1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin majunya zaman maka semakin meningkat pula pola fikir masyarakat dan makin meningkat kesibukan masyarakat sehingga membuat masyarakat memilih segala sesuatu yang instan dan cepat misalnya dengan cara memilih makanan yang cepat saji yang sarat dengan lemak dan kolesterol tapi rendah serat dan tidak di ketahui tingkat gizi dari makanan tersebut. Seiring berkembangnya zaman gaya hidup selalu menjadi kambing hitam berbagai penyakit yang menyerang usia produktif seperti jantung, darah tinggi, diabetes, stroke dan masih banyak lagi penyakit yang dapat menyerang usia produktif dikarekan gaya hidup yang tidak baik. Salah satu yang paling sering menyerang usia produktif adalahlah stroke. Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak karena kulminasi penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun (Rizkiyani, 2010). Stroke adalah serangan otak yang timbul secara mendadak dimana terjadi gangguan fungsi otak sebagian atau menyeluruh sebagai akibat dari gangguan aliran darah oleh karena sumbatan atau pecahnya pembuluh darah tertentu diotak, sehingga menyebabkan sel-sel otak kekurangan darah, oksigen atau zat- zat makanan dan akhirnya dapat terjadi kematian sel-sel tersebut dalam waktu relatif singka (Dourman, 2013). Banyak sebenarnya penyebab faktor yang memengaruhi kejadian stroke diantaranya umur, jenis kelamin, keturunan, ras, hipertensi, hiperkolesterolemia, diabetes melitus, merokok, aterosklerosis, penyakit jantung, 2 obesitas, konsumsi alkohol, stres, kondisi sosial ekonomi yang mendukung, diet yang tidak baik, aktivitas fisik yang kurang dan penggunaan obat anti hamil. Gejala serangan stroke bergantung pada wilayah otak mana yang mengalami sumbatan atau pecah pembuluh darah (Waluyo, 2009). Pada stroke yang umum terjadi, muncul gejala gangguan pergerakan anggota gerak sesisi tubuh, seperti diawali dengan kesemutan, rasa kebas, lemah sesisi tubuh dan gerakan mulai tidak tangkas, menjadi kagok waktu menyisir rambut, memasukkan kaki ke sandal jepit, atau tulisan makin buruk. Mungkin ada gangguan pancaindra, penglihatan kabur, pendengaran terganggu, atau jalan terhuyung (Mahendra & Rachmawati, 2005). Data WHO tahun 2004 diperkirakan 15 juta orang tersebar di seluruh dunia menderita stroke, dimana kurang lebih 5 juta orang meninggal dan 5 juta orang mengalami cacat permanen. Data menunjukan hampir empat juta orang di Amerika menderita dan mereka hidup dengan mengalami gejala sisa akibatnya.Diperkirakan setiap 3 menit 1 orang meninggal oleh karena penyakit tersebut (Pambudi, 2008). Menurut WHO stroke merupakan pembunuh nomor 3 setelah penyakit jantung dan kanker (Waluyo, 2009). Kasus stroke meningkat di negara maju seperti Amerika dimana kegemukan dan junk food telah mewabah. Data statistik di Amerika, setiap tahun terjadi 750.000 kasus stroke baru di Amerika. Data tersebut menunjukan bahwa setiap 45 menit, ada satu orang di Amerika yang terkena serangan stroke (Pambudi, 2008). Dan di Amerika Serikat, stroke merupakan salah satu dari tiga besar (selain jantung dan kanker) penyebab kematian (Waluyo, 2009). 3 Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 berhasil mendata kasus stroke di wilayah perkotaan di 33 provinsi dan 497 kabupaten/kota. Prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar 7,0 per mil dan yang berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan atau gejala sebesar 12,1 per mil. Jadi, sebanyak 57,9 persen penyakit stroke telah terdiagnosis oleh nakes. Prevalensi penyakit jantung koroner, gagal jantung, dan stroke terlihat meningkat seiring peningkatan umur responden. Prevalensi stroke sama banyak pada lakilaki dan perempuan (Riset Kesehatan Dasar, 2013). Data yang dirilis oleh Yayasan Stroke Indonesia menyatakan bahwa kasus stroke di Indonesia menunjukkan kecenderungan terus meningkat dari tahun ke tahun. Setelah tahun 2000 kasus stroke yang terdeteksi terus melonjak. Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 penduduk terkena serangan stroke, sekitar 2,5 % atau 125.000 orang meninggal, dan sisanya cacat ringan maupun berat. Secara umum, dapat dikatakan angka kejadian stroke adalah 200 per 100.000 penduduk. Kejadian stroke iskemik sekitar 80% dari seluruh total kasus stroke, sedangkan kejadian stroke hemoragik hanya sekitar 20% dari seluruh total kasus stroke. Jumlah yang disebabkan oleh stroke menduduki urutan kedua pada usia diatas 60 tahun dan urutan kelima pada usia 15-59 tahun (Yayasan Stroke Indonesia, 2012). Di Provinsi Gorontalo, kasus stroke pada tahun 2013 tercatat berjumlah 583 orang, jumlah kematian tercatat sebanyak 282 orang (Dikes Provinsi Gorontalo, 2013). Di RSUD. Prof. Dr. H. Aloe Saboe berdasarkan data 4 dari medical record jumlah penderita stroke 3 tahun terakhir (2011, 2012, 2013) sebanyak 1.574 orang. (Medikal Record RSUD. Prof. Dr. H. Aloe Saboe, 2013) Stroke menyerang siapapun tidak kenal tua atau muda, lelaki maupun perempuan, kalangan atas atau bawah, kulit putih maupun berwarna. Tetapi umumnya stroke menyerang mereka yang berusia di atas 40 tahun. Memang makin tinggi usia, makin rentan kena serangan stroke. United State National Stroke Association menyatakan bahwa pada usia 55 tahun makin rentan kena serangan stroke (Waluyo, 2009). Kelumpuhan adalah cacat paling umum dialami oleh penderita stroke. Stroke umumnya ditandai dengan cacat pada salah satu sisi tubuh (hemiplegia), jika dampaknya tidak terlalu parah hanya menyebababkan anggota tubuh tersebut menjadi tidak bertenaga atau dalam bahasa medis disebut hemiparesis. Kelumpuhan dapat terjadi diberbagai bagia tubuh, mulai dari wajah, tangan, kaki, lidah, dan tenggorokan (Lingga, 2013). Perubahan dalam hidup yang mendadak membuat penderita stroke menunjukan beberapa reaksi psikologis yang negatif diantaranya adalah merasa tidak berguna, kecemasan yang meningkat dan depresi. Selain perubahan tersebut jika penderita stroke telah mengalami komplikasi maka akan menambah kecemasan pada penderita. Pasien yang menderita stroke akan banyak mengalami kecemasan, kecemasan terjadi sebagai akibat dari ancaman terhadap harga diri yang sangat mendasar bagi pasien yang menderita stroke (Sulistiyawati, 2005). Terlebih 5 karena stroke merupakan masalah serius karena dapat menyebabkan kematian, kecacatan dan biaya yang dikeluarkan sangat besar (Sarkamo, 2008). Kecemasan adalah sesuatu yang menimpa hampir setiap orang pada waktu tertentu dalam kehidupanya. Cemas disebabkan oleh karena krisis situasi, tidak terpenuhinya kebutuhan, perasaan tidak berdaya dan kurang kontrol pada situasi kehidupan. Cemas bisa terjadi pada siapa saja baik orang sehat atau orang sakit. Bagi orang sakit kecemasan akan meningkat, terlebih jika yang bersangkutan didiagnosa menderita penyakit terminal seperti stroke yang dipandang oleh masyarakat sebagai penyakit penyebab kematian (Pambudi, 2008) Menurut Batara (2010) perasaan cemas dapat mempengaruhi kesehatan salah satunya pengaruh rasa cemas terhadap jantung dalam pembuluh darah. Dan Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Stroke mengungkap bahwa sering mengalami kecemasan bisa meningkatkan risiko stroke. Semakin tinggi tingkat kecemasan yang dialami, maka semakin tinggi pula risiko stroke yang dihadapi (Indriani, 2013). Menurut Trismiati (2004) kecemasan yang terjadi dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang antara lain faktor pengalaman, pendidikan, potensi stressor, usia, keadaan fisik, gender, dukungan keluarga, status ekonomi dan kondisi lingkungan. Faktor tersebut diatas sangat menarik untuk dikaji lebih lanjut sejauh mana kecemasan dihubungkan dengan faktor-faktor diatas tetapi dalam hal ini penulis hanya akan meneliti pada faktor pendidikan, usia, jenis kelamin, dukungan keluarga dan status ekonomi. 6 Menurut Oktariani (2007) Individu dengan konsep diri yang positif atau harga diri tinggi menjadi lebih baik dan mampu mengembangkan dan memelihara hubungan antar sesama individu lainnya, hal tersebut dikarenakan pengetahuan yang memadai dari responden untuk mengembangkan dirinya. Dimana, pengetahuan itu bisa di dapatkan dari pendidikan. Usia merupakan salah satu faktor internal yang berkontribusi terhadap timbulnya kecemasan. Bahkan ada yang berpendapat bahwa faktor usia muda lebih mudah mengalami cemas daripada usia tua, tetapi ada juga yang berpendapat sebaliknya (Kaplan & Sadock, 1997). Sedangkan gender/jenis kelamin Trismiati (2004) mengatakan bahwa perempuan lebih cemas akan ketidakmampuannya dibanding dengan laki-laki. Dukungan keluarga merupakan peranan yang sangat penting dalam perawatan pasien stroke. Perhatian dan kasih sayang dari orang terdekat merupakan obat alami yang akan menumbuhkan semangat dalam diri pasien stroke, sehingga dapat menikmati kehidupan selanjutnya (Rizkiyani, 2010). Dalam penelitian Maryaningtyas (2005), bahwa faktor ekonomi adalah salah satu faktor yang dapat berkontribusi terhadap timbulnya kecemasan. Berdasarkan studi awal yang dilakukan peneliti kepada 6 pasien stroke di ruang Neuro RSUD. Prof. Dr. H. Aloe Saboe Gorontalo, sebanyak 4 diantaranya mengatakan bahwa mereka merasa cemas dengan penyakit yang diderita, cemas disebabkan karena berbagai macam faktor seperti keadaan fisik, dukungan keluarga yang tidak maksimal, perawatan yang mahal, serta kondisi lingkungan. 7 Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk meneliti tentang “Faktor yang Berhubungan dengan Kecemasan Pasien Stroke di RSUD. Prof. Dr. H. Aloe Saboe Gorontalo”. 1.2 Identifikasi Masalah 1) Dari hasil rikesdas sebanyak 57,9 persen penyakit stroke telah terdiagnosis oleh nakes. Dan berdasarkan data yang dirilis oleh Yayasan Stroke Indonesia mennyatakan bahwa kasus stroke di Indonesia menunjukkan kecenderungan terus meningkat dari tahun ke tahun. Setelah tahun 2000 kasus stroke yang terdeteksi terus melonjak. Berdasarkan data medikal record RSUD. Prof. Dr. H. Aloe Saboe Gorontalo pada tahun 2011 penderita stroke berjumlah 580 orang, tahun 2012 penderita stroke berjumlah 594, sedangakan tahun 2013 penderita stroke berjumlah 407 orang. 2) Dan Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Stroke mengungkap bahwa sering mengalami kecemasan bisa meningkatkan risiko stroke. Semakin tinggi tingkat kecemasan yang dialami, maka semakin tinggi pula risiko stroke yang dihadapi (Indriani, 2013). 3) Menurut Trismiati (2004) kecemasan yang terjadi dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang antara lain faktor pengalaman, pendidikan, potensi stressor, usia, keadaan fisik, gender, dukungan keluarga, status ekonomi dan kondisi lingkungan. 8 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah tersebut diatas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: ”Apakah Faktor yang Berhubungan dengan Kecemasan Pasien Stroke di RSUD. Prof. Dr. H. Aloe Saboe Gorontalo?” 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Mengetahui Faktor yang Berhubungan dengan Kecemasan Pasien Stroke di RSUD. Prof. Dr. H. Aloe Saboe Gorontalo. 1.4.2 Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi faktor pendidikan, usia, jenis kelamin, status ekonomi dan dukungan keluarga dan kecemasan pasien stroke di RSUD. Prof. Dr. H. Aloe Saboe Gorontalo 2. Menganalisi hubungan pendidikan dengan kecemasan pasien stroke di RSUD. Prof. Dr. H. Aloe Saboe Gorontalo. 3. Menganalisi hubungan usia dengan kecemasan pasien stroke di RSUD. Prof. Dr. H. Aloe Saboe Gorontalo. 4. Menganalisi hubungan jenis kelamin dengan kecemasan pasien stroke di RSUD. Prof. Dr. H. Aloe Saboe Gorontalo. 5. Menganalisi hubungan status ekonomi dengan kecemasan pasien stroke di RSUD. Prof. Dr. H. Aloe Saboe Gorontalo. 6. Menganalisi hubungan dukungan keluarga dengan kecemasan pasien stroke di RSUD. Prof. Dr. H. Aloe Saboe Gorontalo. 9 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis Bagi dunia keperawatan, hasil penelitian ini dapat memperkaya khasana ilmu pengetahuan tentang faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan Pasien Stroke. 1.5.2 Manfaat Praktis 1. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam tindakan keperawatan terutama faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan pasien stroke. 2. Bagi Pasien dan Keluarga Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan sangat bermanfaat bagi pasien dan keluarga. Dan sebagai sarana untuk mengidentifikasi faktor yang berhubungan tingkat kecemasan pasien stroke. 3. Bagi rumah sakit Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan untuk mencegah dan mengatasi kecemasan yang di derita para pasien stroke sehingga tidak terjadi komplikasi. Dan memberikan masukan untuk perencanaan dan pengembangan pelayanan dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami stroke, terutama dalam pemenuhan pencegahan kecemasan klien selama dirawat di rumah sakit.