Manunggaling Kawula-Gusti” atau
Mistikisme atau Tasawuf.
Definisi secara sosiologis tersebut ternyata dapat diterima oleh
para sarjana dan para ahli. Namun dalam praktiknya pemisahan unsur
tersebut tidak tajam dan belum tentu semua unsur dimiliki oleh
golongan yang mementingkan metafisika berdasarkan pemikiran
filosofis, adapula yang mementingkan jaya kawijayan atau okultisme
agar menjadi sakti, kebal dan sebagainya. Namun, sebaliknya ada
golongan yang menolak ilmu gaib tersebut. Disamping itu ada juga
yang terlalu memusatkan pada masalah mistik dan berusaha sedapat
mungkin untuk bertemu dan bersatu dengan Tuhan (Soesila, 2005).
3. Ajaran Kebatinan Secara Umum
Setiap aliran kebatinan memiliki kekhasannya masing-masing.
Kekhasann tersebut terlihat dari ritual maupun pedoman cara
hidupnya. Namun pada dasarnya secara garis besar inti dari ajaran
kebatinan dapat disimpulkan sebagai berikut:
a.
Pandangan tentang Tuhan
Tuhan dipandang sebagai suatu Zat Yang Mutlak, disini
pengertian mutlak dipakai dalam arti metafisis yang artinya
bahwa Yang Mutlak dipandang sebagai suatu cita, ide yang berada
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
18
di seberang dunia ini serta yang menjadi rangkuman segala yang
beraneka ragam dan segala pengalaman yang bertentangan di
dunia ini (Hadiwiyono dalam Krispambudi, 2003). Yang Mutlak
tersebut bebas dari segala hubungan baik berupa bentuk maupun
sifatnya sehingga dikatakan tidak dapat disebut seperti apa (tan
kena kinaya ngapa) (Sopater dalam Krispambudi, 2003).
Meskipun demikian, Yang Mutlak dalam arti metafisis ini
dipandang sebagai sebab pertama dari segala sesuatu karena tidak
ada zat lain disampingnya dan segala sesuatu dapat dikatakan
mengalir darinya (Zoetmulder dalam Krispambudi, 2012).
b.
Pandangan tentang Manusia
Manusia terdiri dari tiga unsur, yaitu badan kasar, badan
halus dan jiwa atau intisari manusia. Badan kasar adalah badan
jasmani beserta dengan pancaindranya, badan halus terwujud
dalam bentuk pikiran dan kelompok nafsu atau bisa disebut
sebagai dunia aku (Hadiwiyono, 1999). Sedangkan jiwa atau
intisari manusia merupakan Sinar Cahaya Allah, Roh Suci atau
rasa
yang
dipandang
sehakekat
dengan
Yang
Mutlak
(Hadiwiyono, 1999; Ransom dan Zoetmulder dalam Krispambudi
2003). Sehingga pada hakekatnya, yang terdalam dari manusia
berasal-usul atau sama dengan Yang Mutlak. Karena itu untuk
mencapai kebenaran sejati manusia harus dapat masuk kedalam
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
19
batinnya yang terdalam dan bersatu dengan Yang Mutlak (Suseno
dalam Krispambudi, 2003).
c.
Pandangan tentang Penciptaan
Alam semesta beserta isinya ini tercipta melalui proses
emanasi, yaitu pengaliran keluar segala sesuatu dari sumbernya
(Yang Mutlak) yang semakin lama semakin menjauh dan kasar.
Pada awalnya yang terbentuk adalah empat anasir yang terdiri
dari anasir hawa, api, air, dan tanah, dimana keempat unsur
tersebut saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya
sehingga terbentuklah alam semesta dengan segala isinya
(Sopater dalam Krispambudi 2003).
Manusia juga terbentuk dari keempat anasir tersebut
sehingga manusia dapat disebut dunia kecil dan alam semesta
disebut sebagai dunia besar (Sopater dalam Krispambudi, 2003).
Di dalam diri manusia bersemayam sinar cahaya Allah, Roh suci,
Sang halus atau rasa yang merupakan percikan dari Tuhan. Maka
dapat dikatakan bahwa jiwa manusia sehakekat dengan Tuhan
karena merupakan sebuah percikan yang berasal dari Tuhan.
d.
Pandangan tentang Kelepasan
Semua aliran kebatinan mengajarkan bahwa kelepasan
manusia terdiri dari persekutuan antara jiwa sebagai intisari
manusia dengan Tuhan sebagai Zat Yang Mutlak dan jalan untuk
menuju pada kelepasan tersebut adalah jalan yang mengarah ke
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
20
dalam diri sendiri. Bagian sisi luar yang bersifat lahiriah harus
dikuasai dan dikendalikan untuk turun ke sisi yang dalam yang
bersifat batiniah, kemudian makin lama makin mendalam hingga
sampai pada pusat yang terdalam dimana manusia dapat
bersekutu dengan Yang Mutlak (Hadiwiyono, 1999).
Berbagai istilah yang biasa dipakai seperti olah rasa,
samadhi, manunggal, sujud, manekung dan lain sebagainya
menggambarkan suatu hasrat untuk menyatukan diri atau
mengkonsentir tenaga pada satu sentrum batin dimana manusia
dapat masuk pada dirinya yang paling dalam dan dapat merasakan
persekutuan dengan Yang Mutlak (Subagya dalam Krispambudi,
2003).
4. Kejawen
Ada beberapa terminologi Kejawen yang artinya hampir sama
diantaranya ada menyebut faham Jawa, Islam Jawa, Agama Jawa,
Mistik Jawa dan lain sebagainya. Kejawen itu merupakan campuran
(syncrentisme) kebudayaan Jawa asli dengan agama pendatang yaitu
Hindu, Budha, Islam dan Kristen. Diantara campuran tersebut yang
paling dominan adalah dengan agama Islam (Soesilo, 2005).
Kejawen adalah segala naluri (tradisi atau perbuatan yang sudah
lazim dijalankan) atau adat-istiadat leluhur Jawa yang tidak termasuk
ajaran Islam. Penyebutan Kejawen itu bertujuan untuk melepaskan diri
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
21
dari hukum Islam, namun tidak dimasukkan ke dalam hukum agama
Hindu-Budha atau kepercayaan animisme (Kartapradja dalam Soesilo,
2005).
Bagi orang Jawa, hakikat Kejawen adalah kebatinan, yaitu
mistisisme, atau secara literal adalah ilmu tentang sesuatu yang berada
di dalam batin. Salah satu tradisi Kejawen yang berkaitan dengan
keyakinan
mengenai
ketuhanan,
peribadatan,
keakhiratan
dan
sejenisnya yang bersangkutan dengan akidah atau keimanan di luar
Islam,
disebut
kebatinan.
Pada
umumnya
orang-orang
yang
menjalankan praktik-praktik kebatinan itu adalah penghayat Islam
namun sumber ilmu kebatinannya dari luar Islam, yaitu YogaTantrisme-Hindu-Budha, sisa-sisa agama kepercayaan nenek moyang
orang Jawa (Endrawara dalam Ekopriyono, 2012).
Sebagai sistem berpikir, Kejawen merupakan penjabaran
tunggal (singularly elaborate), mengungkapkan kosmologi, mitologi,
esensi konsep-konsep mistik, dan sejenisnya; sistem gagasan mengenai
alam manusia dan masyarakat, mencakup etika-etika, kebiasaankebiasaan, dan gaya hidup, melingkupi pemaknaan alam semesta,
interpretasi tentang kehidupan. Kejawen dipahami sebagai pandangan
hidup manusia Jawa, implementasi kebudayaan Jawa yang juga
disebut sebagai agama jawi (Mulder; Geertz dalam Ekopriyono, 2012).
Untuk lebih mamahami tentang Kejawen, maka perlu diketahui
karakteristik dalam Kejawen. Menurut Soesilo (2005), karakteristik
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
22
Kejawen dapat disebutkan antara lain a) Penekanan pada aspek batin
(mistik), b) Agama sinkretisme, serta c) Praktek ritual yang beragam.
5. Aliran Kebatinan Sapta Darma
Sapta Darma yang artinya tujuh kewajiban suci merupakan
wahyu yang diterima oleh Hardjosapuro yang kemudian lebih dikenal
dengan sebutan Sri Gutomo. Hardjosapuro lahir di Pare, Kediri, Jawa
Timur pada tanggal 27 Desember 1914. Beliau hanyalah rakyat biasa
yang bekerja sebagai tukang cukur rambut ataupun sebagai tukang
blangkon dan pedagang kecil karena beliau memang hanya berijasah
sekolah rakyat (Pawenang dalam Krispambudi, 2003).
Ajaran Sapta Darma diwahyukan kepada Hardjosapuro pada
tanggal 27 Desember 1952 di rumahnya selama beberapa jam (mulai
pukul satu dini hari sampai pukul lima pagi). Pada waktu itu di luar
kemauannya sendiri dengan tiba-tiba beliau digerakkan seluruh
tubuhnya dengan gerak yang dijadikan gerak pedoman bagi pesujudan
Sapta
Darma,
sambil
mengucap
segala
kalimat
yang
juga
dipergunakan pada ritual persujudan tersebut (Hadiwiyono dalam
Krispambudi, 2003).
Sampai saat ini Sapta Darma memiliki jumlah warga yang
cukup besar dan tersebar hampir diseluruh wilayah Indonesia bahkan
sampai manca negara. Hanya saja jumlah ini sulit untuk dipastikan
karena sama seperti kebanyakan kelompok kepercayaan yang lainnya,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
23
Sapta Darma tidak memiliki catatan resmi yang cermat mengenai
keanggotaan warganya, karena hal itu memang tidak dianggap penting
(Krispambudi, 2003).
Untuk mengamati Sapta Darma salah satunya adalah dengan
melihat keberadaan sanggar-sargar yang dibangun secara mandiri oleh
para warga Sapta Darma di berbagai daerah seperti di Jawa, Sumatera,
Kalimantan, Sulawesi, dan Bali. Sanggar ini biasanya merupakan
bangunan khusus yang dibangun secara gotong royong oleh warga
Sapta Darma pada suatu daerah yang telah ditentukan bersama. Selain
sebagai tempat peribadatan, sanggar ini juga berfungsi sebagai sarana
perekat identitas kelompokyang kuat dan secara tidak langsung
merupakan
suatu
proses
penyebaran
ajaran
Sapta
Darma
(Krispambudi, 2003).
Ajaran-ajaran Sapta Darma meliputi ajaran tentang Tuhan yaitu
dijelaskan bahwa Tuhan merupakan sesuatu yang tidak dapat
dijelaskan secara panjang lebar, karena pada dasarnya Tuhan memang
tidak dapat dijelaskan. Tuhan merupakan sesuatu yang tidak dapat
dihubungkan dan disamakan dengan apapun juga, tetapi merupakan
sumber dari segala kehidupan di alam semesta ini (Krispambudi,
2003).
Ajaran tentang manusia digambarkan dengan simbol Sapta
Darma yang menggambarkan asal dan isi manusia yang harus
dimengerti, dipahami serta diusahakan oleh manusia selama hidup di
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
24
dunia ini demi tercapainya keluhuran budi sesuai dengan Wewerah
Sapta Darma (Krispambudi, 2003).
Ajaran tentang kelepasan terdiri terbebasnya roh dari belenggu
daging untuk kembali kepada asalnya. Untuk mencapai hal itu
seseorang harus mampu menguasai dan mengatasi nafsu-nafsunya
yang ditimbulkan oleh sifat-sifat dari dalam daging dan cara yang
dapat dilakukan adalah dengan menjalankan sujud dan tujuh kewajiban
suci dalam hidup sehari-hari (Hadiwiyono dalam Krispambudi, 2003).
B. KEBAHAGIAAN
1. Kebahagiaan Secara Psikologi
a. Pengertian Kebahagiaan
Kebahagiaan merupakan sebongkah perasaan yang dapat
dirasakan berupa perasaan senang, tentram, dan memiliki
kedamaian (Rusydi, 2007). Sedangkan happiness atau kebahagiaan
menurut Diener (2000) merupakan kualitas dari keseluruhan hidup
manusia apa yang membuat kehidupan menjadi baik secara
keseluruhan seperti kesehatan yang lebih baik, kreativitas yang
tinggi ataupun pendapatan yang lebih tinggi. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa kebahagiaan adalah perasaan positif
yang berasal dari kualitas keseluruhan hidup manusia yang ditandai
dengan adanya kesenangan yang dirasakan oleh seorang individu
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
25
ketika melakukan sesuatu hal yang disenangi di dalam hidupnya
dengan tidak adanya perasaan menderita.
Pengertian kebahagiaan bukanlah sesederhana. Seligman
(2005) mendefinisikan kebahagiaan sebagai muatan emosi dan
aktivitas positif. Sedangkan Veenhoven (2014) mendefinisikan
kebahagiaan sebagai derajat sebutan terhadap kualitas hidup yang
menyenangkan dari seseorang. Veenhoven menambahkan bahwa
kebahagiaan bisa disebut sebagai kepuasan hidup (life satisfaction).
Menurut Seligman (2005), kebahagiaan yang sebenarnya
berasal dari pemahaman terhadap kekuatan karakter yang dimiliki
dan menanamkan serta menggunakannya dalam seluruh aspek
kehidupan. Jadi, seseorang yang memiliki kekayaan yang
melimpah belum tentu akan merasakan kebahagiaan yang
sebenarnya. Kekuatan karakter yang menonjol pada indivdidu
berbeda pada masing-masing budaya. Perbedaan budaya tersebut
menyebabkan timbulnya perbedaan keyakinan dan nilai pada
individu, sehingga menyebabkan perbedaan dalam cara mencapai
kebahagiaan dan kepuasan hidup pada budaya yang berbeda.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebahagiaan
Seligman (2005), menguraikan tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi kebahagiaan adalah sebagai berikut:
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
26
1. Uang
Seligman (2005) menjelaskan bahwa di negara yang
sangat miskin, kaya bisa berarti lebih bahagia. Namun di
negara yang lebih makmur dimana hampir semua orang
memperoleh kebutuhan dasar, peningkatan kekayaan tidak
begitu berdampak pada kebahagiaan (Seligman, 2005).
2. Perkawinan
Seligman (2005) mengatakan bahwa pernikahan sangat
erat hubungannya dengan kebahagiaan. Ada dua penjelasan
mengenai hubungan kebahagiaan dan pernikahan yaitu, orang
yang bahagia lebih atraktif sebagai pasangan daripada orang
yang tidak bahagia. Penjelasan kedua yaitu pernikahan
memberikan banyak keuntungan yang dapat membahagiakan
seseorang, diantaranya keintiman psikologis dan fisik, memiliki
anak, membangun keluarga, menjalankan peran sebagai
pasangan dan orang tua, menguatkan identitas dan menciptakan
keturunan. Kebahagiaan orang yang menikah mempengaruhi
panjang usia dan besar penghasilan dan hal ini berlaku bagi
pria dan wanita (Seligman, 2005).
3. Kehidupan sosial
Menurut Seligman (2005), orang yang sangat bahagia
menjalani kehidupan sosial yang kaya dan memuaskan, paling
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
27
sedikit menghabiskan waktu sendirian dan mayoritas dari
mereka bersosialisasi.
4. Emosi negatif
Hanya terdapat sedikit korelasi negatif antara emosi
positif dan emosi negatif (Seligman, 2005). Ini berarti, jika
banyak memiliki emosi negatif, mungkin memiliki lebih sedikit
emosi positif dibanding dengan rata-rata. Meskipun demikian,
ini tidak berarti tercampak dari kehidupan riang gembira.
Demikian pula, meskipun banyak memiliki emosi positif dalam
hidup, tidak berarti sangat terlindungi dari kepedihan.
5. Usia
Kepuasan hidup sedikit meningkat sejalan dengan
bertambahnya usia, afek positif sedikit melemah, dan afek
negatif tidak berubah (Seligman, 2005).Seligman (2005)
menjelaskan hal yang berubah ketika seseorang menua
adalahintensitas emosi dimana perasaan “mencapai puncak
dunia” dan “terpuruk dalam keputusasaan” berkurang seiring
dengan bertambahnya umur dan pengalaman.
6. Kesehatan
Kesehatan objektif yang baik tidak begitu berkaitan
dengan kebahagiaan (Seligman, 2005). Menurut Seligman
(2005) yang penting adalah persepsisubjektif kita terhadap
seberapa sehat diri kita. Seligman (2005) juga menambahkan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
28
bahwa orang yang memiliki lima atau lebih masalah
kesehatan,kebahagiaan mereka berkurang sejalan dengan
waktu.
7. Pendidikan, Iklim, Ras, dan Jenis Kelamin
Seligman (2005), memasukan keempat kondisi ini dalam
satu kelompok karena, tidak satupun dari keempat hal ini yang
penting bagi kebahagiaan. Meskipun sebagai sarana untuk
mencapai penghasilan yang lebih tinggi, pendidikan bukanlah
sarana untuk mencapai kebahagiaan yanglebih besar, kecuali
hanya
sedikit
dan
terjadi
di
kalangan
mereka
yang
berpenghasilan rendah. Begitu pula dengan iklim, walaupun
iklim yang berlimpah sinar matahari memerangi gangguan
afektif akibat depresi musim dingin, tingkat kebahagiaan tidak
bervariasi sesuai dengan iklim (Seligman, 2005).
Ras, setidaknya di Amerika sama sekali tidak berkaitan
dengan kebahagiaan (Seligman, 2005). Meskipun secara
ekonomi keadaan mereka lebih buruk, orang-orang AfroAmerika dan Hispanik memiliki angka depresi yangjauh lebih
rendah daripada orang Kaukasia.
Jenis kelamin, sebagaiman yang telah dikatakan,
memiliki hubungan yang mengherankan dengan suasana hati.
Tingkat emosi rata-rata antara laki-laki dan perempuan tidak
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
29
berbeda. Yang mengherankan, perempuan lebih bahagia dan
lebih sedih daripada laki-laki (Seligman, 2005).
8. Agama
Orang yang religius lebih bahagia dan lebih puas
terhadap kehidupan daripada orang yang tidak religius
(Seligman, 2005). Hal ini dikarenakan agama memberikan
harapan akan masa depan dan menciptakan makna dalam hidup
bagimanusia
(Seligman,
2005).
Selain
itu,
keterlibatan
seseorang dalam kegiatan keagamaan atau komunitas agama
dapat memberikan dukungan sosial bagi orang tersebut.
Hubungan
antara
harapan
akan
masa
depan
dan
keyakinanberagama merupakan landasan mengapa keimanan
sangat efektif melawan keputusasaan dan meningkatkan
kebahagiaan (Seligman, 2005).
c. Subjective Well-being
Diener (2000) mendefinisikan subjective well‐being (SWB)
adalah keseluruhan penilaian kognitif mengenai kualitas kehidupan
seseorang.Subjective well-being merupakan evaluasi informantif
seseorang mengenai kehidupan termasuk konsep-konsep seperti
kepuasan hidup, emosi menyenangkan, fulfilment, kepuasan
terhadap area-area seperti pernikahan dan pekerjaan, tingkat emosi
tidak menyenangkan yang rendah (Diener, 2003).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
30
Diener (1994) menyatakan bahwa subjective well-being
memiliki tiga bagian penting, pertama merupakan penilaian
informantif berdasarkan pengalaman-pengalamanindividu, kedua
mencakup penilaian ketidakhadiran faktor-faktornegatif, dan ketiga
penilaian kepuasan global.
Diener (1994) menyatakan adanya 2 komponen umum
dalam subjective wellbeing yaitu dimensi kognitif dan dimensi
afektif.
a.
Dimensi Kognitif
Kepuasan hidup (life satisfaction) merupakan bagian
dari
dimensi
kognitifdari
subjective
well-being.
Life
satisfaction (Diener, 1994) merupakan penilaian kognitif
seseorang mengenai kehidupannya, apakah kehidupan yang
dijalaninyaberjalan dengan baik. Ini merupakan perasaan
cukup, damai dan puas, dari kesenjangan antara keinginan dan
kebutuhan dengan pencapaian dan pemenuhan. Campbell,
Converse, dan Rodgers (dalam Diener, 1994) mengatakan
bahwa kompoen kognitif ini merupakan kesenjangan yang
dipersepsikan antara keinginan dan pencapaiannya apakah
terpenuhi atau tidak.
Dimensi kognitif subjective well-being ini juga
mencakup area kepuasan atau domain satisfaction individu di
berbagai bidang kehidupannya seperti bidang yang berkaitan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
31
dengan diri sendiri, keluarga, kelompok teman sebaya,
kesehatan, keuangan, pekerjaan, dan waktu luang, artinya
dimensi ini memiliki gambaran yang multifacet. Dan hal ini
sangat bergantung pada budaya dan bagaimana kehidupan
seseorang itu terbentuk. (Diener, 1994). Andrew dan Withey
(dalam Diener, 1994) juga menyatakan bahwa domain yang
paling dekat dan mendesak dalam kehidupan individu
merupakan domain yang paling mempengaruhi subjective wellbeing individu tersebut. Diener (2000) mengatakan bahwa
dimensi ini dapat dipengaruhi oleh afek namun tidak mengukur
emosi seseorang.
b.
Dimensi Afektif
Dimensi dasar dari subjective well-being adalah afek,
di mana di dalamnya termasuk mood dan emosi yang
menyenangkan dan tidak menyenangkan. Orang bereaksi
dengan emosi yang menyenangkan ketika mereka menganggap
sesuatu yang baik terjadi pada diri mereka, dan bereaksi
dengan emosi yang tidak menyenangkan ketika menganggap
sesuatu yang buruk terjadi pada mereka,karenanya mood dan
emosi bukan hanya menyenangkan dan tidak menyenangkan
tetapi juga mengindikasikan apakah kejadian itu diharapkan
atau tidak (Diener, 2003).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
32
Dimensi afek ini mencakup afek positif yaitu emosi
positif yang menyenangkan dan afek negatif yaitu emosi dan
mood yang tidak menyenangkan, dimana kedua afek ini berdiri
sendiri dan masing-masing memiliki frekuensi dan intensitas
(Diener, 2000).
2. Kebahagiaan Menurut Spiritualitas Jawa
Salah satu filsuf Jawa yang banyak berbicara tentang ajaranajaran dan kebahagiaan menurut spiritualitas Jawa adalah Ki Ageng
Suryomentaram. Beliau adalah sosok pemikir orisinil negeri ini.
Sebagaimana dalam kosmologi jawa, Ki Ageng Suryomentaram
melakoni “laku”. Laku yang dilakukan dengan meninggalkan segala
yang duniawi, kekayaan, harta dan kekuasaan. Semua itu ditinggalkan
untuk melakukan pencarian hidup yang sejati. Atau dalam istilah orang
jawa sering dikatakan “sejatinya hidup itu apa?” (Yudistira, 2013).
Ki Ageng tampak juga melakoni hidup ala falsafah budha. Ia
meninggalkan hal yang bersifat materi untuk memuaskan hasrat
rohaniah. Hasrat rohaniah ini ia jalani bersama kawula alit, di sanalah
ia merasakan hidup dan kehidupan yang sebenarnya hingga
berkesimpulan “Aku bukan aku” yang artinya bahwa kehidupan kita
tak lain adalah bagian dari kehidupan orang lain. Adanya rasa kasih
sayang dan tidak mementingkan diri sendiri. Langkah Ki Ageng
Suryomentaram
mirip
Siddharta,
untuk
menyibak
penderitaan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
33
manusia, kemudian mengawali pencarian yang berakhir pada
“pencerahan” (Yudistira, 2013).
Pelajaran penting dari falsafah hidup Ki Ageng Suryomentaram
penting untuk menghadapi dunia yang semakin materialistis dan
bersifat rasionalitas mekanik. Ia menganggap hidup itu seperti
layaknya takdir yang mesti dijalani. Bila seseorang sudah menganggap
hidup itu adalah bagian dari takdir, maka seseorang akan menerima
dengan iklas bahagia, sengsara, kaya ataupun miskin, atau juga warnawarni kehidupan. Ia mengajarkan “tidak ada sesuatupun di atas bumi
dan di kolong langit yang pantas untuk dikehendaki dan dicari, atau
sebaliknya ditolak secara berlebihan”. Artinya dalam kehidupan ini
sifat “narima ing pandum” menerima bagian hidup kita dengan iklas
(Afif, 2012).
Konsep kebahagiaan filsafat Suryomentaram yang utama adalah
bebas dari konflik atau ketentraman hati (Yuwanto, 2013). Di dalam
kehidupan ini banyak hal-hal yang membuat konflik dalam kehidupan
manusia. Konflik bisa berasal dari dalam diri manusia itu sendiri atau
dari luar manusia itu sendiri. Konflik dalam diri bisa saja berupa
keinginan yang tidak terpenuhi, sedangkan konflik di luar diri sendiri
lebih bersumber pada relasinya dengan orang lain.
Konsep kebahagiaan filsafat Suryomentaram benar adanya.
Ketika manusia melekatkan kebahagiaan pada sesuatu, maka ketika
sesuatu itu berkurang atau hilang maka hilanglah kebahagiaan itu.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
34
Misalnya ketika manusia memiliki keinginan memiliki mobil baru,
ketika
keinginan
tersebut
tidak
kesampaian,
maka
hilanglah
kebahagiaan manusia tersebut. Manusia harus berjuang menuju
kebahagiaan tercapainya ketentraman hati melalui perilaku spritual
atau kebajikan universal (Yuwanto, 2013).
Menurut Ki Ageng Suryomentaram (Soesilo, 2005), dalam
hidup ini yang ada hanya susah dan senang. Orang senang kalau
tercapai keinginannya, cita-citanya, kemauannya, ataupun anganangannya. Sedangkan orang akan merasa susah jika keinginannya,
cita-citanya, kemauannya, ataupun angan-angannya tidak tercapai.
Angan-angan, cita-cita, tujuan dan kemauan oleh Ki Ageng
Suryomentaram ibarat seperti karet, yang bisa mulur atau mengkerut,
bisa panjang atau pendek, bisa tinggi dan rendah. Jadi yang mengatur
cita-cita, keinginan dan kemauan adalah manusia itu sendiri. Oleh
karena itu Ki Ageng Suryomentaram dalam ceramahnya mengajak
orang-orang untuk mengatur hidup berdasar atas kemauan dan
kekuatan kita agar cita-cita dan keinginan tercapai sehingga timbul
rasa senang dan bahagia.
Selanjutnya
Ki
Ageng
Suryomentaram
(Soesilo,
2005),
mengatakan bahwa dalam budaya Jawa mengajarkan kepada kita hidup
itu jangan “Ngongso marake braholo”yang artinya jangan terlalu
muluk-muluk, neko-neko, yang sederhana saja. Lebih lanjut Ki Ageng
Suryomentaram ingin mengatakan bahwa ajaran budaya Jawa yang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
35
sederhana, rendah hati, dan sebagainya membuat manusia menemukan
kebahagiaannya dalam hidup jika dilakukan.
C. Kerangka Berpikir
Pada hakikatnya semua manusia ingin dalam kehidupannya
senantiasa merasakan kebahagiaan. Kebahagiaan menjadi isu sentral yang
didiskusikan dalam psikologi positif. Ada banyak penelitian yang telah
dilakukan untuk mengkaji faktor-faktor yang berperan dalam kebahagiaan.
Kebahagiaan merupakan sebongkah perasaan yang dapat dirasakan berupa
perasaan senang, tentram, dan memiliki kedamaian (Rusydi, 2007).
Kebahagiaan juga didefinisikan sebagai keadaan psikologis positif yang
ditandai dengan tingginya derajat kepuasan hidup, afek positif, dan
rendahnya derajat afek negatif (Carr, 2004).
Dalam realitanya banyak hal yang membuat kehidupan manusia
tidak bahagia. Dalam permasalahan para penghayat kepercayaan misalnya,
mereka banyak mendapatkan penolakan serta sikap kurang simpatik dari
orang lain ataupun dari lingkungan. Selain itu dalam hal kehidupan
berbangsa dan bernegara, para penghayat kepercayaan tidak mendapatkan
pengakuan yang sama baik di depan hukum ataupun pelayanan publik
seperti catatan pernikahan, akta kelahiran, dan sebagainya. Bahkan dalam
kolom kartu tanda penduduk, pada kolom agama tidak dituliskan seperti
pada mestinya, kadang diisi dengan agama yang sudah diakui oleh
pemerintah atau kadang dikosongkon.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
36
Selain permasalahan diatas, Terdapat hal unik terkait dengan
keberadaan kelompok penghayat kepercayaan di Gunung Srandil ini, yaitu
adanya sebuah petilasan yang ramai dikunjungi oleh orang-orang untuk
berziarah. Para peziarah yang datang ke Gunung Srandil kebanyakan
meminta suatu pesugihan (ingin kaya). Keberadaan para penghayat
kepercayaan disini adalah sebagai juru kunci atau sebagai guide yang
mengarahkan para peziarah melakukan ritual di Gunung Srandil ini.
Pada penelitian ini akan didiskripsikan bagaimana makna
kebahagiaan para penganut kepercayaan di Gunung Srandil, serta makna
kesederhanaan hidup ditengah para peziarah yang menginginkan kekayaan
materi. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebahagiaan para penghayat
kepercayaan serta bagaimana cara para penghayat kepercayaan ini
mencapai
kebahagiaan
dalam
hidupnya
ditengah
permasalahan-
permasalahan diatas.
D. Pertanyaan Penelitian
Inti dari suatu penelitian adalah karena adanya masalah yang perlu
diatasi, serta fenomena yang belum diketahui dan penting untuk diketahui.
Cara peneliti untuk merumuskan hal tersebut secara jelas adalah dengan
membuat pertanyaaan penelitian yang akan di jawab dalam penelitian ini.
Dalam penelitian ini dibagi pertanyaan penelitian dalam dua kategori,
yaitu adalah pertanyaan umum dan pertanyaan khusus atau lebih spesifik.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
37
1. Bagaimana makna kebahagiaan para penghayat kepercayaan di
Gunung Srandil?
a. Bagaimana makna kebahagiaan bagi para penghayat kepercayaan
di Gunung Srandil?
b. Bagaimana
kebahagiaan
yang
ditunjukan
para
penghayat
kepercayaan di Gunung Srandil meski mereka mengalami
permasalahan dalam hidupnya terkait dengan kepenghayatan yang
mereka lakukan?
c. Apa makna petilasan bagi para penghayat kepercayaan di Gunung
Srandil?
d. Apa
makna
kebahagiaan
yang
dirasakan
para
penghayat
kepercayaan di Gunung Srandil terkait dengan perannya sebagai
juru kunci petilasan ataupun terkait dengan menolong orang lain?
2. Bagaimana makna kesederhanaan hidup para penghayat kepercayaan
di Gunung Srandil di tengah para peziarah yang menginginkan
kekayaan materi?
a. Apa makna kesederhanaan hidup yang ditunjukan oleh para
penghayatat kepercayaan di Gunung Srandil?
b. Seperti apa hubungan kesederhanaan hidup yang ditunjukan oleh
para penghayat kepercayaan di Gunung Srandil dalam kaitannya
dengan kebahagiaan?
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
38
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan
tipe atau strategi etnografi. Metodologi kualitatif merupakan prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Sedangkan
strategi etnografi dalam penelitian ini adalah uraian dan penafsiran suatu
budaya atau sistem kelompok sosial dalam hal ini adalah para penghayat
kepercayaan di Gunung Srandil. Penelitian ini menguji kelompok tersebut
dan mempelajari pola perilaku, kebiasaan, dan cara hidup.
B. Fokus Penelitian
Fokus pada penelitian ini adalah ingin mengetahui makna
kebahagiaan para penghayat kepercayaan di Gunung Srandil. Disamping
itu akan didiskripsikan gambaran-gambaran kehidupan para penghayat
kepercayaan serta sistem nilai-nilai dalam kehidupan para pengahayat
kepercayaan,
misalnya
nilai-nilai
kehidupan
seperti
tentang
kesederhanaan, kerendahan hati, sikap toleransi yang mengarah pada
makna kebahagiaan bagi para penghayat kepercayaan di Gunung Srandil.
38
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
39
C. Informan dalam Penelitian
Sesuai dengan topik pada penelitian ini, informan dalam penelitian
ini adalah para penghayat kepercayaan yang ada di Gunung Srandil,
Kabupaten Cilacap. Pertimbangan dalam memilih informan adalah mereka
para penghayat kepercayaan di sekitar Gunung Srandil yang dapat
berkomunikasi dengan baik serta mampu menjelaskan dalam proses
pengambilan data tema-tema terkait dengan makna kebahagiaan yang
dialami oleh para penghayat kepercayaan di Gunung Srandil.
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam
penelitian
ini,
metode
yang
digunakan
untuk
mengumpulkan data adalah wawancara dan observasi.
1. Wawancara
Wawancara yang dilakukan adalah wawancara kualitatif atau yang
juga dikenal sebagai wawancara mendalam. Wawancara mendalam
dilakukan secara informal dalam bentuk perbincangan sehari-hari
terhadap semua informan. Wawancara bertujuan menggali fokus
penelitian
secara
mendalam,
karena
itu
dilakukan
secara
berkelanjutan, dan pada informan tertentu dilakukan secara berulangulang.
2. Observasi
Observasi dilakukan dengan cara partisipatif terbatas, dan observasi
terlibat atau partisipatif penuh. Dalam proses penelitian ini, peneliti
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
40
akan menentukan aktivitas, peristiwa atau kejadian apa saja yang
harus diamati. Peneliti juga akan menentukan kapan waktunya
melakukan pengematan partisipatif untuk menggali fokus lebih dalam
dan rinci.
E. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif ini, instrumen utama penelitian adalah
peneliti. Demi kecukupan referensial, peneliti akan menggunakan catatan,
kamera foto, dan perekam suara.
F. Analisis Data
Dalam penelitian ini, analisis data yang digunakan aadalah analisis
tematik. Analisis data dilakukan dengan cara melakukan koding,
mengkategorikan tema dan interpretasi terhadap hasil wawancara yang
telah dilakukan. Proses analisis data yang merupakan hasil dari wawancara
dilakukan dengan cara melakukan koding atau seleksi terhadap data untuk
menemukan tema-tema yang sesuai dengan pokok permasalahan hingga
menemukan konsep-konsep yang muncul mengenai makna kebahagiaan
para penghayat kepercayaan di Gunung Srandil.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Masyarakat dan Ajaran Kejawen
1. Petilasan Gunung Srandil
Gunung Srandil merupakan sebuah bukit berhutan yang ada di
pesisir pantai Jawa di Kabupaten Cilacap. Di dalam Gunung Srandil
ini terdapat banyak tempat-tempat penembahan atau petilasan.
Pepunden utama Gunung Srandil ini adalah Eyang Semar atau Kaki
Tunggul Sabdo Jati Doyo Amung Rogo. Sedikitnya ada tujuh titik
pepunden atau leluhur yang bersemayam, ketujuh titik tersebut terbagi
dalam dua lokasi, yaitu lokasi dibawah ada lima titik pepunden dan
dua titik lainnya ada di puncak Gunung Srandil. Kesemuanya
merupakan rangkaian yang berurutan apabila hendak berziarah
(Wawancara dengan Saliyo, 2014).
Menurut narasumber (Wawancara dengan Saliyo, 2014),
Srandil mengadung arti sarananing adil atau tempat mencari keadilan.
Tempat peziarahan ini terbuka setiap harinya, dan banyak para
peziarah datang ketempat ini bada bulan Sura (kalender Jawa). Tidak
hanya dari kalangan orang-orang penghayat kepercayaan yang
berziarah ke tempat ini, banyak juga dari kalangan agama Hindu,
Budha, Kristen dan Islam. Bukan dari daerah sekitar tempat ini saja
yang berziarah ke Srandil, adapun dari luar jawa seperti Sumatera,
41
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
42
Kalimantan dan derah luar Jawa lainya ada pula dari Luar Negeri yang
datang ke Srandil. Ditempat ini sangat terbuka bagi siapa saja, tidak
dibedakan agama atau suku, bahkan ditempat ini terdapat Vihara yaitu
tempat peribadatan agama Budha. Hal inilah yang sering dimaksud
dengan tercapainya keadilan sesuai dengan nama Srandil. Disini semua
orang datang untuk mendekatkan diri dan memohon kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
Sebagian orang menganggap bahwa Srandil adalah tempat
pesugihan, itu adalah tidak benar. Srandil merupakan tempat pertapa
atau mencari suatu ketenangan batin yang dapat menyelesaikan
masalah. Ditempat ini peziarah diajak kembali kepada Sang Pencipta,
serta memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa dan bukan kepada yang
lain. Adapun cara memohonnya menggunakan ritual-ritual tertentu dan
itu hanyalah sebuah sarana untuk sampai kepada Tuhan (Wawancara
dengan Saliyo, 2014).
Menurut hasil wawancara dengan Saliyo (2014), bagi para
Peziarah yang mempunyai kepentingan tertentu biasanya di dampingi
oleh juru kunci tertentu. juru kunci disini bertugas untuk mengarahkan
para peziarah dalam hal ritual agar sampai kepada Tuhan. Para juru
kunci disini adalah masyarakat sekitar Gunung Srandil dan mereka
merupakan para penghayat kepercayaan.
Ketika para peziarah berkunjung ke Gunung Srandil, mereka
menuruti petunjuk yang diberikan oleh juru kunci. Biasanya ada
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
43
beberapa kesepakatan di awal yaitu tentang berapa lama akan
melakukan ritual di tempat ini, ada yang tiga hari tiga malam, tujuh
hari tujuh malam, ataupun empat puluh hari empat puluh malam
(Wawancara dengan Saliyo, 2014).
2. Kehidupan Sosial Masyarakat Gunung Srandil
Sama seperti masyarakat pada umumnya, masyarakat di sekitar
Gunung Srandil juga berkerja untuk mencukupi kebutuhan hidup
sehari-harinya. Masyarakat disekitar Gunung Srandil sebagian besar
berpenghasilan sebagai petani. Selain itu beberapa masyarakat juga
berkerja sebagai buruh bangunan atau karyawan pabrik di kawasan
Cilacap dan sekitarnya.
Sebagian besar masyarakat di sekitar Gunung Srandil
menganut kepercayaan atau lebih dikenal dengan kebatinan atau
kejawen. Meskipun demikian masyarakat disini juga memiliki agama.
Namun yang menarik dari keberadaan masyarakat disini, mereka diikat
dalam budaya jawa yang sangat kental. Meskipun menganut agama,
masyarakat disini juga melakukan ritual budaya jawa seperti halnya
mereka melakukan upacara selamatan pada peringatan-peringatan
seperti peringatan arwah atau mendoakan orang yang sudah
meninggal, peringatan kelahiran bayi, dan lain sebagainya.
Kehidupan antara pemeluk agama dan pemeluk kepercayaan
kebatinan disini saling berbaur satu sama lain dengan baik. Kerukunan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
44
antar pemeluk agama dan pemeluk kepercayaan terjalin dengan baik
tanpa membedakan satu sama lain. Mereka saling hidup berdampingan
dan saling menghormati. Mereka saling menghayati kepercayaannya
masing-masing dan saling melakukan tradisi budaya seperti selamatan
dengan bersama-sama.
Adapun ritual atau upacara-upacara yang biasa dilakukan oleh
para penghayat kepercayaan diantaranya adalah:
a. Selamatan wajib setiap tanggal 1 Sura (Kalender Jawa), 21
Mulud, dan 1 Pasa.
b. Perilaku spiritual hari jumat kliwon, selasa kliwon, dan hari
kelahiran yang biasanya dilakukan dengan cara puasa dan
bersemedi.
c. Puasa atau ngerowod mulai bulan Apit tanggal 20 sampai 1 Sura.
(Kaweruh Hak 101, 2013).
Selain itu para penghayat agama lain juga melakukan
kebiasaan sesuai dengan kebiasaan-kebiasaan yang ditetapkan oleh
agama mereka masing-masing.
Di sekitar Gunung Srandil terdapat beberapa paguyuban
penghayat kepercayaan. Diantara paguyuban-paguyuban kepercayaan
tersebut antara lain adalah:
a. Paguyuban Kaweruh Hak 101
b. Paguyuban Kerabat Mataram
c. Paguyuban Cahya Buwana, dan
d. Paguyuban Tunggul Sabdo Jati
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
45
Secara umum dari beberapa paguyuban kepercayaan ini
memiliki nilai-nilai yang sama yaitu nilai-nilai yang berdasarkan pada
kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, namun setiap Paguyuban
memiliki ciri khas masing-masing dalam hal ritual. Sedangkan ritualritual besar dalam budaya Jawa seperti peringatan tanggal 1 Sura
mereka melakukannya secara bersama-sama.
Kabupaten Cilacap menjadi barometer penghayat kepercayaan
atau kebatinan. Di Kabupaten Cilacap ini terdapat kurang-lebih 31
paguyuban kepercayaan dengan jumlah penghayat kurang lebih 150
ribu orang. Paguyuban-paguyuban kepercayaan tersebut diwadahi
oleh sebuah Badan Kerjasama Organisasi-organisasi Kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa (BKOK).
Dari sekian paguyuban kepercayaan
yang berada di
Kabupaten Cilacap tersebut hanya 7 paguyuban yang sudah diakui
oleh pemerintah. Salah satu paguyuban tersebut adalah paguyuban
Kaweruh Hak 101. Paguyuban ini sudah secara sah diakui oleh
pemerintah sejak tahun 2008 dan diperbaharui pada tahun 2013
sebagai organisasi kemasyarakatan penghayat kepercayaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa (Kaweruh Hak 101, 2013).
3. Organisasi Kepercayaan
Salah satu organisasi kepercayaan yang berada di Gunung
Srandil ini adalah paguyuban Kaweruh Hak 101, adalah paguyuban
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
46
atau komunitas penghayat kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
yang terletak di Desa Ayam Alas, Kecamatan Kroya, Kabupaten
Cilacap. Paguyuban ini memiliki kurang-lebih 150 anggota dengan
struktur organisasi serta program kerja yang sudah terbentuk.
Paguyuban ini juga sudah membuat buku tentang dasar-dasar
kepercayaan, aturan, tatacara peribadatan, dan program kerja serta
anggaran rumah tangga organisasi.
Paguyuban Kaweruh Hak 101 memiliki sebuah padepokan,
yaitu sebuah tempat untuk sarana berkumpul antar penghayat
kepercayaan. Di padepokan ini rutin diadakan pertemuan atau
sarasehan setiap malam jumat legi dan malam jumat pahing untuk
melakukan doa bersama. Selain doa bersama, kegiatan yang dilakukan
di padepokan ini adalah sarasehan, atau sharing pengalaman antar
penghayat kepercayaan. Sarasehan ini adalah sebuah sarana untuk
saling berbagi antar penghayat kepercayaan untuk lebih meningkatkan
kerukunan dan kebersamaan serta belajar bersama (Wawancara dengan
Sumikan, 2014).
Dalam hal ritual, paguyuban ini lebih menekankan pada
hubungan dengan Sang Pencipta, Gusti Agung ingkang murbeng
dumadi, Sang Guru jagad kang murah asih, serta keselarasan dengan
alam sekitar. Bagi para penghayat kepercayaan, ritual tidak terbatas
pada doa saja, namun juga dalam kehidupan yang baik dengan sesama
di tengah masyarakat juga merupakan ritual. Jadi sudah menjadi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
47
kewajiban untuk menjalankan kehidupan yang baik serta menjalin
relasi yang baik dengan sesama manusia dan alam sekitar. Serta
menjahui perilaku-perilaku yang yang berakibat rusaknya hubungan
dengan orang lain dan rusaknya alam sekitar (Wawancara dengan
Sumikan, 2014).
Tujuan dari para penghayat kepercayaan ini adalah mencapai
tentreming ati atau ketenteraman jiwa dalam hidupnya. Para penghayat
kepercayaan Kaweruh Hak 101 ini sebelumnya juga memeluk agama,
namun karena alasan tidak menemukannya ketenteraman hidup
mereka bergabung dengan paguyuban ini dan mereka menemukan
ketenteraman hidupnya.
Adapun dalam ritual seperti pada umumnya para penghayat
kepercayaan,
merekak
melakukan
dengan
semedi,
selamatan,
membakar menyan atau dupa dan memiliki simbol-simbol ritual
tertentu. Hal tersebut bukan bermaksud menyembah berhala atau setan,
namun hal tersebut sebagai sarana untuk bersyukur kepada Tuhan
Yang Maha Esa atas segala berkah yang diterimanya (Wawancara
dengan Sumikan, 2014).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
48
Gambar 4.1: Lambang Paguyuban Kaweruh Hak 101
Arti lambang Kaweruh Hak 101:
1. Arti gambar
a. Segitiga emas, suatu lambang keemasan/101 yang artinya
adalah Tritunggal atau Tridoyo, tiga kekuatan menjadi satu
(Nyawa, Raga, dan Sukma).
b. Segitiga emas, yang berbentuk gunung bisa dilambangkan
sebagai sebuah keagungan atau keteguhan.
c. Segi tiga emas, bisa dilambangkan tumpeng atau puncak.
Puncak yang artinya adalah mituhu atau minulyo kepada Yang
Maha Kuasa, Yang Diatas, agar kita semua diberi keselamatan
didunia dan dialam kelanggengan.
2. Arti warna
Segi tiga emas yang bergambar segitiga diberi kerucut
empat warna, yang artinya kita harus mengenal tembung kiblat
papat.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
49
a. Puncak berwarna putih, suatu lambang kesucian (Tuhan).
b. Puncak berwarna merah, suatu lambang keberanian, berani
dalam hal kebaikan atau benar.
c. Puncak
berwarna
kuning,
suatu
lambang
kewenangan,
kedamaian, kehati-hatian atau sifat kendali agar kita selamat
sampai tujuan.
d. Puncak berwarna hitam kebawah, suatu lambang dasar,
landasan, pokok atau penutup menggambarkan orang yang
tidak mau menjalankan kebaikan atau kebenaran
e. Segitiga emas yang berlambang puncak lima dan bergambar
kerucut empat menuju keatas dan satu kebawah kalau disatukan
bisa jadi arti pancasila, yaitu kiblat papat satu pancer atau
dununge urip sejati.
3. Arti kaweruh Hak 101
Kaweruh adalah perjalanan hidup mulya, Kaweruh Hak
adalah ajaran hidup mulia, kepunyaan sendiri yang harus kita gali
atau pelajari agar kita mengenal jati diri dan tau asal-usul agar
hidup kita tidak semena-mena, dan akan tau apa itu rasa yang
sebenarnya. Kaweruh Hak adalah ilmu jati diri atau pengendalian
yang perjalanannya diawali oleh:
a. Imam Sliro Diwismo, yang artinya perilaku yang benar dalam
jati diri kita.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
50
b. Ronggo Jati Sukmo, yang artinya badan kita agar bersih atau
menjalankan hidup baik dan benar untuk menuju kesucian.
c. Rasa Jati, artinya kita menjalankan hidup yang sebenarnya agar
kita punya pengendalian atau sesuai rasa yang kita rasakan.
Kalau kita satukan dan kita artikan nama diatas, adalah badan
pribadi atau hidup sendiri. Sukma, raga, nyawa manunggal
(Tritunggal) yang dununge urip sejati. Dan arti nomor 101, adalah
pengemas atau penyeimbang, dan bisa dikatakan adil. Sedangkan
arti Tan ana jalma mangruwo, Bhineka tunggal ika adalah
meskipun kita bebeda-beda namun kita adalah satu.
4. Sejarah Pengahayat Kepercayaan di Gunung Srandil
Menurut hasil wawancara dengan Saliyo (2014) seorang
narasumber yang juga merupakan juru kunci di petilasan Gunung
Srandil, sejarah penghayat kepercayaan berawal dari kerajaan Kediri.
Pada waktu itu masih pada zaman Kadewatan menuju zaman
peralihan. Kemudian ketika masa berjayanya kerajaan Majapahit yang
merupakan zaman peralihan dari Kadewatan menuju kamanungsan
dimana masyarakat mulai berpikir secara rasional dengan menghargai
harkat dan martabat manusia, dimana tatanan sistem masyarakat pada
waktu itu adalah berpusat pada keadilan. Dimana waktu itu yang
menjadi undang-undang dan dasar negara Majapahit disebut dengan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
51
Pancawalika yang kemudian pancawalika ini yang menjadi cikal-bakal
dari Pancasila.
Dikatakan oleh narasumber bahwa sumber dari berdirinya
negara ini berawal dari situ, yaitu dimana atas percayanya manusia
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pancawalika yang merupakan dasar
negara Majapahit juga meletakkan azas Ketuhanan Yang Maha Esa di
bagian paling awal. Hal tersebut karena segala sesuatu yang tercipta di
dunia ini dan apa yang kita miliki adalah berasal dari Tuhan. Adapun
manusia dapat menciptakan atau dapat melakukan segala sesuatu dari
yang paling kecil sampai yang paling menahjubkan karena didasari
atas kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Konsep pemikiran diatas berawal dan berakhir pada zaman
Majapahit, berawal dari kejayaan Majapahit dan berakhir dengan
runtuhnya Majapahit. Setelah runtuhnya Majapahit, para raja dan
pujangga waktu itu berpencar untuk mencari keheningan untuk
menciptakan kepercayaannya. Para pujangga waktu sangat berpegang
pada kekuatan supranaturalnya, dan dengan adanya petunjuk untuk
bertapa di Gunung srandil yang berada di pesisir laut selatan. Nama
Gunung Srandil sendiri berarti Sarananing Adil atau sarana keadilan
(Wawancara dengan Saliyo, 2014).
Dengan adanya petilasan di Gunung Srandil ini menjadi sebuah
tempat bagi masyarakat sekitar untuk merenungkan kembali jati diri
kehidupannya dalam kaitannya kepercayaannya kepada Tuhan Yang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
52
Maha Esa. Dengan adanya petilasan ini pula para penghayat
kepercayaan semakin berkembang dan ada hingga saat ini. Mereka
membentuk sebuah paguyuban-paguyuban kepercayaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa serta bersama-sama mengembangkan diri dalam
kehidupannya dengan laku semediatau laku batin dalam kaitannya
hubungan dengan Sang pencipta dan sesama ciptaan (Wawancara
dengan Saliyo, 2014).
5. Ajaran tentang Kepercayaan
Salah satu sistem nilai yang berada di Gunung Srandil ini
adalah nilai tentang ajaran kepercayaan. Penghayat kepercayaan adalah
istilah bagi para penghayat kebatinan yang tidak menganut agama.
Pada dasarnya para penghayat kepercayaan percaya penuh kepada
Tuhan Yang maha Esa. Mereka percaya bahwa kehidupan berasal dari
Tuhan, dan dengan kepercayaannya kepada Tuhan mereka dapat
melakukan kehidupannya, serta selalu mengutamakan laku becik atau
kehidupan yang baik dalam kaitannya dengan Tuhan dan alam sekitar.
Pada dasarnya ajaran tentang
kepercayaan
ini sangat
sederhana, yaitu percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, atau orang
kepercayaan menyebut dengan Gusti Agung ingkang murbeng dumadi,
Sang Guru jagad kang murah asih (Wawancara dengan Sumikan,
2014). Inti dari ajaran kepercayaan ini adalah ajaran tentang hidup.
Mereka percaya bahwa sumber dari segala kehidupan adalah Tuhan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
53
Yang Maha Esa yang telah menjadikan kehidupan di dunia ini
(Wawancara dengan Sumikan, 2014).
Ajaran kehidupan bagi penghayat kepercayaan pada dasarnya
adalah ajaran untuk hidup yang baik dalam hubungannya dengan
Tuhan dan sesama ciptaan. Contoh ajaran kepercayaan: Menghormati
orang tua, mengucap syukur kepada sang pencipta, memelihara
perdamaian, dan lain sebagainya. Dalam hal mengucap syukur kepada
sang pencipta biasanya dilakukan dengan melakukan upacara
selamatanyang berarti ungkapan syukur kepada Tuhan atas rejeki dan
kehidupan yang telah diterimanya (Wawancara dengan Sumikan,
2014).
Ajaran-ajaran para penghayat kepercayaan ini lebih menitik
beratkan pada keadilan antar manusia dan dengan Tuhan, atau lebih
dikenal dengan ajaran keseimbangan. Dalam hal ajaran tentang
kepercayaan ini, rasa atau batin memiliki peran yang besar karena
yang menggerakkan manusia berperilaku dan bertindak ataupun
merasakan perilaku atau tindakannya itu baik adalah rasa atau batin itu
sendiri. Oleh karena itu, rasa atau batin haruslah selalu dipupuk agar
lebih baik dan untuk tercapainya manusia yang baik atau disebut
dengan Manungsa tanpa ciri (Wawancara dengan Sumikan, 2014).
Secara umum ajaran-ajaran tentang kepercayaan adalah
menghayati nilai-nilai dan kenyataan rohani dalam diri manusia serta
alamnya dan membawa orang kepada pertemuan kenyataan hidup
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
54
sejati serta pencapaian budi luhur dan kesempurnaan hidup. Usahausaha tersebut dilaksanakan dengan berbagai latihan rohani, laku tapa
brata dan samadi, serta latihan-latihan lainnya untuk mengurangi
kenikmatan lahiriah seperti hawa nafsu, makan dan minum.
B. Makna Kebahagiaan
Pada bagian ini disajikan mengenai identitas, latar belakang, dan
kehidupan informan serta kehidupan masyarakat sehari-hari. Disajikan
pula data dari hasil wawancara dan pengamatan terhadap informan. Dari
situ kemudian dilakukan koding untuk menemukan tema-tema yang
muncul sesuai dengan pokok permasalahan yang sedang dibahas. Setelah
itu tema-tema tersebut dikategorikan dan diperbandingkan antara informan
satu dengan yang lainnya untuk menemukan konsep-konsep yang muncul.
1. Informan 1
a. Identitas
Tabel 4.1: Identitas Informan 1
Nama
Usia
Pekerjaan
Lama menjadi penghayat
TG
36 Tahun
Pekerja Bangunan
Sejak 2010
b. Hasil Wawancara
Sebelum mengikuti penghayat kepercayaan, informan
adalah seorang penghayat agama muslim. Namun informan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
55
mengatakan bahwa kehidupannya masih terombang-ambing.
Informan mengaku sebagai penghayat muslim namun tidak
menjalankan sebagai mestinya sebagai seorang muslim, justru
sering melakukan perilaku yang tidak sesuai. Hal tersebutlah yang
membuat kehidupan informan kurang bahagia dan mengaku belum
menemukan makna dalam hidupnya.
Sebelum mengenal kepercayaan, informan sudah lama
menggeluti pencak silat dan menekuni kebatinan di pencak silat
tersebut untuk menunjang ilmu pencak silatnya. Namun pada
puncaknya, pada tahun 2010 informan merasa terpanggil untuk
bergabung menjadi
penghayat
kepercayaan.
Informan
ikut
bergabung menjadi penghayat kepercayaan untuk mengikuti apa
yang menjadi kebahagiaan hidup.“Kulo kan kat riyen niku istilahe
ngugemi opo seng dadi wong jawa iku. Istilahe niku pados
ayeming ati” (122-124).
Setelah sekian lama informan mulai meninggalkan
agamanya dan mulai berani membuka diri sebagai seorang
penghayat kepercayaan karena merasa hidupnya semakin tenang.
“Seng tak rasakne neng awak iki kroso adem, neng ati tenterem.
Nyambut dalem yen biasane niku gambang tersinggung, sakmeniko
nggeh ngurangi. Ayem niku nggeh naliko nyambut damen, golek
sandang pangan niku nggeh gampan.”(128-134) .
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
56
Ketika pertama kali membuka jati diri sebagai seorang
penghayat kepercayaan, banyak tantangan dari orang-orang sekitar.
Tantangan tersebut berupa penolakan dan cemoohan dari orang
sekitar. Namun informan berusaha untuk bersabar dan tidak cepat
marah serta mengembangkan kerendahan hati terhadap orangorang yang menentangnya. Setelah mengalami penolakan akhirnya
informan dapat diterima oleh orang-orang disekitarnya, dan justru
orang-orang sekitarnya merasa bangga dengan informan yang
hidupnya
semakin
baik.
Ini
merupakan
pengalaman
membahagiakan yang dialami oleh informan.
Menurut informan hidup adalah memaknai kodradnya
sebagai manusia. “Urip ing alam ndoyo niku nggeh namun siji,
pertama kedah emot kepada Tuhan yang maha kuasa, ojo lali lan
wani karo rama-biyunge. Kedah ngabekti karo seng kuasa, wayae
sembayang semedi yo dilakoni, wayae usaha yo usaha. Dados
mpun mboten neko-neko, pikirane seng aneh-aneh pun mboten
wonten”(146-154). Menurut informan, orang yang percaya kepada
Tuhan akan melakukan hidupnya dengan baik, menjalin relasi yang
baik dengan orang lain, berkerja yang jujur dan senantiasa bahagia.
Dalam kaitannya relasi dengan masyarakat terutama
dengan orang yang berbeda kepercayaan, informan berusaha untuk
berbaur dengan baik. Kalau ada kegiatan di lingkungan misalnya
juga harus ikut berpartisipasi, kalau ada selamatan juga ikut
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
57
bergabung. Intinya adalah saling menghormati dan nyengkuyung
atau mendukung apa yang menjadi kerepotan orang lain untuk
bersama-sama dibantu. “Dados meniko sampun berjalan bareng.
Dengan adanya kepercayaan disini mboten membatasi hubungan
dengan masyarakat, justru makin akeh konco makin sae. Mbok
bileh enten seng mbetakne nopo-nopo nggeh seng penting guyub
rukun, podo disengkuyung”(163-171).
Terkait dengan petilasan di Gunung Srandil, informan
sangat menghormati petilasan tersebut karena merupakan tempat
yang pernah dijadikan oleh leluhur kita untuk berdoa dan
mendekatkan diri kepada Tuhan. “Petilasan meniko sejarah,
misalnya ada orang tua waktu dulu pernah menempati daerah
menyebarkan ajaran jawa. Dados meniko petilasan nenek
moyange kito. Dados ajaran meniko dipun turunaken dumateng
keturunane, lajeng diturunaken dumateng turunane maneh. Jadi
ada hubungannya dengan sejarah seng ndadosaken kito saget
ngantos
sakmeniko”(190-200).
Artinya
petilasan
tersebut
merupakan tempat untuk berdoa dan mendekatkan diri kepada
Tuhan. Adapun petilasan tersebut banyak dijadikan sarana untuk
meminta kekayaan atau pesugihan, sebenarnya petilasan tersebut
adalah sarana untuk meminta kepada Tuhan.
Adapun para penghayat kepercayaan banyak yang
menjadi juru kunci di petilasan tersebut, adalah untuk membantu
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
58
peziarah untuk sampai kepada Tuhan dan mendoakan yang baik
untuk para peziarah. Karena menurut informan membantu orang
lain itu adalah baik, meskipun terkadang orang yang kita tolong
lupa terhadap kita. Informan menambahkan bahwa menolong itu
harus iklas tidak mengharap sesuatu, karena menolong itu juga
membahagiakan. “Kirang langkung nggeh sak sagete kulu
nyuwunaken dumateng Gusti wonten ing panguawase srandil.
Nggeh kulo sewunaken, kedah pitados, mpun sah ragu-ragu”(253257).
Menurut informan materi adalah sarana untuk hidup yang
lebih baik. “Harta benda meniko duniawi, niku asile kringet getih
kito. Niku istilahe sandangane manungsa mpun wonten seng
ngatur. Meniko sampun sak laku kaleh manungso, magkane tiyang
ingkang mboten gadah materi nggeh stres”(233-239). Menurut
informan tanpa materi manusia juga tidak dapat hidup, oleh karena
itu materi harus dicari dengan cara yang benar. “Nggeh kedah
ngupoyo, mboten namung nyuwun kemawon”(239-240).
Informan
memaknai
kebahagiaan
sebagai
sebuah
kedamaian hati. Hal tersebut tercapai karena kepercayaannya
kepada Tuhan Yang Maha Pengasih. Kebahagiaan bukan hanya
pada meteri saja, ketika bisa menolong orang, informan juga
merasa bahagia. “Nggeh raos binggah. Nopo maleh seng kulo
tulung usahane terus lancar. Nggeh matur nuwun sanget dumateng
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
59
seng kuasa”(266-269). Selain itu hidup rukun dengan keluarga dan
masyarakat juga adalah sebuah kebahagiaan. Meskipun kadang
banyak hal yang membuat tidak rukun tetapi menurut informan
kita harus dapat menjalaninya dengan iklas.
c. Tema-tema yang Muncul dalam Wawancara
Tabel 4.2: Tema-tema yang muncul dalam wawancara informan 1
No
1.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Tema
Alasan mengikuti
kepercayaan
Kesan terhadap
kepercayaan
Permasalahan yang
muncul
Makna
kepercayaan
Hubungan dengan
masyarakat
Makna petilasan
Ajaran
kepercayaan
Makna materi
Makna menolong
orang lain (sebagai
juru kunci)
Ajaran tentang
Tuhan
Makna
kebahagiaan
Bahagia dalam
permasalahan
Muncul dalam wawancara
Ayeming ati (kebahagiaan batin)
Ayem, tentrem, neng ati adem
Penolakan
Percaya kepada Tuhan Yang Maha
Esa
Harmonis, rukun, saling
nyengkuyung
Sejarah, bagian dari hidup
Menjalankan hidupnya dengan baik
Sarana hidup
Memberi, sepenuh hati untuk tujuan
yang baik, bahagia
Tuhan Yang Maha Esa, Maha
pengasih
Kedamaian hati (rasa), dapat
memberi
Keiklasan, berupaya untuk kebaikan
bersama
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
60
2. Informan 2
a. Identitas
Tabel 4.3: Identitas Informan 2
Nama
Usia
Pekerjaan
Lama menjadipenghayat
SL
70 Tahun
Pensiunan
Sejak lahir
b. Hasil Wawancara
Informan merupakan salah satu juru kunci sekaligur
narasumber penghayat kepercayaan di sekitar petilasan Gunung
Srandil. Dan beliau sudah lama melakukan hal tersebut, serta
sudah banyak menolong orang lain dalam mencapai apa yang
diinginkan dalam hidupnya. Kenyataannya kehidupan informan
memang sangat sederhana, namun kebahagiaan yang dirasakan
informan adalah bisa menolong orang lain bukan soal harta yang
dimiliki.
Menurut informan, kepercayaan adalah tulang punggung
dari Pancasila, karena dasarnya adalah Tuhan Yang Maha Esa.
Sangat tidak mungkin sila-sila selanjutnya dapat dilakukan jika
orang tidak melakukan sila yang pertama. Agama adalah sarana
politisasi bagi sebagian orang yang akhirnya banyak orang yang
beragama namun tidak memiliki kepercayaan kepada Tuhan. Hal
tersebut terlihat dari perilaku orang-orang yang mengaku
beragama
namun
korupsi,
membunuh,
dan
sebagainya.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
61
Seharusnya orang yang percaya kepada Tuhan tersebut harus
hidup
dengan baik,
karena Tuhan itu adalah kebaikan.
“Kepercayaan meniko intine percoyo, pitados dumateng Gusti
ingkang paring gesang. Anane kito gesang lan seget ndamel
punopo kemawo meniko nggeh anene awake dewe percoyo
dumateng Gusti Allah”(358-363).
Bagi orang penghayat kepercayaan, yang menjadi nomor
satu adalah Tuhan. Hal tersebut harus didukung dengan perbuatan
yang baik terhadap orang lain karena tujuan manusia itu adalah
ketentraman. Orang yang percaya kepada Tuhan jelas bahagia
karena melakukan sesuatu yang baik, “tansah eling, waspodo lan
rumongso” (ingat, waspada dan merasa)terhadap hidupnya.
Dalam kaitannya hubungan dengan orang lain atau
penghayat kepercayaan lain para penghayat kepercayaan disini
baik. Para penghayat kepercayaan juga selalu mengutamakan
toleransi dari pada membenci, namun informan menambahkan
bahwa orang penghayat kepercayaan lain juga bersikap baik
kepada penghayat kepercayaan, namun tidak tau kalau di belakang
bagaimana. “Kalau secara manusiawi ya baik, tapi kalu menurut
agama mereka ya tidak tau. Namun kalau kita ya fleksibel saja,
intinya kita percaya kepada Tuhan”(369-372).
Terkait dengan kebahagiaan hidup, itu merupakan tujuan
hidup (netepi urip). Dan bagaimana mencapainya tentunya dengan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
62
hidup yang baik pula. Dengan cara olah rasa mengingat apa yang
kita temui dalam hidup ini bukan semua sesuai dengan apa yang
kita inginkan, bahkan justru menyakitkan. Oleh karena itu kita
harus mengolah semua itu dalam hati kita menjadi sesuatu yang
menentramkan.
Dalam kaitannya dengan petilasan di Gunung Srandil,
menurut informan ini adalah sebuah pertapaan, yaitu tempat
manusia berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dan informan
mengatakan dengan tegas ini bukan tempat mencari pesugihan. Ini
tempat berdoa kepada Tuhan untuk meminta kemurahan dari Sang
Pencipta. Hal tersebut mengingat karena ditempat ini para leluhur
kita pernah mendapat wahyu berupa pencerahan batin ketika
bersemedi dan bermati raga disini. “Tempat ritual dimana orang
pada berdoa, menyembah kepada Tuhan bukan berarti kepada
batu atau kayu. Memohon kepada Tuhan melalui kepercayaannya
menurut agamanya masing-masing”(390-395).
Di petilasan ini memang terdapat beberapa tempat yang
dulu pernah digunakan para pujangga dalam mencari pencerahan
batin.
Pencerahan
batin
itu
dapat
dicapai
ketika
sudah
meninggalkan kepentingan duniawi dan secara pasrah diri bersatu
dengan Tuhan.
Menurut informan sebagai seorang juru kunci, tugas yang
utama adalah mengarahkan para peziarah dalam hal beritual untuk
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
63
sampai kepada Tuhan. Memang para peziarah datang dengan
berbagai permintaan, namun ketika permintaan itu baik dan
dimohonkan kepada Tuhan pasti Tuhan akan memberi. Jadi disini
tidak ada sedikitpun unsur meminta kepada setan. “Yang pertama
tugas pokok para juru kunci itu adalah melayani para tamu yang
datang. Kedua menjelaskan kepada tamu tentang srandil itu
tempat pertapaan untuk memohon kepada Tuhan melalui leluhur
yang dulunya pada bertapa disini”(430-436).
Juru kunci disini adalah menolong para peziarah sampai
kepada Tuhan. Hal yang membahagiakan disini ketika orang yang
meminta, permintaannya dapat terkabul. Bukan soal para peziarah
memberi imbalan kepada kita. Menurut informan disini kita
menolong, jadi upahnya adalah kebahagiaan ketika bisa menolong
itu, bukan ubah berupa harta yang diberikan orang kepada kita.
Menurut Informan, kebahagiaan itu memiliki tingkatan.
Yang pertama dan yang paling dangkal kebahagiaan itu adalah
soal materi atau kekayaan. Kemudian selanjutnya kebahagiaan itu
adalah soal keselamatan yang kita miliki yaitu hidup yang sehat
dan jauh dari penyakit. Selanjutnya kebahagiaan itu adalah ketika
kita bersama orang-orang yang kita cintai, meskipun tidak
memiliki kekayaan tetapi kalau sudah bersama orang-orang yang
kita cintai tersebut itu bahagia. Selanjutnya kebahagiaan yang
paling tinggi adalah memaknai hubungan kita dengan Tuhan. Hal
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
64
ini terjadi jika seseorang telah menemukan dan merasakan apa
yang
dimaksud
lingkungan
transenden
dalam
hidupnya,
manunggaling kawula lan Gusti. Informan menambahkan bahwa
“Wangsul kados wau, saya sangat berbahagia. Ada ketika ada
pendatang menanyakan dengan kelegowoan saya, saya jawab,
kemunian setelah itu mereka menjalani dan diterima dengan rasa
bersyukurnya
dan
berterimaksihnya
bahwasanya
atas
keberhasilannya. Nah ini betapa bahagianya bagi saya. Jadi
kebahagiaan saya bukan karena saya berlebihan seperti itu.
Bukan karena materi kekayaan itu. Melihat saja orang punya
tujuan dijalani dan mendapat keberhasilan dan selamat, sakitnya
juga sembuh, kalau ada orang mencari kerja juga segera
mendapatkan melalui berdoa kepada Tuhan disitu, setelah
beberapa bulan kemudian menyampaikan kabar kepada saya
kalau berhasil. Niku engkang ndadosaken kabingahan kulo. Saya
itu bahagia ya walaupun nggak punya uang. Jadi uang bukan
jaminan bahagia, menurut pengalaman saya yang tersentuh
sekali.”(497-519).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
65
c. Tema-tema yang Muncul dalam Wawancara
Tabel 4.4: Tema-tema yang muncul dalam wawancara informan 2
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Tema
Kesan terhadap
kepercayaan
Permasalahan yang
muncul
Makna
kepercayaan
Hubungan dengan
masyarakat
Makna petilasan
Ajaran
kepercayaan
Makna menolong
orang lain (sebagai
juru kunci)
Ajaran tentang
Tuhan
Makna
kebahagiaan
Bahagia dalam
permasalahan
Muncul dalam wawancara
Bangga karena masih bisa
melestarikan budaya leluhur
Penolakan
Percaya kepada Tuhan, dasar untuk
melakukan hidup
Relasi yang baik
Tempat untuk berdoa kepada Tuhan
Percaya kepada Tuhan yang Maha
Pengasih, hidup dengan penuh kasih
Panggilan hidup, menolong orang ,
bahagia
Melakukan sesuatu yang baik, cinta
kasih
Materi atau kekayaan, keselamatan
atau kesehatan, kebersamaan dalam
cinta, memaknai hubungan dengan
Tuhan (pencapaian dengan yang
transenden)
Masih bisa berada pada pilihan
hidup, rendah hati, sederhana
3. Paguyuban
a. Identitas
Tabel 4.5: Identitas Paguyuban Kaweruh Hak 101
Nama
Lama Berdiri
Nama Ketua
Jumlah Anggota Penghayat
Kaweruh Hak 101
Sejak tahun 2008
Sumikan Martoyo
150 Anggota penghayat
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
66
b. Hasil Sarasehan
Dalam sebuah kesempatan peneliti ikut bersama salah satu
paguyuban Kaweruh Hak 101 untuk ikut sarasehan rutin malam
jumat legi. Dalam sebuah pertemuan ini pertama kali dibuka
dengan doa semedi, memasrahkan diri kepada Tuhan dengan cara
bermeditasi dan berdoa bersama. Setelah doa semedi acara
dilanjutkan dengan sarasehan yaitu sharing pengalaman antar
penghayat dan kemudian direfleksikan bersama hingga menjadi
sebuah pengetahuan atau ilmu baru bagi penghayat kepercayaan.
Pada acara puncaknya yaitu pukul 00.00 adalah doa malam. Disini
para penghayat bersyukur atas rahmat yang diberikan oleh Tuhan
dan memohon tuntunan dan perlindungan untuk esok hari.
Para penghayat sangat terbuka dengan kedatangan peneliti
dan mereka terlihat sangat antusias. Dalam kesempatan sarasehan
tersebut para penghayat mempersilahkan peneliti untuk membuat
topik pembicaraan yang selanjutnya akan disharingkan bersama
dan dicari kebenarannya secara bersama-sama. Dalam kesempatan
ini pula peneliti mengarahkan topik pembicaraan sesuai dengan
tujuan penelitian yaitu makna kebahagiaan.
Para penghayat sendiri memiliki latar belakang yang
bermacam-macam sebelum mereka mengikuti kepercayaan.
Kebanyakan mereka sebelumnya juga memeluk suatu agama
tertentu. Namun karena alasan tidak menemukan kedamaian dalam
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
67
hidupnya para penghayat ini kemudian menempatkan pilihan pada
kepercayaan. Kebanyakan dari mereka merasa hidupnya lebih
nyaman dan damai setelah memeluk kepercayaan.
Pada kesempatan ini para penghayat saling mensharingkan
pengalaman hidupnya terkait dengan makna kebahagiaan yang
mereka rasakan dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun ditengah
kehidupan bermasyarakat banyak orang yang mengatakan bahwa
para penghayat tersebut adalah aliran sesat, namun para penghayat
senantiasa menunjukkan rasa kerendahan hatinya untuk tetap sabar
sembari melakukan hidup yang baik dan berguna bagi orang lain.
Inti dari kepercayaan adalah percaya kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Jadi disini tidak ada sedikitpun penyimpangan ajaran
yang menyesatkan. Mereka percaya bahwa kehidupan ini adalah
dari Tuhan. Dan cara memuliakan Tuhan dapat dilakukan dengan
banyak cara, termasuk sembayang semedi, selametan dan lain
sebagainya. Semuanya itu mengandung unsur ungkapan syukur
yang mendalam terhadap sang pencipta.
Bagi para penghayat kepercayaan, hidup harus disesuaikan
sesuai dengan kodradnya sebagai manusia. Sebagai manusia yang
percaya
kepada
Tuhan,
tentunya
manusia
senantiasa
mengupayakan perbuatan yang baik (laku becik). Hal-hal seperti
kebencian, rasa dendam dan sebaginya adalah menyalahi kodrad
kita sebagai manusia yang percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
68
Sikap kita terhadap orang yang membenci kita hendaknya tidak
dibalas dengan kebencian, melainkan dibalas dengan kebaikan
(Wawancara dengan Sumikan, 2014).
Menciptakan kehidupan yang damai (ayem tenterem)
adalah cita-cita bagi para penghayat kepercayaan. Sadar akan kita
manusia yang berbeda dengan satu sama lain hendaknya harus
disikapi secara bijak pula. Oleh karena itu sangat diperlukan sikap
kerendahan hati untuk bertoleransi terhadap perbedaan orang lain
tersebut. Setiap perbedaan tersebut harus dihargai namun kita juga
harus tetap
bersatu
membangun
dunia
yang lebih
baik
(Wawancara dengan Sumikan, 2014).
Dari sharing beberapa orang penghayat kepercayaan,
kemudian saling ditanggapi oleh para penghayat yang lain sampai
menghasilkan sebuah kesepakatan tentang makna kebahagiaan.
Berikut adalah beberapa pendapat tentang makna kebahagiaan dari
beberapa orang penghayat kepercayaan yang mensyaringkan
pengalamannya:
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
69
Tabel 4.6: Arti kebahagiaan dalam sarasehan paguyuban
Informan 1
Ketika
bersama
keluarga atau
orang-orang
yang dicintai.
Keluarga
senantiasa
diberi
kesehatan
Kebahagiaan
dan
adalah?
keselamatan
Pendapat Informan
Informan 2
Dapat melakukan
sesuai dengan apa
yang menjadi
anteping ati
Informan 3
Memiliki
hubungan
yang baik
dengan Sang
Pencipta
Memiliki
hubungan
yang baik
dengan
lingkungan
sekitar
Hidup rukun
dengan sesama
meskipun berbeda
kepercayaan serta
dapat menolong
kesusahan orang
lain
Memiliki
Dapat berguna bagi Ketika kita
rejeki yang orang lain,
bisa sabar
cukup untuk terutama keluarga terhadap
keperluan
cobaan dan
hidup
tetap merasa
bahagia
meskipun
sedang dalam
permasalahan
Dari beberapa sharing tersebut maka disepakati bersama
bahwa kebahagiaan adalah bab raos (soal rasa) yaitu kaitanya
dengan pencapaian batin. Pencapaian batin tersebut terjadi ketika
seseorang memaknai hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa,
atau berada dalam situasi yang transenden. Kebahagiaan tidak
terletak dari seberapa banyak memiliki kekayaan atau materi.
Kebahagiaan bukanlah apa yang orang lain berikan kepada kita,
melainkan apa yang kita berikan kepada orang lain dan berguna
bagi orang lain. Kebahagiaan juga tidak selalu berupa sesuatu yang
mengenakkan bagi kita, terkadang kebahagiaan juga berupa rasa
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
70
penolakan, cemoohan ataupun sesuatu yang tidak mengenakan dari
orang lain. Namun ketika kita dapat memaknainya atau istilahnya
olah rasamaka hal tersebut akan lebih membahagiakan bagi kita.
c. Tema-tema yang Muncul dalam Sarasehan
Tabel 4.7: Tema-tema yang muncul dalam sarasehan
No
1.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Tema
Alasan mengikuti
kepercayaan
Muncul dalam wawancara
a. Mengikuti apa yang menjadi
keinginan hati
b. Mencari kedamaian hidup
c. Mencari makna hidup
Kesan terhadap
a. Merasa menemukan jati diri
kepercayaan
b. Lebih bahagia
c. Lebih nyaman
Permasalahan yang a. Penolakan secara sosial
muncul
b. Tidak memiliki hak yang sama
sebagai warga negara
Makna
a. Percaya kepada Tuhan YME
kepercayaan
b. Tuhan adalah kasih
c. Dasar untuk hidup
Hubungan dengan
a. Harmonis
masyarakat
b. Guyub-rukun
c. Tolong-menolong
Makna petilasan
Sejarah dari nenek-moyang
Ajaran
a. Eling, waspodo, rumongso(ingat,
kepercayaan
waspada, dan merasa)
b. Rendah hati
c. Sabar
Makna materi
Sarana hidup untuk mencapai
sesuatu yang lebih baik
Makna menolong
Membantu orang untuk sampai
orang lain (sebagai kepada Tuhan dalam
juru kunci)
permasalahannya
Ajaran tentang
Maha besar yang menciptakan dunia
Tuhan
dan maha baik
Makna
a. Bab raos (soal rasa) pencapaian
kebahagiaan
batin (transenden)
b. Perkara memberi
Bahagia dalam
Olah rasa atau memaknainya dalam
permasalahan
batin
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
71
Tema-tema yang muncul tersebut merupakan hasil dari
sarasehan paguyuban Kaweruh Hak 101 yang telah disepakati
bersama oleh semua penghayat yang ada dalam sarasehan tersebut.
Adapun perbedaan pendapat di awal oleh para penghayat yang
mensharingkan pengalaman hidupnya terkait dengan topik
pembicaraan kemudian dibicarakan bersama dan direfleksikan
bersama hingga menemukan kesepakatan bersama.
4. Gambaran
tentang
Makna
Kebahagiaan
para
Penghayat
Kepercayaan di Gunung Srandil secara Umum
Para
penghayat
kepercayaan
memiliki
latar
belakang
kehidupan yang berbeda-beda. Sebagian besar dari mereka sebelum
menjadi penghayat kepercayaan juga memeluk suatu agama tertentu.
Bukan hanya memeluk agama tertentu, mereka juga sudah menekuni
ajaran agama sebelumnya bahkan ada yang sudah hidup di pondok
pesantren selama tiga tahun, lima tahun, ataupu tujuh tahun. Ada pula
para pengahyat kepercayaan yang memeluka agama tertentu
sebelumnya hanya asal-asalan saja dan tidak menjalankan ajarannya.
Alasan mendasar informan menjadi penghayat kepercayaan
adalah pencarian jati dirinya sebagai manusia. Sebagai pemeluk
agama dirasa bulum memberikan ketenteraman bagi kehidupan
informan. Dengan menemukan jati dirinya dan memahami kodradnya
sebagai manusia membuat kehidupan informan semakin bahagia.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
72
Dengan menekuni kepercayaan mereka merasa menemukan tujuan
dalam hidupnya dan sadar kepada kodradnya baik sebagai manusia
ataupun sebagai orang jawa.
Hal ini seperti pada penelitian sebelumnya bahwa tujuan
manusia hidup adalah untuk mencapai ketenteraman yang merupakan
istilah khas yang dimiliki oleh mereka dan masyarakat Jawa pada
umumnya. Data tersebut sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Ki
Ageng Suryomentaram, bahwa sebagaimana dalam kosmologi jawa,
Ki Ageng Suryomentaram melakoni “laku”. Laku yang dilakukan
dengan meninggalkan segala yang duniawi, kekayaan, harta dan
kekuasaan. Semua itu ditinggalkan untuk melakukan pencarian hidup
yang sejati. Atau dalam istilah orang jawa sering dikatakan “sejatinya
hidup itu apa?” (Yudistira, 2013).
Kesan bagi para penghayat kepercayaan setelah menekuni
kepercayaan adalah meningkatnya kualitas hidup mereka. Hal tersebut
diungkapkan oleh beberapa informan bahwa mereka merasa tenang,
nyaman, dan damai. Terlebih bagi mereka yang sudah berani
membuka jati diri di dalam masyarakat ataupun catatan sipil, ada
kebanggaan tersendiri bagi mereka. Mereka merasa semakin
memaknai hidup dan semakin bisa merasa bahagia baik dalam
keadaan apapun.
Hal tersebut sesuai dengan makna tentang kebahagiaan secara
psikologis. Kebahagiaan adalah perasaan positif yang berasal dari
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
73
kualitas keseluruhan hidup manusia yang ditandai dengan adanya
kesenangan yang dirasakan oleh seorang individu ketika melakukan
sesuatu hal yang disenangi di dalam hidupnya dengan tidak adanya
perasaan menderita.
Banyak permasalahan yang dihadapi oleh para penghayat
kepercayaan. Permasalahan tersebut berupa persepsi negatif dari
masyarakat. Banyak masyarakat yang mengatakan bahwa pengahayat
kepercayaan ini sesat, menyembah berhala, dan lain sebagainya.
Namun bagi para penghayat kepercayaan, permasalahan tersebut
dimaknai sebagai bagian dari kehidupan, serta harus dijalani dengan
tulus iklas, sabar, tidak boleh membalas dengan kebencian serta selalu
rendah hati dan selalu mau membaur dengan semua orang, termasuk
yang membenci mereka.
Penjelasan diatas seperti ajaran Ki Ageng Suryomentaramyang
menganggap bahwa hidup itu seperti layaknya takdir yang mesti
dijalani. Bila seseorang sudah menganggap hidup itu adalah bagian
dari takdir, maka seseorang akan menerima dengan iklas bahagia,
sengsara, kaya ataupun miskin, atau juga warna-warni kehidupan. Ia
mengajarkan “tidak ada sesuatupun di atas bumi dan di kolong langit
yang pantas untuk dikehendaki dan dicari, atau sebaliknya ditolak
secara berlebihan”. Artinya dalam kehidupan ini sifat “narima ing
pandum” menerima bagian hidup kita dengan iklas (Afif, 2012).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
74
Kepercayaan pada intinya adalah percaya sepenuhnya kepada
Tuhan Yang Maha Esa. Bagi orang penghayat kepercayaan, yang
menjadi nomor satu adalah Tuhan. Hal tersebut harus didukung
dengan perbuatan yang baik terhadap orang lain karena tujuan
manusia itu adalah ketentraman. Orang yang percaya kepada Tuhan
jelas bahagia karena melakukan sesuatu yang baik, “tansah eling,
waspodo lan rumongso” (ingat, waspada dan merasa)terhadap
hidupnya. Penjelasan tersebut mengandung arti bahwa percaya kepada
Tuhan Yang Maha Esa memberi kebahagiaan dalam hidup.
Tuhan dimaknai sebagai Sang Pencipta, Yang Maha Kuasa,
atau bagi para penghayat kepercayaan menyebut Tuhan dengan Gusti
Agung Kang Murbeng Dumadi, Sang Guru Jagad Kang Murah Asih.
Bagi para penghayat kepercayaan pada intinya adalah percaya
sepenuhnya kepada Tuhan. Orang dapat melakukan apapun yang
mengagumkan karena mereka memiliki kepercayaan kepada Tuhan
yang diwujudkan dengan kemurnian budi dalam usaha-usaha untuk
mencapai apa yang diinginkan dan apa yang berguna bagi kehidupan
dirinya dan orang banyak.
Sebagai penghayat kepercayaan, mereka juga hidup ditengahtengah
masyarakat, dan mereka juga merupakan bagian dari
masyarakat. Jadi dalam kaitannya hubungan dengan masyarakat
merekapun juga melakukan sewajarnya seperti masyarakat pada
umumnya.
Mereka
secara
bersama-sama
membaur
bersama
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
75
masyarakat lain baik dalam kegiatan kebudayaan ataupun yang
berkaitan dengan kegiatan sebagai warga negara. Dalam kaitannya
hubungan dengan masyarakat luas, yang terpenting bagi para
penghayat kepercayaan adalah rasa toleransai dan saling menghormati
antar perbedaan yang ada dalam masyarakat. Penjelasan tersebut
mengandung arti bahwa dalam lingkungan sosial, tidak ada hal yang
unik bagi mereka, mereka sama seperti masyarakat pada umumnya.
Petilasan mengandung makna sejarah yang harus dilestarikan.
Bagi penghayat kepercayaan, petilasan adalah tempat yang dulu
pernah menjadi tempat bertapa dan bersemedi untuk mendekatkan diri
kepada Tuhan oleh para nenek moyang. Petilasan sendiri adalah
sarana untuk memohon kepada Tuhan, jadi makna petilasan adalah
sebagai sarana untuk sampai kepada Tuhan. Berdoa adalah hanya
kepada Tuhan, bukan kepada yang lain.
Penjelasan diatas mengandung arti bahwa keberadaan Tuhan
adalah diatas segala-galanya. Adanya petilasan merupakan sebuah
sarana bagi mereka untuk lebih memaknai kehidupan secara spiritual.
Karena menurut tradisi Jawa penghormatan kepada leluwur atau orang
yang sudah meninggal merupakan bagian dari kehidupan manusia
yang masih hidup didunia sebagai wujud rasa hormat terhadap orang
yang lebih tua, yang telah memberikan teladan hidup bagi mereka.
Adapun para penghayat kepercayaan banyak yang menjadi
juru kunci di petilasan tersebut, adalah untuk membantu peziarah
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
76
untuk sampai kepada Tuhan dan mendoakan yang baik untuk para
peziarah. Menurut informan yang juga seorang juru kunci, tugas yang
utama adalah mengarahkan para peziarah dalam hal beritual untuk
sampai kepada Tuhan. Memang para peziarah datang dengan berbagai
permintaan, namun ketika permintaan itu baik dan dimohonkan
kepada Tuhan pasti Tuhan akan memberi.
Sebagai juru kunci, makna yang dipahami oleh mereka adalah
menolong orang lain. Hal inilah yang masih dilakukan oleh sebagian
penghayat kepercayaan sebagi juru kunci, karena mereka merasa
bahagia dapat menolong orang lain. Kebahagiaan mereka bukanlah
terletak pada imbalan yang diberikan oleh orang yang ditolong, namun
melihat orang yang ditolong berhasil atau sukses, mereka merasa
sangat bahagia. Mereka mempercayai bahwa ketika mereka menolong
orang lain, Tuhan pasti tahu, dan pasti menolong mereka. Jadi
kebahagiaan sebagai seorang juru kunci atau sebagai seorang yang
menolong orang lain adalah terkait dengan apa yang mereka berikan
pada orang lain, bukan apa yang orang lain berikan pada mereka.
Penjelasan diatas memberi arti bahwa keberadaan Tuhan
adalah yang nomor satu. Sebagai juru kunci mereka memaknai bahwa
itu untuk membantu orang lain dalam rangka menemukan Tuhan
dalam setiap kebutuhan dan keinginan dalam hidupnya. Karena seperti
penjelasan sebelumnya, hidup dalam Tuhan dan menemukan Tuhan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
77
dalam setiap kehidupan adalah membuat orang untuk melakukan
sesuatu yang baik, dan hal tersebut akan memberikan kebahagiaan.
Menurut informan materi adalah sarana untuk hidup yang lebih
baik. Menurut informan tanpa materi manusia juga tidak dapat hidup,
oleh karena itu materi harus dicari dengan cara yang benar. Yang
terpenting disini bukanlah seberapa banyak materi yang dimiliki,
namun bagaimana cara memperoleh materi tersebut dan bagaimana
memaknai materi tersebut dalam kehidupan. Memang penjelasan
tersebut tidak munafik, materi merupakan bagian dalam hidup
manusia, namun dalam rangka mencapai kebahagiaan, materi bukan
segalanya untuk mencapai bahagia.
Keberadaan materi dalam kehidupan bagi para pengahayat
kepercayaan memang tidak dapat dipungkiri. Namun untuk mencapai
kebahagiaan dalam hidup, orang tidak boleh hanya meletakkan pada
hal-hal yang material. Hal tersebut sesuai dengan ajaran Ki Ageng
Suryomentaram bahwa ketika manusia melekatkan kebahagiaan pada
sesuatu, maka ketika sesuatu itu berkurang atau hilang maka hilanglah
kebahagiaan itu. Misalnya ketika manusia memiliki keinginan
memiliki mobil baru, ketika keinginan tersebut tidak kesampaian,
maka hilanglah kebahagiaan manusia tersebut. Manusia harus
berjuang menuju kebahagiaan tercapainya ketentraman hati melalui
perilaku spritual atau kebajikan universal (Yuwanto, 2013).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
78
Kesederhanaan dalam hidup merupakan perwujudan dari sifat
“narima ing pandum” menerima bagian hidup kita dengan iklas,
seperti pada ajaran Ki Ageng Suryomentaram. Hal tersebut memiliki
arti bahwa manusia harus senatiasa menerima dan bersyukur dalam
setiap
kondisi
yang
dihadapinya.
Karena
untuk
mencapai
kebahagiaan, bukan seberapa banyak materi yang dimiliki, namun
adalah sikap menerima dan bersyukur atas apa yang dimiliki atau
dalam istilah diatas “narima ing pandum”.
Kesederhanaan dalam hidup yang dimiliki oleh para penghayat
kepercayaan di Gunung Srandil seperti pada ajaran Ki Ageng
Suryomentaram (Soesilo, 2005), mengatakan bahwa dalam budaya
Jawa mengajarkan kepada kita hidup itu jangan “Ngongso marake
braholo” yang artinya jangan terlalu muluk-muluk, neko-neko, yang
sederhana saja. Lebih lanjut Ki Ageng Suryomentaram ingin
mengatakan bahwa ajaran budaya Jawa yang sederhana, rendah hati,
dan sebagainya membuat manusia menemukan kebahagiaannya dalam
hidup jika dilakukan.
Sekalipun penjelasan-penjelasan diatas memberi arti tentang
makna kebahagiaan, namun secara lebih spesifik makna kebahagiaan
menurut para penghayat kepercayaan adalah terkait dengan suasana
hati atau biasa disebut rasa. Hal tersebut tercapai karena seseorang
telah mengetahui dan merasakan sesuatu yang disebut transenden
dalam hidupnya. Sesuatu yang transenden tersebut tercapai karena
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
79
pemaknaannya kepada Yang Maha Kuasa, Gusti Agung Kang
Murbeng Dumadi, Sang Guru Jagad Kang Murah Asih.
Kebahagiaan adalah apa yang dapat dirasakan, memberi
kenyamanan dalam batin. Kebahagiaan tidak hanya terkait dengan
perasaan senang atau keberuntungan dalam hidup saja, namun
kebahagiaan adalah memaknai setiap apa yang dihadapi dalam hidup
sehingga dapat menyentuh rasa atau batin. Hal ini berbeda dengan apa
yang disimpulkan pada penelitian sebelumnya yang menyebutkan
bahwa kebahagiaan masih mengandung unsur kejasmanian, karena
kebahagiaan
masih
belum
menyentuh
titik
yang
terdalam
(Krispambudi, 2003).
Kebahagiaan memiliki makna lebih dari perkara materi yang
dimiliki, atapun keberuntungan yang dialami. Kebahagiaan adalah
setiap keadaan baik yang menyenangkan ataupun yang tidak
menyenangkan. Kebahagiaan adalah perkara menerima hidup,
menjadi diri sendiri atau menemukan jati dirinya meskipun banyak
pertentangan dan tidak jarang harus meninggalkan kepentingan
duniawi ataupun materi. Hal tersebut seperti apa yang diajarkan oleh
Ki Ageng Suryomentaram Sebagaimana dalam kosmologi jawa, Ki
Ageng Suryomentaram melakoni “laku”. Laku yang dilakukan
dengan meninggalkan segala yang duniawi, kekayaan, harta dan
kekuasaan. Semua itu ditinggalkan untuk melakukan pencarian hidup
yang sejati. Atau dalam istilah orang jawa sering dikatakan “sejatinya
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
80
hidup itu apa?” (Yudistira, 2013). Hal tersebut dilakukan oleh Ki
Ageng Suryomentaram untuk mencapai kebahagiaan dalam hidupnya.
Menurut salah satu informan, kebahagiaan itu memiliki
tingkatan. Yang pertama dan yang paling dangkal kebahagiaan itu
adalah soal materi atau kekayaan. Kemudian selanjutnya kebahagiaan
itu adalah soal keselamatan yang kita miliki yaitu hidup yang sehat
dan jauh dari penyakit. Selanjutnya kebahagiaan itu adalah ketika kita
bersama orang-orang yang kita cintai, meskipun tidak memiliki
kekayaan tetapi kalau sudah bersama orang-orang yang kita cintai
tersebut itu bahagia. Selanjutnya kebahagiaan yang paling tinggi
adalah memaknai hubungan kita dengan Tuhan.
Memaknai hubungan dengan Tuhan memberi arti lebih luas,
bukan hanya sekedar keberuntungan saja. Namun terkait bagaimana
manusia tetap bersikap baik terhadap apa dan siapapun yang tidak
baik kepada mereka. Disituasi ini, orang yang percaya kepada Tuhan
akan memiliki sikap sabar, dengan penuh kerendahan hati menerima
tanpa adanya dendam, karena hal inilah yang dimaknai sebagai suatu
kebahagiaan.
Bagi para penghayat kepercayaan, kehidupan mereka bukan
berarti tanpa masalah. Sebagai manusia pada umumnya memiliki
banyak permasalahan dalam hidup. Namun bagi para penghayat
kepercayaan, keyakinan mereka adalah bahwa hidup adalah untuk
mencapai anteping ati, yaitu apa yang disuarakan oleh hati. Segala
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
81
permasalahan dalam kehidupan tersebut dimaknai sebagai bagian dari
kehidupan manusia, dan bukan alasan untuk tidak bahagia.
Dimata sosial, keberadaan para penghayat kepercayaan
memang masih sering dipandang kurang baik. Banyak persepsipersepsi miring terkait dengan para penghayat kepercayaan. Banyak
anggapan bahwa para penghayat kepercayaan dipandang sebagau
orang yang kafir atau ajaran yang sesat karena tidak termasuk dalam
agama. Sebagai warga negara, para penghayat kepercayaan juga masih
belum diakui dalam hal kepercayaannya karena bukan bagian dari
kelima agama yang ditetapkan di negara ini.
Ditengah permasalahan-permasalahan diatas, para penghayat
kepercayaan masih tetap bisa merasa bahagia dalam hidupnya. Karena
bagi para penghayat kepercayaan, mereka telah ngugemi opo seng
dadi anteping ati, menekuni apa yang menjadi keinginan hati, serta
nguri-nguri atau melestarikan apa yang menjadi warisan leluhur
mereka. Mereka merasa bahwa apa yang mereka lakukan adalah baik,
dan mereka melakukan itu dengan penuh kerendahan hati, bersabar
dalam permasalahan, dan memasrahkan sepenuhnya kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
Makna kebahagiaan disini seperti pada makna ketenteraman
yang dikemukakan pada penelitian sebelumnya kepada penghayat
kepercayaan. Dalam penelitian sebelumnya terhadap penghayat
kebatinan disimpulkan bahwa kehidupan di dunia ini adalah untuk
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
82
mencapai ketenteraman, yaitu kondisi perasaan dimana manusia
merasa tenang, netral, tidak kuatir, tidak memiliki beban atau masalah,
tidak ada tekanan atau ganjalan, tidak ada permusuhan atau
perselisihan. Dalam hal ini ketenteraman dipandang lebih mengarah
pada kedalaman, lebih ke kalbu atau batin (Krispambudi, 2003). Yang
dimaksud ketenteraman disini adalah bukan hanya tergantung pada
situasi yang menguntungkan saja, tetapi juga keadaan yang tidak
menguntungkan.
C. Pembahasan
1. Makna Kebahagiaan
Pemahaman tentang makna kebahagiaan bagi para penghayat
kepercayaan di Gunung Srandil pada dasarnya memiliki banyak
kesamaan dengan pandangan tentang makna kebahagiaan menurut Ki
Ageng Suryomentaraman. Mereka memiliki pemahaman yang sama
dalam memaknai tentang sebuah situasi dan kondisi kehidupan yang
ideal. Mereka memiliki pemahaman bahwa hidup ideal yang disebut
dengan kebahagiaan pada dasarnya terdapat di dalam diri manusia
sendiri, dan hal itu dapat tercapai apabila hidup seseorang
dipergunakan untuk berbuat baik terhadap sesama serta ketika hidup
seseorang telah dapat masuk ke dalam lingkungan yang transenden.
Persamaan tersebut secara singkat dapat dibandingkan sebagai berikut:
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
83
Tabel 4.8: Pandangan penghayat kepercayaan di Gunung Srandil dan
ajaran Ki Ageng Suryomentaram
Pandangan
Titik pencapaian
kebahagiaan
Proses mencapai
kebahagiaan
Penghayat kepercayaan di Gunung Srandil
dan ajaran Ki Ageng Suryomentaram
Mencapai lingkungan hidup yang transenden
Dilakukan berdasarkan kemauan dari dalam
diri
Dengan melakukan perbuatan hidup yang baik
Menurut para penghayat kepercayaan di Gunung Srandil,
kebahagiaan hidup tercapai apabila seseorang memiliki hubungan
yang baik dengan Sang Pencipta, kemudian seseorang dapat
mengetahui dan merasakan keberadaan yang transenden di dalam
hidupnya. Dengan demikian seseorang sudah tidak perlu lagi
mencemaskan hidupnya karena mereka telah mengetahui tentang asal
dan tujuan dari kehidupannya.
Di dalam mencapai atau merasakan yang transenden tersebut
seseorang akan mendapatkan bagian dari sifat-sifat yang transenden,
karena itu mereka akan memiliki berbagai kelebihan kemampuan yang
tidak dimiliki oleh orang-orang biasa. Meskipun mereka dihadapkan
dalam situasi yang tidak mengenakkan, misalnya ditolak ataupun
dirugikan, mereka masih dapat merasakan kebahagiaan dalam hidup
mereka. Mereka dapat tetap merasa bahagia karena mereka telah
mengetahui tentang asal dan tujuan dari kehidupan yang mereka
alami.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
84
Penjelasan diatas memiliki pemahaman yang sama seperti apa
yang diungkapkan oleh Ki Ageng Suryomentaram. Sebagaimana
dalam kosmologi jawa, Ki Ageng Suryomentaram melakoni “laku”.
Laku yang dilakukan dengan meninggalkan segala yang duniawi,
kekayaan, harta dan kekuasaan. Semua itu ditinggalkan untuk
melakukan pencarian hidup yang sejati. Atau dalam istilah orang jawa
sering dikatakan “sejatinya hidup itu apa?” (Yudistira, 2013).
Kebahagiaan merupakan sebongkah perasaan yang dapat
dirasakan berupa perasaan senang, tentram, dan memiliki kedamaian
(Rusydi, 2007), perasaan-perasaan tersebut merupakan keterbalikan
dari rasa sakit, kesedihan, atau ketidaknyamanan (Caiccopo, 1999).
Bagi para penghayat kepercayaan, perasaan senang, tentram, dan
memiliki kedamaian tersebut terjadi di hati sebagai tempat manusia
bisa merasakan perasaan-perasaan tersebut.
Pemaknaan terhadap hidup yang dimiliki oleh para penghayat
di Gunung Srandil membuat mereka memiliki kemampuan dalam
memahami dirinya sendiri. Mereka memahami benar tentang rasa
senang maupun sakit yang mereka peroleh dari hidupnya. Pemahaman
tersebut memunculkan karakter yang kuat bagi para penghayat
kepercayaan di sini, sehingga dalam menjalani hidup mereka, karakter
merekalah yang membuat mereka merasakan kebahagiaan dalam
hidup.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
85
Penjelasan
tentang
makna
kebahagiaan
menurut
para
penghayat kepercayaan di Gunung Srandil ini juga memiliki kesamaan
dengan pendapat Seligman. Menurut Seligman (2002), kebahagiaan
yang sebenarnya berasal dari pemahaman terhadap kekuatan karakter
yang dimiliki dan menanamkan serta menggunakannya dalam seluruh
aspek kehidupan. Jadi, seseorang yang memiliki kekayaan yang
melimpah belum tentu akan merasakan kebahagiaan yang sebenarnya.
Kekuatan karakter yang menonjol pada indivdidu berbeda pada
masing-masing budaya.
Mungkin yang perlu di jelaskan dari pendapat Seligman diatas
bahwa kekuatan karakter tersebut diperoleh dari kemampuan
seseorang dalam menemukan sesuatu yang transenden dalam
hidupnya. Sesuatu yang transenden tersebut berasal dari pemaknaan
hubungan mereka dengan Sang Pencipta yang kemudian mereka
aplikasikan dengan laku becik atau melakukan hidup dengan baik dan
benar.
Pada dasarnya makna kebahagiaan bagi para penghayat
kepercayaan di Gunung Srandil memiliki kesamaan dengan pendapat
Diener. Menurut Diener (2009) kebahagiaan adalah perasaan positif
yang berasal dari kualitas keseluruhan hidup manusia yang ditandai
dengan adanya kesenangan yang dirasakan oleh seorang individu
ketika melakukan sesuatu hal yang disenangi di dalam hidupnya
dengan tidak adanya perasaan menderita. Bagi para penghayat
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
86
kepercayaan, pengalaman ditolah, dan diberi perlakuan yang tidak
sama sebagi warga negara oleh pemerintah ataupun pengalaman yang
tidak mengenakkan lainnya bukanlah halangan untuk tidak dapat
merasakan kebahagiaan dalam hidup. Mereka tetap merasa bahagia
karena keyakinannya bahwa apa yang mereka lakukan adalah sebuah
panggilan batin, sesuai dengan apa yang harus mereka lakukan
sebagai manusia dalam memaknai hubungannya dengan Sang
Pencipta.
Keunikan dari pemaknaan tentang makna kebahagiaan yang
diungkapkan oleh para penghayat kepercayaan di Gunung Srandil
banyak dipengaruhi oleh cara pandang dan budaya yang dialaminya.
Adanya
perbedaan
tentang
cara
pandang
mengenai
makna
kebahagiaan dengan kebanyaakan orang pada umumnya dipengaruhi
oleh perbedaan budaya. Perbedaan budaya tersebut menyebabkan
timbulnya perbedaan keyakinan dan nilai pada individu, sehingga
menyebabkan perbedaan dalam cara mencapai kebahagiaan dan
kepuasan hidup pada budaya yang berbeda (Compton, 2005).
Cara pandang para penghayat kepercayaan mengenai makna
kebahagiaan memiliki kesamaan dengan pendapat Diener (2003)
tentang Subjective well-being. Subjective well-being merupakan
evaluasi informantif seseorang mengenai kehidupan termasuk konsepkonsep seperti kepuasan hidup, emosi menyenangkan, fulfilment,
kepuasan terhadap area-area seperti pernikahan dan pekerjaan, tingkat
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
87
emosi tidak menyenangkan yang rendah (Diener, 2003). Dalam hal
ini, kebahagiaan merupakan pandangan subjektif yang dialami oleh
para penghayat kepercayaan mengenai pengalaman-pengalaman yang
mereka alami.
Untuk merasakan kebahagiaan dalam hidup, bagi para
penghayat kepercayaan tidak selalu harus mengalami situasi yang
menguntungkan. Sesuatu yang tidak menguntungkan ataupun terkesan
menyakitkan seperti pengalaman ditolak yang dialami oleh para
penghayat kepercayaan juga dapat menjadikan kebahagiaan ketika
dilakukan dengan perasaan yang sabar, iklas, dan rendah hati atau
disebut dengan olah rasa. Hal ini memberi penjelasan bahwa perasaan
adalah kunci dalam mencapai kebahagiaan dalam hidup.
Pendapat diatas memiliki kesamaan dengan ajaran Ki Ageng
Suryomentaram. Ia menganggap hidup itu seperti layaknya takdir yang
mesti dijalani. Bila seseorang sudah menganggap hidup itu adalah
bagian dari takdir, maka seseorang akan menerima dengan iklas
bahagia, sengsara, kaya ataupun miskin, atau juga warna-warni
kehidupan (Afif, 2012). Ki Ageng Suryomentaram mengajarkan
bahwa “tidak ada sesuatupun di atas bumi dan di kolong langit yang
pantas untuk dikehendaki dan dicari, atau sebaliknya ditolak secara
berlebihan”. Artinya dalam kehidupan ini sifat “narima ing pandum”
menerima bagian hidup kita dengan iklas (Afif, 2012).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
88
Konsep kebahagiaan filsafat Suryomentaram yang utama adalah
bebas dari konflik atau ketentraman hati (Yuwanto, 2013). Di dalam
kehidupan ini banyak hal-hal yang membuat konflik dalam kehidupan
manusia. Konflik bisa berasal dari dalam diri manusia itu sendiri atau
dari luar manusia itu sendiri. Konflik dalam diri bisa saja berupa
keinginan yang tidak terpenuhi, sedangkan konflik di luar diri sendiri
lebih bersumber pada relasinya dengan orang lain.
Pendapat dari para penghayat kepercayaan untuk bersikap iklas
dan menerima apapun yang dialami dalam hidup merupakan cara bagi
para penghayat kepercayaan dalam merasakan kebahagiaan ditengah
permasalahan yang dialaminya. Permasalahan tersebut akan menjadi
sebuah konflik dan tidak menjadikan ketentraman hati jika tidak
dimaknai dengan perasaan yang iklas dan rendah hati.
Penjelasan diatas memiliki kesamaan dengan ajaran Ki Ageng
Suryomentaram (Soesilo, 2005), yang mengatakan bahwa dalam
budaya Jawa mengajarkan kepada kita hidup itu jangan “Ngongso
marake braholo”yang artinya jangan terlalu muluk-muluk, neko-neko,
yang sederhana saja. Lebih lanjut Ki Ageng Suryomentaram ingin
mengatakan bahwa ajaran budaya Jawa yang sederhana, rendah hati,
dan sebagainya membuat manusia menemukan kebahagiaannya dalam
hidup jika dilakukan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
89
2. Faktor-faktor Yang Dapat Membuat Seseorang Merasakan
Kebahagiaan
Bagi para penghayat kepercayaan di Gunung Srandil, banyak
faktor yang menurut mereka dapat mempengaruhi kebahagiaan
disamping mencapai atau merasakan sesuatu yang transenden yang
berasal dari pemaknaan hubungannya dengan Sang Pencipta. Faktorfaktor yang mempengaruhi kebahagiaan menurut para pengahayat
kepercayaan tersebut mimiliki persamaan dan perbedaan dengan apa
yang dikatakan oleh Seligman (2005).
Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kebahagiaan
menurut penghayat kepercayaan di Gunung Srandil yang memiliki
kesamaan dengan pendapat Seligman (2005).
1. Uang atau materi
Bagi para penghayat kepercayaan materi merupakan sarana dalam
mencapi kehidupan yang lebih baik, namun bukan satu-satunya hal
yang menentukan kebahagiaan keseorang. Seligman (2005)
menjelaskan bahwa di Negara yang sangat miskin, kaya bisa
berarti lebih bahagia. Namun di Negara yang lebih makmur dimana
hampir semua orang memperoleh kebutuhan dasar, peningkatan
kekayaan tidak begitu berdampak pada kebahagiaan (Seligman,
2005).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
90
2. Kesehatan
Kesehatan merupakan harta paling berharga dalam mencapai
kebahagiaan dalam hidup. Bagi para penghayat kepercayaan,
kesehatan adalah salah satu faktor yang membuat orang dapat
merasakan kebahagiaan dalam hidup. Menurut Seligman (2005)
yang penting adalah persepsi subjektif kita terhadap seberapa sehat
diri kita. Seligman (2005) juga menambahkan bahwa orang yang
memiliki lima atau lebih masalah kesehatan, kebahagiaan mereka
berkurang sejalan dengan waktu.
3. Agama
Agama yang dimaksud bagi para penghayat kepercayaan disini
adalah kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta memaknai
hubungannya dengan Tuhan merupakan hal yang paling mendasar
dalam hidup serta membuat kebahagiaan bagi seseorang. Orang
yang religius lebih bahagia dan lebih puas terhadap kehidupan
daripada orang yang tidak religius (Seligman, 2005). Hal ini
dikarenakan agama memberikan harapan akan masa depan dan
menciptakan makna dalam hidup bagi manusia (Seligman, 2005).
Selain itu, keterlibatan seseorang dalam kegiatan keagamaan atau
komunitas agama dapat memberikan dukungan sosial bagi orang
tersebut. Hubungan antara harapan akan masa depan dan
keyakinan beragama merupakan landasan mengapa keimanan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
91
sangat
efektif
melawan
keputusasaan
dan
meningkatkan
kebahagiaan (Seligman, 2005).
4. Kehidupan sosial
Bagi para penghayat kepercayaan, hidup secara berdampingan
dengan semua orang secara harmonis dan baik adalah salah satu
hal yang membahagiakan. Menurut Seligman (2005), orang yang
sangat bahagia menjalani kehidupan sosial yang kaya dan
memuaskan, paling sedikit menghabiskan waktu sendirian dan
mayoritas dari mereka bersosialisasi.
Selain faktor-faktor diatas, faktor-faktor lain yang membuat
kebahagiaan dalam kehidupan seseorang menurut para penghayat
kepercayaan adalah cinta dan kesuksesan. Cinta yang dimaksud disini
adalah cinta yang mereka dapat dari keluarga atau cinta yang dapat
mereka berikan kepada keluarga atau orang lain. Sedangkan
kesuksesan yang dimaksud oleh para penghayat kepercayaan adalah
pencapaian hidup karena kerja keras atau usaha yang dilakukan oleh
seseorang. Hal-hal tersebut bagi para penghayat kepercayaan juga
dapat membuat kebahagiaan dalam hidup.
Faktor-faktor lain yang sangat khas bagi para penghayat
kepercayaan dalam mencapai kebahagiaan dalam hidup adalah ketika
bisa menolong dan berguna bagi orang lain. Keberadaan petilasan dan
pekerjaan sebagai juru kunci yang dilakukan oleh penghayat
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
92
kepercayaan dimaknai sebagai cara menolong orang lain yang ingin
berdoa kepada Tuhan. Yang lebih membahagiakan ketika menolong
orang lain melihat orang yang ditolong meraih keberhasilan, bukan
perkara mendapatkan imbalan dari orang yang ditolong.
Selanjutnya beberapa faktor yang mendasar bagi para penghayat
kepercayaan dalam mencapai kebahagiaan adalah hubungannya
dengan Tuhan serta hubungannya dengan lingkungan. Hubunga
dengan Tuhan seperti penjelasan sebelumnya merupakan cara dalam
menemukan
sesuatu
yang
bersifat
transenden
dalam
hidup.
Selanjutnya menjalin hubungan yang baik dengan lingkungan
merupakan wujud dari perilaku baik dan benar atas kepercayaannya
kepada Tuhan melalui sesama titah Dalem, atau sesama ciptaan.
Dengan mengetahui dan memahami sesuatu yang bersifat
transenden dalam hidup tersebut membuat seseorang dapat merasakan
kebahagiaan dalam hidupnya meski dalam keadaan apapun. Ketika
seseorang merasa ditolak ataupun mendapati situasi yang kurang
mengenakkan dalam hidupnya, bersabar dan menerima keadaan
tersebut dengan kerendahan hati merupakan salah satu faktor yang
membuat para penghayat kepercayaan tetap merasakan kebahagiaan
dalam hidupnya.
Sedangkan pendapat Seligman (2005) yang tidak memiliki
kesamaan dengan pendapat para penghayat kepercayaan di Gunung
Srandil adalah tentang perkawinan, emosi negatif, usia, kesehatan,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
93
pendidikan, iklim, ras, dan jenis kelamin. Faktor-faktor tersebut bagi
para penghayat kepercayaan di Gunung Srandil tidak banyak
mempengaruhi kebahagiaan hidup seseorang.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
94
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut para penghayat kepercayaan di Gunung Srandil, tujuan
manusia hidup itu untuk mencari kebahagiaan. Kebahagiaan dipandang
sebagai suatu keadaan ketika manusia mampu menemukan hidupnya yang
sejati, atau ketika manusia menemukan atau merasakan sesuatu yang
transenden dalam hidupnya. Dalam hal ini manusia telah menemukan jati
dirinya dan tujuan hidupnya. Pencarian hidup sejati merupakan sebuah
usaha yang digerakan oleh hasrat keinginan yang berasal dari hati terkait
dengan pemaknaan hidup sebagai seorang manusia.
Kebahagiaan adalah pemaknaan hubungan manusia dengan Tuhan.
Hal inilah yang mendorong manusia mencapai atau merasakan sesuatu
yang disebut situasi transenden. Dalam ajaran utama penghayat
kepercayaan adalah percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai
sumber kehidupan dan kebaikan. Orang yang percaya kepada Tuhan pasti
akan melakukan hidupnya dengan baik atau disebut dengan laku becik.
Orang yang percaya kepada Tuhan tidak memiliki pikiran atau sikap yang
jahat. Karena bagi mereka, kembali pada tujuan hidup manusia yaitu
mencapai kebahagiaan, dan kebahagiaan itu dapat dicapai dengan cara
percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai sumber kebaikan itu
sendiri.
94
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
95
Konsep kebahagiaan bagi para pengahayat kepercayaan di Gunung
Srandil adalah bebas dari konflik atau ketentraman hati. Di dalam
kehidupan ini banyak hal-hal yang membuat konflik dalam kehidupan
manusia. Konflik bisa berasal dari dalam diri manusia itu sendiri atau dari
luar manusia itu sendiri. Konflik dalam diri bisa saja berupa keinginan
yang tidak terpenuhi, sedangkan konflik di luar diri sendiri lebih
bersumber pada relasinya dengan orang lain.
Dalam kehidupannya, para penganut kepercayaan di Gunung
Srandil bukan berarti tidak pernah mengalami konflik dalam hidupnya.
Namun antisipasi atas konflik tersebut adalah dengan mengembalikan
kembali semua itu kepada Sang Pencipta. Bagi para penghayat, budaya
Jawa mengajarkan bahwa hidup itu jangan “Ngongso marake braholo”
yang artinya jangan terlalu muluk-muluk, neko-neko, yang sederhana saja.
Ajaran budaya Jawa yang sederhana, rendah hati, sabar, menerima, dan
sebagainya membuat manusia menemukan kebahagiaannya dalam hidup
jika dilakukan.
Terkait dengan persepsi dari orang lain dan perlakuan sebagai
warga negara oleh pemerintah yang kurang mengenakan, para penghayat
kepercayaan hanya menerima itu sebagai bagian dari kehidupan (nerimo
ing pandum) dengan senang hati. Mereka percaya bahwa apa yang mereka
lakukan adalah benar dan terdorong atas rasa atau batin. Jadi terkait
dengan permasalahan dalam hidupnya, mereka hanya bersikap sabar,
menerima dengan lapang dada, tetap merangkul, tidak dendam, serta selalu
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
96
mengupayakan kerukunan dengan siapapun, termasuk yang memusuhi
mereka dan menjalin keharmonisan dalam hidup bersama.
Kebaradaan petilasan bagi para penghayat kepercayaan adalah
sarana untuk lebih dekat dengan Tuhan Yang Maha Esa. Dalam petilasan
tersebut mengandung makna sebagai sumber sejarah bagi kehidupan
mereka. Para leluhur atau nenek moyang yang pernah berada di petilasan
tersebut diyakini sebagai orang yang mengajarkan tentang kebaikan.
Dengan cara nguri-nguri atau melestarikan sesuatu yang dianggap baik
tersebut membuat para penghayat kepercayaan merasa nyaman dan
bahagia dalam hidupnya.
Sebagai juru kunci bagi para peziarah di petilasan juga memberi
makna kebahagiaan bagi para penghayat kepercayaan. Dalam hal ini, juru
kunci adalah menolong. Kebahagiaan yang dirasa adalah ketika orang
yang ditolong berhasil dalam hidupnya, bukan seberapa imbalan yang
diberikan peziarah kepada mereka. Konsep kebahagiaan disini dapat
dimaknai sebagai sesuatu yang mereka berikan, bukan sesuatu yang
mereka dapat. Karena dengan memberi mereka percaya bahwa akan
menerima pula.
Kesederhanaan dalam hidup dimaknai sebagai salah satu bagian
dalam mencapai kebahagiaan dalam hidup. Kesederhanaan hidup adalah
sikap nerimo ing pandum dan menerima bagian hidup kita dengan iklas.
Hal tersebut memiliki arti bahwa manusia harus senatiasa menerima dan
bersyukur dalam setiap kondisi yang dihadapinya. Karena untuk mencapai
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
97
kebahagiaan, bukan seberapa banyak materi yang dimiliki, namun adalah
sikap menerima dan bersyukur atas apa yang dimiliki. Selain itu dalam
budaya Jawa mengajarkan kepada mereka bahwa hidup itu jangan terlalu
muluk-muluk, neko-neko, yang sederhana saja. Hal tersebut sependapat
dengan pandangan para penghayat kepercayaan bahwa lebih baik memberi
daripada menerima, lebih baik berbagi daripada dinikmati sendiri.
B. Keterbatasan Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti memiliki beberapa
keterbatasan yang antara lain adalah:
1. Dalam penelitian ini melibatkan dua orang responden serta satu
paguyuban. Dari data yang didapatkan masih sangat bervariasi
sehingga masih belum mencapai titik jenuh. Oleh karena itu, penelitian
ini belum menyajikan gambaran pengalaman pada kelompok yang
lebih luas.
2. Tidak adanya sumber data secara tertulis yang didapat pada penelitian
ini, misalnya ajaran tentang penghayat kepercayaan. Sehingga
gambaran tentang makna kebahagiaan yang didapat dalam penelitian
ini apakah hanya karena pengalaman pribadi para informan, ajaran
penghayat kepercayaan, ataukah memang sebuah nilai sosial yang ada
dalam masyarakat tersebut.
3. Peneliti kurang mencari informasi kepada masyarakat lain di luar
penghayat
kepercayaan.
Sehingga
gambaran
tentang
makna
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
98
kebahagiaan yang didapat dalam penelitian ini apakah hanya dirasakan
oleh para penghayat kepercayaan saja, ataukah dirasakan sama oleh
masyarakat secara luas di daerah tersebut.
C. Saran
1. Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti topik tentang makna
kebahagiaan penghayat kepercayaan, disarankan untuk melibatkan
lebih
banyak
informan
dan
paguyuban,
sehingga
dapat
memperoleh data yang mencapai titik jenuh.
b. Mencari sumber-sumber tertulis terkait dengan ajaran-ajaran
kepercayaan atau kebatinan, sehingga akan diketahui kesimpulan
tentang gambaran makna kebahagiaan yang didapat dalam
penelitian ini apakah karena pengalaman pribadi para informan,
ajaran-ajarantentang kepercayaan atau kebatian, ataukah karena
sebuah nilai sosial yang ada dalam masyarakat tersebut.
c. Mencari informasi kepada masyarakat lain di luar penghayat
kepercayaan. Sehingga akan diketahui gambaran tentang makna
kebahagiaan yang didapat dalam penelitian, apakah hanya
dirasakan oleh para penghayat kepercayaan saja, ataukah juga
dirasakan sama oleh masyarakat secara luas.
d. Bagi para peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian
dengan metode kualitatif seperti ini, maka disarankan pada peneliti
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
99
untuk mempersiapkan diri secara matang dalam memahami
referensi teori yang berkaitan dengan tema maupun informan yang
akan diteliti tersebut. Karena tanpa persiapan tersebut, peneliti
tidak memiliki kepekaan dalam menerima maupun merespon
informasi yang ada di lapangan.
2. Bagi Masyarakat
Bagi masyarakat lain, yang terlebih hidup dalam komunitas
yang minoritas, sebaiknya belajar dari para penghayat kepercayaan ini
untuk menemukan makna kebahagiaan dalam hidup mereka. Karena
sebagai minoritas tentunya banyak permasalahan yang dihadapi. Hal
ini bertujuan agar masyarakat tersebut tetap dapat hidup dengan
bahagia.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
100
DAFTAR PUSTAKA
Afif, A. (2012) MATAHARI DARI MATARAM. Menyelami Spiritualitas Jawa
Rasional Ki Ageng Suryomentaram. Depok: Penerbit Kepik.
Carr, Alan. 2004. Positive Psychology (The Science of Happiness and Human
Strengths). Print edition.
Diener, E. (1984). Subjective well-being. Psychological Bulletin, 95, 542-575.
Diener, E. (2000). Subjective well-being: The science of happiness and a proposal
for a national index. American Psychology, 55(1), 34-43.
Diener, Ed; Oishi (2003). "Personality, culture and subjective well being:
Emotional
and cognitive evaluations
of
life". Annual
Review of
Psychology 54: 403–425.
Ekopriyono. (2012) Jawa menyiasati Globalisasi. Universitas Satya Wacana.
Dalam:http://repository.uksw.edu/jspui/bitstream/123456789/735/11/D_902
0060 Diunduh tanggal 27 Juni 2014
Hadiwijono, Harun. (1999). Kebatinan dan Injil. Jakarta: Gunung Mulia.
Hamka. (1971). Perkembangan Kebatinan di Indonesia. Jakarta: Bulan Bintang.
Mulder, N. (1984). Kepribadian Jawa dan Pembangunan Nasional. Yogyakarta:
Gajah Mada University.
Mulyana, Deddy. 2001. metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu
Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT remaja Rosdakarya
100
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
101
Rusydi, E. (2007). Psikologi Kebahagiaan : Dikupas Melalui Pendekatan
Psikologi yang Sangat Menyentuh Hati. Yogyakarta : Progresif Books.
Seligman, M.E.P. (2005).Authentic Happiness (terjemahan). Menciptakan
Kebaha-giaan dengan Psikologi Positif. Bandung: PT. Mizan Pustaka.
Soesilo. (2005). Kejawen Filosofi dan Perilaku. Malang: Yayasan Yusula.
Spradley, James P. 1997. Metode Etnografi. Yogyakarta: PT Tiara Wacana
Subagya, R. (1976). Kepercayaan, Kebatinan, Kerohanian, Kejiwaan dan Agama.
Yogyakarta: Kanisius.
Sufa’at, M. (1985). Beberapa pembahasan tentang Kebatinan. Yogyakarta: Kota
Kembang.
Sumikan, dkk. (2013). Buku Pedoman Paguyuban Kaweruh Hak 101. Cilacap:
Tim Penyusun Kaweruh Hak 101
Veenhoven, R. (2004). Rising Happiness in Nations, 1946-2004. A Reply to
Easterlin Social Indicators Research, vol. 77, 1-16.
Yudistira, A S. (2013). Menggapai Kebahagiaan Bersama Ki Ageng
Suryomentaram.
Resensi
buku
MATAHARI
DARI
MATARAM.
Menyelami Spiritualitas Jawa Rasional Ki Ageng Suryomentaram.
Dalam:http://retakankata.com/2013/04/20/menggapai-kebahagiaanbersama-ki-ageng-suryo-mentaram/ Diakses tanggal 20 Juni 2014.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
102
Yuwanto, L (2013). Kebahagiaan Menurut Kitab Bhagawadgita Dan Kajian
Filsafat
Suryomentaram.
Universitas
Surabaya.
Dalam
:http://www.ubaya.ac.id/2014/content/articles_detail/98/KebahagiaanMenurut-Kitab-Bhagawadgita-dan-Kajian-Filsafat-Suryomentaram.html
Diakses tanggal 20 Juni 2014.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
103
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
104
LAMPIRAN I: DATA PENELITIAN
1. Sejarah penganut kepercayaan di Gunung Srandil
Menurut narasumber yang juga merupakan juru kunci di petilasan
Gunung Srandil, sejarah penganut kepercayaan berawal dari kerajaan
Kediri. Pada waktu itu masih pada zaman Kadewatan menuju zaman
peralihan. Kemudian ketika masa berjayanya kerajaan Majapahit yang
merupakan zaman peralihan dari Kadewatan menuju manusia dimana
masyarakat mulai berpikir secara rasional dengan menghargai harkat dan
martabat manusia, dimana tananan sistem masyarakat pada waktu itu
adalah berpusat pada keadilan. Dimana waktu itu yang menjadi undangundang dan dasar negara Majapahit disebut dengan Pancawalika yang
kemudian pancawalika ini yang menjadi cikal-bakal dari Pancasila.
Sumber dari berdirinya negara ini berawal dari situ, yaitu dimana
atas percayanya manusia kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pancawalika
yang merupakan dasar negara Majapahit juga meletakkan azas Ketuhanan
Yang Maha Esa di bagian paling awal. Hal tersebut karena segala sesuatu
yang tercipta di dunia ini dan apa yang kita miliki adalah berasal dari
Tuhan. Adapun manusia dapat menciptakan atau dapat melakukan segala
sesuatu dari yang paling kecil sampai yang paling menahjubkan karena
didasari atas kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Konsep pemikiran diatas berawal dan berakhir pada zaman
Majapahit, berawal dari kejayaan Majapahit dan berakhir dengan
runtuhnya Majapahit. Setelah runtuhnya Majapahit, para raja dan pujangga
waktu itu berpencar untuk mencari keheningan untuk menciptakan
kepercayaannya. Para pujangga waktu sangat berpegang pada kekuatan
supranaturalnya, dan dengan adanya petunjuk untuk bertapa di Gunung
srandil yang berada di pesisir laut selatan. Nama Gunung Srandil sendiri
berarti Sarananing Adil (Sarana Keadilan).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
105
Dengan adanya petilasan di Gunung Srandil ini menjadi sebuah
tempat bagi masyarakat sekitar untuk merenungkan kembali jati diri
kehidupannya dalam kaitannya kepercayaannya kepada Tuhan Yang Maha
Esa. Dengan adanya petilasan ini pula para penganut kepercayaan semakin
berkembang dan ada hingga saat ini. Mereka membentuk sebuah
paguyuban-paguyuban kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta
bersama-sama mengembangkan diri dalam kehidupannya dengan laku
semedi atau laku batin dalam kaitannya hubungan dengan Sang pencipta
dan sesama ciptaan.
2. Ajaran tentang Kepercayaan
Penganut kepercayaan adalah istilah bagi para penganut kebatinan
yang tidak menganut agama. Pada dasarnya para penganut kepercayaan
percaya penuh kepada Tuhan Yang maha Esa. Mereka percaya bahwa
kehidupan berasal dari Tuhan, dan dengan kepercayaannya kepada Tuhan
mereka dapat melakukan kehidupannya, serta selalu mengutamakan laku
becik atau kehidupan yang baik dalam kaitannya dengan Tuhan dan alam
sekitar.
Pada dasarnya ajaran tentang kepercayaan ini sangat sederhana,
yaitu percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, atau orang kepercayaan
menyebut dengan Gusti Agung ingkang murbeng dumadi, Sang Guru
jagad kang murah asih. Inti dari ajaran kepercayaan ini adalah ajaran
tentang hidup. Mereka percaya bahwa sumber dari segala kehidupan
adalah Tuhan Yang Maha Esa yang telah menjadikan kehidupan di dunia
ini.
Ajaran kehidupan bagi penganut kepercayaan pada dasarnya adalah
ajaran untuk hidup yang baik dalam hubungannya dengan Tuhan dan
sesama ciptaan. Contoh ajaran kepercayaan: Menghormati orang tua,
mengucap syukur kepada sang pencipta, memelihara perdamaian, dan lain
sebagainya. Dalam hal mengucap syukur kepada sang pencipta biasanya
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
106
dilakukan dengan melakukan upacara selamatan yang berarti ungkapan
syukur kepada Tuhan atas rejeki dan kehidupan yang telah diterimanya.
Ajaran-ajaran para penganut kepercayaan ini lebih menitik
beratkan pada keadilan antar manusia dan dengan Tuhan, atau lebih
dikenal dengan ajaran keseimbangan. Dalam hal ajaran tentang
kepercayaan ini, rasa atau batin memiliki peran yang besar karena yang
menggerakkan manusia berperilaku dan bertindak ataupun merasakan
perilaku atau tindakannya itu baik adalah rasa atau batin itu sendiri. Oleh
karena itu, rasa atau batin haruslah selalu dipupuk agar lebih baik dan
untuk tercapainya manusia yang baik atau disebut dengan Manungsa
tanpa ciri.
Secara
umum
ajaran-ajaran
tentang
kepercayaan
adalah
menghayati nilai-nilai dan kenyataan rohani dalam diri manusia serta
alamnya dan membawa orang kepada pertemuan kenyataan hidup sejati
serta pencapaian budi luhur dan kesempurnaan hidup. Usaha-usaha
tersebut dilaksanakan dengan berbagai latihan rohani, laku tapa brata dan
samadi, serta latihan-latihan lainnya untuk mengurangi kenikmatan
lahiriah seperti hawa nafsu, makan dan minum.
3. Kehidupan Sosial
Sama seperti masyarakat pada umumnya, masyarakat di sekitar
Gunung Srandil juga berkerja untuk mencukupi kebutuhan hidup sehariharinya.
Masyarakat
disekitar
Gunung
Srandil
sebagian
besar
berpenghasilan dari pertanian. Selain itu beberapa masyarakat juga
berkerja sebagai buruh bangunan atau karyawan pabrik di kawasan
Cilacap dan sekitarnya.
Sebagian besar masyarakat di sekitar Gunung Srandil menganut
kepercayaan atau lebih dikenal dengan kebatinan atau kejawen. Meskipun
demikian masyarakat disini juga memiliki agama. Namun yang menarik
dari keberadaan masyarakat disini, mereka diikat dalam budaya jawa yang
sangat kental. Meskipun menganut agama, masyarakat disini juga
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
107
melakukan ritual budaya jawa seperti halnya mereka melakukan upacara
selamatan pada peringatan-peringatan seperti peringatan arwah atau
mendoakan orang yang sudah meninggal, peringatan kelahiran bayi, dan
lain sebagainya.
Kehidupan antara pemeluk agama dan pemeluk kepercayaan
kebatinan disini saling berbaur satu sama lain dengan baik. Kerukunan
antar pemeluk agama dan pemeluk kepercayaan terjalin dengan baik tanpa
membedakan satu sama lain. Mereka saling hidup berdampingan dan
saling menghormati. Mereka saling menghayati kepercayaannya masingmasing dan saling melakukan tradisi budaya seperti selamatan dengan
bersama-sama.
Adapun ritual atau upacara-upacara yang biasa dilakukan oleh para
penganut kepercayaan diantaranya adalah:
d. Selamatan wajib setiap tanggal 1 Sura (Kalender Jawa), 21 Mulud,
dan 1 Pasa.
e. Perilaku spiritual hari jumat kliwon, selasa kliwon, dan hari kelahiran
yang biasanya dilakukan dengan cara puasa dan bersemedi.
f. Puasa atau ngerowod mulai bulan Apit tanggal 20 sampai 1 Sura.
Selain itu para penganut agama lain juga melakukan kebiasaan
sesuai dengan kebiasaan-kebiasaan yang ditetapkan oleh agama mereka
masing-masing.
Di sekitar Gunung Srandil terdapat beberapa paguyuban penganut
kepercayaan. Diantara paguyuban-paguyuban kepercayaan tersebut antara
lain adalah:
e. Paguyuban Kaweruh Hak 101
f. Paguyuban Kerabat Mataram
g. Paguyuban Cahya Buwana, dan
h. Paguyuban Tunggul Sabdo Jati
Secara umum dari beberapa paguyuban kepercayaan ini memiliki
nilai-nilai yang sama yaitu nilai-nilai yang berdasarkan pada kepercayaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa, namun setiap Paguyuban memiliki ciri
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
108
khas masing-masing dalam hal ritual. Sedangkan ritual-ritual besar dalam
budaya Jawa seperti peringatan tanggal 1 Sura mereka melakukannya
secara bersama-sama.
Kabupaten Cilacap menjadi barometer penganut kepercayaan atau
kebatinan. Di Kabupaten Cilacap ini terdapat kurang-lebih 31 paguyuban
kepercayaan dengan jumlah penganut kurang lebih 150 ribu orang.
Paguyuban-paguyuban kepercayaan tersebut diwadahi oleh sebuah Badan
Kerjasama Organisasi-organisasi Kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa (BKOK).
Dari sekian paguyuban kepercayaan yang berada di Kabupaten
Cilacap tersebut hanya 7 paguyuban yang sudah diakui oleh pemerintah.
Salah satu paguyuban tersebut adalah paguyuban Kaweruh Hak 101.
Paguyuban ini sudah secara sah diakui oleh pemerintah sejak tahun 2008
dan diperbaharui pada tahun 2013 sebagai organisasi kemasyarakatan
penghayat kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
4. Kehidupan dalam Paguyuban (Kaweruh Hak 101)
Kaweruh Hak 101 adalah paguyuban atau komunitas penghayat
kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang terletak di Desa Ayam
Alas, Kecamatan Kroya, Kabupaten Cilacap. Paguyuban ini memiliki
kurang-lebih 150 anggota dengan struktur organisasi serta program kerja
yang sudah terbentuk. Paguyuban ini juga sudah membuat buku tentang
dasar-dasar kepercayaan, aturan, tatacara peribadatan, dan program kerja
serta anggaran rumah tangga organisasi.
Padepokan Kaweruh Hak 101 memiliki sebuah padepokan, yaitu
sebuah tempat untuk sarana berkumpul antar penghayat kepercayaan. Di
padepokan ini rutin diadakan pertemuan atau sarasehan setiap malam
jumat legi dan malam jumat pahing untuk melakukan doa bersama. Selain
doa bersama, kegiatan yang dilakukan di padepokan ini adalah sarasehan,
atau sharing pengalaman antar penghayat kepercayaan. Sarasehan ini
adalah sebuah sarana untuk saling berbagi antar penghayat kepercayaan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
109
untuk lebih meningkatkan kerukunan dan kebersamaan serta belajar
bersama.
Dalam hal ritual, paguyuban ini lebih menekankan pada hubungan
dengan Sang Pencipta, Gusti Agung ingkang murbeng dumadi, Sang Guru
jagad kang murah asih, serta keselarasan dengan alam sekitar. Bagi para
penghayat kepercayaan, ritual tidak terbatas pada doa saja, namun juga
dalam kehidupan yang baik dengan sesama di tengah masyarakat juga
merupakan ritual. Jadi sudah menjadi kewajiban untuk menjalankan
kehidupan yang baik serta menjalin relasi yang baik dengan sesama
manusia dan alam sekitar. Serta menjahui perilaku-perilaku yang yang
berakibat rusaknya hubungan dengan orang lain dan rusaknya alam
sekitar.
Tujuan dari para penghayat kepercayaan ini adalah mencapai
tentreming ati atau ketenteraman jiwa dalam hidupnya. Para penghayat
kepercayaan Kaweruh Hak 101 ini sebelumnya juga memeluk agama,
namun karena alasan tidak menemukannya ketenteraman hidup mereka
bergabung dengan paguyuban ini dan mereka menemukan ketenteraman
hidupnya.
Adapun dalam ritual seperti pada umumnya para penganut
kepercayaan, merekak melakukan dengan semedi, selamatan, membakar
menyan atau dupa dan memiliki simbol-simbol ritual tertentu. Hal tersebut
bukan bermaksud menyembah berhala atau setan, namun hal tersebut
sebagai sarana untuk bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkah yang diterimanya.
5. Petilasan Gunung Srandil
Gunung Srandil merupakan sebuah bukit berhutan yang ada di
pesisir pantai Jawa di Kabupaten Cilacap. Di dalam Gunung Srandil ini
terdapat banyak tempat-tempat penembahan atau petilasan. Pepunden
utama Gunung Srandil ini adalah Eyang Semar atau Kaki Tunggul Sabdo
Jati Doyo Amung Rogo. Sedikitnya ada tujuh titik pepunden atau leluhur
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
110
yang bersemayam, ketujuh titik tersebut terbagi dalam dua lokasi, yaitu
lokasi dibawah ada lima titik pepunden dan dua titik lainnya ada di puncak
Gunung Srandil. Kesemuanya merupakan rangkaian yang berurutan
apabila hendak berziarah.
Srandil mengadung arti sarananing adil atau tempat mencari
keadilan. Tempat peziarahan ini terbuka setiap harinya, dan banyak para
peziarah datang ketempat ini bada bulan Sura (kalender Jawa). Tidak
hanya dari kalangan orang-orang penganut kepercayaan yang berziarah ke
tempat ini, banyak juga dari kalangan agama Hindu, Budha, Kristen dan
Islam. Bukan dari daerah sekitar tempat ini saja yang berziarah ke Srandil,
adapun dari luar jawa seperti Sumatera, Kalimantan dan derah luar Jawa
lainya ada pula dari Luar Negeri yang datang ke Srandil. Ditempat ini
sangat terbuka bagi siapa saja, tidak dibedakan agama atau suku, bahkan
ditempat ini terdapat Vihara yaitu tempat peribadatan agama Budha. Hal
inilah yang sering dimaksud dengan tercapainya keadilan sesuai dengan
nama Srandil. Disini semua orang datang untuk mendekatkan diri dan
memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Ada sebagian orang yang menganggap bahwa Srandil adalah
tempat pesugihan, itu adalah tidak benar. Srandil merupakan tempat
pertapa atau mencari suatu ketenangan batin yang dapat menyelesaikan
masalah. Ditempat ini peziarah diajak kembali kepada Sang Pencipta, serta
memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa dan bukan kepada yang lain.
Adapun cara memohonnya menggunakan ritual-ritual tertentu dan itu
hanyalah sebuah sarana untuk sampai kepada Tuhan.
Bagi para Peziarah yang mempunyai kepentingan tertentu biasanya
di damping oleh Juru kunci tertentu. Juru kunci disini bertugas untuk
mengarahkan para peziarah dalam hal ritual agar sampai kepada Tuhan.
Para Juru kunci disini adalah masyarakat sekitar Gunung Srandil dan
mereka merupakan para penghayat kepercayaan.
Ketika para peziarah berkunjung ke Gunung Srandil, mereka
biasanya melakukan ritual dengan cara mengelilingi atau mengitari
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
111
Gunung Srandil antara jam 12 malam hingga jam 3 dini hari. Mereka
menuruti petunjuk yang diberikan oleh Juru kunci sambil mengelilingi
Gunung Srandil dengan cara berlawanan arah dengan jarum jam. Ritual
seperti ini dimaksudkan agar disaat mengelilingi gunung, mereka
berkesempatan untuk berpapasan dengan Pangreh Gaib.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
112
LAMPIRAN 2: CATATAN ETNOGRAFI
Sama seperti masyarakat pada umumnya, para penghayat kepercayaan di
gunung srandil juga hidup secara berdampingan dengan masyarakat lain. Mereka
hidup bersama dengan masyarakat lain yang memiliki kepercayaan berbeda
ataupun berprofesi berbeda. Dalam kehidupan bersama ini mereka secara
bersama-sama mewujudkan kerukunan antar warga meskipun dalam kondisi yang
berbeda.
Ketika memulai aktivitas, para penghayat kepercayaan ini melakukan
suatu “doa selamat”. Doa ini dilakukan setiap kali akan berangkat bekerja dengan
harapan akan kelancaran pekerjannya dan senantiasa diberi keselamatan oleh Sang
Pencipta. Doa ini dilakukan dengan bersemedi sebentar kemudian mengucap doa
dengan menghadap ke timur, yang berarti “mapak pepadang” atau menjemput
terang yang digambarkan dengan terbitnya matahari di timur.
Dalam aktivitas sehari-hari, para penghayat kepercayaan di gunung srandil
ini memiliki penampilan yang berbeda dari masyarakat yang lainnya. Para
penghayat kepercayaan mengenakan pakaian khas jawa lengkap dengan ikat
kepala. Pakaian ini dikenakan hampir dalam setiap aktivitas, baik di kebun
ataupun ketika di pasar. Ada perasaan bangga ketika mereka mengenakan pakaian
tersebut, mereka merasa bahwa inilah warisan nenek moyang kita dan ketika
mereka melestarikan, mereka merasa bangga.
Dalam perjumpaan dengan sesama penghayat kepercayaan, salam yang
diucapkan oleh para penghayat ini adalah: “Salam mulia” kemudian disambut
dengan salam selanjutnya yang berbunyi: “Rahayu”. Begitulah salam yang
diucapkan setiap kali berjumpa dengan sesama penghayat kepercayaan. Salam ini
memiliki arti bahwa mereka sebagai manusia adalah makluk ciptaan yang paling
sempurna dan yang paling mulia. Rahayu sendiri berarti situasi yang baik, sehat,
dan selamat.
Secara ekonomi para penghayat kepercayaan ini mayoritas hidup dalam
situasi ekonomi menengah ke bawah. Keadaan rumah ataupun perabot rumahnya
sangat sederhana dan rumah yang mereka tempati kebanyakan adalah rumah tua
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
113
bercorak khas joglo. Kesederhanaan inilah yang dialami oleh para penghayat
kepercayaan meskipun masyarakat sekitar memiliki rumah ataupun perabot yang
lebih baik.
Dalam setiap rumah para penghayat kepercayaan, terdapat sebuah ruangan
khusus. Ruangan tersebut merupakan tempat yang disucikan oleh para penghayat
kepercayaan. Ruangan tersebut biasa digunakan untuk berdoa dan bersemedi oleh
para penghayat kepercayaan. Di dalam ruangan tersebut terdapat benda-benda
pusaka yang dimiliki oleh penghayat kepercayaan. Benda-benda tersebut berupa
keris, dan benda unik lainnya.
Dalam keadaan rumah yang terlihat sederhana, para penghayat
kepercayaan biasanya memasang beberapa aksesoris atau pajangan di rumahnya.
Pajangan tersebut adalah lukisan atau gambar “Semar” yaitu seorang dewa dalam
tokoh pewayangan yang memiliki sifat rendah hati, sederhana, namun bijaksana.
Selain itu biasanya dipasang juga foto atau gambar presiden pertama Indonesia
Soekarno.
Adanya petilasan di daerah ini menjadikan para penghayat kepercayaan ini
menjadi seorang guide atau juru kunci. Hal inilah yang membuat banyak dari para
penghayat kepercayaan sering menerima tamu dari para peziarah untuk diantarkan
ke petilasan ataupun untuk di doakan. Para penghayat kepercayaan ini menerima
para peziarah dengan senang hati dan melayani para peziarah dengan sangat baik.
Biasanya para peziarah memberikan imbalan kepada para penghayat kepercayaan,
namun para penghayat kepercayaan ini selalu menolak pemberian uang dari para
peziarah, sehingga kebanyakan para peziarah memberikan barang berupa beras
atau barang sembako kepada penghayat.
Ketika menerima tamu dari para peziarah, sesibuk apapun para penghayat
kepercayaan ini selalu meluangkan waktu bagi para peziarah dan kemudian
mengantarnya ke petilasan. Para peziarah yang datang biasanya orang-orang yang
berkecukupan, membawa mobil ataupun berpenampilan seperti halnya orang
mampu. Biasanya para peziarah ini meminta didoakan atau di tuntun untuk ritual
di petilasan agar mendapatkan apa yang menjadi keinginannya.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
114
Sering para penghayat kepercayaan yang dipandang oleh para penghayat
kepercayaan lain sebagai yang lebih dituakan menerima tamu seseorang untuk
minta didoakan dalam usaha ataupun dalam permasalahan. Para penghayat
kepercayaan kemudian mengajak tamu tersebut masuk dalam sebuah ruangan.
Kemudian penghayat tersebut mengeluarkan keris ataupun benda lain yang
dijadikan sarana untuk mendoakan para tamu yang datang.
Para penghayat kepercayaan mengatakan bahwa apa yang didoakan untuk
para peziarah adalah agar para peziarah diberi kesehatan dan keselamatan dalam
usahanya. Adapun dalam ritual yang dilakukan adalah dengan membakar dupa,
ataupun membawa bunga-bunga di petilasan, tujuannya adalah meminta kepada
Tuhan dengan perantaraan para leluhur yang berada di petilasan ini.
Ketika dalam perjumpaan dengan sesama penghayat kepercayaan, mereka
saling memberikan semangat untuk selalu percaya diri dalam menekuni kebatian.
Mereka saling memberi semangat dan menyatakan bahwa apa yang mereka
lakukan adalah warisan dari nenek moyang mereka, dan itu milik mereka tanpa
harus mengimport dari luar. Bahkan dengan sangat keras mereka menolak apapun
yang berhubungan dengan agama, misalnya: kitab suci, ajaran agama tertentu
dengan alasan itu merupakan produk atau kental dengan muatan politis yang
memonopoli keberadaan atau kebenaran di tanah jawa.
Ketika mendengar suara adzan, mereka berkomentar bahwa “Tuhan kok
dipanggil-panggil dengan speaker, emangnya Tuhan tuli. Adapula yang
berkomentar, “memangnya Tuhan menggunakan bahasa Arab” serta komentar
lain yang menunjukan bahwa mereka tidak senang dengan cara hidup orang
beragama di sekitar mereka yang dirsasa oleh mereka sok paling suci dan
menganggap orang lain sesat, serta orang suci kok kerjaannya ngebom,
membunuh orang lain, dan sebagainya.
Para penghayat kepercayaan memiliki sebuah komunitas yang disebut
dengan paguyuban. Biasanya para penghayat melakukan perkumpulan dalam
sebuah paguyuban setiap malam jumat legi dan jumat pahing. Dalam
perkumpulan tersebut para penghayat melakukan doa dan semedi bersama mulai
dari jam tujuh malam sampai jam dua belas malam. Ditengah-tengah
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
115
perkumpulan tersebut dilakukan juga sebuah sarasehan, yaitu sharing pengalaman
dan berkeluh kesah antar penghayat kepercayaan. Dalam sharing tersebut para
penghayat saling terbuka mengutarakan pengalaman dan keluh kesah mereka
kemudian saling merenungkan dan berdiskusi untuk menemukan kebenaran
bersama.
Dalam setiap perkumpulan dalam paguyuban, para penghayat saling
membawa makanan untuk dibagikan dan dimakan bersama dalam perkumpulan
tersebut. Makanan tersebut berupa hasil bumi seperti singkong, pisang, buah dan
hasil bumi yang dihasilkan dari usaha sehari-hari dari para penghayat. Adapun
para penghayat yang tidak memiliki hasil bumi, membawa barang-barang dari
usaha mereka misalnya memiliki toko, mereka membawa beberapa barang
dagangannya untuk dibagikan dan dimakan bersama dengan para penghayat lain
di dalam sarasehan tersebut.
Dalam setiap sarasehan, biasanya untuk saling memberi petuah kepada
rekannya mereka lakukan dengan tembang (lagu) macapat. Tembang-tembang
macapat tersebut berisi tentang petuah-petuah dan ajaran-ajaran tentang
kehidupan dan nilai-nilai kehidupan yang baik. Nilai-nilai tersebut berupa nilainilai untuk hidup dalam kesederhanaan, rendah hati, saling membantu,
kebijaksanaan serta nilai-nilai kehidupan lainnya. Tembang-tembang tersebut
biasanya diberi nama: dandang gula, kinanthi, pangkur, pucung. Jenis tembangtembang tersebut memiliki nada-nata atau cara menyanyikannya berbeda-beda.
Dalam komunitas, seseorang yang memiliki usia lebih tua biasanya
dipanggil dengan seburan romo. Romo sendiri berarti bapak, atau seseorang yang
lebih tua. Orang yang lebih tua dalam paguyuban sangat dihormati dan sangat
dinanti petuah-petuahnya dalam sebuah sarasehan atau sharing dalam paguyuban
penghayat kepercayaan.
Dalam sebuah komunitas atau paguyuban penghayat kepercayaan juga ada
seorang yang dipandang memiliki tingkat pengetahuan ataupun spiritual yang
dipandang lebih tinggi dari pada penghayat yang lain. Seseorang tersebut biasanya
adaleh seorang ketua dari paguyuban tersebut. Seseorang tersebut biasa disebut
dengan sebutan romo ngabehi. Dalam paguyuban seseorang tersebut begitu
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
116
dihormati oleh para penghayat yang lain serta sering diminta untuk memberikan
petuah ataupun ajaran-ajaran kepada para penghayat yang lain.
Dalam sebuah paguyuban memiliki sebuah simbol. Selain simbol dalam
setiap ritual yang dilakukan dalam komunitas biasanya para penghayat membakar
menyan atau dupa. Hal ini bagi para penghayat adalah sebuah simbol ataupun
sarana agar doanya didengar oleh Sang Pencipta. Asap yang dihasilkan oleh dupa
yang dibakar dipercayai sebagai doa-doa mereka yang menuju ke atas yaitu
kepada Sang Pencipta.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
117
LAMPIRAN 3: VERBATIM WAWANCARA NARASUMBER DAN TEMA
YANG MUNCUL
Identitas Narasumber
Nama
: Rama Saliyo
Usia
: 70 Tahun
Pekerjaan
: Juru Kunci dan Narasumber Kepercayaan Gunung Srandil
Hari dan Tanggal
: Jumat, 4 Juli 2014
Waktu
: Pukul 14.00 – 15.00 WIB
Tempat
: Rumah Informan
No
Pertanyaan
Jawaban
Tema
1
Apa itu
Kepercayaan itu betapa hebatnya. Para Manusia dapat
2
kepercayaan
ilmuwan didunia saja tidak berani. membuat
3
Sekarang coba lihat, siapa yang menata karya diluar
4
batu di borobudur itu, kok bisa simetris, nalar
5
diukur dari sisi mana saja pas. Yang
6
membentuk dan alatnya itu apa kok
7
sampai bisa seperti itu, itu kan akhirnya
8
milik dari dunia. Dulu belum ada alat
9
canggih,
10
sekarang, tapi kok bisa seperti itu begitu
11
lo. Sekarang seberapa pintar orang
12
sekarang membuat seperti itu, itulah
13
kepercayaan. Indahnya itu berlebih-lebih, Kepercayaan
14
melebihi keindahan yang diciptakan oleh itu indah
15
ilmuwan, itu lo. Satu contoh itu, belum Kepercayaan
16
yang lain, taman dewi sri, taman sri membuat
17
wedari
18
supranatural yang tinggi oleh orang- memiliki
19
orang yang memiliki kepercayaan pada kekuatan
20
waktu dulu. Bukan hanya indah, bukan
belum
dicipta
ada
listrik
melalui
seperti
kekuatan orang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
118
21
hanya nyaman. Itu saya cerita supaya
22
panjenengan tau berawal dari mana itu
23
semua. Coba bayangkan, dulu sampai Awal
24
berdirinya kerajaan di jaman kadewatan, kepercayaan
25
ini kepercayaan itu berawal dari itu.
26
Terletak dimana kerajaan malwapati,
27
seperti apa indahnya pada jaman prabu
28
angling
29
lelembut. Masak sejarah mau dirusak,
30
diobok-obok, ya gak bener lah, itu digali
31
kembali. Sekarang hanya tinggal puing-
32
puingnya, sejarahnya dipolitisir. Itu saya
33
dan panjenengan sebagai pribumi tanah
34
jawa ini, rela tidak? Itu yang perlu kita
35
gugah, jati diri kita. Setelah malwapati
36
kemudian kediri terus majapahit, itu
37
kerajaan dibangun sebelum ada teknologi
38
lo mas, indahnya, bagusnya, canggihnya
39
istilahnya begitu. Itulah orang-orang Kepercayaan
40
kepercayaan, punya rasa percaya yang adalah kepada
41
tinggi
42
dibangkitkan lewat ketulusan jati dirinya
43
sebagai
44
Didekatkan ya ada doa ada mantra Ritual dalam
45
ataupun sesajen, kalau sekarang kan kepercayaan
46
dimusrik-musrikkan.
darma,
raja,
terhadap
manusia
Tuhan
manusia
YME
kepada
atau
dan Tuhan YME
Tuhan.
47
Sejarah
Berawal sebenarnya dari kediri, pada saat Sejarah
48
kepercayaan
itu prasejarah itu masih jaman kadewatan Kepercayaan
49
sampai pada
hampir peralihan. Kemudian lanjut ke
50
tempat ini?
majapahit, majapahit itu sudah jaman
51
peralihan dari kedewatan ke manusia.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
119
52
Tatanannya adalah keadilan, waktu itu
53
undang-undangnya
54
pancasila,
55
maknanya mengambil dari majapahit ini
56
yaitu adalah pancawalika. Sumbernya itu Kepercayaan
57
semua dari situ, yang menjadi kehebatan membuat
58
dari manusia itu adalah kepercayaan.
kalau
sekarang
sebenarnya
pancasila
manusia hebat
59
Kemudian
Ya berawal dan berakhir, berawal dari Sejarah
60
perjalanannya kejayaan majapahit dan berakhir dengan kepercayaan
61
sampai
runtuhnya
62
disini?
Akhirnya para raja dan pujangga waktu Kepercayaan
pada
majapahit,
mencari
itulah
sejarah.
63
itu
tempat
64
keheningan
65
kepercayaannya. Kebetulan sekali dulu Srandil
66
gunung srandil terletak di tepi laut, pada
67
bertapa disitu. Karena para raja dan Kepercayaan
68
pujangga pada waktu dulu bermuara pada membuat
69
supranaturalnya
70
petunjuk untuk bertapa di tempat ini supranatural
71
untuk
72
makanya di sebut gunung srandil, dulu
73
juga belum ada namanya. Sarananing
74
adil, koe tapa neng kene, koe bakal oleh
75
sarananing adil, wiwit dino iki siro
76
jengkar soko kene mengko bakal ono
77
perwujudan wewangunan iki gantine
78
nusantara
79
mataram yang bertama menjadi mataram
80
yang kedua yaitu yogyakarta pada waktu
81
itu.
82
didukung oleh supranatural yang tinggi
dalam
yang
menciptakan Gunung
akhirnya
mendapatkan
untuk sampai
sarana
pertama
mendapat kekuatan
keadilan
akhirnya
Itulah sejarah berdirilah kerajaan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
120
83
meskipun diserang bangsa asing. Setelah
84
majapahit runtuh masuklah bangsa asing
85
mulai menjajah dan memberi pengaruh
86
termasuk pengaruh kepercayaan dan
87
kemudian
menguasai.
88
kejayaan
itu
89
kepercayaan, kalau agama itu bikinan
90
manusia dasarnya adalah kepercayaan.
91
Kita sebagai generasi harus berjuang
92
untuk bangsa dan kembali pada sejarah,
93
sudah berjaya kok malah hancur. Kita
94
harus mengembalikan kejayaan sejarah
95
itu dan kuncinya adalah kepercayaan
96
untuk
97
keadilan. Saya kalu lihat orang ngomong
98
memutar
99
kecewa karena saya mengetahui sejarah.
100
Bangkitkan rasa percaya kepada Tuhan
101
YME bahwa kalau percaya kita bisa,
102
kalau
103
Kembalikan sejarah untuk kebaikan dan
104
ketenteraman bangsa lewat keadilan.
105
Ingatkan kembali bangsa kita supaya kita
106
jangan hanya dicuci otak oleh pengaruh
107
luar.
108
percaya dulu kepada Tuhan YME. Kalau adalah kepada
109
anda memimpin, bangkitkan kembali Tuhan
110
rasa percaya, kembalikan jati diri dan
111
kepercayaan diri kita, arahnya yang
112
benar. Jangan sampai menuju ekstrim
113
yang
sumbernya
mencapai
Dasarnya
dari
ketenteraman
balikan
berusaha
Sebenarnya
sejarah
akan
kita
membahayakan
lewat
sekarang
mendapat.
memang
persatuan
harus Kepercayaan
dan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
121
114
kesatuan bangsa dan negara kita. Karena Kepercayaan
115
itu penyemboronoon sejarah itu, karena membuat
116
kandungan
117
kepercayaan itu.
sejarah
berawal
dari sejarah
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
122
LAMPIRAN 3: VERBATIM WAWANCARA INFORMAN PENELITIAN
DAN TEMA YANG MUNCUL
Identitas Informan 1
Nama Informan
: TG
Usia
: 36 Tahun
Pekerjaan
: Tukang Bangunan
Hari dan Tanggal
: Minggu, 6 Juli 2014
Waktu
: Pukul 18.00 – 19.00 WIB
Tempat
: Rumah Informan
No
Pertanyaan
Jawaban
Tema
118 Bileh
Kulo nembe mawon, 2010 nopo yo.
119 njenengan
Waune kulo ngraos terombang-ambil. Latar belakang
120 nderek
Kulo nggeh tindak langgar, nanging informan
121 kebatinan niki
kok uripe yo akeh seng tak langgar.
122 wiwit kolo
Kulo kan kat riyen niku istilahe Alasan
123 nopo?
ngugemi opo seng dadi wong jawa mengikuti
124
iku. Istilahe niku pados ayeming ati. kepercayaan
125
Sakderenge kulo sampun dangu tumut
126
pencak silat lan teng mriku nggeh
127
wonten ritual rohani nipun.
128 Lajeng nopo
Seng tak rasakne neng awak iki kroso Kesan terhadap
129 engkang
adem, neng ati tenterem. Nyambut kepercayaan
130 panjenengan
dalem yen biasane niku gambang
131 raosaken sak
tersinggung,
132 sampunipun
ngurangi. Ayem niku nggeh naliko
133 nderek
nyambut
sakmeniko
damen,
golek
nggeh
sandang
134 kebatinan niki? pangan niku nggeh gampang.
135 Nopo
Kalau dari lingkungan mendukung,
136 permasalahan
meskipun sebelumnya juga menolak. Permasalahan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
123
137 saksampunipun Sakmeniko
sedoyo
sampun
138 nderek
mendukung,
pemrintah
139 kebatinan?
mendukung. Sakjane kedah bukak jati
140
diri nanging nggeh kedah wonten
141
prosedure gantos ktp lan liyane.
142
Saking lingkungan mboten diarani
143
tiyang musrik, justru malah diacungi
144
jempol, berani membuka jati diri.
nggeh
145
146 Nopo engkang
Urip ing alam ndoyo niku nggeh Kesan terhadap
147 dipun raosaken
namun siji, pertama kedah emot kepercayaan
148 saksampunipun kepada Tuhan yang maha kuasa, ojo
149 ngugemi
lali lan wani karo rama-biyunge.
150 kepercayaan,
Kedah ngabekti karo seng kuasa,
151 urip niku
wayae sembayang semedi yo dilakoni,
152 nopo?
wayae usaha yo usaha. Dados mpun
153
mboten
154
aneh-aneh pun mboten wonten. Mikire
155
mpun
156
sembayang, wayah nyambut gawe yo
157
ngupoyo. Seng dirasakne yo mung
158
kepenak urip iku. Nggeh percaya, ono
159
ing alam ndonya iku mung seng kuasa
160
seng marengake.
161 Hubungan
Hubungane nggeh sae, misale ono Hubungan
162 kebatinan dan
kegiatan lingkungan atau didesa kerja dengan
163 masyarakat
bakti nggeh nderek mawon. Dados masyarakat
164
meniko
165
Dengan adanya kepercayaan disini
166
mboten membatasi hubungan dengan
neko-neko,
wayah
sampun
pikirane
sembayang
berjalan
seng
yo
bareng.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
124
167
masyarakat, justru makin akeh konco
168
makin sae. Mbok bileh enten seng
169
mbetakne
nopo-nopo
170
penting
guyub
171
disengkuyung. Ayo podo manembah
172
karo gustine, dados mboten wonten
173
pertentangan nopo-nopo.
174 Pekerjaan
Sama saja, waktunya ada kesibukan di
175 sehari-hari?
lingkungan ya dikerjakan bersama-
176
sama.
177
paguyuban ini. Jadi saya juga sudah
178
yakin, intini ngugemi kepercayaan
179
jawa. Hubungane kaleh masyarakat
180
seng
181
Terkait ajarane nggeh mboten wonten
182
batese,
183
dumateng poro putra awit alit. Seng
184
penting nggeh sembayang semedi
185
meniko, mbok bileh wonten ajaran
186
ingkang
187
dumateng bocah nggeh mengke riyen,
188
wonten
189
meniko bertahap.
190 Petilasan
Petilasan meniko sejarah, misalnya Makna
Disini
rukun,
kan
penting
nggeh
dodos
wayae
resmi
menghormati.
saget
dereng
podo
sudah
sami
seng
diturunake
saget
diturunke
piyambak.
Dados
191 meniko miturut ada orang tua waktu dulu pernah petilasan
192 panjenengan
menempati
daerah
193 nopo?
ajaran jawa. Dados meniko petilasan
194
nenek moyange kito. Dados ajaran
195
meniko dipun turunaken dumateng
196
keturunane,
lajeng
menyebarkan
diturunaken
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
125
197
dumateng turunane maneh. Jadi ada
198
hubungannya dengan sejarah seng
199
ndadosaken
200
sakmeniko. Kados paguyuban meniko
201
nggeh wonten sejarahe, sinten riyen
202
ingkan
203
sakmeniko.
204 Kadang orang
Lek tembunge babakan kados meniko Makna
205 datang ke
jane lek tindak petilasan nyuwun petilasan
kito
nurunake
saget
ngantos
ngantos
dumugi
206 petilasan hanya usahane lancar nopo kemawon nggeh
207 ingin
sae-sae kemawon, lek miturut kulo
208 pesugihan,
petilasan meniko namung lantaran
209 menurut anda?
dumateng seng maha kuasa lantaran
210
petilasan sing wonten mriku lantaran
211
para leluhur ing mriku. Nyenyuwun, Ajaran tentang
212
maringaken doa-doa lajeng nyuwun Tuhan
213
dumateng seng kuasa. Lek intini
214
kuncine bener, ya mudah-mudahan
215
diparingi kaleh seng kuasa usahane yo
216
kepenak lek dagang yo laris. Seng Makna
217
penting tembunge mpon ngantos salah, petilasan
218
nggeh
219
lumantar leluhur, lek leluhur niku saiki
220
kan nggeh sampun caket kalian seng
221
kuasa mpun madep. Misale wonten
222
srandil, nggeh nyenyuwun wonten
223
leluhure ingkan wonten ing srandil.
224
Kalau orang yang tidak tau kan taunya Ajaran tentang
225
ini orang minta pesugihan, nyembah Tuhan
226
watu, kayu, meniko mboten, meniko
227
namung lantaran mawon nyenyuwun
nyenyuwune
kalian
Gusti
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
126
228
dumateng Gusti Allah. Sebenarnya Ajaran
229
ajaran disini itu kalau nyembah kepada kepercayaan
230
sesama
231
manyembah nggeh dumaten Gusti
232
piyambak.
233 Miturut
Harta benda meniko duniawi, niku Makna materi
234 panjenengan
asile kringet getih kito. Niku istilahe
235 materi niku
sandangane manungsa mpun wonten
236 nopo?
seng ngatur. Meniko sampun sak laku
237
kaleh
238
ingkang mboten gadah materi nggeh
239
stres. Nggeh kedah ngupoyo, mboten Ajaran
240
namung nyuwun kemawon. Materi kepercayaan
241
niku nggeh ilmu mpun mlampah kaleh
242
manungsane
243
depan. Mpun malah nyembah watu,
244
watu nggeh penting nggeh gawe omah.
245
Senajan wes nyuwun yo terus usaha, Ajaran
246
ojo nganti bosen-bosen sinambi usaha. kepercayaan
247
Misale kerja bayarane mung sitik yo
248
ojo
249
semono. Intine yo kudu matur nuwun Ajaran
250
marang seng kuasa lumantar seng kepercayaan
251
maringi kerja. Seng penting rejeki iku
252
akeh setitik dinikmati.
253 Yen to kulo
Kirang langkung nggeh sak sagete Makna
254 nyuwon
kulu nyuwunaken dumateng Gusti menolong orang
255 dumaten
wonten
256 njenengan
Nggeh kulo sewunaken, kedah pitados,
257 dongaaken
mpun
mawon
manungso,
ngeluh,
ing
sah
dilarang,
magkane
sangu
yo
kedae
tiyang
kangge
pancen
panguawase
ragu-ragu.
masa
rejekine
srandil. lain
Misalnya Ajaran
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
127
258 kulo wonten
nyuwun sehat keselamatan yo kudu kepercayaan
259 petilasan?
yakin, ora keno bimbang. Misale
260
sampun
261
nggeh mpun sah ragu-ragu langsung
262
mawon
263
dumateng Gusti lantaran petilasan
264
meniko. Dadi kuncine yo mung seng Ajaran
265
kuasa.
266 Yang
Nggeh raos binggah. Nopo maleh seng Makna
267 dirasakan
kulo tulung usahane terus lancar. kebahagiaan
268 ketika
Nggeh matur nuwun sanget dumateng
269 menolong
seng kuasa. Nggeh kosok baline kulo
270 orang?
mpun nyenyuwunaken dumateng seng
271
kuasa, kulo nggeh yakin seng kuasa
272
nggeh
273
penggaweane kulo lancar, kulo tansah
274
diparingi sehat. Lan tiyang engkang Makna
275
kulo
276
kabungahan
277
raosaken.
278
sampun ditulung banjur lali kaleh kulo
279
nggeh mpun ngantos nggrundel kito,
280
seng kuasa langkung ngerti.
281 Kebehagiaan
Kebahagiaan
282 niku nopo
Kebahagiaan niku siji masalah wonten kebahagiaan
283 miturut
keluarga tansah rukun, lan ngraos
284 panjenengan?
bungah. Lajeng saget gesang rukun Makna
285
wonten masyarakat. Naliko wonten kebahagiaan
286
pemerintahan naliko mbuka jati diri
287
kito nggeh raos bungah, bahagia.
madep
wonten
nyuwun
petilasan
kanti
mantep
kepercayaan
bakal
tulung
nulung
mesti
meniko
Nopo
niku
kulo,
nopo
bungah,
nggeh
mengke
yen
tentreming
la kebahagiaan
kulo
to
ati. Makna
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
128
288
Naliko gesang kito didukung keluarga
289
nggeh
290
kepercayaan meniko nggeh bahagia,
291
bahagia wonteng ing alam donya lan
292
alam kalanggengan. Bahagia ing alam
293
donya
294
kalanggengan. Naliko srawung ing
295
alam ndonya sae, laku becik meniko
296
nggeh bahagia najyan nggeh kadang
297
awrat nanging bilih dilakoni kanti
298
iklas nggeh ndadosaken bahagia.
299 Cara-cara
Seng penting mlaku bareng, rukun. Makna
300 nggadai urip
Ora usah golek masalah. Mpun madani kebahagiaan
301 bahagia?
tiyang-tiyang
302
mboten
303
menyimpang nggeh mboten usah kito
304
wales, malah dirukuni kemawon. Seng
305
penting meniko ngolah kepribadian
306
kito, lan mboten usah melu ngurus
307
kepribadiane tiyang liyo. Nggeh saget
308
ikut campur, nanging enten jalure
309
ingkang becik lan migunani kangge
310
tiyang meniko. Dados ngraos bahagia
311
meniko
312
membahagiakan kito kiyambah, sukur
313
sukur migunani kangge tiyang sanes
314
lan ndamel kebahagiaane tiyang sanes,
315
malah mboten saget ndamel tatune
316
wong liyo, mboten saget nyidrani.
317 Kadang
Kanggone tiyang engkang mboten
bahagia.
nggeh
Kulo
bahagia
ingkan
sae.
naliko
ngugemi
ing
alam
ngarani
Istilae
kito
kito
diarani
saget
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
129
318 panderek
mangertos nggeh kadang diarani sesat
319 kepercayaan
utawi
320 diarani tiyang
sagetipun nggeh njelasne seng sak
321 musrik, utawi
benere. Nanging yen to mboten saget
322 sesat, kados
dijelasne nggeh wangsul dumateng
323 pundi
pribadine tiyang kolo wau. Kito nggeh Bahagia dalam
324 panjenengan
mboten angsal banjur musui ono permasalahan
325 tansah ngraos
benci. Intine kito tetep njalen guyub
326 bahagia?
rukun kemawon, urip seng apik.
327
Ananne
328
kebahagiaan meniko najyan to kito
329
diaruh-arui seng koyo opo mbun nesu,
330
kedah sabar lan nerima. Intine kito
331
yakin yen kito nindaaken ingkang
332
becik, mboten ngrugekne tiyang sanes,
333
malah-malah lek saget migunani. Ora
334
usah nesu, ayo tansah sabar ayo malah
335
podo dirangkul. Musuh kemawon
336
dirangkul, adoh yo diuyak, ojo mung
337
nunggu. Lek namung nunggu nggeh
338
kados
339
kebahagiaan, rejeki kemawon mboten
340
angsal yen to namung nunggu. Intine
341
nggeh ayo podo ngupoyo, berusaha
342
sak isone kanggo uripe awake dewe.
343
Wong urep niku kudu tetep sinau
344
luweh duwur maneh, sarjana kemawon
345
pengen sinau. Ojo sombong, tansah
346
ngupoyo, sinau lan kedah andap asor.
347
Kulo kemawon seng mboten sekolah
348
nggeh kedah sinau. Misalkan tradisi
musrik.
kito
pundi
Nanging
kito
saget
kito
saget
sak
manggih
ngraos
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
130
349
bulan sura meniko wonten kirap,
350
slametan. Meniko tradisi, nguri-nguri
351
budaya. Meniko termasuke bersyukur,
352
matur suwun dumateng Gusti, anane
353
kito
354
lumantar opo asil bumi seng ditandur
355
saget kito pangan. Intine meniko rasa
356
syukur kito marang panguwasane
357
Gusti.
ngantos
saget
sak
meniko
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
131
Identitas Informan 2
Nama Informan
: SL
Usia
: 70 Tahun
Pekerjaan
: Juru kunci dan narasumber penghayat kepercayaan
Gunung Srandil
Hari dan Tanggal
: Senin, 7 Juli 2014
Waktu
: Pukul 16.00 – 17.30 WIB
Tempat
: Rumah Informan
No
Pertanyaan
Jawaban
358 Nopo niku
Kepercayaan meniko intine percoyo, Makna
359 kepercayaan
pitados dumateng Gusti ingkang paring kepercayaan
360
gesang. Anane kito gesang lan seget
361
ndamel punopo kemawo meniko nggeh
362
anene awake dewe percoyo dumateng
363
Gusti
364
mboten namung wonten ing mriki
365
kemawon,
366
Sulawasi juga ada, dan hampir diseluruh
367
dunia kepercayaan kepada Tuhan yang
368
maha kuasa itu ada.
369 Hubungan
Kalu secara manusiawi ya baik, tapi Hubungan
370 penganut
kalu menurut agama mereka ya tidak dengan
371 kepercayaan
tau. Namun kalau kita ya fleksibel saja, masyarakat
372 dengan
intinya kita percaya kepada Tuhan.
373 lingkungan
Kalau soal adu argumen ya nanti larinya
374 (diluar
ke yuridis kemudian justru timbul ras.
375 penganut
Sudah timbul lo ini. Kepercayaan tidak
376 kepercayaan)?
hanya ada disini saja, ditempat lain juga
377
ada. Peninggalan majapahit itu ada
378
dimana mana. Karena dulu penguasa
Allah.
di
Kepercayaan
Kalimantan
meniko
ada,
di
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
132
379
tunggul nusantara itu majapahit. Lalu
380
setelah datangnya agama, para penganut
381
kepercayaan
382
Sekarang
383
internasional perang antar agama saja
384
banyak, malah sama-sama agamanya lo
385
itu. Ini manusia lo, namun justru tidak
386
menghargai HAM, ini memang berawal
387
tidak percayanya mereka kepada Tuhan,
388
dan ini memang nyata.
389 Kaitannya
Nah itu justru, petilasan itu sakniki
390 dengan
sampun dados pertapaan. Tempat ritual Makna
391 petilasan,
dimana orang pada berdoa, menyembah petilasan
392 banyak orang
kepada Tuhan bukan berarti kepada
393 yang datang
batu atau kayu. Memohon kepada
394 kesitu, itu
Tuhan melalui kepercayaannya menurut
395 bagaimana
agamanya
396 menurut anda?
yang kesini orang islam, nasrani, hindu
397
budha juga banyak. Jadi itu bisa jadi Makna
398
simbul pemersatu bangsa, diman orang petilasan
399
tidak lagi dibedakan oleh agamanya .
400
Itulah kehebatan kepercayaan yang ada Makna
401
disitu. Jadi bebas, semua agama boleh kepercayaan
402
kesitu karena tujuannya sama kepada dan petilasan
403
Tuhan.
404
sarananing adil.
405 Banyak orang
Kalau menurut cara pandang kita jangan
406 mengatakan
sampai kesana terhadap berita-berita
407 ini tempat
miring. Siapa tau yang mengatakannya
408 untuk mencari
punya kepentingan politik. Saya yang
itu
istilahnya
dijajah.
lihat
saja,
didunia
masing-masing.
Namanya
saja
Ternyata
Srandil,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
133
409 pesugihan
dituakan disini, tidak ada seperti begitu.
410 yang instan?
Disitu kita memohon kepada Tuhan Ajaran tentang
411
melalui leluhur kita yang ada disitu, Tuhan
412
para pendiri bangsa jaman kerajaan para
413
raja dan pujangga dimulai dari jaman
414
kediri ke majapahit. Orang mencari
415
pesughan meniko identik kaliyan setan,
416
wonten mriki mboten wonten kados
417
meniku. Ya banyak lah orang yang
418
kadang sirik, ingin menjelek-jelekan
419
sini mengatakan seperti itu, ngapain ke
420
Srandil
421
menyembah ya kepada Tuhan. Dibalik
422
perkataan itu kan orang itu punya
423
kepentingan. Disitu ya kepada Tuhan, Makna
424
orang agama apa pun boleh karena petilasan
425
dasarnya adil bagi semua. Monggo yang
426
ingin kesitu, berdoa dan bertapa dimulai
427
dari para leluhur kita para pendiri
428
bangsa dulu bertapanya disitu, kan
429
bersejarah berarti ya.
430 Para
Yang pertama tugas pokok para juru Makna Juru
431 pengahayat
kunci itu adalah melayani para tamu kunci (makna
432 kepercayaan
yang
433 jadi juru kunci
kepada tamu tentang srandil itu tempat lain)
434 situ. Intinya
pertapaan
435 apa?
Tuhan melalui leluhur yang dulunya
436
pada bertapa disini. Kita mengantarkan
437
kesana
438
menjalani ritual, semedi. Setelah itu ada
439
aturan berkunjung disini, dari satu hari
menyembah
datang.
Kedua
untuk
dan
kepada
para
menjelaskan menolong orang
memohon
tamu
setan,
itu
kepada
pada
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
134
440
satu malam, atau hanya berkunjung
441
sejenak, apa tiga hari tiga malam apa
442
tujuh hari tujuh malam. Disitu adalah Makna
443
tempat
444
bersejarah. Disitu mengingatkan kita
445
pada sejarah masa dulu dan sekaligus
446
rasa ingat kita kepada Tuhan. Para
447
pendatang itu berasal dari luas, hampir
448
nusantara. Pada hari jumat kliwon
449
banyak orang pada kesana, mereka
450
bordoa melalui agama kepercayaan
451
mereka masing-masing.
452 Kebahagiaan
Tujuan
453 miturut
sebenarnya adalah untuk kebahagiaan.
454 panjenengan
Nek kebahagiaan niku dereng tentu Makna
455 niku nopo?
saking materi kekayaan-kekayaan. Jadi kebahagiaan
456
semua yang dijalani dari rumah kesitu,
457
menjalani ritual, doa, menyampaikan
458
rasa hormat kepada leluhur kepada
459
Tuhan. Terus selamat selama menjalani
460
tiga hari atau tujuh hari atau bahkan 40
461
hari,
462
Dilindungi lah ya oleh Tuhan, oleh
463
leluhur
464
keselamatan itu. Lalu nanti jika ada
465
keberasilan oleh Tuhan dikala itu
466
pulang dari sini usaha kerjanya lancar,
467
itu kebahagiaan yang kedua. Yang Makna
468
pertama keselamatan tadi, dilindungi kebahagiaan
469
diayomi itu merasa benar-benar bahagia
470
itu. Kebahagiaan yang kedua pulang
pertapaan,
para
itu
tempat
pendatang
rasanya
sampai
bahagia
petilasan petilasan
kesini
begitu.
mendapatkan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
135
471
kerumah, ketemu keluarga usahanya
472
lancar, sehat jauh dari malapetaka,
473
selamat
474
usahanya
475
berhasil, itu yang ketiga lah ya. Yang
476
keempat melalui rasa percaya kepada
477
Tuhan
478
agama dan ras. Itu kebanyakan mati tua,
479
sampai usia lanjut. Itu kebahagiaan
480
yang
481
kebahagiaan itu ketika kita tansah eling, kebahagiaan
482
waspodo lan rumongso. Oiyo, aku urep
483
iki ono seng nggawe urep kok, terus aku
484
ngerti iki ono seng ngekei ngerti yo
485
konco
486
menjalani belajar sebelum bisa. Jadi
487
sititu bukan hanya sekedar berdoa
488
melalui
489
tetapi disitu adalah wujud dari sarana
490
keadilan.
491
segala penjuru bertemu, berkumpul
492
tanpa
493
golongan manembah ngabekti berdoa
494
kepada Tuhan bareng-bareng. Makanya
495
betapa senangnya melihat itu pada hari
496
yang ramai seperti itu.
497 Kagem
Wangsul
498 njenengan
berbahagia. Ada ketika ada pendatang kebahagiaan
499 saget
menanyakan dengan kelegowoan saya,
500 ngarahne,
saya
501 nulung tiyang
mereka menjalani dan diterima dengan
lah
semuanya,
selamat
menaati
usahanya
tidak
terakhir.
sedulur.
membedakan
Saya
Dimana
bisa
itu Makna
karena
masing-masing,
pengunjung
membedakan
jawab,
dan
Disamping
agamanya
kados
selamat
wau,
kemunian
dari
agama,
saya
ras,
sangat Makna
setelah
itu
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
136
502 supados
rasa bersyukurnya dan berterimaksihnya
503 manunggal
bahwasanya atas keberhasilannya. Nah
504 kaleh Gustine
ini betapa bahagianya bagi saya. Jadi Makna
505 niku maknane
kebahagiaan saya bukan karena saya kebahagiaan
506 nopo?
berlebihan seperti itu. Bukan karena
507
materi kekayaan itu. Melihat saja orang
508
punya tujuan dijalani dan mendapat
509
keberhasilan dan selamat, sakitnya juga
510
sembuh, kalau ada orang mencari kerja
511
juga
512
berdoa kepada Tuhan disitu, setelah
513
beberapa
514
menyampaikan kabar kepada saya kalau
515
berhasil. Niku engkang ndadosaken
516
kabingahan kulo. Saya itu bahagia ya
517
walaupun nggak punya uang. Jadi uang
518
bukan
519
pengalaman saya yang tersentuh sekali.
520
Banyak juga yang kesini meminta
521
jodoh. Ya saya mau belajar kemana,
522
saya tanya maunya apa. Kemudian ya
523
saya suruh menjalani, yang percaya
524
harus percaya bahwa hidup ada yang
525
menciptakan. Melihat Itu tidak pakai
526
mata, Tuhan dilihat dengan mata hati,
527
dan Tuhan itu dekat sekali dengan kita Ajaran
528
sepanjang kita memiliki rasa percaya kepercayaan
529
yang mendekatkan kita kepada Tuhan,
530
ya kalau tidak percaya Tuhan itu yan
531
tetap
532
agamanya apa, kepercayaannya apa
segera
mendapatkan
bulan
jaminan
jauh
dari
kemudian
bahagia,
kita.
melalui
Ya
menurut
melalui
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
137
534
monggo lah, toh nanti arahnya tetap
535
kesana kok, kesatu itu. Ini bukan iklan,
536
tapi jati diri ini.
537 Banyak orang
Dedepan
538 mengatakan
mungkin diluar sana mereka bicara, tapi
539 kita ini orang
kalau di depan saya tidak berani. Ya
540 kafir, musrik,
kita
541 dan
mereka.
542 sebagainya.
mengasingkan saya silahkan, wong saya
mata
tetap
sih
ramah
Pedoman
tidak,
tamah
namun Permasalahan
terhadap
saya,
kamu
543 Menurut anda? dirumah saya sendiri, rumah itu bukan
544
rumah ini, rumah untuk berteduh,
545
rumah itu pemahaman saya yang dicipta
546
Tuhan berasal dari sini. Orang kamu
547
suatu saat juga pulang kok. Ini tanah
548
leluhur
549
kepercayaan ini berasal dari situ.
550 Bagaimana
Ada beberapa faktor dan sektor juga ya. Ajaran
551 anda tetap
Kita memahami dan merasakan bisa kepercayaan,
552 merasa
menentukan bahwa kita itu dihadapkan dan Bahagia
553 bahagia
pada kenyataan yang tidak ringan lah dalam
554 ditengah
ya. Satu itu adalah tantangan, kedua permasalahan
555 permasalahan
adalah rintangan, dan yang ketiga
556 itu?
adalah pantangan. Pantangan itu kita
557
jangan marah, kita harus legowo. Kalau
558
marah kita ini salah, karena itu fatal.
559
Kemudian yang tantangan itu adalah
560
bisa tidak kita masuk ditengah-tengah
561
mereka, mau bicara apa. La saya punya
562
pedoman, jadi saya bisa menjelaskan
563
itu, pedomannya, sejarahnya itu dari
saya,
dan
budaya
beserta
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
138
564
kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha
565
Esa. Rintangan seperti cemoohan orang, Ajaran
566
penolakan, dan sebagainya. Dan kita itu kepercayaan,
567
tidak boleh putus asa, kita harus dan Bahagia
568
bersabar, kita harus bertoleransi. Kita dalam
569
harus banyak-banyak menjalankan segi permasalahan
570
sosial dan kemanusiaan. Tapi itu kita
571
menerima warisan dari leluhur, ya tetap
572
saya jalankan meskipun dijelek-jelekan
573
orang. Yang penting saya bukan tetoris, Makna
574
bukan komunis dan bukan penghianat kebahagiaan
575
negara, saya punya dasar. Yaitu alasan
576
saya tetap hidup bahagia, saya sangat
577
bahagia sekali. Jadi memang benar-
578
benar Tuhan itu maha adil.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
139
LAMPIRAN 4: DATA HASIL SARASEHAN DAN TEMA YANG MUNCUL
Identitas Paguyuban
Nama
Kaweruh Hak 101
Lama Berdiri
Sejak tahun 2008
Nama Ketua
Sumikan Martoyo
Jumlah Anggota Penghayat
150 anggota penghayat
Pelaksanaan Sarasehan
Waktu Sarasehan
: Kamis, 10 Juli 2014
Tempat
: Padepakan Kaweruh Hak 101
Waktu
: Pukul 19.00 – 00.30
Peserta
: Peneliti dan Para Penghayat Kepercayaan Kaweruh Hak
101
Susunan Acara
: Pukul 19.00 - 20.00 adalah ramah tamah
Pukul 20.00 - 21.00 adalah berdoa semedi
Pukul 21.00 - 00.00 adalah sarasehan
Pukul 00.00 – 00.30 adalah doa puncak atau doa malam
Data Sarasehan
Dalam sebuah kesempatan peneliti ikut bersama salah satu paguyuban
Kaweruh Hak 101 untuk ikut sarasehan rutin malam jumat legi. Dalam sebuah
pertemuan ini pertama kali dibuka dengan doa semedi, memasrahkan diri kepada
Tuhan dengan cara bermeditasi dan berdoa bersama. Setelah doa semedi acara
dilanjutkan dengan sarasehan yaitu sharing pengalaman antar penghayat dan
kemudian direfleksikan bersama hingga menjadi sebuah pengetahuan atau ilmu
baru bagi penghayat kepercayaan. Pada acara puncaknya yaitu pukul 00.00 adalah
doa malam. Disini para penghayat bersyukur atas rahmat yang diberikan oleh
Tuhan dan memohon tuntunan dan perlindungan untuk esok hari.
Para penghayat sangat terbuka dengan kedatangan peneliti dan mereka
terlihat sangat antusias. Dalam kesempatan sarasehan tersebut para penghayat
mempersilahkan peneliti untuk membuat topik pembicaraan yang selanjutnya
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
140
akan disharingkan bersama dan dicari kebenarannya secara bersama-sama. Dalam
kesempatan ini pula peneliti mengarahkan topik pembicaraan sesuai dengan
tujuan penelitian yaitu makna kebahagiaan.
Para penghayat sendiri memiliki latar belakang yang bermacam-macam
sebelum mereka mengikuti kepercayaan. Kebanyakan mereka sebelumnya juga
memeluk suatu agama tertentu. Namun karena alasan tidak menemukan
kedamaian dalam hidupnya para penghayat ini kemudian menempatkan pilihan
pada kepercayaan. Kebanyakan dari mereka merasa hidupnya lebih nyaman dan
damai setelah memeluk kepercayaan.
Pada kesempatan ini para penghayat saling mensharingkan pengalaman
hidupnya terkait dengan makna kebahagiaan yang mereka rasakan dalam
kehidupan sehari-hari. Meskipun ditengah kehidupan bermasyarakat banyak orang
yang mengatakan bahwa para penghayat tersebut adalah aliran sesat, namun para
penghayat senantiasa menunjukkan rasa kerendahan hatinya untuk tetap sabar
sembari melakukan hidup yang baik dan berguna bagi orang lain.
Inti dari kepercayaan adalah percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Jadi
disini tidak ada sedikitpun penyimpangan ajaran yang menyesatkan. Mereka
percaya bahwa kehidupan ini adalah dari Tuhan. Dan cara memuliakan Tuhan
dapat dilakukan dengan banyak cara, termasuk sembayang semedi, selametan dan
lain sebagainya. Semuanya itu mengandung unsur ungkapan syukur yang
mendalam terhadap sang pencipta.
Bagi para penghayat kepercayaan, hidup harus disesuaikan sesuai dengan
kodradnya sebagai manusia. Sebagai manusia yang percaya kepada Tuhan,
tentunya manusia senantiasa mengupayakan perbuatan yang baik (laku becik).
Hal-hal seperti kebencial, rasa dendam dan sebaginya adalah menyalahi kodrad
kita sebagai manusia yang percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sikap kita
terhadap orang yang membenci kita hendaknya tidak dibalas dengan kebencian,
melainkan dibalas dengan kebaikan (Wawancara dengan Sumikan, 2014).
Menciptakan kehidupan yang damai (ayem tenterem) adalah cita-cita bagi
para penghayat kepercayaan. Sadar akan kita manusia yang berbeda dengan satu
sama lain hendaknya harus disikapi secara bijak pula. Oleh karena itu sangat
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
141
diperlukan sikap kerendahan hati untuk bertoleransi terhadap perbedaan orang lain
tersebut. Setiap perbedaan tersebut harus dihargai namun kita juga harus tetap
bersatu membangun dunia yang lebih baik (Wawancara dengan Sumikan, 2014).
Dari sharing beberapa orang penghayat kepercayaan, kemudian saling
ditanggapi oleh para penghayat yang lain sampai menghasilkan sebuah
kesepakatan tentang makna kebahagiaan. Berikut adalah beberapa pendapat
tentang makna kebahagiaan dari beberapa orang penghayat kepercayaan yang
mensyaringkan pengalamannya:
Pendapat beberapa anggota paguyuban tentang kebahagiaan
Pendapat Anggota
Anggota 1
Anggota 2
Anggota 3
Ketika bersama
Dapat melakukan
Memiliki
keluarga atau orang-
sesuai dengan apa
hubungan yang
orang yang dicintai.
yang menjadi
baik dengan
anteping ati
Sang Pencipta
Keluarga senantiasa
Hidup rukun dengan
Memiliki
diberi kesehatan dan
sesama meskipun
hubungan yang
keselamatan
berbeda kepercayaan
baik dengan
serta dapat
lingkungan
menolong kesusahan
sekitar
Kebahagiaan adalah?
orang lain
Memiliki rejeki yang
Dapat berguna bagi
Ketika kita bisa
cukup untuk
orang lain, terutama
sabar terhadap
keperluan hidup
keluarga
cobaan dan tetap
merasa bahagia
meskipun
sedang dalam
permasalahan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
142
Dari beberapa sharing tersebut maka disepakati bersama bahwa
kebahagiaan adalah bab raos (soal rasa) yaitu kaitanya dengan pencapaian batin.
Pencapaian batin tersebut terjadi ketika seseorang memaknai hubungannya
dengan Tuhan Yang Maha Esa, atau berada dalam situasi yang transenden.
Kebahagiaan tidak terletak dari seberapa banyak memiliki kekayaan atau materi.
Kebahagiaan bukanlah apa yang orang lain berikan kepada kita, melainkan apa
yang kita berikan kepada orang lain dan berguna bagi orang lain. Kebahagiaan
juga tidak selalu berupa sesuatu yang mengenakkan bagi kita, terkadang
kebahagiaan juga berupa rasa penolakan, cemoohan ataupun sesuatu yang tidak
mengenakan dari orang lain. Namun ketika kita dapat memaknainya atau
istilahnya olah rasa maka hal tersebut akan lebih membahagiakan bagi kita.
Tema-tema yang Muncul dalam Sarasehan
No
1.
Tema
Muncul dalam wawancara
Alasan mengikutid. Mengikuti apa yang menjadi keinginan hati
kepercayaan
e. Mencari kedamaian hidup
f. Mencari makna hidup
3.
Kesan terhadap d. Merasa menemukan jati diri
kepercayaan
e. Lebih bahagia
f. Lebih nyaman
4.
Permasalahan
c. Penolakan secara sosial
yang muncul
d. Tidak memiliki hak yang sama sebagai warga
negara
5.
Makna
d. Percaya kepada Tuhan YME
kepercayaan
e. Tuhan adalah kasih
f. Dasar untuk hidup
6.
Hubungan dengand. Harmonis
masyarakat
e. Guyub-rukun
f. Tolong-menolong
7.
Makna petilasan
Sejarah dari nenek-moyang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
143
8.
Ajaran
d. Eling, waspodo, rumongso (ingat, waspada, dan
kepercayaan
merasa)
e. Rendah hati
f. Sabar
9.
Makna materi
Sarana hidup untuk mencapai sesuatu yang lebih
baik
10.
Makna menolong
Membantu orang untuk sampai kepada Tuhan
orang lain
dalam permasalahannya
(sebagai juru
kunci)
11.
12.
Ajaran tentang
Maha besar yang menciptakan dunia dan maha
Tuhan
baik
Makna
kebahagiaan
c. Bab raos (soal rasa) pencapaian batin
(transenden)
d. Perkara memberi
13.
Bahagia dalam
permasalahan
Olah rasa atau memaknainya dalam batin
Tema-tema yang muncul tersebut merupakan hasil dari sarasehan
paguyuban Kaweruh Hak 101 yang telah disepakati bersama oleh semua
penghayat yang ada dalam sarasehan tersebut. Adapun perbedaan pendapat di
awal oleh para penghayat yang mensharingkan pengalaman hidupnya terkait
dengan topik pembicaraan kemudian dibicarakan bersama dan direfleksikan
bersama hingga menemukan kesepakatan bersama.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
1
Download