JPSD Vol. 3 No. 1, Maret 2017 ISSN 2540-9093 MENGGAGAS PEMBELAJARAN HOTS PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR Usmaedi STKIP SETIA BUDHI RANGKASBITUNG [email protected] Abstrak. Pelaksanaan Kurikulum Sekolah Dasar 2013 dilakukan melalui pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu, dengan tematik pendekatan terintegrasi dari Kelas I sampai Kelas VI (Permendikbud No. 65 dan 67 tahun 2013). Pembelajaran Terpadu Tematik diimplementasikan dengan menggunakan prinsip-prinsip pembelajaran terpadu. Integrasi materi agar kompetensi tematik terkait satu sama lain, sehingga dapat saling memperkuat, menghindari tumpang tindih dan menjaga keselarasan belajar (interdisipliner) dan kontekstual (transdisciplinary). Integrated tematik pembelajaran yang relevan untuk mengakomodasi perbedaan dalam belajar, dan diharapkan menginspirasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar. Integrated pembelajaran tematik memiliki pengaruh berbeda dengan model pembelajaran lainnya, karena memandu peserta didik mencapai tingkat yang lebih tinggi dari berpikir untuk mengoptimalkan beberapa kemampuan berpikir, proses inovatif untuk dimensi pengembangan sikap, keterampilan dan pengetahuan. Namun, kecenderungan memiliki telah mengajar di sekolah dasar lebih menekankan pada (banyak) keterampilan berpikir tingkat rendah yang hanya mampu menjawab pertanyaan faktual yang dengan alternatif satu jawaban dan jawabannya adalah biasanya sesuatu yang dapat ditemukan secara langsung dalam buku atau menghafal. Tingkat rendah kemampuan berpikir adalah media keterampilan berpikir yang lebih tinggi. Itulah sebabnya pola yang perlu dimulai HOTS (Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi) belajar. Keterampilan ini perlu dilatih sejak usia SD untuk membuat siswa terbiasa dengan cara berpikir yang akan menjadi modal belajar pada tingkat pendidikan berikutnya. Keterampilan berpikir tingkat tinggi juga membuat siswa mampu menyampaikan ide-ide argumentatif, logis, dan percaya diri, baik tertulis, lisan, dan tindakan. Kata Kunci: pembelajaran, hots, keterampilan berfikir, anak usia sekolah dasar. Abstact. The implementation of the Primary School Curriculum 2013 is done through partial learning towards an integrated learning, with a thematic approach-integrated from Class I to Class VI (Permendikbud No. 65 and 67 in 2013). Integrated Thematic learning is implemented using the principles of integrated learning. The integration of the thematic order competency materials related to one another, so as to be mutually reinforcing, avoid overlapping and maintain alignment of learning (interdisciplinary) and contextual (transdisciplinary). Integrated thematic learning relevant to accommodate differences in qualitative learning environment, and is expected to inspire learners to acquire learning experience. Integrated thematic learning has a qualitatively different with other learning model, because it guides learners achieve higher levels of thinking to optimize multiple thinking skills, an innovative process for the development dimension of attitudes, skills and knowledge. However, the tendency has been teaching in elementary schools put more emphasis on (LOTS) Lower Order Thingking Skills are only able to answer factual questions which alternative is only one answer and the answer is usually something that can be found directly in the book or memorizing. Low-level thinking skills is the medium of higher thinking skills. That is why learning patterns that need to be initiated HOTS (Higher Order Thinking Skills). These skills need to be trained since elementary school age to make students familiar with the way of thinking that would be a high level of capital in the next education level. High-level thinking skills also make students able to convey ideas argumentative, logical, and self-confident, whether written, oral, and action. Keywords: learning, hots, thinking skills, children of primary school age. 82 A. Pendahuluan Pentingnya optimalisasi pada daerah Lower Order Thingking kemampuan berfikir dalam Skills (LOTS). Pola belajar LOTS pembelajaran didasarkan adanya hanya akan menuntut siswa untuk kenyataan bahwa sebagian siswa tidak menjawab mampu menghubungkan antara apa faktual yang alternatif jawabannya yang kelas/di hanya satu dan biasanya jawaban bagaimana tersebut berupa sesuatu yang dapat kehidupan ditemukan langsung di buku atau mereka sekolah pelajari di dengan pemanfaatannya dalam pertanyaan-pertanyaan nyata. Pembelajaran di sekolah dasar hapalan. Metode dan pola selama ini cenderung menekankan pada pembelajaran yang dominan LOTS, aspek hafalan semata, tanpa diikuti pada perkembangan selanjutnya akan dengan pemahaman dan pengertian memposisikan yang mendalam. Dengan kata lain, siswa sebagai objek belajar pasif. pembelajaran yang telah siswa lakukan Pada posisi ideal siswa di tempatkan seolah-olah tidak sama atau terpisah sebagai subjek belajar aktif, bukan dari objek pembelajaran pasif. Pada proses kehidupan menjadikan nyata sehingga pembelajaran pembelajaran siswa tidak bermakna karena mereka tidak kesempatan untuk dapat menerapkan apa yang telah pengetahuan dan pemahaman baru dari mereka pelajari apabila dihadapkan pengalaman yang nyata dan bukan pada situasi berbeda yang mereka memproduksi temui di luar kelas/sekolah. Siswa diajak menggunakan berbagai Berdasarkan studi pendahuluan tersebut pengamatan selama sumber belajar, proses kepada pengalaman diberi membangun ulang dan pembimbingan PPL tentang kondisi perlu pengetahuan. yang ditekankan belajar serta pemahaman yang mendalam. keterampilan berfikir, didapati bahwa Kondisi pembelajaran yang ada pembelajaran di sekolah dasar yang ada umumnya hanya membiasakan siswa menunjukan menuntut untuk bersikap pasif dalam menerima keterampilan berfikir siswa atau berada JPSD Vol. 3 No. 1, Maret 2017 ISSN 2540-9093 fakta, informasi dan materi dari guru Usmaedi kurang 83 tanpa banyak menuntut berfikir. Gejala standar kompetensi lulusan dan standar ini nampak pada gaya belajar sebagian isi yang menyatakan bahwa prinsip besar siswa Sekolah Dasar. Menggagas pembelajaran yang Pembelajaran HOTS Pada Anak Usia digunakan dari pembelajaran Sekolah Dasar memberikan pilihan parsial menuju pembelajaran terpadu. alternatif dalam proses pembelajaran Hal guna mengoptimalisasi potensi dan terbitkannya Permendikbud 67 tentang kemampuan siswa. kerangka dasar dan struktur kurikulum ini dipertegas dengan di Implementasi Kurikulum 2013 yang menyatakan bahwa “Pelaksanaan untuk sekolah dasar menghendaki ada Kurikulum 2013 pada SD/MI dilakukan dan terciptanya pembelajaran yang melalui lebih sesuai dengan tuntutan zaman, pendekatan tematik-terpadu dari Kelas dimana I sampai Kelas VI.” telah terjadi pergerseran pembelajaran dengan Berdasarkan paradigma belajar abad 21 dalam hal pemaparan latar belakang pemahaman informasi, komputasi, otomasi dan tersebut, bahwa pendekatan tematik - komunikasi. Di pendidikan dasar hal terpadu dalam pembelajaran ini dapat ini di legalisasi dengan di terbitkannya di Permendikbud pembelajaran dengan pola HOTS. nomor 65 tentang implementasikan dalam B. Hasil Penelitian Dan Pembahasan Praktik Pembelajaran kurikulum maya/abstrak menuju konteks dunia 2013 menghendaki terciptanya suasana nyata; dari kontrol terpusat pada guru pembelajaran yang ideal sesuai dengan menuju kebutuhan siswa. Perubahan paradigma memberikan otonomi dan kepercayaan pendidikan menuju abad 21st telah kepada siswa dan dari belajar hafalan membawa proses faktual menuju kemampuan berpikir signifikan. kritis-kreatif. Pembelajaran diarahkan Perubahan itu diantaranya dari satu untuk mendorong peserta didik mencari arah menuju interaktif; dari pasif tahu dari berbagai sumber observasi, menuju aktif-menyelidiki; JPSD Vol. 3 No. 1, Maret 2017 ISSN 2540-9093 bukan diberi tahu; mampu merumuskan Usmaedi eskalasi pembelajaran dalam secara dari 84 pembelajaran yang masalah (menanya), bukan hanya dipadukan sedemikian rupa. menyelesaikan masalah (menjawab); Pembelajaran terpadu menggunakan melatih berfikir analitis (pengambilan tema sebagai kegiatan pembelajaran keputusan) bukan berfikir mekanistis yang (rutin) dan menekankan pentingnya pelajaran kerjasama memberikan dan kolaborasi dalam menyelesaikan masalah (Kemdikbud, memadukan (tematik-terpadu) pengalaman Keterpaduan pembelajaran paradigma menuntut mata untuk bermakna (meaningful learning) bagi siswa. 2014). Perubahan beberapa terpadu merupakan pada tematik penggabungkan upaya kompetensi-kompetensi dasar beberapa perubahan yang sama dalam prosesnya, mata pelajaran agar terkait satu dengan dalam implementasi kurikulum 2013 yang lainnya, sehingga dapat saling pendidikan memperkuat, menghindari terjadinya dasar hal tersebut dilegalisasi melalui Permendikbud 65 tumpang dan 67. Berdasarkan Permendikbud 65 keselarasan dan 67 pembelajaran dilakukan dengan (interdisipliner). Hal ini dapat di menggunakan prinsip visualisasikan dalam bentuk gambar terpadu dari pembelajaran parsial, konten materi kurikulum (tema) pembelajaran tindih, dan menjaga pembelajaran berikut: Gambar 1 JPSD Vol. 3 No. 1, Maret 2017 ISSN 2540-9093 Usmaedi 85 Selain itu, keterpaduan pada permasalahan yang dijumpai tematik terpadu juga dengan cara sekitarnya mengaitkan berbagai matapelajaran menjadi kontekstual (transdisipliner) yang dengan permasalahan- (Kemdikbud, 2014). ada sehingga di pembelajaran Gamabr 2 Pembelajaran relevan tematik untuk terpadu dengan mengoptimasi kecerdasan mengakomodasi ganda (multiple thinking skills), sebuah kualitatif proses inovatif bagi pengembangnan perbedaan-perbedaan lingkungan belajar, dan diharapkan dimensi sikap, mampu menginspirasi peserta didik pengetahuan. untuk memperoleh pengalaman belajar. Urgensi keterampilan, proses dan pembelajaran Pembelajaran tematik terpadu memiliki dalam kurikulum 2013 di akomodir perbedaan (qualitatively dengan implementasi pendekatan different) dengan model pembelajaran tematik terpadu pendekatan lain, karena sifatnya memandu peserta scientific dalam proses pembelajaran didik mencapai kemampuan berpikir pada tingkat Kurikulum 2013 optimalisasi proses kualitatif tinggi (higher levels of thinking) atau keterampilan berpikir JPSD Vol. 3 No. 1, Maret 2017 ISSN 2540-9093 86 anak dan usia sekolah dasar. menghendaki dan hasil Usmaedi pembelajaran melalui penerapan menerima banyak hal dan mengolah standar proses kompetensi lulusan dan dan standar isi. Pendekatan tematik terpadu Sehingga mengajarkan secara holistik menjadi penting karena 1) berdasarkan terpadu hasil penelitian menunjukkan bahwa bagaimana anak melihat dunia sebagai suatu informasi. keutuhan yang terhubun g, bukannya penggalan-penggalan adalah otak Mengacu menjadi sejalan anak pada satu. dengan mengolah pemaparan dan tentang alur berfikir, manfaat dan pola pelajaran-mata belajar tematik terpadu maka guru pelajaran sekolah dasar dengan definisi perlu menggagas pembelajaran yang kompetensi berbeda mampu mengoptimalisasi kemampuan menghasilkan banyak keluaran yang berfikir siswa salah satunya dengan sama. 3) keterkaitan satu sama lain HOTS. Menjadi suatu keharusan anak antar mata pelajaran menyebabkan usia sekolah dasar saat ini mampu keterpaduan konten pada berbagai mata belajar berfikir (learn to think) dan pelajaran dan arahan bagi siswa untuk bagaimana belajar (how to learn) mengaitkan melalui terpisah. 2) Mata lepas merangkumnya yang antar meningkatkan hasil mapel akan pembelajaran pengalaman (learning experience). siswa. Menurut Adapun beberapa belajarnya Sukmadinata (2004: manfaat 101) pembelajaran adalah upaya untuk pembelajaran dengan tematik terpadu mengembangkan potensi, kecakapan, diantaranya merefleksikan dunia nyata dan kepribadian siswa. Hal ini sesuai yang dihadapi anak di rumah dan dengan lingkungannya, menyatukan Oliva, 1992: 10) yang menyatakan pembelajaran siswa untuk konvergensi (instruction) as the interaction between pemahaman yang diperolehnya sambil a teaching agent and one or more mencegah individuals intending to learn. Hamalik terjadinya inkonsistensi antar mata pelajaran dan selaras dengan (2000:57) cara anak penelitian berfikir, otak pendapat Johnson (dalam mendefinisikan dimana hasil pembelajaran sebagai suatu kombinasi mendukung teori yang tersusun meliputi unsur-unsur pedagogi dan psikologi bahwa anak JPSD Vol. 3 No. 1, Maret 2017 ISSN 2540-9093 manusia, 87 material, fasilitas, Usmaedi perlengkapan dan prosedur yang saling sejalan dengan tujuan dan prinsip mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran tematik terpadu (Suhaya, pembelajaran. Pembelajaran pada 2014), namun bukan berarti dasarnya adalah proses penambahan kemampuan berfikir tingkat rendah ini informasi dan kemampuan baru. Ketika harus kita berpikir informasi dan kemampuan berfikir tingkat rendah ini harus di apa yang harus dimiliki oleh siswa, kembangkan maka pada saat itu juga kita semestinya berpikir tingkat rendah merupakan berpikir perantara untuk mencapai kemampuan strategi apa yang harus dilakukan agar semua itu dapat tercapai dihilangkan. Kemampuan karena kemampuan berpikir yang lebih tinggi. secara efektif dan efisien. Ini sangat HOTS selain relevan dengan penting untuk dipahami, sebab apa tematik terpadu, HOTS juga memiliki yang harus dicapai akan menentukan korelasi yang tidak dapat dipisahkan bagaimana cara mencapainya. dengan Kemampuan belajar pendekatan scientific. berfikir Kurikulum (learn to think) dan bagaimana belajar penerapan pendekatan scientific (how to learn) melalui pengalaman (meliputi: mengamati, menanya, belajarnya mencoba, (learning experience) 2013 mengolah, menekankan menyajikan, merupakan upaya kompleks yang harus menyimpulkan, dan mencipta untuk dilakukan oleh siswa. Pembelajaran di semua mata pelajaran) (Sudarwan, SD saat ini lebih menekankan 2013). pada penggunaan Lower Order Thingking Skills (LOTS) atau Komponen-komponen kemampuan dalam mengajar penting menggunakan berpikir tingkat rendah yang hanya pendekatan scientific (McCollum : mampu 2009) pertanyaan menjawab faktual pertanyaanyang alternatif a. Menyajikan pembelajaran yang meningkatkan rasa jawabannya hanya satu dan biasanya dapat jawaban tersebut berupa sesuatu yang keingintahuan (Foster a sense of dapat ditemukan langsung di buku atau wonder). hapalan, seperti pertanyaan Siapa? Kapan? Dimana?. Hal ini kurang JPSD Vol. 3 No. 1, Maret 2017 ISSN 2540-9093 Usmaedi 88 b. Meningkatkan keterampilan hewan, dan tumbuhan serta jumlahnya mengamati (Encourage dengan bantuan guru atau teman dalam observation), c. Melakukan bahasa Indonesia lisan dan tulis yang analisis (Push for dapat diisi dengan kosa kata bahasa analysis) dan daerah untuk membantu pemahaman. d. Berkomunikasi (Require KD 4.2 Mengamati dan mencoba communication) menyajikan teks laporan sederhana Pendekatan saintifik ini biasanya tentang alam sekitar, hewan, dan tampak jelas ketika siswa terlibat tumbuhan dalam model pembelajaran tertentu, mandiri dalam bahasa Indonesia lisan seperti (1) Project Based Learning, (2) dan tulis yang dapat diisi dengan kosa Problem Based Learning, atau (3) kata bahasa daerah untuk membantu Discovery Learning. Model penyajian. pembelajaran Discovery Learning Untuk memahami KD tersebut adalah model pembelajaran penemuan, dapat diterapkan model pembelajaran dengan Discovery Learning dipadukan dengan cara memecahkan mengekplorasi masalah menciptakan, dan untuk serta jumlahnya secara pendekatan saintifik seperti berikut ini. menggabungkan Fase 1 : Pemberian Rangsangan pengetahuan baru dan pengetahuan Guru memberikan stimulus kepada yang sudah ada. Hal ini sesuai dengan siswa dengan cara meminta siswa teori belajar bermakna (meaningful mengamati gambar pemandangan learning theory) yang di kemukakan pantai yang ada di Buku Siswa oleh David Ausubel. halaman 1. Berikut contoh Kemudian, siswa diminta untuk Discovery Learning diterapkan pada tema 6 “Air, berpendapat Bumi, dan Matahari”, subtema 1 “Air”, tersebut. mengenai gambar Kegiatan pengamatan gambar itu pembelajaran 1, halaman 1 – 5. Pada pembelajaran 1 ini diharapkan siswa untuk mampu pemahaman pentingnya air bagi mencapai KD Bahasa Indonesia, KD 3. 1 Mengenal teks menstimulus siswa pada kehidupan manusia. laporan sederhana tentang alam sekitar, JPSD Vol. 3 No. 1, Maret 2017 ISSN 2540-9093 Fase 2 : Identifikasi Masalah Usmaedi 89 Pada Buku Siswa halaman 2 siswa diminta mengamati bacaan yang harus dijawab. Dari gambar jawaban-jawaban pertanyaan akan kekeringan dan kebanjiran. Pada didapat saat mengenai sumber air dan manfaat itu siswa mengidentifikasi permasalahan-permasalahan timbul bila kekeringan yang pengolahan data air. dan Fase 5 : Pembuktian Setelah permasalahan yang timbul pada saat kebanjiran. Kemudian, hasil menjawab pertanyaan tentang sumber air dan manfaat air, siswa merenungkan, siswa dapat membuktikan hal itu seandainya sehari saja tidak ada air. dalam kehidupan sehari-hari melalui Fase 3 : Pengumpulan Data kegiatan diskusi yang dilakukan. Pada Buku Siswa halaman 3 dan 4 Topik diskusi adalah tentang sumber terdapat kegiatan pengumpulan data. air dan manfaat air dalam kehidupan Pada halaman 3 siswa diminta untuk siswa sehari-hari. mengamati gambar dan menuliskan Fase 6 : Menarik Kesimpulan hal-hal yang sesuai dengan gambar Siswa sehubungan manfaat air yang mengenai membuat kesimpulan permasalahan yang sedang dibahas. Data-data mengenai sedang dibahas, yaitu sumber air sumber air di daerah sekitar akan dan manfaat air bagi kehidupan diperlukan manusia. dalam pemahaman mengenai sumber air. Uraian di atas salah satunya Pada halaman 4, siswa diminta menggunaan acuan pada buku siswa. untuk membaca teks tentang banjir Buku-buku siswa mengarahkan yang di suatu daerah. harus dilakukan siswa bersama guru Data-data yang diperoleh pada untuk mencapai kompetensi tertentu, bacaan tersebut diperlukan dalam bukan buku yang materinya dibaca, pemahaman diisi, siswa mengenai manfaat air. atau dihapal. Buku siswa merupakan buku panduan sekaligus Fase 4 : Pengolahan Data buku aktivitas yang akan memudahkan Siswa mengolah data yang didapat para berdasarkan pertanyaan-pertanyaan JPSD Vol. 3 No. 1, Maret 2017 ISSN 2540-9093 pembelajaran. Buku siswa dilengkapi Usmaedi 90 siswa terlibat aktif dalam dengan penjelasan lebih rinci tentang such as critical thinking and problem isi solving. Higher order thinking is more dan penggunaan dituangkan dalam sebagaimana Buku Guru. difficult to learn or teach but also more Kegiatan pembelajaran yang ada di valuable because such skills are more buku siswa lebih merupakan contoh likely to be usable in novel situations kegiatan yang dapat dipilih guru dalam (i.e., situations other than those in melaksanakan untuk which the skill was learned). Dari mencapai kompetensi tertentu. Guru definisi tersebut maka dapat diketahui diharapkan mampu mengembangkan bahwa ide-ide kreatif lebih lanjut dengan membutuhkan memanfaatkan alternatif-alternatif langkah pembelajaran dan pengajaran kegiatan yang ditawarkan di dalam yang berbeda dengan hanya sekedar Buku Guru, atau mengembangkan ide- mempelajari fakta dan konsep semata. ide pembelajaran sendiri. Dalam berpikir tingkat tinggi meliputi pembelajaran Merujuk definisi dalam berpikir aktivitas tingkat berbagai pembelajaran tinggi langkah- terhadap Wikipedia Indonesia, berpikir tingkat keterampilan dalam memutuskan hal- tinggi adalah a concept of Education hal yang bersifat kompleks semisal reform based on learning taxonomies berpikir kritis dan berpikir dalam such as Bloom’s Taxonomy. The idea is memecahkan masalah. Meski memang that some types of learning require berpikir tingkat tinggi sulit untuk more cognitive processing than others, dipelajari but kegunaannya sudah tidak diragukan also have more generalized benefits. In Bloom’s taxonomy, for example, skills diajarkan, namun lagi. analysis, Alice Thomas dan Glenda (2009) evaluation and synthesis (creation of menyatakan bahwa berpikir tingkat new knowledge) are thought to be of a tinggi adalah berpikir pada tingkat higher lebih order, involving dan requiring different tinggi daripada sekedar learning and teaching methods, than menghafalkan fakta atau mengatakan the learning of facts and concepts. sesuatu kepada seseorang persis seperti Higher order thinking involves the sesuatu itu diceritakan kepada kita. learning of complex judgmental skills JPSD Vol. 3 No. 1, Maret 2017 ISSN 2540-9093 Pada saat seseorang menghafalkan dan Usmaedi 91 menyampaikan kembali informasi Berkenaan dengan berpikir tersebut tanpa harus memikirkannya, tingkat tinggi, ada beberapa fakta disebut memori hafalan (rote memory). singkat yang perlu ketahui sebagai Orang tersebut tak berbeda dengan berikut: robot, bahkan ia melakukan apapun 1. Menghafal sesuatu dengan memikirkan yang diprogram dilakukannya, tidak sama sesuatu. sehingga ia juga tidak dapat berpikir Menghapalkan merupakan aktifitas untuk dirinya sendiri. Berpikir tingkat dalam merekam sesuatu apa adanya, tinggi secara singkat dapat dikatakan tak kurang dan tak lebih. Sedangkan sebagai pencapaian berpikir kepada memikirkan pemikiran tingkat tinggi dari sekedar mempergunakan pengulangan dalam tingkat fakta-fakta. tinggi Berpikir mengharuskan kita sesuatu berarti daya pikirnya rangka memahami, mengetahui, membandingkan, melakukan sesuatu atas fakta-fakta. menerapkan dan menilai sesuatu Kita tersebut. Dalam menghapal aktivitas harus memahamnya, menghubungkan satu sama lainnya, pikir mengkategorikan, dibandingkan dengan memikirkan. memanipulasi,menempatkannya Mengingat sholat tentu berbeda bersama-sama dengan cara-cara baru, dengan memikirkan sholat! dan menerapkannya dalam mencari solusi baru terhadap 2. Kita persoalan- bersifat dapat lebih sederhana mengingat sesuatu dengan tanpa memahaminya. Salah persoalan baru. satu Pencarian fakta-fakta atau upaya kelebihan kemampuan manusia manusia adalah dalam dalam mengatasi persoalan-persoalan merekam apapun yang didengar, baru dapat tempuh melalui cara-cara dilihat dan dirasakannya apalagi ilmiah diperoleh pada saat proses perekaman tersebut melalui HOTS dengan cara observasi, terdapat kesan yang memperkuat, trial and error, eksperimen, metode meski kadang apa yang kita dengar, statistik, metode sampling dan metode kita lihat dan kita rasakan itu tidak berfikir reflektif (Titus, 1956 79-85). pernah kita mengerti. yang tentu saja JPSD Vol. 3 No. 1, Maret 2017 ISSN 2540-9093 Usmaedi 92 3. Berpikir dilakukan dalam dua hubungan. Tujuan dari berpikir bentuk: kata dan gambar. Kata kreatif adalah merangsang rasa ingin maupun gambar adalah simbol- tahu dan menampakkan perbedaan. simbol otak Inti dan sebagaimana dikemukakan Edward dalam De Bono adalah bagaimana pikiran yang manusia mendorong untuk menyelami mengingat maknanya dari berpikir kegiatan berpikir. Kata merupakan itu simbol dari apa yang kita dengar seorang dan kita baca, sedangkan gambar sesuatu itu dapat bekerja. merepresentasikan dari apa yang filosof (analitic, 4. Ada tiga jenis utama inteligen dan berpikir: bukan bagaimana berpikir bahwa 5. Ketiga kecerdasan dan cara berpikir kita lihat dan kita bayangkan. kemampuan bekerja, praktis, kreatif dan praktis) berguna dalam kehidupan sehari- analitis, hari. Dalam kenyataannya kita kreatif dan praktis. Berpikir analisis terpaku terhadap salah satu cara disebut juga berpikir kritis. Ciri berpikir saja. Dalam kondisi dan khusus adalah keadaan tertentu, kita lebih banyak melibatkan proses berpikir logis dan menggunakan cara berpikir analitis penalaran termasuk keterampilan ketimbang lainnya. Dalam kondisi seperti lainnya berpikir analisis perbandingan, klasifikasi, berpikir kreatif lebih pengurutan, penyebab/efek, pola, dituntur oleh kita, sedangkan dalam anyaman, kondisi tertentu pula kita lebih analogi, penalaran deduktif dan induktif, perkiraan, memilih perencanaan, hyphothesizing, dan praktis. critiquing. Berpikir kreatif adalah 6. Kita untuk berpikir dapat secara meningkatkan proses berpikir yang melibatkan kemampuan berpikir dengan cara menciptakan sesuatu yang baru atau memahami asli. Ini melibatkan keterampilan melibatkan fleksibilitas, orisinalitas, kefasihan, Dengan membiasakan diri dalam elaborasi, brainstorming, modifikasi, kegiatan-kegiatan citra, pemikiran asosiatif, atribut membutuhkan daftar, berpikir metaforis, membuat JPSD Vol. 3 No. 1, Maret 2017 ISSN 2540-9093 proses-proses kegiatan aktivitas yang berpikir. yang berpikir, otak kita akan terdidik dan terbiasa Usmaedi 93 untuk berpikir. Dengan kebiasaan lain ini, metamemory maka akan menghasilkan yang hampir sama, yang yaitu didefinisikan peningkatan kemampuan kita dalam sebagai “knowing about memory” berpikir. dan 7. Berpikir metakognisi merupakan merupakan bagian dari berpikir tingkat tinggi. Metakognisi “memoric strategy”, bentuk ia penting dari metakognisi. didefinisikan Pemaparan fakta–fakta tersebut “cognition about cognition” atau sekiranya dapat dijadikan sebagai dasar “knowing about knowing”. Dalam pentingnya menggagas pembelajaran kata lain, meta cognition dapat HOTS untuk siswa usia sekolah dasar. diartikan “learning about learning” Implementasi Higher Order Thinking (belajar Skills (HOTS) dalam pembelajaran tentang Metakognisi banyak mencakup dapat bentuk, belajar). terdiri tetapi pengetahuan dari merupakan salah satu bentuk dari learn juga to think. HOTS dapat di lakukan dalam tentang empat tahap yakni organisational kapan dan bagaimana menggunakan thinking (pengorganisasian berfikir), strategi-strategi khusus untuk belajar analytical thinking (berfikir analitis), atau untuk pemecahan masalah. evaluative thinking (berfikir evaluatif) Selain metakognisi terdapat istilah dan creative thinking (berfikir kreatif). C. Simpulan Kognitif, dimana dalam hirarki (evaluation). Keenam tingkatan ini Bloom terdiri dari tingkatan-tingkatan. merupakan Bloom mengkalisifikan ranah kognitif berpikir manusia. ke (1) tingkatan tersebut, bahwa dalam enam tingkatan: pengetahuan (knowledge); (2) diketahui pemahaman (comprehension); (3) mengetahui rangkaian tingkatan Berdasarkan maka dapat berpikir untuk merupakan tingkatan penerapan (application); (4) mengalisis berpikir yang paling bawah (lower) (analysis); sedangkan. (5) mensintesakan (synthesis); dan (6) menilai JPSD Vol. 3 No. 1, Maret 2017 ISSN 2540-9093 Usmaedi 94 Tingkatan tertinggi HOTS (higher) sesuai berpikir paling adalah menilai. dengan active learning dan student centered leaning. pelaksanaan Daftar Pustaka Asrori, M, (2009), Psikologi Pembelajaran, Bandung: Wacana Prima. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.2014. Panduan Teknis Pendampingan di SD, Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Materi Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 Jenjang SD. Jakarta: BPSDMPK dan PMP. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Press Workshop: Implementasi Kurikulum 2013 Jenjang SD. Jakarta: BPSDMPK dan PMP. Langrehr, Jhon (2008), Learn to think: basic exercises in the core thinking skills for ages 6-11. New York : A David Fulton book Lestari, Tri Kurniah (2015) Higher Order Thinking Skill (HOTS) [Online]. Tersedia: http://trikurniahlestari-ririn- mpm.blogspot.co.id/2015/10/hots -metode-pembelajaranmatematika.html Suhaya, Pembelajaran dan Penilaian di Sekolah Dasar [Online]. Tersedia: http://suhayasip.blogspot.co.id/20 14/10/ pembelajaran-danpenilaian.html (visited Oct 20, 2015) Titus, H Harold. (1959), Living Issues In Philosophy. New York: American Book Thomas, Alice and Thorne, Glenda, (2009) How To Increase Higher Level Thinking [Online]. Tersedia: http://www.cdl.org/articles/howto-increase-high-order-thinking/ (visited Oct 20, 2015) Wikipedia, Higher order thinking [Online]. Tersedia: https://en.wikipedia.org/wiki/Hig her-order_thinking (visited Oct 20, 2015) JPSD Vol. 3 No. 1, Maret 2017 ISSN 2540-9093 Usmaedi 83 95