ISSN 1693-7945 Vol VIII No 1 April 2017 PENGARUH USAHA PENGENDALIAN SERANGGA TERHADAP LINGKUNGAN Oleh: Agus Yadi FKIP Universitas Wiralodra PENDAHULUAN Serangga termasuk kedalam Klas Insecta dan dimasukan kedalam kelompok yang lebih besar, yaitu Filum Arthopoda atau binatang beruas – ruas. Serangga merupakan binatang yang paling berhasil dalam hidup dibandingkan binatang lain terutama dalam evolusi. Selain itu serangga menduduki habitat dan sebaran yang sangat luas dan mempunyai alat mulut yang bermacam – macam, sehingga dapat menggunakan semua macam bahan organik. Dalam kehidupannya serangga tidak terlepas dari lingkungan, karena dalam kehidupanya serangga selalu berinteraksi dengan lingkungannya. Serangga mempengaruhi lingkungan hidupnya, atau ia juga mengusahakan sumberdaya alam lingkungan untuk mempertahankan hidupnya dan kelengsungan hidup keturunannya. Potensi biotik pada idealnya akan meningkatkan pangan, sandang, perumahan tapi dalam hal ini terjadi hambatan lingkungan yang disebutkan oleh serangga hama. Dalam menghadapi masalah serangga hama kita dapat bertitik tolak dari beberapa persoalan dasar yang menyangkut persoalan lingkungan secara penyeluruh. Untuk mengimbangi makin cepatnya pertambahan penduduk dewasa ini, maka produksi bahan pangan, sandang dan perumahan harus di naikan. Salah satu paktor yang menghambat dalam usaha mempertinggi produksi bahan pangan, sandang dan perumahan adalah serangan hama yang disebabkan oleh serangga. Dalam usaha pengendalian hama tersebut kita dihadapkan pada beberapa kenyataan, serangga telah lama berada dimuka bumi dan serangga merupakan salah satu kompenen biotik, serangga tidak dapat dipisahkan dari lingkungannya. Usaha – usaha yang sering dilakukan oleh menusia untuk mengendalikan serangga hama dengan cara menggunakan Insektisida, karena Insektisida merupakan alat pemukul yang paling ampuh (Metcalf, 1975). Tapi dalam kurun waktu yang panjang, suatu perlakuan cara kimia yang intensif bisa menimbulkan berbagai masalah penting, seperti pencemaran terhadap lingkungan, terdapatnya residu yang membahayakan bahan makanan, terbunuhnya parasit dan predator dan serangga berguna lainnya, timbulnya hama sekunder dan timbulnya resistensi hama terhadap insektisida (Gruys, 1972). Tujuan Pembahasan Potensi biotik pada idealnya akan meningkatkan pangan, sandang, perumahan, tapi dalam hal ini terjadi hambatan terhadap lingkungan yang diakibatkan oleh salah satu potensi biotik yaitu yang disebabkan oleh serangga hama. Pengendalian hama yang lajim digunakan oleh manusia adalah dengan menggunakan insektisida, tetapi kalau penggunaan insektisida yang terus menerus dan penggunaannya tidak selektif akan mengakibatkan keseimbangan lingkungan terganggu seperti terbunuhnya serangga parasit, predator dan serangga berguna lainnya. 89 ISSN 1693-7945 Vol VIII No 1 April 2017 Oleh sebab itu perlu diusahakan cara – cara pengendaliaan hama yang baik, yaitu pengendalian hama secara terpadu. Pengendalian hama secara terpadu diharapkan dapat mengendalikan hama secara efektif dan lingkungan tidak terganggu. Metode / Pendekatan Dalam makalah ini metode yang digunakan adalah metode Deskriptif analisis yaitu dengan jalan menganalisis permasalahan dalam Bab pembahasan masalah. Sedangkan pendekatan dilakukan melalui studi pustaka. PEMBAHASAN MASALAH Serangga dan Lingkungan Dalam menghadapi marsalah serangga hama, kita dapat bertitik tolak dari beberapa persoalan dasar yang menyangkut persoalan lingkungan secara menyeluruh. Karena dalam usaha pengendalian hama tersebut kita dihadapkan pada beberapa kenyataan. Serangga tolah lama berada dimuka bumi serangga salah satu komponen Alam, yang tidak dapat dipisahkan dari .lingkungan. Dalam kehidupannya serangga tidak terlepas dari komponen lingkungan yaitu unsur biotik dan abiotik salah satu unsur biotik adalah tumbuhan, Tumbuhan bagi serangga adalah tempat mencari makan, tempat berlindung dan membuat kokon dan tumbuhanpun dapat bantuan dari seranga dalam penyerbukannya. Dengan adanya ketergantungan serangga dengan tumbuhan ini maka serangga akan merugikan terhadap tumbuhan. Manusia sedikit banyak turut bertanggung jawab atas terjadinya serangga hama dalam usaha pengendaliannya. Sebagai akibat usaha manusia dalam mengendalikan hama ternyata dapat menimbulkan beberapa masalah terhadap keseimbangan lingkungan seperti: tercemarnya lingkungan, timbulnya resistensi hama terhadap insektisida, timbulnya hama sekunder dan terbunuhnya predator parasit dan serangga berguna lainnya. Berdasarkan kenyataan tersebut diatas manusia harus selalu menyesun strategi baru untuk menghadapi serangga sehingga dalam pengendaliannya tidak mengganggu kelesta rian lingkungan dan populasi serangga tetap terkendalikan dan kerugian yang diakibatkan oleh serangga dapat teratasi. Konsepsi Pengendalian Kama Terpadu Konsep pengendalian hama terpadu adalah konsep yang telah diadaptasi oleh Departemen Pertanian R.I sebagai dasar kebijaksanaan dalam menangulangi gangguan hama pada komoditi pertanian. Menurut defenisi R Van Den Bosck dkk, 1971 dalam Sastrodihardjo, pengendalian terpadu adalah suatu sistem pengelolaan populasi hama dengan menggunakan teknik yang sesuai dengan tujuan mengurangi populasi hama dan mempertahankannya pada suatu tingkat yang tidak dapat menyebabkan kerugian ekonomif atau melakukan usaha sedemikian rupa sehingga populasi hama tidak menyebabkan tingkat kerugian tersebut. Agar dalam pelaksanaan pengendalian hama terpadu berhasil perlu penyesuaian pemilihan jenis cara dan jenis bahan pengendalian. Untuk kebun-kebun disekitar rumah karena jumlah tanaman relatif kecil dan tenaga cukup pengendalian secara mekanis pada umumnya memadai cara ini berupa memungut hama yang kelihatan dan mematikannya, sehingga tujuan mengurangi pengaruh hama sampai sekecil mungkin tercapai. Sementara itu keutuhan lingkungan tetap dipertahankan, 90 ISSN 1693-7945 Vol VIII No 1 April 2017 Pada kebun sayuran, buah-buahan dan bunga yang sifatnya komersil pada umumnya digunakan pengendalian kimiawi. Pada kebun-kebun ini lah perlu segera dirancang pola pengendalian terpadu yang sesuai misalnya dengan cara penggunan insektisida yang selektif. Penggunaan insektisida yang selektif dengan dosis yang direkomendasikan akan membunuh serangga hama dengan baik tetapi tidak banyak berpengaruh terhadap musuh alami. Sehingga dengan tidak terbunuhnya musuh alami pengendalian hama secara biologis dapat dikembangkan. Pengendalian hama secara terpadu di Indonesia telah dikembangkan yaitu dengan mengendalikan hama dengan penggunan insektisida yang selektif dan mengembangkan pengendalian secara biologis hal ini telah dikembangkan pada tanaman kubis yaitu dengan serangga yang disebut Diadegma eucerophaga yang merupakan musuh alami hama utama kubis Plutella xylostella, yang dibawa oleh Vos pada tahun 1950 yang disebar sekitar Jawa dan Sumatra ternyata berhasil dengan baik. Menurut Sastrosiswoyo dan Sutisna, 1976, nilai parasitisme Diadegma eucerophaga di daerah Facet Cianjur dan Lembang mencapai 75 % terjadi pada bulan Mei (Pacet) dan April 1976 (Lembang). Dengan adanya penerapan pengendalian hama secara terpadu antara penggunan insektisida yang sedikit mungkin dengan mengembangkan pengendalian secara bilogis, dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya, sehingga pengaruh samping yang disebabkan oleh pemakaian insektida da pat dikurangi sedikit-derni sedikit sehinga efek sampingan terhadap lingkungan da pat teratasi. Cara pengendalian yang perlu mendapatkan perhatian adalah cara bercocok tanam pergiliran tanam, tanaman campuran, jarak tanam, pengairan, pemupukan dan sanitasi adalah komponen-komponen kegiatan bercocok tanam yang dapat digunakan untuk mengendalikan hama. Dalam pertanaman campuran, salah satu jenis tanaman dapat memproduksi bahan kimia yang menolak serangga hama Eveleens dan Vermulen, 1976 melaporkan bahwa serangga Plutella xylostella pada kubis berkurang apabila kubis ditanam dengan tomat Cara pengendalian ini kalau di kembangkan dengan baik selain dapat menekan penggunaan insektisida yang sudah sangat intensif, juga keseimbangan lingkungan tidak terganggu. Hubungan Antara Serangga Dengan Tumbuhan Dalam kehidupannya serangga tidak terlepas dari komponen lingkungan yaitu unsur biotik dan abiotik salah satu unsur biotik adalah tumbuhan. Serangga maupun tumbuhan dalam kehidupannya dapat memperoleh keuntungan dari hubungan timbal balik, misalnya tumbuhan dapat bantuan dalam penyerbukan oleh serangga. Tetapi biasanya serangga selalu memperoleh makanannya dari tumbuh-tumbuhan berupa daun, tangkai maupun batang, juga madu bunga, buah dan cairan tanaman. Selain itu tumbuhan digunakan oleh serangga untuk tempat berlindung dan membuat kokon. Pada kehidupannya serangga dipermukaan bumi ini tergantung secara langsung ataupun tidak langsung dari tumbuh – tumbuhan. Sehingga dengan adanya ketergantungan ini dari tumbuhan serangga dapat merugikan pertanaman. Kerusakan Yang Ditimbulkan Oleh Serangga Dengan adanya alat mulut yang bermacam – macam serangga dapat menggunakan semua bahan makanan yang berasal dari tumbuhan. Sehingga kita bisa mengenal berbagai kerusakan dan kerugian yang ditimbulkan oleh serangga hama. 91 ISSN 1693-7945 Vol VIII No 1 April 2017 Kehilangan produksi tanaman yang disebabkan oleh serangga hama dapat menurunkan hasil tanaman di daerah – daerah pusat penanaman baik kualitas maupun kuantitas. Menurut Witter, 1978 kehilangan hasil karena serangan hama adalah paling besar, sebagai contoh kehilangan hasil pada tanaman kentang sebesar 32,3% dan pada tanaman tomat sebesar 24,5%. Sedangkan di Indonesia berdasarkan hasil penelitian kehilangan hasil pada tanaman hortikultura yang disebabkan oleh gangguan hama bisa mencapai 50% sampai 100% bila tidak diadakan pengendalian, kehilangan hasil kentang yang disebabkan oleh penggerak umbi Phthorimaea operculella dapat mencapai 46% (Evaleens, 1976). Sedangkan kehilangan hasil kubis yang disebabkan oleh serangan Plutella xylostella L yang ditanam pada musim kemarau dapat mencapai 100% (Sudarwohadi, 1975). Pada tanaman pangan lainnya seperti padi telah terjadi ledakan hama yang disebabkan oleh hama Wereng yang mengakibatkan kerugian yang cukup besar dibidang pangan. Melihat besarnya kerugian yang bisa ditimbulkan, oleh serangga maka perlindungan tanaman merupakan tindakan yang tidak bisa diabaikan. Cara Pengendalian Serangga Hama Banyak cara dan usaha yang telah dilaksanakan dalam melindungi tanaman dari gangguan hama. Cara pengendalian hama yang sering dilakukan oleh para petani ialah dengan menggunakan insektisida karena penggunaan insektisida selain cepat dalam mencegah hama juga dapat dengan segera dilakukan dan relatif mudah. Dengan kemampuannya dalam membasmi hama dan relatif mudah. Dengan kemampuanya dalam membasmi hama dan daya bunuhnya yang cepat, dalam mencegah hama insektisida merupakan alat pemukul yang ampuh dalam usaha mengendalikan hama tanaman (Metcalf, 1975). Tapi dalam kurun waktu yang panjang suatu perlakuan cara kimia yang intensif bisa menimbulkan berbagai masalah penting karena penggunaan insektisida disamping kebaikan insektisida juga raempunyai keburukan. Suatu masalah dari penggunaan insektisida yang di-hadapi dibidang pertanian umumnya yaitu pengaruh samping terhadap lingkungan, seperti : 1. Timbulnya Resistensi Hama terhadap Insektisida Penggunaan insektisida yang kurang bijaksana, akan menimbulkan terjadinya resistensi hama, Pada tingkat resistensi tertentu Stama yang resisten sudah tidak peka lagi terhadap penggunaan insektisida dengan dosis dan konsentrasi yang sesuai dengan rekomendasi. Tercatat sampai tahun 1971 kira-kira 225 species dari serangga menjadi resisten terhadap insektisida, yang hampir semuanya merupakan hama (Magalona, 1980). 2. Timbulnya Hama Sekunder Hama yang semula tidak berarti selanjutnya akan menjadi hama utama (Magalona, 1980) seandainya : a. Hama yang tidak berarti itu menjadi lebih resisten terhadap insektisida dibandingkan dengan hama utama. b. Musuh-musuh alami seperti predator dan parasit berkurang akibat penggunaan sesuatu insektisida c. Faktor lain yang menguntungkan untuk memperbanyak diri seperti kasus yang terjadi di Philipina dimana hama kubis Dellis Sp sebagai hama utama, setelah 92 ISSN 1693-7945 Vol VIII No 1 April 2017 penggunaan senyawa sintetis diganti kedudukannya oleh hama Plutella yang sebelumnya bukan hama utama. 3. Terbunuhnya Predator, Parasit dan Serangga berguna lainnya. Insektisida yang digunakan oleh petani dalam pengendalian hama umumnya mempunyai sifat “Broad Spectrum” dengan demikian maka baik secara langsung . insektiaida tersebut akan berpengaruh pula terhadap serangga lain yang bukan sasarannya termasuk serangga berguna. Predator dan Parasit da pat terbunuh akibat kontak langsung dengan insektisida dan dapat menimbulkan penurunan kesuburan serta raeningkatkan mortalitas telur dari parasit (Gabril, 1978). Pengaruh tidak langsung dari penggunaan insektisida adalah menurunan populasi predator dan parasit karena serangga inangnya merupakan sumber racun baginya. Disamping pengaruhnya terhadap predator dan parasit penyemprotan dengan insektisida bisa membunuh pula serangga berguna lainya yang berperan dalam penyerbukan dan penting artinya dibidang pertanian. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan (1) Serangga dan tumbuhan merupakan suatu komponen biotik yang tidak dapat dipisahkan karena serangga dan tumbuhan dalam kehidupannya memperoleh keuntungan dari hubungan timbal balik. (2) Penggunaan insektisida yang intensif untuk pengendalian serangga hama akan mengakibatkan terjadinya resistensi hama terhadap insektisida, ledakan hama baru dan terbunuhnya predator, parasit dan serangga berguna lainnya. (3) Dalam usaha pengendalian serangga penggunaan insektisida yang efektif dan selektif akan menghindari pengaruh samping terhadap lingkungan. Saran Konsepsi pengendalian hama secara terpadu perlu di kembangkan karena tujuannya mengurangi populasi hama dan mempertahankan populasi tersebut pada suatu tingkat yang tidak dapat menyebabkan kerugian secara ekonomi maupun mengganggu keseimbangan lingkungan. DAFTAR PUSTAKA Evelens, K.G.and Hf Vermulen. 1976. Crop Protection in Indonesia Horticulture, some General conside rations. Bull.Penel: Hort (4) p 3 – 18 Gruys. 1972. Practical Aspect of Integrated control of Pest in Orchard. Wageningen: International Agriculture centre. Gabriel, B.P. 1978. Reaction of Beneficial Arthropods to Chemicals insecticides. Metcalf,R.L. 1975. Insecticide in pest Management In: R.L Metcalf and W.H Luckman (Ed). Intruduction to Insect Pest Management John Wiley & Sons. 93 ISSN 1693-7945 Vol VIII No 1 April 2017 Magalona, E.D. 1980. Side Effect of Chemical in Crop Protection on Consumers. Paper Delivered at the Regional Seminar Work Shop on Prognosis and Warning in Plant Proctection, March 6,1980 Manila Philippines. Mochamad Hadi, Udi Tarwatjo, Rully Rahadian, 2009. Biologi Insekta Entomologi. Jakarta: Penerbit Graha Ilmu. Otto Soemarwoto 1991. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Penerbit Djambatan. Ross,H.H.1966. A Textbook of Entomology. John Wiley & Sons. Sastrodihardjo,S.1979. Pengantar Entorftologi Terapan. Bandung: Institut Teknologi Bandung. Sastrosiswoyo,S. 1976. Pengujian Selektifitas insektisida Terhadap Plutella xylostella dan Angitia cero phaga di Laboratorium Laporan Kegiatan Hortikultura L.P.H Lembang Bandung. Sastrosiswojo,S.f 1975. Hubungan Antara Waktu tanam Kubis dengan Dinamika Populasi Plutella maculipennis Curt dan Crocidolomia binotalis Zell Bull. Penel Hort, 3 (4) : 3 - 14. Vos,H.C.C.A.A. 1973. Intruduction in Indonesia of Angitia cerophaga Grav., a Parasite of Plutella maculipennis. Pemberitaan Balai Besar Penyelidikan Pertanian NO. 134 Bogor Indonesia. Witwer, S.H. 1978. Modern Entomology and Pesticide use some Projection for Publicy Supported Research and Education Contribution NO. 8497 of the Michigan Agric. Exp. Station (Mimeograph). 94