APLIKASI UJI KOEFISIEN ASSOSIASI PHI PADA FAKTOR YANG

advertisement
APLIKASI UJI KOEFISIEN ASSOSIASI PHI PADA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEJADIAN KEMATIAN NEONATAL
APLIKASI UJI KOEFISIEN ASSOSIASI PHI PADA FAKTOR YANG
BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KEMATIAN NEONATAL
Yendris Krisno Syamruth1
Abstract: The main problem in analysing research is how to know and
understanding the distribution, scale, and data type from variable to be analysed.
The research become bias because wronging in determining correct test.Analysis of
parametric statistics more majoring of normality from data distribution, with the
minimum variable data is interval or ratio scale, while non parametric statistics is the
free of distribution ace and minimize the data of have scale is Nominal. The
Problems is the factors of which relates with occurence of neonatal death with the
variable antenatal care of service (ANC) and status of nutritional antropometric of
mother when pregnancy. The aims of this research is to applying one of test non
parametrik statistics through the problems of public health that is relates with
occurence of the death of Neonatal (Infant mortalities). The output and statistical
result from applying the index is obtained that association and relationship by the
variables study in middle categorically (0.46 and 0.44) from test independent
variable and the occurence of death neonatal as dependent variable. Applicating
the coefficient at some of variable which also represent the variable of occurence of
death neonatal in the other studies suggested. Also, its important to increase
socialization [is] safer pregnancy to teenagers and the mother have productive in
reproductivity ages.
Keywords: The Coefficient Association of Phi, occurrence of neonatal death
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Persoalan
utama
dalam
menganalisis
masalah
penelitian
adalah pemahaman dari distribusi,
skala, dan jenis data dari variabel
yang akan dianalisis. Tidak jarang
penelitian menjadi bias karena keliru
dalam menentukan uji yang tepat
(Murti,2006). Pada analisis statistika
parametrik
lebih
mengutamakan
kenormalan dari distribusi data,
dengan skala data variabel minimal
interval, sedangkan pada statistik non
parametrik
lebih
sedikit
betas
distribusi dan minimal data berskala
nominal.
Selain distribusi data dan
skala, juga bergantung pada tujuan
yang hendak dicapai dari sebuah set
penelitian. Berpijak pada masalah ini,
penulis tertarik mengaplikasikan salah
satu uji dalam ranah statistika non
parametrik pada data hasil penelitian
yang merupakan hasil penelitian
1
penulis sendiri mengambil lokasi di
salah satu rumah sakit ibu dan anak
di Provinsi Sulawesi Selatan dan
beberapa di antaranya merupakan
data yang diperoleh dari pustaka yang
tidak terpublikasi. Adapun yang
menjadi pokok permasalahan yang
akan dianalisis adalah variabel dari
Kematian neonatal.
Studi ini merupakan studi
penerapan dan yang menjadi pokok
perhatian adalah variabel kematian
neonatal.
Kematian neonatal adalah
kematian bayi lahir hidup yang terjadi
pada masa kelahiran sampai 28 hari
(bayi umur satu bulan) setelah
kelahirannya (McDonald,1990). Angka
kematian neonatal saat ini masih
dipakai sebagai salah satu indikator
derajat
kesehatan
masyarakat,
dimana tingkat kepekaannya cukup
tinggi dalam mengukur tersedianya
pelayanan kesehatan masyarakat
terutama pelayanan kesehatan bagi
Staf Pengajar Jurusan Epidemiologi dan Biostatistika FKM Undana
MKM Vol. 03 No. 01 Juni 2008
ibu dan anak dan tingkat pemanfaatan
pelayanan dan sarana kesehatan
(Depkes, RI., 1998). Angka kematian
neonatal ini tidak terlepas pula dari
Angka Kematian Bayi (AKB) dan
bahkan menurut Survei Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT) tahun 1992
proporsinya sekitar 45 % dari angka
kematian bayi total di Indonesia
(Depkes, RI., 1995) dan dari Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI)
tahun
1997
angkanya
mencapai 25 per 1000 kelahiran hidup
(Depkes, RI., 1998). Sementara WHO
melaporkan Angka kematian neonatal
di Indonesia pada tahun 2004
mencapai 17 per 1000 kelahiran hidup
(www.who.int)
Angka Kematian Bayi (AKB)
Indonesia merupakan yang tertinggi di
antara
beberapa
negara-negara
ASEAN lainnya, bahkan mencapai
dua kali dari beberapa negara
anggota ASEAN lainnya. Kendati
demikian, AKB ini telah mengalami
penurunan yang signifikan dalam tiga
dasawarsa terakhir, yaitu 145 per
1000 kelahiran pada tahun 1970
menjadi 46 per 1000 pada tahun 1999
(BPS, 2000), dan dari laporan WHO
menjadi 28 per 1000 pada tahun 2005
(www.who.int). Hal ini disebabkan
oleh keberhasilan dalam program
imunisasi,
gizi
keluarga,
dan
lingkungan yang diselenggarakan
pemerintah. Akan tetapi, hampir
setiap tahunnya proporsi kematian
neonatal ini terus meningkat 50-60%
dari seluruh kematian bayi di
Indonesia (Farida, B., 1998 ).
Berbagai
upaya
telah
dilaksanakan oleh pemerintah untuk
menekan
laju
proporsi
angka
kematian bayi dan neonatal ini
melalui program-program berbasis
peran serta masyarakat seperti
Imunisasi, Pelayanan Kesehatan Ibu
dan Anak (KIA) sampai pada tingkat
Posyandu, sosialisasi perawatan ibu
hamil (Suami Siaga dan Bidan Siaga),
Gerakan Sayang Ibu, Keluarga
Berkualitas dan pelacakan kasus
tetanus neonatorum secara dini di
2
daerah-daerah
rawan
kematian
neonatal yang mana hingga saat ini
masih juga belum mampu menekan
laju peningkatan angka kematian bayi.
Khusus di Propinsi Sulawesi Selatan
pada saat data diambil angka
kematian bayi dilaporkan pada tahun
2000 sebesar 48 per 1000 kelahiran,
sedangkan untuk Kota Makassar
pada tahun yang sama yaitu 10,29
per 1000 kelahiran (Dinkes Kota,
2000). Angka tersebut masih relatif
tinggi jika dibandingkan dengan
beberapa daerah lain di Indonesia.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh
Firman Gasali pada tahun 2001,
dimana angka kematian neonatal
awal di RSU Labuang Baji yang
merupakan fasilitas kesehatan milik
Pemerintah Kota Makassar telah
mencapai 36,5 per 1000 kelahiran
hidup. Dapat diperkirakan setiap
tahunnya sejumlah calon generasi
penerus
bangsa
meninggal
diakibatkan oleh kematian neonatal,
untuk itu diperlukan tindakan-tindakan
pencegahan.
Kematian neonatal terutama
disebabkan oleh berbagai penyakit
seperti Infeksi Saluran Pernafasan
Akut (ISPA), diare, dan gangguan
perinatal
sebagai
akibat
dari
kehamilan risiko tinggi, seperti berat
bayi lahir rendah, asfiksia, dan trauma
lahir,
dimana
masing-masing
menyebabkan 20% kematian bayi
(Depkes, RI., 1995). Selain itu juga
disebabkan faktor genetik
dan
lingkungan di sekitar ibu dan bayi,
seperti polusi udara, cacat bawaan
pada janin, umur ibu, status gizi ibu,
penyakit yang diderita ibu, kurangnya
pemanfaatan pelayanan antenatal,
jarak kehamilan, paritas, dan sosial
ekonomi keluarga. Berangkat dari
masalah-masalah itu peneliti merasa
tertarik untuk mengetahui beberapa
faktor yang berhubungan dengan
kematian neonatal.
Beberapa hal yang perlu
mendapat perhatian dalam upaya
pencegahan
kematian
neonatal,
antara lain : (a) Kesehatan Ibu dan
APLIKASI UJI KOEFISIEN ASSOSIASI PHI PADA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEJADIAN KEMATIAN NEONATAL
Anak sebelum persalinan (ANC);
(b)Ancaman Infeksi pada bayi pada
minggu-minggupertama kelahirannya;
(c) Lingkungan di sekitar bayi di
minggu-minggu pertama; (d) Gizi bayi
pada bulan-bulan pertama
Pada Rumah Sakit Ibu dan
Anak (RSIA) Siti Fatimah Makassar
menurut data yang diperoleh, pada
tahun 2001 terdapat angka kematian
bayi sebanyak 51 per 1000 kelahiran
hidup dengan jumlah kasus kematian
bayi 160 kasus dan 43% diantaranya
merupakan kematian neonatal, ini
merupakan jumlah kasus terbanyak
untuk rumah sakit-rumah sakit ibu dan
anak/bersalin di Kota Makassar yang
pelayanannya
dikhususkan
pada
pelayanan persalinan dan kesehatan
ibu
dan
anak
dari
kalangan
masyarakat golongan menengah ke
bawah, menurut pelaporan rumah
sakit-rumah sakit bersalin, ibu dan
anak
yang
tercatat pada Dinas
Kesehatan Kota Makassar tahun
2001.
Untuk mengetahui variabel/
faktor yang turut menjadi pemicu dan
berhubungan
dengan
Kematian
neonatal diperlukan aplikasi uji yang
patut, yaitu uji koefisien assosiasi,
dimana terlebih dahulu menghitung
nilai Chi kuadratnya.
Rumusan masalah yang dikaji
dalam penulisan ini adalah apakah
angka
koefisien
assosiasi
menunjukkan bahwa pemanfaatan
pelayanan antenatal berhubungan
kuat dengan kematian neonatal dan
apakah angka koefisien assosiasi
menunjukkan bahwa status gizi ibu
sewaktu hamil berhubungan kuat
dengan kematian neonatal. Adapun
tujuan umum dalam penelitian ini
adalah untuk mengetahui beberapa
faktor yang berhubungan dengan
kematian neonatal di RSIA Siti
Fatimah Makassar Periode Januari Desember 2001 dengan mengaplikasikan uji yang sesuai, yaitu koefisien
assosiasi.
Sedangkan
tujuan
khususnya
adalah
(a)
Untuk
mengetahui angka kofisien assosiasi
yang menjelaskan karakteristik ibu
dan bayi berkaitan dengan kematian
neonatal; (b) Untuk mengetahui angka
kofisien assosiasi yang menjelaskan
hubungan
antara
pemanfaatan
pelayanan antenatal dengan kematian
neonatal; (c) Untuk mengetahui angka
kofisien assosiasi yang menjelaskan
hubungan antara status gizi ibu
dengan kematian neonatal.
Koefisien Assosiasi
Koefisien assosiasi merupakan koefisien yang menunjukkan
adanya hubungan atau keterkaitan
antar satu variable penelitian dengan
terlebih dahulu menghitung nilai Chi
Square (X2) masing-masing variabel
yang dihubungkan. Artinya bahwa
Koefisien asosiasi ini merupakan uji
lanjut dari perhitungan nilai Chi
square
(X2)
yang
signifikan
(Nurgiyantoro, 2004).
Koefisien asosiasi itu sendiri
terbagi
atas
beberapa
jenis
disesuaikan
dengan
variable
penelitian dan jenis skalanya. Adapun
jenis koefisien asosiasi itu adalah:
Koefisien Phi, Cramers, Contongency,
Lamda, dan sebagainya (Murti, 2006)
Pada penelitian ini disesuaikan
dengan variable dan skala data hanya
digunakan jenis yang sesuai yaitu
Koefisien Asosiasi Phi. Adapun
Rumus Koefisien asosiasi phi yaitu,
sebagai berikut:
Koefisien Phi ():

AD BC
(A B)(C  D)(AC)(B D)
(Somantri, dkk. 2006.)
Kematian Neonatal
Kematian menurut United Nations
(UN) dan World Health Organization
(WHO) didifinisikan sebagai keadaan
menghilangnya semua tanda-tanda
kehidupan secara permanen, yang
bisa terjadi setiap saat setelah
kelahiran hidup (Utomo, 1992). Tinggi
rendahnya tingkat kematian atau
3
MKM Vol. 03 No. 01 Juni 2008
mortalitas penduduk pada suatu
daerah merupakan barometer tinggi
rendahnya
tingkat
kesehatan
masyarakat di daerah tersebut. Untuk
mengetahui tinggi rendahnya tingkat
kematian suatu penduduk, digunakan
ukuran kematian yang menunjukkan
suatu angka atau indeks. Ukuranukuran angka kematian yang sering
dipakai salah satunya adalah angka
kematian bayi yang di dalamnya pula
terkait dengan angka kematian bayi
baru lahir atau lebih dikenal dengan
angka kematian neonatal.
Kematian neonatal merupakan
kematian bayi lahir hidup yang terjadi
pada masa kelahiran sampai 28 hari
(bayi berumur satu bulan) setelah
kelahirannya
(McDonald,
1990).
Sampai saat ini kematian neonatal
masih dipakai sebagai indikator
derajat kesehatan masyarakat, hal ini
dimungkinkan karena kepekaannya
mengukur tingkat pelayanan KIA yang
diperoleh oleh ibu dan janin sebelum
dan
sesudah
persalinan
serta
kesejahteraannya. Semakin tinggi
angka kematian neonatal dalam suatu
wilayah dapat dipastikan derajat
kesehatan masyarakat di daerah
tersebut rendah.
Penyebab utama kematian
neonatal
menurut
data
dari
Balitbangkes RI tahun 1995 adalah
penyakit sistem pernafasan (28%),
gangguan perinatal (27%) dan diare
(16%) (Depkes, RI., 1995). Untuk
Propinsi Sulawesi Selatan juga masih
didominasi oleh Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA), gangguan
perinatal dan penyakit-penyakit infeksi
lainnya (Kanwil Depkes Prop.Sulsel,
2000).
Kematian
neonatal
ini
disebabkan berbagai faktor yang
saling berkaitan, pun dipengaruhi oleh
situasi dan kondisi adaptasi janin
selama dalam rahim dan sesaat
setelah kelahirannya. Pada umumnya
bayi dalam periode neonatal masih
dalam proses adaptasi dengan
lingkungannya yang jauh berbeda
dengan keadaan di dalam rahim,
4
misalnya suhu, asupan makanan,
pernafasan dan proses pencernaan
yang harus dialaminya dimana
semula hanya bergantung dari ibunya.
Bayi baru lahir masih sangat rentan
terhadap berbagai penyakit infeksi,
untuk itulah diperlukan
upaya
pencegahan agar hal tersebut tidak
sampai terjadi.
Faktor-faktor
yang
berhubungan dengan kematian neonatal,
meliputi
pemanfaatan
pelayanan
antenatal/pemeriksaan
kehamilan
lengkap, paritas ibu, umur ibu
sewaktu melahirkan, status gizi ibu
dan janin, pendidikan ibu, jarak
kehamilan, penyakit, cacat dan
kelainan bawaan dari ibu, sosial
ekonomi keluarga. Dengan mengenal
lebih mendalam faktor-faktor yang
berhubungan
dengan
kematian
neonatal tersebut, upaya pencegahan
kematian neonatal dengan mudah
dapat dilakukan.
Faktor-Faktor Yang Berhubungan
dengan Kematian Neonatal
Paritas
Paritas adalah jumlah anak
yang telah dilahirkan oleh seorang ibu
baik yang berakhir dengan kelahiran
hidup atupun lahir mati. Makin tinggi
paritas semakin tinggi risiko kejadian
kematian neonatal pada ibu hamil.
Risiko kematian pada ibu hamil
dengan paritas lebih dari tiga lebih
tinggi karena pada waktu melahirkan,
pembuluh darah dinding rahim banyak
mengalami kerusakan dan sistem
reproduksi sudah kehabisan tenaga
sedangkan ibu hamil dengan paritas
pertama juga tinggi karena jalan lahir
bayi belum teruji, selain itu pula
secara psikis ibu belum terlatih dalam
upaya perawatan janin/balita.
Setiap
kehamilan
akan
menyebabkan kelainan-kelainan pada
uterus, dalam hal ini jika kehamilan
berulang-ulang
dapat
berakibat
menimbulkan
kerusakan
pada
pembuluh darah dinding uterus yang
turut mempengaruhi sirkulasi nutrisi
ke janin, dimana jumlah nutrisi akan
APLIKASI UJI KOEFISIEN ASSOSIASI PHI PADA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEJADIAN KEMATIAN NEONATAL
berkurang dibandingkan kehamilan
sebelumnya (Wiknojosastro, 1991).
dilaksanakan dengan tetap menerapkan uji koefisien asosiasi.
Umur Ibu
Umur ibu sewaktu hamil
memiliki pengaruh besar terhadap
perkembangan
janin
dalam
kandungan dan ketika persalinan. Ibu
yang berumur muda secara psikologis
belum
mampu
menanggung
kehamilan apalagi untuk menghadapi
proses persalinan, merawat dan
mengasuh
anaknya
dengan
pengetahuan dan pengalaman yang
minim. Seorang ibu yang berusia
muda (< 20 tahun) secara fisiologis
masih membutuhkan kalori yang
cukup banyak untuk pertumbuhan
fisiknya sendiri sehingga jika ia
mengalami kehamilan maka kalori
tersebut juga mutlak dibagikan juga
kepada
janinnya,
hal
ini
mengakibatkan risiko kekurangan gizi
bagi ibu dan janin sendiri. Bagi ibu
yang hamil berusia di atas 35 tahun
peredaran darahnya telah mengalami
pengapuran dan hal ini berpengaruh
pada sirkulasi makanan ke janinnya
dan dalam proses persalinan ibu akan
mengalami kesulitan karena tonus
otot dan fleksibilitas persendian
mengalami penurunan fungsi.
Populasi dan Sampel
Populasi
Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh bayi yang dilahirkan di
Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Siti
Fatimah pada periode JanuariDesember 2001 yang tercatat dalam
rekam medik / status kebidanan yang
berjumlah 3191 bayi.
Sampel
Sampel dalam penelitian ini
adalah beberapa bayi yang dilahirkan
di RSIA Siti Fatimah pada periode
Januari - Desember 2001 yang
tercatat dalam rekam medik/status
kebidanan berjumlah 378 bayi.
Sampel dalam penelitian ini ditarik
secara Simple Random Sampling
dengan menggunakan daftar tabel
bilangan acak serta menggunakan
rumus besar sampel.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Rancang bangun penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
menurut jenisnya termasuk penelitian
penerpan (applied research) dan
hubungan antar variabelnya berdasarkan pada jenis penelitian observasional analitik, dan menurut sifatnya
adalah deskriptif, sedangkan menurut
waktunya termasuk dalam rancangan
cross sectional study. Dimana dalam
rancangan ini pula memberikan
peluang
menganalisis
hubungan
antara variabel bebas (independen)
dan variabel terikat (dependen) dan
juga mengidentifikasi variabel-variabel
yang sudah terjadi sebelumnya
secara bersamaan saat penelitian
Variabel Penelitian
Paritas
Paritas yang berisiko tinggi
terjadi pada paritas pertama dan lebih
dari tiga.
Beberapa penelitian
sebelumnya membuktikan bahwa ibu
dengan paritas lebih dari tiga
mempunyai risiko kematian neonatal
lebih tinggi dibanding ibu yang
berparitas
Umur Ibu
Umur reproduksi yang ideal
dan sehat bagi ibu untuk hamil dan
melahirkan adalah berkisar antara 2035 tahun. Umur ibu berpengaruh
besar terhadap perkembangan janin
dalam kandungan, hal ini disebabkan
oleh faktor fisiologis dan psikologis
ibu.
Semakin muda umur seorang
ibu semakin tinggi risiko kematian
neonatal dan begitu juga semakin tua
umur seorang ibu sewaktu hamil
semakin
tinggi
risiko
kematian
neonatal yang akan dialami, bahkan
juga berbahaya bagi keselamatan jiwa
ibu sendiri. Hal ini disebabkan beban
5
MKM Vol. 03 No. 01 Juni 2008
psikologis dan fisiologis ibu yang turut
memperbesar risiko.
Kematian Neonatal
Kematian neonatal adalah
kematian bayi lahir hidup yang terjadi
pada masa kelahiran sampai 28 hari
(bayi umur satu bulan) setelah
kelahirannya.
Kematian
neonatal
cenderung meningkat dipengaruhi
oleh berbagai faktor,
seperti
kurangnya pemanfaatan pelayanan
pemeriksaan kehamilan (Antenatal
Care), paritas pertama dan lebih dari
tiga, status gizi ibu yang kurang dan
umur ibu yang terlampau muda (<20
tahun) atau terlampau tua
(>35
tahun) pada saat kehamilan.
Selain itu juga kematian neonatal
disebabkan oleh rendahnya pendidikan ibu, adanya kelainan bawaan,
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR),
penyakit-penyakit
ibu,
jarak
kehamilan, faktor pekerjaan yang
dilakukan oleh ibu selama kehamilannya, dan sosial ekonomi keluarga.
Faktor-faktor tersebut memperbesar
risiko
kematian
neonatal
dan
sekaligus mempertinggi kematian bayi
pada masa neonatus.
Definisi Operasional dan Kriteria
Objektif
Kematian Neonatal
Kematian neonatal dalam
penelitian ini adalah kematian bayi
yang lahir hidup yang terjadi pada
saat bayi berumur nol sampai satu
bulan (28 hari) sesuai yang tercantum
dalam rekam medik/status kebidanan
dan hasil wawancara.
Kriteria Obyektif :
Ada: Jika bayi mengalami kematian
neonatal
Tidak ada: Jika bayi tidak mengalami
kematian neonatal
Pemanfaatan Pelayanan Antenatal
Pemanfaatan
pelayanan
antenatal dalam penelitian ini adalah
dimanfaat-kannya atau dilakukannya
pelayanan antenatal oleh ibu sewaktu
hamil pada petugas kesehatan di
sarana pelayanan kesehatan dan
6
mendapat-kan pelayanan KIA lengkap
berupa Pengukuran tinggi badan dan
berat badan, Pengukuran Tekanan
darah, Pengukuran Tinggi fundus,
Pembe-rian Tablet Fe, Pemberian
injeksi Tetanus Toksoid, dan asuhan
perawatan kehamilan.
Kriteria Obyektif :
Memanfaatkan: Bila menggunakan
fasilitas dan mendapatkan pelayanan
antenatal dengan jumlah kunjungan
pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali
selama masa kehamilan.
Tidak Memanfaatkan: Jika tidak
sesuai dengan kriteria di atas.
Status Gizi ibu
Status
gizi
ibu
dalam
penelitian ini adalah keadaan atau
kondisi fisik ibu selama kehamilannya
diukur secara antropometri yaitu
besar ukuran Lingkar Lengan Atas
(LILA) yang dinyatakan dengan
satuan centimeter(cm) dan sesuai
yang
tercantum
dalam
rekam
medik/status responden.
Kriteria Obyektif:
Tidak Normal / Kurang Energi Kronik
(KEK): Bila ukuran Lingkar Lengan
Atas (LILA) ibu < 23,5 cm
Normal:Bila ukuran Lingkar Lengan
Atas (LILA) ibu  23,5 cm
Hipotesis Penelitian
Ada hubungan antara paritas
dengan kematian neonatal (dengan
pengertian bahwa angka koefisien
asosiasinya (koefisien Phi) > 50%
artinya hubungannya Kuat) dan ada
hubungan antara umur ibu dengan
kematian
neonatal
(dengan
pengertian bahwa angka koefisien
asosiasinya (koefisien Phi) > 50%
artinya hubungannya Kuat).
Lokasi Penelitian
Rumah Sakit Ibu dan Anak
(RSIA) Siti Fatimah Makassar terletak
di Jalan Gunung Merapi No. 75
Makassar. RSIA ini merupakan rumah
sakit milik Pemerintah Propinsi
Sulawesi Selatan yang pelayanannya
tidak
hanya
pada
pelayanan
APLIKASI UJI KOEFISIEN ASSOSIASI PHI PADA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEJADIAN KEMATIAN NEONATAL
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
semata, akan tetapi juga telah
menerima pelayanan umum, dan
terhitung sejak tanggal 4 Februari
2002, berdasarkan SK Gubernur
Propinsi Sulawesi Selatan No.12
tahun 2002 berganti nama menjadi
Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Siti
Fatimah.
Fasilitas pelayanan di RSIA
Siti Fatimah Makassar meliputi
pelayanan medik, pelayanan non
medik, pelayanan dan keperawatan,
pelayanan pendidikan dan latihan,
pelayanan data dan pengembangan,
rujukan, dan administrasi umum dan
keluarga.
Kapasitas pelayanan di RSIA
Siti Fatimah Makassar terdiri dari 9
ruang perawatan umum dan 4 ruang
perawatan
khusus
(ruang
pemeriksaan dan pelayanan, rawat
inap, instalasi, dan ruang lain).
Jumlah tempat tidur tersedia 155
tempat tidur yang terdiri dari 6 tempat
tidur kelas utama (VIP), 14 tempat
tidur kelas I, 20 tempat tidur kelas II,
dan 76 tempat tidur kelas III, sisanya
merupakan tempat tidur pemeriksaan
dan latihan.
Ketenagaan di RSIA Siti Fatimah
Makassar terdiri dari tenaga medis,
paramedis (perawat dan bidan), non
keperawatan, dan tenaga non medis.
HASIL
Banyaknya ibu melahirkan
yang diobservasi adalah 374 orang
ibu. Setelah dilakukan pemeriksaan
kelengkapan data, pengisian format
dan kuisioner,
kunjungan,
dan
pengolahan data hanya 346 yang
berhasil ditemui dan datanya lengkap,
selebihnya tidak memenuhi syarat
oleh karena Drop Out, seperti
statusnya hilang, alamatnya tidak
lengkap dan tidak jelas, pindah
rumah,
tidak
koperatif,
dan
merupakan pasien rujukan RS
Kabupaten.
Karakteristik Umum Sampel Hasil
Penelitian
Umur Ibu
Tabel 1 meyajikan Distribusi
Kematian
Neonatal
Menurut
Kelompok Umur Ibu RSIA Siti Fatimah
Makassar Periode Januari-Desember
2001. Apabila kematian neonatal
dilihat menurut kelompok umur ibu,
maka tabel 1 memperlihatkan bahwa
kematian neonatal banyak terjadi
pada kelompok umur kurang dari 20
tahun dan lebih dari 35 tahun,
sedangkan sebaliknya pada kelompok
umur 20-35 tahun lebih sedikit.
Tabel 1 Distribusi Kematian Neonatal Menurut
Kelompok Umur Ibu di RSIA Siti Fatimah
Makassar Periode Januari-Desember 2001
Kelompok
Umur Ibu
Kematian Neonatal
Ada
Tidak Ada
n
%
n
%
Jumlah
N
%
< 20
9
33,3
18
66,7
27
100
20-35
16
5,6
269
94,4
285
100
> 35
8
23,5
26
76,5
34
100
Jumlah
33
9,5
313
90,5
346
100
Sumber : Rekam Medik
Pendidikan Ibu
Bila kematian neonatal dilihat
menurut tingkat pendidikan ibu, maka
tabel 2 menunjukkan bahwa kematian
neonatal banyak ditemukan pada ibu
yang berlatarbelakang pendidikan
rendah (tidak sekolah, SD, dan SMP)
dan pada ibu yang berpendidikan
tinggi (SMA, Akademi, dan Perguruan
Tinggi) lebih sedikit.
Pekerjaan Ibu
Jika kematian neonatal dilihat
menurut pekerjaan sehari-hari ibu,
maka tabel 3 memperlihatkan bahwa
kematian neonatal banyak dijumpai
pada ibu yang tidak memiliki
pekerjaan, sebaliknya pada ibu yang
memiliki pekerjaan jauh lebih sedikit
dan bahkan pada ibu yang bekerja
7
MKM Vol. 03 No. 01 Juni 2008
sebagai petani/nelayan tidak dijumpai
kematian neonatal.
Tabel 2 Distribusi Kematian Neonatal Menurut
Pendidikan Ibu di RSIA Siti Fatimah
Makassar Periode Januari-Desember
2001
Kematian Neonatal
Ada
Tidak Ada
Jumlah
n
%
n
%
N
%
Pendidikan
rendah
21
17,2
101
82,8
122
100
Pendidikan
Tinggi
12
5,4
212
94,6
224
100
Pendidikan
Ibu
Jumlah
33
9,5
313
90,5
346
100
Sumber : Rekam Medik
Tabel 3 Distribusi Kematian Neonatal Menurut
Pekerjaan Ibu di RSIA Siti Fatimah
Makassar Periode Januari-Desember 2001
Kematian Neonatal
Jumlah
Pekerjaan
Ibu
Ada
Tidak Bekerja/
IRT
n
%
n
%
N
%
27
13,7
170
86,3
197
100
Buruh
2
15,4
11
84,6
13
100
Petani/
Nelayan
0
0
1
100
1
100
Wiraswasta
2
2,9
66
97,1
88
100
Karyawan
Swasta
1
8,3
11
91,7
12
100
PNS
1
1,8
54
98,2
55
100
Jumlah
33
9,5
313
90,5
346
100
Tidak Ada
Sumber:Rekam Medik
Analisis Hubungan Antara Vartiabel
Dependen
dengan
Variabel
Independen
Hubungan Paritas Ibu terhadap
Kematian Neonatal
Hasil analisa statistik terhadap
Tabel 4 dengan program komputer
SPSS menunjukkan bahwa nilai p
lebih kecil dari 0,05, artinya Ho
8
ditolak, yang berarti ada hubungan
antar paritas ibu dengan kematian
neonatal, dengan keeratan hubungan
lemah.
Hubungan Umur Ibu Terhadap
Kematian Neonatal
Hasil analisa statistik terhadap
Tabel 5 dengan program komputer
SPSS menunjukkan bahwa nilai p
lebih kecil dari 0,05, artinya Ho
ditolak, yang berarti ada hubungan
antara umur ibu dengan kematian
neonatal, dan tingkat keeratan
hubungannya sedang.
PEMBAHASAN
Paritas Ibu
Seorang ibu yang terlalu
sering melahirkan mempunyai risiko
kematian
neonatal
lebih
besar
dibandingkan dengan ibu yang
melahirkan lebih sedikit. Semakin
banyak jumlah kelahiran yang dialami
seorang ibu, semakin tinggi pula risiko
untuk
mengalami
komplikasi
kehamilan, persalinan, dan nifas. Hal
ini dimungkinkan oleh karena sistem
reproduksi ibu (dinding uterus) telah
mengalami penipisan.
Berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan, diperoleh bahwa
kematian neonatal menurut paritas
(Tabel 4) paling banyak dijumpai pada
ibu dengan paritas berisiko tinggi
yakni pada paritas pertama dan lebih
dari tiga (15,1 %). Sedangkan pada
ibu yang bayinya tidak mengalami
kematian neonatal yang terbanyak
yaitu pada ibu dengan paritas dua
sampai tiga (97,4 %).
Hasil
analisa
statistik
memperlihatkan
bahwa
adanya
hubungan antara paritas ibu dengan
kematian neonatal. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa
peluang
terjadinya kematian neonatal pada ibu
yang berparitas dengan risiko tinggi (I
dan lebih dari III) lebih besar, karena
dimungkinkan adanya gangguan pada
sistem
fisiologis
reproduksinya
ataukah merupakan persalinan yang
pertama
sehingga
bayi
yang
APLIKASI UJI KOEFISIEN ASSOSIASI PHI PADA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEJADIAN KEMATIAN NEONATAL
dilahirkannya cenderung mengalami
kelainan dan gangguan dan pada
akhirnya berakhir dengan kematian
pada masa neonatus.
Hasil penelitian ini
tidak
sejalan dengan penelitian yang
dilakukan
oleh
Rachmat
dan
Setianingrum (1996) dan Firman
Gasali (2001), dimana ibu dengan
paritas > 4 (risiko tinggi ) mengalami
risiko kematian neonatal sama besar
dengan paritas < 4.
Tabel 4 Hubungan Paritas Ibu terhadap
Kematian Neonatal di RSIA Siti
Fatimah Makassar Periode JanuariDesember 2001
Kematian Neonatal
Jumlah
Ada
Tidak Ada
Paritas
Ibu
n
%
n
%
n
%
Risiko
Tinggi
29
15,1
163
Risiko
Rendah
4
2,6
150
Jumlah
33
9,5
313
Sumber : Data primer
2
X hitung = 14,07 df = 1
2
X standar = 3,84
84,9
97,4
90,5
192
100
154
100
346
100
Phi Value = 0,21
p = 0,00
Umur ibu
Umur seseorang ibu berkaitan
erat dengan alat-alat reproduksi
wanita. Umur reproduksi yang sehat
dan aman adalah umur 20-35 tahun.
Kehamilan di usia muda (<20 tahun)
secara
biologis
belum
optimal
perkembangan
alat-alat
reproduksinya, emosinya cenderung
labil, mentalnya belum matang
sehingga
mudah
mengalami
keguncangan dan stres. Kehamilan
pada usia lebih dari 35 tahun dapat
menimbulkan masalah seperti BBLR,
kematian
neonatal,
kematian
perinatal, dan bahkan kelahiran cacat.
Hal ini dikaitakan dengan penurunan
dan kemunduran fisiologis reproduksi
dan serangan berbagai penyakit yang
sering menimpa wanita di usia ini.
Tabel 5 Hubungan Umur Ibu terhadap Kematian
Neonatal di RSIA Siti Fatimah Makassar
Periode Januari-Desember 2001
Kematian Neonatal
Jumlah
Ada
Tidak Ada
Umur
Ibu
n
%
n
%
n
%
Risiko
17
27,9
44 72,1
61
100
Tinggi
Risiko
16
5,6
269 94,4
285
100
Rendah
Jumlah
33
9,5
313 90,5
346
100
Sumber : Data primer
2
X hitung = 26,32
df = 1
Phi Value = 0,28
2
X standar = 3,84
p = 0,00
Hasil
penelitian
yang
dilaksanakan di RSIA Siti Fatimah
Makassar
menunjukkan
bahwa
kematian neonatal banyak dijumpai
terjadi pada ibu yang berumur < 20
tahun dan > 35 tahun (risiko tinggi)
yakni 27,9 %, sedangkan pada ibu
yang bayinya tidak mengalami
kematian neonatal banyak terjadi
pada ibu yang berumur diantara 20-35
tahun (94,4 %).
Hasil
analisa
statistik
menunjukkan bahwa ada hubungan
antara umur ibu dengan kematian
neonatal. Artinya kematian neonatal
dipengaruhi oleh umur ibu. Hasil
penelitian ini tidak sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Firman
Gasali (2001), yang mengatakan
bahwa risiko kematian neonatal di dua
kelompok umur tersebut sama besar.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Dari hasil pengolahan dan
analisa data serta aplikasi uji
kemaknaan (koefisien asosiasi Phi)
pada beberapa variabel kematian
neonatal terhadap kematian neonatal,
maka dapat disimpulkan bahwa
paritas
berhubungan
dengan
kematian neonatal, artinya bahwa ibu
dengan paritas berisiko tinggi (Paritas
pertama atau lebih dari tiga) lebih
banyak mengalami kematian neonatal
dibandingkan ibu pada paritas kedua
sampai ketiga dan umur ibu
berhubungan
dengan
kematian
9
MKM Vol. 03 No. 01 Juni 2008
neonatal, artinya bahwa kematian
neonatal lebih banyak dijumpai dapat
terjadi pada ibu yang berumur < 20
tahun dan > 35 tahun dibandingakn
pada ibu yang berumur 20-35 tahun.
Saran
Perlunya
penyebarluasan
informasi dan motivasi yang besar
terhadap kesehatan reproduksi untuk
ibu hamil dan keluarganya, agar
memperhatikan
kesehatan
reproduksinya sebelum, selama dan
setelah kehamilannya. Dan juga bagi
remaja
putri,
agar
dapat
mempersiapkankan diri mengahadapi
kehamilan dan segala risikonya. Hal
yang lainnya adalah penelitian ini
hanya membatasi pada beberapa
variabel saja, untuk itu perlu
dilakukan
penelitian
dengan
menggunakan variabel lain yang lebih
berpengaruh
terhadap
kematian
neonatal dengan metode penelitian
yang lain. Penelitian ini terbatas pada
lingkup sarana/institusi pelayanan
kesehatan saja, untuk itu perlu
dilakukan
penelitian pada lingkup
yang lebih luas (Wilayah Kecamatan
dan
Kabupaten/Kota),
sehingga
angka
kematian
neonatal
perwilayahnya dapat diketahui untuk
kepentingan pembangunan kesehatan
utamanya KIA.
DAFTAR PUSTAKA
BPS
Prop.Sulsel.
Indikator
Kesejahteraan Rakyat. BPS Propinsi
Sulsel. Makassar. 1999
_________.
Status Sosial
dan
Ekonomi Rumah Tangga Sulawesi
Selatan.
BPS
Propinsi
Sulsel.
Makassar. 2000
Budiarso, Ratna L., Pelayanan
Kesehatan Ibu Hamil dan Bersalin:
SDKI 1991,1994, dan 1997. Buletin
Penelitian Kesehatan Vol.26.No.4.
1999
Dinkes
Kota
Makassar.
Profil
Kesehatan Kota Makassar Propinsi
10
Sulsel Tahun 2000.
Makassar. 2000
Dinkes Kota
_________.Propeda
Bidang
Kesehatan Propinsi Sulsel Tahun
2001-2005.
Dinkes
Prop.Sulsel.Makassar. 2000
Farida, Berti. Upaya Kesehatan Dini
Bagi Kelangsungan Hidup Anak.
Warta Pusdakes No.6 Tahun II.
Jakarta. 1998.
Hassard,
Thomas.Understanding
Biostatistic. United State of America.
Mosby Year Book,Inc. America. 1991
Majalah Kesehatan Perkotaan IV.
No.2 tahun 1997. Pemanfaatan
Pelayanan Antenatal. Faktor yang
Mempengaruhi
dan
Hubungan
dengan BBLR. Jakarta. 1997
McDonald,
et
al,.
Pengantar
Kependudukan.
Gadjah
Mada
University Press. Yogyakarta. 1990
Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi
Penelitian Kesehatan. PT. Rineka
Cipta. Jakarta. 1993
Pujiadi,S. Ilmu Gizi Klinik Pada Anak.
Majalah Kedokteran Indonesia, No.5.
Vol. 47. Jakarta. 1997
Racmat,E.S, dan Setianingrum,S.W.,
Kasus Lahir Mati dan Kematian
Neonatal:Studi Prospektif tentang
Faktor Risiko dan Insidennya di
Petarukan
Pemalang,
Majalah
Kedokteran Indonesia Volume 46
No.12.Desember 1996
Depkes, RI. Pedoman Pelayanan
Antenatal di Tingkat Pelayanan
Dasar. Depkes RI. Jakarta. 1994
_________.
Kumpulan
Indikator
Kesehatan Arti dan Manfaatnya.
Depkes RI. Jakarta. 1998
Sastroasmoro, Sudigdo dan Ismail,
Sofyan.
Dasar-dasar
Metodologi
APLIKASI UJI KOEFISIEN ASSOSIASI PHI PADA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEJADIAN KEMATIAN NEONATAL
Penelitian Klinis. PT.
Aksara. Jakarta. 1995
Somantri,
Sambas.
Pelayanan
Sulsel.
Universitas
1993
Binarupa
Ating.,
Ali
Muhidin,
2006. Seweng, Arifin.
Antenatal di Kab. Barru
Lembaga
Penelitian
Hasanuddin. Makassar.
Siegel,Sidney.
Statistik
Non
Parametrik Untuk Ilmu-Ilmu Sosial.
PT. Gramedia Pustaka Jakarta. 1997
Tambunan.
Gizi
Optimal
pada
Kehamilan.
Majalah
Kesehatan
Masyarakat Indonesia. No.8. Vol.24.
Jakarta. 1996
Utomo,
Budi
dalam
Masri
Singarimbun.
Kematian Bayi dan
Anak di Indonesia. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta. 1992
Wiknojosastro,H. Bayi dengan BBLR,
dalam Buku Ilmu Kebidanan. Yayasan
Bina Pustaka, Jakarta. 1991
11
Download