GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TERHADAP

advertisement
1 GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TERHADAP HIV
Faritz Aldy Ramanda1, Agung Waluyo2
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Kampus UI Depok, 16424, Jawa Barat, Indonesia
Email: [email protected]; [email protected]
Abstrak
Perawat memiliki peran yang sangat besar dalam pelayanan kesehatan, karena itu seorang perawat sudah selayaknya
memiliki tingkat pengetahuan yang baik, termasuk pengetahuan mengenai HIV. Perawat yang memiliki pengetahuan
yang minim cenderung berdampak pada penurunan kualitas pelayanan kesehatan. Penelitian deskriptif dengan
menggunakan data sekunder yang diperoleh dari penelitian sebelumnya, bertujuan untuk menggambarkan tingkat
pengetahuan perawat di Indonesia dan perbedaan tingkat pengetahuan berdasarkan faktor usia, pengalaman bekerja,
jenis kelamin, pendidikan terakhir, agama, dan pelatihan HIV yang pernah diikuti perawat. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa 64,9 persen perawat yang bekerja di rumah sakit memiliki tingkat pengetahuan terhadap HIV yang
kurang. Penelitian ini dapat menjadi bahan pengembangan penelitian selanjutnya mengenai perawat dan HIV di masa
yang datang.
Kata kunci: HIV, pengetahuan perawat, pengetahuan HIV, Perawat
Abstract
Nurses have a big role in health care, therefore, a nurse must have a good level of knowledge, including knowledge
about HIV. Nurses who have less knowledge will tend to impact on the quality of health care. Descriptive study using
secondary data that is obtained from previous study will describe the level of knowledge of nurses in Indonesia and the
differences levels of knowledge based on age, work experience, gender, education, religion, and HIV training. Results
of the research showed that 64.9 percent of nurses who work in hospitals have low levels of knowledge about HIV. This
research can be research materials for develop the research about nurse and HIV in the future.
Keywords: Nurse, HIV, HIV knowledge, nurse’s knowledge
Pendahuluan
HIV atau Human Immunodeficiency Virus
merupakan virus yang dapat menyebabkan
seseorang mengalami AIDS (Acquired
Immune Deficiency Syndrome) (Carol, 2007).
Orang yang terinfeksi HIV akan mengalami
penurunan daya tahan tubuh, karena HIV
merupakan virus yang menyerang sistem
imun tubuh manusia, maka tidak heran jika
HIV merupakan salah satu virus yang ditakuti
di dunia. Banyak orang beranggapan negatif
pada penderita HIV/AIDS, bahkan memiliki
perasaan takut berlebihan terhadap mereka,
tidak terkecuali beberapa pekerja kesehatan
termasuk perawat. Hal ini tentu saja sangat
memprihatinkan, mengingat angka penderita
HIV di dunia terus meningkat, bahkan setiap
harinya terdapat 6300 kasus HIV baru di
dunia pada tahun 2012 (Culbert, 2014).
Indonesia
merupakan
negara
dengan
peringkat ketiga yang memiliki jumlah kasus
HIV di dunia, bahkan terdapat peningkatan
jumlah kasus baru setiap tahunnya (Culbert,
2014). Menurut data statistik kasus HIV di
Indonesia sampai Juni 2013, terdapat 108.600
kasus pasien terinfeksi HIV dan 43.667
pasien yang telah memasuki fase AIDS
(KEMENKES RI, 2013) dan angka itu akan
terus meningkat setiap tahunnya. Pada tahun
2009 jumlah penderita HIV di Indonesia
Gambaran Pengetahuan..., Faritz Aldy Ramanda, FIK UI, 2014
2 diestimasikan sekitar 310.000 jiwa (UNAIDS,
2010) naik hampir sekitar 3.000 persen dari
tahun 2000 sekitar 11.000 jiwa, sedangkan
tahun 2011 dilaporkan jumlah estimasi
penderita HIV mencapai 380.000 jiwa
(UNAIDS, 2012). Peningkatan angka pasien
dengan HIV akan menambah kemungkinan
perawat bertemu dengan pasien dengan kasus
HIV.
pelayanan kesehatan terhadap pasien dengan
HIV. Selain itu, perawat yang memiliki
tingkat pengetahuan terhadap HIV yang
cukup
akan
membantu
pencegahan
penyebaran infeksi HIV dan menghilangkan
paradigma negatif terhadap pasien HIV
sehingga pada akhirnya angka penderita HIV
yang mengalami depresi karena isolasi sosial
menurun.
Perawat
bertugas memberikan asuhan
keperawatan tanpa memandang status dan
latar belakang kliennya (PPNI, 2000), namun
tidak jarang kita menemukan perlakuan
berbeda dari seorang perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien
dengan HIV daripada dengan pasien tanpa
HIV. Hasil penelitian Oktarina (2011)
menyatakan bahwa 2 dari 6 perawat yang
diteliti, memilih untuk menghindari pasien
dengan HIV dan membedakan cara
berkomunikasi antara pasien tanpa HIV dan
pasien dengan HIV dengan nada seperti
mengancam. Hal tersebut dengan jelas
memperlihatkan sikap negatif sebagian
perawat terhadap pasien dengan HIV. Banyak
faktor yang dapat mempengaruhi sikap
perawat terhadap pasien dengan HIV. Sikap
dipengaruhi oleh pengalaman pribadi,
pengaruh orang lain yang dianggap penting,
pengaruh kebudayaan, media masa, lembaga
pendidikan dan lembaga agama, serta emosi
seseorang (Azwar, 2007). Beberapa faktor
yang membentuk sikap seseorang tersebut,
juga merupakan bagian dari pengetahuan.
Perawat merupakan tonggak terdepan dalam
pelayanan kesehatan, maka dari itu
pengetahuan perawat merupakan hal yang
sangat penting. Pengetahuan perawat dapat
menentukan
kepuasan
pasien
dalam
pelayanan kesehatan. Klien dengan HIV juga
memiliki hak yang sama dalam menerima
pelayanan kesehatan, terutama pelayanan
keperawatan, maka dari itu penelitian untuk
mengetahui gambaran tingkat pengetahuan
perawat terhadap HIV sangat penting
dilakukan. Dalam penelitian Indonesian
Nurses’
HIV
Knowledge,
Religiosity,
Individual Stigma Attitudes, and Workplace
HIV-Stigma (Waluyo, 2011), diterangkan
bahwa pengetahuan perawat terhadap HIV
yang diukur dengan menggunakan instrumen
HIV KQ-18 memiliki skor rata – rata sebesar
12,53 (dari 18 pertanyaan), dengan skor
paling rendah 4 dan skor paling tinggi 18.
Skor tersebut jika dikonversikan dalam nilai
yang memiliki besar 1 sampai 100 akan
menghasilkan nilai 69,61 yang termasuk
dalam kategori tingkat pengetahuan cukup (56
-75) menurut Arikunto (2006).
Pengetahuan diperoleh dari berbagai sumber
dalam hidup kita, seperti pendidikan,
pekerjaan, umur, minat, pengalaman,
kehidupan, dan informasi yang kita dapatkan
(Mubarak, 2007). Jika dilihat dari pengertian
tersebut, dapat kita simpulkan bahwa
pengetahuan
dapat
membentuk
sikap
seseorang terhadap suatu hal, dalam hal ini
adalah sikap perawat terhadap pasien HIV.
Pengetahuan perawat terhadap HIV sangat
penting, karena tingkat pengetahuan perawat
terhadap HIV akan berdampak pada
Penelitian
Indonesian
Nurses’
HIV
Knowledge, Religiosity, Individual Stigma
Attitudes, and Workplace HIV-Stigma
(Waluyo, 2011) menunjukkan tingkat
pengetahuan perawat terhadap HIV cukup,
namun dalam penelitian tersebut hanya diukur
berdasarkan pengetahuan terhadap HIV
secara keseluruhan, belum diukur berdasarkan
pemahaman
mengenai
penularan,
pencegahan, tes dan vaksin HIV.
Gambaran Pengetahuan..., Faritz Aldy Ramanda, FIK UI, 2014
3 Metode
Penelitian ini menggunakan metode analisis
data sekunder. Metode analisis data sekunder
merupakan metode penelitian dengan
mempelajari data penelitian sebelumnya.
Analisis data sekunder mencakup interpretasi,
kesimpulan atau tambahan pengetahuan
dalam bentuk lain. Semua itu ditunjukkan
melalui hasil penelitian pertama secara
menyeluruh. Analisis ini merupakan analisis
ulang dalam sudut pandang yang berbeda dari
laporan penelitian pertama. Langkah-langkah
yang perlu dilakukan dalam proses penelitian
menggunakan analisis data sekunder adalah:
merumuskan masalah; menentukan unit
analisis; menguji atau mengecek kembali
ketersediaan data; melakukan studi pustaka;
mengumpulkan
data;
mengolah
data
sekunder; menyajikan data dan memberikan
interpretasi; dan menyusun laporan hasil
penelitian (Nanang, 2011). Penelitian ini
menggunakan data penelitian sebelumnya,
yaitu penelitian Indonesian Nurses’ HIV
Knowledge, Religiosity, Individual Stigma
Attitudes, and Workplace HIV-Stigma
(Waluyo, 2011).
Data berjumlah 396 orang perawat dan diolah
menggunakan program komputer. Analisis
yang dilakukan adalah analisis univariat
berupa mean, median, modus, standar deviasi,
nilai minimal, nilai maksimal, dan proporsi.
Selain menggunakan analisis yang telah
disebutkan, peneliti juga menggunakan
analisis
dengan
kai
kuadrat
untuk
mendapatkan nilai p yang akan digunakan
untuk
mengetahui
perbedaan
data
pengetahuan
berdasarkan
data
usia,
pengalaman
bekerja,
jenis
kelamin,
pendidikan terakhir, agama, dan pelatihan
HIV yang pernah diikuti responden. Untuk
mengetahui tingkat pengetahuan perawat
terhadap HIV, data skor total pengetahuan
yang berbentuk numerik, diubah menjadi data
kategorik berdasarkan pembagian tingkat
pengetahuan. Pembagian tingkat pengetahuan
dibagi menjadi tiga, yaitu baik, cukup, dan
kurang. Tingkat pengetahuan perawat
terhadap HIV dikategorikan baik apabila
mendapatkan persentase jawaban benar 76 –
100%; cukup apabila presentase jawaban
benar 56 – 75%; dan kurang apabila
persentase jawaban benar dibawah 55%
(Arikunto, 2006). Untuk mempermudah
peneliti melakukan analisis data, maka data
yang didapat hanya dikategorikan menjadi
dua kategori, yaitu: berpengetahuan kurang
jika mendapatkan jawaban benar sama dengan
atau kurang dari 75% dan berpengetahuan
baik apabila mendapatkan jawaban benar
diatas 75%.
Hasil
Hasil analisis data univariat yang dilakukan
peneliti menunjukkan bahwa rata – rata usia
responden berkisar 35,45 dengan usia paling
muda 20 tahun dan usia paling tua 55 tahun,
sedangkan interval estimasi dengan nilai
kepercayaan 95% usia responden berkisar
antara 34,51 sampai 36,38 tahun. Rata – rata
lamanya pengalaman kerja yang dimiliki
responden adalah 13,41. Pengalaman bekerja
paling sebentar 1 tahun dan paling lama
adalah 39 tahun. Interval estimasi dengan
nilai kepercayaan 95% pada data pengalaman
kerja berkisar 12,49 hingga 14,32 tahun.
Tabel 1 Tingkat pengetahuan perawat terhadap HIV(n=396)
Variabel
Tingkat Pengetahuan
Kurang
Baik
Total
Frekuensi
Persentase (%)
257
139
396
64, 9
35,1
100
Responden penelitian didominasi oleh
perawat perempuan dengan jumlah 352
responden (88,9%), sedangkan perawat laki –
laki berjumlah 44 responden (11,1%). Agama
yang dianut mayoritas responden adalah
agama islam dengan frekuensi 212 responden
(53,5%) disusul dengan agama kristen
protestan 117 responden (29,5%) dan agama
katolik 67 responden (16,9%). Sementara
untuk latar belakang pendidikan terakhir,
Gambaran Pengetahuan..., Faritz Aldy Ramanda, FIK UI, 2014
4 kebanyakan responden merupakan lulusan
diploma regular dengan frekuensi 230
responden (58,1%) dan paling sedikit
merupakan lulusan sarjana regular dengan
frekuensi 21 responden (5,3%). Mayoritas
perawat yang menjadi responden belum
pernah mengikuti pelatihan tambahan
mengenai HIV dengan frekuensi 258
responden (66,2%).
Sebanyak 138 responden (34,9%) pernah
mengikuti pelatihan tambahan mengenai HIV,
dan hanya sebanyak 32 responden (8,1%)
yang pernah mengikuti pelatihan tambahan
mengenai HIV lebih dari sekali, sisanya
sebanyak 106 responden (26,8%) hanya
pernah sekali mengikuti pelatihan tambahan
mengenai HIV.
Pengetahuan
perawat
terhadap
HIV
dipresentasikan dengan 18 pertanyaan. Hasil
analisis skor peengetahuan perawat terhadap
HIV ditunjukkan oleh tabel 5.4. rata – rata
skor total pengetahuan perawat terhadap HIV
12,53, dengan skor terendah 4 dan skor
tertinggi 18. Interval estimasi dengan nilai
kepercayaan 95% berkisar antara 12,29
hingga 12,75.
Tabel 2 Perbedaan tingkat pengetahuan terhadap HIV
berdasarkan kategori usia, pengalaman bekerja, jenis
kelamin, pendidikan terakhir, agama, dan pelatihan HIV yang
pernah diikuti perawat (n=396)
No
1
2
3
4
5
6
Pengetahuan berdasarkan
Usia
Pengalaman bekerja
Jenis kelamin
Agama
Jenjang Pendidikan Terakhir
Frekuensi ikut pelatihan HIV
Nilai p
0,028*
0,317
0,098
0,165
0,004*
0,059
Tingkat pengetahuan perawat terhadap HIV
rata – rata 12,53, jika di konversikan kedalam
skor dengan rentang 1 – 100 maka skor rata –
ratanya adalah 12,53/18 x 100 = 69,61 yang
berarti rata – rata tingkat pengetahuan
perawat yang menjadi responden adalah
kurang. Pada tabel 5.5, tingkat pengetahuan
perawat memiliki distribusi sebagai berikut:
257 orang responden berpengetahuan kurang;
139 orang responden berpengetahuan baik.
Data pada tabel 2 menunjukkan bahwa
perbedaan tingkat pengetahuan paling
signifikan terdapat pada tingkat pengetahuan
berdasarkan kelompok usia dan pendidikan
terakhir yang ditempuh perawat. Tingkat
pengetahuan berdasarkan kelompok usia
memiliki perbedaan paling signifikan dengan
nilai p 0,004. Tingkat pengetahuan
berdasarkan lamanya pengelaman kerja
memiliki nilai p paling besar yaitu 0,317 yang
berarti tidak memiliki perbedaan yang
signifikan.
Tabel 3 Frekuensi kategori tingkat pengetahuan terhadap
penularan, pencegahan, tes pemeriksaan, dan vaksin HIV
(n=396)
No
1
2
3
4
Variabel
Penularan
Pencegahan
Tes
pemeriksaan
vaksin
Tingkat
Pengetahuan
kurang
Baik
(%)
(%)
51,8
48,2
85,6
14,4
14,4
85,6
42,7
57,3
Total
(%)
100
100
100
100
Tingkat pengetahuan perawat terhadap
penularan HIV memiliki distribusi paling
besar pada tingkat pengetahuan kurang
dengan persentase 51,8 persen responden
sama halnya dengan tingkat pengetahuan
perawat terhadap pencegahan HIV yang juga
memiliki distribusi terbanyak pada tingkat
pengetahuan kurang dengan persentase 85,6
persen responden. Tingkat pengetahuan
perawat terhadap tes HIV memiliki distribusi
paling besar pada tingkat pengetahuan baik
dengan persentase 85,6 persen responden.
Pada tingkat pengetahuan perawat terhadap
vaksin HIV memiliki distribusi terbesar pada
tingkat pengetahuan baik dengan persentase
57,3 persen responden.
Hasil analisis data pada tabel 4 menunjukkan
nilai p dari data tingkat pengetahuan perawat
terhadap penularan HIV berdasarkan agama
Gambaran Pengetahuan..., Faritz Aldy Ramanda, FIK UI, 2014
5 yang dianut, jenjang pendidikan terakhir, dan
frekuensi mengikuti pelatihan HIV lebih kecil
dari 0,05. Nilai tersebut menunjukkan bahwa
ada perbedaan yang signifikan tingkat
pengetahuan perawat terhadap penularan HIV
berdasarkan agama yang dianut, jenjang
pendidikan terakhir, dan frekuensi mengikuti
pelatihan HIV. Nilai p pada tingkat
pengetahuan perawat terhadap pencegahan
HIV berdasarkan usia dan jenjang pendidikan
terakhir lebih kecil dari 0,05. Nilai tersebut
menunjukkan bahwa ada perbedaan yang
signifikan tingkat pengetahuan perawat
terhadap pencegahan HIV berdasarkan usia
dan jenjang pendidikan terakhir.
Tabel 4 Perbedaan tingkat pengetahuan terhadap HIV pada
aspek penularan, pencegahan, tes pemeriksaan, dan vaksin
HIV berdasarkan kategori usia, pengalaman bekerja, jenis
kelamin, pendidikan terakhir, agama, dan pelatihan HIV yang
pernah diikuti perawat (n=396)
No
1
2
3
4
5
6
Pengetahuan
berdasarkan
Usia
Pengalaman
bekerja
Jenis kelamin
Agama
Jenjang
Pendidikan
Terakhir.
Frekuensi
ikut pelatihan
HIV
Penularan
0,730
0,774
Nilai p
Pence- tes
gahan
0,001* 0,951
0,074 0,896
Vaksin
0,722
0,939
0,384
0,324
0,939
0,815
0,023*
0,001*
0,632
0,000*
0,04*
0,889
0,712
0,367
0,002*
0,630
0,469
0,686
Nilai p dari data tingkat pengetahuan perawat
terhadap tes pemeriksaan HIV berdasarkan
agama yang dianut responden lebih kecil dari
0,05. Nilai tersebut menunjukkan bahwa ada
perbedaan
yang
signifikan
tingkat
pengetahuan perawat terhadap pencegahan
HIV berdasarkan agama yang dianut. Pada
data tingkat pengetahuan perawat terhadap
vaksin HIV berdasarkan usia, pengalaman
kerja, jenis kelamin, agama yang dianut,
jenjang pendidikan terakhir, dan frekuensi
mengikuti pelatihan HIV responden nilai p
lebih besar dari 0,05 yang berarti tidak ada
perbedaan yang signifikan.
Pembahasan
Hasil
penelitian
mengenai
tingkat
pengetahuan
perawat
terhadap
HIV
menunjukkan bahwa sekitar 64,9 persen
responden memiliki tingkat pengetahuan
kurang. Dari hasil tersebut dapat dilihat, lebih
dari 50 persen perawat memiliki tingkat
pengetahuan yang kurang. Menurut Pando, et.
al. (2013) skor tingkat pengetahuan yang
lebih tinggi berhubungan dengan usia yang
lebih tua, pendidikan yang lebih tinggi,
pendapatan yang lebih besar, hubungan sosial
yang lebih luas, menjadi pekerja, dan belum
lama menjadi mahasiswa.
Hal tersebut
dibahas lebih lanjut dalam pembahasan hasil
analisis tingkat pengetahuan perawat terhadap
HIV berdasarkan data usia, pengalaman kerja,
jenis kelamin, agama yang dianut, pendidikan
terakhir, dan frekuensi mengikuti pelatihan
HIV.
Skor pengetahuan rata-rata perawat terhadap
HIV masih lebih tinggi dibandingkan skor
pengetahuan rata-rata penduduk Indonesia
tahun 2010 pada remaja umur 15-24 tahun
yang
hanya
sebesar
11,4
persen
(KEMENKES RI, 2012). Hal tersebut
membuktikan bahwa tingkat pengetahuan
dipengaruhi oleh pekerjaan dan pengalaman
yang dimiliki (Mubarak, 2007; Notoatmodjo,
2010). Rentang usia pada penelitian ini adalah
20 sampai 55 tahun menunjukkan terdapat
perbedaan dengan rentang usia pada
penelitian KEMENKES RI (2012) dan
memiliki hasil yang berbeda. Hal tersebut
mendukung pernyataan Pando, et. al. (2013)
yang menyatakan bahwa usia berhubungan
dengan tingkat pengetahuan seseorang. Pada
penelitian ini juga terdapat perbedaan yang
signifikan antara tingkat pengetahuan perawat
terhadap HIV berdasarkan kelompok usianya.
Nilai p 0,028 menunjukkan bahwa usia
berpengaruh pada tingkat pengetahuan, hal
tersebut didukung oleh penyataan Mubarak
(2007) dan Pando, et. Al. (2013) yang telah
dijelaskan sebelumnya.
Gambaran Pengetahuan..., Faritz Aldy Ramanda, FIK UI, 2014
6 Pada analisis tingkat pengetahuan perawat
terhadap HIV berdasarkan jenis kelamin,
tidak ada perbedaan yang signifikan dengan
nilai p 0,098. Menurut Mubarak (2007) jenis
kelamin tidak termasuk dalam faktor yang
mempengaruhi pengetahuan, walaupun hal
senada
juga
diungkapkan,
menurut
Notoatmodjo (2010) jenis kelamin tidak
termasuk
faktor
yang
mempengaruhi
pengetahuan, namun faktor lingkungan sosial
budaya merupakan faktor yang berperan
mempengaruhi
pengetahuan.
Menurut
Santrock (2003) terdapat persamaan dan
perbedaan antara laki-laki dan perempuan.
Laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan
dalam komunikasi sosial dengan lingkungan
sekitarnya
sehingga
menyebabkan
pengetahuan
yang
dimiliki
berbeda.
Berdasarkan komunikasi pada lingkungan
sosial laki-laki dan perempuan akan
mendapatkan pengetahuan yang berbeda,
namun tidak signifikan.
Menurut Mubarak (2007) dan Notoatmodjo
(2010), pendidikan seseorang mempengaruhi
tingkat pengetahuannya. Pando, et. al. (2013)
skor tingkat pengetahuan yang lebih tinggi
berbanding lurus dengan pendidikan yang
diperoleh.. Dari hasil analisis penelitian
mengenai pengetahuan perawat terhadap HIV
berdasarkan jenjang pendidikan terakhir yang
ditempuh didapatkan nilai p sebesar 0,004
yang berarti terdapat perbedaan yang
signifikan antara tingkat pengetahuan
terhadap HIV pada perawat lulusan SPK,
Diploma
Keperawatan
dan
Sarjana
Keperawatan. Pada hasil analisis data
didapatkan bahwa tingkat pengetahuan baik
terhadap HIV pada perawat dengan lulusan
Sarjana Keperawatan memiliki distribusi
lebih besar dibandingkan pada perawat
lulusan Diploma Keperawatan dan SPK,
namun terdapat keganjilan pada distribusi
tingkat pengetahuan baik terhadap HIV pada
perawat lulusan Diploma Keperawatan
dimana distribusinya lebih kecil dibandingkan
pada perawat lulusan SPK.
Pada beberapa sumber mengungkapkan
bahwa semakin tinggi pendidikan terakhir
yang ditempuh seseorang maka semakin baik
tingkat pengetahuannya, dan hal tersebut
terbukti pada perawat dengan lulusan sarjana,
namun tidak terbukti pada perawat dengan
lulusan SPK. Pada analisis tersebut peneliti
menduga bahwa faktor pengalaman bekerja
sangat mempengaruhi distribusi tingkat
pengetahuan baik pada perawat lulusan SPK
yang lebih tinggi dari distribusi pada perawat
lulusan Dipoma Keperawatan, mengingat
kebanyakan perawat lulusan SPK adalah
perawat-perawat senior yang memiliki
pengalaman bekerja lebih banyak. Pendidikan
tidak hanya dapat mempengaruhi tingkat
pengetahuan perawat terhadap HIV, namun
juga dapat mempengaruhi stigma dan perilaku
perawat terhadap klien dengan HIV. Menurut
Mahandra et. al (2006) dalam Afriandi, I.,
Paryati, T., Raksanagara, A.S (2013)
pendidikan akan mempengaruhi stigma dan
diskriminasi terhadap klien dengan HIV.
Pengetahuan mempengaruhi seseorang dalam
bersikap (Azwar, 2007; Mubarak, 2007).
Menurut
Afriandi,
I.,
Paryati,
T.,
Raksanagara,
A.S.
(2013)
tingkat
pengetahuan dapat mempengaruhi stigma dan
persepsi tenaga kesehatan terhadap klien
dengan HIV. Menurut hasil penelitian Barker,
et. al.. (2012) pengetahuan terhadap HIV dan
Mahandra et. al (2006) dalam Afriandi, I.,
Paryati, T., Raksanagara, A.S (2013)
pendidikan akan mempengaruhi stigma dan
diskriminasi terhadap klien dengan HIV dan
pendidikan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi pengetahuan (Mubarak, 2007).
Semakin rendah tingkat pengetahuan tenaga
kesehatan, maka semakin negatif stigma dan
persepsi tenaga kesehatan tersebut tidak
terkecuali
stigma
perawat.
Tingkat
pengetahuan perawat yang kurang dapat
menurunkan standar pelayanan keperawatan,
karena pelayanan keperawatan sangat
bergantung pada sikap perawat terhadap
kliennya. Rendahnya tingkat pengetahuan
juga memperbesar kemungkinan adanya
Gambaran Pengetahuan..., Faritz Aldy Ramanda, FIK UI, 2014
7 diskriminasi terhadap klien dengan HIV
(Afriandi, I., Paryati, T., Raksanagara, A.S.,
2013). Diskriminasi biasanya ditunjukkan
dengan sikap sinis, ketakutan yang berlebihan
dan persepsi negatif perawat terhadap klien
dengan HIV. Hal tersebut membuat
pengendalian
penyakit
HIV
semakin
terkendala karena diskriminasi pada klien
dengan HIV akan membuat klien dengan HIV
menjadi malas untuk melakukan pengobatan.
Menurut Amiruddin, R., Ansar, J., Fadhali, A.
(2008) Pengetahuan merupakan salah satu
yang berpengaruh terhadap pencegahan HIV,
sehingga pengetahuan merupakan hal yang
penting dalam upaya pengendalian HIV.
Tingkat pengetahuan perawat terhadap
pengetahuan pencegahan HIV memiliki
distribusi terbesar pada tingkat pengetahuan
kurang
dibandingkan
dengan
tingkat
pengetahuan
terhadap
penularan,
tespemeriksaan, dan vaksin HIV dengan
distribusi sebesar 85,6 persen responden. Hal
tersebut sangat memprihatinkan mengingat
petugas kesehatan terutama perawat sering
melakukan kontak dengan pasien HIV, dan
jika memiliki pengetahuan kurang terhadap
pencegahan HIV tidak hanya membahayakan
perawat tersebut, tetapi juga membahayakan
pasien lainnya.
Pengetahuan terhadap pencegahan HIV
mendorong perawat untuk memberikan
perlindungan terhadap diri sendiri dengan
maksimal,
namun
dengan
kurangnya
pengetahuan terhadap pencegahan HIV akan
menyebabkan perawat menjadi tidak peduli
terhadap perlindungan diri dan pemakaian alat
pelindung diri. Menurut data Eijkeman &
Wilburn (2004) sekitar 66 persen perawat di
Vietnam mengalami kecelakaan tertusuk
jarum suntik pada saat melakukan tindakan
yang menggunakan jarum suntik dalam 9
bulan terakhir. Kecelakaan kecil seperti
tertusuk jarum suntik dapat menjadi masalah
besar jika pasien yang sedang ditangani
positif mengidap HIV. Pada penelitian
Oktarina (2011) ditemukan bahwa hanya 4
dari 6 perawat yang selalu menggunakan
sarung tangan pada saat melakukan tindakan
invasif seperti tindakan mengambil darah,
padahal memakai sarung tangan adalah
prosedur dasar yang harus diikuti ketika
melakukan tindakan seperti itu. Jika
dihubungkan dengan penelitian ini, sikap
perawat tersebut dikarenakan pengetahuan
perawat yang kurang mengenai pencegahan
HIV, seperti yang diungkapkan oleh
Amiruddin, R., Ansar, J., Fadhali, A. (2008)
bahwa pengetahuan merupakan salah satu
yang berpengaruh terhadap pencegahan HIV.
Pengetahuan perawat terhadap pencegahan
HIV merupakan hal yang penting, maka dari
itu
dibutuhkan
upaya
peningkatan
pengetahuan mengenai pencegahan HIV pada
perawat.
Tingkat pengetahuan perawat terhadap
pencegahan HIV memiliki perbedaan
signifikan pada data yang berdasarkan
kelompok usia dan jenjang pendidikan
terakhir perawat. Adanya perbedaan yang
signifikan pada tingkat pengetahuan perawat
terhadap kelompok usia sesuai dengan
Mubarak (2007) yang mengatakan bahwa usia
mempengaruhi pengetahuan seseorang dan
menurut peneliti pengetahuan yang dimaksud
juga merupakan pengetahuan mengenai
pencegahan HIV. Menurut Pando, et. al
(2013) tingkat pengetahuan akan semakin
tinggi apabila usia responden juga semakin
tua dan hal tersebut dibuktikan bahwa
persentase tingkat pengetahuan baik pada
kelompok yang lebih tua yaitu kelompok usia
dewasa tengah lebih tinggi (22,7%)
dibandingkan dengan persentase tingkat
pengetahuan baik pada kelompok usia dewasa
awal
(9,8%).
Tingkat
pengetahuan
berdasarkan jenjang pendidikan terakhir
responden juga memiliki perbedaan yang
signifikan bahkan nilai p yang didapatkan
kurang dari 0,000. Hal tersebut sejalan
dengan pernyataan-pernyataan yang telah
dipaparkan pada bahasan sebelumnya
menurut Pando, et. al. (2013), Notoatmodjo
(2010) dan Mubarak (2007)
Gambaran Pengetahuan..., Faritz Aldy Ramanda, FIK UI, 2014
8 Analisis data tingkat pengetahuan terhadap
penularan HIV juga memiliki distribusi
terbesar pada tingkat pengetahuan kurang.
Pada penelitian ini, terdapat 13 dari 18
pertanyaan dalam HIV KQ-18 yang
digolongkan sebagai pertanyaan untuk
mengetahui tingkat pengetahuan perawat
terhadap penularan HIV. Secara kuantitatif
51,8 persen perawat memiliki pengetahuan
yang kurang terhadap penularan HIV, namun
jika dihitung rerata nilai pengetahuan
perawat, memiliki nilai 9,25 yang jika
dikonversi dalam skor 1 hingga 100 memiliki
nilai 71,15 yang juga termasuk dalam kategori
pengetahuan kurang. Keadaan tersebut juga
dapat digolongkan sebagai keadaan yang
memprihatinkan, walaupun tidak sebanyak
distribusi pada tingkat pengetahuan kurang
pada perawat terhadap pencegahan HIV.
Menurut Potter & Perry (2005) perawat
memiliki peran sebagai penyuluh dan pemberi
edukasi kepada pasien. Pengetahuan perawat
mengenai penularan HIV sangat dibutuhkan,
karena sebagai bagian dari materi edukasi
kesehatan yang merupakan tugas perawat.
Analisis data tingkat pengetahuan perawat
terhadap pemahaman mengenai penularan
didapatkan
perbedaan
data
tingkat
pengetahuan yang signifikan pada tingkat
pengetahuan berdasarkan Agama, jenjang
pendidikan
terakhir
dan
frekuensi
keikutsertaan dalam pelatihan HIV. Hal
tersebut sejalan dengan pernyataan Mubarak
(2007) yang menyatakan bahwa pengetahuan
dipengaruhi oleh pendidikan dan pengalaman,
namun tidak menyebutkan mengenai agama
mempengaruhi pengetahuan atau tidak.
Menurut hasil penelitian Barker, et. al. (2012)
dan Afriandi, I., Paryati, T., Raksanagara,
A.S. (2013) pengetahuan terhadap HIV
mempengaruhi stigma mengenai HIV, pada
penelitian Waluyo (2011) agama tidak
terbukti mempengaruhi stigma seseorang,
namun yang mempengaruhi stigma terhadap
HIV adalah tingkat kereligiusan orang
tersebut.
Stigma
dipengaruhi
oleh
pengetahuan dan tingkat kereligiusan
seseorang, namun belum diketahui apakah
tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh tingkat
kereligiusan.
Tingkat pengetahuan perawat terhadap tes
pemeriksaan dan vaksin HIV memiliki
distribusi terbesar pada tingkat pengetahuan
baik. Analisis data menunjukkan bahwa
tingkat pengetahuan perawat terhadap vaksin
HIV berdasarkan data demografinya tidak ada
perbedaan yang signifikan, nilai p pada
analisis tersebut tidak ada yang kurang dari
0,05, sedangkan untuk tingkat pengetahuan
perawat terhadap tes pemeriksaan HIV
terdapat perbedaan tingkat pengetahuan yang
signifikan berdasarkan agama yang dianut.
Peneliti belum mendapatkan referensi yang
sesuai dengan data analisis tersebut. Peneliti
menyimpulkan bahwa angka tersebut
didapatkan karena pertanyaan pada HIV KQ18 mengenai vaksin dan tes pemeriksaan
hanya ada masing-masing satu pertanyaan,
sehingga
penilaian
mengenai
tingkat
pengetahuan
perawat
terhadap
tes
pemeriksaan dan vaksin HIV kurang dapat
mempresentasikan pengetahuan terhadap tes
pemeriksaan dan vaksin HIV.
Kesimpulan
Penelitian mengenai gambaran pengetahuan
perawat terhadap HIV. Berdasarkan hasil
penelitian, sekitar 64,9 persen responden
memiliki pengetahuan kurang terhadap HIV
dan sisanya memiliki pengetahuan baik.
Faktor yang berpengaruh pada pengetahuan
terhadap HIV pada penelitian ini adalah
faktor usia dan jenjang pendidikan terakhir
responden. Sebagian besar perawat yang
menjadi responden memiliki pengetahuan
kurang terhadap penularan dan pencegahan
HIV, sedangkan pada pengetahuan terhadap
tes dan vaksin HIV sebagian besar perawat
memiliki pengetahuan yang baik.
Hasil Analisis penelitian menunjukkan bahwa
kurangnya pengetahuan perawat terhadap
Gambaran Pengetahuan..., Faritz Aldy Ramanda, FIK UI, 2014
9 HIV. Hal tersebut akan meningkatkan risiko
timbulnya stigma negatif dan diskriminasi
perawat terhadap klien dengan HIV. Tingkat
pengetahuan perawat terhadap HIV yang
kurang akan menyebabkan kualitas pelayanan
keperawatan terhadap klien dengan HIV,
yang nantinya akan membuat klien dengan
HIV tidak bersedia melakukan terapi
pengobatan dan akan berimplikasi pada
meningkatnya jumlah penderita HIV di
Indonesia.
Hasil penelitian yang telah dilakukan akan
memberikan gambaran mengenai tingkat
pengetahuan perawat terhadap HIV. Terkait
dengan kesimpulan penelitian, peneliti ingin
mengajukan beberapa saran untuk penelitian
selanjutnya. Penelitian selanjutnya dapat
mengembangkan penelitian ini dengan
metode yang berbeda dan menggunakan data
primer agar didapatkan hasil yang lebih
maksimal.
Referensi
Afriandi, I., Paryati, T., Raksanagara, A.S. (2013).
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stigma dan
Diskriminasi kepada ODHA(Orang dengan
HIV/AIDS) oleh petugas kesehatan : kajian
literatur (Tesis Magister Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia). Diunduh
dari
http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2013/02/Pustaka_unpad_Faktor_Mempengaruhi_-Stigma_ODHApdf.pdf
Aggleton, P., Homans, H., Mojsa, J., Watson, S.
&Watney.S. (1994). Learning about AIDS:
Scientific and Social Issues (second edition). New
York: Churchill Livingstone.
Ashat, M., Bhatia, V., Puri, S., Thakare, M..&
Koushal, V. Needle stick injury and HIV risk
among health care workers in North India. Indian
Journal of Medical Sciences. (2011) 371-8.
http://dx.doi.org/10.4103/0019-5359.108947
Amiruddin, R., Ansar, J., Fadhali, A. (2008). Faktor
yang Berhubungan dengan Pencegahan HIV dan
AIDS di Kalangan Pramusaji Kafe di Tanjung
Bira Kabupaten Bulukumba (Skripsi Sarjana
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Hasanuddin).
Diunduh
dari
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123
456789/3329/FAKTOR%20YANG%20BERHU
BUNGAN%20DENGAN%20PENCEGAHAN%
20HIV%20DAN%20AIDS%20DI%20KALANG
AN%20PRAMUSAJI%20DI%20TANJUNG%20
BIRA%20KABUPATEN%20BULUKUMBA.pdf
?sequence=1
Arikunto, S. (2006). Metodologi Penelitian.
Yogyakarta: Bina Aksara
Azwar, S. (2007). Sikap Manusia Teori dan
Pengukurannya (Edisi kedua). Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Baratawidjaja, G.K., dan Rengganis, I. (2010).
Imunologi Dasar. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Barker, D.H., et. al. Blocking the Beneļ¬t of GroupBased
HIV-Prevention
Efforts
during
Adolescence: The Problem of HIV-Related
Stigma. AIDS Behav (2012) 16:571–577. DOI: 10.1007/s10461-011-0101-1
Bestable, S.B. (2002). Perawat Sebagai Pendidik:
Prinsip-Prinsip Pengajaran Dan Pembelajaran.
Jakarta: EGC.
Carroll, J. L. (2007). Sexuality Now: Embracing
Diversity (second edition). California: Thomson
Wadsworth.
Culbert, G. J. (2014). Filling Your Prevention Toolbox:
A Discussion of Current and Future HIV
Prevention Strategies. Workshop HIV Prevention
Science: Behavioral and Biomedical Aprroaches.
Depok Indonesia. Page 8.
Culbert, G. J., Levy, J., Norr, K. F., Waluyo, A. Understanding HIV-related Stigma Among
Indonesian Nurses. Journal of the Association of
Nurses in Aids Care (2014), 1-12. DOI: 10.1016/j.jana.2014.03.001
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2006).
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 241/Menkes/SK/IV/2006. Diunduh dari
http://manajemenrumahsakit.net/wpcontent/uploads/2012/09/KMK-241-2006Standar-Yanlabkes-HIV-oportunistik.pdf
pada
Oktober 2013
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2006).
Situasi HIV/AIDS di Indonesia tahun 1987-2006.
Jakarta: Pusat Data dan Informasi Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Eijkeman, G. & Wilburn, S.Q. (2004). Preventing
Needlestick Injuries pamong Healthcare Workers:
A WHO–ICN Collaboration. Diunduh dari
http://www.who.int/occupational_health/activities
/5prevent.pdf
Hastono, S.P. (2011). Analisis Data Kesehatan. Depok:
FKMUI.
Hendra A.W. (2008). Ilmu Keperawatan Dasar Edisi
Ke-2. Yogyakarta: Penerbit Mitra Cendikia Press.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Lima Kementerian Bersepakat Meningkatkan
Pengetahuan Komprehensif tentang HIV/AIDS
pada Penduduk Usia 15-24 Tahun. Diunduh dari
http://www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=21
78 pada Mei 2014
Gambaran Pengetahuan..., Faritz Aldy Ramanda, FIK UI, 2014
10 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2012).
Pedoman Nasional Pencegahan Penularan HIV
dari Ibu ke Anak. Jakarta: Kementerian Kesehatan
RI.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2013).
Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia dilapor s/d
Juni
2013.
Diunduh
dari
http://spiritia.or.id/Stats/StatCurr.pdf
pada
Oktober 2013
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2013).
Laporan Situasi Perkembangan HIV&AIDS di
Indonesia
Tahun
2013.
Diunduh
dari
http://www.aidsindonesia.or.id/ck_uploads/files/L
aporan%20HIV%20AIDS%20TW%201%202013
%20FINAL.pdf pada Desember 2013
Komisi Penanggulangan AIDS. (2012). Awal Epidemi
AIDS
di
Indonesia.
Diunduh
dari
http://www.aidsindonesia.or.id/contents/1/3/Sejar
ah#sthash.dClf5qai.dpbs pada Oktober 2013
Komisi Penanggulangan AIDS. (2012). Info HIV dan
AIDS.
Diunduh
dari
http://www.aidsindonesia.or.id/contents/37/78/Inf
o-HIV-dan-AIDS#sthash.15ZgF7i0.dpbs
pada
Oktober 2013
Majdi, M R, et al. Knowledge, Attitudes and Practices
towards HIV/AIDS among Iranian Prisoners in
Mazandaran Province in The South-Coast Area
Of The Caspian Sea. Eastern Mediterranean
URL:
Health
Journal
(2011) 904-10.
http://search.proquest.com/docview/928953971?a
ccountid=17242
Martono, Nanang. (2011). Metode Penelitian
Kuantitatif: Analisis Isi dan Analisis Data
Sekunder. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Meliono. 2007. MPKT modul 1. Jakarta: Lembang
penerbitan FEUI
Miller, D. (2000). Dying to Care? Work, Stress and
Burnout in HIV/AIDS. New York: Routledge.
Mubarak, W. I., dkk. (2007). Promosi Kesehatan
Sebuah Pengantar Proses Belajar Mangajar
dalam Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Nazir, M. (2003). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia
Indonesia
Notoatmodjo, S. (2007). Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Oktarina, E. (2011). Persepsi Perawat tentang Asuhan
Keperawatan yang Diberikan kepada Pasien
HIV/AIDS di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo
Jakarta (Tesis Magister Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia). Diunduh
dari
http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20280678T%20Elvi%20Oktarina.pdf
Pando, M.A. et al. HIV Knowledge and Beliefs Among
Men Who Have Sex With Men (MSM) in Buenos
Aires, Argentina. AIDS Behav (2013) 17:1305–
1312. DOI: 10.1007/s10461-012-0404-x
Potter, P. A. & Perry, A. G. (2009). Fundamental of
Nursing (7th Ed.). St. Louis, Mo.: Mosby Elsevier.
Salam. (2000). Pengantar Filsafat. Jakarta: Bumi
Aksara.
Santrock. (2003). Adolescene: Perkembangan Remaja.
Edisi 6. Jakarta: Erlangga.
Sumiati, dkk. (2009). Filsafat Umum, Akal, dan Hati
Sejak Thales Sampai Capra. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Sarafino,
E.P.
(2006).
Health
Psychology:
Biopsychosocial Interactions. Fifth Edition. USA:
John Wiley & Sons.
Sudoyo A.W., Setiyohadi B., Alwi I., dkk. (2006).
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed 4. Jakarta:
Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FK UI.
UNAIDS. (2010). UNAIDS Report on the global AIDS
epidemic
2010.
Diunduh
dari
http://www.unaids.org/globalreport/documents/20
101123_GlobalReport_full_en.pdf pada Oktober
2013.
UNAIDS. (2012). UNAIDS Report on the global AIDS
epidemic
2012.
Diunduh
dari
http://www.unaids.org/en/media/unaids/contentas
sets/documents/epidemiology/2012/gr2012/20121
120_UNAIDS_Global_Report_2012_with_annex
es_en.pdf pada Oktober 2013.
Waluyo, Agung (2011). Indonesian Nurses’ HIV
Knowledge, Religiosity, Individual Stigma
Attitudes, and Workplace HIV – Stigma (Disertasi
Doktoral University of Illinois at Chicago).
Diunduh
dari
http://indigo.uic.edu/bitstream/handle/10027/8045
/waluyo_agung.pdf?sequence=1 pada November
2013
WHO.
(2013).
HIV/AIDS.
Diunduh
dari
http://www.who.int/features/qa/71/en/
pada
Oktober 2013.
WHO. (2014). MDG 6: Combat HIV/AIDS, Malaria
and
Other
Diseases.
Diunduh
dari
http://www.who.int/topics/millennium_developm
ent_goals/diseases/en/ pada Mei 2014
Yayasan Spiritia. (2008). Sejarah HIV hingga 1986. Di
unduh
dari
http://www.spiritia.or.id/art/bacaart.php?artno=10
30 pada Oktober 2013.
Gambaran Pengetahuan..., Faritz Aldy Ramanda, FIK UI, 2014
Download