APLIKASI UJI KOEFISIEN ASSOSIASI PHI PADA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KEMATIAN NEONATAL APLIKASI UJI KOEFISIEN ASSOSIASI PHI PADA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KEMATIAN NEONATAL Yendris Krisno Syamruth1 Abstract: The main problem in analysing research is how to know and understanding the distribution, scale, and data type from variable to be analysed. The research become bias because wronging in determining correct test.Analysis of parametric statistics more majoring of normality from data distribution, with the minimum variable data is interval or ratio scale, while non parametric statistics is the free of distribution ace and minimize the data of have scale is Nominal. The Problems is the factors of which relates with occurence of neonatal death with the variable antenatal care of service (ANC) and status of nutritional antropometric of mother when pregnancy. The aims of this research is to applying one of test non parametrik statistics through the problems of public health that is relates with occurence of the death of Neonatal (Infant mortalities). The output and statistical result from applying the index is obtained that association and relationship by the variables study in middle categorically (0.46 and 0.44) from test independent variable and the occurence of death neonatal as dependent variable. Applicating the coefficient at some of variable which also represent the variable of occurence of death neonatal in the other studies suggested. Also, its important to increase socialization [is] safer pregnancy to teenagers and the mother have productive in reproductivity ages. Keywords: The Coefficient Association of Phi, occurrence of neonatal death PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Persoalan utama dalam menganalisis masalah penelitian adalah pemahaman dari distribusi, skala, dan jenis data dari variabel yang akan dianalisis. Tidak jarang penelitian menjadi bias karena keliru dalam menentukan uji yang tepat (Murti,2006). Pada analisis statistika parametrik lebih mengutamakan kenormalan dari distribusi data, dengan skala data variabel minimal interval, sedangkan pada statistik non parametrik lebih sedikit betas distribusi dan minimal data berskala nominal. Selain distribusi data dan skala, juga bergantung pada tujuan yang hendak dicapai dari sebuah set penelitian. Berpijak pada masalah ini, penulis tertarik mengaplikasikan salah satu uji dalam ranah statistika non parametrik pada data hasil penelitian yang merupakan hasil penelitian 1 penulis sendiri mengambil lokasi di salah satu rumah sakit ibu dan anak di Provinsi Sulawesi Selatan dan beberapa di antaranya merupakan data yang diperoleh dari pustaka yang tidak terpublikasi. Adapun yang menjadi pokok permasalahan yang akan dianalisis adalah variabel dari Kematian neonatal. Studi ini merupakan studi penerapan dan yang menjadi pokok perhatian adalah variabel kematian neonatal. Kematian neonatal adalah kematian bayi lahir hidup yang terjadi pada masa kelahiran sampai 28 hari (bayi umur satu bulan) setelah kelahirannya (McDonald,1990). Angka kematian neonatal saat ini masih dipakai sebagai salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat, dimana tingkat kepekaannya cukup tinggi dalam mengukur tersedianya pelayanan kesehatan masyarakat terutama pelayanan kesehatan bagi Staf Pengajar Jurusan Epidemiologi dan Biostatistika FKM Undana MKM Vol. 03 No. 01 Juni 2008 ibu dan anak dan tingkat pemanfaatan pelayanan dan sarana kesehatan (Depkes, RI., 1998). Angka kematian neonatal ini tidak terlepas pula dari Angka Kematian Bayi (AKB) dan bahkan menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1992 proporsinya sekitar 45 % dari angka kematian bayi total di Indonesia (Depkes, RI., 1995) dan dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 1997 angkanya mencapai 25 per 1000 kelahiran hidup (Depkes, RI., 1998). Sementara WHO melaporkan Angka kematian neonatal di Indonesia pada tahun 2004 mencapai 17 per 1000 kelahiran hidup (www.who.int) Angka Kematian Bayi (AKB) Indonesia merupakan yang tertinggi di antara beberapa negara-negara ASEAN lainnya, bahkan mencapai dua kali dari beberapa negara anggota ASEAN lainnya. Kendati demikian, AKB ini telah mengalami penurunan yang signifikan dalam tiga dasawarsa terakhir, yaitu 145 per 1000 kelahiran pada tahun 1970 menjadi 46 per 1000 pada tahun 1999 (BPS, 2000), dan dari laporan WHO menjadi 28 per 1000 pada tahun 2005 (www.who.int). Hal ini disebabkan oleh keberhasilan dalam program imunisasi, gizi keluarga, dan lingkungan yang diselenggarakan pemerintah. Akan tetapi, hampir setiap tahunnya proporsi kematian neonatal ini terus meningkat 50-60% dari seluruh kematian bayi di Indonesia (Farida, B., 1998 ). Berbagai upaya telah dilaksanakan oleh pemerintah untuk menekan laju proporsi angka kematian bayi dan neonatal ini melalui program-program berbasis peran serta masyarakat seperti Imunisasi, Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) sampai pada tingkat Posyandu, sosialisasi perawatan ibu hamil (Suami Siaga dan Bidan Siaga), Gerakan Sayang Ibu, Keluarga Berkualitas dan pelacakan kasus tetanus neonatorum secara dini di 2 daerah-daerah rawan kematian neonatal yang mana hingga saat ini masih juga belum mampu menekan laju peningkatan angka kematian bayi. Khusus di Propinsi Sulawesi Selatan pada saat data diambil angka kematian bayi dilaporkan pada tahun 2000 sebesar 48 per 1000 kelahiran, sedangkan untuk Kota Makassar pada tahun yang sama yaitu 10,29 per 1000 kelahiran (Dinkes Kota, 2000). Angka tersebut masih relatif tinggi jika dibandingkan dengan beberapa daerah lain di Indonesia. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Firman Gasali pada tahun 2001, dimana angka kematian neonatal awal di RSU Labuang Baji yang merupakan fasilitas kesehatan milik Pemerintah Kota Makassar telah mencapai 36,5 per 1000 kelahiran hidup. Dapat diperkirakan setiap tahunnya sejumlah calon generasi penerus bangsa meninggal diakibatkan oleh kematian neonatal, untuk itu diperlukan tindakan-tindakan pencegahan. Kematian neonatal terutama disebabkan oleh berbagai penyakit seperti Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), diare, dan gangguan perinatal sebagai akibat dari kehamilan risiko tinggi, seperti berat bayi lahir rendah, asfiksia, dan trauma lahir, dimana masing-masing menyebabkan 20% kematian bayi (Depkes, RI., 1995). Selain itu juga disebabkan faktor genetik dan lingkungan di sekitar ibu dan bayi, seperti polusi udara, cacat bawaan pada janin, umur ibu, status gizi ibu, penyakit yang diderita ibu, kurangnya pemanfaatan pelayanan antenatal, jarak kehamilan, paritas, dan sosial ekonomi keluarga. Berangkat dari masalah-masalah itu peneliti merasa tertarik untuk mengetahui beberapa faktor yang berhubungan dengan kematian neonatal. Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam upaya pencegahan kematian neonatal, antara lain : (a) Kesehatan Ibu dan APLIKASI UJI KOEFISIEN ASSOSIASI PHI PADA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KEMATIAN NEONATAL Anak sebelum persalinan (ANC); (b)Ancaman Infeksi pada bayi pada minggu-minggupertama kelahirannya; (c) Lingkungan di sekitar bayi di minggu-minggu pertama; (d) Gizi bayi pada bulan-bulan pertama Pada Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Siti Fatimah Makassar menurut data yang diperoleh, pada tahun 2001 terdapat angka kematian bayi sebanyak 51 per 1000 kelahiran hidup dengan jumlah kasus kematian bayi 160 kasus dan 43% diantaranya merupakan kematian neonatal, ini merupakan jumlah kasus terbanyak untuk rumah sakit-rumah sakit ibu dan anak/bersalin di Kota Makassar yang pelayanannya dikhususkan pada pelayanan persalinan dan kesehatan ibu dan anak dari kalangan masyarakat golongan menengah ke bawah, menurut pelaporan rumah sakit-rumah sakit bersalin, ibu dan anak yang tercatat pada Dinas Kesehatan Kota Makassar tahun 2001. Untuk mengetahui variabel/ faktor yang turut menjadi pemicu dan berhubungan dengan Kematian neonatal diperlukan aplikasi uji yang patut, yaitu uji koefisien assosiasi, dimana terlebih dahulu menghitung nilai Chi kuadratnya. Rumusan masalah yang dikaji dalam penulisan ini adalah apakah angka koefisien assosiasi menunjukkan bahwa pemanfaatan pelayanan antenatal berhubungan kuat dengan kematian neonatal dan apakah angka koefisien assosiasi menunjukkan bahwa status gizi ibu sewaktu hamil berhubungan kuat dengan kematian neonatal. Adapun tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui beberapa faktor yang berhubungan dengan kematian neonatal di RSIA Siti Fatimah Makassar Periode Januari Desember 2001 dengan mengaplikasikan uji yang sesuai, yaitu koefisien assosiasi. Sedangkan tujuan khususnya adalah (a) Untuk mengetahui angka kofisien assosiasi yang menjelaskan karakteristik ibu dan bayi berkaitan dengan kematian neonatal; (b) Untuk mengetahui angka kofisien assosiasi yang menjelaskan hubungan antara pemanfaatan pelayanan antenatal dengan kematian neonatal; (c) Untuk mengetahui angka kofisien assosiasi yang menjelaskan hubungan antara status gizi ibu dengan kematian neonatal. Koefisien Assosiasi Koefisien assosiasi merupakan koefisien yang menunjukkan adanya hubungan atau keterkaitan antar satu variable penelitian dengan terlebih dahulu menghitung nilai Chi Square (X2) masing-masing variabel yang dihubungkan. Artinya bahwa Koefisien asosiasi ini merupakan uji lanjut dari perhitungan nilai Chi square (X2) yang signifikan (Nurgiyantoro, 2004). Koefisien asosiasi itu sendiri terbagi atas beberapa jenis disesuaikan dengan variable penelitian dan jenis skalanya. Adapun jenis koefisien asosiasi itu adalah: Koefisien Phi, Cramers, Contongency, Lamda, dan sebagainya (Murti, 2006) Pada penelitian ini disesuaikan dengan variable dan skala data hanya digunakan jenis yang sesuai yaitu Koefisien Asosiasi Phi. Adapun Rumus Koefisien asosiasi phi yaitu, sebagai berikut: Koefisien Phi (): AD BC (A B)(C D)(AC)(B D) (Somantri, dkk. 2006.) Kematian Neonatal Kematian menurut United Nations (UN) dan World Health Organization (WHO) didifinisikan sebagai keadaan menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen, yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup (Utomo, 1992). Tinggi rendahnya tingkat kematian atau 3 MKM Vol. 03 No. 01 Juni 2008 mortalitas penduduk pada suatu daerah merupakan barometer tinggi rendahnya tingkat kesehatan masyarakat di daerah tersebut. Untuk mengetahui tinggi rendahnya tingkat kematian suatu penduduk, digunakan ukuran kematian yang menunjukkan suatu angka atau indeks. Ukuranukuran angka kematian yang sering dipakai salah satunya adalah angka kematian bayi yang di dalamnya pula terkait dengan angka kematian bayi baru lahir atau lebih dikenal dengan angka kematian neonatal. Kematian neonatal merupakan kematian bayi lahir hidup yang terjadi pada masa kelahiran sampai 28 hari (bayi berumur satu bulan) setelah kelahirannya (McDonald, 1990). Sampai saat ini kematian neonatal masih dipakai sebagai indikator derajat kesehatan masyarakat, hal ini dimungkinkan karena kepekaannya mengukur tingkat pelayanan KIA yang diperoleh oleh ibu dan janin sebelum dan sesudah persalinan serta kesejahteraannya. Semakin tinggi angka kematian neonatal dalam suatu wilayah dapat dipastikan derajat kesehatan masyarakat di daerah tersebut rendah. Penyebab utama kematian neonatal menurut data dari Balitbangkes RI tahun 1995 adalah penyakit sistem pernafasan (28%), gangguan perinatal (27%) dan diare (16%) (Depkes, RI., 1995). Untuk Propinsi Sulawesi Selatan juga masih didominasi oleh Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), gangguan perinatal dan penyakit-penyakit infeksi lainnya (Kanwil Depkes Prop.Sulsel, 2000). Kematian neonatal ini disebabkan berbagai faktor yang saling berkaitan, pun dipengaruhi oleh situasi dan kondisi adaptasi janin selama dalam rahim dan sesaat setelah kelahirannya. Pada umumnya bayi dalam periode neonatal masih dalam proses adaptasi dengan lingkungannya yang jauh berbeda dengan keadaan di dalam rahim, 4 misalnya suhu, asupan makanan, pernafasan dan proses pencernaan yang harus dialaminya dimana semula hanya bergantung dari ibunya. Bayi baru lahir masih sangat rentan terhadap berbagai penyakit infeksi, untuk itulah diperlukan upaya pencegahan agar hal tersebut tidak sampai terjadi. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kematian neonatal, meliputi pemanfaatan pelayanan antenatal/pemeriksaan kehamilan lengkap, paritas ibu, umur ibu sewaktu melahirkan, status gizi ibu dan janin, pendidikan ibu, jarak kehamilan, penyakit, cacat dan kelainan bawaan dari ibu, sosial ekonomi keluarga. Dengan mengenal lebih mendalam faktor-faktor yang berhubungan dengan kematian neonatal tersebut, upaya pencegahan kematian neonatal dengan mudah dapat dilakukan. Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Kematian Neonatal Paritas Paritas adalah jumlah anak yang telah dilahirkan oleh seorang ibu baik yang berakhir dengan kelahiran hidup atupun lahir mati. Makin tinggi paritas semakin tinggi risiko kejadian kematian neonatal pada ibu hamil. Risiko kematian pada ibu hamil dengan paritas lebih dari tiga lebih tinggi karena pada waktu melahirkan, pembuluh darah dinding rahim banyak mengalami kerusakan dan sistem reproduksi sudah kehabisan tenaga sedangkan ibu hamil dengan paritas pertama juga tinggi karena jalan lahir bayi belum teruji, selain itu pula secara psikis ibu belum terlatih dalam upaya perawatan janin/balita. Setiap kehamilan akan menyebabkan kelainan-kelainan pada uterus, dalam hal ini jika kehamilan berulang-ulang dapat berakibat menimbulkan kerusakan pada pembuluh darah dinding uterus yang turut mempengaruhi sirkulasi nutrisi ke janin, dimana jumlah nutrisi akan APLIKASI UJI KOEFISIEN ASSOSIASI PHI PADA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KEMATIAN NEONATAL berkurang dibandingkan kehamilan sebelumnya (Wiknojosastro, 1991). dilaksanakan dengan tetap menerapkan uji koefisien asosiasi. Umur Ibu Umur ibu sewaktu hamil memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan janin dalam kandungan dan ketika persalinan. Ibu yang berumur muda secara psikologis belum mampu menanggung kehamilan apalagi untuk menghadapi proses persalinan, merawat dan mengasuh anaknya dengan pengetahuan dan pengalaman yang minim. Seorang ibu yang berusia muda (< 20 tahun) secara fisiologis masih membutuhkan kalori yang cukup banyak untuk pertumbuhan fisiknya sendiri sehingga jika ia mengalami kehamilan maka kalori tersebut juga mutlak dibagikan juga kepada janinnya, hal ini mengakibatkan risiko kekurangan gizi bagi ibu dan janin sendiri. Bagi ibu yang hamil berusia di atas 35 tahun peredaran darahnya telah mengalami pengapuran dan hal ini berpengaruh pada sirkulasi makanan ke janinnya dan dalam proses persalinan ibu akan mengalami kesulitan karena tonus otot dan fleksibilitas persendian mengalami penurunan fungsi. Populasi dan Sampel Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bayi yang dilahirkan di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Siti Fatimah pada periode JanuariDesember 2001 yang tercatat dalam rekam medik / status kebidanan yang berjumlah 3191 bayi. Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah beberapa bayi yang dilahirkan di RSIA Siti Fatimah pada periode Januari - Desember 2001 yang tercatat dalam rekam medik/status kebidanan berjumlah 378 bayi. Sampel dalam penelitian ini ditarik secara Simple Random Sampling dengan menggunakan daftar tabel bilangan acak serta menggunakan rumus besar sampel. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Rancang bangun penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menurut jenisnya termasuk penelitian penerpan (applied research) dan hubungan antar variabelnya berdasarkan pada jenis penelitian observasional analitik, dan menurut sifatnya adalah deskriptif, sedangkan menurut waktunya termasuk dalam rancangan cross sectional study. Dimana dalam rancangan ini pula memberikan peluang menganalisis hubungan antara variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen) dan juga mengidentifikasi variabel-variabel yang sudah terjadi sebelumnya secara bersamaan saat penelitian Variabel Penelitian Paritas Paritas yang berisiko tinggi terjadi pada paritas pertama dan lebih dari tiga. Beberapa penelitian sebelumnya membuktikan bahwa ibu dengan paritas lebih dari tiga mempunyai risiko kematian neonatal lebih tinggi dibanding ibu yang berparitas Umur Ibu Umur reproduksi yang ideal dan sehat bagi ibu untuk hamil dan melahirkan adalah berkisar antara 2035 tahun. Umur ibu berpengaruh besar terhadap perkembangan janin dalam kandungan, hal ini disebabkan oleh faktor fisiologis dan psikologis ibu. Semakin muda umur seorang ibu semakin tinggi risiko kematian neonatal dan begitu juga semakin tua umur seorang ibu sewaktu hamil semakin tinggi risiko kematian neonatal yang akan dialami, bahkan juga berbahaya bagi keselamatan jiwa ibu sendiri. Hal ini disebabkan beban 5 MKM Vol. 03 No. 01 Juni 2008 psikologis dan fisiologis ibu yang turut memperbesar risiko. Kematian Neonatal Kematian neonatal adalah kematian bayi lahir hidup yang terjadi pada masa kelahiran sampai 28 hari (bayi umur satu bulan) setelah kelahirannya. Kematian neonatal cenderung meningkat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti kurangnya pemanfaatan pelayanan pemeriksaan kehamilan (Antenatal Care), paritas pertama dan lebih dari tiga, status gizi ibu yang kurang dan umur ibu yang terlampau muda (<20 tahun) atau terlampau tua (>35 tahun) pada saat kehamilan. Selain itu juga kematian neonatal disebabkan oleh rendahnya pendidikan ibu, adanya kelainan bawaan, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), penyakit-penyakit ibu, jarak kehamilan, faktor pekerjaan yang dilakukan oleh ibu selama kehamilannya, dan sosial ekonomi keluarga. Faktor-faktor tersebut memperbesar risiko kematian neonatal dan sekaligus mempertinggi kematian bayi pada masa neonatus. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif Kematian Neonatal Kematian neonatal dalam penelitian ini adalah kematian bayi yang lahir hidup yang terjadi pada saat bayi berumur nol sampai satu bulan (28 hari) sesuai yang tercantum dalam rekam medik/status kebidanan dan hasil wawancara. Kriteria Obyektif : Ada: Jika bayi mengalami kematian neonatal Tidak ada: Jika bayi tidak mengalami kematian neonatal Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Pemanfaatan pelayanan antenatal dalam penelitian ini adalah dimanfaat-kannya atau dilakukannya pelayanan antenatal oleh ibu sewaktu hamil pada petugas kesehatan di sarana pelayanan kesehatan dan 6 mendapat-kan pelayanan KIA lengkap berupa Pengukuran tinggi badan dan berat badan, Pengukuran Tekanan darah, Pengukuran Tinggi fundus, Pembe-rian Tablet Fe, Pemberian injeksi Tetanus Toksoid, dan asuhan perawatan kehamilan. Kriteria Obyektif : Memanfaatkan: Bila menggunakan fasilitas dan mendapatkan pelayanan antenatal dengan jumlah kunjungan pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali selama masa kehamilan. Tidak Memanfaatkan: Jika tidak sesuai dengan kriteria di atas. Status Gizi ibu Status gizi ibu dalam penelitian ini adalah keadaan atau kondisi fisik ibu selama kehamilannya diukur secara antropometri yaitu besar ukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) yang dinyatakan dengan satuan centimeter(cm) dan sesuai yang tercantum dalam rekam medik/status responden. Kriteria Obyektif: Tidak Normal / Kurang Energi Kronik (KEK): Bila ukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) ibu < 23,5 cm Normal:Bila ukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) ibu 23,5 cm Hipotesis Penelitian Ada hubungan antara paritas dengan kematian neonatal (dengan pengertian bahwa angka koefisien asosiasinya (koefisien Phi) > 50% artinya hubungannya Kuat) dan ada hubungan antara umur ibu dengan kematian neonatal (dengan pengertian bahwa angka koefisien asosiasinya (koefisien Phi) > 50% artinya hubungannya Kuat). Lokasi Penelitian Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Siti Fatimah Makassar terletak di Jalan Gunung Merapi No. 75 Makassar. RSIA ini merupakan rumah sakit milik Pemerintah Propinsi Sulawesi Selatan yang pelayanannya tidak hanya pada pelayanan APLIKASI UJI KOEFISIEN ASSOSIASI PHI PADA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KEMATIAN NEONATAL Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) semata, akan tetapi juga telah menerima pelayanan umum, dan terhitung sejak tanggal 4 Februari 2002, berdasarkan SK Gubernur Propinsi Sulawesi Selatan No.12 tahun 2002 berganti nama menjadi Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Siti Fatimah. Fasilitas pelayanan di RSIA Siti Fatimah Makassar meliputi pelayanan medik, pelayanan non medik, pelayanan dan keperawatan, pelayanan pendidikan dan latihan, pelayanan data dan pengembangan, rujukan, dan administrasi umum dan keluarga. Kapasitas pelayanan di RSIA Siti Fatimah Makassar terdiri dari 9 ruang perawatan umum dan 4 ruang perawatan khusus (ruang pemeriksaan dan pelayanan, rawat inap, instalasi, dan ruang lain). Jumlah tempat tidur tersedia 155 tempat tidur yang terdiri dari 6 tempat tidur kelas utama (VIP), 14 tempat tidur kelas I, 20 tempat tidur kelas II, dan 76 tempat tidur kelas III, sisanya merupakan tempat tidur pemeriksaan dan latihan. Ketenagaan di RSIA Siti Fatimah Makassar terdiri dari tenaga medis, paramedis (perawat dan bidan), non keperawatan, dan tenaga non medis. HASIL Banyaknya ibu melahirkan yang diobservasi adalah 374 orang ibu. Setelah dilakukan pemeriksaan kelengkapan data, pengisian format dan kuisioner, kunjungan, dan pengolahan data hanya 346 yang berhasil ditemui dan datanya lengkap, selebihnya tidak memenuhi syarat oleh karena Drop Out, seperti statusnya hilang, alamatnya tidak lengkap dan tidak jelas, pindah rumah, tidak koperatif, dan merupakan pasien rujukan RS Kabupaten. Karakteristik Umum Sampel Hasil Penelitian Umur Ibu Tabel 1 meyajikan Distribusi Kematian Neonatal Menurut Kelompok Umur Ibu RSIA Siti Fatimah Makassar Periode Januari-Desember 2001. Apabila kematian neonatal dilihat menurut kelompok umur ibu, maka tabel 1 memperlihatkan bahwa kematian neonatal banyak terjadi pada kelompok umur kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun, sedangkan sebaliknya pada kelompok umur 20-35 tahun lebih sedikit. Tabel 1 Distribusi Kematian Neonatal Menurut Kelompok Umur Ibu di RSIA Siti Fatimah Makassar Periode Januari-Desember 2001 Kelompok Umur Ibu Kematian Neonatal Ada Tidak Ada n % n % Jumlah N % < 20 9 33,3 18 66,7 27 100 20-35 16 5,6 269 94,4 285 100 > 35 8 23,5 26 76,5 34 100 Jumlah 33 9,5 313 90,5 346 100 Sumber : Rekam Medik Pendidikan Ibu Bila kematian neonatal dilihat menurut tingkat pendidikan ibu, maka tabel 2 menunjukkan bahwa kematian neonatal banyak ditemukan pada ibu yang berlatarbelakang pendidikan rendah (tidak sekolah, SD, dan SMP) dan pada ibu yang berpendidikan tinggi (SMA, Akademi, dan Perguruan Tinggi) lebih sedikit. Pekerjaan Ibu Jika kematian neonatal dilihat menurut pekerjaan sehari-hari ibu, maka tabel 3 memperlihatkan bahwa kematian neonatal banyak dijumpai pada ibu yang tidak memiliki pekerjaan, sebaliknya pada ibu yang memiliki pekerjaan jauh lebih sedikit dan bahkan pada ibu yang bekerja 7 MKM Vol. 03 No. 01 Juni 2008 sebagai petani/nelayan tidak dijumpai kematian neonatal. Tabel 2 Distribusi Kematian Neonatal Menurut Pendidikan Ibu di RSIA Siti Fatimah Makassar Periode Januari-Desember 2001 Kematian Neonatal Ada Tidak Ada Jumlah n % n % N % Pendidikan rendah 21 17,2 101 82,8 122 100 Pendidikan Tinggi 12 5,4 212 94,6 224 100 Pendidikan Ibu Jumlah 33 9,5 313 90,5 346 100 Sumber : Rekam Medik Tabel 3 Distribusi Kematian Neonatal Menurut Pekerjaan Ibu di RSIA Siti Fatimah Makassar Periode Januari-Desember 2001 Kematian Neonatal Jumlah Pekerjaan Ibu Ada Tidak Bekerja/ IRT n % n % N % 27 13,7 170 86,3 197 100 Buruh 2 15,4 11 84,6 13 100 Petani/ Nelayan 0 0 1 100 1 100 Wiraswasta 2 2,9 66 97,1 88 100 Karyawan Swasta 1 8,3 11 91,7 12 100 PNS 1 1,8 54 98,2 55 100 Jumlah 33 9,5 313 90,5 346 100 Tidak Ada Sumber:Rekam Medik Analisis Hubungan Antara Vartiabel Dependen dengan Variabel Independen Hubungan Paritas Ibu terhadap Kematian Neonatal Hasil analisa statistik terhadap Tabel 4 dengan program komputer SPSS menunjukkan bahwa nilai p lebih kecil dari 0,05, artinya Ho 8 ditolak, yang berarti ada hubungan antar paritas ibu dengan kematian neonatal, dengan keeratan hubungan lemah. Hubungan Umur Ibu Terhadap Kematian Neonatal Hasil analisa statistik terhadap Tabel 5 dengan program komputer SPSS menunjukkan bahwa nilai p lebih kecil dari 0,05, artinya Ho ditolak, yang berarti ada hubungan antara umur ibu dengan kematian neonatal, dan tingkat keeratan hubungannya sedang. PEMBAHASAN Paritas Ibu Seorang ibu yang terlalu sering melahirkan mempunyai risiko kematian neonatal lebih besar dibandingkan dengan ibu yang melahirkan lebih sedikit. Semakin banyak jumlah kelahiran yang dialami seorang ibu, semakin tinggi pula risiko untuk mengalami komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas. Hal ini dimungkinkan oleh karena sistem reproduksi ibu (dinding uterus) telah mengalami penipisan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh bahwa kematian neonatal menurut paritas (Tabel 4) paling banyak dijumpai pada ibu dengan paritas berisiko tinggi yakni pada paritas pertama dan lebih dari tiga (15,1 %). Sedangkan pada ibu yang bayinya tidak mengalami kematian neonatal yang terbanyak yaitu pada ibu dengan paritas dua sampai tiga (97,4 %). Hasil analisa statistik memperlihatkan bahwa adanya hubungan antara paritas ibu dengan kematian neonatal. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa peluang terjadinya kematian neonatal pada ibu yang berparitas dengan risiko tinggi (I dan lebih dari III) lebih besar, karena dimungkinkan adanya gangguan pada sistem fisiologis reproduksinya ataukah merupakan persalinan yang pertama sehingga bayi yang APLIKASI UJI KOEFISIEN ASSOSIASI PHI PADA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KEMATIAN NEONATAL dilahirkannya cenderung mengalami kelainan dan gangguan dan pada akhirnya berakhir dengan kematian pada masa neonatus. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rachmat dan Setianingrum (1996) dan Firman Gasali (2001), dimana ibu dengan paritas > 4 (risiko tinggi ) mengalami risiko kematian neonatal sama besar dengan paritas < 4. Tabel 4 Hubungan Paritas Ibu terhadap Kematian Neonatal di RSIA Siti Fatimah Makassar Periode JanuariDesember 2001 Kematian Neonatal Jumlah Ada Tidak Ada Paritas Ibu n % n % n % Risiko Tinggi 29 15,1 163 Risiko Rendah 4 2,6 150 Jumlah 33 9,5 313 Sumber : Data primer 2 X hitung = 14,07 df = 1 2 X standar = 3,84 84,9 97,4 90,5 192 100 154 100 346 100 Phi Value = 0,21 p = 0,00 Umur ibu Umur seseorang ibu berkaitan erat dengan alat-alat reproduksi wanita. Umur reproduksi yang sehat dan aman adalah umur 20-35 tahun. Kehamilan di usia muda (<20 tahun) secara biologis belum optimal perkembangan alat-alat reproduksinya, emosinya cenderung labil, mentalnya belum matang sehingga mudah mengalami keguncangan dan stres. Kehamilan pada usia lebih dari 35 tahun dapat menimbulkan masalah seperti BBLR, kematian neonatal, kematian perinatal, dan bahkan kelahiran cacat. Hal ini dikaitakan dengan penurunan dan kemunduran fisiologis reproduksi dan serangan berbagai penyakit yang sering menimpa wanita di usia ini. Tabel 5 Hubungan Umur Ibu terhadap Kematian Neonatal di RSIA Siti Fatimah Makassar Periode Januari-Desember 2001 Kematian Neonatal Jumlah Ada Tidak Ada Umur Ibu n % n % n % Risiko 17 27,9 44 72,1 61 100 Tinggi Risiko 16 5,6 269 94,4 285 100 Rendah Jumlah 33 9,5 313 90,5 346 100 Sumber : Data primer 2 X hitung = 26,32 df = 1 Phi Value = 0,28 2 X standar = 3,84 p = 0,00 Hasil penelitian yang dilaksanakan di RSIA Siti Fatimah Makassar menunjukkan bahwa kematian neonatal banyak dijumpai terjadi pada ibu yang berumur < 20 tahun dan > 35 tahun (risiko tinggi) yakni 27,9 %, sedangkan pada ibu yang bayinya tidak mengalami kematian neonatal banyak terjadi pada ibu yang berumur diantara 20-35 tahun (94,4 %). Hasil analisa statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara umur ibu dengan kematian neonatal. Artinya kematian neonatal dipengaruhi oleh umur ibu. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Firman Gasali (2001), yang mengatakan bahwa risiko kematian neonatal di dua kelompok umur tersebut sama besar. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dari hasil pengolahan dan analisa data serta aplikasi uji kemaknaan (koefisien asosiasi Phi) pada beberapa variabel kematian neonatal terhadap kematian neonatal, maka dapat disimpulkan bahwa paritas berhubungan dengan kematian neonatal, artinya bahwa ibu dengan paritas berisiko tinggi (Paritas pertama atau lebih dari tiga) lebih banyak mengalami kematian neonatal dibandingkan ibu pada paritas kedua sampai ketiga dan umur ibu berhubungan dengan kematian 9 MKM Vol. 03 No. 01 Juni 2008 neonatal, artinya bahwa kematian neonatal lebih banyak dijumpai dapat terjadi pada ibu yang berumur < 20 tahun dan > 35 tahun dibandingakn pada ibu yang berumur 20-35 tahun. Saran Perlunya penyebarluasan informasi dan motivasi yang besar terhadap kesehatan reproduksi untuk ibu hamil dan keluarganya, agar memperhatikan kesehatan reproduksinya sebelum, selama dan setelah kehamilannya. Dan juga bagi remaja putri, agar dapat mempersiapkankan diri mengahadapi kehamilan dan segala risikonya. Hal yang lainnya adalah penelitian ini hanya membatasi pada beberapa variabel saja, untuk itu perlu dilakukan penelitian dengan menggunakan variabel lain yang lebih berpengaruh terhadap kematian neonatal dengan metode penelitian yang lain. Penelitian ini terbatas pada lingkup sarana/institusi pelayanan kesehatan saja, untuk itu perlu dilakukan penelitian pada lingkup yang lebih luas (Wilayah Kecamatan dan Kabupaten/Kota), sehingga angka kematian neonatal perwilayahnya dapat diketahui untuk kepentingan pembangunan kesehatan utamanya KIA. DAFTAR PUSTAKA BPS Prop.Sulsel. Indikator Kesejahteraan Rakyat. BPS Propinsi Sulsel. Makassar. 1999 _________. Status Sosial dan Ekonomi Rumah Tangga Sulawesi Selatan. BPS Propinsi Sulsel. Makassar. 2000 Budiarso, Ratna L., Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil dan Bersalin: SDKI 1991,1994, dan 1997. Buletin Penelitian Kesehatan Vol.26.No.4. 1999 Dinkes Kota Makassar. Profil Kesehatan Kota Makassar Propinsi 10 Sulsel Tahun 2000. Makassar. 2000 Dinkes Kota _________.Propeda Bidang Kesehatan Propinsi Sulsel Tahun 2001-2005. Dinkes Prop.Sulsel.Makassar. 2000 Farida, Berti. Upaya Kesehatan Dini Bagi Kelangsungan Hidup Anak. Warta Pusdakes No.6 Tahun II. Jakarta. 1998. Hassard, Thomas.Understanding Biostatistic. United State of America. Mosby Year Book,Inc. America. 1991 Majalah Kesehatan Perkotaan IV. No.2 tahun 1997. Pemanfaatan Pelayanan Antenatal. Faktor yang Mempengaruhi dan Hubungan dengan BBLR. Jakarta. 1997 McDonald, et al,. Pengantar Kependudukan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 1990 Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT. Rineka Cipta. Jakarta. 1993 Pujiadi,S. Ilmu Gizi Klinik Pada Anak. Majalah Kedokteran Indonesia, No.5. Vol. 47. Jakarta. 1997 Racmat,E.S, dan Setianingrum,S.W., Kasus Lahir Mati dan Kematian Neonatal:Studi Prospektif tentang Faktor Risiko dan Insidennya di Petarukan Pemalang, Majalah Kedokteran Indonesia Volume 46 No.12.Desember 1996 Depkes, RI. Pedoman Pelayanan Antenatal di Tingkat Pelayanan Dasar. Depkes RI. Jakarta. 1994 _________. Kumpulan Indikator Kesehatan Arti dan Manfaatnya. Depkes RI. Jakarta. 1998 Sastroasmoro, Sudigdo dan Ismail, Sofyan. Dasar-dasar Metodologi APLIKASI UJI KOEFISIEN ASSOSIASI PHI PADA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KEMATIAN NEONATAL Penelitian Klinis. PT. Aksara. Jakarta. 1995 Somantri, Sambas. Pelayanan Sulsel. Universitas 1993 Binarupa Ating., Ali Muhidin, 2006. Seweng, Arifin. Antenatal di Kab. Barru Lembaga Penelitian Hasanuddin. Makassar. Siegel,Sidney. Statistik Non Parametrik Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. PT. Gramedia Pustaka Jakarta. 1997 Tambunan. Gizi Optimal pada Kehamilan. Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia. No.8. Vol.24. Jakarta. 1996 Utomo, Budi dalam Masri Singarimbun. Kematian Bayi dan Anak di Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 1992 Wiknojosastro,H. Bayi dengan BBLR, dalam Buku Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka, Jakarta. 1991 11