“PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DANA

advertisement
“PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DANA
PERIMBANGAN, DAN SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN
(SiLPA) TERHADAP BELANJA MODAL
(Studi pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Periode 20132015).”
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Disusun Oleh :
RUDI HERMAWAN
B 200 130 270
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
i
ii
iii
PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DANA
PERIMBANGAN, DAN SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN
(SILPA) TERHADAP BELANJA MODAL
(Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Tengah Periode
2013-2015)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Pendapatan Asli Daerah
(PAD), Dana Bagi Hasil (DBH) Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi
Khusus (DAK) dan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) terhadap Belanja
Modal (BM). Variabel independen pada penelitian ini adalah Pendapatan Asli
Daerah (PAD), Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana
Alokasi Khusus (DAK) dan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA).
Sedangkan untuk variabel dependen pada penelitian ini adalah Belanja Modal
(BM). Sampel penelitian terdiri atas 29 Kabupaten dan 6 Kota di Provinsi Jawa
Tengah dengan periode penelitian sebanyak tiga tahun yaitu tahun anggaran 20132015. Teknik pengambilan sampel menggunakan sampling jenuh. Data penelitian
ini berupa data sekunder dalam bentuk Laporan Realisasi APBD Pemerintah di
Provinsi Jawa Tengah tahun anggaran 2013-2015. Metode analisa yang digunakan
dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda. Pada Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa (1) Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh terhadap
Belanja Modal (BM), (2) Dana Bagi Hasil (DBH) berpengaruh terhadap Belanja
Modal, (3) Dana Alokasi Umum (DAU) berpengaruh terhadap Belanja Modal, (4)
Dana Alokasi Khusus (DAK) berpengaruh terhadap Belanja Modal, (5) Sisa Lebih
Pembiayaan Anggaran (SILPA) tidak berpengaruh terhadap Belanja Modal.
Kata kunci: Pendapatan Asli Daerah, Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum,
Dana Alokasi Khusus, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran,
Belanja Modal.
1
Abstract
This research aim to analyse influence of local genuine revenues (PAD),
Local Own Sources Revenue (PAD), Revenue Sharing Fund (DBH), General
Allocation Fund (DAU), Special Allocation Fund (DAK) and Budget Financing
Surplus (SILPA) to the Capital Expenditure (BM). The independent variables are
Local Own Source Revenue (PAD), Revenue Sharing Fund (DBH), General
Allocation Fund (DAU), Special Allocation Fund (DAK) and Budget Financing
Surplus (SILPA). Meanwhile, the dependent variable is using Capital Expenditure
(BM). The samples are 29 districts and 6 cities in Central Java Province and the
research is a three-year periods in 2013-2015 fiscal years. The sample collection
technique has been done by using saturation sampling. The government data is in
the form of secondary data in the APBD Realization statement of Central Java
Governance in 2013-2015. The analysis method has been done by using multiple
linear regressions. The result of this research shows that (1) Local Own Source
Revenue (PAD) has influence to the Capital Expenditure (BM), (2) Revenue
Sharing Fund (DBH) has influence to the capital expenditure (BM), (3) General
Allocation Fund (DAU) has influence to the capital expenditure, (4) Special
Allocation Fund (DAK) has influence to the capital expenditure, (5) Budget
Financing Surplus (SILPA) does not have any influence to the capital expenditure.
Keyword: Local Own Sources Revenues, Revenue Sharing Fund, General
Allocation Fund, Special Allocation Fund, Budget Financing
Surplus, Capital Expenditure.
2
1.
PENDAHULUAN
Berdasarkan Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Daerah (Pemda) merupakan
penyelenggara urusan pemerintah oleh pemda dan DPRD menurut asas otonomi.
Pelaksanaan otonomi daerah pada hakekatnya merupakan upaya dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan cara melaksanakan pembangunan
sesuai dengan kehendak dan kepentingan masyarakat serta mengembangkan
daerah sesuai dengan kebutuhan dan prioritasnya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang menjadi hak, kewajiban, dan wewenang pemda dalam
mengatur dan mengurus sendiri pemerintahannya.
Pemda dalam upaya membangun dan mengembangkan daerah serta
meningkatkan kesejahteraan publik dalam hal pelayanan, pemda dapat
menggunakan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebagai sumber pembiayaan.
Menurut Undang-undang No. 33 tahun 2004, Pendapatan Asli Daerah adalah
penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber di dalam daerahnya
sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan
perundang- undangan yang berlaku.
Kemampuan keuangan dan kemandirian daerah antara satu dengan lainnya
berbeda sehingga dapat dapat mengakibatkan timbulnya ketimpangan fiskal.
Dalam
mengatasi
ketimpangan
fiskal,
pemerintah
memberikan
Dana
Perimbangan. Dana tersebut bersumber dari APBN yang meliputi dana bagi hasil
(DBH), dana alokasi umum (DAU),dan dana alokasi khusus (DAK). Dana
perimbangan selain dimaksudkan untuk membantu daerah dalam mendanai
kegiatan-kegiatan yang menjadi kewenangannya, juga dapat digunakan untuk
mengurangi kesenjangan pendanaan pada pemerintahan antar daerah.
Kemudian, pemerintah daerah juga dapat memanfaatkan Sisa Lebih
Pembiayaan Anggaran (SiLPA) tahun sebelumnya untuk membiayai kegiatannya
dalam rangka mensejahterakan masyarakat. SiLPA adalah selisih lebih antara
realisasi pendapatan dan belanja, serta penerimaan dan pengeluaran pembiayaan
dalam APBD/APBN selama satu periode laporan.
3
2.
METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Populasi penelitian adalah semua kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah
dengan periode pelaporan tahun 2013-2015. Teknik Sampling yang digunakan
dalam penelitian ini adalah non probability sampling dengan teknik sampling
jenuh, adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan
sebagai sampel. Penelitian ini mengambil data dari tahun 2013-2015, dengan
jumlah sampel sebanyak 35 Kabupaten/Kota, maka jumlah sampel penelitian
keseluruhan menjadi 105 data laporan realisasi anggaran (3Tahun X 35
Kabupaten/Kota).
Data dan Sumber Data
Data penelitian ini berupa data sekunder, yaitu Pendapatan Asli Daerah
(PAD), Dana Bagi hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi
Khusus (DAK), Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) dan Belanja Modal
(BM) yang terdapat pada laporan realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
(APBD) kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah yang diperoleh dari kantor
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) perwakilan Provinsi
Jawa Tengah.
Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel
Variabel Dependen
Belanja Modal
Belanja Modal (BM) adalah suatu pengeluaran yang dilakukan untuk
menambah aset tetap daerah atau investasi yang ada sehingga dapat memberikan
manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Variabel Belanja Modal dapat diukur
dengan rumus sebagai berikut:
4
LnBM = Ln Belanja Tanah + Ln Belanja Peralatan dan Mesin + Ln Belanja
Gedung dan Bangunan + Ln Belanja Jalan, Irigasi, dan Jaringan + Ln
Belanja Aset
Variabel Independen
PendapatanAsli Daerah (PAD)
Pendapatan asli daerah (PAD) merupakan semua penerimaan yang diperoleh
daerah dari sumber-sumber dalam wilahnya sendiri yang dipungut berdasarkan
peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
(Halim, 2004:96). Dalam penelitian ini Pendapatan Asli Daerah yang digunakan
sebagai sampel penelitian adalah dari Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah dari tahun 2013-2015. Untuk
Menghitung Pendapatan Asli Daerah rumus yang digunakan adalah sebagai
berikut:
LnPAD = Ln Pajak Daerah + Ln Retribusi Daerah + Ln Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah yang Dipisahkan + Ln Lain-lain PAD yang sah
Dana Bagi Hasil (DBH)
Dana Bagi Hasil (DBH) merupakan dana yang bersumber dari pendapatan
APBN yang dialokasikan untuk daerah berdasarkan angka persentase untuk
mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dalam
penelitian ini, Variabel DBH dapat diketahui dari jumlah DBH yang ada di pos
dana perimbangan dalam Laporan Realisasi APBD pada Kabupaten/Kota di
Provinsi Jawa Tengah Tahun Anggaran 2013-2015. Untuk Menghitung DBH
rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
LnDBH = Ln Dana Bagi Hasil Pajak + Ln Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber
Daya Alam)
5
Dana Alokasi Umum (DAU)
Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang bersumber dari pendapatan
APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar
daerah
untuk
mendanai
kebutuhan
daerah
dalam
rangka
pelaksanaan
desentralisasi. Dalam penelitian ini, Variabel DAU diukur dari jumlah DAU yang
ada di pos dana perimbangan dalam Laporan Realisasi APBD pada
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun Anggaran 2013-2015. Untuk
Menghitung DAU rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
LnDAU = LnAD (Alokasi Dasar) + LnCF (Celah Fiskal)
Dana Alokasi Khusus (DAK)
Dana Alokasi Khusus (DAK) merupakan dana yang bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan kepada daerah
tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang
merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Dalam penelitian
ini, Variabel Dana Alokasi Khusus diukur dari jumlah DAK yang ada di pos dana
perimbangan dalam Laporan Realisasi APBD pada Kabupaten/Kota di Provinsi
Jawa Tengah Tahun Anggaran 2013-2015.
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA)
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) adalah selisih lebih antara
realisasi pendapatan-LRA dan belanja, serta penerimaan dan pengeluaran
pembiayaan dalam APBD/APBN selama satu periode laporan (PP No. 71 Tahun
2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah). Dalam penelitian ini, Variabel
SiLPA diukur dari jumlah SiLPA yang ada di Laporan Realisasi APBD pada
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun Anggaran 2013-2015.
Metode Analisis Data
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan model analisis regresi
berganda yang bertujuan untuk mengetahui dan memperoleh gambaran mengenai
seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
6
Sehingga analisis regresi linear berganda yang digunakan dapat dirumuskan
sebagai berikut:
Y = α + β1PAD + β2DBH +β3DAU + β4DAK + β5SiLPA+ €
Keterangan :
3.
Y
= Belanja Modal
α
= Konstanta
β1 - β3
= Koefisien regresi dan estimator dari parameter
PAD
= Pendapatan Asli Daerah
DBH
= Dana Bagi Hasil
DAU
= Dana Alokasi Umum
DAK
= Dana Alokasi Khusus
SiLPA
= Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran
€
= Variabel pengganggu
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Uji Asumsi Klasik
Masalah yang umum terjadi dalam model regresi linier berganda yaitu uji
normalitas, uji multikolineritas, uji heterokedastisitas, dan uji autokorelasi. Maka,
dilakukan uji asumsi klasik mengenai keberadaan masalah tersebut.
Hasil Uji Normalitas
Hasil uji Kolmogorov-Smirnov diperoleh nilai sebesar 0,749 dengan sig
0,629. Nilai Sig lebih besar daripada tingkat signifikansi yang berarti (0,629 >
0,05) yang berarti bahwa data residual terdistribusi normal dan model regresi
layak untuk digunakan dalam penelitian.
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Uji
Heteroskedastisitas
dalam
penelitian
ini
untuk
mendeteksi
heteroskedastisitas dilakukan dengan Uji Glejser. Berdasarkan hasil uji glejser
yang dilakukan, nilai probabilitas menunjukkan lebih dari 0,05 maka dapat
diketahui bahwa tidak ada hubungan antara variabel independen dengan nilai
residual sehingga menunjukkan tidak adanya masalah heteroskedastisitas.
7
Hasil Uji Mutikolinearitas
Pengujian multikolinearitas dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat
besarnya Tolerance Value dan Variance Inflation Factor (VIF). Nilai VIF pada
hasil uji multikolinearitas model regresi untuk semua variabel independennya
kurang dari 10 dan nilai tolerance lebih dari 0,1 atau 10%. Dengan demikian,
dapat dibuktikan bahwa pada model regresi tidak terdapat gejala multikolinearitas.
Uji Autokorelasi
Pengujian autokorelasi dalam penelitian ini menggunakan uji Durbin-Watson,
nilai hitung Durbin-Watson diperoleh nilai sebesar 1,806 yang selanjutnya nilai
ini harus dibandingkan dengan nilai tabel dU. Nilai tabel dU didapat nilai 1,7827,
maka dapat kita lakukan proses untuk mengetahui hasilnya dengan cara
perbandingan sesuai persamaannya (dU < DW < 4-dU), sehingga didapatkan hasil
1,7827 < 1,806 < 2,2173 maka nilai DW berada diatas dU = 1,7827 dan dibawah
2,2173. Dengan demikian disimpulkan bahwa hasil regresi terbebas dari
autokorelasi.
Pengujian Hipotesis
Hasil Uji Hipotesis
Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Modal.
Berdasarkan uji t diketahui bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD)
mempunyai nilai thitung sebesar 6,298 lebih besar dibandingkan dengan nilai ttabel
sebesar 1,98397 dan diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari
taraf signifikansi 0,05 (0,000 < 0,05). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa
PAD berpengaruh dan secara statistik signifikan terhadap belanja modal, maka H1
diterima.
Pengaruh Dana Bagi Hasil (DBH) Terhadap Belanja Modal
Berdasarkan uji t diketahui bahwa Dana Bagi Hasil (DBH) mempunyai nilai
thitung sebesar 3,676 lebih besar dibandingkan dengan nilai ttabel sebesar 1,98397
dan diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari taraf signifikansi
0,05 (0,000 < 0,05). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa DBH berpengaruh
dan secara statistik signifikan terhadap belanja modal, maka H2 diterima.
8
Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) Terhadap Belanja Modal
Berdasarkan uji t diketahui bahwa Dana Alokasi Umum (DAU) mempunyai
nilai thitung sebesar 3,526 lebih besar dibandingkan dengan nilai ttabel sebesar
1,98397 dan diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,001 lebih kecil dari taraf
signifikansi 0,05 (0,001 < 0,05). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa DAU
berpengaruh dan secara statistik signifikan terhadap belanja modal, maka H3
diterima.
Pengaruh Dana Alokasi Khusus (DAK) Terhadap Belanja Modal
Berdasarkan uji t diketahui bahwa Dana Alokasi Khusus (DAK) mempunyai
nilai thitung sebesar 2,627 lebih besar dibandingkan dengan nilai ttabel sebesar
1,98397 dan diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,010 lebih kecil dari taraf
signifikansi 0,05 (0,010 < 0,05). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa DAK
berpengaruh dan secara statistik signifikan terhadap belanja modal, maka H4
diterima.
Pengaruh Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) Terhadap Belanja
Modal
Berdasarkan uji t diketahui bahwa Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA)
mempunyai nilai thitung sebesar -1,460 lebih kecil dibandingkan dengan nilai ttabel
sebesar 1,98397 dan diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,147 lebih besar dari
taraf signifikansi 0,05 (0,147 > 0,05). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa
SiLPA tidak berpengaruh dan secara statistik tidak signifikan terhadap belanja
modal, maka H5 ditolak.
4.
KESIMPULAN
Simpulan
`Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan dapat
ditarik kesimpulan bahwa secara parsial variabel Pendapatan Asli Daerah, Dana
Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum,dan Dana Alokasi Khusus berpengaruh terhadap
Belanja Modal sedangkan untuk Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran tidak
berpengaruh terhadap Belanja Modal.
9
Implikasi
Diharapkan Pemerintah Daerah dapat memanfaatkan PAD, DBH, DAU, dan
DAK dengan efisien dan efektif untuk lebih meningkatkan lagi terhadap
pembangunan infrastruktur serta sarana prasarana publik yang lebih baik dan
memadai melalui belanja modal, karena hal ini sangat nampak meningkatkan
produktivitas masyarakat dan menyejahterakan masyarakat dalam rangka
pelaksanaan otonomi daerah.
Keterbatasan
Periode penelitian ini hanya terbatas pada tahun 2013 sampai 2015 dan hanya
berada di Provinsi Jawa Tengah, sehingga hasil yang diperoleh kemungkinan
tidak konsisten dengan penelitian sebelumnya dan hasil dari prenelitian ini kurang
maksimal. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini masih terbatas pada
unsur yang terdapat pada laporan realisasi anggaran sehingga penelitiann ini
belum mencakup variabel lain di luar komponen lapoan realisasi anggaran.
Saran
Bagi Pemerintah daerah sebaiknya dapat meningkatkan pengelolaan hasil
kekayaan daerah agar mampu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dan Dana
Bagi Hasil kekayaan alam maupun dalam pengelolaan pajak daerah untuk
memenuhi kebutuhan belanja sendiri termasuk Belanja Modal sehingga dapat
mengurangi tingkat ketergantungan terhadap pemerintah pusat.
DAFTAR PUSTAKA
[1]
Arwati, Dini dan Noviati Hadiati. 2013. Pengaruh Pertumbuhan
Ekonomi, Pendapatan Asli Daerahdan Dana Alokasi Umumterhadap
Pengalokasian Anggaran Belanja Modal pada Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat. SEMANTIK 2013 Semarang, 16
November 2013 ISBN: 979-26-0266-6.
[2]
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) Perwakiran
Provinsi Jawa Tengah.
10
[3]
Febriana, Imas Sherli. 2015. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Belanja Modal Pada Provinsi Jawa Timur. Jurnal
Ilmu & Riset
Akuntansi Vol. 4 No. 9 (2015).
[4]
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program
SPSS. Semarang: BP Undip.
[5]
Halim, Abdul. 2014. Manajemen Keuangan Sektor Publik. Jakarta:
Salemba Empat.
[6]
Http://junaidichaniago.wordpress.com
[7]
Jiwatami, Sandhyakalaning. 2013. Pengaruh Kemandirian Daerah, Dana
Perimbangan dan Belanja Pegawai Terhadap Belanja Modal Pemerintah
Daerah Pada Kota/Kabupaten di Indonesia periode 2008 – 2012. SNA
XVI Manado, 25 – 28 September 2011.
[8]
Kawedar, Warsito, dkk. 2008. Akuntansi Sektor Publik (Pendekatan
Penganggaran Daerah dan Akuntansi Keuangan Daerah/ Buku 1.
Semarang: Salemba Empat.
[9]
Mentayani, Ida dan Rusmanto. 2013. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah,
Dana Alokasi Umum dan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran terhadap
Belanja Modal pada kota dan Kabupaten di Pulau Kalimantan. Jurnal
Infestasi vol. 9 no. 2: 91- 102.
[10] Nuarisa, Sheila Ardhian. 2013. Pengaruh PAD, DAU dan DAK Terhadap
Pengalokasian Anggaran Belanja Modal. Accounting Analysis Journal
(AAJ) 2 (1) (2013) ISSN 2252-6765.
[11] Oktora, Fahri Eka dan Winston Pontoh. 2013. Analisis Hubungan
Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dan Dana Alokasi
Khusus Atas Belanja Modal Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Tolitoli
Provinsi Sulawesi Tengah. Jurnal Accountability Vol. 2 No. 1.
[12] Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia No. 55 Tahun 2005 tentang
Dana Perimbangan.
[13] Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 71 Tahun 2010 tentang
Standar Akuntansi Pemerintah.
11
[14] Permendagri Nomor 13 tahun 2006 tentang pedoman pengelolaan
keuangan daerah
[15] Prastiwi, Ayu, Siti Nurlela, dan Yuli Chomsatu. 2016. Pengaruh
Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Dan Belanja Pegawai
Terhadap Belanja Modal Pemerintah Kota Surakarta. Seminar Nasional
IENACO (2016) ISSN: 2237-4349.
[16] Sholikhah, Imroatus dan Agus Wahyudin. 2014. Analisis Belanja Modal
Pada Pemerintah Kabupaten/Kota Di Jawa. Accounting Analysis Journal
(AAJ) 3 (4) (2014) ISSN 2252-6765.
[17] Sugiarthi,Ni Putu Dwi Eka Rini, dan Ni Luh Supadmi. 2014. Pengaruh
PAD, DAU, dan SILPA dengan Pertumbuhan Ekonomi sebagai
Pemoderasi. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 7.2 (2014): 477495 ISSN: 2302-8556.
[18] Suprayitno,
Bambang.
2015.
Pengaruh
Pertumbuhan
Ekonomi,
Pendapatan Asli Daerah, dan Dana Alokasi Umum terhadap Anggaran
Belanja Modal Pemerintah Provinsi di Pulau Jawa. Jurnal Riset
Akuntansi dan Perpajakan JRAP Vol. 2, No. 1, Juni 2015: 106-112 ISSN
2339-1545.
[19] Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
[20] Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
[21] Wandira, Arbie Gugus. 2013. Pengaruh PAD, DAU, DAK, dan DBH
terhadap Pengalokasian Belanja Modal. Accounting Analysis Journal
(AAJ) 2 (1) (2013) ISSN 2252-6765.
12
Download