PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI i MAKNA KEBAHAGIAAN PARA PENGHAYAT KEPERCAYAAN DI GUNUNG SRANDIL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Disusun Oleh : Septian Nugroho 109114095 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015 i PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI ii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI iii ii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI iv HALAMAN MOTTO “Not all of us can do great things. But we can do small things with gread love” (Mother Teresa) iv PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI v HALAMAN PERSEMBAHAN Skripsi ini ku persembahkan kepada : Gusti Agung kang murbeng dumadi, Sang guru jagad kang murah asih, lumantaran Gusti Yesus dalah Ibu Kenyo Maria. Bapak Mateus Suradi, Ibu Patrecia Katini dan Ibu Maria Marsini. Stefanus Christmas Dwi Cahyo dan Yakubus Hario Bimo Saputro. Mas Edi dan Mbak Tini. Ruth Trias Kristinawati Kupersembahkan untuk almamater Universitas Sanata Dharma v PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI vi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI vii MAKNA KEBAHAGIAAN PARA PENGHAYAT KEPERCAYAAN DI GUNUNG SRANDIL Septian Nugroho ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan makna kebahagiaan para penghayat kepercayaan di Gunung Srandil. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh ketertarikan peneliti terhadap falsafah hidup dari ajaran penghayat kebatinan serta keperihatinan peneliti akan diskriminasi sosial yang dialami oleh para penghayat kepercayaan. Pertanyaan penelitian yang diajukan adalah bagaimana makna kebahagiaan para penghayat kepercayaan di Gunung Srandil. Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi. Penelitian ini melibatkan dua orang responden dan satu paguyuban penghayat kepercayaan. Data dalam penelitian ini berupa hasil wawancara dan hasil pengamatan terhadap responden. Data hasil wawancara tersebut di koding dan di kategorikan tematemanya, setelah itu di interpretasikan. Dari hasil penelitian ini didapatkan sebuah rumusan tentang makna kebahagiaan para penghayat kepercayaan di Gunung Srandil. Makna kebahagiaan para penghayat kepercayaan di Gunung Srandil adalah bahwa kebahagiaan adalah sesuatu yang bersifat transenden yang merupakan pemaknaan hubungan manusia dengan Sang Pencipta. Kata kunci: Makna kebahagiaan, penghayat kepercayaan, transenden vii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI viii THE MEANING OF HAPPINESS BY FOLLOWERS OF TRUST IN GUNUNG SRANDIL Septian Nugroho ABSTRACT This research aimed to define the meaning of happiness followers of trust in Gunung Srandil. This research is motivated by the interest of researchers towards the philosophy of life from teachings of mysticism follower and researchers concerns towards social discrimination will be experienced by the followers of that trust. The research question posed is how the meaning of happiness followers trust in Gunung Srandil. The method used was a qualitative study with an ethnographic approach. This research involved two respondents and a community of followers of trust. The data in this research are the result of interviews and observations of the respondents. The interview data coded and categorized the themes, then interpreted. From the results of this research, we can conlude the meaning of happiness by followers trust in Gunung Srandil. The meaning of happiness by followers trust in Gunung Srandil is that happiness is something that is transcendent, that is the meaning of man's relationship with the Creator. Key word: The meaning of happiness, followers of trust, transendent viii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI ix ix PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI x KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan anugerahNya yang melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Makna Kebahagiaan Para Penghayat Kepercayaan di Gunung Srandil”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana strata satu program studi Psikologi Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti mendapat dukungan, bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak, oleh sebab itu penulis hendak mengucapkan terimakasih kepada: 1. Bapak Dr. Tarsisius Priyo Widiyanto, M.Si selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma sekaligus sebagai Dosen pembimbing akademik. Terima kasih atas dedikasinya dalam menjalankan roda fakultas sekaligus terima kasih atas pendampingannya selama penulis melaksanakan perkulihaan di Universitas Sanata Dharma. 2. Ibu Ratri Sunar Astuti, M.Si. selaku Kepala Program Studi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. 3. Bapak V. Didik Suryo H., M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan masukkan serta meluangkan waktu selama penulisan skripsi ini. 4. Seluruh dosen Fakultas Psikologi yang telah memberikan banyak ilmu dan bimbingan akademis dengan penuh kesabaran. 5. Mas Gandung, Ibu Nanik, Mas Muji, Mas Doni, Pak Giek, Pak Gunawan Bonjrot, serta semua karyawan Sanata Dharma yang telah menjadi teman selama penulis belajar di Sanata Dharma. 6. Bapak Saliyo, Bapak Sumikan, serta Paguyuban Kaweruh Hak 101 yang sudah sangat mendukung selama proses pengambilan data. 7. Heinrich Satriawan, sahabat yang selalu ada dikala siang maupun malam dalam segala situasi, serta Rezka Septia Adi yang selalu memberi warna dalam setiap perjumpaan tengah malam. x PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI xi xi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI xii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL............................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ iii HALAMAN MOTTO ............................................................................. iv HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................. v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................. vi ABSTRAK .............................................................................................. vii ABSTRACT ............................................................................................ viii LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.................. ix KATA PENGANTAR ............................................................................ x DAFTAR ISI ........................................................................................... xii DAFTAR TABEL ................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xvi BAB I PENDAHULUAN .................................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah .................................................. 1 B. Rumusan Masalah ........................................................... 11 C. Tujuan Penelitian ............................................................. 11 D. Manfaat Penelitian ........................................................... 12 E. Batasan Istilah .................................................................. 12 LANDASAN TEORI ............................................................. 14 A. Kebatinan ........................................................................ 14 1. Pengertian Kebatinan ................................................ 14 BAB II xii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI xiii 2. Sifat dan Unsur dalam Kebatinan .............................. 15 3. Ajaran Kebatinan Secara Umum ............................... 17 4. Kejawen ..................................................................... 20 5. Aliran Kebatinan Sapta Darma ................................. 22 B. Kebahagiaan .................................................................... 24 1. Kebahagiaan Secara Psikologis ................................. 24 a. Pengertian Kebahagiaan ...................................... 24 b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kebahagiaan ........................................................ 25 c. Subjective Well-being ......................................... 29 2. Kebahagiaan Menurut Spiritualitas Jawa .................. 32 C. Kerangka Berpikir ........................................................... 35 D. Pertanyaan Penelitian ...................................................... 36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................. 38 A. Metode Penelitian ............................................................ 38 B. Fokus Penelitian .............................................................. 38 C. Informan dalam Penelitian .............................................. 39 E. Teknik Pengumpulan Data .............................................. 39 F. Instrumen Penelitian ........................................................ 40 G. Analisis Data ................................................................... 40 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................... 41 A. Latar Belakang Masyarakat dan Ajaran Kejawen ........... 41 1. Petilasan Gunung Srandil .......................................... 41 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI xiv 2. Kehidupan Sosial Masyarakat Gunung Srandil ........ 43 3. Organisasi Kepercayaan ............................................ 45 4. Sejarah Penghayat Kepercayaan di Gunung Srandil.. 50 5. Ajaran tentang Kepercayaan ..................................... 52 B. Makna Kebahagiaan ........................................................ 54 1. Informan 1 ................................................................. 54 2. Informan 2 ................................................................. 60 3. Paguyuban ................................................................. 65 4. Gambaran tentang Makna Kebahagiaan para Penghayat Kepercayaan di Gunung Srandil Secara Umum ............................................................ 71 C. Pembahasan ..................................................................... 82 1. Makna Kebahagiaan .................................................. 82 2. Faktor-faktor yang Dapat Membuat Seseorang BAB V Merasakan Kebahagiaan ........................................... 89 KESIMPULAN ...................................................................... 94 A. Kesimpulan ...................................................................... 94 B. Keterbatasan Penelitian ................................................... 97 C. 98 Saran ............................................................................... DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 100 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI xv DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Identitas informan 1 .............................................................. 54 Tabel 4.2 Tema-tema yang muncul dalam wawancara informan 1 ...... 59 Tabel 4.3 Identitas informan 2 .............................................................. 60 Tabel 4.4 Tema-tema yang muncul dalam wawancara informan 2 ...... 65 Tabel 4.5 Identitas paguyuban Kaweruh Hah 101................................ 65 Tabel 4.6 Arti kebahagiaan dalam paguyuban ..................................... 69 Tabel 4.7 Tema-tema yang muncul dalam sarasehan ........................... 70 Tabel 4.8 Pandangan penghayat di Gunung Srandil dan ajaran Ki Ageng Suryomentaram .................................................... 83 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI xvi DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Data penelitian ................................................................. 104 Lampiran 2 Catatan Etnografi ............................................................. 112 Lampiran 3 Verbatim wawancara narasumber dan tema yang muncul ........................................................... 117 Lampiran 4 Verbatim wawancara informan penelitian dan tema yang muncul ........................................................... 122 Lampiran 5 Data hasil sarasehan dan tema yang muncul ................... 139 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kebahagiaan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan tanpa melihat batas usia seseorang. Kebahagiaan merupakan sebongkah perasaan yang dapat dirasakan berupa perasaan senang, tentram, dan memiliki kedamaian (Rusydi, 2007). Kebahagiaan juga didefinisikan sebagai keadaan psikologis positif yang ditandai dengan tingginya derajat kepuasan hidup, afek positif, dan rendahnya derajat afek negatif (Carr, 2004). Setiap orang ingin mencapai kebahagiaan dalam hidupnya, namun meskipun demikian tidak semua orang memiliki pendapat yang sama tentang makna kebahagiaan. Ada yang berpendapat bahwa seseorang akan merasakan kebahagiaan ketika memiliki harta yang banyak. Adapula orang yang berpendapat bahwa seseorang merasakan kebahagiaan ketika mereka memiliki banyak teman, memiliki dan masih banyak lagi pendapat yang lain. Pada beberapa literatur dikatakan bahwa kebahagiaan bisa bersumber dari kekayaan dan pekerjaan (Carr, 2004). Namun, berdasarkan hasil survey yang dilakukan di 97 negara yang dilakukan dari tahun 1995 sampai dengan 2007 diketahui bahwa Indonesia merupakan negara yang memiliki skor kebahagiaan peringkat ke 40 dari 97 negara (http://nsf. 1 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 2 gov/news/newsmedia). Dari hasil survei tersebut diketahui bahwa Indonesia memiliki tingkat kebahagiaan yang lebih tinggi daripada negara Jepang dan Cina yang merupakan negara maju dan kaya. Dengan demikian, kekayaan saja tidak bisa dijadikan sebagai ukuran kebahagiaan seseorang. Menurut Seligman (2002), kebahagiaan yang sebenarnya berasal dari pemahaman terhadap kekuatan karakter yang dimiliki dan menanamkan serta menggunakannya dalam seluruh aspek kehidupan. Jadi, seseorang yang memiliki kekayaan yang melimpah belum tentu akan merasakan kebahagiaan yang sebenarnya. Kekuatan karakter yang menonjol pada individu berbeda pada masing-masing budaya. Perbedaan budaya tersebut menyebabkan timbulnya perbedaan keyakinan dan nilai pada individu, sehingga menyebabkan perbedaan dalam cara mencapai kebahagiaan dan kepuasan hidup pada budaya yang berbeda. Selain faktor budaya, kebahagiaan yang dirasakan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor lain seperti kepribadian, karakteristik sosiodemografi, keadaan ekonomi, dan kesehatan. Penelitian ini bermaksud untuk memahami apa makna kebahagiaan menurut para penghayat kepercayaan atau para pengikut ajaran kebatinan. Para pengikut ajaran kebatinan menurut Mulder (1984) adalah orang-orang yang selalu memupuk kekuatan batinnya untuk mengatasi alam yang bersifat material, hal tersebut karena diyakini menurut mereka bahwa PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 3 materi merupakan penghalang bagi manusia untuk dapat sampai pada kebenaran sejati (Hadiwiyono, 1999). Kebatinan adalah istilah yang biasa dipakai dalam kehidupan sehari-hari oleh masyarakat, sedangkan istilah yuridisnya adalah “Kepercayaan”, seperti tercantum dalam UUD 1945 pasal 29 dengan makna Ketuhanan yang bukan agama sebagaimana diberikan oleh para perumus pasal itu sendiri. Selanjutnya dalam penelitian ini, dipergunakan istilah kepercayaan untuk menyebut istilah kebatinan. Dari berbagai aliran kepercayaan yang ada hingga saat ini, salah satu aliran kepercayaan yang cukup besar adalah aliran kepercayaan Kejawen. Kejawen adalah segala naluri (tradisi atau perbuatan yang sudah lazim dijalankan) atau adat-istiadat Jawa yang tidak termasuk ajaran Islam. Penyebutan Kejawen itu bertujuan untuk melepaskan diri dari hukum islam, namun tidak dimasukkan ke dalam hukum agama Hindu-Buddha atau kepercayaan animisme (Soesilo, 2005). Dalam Kejawen, kebatinan sering dianggap sebagaai intisari dari Kejawen, yang merupakan gaya hidup orang-orang jawa. Oleh sifat batin itu manusia merasa diri terlepas dari segala sesuatu yang semu, yang berganda, yang memaksakan suatu bentuk hidup serba-dua yang tidak dapat dihayati secara otentik (Subagya, 1987). Batin merupakan isi dari raga. Raga bergerak, berpikir, berkerja, karena ada unsur batin. Batin manusia terdiri dari dua unsur yaitu jiwa dan sukma (roh). Jiwa menyebabkan manusia berpikir, bernafsu, berkehendak, PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 4 sedih lalu menangis, senang lalu tertawa. Sukma adalah unsur terdalam dari manusia, juga disebut roh, berasal atau merupakan pancaran Sang Hyang Murbeng Dumadi, Tuhan Yang Maha Esa (Soebagya, 1986). Menurut Soebagya (1986), Kebatinan merupakan religi beserta pandangan hidup orang Jawa yang lebih menitikberatkan ketentraman, keselarasan, dan keseimbangan batin. Pada darsarnya kebatinan adalah mistik, penembusan, dan pengetahuan mengenai alam raya dengan tujuan mengadakan suatu hubungan langsung antara individu dan Yang Maha Kuasa. Banyak sekali aliran kebatinan, namun gagasan psikologis aliranaliran itu sesungguhnya agak seragam. Semua meyakini kemanunggalan dan mencari keselarasan dengan alam semesta dan Tuhan, walaupun mungkin hanya sebagian orang mencapainya. Praktik Kejawen bermuara pada ketenteraman batin, dan kearifan individual. Melalui keselarasan dengan alam dan Tuhan, penghayat Kejawen berusaha mencapai ketenteraman jiwa. Hal tersebut menunjukan bahwa Kejawen memang selaras dengan sifat filosofi Jawa yang lebih mengutamakan kearifan, sehingga menghasilkan kearifan individu. Sifat itu berbeda dengan filsafat barat yang menghasilkan ilmu pengetahuan. Salah satu keberadaan penghayat kepercayaan adalah penghayat kepercayaan yang ada di Gunung Srandil. Srandil merupakan nama suatu daerah yang tepatnya berada di Desa Glempang Pasir, Kecamatan Adipala, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Di daerah ini terdapat beberapa paguyuban penghayat kepercayaan serta para penghayat kepercayaan. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 5 Mayoritas masyarakat di daerah ini memang memeluk agama Islam, namun terdapat kurang lebih 30 kepala keluarga yang merupakan penghayat kepercayaan (Wawancara dengan Saliyo, 2014). Dilihat dari segi pendidikan, para penghayat kepercayaan mayoritas tidak pernah mengenyam bangku pendidikan formal. Kalaupun ada, mereka hanya lulusan sekolah rakyat atau setara dengan sekolah dasar. Para penghayat kepercayaan disini bukan hanya orang asli Jawa, namun juga para pendatang yang memiliki ketertarikan terhadap nilai-nilai hidup Jawa. Sebagian besar pendatang tersebut berasal dari orang-orang etnis Tionghoa. (Wawancara dengan Saliyo, 2014). Sekalipun terdapat beberapa paguyuban penghayat kepercayaan dan padepokoan di daerah ini, para anggotanya tidak hanya dari masyarakat sekitar. Para anggota paguyuban ini ada yang berasal dari Banyumas, Purwokerto, Kebumen, dan daerarah lain di sekitar Cilacap. Mereka biasanya berkumpul setiap malam jumat legi, dan jumat paing untuk melakukan ritual dan saling belajar tentang nilai-nilai kehidupan Jawa. Sekalipun hidup bersama dalam perbedaan, di daerah ini kerukunan masyarakatnya sangat baik. Mereka hidup berdampingan dengan saling menghormati. Dalam kegiatan masyarakat, mereka juga saling gotong-royong dan membantu apa yang menjadi kesibukan antar masyarakat di daerah ini. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 6 Seperti pada penghayat aliran kebatinan pada umumnya, penghayat kepercayaan disini masih memegang teguh apa yang menjadi kepercayaan mereka serta mengimplementasikan dalam perilaku sehari-hari baik dalam ritual dan cara hidup. Dalam kehidupan sehari-hari misalnya, para penghayat kepercayaan dapat dilihat dari cara berpakaian. Mereka mengenakan ikat kepala hitam (Udeng), serta pakaian khas Jawa (Shorjan). Ketika para penghayat saling bertemu, salam yang mereka ucapkan adalah “Salam Mulia”, kemudian dibalas dengan ucapan “Rahayu”, disertai dengan saling menundukan kepala dan membungkukan badan. Dalam keseharian ketika memulai aktivitas, para penghayat kepercayaan ini melakukan suatu “doa selamat”. Doa ini dilakukan setiap kali akan berangkat bekerja dengan harapan akan kelancaran pekerjannya dan senantiasa diberi keselamatan oleh Sang Pencipta. Doa ini dilakukan dengan bersemedi sebentar kemudian mengucap doa dengan menghadap ke timur, yang berarti “mapak pepadang” atau menjemput terang yang digambarkan dengan terbitnya matahari di timur. Begitupun ketika malam hari, para penghayat melakukan doa syukur disertai dengan semedi. Hal ini dilakukan sebagai ungkapan syukur atas apa yang sudah mereka alami selama seharian. Terdapat hal unik terkait dengan keberadaan kelompok penghayat kepercayaan di Gunung Srandil ini, yaitu dengan adanya sebuah petilasan yang ramai dikunjungi oleh orang-orang untuk berziarah. Di petilasan ini PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 7 digunakan sebagai tempat ritual para penghayat kepercayaan di daerah Cilacap dan sekitarnya. Biasanya ritual bersama para penghayat kepercayaan ini dilakukan pada bulan-bulan tertentu dalam penanggalan Jawa, misalnya tanggal 1 Sura, 21 Mulud, dan 1 Pasa, serta hari-hari besar dalam penanggalan Jawa lainnya (Wawancara dengan Saliyo, 2014). Menurut masyarakat sekitar, di petilasan ini ramai dikunjungi oleh para peziarah dari segala penjuru Indonesia. Bahkan tokoh-tokoh penting di negara ini pernah berziarah di petilasan ini, mereka adalah presiden pertama Indonesia Soekarno, serta presiden kedua Indonesia Soeharto. Para peziarah yang datang ke Gunung Srandil kebanyakan meminta suatu pesugihan (ingin kaya), serta meminta kewibawaan ataupun kesaktian. Keberadaan para penghayat disini adalah sebagai juru kunci atau “Guide” yang mengarahkan para peziarah melakukan ritual di Gunung Srandil ini. Hal-hal diatas jika dikaitkan dengan esensi hidup orang Jawa yang begitu menekankan pada pencarian kedamaian dan kebahagiaan dalam hidup jelas tidak sejalan. Karena sebenarnya urusan klenik atau pesugihan dan lain-lain sejenis, lebih disebabkan dan lebih dimulai dari niat dan tekad hati dari seseorang pemalas. Mereka yang tidak mau berusaha sesuai kodratnya manusia hidup, yang telah buta dan telah tertutup hati nuraninya oleh masalah duniawi, kemudian mengambil jalan pintas dengan cara melakukan hal-hal diatas karena didorong oleh nafsu dalam hidupnya. Hal diatas bertolak belakang dengan kehidupan para penghayat kepercayaan disini yang hidup dengan kesederhanaan. Secara ekonomi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 8 para penghayat kepercayaan ini mayoritas hidup dalam situasi ekonomi menengah ke bawah. Keadaan rumah ataupun perabot rumahnya sangat sederhana dan rumah yang mereka tempati kebanyakan adalah rumah tua bercorak khas joglo. Keserhanaan hidup yang dialami oleh para penghayat kepercayaan disini adalah cerminan dari sikap “nerimo ing pandum”. Sikap ini memberi arti bahwa manusia harus senantiasa menerima dan mensyukuri apapun yang mereka terima dan yang mereka miliki tanpa menginginkan apa yang dimiliki orang lain serta yang bukan menjadi hak mereka (Wawancara dengan Saliyo). Para penghayat kepercayaan disini sering menerima tamu para peziarah ataupun orang yang meminta untuk didoakan. Kebanyakan para peziarah atau tamu tersebut datang dengan mobil bagus. Namun hal tersebut tidak mempengaruhi kehidupan para penghayat kepercayaan secara ekonomi. Para peziarah menolak apapun pemberian dari orang lain yang datang untuk didoakan ataupun dibantu secara ritual. Menurut mereka, menolong orang lain adalah sebuah perbuatan dan baik, dan hendaknya tidak mengharap imbalan dari orang yang ditolong. Dengan melihat orang yang ditolong hidupnya semakin baik, mereka sangat merasa bahagia (Wawancara dengan Saliyo, 2014). Di bidang psikologi, topik tentang kebahagiaan banyak dibahas terutama pada bidang psikologi positif. Psikologi positif merupakan aliran psikologi modern yang memfokuskan kajiannya pada sisi-sisi positif PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 9 manusia dan mengantarkan manusia bukan hanya untuk sekedar hidup, tetapi hidup bahagia. Psikologi positif berakar dari psikologi humanisme yang pembahasannya fokus pada kebermaknaan dan kebahagiaan. Sejak munculnya psikologi positif, kajian-kajian tentang kebermaknaan dan kebahagiaan tumbuh subur dan mengemuka di kalangan tokoh-tokoh psikologi positif. Kebahagiaan menjadi isu sentral yang didiskusikan dalam psikologi positif. Ada banyak penelitian yang telah dilakukan untuk mengkaji faktor-faktor yang berperan dalam kebahagiaan. Kebahagiaan adalah perasaan positif yang berasal dari kualitas keseluruhan hidup manusia yang ditandai dengan adanya kesenangan yang dirasakan oleh seorang individu ketika melakukan sesuatu hal dalam hidupnya. Berdasarkan uraian diatas itulah melalui penelitian ini ingin diketahui bagaimana para penghayat kepercayaan di Gunung Srandil memaknai kebahagiaan di tengah kehidupannya yang dihadapkan pada permasalahan diatas yaitu keberadaan petilasan yang dijadikan sebagai sarana pesugihan. Dalam penelitian ini ingin diketahui juga bagaimana pandangan hidup para penghayat kepercayaan dalam memaknai sebuah hidup dalam kesederhanaan sesuai dengan apa yang mereka alami di tengah kehadiran orang-orang yang menginginkan kekayaan disini. Dalam penelitian sebelumnya terhadap penghayat kepercayaan disimpulkan bahwa kehidupan di dunia ini adalah untuk mencapai ketenteraman, yaitu kondisi perasaan dimana manusia merasa tenang, PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 10 netral, tidak kuatir, tidak memiliki beban atau masalah, tidak ada tekanan atau ganjalan, tidak ada permusuhan atau perselisihan (Krispambudi, 2003). Hal itu berbeda dengan kebahagiaan yang didefinisikan sebagai suatu kondisi perasaan yang dialami oleh manusia ketika ia mendapatkan suatu keberuntungan atau mengalami berbagai hal yang menyenangkan. Dalam hal ini ketenteraman dipandang lebih mengarah pada kedalaman, lebih ke kalbu atau batin. Sedangkan kebahagiaan masih mengandung unsur kejasmanian, karena kebahagiaan masih belum menyentuh titik yang terdalam (Krispambudi, 2003). Penelitian ini menggunakan metode etnografi, adalah uraian dan penafsiran suatu budaya atau sistem kelompok sosial. Dalam hal ini kelompok sosial itu adalah para penghayat kepercayaan di Gunung Srandil. Dalam penelitian ini peneliti mendiskripsikan makna tentang kebahagiaan dengan cara menguji kelompok tersebut dan mempelajari pola perilaku, kebiasaan, dan cara hidup. Etnografi adalah sebuah proses dan hasil dari sebuah penelitian. Sebagai proses, etnografi melibatkan pengamatan yang cukup panjang terhadap suatu kelompok, dimana dalam pengamatan tersebut peneliti terlibat dalam keseharian hidup informan atau melalui wawancara satu per satu dengan anggota kelompok tersebut. Dalam hal ini kelompok sosial itu adalah para penghayat kepercayaan di Gunung Srandil. Etnografi bertujuan menguraikan suatu budaya secara menyeluruh, yakni semua aspek budaya baik yang bersifat material, seperti artefak PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 11 budaya dan yang bersifat abstrak, seperti pengalaman, kepercayaan, norma, dan sistem nilai kelompok yang diteliti (Mulyana, 2001). Penelitian etnografi merupakan kegiatan pengumpulan bahan keterangan atau data yang dilakukan secara sistematik mengenai cara hidup serta berbagai aktivitas sosial dan berbagai benda kebudayaan dari suatu masyarakat. Berbagai peristiwa dan kejadian unik dari komunitas budaya akan menarik perhatian peneliti etnografi . Dalam penelitian ini, peneliti justru lebih banyak belajar dari pemilik kebudayaan, dan sangat menghormati pada cara mereka belajar tentang budaya. B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan pertanyaan yang menjadi permasalahan penelitian: 1. Bagaimana makna kebahagiaan para penghayat kepercayaan di Gunung Srandil? 2. Bagaimana makna kesederhanaan hidup para penghayat kepercayaan di Gunung Srandil ditengah para peziarah yang menginginkan kekayaan materi? C. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui makna kebahagiaan para penghayat kepercayaan di Gunung Srandil, serta bagaimana makna kesederhanaan hidup para penghayat kepercayaan di PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 12 tengah para peziarah yang menginginkan kekayaan materi di dalam kehidupannya sehari-hari. D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis a. Dapat merumuskan suatu konsep baru mengenai makna kebahagiaan menurut para penghayat kepercayaan, serta makna kesederhanaan hidup di dalam kehidupannya sehari-hari. b. Di bidang ilmu psikologi, penelitian ini dapat menjelaskan peran budaya, kebiasaan serta perilaku seseorang dalam membentuk pemaknaan hidup, dalam hal ini kebahagiaan. 2. Manfaat Praktis a. Dapat menawarkan suatu cara untuk meraih kebahagiaan dan memaknai kesederhanaan hidup dalam kehidupannya sehari-hari bagi para penghayat kepercayaan. b. Dapat menjelaskan kepada masyarakat luas tentang keberadaan para penghayat kepercayaan serta cara hidup dan nilai-nilai yang dihayatinya. E. BATASAN ISTILAH 1. Penghayat Kepercayaan Penghayat kepercayaan adalah para pengikut ajaran kebatinan. Dalam ajaran kebatinan pada dasarnya memiliki unsur ajaran PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 13 mengenai bersatunya kembali manusia dengan Hyang Maha Kuasa (Manunggaling kawula lan Gusti). Hal tersebut dilakukan dengan mengolah kekuatan batin atau rasa yang merupakan kekhasan dari ajaran tersebut. Penghayat kepercayaan disini adalah orang yang tidak menganut salah satu agama yang ada di masyarakat Indonesia. Dasar dari penghayat kepercayaan ini adalah pada nilai-nilai hidup filsafat Jawa. Yang paling ditekankan dalam ajaran ini adalah mengolah kekuatan batin atau rasa dalam kehidupan-sehari yang mereka alami. 2. Kebahagiaan Kebahagiaan yang ingin diungkap dalam penelitian ini adalah sebuah pencapaian hidup manusia terkait dengan batin dan rasa. Dalam penelitian ini kebahagiaan adalah sebuah situasi ketika manusia telah menemukan hidupnya yang sejati yaitu bersatunya kembali manusia dengan Hyang Maha Kuasa (Manunggaling kawula lan Gusti). Dalam penelitian ini istilah yang sering dipakai oleh para penghayat kepercayaan dalam menggambarkan kebahagiaan adalah istilah ayeming ati. Istilah ini bagi para penghayat di Gunung Srandil memberi arti tentang kedamaian hati. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 14 BAB II LANDASAN TEORI A. KEBATINAN 1. Pengertian Kebatinan Kebatinan berasal dari bahasa Arab, dari kata bathin sebagai lawan dari kata zhahir. Kedua kata tersebut kemudian disesuaiakan dengan Bahasa Indonesia menjadi kata batin yang berarti sebelah dalam, sedangkan lahir berarti sebelah luar. Batin merupakan seatu yang ada dalam diri manusia yakni jiwa atau roh dan lahir merupakan sesuatu yang ada di luar atau yang nampak dari diri manusia (Hamka, 1971). Badan Konggres Kebatinan Indonesia (BKKI) pada konggresnya yang ke-2 di Solo tahun 1956, memberikan definisi kebatinan sebagai berikut: Kebatinan adalah sumber Azas Sila Ketuhanan Yang Maha Esa untuk mencapai budi luhur, guna kesempurnaan hidup (Sufa’at, 1985). Meskipun tidak dijelaskan apa yang dimaksud dengan kesempurnaan hidup tersebut, tetapi dalam kaum kebatinan sendiri bahwa kesempurnaan hidup adalah manunggaling kawula-gusti atau bersatunya hamba dengan Tuhan. Soesilo (2005), mengatakan bahwa Kebatinan adalah bentuk usaha dari menghayati nilai-nilai dan kenyataan rohani dalam diri manusia serta alamnya dan membawa orang kepada pertemuan 14 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 15 kenyataan hidup sejati serta pencapaian budi luhur dan kesempurnaan hidup. Usaha-usaha tersebut dilaksanakan dengan berbagai latihan rohani, laku tapa brata dan samadi, serta latihan-latihan lainnya untuk mengurangi kenikmatan lahiriah seperti hawa nafsu, makan dan minum. 2. Sifat dan Unsur dalam Kebatinan Untuk lebih mengetahui soal batin, Mukti Ali dalam Soesila (2005), mengatakan bahwa sifat Kebatinan adalah a) bersifat batin, b) bersifat informantif, c) sifat keaslian, d) hubungan erat antara para warganya, dan e) faktor akhlak atau budi luhur. Bersifat batin yaitu yang dipergunakan sbagai keunggulan kekuatan lahir, peraturan hukum yang diharuskan dari luar oleh pendapat umum. Orang Kebatinan meremehkan segala penilaian duniawi yang seringkali mementingkan kedudukan dan peran manusia yang sebenarnya. Bersifat informantif yaitu mementingkan rasa atau pengalaman rohani. Mungkin timbulnya sifat ini disebabkan oleh suatu reaksi terhadap tradisi kehidupan agama di negeri kita, karena orang-orang kebatinan tidak dapat memahami ajaran-ajaran agama yang mereka dengar.Mereka tidak melihat keinginan menaati peraturan yang ditentukan agama maupun kegunaan iman kepada Wahyu yang disampaikan lewat orang. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 16 Sifat keaslian merupakan ciri khas dari kebatinan. Untuk melawan pembaharuan mereka mengutamakan gaya hidup dan kesopanan timur. Sedangkan untuk melawan ibadah agama dalam bahasa, simbol dan sifat badan yang asing mereka mengutamakan ungkapan gaya asli. Hal tersebut karena ungkapan ini dirasakan lebih mesra dan mengena bagi mereka. Salah satu sifat dari kebatinan adalah hubungan erat antara para warganya. Mereka ini diwujudkan pada beberapa tingkat. Mereka mempunyai pandangan hidup yang sama dan diperkuat dengan pertemuan-pertemuan yang berkala. Kesatuan sekitar seorang pemimpin kharismatik dihidupkan ditengah-tengah mereka. Sifat terakhir dari kebatinan ini adalah faktor akhlak atau budi luhur. Dengan sering terdengarnya amoralisasi, perilaku korupsi, serta penurunan akhlak, seolah-olah nilai-nilai moral dan kaidah etika tidak ada dalam kalangan kebatinan. Oleh sebab itu mereka serukan agar manusia kembali melangkah pada kesusilaan yang asli, pada kesederhanaan nenek moyang dengan semboyan budi luhur dan sepi ing pamrih. Selain itu disebabkan oleh suatu ajaran bahwa tujuan hidup tidak dapat dicapai dengan jalan supra rasional dengan cara gaib dari pada usaha mistik. Jayadiguna dalam Soesilo (2005), memberikan pengertian kebatinan itu mengandung unsur: a) Budi pekerti luhur, amal saleh, maral dan akhlak atau etika atau filsafat tingkah laku, b) Mengerti PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 17 mendalami akan filsafat “Sangkan paraning dumadi” atau metafisika atau filsafat tentang ada c) Ilmu gaib atau Jaya Kewijayaan atau kanuragan atau Okultisme, dan d) “Manunggaling Kawula-Gusti” atau Mistikisme atau Tasawuf. Definisi secara sosiologis tersebut ternyata dapat diterima oleh para sarjana dan para ahli. Namun dalam praktiknya pemisahan unsur tersebut tidak tajam dan belum tentu semua unsur dimiliki oleh golongan yang mementingkan metafisika berdasarkan pemikiran filosofis, adapula yang mementingkan jaya kawijayan atau okultisme agar menjadi sakti, kebal dan sebagainya. Namun, sebaliknya ada golongan yang menolak ilmu gaib tersebut. Disamping itu ada juga yang terlalu memusatkan pada masalah mistik dan berusaha sedapat mungkin untuk bertemu dan bersatu dengan Tuhan (Soesila, 2005). 3. Ajaran Kebatinan Secara Umum Setiap aliran kebatinan memiliki kekhasannya masing-masing. Kekhasann tersebut terlihat dari ritual maupun pedoman cara hidupnya. Namun pada dasarnya secara garis besar inti dari ajaran kebatinan dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Pandangan tentang Tuhan Tuhan dipandang sebagai suatu Zat Yang Mutlak, disini pengertian mutlak dipakai dalam arti metafisis yang artinya bahwa Yang Mutlak dipandang sebagai suatu cita, ide yang berada PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 18 di seberang dunia ini serta yang menjadi rangkuman segala yang beraneka ragam dan segala pengalaman yang bertentangan di dunia ini (Hadiwiyono dalam Krispambudi, 2003). Yang Mutlak tersebut bebas dari segala hubungan baik berupa bentuk maupun sifatnya sehingga dikatakan tidak dapat disebut seperti apa (tan kena kinaya ngapa) (Sopater dalam Krispambudi, 2003). Meskipun demikian, Yang Mutlak dalam arti metafisis ini dipandang sebagai sebab pertama dari segala sesuatu karena tidak ada zat lain disampingnya dan segala sesuatu dapat dikatakan mengalir darinya (Zoetmulder dalam Krispambudi, 2012). b. Pandangan tentang Manusia Manusia terdiri dari tiga unsur, yaitu badan kasar, badan halus dan jiwa atau intisari manusia. Badan kasar adalah badan jasmani beserta dengan pancaindranya, badan halus terwujud dalam bentuk pikiran dan kelompok nafsu atau bisa disebut sebagai dunia aku (Hadiwiyono, 1999). Sedangkan jiwa atau intisari manusia merupakan Sinar Cahaya Allah, Roh Suci atau rasa yang dipandang sehakekat dengan Yang Mutlak (Hadiwiyono, 1999; Ransom dan Zoetmulder dalam Krispambudi 2003). Sehingga pada hakekatnya, yang terdalam dari manusia berasal-usul atau sama dengan Yang Mutlak. Karena itu untuk mencapai kebenaran sejati manusia harus dapat masuk kedalam PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 19 batinnya yang terdalam dan bersatu dengan Yang Mutlak (Suseno dalam Krispambudi, 2003). c. Pandangan tentang Penciptaan Alam semesta beserta isinya ini tercipta melalui proses emanasi, yaitu pengaliran keluar segala sesuatu dari sumbernya (Yang Mutlak) yang semakin lama semakin menjauh dan kasar. Pada awalnya yang terbentuk adalah empat anasir yang terdiri dari anasir hawa, api, air, dan tanah, dimana keempat unsur tersebut saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya sehingga terbentuklah alam semesta dengan segala isinya (Sopater dalam Krispambudi 2003). Manusia juga terbentuk dari keempat anasir tersebut sehingga manusia dapat disebut dunia kecil dan alam semesta disebut sebagai dunia besar (Sopater dalam Krispambudi, 2003). Di dalam diri manusia bersemayam sinar cahaya Allah, Roh suci, Sang halus atau rasa yang merupakan percikan dari Tuhan. Maka dapat dikatakan bahwa jiwa manusia sehakekat dengan Tuhan karena merupakan sebuah percikan yang berasal dari Tuhan. d. Pandangan tentang Kelepasan Semua aliran kebatinan mengajarkan bahwa kelepasan manusia terdiri dari persekutuan antara jiwa sebagai intisari manusia dengan Tuhan sebagai Zat Yang Mutlak dan jalan untuk menuju pada kelepasan tersebut adalah jalan yang mengarah ke PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 20 dalam diri sendiri. Bagian sisi luar yang bersifat lahiriah harus dikuasai dan dikendalikan untuk turun ke sisi yang dalam yang bersifat batiniah, kemudian makin lama makin mendalam hingga sampai pada pusat yang terdalam dimana manusia dapat bersekutu dengan Yang Mutlak (Hadiwiyono, 1999). Berbagai istilah yang biasa dipakai seperti olah rasa, samadhi, manunggal, sujud, manekung dan lain sebagainya menggambarkan suatu hasrat untuk menyatukan diri atau mengkonsentir tenaga pada satu sentrum batin dimana manusia dapat masuk pada dirinya yang paling dalam dan dapat merasakan persekutuan dengan Yang Mutlak (Subagya dalam Krispambudi, 2003). 4. Kejawen Ada beberapa terminologi Kejawen yang artinya hampir sama diantaranya ada menyebut faham Jawa, Islam Jawa, Agama Jawa, Mistik Jawa dan lain sebagainya. Kejawen itu merupakan campuran (syncrentisme) kebudayaan Jawa asli dengan agama pendatang yaitu Hindu, Budha, Islam dan Kristen. Diantara campuran tersebut yang paling dominan adalah dengan agama Islam (Soesilo, 2005). Kejawen adalah segala naluri (tradisi atau perbuatan yang sudah lazim dijalankan) atau adat-istiadat leluhur Jawa yang tidak termasuk ajaran Islam. Penyebutan Kejawen itu bertujuan untuk melepaskan diri PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 21 dari hukum Islam, namun tidak dimasukkan ke dalam hukum agama Hindu-Budha atau kepercayaan animisme (Kartapradja dalam Soesilo, 2005). Bagi orang Jawa, hakikat Kejawen adalah kebatinan, yaitu mistisisme, atau secara literal adalah ilmu tentang sesuatu yang berada di dalam batin. Salah satu tradisi Kejawen yang berkaitan dengan keyakinan mengenai ketuhanan, peribadatan, keakhiratan dan sejenisnya yang bersangkutan dengan akidah atau keimanan di luar Islam, disebut kebatinan. Pada umumnya orang-orang yang menjalankan praktik-praktik kebatinan itu adalah penghayat Islam namun sumber ilmu kebatinannya dari luar Islam, yaitu YogaTantrisme-Hindu-Budha, sisa-sisa agama kepercayaan nenek moyang orang Jawa (Endrawara dalam Ekopriyono, 2012). Sebagai sistem berpikir, Kejawen merupakan penjabaran tunggal (singularly elaborate), mengungkapkan kosmologi, mitologi, esensi konsep-konsep mistik, dan sejenisnya; sistem gagasan mengenai alam manusia dan masyarakat, mencakup etika-etika, kebiasaankebiasaan, dan gaya hidup, melingkupi pemaknaan alam semesta, interpretasi tentang kehidupan. Kejawen dipahami sebagai pandangan hidup manusia Jawa, implementasi kebudayaan Jawa yang juga disebut sebagai agama jawi (Mulder; Geertz dalam Ekopriyono, 2012). Untuk lebih mamahami tentang Kejawen, maka perlu diketahui karakteristik dalam Kejawen. Menurut Soesilo (2005), karakteristik PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 22 Kejawen dapat disebutkan antara lain a) Penekanan pada aspek batin (mistik), b) Agama sinkretisme, serta c) Praktek ritual yang beragam. 5. Aliran Kebatinan Sapta Darma Sapta Darma yang artinya tujuh kewajiban suci merupakan wahyu yang diterima oleh Hardjosapuro yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan Sri Gutomo. Hardjosapuro lahir di Pare, Kediri, Jawa Timur pada tanggal 27 Desember 1914. Beliau hanyalah rakyat biasa yang bekerja sebagai tukang cukur rambut ataupun sebagai tukang blangkon dan pedagang kecil karena beliau memang hanya berijasah sekolah rakyat (Pawenang dalam Krispambudi, 2003). Ajaran Sapta Darma diwahyukan kepada Hardjosapuro pada tanggal 27 Desember 1952 di rumahnya selama beberapa jam (mulai pukul satu dini hari sampai pukul lima pagi). Pada waktu itu di luar kemauannya sendiri dengan tiba-tiba beliau digerakkan seluruh tubuhnya dengan gerak yang dijadikan gerak pedoman bagi pesujudan Sapta Darma, sambil mengucap segala kalimat yang juga dipergunakan pada ritual persujudan tersebut (Hadiwiyono dalam Krispambudi, 2003). Sampai saat ini Sapta Darma memiliki jumlah warga yang cukup besar dan tersebar hampir diseluruh wilayah Indonesia bahkan sampai manca negara. Hanya saja jumlah ini sulit untuk dipastikan karena sama seperti kebanyakan kelompok kepercayaan yang lainnya, PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 23 Sapta Darma tidak memiliki catatan resmi yang cermat mengenai keanggotaan warganya, karena hal itu memang tidak dianggap penting (Krispambudi, 2003). Untuk mengamati Sapta Darma salah satunya adalah dengan melihat keberadaan sanggar-sargar yang dibangun secara mandiri oleh para warga Sapta Darma di berbagai daerah seperti di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Bali. Sanggar ini biasanya merupakan bangunan khusus yang dibangun secara gotong royong oleh warga Sapta Darma pada suatu daerah yang telah ditentukan bersama. Selain sebagai tempat peribadatan, sanggar ini juga berfungsi sebagai sarana perekat identitas kelompokyang kuat dan secara tidak langsung merupakan suatu proses penyebaran ajaran Sapta Darma (Krispambudi, 2003). Ajaran-ajaran Sapta Darma meliputi ajaran tentang Tuhan yaitu dijelaskan bahwa Tuhan merupakan sesuatu yang tidak dapat dijelaskan secara panjang lebar, karena pada dasarnya Tuhan memang tidak dapat dijelaskan. Tuhan merupakan sesuatu yang tidak dapat dihubungkan dan disamakan dengan apapun juga, tetapi merupakan sumber dari segala kehidupan di alam semesta ini (Krispambudi, 2003). Ajaran tentang manusia digambarkan dengan simbol Sapta Darma yang menggambarkan asal dan isi manusia yang harus dimengerti, dipahami serta diusahakan oleh manusia selama hidup di PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 24 dunia ini demi tercapainya keluhuran budi sesuai dengan Wewerah Sapta Darma (Krispambudi, 2003). Ajaran tentang kelepasan terdiri terbebasnya roh dari belenggu daging untuk kembali kepada asalnya. Untuk mencapai hal itu seseorang harus mampu menguasai dan mengatasi nafsu-nafsunya yang ditimbulkan oleh sifat-sifat dari dalam daging dan cara yang dapat dilakukan adalah dengan menjalankan sujud dan tujuh kewajiban suci dalam hidup sehari-hari (Hadiwiyono dalam Krispambudi, 2003). B. KEBAHAGIAAN 1. Kebahagiaan Secara Psikologi a. Pengertian Kebahagiaan Kebahagiaan merupakan sebongkah perasaan yang dapat dirasakan berupa perasaan senang, tentram, dan memiliki kedamaian (Rusydi, 2007). Sedangkan happiness atau kebahagiaan menurut Diener (2000) merupakan kualitas dari keseluruhan hidup manusia apa yang membuat kehidupan menjadi baik secara keseluruhan seperti kesehatan yang lebih baik, kreativitas yang tinggi ataupun pendapatan yang lebih tinggi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kebahagiaan adalah perasaan positif yang berasal dari kualitas keseluruhan hidup manusia yang ditandai dengan adanya kesenangan yang dirasakan oleh seorang individu PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 25 ketika melakukan sesuatu hal yang disenangi di dalam hidupnya dengan tidak adanya perasaan menderita. Pengertian kebahagiaan bukanlah sesederhana. Seligman (2005) mendefinisikan kebahagiaan sebagai muatan emosi dan aktivitas positif. Sedangkan Veenhoven (2014) mendefinisikan kebahagiaan sebagai derajat sebutan terhadap kualitas hidup yang menyenangkan dari seseorang. Veenhoven menambahkan bahwa kebahagiaan bisa disebut sebagai kepuasan hidup (life satisfaction). Menurut Seligman (2005), kebahagiaan yang sebenarnya berasal dari pemahaman terhadap kekuatan karakter yang dimiliki dan menanamkan serta menggunakannya dalam seluruh aspek kehidupan. Jadi, seseorang yang memiliki kekayaan yang melimpah belum tentu akan merasakan kebahagiaan yang sebenarnya. Kekuatan karakter yang menonjol pada indivdidu berbeda pada masing-masing budaya. Perbedaan budaya tersebut menyebabkan timbulnya perbedaan keyakinan dan nilai pada individu, sehingga menyebabkan perbedaan dalam cara mencapai kebahagiaan dan kepuasan hidup pada budaya yang berbeda. b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebahagiaan Seligman (2005), menguraikan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kebahagiaan adalah sebagai berikut: PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 26 1. Uang Seligman (2005) menjelaskan bahwa di negara yang sangat miskin, kaya bisa berarti lebih bahagia. Namun di negara yang lebih makmur dimana hampir semua orang memperoleh kebutuhan dasar, peningkatan kekayaan tidak begitu berdampak pada kebahagiaan (Seligman, 2005). 2. Perkawinan Seligman (2005) mengatakan bahwa pernikahan sangat erat hubungannya dengan kebahagiaan. Ada dua penjelasan mengenai hubungan kebahagiaan dan pernikahan yaitu, orang yang bahagia lebih atraktif sebagai pasangan daripada orang yang tidak bahagia. Penjelasan kedua yaitu pernikahan memberikan banyak keuntungan yang dapat membahagiakan seseorang, diantaranya keintiman psikologis dan fisik, memiliki anak, membangun keluarga, menjalankan peran sebagai pasangan dan orang tua, menguatkan identitas dan menciptakan keturunan. Kebahagiaan orang yang menikah mempengaruhi panjang usia dan besar penghasilan dan hal ini berlaku bagi pria dan wanita (Seligman, 2005). 3. Kehidupan sosial Menurut Seligman (2005), orang yang sangat bahagia menjalani kehidupan sosial yang kaya dan memuaskan, paling PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 27 sedikit menghabiskan waktu sendirian dan mayoritas dari mereka bersosialisasi. 4. Emosi negatif Hanya terdapat sedikit korelasi negatif antara emosi positif dan emosi negatif (Seligman, 2005). Ini berarti, jika banyak memiliki emosi negatif, mungkin memiliki lebih sedikit emosi positif dibanding dengan rata-rata. Meskipun demikian, ini tidak berarti tercampak dari kehidupan riang gembira. Demikian pula, meskipun banyak memiliki emosi positif dalam hidup, tidak berarti sangat terlindungi dari kepedihan. 5. Usia Kepuasan hidup sedikit meningkat sejalan dengan bertambahnya usia, afek positif sedikit melemah, dan afek negatif tidak berubah (Seligman, 2005).Seligman (2005) menjelaskan hal yang berubah ketika seseorang menua adalahintensitas emosi dimana perasaan “mencapai puncak dunia” dan “terpuruk dalam keputusasaan” berkurang seiring dengan bertambahnya umur dan pengalaman. 6. Kesehatan Kesehatan objektif yang baik tidak begitu berkaitan dengan kebahagiaan (Seligman, 2005). Menurut Seligman (2005) yang penting adalah persepsisubjektif kita terhadap seberapa sehat diri kita. Seligman (2005) juga menambahkan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 28 bahwa orang yang memiliki lima atau lebih masalah kesehatan,kebahagiaan mereka berkurang sejalan dengan waktu. 7. Pendidikan, Iklim, Ras, dan Jenis Kelamin Seligman (2005), memasukan keempat kondisi ini dalam satu kelompok karena, tidak satupun dari keempat hal ini yang penting bagi kebahagiaan. Meskipun sebagai sarana untuk mencapai penghasilan yang lebih tinggi, pendidikan bukanlah sarana untuk mencapai kebahagiaan yanglebih besar, kecuali hanya sedikit dan terjadi di kalangan mereka yang berpenghasilan rendah. Begitu pula dengan iklim, walaupun iklim yang berlimpah sinar matahari memerangi gangguan afektif akibat depresi musim dingin, tingkat kebahagiaan tidak bervariasi sesuai dengan iklim (Seligman, 2005). Ras, setidaknya di Amerika sama sekali tidak berkaitan dengan kebahagiaan (Seligman, 2005). Meskipun secara ekonomi keadaan mereka lebih buruk, orang-orang AfroAmerika dan Hispanik memiliki angka depresi yangjauh lebih rendah daripada orang Kaukasia. Jenis kelamin, sebagaiman yang telah dikatakan, memiliki hubungan yang mengherankan dengan suasana hati. Tingkat emosi rata-rata antara laki-laki dan perempuan tidak PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 29 berbeda. Yang mengherankan, perempuan lebih bahagia dan lebih sedih daripada laki-laki (Seligman, 2005). 8. Agama Orang yang religius lebih bahagia dan lebih puas terhadap kehidupan daripada orang yang tidak religius (Seligman, 2005). Hal ini dikarenakan agama memberikan harapan akan masa depan dan menciptakan makna dalam hidup bagimanusia (Seligman, 2005). Selain itu, keterlibatan seseorang dalam kegiatan keagamaan atau komunitas agama dapat memberikan dukungan sosial bagi orang tersebut. Hubungan antara harapan akan masa depan dan keyakinanberagama merupakan landasan mengapa keimanan sangat efektif melawan keputusasaan dan meningkatkan kebahagiaan (Seligman, 2005). c. Subjective Well-being Diener (2000) mendefinisikan subjective well‐being (SWB) adalah keseluruhan penilaian kognitif mengenai kualitas kehidupan seseorang.Subjective well-being merupakan evaluasi informantif seseorang mengenai kehidupan termasuk konsep-konsep seperti kepuasan hidup, emosi menyenangkan, fulfilment, kepuasan terhadap area-area seperti pernikahan dan pekerjaan, tingkat emosi tidak menyenangkan yang rendah (Diener, 2003). PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 30 Diener (1994) menyatakan bahwa subjective well-being memiliki tiga bagian penting, pertama merupakan penilaian informantif berdasarkan pengalaman-pengalamanindividu, kedua mencakup penilaian ketidakhadiran faktor-faktornegatif, dan ketiga penilaian kepuasan global. Diener (1994) menyatakan adanya 2 komponen umum dalam subjective wellbeing yaitu dimensi kognitif dan dimensi afektif. a. Dimensi Kognitif Kepuasan hidup (life satisfaction) merupakan bagian dari dimensi kognitifdari subjective well-being. Life satisfaction (Diener, 1994) merupakan penilaian kognitif seseorang mengenai kehidupannya, apakah kehidupan yang dijalaninyaberjalan dengan baik. Ini merupakan perasaan cukup, damai dan puas, dari kesenjangan antara keinginan dan kebutuhan dengan pencapaian dan pemenuhan. Campbell, Converse, dan Rodgers (dalam Diener, 1994) mengatakan bahwa kompoen kognitif ini merupakan kesenjangan yang dipersepsikan antara keinginan dan pencapaiannya apakah terpenuhi atau tidak. Dimensi kognitif subjective well-being ini juga mencakup area kepuasan atau domain satisfaction individu di berbagai bidang kehidupannya seperti bidang yang berkaitan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 31 dengan diri sendiri, keluarga, kelompok teman sebaya, kesehatan, keuangan, pekerjaan, dan waktu luang, artinya dimensi ini memiliki gambaran yang multifacet. Dan hal ini sangat bergantung pada budaya dan bagaimana kehidupan seseorang itu terbentuk. (Diener, 1994). Andrew dan Withey (dalam Diener, 1994) juga menyatakan bahwa domain yang paling dekat dan mendesak dalam kehidupan individu merupakan domain yang paling mempengaruhi subjective wellbeing individu tersebut. Diener (2000) mengatakan bahwa dimensi ini dapat dipengaruhi oleh afek namun tidak mengukur emosi seseorang. b. Dimensi Afektif Dimensi dasar dari subjective well-being adalah afek, di mana di dalamnya termasuk mood dan emosi yang menyenangkan dan tidak menyenangkan. Orang bereaksi dengan emosi yang menyenangkan ketika mereka menganggap sesuatu yang baik terjadi pada diri mereka, dan bereaksi dengan emosi yang tidak menyenangkan ketika menganggap sesuatu yang buruk terjadi pada mereka,karenanya mood dan emosi bukan hanya menyenangkan dan tidak menyenangkan tetapi juga mengindikasikan apakah kejadian itu diharapkan atau tidak (Diener, 2003). PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 32 Dimensi afek ini mencakup afek positif yaitu emosi positif yang menyenangkan dan afek negatif yaitu emosi dan mood yang tidak menyenangkan, dimana kedua afek ini berdiri sendiri dan masing-masing memiliki frekuensi dan intensitas (Diener, 2000). 2. Kebahagiaan Menurut Spiritualitas Jawa Salah satu filsuf Jawa yang banyak berbicara tentang ajaranajaran dan kebahagiaan menurut spiritualitas Jawa adalah Ki Ageng Suryomentaram. Beliau adalah sosok pemikir orisinil negeri ini. Sebagaimana dalam kosmologi jawa, Ki Ageng Suryomentaram melakoni “laku”. Laku yang dilakukan dengan meninggalkan segala yang duniawi, kekayaan, harta dan kekuasaan. Semua itu ditinggalkan untuk melakukan pencarian hidup yang sejati. Atau dalam istilah orang jawa sering dikatakan “sejatinya hidup itu apa?” (Yudistira, 2013). Ki Ageng tampak juga melakoni hidup ala falsafah budha. Ia meninggalkan hal yang bersifat materi untuk memuaskan hasrat rohaniah. Hasrat rohaniah ini ia jalani bersama kawula alit, di sanalah ia merasakan hidup dan kehidupan yang sebenarnya hingga berkesimpulan “Aku bukan aku” yang artinya bahwa kehidupan kita tak lain adalah bagian dari kehidupan orang lain. Adanya rasa kasih sayang dan tidak mementingkan diri sendiri. Langkah Ki Ageng Suryomentaram mirip Siddharta, untuk menyibak penderitaan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 33 manusia, kemudian mengawali pencarian yang berakhir pada “pencerahan” (Yudistira, 2013). Pelajaran penting dari falsafah hidup Ki Ageng Suryomentaram penting untuk menghadapi dunia yang semakin materialistis dan bersifat rasionalitas mekanik. Ia menganggap hidup itu seperti layaknya takdir yang mesti dijalani. Bila seseorang sudah menganggap hidup itu adalah bagian dari takdir, maka seseorang akan menerima dengan iklas bahagia, sengsara, kaya ataupun miskin, atau juga warnawarni kehidupan. Ia mengajarkan “tidak ada sesuatupun di atas bumi dan di kolong langit yang pantas untuk dikehendaki dan dicari, atau sebaliknya ditolak secara berlebihan”. Artinya dalam kehidupan ini sifat “narima ing pandum” menerima bagian hidup kita dengan iklas (Afif, 2012). Konsep kebahagiaan filsafat Suryomentaram yang utama adalah bebas dari konflik atau ketentraman hati (Yuwanto, 2013). Di dalam kehidupan ini banyak hal-hal yang membuat konflik dalam kehidupan manusia. Konflik bisa berasal dari dalam diri manusia itu sendiri atau dari luar manusia itu sendiri. Konflik dalam diri bisa saja berupa keinginan yang tidak terpenuhi, sedangkan konflik di luar diri sendiri lebih bersumber pada relasinya dengan orang lain. Konsep kebahagiaan filsafat Suryomentaram benar adanya. Ketika manusia melekatkan kebahagiaan pada sesuatu, maka ketika sesuatu itu berkurang atau hilang maka hilanglah kebahagiaan itu. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 34 Misalnya ketika manusia memiliki keinginan memiliki mobil baru, ketika keinginan tersebut tidak kesampaian, maka hilanglah kebahagiaan manusia tersebut. Manusia harus berjuang menuju kebahagiaan tercapainya ketentraman hati melalui perilaku spritual atau kebajikan universal (Yuwanto, 2013). Menurut Ki Ageng Suryomentaram (Soesilo, 2005), dalam hidup ini yang ada hanya susah dan senang. Orang senang kalau tercapai keinginannya, cita-citanya, kemauannya, ataupun anganangannya. Sedangkan orang akan merasa susah jika keinginannya, cita-citanya, kemauannya, ataupun angan-angannya tidak tercapai. Angan-angan, cita-cita, tujuan dan kemauan oleh Ki Ageng Suryomentaram ibarat seperti karet, yang bisa mulur atau mengkerut, bisa panjang atau pendek, bisa tinggi dan rendah. Jadi yang mengatur cita-cita, keinginan dan kemauan adalah manusia itu sendiri. Oleh karena itu Ki Ageng Suryomentaram dalam ceramahnya mengajak orang-orang untuk mengatur hidup berdasar atas kemauan dan kekuatan kita agar cita-cita dan keinginan tercapai sehingga timbul rasa senang dan bahagia. Selanjutnya Ki Ageng Suryomentaram (Soesilo, 2005), mengatakan bahwa dalam budaya Jawa mengajarkan kepada kita hidup itu jangan “Ngongso marake braholo”yang artinya jangan terlalu muluk-muluk, neko-neko, yang sederhana saja. Lebih lanjut Ki Ageng Suryomentaram ingin mengatakan bahwa ajaran budaya Jawa yang PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 35 sederhana, rendah hati, dan sebagainya membuat manusia menemukan kebahagiaannya dalam hidup jika dilakukan. C. Kerangka Berpikir Pada hakikatnya semua manusia ingin dalam kehidupannya senantiasa merasakan kebahagiaan. Kebahagiaan menjadi isu sentral yang didiskusikan dalam psikologi positif. Ada banyak penelitian yang telah dilakukan untuk mengkaji faktor-faktor yang berperan dalam kebahagiaan. Kebahagiaan merupakan sebongkah perasaan yang dapat dirasakan berupa perasaan senang, tentram, dan memiliki kedamaian (Rusydi, 2007). Kebahagiaan juga didefinisikan sebagai keadaan psikologis positif yang ditandai dengan tingginya derajat kepuasan hidup, afek positif, dan rendahnya derajat afek negatif (Carr, 2004). Dalam realitanya banyak hal yang membuat kehidupan manusia tidak bahagia. Dalam permasalahan para penghayat kepercayaan misalnya, mereka banyak mendapatkan penolakan serta sikap kurang simpatik dari orang lain ataupun dari lingkungan. Selain itu dalam hal kehidupan berbangsa dan bernegara, para penghayat kepercayaan tidak mendapatkan pengakuan yang sama baik di depan hukum ataupun pelayanan publik seperti catatan pernikahan, akta kelahiran, dan sebagainya. Bahkan dalam kolom kartu tanda penduduk, pada kolom agama tidak dituliskan seperti pada mestinya, kadang diisi dengan agama yang sudah diakui oleh pemerintah atau kadang dikosongkon. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 36 Selain permasalahan diatas, Terdapat hal unik terkait dengan keberadaan kelompok penghayat kepercayaan di Gunung Srandil ini, yaitu adanya sebuah petilasan yang ramai dikunjungi oleh orang-orang untuk berziarah. Para peziarah yang datang ke Gunung Srandil kebanyakan meminta suatu pesugihan (ingin kaya). Keberadaan para penghayat kepercayaan disini adalah sebagai juru kunci atau sebagai guide yang mengarahkan para peziarah melakukan ritual di Gunung Srandil ini. Pada penelitian ini akan didiskripsikan bagaimana makna kebahagiaan para penganut kepercayaan di Gunung Srandil, serta makna kesederhanaan hidup ditengah para peziarah yang menginginkan kekayaan materi. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebahagiaan para penghayat kepercayaan serta bagaimana cara para penghayat kepercayaan ini mencapai kebahagiaan dalam hidupnya ditengah permasalahan- permasalahan diatas. D. Pertanyaan Penelitian Inti dari suatu penelitian adalah karena adanya masalah yang perlu diatasi, serta fenomena yang belum diketahui dan penting untuk diketahui. Cara peneliti untuk merumuskan hal tersebut secara jelas adalah dengan membuat pertanyaaan penelitian yang akan di jawab dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini dibagi pertanyaan penelitian dalam dua kategori, yaitu adalah pertanyaan umum dan pertanyaan khusus atau lebih spesifik. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 37 1. Bagaimana makna kebahagiaan para penghayat kepercayaan di Gunung Srandil? a. Bagaimana makna kebahagiaan bagi para penghayat kepercayaan di Gunung Srandil? b. Bagaimana kebahagiaan yang ditunjukan para penghayat kepercayaan di Gunung Srandil meski mereka mengalami permasalahan dalam hidupnya terkait dengan kepenghayatan yang mereka lakukan? c. Apa makna petilasan bagi para penghayat kepercayaan di Gunung Srandil? d. Apa makna kebahagiaan yang dirasakan para penghayat kepercayaan di Gunung Srandil terkait dengan perannya sebagai juru kunci petilasan ataupun terkait dengan menolong orang lain? 2. Bagaimana makna kesederhanaan hidup para penghayat kepercayaan di Gunung Srandil di tengah para peziarah yang menginginkan kekayaan materi? a. Apa makna kesederhanaan hidup yang ditunjukan oleh para penghayatat kepercayaan di Gunung Srandil? b. Seperti apa hubungan kesederhanaan hidup yang ditunjukan oleh para penghayat kepercayaan di Gunung Srandil dalam kaitannya dengan kebahagiaan? PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan tipe atau strategi etnografi. Metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Sedangkan strategi etnografi dalam penelitian ini adalah uraian dan penafsiran suatu budaya atau sistem kelompok sosial dalam hal ini adalah para penghayat kepercayaan di Gunung Srandil. Penelitian ini menguji kelompok tersebut dan mempelajari pola perilaku, kebiasaan, dan cara hidup. B. Fokus Penelitian Fokus pada penelitian ini adalah ingin mengetahui makna kebahagiaan para penghayat kepercayaan di Gunung Srandil. Disamping itu akan didiskripsikan gambaran-gambaran kehidupan para penghayat kepercayaan serta sistem nilai-nilai dalam kehidupan para pengahayat kepercayaan, misalnya nilai-nilai kehidupan seperti tentang kesederhanaan, kerendahan hati, sikap toleransi yang mengarah pada makna kebahagiaan bagi para penghayat kepercayaan di Gunung Srandil. 38 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 39 C. Informan dalam Penelitian Sesuai dengan topik pada penelitian ini, informan dalam penelitian ini adalah para penghayat kepercayaan yang ada di Gunung Srandil, Kabupaten Cilacap. Pertimbangan dalam memilih informan adalah mereka para penghayat kepercayaan di sekitar Gunung Srandil yang dapat berkomunikasi dengan baik serta mampu menjelaskan dalam proses pengambilan data tema-tema terkait dengan makna kebahagiaan yang dialami oleh para penghayat kepercayaan di Gunung Srandil. D. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah wawancara dan observasi. 1. Wawancara Wawancara yang dilakukan adalah wawancara kualitatif atau yang juga dikenal sebagai wawancara mendalam. Wawancara mendalam dilakukan secara informal dalam bentuk perbincangan sehari-hari terhadap semua informan. Wawancara bertujuan menggali fokus penelitian secara mendalam, karena itu dilakukan secara berkelanjutan, dan pada informan tertentu dilakukan secara berulangulang. 2. Observasi Observasi dilakukan dengan cara partisipatif terbatas, dan observasi terlibat atau partisipatif penuh. Dalam proses penelitian ini, peneliti PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 40 akan menentukan aktivitas, peristiwa atau kejadian apa saja yang harus diamati. Peneliti juga akan menentukan kapan waktunya melakukan pengematan partisipatif untuk menggali fokus lebih dalam dan rinci. E. Instrumen Penelitian Dalam penelitian kualitatif ini, instrumen utama penelitian adalah peneliti. Demi kecukupan referensial, peneliti akan menggunakan catatan, kamera foto, dan perekam suara. F. Analisis Data Dalam penelitian ini, analisis data yang digunakan aadalah analisis tematik. Analisis data dilakukan dengan cara melakukan koding, mengkategorikan tema dan interpretasi terhadap hasil wawancara yang telah dilakukan. Proses analisis data yang merupakan hasil dari wawancara dilakukan dengan cara melakukan koding atau seleksi terhadap data untuk menemukan tema-tema yang sesuai dengan pokok permasalahan hingga menemukan konsep-konsep yang muncul mengenai makna kebahagiaan para penghayat kepercayaan di Gunung Srandil. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 41 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Latar Belakang Masyarakat dan Ajaran Kejawen 1. Petilasan Gunung Srandil Gunung Srandil merupakan sebuah bukit berhutan yang ada di pesisir pantai Jawa di Kabupaten Cilacap. Di dalam Gunung Srandil ini terdapat banyak tempat-tempat penembahan atau petilasan. Pepunden utama Gunung Srandil ini adalah Eyang Semar atau Kaki Tunggul Sabdo Jati Doyo Amung Rogo. Sedikitnya ada tujuh titik pepunden atau leluhur yang bersemayam, ketujuh titik tersebut terbagi dalam dua lokasi, yaitu lokasi dibawah ada lima titik pepunden dan dua titik lainnya ada di puncak Gunung Srandil. Kesemuanya merupakan rangkaian yang berurutan apabila hendak berziarah (Wawancara dengan Saliyo, 2014). Menurut narasumber (Wawancara dengan Saliyo, 2014), Srandil mengadung arti sarananing adil atau tempat mencari keadilan. Tempat peziarahan ini terbuka setiap harinya, dan banyak para peziarah datang ketempat ini bada bulan Sura (kalender Jawa). Tidak hanya dari kalangan orang-orang penghayat kepercayaan yang berziarah ke tempat ini, banyak juga dari kalangan agama Hindu, Budha, Kristen dan Islam. Bukan dari daerah sekitar tempat ini saja yang berziarah ke Srandil, adapun dari luar jawa seperti Sumatera, 41 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 42 Kalimantan dan derah luar Jawa lainya ada pula dari Luar Negeri yang datang ke Srandil. Ditempat ini sangat terbuka bagi siapa saja, tidak dibedakan agama atau suku, bahkan ditempat ini terdapat Vihara yaitu tempat peribadatan agama Budha. Hal inilah yang sering dimaksud dengan tercapainya keadilan sesuai dengan nama Srandil. Disini semua orang datang untuk mendekatkan diri dan memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sebagian orang menganggap bahwa Srandil adalah tempat pesugihan, itu adalah tidak benar. Srandil merupakan tempat pertapa atau mencari suatu ketenangan batin yang dapat menyelesaikan masalah. Ditempat ini peziarah diajak kembali kepada Sang Pencipta, serta memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa dan bukan kepada yang lain. Adapun cara memohonnya menggunakan ritual-ritual tertentu dan itu hanyalah sebuah sarana untuk sampai kepada Tuhan (Wawancara dengan Saliyo, 2014). Menurut hasil wawancara dengan Saliyo (2014), bagi para Peziarah yang mempunyai kepentingan tertentu biasanya di dampingi oleh juru kunci tertentu. juru kunci disini bertugas untuk mengarahkan para peziarah dalam hal ritual agar sampai kepada Tuhan. Para juru kunci disini adalah masyarakat sekitar Gunung Srandil dan mereka merupakan para penghayat kepercayaan. Ketika para peziarah berkunjung ke Gunung Srandil, mereka menuruti petunjuk yang diberikan oleh juru kunci. Biasanya ada PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 43 beberapa kesepakatan di awal yaitu tentang berapa lama akan melakukan ritual di tempat ini, ada yang tiga hari tiga malam, tujuh hari tujuh malam, ataupun empat puluh hari empat puluh malam (Wawancara dengan Saliyo, 2014). 2. Kehidupan Sosial Masyarakat Gunung Srandil Sama seperti masyarakat pada umumnya, masyarakat di sekitar Gunung Srandil juga berkerja untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-harinya. Masyarakat disekitar Gunung Srandil sebagian besar berpenghasilan sebagai petani. Selain itu beberapa masyarakat juga berkerja sebagai buruh bangunan atau karyawan pabrik di kawasan Cilacap dan sekitarnya. Sebagian besar masyarakat di sekitar Gunung Srandil menganut kepercayaan atau lebih dikenal dengan kebatinan atau kejawen. Meskipun demikian masyarakat disini juga memiliki agama. Namun yang menarik dari keberadaan masyarakat disini, mereka diikat dalam budaya jawa yang sangat kental. Meskipun menganut agama, masyarakat disini juga melakukan ritual budaya jawa seperti halnya mereka melakukan upacara selamatan pada peringatan-peringatan seperti peringatan arwah atau mendoakan orang yang sudah meninggal, peringatan kelahiran bayi, dan lain sebagainya. Kehidupan antara pemeluk agama dan pemeluk kepercayaan kebatinan disini saling berbaur satu sama lain dengan baik. Kerukunan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 44 antar pemeluk agama dan pemeluk kepercayaan terjalin dengan baik tanpa membedakan satu sama lain. Mereka saling hidup berdampingan dan saling menghormati. Mereka saling menghayati kepercayaannya masing-masing dan saling melakukan tradisi budaya seperti selamatan dengan bersama-sama. Adapun ritual atau upacara-upacara yang biasa dilakukan oleh para penghayat kepercayaan diantaranya adalah: a. Selamatan wajib setiap tanggal 1 Sura (Kalender Jawa), 21 Mulud, dan 1 Pasa. b. Perilaku spiritual hari jumat kliwon, selasa kliwon, dan hari kelahiran yang biasanya dilakukan dengan cara puasa dan bersemedi. c. Puasa atau ngerowod mulai bulan Apit tanggal 20 sampai 1 Sura. (Kaweruh Hak 101, 2013). Selain itu para penghayat agama lain juga melakukan kebiasaan sesuai dengan kebiasaan-kebiasaan yang ditetapkan oleh agama mereka masing-masing. Di sekitar Gunung Srandil terdapat beberapa paguyuban penghayat kepercayaan. Diantara paguyuban-paguyuban kepercayaan tersebut antara lain adalah: a. Paguyuban Kaweruh Hak 101 b. Paguyuban Kerabat Mataram c. Paguyuban Cahya Buwana, dan d. Paguyuban Tunggul Sabdo Jati PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 45 Secara umum dari beberapa paguyuban kepercayaan ini memiliki nilai-nilai yang sama yaitu nilai-nilai yang berdasarkan pada kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, namun setiap Paguyuban memiliki ciri khas masing-masing dalam hal ritual. Sedangkan ritualritual besar dalam budaya Jawa seperti peringatan tanggal 1 Sura mereka melakukannya secara bersama-sama. Kabupaten Cilacap menjadi barometer penghayat kepercayaan atau kebatinan. Di Kabupaten Cilacap ini terdapat kurang-lebih 31 paguyuban kepercayaan dengan jumlah penghayat kurang lebih 150 ribu orang. Paguyuban-paguyuban kepercayaan tersebut diwadahi oleh sebuah Badan Kerjasama Organisasi-organisasi Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa (BKOK). Dari sekian paguyuban kepercayaan yang berada di Kabupaten Cilacap tersebut hanya 7 paguyuban yang sudah diakui oleh pemerintah. Salah satu paguyuban tersebut adalah paguyuban Kaweruh Hak 101. Paguyuban ini sudah secara sah diakui oleh pemerintah sejak tahun 2008 dan diperbaharui pada tahun 2013 sebagai organisasi kemasyarakatan penghayat kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa (Kaweruh Hak 101, 2013). 3. Organisasi Kepercayaan Salah satu organisasi kepercayaan yang berada di Gunung Srandil ini adalah paguyuban Kaweruh Hak 101, adalah paguyuban PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 46 atau komunitas penghayat kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang terletak di Desa Ayam Alas, Kecamatan Kroya, Kabupaten Cilacap. Paguyuban ini memiliki kurang-lebih 150 anggota dengan struktur organisasi serta program kerja yang sudah terbentuk. Paguyuban ini juga sudah membuat buku tentang dasar-dasar kepercayaan, aturan, tatacara peribadatan, dan program kerja serta anggaran rumah tangga organisasi. Paguyuban Kaweruh Hak 101 memiliki sebuah padepokan, yaitu sebuah tempat untuk sarana berkumpul antar penghayat kepercayaan. Di padepokan ini rutin diadakan pertemuan atau sarasehan setiap malam jumat legi dan malam jumat pahing untuk melakukan doa bersama. Selain doa bersama, kegiatan yang dilakukan di padepokan ini adalah sarasehan, atau sharing pengalaman antar penghayat kepercayaan. Sarasehan ini adalah sebuah sarana untuk saling berbagi antar penghayat kepercayaan untuk lebih meningkatkan kerukunan dan kebersamaan serta belajar bersama (Wawancara dengan Sumikan, 2014). Dalam hal ritual, paguyuban ini lebih menekankan pada hubungan dengan Sang Pencipta, Gusti Agung ingkang murbeng dumadi, Sang Guru jagad kang murah asih, serta keselarasan dengan alam sekitar. Bagi para penghayat kepercayaan, ritual tidak terbatas pada doa saja, namun juga dalam kehidupan yang baik dengan sesama di tengah masyarakat juga merupakan ritual. Jadi sudah menjadi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 47 kewajiban untuk menjalankan kehidupan yang baik serta menjalin relasi yang baik dengan sesama manusia dan alam sekitar. Serta menjahui perilaku-perilaku yang yang berakibat rusaknya hubungan dengan orang lain dan rusaknya alam sekitar (Wawancara dengan Sumikan, 2014). Tujuan dari para penghayat kepercayaan ini adalah mencapai tentreming ati atau ketenteraman jiwa dalam hidupnya. Para penghayat kepercayaan Kaweruh Hak 101 ini sebelumnya juga memeluk agama, namun karena alasan tidak menemukannya ketenteraman hidup mereka bergabung dengan paguyuban ini dan mereka menemukan ketenteraman hidupnya. Adapun dalam ritual seperti pada umumnya para penghayat kepercayaan, merekak melakukan dengan semedi, selamatan, membakar menyan atau dupa dan memiliki simbol-simbol ritual tertentu. Hal tersebut bukan bermaksud menyembah berhala atau setan, namun hal tersebut sebagai sarana untuk bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkah yang diterimanya (Wawancara dengan Sumikan, 2014). PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 48 Gambar 4.1: Lambang Paguyuban Kaweruh Hak 101 Arti lambang Kaweruh Hak 101: 1. Arti gambar a. Segitiga emas, suatu lambang keemasan/101 yang artinya adalah Tritunggal atau Tridoyo, tiga kekuatan menjadi satu (Nyawa, Raga, dan Sukma). b. Segitiga emas, yang berbentuk gunung bisa dilambangkan sebagai sebuah keagungan atau keteguhan. c. Segi tiga emas, bisa dilambangkan tumpeng atau puncak. Puncak yang artinya adalah mituhu atau minulyo kepada Yang Maha Kuasa, Yang Diatas, agar kita semua diberi keselamatan didunia dan dialam kelanggengan. 2. Arti warna Segi tiga emas yang bergambar segitiga diberi kerucut empat warna, yang artinya kita harus mengenal tembung kiblat papat. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 49 a. Puncak berwarna putih, suatu lambang kesucian (Tuhan). b. Puncak berwarna merah, suatu lambang keberanian, berani dalam hal kebaikan atau benar. c. Puncak berwarna kuning, suatu lambang kewenangan, kedamaian, kehati-hatian atau sifat kendali agar kita selamat sampai tujuan. d. Puncak berwarna hitam kebawah, suatu lambang dasar, landasan, pokok atau penutup menggambarkan orang yang tidak mau menjalankan kebaikan atau kebenaran e. Segitiga emas yang berlambang puncak lima dan bergambar kerucut empat menuju keatas dan satu kebawah kalau disatukan bisa jadi arti pancasila, yaitu kiblat papat satu pancer atau dununge urip sejati. 3. Arti kaweruh Hak 101 Kaweruh adalah perjalanan hidup mulya, Kaweruh Hak adalah ajaran hidup mulia, kepunyaan sendiri yang harus kita gali atau pelajari agar kita mengenal jati diri dan tau asal-usul agar hidup kita tidak semena-mena, dan akan tau apa itu rasa yang sebenarnya. Kaweruh Hak adalah ilmu jati diri atau pengendalian yang perjalanannya diawali oleh: a. Imam Sliro Diwismo, yang artinya perilaku yang benar dalam jati diri kita. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 50 b. Ronggo Jati Sukmo, yang artinya badan kita agar bersih atau menjalankan hidup baik dan benar untuk menuju kesucian. c. Rasa Jati, artinya kita menjalankan hidup yang sebenarnya agar kita punya pengendalian atau sesuai rasa yang kita rasakan. Kalau kita satukan dan kita artikan nama diatas, adalah badan pribadi atau hidup sendiri. Sukma, raga, nyawa manunggal (Tritunggal) yang dununge urip sejati. Dan arti nomor 101, adalah pengemas atau penyeimbang, dan bisa dikatakan adil. Sedangkan arti Tan ana jalma mangruwo, Bhineka tunggal ika adalah meskipun kita bebeda-beda namun kita adalah satu. 4. Sejarah Pengahayat Kepercayaan di Gunung Srandil Menurut hasil wawancara dengan Saliyo (2014) seorang narasumber yang juga merupakan juru kunci di petilasan Gunung Srandil, sejarah penghayat kepercayaan berawal dari kerajaan Kediri. Pada waktu itu masih pada zaman Kadewatan menuju zaman peralihan. Kemudian ketika masa berjayanya kerajaan Majapahit yang merupakan zaman peralihan dari Kadewatan menuju kamanungsan dimana masyarakat mulai berpikir secara rasional dengan menghargai harkat dan martabat manusia, dimana tatanan sistem masyarakat pada waktu itu adalah berpusat pada keadilan. Dimana waktu itu yang menjadi undang-undang dan dasar negara Majapahit disebut dengan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 51 Pancawalika yang kemudian pancawalika ini yang menjadi cikal-bakal dari Pancasila. Dikatakan oleh narasumber bahwa sumber dari berdirinya negara ini berawal dari situ, yaitu dimana atas percayanya manusia kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pancawalika yang merupakan dasar negara Majapahit juga meletakkan azas Ketuhanan Yang Maha Esa di bagian paling awal. Hal tersebut karena segala sesuatu yang tercipta di dunia ini dan apa yang kita miliki adalah berasal dari Tuhan. Adapun manusia dapat menciptakan atau dapat melakukan segala sesuatu dari yang paling kecil sampai yang paling menahjubkan karena didasari atas kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Konsep pemikiran diatas berawal dan berakhir pada zaman Majapahit, berawal dari kejayaan Majapahit dan berakhir dengan runtuhnya Majapahit. Setelah runtuhnya Majapahit, para raja dan pujangga waktu itu berpencar untuk mencari keheningan untuk menciptakan kepercayaannya. Para pujangga waktu sangat berpegang pada kekuatan supranaturalnya, dan dengan adanya petunjuk untuk bertapa di Gunung srandil yang berada di pesisir laut selatan. Nama Gunung Srandil sendiri berarti Sarananing Adil atau sarana keadilan (Wawancara dengan Saliyo, 2014). Dengan adanya petilasan di Gunung Srandil ini menjadi sebuah tempat bagi masyarakat sekitar untuk merenungkan kembali jati diri kehidupannya dalam kaitannya kepercayaannya kepada Tuhan Yang PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 52 Maha Esa. Dengan adanya petilasan ini pula para penghayat kepercayaan semakin berkembang dan ada hingga saat ini. Mereka membentuk sebuah paguyuban-paguyuban kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta bersama-sama mengembangkan diri dalam kehidupannya dengan laku semediatau laku batin dalam kaitannya hubungan dengan Sang pencipta dan sesama ciptaan (Wawancara dengan Saliyo, 2014). 5. Ajaran tentang Kepercayaan Salah satu sistem nilai yang berada di Gunung Srandil ini adalah nilai tentang ajaran kepercayaan. Penghayat kepercayaan adalah istilah bagi para penghayat kebatinan yang tidak menganut agama. Pada dasarnya para penghayat kepercayaan percaya penuh kepada Tuhan Yang maha Esa. Mereka percaya bahwa kehidupan berasal dari Tuhan, dan dengan kepercayaannya kepada Tuhan mereka dapat melakukan kehidupannya, serta selalu mengutamakan laku becik atau kehidupan yang baik dalam kaitannya dengan Tuhan dan alam sekitar. Pada dasarnya ajaran tentang kepercayaan ini sangat sederhana, yaitu percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, atau orang kepercayaan menyebut dengan Gusti Agung ingkang murbeng dumadi, Sang Guru jagad kang murah asih (Wawancara dengan Sumikan, 2014). Inti dari ajaran kepercayaan ini adalah ajaran tentang hidup. Mereka percaya bahwa sumber dari segala kehidupan adalah Tuhan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 53 Yang Maha Esa yang telah menjadikan kehidupan di dunia ini (Wawancara dengan Sumikan, 2014). Ajaran kehidupan bagi penghayat kepercayaan pada dasarnya adalah ajaran untuk hidup yang baik dalam hubungannya dengan Tuhan dan sesama ciptaan. Contoh ajaran kepercayaan: Menghormati orang tua, mengucap syukur kepada sang pencipta, memelihara perdamaian, dan lain sebagainya. Dalam hal mengucap syukur kepada sang pencipta biasanya dilakukan dengan melakukan upacara selamatanyang berarti ungkapan syukur kepada Tuhan atas rejeki dan kehidupan yang telah diterimanya (Wawancara dengan Sumikan, 2014). Ajaran-ajaran para penghayat kepercayaan ini lebih menitik beratkan pada keadilan antar manusia dan dengan Tuhan, atau lebih dikenal dengan ajaran keseimbangan. Dalam hal ajaran tentang kepercayaan ini, rasa atau batin memiliki peran yang besar karena yang menggerakkan manusia berperilaku dan bertindak ataupun merasakan perilaku atau tindakannya itu baik adalah rasa atau batin itu sendiri. Oleh karena itu, rasa atau batin haruslah selalu dipupuk agar lebih baik dan untuk tercapainya manusia yang baik atau disebut dengan Manungsa tanpa ciri (Wawancara dengan Sumikan, 2014). Secara umum ajaran-ajaran tentang kepercayaan adalah menghayati nilai-nilai dan kenyataan rohani dalam diri manusia serta alamnya dan membawa orang kepada pertemuan kenyataan hidup PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 54 sejati serta pencapaian budi luhur dan kesempurnaan hidup. Usahausaha tersebut dilaksanakan dengan berbagai latihan rohani, laku tapa brata dan samadi, serta latihan-latihan lainnya untuk mengurangi kenikmatan lahiriah seperti hawa nafsu, makan dan minum. B. Makna Kebahagiaan Pada bagian ini disajikan mengenai identitas, latar belakang, dan kehidupan informan serta kehidupan masyarakat sehari-hari. Disajikan pula data dari hasil wawancara dan pengamatan terhadap informan. Dari situ kemudian dilakukan koding untuk menemukan tema-tema yang muncul sesuai dengan pokok permasalahan yang sedang dibahas. Setelah itu tema-tema tersebut dikategorikan dan diperbandingkan antara informan satu dengan yang lainnya untuk menemukan konsep-konsep yang muncul. 1. Informan 1 a. Identitas Tabel 4.1: Identitas Informan 1 Nama Usia Pekerjaan Lama menjadi penghayat TG 36 Tahun Pekerja Bangunan Sejak 2010 b. Hasil Wawancara Sebelum mengikuti penghayat kepercayaan, informan adalah seorang penghayat agama muslim. Namun informan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 55 mengatakan bahwa kehidupannya masih terombang-ambing. Informan mengaku sebagai penghayat muslim namun tidak menjalankan sebagai mestinya sebagai seorang muslim, justru sering melakukan perilaku yang tidak sesuai. Hal tersebutlah yang membuat kehidupan informan kurang bahagia dan mengaku belum menemukan makna dalam hidupnya. Sebelum mengenal kepercayaan, informan sudah lama menggeluti pencak silat dan menekuni kebatinan di pencak silat tersebut untuk menunjang ilmu pencak silatnya. Namun pada puncaknya, pada tahun 2010 informan merasa terpanggil untuk bergabung menjadi penghayat kepercayaan. Informan ikut bergabung menjadi penghayat kepercayaan untuk mengikuti apa yang menjadi kebahagiaan hidup.“Kulo kan kat riyen niku istilahe ngugemi opo seng dadi wong jawa iku. Istilahe niku pados ayeming ati” (122-124). Setelah sekian lama informan mulai meninggalkan agamanya dan mulai berani membuka diri sebagai seorang penghayat kepercayaan karena merasa hidupnya semakin tenang. “Seng tak rasakne neng awak iki kroso adem, neng ati tenterem. Nyambut dalem yen biasane niku gambang tersinggung, sakmeniko nggeh ngurangi. Ayem niku nggeh naliko nyambut damen, golek sandang pangan niku nggeh gampan.”(128-134) . PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 56 Ketika pertama kali membuka jati diri sebagai seorang penghayat kepercayaan, banyak tantangan dari orang-orang sekitar. Tantangan tersebut berupa penolakan dan cemoohan dari orang sekitar. Namun informan berusaha untuk bersabar dan tidak cepat marah serta mengembangkan kerendahan hati terhadap orangorang yang menentangnya. Setelah mengalami penolakan akhirnya informan dapat diterima oleh orang-orang disekitarnya, dan justru orang-orang sekitarnya merasa bangga dengan informan yang hidupnya semakin baik. Ini merupakan pengalaman membahagiakan yang dialami oleh informan. Menurut informan hidup adalah memaknai kodradnya sebagai manusia. “Urip ing alam ndoyo niku nggeh namun siji, pertama kedah emot kepada Tuhan yang maha kuasa, ojo lali lan wani karo rama-biyunge. Kedah ngabekti karo seng kuasa, wayae sembayang semedi yo dilakoni, wayae usaha yo usaha. Dados mpun mboten neko-neko, pikirane seng aneh-aneh pun mboten wonten”(146-154). Menurut informan, orang yang percaya kepada Tuhan akan melakukan hidupnya dengan baik, menjalin relasi yang baik dengan orang lain, berkerja yang jujur dan senantiasa bahagia. Dalam kaitannya relasi dengan masyarakat terutama dengan orang yang berbeda kepercayaan, informan berusaha untuk berbaur dengan baik. Kalau ada kegiatan di lingkungan misalnya juga harus ikut berpartisipasi, kalau ada selamatan juga ikut PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 57 bergabung. Intinya adalah saling menghormati dan nyengkuyung atau mendukung apa yang menjadi kerepotan orang lain untuk bersama-sama dibantu. “Dados meniko sampun berjalan bareng. Dengan adanya kepercayaan disini mboten membatasi hubungan dengan masyarakat, justru makin akeh konco makin sae. Mbok bileh enten seng mbetakne nopo-nopo nggeh seng penting guyub rukun, podo disengkuyung”(163-171). Terkait dengan petilasan di Gunung Srandil, informan sangat menghormati petilasan tersebut karena merupakan tempat yang pernah dijadikan oleh leluhur kita untuk berdoa dan mendekatkan diri kepada Tuhan. “Petilasan meniko sejarah, misalnya ada orang tua waktu dulu pernah menempati daerah menyebarkan ajaran jawa. Dados meniko petilasan nenek moyange kito. Dados ajaran meniko dipun turunaken dumateng keturunane, lajeng diturunaken dumateng turunane maneh. Jadi ada hubungannya dengan sejarah seng ndadosaken kito saget ngantos sakmeniko”(190-200). Artinya petilasan tersebut merupakan tempat untuk berdoa dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Adapun petilasan tersebut banyak dijadikan sarana untuk meminta kekayaan atau pesugihan, sebenarnya petilasan tersebut adalah sarana untuk meminta kepada Tuhan. Adapun para penghayat kepercayaan banyak yang menjadi juru kunci di petilasan tersebut, adalah untuk membantu PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 58 peziarah untuk sampai kepada Tuhan dan mendoakan yang baik untuk para peziarah. Karena menurut informan membantu orang lain itu adalah baik, meskipun terkadang orang yang kita tolong lupa terhadap kita. Informan menambahkan bahwa menolong itu harus iklas tidak mengharap sesuatu, karena menolong itu juga membahagiakan. “Kirang langkung nggeh sak sagete kulu nyuwunaken dumateng Gusti wonten ing panguawase srandil. Nggeh kulo sewunaken, kedah pitados, mpun sah ragu-ragu”(253257). Menurut informan materi adalah sarana untuk hidup yang lebih baik. “Harta benda meniko duniawi, niku asile kringet getih kito. Niku istilahe sandangane manungsa mpun wonten seng ngatur. Meniko sampun sak laku kaleh manungso, magkane tiyang ingkang mboten gadah materi nggeh stres”(233-239). Menurut informan tanpa materi manusia juga tidak dapat hidup, oleh karena itu materi harus dicari dengan cara yang benar. “Nggeh kedah ngupoyo, mboten namung nyuwun kemawon”(239-240). Informan memaknai kebahagiaan sebagai sebuah kedamaian hati. Hal tersebut tercapai karena kepercayaannya kepada Tuhan Yang Maha Pengasih. Kebahagiaan bukan hanya pada meteri saja, ketika bisa menolong orang, informan juga merasa bahagia. “Nggeh raos binggah. Nopo maleh seng kulo tulung usahane terus lancar. Nggeh matur nuwun sanget dumateng PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 59 seng kuasa”(266-269). Selain itu hidup rukun dengan keluarga dan masyarakat juga adalah sebuah kebahagiaan. Meskipun kadang banyak hal yang membuat tidak rukun tetapi menurut informan kita harus dapat menjalaninya dengan iklas. c. Tema-tema yang Muncul dalam Wawancara Tabel 4.2: Tema-tema yang muncul dalam wawancara informan 1 No 1. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. Tema Alasan mengikuti kepercayaan Kesan terhadap kepercayaan Permasalahan yang muncul Makna kepercayaan Hubungan dengan masyarakat Makna petilasan Ajaran kepercayaan Makna materi Makna menolong orang lain (sebagai juru kunci) Ajaran tentang Tuhan Makna kebahagiaan Bahagia dalam permasalahan Muncul dalam wawancara Ayeming ati (kebahagiaan batin) Ayem, tentrem, neng ati adem Penolakan Percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa Harmonis, rukun, saling nyengkuyung Sejarah, bagian dari hidup Menjalankan hidupnya dengan baik Sarana hidup Memberi, sepenuh hati untuk tujuan yang baik, bahagia Tuhan Yang Maha Esa, Maha pengasih Kedamaian hati (rasa), dapat memberi Keiklasan, berupaya untuk kebaikan bersama PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 60 2. Informan 2 a. Identitas Tabel 4.3: Identitas Informan 2 Nama Usia Pekerjaan Lama menjadipenghayat SL 70 Tahun Pensiunan Sejak lahir b. Hasil Wawancara Informan merupakan salah satu juru kunci sekaligur narasumber penghayat kepercayaan di sekitar petilasan Gunung Srandil. Dan beliau sudah lama melakukan hal tersebut, serta sudah banyak menolong orang lain dalam mencapai apa yang diinginkan dalam hidupnya. Kenyataannya kehidupan informan memang sangat sederhana, namun kebahagiaan yang dirasakan informan adalah bisa menolong orang lain bukan soal harta yang dimiliki. Menurut informan, kepercayaan adalah tulang punggung dari Pancasila, karena dasarnya adalah Tuhan Yang Maha Esa. Sangat tidak mungkin sila-sila selanjutnya dapat dilakukan jika orang tidak melakukan sila yang pertama. Agama adalah sarana politisasi bagi sebagian orang yang akhirnya banyak orang yang beragama namun tidak memiliki kepercayaan kepada Tuhan. Hal tersebut terlihat dari perilaku orang-orang yang mengaku beragama namun korupsi, membunuh, dan sebagainya. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 61 Seharusnya orang yang percaya kepada Tuhan tersebut harus hidup dengan baik, karena Tuhan itu adalah kebaikan. “Kepercayaan meniko intine percoyo, pitados dumateng Gusti ingkang paring gesang. Anane kito gesang lan seget ndamel punopo kemawo meniko nggeh anene awake dewe percoyo dumateng Gusti Allah”(358-363). Bagi orang penghayat kepercayaan, yang menjadi nomor satu adalah Tuhan. Hal tersebut harus didukung dengan perbuatan yang baik terhadap orang lain karena tujuan manusia itu adalah ketentraman. Orang yang percaya kepada Tuhan jelas bahagia karena melakukan sesuatu yang baik, “tansah eling, waspodo lan rumongso” (ingat, waspada dan merasa)terhadap hidupnya. Dalam kaitannya hubungan dengan orang lain atau penghayat kepercayaan lain para penghayat kepercayaan disini baik. Para penghayat kepercayaan juga selalu mengutamakan toleransi dari pada membenci, namun informan menambahkan bahwa orang penghayat kepercayaan lain juga bersikap baik kepada penghayat kepercayaan, namun tidak tau kalau di belakang bagaimana. “Kalau secara manusiawi ya baik, tapi kalu menurut agama mereka ya tidak tau. Namun kalau kita ya fleksibel saja, intinya kita percaya kepada Tuhan”(369-372). Terkait dengan kebahagiaan hidup, itu merupakan tujuan hidup (netepi urip). Dan bagaimana mencapainya tentunya dengan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 62 hidup yang baik pula. Dengan cara olah rasa mengingat apa yang kita temui dalam hidup ini bukan semua sesuai dengan apa yang kita inginkan, bahkan justru menyakitkan. Oleh karena itu kita harus mengolah semua itu dalam hati kita menjadi sesuatu yang menentramkan. Dalam kaitannya dengan petilasan di Gunung Srandil, menurut informan ini adalah sebuah pertapaan, yaitu tempat manusia berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dan informan mengatakan dengan tegas ini bukan tempat mencari pesugihan. Ini tempat berdoa kepada Tuhan untuk meminta kemurahan dari Sang Pencipta. Hal tersebut mengingat karena ditempat ini para leluhur kita pernah mendapat wahyu berupa pencerahan batin ketika bersemedi dan bermati raga disini. “Tempat ritual dimana orang pada berdoa, menyembah kepada Tuhan bukan berarti kepada batu atau kayu. Memohon kepada Tuhan melalui kepercayaannya menurut agamanya masing-masing”(390-395). Di petilasan ini memang terdapat beberapa tempat yang dulu pernah digunakan para pujangga dalam mencari pencerahan batin. Pencerahan batin itu dapat dicapai ketika sudah meninggalkan kepentingan duniawi dan secara pasrah diri bersatu dengan Tuhan. Menurut informan sebagai seorang juru kunci, tugas yang utama adalah mengarahkan para peziarah dalam hal beritual untuk PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 63 sampai kepada Tuhan. Memang para peziarah datang dengan berbagai permintaan, namun ketika permintaan itu baik dan dimohonkan kepada Tuhan pasti Tuhan akan memberi. Jadi disini tidak ada sedikitpun unsur meminta kepada setan. “Yang pertama tugas pokok para juru kunci itu adalah melayani para tamu yang datang. Kedua menjelaskan kepada tamu tentang srandil itu tempat pertapaan untuk memohon kepada Tuhan melalui leluhur yang dulunya pada bertapa disini”(430-436). Juru kunci disini adalah menolong para peziarah sampai kepada Tuhan. Hal yang membahagiakan disini ketika orang yang meminta, permintaannya dapat terkabul. Bukan soal para peziarah memberi imbalan kepada kita. Menurut informan disini kita menolong, jadi upahnya adalah kebahagiaan ketika bisa menolong itu, bukan ubah berupa harta yang diberikan orang kepada kita. Menurut Informan, kebahagiaan itu memiliki tingkatan. Yang pertama dan yang paling dangkal kebahagiaan itu adalah soal materi atau kekayaan. Kemudian selanjutnya kebahagiaan itu adalah soal keselamatan yang kita miliki yaitu hidup yang sehat dan jauh dari penyakit. Selanjutnya kebahagiaan itu adalah ketika kita bersama orang-orang yang kita cintai, meskipun tidak memiliki kekayaan tetapi kalau sudah bersama orang-orang yang kita cintai tersebut itu bahagia. Selanjutnya kebahagiaan yang paling tinggi adalah memaknai hubungan kita dengan Tuhan. Hal PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 64 ini terjadi jika seseorang telah menemukan dan merasakan apa yang dimaksud lingkungan transenden dalam hidupnya, manunggaling kawula lan Gusti. Informan menambahkan bahwa “Wangsul kados wau, saya sangat berbahagia. Ada ketika ada pendatang menanyakan dengan kelegowoan saya, saya jawab, kemunian setelah itu mereka menjalani dan diterima dengan rasa bersyukurnya dan berterimaksihnya bahwasanya atas keberhasilannya. Nah ini betapa bahagianya bagi saya. Jadi kebahagiaan saya bukan karena saya berlebihan seperti itu. Bukan karena materi kekayaan itu. Melihat saja orang punya tujuan dijalani dan mendapat keberhasilan dan selamat, sakitnya juga sembuh, kalau ada orang mencari kerja juga segera mendapatkan melalui berdoa kepada Tuhan disitu, setelah beberapa bulan kemudian menyampaikan kabar kepada saya kalau berhasil. Niku engkang ndadosaken kabingahan kulo. Saya itu bahagia ya walaupun nggak punya uang. Jadi uang bukan jaminan bahagia, menurut pengalaman saya yang tersentuh sekali.”(497-519). PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 65 c. Tema-tema yang Muncul dalam Wawancara Tabel 4.4: Tema-tema yang muncul dalam wawancara informan 2 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Tema Kesan terhadap kepercayaan Permasalahan yang muncul Makna kepercayaan Hubungan dengan masyarakat Makna petilasan Ajaran kepercayaan Makna menolong orang lain (sebagai juru kunci) Ajaran tentang Tuhan Makna kebahagiaan Bahagia dalam permasalahan Muncul dalam wawancara Bangga karena masih bisa melestarikan budaya leluhur Penolakan Percaya kepada Tuhan, dasar untuk melakukan hidup Relasi yang baik Tempat untuk berdoa kepada Tuhan Percaya kepada Tuhan yang Maha Pengasih, hidup dengan penuh kasih Panggilan hidup, menolong orang , bahagia Melakukan sesuatu yang baik, cinta kasih Materi atau kekayaan, keselamatan atau kesehatan, kebersamaan dalam cinta, memaknai hubungan dengan Tuhan (pencapaian dengan yang transenden) Masih bisa berada pada pilihan hidup, rendah hati, sederhana 3. Paguyuban a. Identitas Tabel 4.5: Identitas Paguyuban Kaweruh Hak 101 Nama Lama Berdiri Nama Ketua Jumlah Anggota Penghayat Kaweruh Hak 101 Sejak tahun 2008 Sumikan Martoyo 150 Anggota penghayat PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 66 b. Hasil Sarasehan Dalam sebuah kesempatan peneliti ikut bersama salah satu paguyuban Kaweruh Hak 101 untuk ikut sarasehan rutin malam jumat legi. Dalam sebuah pertemuan ini pertama kali dibuka dengan doa semedi, memasrahkan diri kepada Tuhan dengan cara bermeditasi dan berdoa bersama. Setelah doa semedi acara dilanjutkan dengan sarasehan yaitu sharing pengalaman antar penghayat dan kemudian direfleksikan bersama hingga menjadi sebuah pengetahuan atau ilmu baru bagi penghayat kepercayaan. Pada acara puncaknya yaitu pukul 00.00 adalah doa malam. Disini para penghayat bersyukur atas rahmat yang diberikan oleh Tuhan dan memohon tuntunan dan perlindungan untuk esok hari. Para penghayat sangat terbuka dengan kedatangan peneliti dan mereka terlihat sangat antusias. Dalam kesempatan sarasehan tersebut para penghayat mempersilahkan peneliti untuk membuat topik pembicaraan yang selanjutnya akan disharingkan bersama dan dicari kebenarannya secara bersama-sama. Dalam kesempatan ini pula peneliti mengarahkan topik pembicaraan sesuai dengan tujuan penelitian yaitu makna kebahagiaan. Para penghayat sendiri memiliki latar belakang yang bermacam-macam sebelum mereka mengikuti kepercayaan. Kebanyakan mereka sebelumnya juga memeluk suatu agama tertentu. Namun karena alasan tidak menemukan kedamaian dalam PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 67 hidupnya para penghayat ini kemudian menempatkan pilihan pada kepercayaan. Kebanyakan dari mereka merasa hidupnya lebih nyaman dan damai setelah memeluk kepercayaan. Pada kesempatan ini para penghayat saling mensharingkan pengalaman hidupnya terkait dengan makna kebahagiaan yang mereka rasakan dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun ditengah kehidupan bermasyarakat banyak orang yang mengatakan bahwa para penghayat tersebut adalah aliran sesat, namun para penghayat senantiasa menunjukkan rasa kerendahan hatinya untuk tetap sabar sembari melakukan hidup yang baik dan berguna bagi orang lain. Inti dari kepercayaan adalah percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Jadi disini tidak ada sedikitpun penyimpangan ajaran yang menyesatkan. Mereka percaya bahwa kehidupan ini adalah dari Tuhan. Dan cara memuliakan Tuhan dapat dilakukan dengan banyak cara, termasuk sembayang semedi, selametan dan lain sebagainya. Semuanya itu mengandung unsur ungkapan syukur yang mendalam terhadap sang pencipta. Bagi para penghayat kepercayaan, hidup harus disesuaikan sesuai dengan kodradnya sebagai manusia. Sebagai manusia yang percaya kepada Tuhan, tentunya manusia senantiasa mengupayakan perbuatan yang baik (laku becik). Hal-hal seperti kebencian, rasa dendam dan sebaginya adalah menyalahi kodrad kita sebagai manusia yang percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 68 Sikap kita terhadap orang yang membenci kita hendaknya tidak dibalas dengan kebencian, melainkan dibalas dengan kebaikan (Wawancara dengan Sumikan, 2014). Menciptakan kehidupan yang damai (ayem tenterem) adalah cita-cita bagi para penghayat kepercayaan. Sadar akan kita manusia yang berbeda dengan satu sama lain hendaknya harus disikapi secara bijak pula. Oleh karena itu sangat diperlukan sikap kerendahan hati untuk bertoleransi terhadap perbedaan orang lain tersebut. Setiap perbedaan tersebut harus dihargai namun kita juga harus tetap bersatu membangun dunia yang lebih baik (Wawancara dengan Sumikan, 2014). Dari sharing beberapa orang penghayat kepercayaan, kemudian saling ditanggapi oleh para penghayat yang lain sampai menghasilkan sebuah kesepakatan tentang makna kebahagiaan. Berikut adalah beberapa pendapat tentang makna kebahagiaan dari beberapa orang penghayat kepercayaan yang mensyaringkan pengalamannya: PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 69 Tabel 4.6: Arti kebahagiaan dalam sarasehan paguyuban Informan 1 Ketika bersama keluarga atau orang-orang yang dicintai. Keluarga senantiasa diberi kesehatan Kebahagiaan dan adalah? keselamatan Pendapat Informan Informan 2 Dapat melakukan sesuai dengan apa yang menjadi anteping ati Informan 3 Memiliki hubungan yang baik dengan Sang Pencipta Memiliki hubungan yang baik dengan lingkungan sekitar Hidup rukun dengan sesama meskipun berbeda kepercayaan serta dapat menolong kesusahan orang lain Memiliki Dapat berguna bagi Ketika kita rejeki yang orang lain, bisa sabar cukup untuk terutama keluarga terhadap keperluan cobaan dan hidup tetap merasa bahagia meskipun sedang dalam permasalahan Dari beberapa sharing tersebut maka disepakati bersama bahwa kebahagiaan adalah bab raos (soal rasa) yaitu kaitanya dengan pencapaian batin. Pencapaian batin tersebut terjadi ketika seseorang memaknai hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, atau berada dalam situasi yang transenden. Kebahagiaan tidak terletak dari seberapa banyak memiliki kekayaan atau materi. Kebahagiaan bukanlah apa yang orang lain berikan kepada kita, melainkan apa yang kita berikan kepada orang lain dan berguna bagi orang lain. Kebahagiaan juga tidak selalu berupa sesuatu yang mengenakkan bagi kita, terkadang kebahagiaan juga berupa rasa PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 70 penolakan, cemoohan ataupun sesuatu yang tidak mengenakan dari orang lain. Namun ketika kita dapat memaknainya atau istilahnya olah rasamaka hal tersebut akan lebih membahagiakan bagi kita. c. Tema-tema yang Muncul dalam Sarasehan Tabel 4.7: Tema-tema yang muncul dalam sarasehan No 1. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. Tema Alasan mengikuti kepercayaan Muncul dalam wawancara a. Mengikuti apa yang menjadi keinginan hati b. Mencari kedamaian hidup c. Mencari makna hidup Kesan terhadap a. Merasa menemukan jati diri kepercayaan b. Lebih bahagia c. Lebih nyaman Permasalahan yang a. Penolakan secara sosial muncul b. Tidak memiliki hak yang sama sebagai warga negara Makna a. Percaya kepada Tuhan YME kepercayaan b. Tuhan adalah kasih c. Dasar untuk hidup Hubungan dengan a. Harmonis masyarakat b. Guyub-rukun c. Tolong-menolong Makna petilasan Sejarah dari nenek-moyang Ajaran a. Eling, waspodo, rumongso(ingat, kepercayaan waspada, dan merasa) b. Rendah hati c. Sabar Makna materi Sarana hidup untuk mencapai sesuatu yang lebih baik Makna menolong Membantu orang untuk sampai orang lain (sebagai kepada Tuhan dalam juru kunci) permasalahannya Ajaran tentang Maha besar yang menciptakan dunia Tuhan dan maha baik Makna a. Bab raos (soal rasa) pencapaian kebahagiaan batin (transenden) b. Perkara memberi Bahagia dalam Olah rasa atau memaknainya dalam permasalahan batin PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 71 Tema-tema yang muncul tersebut merupakan hasil dari sarasehan paguyuban Kaweruh Hak 101 yang telah disepakati bersama oleh semua penghayat yang ada dalam sarasehan tersebut. Adapun perbedaan pendapat di awal oleh para penghayat yang mensharingkan pengalaman hidupnya terkait dengan topik pembicaraan kemudian dibicarakan bersama dan direfleksikan bersama hingga menemukan kesepakatan bersama. 4. Gambaran tentang Makna Kebahagiaan para Penghayat Kepercayaan di Gunung Srandil secara Umum Para penghayat kepercayaan memiliki latar belakang kehidupan yang berbeda-beda. Sebagian besar dari mereka sebelum menjadi penghayat kepercayaan juga memeluk suatu agama tertentu. Bukan hanya memeluk agama tertentu, mereka juga sudah menekuni ajaran agama sebelumnya bahkan ada yang sudah hidup di pondok pesantren selama tiga tahun, lima tahun, ataupu tujuh tahun. Ada pula para pengahyat kepercayaan yang memeluka agama tertentu sebelumnya hanya asal-asalan saja dan tidak menjalankan ajarannya. Alasan mendasar informan menjadi penghayat kepercayaan adalah pencarian jati dirinya sebagai manusia. Sebagai pemeluk agama dirasa bulum memberikan ketenteraman bagi kehidupan informan. Dengan menemukan jati dirinya dan memahami kodradnya sebagai manusia membuat kehidupan informan semakin bahagia. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 72 Dengan menekuni kepercayaan mereka merasa menemukan tujuan dalam hidupnya dan sadar kepada kodradnya baik sebagai manusia ataupun sebagai orang jawa. Hal ini seperti pada penelitian sebelumnya bahwa tujuan manusia hidup adalah untuk mencapai ketenteraman yang merupakan istilah khas yang dimiliki oleh mereka dan masyarakat Jawa pada umumnya. Data tersebut sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Ki Ageng Suryomentaram, bahwa sebagaimana dalam kosmologi jawa, Ki Ageng Suryomentaram melakoni “laku”. Laku yang dilakukan dengan meninggalkan segala yang duniawi, kekayaan, harta dan kekuasaan. Semua itu ditinggalkan untuk melakukan pencarian hidup yang sejati. Atau dalam istilah orang jawa sering dikatakan “sejatinya hidup itu apa?” (Yudistira, 2013). Kesan bagi para penghayat kepercayaan setelah menekuni kepercayaan adalah meningkatnya kualitas hidup mereka. Hal tersebut diungkapkan oleh beberapa informan bahwa mereka merasa tenang, nyaman, dan damai. Terlebih bagi mereka yang sudah berani membuka jati diri di dalam masyarakat ataupun catatan sipil, ada kebanggaan tersendiri bagi mereka. Mereka merasa semakin memaknai hidup dan semakin bisa merasa bahagia baik dalam keadaan apapun. Hal tersebut sesuai dengan makna tentang kebahagiaan secara psikologis. Kebahagiaan adalah perasaan positif yang berasal dari PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 73 kualitas keseluruhan hidup manusia yang ditandai dengan adanya kesenangan yang dirasakan oleh seorang individu ketika melakukan sesuatu hal yang disenangi di dalam hidupnya dengan tidak adanya perasaan menderita. Banyak permasalahan yang dihadapi oleh para penghayat kepercayaan. Permasalahan tersebut berupa persepsi negatif dari masyarakat. Banyak masyarakat yang mengatakan bahwa pengahayat kepercayaan ini sesat, menyembah berhala, dan lain sebagainya. Namun bagi para penghayat kepercayaan, permasalahan tersebut dimaknai sebagai bagian dari kehidupan, serta harus dijalani dengan tulus iklas, sabar, tidak boleh membalas dengan kebencian serta selalu rendah hati dan selalu mau membaur dengan semua orang, termasuk yang membenci mereka. Penjelasan diatas seperti ajaran Ki Ageng Suryomentaramyang menganggap bahwa hidup itu seperti layaknya takdir yang mesti dijalani. Bila seseorang sudah menganggap hidup itu adalah bagian dari takdir, maka seseorang akan menerima dengan iklas bahagia, sengsara, kaya ataupun miskin, atau juga warna-warni kehidupan. Ia mengajarkan “tidak ada sesuatupun di atas bumi dan di kolong langit yang pantas untuk dikehendaki dan dicari, atau sebaliknya ditolak secara berlebihan”. Artinya dalam kehidupan ini sifat “narima ing pandum” menerima bagian hidup kita dengan iklas (Afif, 2012). PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 74 Kepercayaan pada intinya adalah percaya sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Bagi orang penghayat kepercayaan, yang menjadi nomor satu adalah Tuhan. Hal tersebut harus didukung dengan perbuatan yang baik terhadap orang lain karena tujuan manusia itu adalah ketentraman. Orang yang percaya kepada Tuhan jelas bahagia karena melakukan sesuatu yang baik, “tansah eling, waspodo lan rumongso” (ingat, waspada dan merasa)terhadap hidupnya. Penjelasan tersebut mengandung arti bahwa percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa memberi kebahagiaan dalam hidup. Tuhan dimaknai sebagai Sang Pencipta, Yang Maha Kuasa, atau bagi para penghayat kepercayaan menyebut Tuhan dengan Gusti Agung Kang Murbeng Dumadi, Sang Guru Jagad Kang Murah Asih. Bagi para penghayat kepercayaan pada intinya adalah percaya sepenuhnya kepada Tuhan. Orang dapat melakukan apapun yang mengagumkan karena mereka memiliki kepercayaan kepada Tuhan yang diwujudkan dengan kemurnian budi dalam usaha-usaha untuk mencapai apa yang diinginkan dan apa yang berguna bagi kehidupan dirinya dan orang banyak. Sebagai penghayat kepercayaan, mereka juga hidup ditengahtengah masyarakat, dan mereka juga merupakan bagian dari masyarakat. Jadi dalam kaitannya hubungan dengan masyarakat merekapun juga melakukan sewajarnya seperti masyarakat pada umumnya. Mereka secara bersama-sama membaur bersama PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 75 masyarakat lain baik dalam kegiatan kebudayaan ataupun yang berkaitan dengan kegiatan sebagai warga negara. Dalam kaitannya hubungan dengan masyarakat luas, yang terpenting bagi para penghayat kepercayaan adalah rasa toleransai dan saling menghormati antar perbedaan yang ada dalam masyarakat. Penjelasan tersebut mengandung arti bahwa dalam lingkungan sosial, tidak ada hal yang unik bagi mereka, mereka sama seperti masyarakat pada umumnya. Petilasan mengandung makna sejarah yang harus dilestarikan. Bagi penghayat kepercayaan, petilasan adalah tempat yang dulu pernah menjadi tempat bertapa dan bersemedi untuk mendekatkan diri kepada Tuhan oleh para nenek moyang. Petilasan sendiri adalah sarana untuk memohon kepada Tuhan, jadi makna petilasan adalah sebagai sarana untuk sampai kepada Tuhan. Berdoa adalah hanya kepada Tuhan, bukan kepada yang lain. Penjelasan diatas mengandung arti bahwa keberadaan Tuhan adalah diatas segala-galanya. Adanya petilasan merupakan sebuah sarana bagi mereka untuk lebih memaknai kehidupan secara spiritual. Karena menurut tradisi Jawa penghormatan kepada leluwur atau orang yang sudah meninggal merupakan bagian dari kehidupan manusia yang masih hidup didunia sebagai wujud rasa hormat terhadap orang yang lebih tua, yang telah memberikan teladan hidup bagi mereka. Adapun para penghayat kepercayaan banyak yang menjadi juru kunci di petilasan tersebut, adalah untuk membantu peziarah PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 76 untuk sampai kepada Tuhan dan mendoakan yang baik untuk para peziarah. Menurut informan yang juga seorang juru kunci, tugas yang utama adalah mengarahkan para peziarah dalam hal beritual untuk sampai kepada Tuhan. Memang para peziarah datang dengan berbagai permintaan, namun ketika permintaan itu baik dan dimohonkan kepada Tuhan pasti Tuhan akan memberi. Sebagai juru kunci, makna yang dipahami oleh mereka adalah menolong orang lain. Hal inilah yang masih dilakukan oleh sebagian penghayat kepercayaan sebagi juru kunci, karena mereka merasa bahagia dapat menolong orang lain. Kebahagiaan mereka bukanlah terletak pada imbalan yang diberikan oleh orang yang ditolong, namun melihat orang yang ditolong berhasil atau sukses, mereka merasa sangat bahagia. Mereka mempercayai bahwa ketika mereka menolong orang lain, Tuhan pasti tahu, dan pasti menolong mereka. Jadi kebahagiaan sebagai seorang juru kunci atau sebagai seorang yang menolong orang lain adalah terkait dengan apa yang mereka berikan pada orang lain, bukan apa yang orang lain berikan pada mereka. Penjelasan diatas memberi arti bahwa keberadaan Tuhan adalah yang nomor satu. Sebagai juru kunci mereka memaknai bahwa itu untuk membantu orang lain dalam rangka menemukan Tuhan dalam setiap kebutuhan dan keinginan dalam hidupnya. Karena seperti penjelasan sebelumnya, hidup dalam Tuhan dan menemukan Tuhan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 77 dalam setiap kehidupan adalah membuat orang untuk melakukan sesuatu yang baik, dan hal tersebut akan memberikan kebahagiaan. Menurut informan materi adalah sarana untuk hidup yang lebih baik. Menurut informan tanpa materi manusia juga tidak dapat hidup, oleh karena itu materi harus dicari dengan cara yang benar. Yang terpenting disini bukanlah seberapa banyak materi yang dimiliki, namun bagaimana cara memperoleh materi tersebut dan bagaimana memaknai materi tersebut dalam kehidupan. Memang penjelasan tersebut tidak munafik, materi merupakan bagian dalam hidup manusia, namun dalam rangka mencapai kebahagiaan, materi bukan segalanya untuk mencapai bahagia. Keberadaan materi dalam kehidupan bagi para pengahayat kepercayaan memang tidak dapat dipungkiri. Namun untuk mencapai kebahagiaan dalam hidup, orang tidak boleh hanya meletakkan pada hal-hal yang material. Hal tersebut sesuai dengan ajaran Ki Ageng Suryomentaram bahwa ketika manusia melekatkan kebahagiaan pada sesuatu, maka ketika sesuatu itu berkurang atau hilang maka hilanglah kebahagiaan itu. Misalnya ketika manusia memiliki keinginan memiliki mobil baru, ketika keinginan tersebut tidak kesampaian, maka hilanglah kebahagiaan manusia tersebut. Manusia harus berjuang menuju kebahagiaan tercapainya ketentraman hati melalui perilaku spritual atau kebajikan universal (Yuwanto, 2013). PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 78 Kesederhanaan dalam hidup merupakan perwujudan dari sifat “narima ing pandum” menerima bagian hidup kita dengan iklas, seperti pada ajaran Ki Ageng Suryomentaram. Hal tersebut memiliki arti bahwa manusia harus senatiasa menerima dan bersyukur dalam setiap kondisi yang dihadapinya. Karena untuk mencapai kebahagiaan, bukan seberapa banyak materi yang dimiliki, namun adalah sikap menerima dan bersyukur atas apa yang dimiliki atau dalam istilah diatas “narima ing pandum”. Kesederhanaan dalam hidup yang dimiliki oleh para penghayat kepercayaan di Gunung Srandil seperti pada ajaran Ki Ageng Suryomentaram (Soesilo, 2005), mengatakan bahwa dalam budaya Jawa mengajarkan kepada kita hidup itu jangan “Ngongso marake braholo” yang artinya jangan terlalu muluk-muluk, neko-neko, yang sederhana saja. Lebih lanjut Ki Ageng Suryomentaram ingin mengatakan bahwa ajaran budaya Jawa yang sederhana, rendah hati, dan sebagainya membuat manusia menemukan kebahagiaannya dalam hidup jika dilakukan. Sekalipun penjelasan-penjelasan diatas memberi arti tentang makna kebahagiaan, namun secara lebih spesifik makna kebahagiaan menurut para penghayat kepercayaan adalah terkait dengan suasana hati atau biasa disebut rasa. Hal tersebut tercapai karena seseorang telah mengetahui dan merasakan sesuatu yang disebut transenden dalam hidupnya. Sesuatu yang transenden tersebut tercapai karena PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 79 pemaknaannya kepada Yang Maha Kuasa, Gusti Agung Kang Murbeng Dumadi, Sang Guru Jagad Kang Murah Asih. Kebahagiaan adalah apa yang dapat dirasakan, memberi kenyamanan dalam batin. Kebahagiaan tidak hanya terkait dengan perasaan senang atau keberuntungan dalam hidup saja, namun kebahagiaan adalah memaknai setiap apa yang dihadapi dalam hidup sehingga dapat menyentuh rasa atau batin. Hal ini berbeda dengan apa yang disimpulkan pada penelitian sebelumnya yang menyebutkan bahwa kebahagiaan masih mengandung unsur kejasmanian, karena kebahagiaan masih belum menyentuh titik yang terdalam (Krispambudi, 2003). Kebahagiaan memiliki makna lebih dari perkara materi yang dimiliki, atapun keberuntungan yang dialami. Kebahagiaan adalah setiap keadaan baik yang menyenangkan ataupun yang tidak menyenangkan. Kebahagiaan adalah perkara menerima hidup, menjadi diri sendiri atau menemukan jati dirinya meskipun banyak pertentangan dan tidak jarang harus meninggalkan kepentingan duniawi ataupun materi. Hal tersebut seperti apa yang diajarkan oleh Ki Ageng Suryomentaram Sebagaimana dalam kosmologi jawa, Ki Ageng Suryomentaram melakoni “laku”. Laku yang dilakukan dengan meninggalkan segala yang duniawi, kekayaan, harta dan kekuasaan. Semua itu ditinggalkan untuk melakukan pencarian hidup yang sejati. Atau dalam istilah orang jawa sering dikatakan “sejatinya PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 80 hidup itu apa?” (Yudistira, 2013). Hal tersebut dilakukan oleh Ki Ageng Suryomentaram untuk mencapai kebahagiaan dalam hidupnya. Menurut salah satu informan, kebahagiaan itu memiliki tingkatan. Yang pertama dan yang paling dangkal kebahagiaan itu adalah soal materi atau kekayaan. Kemudian selanjutnya kebahagiaan itu adalah soal keselamatan yang kita miliki yaitu hidup yang sehat dan jauh dari penyakit. Selanjutnya kebahagiaan itu adalah ketika kita bersama orang-orang yang kita cintai, meskipun tidak memiliki kekayaan tetapi kalau sudah bersama orang-orang yang kita cintai tersebut itu bahagia. Selanjutnya kebahagiaan yang paling tinggi adalah memaknai hubungan kita dengan Tuhan. Memaknai hubungan dengan Tuhan memberi arti lebih luas, bukan hanya sekedar keberuntungan saja. Namun terkait bagaimana manusia tetap bersikap baik terhadap apa dan siapapun yang tidak baik kepada mereka. Disituasi ini, orang yang percaya kepada Tuhan akan memiliki sikap sabar, dengan penuh kerendahan hati menerima tanpa adanya dendam, karena hal inilah yang dimaknai sebagai suatu kebahagiaan. Bagi para penghayat kepercayaan, kehidupan mereka bukan berarti tanpa masalah. Sebagai manusia pada umumnya memiliki banyak permasalahan dalam hidup. Namun bagi para penghayat kepercayaan, keyakinan mereka adalah bahwa hidup adalah untuk mencapai anteping ati, yaitu apa yang disuarakan oleh hati. Segala PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 81 permasalahan dalam kehidupan tersebut dimaknai sebagai bagian dari kehidupan manusia, dan bukan alasan untuk tidak bahagia. Dimata sosial, keberadaan para penghayat kepercayaan memang masih sering dipandang kurang baik. Banyak persepsipersepsi miring terkait dengan para penghayat kepercayaan. Banyak anggapan bahwa para penghayat kepercayaan dipandang sebagau orang yang kafir atau ajaran yang sesat karena tidak termasuk dalam agama. Sebagai warga negara, para penghayat kepercayaan juga masih belum diakui dalam hal kepercayaannya karena bukan bagian dari kelima agama yang ditetapkan di negara ini. Ditengah permasalahan-permasalahan diatas, para penghayat kepercayaan masih tetap bisa merasa bahagia dalam hidupnya. Karena bagi para penghayat kepercayaan, mereka telah ngugemi opo seng dadi anteping ati, menekuni apa yang menjadi keinginan hati, serta nguri-nguri atau melestarikan apa yang menjadi warisan leluhur mereka. Mereka merasa bahwa apa yang mereka lakukan adalah baik, dan mereka melakukan itu dengan penuh kerendahan hati, bersabar dalam permasalahan, dan memasrahkan sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Makna kebahagiaan disini seperti pada makna ketenteraman yang dikemukakan pada penelitian sebelumnya kepada penghayat kepercayaan. Dalam penelitian sebelumnya terhadap penghayat kebatinan disimpulkan bahwa kehidupan di dunia ini adalah untuk PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 82 mencapai ketenteraman, yaitu kondisi perasaan dimana manusia merasa tenang, netral, tidak kuatir, tidak memiliki beban atau masalah, tidak ada tekanan atau ganjalan, tidak ada permusuhan atau perselisihan. Dalam hal ini ketenteraman dipandang lebih mengarah pada kedalaman, lebih ke kalbu atau batin (Krispambudi, 2003). Yang dimaksud ketenteraman disini adalah bukan hanya tergantung pada situasi yang menguntungkan saja, tetapi juga keadaan yang tidak menguntungkan. C. Pembahasan 1. Makna Kebahagiaan Pemahaman tentang makna kebahagiaan bagi para penghayat kepercayaan di Gunung Srandil pada dasarnya memiliki banyak kesamaan dengan pandangan tentang makna kebahagiaan menurut Ki Ageng Suryomentaraman. Mereka memiliki pemahaman yang sama dalam memaknai tentang sebuah situasi dan kondisi kehidupan yang ideal. Mereka memiliki pemahaman bahwa hidup ideal yang disebut dengan kebahagiaan pada dasarnya terdapat di dalam diri manusia sendiri, dan hal itu dapat tercapai apabila hidup seseorang dipergunakan untuk berbuat baik terhadap sesama serta ketika hidup seseorang telah dapat masuk ke dalam lingkungan yang transenden. Persamaan tersebut secara singkat dapat dibandingkan sebagai berikut: PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 83 Tabel 4.8: Pandangan penghayat kepercayaan di Gunung Srandil dan ajaran Ki Ageng Suryomentaram Pandangan Titik pencapaian kebahagiaan Proses mencapai kebahagiaan Penghayat kepercayaan di Gunung Srandil dan ajaran Ki Ageng Suryomentaram Mencapai lingkungan hidup yang transenden Dilakukan berdasarkan kemauan dari dalam diri Dengan melakukan perbuatan hidup yang baik Menurut para penghayat kepercayaan di Gunung Srandil, kebahagiaan hidup tercapai apabila seseorang memiliki hubungan yang baik dengan Sang Pencipta, kemudian seseorang dapat mengetahui dan merasakan keberadaan yang transenden di dalam hidupnya. Dengan demikian seseorang sudah tidak perlu lagi mencemaskan hidupnya karena mereka telah mengetahui tentang asal dan tujuan dari kehidupannya. Di dalam mencapai atau merasakan yang transenden tersebut seseorang akan mendapatkan bagian dari sifat-sifat yang transenden, karena itu mereka akan memiliki berbagai kelebihan kemampuan yang tidak dimiliki oleh orang-orang biasa. Meskipun mereka dihadapkan dalam situasi yang tidak mengenakkan, misalnya ditolak ataupun dirugikan, mereka masih dapat merasakan kebahagiaan dalam hidup mereka. Mereka dapat tetap merasa bahagia karena mereka telah mengetahui tentang asal dan tujuan dari kehidupan yang mereka alami. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 84 Penjelasan diatas memiliki pemahaman yang sama seperti apa yang diungkapkan oleh Ki Ageng Suryomentaram. Sebagaimana dalam kosmologi jawa, Ki Ageng Suryomentaram melakoni “laku”. Laku yang dilakukan dengan meninggalkan segala yang duniawi, kekayaan, harta dan kekuasaan. Semua itu ditinggalkan untuk melakukan pencarian hidup yang sejati. Atau dalam istilah orang jawa sering dikatakan “sejatinya hidup itu apa?” (Yudistira, 2013). Kebahagiaan merupakan sebongkah perasaan yang dapat dirasakan berupa perasaan senang, tentram, dan memiliki kedamaian (Rusydi, 2007), perasaan-perasaan tersebut merupakan keterbalikan dari rasa sakit, kesedihan, atau ketidaknyamanan (Caiccopo, 1999). Bagi para penghayat kepercayaan, perasaan senang, tentram, dan memiliki kedamaian tersebut terjadi di hati sebagai tempat manusia bisa merasakan perasaan-perasaan tersebut. Pemaknaan terhadap hidup yang dimiliki oleh para penghayat di Gunung Srandil membuat mereka memiliki kemampuan dalam memahami dirinya sendiri. Mereka memahami benar tentang rasa senang maupun sakit yang mereka peroleh dari hidupnya. Pemahaman tersebut memunculkan karakter yang kuat bagi para penghayat kepercayaan di sini, sehingga dalam menjalani hidup mereka, karakter merekalah yang membuat mereka merasakan kebahagiaan dalam hidup. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 85 Penjelasan tentang makna kebahagiaan menurut para penghayat kepercayaan di Gunung Srandil ini juga memiliki kesamaan dengan pendapat Seligman. Menurut Seligman (2002), kebahagiaan yang sebenarnya berasal dari pemahaman terhadap kekuatan karakter yang dimiliki dan menanamkan serta menggunakannya dalam seluruh aspek kehidupan. Jadi, seseorang yang memiliki kekayaan yang melimpah belum tentu akan merasakan kebahagiaan yang sebenarnya. Kekuatan karakter yang menonjol pada indivdidu berbeda pada masing-masing budaya. Mungkin yang perlu di jelaskan dari pendapat Seligman diatas bahwa kekuatan karakter tersebut diperoleh dari kemampuan seseorang dalam menemukan sesuatu yang transenden dalam hidupnya. Sesuatu yang transenden tersebut berasal dari pemaknaan hubungan mereka dengan Sang Pencipta yang kemudian mereka aplikasikan dengan laku becik atau melakukan hidup dengan baik dan benar. Pada dasarnya makna kebahagiaan bagi para penghayat kepercayaan di Gunung Srandil memiliki kesamaan dengan pendapat Diener. Menurut Diener (2009) kebahagiaan adalah perasaan positif yang berasal dari kualitas keseluruhan hidup manusia yang ditandai dengan adanya kesenangan yang dirasakan oleh seorang individu ketika melakukan sesuatu hal yang disenangi di dalam hidupnya dengan tidak adanya perasaan menderita. Bagi para penghayat PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 86 kepercayaan, pengalaman ditolah, dan diberi perlakuan yang tidak sama sebagi warga negara oleh pemerintah ataupun pengalaman yang tidak mengenakkan lainnya bukanlah halangan untuk tidak dapat merasakan kebahagiaan dalam hidup. Mereka tetap merasa bahagia karena keyakinannya bahwa apa yang mereka lakukan adalah sebuah panggilan batin, sesuai dengan apa yang harus mereka lakukan sebagai manusia dalam memaknai hubungannya dengan Sang Pencipta. Keunikan dari pemaknaan tentang makna kebahagiaan yang diungkapkan oleh para penghayat kepercayaan di Gunung Srandil banyak dipengaruhi oleh cara pandang dan budaya yang dialaminya. Adanya perbedaan tentang cara pandang mengenai makna kebahagiaan dengan kebanyaakan orang pada umumnya dipengaruhi oleh perbedaan budaya. Perbedaan budaya tersebut menyebabkan timbulnya perbedaan keyakinan dan nilai pada individu, sehingga menyebabkan perbedaan dalam cara mencapai kebahagiaan dan kepuasan hidup pada budaya yang berbeda (Compton, 2005). Cara pandang para penghayat kepercayaan mengenai makna kebahagiaan memiliki kesamaan dengan pendapat Diener (2003) tentang Subjective well-being. Subjective well-being merupakan evaluasi informantif seseorang mengenai kehidupan termasuk konsepkonsep seperti kepuasan hidup, emosi menyenangkan, fulfilment, kepuasan terhadap area-area seperti pernikahan dan pekerjaan, tingkat PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 87 emosi tidak menyenangkan yang rendah (Diener, 2003). Dalam hal ini, kebahagiaan merupakan pandangan subjektif yang dialami oleh para penghayat kepercayaan mengenai pengalaman-pengalaman yang mereka alami. Untuk merasakan kebahagiaan dalam hidup, bagi para penghayat kepercayaan tidak selalu harus mengalami situasi yang menguntungkan. Sesuatu yang tidak menguntungkan ataupun terkesan menyakitkan seperti pengalaman ditolak yang dialami oleh para penghayat kepercayaan juga dapat menjadikan kebahagiaan ketika dilakukan dengan perasaan yang sabar, iklas, dan rendah hati atau disebut dengan olah rasa. Hal ini memberi penjelasan bahwa perasaan adalah kunci dalam mencapai kebahagiaan dalam hidup. Pendapat diatas memiliki kesamaan dengan ajaran Ki Ageng Suryomentaram. Ia menganggap hidup itu seperti layaknya takdir yang mesti dijalani. Bila seseorang sudah menganggap hidup itu adalah bagian dari takdir, maka seseorang akan menerima dengan iklas bahagia, sengsara, kaya ataupun miskin, atau juga warna-warni kehidupan (Afif, 2012). Ki Ageng Suryomentaram mengajarkan bahwa “tidak ada sesuatupun di atas bumi dan di kolong langit yang pantas untuk dikehendaki dan dicari, atau sebaliknya ditolak secara berlebihan”. Artinya dalam kehidupan ini sifat “narima ing pandum” menerima bagian hidup kita dengan iklas (Afif, 2012). PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 88 Konsep kebahagiaan filsafat Suryomentaram yang utama adalah bebas dari konflik atau ketentraman hati (Yuwanto, 2013). Di dalam kehidupan ini banyak hal-hal yang membuat konflik dalam kehidupan manusia. Konflik bisa berasal dari dalam diri manusia itu sendiri atau dari luar manusia itu sendiri. Konflik dalam diri bisa saja berupa keinginan yang tidak terpenuhi, sedangkan konflik di luar diri sendiri lebih bersumber pada relasinya dengan orang lain. Pendapat dari para penghayat kepercayaan untuk bersikap iklas dan menerima apapun yang dialami dalam hidup merupakan cara bagi para penghayat kepercayaan dalam merasakan kebahagiaan ditengah permasalahan yang dialaminya. Permasalahan tersebut akan menjadi sebuah konflik dan tidak menjadikan ketentraman hati jika tidak dimaknai dengan perasaan yang iklas dan rendah hati. Penjelasan diatas memiliki kesamaan dengan ajaran Ki Ageng Suryomentaram (Soesilo, 2005), yang mengatakan bahwa dalam budaya Jawa mengajarkan kepada kita hidup itu jangan “Ngongso marake braholo”yang artinya jangan terlalu muluk-muluk, neko-neko, yang sederhana saja. Lebih lanjut Ki Ageng Suryomentaram ingin mengatakan bahwa ajaran budaya Jawa yang sederhana, rendah hati, dan sebagainya membuat manusia menemukan kebahagiaannya dalam hidup jika dilakukan. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 89 2. Faktor-faktor Yang Dapat Membuat Seseorang Merasakan Kebahagiaan Bagi para penghayat kepercayaan di Gunung Srandil, banyak faktor yang menurut mereka dapat mempengaruhi kebahagiaan disamping mencapai atau merasakan sesuatu yang transenden yang berasal dari pemaknaan hubungannya dengan Sang Pencipta. Faktorfaktor yang mempengaruhi kebahagiaan menurut para pengahayat kepercayaan tersebut mimiliki persamaan dan perbedaan dengan apa yang dikatakan oleh Seligman (2005). Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kebahagiaan menurut penghayat kepercayaan di Gunung Srandil yang memiliki kesamaan dengan pendapat Seligman (2005). 1. Uang atau materi Bagi para penghayat kepercayaan materi merupakan sarana dalam mencapi kehidupan yang lebih baik, namun bukan satu-satunya hal yang menentukan kebahagiaan keseorang. Seligman (2005) menjelaskan bahwa di Negara yang sangat miskin, kaya bisa berarti lebih bahagia. Namun di Negara yang lebih makmur dimana hampir semua orang memperoleh kebutuhan dasar, peningkatan kekayaan tidak begitu berdampak pada kebahagiaan (Seligman, 2005). PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 90 2. Kesehatan Kesehatan merupakan harta paling berharga dalam mencapai kebahagiaan dalam hidup. Bagi para penghayat kepercayaan, kesehatan adalah salah satu faktor yang membuat orang dapat merasakan kebahagiaan dalam hidup. Menurut Seligman (2005) yang penting adalah persepsi subjektif kita terhadap seberapa sehat diri kita. Seligman (2005) juga menambahkan bahwa orang yang memiliki lima atau lebih masalah kesehatan, kebahagiaan mereka berkurang sejalan dengan waktu. 3. Agama Agama yang dimaksud bagi para penghayat kepercayaan disini adalah kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta memaknai hubungannya dengan Tuhan merupakan hal yang paling mendasar dalam hidup serta membuat kebahagiaan bagi seseorang. Orang yang religius lebih bahagia dan lebih puas terhadap kehidupan daripada orang yang tidak religius (Seligman, 2005). Hal ini dikarenakan agama memberikan harapan akan masa depan dan menciptakan makna dalam hidup bagi manusia (Seligman, 2005). Selain itu, keterlibatan seseorang dalam kegiatan keagamaan atau komunitas agama dapat memberikan dukungan sosial bagi orang tersebut. Hubungan antara harapan akan masa depan dan keyakinan beragama merupakan landasan mengapa keimanan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 91 sangat efektif melawan keputusasaan dan meningkatkan kebahagiaan (Seligman, 2005). 4. Kehidupan sosial Bagi para penghayat kepercayaan, hidup secara berdampingan dengan semua orang secara harmonis dan baik adalah salah satu hal yang membahagiakan. Menurut Seligman (2005), orang yang sangat bahagia menjalani kehidupan sosial yang kaya dan memuaskan, paling sedikit menghabiskan waktu sendirian dan mayoritas dari mereka bersosialisasi. Selain faktor-faktor diatas, faktor-faktor lain yang membuat kebahagiaan dalam kehidupan seseorang menurut para penghayat kepercayaan adalah cinta dan kesuksesan. Cinta yang dimaksud disini adalah cinta yang mereka dapat dari keluarga atau cinta yang dapat mereka berikan kepada keluarga atau orang lain. Sedangkan kesuksesan yang dimaksud oleh para penghayat kepercayaan adalah pencapaian hidup karena kerja keras atau usaha yang dilakukan oleh seseorang. Hal-hal tersebut bagi para penghayat kepercayaan juga dapat membuat kebahagiaan dalam hidup. Faktor-faktor lain yang sangat khas bagi para penghayat kepercayaan dalam mencapai kebahagiaan dalam hidup adalah ketika bisa menolong dan berguna bagi orang lain. Keberadaan petilasan dan pekerjaan sebagai juru kunci yang dilakukan oleh penghayat PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 92 kepercayaan dimaknai sebagai cara menolong orang lain yang ingin berdoa kepada Tuhan. Yang lebih membahagiakan ketika menolong orang lain melihat orang yang ditolong meraih keberhasilan, bukan perkara mendapatkan imbalan dari orang yang ditolong. Selanjutnya beberapa faktor yang mendasar bagi para penghayat kepercayaan dalam mencapai kebahagiaan adalah hubungannya dengan Tuhan serta hubungannya dengan lingkungan. Hubunga dengan Tuhan seperti penjelasan sebelumnya merupakan cara dalam menemukan sesuatu yang bersifat transenden dalam hidup. Selanjutnya menjalin hubungan yang baik dengan lingkungan merupakan wujud dari perilaku baik dan benar atas kepercayaannya kepada Tuhan melalui sesama titah Dalem, atau sesama ciptaan. Dengan mengetahui dan memahami sesuatu yang bersifat transenden dalam hidup tersebut membuat seseorang dapat merasakan kebahagiaan dalam hidupnya meski dalam keadaan apapun. Ketika seseorang merasa ditolak ataupun mendapati situasi yang kurang mengenakkan dalam hidupnya, bersabar dan menerima keadaan tersebut dengan kerendahan hati merupakan salah satu faktor yang membuat para penghayat kepercayaan tetap merasakan kebahagiaan dalam hidupnya. Sedangkan pendapat Seligman (2005) yang tidak memiliki kesamaan dengan pendapat para penghayat kepercayaan di Gunung Srandil adalah tentang perkawinan, emosi negatif, usia, kesehatan, PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 93 pendidikan, iklim, ras, dan jenis kelamin. Faktor-faktor tersebut bagi para penghayat kepercayaan di Gunung Srandil tidak banyak mempengaruhi kebahagiaan hidup seseorang. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 94 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Menurut para penghayat kepercayaan di Gunung Srandil, tujuan manusia hidup itu untuk mencari kebahagiaan. Kebahagiaan dipandang sebagai suatu keadaan ketika manusia mampu menemukan hidupnya yang sejati, atau ketika manusia menemukan atau merasakan sesuatu yang transenden dalam hidupnya. Dalam hal ini manusia telah menemukan jati dirinya dan tujuan hidupnya. Pencarian hidup sejati merupakan sebuah usaha yang digerakan oleh hasrat keinginan yang berasal dari hati terkait dengan pemaknaan hidup sebagai seorang manusia. Kebahagiaan adalah pemaknaan hubungan manusia dengan Tuhan. Hal inilah yang mendorong manusia mencapai atau merasakan sesuatu yang disebut situasi transenden. Dalam ajaran utama penghayat kepercayaan adalah percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai sumber kehidupan dan kebaikan. Orang yang percaya kepada Tuhan pasti akan melakukan hidupnya dengan baik atau disebut dengan laku becik. Orang yang percaya kepada Tuhan tidak memiliki pikiran atau sikap yang jahat. Karena bagi mereka, kembali pada tujuan hidup manusia yaitu mencapai kebahagiaan, dan kebahagiaan itu dapat dicapai dengan cara percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai sumber kebaikan itu sendiri. 94 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 95 Konsep kebahagiaan bagi para pengahayat kepercayaan di Gunung Srandil adalah bebas dari konflik atau ketentraman hati. Di dalam kehidupan ini banyak hal-hal yang membuat konflik dalam kehidupan manusia. Konflik bisa berasal dari dalam diri manusia itu sendiri atau dari luar manusia itu sendiri. Konflik dalam diri bisa saja berupa keinginan yang tidak terpenuhi, sedangkan konflik di luar diri sendiri lebih bersumber pada relasinya dengan orang lain. Dalam kehidupannya, para penganut kepercayaan di Gunung Srandil bukan berarti tidak pernah mengalami konflik dalam hidupnya. Namun antisipasi atas konflik tersebut adalah dengan mengembalikan kembali semua itu kepada Sang Pencipta. Bagi para penghayat, budaya Jawa mengajarkan bahwa hidup itu jangan “Ngongso marake braholo” yang artinya jangan terlalu muluk-muluk, neko-neko, yang sederhana saja. Ajaran budaya Jawa yang sederhana, rendah hati, sabar, menerima, dan sebagainya membuat manusia menemukan kebahagiaannya dalam hidup jika dilakukan. Terkait dengan persepsi dari orang lain dan perlakuan sebagai warga negara oleh pemerintah yang kurang mengenakan, para penghayat kepercayaan hanya menerima itu sebagai bagian dari kehidupan (nerimo ing pandum) dengan senang hati. Mereka percaya bahwa apa yang mereka lakukan adalah benar dan terdorong atas rasa atau batin. Jadi terkait dengan permasalahan dalam hidupnya, mereka hanya bersikap sabar, menerima dengan lapang dada, tetap merangkul, tidak dendam, serta selalu PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 96 mengupayakan kerukunan dengan siapapun, termasuk yang memusuhi mereka dan menjalin keharmonisan dalam hidup bersama. Kebaradaan petilasan bagi para penghayat kepercayaan adalah sarana untuk lebih dekat dengan Tuhan Yang Maha Esa. Dalam petilasan tersebut mengandung makna sebagai sumber sejarah bagi kehidupan mereka. Para leluhur atau nenek moyang yang pernah berada di petilasan tersebut diyakini sebagai orang yang mengajarkan tentang kebaikan. Dengan cara nguri-nguri atau melestarikan sesuatu yang dianggap baik tersebut membuat para penghayat kepercayaan merasa nyaman dan bahagia dalam hidupnya. Sebagai juru kunci bagi para peziarah di petilasan juga memberi makna kebahagiaan bagi para penghayat kepercayaan. Dalam hal ini, juru kunci adalah menolong. Kebahagiaan yang dirasa adalah ketika orang yang ditolong berhasil dalam hidupnya, bukan seberapa imbalan yang diberikan peziarah kepada mereka. Konsep kebahagiaan disini dapat dimaknai sebagai sesuatu yang mereka berikan, bukan sesuatu yang mereka dapat. Karena dengan memberi mereka percaya bahwa akan menerima pula. Kesederhanaan dalam hidup dimaknai sebagai salah satu bagian dalam mencapai kebahagiaan dalam hidup. Kesederhanaan hidup adalah sikap nerimo ing pandum dan menerima bagian hidup kita dengan iklas. Hal tersebut memiliki arti bahwa manusia harus senatiasa menerima dan bersyukur dalam setiap kondisi yang dihadapinya. Karena untuk mencapai PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 97 kebahagiaan, bukan seberapa banyak materi yang dimiliki, namun adalah sikap menerima dan bersyukur atas apa yang dimiliki. Selain itu dalam budaya Jawa mengajarkan kepada mereka bahwa hidup itu jangan terlalu muluk-muluk, neko-neko, yang sederhana saja. Hal tersebut sependapat dengan pandangan para penghayat kepercayaan bahwa lebih baik memberi daripada menerima, lebih baik berbagi daripada dinikmati sendiri. B. Keterbatasan Penelitian Dalam melakukan penelitian ini, peneliti memiliki beberapa keterbatasan yang antara lain adalah: 1. Dalam penelitian ini melibatkan dua orang responden serta satu paguyuban. Dari data yang didapatkan masih sangat bervariasi sehingga masih belum mencapai titik jenuh. Oleh karena itu, penelitian ini belum menyajikan gambaran pengalaman pada kelompok yang lebih luas. 2. Tidak adanya sumber data secara tertulis yang didapat pada penelitian ini, misalnya ajaran tentang penghayat kepercayaan. Sehingga gambaran tentang makna kebahagiaan yang didapat dalam penelitian ini apakah hanya karena pengalaman pribadi para informan, ajaran penghayat kepercayaan, ataukah memang sebuah nilai sosial yang ada dalam masyarakat tersebut. 3. Peneliti kurang mencari informasi kepada masyarakat lain di luar penghayat kepercayaan. Sehingga gambaran tentang makna PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 98 kebahagiaan yang didapat dalam penelitian ini apakah hanya dirasakan oleh para penghayat kepercayaan saja, ataukah dirasakan sama oleh masyarakat secara luas di daerah tersebut. C. Saran 1. Bagi Peneliti Selanjutnya a. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti topik tentang makna kebahagiaan penghayat kepercayaan, disarankan untuk melibatkan lebih banyak informan dan paguyuban, sehingga dapat memperoleh data yang mencapai titik jenuh. b. Mencari sumber-sumber tertulis terkait dengan ajaran-ajaran kepercayaan atau kebatinan, sehingga akan diketahui kesimpulan tentang gambaran makna kebahagiaan yang didapat dalam penelitian ini apakah karena pengalaman pribadi para informan, ajaran-ajarantentang kepercayaan atau kebatian, ataukah karena sebuah nilai sosial yang ada dalam masyarakat tersebut. c. Mencari informasi kepada masyarakat lain di luar penghayat kepercayaan. Sehingga akan diketahui gambaran tentang makna kebahagiaan yang didapat dalam penelitian, apakah hanya dirasakan oleh para penghayat kepercayaan saja, ataukah juga dirasakan sama oleh masyarakat secara luas. d. Bagi para peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian dengan metode kualitatif seperti ini, maka disarankan pada peneliti PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 99 untuk mempersiapkan diri secara matang dalam memahami referensi teori yang berkaitan dengan tema maupun informan yang akan diteliti tersebut. Karena tanpa persiapan tersebut, peneliti tidak memiliki kepekaan dalam menerima maupun merespon informasi yang ada di lapangan. 2. Bagi Masyarakat Bagi masyarakat lain, yang terlebih hidup dalam komunitas yang minoritas, sebaiknya belajar dari para penghayat kepercayaan ini untuk menemukan makna kebahagiaan dalam hidup mereka. Karena sebagai minoritas tentunya banyak permasalahan yang dihadapi. Hal ini bertujuan agar masyarakat tersebut tetap dapat hidup dengan bahagia. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 100 DAFTAR PUSTAKA Afif, A. (2012) MATAHARI DARI MATARAM. Menyelami Spiritualitas Jawa Rasional Ki Ageng Suryomentaram. Depok: Penerbit Kepik. Carr, Alan. 2004. Positive Psychology (The Science of Happiness and Human Strengths). Print edition. Diener, E. (1984). Subjective well-being. Psychological Bulletin, 95, 542-575. Diener, E. (2000). Subjective well-being: The science of happiness and a proposal for a national index. American Psychology, 55(1), 34-43. Diener, Ed; Oishi (2003). "Personality, culture and subjective well being: Emotional and cognitive evaluations of life". Annual Review of Psychology 54: 403–425. Ekopriyono. (2012) Jawa menyiasati Globalisasi. Universitas Satya Wacana. Dalam:http://repository.uksw.edu/jspui/bitstream/123456789/735/11/D_902 0060 Diunduh tanggal 27 Juni 2014 Hadiwijono, Harun. (1999). Kebatinan dan Injil. Jakarta: Gunung Mulia. Hamka. (1971). Perkembangan Kebatinan di Indonesia. Jakarta: Bulan Bintang. Mulder, N. (1984). Kepribadian Jawa dan Pembangunan Nasional. Yogyakarta: Gajah Mada University. Mulyana, Deddy. 2001. metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT remaja Rosdakarya 100 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 101 Rusydi, E. (2007). Psikologi Kebahagiaan : Dikupas Melalui Pendekatan Psikologi yang Sangat Menyentuh Hati. Yogyakarta : Progresif Books. Seligman, M.E.P. (2005).Authentic Happiness (terjemahan). Menciptakan Kebaha-giaan dengan Psikologi Positif. Bandung: PT. Mizan Pustaka. Soesilo. (2005). Kejawen Filosofi dan Perilaku. Malang: Yayasan Yusula. Spradley, James P. 1997. Metode Etnografi. Yogyakarta: PT Tiara Wacana Subagya, R. (1976). Kepercayaan, Kebatinan, Kerohanian, Kejiwaan dan Agama. Yogyakarta: Kanisius. Sufa’at, M. (1985). Beberapa pembahasan tentang Kebatinan. Yogyakarta: Kota Kembang. Sumikan, dkk. (2013). Buku Pedoman Paguyuban Kaweruh Hak 101. Cilacap: Tim Penyusun Kaweruh Hak 101 Veenhoven, R. (2004). Rising Happiness in Nations, 1946-2004. A Reply to Easterlin Social Indicators Research, vol. 77, 1-16. Yudistira, A S. (2013). Menggapai Kebahagiaan Bersama Ki Ageng Suryomentaram. Resensi buku MATAHARI DARI MATARAM. Menyelami Spiritualitas Jawa Rasional Ki Ageng Suryomentaram. Dalam:http://retakankata.com/2013/04/20/menggapai-kebahagiaanbersama-ki-ageng-suryo-mentaram/ Diakses tanggal 20 Juni 2014. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 102 Yuwanto, L (2013). Kebahagiaan Menurut Kitab Bhagawadgita Dan Kajian Filsafat Suryomentaram. Universitas Surabaya. Dalam :http://www.ubaya.ac.id/2014/content/articles_detail/98/KebahagiaanMenurut-Kitab-Bhagawadgita-dan-Kajian-Filsafat-Suryomentaram.html Diakses tanggal 20 Juni 2014. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 103 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 104 LAMPIRAN I: DATA PENELITIAN 1. Sejarah penganut kepercayaan di Gunung Srandil Menurut narasumber yang juga merupakan juru kunci di petilasan Gunung Srandil, sejarah penganut kepercayaan berawal dari kerajaan Kediri. Pada waktu itu masih pada zaman Kadewatan menuju zaman peralihan. Kemudian ketika masa berjayanya kerajaan Majapahit yang merupakan zaman peralihan dari Kadewatan menuju manusia dimana masyarakat mulai berpikir secara rasional dengan menghargai harkat dan martabat manusia, dimana tananan sistem masyarakat pada waktu itu adalah berpusat pada keadilan. Dimana waktu itu yang menjadi undangundang dan dasar negara Majapahit disebut dengan Pancawalika yang kemudian pancawalika ini yang menjadi cikal-bakal dari Pancasila. Sumber dari berdirinya negara ini berawal dari situ, yaitu dimana atas percayanya manusia kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pancawalika yang merupakan dasar negara Majapahit juga meletakkan azas Ketuhanan Yang Maha Esa di bagian paling awal. Hal tersebut karena segala sesuatu yang tercipta di dunia ini dan apa yang kita miliki adalah berasal dari Tuhan. Adapun manusia dapat menciptakan atau dapat melakukan segala sesuatu dari yang paling kecil sampai yang paling menahjubkan karena didasari atas kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Konsep pemikiran diatas berawal dan berakhir pada zaman Majapahit, berawal dari kejayaan Majapahit dan berakhir dengan runtuhnya Majapahit. Setelah runtuhnya Majapahit, para raja dan pujangga waktu itu berpencar untuk mencari keheningan untuk menciptakan kepercayaannya. Para pujangga waktu sangat berpegang pada kekuatan supranaturalnya, dan dengan adanya petunjuk untuk bertapa di Gunung srandil yang berada di pesisir laut selatan. Nama Gunung Srandil sendiri berarti Sarananing Adil (Sarana Keadilan). PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 105 Dengan adanya petilasan di Gunung Srandil ini menjadi sebuah tempat bagi masyarakat sekitar untuk merenungkan kembali jati diri kehidupannya dalam kaitannya kepercayaannya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dengan adanya petilasan ini pula para penganut kepercayaan semakin berkembang dan ada hingga saat ini. Mereka membentuk sebuah paguyuban-paguyuban kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta bersama-sama mengembangkan diri dalam kehidupannya dengan laku semedi atau laku batin dalam kaitannya hubungan dengan Sang pencipta dan sesama ciptaan. 2. Ajaran tentang Kepercayaan Penganut kepercayaan adalah istilah bagi para penganut kebatinan yang tidak menganut agama. Pada dasarnya para penganut kepercayaan percaya penuh kepada Tuhan Yang maha Esa. Mereka percaya bahwa kehidupan berasal dari Tuhan, dan dengan kepercayaannya kepada Tuhan mereka dapat melakukan kehidupannya, serta selalu mengutamakan laku becik atau kehidupan yang baik dalam kaitannya dengan Tuhan dan alam sekitar. Pada dasarnya ajaran tentang kepercayaan ini sangat sederhana, yaitu percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, atau orang kepercayaan menyebut dengan Gusti Agung ingkang murbeng dumadi, Sang Guru jagad kang murah asih. Inti dari ajaran kepercayaan ini adalah ajaran tentang hidup. Mereka percaya bahwa sumber dari segala kehidupan adalah Tuhan Yang Maha Esa yang telah menjadikan kehidupan di dunia ini. Ajaran kehidupan bagi penganut kepercayaan pada dasarnya adalah ajaran untuk hidup yang baik dalam hubungannya dengan Tuhan dan sesama ciptaan. Contoh ajaran kepercayaan: Menghormati orang tua, mengucap syukur kepada sang pencipta, memelihara perdamaian, dan lain sebagainya. Dalam hal mengucap syukur kepada sang pencipta biasanya PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 106 dilakukan dengan melakukan upacara selamatan yang berarti ungkapan syukur kepada Tuhan atas rejeki dan kehidupan yang telah diterimanya. Ajaran-ajaran para penganut kepercayaan ini lebih menitik beratkan pada keadilan antar manusia dan dengan Tuhan, atau lebih dikenal dengan ajaran keseimbangan. Dalam hal ajaran tentang kepercayaan ini, rasa atau batin memiliki peran yang besar karena yang menggerakkan manusia berperilaku dan bertindak ataupun merasakan perilaku atau tindakannya itu baik adalah rasa atau batin itu sendiri. Oleh karena itu, rasa atau batin haruslah selalu dipupuk agar lebih baik dan untuk tercapainya manusia yang baik atau disebut dengan Manungsa tanpa ciri. Secara umum ajaran-ajaran tentang kepercayaan adalah menghayati nilai-nilai dan kenyataan rohani dalam diri manusia serta alamnya dan membawa orang kepada pertemuan kenyataan hidup sejati serta pencapaian budi luhur dan kesempurnaan hidup. Usaha-usaha tersebut dilaksanakan dengan berbagai latihan rohani, laku tapa brata dan samadi, serta latihan-latihan lainnya untuk mengurangi kenikmatan lahiriah seperti hawa nafsu, makan dan minum. 3. Kehidupan Sosial Sama seperti masyarakat pada umumnya, masyarakat di sekitar Gunung Srandil juga berkerja untuk mencukupi kebutuhan hidup sehariharinya. Masyarakat disekitar Gunung Srandil sebagian besar berpenghasilan dari pertanian. Selain itu beberapa masyarakat juga berkerja sebagai buruh bangunan atau karyawan pabrik di kawasan Cilacap dan sekitarnya. Sebagian besar masyarakat di sekitar Gunung Srandil menganut kepercayaan atau lebih dikenal dengan kebatinan atau kejawen. Meskipun demikian masyarakat disini juga memiliki agama. Namun yang menarik dari keberadaan masyarakat disini, mereka diikat dalam budaya jawa yang sangat kental. Meskipun menganut agama, masyarakat disini juga PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 107 melakukan ritual budaya jawa seperti halnya mereka melakukan upacara selamatan pada peringatan-peringatan seperti peringatan arwah atau mendoakan orang yang sudah meninggal, peringatan kelahiran bayi, dan lain sebagainya. Kehidupan antara pemeluk agama dan pemeluk kepercayaan kebatinan disini saling berbaur satu sama lain dengan baik. Kerukunan antar pemeluk agama dan pemeluk kepercayaan terjalin dengan baik tanpa membedakan satu sama lain. Mereka saling hidup berdampingan dan saling menghormati. Mereka saling menghayati kepercayaannya masingmasing dan saling melakukan tradisi budaya seperti selamatan dengan bersama-sama. Adapun ritual atau upacara-upacara yang biasa dilakukan oleh para penganut kepercayaan diantaranya adalah: d. Selamatan wajib setiap tanggal 1 Sura (Kalender Jawa), 21 Mulud, dan 1 Pasa. e. Perilaku spiritual hari jumat kliwon, selasa kliwon, dan hari kelahiran yang biasanya dilakukan dengan cara puasa dan bersemedi. f. Puasa atau ngerowod mulai bulan Apit tanggal 20 sampai 1 Sura. Selain itu para penganut agama lain juga melakukan kebiasaan sesuai dengan kebiasaan-kebiasaan yang ditetapkan oleh agama mereka masing-masing. Di sekitar Gunung Srandil terdapat beberapa paguyuban penganut kepercayaan. Diantara paguyuban-paguyuban kepercayaan tersebut antara lain adalah: e. Paguyuban Kaweruh Hak 101 f. Paguyuban Kerabat Mataram g. Paguyuban Cahya Buwana, dan h. Paguyuban Tunggul Sabdo Jati Secara umum dari beberapa paguyuban kepercayaan ini memiliki nilai-nilai yang sama yaitu nilai-nilai yang berdasarkan pada kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, namun setiap Paguyuban memiliki ciri PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 108 khas masing-masing dalam hal ritual. Sedangkan ritual-ritual besar dalam budaya Jawa seperti peringatan tanggal 1 Sura mereka melakukannya secara bersama-sama. Kabupaten Cilacap menjadi barometer penganut kepercayaan atau kebatinan. Di Kabupaten Cilacap ini terdapat kurang-lebih 31 paguyuban kepercayaan dengan jumlah penganut kurang lebih 150 ribu orang. Paguyuban-paguyuban kepercayaan tersebut diwadahi oleh sebuah Badan Kerjasama Organisasi-organisasi Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa (BKOK). Dari sekian paguyuban kepercayaan yang berada di Kabupaten Cilacap tersebut hanya 7 paguyuban yang sudah diakui oleh pemerintah. Salah satu paguyuban tersebut adalah paguyuban Kaweruh Hak 101. Paguyuban ini sudah secara sah diakui oleh pemerintah sejak tahun 2008 dan diperbaharui pada tahun 2013 sebagai organisasi kemasyarakatan penghayat kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. 4. Kehidupan dalam Paguyuban (Kaweruh Hak 101) Kaweruh Hak 101 adalah paguyuban atau komunitas penghayat kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang terletak di Desa Ayam Alas, Kecamatan Kroya, Kabupaten Cilacap. Paguyuban ini memiliki kurang-lebih 150 anggota dengan struktur organisasi serta program kerja yang sudah terbentuk. Paguyuban ini juga sudah membuat buku tentang dasar-dasar kepercayaan, aturan, tatacara peribadatan, dan program kerja serta anggaran rumah tangga organisasi. Padepokan Kaweruh Hak 101 memiliki sebuah padepokan, yaitu sebuah tempat untuk sarana berkumpul antar penghayat kepercayaan. Di padepokan ini rutin diadakan pertemuan atau sarasehan setiap malam jumat legi dan malam jumat pahing untuk melakukan doa bersama. Selain doa bersama, kegiatan yang dilakukan di padepokan ini adalah sarasehan, atau sharing pengalaman antar penghayat kepercayaan. Sarasehan ini adalah sebuah sarana untuk saling berbagi antar penghayat kepercayaan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 109 untuk lebih meningkatkan kerukunan dan kebersamaan serta belajar bersama. Dalam hal ritual, paguyuban ini lebih menekankan pada hubungan dengan Sang Pencipta, Gusti Agung ingkang murbeng dumadi, Sang Guru jagad kang murah asih, serta keselarasan dengan alam sekitar. Bagi para penghayat kepercayaan, ritual tidak terbatas pada doa saja, namun juga dalam kehidupan yang baik dengan sesama di tengah masyarakat juga merupakan ritual. Jadi sudah menjadi kewajiban untuk menjalankan kehidupan yang baik serta menjalin relasi yang baik dengan sesama manusia dan alam sekitar. Serta menjahui perilaku-perilaku yang yang berakibat rusaknya hubungan dengan orang lain dan rusaknya alam sekitar. Tujuan dari para penghayat kepercayaan ini adalah mencapai tentreming ati atau ketenteraman jiwa dalam hidupnya. Para penghayat kepercayaan Kaweruh Hak 101 ini sebelumnya juga memeluk agama, namun karena alasan tidak menemukannya ketenteraman hidup mereka bergabung dengan paguyuban ini dan mereka menemukan ketenteraman hidupnya. Adapun dalam ritual seperti pada umumnya para penganut kepercayaan, merekak melakukan dengan semedi, selamatan, membakar menyan atau dupa dan memiliki simbol-simbol ritual tertentu. Hal tersebut bukan bermaksud menyembah berhala atau setan, namun hal tersebut sebagai sarana untuk bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkah yang diterimanya. 5. Petilasan Gunung Srandil Gunung Srandil merupakan sebuah bukit berhutan yang ada di pesisir pantai Jawa di Kabupaten Cilacap. Di dalam Gunung Srandil ini terdapat banyak tempat-tempat penembahan atau petilasan. Pepunden utama Gunung Srandil ini adalah Eyang Semar atau Kaki Tunggul Sabdo Jati Doyo Amung Rogo. Sedikitnya ada tujuh titik pepunden atau leluhur PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 110 yang bersemayam, ketujuh titik tersebut terbagi dalam dua lokasi, yaitu lokasi dibawah ada lima titik pepunden dan dua titik lainnya ada di puncak Gunung Srandil. Kesemuanya merupakan rangkaian yang berurutan apabila hendak berziarah. Srandil mengadung arti sarananing adil atau tempat mencari keadilan. Tempat peziarahan ini terbuka setiap harinya, dan banyak para peziarah datang ketempat ini bada bulan Sura (kalender Jawa). Tidak hanya dari kalangan orang-orang penganut kepercayaan yang berziarah ke tempat ini, banyak juga dari kalangan agama Hindu, Budha, Kristen dan Islam. Bukan dari daerah sekitar tempat ini saja yang berziarah ke Srandil, adapun dari luar jawa seperti Sumatera, Kalimantan dan derah luar Jawa lainya ada pula dari Luar Negeri yang datang ke Srandil. Ditempat ini sangat terbuka bagi siapa saja, tidak dibedakan agama atau suku, bahkan ditempat ini terdapat Vihara yaitu tempat peribadatan agama Budha. Hal inilah yang sering dimaksud dengan tercapainya keadilan sesuai dengan nama Srandil. Disini semua orang datang untuk mendekatkan diri dan memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa. Ada sebagian orang yang menganggap bahwa Srandil adalah tempat pesugihan, itu adalah tidak benar. Srandil merupakan tempat pertapa atau mencari suatu ketenangan batin yang dapat menyelesaikan masalah. Ditempat ini peziarah diajak kembali kepada Sang Pencipta, serta memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa dan bukan kepada yang lain. Adapun cara memohonnya menggunakan ritual-ritual tertentu dan itu hanyalah sebuah sarana untuk sampai kepada Tuhan. Bagi para Peziarah yang mempunyai kepentingan tertentu biasanya di damping oleh Juru kunci tertentu. Juru kunci disini bertugas untuk mengarahkan para peziarah dalam hal ritual agar sampai kepada Tuhan. Para Juru kunci disini adalah masyarakat sekitar Gunung Srandil dan mereka merupakan para penghayat kepercayaan. Ketika para peziarah berkunjung ke Gunung Srandil, mereka biasanya melakukan ritual dengan cara mengelilingi atau mengitari PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 111 Gunung Srandil antara jam 12 malam hingga jam 3 dini hari. Mereka menuruti petunjuk yang diberikan oleh Juru kunci sambil mengelilingi Gunung Srandil dengan cara berlawanan arah dengan jarum jam. Ritual seperti ini dimaksudkan agar disaat mengelilingi gunung, mereka berkesempatan untuk berpapasan dengan Pangreh Gaib. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 112 LAMPIRAN 2: CATATAN ETNOGRAFI Sama seperti masyarakat pada umumnya, para penghayat kepercayaan di gunung srandil juga hidup secara berdampingan dengan masyarakat lain. Mereka hidup bersama dengan masyarakat lain yang memiliki kepercayaan berbeda ataupun berprofesi berbeda. Dalam kehidupan bersama ini mereka secara bersama-sama mewujudkan kerukunan antar warga meskipun dalam kondisi yang berbeda. Ketika memulai aktivitas, para penghayat kepercayaan ini melakukan suatu “doa selamat”. Doa ini dilakukan setiap kali akan berangkat bekerja dengan harapan akan kelancaran pekerjannya dan senantiasa diberi keselamatan oleh Sang Pencipta. Doa ini dilakukan dengan bersemedi sebentar kemudian mengucap doa dengan menghadap ke timur, yang berarti “mapak pepadang” atau menjemput terang yang digambarkan dengan terbitnya matahari di timur. Dalam aktivitas sehari-hari, para penghayat kepercayaan di gunung srandil ini memiliki penampilan yang berbeda dari masyarakat yang lainnya. Para penghayat kepercayaan mengenakan pakaian khas jawa lengkap dengan ikat kepala. Pakaian ini dikenakan hampir dalam setiap aktivitas, baik di kebun ataupun ketika di pasar. Ada perasaan bangga ketika mereka mengenakan pakaian tersebut, mereka merasa bahwa inilah warisan nenek moyang kita dan ketika mereka melestarikan, mereka merasa bangga. Dalam perjumpaan dengan sesama penghayat kepercayaan, salam yang diucapkan oleh para penghayat ini adalah: “Salam mulia” kemudian disambut dengan salam selanjutnya yang berbunyi: “Rahayu”. Begitulah salam yang diucapkan setiap kali berjumpa dengan sesama penghayat kepercayaan. Salam ini memiliki arti bahwa mereka sebagai manusia adalah makluk ciptaan yang paling sempurna dan yang paling mulia. Rahayu sendiri berarti situasi yang baik, sehat, dan selamat. Secara ekonomi para penghayat kepercayaan ini mayoritas hidup dalam situasi ekonomi menengah ke bawah. Keadaan rumah ataupun perabot rumahnya sangat sederhana dan rumah yang mereka tempati kebanyakan adalah rumah tua PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 113 bercorak khas joglo. Kesederhanaan inilah yang dialami oleh para penghayat kepercayaan meskipun masyarakat sekitar memiliki rumah ataupun perabot yang lebih baik. Dalam setiap rumah para penghayat kepercayaan, terdapat sebuah ruangan khusus. Ruangan tersebut merupakan tempat yang disucikan oleh para penghayat kepercayaan. Ruangan tersebut biasa digunakan untuk berdoa dan bersemedi oleh para penghayat kepercayaan. Di dalam ruangan tersebut terdapat benda-benda pusaka yang dimiliki oleh penghayat kepercayaan. Benda-benda tersebut berupa keris, dan benda unik lainnya. Dalam keadaan rumah yang terlihat sederhana, para penghayat kepercayaan biasanya memasang beberapa aksesoris atau pajangan di rumahnya. Pajangan tersebut adalah lukisan atau gambar “Semar” yaitu seorang dewa dalam tokoh pewayangan yang memiliki sifat rendah hati, sederhana, namun bijaksana. Selain itu biasanya dipasang juga foto atau gambar presiden pertama Indonesia Soekarno. Adanya petilasan di daerah ini menjadikan para penghayat kepercayaan ini menjadi seorang guide atau juru kunci. Hal inilah yang membuat banyak dari para penghayat kepercayaan sering menerima tamu dari para peziarah untuk diantarkan ke petilasan ataupun untuk di doakan. Para penghayat kepercayaan ini menerima para peziarah dengan senang hati dan melayani para peziarah dengan sangat baik. Biasanya para peziarah memberikan imbalan kepada para penghayat kepercayaan, namun para penghayat kepercayaan ini selalu menolak pemberian uang dari para peziarah, sehingga kebanyakan para peziarah memberikan barang berupa beras atau barang sembako kepada penghayat. Ketika menerima tamu dari para peziarah, sesibuk apapun para penghayat kepercayaan ini selalu meluangkan waktu bagi para peziarah dan kemudian mengantarnya ke petilasan. Para peziarah yang datang biasanya orang-orang yang berkecukupan, membawa mobil ataupun berpenampilan seperti halnya orang mampu. Biasanya para peziarah ini meminta didoakan atau di tuntun untuk ritual di petilasan agar mendapatkan apa yang menjadi keinginannya. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 114 Sering para penghayat kepercayaan yang dipandang oleh para penghayat kepercayaan lain sebagai yang lebih dituakan menerima tamu seseorang untuk minta didoakan dalam usaha ataupun dalam permasalahan. Para penghayat kepercayaan kemudian mengajak tamu tersebut masuk dalam sebuah ruangan. Kemudian penghayat tersebut mengeluarkan keris ataupun benda lain yang dijadikan sarana untuk mendoakan para tamu yang datang. Para penghayat kepercayaan mengatakan bahwa apa yang didoakan untuk para peziarah adalah agar para peziarah diberi kesehatan dan keselamatan dalam usahanya. Adapun dalam ritual yang dilakukan adalah dengan membakar dupa, ataupun membawa bunga-bunga di petilasan, tujuannya adalah meminta kepada Tuhan dengan perantaraan para leluhur yang berada di petilasan ini. Ketika dalam perjumpaan dengan sesama penghayat kepercayaan, mereka saling memberikan semangat untuk selalu percaya diri dalam menekuni kebatian. Mereka saling memberi semangat dan menyatakan bahwa apa yang mereka lakukan adalah warisan dari nenek moyang mereka, dan itu milik mereka tanpa harus mengimport dari luar. Bahkan dengan sangat keras mereka menolak apapun yang berhubungan dengan agama, misalnya: kitab suci, ajaran agama tertentu dengan alasan itu merupakan produk atau kental dengan muatan politis yang memonopoli keberadaan atau kebenaran di tanah jawa. Ketika mendengar suara adzan, mereka berkomentar bahwa “Tuhan kok dipanggil-panggil dengan speaker, emangnya Tuhan tuli. Adapula yang berkomentar, “memangnya Tuhan menggunakan bahasa Arab” serta komentar lain yang menunjukan bahwa mereka tidak senang dengan cara hidup orang beragama di sekitar mereka yang dirsasa oleh mereka sok paling suci dan menganggap orang lain sesat, serta orang suci kok kerjaannya ngebom, membunuh orang lain, dan sebagainya. Para penghayat kepercayaan memiliki sebuah komunitas yang disebut dengan paguyuban. Biasanya para penghayat melakukan perkumpulan dalam sebuah paguyuban setiap malam jumat legi dan jumat pahing. Dalam perkumpulan tersebut para penghayat melakukan doa dan semedi bersama mulai dari jam tujuh malam sampai jam dua belas malam. Ditengah-tengah PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 115 perkumpulan tersebut dilakukan juga sebuah sarasehan, yaitu sharing pengalaman dan berkeluh kesah antar penghayat kepercayaan. Dalam sharing tersebut para penghayat saling terbuka mengutarakan pengalaman dan keluh kesah mereka kemudian saling merenungkan dan berdiskusi untuk menemukan kebenaran bersama. Dalam setiap perkumpulan dalam paguyuban, para penghayat saling membawa makanan untuk dibagikan dan dimakan bersama dalam perkumpulan tersebut. Makanan tersebut berupa hasil bumi seperti singkong, pisang, buah dan hasil bumi yang dihasilkan dari usaha sehari-hari dari para penghayat. Adapun para penghayat yang tidak memiliki hasil bumi, membawa barang-barang dari usaha mereka misalnya memiliki toko, mereka membawa beberapa barang dagangannya untuk dibagikan dan dimakan bersama dengan para penghayat lain di dalam sarasehan tersebut. Dalam setiap sarasehan, biasanya untuk saling memberi petuah kepada rekannya mereka lakukan dengan tembang (lagu) macapat. Tembang-tembang macapat tersebut berisi tentang petuah-petuah dan ajaran-ajaran tentang kehidupan dan nilai-nilai kehidupan yang baik. Nilai-nilai tersebut berupa nilainilai untuk hidup dalam kesederhanaan, rendah hati, saling membantu, kebijaksanaan serta nilai-nilai kehidupan lainnya. Tembang-tembang tersebut biasanya diberi nama: dandang gula, kinanthi, pangkur, pucung. Jenis tembangtembang tersebut memiliki nada-nata atau cara menyanyikannya berbeda-beda. Dalam komunitas, seseorang yang memiliki usia lebih tua biasanya dipanggil dengan seburan romo. Romo sendiri berarti bapak, atau seseorang yang lebih tua. Orang yang lebih tua dalam paguyuban sangat dihormati dan sangat dinanti petuah-petuahnya dalam sebuah sarasehan atau sharing dalam paguyuban penghayat kepercayaan. Dalam sebuah komunitas atau paguyuban penghayat kepercayaan juga ada seorang yang dipandang memiliki tingkat pengetahuan ataupun spiritual yang dipandang lebih tinggi dari pada penghayat yang lain. Seseorang tersebut biasanya adaleh seorang ketua dari paguyuban tersebut. Seseorang tersebut biasa disebut dengan sebutan romo ngabehi. Dalam paguyuban seseorang tersebut begitu PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 116 dihormati oleh para penghayat yang lain serta sering diminta untuk memberikan petuah ataupun ajaran-ajaran kepada para penghayat yang lain. Dalam sebuah paguyuban memiliki sebuah simbol. Selain simbol dalam setiap ritual yang dilakukan dalam komunitas biasanya para penghayat membakar menyan atau dupa. Hal ini bagi para penghayat adalah sebuah simbol ataupun sarana agar doanya didengar oleh Sang Pencipta. Asap yang dihasilkan oleh dupa yang dibakar dipercayai sebagai doa-doa mereka yang menuju ke atas yaitu kepada Sang Pencipta. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 117 LAMPIRAN 3: VERBATIM WAWANCARA NARASUMBER DAN TEMA YANG MUNCUL Identitas Narasumber Nama : Rama Saliyo Usia : 70 Tahun Pekerjaan : Juru Kunci dan Narasumber Kepercayaan Gunung Srandil Hari dan Tanggal : Jumat, 4 Juli 2014 Waktu : Pukul 14.00 – 15.00 WIB Tempat : Rumah Informan No Pertanyaan Jawaban Tema 1 Apa itu Kepercayaan itu betapa hebatnya. Para Manusia dapat 2 kepercayaan ilmuwan didunia saja tidak berani. membuat 3 Sekarang coba lihat, siapa yang menata karya diluar 4 batu di borobudur itu, kok bisa simetris, nalar 5 diukur dari sisi mana saja pas. Yang 6 membentuk dan alatnya itu apa kok 7 sampai bisa seperti itu, itu kan akhirnya 8 milik dari dunia. Dulu belum ada alat 9 canggih, 10 sekarang, tapi kok bisa seperti itu begitu 11 lo. Sekarang seberapa pintar orang 12 sekarang membuat seperti itu, itulah 13 kepercayaan. Indahnya itu berlebih-lebih, Kepercayaan 14 melebihi keindahan yang diciptakan oleh itu indah 15 ilmuwan, itu lo. Satu contoh itu, belum Kepercayaan 16 yang lain, taman dewi sri, taman sri membuat 17 wedari 18 supranatural yang tinggi oleh orang- memiliki 19 orang yang memiliki kepercayaan pada kekuatan 20 waktu dulu. Bukan hanya indah, bukan belum dicipta ada listrik melalui seperti kekuatan orang PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 118 21 hanya nyaman. Itu saya cerita supaya 22 panjenengan tau berawal dari mana itu 23 semua. Coba bayangkan, dulu sampai Awal 24 berdirinya kerajaan di jaman kadewatan, kepercayaan 25 ini kepercayaan itu berawal dari itu. 26 Terletak dimana kerajaan malwapati, 27 seperti apa indahnya pada jaman prabu 28 angling 29 lelembut. Masak sejarah mau dirusak, 30 diobok-obok, ya gak bener lah, itu digali 31 kembali. Sekarang hanya tinggal puing- 32 puingnya, sejarahnya dipolitisir. Itu saya 33 dan panjenengan sebagai pribumi tanah 34 jawa ini, rela tidak? Itu yang perlu kita 35 gugah, jati diri kita. Setelah malwapati 36 kemudian kediri terus majapahit, itu 37 kerajaan dibangun sebelum ada teknologi 38 lo mas, indahnya, bagusnya, canggihnya 39 istilahnya begitu. Itulah orang-orang Kepercayaan 40 kepercayaan, punya rasa percaya yang adalah kepada 41 tinggi 42 dibangkitkan lewat ketulusan jati dirinya 43 sebagai 44 Didekatkan ya ada doa ada mantra Ritual dalam 45 ataupun sesajen, kalau sekarang kan kepercayaan 46 dimusrik-musrikkan. darma, raja, terhadap manusia Tuhan manusia YME kepada atau dan Tuhan YME Tuhan. 47 Sejarah Berawal sebenarnya dari kediri, pada saat Sejarah 48 kepercayaan itu prasejarah itu masih jaman kadewatan Kepercayaan 49 sampai pada hampir peralihan. Kemudian lanjut ke 50 tempat ini? majapahit, majapahit itu sudah jaman 51 peralihan dari kedewatan ke manusia. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 119 52 Tatanannya adalah keadilan, waktu itu 53 undang-undangnya 54 pancasila, 55 maknanya mengambil dari majapahit ini 56 yaitu adalah pancawalika. Sumbernya itu Kepercayaan 57 semua dari situ, yang menjadi kehebatan membuat 58 dari manusia itu adalah kepercayaan. kalau sekarang sebenarnya pancasila manusia hebat 59 Kemudian Ya berawal dan berakhir, berawal dari Sejarah 60 perjalanannya kejayaan majapahit dan berakhir dengan kepercayaan 61 sampai runtuhnya 62 disini? Akhirnya para raja dan pujangga waktu Kepercayaan pada majapahit, mencari itulah sejarah. 63 itu tempat 64 keheningan 65 kepercayaannya. Kebetulan sekali dulu Srandil 66 gunung srandil terletak di tepi laut, pada 67 bertapa disitu. Karena para raja dan Kepercayaan 68 pujangga pada waktu dulu bermuara pada membuat 69 supranaturalnya 70 petunjuk untuk bertapa di tempat ini supranatural 71 untuk 72 makanya di sebut gunung srandil, dulu 73 juga belum ada namanya. Sarananing 74 adil, koe tapa neng kene, koe bakal oleh 75 sarananing adil, wiwit dino iki siro 76 jengkar soko kene mengko bakal ono 77 perwujudan wewangunan iki gantine 78 nusantara 79 mataram yang bertama menjadi mataram 80 yang kedua yaitu yogyakarta pada waktu 81 itu. 82 didukung oleh supranatural yang tinggi dalam yang menciptakan Gunung akhirnya mendapatkan untuk sampai sarana pertama mendapat kekuatan keadilan akhirnya Itulah sejarah berdirilah kerajaan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 120 83 meskipun diserang bangsa asing. Setelah 84 majapahit runtuh masuklah bangsa asing 85 mulai menjajah dan memberi pengaruh 86 termasuk pengaruh kepercayaan dan 87 kemudian menguasai. 88 kejayaan itu 89 kepercayaan, kalau agama itu bikinan 90 manusia dasarnya adalah kepercayaan. 91 Kita sebagai generasi harus berjuang 92 untuk bangsa dan kembali pada sejarah, 93 sudah berjaya kok malah hancur. Kita 94 harus mengembalikan kejayaan sejarah 95 itu dan kuncinya adalah kepercayaan 96 untuk 97 keadilan. Saya kalu lihat orang ngomong 98 memutar 99 kecewa karena saya mengetahui sejarah. 100 Bangkitkan rasa percaya kepada Tuhan 101 YME bahwa kalau percaya kita bisa, 102 kalau 103 Kembalikan sejarah untuk kebaikan dan 104 ketenteraman bangsa lewat keadilan. 105 Ingatkan kembali bangsa kita supaya kita 106 jangan hanya dicuci otak oleh pengaruh 107 luar. 108 percaya dulu kepada Tuhan YME. Kalau adalah kepada 109 anda memimpin, bangkitkan kembali Tuhan 110 rasa percaya, kembalikan jati diri dan 111 kepercayaan diri kita, arahnya yang 112 benar. Jangan sampai menuju ekstrim 113 yang sumbernya mencapai Dasarnya dari ketenteraman balikan berusaha Sebenarnya sejarah akan kita membahayakan lewat sekarang mendapat. memang persatuan harus Kepercayaan dan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 121 114 kesatuan bangsa dan negara kita. Karena Kepercayaan 115 itu penyemboronoon sejarah itu, karena membuat 116 kandungan 117 kepercayaan itu. sejarah berawal dari sejarah PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 122 LAMPIRAN 3: VERBATIM WAWANCARA INFORMAN PENELITIAN DAN TEMA YANG MUNCUL Identitas Informan 1 Nama Informan : TG Usia : 36 Tahun Pekerjaan : Tukang Bangunan Hari dan Tanggal : Minggu, 6 Juli 2014 Waktu : Pukul 18.00 – 19.00 WIB Tempat : Rumah Informan No Pertanyaan Jawaban Tema 118 Bileh Kulo nembe mawon, 2010 nopo yo. 119 njenengan Waune kulo ngraos terombang-ambil. Latar belakang 120 nderek Kulo nggeh tindak langgar, nanging informan 121 kebatinan niki kok uripe yo akeh seng tak langgar. 122 wiwit kolo Kulo kan kat riyen niku istilahe Alasan 123 nopo? ngugemi opo seng dadi wong jawa mengikuti 124 iku. Istilahe niku pados ayeming ati. kepercayaan 125 Sakderenge kulo sampun dangu tumut 126 pencak silat lan teng mriku nggeh 127 wonten ritual rohani nipun. 128 Lajeng nopo Seng tak rasakne neng awak iki kroso Kesan terhadap 129 engkang adem, neng ati tenterem. Nyambut kepercayaan 130 panjenengan dalem yen biasane niku gambang 131 raosaken sak tersinggung, 132 sampunipun ngurangi. Ayem niku nggeh naliko 133 nderek nyambut sakmeniko damen, golek nggeh sandang 134 kebatinan niki? pangan niku nggeh gampang. 135 Nopo Kalau dari lingkungan mendukung, 136 permasalahan meskipun sebelumnya juga menolak. Permasalahan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 123 137 saksampunipun Sakmeniko sedoyo sampun 138 nderek mendukung, pemrintah 139 kebatinan? mendukung. Sakjane kedah bukak jati 140 diri nanging nggeh kedah wonten 141 prosedure gantos ktp lan liyane. 142 Saking lingkungan mboten diarani 143 tiyang musrik, justru malah diacungi 144 jempol, berani membuka jati diri. nggeh 145 146 Nopo engkang Urip ing alam ndoyo niku nggeh Kesan terhadap 147 dipun raosaken namun siji, pertama kedah emot kepercayaan 148 saksampunipun kepada Tuhan yang maha kuasa, ojo 149 ngugemi lali lan wani karo rama-biyunge. 150 kepercayaan, Kedah ngabekti karo seng kuasa, 151 urip niku wayae sembayang semedi yo dilakoni, 152 nopo? wayae usaha yo usaha. Dados mpun 153 mboten 154 aneh-aneh pun mboten wonten. Mikire 155 mpun 156 sembayang, wayah nyambut gawe yo 157 ngupoyo. Seng dirasakne yo mung 158 kepenak urip iku. Nggeh percaya, ono 159 ing alam ndonya iku mung seng kuasa 160 seng marengake. 161 Hubungan Hubungane nggeh sae, misale ono Hubungan 162 kebatinan dan kegiatan lingkungan atau didesa kerja dengan 163 masyarakat bakti nggeh nderek mawon. Dados masyarakat 164 meniko 165 Dengan adanya kepercayaan disini 166 mboten membatasi hubungan dengan neko-neko, wayah sampun pikirane sembayang berjalan seng yo bareng. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 124 167 masyarakat, justru makin akeh konco 168 makin sae. Mbok bileh enten seng 169 mbetakne nopo-nopo 170 penting guyub 171 disengkuyung. Ayo podo manembah 172 karo gustine, dados mboten wonten 173 pertentangan nopo-nopo. 174 Pekerjaan Sama saja, waktunya ada kesibukan di 175 sehari-hari? lingkungan ya dikerjakan bersama- 176 sama. 177 paguyuban ini. Jadi saya juga sudah 178 yakin, intini ngugemi kepercayaan 179 jawa. Hubungane kaleh masyarakat 180 seng 181 Terkait ajarane nggeh mboten wonten 182 batese, 183 dumateng poro putra awit alit. Seng 184 penting nggeh sembayang semedi 185 meniko, mbok bileh wonten ajaran 186 ingkang 187 dumateng bocah nggeh mengke riyen, 188 wonten 189 meniko bertahap. 190 Petilasan Petilasan meniko sejarah, misalnya Makna Disini rukun, kan penting nggeh dodos wayae resmi menghormati. saget dereng podo sudah sami seng diturunake saget diturunke piyambak. Dados 191 meniko miturut ada orang tua waktu dulu pernah petilasan 192 panjenengan menempati daerah 193 nopo? ajaran jawa. Dados meniko petilasan 194 nenek moyange kito. Dados ajaran 195 meniko dipun turunaken dumateng 196 keturunane, lajeng menyebarkan diturunaken PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 125 197 dumateng turunane maneh. Jadi ada 198 hubungannya dengan sejarah seng 199 ndadosaken 200 sakmeniko. Kados paguyuban meniko 201 nggeh wonten sejarahe, sinten riyen 202 ingkan 203 sakmeniko. 204 Kadang orang Lek tembunge babakan kados meniko Makna 205 datang ke jane lek tindak petilasan nyuwun petilasan kito nurunake saget ngantos ngantos dumugi 206 petilasan hanya usahane lancar nopo kemawon nggeh 207 ingin sae-sae kemawon, lek miturut kulo 208 pesugihan, petilasan meniko namung lantaran 209 menurut anda? dumateng seng maha kuasa lantaran 210 petilasan sing wonten mriku lantaran 211 para leluhur ing mriku. Nyenyuwun, Ajaran tentang 212 maringaken doa-doa lajeng nyuwun Tuhan 213 dumateng seng kuasa. Lek intini 214 kuncine bener, ya mudah-mudahan 215 diparingi kaleh seng kuasa usahane yo 216 kepenak lek dagang yo laris. Seng Makna 217 penting tembunge mpon ngantos salah, petilasan 218 nggeh 219 lumantar leluhur, lek leluhur niku saiki 220 kan nggeh sampun caket kalian seng 221 kuasa mpun madep. Misale wonten 222 srandil, nggeh nyenyuwun wonten 223 leluhure ingkan wonten ing srandil. 224 Kalau orang yang tidak tau kan taunya Ajaran tentang 225 ini orang minta pesugihan, nyembah Tuhan 226 watu, kayu, meniko mboten, meniko 227 namung lantaran mawon nyenyuwun nyenyuwune kalian Gusti PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 126 228 dumateng Gusti Allah. Sebenarnya Ajaran 229 ajaran disini itu kalau nyembah kepada kepercayaan 230 sesama 231 manyembah nggeh dumaten Gusti 232 piyambak. 233 Miturut Harta benda meniko duniawi, niku Makna materi 234 panjenengan asile kringet getih kito. Niku istilahe 235 materi niku sandangane manungsa mpun wonten 236 nopo? seng ngatur. Meniko sampun sak laku 237 kaleh 238 ingkang mboten gadah materi nggeh 239 stres. Nggeh kedah ngupoyo, mboten Ajaran 240 namung nyuwun kemawon. Materi kepercayaan 241 niku nggeh ilmu mpun mlampah kaleh 242 manungsane 243 depan. Mpun malah nyembah watu, 244 watu nggeh penting nggeh gawe omah. 245 Senajan wes nyuwun yo terus usaha, Ajaran 246 ojo nganti bosen-bosen sinambi usaha. kepercayaan 247 Misale kerja bayarane mung sitik yo 248 ojo 249 semono. Intine yo kudu matur nuwun Ajaran 250 marang seng kuasa lumantar seng kepercayaan 251 maringi kerja. Seng penting rejeki iku 252 akeh setitik dinikmati. 253 Yen to kulo Kirang langkung nggeh sak sagete Makna 254 nyuwon kulu nyuwunaken dumateng Gusti menolong orang 255 dumaten wonten 256 njenengan Nggeh kulo sewunaken, kedah pitados, 257 dongaaken mpun mawon manungso, ngeluh, ing sah dilarang, magkane sangu yo kedae tiyang kangge pancen panguawase ragu-ragu. masa rejekine srandil. lain Misalnya Ajaran PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 127 258 kulo wonten nyuwun sehat keselamatan yo kudu kepercayaan 259 petilasan? yakin, ora keno bimbang. Misale 260 sampun 261 nggeh mpun sah ragu-ragu langsung 262 mawon 263 dumateng Gusti lantaran petilasan 264 meniko. Dadi kuncine yo mung seng Ajaran 265 kuasa. 266 Yang Nggeh raos binggah. Nopo maleh seng Makna 267 dirasakan kulo tulung usahane terus lancar. kebahagiaan 268 ketika Nggeh matur nuwun sanget dumateng 269 menolong seng kuasa. Nggeh kosok baline kulo 270 orang? mpun nyenyuwunaken dumateng seng 271 kuasa, kulo nggeh yakin seng kuasa 272 nggeh 273 penggaweane kulo lancar, kulo tansah 274 diparingi sehat. Lan tiyang engkang Makna 275 kulo 276 kabungahan 277 raosaken. 278 sampun ditulung banjur lali kaleh kulo 279 nggeh mpun ngantos nggrundel kito, 280 seng kuasa langkung ngerti. 281 Kebehagiaan Kebahagiaan 282 niku nopo Kebahagiaan niku siji masalah wonten kebahagiaan 283 miturut keluarga tansah rukun, lan ngraos 284 panjenengan? bungah. Lajeng saget gesang rukun Makna 285 wonten masyarakat. Naliko wonten kebahagiaan 286 pemerintahan naliko mbuka jati diri 287 kito nggeh raos bungah, bahagia. madep wonten nyuwun petilasan kanti mantep kepercayaan bakal tulung nulung mesti meniko Nopo niku kulo, nopo bungah, nggeh mengke yen tentreming la kebahagiaan kulo to ati. Makna PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 128 288 Naliko gesang kito didukung keluarga 289 nggeh 290 kepercayaan meniko nggeh bahagia, 291 bahagia wonteng ing alam donya lan 292 alam kalanggengan. Bahagia ing alam 293 donya 294 kalanggengan. Naliko srawung ing 295 alam ndonya sae, laku becik meniko 296 nggeh bahagia najyan nggeh kadang 297 awrat nanging bilih dilakoni kanti 298 iklas nggeh ndadosaken bahagia. 299 Cara-cara Seng penting mlaku bareng, rukun. Makna 300 nggadai urip Ora usah golek masalah. Mpun madani kebahagiaan 301 bahagia? tiyang-tiyang 302 mboten 303 menyimpang nggeh mboten usah kito 304 wales, malah dirukuni kemawon. Seng 305 penting meniko ngolah kepribadian 306 kito, lan mboten usah melu ngurus 307 kepribadiane tiyang liyo. Nggeh saget 308 ikut campur, nanging enten jalure 309 ingkang becik lan migunani kangge 310 tiyang meniko. Dados ngraos bahagia 311 meniko 312 membahagiakan kito kiyambah, sukur 313 sukur migunani kangge tiyang sanes 314 lan ndamel kebahagiaane tiyang sanes, 315 malah mboten saget ndamel tatune 316 wong liyo, mboten saget nyidrani. 317 Kadang Kanggone tiyang engkang mboten bahagia. nggeh Kulo bahagia ingkan sae. naliko ngugemi ing alam ngarani Istilae kito kito diarani saget PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 129 318 panderek mangertos nggeh kadang diarani sesat 319 kepercayaan utawi 320 diarani tiyang sagetipun nggeh njelasne seng sak 321 musrik, utawi benere. Nanging yen to mboten saget 322 sesat, kados dijelasne nggeh wangsul dumateng 323 pundi pribadine tiyang kolo wau. Kito nggeh Bahagia dalam 324 panjenengan mboten angsal banjur musui ono permasalahan 325 tansah ngraos benci. Intine kito tetep njalen guyub 326 bahagia? rukun kemawon, urip seng apik. 327 Ananne 328 kebahagiaan meniko najyan to kito 329 diaruh-arui seng koyo opo mbun nesu, 330 kedah sabar lan nerima. Intine kito 331 yakin yen kito nindaaken ingkang 332 becik, mboten ngrugekne tiyang sanes, 333 malah-malah lek saget migunani. Ora 334 usah nesu, ayo tansah sabar ayo malah 335 podo dirangkul. Musuh kemawon 336 dirangkul, adoh yo diuyak, ojo mung 337 nunggu. Lek namung nunggu nggeh 338 kados 339 kebahagiaan, rejeki kemawon mboten 340 angsal yen to namung nunggu. Intine 341 nggeh ayo podo ngupoyo, berusaha 342 sak isone kanggo uripe awake dewe. 343 Wong urep niku kudu tetep sinau 344 luweh duwur maneh, sarjana kemawon 345 pengen sinau. Ojo sombong, tansah 346 ngupoyo, sinau lan kedah andap asor. 347 Kulo kemawon seng mboten sekolah 348 nggeh kedah sinau. Misalkan tradisi musrik. kito pundi Nanging kito saget kito saget sak manggih ngraos PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 130 349 bulan sura meniko wonten kirap, 350 slametan. Meniko tradisi, nguri-nguri 351 budaya. Meniko termasuke bersyukur, 352 matur suwun dumateng Gusti, anane 353 kito 354 lumantar opo asil bumi seng ditandur 355 saget kito pangan. Intine meniko rasa 356 syukur kito marang panguwasane 357 Gusti. ngantos saget sak meniko PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 131 Identitas Informan 2 Nama Informan : SL Usia : 70 Tahun Pekerjaan : Juru kunci dan narasumber penghayat kepercayaan Gunung Srandil Hari dan Tanggal : Senin, 7 Juli 2014 Waktu : Pukul 16.00 – 17.30 WIB Tempat : Rumah Informan No Pertanyaan Jawaban 358 Nopo niku Kepercayaan meniko intine percoyo, Makna 359 kepercayaan pitados dumateng Gusti ingkang paring kepercayaan 360 gesang. Anane kito gesang lan seget 361 ndamel punopo kemawo meniko nggeh 362 anene awake dewe percoyo dumateng 363 Gusti 364 mboten namung wonten ing mriki 365 kemawon, 366 Sulawasi juga ada, dan hampir diseluruh 367 dunia kepercayaan kepada Tuhan yang 368 maha kuasa itu ada. 369 Hubungan Kalu secara manusiawi ya baik, tapi Hubungan 370 penganut kalu menurut agama mereka ya tidak dengan 371 kepercayaan tau. Namun kalau kita ya fleksibel saja, masyarakat 372 dengan intinya kita percaya kepada Tuhan. 373 lingkungan Kalau soal adu argumen ya nanti larinya 374 (diluar ke yuridis kemudian justru timbul ras. 375 penganut Sudah timbul lo ini. Kepercayaan tidak 376 kepercayaan)? hanya ada disini saja, ditempat lain juga 377 ada. Peninggalan majapahit itu ada 378 dimana mana. Karena dulu penguasa Allah. di Kepercayaan Kalimantan meniko ada, di PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 132 379 tunggul nusantara itu majapahit. Lalu 380 setelah datangnya agama, para penganut 381 kepercayaan 382 Sekarang 383 internasional perang antar agama saja 384 banyak, malah sama-sama agamanya lo 385 itu. Ini manusia lo, namun justru tidak 386 menghargai HAM, ini memang berawal 387 tidak percayanya mereka kepada Tuhan, 388 dan ini memang nyata. 389 Kaitannya Nah itu justru, petilasan itu sakniki 390 dengan sampun dados pertapaan. Tempat ritual Makna 391 petilasan, dimana orang pada berdoa, menyembah petilasan 392 banyak orang kepada Tuhan bukan berarti kepada 393 yang datang batu atau kayu. Memohon kepada 394 kesitu, itu Tuhan melalui kepercayaannya menurut 395 bagaimana agamanya 396 menurut anda? yang kesini orang islam, nasrani, hindu 397 budha juga banyak. Jadi itu bisa jadi Makna 398 simbul pemersatu bangsa, diman orang petilasan 399 tidak lagi dibedakan oleh agamanya . 400 Itulah kehebatan kepercayaan yang ada Makna 401 disitu. Jadi bebas, semua agama boleh kepercayaan 402 kesitu karena tujuannya sama kepada dan petilasan 403 Tuhan. 404 sarananing adil. 405 Banyak orang Kalau menurut cara pandang kita jangan 406 mengatakan sampai kesana terhadap berita-berita 407 ini tempat miring. Siapa tau yang mengatakannya 408 untuk mencari punya kepentingan politik. Saya yang itu istilahnya dijajah. lihat saja, didunia masing-masing. Namanya saja Ternyata Srandil, PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 133 409 pesugihan dituakan disini, tidak ada seperti begitu. 410 yang instan? Disitu kita memohon kepada Tuhan Ajaran tentang 411 melalui leluhur kita yang ada disitu, Tuhan 412 para pendiri bangsa jaman kerajaan para 413 raja dan pujangga dimulai dari jaman 414 kediri ke majapahit. Orang mencari 415 pesughan meniko identik kaliyan setan, 416 wonten mriki mboten wonten kados 417 meniku. Ya banyak lah orang yang 418 kadang sirik, ingin menjelek-jelekan 419 sini mengatakan seperti itu, ngapain ke 420 Srandil 421 menyembah ya kepada Tuhan. Dibalik 422 perkataan itu kan orang itu punya 423 kepentingan. Disitu ya kepada Tuhan, Makna 424 orang agama apa pun boleh karena petilasan 425 dasarnya adil bagi semua. Monggo yang 426 ingin kesitu, berdoa dan bertapa dimulai 427 dari para leluhur kita para pendiri 428 bangsa dulu bertapanya disitu, kan 429 bersejarah berarti ya. 430 Para Yang pertama tugas pokok para juru Makna Juru 431 pengahayat kunci itu adalah melayani para tamu kunci (makna 432 kepercayaan yang 433 jadi juru kunci kepada tamu tentang srandil itu tempat lain) 434 situ. Intinya pertapaan 435 apa? Tuhan melalui leluhur yang dulunya 436 pada bertapa disini. Kita mengantarkan 437 kesana 438 menjalani ritual, semedi. Setelah itu ada 439 aturan berkunjung disini, dari satu hari menyembah datang. Kedua untuk dan kepada para menjelaskan menolong orang memohon tamu setan, itu kepada pada PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 134 440 satu malam, atau hanya berkunjung 441 sejenak, apa tiga hari tiga malam apa 442 tujuh hari tujuh malam. Disitu adalah Makna 443 tempat 444 bersejarah. Disitu mengingatkan kita 445 pada sejarah masa dulu dan sekaligus 446 rasa ingat kita kepada Tuhan. Para 447 pendatang itu berasal dari luas, hampir 448 nusantara. Pada hari jumat kliwon 449 banyak orang pada kesana, mereka 450 bordoa melalui agama kepercayaan 451 mereka masing-masing. 452 Kebahagiaan Tujuan 453 miturut sebenarnya adalah untuk kebahagiaan. 454 panjenengan Nek kebahagiaan niku dereng tentu Makna 455 niku nopo? saking materi kekayaan-kekayaan. Jadi kebahagiaan 456 semua yang dijalani dari rumah kesitu, 457 menjalani ritual, doa, menyampaikan 458 rasa hormat kepada leluhur kepada 459 Tuhan. Terus selamat selama menjalani 460 tiga hari atau tujuh hari atau bahkan 40 461 hari, 462 Dilindungi lah ya oleh Tuhan, oleh 463 leluhur 464 keselamatan itu. Lalu nanti jika ada 465 keberasilan oleh Tuhan dikala itu 466 pulang dari sini usaha kerjanya lancar, 467 itu kebahagiaan yang kedua. Yang Makna 468 pertama keselamatan tadi, dilindungi kebahagiaan 469 diayomi itu merasa benar-benar bahagia 470 itu. Kebahagiaan yang kedua pulang pertapaan, para itu tempat pendatang rasanya sampai bahagia petilasan petilasan kesini begitu. mendapatkan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 135 471 kerumah, ketemu keluarga usahanya 472 lancar, sehat jauh dari malapetaka, 473 selamat 474 usahanya 475 berhasil, itu yang ketiga lah ya. Yang 476 keempat melalui rasa percaya kepada 477 Tuhan 478 agama dan ras. Itu kebanyakan mati tua, 479 sampai usia lanjut. Itu kebahagiaan 480 yang 481 kebahagiaan itu ketika kita tansah eling, kebahagiaan 482 waspodo lan rumongso. Oiyo, aku urep 483 iki ono seng nggawe urep kok, terus aku 484 ngerti iki ono seng ngekei ngerti yo 485 konco 486 menjalani belajar sebelum bisa. Jadi 487 sititu bukan hanya sekedar berdoa 488 melalui 489 tetapi disitu adalah wujud dari sarana 490 keadilan. 491 segala penjuru bertemu, berkumpul 492 tanpa 493 golongan manembah ngabekti berdoa 494 kepada Tuhan bareng-bareng. Makanya 495 betapa senangnya melihat itu pada hari 496 yang ramai seperti itu. 497 Kagem Wangsul 498 njenengan berbahagia. Ada ketika ada pendatang kebahagiaan 499 saget menanyakan dengan kelegowoan saya, 500 ngarahne, saya 501 nulung tiyang mereka menjalani dan diterima dengan lah semuanya, selamat menaati usahanya tidak terakhir. sedulur. membedakan Saya Dimana bisa itu Makna karena masing-masing, pengunjung membedakan jawab, dan Disamping agamanya kados selamat wau, kemunian dari agama, saya ras, sangat Makna setelah itu PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 136 502 supados rasa bersyukurnya dan berterimaksihnya 503 manunggal bahwasanya atas keberhasilannya. Nah 504 kaleh Gustine ini betapa bahagianya bagi saya. Jadi Makna 505 niku maknane kebahagiaan saya bukan karena saya kebahagiaan 506 nopo? berlebihan seperti itu. Bukan karena 507 materi kekayaan itu. Melihat saja orang 508 punya tujuan dijalani dan mendapat 509 keberhasilan dan selamat, sakitnya juga 510 sembuh, kalau ada orang mencari kerja 511 juga 512 berdoa kepada Tuhan disitu, setelah 513 beberapa 514 menyampaikan kabar kepada saya kalau 515 berhasil. Niku engkang ndadosaken 516 kabingahan kulo. Saya itu bahagia ya 517 walaupun nggak punya uang. Jadi uang 518 bukan 519 pengalaman saya yang tersentuh sekali. 520 Banyak juga yang kesini meminta 521 jodoh. Ya saya mau belajar kemana, 522 saya tanya maunya apa. Kemudian ya 523 saya suruh menjalani, yang percaya 524 harus percaya bahwa hidup ada yang 525 menciptakan. Melihat Itu tidak pakai 526 mata, Tuhan dilihat dengan mata hati, 527 dan Tuhan itu dekat sekali dengan kita Ajaran 528 sepanjang kita memiliki rasa percaya kepercayaan 529 yang mendekatkan kita kepada Tuhan, 530 ya kalau tidak percaya Tuhan itu yan 531 tetap 532 agamanya apa, kepercayaannya apa segera mendapatkan bulan jaminan jauh dari kemudian bahagia, kita. melalui Ya menurut melalui PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 137 534 monggo lah, toh nanti arahnya tetap 535 kesana kok, kesatu itu. Ini bukan iklan, 536 tapi jati diri ini. 537 Banyak orang Dedepan 538 mengatakan mungkin diluar sana mereka bicara, tapi 539 kita ini orang kalau di depan saya tidak berani. Ya 540 kafir, musrik, kita 541 dan mereka. 542 sebagainya. mengasingkan saya silahkan, wong saya mata tetap sih ramah Pedoman tidak, tamah namun Permasalahan terhadap saya, kamu 543 Menurut anda? dirumah saya sendiri, rumah itu bukan 544 rumah ini, rumah untuk berteduh, 545 rumah itu pemahaman saya yang dicipta 546 Tuhan berasal dari sini. Orang kamu 547 suatu saat juga pulang kok. Ini tanah 548 leluhur 549 kepercayaan ini berasal dari situ. 550 Bagaimana Ada beberapa faktor dan sektor juga ya. Ajaran 551 anda tetap Kita memahami dan merasakan bisa kepercayaan, 552 merasa menentukan bahwa kita itu dihadapkan dan Bahagia 553 bahagia pada kenyataan yang tidak ringan lah dalam 554 ditengah ya. Satu itu adalah tantangan, kedua permasalahan 555 permasalahan adalah rintangan, dan yang ketiga 556 itu? adalah pantangan. Pantangan itu kita 557 jangan marah, kita harus legowo. Kalau 558 marah kita ini salah, karena itu fatal. 559 Kemudian yang tantangan itu adalah 560 bisa tidak kita masuk ditengah-tengah 561 mereka, mau bicara apa. La saya punya 562 pedoman, jadi saya bisa menjelaskan 563 itu, pedomannya, sejarahnya itu dari saya, dan budaya beserta PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 138 564 kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha 565 Esa. Rintangan seperti cemoohan orang, Ajaran 566 penolakan, dan sebagainya. Dan kita itu kepercayaan, 567 tidak boleh putus asa, kita harus dan Bahagia 568 bersabar, kita harus bertoleransi. Kita dalam 569 harus banyak-banyak menjalankan segi permasalahan 570 sosial dan kemanusiaan. Tapi itu kita 571 menerima warisan dari leluhur, ya tetap 572 saya jalankan meskipun dijelek-jelekan 573 orang. Yang penting saya bukan tetoris, Makna 574 bukan komunis dan bukan penghianat kebahagiaan 575 negara, saya punya dasar. Yaitu alasan 576 saya tetap hidup bahagia, saya sangat 577 bahagia sekali. Jadi memang benar- 578 benar Tuhan itu maha adil. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 139 LAMPIRAN 4: DATA HASIL SARASEHAN DAN TEMA YANG MUNCUL Identitas Paguyuban Nama Kaweruh Hak 101 Lama Berdiri Sejak tahun 2008 Nama Ketua Sumikan Martoyo Jumlah Anggota Penghayat 150 anggota penghayat Pelaksanaan Sarasehan Waktu Sarasehan : Kamis, 10 Juli 2014 Tempat : Padepakan Kaweruh Hak 101 Waktu : Pukul 19.00 – 00.30 Peserta : Peneliti dan Para Penghayat Kepercayaan Kaweruh Hak 101 Susunan Acara : Pukul 19.00 - 20.00 adalah ramah tamah Pukul 20.00 - 21.00 adalah berdoa semedi Pukul 21.00 - 00.00 adalah sarasehan Pukul 00.00 – 00.30 adalah doa puncak atau doa malam Data Sarasehan Dalam sebuah kesempatan peneliti ikut bersama salah satu paguyuban Kaweruh Hak 101 untuk ikut sarasehan rutin malam jumat legi. Dalam sebuah pertemuan ini pertama kali dibuka dengan doa semedi, memasrahkan diri kepada Tuhan dengan cara bermeditasi dan berdoa bersama. Setelah doa semedi acara dilanjutkan dengan sarasehan yaitu sharing pengalaman antar penghayat dan kemudian direfleksikan bersama hingga menjadi sebuah pengetahuan atau ilmu baru bagi penghayat kepercayaan. Pada acara puncaknya yaitu pukul 00.00 adalah doa malam. Disini para penghayat bersyukur atas rahmat yang diberikan oleh Tuhan dan memohon tuntunan dan perlindungan untuk esok hari. Para penghayat sangat terbuka dengan kedatangan peneliti dan mereka terlihat sangat antusias. Dalam kesempatan sarasehan tersebut para penghayat mempersilahkan peneliti untuk membuat topik pembicaraan yang selanjutnya PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 140 akan disharingkan bersama dan dicari kebenarannya secara bersama-sama. Dalam kesempatan ini pula peneliti mengarahkan topik pembicaraan sesuai dengan tujuan penelitian yaitu makna kebahagiaan. Para penghayat sendiri memiliki latar belakang yang bermacam-macam sebelum mereka mengikuti kepercayaan. Kebanyakan mereka sebelumnya juga memeluk suatu agama tertentu. Namun karena alasan tidak menemukan kedamaian dalam hidupnya para penghayat ini kemudian menempatkan pilihan pada kepercayaan. Kebanyakan dari mereka merasa hidupnya lebih nyaman dan damai setelah memeluk kepercayaan. Pada kesempatan ini para penghayat saling mensharingkan pengalaman hidupnya terkait dengan makna kebahagiaan yang mereka rasakan dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun ditengah kehidupan bermasyarakat banyak orang yang mengatakan bahwa para penghayat tersebut adalah aliran sesat, namun para penghayat senantiasa menunjukkan rasa kerendahan hatinya untuk tetap sabar sembari melakukan hidup yang baik dan berguna bagi orang lain. Inti dari kepercayaan adalah percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Jadi disini tidak ada sedikitpun penyimpangan ajaran yang menyesatkan. Mereka percaya bahwa kehidupan ini adalah dari Tuhan. Dan cara memuliakan Tuhan dapat dilakukan dengan banyak cara, termasuk sembayang semedi, selametan dan lain sebagainya. Semuanya itu mengandung unsur ungkapan syukur yang mendalam terhadap sang pencipta. Bagi para penghayat kepercayaan, hidup harus disesuaikan sesuai dengan kodradnya sebagai manusia. Sebagai manusia yang percaya kepada Tuhan, tentunya manusia senantiasa mengupayakan perbuatan yang baik (laku becik). Hal-hal seperti kebencial, rasa dendam dan sebaginya adalah menyalahi kodrad kita sebagai manusia yang percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sikap kita terhadap orang yang membenci kita hendaknya tidak dibalas dengan kebencian, melainkan dibalas dengan kebaikan (Wawancara dengan Sumikan, 2014). Menciptakan kehidupan yang damai (ayem tenterem) adalah cita-cita bagi para penghayat kepercayaan. Sadar akan kita manusia yang berbeda dengan satu sama lain hendaknya harus disikapi secara bijak pula. Oleh karena itu sangat PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 141 diperlukan sikap kerendahan hati untuk bertoleransi terhadap perbedaan orang lain tersebut. Setiap perbedaan tersebut harus dihargai namun kita juga harus tetap bersatu membangun dunia yang lebih baik (Wawancara dengan Sumikan, 2014). Dari sharing beberapa orang penghayat kepercayaan, kemudian saling ditanggapi oleh para penghayat yang lain sampai menghasilkan sebuah kesepakatan tentang makna kebahagiaan. Berikut adalah beberapa pendapat tentang makna kebahagiaan dari beberapa orang penghayat kepercayaan yang mensyaringkan pengalamannya: Pendapat beberapa anggota paguyuban tentang kebahagiaan Pendapat Anggota Anggota 1 Anggota 2 Anggota 3 Ketika bersama Dapat melakukan Memiliki keluarga atau orang- sesuai dengan apa hubungan yang orang yang dicintai. yang menjadi baik dengan anteping ati Sang Pencipta Keluarga senantiasa Hidup rukun dengan Memiliki diberi kesehatan dan sesama meskipun hubungan yang keselamatan berbeda kepercayaan baik dengan serta dapat lingkungan menolong kesusahan sekitar Kebahagiaan adalah? orang lain Memiliki rejeki yang Dapat berguna bagi Ketika kita bisa cukup untuk orang lain, terutama sabar terhadap keperluan hidup keluarga cobaan dan tetap merasa bahagia meskipun sedang dalam permasalahan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 142 Dari beberapa sharing tersebut maka disepakati bersama bahwa kebahagiaan adalah bab raos (soal rasa) yaitu kaitanya dengan pencapaian batin. Pencapaian batin tersebut terjadi ketika seseorang memaknai hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, atau berada dalam situasi yang transenden. Kebahagiaan tidak terletak dari seberapa banyak memiliki kekayaan atau materi. Kebahagiaan bukanlah apa yang orang lain berikan kepada kita, melainkan apa yang kita berikan kepada orang lain dan berguna bagi orang lain. Kebahagiaan juga tidak selalu berupa sesuatu yang mengenakkan bagi kita, terkadang kebahagiaan juga berupa rasa penolakan, cemoohan ataupun sesuatu yang tidak mengenakan dari orang lain. Namun ketika kita dapat memaknainya atau istilahnya olah rasa maka hal tersebut akan lebih membahagiakan bagi kita. Tema-tema yang Muncul dalam Sarasehan No 1. Tema Muncul dalam wawancara Alasan mengikutid. Mengikuti apa yang menjadi keinginan hati kepercayaan e. Mencari kedamaian hidup f. Mencari makna hidup 3. Kesan terhadap d. Merasa menemukan jati diri kepercayaan e. Lebih bahagia f. Lebih nyaman 4. Permasalahan c. Penolakan secara sosial yang muncul d. Tidak memiliki hak yang sama sebagai warga negara 5. Makna d. Percaya kepada Tuhan YME kepercayaan e. Tuhan adalah kasih f. Dasar untuk hidup 6. Hubungan dengand. Harmonis masyarakat e. Guyub-rukun f. Tolong-menolong 7. Makna petilasan Sejarah dari nenek-moyang PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 143 8. Ajaran d. Eling, waspodo, rumongso (ingat, waspada, dan kepercayaan merasa) e. Rendah hati f. Sabar 9. Makna materi Sarana hidup untuk mencapai sesuatu yang lebih baik 10. Makna menolong Membantu orang untuk sampai kepada Tuhan orang lain dalam permasalahannya (sebagai juru kunci) 11. 12. Ajaran tentang Maha besar yang menciptakan dunia dan maha Tuhan baik Makna kebahagiaan c. Bab raos (soal rasa) pencapaian batin (transenden) d. Perkara memberi 13. Bahagia dalam permasalahan Olah rasa atau memaknainya dalam batin Tema-tema yang muncul tersebut merupakan hasil dari sarasehan paguyuban Kaweruh Hak 101 yang telah disepakati bersama oleh semua penghayat yang ada dalam sarasehan tersebut. Adapun perbedaan pendapat di awal oleh para penghayat yang mensharingkan pengalaman hidupnya terkait dengan topik pembicaraan kemudian dibicarakan bersama dan direfleksikan bersama hingga menemukan kesepakatan bersama. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 1