BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran Makna pembelajaran apabila dilihat dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah proses, cara perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Menurut Wina Sanjaya (2008: 51) pembelajaran merupakan kegiatan yang bertujuan membelajarkan siswa. Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar (2010: 5) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah kegiatan jamak karena melalui urutan dari penyusunan kurikulum di pusat, pembuatan Analisis Materi Pelajaran (AMP), pembuatan rencana mengajar, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, yaitu pembelajaran dan evaluasi prestasi belajar. Di dalam rangkaian proses tersebut, kegiatan awal yang mendahului merupakan faktor penentu keberhasilan kegiatan berikutnya. Pembelajaran secara sederhana dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Pembelajaran dalam makna kompleks adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan pembelajaran adalah kemampuan (kompetensi) atau keterampilan yang diharapkan dapat dimiliki oleh siswa setelah mereka melakukan proses pembelajaran tertentu (Wina Sanjaya, 2008:86). Lebih lanjut, Wina Sanjaya (2008 : 88) mengemukakan bahwa rumusan tujuan pembelajaran harus mengandung unsur ABCD, yaitu Audience (siapa yang harus memiliki kemampuan), Behaviour (perilaku yang bagaimana yang diharapkan dapat 7 dimiliki), Condition (dalam kondisi dan situasi yang bagaimana subjek dapat menunjukkan kemampuan sebagai hasil belajar yang telah diperolehnya), dan Degree (kualitas atau kuantitas tingkah laku yang diharapkan dicapai sebagai batas minimal). Dilihat peningkatan dari kualitas berbagai sudut pembelajaran pandang, harus bahwa upaya mempertimbangkan perubahan-perubahan yang terjadi didalam proses belajar mengajar, diantaranya adalah pembelajaran yang semula menggunakan model teacher center sekarang sudah berubah menjadi student center, dari yang semula pembelajaran bersifat pasif sekarang berubah ke pembelajaran yang bersifat aktif, pembelajaran yang semua hanya berbasis singlemedia berubah ke pembelajaran berbasis multimedia dan sebagainya. Dari hal tersebut berarti bahwa pembelajaran harus dapat menempati posisi atas bahwa bagaimana suatu pembelajaran dapat menarik minat dan partisipasi aktif dari peserta didik dan sebisa mungkin memanfaatkan kemajuan teknologi informasi yang dari masa ke masa semakin maju dan berkembang. Dari segi teknologi yang berkaitan dengan pembelajaran maka muncullah pembelajaran berbasis E-Learning. Dari sedikit uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses kegiatan belajar yang melibatkan berbagai komponen, yaitu guru, siswa, materi, media, metode, tujuan, dan evaluasi dengan pendidikan dan sumber belajar berada pada suatu lingkaran belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dengan segala kesatuan perangkat pembelajaran yang saling berkaitan. Pada penelitian ini pembelajaran dilaksanakan menggunakan media online (E-Learning) dalam bentuk weblog untuk menyampaikan materi sekaligus proses pembelajaran juga untuk membiasakan siswa agar dapat mencari sumber belajar secara online sehingga materi belajar yang didapat bersifat lebih luas. 8 2.1.2. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Pembelajaran kooperatif juga merupakan pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang silih asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan, sebagai latihan hidup di masyarakat dengan memanfaatkan kebersamaan didalam menyelesaikan suatu permasalahan. Menurut Roger, dkk (Miftahul Huda, 2011 : 29) menyatakan cooperative learning is group learning activity organized in such a way that learning is based on the socially structured change of information between learniers in group in which each learner is held accountable for his or her own learning and is motivated to increase the learning of others (Pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial di antara kelompok-kelompok pembelajar yang di dalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain). Agus Suprijono (2009: 54) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, di mana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu siswa menyelesaikan masalah yang dimaksud. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas. 9 Slavin (2005: 1-2) menyatakan bahwa dalam model pembelajaran kooperatif, siswa akan saling membantu memecahkan suatu permasalahan dalam sebuah kelompok-kelompok kecil tanpa melihat perbedaan diantara satu sama lain. Dengan demikian, pembelajaran kooperatif bergantung pada efektifitas kelompok-kelompok siswa. Pembelajaran kooperatif dapat menguntungkan bagi siswa yang tingkat kemampuan rendah ataupun tingkat keberhasilannya rendah begitupun yang tingkat kemampuan tinggi atau tingkat keberhasilannya tinggi kemudian mengerjakan tugas keberhasilannya akedemik tinggi bersama-sama. mengajari Siswa teman-temannya yang yang keberhasilannya lebih rendah, sehingga memberikan bantuan khusus dari sesama teman yang memiliki minat dan bahasa berorientasi kaum muda yang sama. Dalam prosesnya, mereka yang berhasil lebih tinggi juga memperoleh hasil secara akademik karena bertindak sebagai tutor menuntut untuk berpikir lebih mendalam tentang hubungan di antara berbagai ide dalam subjek tertentu yang selanjutnya disampaikan kepada teman satu kelompoknya. Pembelajaran dalam kooperatif dimulai dengan guru menginformasikan tujuan-tujuan dari pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. Kemudian diikuti dengan penyajian informasi, biasanya dalam bentuk teks. Dilanjutkan dengan langkah-langkah dimana siswa di bawah bimbingan guru bekerja secara bersamasama untuk menyelesaikan tugas-tugas yang saling bergantung antara kelompok-kelompok belajar siswa. Langkah terakhir dari pembelajaran kooperatif yaitu penyajian produk akhir kelompok atau mengevaluasi apa yang telah dipelajari oleh siswa serta diberikan penguatan terhadap apa yang sudah dilakukan oleh siswa. Berdasarkan uraian diatas konsep pembelajaran kooperatif sangat mendukung pembelajaran berbasis Student Centered Learning (SCL) yaitu suatu metode pembelajaran yang dikemas 10 dimana guru dan penyelenggara pendidikan memberikan kebebasan/ keleluasaan/ otonomi yang lebih besar kepada siswa untuk menentukan materi pelajaran, model pembelajaran dan cepat atau lambat tahapan dalam pembelajaran secara mandiri. Namun dengan begitu tidak berarti guru tidak melaksanakan tugasnya, disini guru harus membantu dan mendampingi siswa untuk menentukan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, mengarahkan siswa untuk bagaimana bekerja sama didalam kelompok belajarnya, membantu siswa untuk bagaimana memanfaatkan sumber ataupun media belajar yang tersedia sehingga proses pembelajaran dapat terlaksana dengan lebih efektif dan efisien, serta membantu siswa untuk dapat mengukur kemampuan akademisnya dengan menilai sendiri sampai sejauh mana tingkat pencapaian hasil belajarnya. 2.1.3. Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray Menurut Fitriani Tekistia Darmawan, dkk (2013:12) dalam jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia Vol.1 No.1 Mei 2013, bahwa dalam tipe TS-TS terdapat pemberian peran sebagai tuan rumah dan tamu. Peran ini digunakan saat diskusi antar kelompok. Adanya peran yang diberikan kepada siswa akan memotivasi siswa untuk memahami apa yang akan disampaikan pada saat diskusi antar kelompok berlangsung sehingga kemampuan berkomunikasi siswa dapat dikembangkan. Dengan model pembelajaran seperti itu diharapkan siswa terlibat aktif, baik secara individual maupun dalam kelompok belajar. Dengan adanya aktivitas belajar siswa di dalam kelas diharapkan tercipta proses pembelajaran yang menyenangkan dan meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Menurut Miftahul Huda (2011:141), bahwa prosedur pelaksanaan TS-TS adalah sebagai berikut : 1. Siswa bekerja sama dengan kelompok berempat sebagaimana 11 biasa. Pembentukan dan pembagian kelompok dapat dilaksanakan seperti pembagian kelompok pada umumnya, namun akan lebih baik apabila pembentukan kelompok dapat dipadukan antara siswa yang memiliki kemampuan belajar tinggi dengan siswa yang memiliki kemampuan belajar rendah. 2. Guru memberikan tugas pada setiap kelompok untuk didiskusikan dan dikerjakan bersama. Tugas yang diberikan dapat berupa soal maupun suatu topik permasalahan dimana persoalan pada masing-masing kelompok berbeda namun tetap ada kebergantungan materi bahasan. 3. Setelah selesai penyelesaian tugas, 2 anggota dari masingmasing kelompok diminta meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu kepada kelompok lain untuk menanyakan bahasan sekaligus penyelesaian dari kelompok tersebut. 4. Dua orang yang “tinggal” dalam kelompok bertugas mensharing informasi dan hasil kerja mereka ke tamu mereka. Dengan kata lain 2 anggota yang masih tinggal didalam kelompok sebagai tuan rumah tersebut yang akan bertugas menjelaskan hasil bahasan kelompoknya kepada anggota kelompok lain yang bertamu. 5. “Tamu” mohon diri dan kembali ke kelompok yang semula dan melaporkan apa yang mereka temukan dari kelompok lain. 6. Setiap kelompok lalu membandingkan dan membahas hasil pekerjaan mereka semua. 2.1.4. Media Pembelajaran Menurut Arsyad (2014:3), bahwa kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti “tengah”, “perantara”, atau “pengantar”. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerma pesan. 12 Menurut Sardiman (2008:17), bahwa: “Media pembelajaran memiliki kegunaan-kegunaan sebagai berikut: (1) memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbal; (2) mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera; (3) penggunaan media pembelajaran secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif siswa”. Pendapat lain dikemukakan oleh Arsyad (2011: 26) yang dikutip dalam jurnal Exacta Vol.X No.1 Juni 2012, bahwa fungsi media pembelajaran diantaranya: 1) Memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar. 2) Meningkatkan motivasi dan efisiensi penyampaian informasi. 3) Meningkatkan efektivitas dan efisiensi penyampaian informasi. 4) Menambah variasi penyajian materi. 5) Pemilihan media yang tepat akan menimbulkan semangat, gairah, dan mencegah kebosanan siswa untuk belajar. 6) Kemudahan materi untuk dicerna dan lebih membekas, sehingga tidak mudah dilupakan siswa. 7) Memberikan pengalaman yang lebih kongkrit bagi hal yang mungkin abstrak. 8) Meningkatkan keingintahuan (curiousity) siswa. 9) Memberikan stimulus dan mendorong respon siswa. Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah serangkaian alat yang digunakan untuk menyampaikan atau pembelajaran itu sendiri dengan bertujuan untuk menghidupkan suasana kelas, merangsang perhatian, minat, dan pikiran siswa agar tercipta suatu totalitas perhatian siswa untuk mengikuti proses pembelajaran sehingga menjadi aktif dan diharapkan tujuan pembelajaran dapat tercapai, serta berdampak positif terhadap hasil belajar yang diperoleh siswa sebagai bentuk evaluasi dari serangkaian proses kegiatan pembelajaran. 13 2.1.5. Media Pembelajaran Berbasis Weblog Banyak definisi media pembelajaran dari E-Learning salah satu diantaranya adalah Weblog. Weblog merupakan salah satu layanan aplikasi dari internet yang dapat dimanfaatkan oleh guru dan siswa sebagai sumber belajar yang tidak terbatas. Guru dapat bertindak sebagai tutor dimana tugas seorang tutor adalah mengisi semua informasi yang dibutuhkan dan berkaitan dengan materi pembelajaran yang diajarkan. Dilihat dari luar lingkup instruksional, siswa dapat mengunduh informasi yang sesuai dengan topik pembelajaran dan tujuan yang diinginkan. Pemanfaatan weblog sebagai alat bantu proses belajar mengajar dalam bentuk media pembelajaran sekaligus sebagai sumber belajar dapat mengubah cara belajar dan teknik pembelajaran yang secara umum terlaksana secara konvensional, sehingga motivasi siswa dalam pembelajaran akan lebih meningkat. Penggunaan weblog untuk pendidikan atau pembelajaran masuk dalam kategori Web Centric Course. Menurut Prawiladilaga (2004: 310) Web Centric Course merupakan pembelajaran dimana sebagian bahan belajar, diskusi, konsultasi, penugasan dan latihan disampaikan melalui internet, sedangkan ujian dan sebagian konsultasi, diskusi dan latihan dilakukan secara tatap muka. Walaupun dalam proses belajarnya sebagian dilakukan dengan tatap muka yang biasanya berupa tutorial, tetapi presentase tatap muka lebih kecil dibandingkan dengan presentase-presentase belajar melalui internet. Lebih lanjut menurut Arsyad (2014:194) bahwa dunia internet kini sangat pesat, tanpa mengenal jabatan, seakan kta semua harus dpaksa untuk mengenal dunia maya ini. Implementasi dunia internet telah banyak diterapkan di seluruh dunia, ada konsep elearning atau konsep pembelajaran jarak jauh, di mana antara guru/dosen dan murid/mahasiswa 14 bisa melakukan kegiatan pembelajaran diluar sekolah/kampus. Masih menurut Arsyad (2014:196) mengenai kelebihan dunia internet yaitu bahwa sebenarnya, kelebihan dunia internet hanya bisa diungkapkan dengan satu kata, yaitu MUDAH. Kata mudah di sini sudah dapat mewakili semua kelebihan-kelebihan pada dunia internet, mengapa tidak, semua kegiatan yang berhubungan dengan internet, pasti akan menjad ringkas dan mudah, mudah untuk digunakan, mudah untuk diterapkan, dan mudah untuk dipahami. Salah satu contoh terbesar dari kelebihan dunia internet adalah penerapannya sebagai media pembelajaran. Untuk urusan pembelajaran, sekarang in anda tidak perlu repot-repot lagi ke perpustakaan, cukup dengan duduk didepan komputer yang berhubungan dengan internet. Mencari materi pembelajaran di internet, lebih luas cakupannya dbandingkan dengan membaa buku di perpustakaan. Mengapa tidak, jika anda hanya membaca buku di perpustakaan, anda hanya terfokus dengan satu judul buku, satu tujuan umum, tetapi jika dengan mencari materi melalui internet, anda akan menemukan ribuan materi yang berkaitan dengan materi anda. Selain itu fitur chatting yang ada didalam internet dapat dimanfaatkan sebagai media untuk bertukar informasi dalam kaitannya dengan materi yang dipelajari. Jadi secara garis besar weblog adalah sebuah situs web dimana postingan didalamnya dapat berupa jenis teks, audio, video, animasi, dll. Postingan tersebut dilakukan secara teratur dan ditampilkan dalam urutan kronologis mundur. Artinya bahwa postingan terbaru dahulu yang akan ditampilkan baru diikuti dengan postingan sebelumnya. Weblog sering kali terfokuskan terhadap satu topik pembahasan saja, antara lain: kesehatan, pendidikan, tutorial teknologi, dll. Pemanfaatan weblog sebagai media pembelajaran memiliki banyak keuntungan, diantaranya adalah dari segi efektifitas dan 15 efisiensi. Dari segi efektifitas, siswa diharuskan untuk menjadi siswa yang aktif dalam belajar karena materi pelajaran tidak diberikan secara langsung oleh guru di ruang kelas, namun materi yang akan diberikan telah di upload dan tersedia di weblog guru. Dengan demikian siswa harus aktif menngunduh materi tersebut sebagai sumber belajar sehingga diharapkan siswa memiliki pra pengetahuan mengenai materi yang akan disampaikan, sehingga siswa dapat mengikuti materi yang akan diberikan dengan baik. Sedangkan dari segi efisiensi, pemanfaatan weblog sebagai media pembelajaran dapat memanfaatkan alokasi waktu dalam proses pembelajaran untuk kegiatan lain karena alokasi waktu untuk menjelaskan materi pelajaran telah tergantikan dengan siswa mengunduh materi dari weblog. Namun bukan berarti guru lepas dari tanggungjawab meskipun siswa sudah mengunduh materi pembelajaran, tugas guru selanjutnya adalah sebagai tutor untuk mengarahkan bagaimana pembelajaran membimbing dan didalam kelas untuk memberikan pengutan dan penjelasan terhadap materi yang sudah diunduh oleh siswa. 2.1.6. Keaktifan Belajar Menurut Anton M. Mulyono (2001 : 26) dalam Lukmannul Hakim (2015: 145) jurnal Pendidikan Vol.05 No.02 Januari 2015, keaktifan artinya “kegiatan atau aktivitas”. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik, merupakan suatu keaktifan. Keaktifan siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan peserta didik untuk belajar. Keaktifan belajar merupakan bagaimana siswa berpola tingkah laku didalam proses belajar dalam upaya untuk mencapai tujuan belajarnya. Dalam kelompok siswa terdapat berbagai perbedaan keaktifan antara siswa satu dengan siswa lainnya, hal ini 16 menunjukkan adanya perbedaan minat siswa dalam belajar sehingga berdampak pada hasil belajarnya. 2.1.7. Hasil Belajar a. Belajar Slameto (2003) dalam jurnal Penelitian Pendidikan oleh Ghullam, Vol.12 No.1 April 2011, mengemukakan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dalam belajar, siswa mengalami sendiri proses dari tidak tahu menjadi tahu. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan dalm aspek kehidupan berkaitan dengan pola tingkah laku dimana seseorang memperoleh pengalaman dari proses tersebut yang pertama tidak tahu menjadi tahu melalui kegiatan yang terstruktur. Belajar relatif bersifat permanen pada perilaku, pengetahuan dan kemampuan berfikir yang diperoleh karena pengalaman. b. Definisi Hasil Belajar Belajar sangat berkaitan erat dengan hasil belajar. Dimana hasil belajar merupakan tindak lanjut dari proses beloajar. Karena hasil itu sendiri merupakan hasil dari proses belajar dan biasanya dinyatakan dengan nilai. Menurut Surakhmad (1997 : 88) “Hasil belajar adalah hasil dimana guru melihat bentuk akhir dari pengalaman interaksi edukatif yang diperhatikan adalah menempatkan tingkah laku”. Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotoris berorientasi pada proses belajar 17 mengajar yang dialami siswa (Nana Sudjana, 2005). Menurut Suyanto (2013:193) indikator keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dari hasil belajar siswanya. Bila hasil belajar siswa tinggi, maka dapat dikatakan proses belajar mengajar yang dilakukan berhasil, demikian pula sebaliknya apabila hasil belajar siswa rendah maka proses belajar mengajar kurang berhasil. Hasil belajar yang tinggi dapat dicapai berkat sinergi dari semua komponen yang membangun pembelajaran itu sendiri. Hasil belajar pada penelitian ini hanya berkenaan dengan hasil belajar pada ranah kognitif yangakan diukur dengan tes. 2.2. Penelitian Yang Relevan Darmawan (2013). Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray Terhadap Kemampuan Berkomunikasi Siswa Pada Topik Aplikasi Reaksi Reduksi Oksidasi. Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimen. Subjek penelitian terdiri atas 34 siswa kelas X di kelompok eksperimen dan 36 siswa kelompok kontrol. Dalam hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh tahapan belajar kooperatif tipe two stay two stray terlaksana dan sesuai dengan urutan sintaks model pembelajaran tersebut. Selain itu, pada taraf signifikan 0,05 terdapat perbedaan kemampuan berkomunikasi yang signifikan pada pembelajaran topik aplikasi reaksi redoks antara kelompok eksperimen dan kontrol. Dengan kata lain, model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi siswa. Hamdani (2011). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Dengan Memanfaatkan Web Blogspot Sebagai Media Pembelajaran Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa Pada Konsep Suhu Dan Kalor Di Kelas XE SMAN 06 Kota Bengkulu. UNIB. Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Dalam rancangan penelitian ini untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu 18 pembelajaran di dalam kelas research yaitu dengan cara mengolah tes secara deskriptif dan dianalisis dengan menggunakan persamaan daya serap siswa dan presentase ketuntasan belajar daya serap siswa yang dilaksanakan dalam 3 (tiga) siklus. Dari hasil penelitian yang dilakukan maka penerapan model pembelajaran kooperatif dengan memanfaatkan Web Blogspot sebagai media pembelajaran dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Peningkatan aktivitas belajar siswa dapat dilihat dari meningkatnya skor aktivitas belajar siswa pada setiap siklusnya. Hal ini dibuktikan bahwa daya serap pada siklus I adalah 67,97%, daya serap pada siklus II 74,00%, dan daya serap pada siklus III 76,66%. Selain daya serap, adapun ketuntasan belajar siswa pada siklus I adalah 82,86%, pada siklus II adalah 94,28%, dan ketuntasan belajar pada siklus III adalah 97,14%, hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan ketuntasan belajar pada setiap siklusnya. Zainuddin (2014). Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray dan Numbered Heads Together Pada Materi Pokok Fungsi Ditinjau Dari Kecerdasan Interpersonal Siswa Kelas VIII SMP Negeri Se-Kota Surakarta. Pada penelitian ini fokus pada perbandingan menggunakan model pembelajaran TS-TS dan NHT dalam pembelajaran matematika. menunjukkan bahwa Dari model hasil penelitian pembelajaran yang kooperatif dilakukan tipe TS-TS memberikan prestasi yang lebih baik dibanding dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT, dan model pembelajaran NHT memberikan prestasi sama baiknya dengan model pembelajaran langsung, dibuktikan dari tabel berikut : Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian Darmawan difokuskan pada komunikasi siswa didalam kegiatan 19 pembelajaran, penelitian oleh Hamdani difokuskan terhadap aktivitas belajar siswa yang dilakukan berdasarkan 3 siklus, sedangkan penelitian ini adalah menerapkan model pembelajaran Two Stay Two Stray berbantuan weblog, dengan mengukur dari 2 ranah yaitu ranah kognitif (hasil belajar) dan ranah afektif (keaktifan belajar), sehingga dalam penerapan model pembelajaran Two Stay Two Stray dimaksudkan dapat meningkatkan keaktifan belajar dan hasil belajar siswa untuk mendukung interaksi didalam kelas. 2.3. Kerangka Berpikir Rendahnya hasil belajar merupakan masalah umum yang sering dihadapi didalam dunia pendidikan. Pokok permasalahan ini yang harus bisa diselesaikan untuk ditangani lebih lanjut. Permasalahan ini muncul juga dikarenakan model pembelajaran yang digunakan guru masih menggunakan model pembelajaran yang konvensional serta media pembelajaran yang digunakan masih kurang optimal, sehingga kegiatan belajar mengajar dirasa monoton. Media pembelajaran dalam pendidikan sangat banyak, namun kebanyakan didalam proses pembelajaran tidak memanfaatkan media pembelajaran tersebut untuk memberikan variansi didalam pelaksanaan pembelajaran. Padahal pada kenyataannya media pembelajaran akan sangat bermanfaat untuk meningkatkan keaktifan siswa sehingga suasana kelas lebih aktif. Permasalahan tersebut perlu segera mendapatkan perhatian dan pemecahan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengembangkan model pembelajaran yang efektif dan menyenangkan dengan didukung media pembelajaran yang interaktif. Berdasarkan hasil kajian konsep teori hasil belajar dan hasil penelitian terdahulu yang relevan tentang penerapan model pembelajaran kooperatif dan penerapan media pembelajaran berbasis E-Learning khususnya Weblog dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh karena itu model pembelajaran yang peneliti gunakan dalam pemecahan masalah tersebut adalah model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray. Untuk menciptakan pembelajaran yang 20 konkrit dan interaktif, peneliti membutuhkan dukungan media pembelajaran. Media pembelajaran yang dipilih dalam penelitian ini adalah Weblog. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada kerangka berpikir berikut ini: KONDISI AWAL - - - Media pembelajaran yang kurang di SMK Negeri 1 Bancak Pembelajaran Diagnosa Periferal Komputer masih menggunakan metode kovensional yaitu ceramah dan menghafal Rendahnya keaktifan belajar siswa dikelas Kurang optimalnya hasil belajar siswa DUKUNGAN TINDAKAN Berbantuan weblog Penerapan model pembelajaran Two Stay Two Stray TUJUAN PEMBELAJARAN - Meningkatkan keaktifan belajar siswa Meningkatkan hasil belajar siswa Memperkenalkan media pembelajaran berbasis weblog Mengembangkan model pembelajaran konvensional kedalam model pembelajaran kooperatif KONDISI AKHIR - Meningkatnya keaktifan belajar siswa ditunjukkan dengan lebih aktifnya siswa dalam belajar Meningkatnya hasil belajar siswa Dimanfaatkannya media pembelajaran berbasis weblog didalam kegiatan belajar mengajar Variasinya kegiatan belajar mengajar dengan model pembelajaran konvensional kedalam model pembelajaran kooperatif Gambar 2.1. Kerangka Berpikir 21 2.4. Hipotesis Dalam penelitian sudah pasti terdapat pertanyaan hipotesis yang akan digunakan didalam pengolahan data. Dalam penelitian ini peneliti mempunyai pertanyaan hipotesis yang digunakan yaitu: Bagaimanakah penerapan model pembelajaran Two Stay Two Stray berbantuan weblog dalam meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa? Dari pertanyaan tersebut dapat diambil 2 hipotesis yaitu : H0 : Penerapan model pembelajaran TS-TS berbantuan weblog tidak dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Diagnosa PC dan Periferal Komputer. H1 : Penerapan model pembelajaran TS-TS berbantuan weblog dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Diagnosa PC dan Periferal Komputer 22