- Eprints UNPAM

advertisement
374
ANALISIS PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE
TERHADAP PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL
PERUSAHAAN (Studi Banding antara Perusahaan Sub-Sektor
Perkebunan dan Sub-Sektor Pertambangan Batu Bara yang
Tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan Indikator Indeks
ASEANCorporate Governance Scorecard dan Indeks Global Reporting
Initiative)
Suripto
Universitas Pamulang
Abstract
This research will measuring the disclosure of Customer Social Responsibility (CSR) on
plantations and plantation mining sectors, using ASEAN Scoredcards as the
indicators for Good Corporate Governance, and Golbal Reporting Initiative (GRI)
Index for CSR. The result show that there is a positive and significant relationship
between CG with the disclosure of CSR on companies including plantations. There is a
positive and significant relationship between corporate with the disclosure of CSR on
companies including mining. The disclosure of CSR on companies including plantation
companies tend to supersized in both small in size compared with the company.
Key-words: ASEAN Scorecards, GRI Index, Good Corporate Governance, SubSektor Perkebunan, Sub-SektorPertambangan, Customer Social Responsibility.
375
I. Pendahuluan
Berbagai penelitian telah banyak dilakukan terkait dengan Good Corporate
Government (GCG). Namun menurut Khomsiyah (2005: 1) kebanyakan peneliti
menggunakan struktur CG sebagai pendekatannya. Padahal, struktur CG yang
meliputi struktur kepemilikan, jumlah komisaris independen, jumlah direksi
independen, dan keberadaan komite audit; dianggap tidak mewakili penerapan CG
secara utuh, karena tidak mencerminkan penerapan seluruh prinsip-prinsip GCG.
Oleh karena itu, menurut Khomsiyah, diperlukan suatu proksi lain yang dianggap
dapat mewakili penerapan CG.
Beberapa peneliti mengajukan suatu pendekatan komprehensif dan kuantitatif
penerapan CG dengan menggunakan istilah yang berbeda-beda. Di antaranya
indikator agregat (Kaufmann, Kraay, dan Zoido-Lobaton; 1999), comprehensive
rating oleh Governance Metrics International (Sherman, 2004), dan indeks (IICG).
Beberapa penelitian menggunakan indeks CG sebagai proksi penerapan CG. Indeks
CG tersebut merupakan kumpulan skor dari penerapan prinsip-prinsip GCG
(Khomsiyah, 2005: 1-2).
Dewasa ini berkembang sejumlah proksi yang lebih luas lagi cakupannya.
Untuk indikator GCG sejak tahun 2011 telah lahir Indeks ASEAN Corporate
Governance Scorecard. Sedangkan untuk indikator CSR sejak tahun 2000 telah lahir
Indeks Global Reporting Initiative (GRI).
Indeks ASEAN Corporate Governance Scorecard, bermula sejak tahun 2009.
Para Menteri Keuangan ASEAN membuat inisiatif untuk mengintegrasikan pasar
modal di ASEAN. Inisitaif ini paralel dengan rencara menjadikan Economic
Community di ASEAN tahun 2015 yang kemudian melahirkan AFTA.Salah satu
inisiatif ACMF, mulai tahun 2011, menyusun ASEAN Corportae Governance
Scorecard yang akan menjadi parameter bersama untuk perusahaan-perusahaan yang
sudah terdaftar di bursa efek. Penyusunan Scorecard ini terlaksana atas kerjasama
dengan Asian Development Bank (ADB). Sedangkan secara metodologis dan
konten, ASEAN CG Scorecard ini merujuk pada aplikasi yang telah diterapkan oleh
OECD (Organisation for Economic and Development).1
Tujuan dari dibuatnya ASEAN Corporate Governance Scorecard adalah:
1. To raise corporate governance standards and practices of ASEAN
PLCs(untuk menumbuhkan standar dan praktek Corporate Governance
pada perusahaan-perushaan yang terdaftar di bursa efek di lingkungan
ASEAN)
1
ACMF, “ASEAN Corporate Governance Scorecard”.
376
2. To showcase and enhance the visibility as well as investability of wellgoverned ASEAN PLC’s internationallyUntuk menunjukkan dan
memperkuat secara internasional visibilitas dan juga investabilitas dari
perusahaan-perusahaan yang terdaftar di bursa efek di lingkungan
ASEAN)2
Sementara itu Indeks GRI bermula dari sebuah organisasi nirlaba yang
berkantor pusat di Amsterdam, Negeri Belanda, bernama Global Reporting Initiative.
Aktivitasnya terhadap membela pembangunan berekelanjutan, akhirnya membuat
GRI menjadi salas satu rekanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), cq UNEP (The
United Nations Environment Programme). Atas kerjasamanya dengan PBB dan lebih
3.1
pakar di seluruh dunia, GRI pada tahun 2000 mengeluarkan Indeks GRI.
Indeks GRI adalah framework yang komprehensif untuk pembangunan berkelanjutan,
mencakup “Reporting Guidelines, Sector Guidance, dan Other Resources”.
Indeks GRI digunakan di seluruh dunia oleh organisasi di semua sektor, untuk
memahami dan mengkomunikasikan performa bisnis dan pembangunan
berkelanjutan. Hingga 2013, GRI telah merilis 4 (empat) generasi Indeks GRI, yakni:
G -1 (2000), G-2 (2002), G-3 (2006), dan G-4 (2013.
Oleh karena itu menarik untuk meneliti GCG dan CSR dimana indikator yang
digunakan tidak lagi struktur GCG, melainkan indeks yang lebih bersifat
komprehensif, menyeluruh, dan indeks tersebut telah disepakati di dunia
internasional. Di antara indeks yang bisa digunakan adalah indeks ASEAN scorcared
sebagai indikator dari GCG; dan indeks Global Report Initiative (GRI) sebagai
indikator dari CSR.
Bertititk tolak dari latar belakang masalah tersebut, penelitian ini hendak
meneliti pengaruh GCG terhadap CSR, namun indiktor penelitian menggunakan
ASEAN scorecard dan Indeks GRI. Dalam penilitan ini akan dibandingkan antara
perusahaan sub-sektor perkebunan dan subsektor pertambangan batu bara.
Adapuntujuanpenelitianadalah:
1. Untuk mengetahui hubungan antara Corporate Governance dengan
Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial pada perusahaan sub-sektor
perkebunan.
2. Untuk mengetahui hubungan antara Corporate Governance dengan
Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial pada perusahaan sub-sektor
pertambangan batu bara.
3. Untuk membandingkan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial pada
perusahaan sub-sektor perkebunan cenderung dengan perusahaan subsektor pertambangan batu bara.
2
Ibid.
377
4. Untuk membandingkanPengungkapan Tanggung Jawab Sosial pada
perusahaan sub-sektor perkebunan cenderung lebih baik pada perusahaan
berukuran besar dibandingkan dengan perusahaan berukuran kecil.
II.
KajianTeori,
KerangkaKonpsetual,danHipotesis
2.1 KajianTeortik
2.1.1 ProksiGood Corporate Governance
Dalam rangka penerapan GCG berbagai proksi dikembangkan. Proksi pada
tahap-tahap awal pelaksanaan GCG sering menggunakan struktur CG sebagai
pendekatannya. Padahal, menurt Khomsiyah (2005:1-2), struktur CG yang meliputi
struktur kepemilikan, jumlah komisaris independen, jumlah direksi independen, dan
keberadaan komite audit; dianggap tidak mewakili penerapan CG secara utuh, karena
tidak mencerminkan penerapan seluruh prinsip-prinsip GCG. Oleh karena itu,
menurut Khomsiyah, diperlukan suatu proksi lain yang dianggap dapat mewakili
penerapan CG.
Beberapa peneliti mengajukan suatu pendekatan komprehensif dan kuantitatif
penerapan CG dengan menggunakan istilah yang berbeda-beda. Di antaranya
indikator agregat (Kaufmann, Kraay, dan Zoido-Lobaton; 1999), comprehensive
rating oleh Governance Metrics International (Sherman, 2004), dan indeks (IICG).
Beberapa penelitian menggunakan indeks CG sebagai proksi penerapan CG. Indeks
CG tersebut merupakan kumpulan skor dari penerapan prinsip-prinsip GCG
(Khomsiyah, 2005: 1-2). Dewasa ini berkembang sejumlah proksi yang lebih luas
lagi cakupannya. Untuk indikator GCG sejak tahun 2011 telah lahir Indeks ASEAN
Corporate Governance Scorecard, yang merujuk pada standar GCG yang dilaksnakan
oleh organisasi dunia seperti Organization for Economic Co-operation and
Development (OECD).
Di masing-masing negara, pemerintahannya masing-maisng membuat standar
GCG sekurang-kurangnya untuk dipakai PLCs (public listed company), yakni
perusahaan-perusahaan yang terdaftar pada bursa efek negara masing. Indonesia
bahkan membuat standar evaluasi GCG untuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
(dokumen ASEAN Scorecard).
Seperti diketahui, pelaksanaan assesment GCG di perusahaan mengacu pada
Kerangka Acuan Pelaksanaan Assessment dan Re-assessment Penerapan Good
Corporate Governance di BUMN yang dikembangkan oleh Kementerian Negara
BUMN Tahun 2008. Hal ini sesuai dengan Surat SektretarisKementerian BUMN
Nomor S-168/MBU/2008 tanggal 27 Juni 2008 perihal Assessment Program GCG di
378
BUMN. Sejauh ini acuan standsar GCG di BUMN adalalah Keputusan Menteri
Negara BUMN Nomor Kep-117/M-MBU/ 2002 tentang Penerapan Praktek GCG
pada Badan Usaha Milik Negara, yang kemudian diganti dengan Keputusan Menteri
Negara BUMN Nomor Per-01/ MBU/ 2011 tentang Penerapan Tata Kelola
Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik
Negara (Jasa Raharja, 2010: 11).
Tujuan pelaksanaan assessment penerapan GCG di perusahaan BUMN, sesuai
Kerangka Acuan Pelaksanaan Assessment dan Re-assessment Penerapan Good
Corporate Governance di BUMN, adalah: (a) Menguji dan menilai penerapan GCG di
Perusahaan mulai elaborasi kondisi penerapan corporate governance dan
perbandingan dengan indikator dan parameter pengujian; (b) Memberikan gambaran
hasil assessment melalui pemberian skor atas penerapan corportae governance berikut
rekomendasi perbaikan yang diusulkan untuk mengurangi celah (gap) antara praktik
GCG dengan indikator dan parameter pengujian; (c) Memonitor konsistensi
penerapan GCG di BUMN dan memperoleh masukan untuk penyempurnaan dan
pengembangan kebijakan corporate governance di lingkungan BUMN.
Sesuai Kerangka Acuan Pelaksanaan Assessment GCG dari Kementerian
Negara BUMN, pelaksanaan assesssment GCG menggunakan Company Corporate
Governance Scorecard (CCGS) untuk menguji dan menilai kualitas penerapan GCG
di Perusahaan. CCGS terdiri dari kumpulan kriteria atau standar GCG yang
digunakan sebagai acuan dalam pengujian dan penialaian terhadap kualitas penerapan
GCG di BUMN. Struktur CCGS meliputi:
a. Aspek pengujian, terdiri dari 5 aspek, yaitu hak dan tanggung jawab
Pemegang Saham/ RUPS, kebijakan GCG. pelaksanaan GCG, pengungkapan
informasi (disclosure), serta komitmen. Aspek pengujian merupakan ruang
lingkup praktik GCG yang akan diuji dan dinilai dalam assessment.
b. Indikator pengujian, terdiri dari 50 indikator yang merupakan seperangkat
ukuran pada masing-masing aspek pengujian yang mencerminkan kekuatan
pelaksanaan GCG.
c. Parameter pengujian, terdiri dari 160 parameter, yang merupakan penjabaran
dari unsur-unsur dari indikator pengujian yang terkait. (Jasa Raharja, 2010:
12).
Pada setiap aspek, indikator, dan parameter pengujian diberikan bobot yang
merupakan nilai/ skor maksimal yang dapat dicapai. Assessor memberikan penilaian
berdasarkan tingkat pemenuhan unsur-unsur kriteria penerapan GCG pada setiap
parameter dengan mengacu pada prinsip-prinsip GCG sebagaimana tertuang dalam
Keputusan Menteri BUMN No. Kep-117/M-BU/2002 (dengan memperhatikan
peraturan terbaru, yaitu Peraturan Menteri BUMN No. Per-01/MBU/2011), Pedoman
GCG dari KNCG, dan perturan perundang-undangan yang berlaku.
379
Adapun prinsip-prinsip GCG terdiri dari:
a. Akuntabilitas, yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban
organisasi, sehingga pengolaan perusahaan terlaksana secara efektif.
b. Pertanggungjawaban, yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan
terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinspi
koperasi yang sehat.
c. Kewajaran (fairness), yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hakhak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundangundangan yang berlaku.
d. Transparansi, yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan
keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materi dan
relevan mengenai perusahaan.
e. Kemandirian, yaitu suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara
profesional tanpa benturan kepentingan dan pemngaruh/ tekanan dari pihak
mana pun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan prinsip-prisnsip korporasi yang sehat.
i. CustomerSocialResponsibility
Pertanggungjawaban sosial perusahaan atau corporate social responsibility
(CSR) adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela
mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasinya dan
interaksinya dengan stakeholders, yang melebihi tanggung jawab organisasinya
secara aturan.
Pertanggungjawaban sosial perusahaan diungkapkan di dalam laporan yag
disebut Sustainability Reporting. Laporan ini adalah pelaporan mengenai kebijakan
ekonomi, lingkungan, dan sosial, pengaruh da kinerja organisasi dan produiknya di
dalam
konteks
pembangunan
berkelanjutan
(sustainability
development).Sustainability reporting meliputi pelaporan mengenai ekonomi,
lingkungan, dan pengaruh sosial terhadap kinerja organisasi. Sustainability Report
harus menjadi dokumen strategik yang berlevel tinggi, karena menempatkan isu,
tantangan dan peluang sustainabity development untuk membawanya menuju core
business dan sektor industrinya (Lalu Abdul Fatah, 2014: 37).
Darwin dalam Darmadji (2004) menyatakan bahwa Corporate Sustainability
Reportingterbagi menjadi 3 (tiga) kategori, yaitu kinerja ekonomi, kinerja
lingkungan, dan kinerja sosial. selanjutnya ketiga kinerja utama ini akan dibagi ke
dalam beberapa kategori. Pembagian Corporate Sustainability Reporting. menurut
Darwin, dapat dilihat pada Tabel 2.1 tentang Darwin Report.
380
Tabel 2.1 Darwin Report
Kategori
1. Kinerja Ekonomi
Pengaruh ekonomi secara langsung
2. Kinerja Lingkungan
Hal-hal yang terkait dengan lingkungan
3. Kinerja Sosial
a. Praktik Kerja
b. Hak Manusia
c. Sosial
d. Tanggung jawab terhadap produk
Aspek
Pelanggan,
pemasok,
karyawan,
penyedia modal, dan sektor publik
Bahan baku, energi, air, keragaman
hayati (biodiversity), emisi, smpah,
pemasok, produk dan jasa, pelaksanaan
dan angkutan
Keamanan dan keselamatan kerja,
pendidikan dan pelatihan karyawan,
kesempatan kerja.
Strategi
dan
manajemen,
nondiskriminasi, kesempatan berserikat dan
berkumpul, tenaga kerja di bawah umur,
kedisiplinan, keamanan, dll.
Komunitas, korupsi, kompetisi dan
penetapan harga
Kesehatan dan keamanan pelanggan,
iklan yang peduli.
Sumber: Darwin dalam Darmadji (2004)
Adapun Zhegal & Ahmed (1990) dalam Angraini mengidentuifikasi hal-hal
yang berkaitan dengan pelaporan sosial perusahaan yang terdiri dari lima butir, yakni
lingkungan, energi, praktek bisnis yang wajar, sumbere daya manusia dan produk.
Lingkungan, misalnya, meliputi pengendalian terhadap polusi, pencegahan atau
perbaikan terhadap kerusakan lingkungan, energi, praktik bisnis yang wajar, sumber
daya manusia dan produk.
Harga saham dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah kualitas
pengungkapan CSR. Investor cenderung lebih tertarik dengan perusahaan yang
melaksanakan CSR sebagai tempat penanaman modal, karena semakin tinggi kualitas
CSR, maka kelangsungan hidup perusahaan lebih terjamin. CSR merupakan klaim
dari stakeholders agar perusahaan tidak hanya beroperasi untuk kepentingan para
pemegang saham (shareholders), tetapi juga untuk kemaslahatan pihak stakeholders
dalam praktik bisnis, yaitu para pekerja, komunitas lokal, pemerintah, Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM), konsumen, dan lingkungan (Nurlela, 2008).
381
Pengaruh ukuran perusahaan terhadap pengungkapan CSR tercermin dalam
teori agensi yang menjelaskan bahwa perusahaan besar mempunyai biaya agensi yang
besar, oleh karena itu perusahaan besar akan lebih banyak mengungkapkan informasi
daropada perusahaan kecil (Cowen, 1987; Roberts, 1992; Belkaoui & Karpik, 1989;
Hasibuan, 2001; Sembiring, 2005 dan Anggraini, 2006).
Salah satu indikator pengungkapan CSR adalah Indeks Global Reporting
Initiative. Konten GRI yang digunakan dalam riset mini ini adalah sebagian dari G-3.
G-3 berisi:Standard Disclosure Part I: Profile Disclosure: (1) Strategy & Analysis,
(2) Organizational Profile, (3) Report Parameters, (4) Governance, Commitments, and
Engagement. Kemudian Standard Disclosures Part II: Disclosures on Management
Approach (DMAs). Standard Disclosures Part III: Performance Indicators (Economic,
Environmental, Social: Labor Practices and Decent Work; Social: Human Rights;
Social: Society; Social: Product Responsibility (GRI, 2007).
2.2 Kerangka Konseptual
Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan, ada sejumlah variabel GCG
yang beroengaruh terhadao CSR; namun ada beberapa variabel GCG yang tidak
berpengaruh terhadap CSR; ada juga beberapa penelitian yang berbeda hasilnya. Hal
ini memang dimungkinkan karena penelitian juga berbeda lokasi dan berbeda waktu.
Berikut adalah Variabel GCG yang berpengaruh terhadap CSR :
a) Farook dan Lanis (2005)menyimpulkan, islamic governance (sbg proksi
corporate governance di bank Islam) terbukti berpengaruh posotif segara
signifikan terhadap pengungkapan CSR)
b) Said et all (2009)mengemukakan, dari delapan variabel (ukuran dewan,
independensi dewan, dualitas CEO, independensi komite audit, kepemilikan
terkonsentrasi, kepemilikan manajerial, kepemilikan asing, kepemilikan
pemerintah) yg diuji hubungannnya dengan pengungakapan CSR. Hasilnya: 2
variabel yang berhubungan dc CSR disclosure adalah: (1) kepemilikan oleh
pemerintah, (2) independensi komite audit. Dari variabel ini “kepemilikan
pemerintah” yang paling berpengaruh pada pengungkapan CSR.
c) Amran dan Devi (2008) mengungkapkan, semakin besar kepemilikan oleh
pemerintah dapat meningkatkan pengungkapan CSR.
d) Ahmad Nurkhin (2009)mengemukakan ukuran perusahaan berpengaruh
signifikan terhadap pengungkapan CSR.
Sedangkan variabel GCG yang “tidak berpengaruh” terhadap CSR adalah
sebagai beikut:
a) Novita dan Djakman (2008) membuktikanbahwahasil kepemilikan
institusional tdk mempengaruhi luas penguangkapan CSR.
382
b) Barnae dan Rubin (2005)mengemukakan (1) kepemilikan institusional tidak
memiliki hubungan dengan pengungkapan CSR. (2) kepemilikan asing tidak
berpengaruh pd pengungkapan CSR.
c) Sembiring (2003 dan 3005), Reverte (2008), Branco dan Rodriguez (2008)
mengunngkapkanbahwa“profitabilitas” tidak terbukti siginifikan berpengaruh.
d) Said et all (2009)mengungkapkanenam variabel yang tdk berhubungan
dcngan CSR disclosure adalah: (1) ukuran dewan, (2) independensi dewan,
(3) dualitas CEO, (4) kepemilikan terkonsentrasi, (5) kepemilikan manajerial,
(6) kepemilikan asing
e) Huafang & Jianguo (2007)mengungkapkanbahwa kepemelikian pemerintah
tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR.
KesemuapenelitianterdahulutersebutdapatdirangkumkandalamTabel 2.3 di bawahini.
Tabel 2.3 Variabel GCG yang Berpengaruh/ Tidak Berpengaruh terhadap CSR
N
o
Variabel Independen
1.
2.
Islamic Governanve
Kepemilikan oleh pemerintah
3.
4.
Independensi komite audit
Ukuran perusahaan
Kepemilkian institusional
5.
6.
Kepemilikan asing
Profitabilitas
7.
8.
9.
10
11
12
13
14
Ukuran dewan
Independensi dewan
Kualitas CEO
Kepemilikan terkonsentrasi
Kepemilikan manajerial
Kepemilikan asing
Indeks CG
Prinsip-prinsip CG (ssecara
tidak langsung)
15
Indikator agregat
16
“Comprehensive rating” oleh
Governance Metric International
Pengaruh Terhadap Pengungkapan CSR
Berpengaruh
Tdk Berpengaruh
Farook & Lanis (2005)
Said, et al ( 2009), Amran
dan Devi (2008)
Said, et al (2009)
Ahmad Nurkhim (2009)
Huafang & Jianguo (2007)
Novita dan Djakman (2008);
Barnae dan Rubin (2005
Barnae dan Rubin (2005)
Sembiring (2003 dan 3005),
Reverte (2008), Branco dan
Rodriguez (2008)
Said, et al (2009)
Said, et al (2009)
Said, et al (2009)
Said, et al (2009)
Said, et al (2009)
Said, et al (2009)
Khomsiyah
PricewaterhouseCoopers
(1999, 2002); Ho & Wong
(2000), Tsui & Gul dan
Foker (1992)
Kaufmann, Kraaay, ZoidoLobaton (1999)
Sherman (2004)
Hasil
Rekap
+1
+2
vs -1
+1
+1
-2
-1
-4
-1
-1
-1
-1
-1
-1
+4
(TL)
383
17
18
Indeks CG (IICG) (kumpulan
skor dari penerapan prinsipprinsip GCG)
Struktur
CG
(struktur
kepemilikan; jumlah komisaris
independen;
jumlah direksi
independen; keberadaan komite
audit)
Menurut
Khomsiyah,
“struktur CG” tidak mewakili
penerapan CG secara utuh,
karena tidak mencerminkan
penerapan seluruh prinsip
GCG)diperlukan proxcy
lain yg bisa mewakili
penerapan CG indikator
agregat,
comprehensive
rating, indeks CG (kumoulan
skor dari penerapan CG).
Pengungkapan
CSR
mengurangi
asimetri
informasi
antara
manajemen
dengan
investor (Bushman dan
Indjejikian, 1995)
Berdasarkan kerangka konseptual inilah, maka lahir model penelitian sebagai
berikut:
Gambar 2.1 Conceptual Framework
384
2.3 Hipotesis Penelitian
Dengan beraptokan pada judul penelitian, kajian teoritik, penelitian-penelitian
terdahulu, dan kerangka pemikiran di atas, maka dibuatlah hipotesis penelitian
sebagai bertikut:
H-1: Terdapat hubungan positif dan signifikan antara Corporate
Governance dengan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial pada
perusahaan sub-sektor perkebunan
H-2: Terdapat hubungan positif dan signifikan antara Corporate
Governance dengan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial pada
perusahaan sub-sektor pertambangan batu bara.
H-3:Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial pada perusahaan sub-sektor
perkebunan cenderung lebih baik daripada perusahaan sub-sektor
pertambangan batu bara.
H-4: Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial pada perusahaan sub-sektor
perkebunan cenderung lebih baik pada perusahaan berukuran besar
dibandingkan dengan perusahaan berukuran kecil.
III.
MetodologiPenelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, yakni penelitian yang menguji
hipotesis atau menguji hubungan antar variabel penelitian (B. Sandjaja dan
Hariyanto (2006: 50). Sementara metode penelitian yang digunakan adalah explanatory
study atau hypothesis testing study, yakni penelitian hipotesis melalui suatu penjelasan,
yang bertujuan untuk menjelaskan dan menguji hipotesis tentang hubungan antar-variabel.
Hubungan yang dijelaskan adalah hubungan kausal (sebab-akibat) atau pengaruh dari
variabel bebas “Corporate Governance” terhadap variabel terikat “Pengungkapan
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.”
Mengingathubungankausalantara X1dan X2(independent variable) dengan Y
(dependend variable) denganjumlah X adalah 2(dua), makadigunakanpengolahan
data denganmenggunakananalisisregresi linier (linear regression analysis) berganda.
Poupulasi dalam penelitian ini seluruh perusahan sub-sektor perkebunan yang
terdaftar di BEI adalah 15 buah perusahaan, ditambahseluruh perusahan sub-sektor
pertambangan yang terdaftar di BEI adalah 21 buah perusahaan. Sampel dalam hal ini
akan dijadikan samadenganpopulasi, sehingga keselurahan sampel adalah 36
perusahaan.
Kedua sub-sektor tersebut dipilih dan dibandingkan karena dalam kaitannya
dengan CSR, kedua sub-sektor tersebut cenderung memiliki karakteristik yang
385
berbeda satu sama lain. Dilihat dari CSR, sektor perkebunan dianggap sebagai sektor
yang lebih ramah lingkungan, dibandingkan dengan sub-sektor pertambangan yang
cenderung dinilai tidak ramah lingkungan dan bahkan cenderung menimbulkan
masalah lingkungan.
Adapun instrumen penelitian adalah berupa kuesioner, dimana item-itemnya
merupakan operasionalisasi dari kedua variabel penelitian, yakni: (1) Corporate
Governance (2) Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusaahaan. Indikator untuk
CG adalah ASEANCorporate Governance Scorecard (lihat pada Lampiran).
Sedangkan indikator untuk CSR adaah Indeks Global Reporting Initiative (GRI
Index) (terlampir).
Untuk variabel independen (variabel bebas) adalah “ASEAN CG Scorecard”
Sub-Sektor Perkebunan (X1) dan ASEAN CG Scorecard” Sub-Sektor Pertambangan
Batubara (X2), dimana variabel tersebut berpengaruh terhadap variabel terikat
“Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Indeks GRI)” (Y) .
Berdasarkanuraianmengenaioperasionalvariabel,
untukmemudahkan,
makadijabarkandalambentuktabelsebagaiberikut:
Tabel 3.1. Operasional Variabel
No
1
2
3
Variabel
Indikator
ASEANCorporate
Corporate
Governance Scorecard
Governance Subsektor Perkebunan
(X1)
ASEAN Corporate
Corporate
Governance Sub- Governance Scorecard
sektor Perkebunan
(X2)
Indeks Global Reporting
Pengungkapan
Initiative (GRI)
Tanggung Jawab
Sosial Perusahaan
(Y)
Skala
Jenis data
Interval
Primer +
sekunder
Interval
Interval
Primer +
sekunder
Seperti diketahui, ASEAN Corporate Governance Scorecard mencakup area yang
berdasarkan prinsip-prinsip OECD, dan dibuat menjadi 2 level.
Untuk keperluan riset mini ini, ASEAN Coroporate Governance Scorcard,
hanya akan dipilih Part D (Disclosure & Transparency), terutama D.8 (Company
Websites) dan D (Investor Relations), yang lengkapnya terdapat pada Tabel 3.3 di
bawah ini.
386
Tabel 3.3 Part D: Disclosure and Transparency pada ASEAN CG Scorecard
Kode
D.8
D.8.1
D.8.2
D.8.3
D.8.4
D.8.5
D.8.6
D.8.7
D.8.8
D.8.9
D.9
D.9.1
Subyek
Company websites
Does the company have a website
disclosing up-to-date information on the
following:
Business operations
Financial statements/ reports (current and
prior years)
Materials provided in briefings to analyst
and media
Shareholding structure
Group corporate structure
Downloadable annual report
Notice of AGM and/ or EGM
Company’s constitution (company’s bylaws, memorandum and articles of
association)
All of the above (D.8.1 to D.8.8) are
avialable in English
Investor Relations
Does the company disclose the contact
details (e.g telephone, fax, and email) of the
officer responsible for investor velations?
Jumlah butir
Jumlah Butir
9
Skala
ordinal
1
1
0-1-2-3
0-1-2-3
1
0-1-2-3
1
1
1
1
1
0-1-2-3
0-1-2-3
0-1-2-3
0-1-2-3
0-1-2-3
1
0-1-2-3
1
1
9
Dengan skala 0-1-2-3 tersebut dapat diartikan, (a) Skala 0 = tidak ada/ belum
tersedia, (b)
Skala 1 = ada tapi miskin data, ( c ) Skala 2 = data tersedia lengkap, tapi statik (tidak
bisa interaktif dengan stakeholder), ( d ) Skala 3 = data tesedia lengkap, dan dianamik
(bisa interaktif dengan stakeholder).)
Sementara itu untuk indeks GRI, seperti diketahui, tediri dari 130 butir
sebagaimana tampak dari Tabel 3.4 di bawah ini.
Kemudian disclosure 1.2 yang tediri dari 12 butir, yang dalam penelitian ini
hanya dipakai 9 butir pertama karena 6 butir berikunya memakai tipe data kuantitatif,
yang berart berbeda dengan tipe data pada butir 1.2 yakni kualitatif. Lihat Tabel 3.5
(GRI Index).
387
Tabel 3.5
GRI Index, Standard Disclosure Part I: Profile Disclosure, sub-1: Strategy and
Analysis
Kode Judul dan Komponen Pengungkapan
Jumlah butir Skala
1.1
Statement from the most senior decision-maker
of the organization, dengan komponen sebagai
berikut:
0-1-2-3
a. Strategic priorities and key topics for the 1
short and medium-term with regard
sustainably
0-1-2-3
b. Including respect for internationally agreed 1
standards and
c. Broader trends affecting the organization and 1
0-1-2-3
influencing sustainability priorities
d. Key events during the reporting period
1
0-1-2-3
e. Achievement during the reporting period
1
0-1-2-3
f. Failures during the reporting period
1
0-1-2-3
g. Failures during the reporting period
1
0-1-2-3
h. Views on performance with respect to targets
1
0-1-2-3
0-1-2-3
i. Outlook on the organization’s
main 1
challenges and targets for the next year and
goals for the coming 3-5 years.
0-1-2-3
j. Other items pertaining to the organization’s 1
strategic approach.
1.2
Description of key impacts, risks, and
opportunities
a. Narrative section 1 including description
of
the significanct impacts the
organization has on sustainability and
associated challenges and opportunities.
b. Narrative section 1 iucluding the effect
on stakeholdr’s rights as defined by
national laws and expectations in
internationally-agreed standard
c. Narrative section 1 iucluding explanation
of the approach to prioritizing these
challenges and opprtunities
d. Narrative section 1 iucluding key
cnclusions about progress in addressing
these topics and related performance
e. Narrative section 1 iucluding assesement
1
0-1-2-3
1
0-1-2-3
1
0-1-2-3
1
0-1-2-3
1
0-1-2-3
388
of reasons for underperformance or over
performance
f. Narrative section 1 iucluding
a 1
description of the main processes in
place to address performance and/ or
relevant changes
Jumlah item
16 butir
0-1-2-3
Diolah kembali dari: G3.1 Checklist
Dengan skala 0-1-2-3 tersebut dapat diartikan: (a) Skala 0 = tidak ada/ belum
tersedia, (b)
Skala 1 = ada tapi miskin data, ( c ) Skala 2 = data tersedia lengkap, tapi statik (tidak
bisa interaktif dengan stakeholder), ( d ) Skala 3 = data tesedia lengkap, dan dianamik
(bisa interaktif dengan stakeholder).
Mengingat penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan tipe
hubungan kausal antara X (independent variable) dengan Y (dependent variable),
dan jumlah independen variable afalah 2 (dua) variabel bebas (independent variable),
maka digunakan pengolahan data dengan menggunakan analisis regresi linier (linear
regression analysis)berganda. Analisis regresi linear berganda adalah hubungan
secara linear antara satu variabel independen dengan satu variabel dependen yang
digunakan untuk memprediksi atau meramalkan suatu nilai variabel independen
berdasarkan variabel independen (Duwi Priyatno, 2012: 73).
IV. HasilPenelitian
Hubungan antara GRI Index dengan ASEAN CG Scorecard pada sub-sektor
perkebunan cukup positif dan cukup erat, yakni 0.881 atau 88,1%. Berarti hubungan
kedia variabel cukup kuat, karena di atas 50% dan cenderung mendekati ke angka 1
(100%). Berapa besar kontribusi ASEAN CG Scorecard terhadap GRI Index pada
sektor perkebunan terlihat dari R2 atau R squared, yakni 0.776 atau 77,6%. Hal ini
berarti bahwa kontribusi ASEAN CG Scorecard terhadap GRI Index pada sektor
perkebunan, relatif besar, karena di atas 50% bahkan mendekati ke arah 100%. Oleh
karena itu pada sub-sektor perkebunan ini dapat dikatakan bahwa hubungan ASEAN
CG Scorecard dengan GRI Index adalah positif dan signifikan.
Sementara hubungan antara GRI Index dengan ASEAN CG Scorecard pada
sub-sektor pertambangan batu bara positif dan namun kurang erat, yakni 0.479 atau
47,9%. Berarti hubungan kedia variabel tidak cukup kuat, karena di atas 50% dan
389
cenderung mendekati ke angka 0 (nol). Berapa besar kontribusi ASEAN CG
Scorecard terhadap GRI Index pada sektor perkebunan terlihat dari R2 atau R
squared, yakni 0.229 atau 22,9%. Hal ini berarti bahwa kontribusi ASEAN CG
Scorecard terhadap GRI Index pada sub-sektor pertambangan batu bara, relatif kecil,
karena di bawah 50% bahkan mendekati ke arah 0 (nol) Oleh karena itu pada subsektor pertambangan baru bara ini dapat dikatakan bahwa hubungan ASEAN CG
Scorecard dengan GRI Index adalah positif namun tidak signifikan.
V.
KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Terdapat hubungan positif dan
signifikan antara Corporate Governance dengan Pengungkapan Tanggung Jawab
Sosial pada perusahaan sub-sektor perkebunan. Terdapat hubungan positif dan
signifikan antara Corporate Governance dengan Pengungkapan Tanggung Jawab
Sosial pada perusahaan sub-sektor pertambangan batu bara. Pengungkapan
Tanggung Jawab Sosial pada perusahaan sub-sektor perkebunan cenderung lebih
baik daripada perusahaan sub-sektor pertambangan batu bara. Pengungkapan
Tanggung Jawab Sosial pada perusahaan sub-sektor perkebunan cenderung lebih
baik pada perusahaan berukuran besar dibandingkan dengan perusahaan berukuran
kecil.
DAFTAR PUSTAKA
ACMF. 2013. “ASEAN Corporate Governance Scorecard.”
Anggraini, Retno. (2006). “Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi
Pengungkapan Informasi Sosiial dalam Laporan
Keuangan Tahunan (Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan yang
Terdaftar di Bursa Efek Jakarta). Simposium Nasional Akuntansi 9,
Padang.
Belkaoui, A. dan P. G. Karpik. 1989. “Determinants of the Corporate Decision to
Disclose Social Information”, Accounting, Auditing and Accountability
Journal, Vol. 2, No. 1, pp. 36-51.
390
Branco, Manuel Castelp dan Lu’cia Lima Rodrigues. (2008). “Factors Influencing
Social Responsilbility
Disclosure by Portuguese Companies. “ Journal of
Busi8ness Ethics (2008), 83: 685-701. Diakses tanggal 17 Mei 2012 melalui
World Wide web.
http://www.springer.com.
Corporate Governance Characteristics in Malaysian Public Listed Companies,” Social
Responsibility Journal. Vol. 5, No. 2, hal 212-226.
Daniri, Mas Achmad . (2008). “Standarisasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan”,
Jurnal Galang, Vol. 3,
No. 3, 18, Depok: PIRAC
Darmadji, Stevanus Hadi. (2002). CSR sebagai Bentuk Pertanggungjawaban
Organisasi Bisnis terhadap Stakeholder”, Buletin Ilmiah Universitas
Surabaya.
“Diiferences between Qualitative and Quantitative Research Methods”, darti SEEPAIM 2000,
Learning from
Clients,
Assessment
Tools
of
Microfinance Practionpers,”
Washington D.C.: AIM Management
System InternationalFarook, Sayd & Lanis, Roman. (2005). “Banking on Islam? Derterminants of
Corporate Social Responsilibility Disclosure,” working paper of
University of Technology, Sydney, P.O. Box 123, Broadway, NSW 2007,
Australia.
Fatah,
Lalu Abdul. (2014). “Analisis Faktor-faktor
Mempengaruhi Pengungkapan
Informasi
Sosial (CRS-D) pada Laporan Tahunan Industri
Syariah dalam
Perspektif Akuntansi Islam.”
yang
Tanggung Jawab
Perbankan
Fitria, Soraya & Hartanti, Dwi. (2010). “Islam dan Tanggunh Jawab Sosial: Studi
Perbandingan Pengungkapan Berdasarkan Global Reporting Initiative Indkes
dan Islamic Social Reporting Indeks”, Simposium Nasional Akuntansi XII,
Purwokerto 2010, Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.
GRI. 2007. “Globabal Reporting Initiative Index: GRI-3,” paper.
.2014.
“What
https:/?www.globalreporting.org.
is
GRI:
An
Overview
of
GRI,”
Khomsiyah. (2005). “Analisis Hubungan Struktur dan Indeks Corporate Governance
dengan Kualitas Pengungkapan,” disertasi pada Fakultas Ekonomi Universitas
Gadjah Mada.
Kurniawan, Melissa & Wibowo, Daryanto Hesti. (2010). ”Analysis on Acounting
Conservatism and CSR
Disclosures of Indonesian Banks Listed on IDX
391
from
30.
2004 to 2007,” Journal of Applied Finance and Accounting 2 (2) 13-
Novita dan Chaerul D. Djakman. (2008). “Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap
Luas Pengungkapan Tanggaung Jawab Sosial (CSR Disclosure) pada
Laporan Tahunan Perusahaan: Studi Empiris pada Perusahaan Publik
yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006.” Makalah disampaikan
pada Simposium Nasional
Akuntansi XI, Pontianak, 22-25 Juli 2008.
Nurlela, Rika dan Islahuddin. (2006). “Pengaruh Corporate Social Responsibility
terhadap
Nilai Perusahaan
dengan
Persentase
Kepemilikan
Manajemen sebagai Variabel Moderating,” Universitas Syiah Kuala.
Pemerintah Indonesia. 2007. UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Priyatno, Duwi. (2011). Belajar Cepat Olah Data Statistik dengan SPSS. Yogyakarta:
Andi
Sandjaja, B., dan Albertus Heriyanto. (2006). Panduan Penelitian. (cetakan ke-7,
edisi revisi).Jakarta: Prestasi Pustaka
Said, Roshima, Yuserrie Hj Zainuddin, dan Hasan Haron. (2009).” The Relationships
between
Sekaran, Uma. (2003). Research Method for Business: A Skill-Building Approach.
John-Wiley
& Sons. Inc. 4th.
Sembiring, E.R. (2005). “Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan Tanggung
Jawab Sosial: Studi Empiris pada Perusahaan yang Tercatat di Bursa Efek
Jakarta.”
Simposium Nasional Akuntansi 8, Solo.
Sodiq, Purwoko & Associates. 2011. “Laporan Hasil Assessment Good Corporate
Governance PT. Jasa Raharja (Persero) Tahun 2010.
Suripto. 2012.”Pengaruh Corporate Governance, Size dan Profatibilitas terhadap
Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Studi Empiris pada
Perusahaan Pertambangan Sub-sektor Pertambangan Batu Bara yang
Tercatat di Bursa Efek
Indonesia)”, tesis pada Program Stdi Magister
Akuntansi, Program Pascasarjana, Universitas Mercu Buana.
Winarno, Wing Wahyu. (2011) Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan EViews.
(cetakan ketiga).Yogyakarta: UPP STIM YKPN
Download