BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Audit Dalam kegiatan audit terdapat proses perbandingan antara kondisi dan kriteria. Kondisi adalah kenyataan yang ada atau keadaan sebenarnya yang melekat pada objek yang diaudit, sedangkan kriteria adalah bahan pembanding, tolak ukur, atau hal-hal yang sebenarnya dikerjakan ataupun juga hal-hal yang seharusnya melekat pada objek yang diaudit. Pada dasarnya audit bertujuan untuk menilai apakah pelaksanaan dari suatu kegiatan sudah sesuai dengan yang telah ditetapkan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa audit merupakan suatu proses membandingkan antara kenyataan yang ada dengan yang seharusnya ada. 2.1.1 Pengertian Auditing Secara umum auditing artinya memeriksa. Auditing memberikan nilai tambah bagi laporan keuangan. Ditinjau dari profesi akuntan publik, auditing adalah pemeriksaan (examination) secara objektif atas laporan keuangan suatu perusahaan atau organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan disajikan dengan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan atau organisasi tersebut. Berikut ini beberapa ahli mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian auditing. Pengertian auditing menurut Arens, dkk., yang diterjemahkan oleh Tim Dejacarta, dalam bukunya “Auditing: Auditing dan Pelayanan Verifikasi” (2008;15) pengertian auditing adalah: “Auditing adalah pengumpulan serta pengevaluasian bukti-bukti atas informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian informasi tersebut dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Auditing harus dilaksanakan oleh seseorang yang kompeten dan independen.” 5 6 Sedangkan menurut Sukrisno Agoes dalam bukunya “Auditing: (Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor Akuntan Publik” (2004;3) pengertian auditing adalah: “Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.” Sementara itu pengertian Auditing menurut Mulyadi dalam bukunya “Auditing” (2002;9) adalah sebagai berikut: “Secara umum auditing adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.” Dari definisi yang telah diungkapkan diatas, secara umum dapat disimpulkan unsur-unsur penting, yaitu: 1. Pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti 2. Proses yang sistematik 3. Bersifat objektif dan independen 4. Berhubungan dengan kegiatan dan kejadian ekonomi 5. Penyampaian hasil laporan kepada pihak yang berkepentingan. 2.1.2 Jenis-jenis Audit Menurut Sukrisno Agoes dalam bukunya “Auditing: (Pemeriksaan Akuntan) oleh kantor Akuntan Publik” Jilid 1, jenis audit dapat ditinjau dari dua sudut, yaitu: 1. Ditinjau dari sudut luas pemeriksaan, audit dibedakan atas: 1) General Audit (Pemeriksaan umum) General Audit adalah suatu pemeriksaan umum atas laporan keuangan yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) 7 independen dengan tujuan untuk bisa memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan. 2) Special Audit (Pemeriksaan Khusus) Special Audit adalah sutu pemeriksaan terbatas (sesuai permintaan auditee) yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) yang independen, dan pada akhir pemeriksaannya auditor tidak perlu memberikan pendapat terhadap kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan. 2. Ditinjau dari sudut jenis pemeriksaan, audit dibedakan atas: 1) Manajemen Audit (Audit Operasional) Manajemen Audit adalah suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu pemeriksaan, termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditentukan oleh manajemen, untuk mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut sudah dilakukan secara efektif, efisien, dan ekonomis. Tujuan audit operasional adalah untuk: a. Mengevaluasi kinerja b. Mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan c. Membuat rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut. 2) Compliance Audit (Pemeriksaan Ketaatan/Audit Kepatuhan) Compliance Audit adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan klien sudah menaati peraturanperaturan dari kebijakan-kebijakan yang berlaku atau sudah mengikuti prosedur-prosedur baik yang telah ditetapkan oleh pihak internal perusahaan maupun pihak eksternal. 8 3) Financial Statement Audit (Audit Laporan Keuangan) Financial Statement Audit adalah audit yang dilakukan oleh auditor independen untuk menentukan apakah laporan keuangan secara keseluruhan telah disajikan sesuai Standar Akuntansi Keuangan (SAK). 2.1.3 Jenis-jenis Auditor Menurut Mulyadi dalam bukunya “Auditing”, auditor yang melaksanakan pemeriksaan dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok, yaitu: 1. Auditor Independen Auditor Independen adalah auditor professional yang menyediakan jasanya kepada masyarakat umum terutama dalam bidang audit atas laporan keuangan yang dibuat oleh kliennya. Audit tersebut terutama digunakan untuk memenuhi kebutuhan para pemakai laporan keuangan seperti kreditur, investor, calon kreditur, calon investor, dan instansi pemerintah. 2. Auditor Internal Auditor Internal adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan perusahaan, menentukan efisiensi dan efektivitas prosedur kegiatan perusahaan, serta menentukan keadaan informasi yang dihasilkan berbagai bagian perusahaan. 3. Auditor Pemerintah Auditor pemerintah adalah auditor professional yang bekerja di instansi pemerintah yang tugas pokoknya melakukan audit atas pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh unit-unit organisasi pemerintahan. 9 Auditing External auditing Internal Auditing Government Auditing Dilaksanakan oleh auditor independen atas dasar kontrak kerja Dilaksanakan oleh audit internal sebagai karyawan organisasi Dilaksanakan oleh auditor pemerintah sebagai karyawan pemerintah Mencakup berbagai tipe audit, terutama audit laporan keuangan Mencakup audit kepatuhan dan audit operasional Mencakup audit laporan keuangan, audit kepatuhan, dan audit operasional. Gambar 2.1 Jenis-jenis Auditor Sumber: Mulyadi dalam bukunya “Auditing” (2002;28) 2.2 Audit Internal 2.2.1 Pengertian Audit Internal Dengan berkembanganya era globalisasi dan makin pesatnya persaingan pasar dewasa ini, menjadikan banyaknya perusahaan yang baru bermunculan, dengan upaya mencari keuntungan dan untuk memenuhi kebutuhan seluruh masyarakat, maka dari itu setiap perusahaan setiap perusahaan harus berusaha meningkatkan daya saingnya secara berkelanjutan. Salah satu cara yang ditempuh 10 adalah meningkatkan efisiensi dan efektivitas dari kegiatan usahanya. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dari kegiatan usahanya, suatu perusahaan sangat memerlukan adanya internal audit yang efektif atau pemeriksaan yang bersifat independen. Istilah audit internal didalam akuntansi mempunyai arti yang sangat penting, menurut Hiro Tugiman dalam bukunya “Standar Profesional Internal Audit” (2005;11), pengertian audit internal adalah sebagai berikut: “Audit internal atau pemeriksaan intern adalah suatu fungsi penilaian yang independen dalam suatu organisasi untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan organisasi yang dilaksanakan.” Pengertian audit internal menurut Amin Widjaja Tunggal dalam bukunya “Internal Auditing” (2005;3), adalah: “Audit internal adalah pekerjaan penilaian yang bebas (Independent) dalam suatu organisasi untuk meninjau kegiatankegiatan perusahaan guna memenuhi kebutuhan pimpinan.” Sedangkan menurut Lawrence B. Sawyer, dkk yang dialihbahasakan oleh Desi Adharini dalam bukunya “Audit Internal Sawyer” (2005;10), pengertian audit internal adalah sebagai berikut: “Audit internal adalah sebuah penilaian secara sistematis dan objektif yang dilakukan oleh auditor internal terhadap operasi dan control yang berbeda-beda dalam organisasi untuk menentukan apakah (1) informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan; (2) risiko yang dihapi perusahaan telah diidentifikasi dan diminimalisasi; (3) peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang bisa diterima telah diikuti; (4) kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi; (5) sumber daya telah digunakan secara efisien dan ekonomis; dan (6) tujuan organisasi telah dicapai secara efektif semua dilakukan dengan tujuan untuk dikonsultasikan dengan manajemen dan membantu anggota organisasi dalam menjalankan tanggung jawabnya secara efektif.” 11 Dari ketiga pengertian diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa audit internal adalah kegiatan penilaian yang tidak terikat (independen) dalam suatu organisasi atau perusahaan dan kegiatan dari audit internal ini adalah menilai pekerjaan, operasi atas program untuk menilai apakah hasil yang dicapai telah sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, dan apakah pekerjaan, operasi atau program tersebut telah dilaksanakan sesuai dengan rencana dengan tujuan menjalankan tanggung jawabnya secara efektif guna memenuhi kebutuhan pimpinan. Pimpinan perusahaan akan mengambil langkah-langkah yang positif untuk menyatakan hal yang menyimpang dari laporan keuangan, prosedur, peran-peran serta kebijakan yang telah ditetapkan oleh pimpinan berdasarkan atas laporan yang diberikan dari bagian audit internal. 2.2.2 Fungsi Audit Internal Konsorsium organisasi profesi Audit internal dalam bukunya “Standar Organisasi Profesi Audit Internal” (2004;12), mengemukakan fungsi audit internal, yaitu: “Fungsi audit internal adalah membantu organisasi dalam memelihara pengendalian intern yang efektif dengan cara mengevaluasi kecukupan, efisiensi, dan efektivitas pengendalian tersebut serta mendorong peningkatan pengendalian tersebut serta mendorong peningkatan pengendalian intern secara berkesinambungan.” 2.2.3 Tanggung Jawab Audit Internal Menurut Mulyadi dalam bukunya “Auditing”(2002;29), mengemukakan tanggung jawab audit internal, yaitu: “Menelaah dan menilai kewajaran, kesesuaian, efektivitas, dan aplikasi yang tepat dari pengendalian akuntansi, keuangan, dan operasi yang lain. Menentukan sejauh mana kesesuaian dengan pengendalian dan kebijakan, rencana, dan prosedur lain yang ditetapkan. Menentukan sejauh mana aktiva perusahaan dapat dipertanggung jawab dan diamankan dari kehilangan dalam segala bentuk. Menentukan keandalan dari keuangan manajemen yang dikembangkan dalam organisasi. Menerbitkan laporan kepada 12 tingkat manajemen yang tepat yang menyatakan kesimpulan dan rekomendasi.” Audit internal digunakan untuk memelihara pengendalian intern yang efektif serta mendorong peningkatan pengendalian intern organisasi dalam melaksanakan tanggung jawabnya agar tujuan organisasi dapat tercapai dengan baik dan sesuai yang diharapkan. 2.2.4 Tujuan Audit Internal Menurut Institute of internal Auditor yang diterjemahkan oleh Hiro Tugiman (2005;11), dalam bukunya “Standar Profesional Audit Internal” tujuan internal audit adalah sebagai berikut: “Tujuan internal audit atau pemeriksaan intern adalah membantu semua anggota organisasi agar dapat melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif. Untuk itu, pemeriksaan internal akan melakukan analisa, penilaian, dan mengajukan saran-saran, tujuan pemeriksaan mencakup pula pengawasan pengembangan yang efektif dengan biaya-biaya yang wajar.” 2.2.5 Ruang Lingkup Audit Internal Menurut Guy, dkk,. yang dialih bahasakan oleh Paul A. Rajoe dalam bukunya “Auditing” (2004;410), menyatakan bahwa ruang lingkup audit internal adalah sebagai berikut: 1. Menelaah keandalan (Reliabilitas dan Integritas) informasi keuangan dan operasi serta perangkat yang digunakan untuk mendeteksi, mengukur, mengklasifikasi, dan melaporkan informasi tersebut. 2. Mereview berbagai sistem yang telah ditetapkan untuk memastikan kesesuaiannya dengan berbagai kebijaksanaan, rencana, prosedur, hokum, dan peraturan yang dapat berakibat penting terhadap kegiatan organisasi, serta harus menentukan apakah organisasi telah mencapai kesesuaian dengan hal-hal tersebut. 3. Mereview berbagai cara yang digunakan untuk melindungi harta dan, bila dipandang perlu, memverifikasi keberadaan harta-harta tersebut. 4. Menilai keekonomisan dan keefisienan penggunaan berbagai sumberdaya. 5. Mereview berbagai operasi atau program untuk menilai apakah hasilnya akan konsisten dengan tujuan dan sasaran yang telah 13 ditetapkan dan apakah kegiatan atau program tersebut dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan. Ruang lingkup kegiatan audit internal mencakup bidang yang sangat luas dan komplek, meliputi seluruh tingkatan manajemen baik yang sifatnya administratif maupun operasional. Hal tersebut sesuai dengan komitmen bahwa fungsi audit internal adalah membantu manajemen dalam mengawasi jalannya roda organisasi. Namun demikian audit internal bukan bertindak sebagai matamata, tetapi merupakan mitra yang siap membantu dalam memecahkan setiap permasalahan yang dihadapi. Maka dapat disimpulkan bahwa tujuan audit internal adalah memberikan pelayanan kepada organisasi untuk membantu semua anggota organisasi tersebut. bantuan yang diberikan sebagai tujuan akhir semua organisasi dapat melakukan tanggungjawab yang diberikan dan dibebankan kepadanya secara efektif. Audit internal membantu manajemen dalam mencari berbagai kemungkinan yang paling baik dalam penggunaan sumber modal secara efisien dan efektif, termasuk efektifitas pengendalian dalam biaya yang wajar. Semua bantuan audit internal dapat diberikan melalui analisis-analisis, penilaian, saran-saran, bimbingan, dan informasi tentang aktivitas yang diperiksa. 2.2.6 Aktivitas Audit Internal Aktivitas audit internal yang efektif menurut Amin Widjaja Tunggal dalam bukunya “Internal Auditing” (2005;5), menyatakan bahwa aktivitas audit intern adalah sebagai berikut: “Organisasi audit internal yang independen dan dibawah pimpinan tertinggi, pendelegasian wewenang secara memadai dari manajemen serta memungkinkan auditor untuk memantau tindak lanjut hasil audit, dukungan yang efektif dan terus menerus dari manajemen, staf yang mampu, yang dapat mengikuti cara berpikir manajemen dan dapat berkomunikasi secara efektif dengan orang lain.” 14 2.2.7 Perbedaan Audit Internal dan Audit Eksternal Menurut Sukrisno Agoes dalam bukunya “Auditing: (Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor Akuntan publik”, terdapat perbedaan antara internal audit dengan eksternal audit, yaitu: Tabel 2.1 Perbedaan Audit Internal dan Audit Eksternal INTERNAL AUDIT EKSTERNAL AUDIT 1. Dilakukan oleh internal auditor yang 1. Dilakukan oleh merupakan orang dalam perusahaan (Kantor Akuntan (pegawai perusahaan). merupakan orang luar perusahaan. 2. Pihak luar perusahaan menganggap internal auditor tidak independen external auditor Publik) yang 2. External Auditor adalah pihak yang independen. (inappeareance) 3. Tujuan pemeriksaannya adalah untuk membantu manajemen (top 3. Tujuan pemeriksaannya adalah untuk dapat memberikan pendapat management, middle management mengenai dan keuangan yang telah disusun oleh lower management) dalam melaksanakan tanggung jawabnya dengan memberikan penilaian, saran mengenai kewajaran laporan manajemen perusahaan. analisa, dan komentar kegiatan yang diperiksanya. 4. Laporan internal auditor tidak berisi 4. Laporan external auditor berisi opini opini mengenai kewajaran laporan mengenai kewajaran laporan keuangan, keuangan, selain berupa pemeriksaan mengenai kecurangan kelemahan tetapi berupa (audit temuan findings) penyimpangan yang dan ditemukan, pengendalian intern, beserta saran-saran perbaikannya. management letter, itu yang berisi pemberitahuan kepada manajemen mengenai kelemahan-kelemahan dalam pengendalian intern beserta saran-saran perbaikannya. 15 5. Pelaksanaan pemeriksaan 5. Pelaksanaan berpedoman pada Internal Audit berpedoman Standards oleh Profesional Akuntan Publik yang Institute of Internal Auditors, atau ditetapkan ikatan Akuntan Indonesia. yang ditentukan Norma Pemeriksaan Intern pemeriksaan pada Satandar yang ditentukan BPKP atau BPK dan norma pemeriksaan satuan pengawasan intern BUMN/BUMD oleh SPI (Ikatan Akuntan Indonesia belum meyusun Standar Pemeriksaan Interen). 6. Pemeriksaan intern dilakukan lebih 6. Pemeriksaan extern dilakukan secara rinci dan memakan waktu sepanjang sampling, karena waktu yang terbatas tahun, dan akan terlalu tinggi audit fee jika karena internal auditor mempunyai waktu yang lebih banyak pemriksaan dilakukan secara rinci. di perusahaannya. 7. Pimpinan pemerikasaan (penanggung intern jawab) 7. Pemeriksaan extern dipimpin oleh harus (penanggung jaabnya adalah) seorang tidak seorang registered accountant. akuntan public yang terdaftar dan mempunyai nomor register (registered public accountant) 8. Internal Auditor mendapatkan gaji dan tunjangan social lainnya sebagai 8. External Auditor mendapat audit fee atas jasa yang diberikannya. pegawai perusahaan. 9. Sebelum menyerahkan laporannya, 9. Sebelum menyerahkan laporannya, internal auditor tidak perlu meminta external auditor terlebih dahulu harus “Surat Pernyataan Langganan”. meminta “Surat Pernyataan Langganan” (Client Representation Letter). 16 10. Internal Auditor tertarik pada 10. External Auditor hanya tertarik pada kesalahan-kesalahan yang material kesalahan-kesalahan yang material, mauoun yang tidak material. yang bisa mempengaruhi kewajaran laporan keuangan. Sumber : Sukrisno Agoes dalam bukunya “Auditing: (Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor Akuntan publik” 2.2.8 Langkah-langkah dalam Proses Audit Internal Menurut Hiro Tugiman dalam bukunya “Standar Profesional Audit Internal” (2005;53), mengemukakan bahwa: “Kegiatan pemeriksaan harus meliputi perencanaan pemeriksaan, pengujian dan pengevaluasian informasi, pemberitahuan hal-hal dan menindak lanjuti (follow up).” Jadi kegiatan pemeriksaan terdiri dari perencanaan, pemeriksaan, pengujian, dan pengevaluasian informasi, penyampaian hasil pemeriksaan (pelaporan), dan tindak lanjut (follow up). A. Perencanaan Pemeriksaan (Audit Plan) Perencanaan pemeriksaan (audit plan) meliputi pengembangan strategi menyeluruh pelaksanaan dan lingkup audit yang diharapkan. Auditor internal haruslah merencanakan setiap perencanaan pemeriksaan, perencanaan pemeriksaan tersebut harus didokumentasi dan harus meliputi: a. Penetapan tujuan pemeriksaan dan lingkup pemeriksaan b. Memperoleh informasi dasar tentang kegiatan-kegiatan yang akan diaudit c. Penentuan berbagai tenaga yang diperlukan untuk melaksanakan audit 17 d. Pemberitahuan kepada pihak yang bila dipandang perlu e. Melaksanakan survei secara tepat untuk lebih mengenali kegiatan yang diperlukan f. Penulisan program pemeriksaan, menentukan bagaimana, kapan, dan kepada siapa hal-hal pemeriksaan akan disampaikan g. Memperoleh persetujuan bagi rencana kerja audit atau pemeriksaan. Setelah audit plan disusun, tetapi sebelum pemeriksaan lapangan dimulai, auditor internal harus menyusun audit program yang merupakan kumpulan dari prosedur (langkah-langkah) audit yang akan dijalankan dan dibuat secara tertulis. Audit program harus menggariskan dengan rinci prosedur audit yang menurut keyakinan auditor internal diperlukan untuk mencapai tujuan audit. B. Pengujian dan Pengevaluasian Informasi Untuk mendukung hasil audit, internal auditor haruslah mengumpulkan, menganalisis, menginterpretasi, dan membuktikan kebenaran informasi untuk mendukung hasil pemeriksaan. Proses penguji dan pengevaluasian adalah sebagai berikut: a. Mengumpulkan berbagai informasi tentang semua hal yang berhubungan dengan tujuan-tujuan audit dan lingkungan kerja b. Informasi harus mencukupi, kompeten, relevan, dan berguna untuk membuat suatu dasar yang logis bagi temuan audit dan rekomendasirekomendasi c. Prosedur-prosedur audit termasuk teknik pengujian dan penarikan contoh yang dipergunakan harus terlebih dahulu diseleksi bila memungkinkan dan diperluas atau diubah bila keadaan menghendaki demikian d. Proses pengumpulan, analisis, penafsiran, dan pembuktian kebenaran informasi haruslah diawasi untuk memberikan kepastian bahwa sikap objektif pemeriksaan terus dijaga dan sasaran audit dapat dicapai. 18 e. Kertas kerja pemeriksaan (working papers) adalah dokumen pemeriksaan yang harus dibuat oleh auditor dan ditinjau oleh manajemen bagian internal audit. C. Penyampaian Hasil Pemeriksaan Auditor internal harus menyampaikan dan melaporkan hasil pemeriksaan yang diperoleh dari kegiatan pemeriksaannya sebagai berikut: a. Laporan yang tertulis yang ditandatangani haruslah dikeluarkan setelah pengkajian terhadap audit selesai dilaksanakan. b. Auditor internal harus terlebih dahulu mendiskusikan berbagai kesimpulan dan rekomendasi dengan tingkat manajemen yang tepat. c. Suatu laporan harus objektif, singkat, jelas, konstruktif, dan tepat waktu. d. Laporan harus mengemukakan tentang maksud, lingkup, dan hasil dari pelaksanaan audit. e. Laporan dapat mencantumkan berbagai rekomendasi dari berbagai perkembangan yang mungkin dicapai. f. Pandangan dari pihak yang diperiksa tentang berbagai kesimpulan atau rekomendasi dapat pula dicantumkan dalam laporan audit g. Pimpinan audit internal harus interview kemudian menyetujui laporan pemeriksaan audit. D. Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Auditor internal harus terus menerus meninjau atau melakukan tindak lanjut untuk memastikan bahwa telah dilakukan tindakan yang tepat atas temuantemuan audit yang dilaporkan. Auditor internal haruslah memastikan apakah suatu tindakan korektif telah dilakukan dan memberi berbagai hasil yang diharapkan, ataukah manajemen senior atau dewasa telah menerima risiko akibat tidak dilakukan tindakan korektif terhadap berbagai temuan yang dilaporkan. 19 2.2.9 Laporan Hasil Pemeriksaan Berdasarkan hasil pemeriksaan dan setelah mendalami suatu masalah yang diperiksa secara seksama, pemeriksa menerbitkan laporan hasil pemeriksaan yang memuat informasi dan rekomendasi perbaikan kepada manajemen. Setiap pelaporan pemeriksaan harus memenuhi syarat. Hiro Tugiman mengungkapkan dalam bukunya “Suatu Pandangan Baru Internal Auditing” (2000;224-225), bahwa menurut norma pemeriksaan bahwa setiap pelaporan pemeriksaan harus memenuhi syarat antara lain: 1. Memuat temuan dan kesimpulan pemeriksa secara objektif dan saran tidak bersifat konstruktif 2. Lebih mengutamakan usaha perbaikan atau penyempurnaan dari pada kritik. 3. Mengutamakan hal-hal yang masih merupakan masalah yang belum dapat diselesaikan sampai berakhirnya pemeriksaan. 4. Mengutamakan suatu prestasi atau suatu tindakan perbaikan yang telah ditetapkan di unit kerja lain. 5. Menjelaskan mengenai hasil pemeriksaan kepada pejabat objek yang diperiksa. 2.3 Persediaan 2.3.1 Pengertian Persediaan Yang dimaksud dengan persediaan adalah barang-barang yang tersedia dalam proses produksi ataupun yang akan digunakan dalam proses produksi. Persediaan merupakan salah satu aktiva yang aktif berputarannya. Ada beberapa pendapat yang menulis mengenai pengertian persediaan, diantaranya yaitu menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK no.14) (2008;14.1) mengemukakan bahwa: “Persediaan adalah aktiva: a. Yang tersedia untuk dijual b. Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan 20 c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses atau pemberian jasa.” Dari pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa persediaan merupakan sejumlah barang-barang yang terdapat dalam aktivitas normal perusahaan, baik itu bahan mentah, barang dalam proses, maupun barang jadi dengan tujuan untuk di jual kembali secara langsung atau digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan barang jadi sebagai objek pokok dari kegiatan perusahaan guna memenuhi permintaan dari konsumen setiap waktu. 2.3.2 Klasifikasi Persediaan Menurut Busra Emka dalam bukunya Auditing: Pedoman Pemeriksaan Akuntansi, menyatakan bahwa klasifikasi persediaan tergantung pada bidang usaha yang digerakkan oleh suatu perusahaan. Pada perusahaan dagang, hanya dikenal satu jenis persediaan (inventory), yaitu persediaan barang dagangan (Merchandise of inventory) yang merupakan barang-barang yang dibeli dan dijual kembali tanpa adanya pengolahan lebih lanjut. Sedangkan pada perusahaan industri atau manufaktur, dikenal tiga golongan persediaan, yaitu: 1. Persediaan Bahan Baku dan Penolong Persediaan bahan baku merupakan persediaan dari bahan-bahan yang langsung dikerjakan dalam proses produksi, yang hasilnya berupa produk akhir dan merupakan nilai yang terbesar dibandingkan bahan yang lainnya. Ada beberapa bahan baku yang diperoleh secara langsung dari sumber-sumber alam, akan tetapi bahan baku lebih sering diperoleh dari perusahaan lain yang merupakan produk akhir pemasok tersebut. Sedangkan bahan penolong adalah bahan yang secara tidak langsung dimasukkan kedalam proses produksi dan merupakan bagian yang relatif kecil atau sulit dihitung untuk penentuan biaya. 21 2. Persediaan Barang Dalam Proses (Work in Process of inventory) Persediaan bang dalam proses merupakan persediaan barang-barang yang belum selesai dikerjakan dalam proses produksi atau barangbarang yang pada penyusunan tanggal neraca belum selesai dikerjakan dan memerlukan proses lebih lanjut. Persediaan ini meliputi unsur biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya produksi tidak langsung. 3. Persediaan Barang Jadi (finished Goods of Inventory) Merupakan persediaan yang telah selesai dikerjakan dalam proses produksi dan siap untuk dijual. Persediaan ini meliputi unsur biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, ddan biaya overhad pabrik. Dengan kata lain barang jadi merupakan akumulasi biaya dalam proses produksi yang ditaksir dari barang dalam proses ke perkiraan barang jadi. 2.3.3 Metode Penilaian Persediaan Menurut Busra Emka dalam bukunya “Auditing: Pedoman Pemeriksaan Akuntnsi, menyatakan bahwa penilaian persediaan barang adalah nilai rupiah atas persediaan barang untuk pencantuman dalam neraca akhir periode akuntansi dan nilai yang akan dibebankan sebagai harga pokok barang yang dijual. Penilaian persediaan juga merupakan hal yang sangat penting, karena hasilnya akan mempengaruhi nilai laporan keuangan. Tujuan auditor mengetahui metode penilaiaan persediaan adalah untuk menentukan secara layak besarnya hasil usaha dengan cara membandingkan biaya pengangkutan dan penganggutan. Beberapa metode penilaian persediaan barang yang biasanya digunakan oleh perusahaan, yaitu: 1. LIFO ( Last in-First out) Terakhir Masuk-Pertama Keluar Menurut metode ini, barang-barang yang terakhir masuk adalah barang-barang yang dikeluarkan lebih dahulu. Dengan demikian persediaan akhir dinilai berdasarkan harga-harga pembelian paling awal. 22 2. FIFO (First In- First Out) Pertama Masuk-Pertama Keluar Menurut metode ini, barang-barang yang paling awal masuk akan dijual atau digunakan lebih dahulu atau barang-barang yang paling awal masuk dikeluarkan paling awal juga. Dengan demikian persediaan akhir dinilai berdasarkan harga-harga pembelian terakhir masuk. 3. Weighted Average (Rata-rata Tertimbang) Menurut metode ini, persediaan akhir di nilai berdasarkan harga rata-rata dari seluruh pembelian yang terjadi, yaitu nilai rupiah seluruh pembelian di bagi dengan jumlah atau berat barang yang dibeli. 2.3.4 Metode Pencatatan Persediaan Menurut Busra Emka dalam bukunya Auditing: Pedoman Pemeriksaan Akuntansi, mengungkapkan bahwa ada dua metode pencatatan dalam persediaan, yaitu: 1. Metode Perpetual/Metode Buku (Perpetual Method) Menurut metode ini, semua pembelian dan penjualan barang dibukukan kedalam perkiraan persediaan dari barang yang bersangkutan dengan harga pembeliaannya. Oleh karena itu, perkiraan persediaan selalu menunjukkan keadaan jumlah atas persediaan yang masih ada dari segala mutasi perubahannya (setiap penambahan atau pengurangan secara kontinu akan diikuti dengan pencatatan sehingga jumlah persediaan setiap saat dapat diketahui dengan melihat saldo yang terperinci atas jumlah dan harga). Dengan menggunakan metode ini, maka persediaan akhir dapat diketahui tanpa harus melakukan stock opname terlebih dahulu. Akan tetapi ditinjau dari sistem pengendaliaan internalnya, sebaiknya stock opname harus selalu dilakukan minimal setahun sekali guna dicocokkan dengan pencatatannya. 23 2. Metode Fisik/Metode Periodik (Physical Method/Periodic Method) Menurut metode ini, pembelian dan penjualan barang tidak dibukukan kedalam persediaan yang bersangkutan. Setiap adanya pembelian barang dibukukan kedalam perkiraan pembelian (purchase) beserta dengan perkiraan yang menyertainya. Menurut metode ini juga, menetapkan barang yang dimiliki perusahaan pada akhir periode dengan menetapkan jumlah yang benar-benar secara fisik (stock opname). Metode ini diperlukan untuk mengetahui jumlah barang yang msih ada kemudian diperhitungkan harga pokoknya. Dengan metode ini penentuan harga pokok penjualannya dihitung dengan menambah persediaan awal dan pembelian kemudian dikurangi persediaan akhir. 2.3.5 Prinsip Akuntansi dalam Penyajian Menurut Busra Emka dalam bukunya Auditing: Pedoman Pemeriksaan akuntansi, menyatakan bahwa prinsip akuntansi yang lazim dipergunakan dalam penyajian persediaan adalah: 1. Laporan keuangan harus menjelaskan bahwa persediaan harus diukur dan dicatat sebesar nilai realisasi bersih, mana yang lebih rendah (The Lower of Cost and Net Realizable Value) atau metode dalam menentukan harga pokok persediaan. 2. Persediaan dalam metode persediaan harus diungkapkan dan dijelaskan pengaruhnya terhadap perhitungan laba rugi. 3. Persediaan yang dijaminkan dalam kredit harus diungkapkan dalam laporan keuangan. 4. Dalam perusahaan industry atau manufaktur, jika persediaan materiil maka harus dikelompokkan. 5. Perjanjian pembelian untuk persediaan dengan pihak ketiga yang bersifat luar biasa harus diungkapkan dalam laporan keuangan. Terhadap persediaan barang rusak atau using harus ditentukan kebijakan penyisihan terhadap penurunan nilai. 24 2.4 Audit Internal Persediaan Dalam penyusunan laporan keuangan perusahaan, auditor lazimnya member perhatian besar terhadap rekening persediaan dibandingkan dengan aktiva lainnya, karena: 1. Persediaan sebagai kelompok aktiva lancar nilainya cukup materiil dan sering terjadi kesalahan dalam pencatatan transaksi dan juga jadi objek manipulasi. 2. Nilai persediaan akan mempengaruhi harga pokok persediaan sehingga berpengaruh terhadap perhitungan laba rugi tahun bersangkutan. 3. Persediaan disimpan dibeberapa lokasi yang sering menyulitkan dalam pengunjungan fisik. 4. Perhitungan kuantitas penelitian kondisi barang pengujiaannya sering menyulitkan auditor apabila dibandingkan dengan aktiva lainnya. 5. Auditor bukan ahli dalam melihat barang (jenis dan macamnya). 2.4.1 Tujuan Audit Internal Persediaan Tujuan pemeriksaan (audit objectives) persediaan menurut Sukrisno Agoes dalam bukunya “Auditing: (Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor Akuntan Publik” adalah sebagai berikut: 1. Untuk memeriksa apakah terdapat pengendalian intern (internal control) yang cukup baik atas persediaan. 2. Untuk memeriksa apakah persediaan yang tercantum di neraca betul-betul ada dan dimiliki oleh perusahaan pada tanggal neraca. 3. Untuk memeriksa apakah metode penilaian persediaan (valuation) sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau Standar Akuntansi Keuangan (SAK). 4. Untuk memeriksa apakah sistem pencatatan persediaan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/SAK. 5. Untuk mengetahui apakah persediaan diasuransikan dengan nilai pertanggungan yang cukup. 25 6. Untuk memeriksa apakah terhadap barang-barang yang rusak (defective), bergerak lambat (slow moving), dan ketinggalan mode (absolescence) sudah dibuatkan allowance yang cukup. 7. Untuk mengetahui apakah ada persediaan yang dijadikan jaminan kredit. 8. Untuk mengetahui apakah ada perjanjian pembelian atau penjualan persediaan (purchase or sales commitment) yang mempunyai pengaruh yang besar terhadap laporan keuangan. 9. Untuk memeriksa apakah penyajian persediaan dalam laporan keuangan sudah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/Standar Akuntasi Keuangan. 2.4.2 Program Audit Secara Umum Pengertian dan tujuan audit program Audit program merupakan suatu kumpulan prosedur audit (dibuat tertulis) yang rici dan dijalankan untuk mencapai tujuan audit akan lebih baik jika audit program dibuat terpisah untuk compliance test dan substantive test. Tujuan audit program adalah untuk mengetahui apakah penyajian laporan keuangan oleh manajemen dari sisi eksistensi atau keterjadian, kelengkapan, hak dan kewajiban, alokasi serta penyajian dan pengungkapan dapat dipercaya, wajar dan tidak menyesatkan terhadap pihak yang berkepentingan terhadapat laporan keuangan tersebut. Manfaat audit program yaitu sebagai petunjuk kerja yang harus dilakukan asisten dan instruksi bagaimana harus menyelesaikan. Sebagai dasar untuk koordinasi, pengawasan dan pengendaliaan pemeriksaan, sebagai dasar penilaian kerja yang dilakukan klien. -2010, pengertian audit program, diakses dari : http://rujakserut.wordpress.com 2.4.3 Program Audit Internal Persediaan Menurut Thodorus Tuanakotta dalam bukunya “Auditing: Petunjuk Pemeriksaan Akuntan Publik”, Menyatakan bahwa program pemeriksaan atas persediaan dibagi dua, yaitu: 26 1. Pemeriksaan di tengah-tengah tahun Ini dimaksudkan untuk melihat apakah sistem pengendalian intern atas persediaan barang berjalan sebagaimana seharusnya. 2. Pemeriksaan pada akhir tahun Sebernanya jika pemeriksaan di tengah-tengah tahun telah dilakukan, sebagian besar pekerjaan pemeriksaan persediaan telah selesai. Pemeriksaaan persediaan banyak memakan waktu dalam melakukan prosedur observasi atau pengamatan atas perhitungan persediaan (inventory taking) yang dilakukan oleh langganan. Jika prosedur ini dapat dilakukan di tengah-tengah tahun, pada pemeriksaan akhir tahun hanya perlu dilakukan prosedur-prosedur yang berikut ini: a. Lakukan penelaahan (review) atas transaksi-transaksi diantara tanggal dilakukannya pengamatan atas perhitungan persediaan tanggal neraca. b. Lakukan perjalanan peninjauan keliling ke tempat persediaan barang untuk melihat apakah ada perubahan yang besar dalam susunan atau tumpukkan persediaan barang sewaktu diadakannya pengamatan di tengah tahun. c. Tujuan lain peninjauan keliling adalah untuk menentukan apakah terdapat barang-barang yang dapat digolongkan sebagai slow moving atau absolescence. d. Periksa apakah persediaan barang dijadikan jaminan atas hutanghutang kepada bank atau pihak-pihak lain. e. Kirimkan permintaan konfirmasi kepada pihak-pikah ketiga mengenai persediaan barang langganan yang ada pada mereka. f. Minta surat pernyataan langganan (clients representation letter) khususnya mengenai persediaan barang. g. Lakukan pemeriksaan tiga atau lima hari sebelum dan sesudah tanggal neraca untuk menentukan adanya prosedur cut-off menentukan apakah suatu transaksi pembelian atau penjualan termasuk tahun yang bersangkutan atau tahun berikutnya. 27 h. Periksa juga transaksi-transaksi sesudah tanggal neraca (subsequent events atau after balance sheet date events). Hal ini perlu dilakukan antara lain untuk memastikan apakah persediaan dalam perjalanan (goods in transit) yang tercantum dalam ikhtisar keuangan pada akhir tahun, sudah sampai dan diterima oleh langganan. i. Pemeriksaan atas transaksi sesudah tanggal neraca juga perlu dilakukan untuk menentukan apakah ada kontrak-kontrak pembelian yang dilakukan dengan harga yang lebih tinggi dari harga yang kemudian terjadi atau sebaliknya apakah ada kontrakkontak penjualan dengan harga yang lebih rendah dibandingkan dengan harga yang terjadi kemudian. Dengan demikian, biasanya pemeriksaan yang dilakukan oleh akuntan publik berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan dalam program pemeriksaan, apakah pada tengah-tengah tahun atau pada akhir tahun. Hal ini didasarkan pada laporan yang telah disajikan oleh klien atau perusahaan. 2.4.4 Prosedur Audit Internal Persediaan Menurut Sukrisno Agoes dalam bukunya “Auditing: (Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor Akuntan Publik”, prosedur pemeriksaan dibagi atas prosedur compliance test, analytical review, dan substantive test. 1. Prosedur pemeriksaan untuk compliance test (tes transaksi). Pelajari dan evaluasi internal control atas persediaan. a. Dalam hal ini auditor biasanya menggunakan internal control questionnaires. b. Lakukan tes transaksi (compliance test) atas pembalian dengan menggunakan purchase order sebagai sample. Untuk tes transaksi atas pemakaian persediaan (bahan baku) bisa digunakan material requisition sebagai sample. untuk tes transaksi atas penjualan, bisa digunakan faktur penjualan sebagai sample. 2. Tarik kesimpulan mengenai internal control atas persediaan. 28 Jika dari tes transaksi auditor tidak menemukan kesalahan yang berarti, maka auditor bisa menyimpulkan bahwa internal control atas persediaan berjalan efektif. Karena itu substantive test atas persediaan bisa dipersempit. 3. Prosedur pemeriksaan substantive test atas persediaan. 1) Lakukan observasi atas stock opname (perhitungan fisik) yang dilakukan perusahaan (klien). 2) Minta Final Inventory List (Inventory Compilation) dan lakukan prosedur pemeriksaan berikut ini: a) Check mathematical accuracy (penjumlahan dan perkalian). b) Cocokkan “quantity per book” dengan stock card. c) Cocokkan “quantity per count” dengan “count sheey” auditor. d) Cocokkan “total value” dengan buku besar persediaan. 3) Kirimkan konfirmasi untuk persediaan consignment out. 4) Periksa unit price dari raw material (bahan baku), work in process (barang dalam proses), finished goods (barang jadi), dan supplies (bahan pembantu). 5) Lakukan rekonsiliasi jika stock opname dilakukan beberapa waktu sebelum atau sesudah tanggal neraca. 6) Periksa cukup atau tidaknya allowance for slow moving (barang-barang yang bergerak lambat), barang-barang yang rusak, dan barang-barang yang ketinggalan mode. 7) Periksa kejadian sesudah tanggal neraca (subsequent event). 8) Periksa cut-off penjualan dan cut-off pembelian. 9) Periksa jawaban konfirmasi dari bank, loan agreement (perjanjian kredit), notulen rapat. 10) Periksa apakah ada sales atau purchase commitment per tanggal neraca. 29 11) Seandainya ada barang dalam perjalanan (goods in transit), lakukan prosedur berikut ini: a) Minta rincian goods in transit per tanggal neraca. b) Periksa mathematical accuracy. c) Periksa subsequent clearance. 12) Buat kesimpulan dari hasil pemeriksaan persediaan dan buat usulan adjustment jika diperlukan. 13) Periksa apakah penyajian persediaan dilaporkan keuangan sudah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/SAK.