performance

advertisement
7
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Pengertian Kinerja
Istilah kinerja (performance) terkait dengan beberapa pemaknaan, antara
lain pengertian kinerja, pengukuran kinerja (measurement performance) dan
indikator kinerja (performance indicator).
Konsep kinerja dalam berbagai literatur secara redaksional cukup
bervariasi, akan tetapi secara substansi pada umumnya mengarahkan kepada
makna unjuk kerja atau prestasi kerja, ataupun pencapaian hasil kerja.
Hal ini antara lain terlihat dari pengertian kinerja menurut Bateman,
Heather et al. (2003:196-197), bahwa kinerja (performance), merupakan suatu
kata kerja yang berarti “the way in which someone or something act performance
of staff against objectives how saff have worked, measured against the objectives
set” makna yang terkandung didalam defenisi ini pada prinsipnya kinerja
merupakan suatu pengukuran terhadap tindakan kerja seseorang pegawai
berdasarkan sasaran yang ditetapkan.
Mangkunegara (2000:67) memberikan pengertian kinerja sebagai”hasil
kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya.” Pengertian yang senada terlihat pula dalam Dictionaries Encarta
2009, bahwa kinerja ini dimaknai sebagai “working effectiveness” or
“accomplishment of
something: the act of carrying out or accomplishing
something such as a task or action”. kinerja dalam konteks ini terkait dengan
8
efektifitas kerja atau prestasi dari sesuatu. Efektifitas kerja berhubungan dengan
cara dimana seseorang melakukan pekerjaan dan dinilai efektifitasnya. Sementara
itu, prestasi dari sesuatu berhubungan dengan tindakan seseorang untuk
melakukan atau mencapai sesuatu seperti tugas. Menurut Brumbrach (dalam
Amstrong, 2006:498). Menjelaskan keberadaan kinerja sebagai:
“Performance means both behaviours and results. Behaviours emanate
from the ferformer and transform performance from abstraction to action.
Not just the instruments for results, behaviours are also outcomes in their
own right - the product of mental and physical effort applied to tasks – and
can be judget apart from results‟‟.
Pengertian : " kinerja berarti perilaku dan hasil. Perilaku berasal dari
pelaku dan mengubah kinerja dari bentuk abstrak ke tindakan bukan hanya alat
untuk hasil, perilaku juga hasil mereka senddiri untuk memproduksi mental dan
fisik yang diterapkan ke tugas dan dapat dinilai terpisah dari hasil.
Kinerja pada prinsipnya dipandang sebagai suatu interaksi antara perilaku
dan hasil. Dalam konteks ini perilaku yang bersumber dari pekerja dan bersifat
abstrak ditransformasi menjadi tindakan, atau merupakan suatu produk dari usaha
mental dan fisik yang diterapkan dalam pelaksanaan suatu aktifitas atau tugas,
sehingga keberadaan prilaku dapat dinilai sebagai suatu hal yang terpisah dari
hasil.
Dalam pandangan yang lain, Wood et al. (2001:67). Menjelaskan bahwa “
Performance is a concise measurement of the quantity and qualitity of the
contribution of the tasks performed by individuals or work groups or
organizations.”
9
Pandangan Wood ini secara umum mengartikan bahwa pada prinsipnya
kinerja merupakan suatu pengukuran ringkas secara kuantitas dan kualitas
kontribusi tugas- tugas, baik yang dilakukan pada tingkat individu, kelompok
kerja, maupun organisasi.
Bertitik tolak dari pengertian kinerja itu, maka pada dasarnya keberadaan
kinerja dapat ditemui dalam berbagai tingkatan, baik pada tahap individu,
kelompok, maupun organisasi, dan dapat dinilai dari berbagai persfektif atau
sudut pandang. Kinerja pada tahap individu pada dasarnya secara akumulasi akan
mencerminkan kinerja kelompok, dan kinerja kelompok akan menggambarkan
kinerja organisasi, karena pada hakekatnya keberadaan individu, baik sebagai
pribadi maupun kelompok dalam suatu organisasi merupakan satu kesatuan dan
bagian yang tidak terpisahkan dari keberadaan organisasi secara keseluruhan.
Hal ini sejalan apa yang dikemukakan oleh Keban (2008:213) bahwa “ apa
yang dilakukan oleh individu tidak terlepas dari desain proses dan struktur serta
perilaku organisasi yang berlaku.” Dalam konteks ini, kinerja organisasi dimediasi
melalui keahlian dan usaha manusia.
Sejalan dengan perumusan diatas penulis dapat menghubungkan antara
kinerja guru dengan pembelajaran. Dimana pembelajaran ini diartikan sebagai
tindakan yang dilakukan oleh seorang guru, dan memberikan yang terbaik kepada
peserta didik. Kinerja merupakan dualisme antara perilaku dan hasil. Dengan kata
lain bahwa kinerja dan pembelajaran adalah suatu komponen yang saling
berhubungan, akan tetapi pembelajaran sebagai pemberi rangsangan dan kinerja
menerima rangsangan dari pembelajaran. Mengertinya bahwa keberhasilan
10
pembelajaran dapat menggambarkan kinerja seorang guru sebab kinerja hanya
melihat melihat dari segi keberhasilan pembelajaran yang dilaksanakan oleh
seorang guru dan berdaya guna kepada peserta didik.
2.1.1 Pengukuran Kinerja
Untuk mengetahui keberhasilan kerja atau pencapaian hasil kerja pegawai
didalam suatu organisasi, perlu dilakukan pengukuran kinerja (measurement
performance) sebagai suatu cara untuk menilai keberhasilan kerja. Secara umum
pengukuran kinerja menurut Poister (2003:4). menjelaskan:
“perpormance measurement is intended to produce objective, relevant
information on program or organizational performance that can be used to
strengthen management and inform decision making, achieve results and
improve overall performance, and increase accountability”.
Pengertian: pengukuran kinerja ini dimaksudkan untuk menghasilkan
tujuan, informasi yang relevan pada kinerja program atau organisasi yang dapat
digunakan untuk memperkuat manajemen dan menginformasikan pengambilan
keputusan, mencapai
hasil dan meningkatkan keseluruhan kinerja dan
meningkatkan akuntabilitas ".
Menurut Pizam (2005:469) pengukuran kinerja merupakan komponen
penting dari proses pengambilan keputusan. Pengukuran kinerja digunakan untuk
berbagai alasan, sebagaimana yang diungkapkannya:
“the term „perfomance measurement‟ has been in existence for a
considerable time as an important component of the decision – making
process. Performance measurement is utilized for different reasons: to
monitor activities in business units and trought time, for diagnosing
problems and taking corrective action, to pacilitate continuous
improvement in key areas and to promote behavior in ways that would
help sustain competitive advantage. Overall, performance measurement is
considered to be an integral part of the management processes to identify
11
the poor performing areas or opportunities so that better plans can be
developed”.
Pengertian: “ bentuk pengukuran kinerja sudah ada sejak lama sebagai
komponen penting dari proses pengambilan keputusan. Pengukuran kinerja
digunakan untuk berbagai alasan untuk memantau kegiatan di dalam unit bisnis
dan waktu, untuk mendiagnosa masalah dan mengambil tindakan yang benar,
untuk memfasilitasi perbaikan lanjutan dalam bidang utama dan untuk
mempromosikan perilaku dalam cara yang akan membantu mempertahankan
keunggulan kompetitif. Secara keseluruhan, pengukuran kinerja adalah dianggap
sebagai bagian integral dari proses manejemen untuk mengidentifikasi bagian
yang sedikit kinerja atau peluang sehingga rencana yang lebih baik dapat
dikembengkan ".
Berdasarkan pada pandangan terhadap kegunaan dari pengukuran kinerja
itu, dapat digaris bawahi bahwa pengukuran kinerja pada intinya dimaksudkan
sebagai suatu upaya memperbaiki manajemen internal organisasi berdasarkan
imformasi yang relevan, objektif dalam rangka pengambilan keputusan untuk
meningkatkan kinerja organisasi secara keseluruhan. Dari sisi presfektif subjek
pengukuran kinerja dalam suatu organisasi dapat berupa kinerja perorangan atau
kolektif ataupun kombinasi keduanya.
Hal ini sebagaimana
yang diungkapkan oleh Stiffler (2006:92)
mengemukakan keberadaan pengukuran kinerja pada tingkat individu sebagai
suatu pengukuran yang terkait dengan penerapan ukuran yang sesuai dengan
kinerja dari semua karyawan untuk menentukan sejauh mana mereka telah
12
memberi kontribusi pada pencapaian tujuan organisasi dan departemen, dan
tujuan individu sebagaimana yang dijelaskannya:
“Measurement at the individual level is about applying the appropriate
yard stick to the performance of al employees to determine the extent to
which they have contributed to the achievement of organizational and
departmental objectives and individual goals”.
Pengertian: "Pengukuran pada tingkat individu adalah tentang menerapkan
sesuai ukuran untuk kinerja kariyawan serta menentukan sejauh mana mereka
telah berkontribusi untuk mencapai tujuan organisasi serta tujuan-tujuan
individu".
Adapun pengukuran kinerja dari sisi sumber pengukuran bisa berasal dari
berbagai sumber, sebagaimana diungkapkan oleh Boyne (2006:6) bahwa :
“performance measures are derived from a variety of sources including
inspections, user and citizen satisfaction surveys and archival data”. Termasuk
inspeksi penggunaan dan survey kepuasan warga Negara dan arsip-arsip data.
Dengan demikian berdasar pada presfektif subjek pengukuran kinerja
pada dasarnya dapat dilakukan pada tingkat individu baik secara perorangan
ataupun kelompok, dan sumber pengukurannya dapat dilakukan secara internal,
misalnya melalui inspeksi atau secara eksternal, antara lain melalui pengguna dan
survei kepuasan masyarakat penerima layanan, ataupun melalui arsip data yang
tersedia.
2.1.2. Dimensi dan Indikator Kinerja
Sebagai konsekuensi logis dari suatu proses pengukuran kinerja, dengan
sendirinya keberadaan indikator kinerja (Performance Indicator). Menjadi faktor
13
pendukung yang sangat penting, dimana keberadaan indikator kinerja dalam
proses pengukuran kinerja pada prinsipnya berfungsi sebagai alat atau instrument
untuk melakukan pengukuran suatu kinerja. Menurut Batemen, Heather. Et al.
(2003:196). Indikator kinerja dimaknai sebagai:
“a figure or measurement that acts as a guide to how well an organization
is performance, as a whole or in some aspect of its activities, and what its
strengths and weaknesses are (NOTE: performance indicator can relate,
for example, to the quality of its output or to the turnover rate amongst its
staff.)”
Pegertian: " seorang tokoh atau pengukuran yang bertindak sebagai
panduan untuk mengetahui seberapa baik suatu organisasi adalah kinerja, secara
keseluruhan atau dalam beberapa aspek dari kegiatan, dan apa kekuatan dan
kelemahan ( catatan: indikator performa dapat berhubungan, misalnya untuk
kualitas keluarnya atau tingkat pergantian para stafnya) ".
Dengan demikian, indikator kinerja merupakan suatu panduan yang dapat
berupa angka atau ukuran dalam rangka menilai kinerja organisasi, baik secara
keseluruhan maupun beberapa aspek kegiatan saja, serta menilai kekuatan dan
kelemahan. Selain itu, indikator kinerja dapat berhubungan dengan kualitas
maupun kuantitas dari output para pegawai dalam suatu organisasi.
Diberbagai kepustakaan, perspektif para ahli mengenai indikator kinerja
sebagai panduan di dalam melakukan pengukuran kinerja cukup beragam. Hal ini
terlihat dari pendapat Poister (2003:47) yang mengemukakan beberapa dimensi
yang relevan digunakan untuk menilai kinerja dalam organisasi publik dan nonprofit, yaitu “out, productivity, efficiency, service quality, effectiveness,
costeffectiveness, and custumer satisfaction”. Diluar, produktivitas, efisiensi,
14
kualitas jasa, evektivitas, costeffetiveness, dan kepuasan konsumen. Secara
operasional, Poister (2003:50-54) menjelaskan keberadaan pengukuran dari
beberapa dimensi kinerja dalam organisasi publik dan non-profit sebagai beikut:
1. Ukuran Hasil (Output Measure)
Ukuran hasil merupakan langkah yang penting karena keberadaannya mewakili
produk langsung dari organisasi publik atau program non-profit (nirllaba). Ukuran
hasil (output) menurut Poister (2003 : 50) dapat dinilai dari:
“They often measure volumes of programmed activity; outpus are aften
measured in terms of the amount of work that is performed; finally, output
measures something reprent the number of cases that are dealt with by a
program”.
Pengertian : "Mereka sering mengukur volume kegiatan terprogram; outpus
yang aften diukur dari jumlah pekerjaan yang dilakukan, akhirnya mengukur
output, reprent sesuatu jumlah kasus yang ditangani oleh program".
Dengan demikian dari penjelasan ukuran hasil itu, maka pada dasarnya
ukuran hasil terkait dengan ukuran volume kegiatan dari suatu program; ukuran
jumlah pekerjaan yang dilakukan; ataupun jumlah kasus yang ditangani oleh
sebuah program. Menurut Poister (2003 : 50).
2. Ukuran Produktivitas (Productivity Measures)
Secara umum, ukuran produktivitas terkait dengan rasio antara input
dengan output. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Poister (2003:50)
yang menyatakan:
“Productivity indicators most aften measure the rate of producsion
persome specific unit of resource, usually staff or employees. To be
meaningful they also must be defined in terms of some particular unit of
time,…sometimes the specific resource used as the basis for a productivity
indicator may measure equipment rather than personnel… In some cases,
15
productivity ratios use the unit of measurement in both the numerator and
denominator”.
Pengertian: "Indikator Produktivitas paling sering mengukur tingkat
produksi beberapa unit dari sumber daya tertentu, biasanya staf atau karyawan.
Untuk menjadi bermakna mereka juga harus didefinisikan dalam beberapa unit
waktu tertentu, ... kadang sumber daya tertentu yang digunakan untuk indikator
yang dapat mengukur peralatan daripada personil ... Dalam beberapa kasus,
produktivitas
rasio menggunakan unit pengukuran di kedua pembilang dan
penyebut ".
Mencermati penjelasan ukuran produktivitas Poister tersebut, maka
indikator produktivitas paling sering diukur berdasarkan tingkat produksi perunit
tertentu dari suatu sumber daya (staf atau karyawan); atau kadang-kadang sumber
daya tertentu digunakan sebagai dasar untuk mengukur indikator produktivitas
peralatan daripada tenaga. Selain itu dalam beberapa kasus, rasio produktivitas
menggunakan unit pengukuran antara pembilang dan penyebut.
3. Ukuran Efisiensi (Efficiency Measures)
Ukuran efisiensi pada dasarnya identik dengan ukuran produktivitas,
namun pengukurannya lebih dititik beratkan pada aspek biaya, sebagaimana
dijelaskan oleh Poister (2003:51) bahwa:
“Like productivity indicators, measures of operating efficiency relate
outpus to the resources utilized in producing them, but efficiency
indicators look at the ratio of output to the dollar cost of the collective
resources consumend in producing them”.
Pengertian: "Seperti iproduktivitas indikator, ukuran efisiensi operasi
berhubungan output untuk sumber daya yang digunakan dalam memproduksi
16
mereka, tetapi melihat indikator efisiensi rasio output untuk biaya dolar kolektif
sumber daya yang dikonsumsi dalam memproduksi mereka".
Secara operasional ukuran efisiensi berhubungan dengan sumber daya
yang dimanfaatkan dalam memproduksi suatu output, dengan penekanan pada
indikator efisiensi rasio output terhadap jumlah biaya yang digunakan didalam
memproduksi output mereka.
4. Ukuran Efektivitas (Effectiveness Measures)
Ukuran efektivitas pada dasarnya terkait pencapaian tujuan dasar dari
suatu program tertentu. Oleh karena itu pengukurannya dipandang sesuatu yang
penting dalam menilai suatu kinerja. Hal ini sebagaimana tergambar dari
penjelasan Poister (2003:52):
“ It is probably fair to say that effectiveness measures constitute the single
most important category of performabce measure because they represent the
degree to wich a program is producing its intended outcomes and achieving
the desired result”.
Pengertian: " hal ini mungkin adil untuk mengatakan bahwa langkahlangkah efektifitas merupakan satu kategori yang paling penting dari ukuran
kinerja karena mereka mewakili tingkat yang program ini menghasilkan hasil
yang dimaksudkan dan mencapai hasil yang diinginkan".
Penjelasan pentingnya ukuran produktivitas pada dasarnya dilatar
belakangi oleh keberadaan pengukuran efektifitas yang dipandang mewakili
gambaran dari capain hasil atau produksi dari suatu program tertentu. Lebih jauh
Poister (2003:53) menjelaskan “The most important effectiveness mesures tie
back to the basic purpose of a given program”. Penjelasan ini mencerminkan
17
bahwa yang paling penting dari pengukuran efektivitas adalah untuk mengikat
kembali tujuan dasar dari suatu program tertentu.
Berdasarkan uraian di atas penulis dapat mengartikan bahwa kinerja
merupakan produktivitas atau keberhasilan yang dilakukan oleh seorang guru
tentang apa yang dikerjakan dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya yang
telah diembannya.
1.2 Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah kegiatan yang meliputi unsur-unsur manusiawi,
material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mencapai tujuan
pembelajaran. Manusia terlibat dalam sistem pembelajaran terdiri dari siswa, guru
dan tenaga-tenaga lainnya, misalnya tenaga laboratorium. Materi meliputi buku,
papan tulis, kapur, foto grafik, slide, film, audio, video tape, dan komputer,
prosedur pembelajaran yang meliputi jadwal, metode dan peyampaian informasi,
praktek belajar, ujian dan sebagainya. (Samatowa, 2002:5).
Hal ini dikemukakan oleh Dewey, (1970). Sasaran utama ilmu pembelajaran
adalah mendeskripsikan strategi pembelajaran yang optimal untuk mendorong
prakarsa dan memudahkan belajar siswa. ilmu ini lebih tepat dipandang sebagai
ilmu terapan yang menjembatani teori belajar dan praktik pembelajaran.
Hal ini senada dengan penjelasan oleh Glaser (dalam, Uno:2009:vi).
Dikatakan merupakan kebutuhan yang amat mendesak. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa ilmu pembelajaran menaruh perhatian pada upaya untuk
meningkatkan pemahaman dan memperbaiki proses pembelajaran.
18
Pembelajaran atau pengajaran menurut Degeng (dalam, Uno: 2009 : 83)
adalah upaya untuk membelajarkan siswa. dalam pengertian ini secara implicit
dalam pembelajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan
metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Pemilihan,
penetapan, dan pengembangan metode ini didasarkan pada kondisi pembelajaran
yang ada. Kegiatan tersebut pada dasarnya merupakan inti dari perencanaan
pembelajaran.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dengan demikian bahwa
pembelajaran atau pengajaran merupakan aktivitas yang dilakukan oleh seorang
guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya untuk memanusiakan manusia
dalam rangka mencerminkan kehidupan bangsa.
1.3 Pengertian Guru
Guru dalam bahasa sansekerta guru yang juga berarti guru, tetapi secara
harfiahnya adalah “berat” artinya seorang pengajar suatu ilmu. Dalam Bahasa
Indonesia, guru umumnya merujuk pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajak, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik
Pengertian guru menurut undang-undang guru dan dosen dalam (tim
redaksi fokus media : 2009 ) adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan dasar dan pendidikan
menengah.
19
Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini jalur
sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Guru seperti ini harus mempunyai semacam kualifikasi formal dalam definisi
yang lebih luas setiap orang yang mengajarkan suatu hal yang baru dapat
dianggap seorang guru.
Jadi pengertian guru adalah tenaga pendidik yang pekerjaan utamanya
mengajar (UUSPN tahun 1989 Bab VII pasal 27 ayat 3 ). Guru dianggap sebagai
tolak ukur berhasil tidaknya suatu pendidikan. Program pendidikan sering di
anggap tergantung pada kualitas guru pengajarannya oleh sebab itu, kualitas guru
dapat dipakai sebagai indikator input dalam analisis efisiensi pendidikan
Guru merupakan faktor yang dianggap penting juga dalam mengarahkan
anak pada tingkat kedewasaan. Guru memiliki peran fungsi dan tugas tersendiri
dalam proses belajar dan mengajar di sekolah. Guru yang tidak professional
kadang-kadang kurang cakap dalam membawakan atau melaksanakan tugasnya.
Disamping itu kecakapan kognitif, guru juga harus memiliki kecakapan yang
afektif dan psikomotor. Guru dituntut untuk lebih bisa membimbing dan
mengarahkan anak sesuai dengan kemampuan mereka. Karena guru merupakan
orang tua kedua di rumah, maka setiap perilaku dan tindakan-tindakannya sebagai
teladan bagi anak-anak didik mereka.
Jadi dengan demikian, bahwa guru yang berkualitas sangat dibutuhkan
oleh suatu lembaga pendidikan; dalam hal melakukan proses pembelajaran.
Berhasilnya suatu pembelajaran di tentukan oleh seorang guru, di samping itu
juga guru berperan sebagai perencana, pelaksana, dan penilai pembelajaran.
20
1.4 Peranan Guru
Peranan guru adalah sebagai director of learning (direktur belajar)
maksudnya, setiap guru diarahkan untuk pandai mengarahkan kegiatan belajar
siswa agar mencapai keberhasilan belajar (kinerja akademik) yang telah
ditetapkan dalam proses belajar mengajar.
Syaodih ( dalam Anwar 2003:13) mengemukakan bahwa guru memegang
peranan yang cukup penting baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan
kurikulum. Lebih lanjut dikemukakannya bahwa guru adalah perencana,
pelaksana, dan pengembangan kurikulum bagi kelasnya. Guru dituntut untuk
menjadi ahli penyebar informasi yang baik, karena tugas utamanya antara lain
menyampaikan informasi kepada peserta didik. Guru juga berperan sebagai
perencana (designer), pelaksana, (implementer) dan penilaian (evaluator)
pembelajaran.
Pengertian proses belajar mengajar mempunyai makna yang lebih luas
dan lebih berarti daripada pengertian mengajar. Dalam proses belajar mengajar
tersirat adanya satu kesatuan aktivitas yang tidak terpisahkan antara siswa sebagai
pelajar dengan guru sebagai pengajar. Dalam aktivitas tersebut, terdapat interaksi
antara siswa yang belajar dengan guru yang mengajar. Seperti telah dimaklumi
bersama, bahwa proses belajar merupakan suatu proses terjadinya perubahan
tingkah laku, yang berarti bahwa seseorang yang telah melalui proses belajar akan
mengalami perubahan tingkah laku.
Selanjutnya dalam peranannya sebagai direktur belajar, guru hendaknya
senantiasa berusaha untuk menimbulkan, memelihara dan meningkatkan motivasi
21
aman untuk belajar, beberapa penelitian menunjukan bahwa motif berprestasi
mempunyai korelasi positif dan cukup berarti terhadap pencapaian proses belejar.
Hal ini berarti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar hanya ditentukan oleh
tinggi rendahnya motif berprestasi. Dalam hubungan ini, guru berfungsi sebagai
motifator dalam keseluruhan dalam kegiatan belajar mengajar.
Sebagai pendidik, tugas dan tanggung jawab guru yang paling utama
adalah pendidik, yaitu membantu peserta didik untuk mencapai kedewasaan.
Untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, maka seorang guru hendaknya
memahami segala aspek pribadi anak didik, baik jasmani maupun segi psikis.
Guru hendaknya mengenal dan memahami tingkat perkembangan peserta didik,
sistem motivasi atau kebutuhan, pribadi, kecakapan, kesehatan mental dan
sebagainya. Tindakan yang bijaksana akan timbul juga apabila guru benar-benar
memahami seluruh pribadi peserta didik.
Disamping memahami subjek didik, salah satu tugas guru yang tidak boleh
diabaikan adalah mengenal dan memahami dirinya. Memahami dan mengenal
siswa tidak mungkin dapat dilakukan dengan baik tanpa mengenal dan memahami
dirinya sendiri. Guru harus mempunyai informasi yang cukup untuk dirinya
sehubungan dengan peranannya, pekerjaan, kebutuhan dan motivasi, kesehatan
mentalnya, dan tingkatan kecakapan yang dimilikinya.
Jenis-jenis informasi tentang dirinya sangatlah membantu para guru itu
sendiri dalam mengatasi berbagai masalah yang timbul dalam tugasnya seperti
konflik, ilustrasi, maladjustment (Latihan kemampuan penguasaan diri ) dan
22
sebagainya. Agar guru dapat memahami dan membantu siswa dengan sebaikbaiknya maka guru itu sendiri harus menghindari masalah-masalah tersebut diatas.
Sesuai dengan bidang tugasnya maka seorang guru tidak hanya berperan
dalam interaksi dengan siswa tetapi interaksi
yang mencakup ruang lingkup
lingkungan sosial yang lebih luas baik keluarga, sekolah maupun variasi peranan
guru, dengan demikian dapat diartikan bahwa kompotensi guru akan meliputi
unsur-unsur:
a. Guru sebagai pendidik dan pengajar, sehubungan dengan perannya sebagai
pendidik dan pengajar, guru harus mempunyai pengetahuan luas, menguasai
bahan pelajaran/ bidang studi yang diajarkannya, menguasai teori dan praktek
mendidik, teori kurikulum metode pengajaran dan sebagainya
b. Guru sebagai anggota masyarakat, bersikap terbuka, tidak bertindak secara
otoriter, tidak bersikap angkuh, bersikap ramah pada siapapun suka menolong
dimanapun dan kapan saja, serta simpati dan empati terhadap pemimpin,
teman sejawad dan para siswa.
c. Guru sebagai pemimpin, bekerja dalam tim, bertindak selaku penasehat dan
orang tuah bagi murid-muridnya serta membuat keputusan yang tepat, cepat,
rasional, dan prkatis.
d. Guru sebagai pelaksana administrasi ringan, jujur dan teliti dalam bekerja,
rajin, memiliki keterampilan menyusun arsip dan keterampilan mengetik, serta
berbagai
keterampilan
lainnya
yang
berkenan
administrasi ringan sekolah, Hamalik (2004:42)
dengan
pelaksanaan
23
Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka dengan demikian bahwa
peran guru sangatlah penting dalam melakukan proses pembelajaran kepada
peserta anak didik. Peran guru adalah penentu sukses tidaknya suatu pembelajaran
dalam menyajikan materi yang diberikan.
1.5 Hakikat Kinerja Guru
Setiap individu yang diberi tugas atau kepercayaan untuk bekerja pada
suatu organisasi tertentu diharapkan mampu menunjukan kinerja yang
memuaskan dan memberikan kontribusi yang maksimal terhadap pencapaian
tujuan organisasi tersebut.
Kinerja merupakan terjemahan bebas dari istilah performance yang artinya
adalah prestasi kerja atau pelaksana kerja atau pencapaian kerja atau hasil kerja”.
Dalam kajian yang berkenan dengan profesi guru.
Anwar (1986:22) memberikan pengertian kinerja sebagai “seperangkat
perilaku nyata yang ditunjukan oleh seorang guru pada waktu memberikan
pelajaran kepada siswanya”. Kinerja guru dapat dilihat saat dia melaksanakan dan
ditunjukan oleh seorang guru pada waktu memberikan pelajaran kepada
siswanya”. Kinerja guru dapat dilihat saat dia melaksanakan interaksi belajarmengajar dikelas termasuk persiapannya baik dalam bentuk program semester
maupun persiapan mengajar. (http//Wikipedia.org/wiki/kinerja-22-k).
Guru memegang peranan yang cukup penting baik dalam perencanaan,
pelaksanaan dan pengembang kurikulum bagi kelasnya. Guru dituntut untuk
menjadi ahli penyebar informasi yang baik, Karena tugas utamanya antara lain
24
menyampaikan informasi kepada peserta didik. Guru juga berperan sebagai
perencana, pelaksana dan penilai pembelajaran.
Kualitas guru dapat ditinjau dari segi proses dan dari segi hasil. Guru
dikatakan berhasil apabila mampu melibatkan sebagian besar peserta didik secara
aktif baik fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran. Disamping itu,
dapat dilihat dari gairah dan semangat mengajarnya, serta adanya percaya diri.
Sedangkan dari segi hasil, guru dikatakan berhasil apabila pembelajaran yang
diberikannya mampu dikuasai oleh sebagian peserta didik dengan baik .( Anwar :
2003).
Ukuran kinerja guru terlihat dari rasa tanggung jawab menjalankan
amanah, profesi yang diembannya, rasa tanggung jawab moral di pundaknya.
Semua itu akan terlihat pada kepatuhan dan loyalitasnya dalam menjalankan tugas
keguruannya di dalam kelas dan tugas kependidikannya diluar kelas. Sikap ini
akan dibarengi pula dengan rasa tanggung jawabnya mempersiapkan segala
perlengkapan pengajaran sebelum melaksanakan proses pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas, maka pada hakekatnya yang dimaksud dengan
kinerja guru dalam hal ini adalah kemampuan yang ditunjukkan oleh guru dalam
melaksanakan tugas atau pekerjaannya. Kinerja dikatakan baik dan memuaskan
apabila tujuan yang dicapai sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
1.6 Profesionalitas Guru
Profesionalitas guru merupakan suatu bentuk pekerjaan yang elastis, yang
harus disesuaikan dengan perubahan dan perkembangan jaman. Hal ini
dikemukakan oleh Oteng Sutisna dalam Mukhtar, (2001 : 80). Mendefinisikan
25
istilah profesi dengan menunjuk kepada kelompok pekerjaan dari jenis yang ideal,
hanya dalam bentuk abstrak, namun menyediakan suatu status model pekerjaan
yang bisa diperoleh bila pekerjaan itu telah mencapai profesionalisme dengan
penuh, sedangkan istilah profesionalisme lebih mengarah kepada suatu bentuk
pekerjaan yang menjadi bidang keahlian seseorang.
Menurut Rokeach 1969, (dalam, Imbron: 1995 : 209).mengartikan sikap
sebagai sistem yang relatif tetap yang memuat didalamnya evaluasi kognitif yang
bersifat positif atau negativ, evaluasi efektif yang bersifat suka atau tidak suka dan
kecenderungan bertindak yang bersifat pro atau kontra terhadap objek psikologik
yang dihadapi. Berarti, guru yang puas pekerjaannya menjadi indikasi positifnya
sikap dia terhadap pekerjaan; atau tidak puas, maka sikapnya tidak lagi positif
terhadap pekerjaannya.
Berdasarkan pandangan parah ahli di atas maka guru secara profesional
merupakan profesi / jabatan atau pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus,
karena jenis pekerjaan ini tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang, yang
dalam posisinya berada diluar bidang kependidikan, meskipun kenyataannya
masih juga dilakukan oleh orang-orang diluar kependidikan. Akibatnya, jenis
profesi keguruan terkadang memiliki masalah, yakni tidak dapat memberikan
pelayanan yang maksimal kepada siswa, kemanusiaan, dan masarakat. (Mukhtar,
2001 : 80).
Bepijak pada pendapat para ahli di atas maka dengan demikian bahwa
pendidikan kewarganegaraan (PKn), merupakan persyaratan utama yang perlu
diketahui, dipahami, dan diperdalam oleh masyarakat, khususnya masyarakat
26
ilmiah. Untuk merealisasikan tujuan pendidikan yang benar- benar berkualitas dan
mampu berdaya saing maka yang diperlukan adalah kinerja guru yang profesional
untuk melaksanakan panggilan tugas khususnya pembelajaran PKn, yang dapat
menyentuh langsung kepada peserta didik, guna mengatasi faktor penghambat
dalam pembelajaran seperti: Faktor kemalasan siswa dalam menerima materi
PKn.
Di samping itu juga guru dituntut berperan aktif untuk meningkatnya mutu
pendidikan, yang mampu mengembangkan potensi anak didik untuk memahami
bahan ajar yang disajikan oleh pendidik.
Pendidikan merupakan sumber pengetahuan yang perlu didukung dan
dikembangkan, maka kinerja dan peran guru sangat diharapkan untuk melakukan
pembelajaran dalam memotivasi belajar siswa terhadap pelajaran PKn.
27
Download