374 ANALISIS PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN (Studi Banding antara Perusahaan Sub-Sektor Perkebunan dan Sub-Sektor Pertambangan Batu Bara yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan Indikator Indeks ASEANCorporate Governance Scorecard dan Indeks Global Reporting Initiative) Suripto Universitas Pamulang Abstract This research will measuring the disclosure of Customer Social Responsibility (CSR) on plantations and plantation mining sectors, using ASEAN Scoredcards as the indicators for Good Corporate Governance, and Golbal Reporting Initiative (GRI) Index for CSR. The result show that there is a positive and significant relationship between CG with the disclosure of CSR on companies including plantations. There is a positive and significant relationship between corporate with the disclosure of CSR on companies including mining. The disclosure of CSR on companies including plantation companies tend to supersized in both small in size compared with the company. Key-words: ASEAN Scorecards, GRI Index, Good Corporate Governance, SubSektor Perkebunan, Sub-SektorPertambangan, Customer Social Responsibility. 375 I. Pendahuluan Berbagai penelitian telah banyak dilakukan terkait dengan Good Corporate Government (GCG). Namun menurut Khomsiyah (2005: 1) kebanyakan peneliti menggunakan struktur CG sebagai pendekatannya. Padahal, struktur CG yang meliputi struktur kepemilikan, jumlah komisaris independen, jumlah direksi independen, dan keberadaan komite audit; dianggap tidak mewakili penerapan CG secara utuh, karena tidak mencerminkan penerapan seluruh prinsip-prinsip GCG. Oleh karena itu, menurut Khomsiyah, diperlukan suatu proksi lain yang dianggap dapat mewakili penerapan CG. Beberapa peneliti mengajukan suatu pendekatan komprehensif dan kuantitatif penerapan CG dengan menggunakan istilah yang berbeda-beda. Di antaranya indikator agregat (Kaufmann, Kraay, dan Zoido-Lobaton; 1999), comprehensive rating oleh Governance Metrics International (Sherman, 2004), dan indeks (IICG). Beberapa penelitian menggunakan indeks CG sebagai proksi penerapan CG. Indeks CG tersebut merupakan kumpulan skor dari penerapan prinsip-prinsip GCG (Khomsiyah, 2005: 1-2). Dewasa ini berkembang sejumlah proksi yang lebih luas lagi cakupannya. Untuk indikator GCG sejak tahun 2011 telah lahir Indeks ASEAN Corporate Governance Scorecard. Sedangkan untuk indikator CSR sejak tahun 2000 telah lahir Indeks Global Reporting Initiative (GRI). Indeks ASEAN Corporate Governance Scorecard, bermula sejak tahun 2009. Para Menteri Keuangan ASEAN membuat inisiatif untuk mengintegrasikan pasar modal di ASEAN. Inisitaif ini paralel dengan rencara menjadikan Economic Community di ASEAN tahun 2015 yang kemudian melahirkan AFTA.Salah satu inisiatif ACMF, mulai tahun 2011, menyusun ASEAN Corportae Governance Scorecard yang akan menjadi parameter bersama untuk perusahaan-perusahaan yang sudah terdaftar di bursa efek. Penyusunan Scorecard ini terlaksana atas kerjasama dengan Asian Development Bank (ADB). Sedangkan secara metodologis dan konten, ASEAN CG Scorecard ini merujuk pada aplikasi yang telah diterapkan oleh OECD (Organisation for Economic and Development).1 Tujuan dari dibuatnya ASEAN Corporate Governance Scorecard adalah: 1. To raise corporate governance standards and practices of ASEAN PLCs(untuk menumbuhkan standar dan praktek Corporate Governance pada perusahaan-perushaan yang terdaftar di bursa efek di lingkungan ASEAN) 1 ACMF, “ASEAN Corporate Governance Scorecard”. 376 2. To showcase and enhance the visibility as well as investability of wellgoverned ASEAN PLC’s internationallyUntuk menunjukkan dan memperkuat secara internasional visibilitas dan juga investabilitas dari perusahaan-perusahaan yang terdaftar di bursa efek di lingkungan ASEAN)2 Sementara itu Indeks GRI bermula dari sebuah organisasi nirlaba yang berkantor pusat di Amsterdam, Negeri Belanda, bernama Global Reporting Initiative. Aktivitasnya terhadap membela pembangunan berekelanjutan, akhirnya membuat GRI menjadi salas satu rekanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), cq UNEP (The United Nations Environment Programme). Atas kerjasamanya dengan PBB dan lebih 3.1 pakar di seluruh dunia, GRI pada tahun 2000 mengeluarkan Indeks GRI. Indeks GRI adalah framework yang komprehensif untuk pembangunan berkelanjutan, mencakup “Reporting Guidelines, Sector Guidance, dan Other Resources”. Indeks GRI digunakan di seluruh dunia oleh organisasi di semua sektor, untuk memahami dan mengkomunikasikan performa bisnis dan pembangunan berkelanjutan. Hingga 2013, GRI telah merilis 4 (empat) generasi Indeks GRI, yakni: G -1 (2000), G-2 (2002), G-3 (2006), dan G-4 (2013. Oleh karena itu menarik untuk meneliti GCG dan CSR dimana indikator yang digunakan tidak lagi struktur GCG, melainkan indeks yang lebih bersifat komprehensif, menyeluruh, dan indeks tersebut telah disepakati di dunia internasional. Di antara indeks yang bisa digunakan adalah indeks ASEAN scorcared sebagai indikator dari GCG; dan indeks Global Report Initiative (GRI) sebagai indikator dari CSR. Bertititk tolak dari latar belakang masalah tersebut, penelitian ini hendak meneliti pengaruh GCG terhadap CSR, namun indiktor penelitian menggunakan ASEAN scorecard dan Indeks GRI. Dalam penilitan ini akan dibandingkan antara perusahaan sub-sektor perkebunan dan subsektor pertambangan batu bara. Adapuntujuanpenelitianadalah: 1. Untuk mengetahui hubungan antara Corporate Governance dengan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial pada perusahaan sub-sektor perkebunan. 2. Untuk mengetahui hubungan antara Corporate Governance dengan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial pada perusahaan sub-sektor pertambangan batu bara. 3. Untuk membandingkan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial pada perusahaan sub-sektor perkebunan cenderung dengan perusahaan subsektor pertambangan batu bara. 2 Ibid. 377 4. Untuk membandingkanPengungkapan Tanggung Jawab Sosial pada perusahaan sub-sektor perkebunan cenderung lebih baik pada perusahaan berukuran besar dibandingkan dengan perusahaan berukuran kecil. II. KajianTeori, KerangkaKonpsetual,danHipotesis 2.1 KajianTeortik 2.1.1 ProksiGood Corporate Governance Dalam rangka penerapan GCG berbagai proksi dikembangkan. Proksi pada tahap-tahap awal pelaksanaan GCG sering menggunakan struktur CG sebagai pendekatannya. Padahal, menurt Khomsiyah (2005:1-2), struktur CG yang meliputi struktur kepemilikan, jumlah komisaris independen, jumlah direksi independen, dan keberadaan komite audit; dianggap tidak mewakili penerapan CG secara utuh, karena tidak mencerminkan penerapan seluruh prinsip-prinsip GCG. Oleh karena itu, menurut Khomsiyah, diperlukan suatu proksi lain yang dianggap dapat mewakili penerapan CG. Beberapa peneliti mengajukan suatu pendekatan komprehensif dan kuantitatif penerapan CG dengan menggunakan istilah yang berbeda-beda. Di antaranya indikator agregat (Kaufmann, Kraay, dan Zoido-Lobaton; 1999), comprehensive rating oleh Governance Metrics International (Sherman, 2004), dan indeks (IICG). Beberapa penelitian menggunakan indeks CG sebagai proksi penerapan CG. Indeks CG tersebut merupakan kumpulan skor dari penerapan prinsip-prinsip GCG (Khomsiyah, 2005: 1-2). Dewasa ini berkembang sejumlah proksi yang lebih luas lagi cakupannya. Untuk indikator GCG sejak tahun 2011 telah lahir Indeks ASEAN Corporate Governance Scorecard, yang merujuk pada standar GCG yang dilaksnakan oleh organisasi dunia seperti Organization for Economic Co-operation and Development (OECD). Di masing-masing negara, pemerintahannya masing-maisng membuat standar GCG sekurang-kurangnya untuk dipakai PLCs (public listed company), yakni perusahaan-perusahaan yang terdaftar pada bursa efek negara masing. Indonesia bahkan membuat standar evaluasi GCG untuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) (dokumen ASEAN Scorecard). Seperti diketahui, pelaksanaan assesment GCG di perusahaan mengacu pada Kerangka Acuan Pelaksanaan Assessment dan Re-assessment Penerapan Good Corporate Governance di BUMN yang dikembangkan oleh Kementerian Negara BUMN Tahun 2008. Hal ini sesuai dengan Surat SektretarisKementerian BUMN Nomor S-168/MBU/2008 tanggal 27 Juni 2008 perihal Assessment Program GCG di 378 BUMN. Sejauh ini acuan standsar GCG di BUMN adalalah Keputusan Menteri Negara BUMN Nomor Kep-117/M-MBU/ 2002 tentang Penerapan Praktek GCG pada Badan Usaha Milik Negara, yang kemudian diganti dengan Keputusan Menteri Negara BUMN Nomor Per-01/ MBU/ 2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara (Jasa Raharja, 2010: 11). Tujuan pelaksanaan assessment penerapan GCG di perusahaan BUMN, sesuai Kerangka Acuan Pelaksanaan Assessment dan Re-assessment Penerapan Good Corporate Governance di BUMN, adalah: (a) Menguji dan menilai penerapan GCG di Perusahaan mulai elaborasi kondisi penerapan corporate governance dan perbandingan dengan indikator dan parameter pengujian; (b) Memberikan gambaran hasil assessment melalui pemberian skor atas penerapan corportae governance berikut rekomendasi perbaikan yang diusulkan untuk mengurangi celah (gap) antara praktik GCG dengan indikator dan parameter pengujian; (c) Memonitor konsistensi penerapan GCG di BUMN dan memperoleh masukan untuk penyempurnaan dan pengembangan kebijakan corporate governance di lingkungan BUMN. Sesuai Kerangka Acuan Pelaksanaan Assessment GCG dari Kementerian Negara BUMN, pelaksanaan assesssment GCG menggunakan Company Corporate Governance Scorecard (CCGS) untuk menguji dan menilai kualitas penerapan GCG di Perusahaan. CCGS terdiri dari kumpulan kriteria atau standar GCG yang digunakan sebagai acuan dalam pengujian dan penialaian terhadap kualitas penerapan GCG di BUMN. Struktur CCGS meliputi: a. Aspek pengujian, terdiri dari 5 aspek, yaitu hak dan tanggung jawab Pemegang Saham/ RUPS, kebijakan GCG. pelaksanaan GCG, pengungkapan informasi (disclosure), serta komitmen. Aspek pengujian merupakan ruang lingkup praktik GCG yang akan diuji dan dinilai dalam assessment. b. Indikator pengujian, terdiri dari 50 indikator yang merupakan seperangkat ukuran pada masing-masing aspek pengujian yang mencerminkan kekuatan pelaksanaan GCG. c. Parameter pengujian, terdiri dari 160 parameter, yang merupakan penjabaran dari unsur-unsur dari indikator pengujian yang terkait. (Jasa Raharja, 2010: 12). Pada setiap aspek, indikator, dan parameter pengujian diberikan bobot yang merupakan nilai/ skor maksimal yang dapat dicapai. Assessor memberikan penilaian berdasarkan tingkat pemenuhan unsur-unsur kriteria penerapan GCG pada setiap parameter dengan mengacu pada prinsip-prinsip GCG sebagaimana tertuang dalam Keputusan Menteri BUMN No. Kep-117/M-BU/2002 (dengan memperhatikan peraturan terbaru, yaitu Peraturan Menteri BUMN No. Per-01/MBU/2011), Pedoman GCG dari KNCG, dan perturan perundang-undangan yang berlaku. 379 Adapun prinsip-prinsip GCG terdiri dari: a. Akuntabilitas, yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban organisasi, sehingga pengolaan perusahaan terlaksana secara efektif. b. Pertanggungjawaban, yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinspi koperasi yang sehat. c. Kewajaran (fairness), yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hakhak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundangundangan yang berlaku. d. Transparansi, yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materi dan relevan mengenai perusahaan. e. Kemandirian, yaitu suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pemngaruh/ tekanan dari pihak mana pun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prisnsip korporasi yang sehat. i. CustomerSocialResponsibility Pertanggungjawaban sosial perusahaan atau corporate social responsibility (CSR) adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasinya dan interaksinya dengan stakeholders, yang melebihi tanggung jawab organisasinya secara aturan. Pertanggungjawaban sosial perusahaan diungkapkan di dalam laporan yag disebut Sustainability Reporting. Laporan ini adalah pelaporan mengenai kebijakan ekonomi, lingkungan, dan sosial, pengaruh da kinerja organisasi dan produiknya di dalam konteks pembangunan berkelanjutan (sustainability development).Sustainability reporting meliputi pelaporan mengenai ekonomi, lingkungan, dan pengaruh sosial terhadap kinerja organisasi. Sustainability Report harus menjadi dokumen strategik yang berlevel tinggi, karena menempatkan isu, tantangan dan peluang sustainabity development untuk membawanya menuju core business dan sektor industrinya (Lalu Abdul Fatah, 2014: 37). Darwin dalam Darmadji (2004) menyatakan bahwa Corporate Sustainability Reportingterbagi menjadi 3 (tiga) kategori, yaitu kinerja ekonomi, kinerja lingkungan, dan kinerja sosial. selanjutnya ketiga kinerja utama ini akan dibagi ke dalam beberapa kategori. Pembagian Corporate Sustainability Reporting. menurut Darwin, dapat dilihat pada Tabel 2.1 tentang Darwin Report. 380 Tabel 2.1 Darwin Report Kategori 1. Kinerja Ekonomi Pengaruh ekonomi secara langsung 2. Kinerja Lingkungan Hal-hal yang terkait dengan lingkungan 3. Kinerja Sosial a. Praktik Kerja b. Hak Manusia c. Sosial d. Tanggung jawab terhadap produk Aspek Pelanggan, pemasok, karyawan, penyedia modal, dan sektor publik Bahan baku, energi, air, keragaman hayati (biodiversity), emisi, smpah, pemasok, produk dan jasa, pelaksanaan dan angkutan Keamanan dan keselamatan kerja, pendidikan dan pelatihan karyawan, kesempatan kerja. Strategi dan manajemen, nondiskriminasi, kesempatan berserikat dan berkumpul, tenaga kerja di bawah umur, kedisiplinan, keamanan, dll. Komunitas, korupsi, kompetisi dan penetapan harga Kesehatan dan keamanan pelanggan, iklan yang peduli. Sumber: Darwin dalam Darmadji (2004) Adapun Zhegal & Ahmed (1990) dalam Angraini mengidentuifikasi hal-hal yang berkaitan dengan pelaporan sosial perusahaan yang terdiri dari lima butir, yakni lingkungan, energi, praktek bisnis yang wajar, sumbere daya manusia dan produk. Lingkungan, misalnya, meliputi pengendalian terhadap polusi, pencegahan atau perbaikan terhadap kerusakan lingkungan, energi, praktik bisnis yang wajar, sumber daya manusia dan produk. Harga saham dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah kualitas pengungkapan CSR. Investor cenderung lebih tertarik dengan perusahaan yang melaksanakan CSR sebagai tempat penanaman modal, karena semakin tinggi kualitas CSR, maka kelangsungan hidup perusahaan lebih terjamin. CSR merupakan klaim dari stakeholders agar perusahaan tidak hanya beroperasi untuk kepentingan para pemegang saham (shareholders), tetapi juga untuk kemaslahatan pihak stakeholders dalam praktik bisnis, yaitu para pekerja, komunitas lokal, pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), konsumen, dan lingkungan (Nurlela, 2008). 381 Pengaruh ukuran perusahaan terhadap pengungkapan CSR tercermin dalam teori agensi yang menjelaskan bahwa perusahaan besar mempunyai biaya agensi yang besar, oleh karena itu perusahaan besar akan lebih banyak mengungkapkan informasi daropada perusahaan kecil (Cowen, 1987; Roberts, 1992; Belkaoui & Karpik, 1989; Hasibuan, 2001; Sembiring, 2005 dan Anggraini, 2006). Salah satu indikator pengungkapan CSR adalah Indeks Global Reporting Initiative. Konten GRI yang digunakan dalam riset mini ini adalah sebagian dari G-3. G-3 berisi:Standard Disclosure Part I: Profile Disclosure: (1) Strategy & Analysis, (2) Organizational Profile, (3) Report Parameters, (4) Governance, Commitments, and Engagement. Kemudian Standard Disclosures Part II: Disclosures on Management Approach (DMAs). Standard Disclosures Part III: Performance Indicators (Economic, Environmental, Social: Labor Practices and Decent Work; Social: Human Rights; Social: Society; Social: Product Responsibility (GRI, 2007). 2.2 Kerangka Konseptual Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan, ada sejumlah variabel GCG yang beroengaruh terhadao CSR; namun ada beberapa variabel GCG yang tidak berpengaruh terhadap CSR; ada juga beberapa penelitian yang berbeda hasilnya. Hal ini memang dimungkinkan karena penelitian juga berbeda lokasi dan berbeda waktu. Berikut adalah Variabel GCG yang berpengaruh terhadap CSR : a) Farook dan Lanis (2005)menyimpulkan, islamic governance (sbg proksi corporate governance di bank Islam) terbukti berpengaruh posotif segara signifikan terhadap pengungkapan CSR) b) Said et all (2009)mengemukakan, dari delapan variabel (ukuran dewan, independensi dewan, dualitas CEO, independensi komite audit, kepemilikan terkonsentrasi, kepemilikan manajerial, kepemilikan asing, kepemilikan pemerintah) yg diuji hubungannnya dengan pengungakapan CSR. Hasilnya: 2 variabel yang berhubungan dc CSR disclosure adalah: (1) kepemilikan oleh pemerintah, (2) independensi komite audit. Dari variabel ini “kepemilikan pemerintah” yang paling berpengaruh pada pengungkapan CSR. c) Amran dan Devi (2008) mengungkapkan, semakin besar kepemilikan oleh pemerintah dapat meningkatkan pengungkapan CSR. d) Ahmad Nurkhin (2009)mengemukakan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR. Sedangkan variabel GCG yang “tidak berpengaruh” terhadap CSR adalah sebagai beikut: a) Novita dan Djakman (2008) membuktikanbahwahasil kepemilikan institusional tdk mempengaruhi luas penguangkapan CSR. 382 b) Barnae dan Rubin (2005)mengemukakan (1) kepemilikan institusional tidak memiliki hubungan dengan pengungkapan CSR. (2) kepemilikan asing tidak berpengaruh pd pengungkapan CSR. c) Sembiring (2003 dan 3005), Reverte (2008), Branco dan Rodriguez (2008) mengunngkapkanbahwa“profitabilitas” tidak terbukti siginifikan berpengaruh. d) Said et all (2009)mengungkapkanenam variabel yang tdk berhubungan dcngan CSR disclosure adalah: (1) ukuran dewan, (2) independensi dewan, (3) dualitas CEO, (4) kepemilikan terkonsentrasi, (5) kepemilikan manajerial, (6) kepemilikan asing e) Huafang & Jianguo (2007)mengungkapkanbahwa kepemelikian pemerintah tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR. KesemuapenelitianterdahulutersebutdapatdirangkumkandalamTabel 2.3 di bawahini. Tabel 2.3 Variabel GCG yang Berpengaruh/ Tidak Berpengaruh terhadap CSR N o Variabel Independen 1. 2. Islamic Governanve Kepemilikan oleh pemerintah 3. 4. Independensi komite audit Ukuran perusahaan Kepemilkian institusional 5. 6. Kepemilikan asing Profitabilitas 7. 8. 9. 10 11 12 13 14 Ukuran dewan Independensi dewan Kualitas CEO Kepemilikan terkonsentrasi Kepemilikan manajerial Kepemilikan asing Indeks CG Prinsip-prinsip CG (ssecara tidak langsung) 15 Indikator agregat 16 “Comprehensive rating” oleh Governance Metric International Pengaruh Terhadap Pengungkapan CSR Berpengaruh Tdk Berpengaruh Farook & Lanis (2005) Said, et al ( 2009), Amran dan Devi (2008) Said, et al (2009) Ahmad Nurkhim (2009) Huafang & Jianguo (2007) Novita dan Djakman (2008); Barnae dan Rubin (2005 Barnae dan Rubin (2005) Sembiring (2003 dan 3005), Reverte (2008), Branco dan Rodriguez (2008) Said, et al (2009) Said, et al (2009) Said, et al (2009) Said, et al (2009) Said, et al (2009) Said, et al (2009) Khomsiyah PricewaterhouseCoopers (1999, 2002); Ho & Wong (2000), Tsui & Gul dan Foker (1992) Kaufmann, Kraaay, ZoidoLobaton (1999) Sherman (2004) Hasil Rekap +1 +2 vs -1 +1 +1 -2 -1 -4 -1 -1 -1 -1 -1 -1 +4 (TL) 383 17 18 Indeks CG (IICG) (kumpulan skor dari penerapan prinsipprinsip GCG) Struktur CG (struktur kepemilikan; jumlah komisaris independen; jumlah direksi independen; keberadaan komite audit) Menurut Khomsiyah, “struktur CG” tidak mewakili penerapan CG secara utuh, karena tidak mencerminkan penerapan seluruh prinsip GCG)diperlukan proxcy lain yg bisa mewakili penerapan CG indikator agregat, comprehensive rating, indeks CG (kumoulan skor dari penerapan CG). Pengungkapan CSR mengurangi asimetri informasi antara manajemen dengan investor (Bushman dan Indjejikian, 1995) Berdasarkan kerangka konseptual inilah, maka lahir model penelitian sebagai berikut: Gambar 2.1 Conceptual Framework 384 2.3 Hipotesis Penelitian Dengan beraptokan pada judul penelitian, kajian teoritik, penelitian-penelitian terdahulu, dan kerangka pemikiran di atas, maka dibuatlah hipotesis penelitian sebagai bertikut: H-1: Terdapat hubungan positif dan signifikan antara Corporate Governance dengan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial pada perusahaan sub-sektor perkebunan H-2: Terdapat hubungan positif dan signifikan antara Corporate Governance dengan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial pada perusahaan sub-sektor pertambangan batu bara. H-3:Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial pada perusahaan sub-sektor perkebunan cenderung lebih baik daripada perusahaan sub-sektor pertambangan batu bara. H-4: Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial pada perusahaan sub-sektor perkebunan cenderung lebih baik pada perusahaan berukuran besar dibandingkan dengan perusahaan berukuran kecil. III. MetodologiPenelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, yakni penelitian yang menguji hipotesis atau menguji hubungan antar variabel penelitian (B. Sandjaja dan Hariyanto (2006: 50). Sementara metode penelitian yang digunakan adalah explanatory study atau hypothesis testing study, yakni penelitian hipotesis melalui suatu penjelasan, yang bertujuan untuk menjelaskan dan menguji hipotesis tentang hubungan antar-variabel. Hubungan yang dijelaskan adalah hubungan kausal (sebab-akibat) atau pengaruh dari variabel bebas “Corporate Governance” terhadap variabel terikat “Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.” Mengingathubungankausalantara X1dan X2(independent variable) dengan Y (dependend variable) denganjumlah X adalah 2(dua), makadigunakanpengolahan data denganmenggunakananalisisregresi linier (linear regression analysis) berganda. Poupulasi dalam penelitian ini seluruh perusahan sub-sektor perkebunan yang terdaftar di BEI adalah 15 buah perusahaan, ditambahseluruh perusahan sub-sektor pertambangan yang terdaftar di BEI adalah 21 buah perusahaan. Sampel dalam hal ini akan dijadikan samadenganpopulasi, sehingga keselurahan sampel adalah 36 perusahaan. Kedua sub-sektor tersebut dipilih dan dibandingkan karena dalam kaitannya dengan CSR, kedua sub-sektor tersebut cenderung memiliki karakteristik yang 385 berbeda satu sama lain. Dilihat dari CSR, sektor perkebunan dianggap sebagai sektor yang lebih ramah lingkungan, dibandingkan dengan sub-sektor pertambangan yang cenderung dinilai tidak ramah lingkungan dan bahkan cenderung menimbulkan masalah lingkungan. Adapun instrumen penelitian adalah berupa kuesioner, dimana item-itemnya merupakan operasionalisasi dari kedua variabel penelitian, yakni: (1) Corporate Governance (2) Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusaahaan. Indikator untuk CG adalah ASEANCorporate Governance Scorecard (lihat pada Lampiran). Sedangkan indikator untuk CSR adaah Indeks Global Reporting Initiative (GRI Index) (terlampir). Untuk variabel independen (variabel bebas) adalah “ASEAN CG Scorecard” Sub-Sektor Perkebunan (X1) dan ASEAN CG Scorecard” Sub-Sektor Pertambangan Batubara (X2), dimana variabel tersebut berpengaruh terhadap variabel terikat “Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Indeks GRI)” (Y) . Berdasarkanuraianmengenaioperasionalvariabel, untukmemudahkan, makadijabarkandalambentuktabelsebagaiberikut: Tabel 3.1. Operasional Variabel No 1 2 3 Variabel Indikator ASEANCorporate Corporate Governance Scorecard Governance Subsektor Perkebunan (X1) ASEAN Corporate Corporate Governance Sub- Governance Scorecard sektor Perkebunan (X2) Indeks Global Reporting Pengungkapan Initiative (GRI) Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Y) Skala Jenis data Interval Primer + sekunder Interval Interval Primer + sekunder Seperti diketahui, ASEAN Corporate Governance Scorecard mencakup area yang berdasarkan prinsip-prinsip OECD, dan dibuat menjadi 2 level. Untuk keperluan riset mini ini, ASEAN Coroporate Governance Scorcard, hanya akan dipilih Part D (Disclosure & Transparency), terutama D.8 (Company Websites) dan D (Investor Relations), yang lengkapnya terdapat pada Tabel 3.3 di bawah ini. 386 Tabel 3.3 Part D: Disclosure and Transparency pada ASEAN CG Scorecard Kode D.8 D.8.1 D.8.2 D.8.3 D.8.4 D.8.5 D.8.6 D.8.7 D.8.8 D.8.9 D.9 D.9.1 Subyek Company websites Does the company have a website disclosing up-to-date information on the following: Business operations Financial statements/ reports (current and prior years) Materials provided in briefings to analyst and media Shareholding structure Group corporate structure Downloadable annual report Notice of AGM and/ or EGM Company’s constitution (company’s bylaws, memorandum and articles of association) All of the above (D.8.1 to D.8.8) are avialable in English Investor Relations Does the company disclose the contact details (e.g telephone, fax, and email) of the officer responsible for investor velations? Jumlah butir Jumlah Butir 9 Skala ordinal 1 1 0-1-2-3 0-1-2-3 1 0-1-2-3 1 1 1 1 1 0-1-2-3 0-1-2-3 0-1-2-3 0-1-2-3 0-1-2-3 1 0-1-2-3 1 1 9 Dengan skala 0-1-2-3 tersebut dapat diartikan, (a) Skala 0 = tidak ada/ belum tersedia, (b) Skala 1 = ada tapi miskin data, ( c ) Skala 2 = data tersedia lengkap, tapi statik (tidak bisa interaktif dengan stakeholder), ( d ) Skala 3 = data tesedia lengkap, dan dianamik (bisa interaktif dengan stakeholder).) Sementara itu untuk indeks GRI, seperti diketahui, tediri dari 130 butir sebagaimana tampak dari Tabel 3.4 di bawah ini. Kemudian disclosure 1.2 yang tediri dari 12 butir, yang dalam penelitian ini hanya dipakai 9 butir pertama karena 6 butir berikunya memakai tipe data kuantitatif, yang berart berbeda dengan tipe data pada butir 1.2 yakni kualitatif. Lihat Tabel 3.5 (GRI Index). 387 Tabel 3.5 GRI Index, Standard Disclosure Part I: Profile Disclosure, sub-1: Strategy and Analysis Kode Judul dan Komponen Pengungkapan Jumlah butir Skala 1.1 Statement from the most senior decision-maker of the organization, dengan komponen sebagai berikut: 0-1-2-3 a. Strategic priorities and key topics for the 1 short and medium-term with regard sustainably 0-1-2-3 b. Including respect for internationally agreed 1 standards and c. Broader trends affecting the organization and 1 0-1-2-3 influencing sustainability priorities d. Key events during the reporting period 1 0-1-2-3 e. Achievement during the reporting period 1 0-1-2-3 f. Failures during the reporting period 1 0-1-2-3 g. Failures during the reporting period 1 0-1-2-3 h. Views on performance with respect to targets 1 0-1-2-3 0-1-2-3 i. Outlook on the organization’s main 1 challenges and targets for the next year and goals for the coming 3-5 years. 0-1-2-3 j. Other items pertaining to the organization’s 1 strategic approach. 1.2 Description of key impacts, risks, and opportunities a. Narrative section 1 including description of the significanct impacts the organization has on sustainability and associated challenges and opportunities. b. Narrative section 1 iucluding the effect on stakeholdr’s rights as defined by national laws and expectations in internationally-agreed standard c. Narrative section 1 iucluding explanation of the approach to prioritizing these challenges and opprtunities d. Narrative section 1 iucluding key cnclusions about progress in addressing these topics and related performance e. Narrative section 1 iucluding assesement 1 0-1-2-3 1 0-1-2-3 1 0-1-2-3 1 0-1-2-3 1 0-1-2-3 388 of reasons for underperformance or over performance f. Narrative section 1 iucluding a 1 description of the main processes in place to address performance and/ or relevant changes Jumlah item 16 butir 0-1-2-3 Diolah kembali dari: G3.1 Checklist Dengan skala 0-1-2-3 tersebut dapat diartikan: (a) Skala 0 = tidak ada/ belum tersedia, (b) Skala 1 = ada tapi miskin data, ( c ) Skala 2 = data tersedia lengkap, tapi statik (tidak bisa interaktif dengan stakeholder), ( d ) Skala 3 = data tesedia lengkap, dan dianamik (bisa interaktif dengan stakeholder). Mengingat penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan tipe hubungan kausal antara X (independent variable) dengan Y (dependent variable), dan jumlah independen variable afalah 2 (dua) variabel bebas (independent variable), maka digunakan pengolahan data dengan menggunakan analisis regresi linier (linear regression analysis)berganda. Analisis regresi linear berganda adalah hubungan secara linear antara satu variabel independen dengan satu variabel dependen yang digunakan untuk memprediksi atau meramalkan suatu nilai variabel independen berdasarkan variabel independen (Duwi Priyatno, 2012: 73). IV. HasilPenelitian Hubungan antara GRI Index dengan ASEAN CG Scorecard pada sub-sektor perkebunan cukup positif dan cukup erat, yakni 0.881 atau 88,1%. Berarti hubungan kedia variabel cukup kuat, karena di atas 50% dan cenderung mendekati ke angka 1 (100%). Berapa besar kontribusi ASEAN CG Scorecard terhadap GRI Index pada sektor perkebunan terlihat dari R2 atau R squared, yakni 0.776 atau 77,6%. Hal ini berarti bahwa kontribusi ASEAN CG Scorecard terhadap GRI Index pada sektor perkebunan, relatif besar, karena di atas 50% bahkan mendekati ke arah 100%. Oleh karena itu pada sub-sektor perkebunan ini dapat dikatakan bahwa hubungan ASEAN CG Scorecard dengan GRI Index adalah positif dan signifikan. Sementara hubungan antara GRI Index dengan ASEAN CG Scorecard pada sub-sektor pertambangan batu bara positif dan namun kurang erat, yakni 0.479 atau 47,9%. Berarti hubungan kedia variabel tidak cukup kuat, karena di atas 50% dan 389 cenderung mendekati ke angka 0 (nol). Berapa besar kontribusi ASEAN CG Scorecard terhadap GRI Index pada sektor perkebunan terlihat dari R2 atau R squared, yakni 0.229 atau 22,9%. Hal ini berarti bahwa kontribusi ASEAN CG Scorecard terhadap GRI Index pada sub-sektor pertambangan batu bara, relatif kecil, karena di bawah 50% bahkan mendekati ke arah 0 (nol) Oleh karena itu pada subsektor pertambangan baru bara ini dapat dikatakan bahwa hubungan ASEAN CG Scorecard dengan GRI Index adalah positif namun tidak signifikan. V. KESIMPULAN Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Terdapat hubungan positif dan signifikan antara Corporate Governance dengan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial pada perusahaan sub-sektor perkebunan. Terdapat hubungan positif dan signifikan antara Corporate Governance dengan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial pada perusahaan sub-sektor pertambangan batu bara. Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial pada perusahaan sub-sektor perkebunan cenderung lebih baik daripada perusahaan sub-sektor pertambangan batu bara. Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial pada perusahaan sub-sektor perkebunan cenderung lebih baik pada perusahaan berukuran besar dibandingkan dengan perusahaan berukuran kecil. DAFTAR PUSTAKA ACMF. 2013. “ASEAN Corporate Governance Scorecard.” Anggraini, Retno. (2006). “Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosiial dalam Laporan Keuangan Tahunan (Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta). Simposium Nasional Akuntansi 9, Padang. Belkaoui, A. dan P. G. Karpik. 1989. “Determinants of the Corporate Decision to Disclose Social Information”, Accounting, Auditing and Accountability Journal, Vol. 2, No. 1, pp. 36-51. 390 Branco, Manuel Castelp dan Lu’cia Lima Rodrigues. (2008). “Factors Influencing Social Responsilbility Disclosure by Portuguese Companies. “ Journal of Busi8ness Ethics (2008), 83: 685-701. Diakses tanggal 17 Mei 2012 melalui World Wide web. http://www.springer.com. Corporate Governance Characteristics in Malaysian Public Listed Companies,” Social Responsibility Journal. Vol. 5, No. 2, hal 212-226. Daniri, Mas Achmad . (2008). “Standarisasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan”, Jurnal Galang, Vol. 3, No. 3, 18, Depok: PIRAC Darmadji, Stevanus Hadi. (2002). CSR sebagai Bentuk Pertanggungjawaban Organisasi Bisnis terhadap Stakeholder”, Buletin Ilmiah Universitas Surabaya. “Diiferences between Qualitative and Quantitative Research Methods”, darti SEEPAIM 2000, Learning from Clients, Assessment Tools of Microfinance Practionpers,” Washington D.C.: AIM Management System InternationalFarook, Sayd & Lanis, Roman. (2005). “Banking on Islam? Derterminants of Corporate Social Responsilibility Disclosure,” working paper of University of Technology, Sydney, P.O. Box 123, Broadway, NSW 2007, Australia. Fatah, Lalu Abdul. (2014). “Analisis Faktor-faktor Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial (CRS-D) pada Laporan Tahunan Industri Syariah dalam Perspektif Akuntansi Islam.” yang Tanggung Jawab Perbankan Fitria, Soraya & Hartanti, Dwi. (2010). “Islam dan Tanggunh Jawab Sosial: Studi Perbandingan Pengungkapan Berdasarkan Global Reporting Initiative Indkes dan Islamic Social Reporting Indeks”, Simposium Nasional Akuntansi XII, Purwokerto 2010, Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto. GRI. 2007. “Globabal Reporting Initiative Index: GRI-3,” paper. .2014. “What https:/?www.globalreporting.org. is GRI: An Overview of GRI,” Khomsiyah. (2005). “Analisis Hubungan Struktur dan Indeks Corporate Governance dengan Kualitas Pengungkapan,” disertasi pada Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada. Kurniawan, Melissa & Wibowo, Daryanto Hesti. (2010). ”Analysis on Acounting Conservatism and CSR Disclosures of Indonesian Banks Listed on IDX 391 from 30. 2004 to 2007,” Journal of Applied Finance and Accounting 2 (2) 13- Novita dan Chaerul D. Djakman. (2008). “Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Luas Pengungkapan Tanggaung Jawab Sosial (CSR Disclosure) pada Laporan Tahunan Perusahaan: Studi Empiris pada Perusahaan Publik yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006.” Makalah disampaikan pada Simposium Nasional Akuntansi XI, Pontianak, 22-25 Juli 2008. Nurlela, Rika dan Islahuddin. (2006). “Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan dengan Persentase Kepemilikan Manajemen sebagai Variabel Moderating,” Universitas Syiah Kuala. Pemerintah Indonesia. 2007. UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Priyatno, Duwi. (2011). Belajar Cepat Olah Data Statistik dengan SPSS. Yogyakarta: Andi Sandjaja, B., dan Albertus Heriyanto. (2006). Panduan Penelitian. (cetakan ke-7, edisi revisi).Jakarta: Prestasi Pustaka Said, Roshima, Yuserrie Hj Zainuddin, dan Hasan Haron. (2009).” The Relationships between Sekaran, Uma. (2003). Research Method for Business: A Skill-Building Approach. John-Wiley & Sons. Inc. 4th. Sembiring, E.R. (2005). “Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial: Studi Empiris pada Perusahaan yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta.” Simposium Nasional Akuntansi 8, Solo. Sodiq, Purwoko & Associates. 2011. “Laporan Hasil Assessment Good Corporate Governance PT. Jasa Raharja (Persero) Tahun 2010. Suripto. 2012.”Pengaruh Corporate Governance, Size dan Profatibilitas terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Pertambangan Sub-sektor Pertambangan Batu Bara yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia)”, tesis pada Program Stdi Magister Akuntansi, Program Pascasarjana, Universitas Mercu Buana. Winarno, Wing Wahyu. (2011) Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan EViews. (cetakan ketiga).Yogyakarta: UPP STIM YKPN