Penerapan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray Berbantuan

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori
2.1.1. Pembelajaran
Makna pembelajaran apabila dilihat dari Kamus Besar
Bahasa Indonesia, adalah proses, cara perbuatan menjadikan orang
atau makhluk hidup belajar. Menurut Wina Sanjaya (2008: 51)
pembelajaran merupakan kegiatan yang bertujuan membelajarkan
siswa.
Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar (2010:
5) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah kegiatan jamak
karena melalui urutan dari penyusunan kurikulum di pusat,
pembuatan Analisis Materi Pelajaran (AMP), pembuatan rencana
mengajar,
pelaksanaan
kegiatan
belajar
mengajar,
yaitu
pembelajaran dan evaluasi prestasi belajar. Di dalam rangkaian
proses tersebut, kegiatan awal yang mendahului merupakan faktor
penentu keberhasilan kegiatan berikutnya.
Pembelajaran secara sederhana dapat diartikan sebagai
produk
interaksi
berkelanjutan
antara
pengembangan
dan
pengalaman hidup. Pembelajaran dalam makna kompleks adalah
usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya
(mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam
rangka mencapai tujuan yang diharapkan.
Tujuan pembelajaran adalah kemampuan (kompetensi) atau
keterampilan yang diharapkan dapat dimiliki oleh siswa setelah
mereka melakukan proses pembelajaran tertentu (Wina Sanjaya,
2008:86). Lebih lanjut, Wina Sanjaya (2008 : 88) mengemukakan
bahwa rumusan tujuan pembelajaran harus mengandung unsur
ABCD, yaitu Audience (siapa yang harus memiliki kemampuan),
Behaviour (perilaku yang bagaimana yang diharapkan dapat
7
dimiliki), Condition (dalam kondisi dan situasi yang bagaimana
subjek dapat menunjukkan kemampuan sebagai hasil belajar yang
telah diperolehnya), dan Degree (kualitas atau kuantitas tingkah laku
yang diharapkan dicapai sebagai batas minimal).
Dilihat
peningkatan
dari
kualitas
berbagai
sudut
pembelajaran
pandang,
harus
bahwa
upaya
mempertimbangkan
perubahan-perubahan yang terjadi didalam proses belajar mengajar,
diantaranya adalah pembelajaran yang semula menggunakan model
teacher center sekarang sudah berubah menjadi student center, dari
yang semula pembelajaran bersifat pasif sekarang berubah ke
pembelajaran yang bersifat aktif, pembelajaran yang semua hanya
berbasis singlemedia berubah ke pembelajaran berbasis multimedia
dan sebagainya. Dari hal tersebut berarti bahwa pembelajaran harus
dapat menempati posisi atas bahwa bagaimana suatu pembelajaran
dapat menarik minat dan partisipasi aktif dari peserta didik dan
sebisa mungkin memanfaatkan kemajuan teknologi informasi yang
dari masa ke masa semakin maju dan berkembang. Dari segi
teknologi yang berkaitan dengan pembelajaran maka muncullah
pembelajaran berbasis E-Learning.
Dari sedikit uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran adalah proses kegiatan belajar yang melibatkan
berbagai komponen, yaitu guru, siswa, materi, media, metode,
tujuan, dan evaluasi dengan pendidikan dan sumber belajar berada
pada suatu lingkaran belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai dengan segala kesatuan perangkat pembelajaran
yang saling berkaitan. Pada penelitian ini pembelajaran dilaksanakan
menggunakan media online (E-Learning) dalam bentuk weblog
untuk menyampaikan materi sekaligus proses pembelajaran juga
untuk membiasakan siswa agar dapat mencari sumber belajar secara
online sehingga materi belajar yang didapat bersifat lebih luas.
8
2.1.2. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar
yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Pembelajaran
kooperatif juga merupakan pembelajaran yang secara sadar dan
sengaja
mengembangkan
interaksi
yang
silih
asuh
untuk
menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat
menimbulkan permusuhan, sebagai latihan hidup di masyarakat
dengan memanfaatkan kebersamaan didalam menyelesaikan suatu
permasalahan.
Menurut Roger, dkk (Miftahul Huda, 2011 : 29) menyatakan
cooperative learning is group learning activity organized in such a
way that learning is based on the socially structured change of
information between learniers in group in which each learner is held
accountable for his or her own learning and is motivated to increase
the learning of others (Pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas
pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa
pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara
sosial di antara kelompok-kelompok pembelajar yang di dalamnya
setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri
dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota
yang lain).
Agus Suprijono (2009: 54) menjelaskan bahwa pembelajaran
kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja
kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru
atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif
dianggap lebih diarahkan oleh guru, di mana guru menetapkan tugas
dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan
informasi yang dirancang untuk membantu siswa menyelesaikan
masalah yang dimaksud. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian
tertentu pada akhir tugas.
9
Slavin (2005: 1-2) menyatakan bahwa dalam model
pembelajaran kooperatif, siswa akan saling membantu memecahkan
suatu permasalahan dalam sebuah kelompok-kelompok kecil tanpa
melihat perbedaan diantara satu sama lain.
Dengan demikian, pembelajaran kooperatif bergantung pada
efektifitas kelompok-kelompok siswa. Pembelajaran kooperatif
dapat menguntungkan bagi siswa yang tingkat kemampuan rendah
ataupun tingkat keberhasilannya rendah begitupun yang tingkat
kemampuan tinggi atau tingkat keberhasilannya tinggi kemudian
mengerjakan
tugas
keberhasilannya
akedemik
tinggi
bersama-sama.
mengajari
Siswa
teman-temannya
yang
yang
keberhasilannya lebih rendah, sehingga memberikan bantuan khusus
dari sesama teman yang memiliki minat dan bahasa berorientasi
kaum muda yang sama. Dalam prosesnya, mereka yang berhasil
lebih tinggi juga memperoleh hasil secara akademik karena
bertindak sebagai tutor menuntut untuk berpikir lebih mendalam
tentang hubungan di antara berbagai ide dalam subjek tertentu yang
selanjutnya disampaikan kepada teman satu kelompoknya.
Pembelajaran dalam kooperatif dimulai dengan guru
menginformasikan tujuan-tujuan dari pembelajaran dan memotivasi
siswa untuk belajar. Kemudian diikuti dengan penyajian informasi,
biasanya dalam bentuk teks. Dilanjutkan dengan langkah-langkah
dimana siswa di bawah bimbingan guru bekerja secara bersamasama untuk menyelesaikan tugas-tugas yang saling bergantung
antara kelompok-kelompok belajar siswa. Langkah terakhir dari
pembelajaran kooperatif yaitu penyajian produk akhir kelompok atau
mengevaluasi apa yang telah dipelajari oleh siswa serta diberikan
penguatan terhadap apa yang sudah dilakukan oleh siswa.
Berdasarkan uraian diatas konsep pembelajaran kooperatif
sangat
mendukung
pembelajaran
berbasis
Student
Centered
Learning (SCL) yaitu suatu metode pembelajaran yang dikemas
10
dimana guru dan penyelenggara pendidikan memberikan kebebasan/
keleluasaan/ otonomi yang
lebih besar kepada siswa untuk
menentukan materi pelajaran, model pembelajaran dan cepat atau
lambat tahapan dalam pembelajaran secara mandiri. Namun dengan
begitu tidak berarti guru tidak melaksanakan tugasnya, disini guru
harus membantu dan mendampingi siswa untuk menentukan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai, mengarahkan siswa untuk
bagaimana bekerja sama didalam kelompok belajarnya, membantu
siswa untuk bagaimana memanfaatkan sumber
ataupun media
belajar yang tersedia sehingga proses pembelajaran dapat terlaksana
dengan lebih efektif dan efisien, serta membantu siswa untuk dapat
mengukur kemampuan akademisnya dengan menilai sendiri sampai
sejauh mana tingkat pencapaian hasil belajarnya.
2.1.3. Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray
Menurut Fitriani Tekistia Darmawan, dkk (2013:12) dalam
jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia Vol.1 No.1 Mei 2013,
bahwa dalam tipe TS-TS terdapat pemberian peran sebagai tuan
rumah dan tamu. Peran ini digunakan saat diskusi antar kelompok.
Adanya peran yang diberikan kepada siswa akan memotivasi siswa
untuk memahami apa yang akan disampaikan pada saat diskusi antar
kelompok berlangsung sehingga kemampuan berkomunikasi siswa
dapat dikembangkan.
Dengan model pembelajaran seperti itu diharapkan siswa
terlibat aktif, baik secara individual maupun dalam kelompok
belajar. Dengan adanya aktivitas belajar siswa di dalam kelas
diharapkan tercipta proses pembelajaran yang menyenangkan dan
meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa.
Menurut Miftahul Huda (2011:141), bahwa prosedur
pelaksanaan TS-TS adalah sebagai berikut :
1.
Siswa bekerja sama dengan kelompok berempat sebagaimana
11
biasa.
Pembentukan
dan
pembagian
kelompok
dapat
dilaksanakan seperti pembagian kelompok pada umumnya,
namun akan lebih baik apabila pembentukan kelompok dapat
dipadukan antara siswa yang memiliki kemampuan belajar
tinggi dengan siswa yang memiliki kemampuan belajar rendah.
2.
Guru
memberikan
tugas
pada
setiap
kelompok
untuk
didiskusikan dan dikerjakan bersama. Tugas yang diberikan
dapat berupa soal maupun suatu topik permasalahan dimana
persoalan pada masing-masing kelompok berbeda namun tetap
ada kebergantungan materi bahasan.
3.
Setelah selesai penyelesaian tugas, 2 anggota dari masingmasing kelompok diminta meninggalkan kelompoknya dan
masing-masing
bertamu
kepada
kelompok
lain
untuk
menanyakan bahasan sekaligus penyelesaian dari kelompok
tersebut.
4.
Dua orang yang “tinggal” dalam kelompok bertugas mensharing
informasi dan hasil kerja mereka ke tamu mereka. Dengan kata
lain 2 anggota yang masih tinggal didalam kelompok sebagai
tuan rumah tersebut yang akan bertugas menjelaskan hasil
bahasan kelompoknya kepada anggota kelompok lain yang
bertamu.
5.
“Tamu” mohon diri dan kembali ke kelompok yang semula dan
melaporkan apa yang mereka temukan dari kelompok lain.
6.
Setiap kelompok lalu membandingkan dan membahas hasil
pekerjaan mereka semua.
2.1.4. Media Pembelajaran
Menurut Arsyad (2014:3), bahwa kata media berasal dari
bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti “tengah”,
“perantara”, atau “pengantar”. Dalam bahasa Arab, media adalah
perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerma pesan.
12
Menurut Sardiman (2008:17), bahwa: “Media pembelajaran
memiliki kegunaan-kegunaan sebagai berikut: (1) memperjelas
penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbal; (2) mengatasi
keterbatasan ruang, waktu dan daya indera; (3) penggunaan media
pembelajaran secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif
siswa”.
Pendapat lain dikemukakan oleh Arsyad (2011: 26) yang
dikutip dalam jurnal Exacta Vol.X No.1 Juni 2012, bahwa fungsi
media pembelajaran diantaranya:
1) Memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat
memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.
2) Meningkatkan motivasi dan efisiensi penyampaian informasi.
3) Meningkatkan efektivitas dan efisiensi penyampaian informasi.
4) Menambah variasi penyajian materi.
5) Pemilihan media yang tepat akan menimbulkan semangat,
gairah, dan mencegah kebosanan siswa untuk belajar.
6) Kemudahan materi untuk dicerna dan lebih membekas, sehingga
tidak mudah dilupakan siswa.
7) Memberikan pengalaman yang lebih kongkrit bagi hal yang
mungkin abstrak.
8) Meningkatkan keingintahuan (curiousity) siswa.
9) Memberikan stimulus dan mendorong respon siswa.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa
media pembelajaran adalah serangkaian alat yang digunakan untuk
menyampaikan atau pembelajaran itu sendiri dengan bertujuan untuk
menghidupkan suasana kelas, merangsang perhatian, minat, dan
pikiran siswa agar tercipta suatu totalitas perhatian siswa untuk
mengikuti proses pembelajaran sehingga menjadi aktif dan
diharapkan tujuan pembelajaran dapat tercapai, serta berdampak
positif terhadap hasil belajar yang diperoleh siswa sebagai bentuk
evaluasi dari serangkaian proses kegiatan pembelajaran.
13
2.1.5. Media Pembelajaran Berbasis Weblog
Banyak definisi media pembelajaran dari E-Learning salah
satu diantaranya adalah Weblog. Weblog merupakan salah satu
layanan aplikasi dari internet yang dapat dimanfaatkan oleh guru dan
siswa sebagai sumber belajar yang tidak terbatas. Guru dapat
bertindak sebagai tutor dimana tugas seorang tutor adalah mengisi
semua informasi yang dibutuhkan dan berkaitan dengan materi
pembelajaran yang diajarkan. Dilihat dari luar lingkup instruksional,
siswa dapat mengunduh informasi yang sesuai dengan topik
pembelajaran dan tujuan yang diinginkan. Pemanfaatan weblog
sebagai alat bantu proses belajar mengajar dalam bentuk media
pembelajaran sekaligus sebagai sumber belajar dapat mengubah cara
belajar dan teknik pembelajaran yang secara umum terlaksana secara
konvensional, sehingga motivasi siswa dalam pembelajaran akan
lebih meningkat.
Penggunaan weblog untuk pendidikan atau pembelajaran
masuk dalam kategori Web Centric Course. Menurut Prawiladilaga
(2004: 310) Web Centric Course merupakan pembelajaran dimana
sebagian bahan belajar, diskusi, konsultasi, penugasan dan latihan
disampaikan melalui internet, sedangkan ujian dan sebagian
konsultasi, diskusi dan latihan dilakukan secara tatap muka.
Walaupun dalam proses belajarnya sebagian dilakukan dengan tatap
muka yang biasanya berupa tutorial, tetapi presentase tatap muka
lebih kecil dibandingkan dengan presentase-presentase belajar
melalui internet.
Lebih lanjut menurut Arsyad (2014:194) bahwa dunia
internet kini sangat pesat, tanpa mengenal jabatan, seakan kta semua
harus dpaksa untuk mengenal dunia maya ini. Implementasi dunia
internet telah banyak diterapkan di seluruh dunia, ada konsep elearning atau konsep pembelajaran jarak jauh, di mana antara
guru/dosen
dan
murid/mahasiswa
14
bisa
melakukan
kegiatan
pembelajaran diluar sekolah/kampus.
Masih menurut Arsyad (2014:196) mengenai kelebihan dunia
internet yaitu bahwa sebenarnya, kelebihan dunia internet hanya bisa
diungkapkan dengan satu kata, yaitu MUDAH. Kata mudah di sini
sudah dapat mewakili semua kelebihan-kelebihan pada dunia
internet, mengapa tidak, semua kegiatan yang berhubungan dengan
internet, pasti akan menjad ringkas dan mudah, mudah untuk
digunakan, mudah untuk diterapkan, dan mudah untuk dipahami.
Salah satu contoh terbesar dari kelebihan dunia internet
adalah penerapannya sebagai media pembelajaran. Untuk urusan
pembelajaran, sekarang in anda tidak perlu repot-repot lagi ke
perpustakaan, cukup dengan duduk didepan komputer
yang
berhubungan dengan internet. Mencari materi pembelajaran di
internet, lebih luas cakupannya dbandingkan dengan membaa buku
di perpustakaan. Mengapa tidak, jika anda hanya membaca buku di
perpustakaan, anda hanya terfokus dengan satu judul buku, satu
tujuan umum, tetapi jika dengan mencari materi melalui internet,
anda akan menemukan ribuan materi yang berkaitan dengan materi
anda. Selain itu fitur chatting yang ada didalam internet dapat
dimanfaatkan sebagai media untuk bertukar informasi dalam
kaitannya dengan materi yang dipelajari.
Jadi secara garis besar weblog adalah sebuah situs web
dimana postingan didalamnya dapat berupa jenis teks, audio, video,
animasi, dll. Postingan tersebut dilakukan secara teratur dan
ditampilkan dalam urutan kronologis mundur. Artinya bahwa
postingan terbaru dahulu yang akan ditampilkan baru diikuti dengan
postingan sebelumnya. Weblog sering kali terfokuskan terhadap satu
topik pembahasan saja, antara lain: kesehatan, pendidikan, tutorial
teknologi, dll.
Pemanfaatan weblog sebagai media pembelajaran memiliki
banyak keuntungan, diantaranya adalah dari segi efektifitas dan
15
efisiensi. Dari segi efektifitas, siswa diharuskan untuk menjadi siswa
yang aktif dalam belajar karena materi pelajaran tidak diberikan
secara langsung oleh guru di ruang kelas, namun materi yang akan
diberikan telah di upload dan tersedia di weblog guru. Dengan
demikian siswa harus aktif menngunduh materi tersebut sebagai
sumber belajar sehingga diharapkan siswa memiliki pra pengetahuan
mengenai materi yang akan disampaikan, sehingga siswa dapat
mengikuti materi yang akan diberikan dengan baik. Sedangkan dari
segi efisiensi, pemanfaatan weblog sebagai media pembelajaran
dapat memanfaatkan alokasi waktu dalam proses pembelajaran
untuk kegiatan lain karena alokasi waktu untuk menjelaskan materi
pelajaran telah tergantikan dengan siswa mengunduh materi dari
weblog. Namun bukan berarti guru lepas dari tanggungjawab
meskipun siswa sudah mengunduh materi pembelajaran, tugas guru
selanjutnya
adalah
sebagai
tutor
untuk
mengarahkan bagaimana pembelajaran
membimbing
dan
didalam kelas untuk
memberikan pengutan dan penjelasan terhadap materi yang sudah
diunduh oleh siswa.
2.1.6. Keaktifan Belajar
Menurut Anton M. Mulyono (2001 : 26) dalam Lukmannul
Hakim (2015: 145) jurnal Pendidikan Vol.05 No.02 Januari 2015,
keaktifan artinya “kegiatan atau aktivitas”. Jadi segala sesuatu yang
dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun
non-fisik, merupakan suatu keaktifan. Keaktifan siswa selama proses
belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan
peserta didik untuk belajar.
Keaktifan belajar merupakan bagaimana siswa berpola
tingkah laku didalam proses belajar dalam upaya untuk mencapai
tujuan belajarnya. Dalam kelompok siswa terdapat berbagai
perbedaan keaktifan antara siswa satu dengan siswa lainnya, hal ini
16
menunjukkan adanya perbedaan minat siswa dalam belajar sehingga
berdampak pada hasil belajarnya.
2.1.7. Hasil Belajar
a. Belajar
Slameto (2003) dalam jurnal Penelitian Pendidikan oleh
Ghullam, Vol.12 No.1 April 2011, mengemukakan bahwa
belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman
individu dalam interaksi dengan lingkungannya menyangkut
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dalam belajar, siswa
mengalami sendiri proses dari tidak tahu menjadi tahu.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah proses perubahan dalm aspek kehidupan berkaitan
dengan pola tingkah laku dimana seseorang memperoleh
pengalaman dari proses tersebut yang pertama tidak tahu menjadi
tahu melalui kegiatan yang terstruktur. Belajar relatif bersifat
permanen pada perilaku, pengetahuan dan kemampuan berfikir
yang diperoleh karena pengalaman.
b. Definisi Hasil Belajar
Belajar sangat berkaitan erat dengan hasil belajar.
Dimana hasil belajar merupakan tindak lanjut dari proses
beloajar. Karena hasil itu sendiri merupakan hasil dari proses
belajar dan biasanya dinyatakan dengan nilai. Menurut
Surakhmad (1997 : 88) “Hasil belajar adalah hasil dimana guru
melihat bentuk akhir dari pengalaman interaksi edukatif yang
diperhatikan adalah menempatkan tingkah laku”.
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa
setelah ia menerima pengalaman belajar. Hasil belajar siswa
pada hakikatnya adalah perubahan mencakup bidang kognitif,
afektif dan psikomotoris berorientasi pada proses belajar
17
mengajar yang dialami siswa (Nana Sudjana, 2005).
Menurut Suyanto (2013:193) indikator keberhasilan
proses belajar mengajar dapat dilihat dari hasil belajar siswanya.
Bila hasil belajar siswa tinggi, maka dapat dikatakan proses
belajar mengajar yang dilakukan berhasil, demikian pula
sebaliknya apabila hasil belajar siswa rendah maka proses belajar
mengajar kurang berhasil. Hasil belajar yang tinggi dapat dicapai
berkat sinergi dari semua komponen yang membangun
pembelajaran itu sendiri. Hasil belajar pada penelitian ini hanya
berkenaan dengan hasil belajar pada ranah kognitif yangakan
diukur dengan tes.
2.2. Penelitian Yang Relevan
Darmawan (2013). Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray Terhadap Kemampuan Berkomunikasi
Siswa Pada Topik Aplikasi Reaksi Reduksi Oksidasi. Dalam penelitian ini
menggunakan jenis penelitian eksperimen. Subjek penelitian terdiri atas 34
siswa kelas X di kelompok eksperimen dan 36 siswa kelompok kontrol.
Dalam hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh tahapan belajar
kooperatif tipe two stay two stray terlaksana dan sesuai dengan urutan
sintaks model pembelajaran tersebut. Selain itu, pada taraf signifikan 0,05
terdapat perbedaan kemampuan berkomunikasi yang signifikan pada
pembelajaran topik aplikasi reaksi redoks antara kelompok eksperimen dan
kontrol. Dengan kata lain, model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dapat
meningkatkan kemampuan berkomunikasi siswa.
Hamdani (2011). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Dengan Memanfaatkan Web Blogspot Sebagai Media Pembelajaran Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa Pada Konsep Suhu Dan Kalor Di
Kelas XE SMAN 06 Kota Bengkulu. UNIB. Dalam penelitian ini
menggunakan jenis penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research).
Dalam rancangan penelitian ini untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu
18
pembelajaran di dalam kelas research yaitu dengan cara mengolah tes secara
deskriptif dan dianalisis dengan menggunakan persamaan daya serap siswa
dan presentase ketuntasan belajar daya serap siswa yang dilaksanakan dalam
3 (tiga) siklus. Dari hasil penelitian yang dilakukan maka penerapan model
pembelajaran kooperatif dengan memanfaatkan Web Blogspot sebagai
media pembelajaran dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
Peningkatan aktivitas belajar siswa dapat dilihat dari meningkatnya skor
aktivitas belajar siswa pada setiap siklusnya. Hal ini dibuktikan bahwa daya
serap pada siklus I adalah 67,97%, daya serap pada siklus II 74,00%, dan
daya serap pada siklus III 76,66%. Selain daya serap, adapun ketuntasan
belajar siswa pada siklus I adalah 82,86%, pada siklus II adalah 94,28%, dan
ketuntasan belajar pada siklus III adalah 97,14%, hal ini menunjukkan
bahwa terjadi peningkatan ketuntasan belajar pada setiap siklusnya.
Zainuddin (2014). Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Two Stay Two Stray dan Numbered Heads Together Pada Materi
Pokok Fungsi Ditinjau Dari Kecerdasan Interpersonal Siswa Kelas VIII
SMP Negeri Se-Kota Surakarta. Pada penelitian ini fokus pada
perbandingan menggunakan model pembelajaran TS-TS dan NHT dalam
pembelajaran
matematika.
menunjukkan
bahwa
Dari
model
hasil
penelitian
pembelajaran
yang
kooperatif
dilakukan
tipe
TS-TS
memberikan prestasi yang lebih baik dibanding dengan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT, dan model pembelajaran NHT memberikan prestasi
sama baiknya dengan model pembelajaran langsung, dibuktikan dari tabel
berikut :
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah
penelitian Darmawan difokuskan pada komunikasi siswa didalam kegiatan
19
pembelajaran, penelitian oleh Hamdani difokuskan terhadap aktivitas belajar
siswa yang dilakukan berdasarkan 3 siklus, sedangkan penelitian ini adalah
menerapkan model pembelajaran Two Stay Two Stray berbantuan weblog,
dengan mengukur dari 2 ranah yaitu ranah kognitif (hasil belajar) dan ranah
afektif (keaktifan belajar), sehingga dalam penerapan model pembelajaran
Two Stay Two Stray dimaksudkan dapat meningkatkan keaktifan belajar dan
hasil belajar siswa untuk mendukung interaksi didalam kelas.
2.3. Kerangka Berpikir
Rendahnya hasil belajar merupakan masalah umum yang sering
dihadapi didalam dunia pendidikan. Pokok permasalahan ini yang harus bisa
diselesaikan untuk ditangani lebih lanjut. Permasalahan ini muncul juga
dikarenakan model pembelajaran yang digunakan guru masih menggunakan
model pembelajaran yang konvensional serta media pembelajaran yang
digunakan masih kurang optimal, sehingga kegiatan belajar mengajar dirasa
monoton. Media pembelajaran dalam pendidikan sangat banyak, namun
kebanyakan didalam proses pembelajaran tidak memanfaatkan media
pembelajaran tersebut untuk memberikan variansi didalam pelaksanaan
pembelajaran. Padahal pada kenyataannya media pembelajaran akan sangat
bermanfaat untuk meningkatkan keaktifan siswa sehingga suasana kelas
lebih aktif.
Permasalahan tersebut perlu segera mendapatkan perhatian dan
pemecahan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan
mengembangkan model
pembelajaran yang efektif dan menyenangkan
dengan didukung media pembelajaran yang interaktif. Berdasarkan hasil
kajian konsep teori hasil belajar dan hasil penelitian terdahulu yang relevan
tentang penerapan model pembelajaran kooperatif dan penerapan media
pembelajaran berbasis E-Learning khususnya Weblog dapat meningkatkan
hasil belajar siswa. Oleh karena itu model pembelajaran yang peneliti
gunakan dalam pemecahan masalah tersebut adalah model pembelajaran
kooperatif tipe Two Stay Two Stray. Untuk menciptakan pembelajaran yang
20
konkrit
dan
interaktif,
peneliti
membutuhkan
dukungan
media
pembelajaran. Media pembelajaran yang dipilih dalam penelitian ini adalah
Weblog. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada kerangka berpikir berikut
ini:
KONDISI AWAL
-
-
-
Media pembelajaran yang kurang di SMK
Negeri 1 Bancak
Pembelajaran Diagnosa Periferal Komputer
masih menggunakan metode kovensional
yaitu ceramah dan menghafal
Rendahnya keaktifan belajar siswa dikelas
Kurang optimalnya hasil belajar siswa
DUKUNGAN
TINDAKAN
Berbantuan weblog
Penerapan model pembelajaran Two
Stay Two Stray
TUJUAN PEMBELAJARAN
-
Meningkatkan keaktifan belajar siswa
Meningkatkan hasil belajar siswa
Memperkenalkan media pembelajaran berbasis weblog
Mengembangkan model pembelajaran konvensional kedalam
model pembelajaran kooperatif
KONDISI AKHIR
-
Meningkatnya keaktifan belajar siswa ditunjukkan dengan lebih
aktifnya siswa dalam belajar
Meningkatnya hasil belajar siswa
Dimanfaatkannya media pembelajaran berbasis weblog didalam
kegiatan belajar mengajar
Variasinya kegiatan belajar mengajar dengan model pembelajaran
konvensional kedalam model pembelajaran kooperatif
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir
21
2.4. Hipotesis
Dalam penelitian sudah pasti terdapat pertanyaan hipotesis yang
akan digunakan didalam pengolahan data. Dalam penelitian ini peneliti
mempunyai pertanyaan hipotesis yang digunakan yaitu: Bagaimanakah
penerapan model pembelajaran Two Stay Two Stray berbantuan weblog
dalam meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa?
Dari pertanyaan tersebut dapat diambil 2 hipotesis yaitu :
H0 : Penerapan model pembelajaran TS-TS berbantuan weblog tidak
dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran Diagnosa PC dan Periferal Komputer.
H1 : Penerapan model pembelajaran TS-TS berbantuan weblog dapat
meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
Diagnosa PC dan Periferal Komputer
22
Download