HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN SUSU FORMULA DENGAN PRAKTEK PEMBERIAN SUSU FORMULA PADA BAYI USIA 7-12 BULAN DI PUSKESMAS NGEMPLAK SIMONGAN Ari Setiyani Tatik Indrawati*) NI Luh Sumini *) *) Akademi Kebidanan Abdi Husada Semarang Korespondensi : [email protected] ABSTRAK Makanan terbaik bayi pada awal usia kehidupannya adalah air susu ibu (ASI). Hal ini tidak hanya karena ASI mengandung cukup zat gizi tetapi juga karena ASI mengandung zat imunologik yang melindungi bayi dari infeksi. Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan di Puskesmas Ngemplak Simongan pada bulan September 2011, diperoleh data bahwa dari 10 ibu menyusui, 9 diantaranya menyatakan memberikan susu formula kepada bayinya. Dari 9 ibu yang memberikan susu formula pada bayi, 7 orang (77,77%) tidak mengikuti dosis yang dianjurkan, 6 orang (66,66%) tidak memperhatikan kebersihan, dan 4 orang (44,44 %) tidak menjadwalkan pemberian susu. Susu formula bayi adalah cairan atau bubuk dengan formula tertentu yang diberikan pada bayi dan anak-anak. Mereka berfungsi sebagai pengganti ASI. Susu formula memiliki peranan yang penting dalam makanan bayi karena seringkali bertindak sebagai satusatunya sumber gizi bagi bayi (Grup Sehat). Pada dasarnya pemberian susu formula mudah dilakukan, hanya saja faktor kebersihan harus tetap dijaga karena apapun jenisnya susu akan mudah terkontaminasi. Penelitian ini merupakan jenis penelitian non eksperimen dengan rancangan penelitian korelasi yaitu penelitian yang menganalisis hubungan antara dua variable pada satu variasi atau sekelompok subyek. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bayi usia 7 – 12 bulan di Puskesmas Ngemplak Simongan Kota Semarang pada bulan Desember 2011 yang memberikan susu formula pada bayinya, dengan sampel sebanyak 80 orang. Analisis secara univariat dilakukan dengan mendistribusikan setiap variabel penelitian dengan masing-masing proporsi. Untuk analisis secara bivariat digunakan uji ChiSquare. Hasil penelitian ini adalah sebagian besar ibu memiliki pengetahuan yang baik tentang susu formula yaitu sebanyak 45 (56,30%) responden, dan responden melakukan praktek pemberian susu formula yang kurang baik yaitu masih tinggi sebanyak 40 (50,00%) responden, sehingga ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang pemberian susu formula dengan praktek pemberian susu formula. Saran yang disampaikan kepada tenaga kesehatan diharapkan dapat memberikan informasi sekaligus mempraktekkan cara pemberian susu formula. Selain itu, Puskesmas Ngemplak Simongan juga diharapkan dapat menyusun strategi dan langkah-langkah untuk meningkatkan pengetahuan ibu di wilayah kerjanya mengenai susu formula. Kata Kunci: Hubungan Pengetahuan, Pemberian Susu formula, Praktek Pemberian Susu Formula. 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Arah dan kebijaksanaan pembangunan bidang kesehatan, diantaranya menyebutkan bahwa pembangunan kesehatan diarahkan untuk mempertinggi derajat kesehatan termasuk di dalamnya keadaan gizi masyarakat dalam rangka meningkatkan kualitas hidup serta kecerdasan dan kesejahteraan rakyat pada umumnya (Suhardjo, 2003). Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) Departemen Kesehatan mengungkapkan data bahwa rata-rata per hari terdapat 401 bayi di Indonesia yang meninggal dunia sebelum mencapai umur 1 tahun. Bila dirinci, 157.000 bayi meninggal dunia per tahun atau 430 bayi per hari. Tiga penyebab utama bayi meninggal adalah akibat berat badan lahir rendah sebesar 29 %, gangguan pernapasan sebesar 27% dan masalah nutrisi sebesar 10% (Riset Kesehatan Dasar Depkes, 2007). Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2003, AKB di Indonesia adalah 35 per 1000 kelahiran hidup. Data The World Health Organization tahun 2005 menyebutkan AKB di Indonesia adalah 20 per 1000 kelahiran hidup (Roesli, 2008). Sedangkan menurut data di Dinas Kesehatan Kota (DKK) Semarang, AKB pada tahun 2010 mencapai 16,82 per 100 kelqahiran hidup (sesuai pencapaian MDGs 2015) dan kejadian kesakitan pada bulan JanuariSeptember 2011 yang disebabkan oleh masalah nutrisi dan gangguan pencernaan sebanyak 6488 kasus (Diare) dan 1996 kasus (BGM) dari 36.367 jumlah bayi balita. Kejadian kesakitan ini menduduki peringkat kedua dari penyebab kesakitan di kota Semarang. Maka perlu perhatian dalam pemberian nutrisi, dalam hal ini yaitu pemberian ASI dan MP-ASI. Saat ini, praktik menyusui ASI secara eksklusif di Indonesia bisa dikatakan cukup memprihatinkan. Data SKDI (Sarana Komunikasi dan Diseminasi Informasi) 2002 menunjukkan bahwa pemberian susu formula paling kerap dilakukan pada bayi usia kurang dari 2 bulan. Ini terjadi akibat ibu bekerja mulai bayi usia 6-8 minggu karena berakhirnya masa cuti bersalin (Susanto, 2009). Data Survei Sosial Ekonomi Nasional pada 2007-2008 mengungkapkan bahwa jumlah bayi di bawah enam bulan yang diberi susu formula meningkat dari 16,7 persen pada 2002 menjadi 27,9 persen pada 2003. Adapun menurut data SDKI (2002), pemberian susu formula meningkat tajam menjadi 32,1 % dari 10,8 % pada tahun 1997(Susanto, 2009). Menurut Sensus Dasar Kesehatan Indonesia, pemberian susu eksklusif terus menurun. Sedangkan pemberian susu botol meningkat. Dari data tersebut di atas, kita mendapatkan gambaran bahwa bayi di Indonesia hanya mendapatkan ASI eksklusif selama 2-3 bulan kehidupannya dan selanjutnya adalah pemberian susu formula. Rendahnya pemberian ASI di negeri ini, diakibatkan minimnya informasi yang dimiliki oleh setiap orang tua, baik informasi mengenai proses menyusui yang selalu dikaitkan dengan mitos/budaya dan juga minimnya informasi akan bahaya susu formula yang telah dibuktikan secara ilmiah (Zainal, 2011). Dari 3 Puskesmas di Kota Semarang yaitu Puskesmas Mangkang, Puskesmas Ngaliyan dan Puskesmas Ngemplak Simongan diperoleh data bahwa dalam tiap kunjungan imunisasi di posyandu Puskesmas Manyaran rata-rata 75% (33 dari 45 bayi) yang mendapat susu formula dan di posyandu Puskesmas Karangayu hanya 65% (29 dari 40 bayi) yang mendapat susu formula. Sedangkan di Puskesmas Ngemplak Simongan hampir seluruh bayi mendapat susu formula yaitu mencapai 90% (38 dari 43 bayi). Dari data tersebut terlihat bahwa pengguna susu formula terbanyak adalah di Puskesmas Ngemplak Simongan sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian di Puskesmas Ngemplak Simongan. Di Puskesmas Ngemplak Simongan pada bulan Januari 2011 jumlah ibu menyusui bayi usia 7-12 adalah sebanyak 503 orang, yang pada bulan Februari meningkat menjadi sebanyak 520 orang. Dari data tersebut sebagian besar memberikan susu formula sebelum usia 6 bulan karena sebagian besar ibu menyusui adalah ibu bekerja yang harus meninggalkan bayinya di rumah untuk diasuh orang lain. Berdasarkan studi pendahuluan yang penulis lakukan di Puskesmas Ngemplak Simongan pada bulan September 2011, diperoleh data bahwa dari 10 ibu menyusui, 9 ibu diantaranya menyatakan memberikan susu formula kepada bayinya. Dari 9 ibu yang memberikan susu formula pada bayi, 7 ibu (77,77%) tidak mengikuti dosis yang dianjurkan, 6 ibu (66,66%) tidak memperhatikan kebersihan, dan 4 ibu (44,44 %) tidak menjadwalkan pemberian susu. Berdasarkan uraian dan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk mengetahui lebih lanjut mengenai hubungan antara pengetahuan ibu tentang pemberian susu formula dengan praktek pemberian susu formula pada bayi usia 7 – 12 bulan di Puskesmas Ngemplak Simongan Kota Semarang. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan kompetensi pelayanan kebidanan dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi tentang hubungan pengetahuan ibu tentang pemberian susu formula dengan praktek pemberian susu formula pada bayi usia 7 – 12 bulan di Puskesmas Ngemplak Simongan Kota Semarang. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Desember 2011. Penelitian ini merupakan jenis penelitian non eksperimen dengan rancangan penelitian korelasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bayi usia 7 – 12 bulan di Puskesmas Ngemplak Simongan Kota Semarang pada bulan Desember 2011 yang memberikan susu formula pada bayinya. Jumlah sampel yang digunakan yaitu sejumlah 125 bayi. HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian 1) Gambaran Umum Penelitian ini dilakukan di wilayah Puskesmas Ngemplak Simongan yang mencakup 2 wilayah di Kota Semarang, yaitu Kelurahan Ngemplak Simongan dan Kelurahan Bongsari yang masing-masing terdiri atas 8 RW. Batas-batas wilayah Puskesmas Ngemplak Simongan yaitu sebelah barat Kelurahan Manyaran, sebelah timur Kelurahan Krobokan, sebelah selatan Kelurahan Sampangan dan Kaligarang, sedangkan sebelah utara Kelurahan Kalibanteng. Penelitian dilaksanakan pada ibu yang memiliki bayi usia 7 – 12 bulan di wilayah Puskesmas Ngemplak Simongan dengan jumlah 80 responden. Karakteristik pendidikan dan umur respon den dalam penelitian ini sebagian besar berpendidikan SMA yaitu 45 (56,30%) responden dan berumur 20 – 35 tahun yaitu 61 (76,30%) responden. 2) Analisis Univariat 1) Pengetahuan tentang Susu Formula Tabel 1 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan tentang Susu Formula di Wilayah Puskesmas Ngemplak Simongan Kota Semarang Pengetahuan Frekuensi % Baik 45 56,30 Kurang 35 43,80 Total 80 100 Pada tabel 1 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang baik tentang susu formula yaitu sebanyak 45 (56,30%) responden. 2) Praktek Pemberian Susu Formula Tabel 2 Distribusi Frekuensi Praktek Pemberian Susu Formula di Wilayah Puskesmas Ngemplak Simongan Kota Semarang Praktek Frekuensi % Baik 40 50,00 Kurang 40 50,00 Total 80 100 Berdasarkan tabel 2 didapatkan hasil bahwa responden melakukan praktek pemberian susu formula yang baik dan kurang baik yaitu sama, masing – masing sebanyak 40 (50,00%) responden. 3) Analisis Bivariat Tabel 3 Tabel Silang Pengetahuan Ibu tentang Susu Formula dengan Praktek Pemberian Susu Formula di Puskesmas Ngemplak Simongan Kota Semarang Pengetahuan Baik Praktek Total % 64,40 Kurang f % 16 35,60 f 45 % 100 Baik f 29 Kurang 11 31,40 24 68,60 35 100 Total 40 P value = 0.003 50,00 40 50,00 80 100 Berdasarkan tabel 3 di atas menunjukkan bahwa dari 45 responden yang memiliki pengetahuan yang baik, sebagian besar melakukan praktek pemberian susu formula dengan baik yaitu sebanyak 29 (64,40%)responden. Sedangkan dari 35 responden yang memiliki pengetahuan kurang, sebagian besar melakukan praktek pemberian susu formula yang kurang baik yaitu sebanyak 24 (68,60%) responden. Berdasarkan penelitian tentang hubungan antara pengetahuan ibu tentang pemberian susu formula dengan praktek pemberian susu formula di Puskesmas Ngemplak Simongan Kota Semarang, dari uji Chi Square diperoleh hasil X2 hitung yaitu 8,584 ≥ X2 tabel yaitu 3,841. Dengan demikian, Ha diterima yang berarti terdapat hubungan antara pengetahuan ibu tentang pemberian susu formula dengan praktek pemberian susu formula. Pembahasan 1) Pengetahuan Ibu tentang Susu Formula Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Ngemplak Simongan diperoleh hasil sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang baik tentang susu formula sebanyak 45 (56,30%) responden dibandingkan responden yang memiliki pengetahuan yang kurang baik sebanyak 35 (43,80%) responden. 2) Praktek Pemberian Susu Formula Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa responden melakukan praktek pemberian susu formula yang baik dengan yang kurang baik sama yaitu 40 (50,00%) responden. Meskipun ada persamaan hasil pada praktek pemberian susu formula, tetapi angka tersebut masih cukup tinggi yaitu 50% dari responden yg melakukan praktek pemberian susu formula yang kurang baik. 3) Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Susu Formula Dengan Praktek Pemberian Susu Formula Berdasarkan hasil analisis dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil dari 45 responden yang memiliki pengetahuan baik, sebagian besar melakukan praktek pemberian susu formula dengan baik yaitu 29 responden (64,40%) .Sedangkan dari 35 responden yang memiliki pengetahuan kurang, sebagian besar melakukan praktek pemberian susu formula yang kurang baik yaitu sebanyak 24 (68,60%) .Dengan demikian terdapat hubungan antara pengetahuan ibu tentang susu formula dengan praktek pemberian susu formula. Hasil penelitian ini yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang susu formula dengan praktek pemberian susu formulamenunjukkanbahwapengetahuansangatmempengaruhiadanyaperila kupositif, karenaperilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan sifatnya tidak langgeng. Dengan demikian responden yang berpengetahuan kurang tidak dapat mempraktekkan pemberian susu formula dengan baik. KESIMPULAN Pada penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Ngemplak Simongan tentang hubungan pengetahuan ibu tentang susu formula dengan praktek pemberian susu formula, didapatkan hasil sebagai berikut: a. Pengetahuan ibu tentang susu formulasebagian besar responden adalah baikya itu sebanyak 45 (56,30%) responden. b. Praktek pemberian susu formula respondenyang kurang baik masih tinggi yaitu sebanyak 40 (50,00%) responden. c. Ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang pemberian susu formula dengan praktek pemberian susu formuladengan hasil X2hitung≥ X2tabelyaitu 8,584≥ 3,841. KEPUSTAKAAN Arikunto, S. (2005). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta. Badan pusat statistik (BPS) dan maCRO internasional.(2007).Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (2007). Calverton, Maryland, USA:BPS dan macro Internasional. DINKES (2003). Profil Kesehatan Jawa Tengah. _______ (2003) Manajemen Laktasi. _______ (2006) Pedoman Pemberian MP-ASI. http : // Parentingislami . Wordpress . Com. 2 Januari 2010. Istiarti. (2000) Menanti Buah Hati. Yogyakarta: Mitra Cendikia Press. Muhtadi, D . (2002), Gizi Untuk Bayi, Asi, Susu Formula, dan Makanan Tambahan. Jakarta. Nindya. (2006) ASI Eksklusif. Bandung : Alfa Beta. Notoatmodjo, S. (2002) Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Purnamawati, S (2003) Faktor - faktor yang Berhubungan dengan Pola Pemberian ASI Pada Bayi Usia 6 Bulan. Media litbang kesehatan volum XIII nomor 329. Roesli, U. (2009) Mengenal ASI eksklusif, Jakarta : Trubus Agri Widya. Rositasari, Diana. (2009) Hubungan dukungan keluarga dan tenaga kesehatan dengan keikutsertaan ibu hamil dalam senam hamil di RSB Kusuma Semarang Tahun 2008. KTI tidak diterbitkan. Semarang : Akademi Kebidanan Abdi Husada. Siregar, A . (2007) . Pemberian ASI eksklusif dan Faktor – Faktor yang MempengaruhI. Dikutip : http : // library.osu.oc.id _________. (2004). Pemberian ASI Eksklusif dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Skripsi tidak diterbitkan. Medan : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatra Utara. Soraya, L (2005) MP-ASI, Petunjuk Pemberian dan Penyajian. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan. Sunartyo. 2008. Panduan Merawat Bayi dan Balita Agar Tumbuh Sehat & Cerdas. Yogyakarta : Diva Press. Suradi, (2004), ASI Makanan yang Penting Untuk Bayi. Jakarta : Rineka Cipta