Konferensi Nasional Ilmu Sosial & Teknologi (KNiST) Maret 2016, pp. 137~142 137 STRATEGI METAKOGNITIF UNTUK KETERAMPILAN MEMBACA BAHASA INGGRIS Heri Maulana AMIK BSI Yogyakarta e-mail: [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : proses pelaksanaan strategi metakognitif dalam pembelajaran keterampilan membaca. Metode penelitian studi kasus digunakan dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini menunjukkan pelaksanaan strategi metakognitif menerapkan tiga tahapan yaitu : 1) Perencanaan-diri, 2) Pemantauan-diri, dan 3) Evaluasi-diri. Tahapantahapan tersebut dilakukan dengan menciptakan hubungan yang menyenangkan dengan siswa melalui diskusi. Siswa sangat termotivasi dengan proses pembelajaran dan lima siswa menunjukkan semangat, prestasi, kesadaran dan kemandirian dalam belajar khususnya pada keterampilan membaca. Keywords: Strategi Metakognitif, Keterampilan Membaca, Studi Kasus 1. Pendahuluan Salah satu keterampilan dasar terpenting dalam pengajaran bahasa yang harus dikuasai adalah keterampilan membaca (reading skill). Darmiyati Zuchdi dan Budiasih (1997: 78) menyatakan, kemampuan membaca ini sangat diperlukan oleh setiap orang untuk memperluas pengetahuan dan pengalaman, mempertinggi daya pikir, mempertajam penalaran, serta mencapai kemajuan dan peningkatan diri. Bahkan keterampilan membaca dapat ditemui hampir di seluruh mata pelajaran. Aderson (Suyatinah, 2006: 244) menyatakan kegiatan membaca merupakan suatu keterampilan, yakni keterampilan membaca secara receptif yang dipergunakan secara tidak langsung. Selain itu dengan keterampilan membaca siswa tidak hanya berhasil dalam pembelajaran Bahasa Inggris tetapi juga dalam pembelajaran mata pelajaran lain maupun dalam kehidupan sehari-hari dimana membaca teks Bahasa Inggris sudah menjadi salah satu kebutuhan pengetahuan seperti yang telah disebutkan di atas. Undang-Undang No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pun mengamanatkan agar pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat (pasal 4 ayat 5). Keberhasilan belajar peserta didik dalam mengikuti proses kegiatan belajar-mengajar di sekolah juga sangat ditentukan oleh penguasaan kemampuan membaca. Peserta didik yang tidak mampu membaca dengan baik akan mengalami kesulitan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran Bahasa Inggris. Peserta didik akan mengalami kesulitan dalam menangkap dan memahami informasi yang disajikan dalam berbagai buku pelajaran, buku-buku bahan penunjang dan sumber-sumber belajar tertulis yang lain. Akibatnya, kemajuan belajar menjadi lamban jika dibandingkan dengan peserta didik yang tidak mengalami kesulitan dalam membaca dan hal ini juga akan berpengaruh pada motivasi peserta didik dalam belajar. Berdasarkan Human Development Index, sumber daya manusia Indonesia masih tergolong sangat lemah dan menempati posisi terbawah dari negara-negara di dunia. Menurut data yang ada sekitar 69% peserta didik berusia 15 tahun memiliki kemampuan membaca yang rendah. Selain itu, program membaca masih dirasakan hanya sebatas keterampilan teknis bukan keterampilan pemahaman yang jauh lebih bermanfaat bagi peserta didik. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Kepala Pusat Penilaian Pendidikan (Puspendik) Balai Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Depdiknas Bahrul Hayat, bahwa siswa Indonesia dinilai hanya dapat membaca tanpa mampu mengaitkan hasil bacaannya dengan pengetahuan yang dimiliki. Kalaupun bisa, peserta didik hanya dapat menghubungkan satu informasi dari bahan bacaan. Pelly & Efendi dan Kastam Syamsi (Suyatinah: 244) menjelaskan bahwa pembelajaran membaca dan menulis yang dulu merupakan pelajaran pokok, kini kurang mendapat perhatian, baik dari para peserta didik maupun guru. Para guru dan peserta Diterima 10 Januari 2016; Revisi 12 Februari 2016; Disetujui 15 Maret 2016 ISBN: 978-602-61242-0-3 didik biasanya lebih memfokuskan kegiatan pembelajaran pada materi-materi teoritik yang mengarah pada keberhasilan peserta didik dalam pencapaian Ebtanas (dahulu) dan Ujian Nasional. Sistem pembelajaran yang adapun belum berorientasi bagaimana menumbuhkan kesadaran kepada peserta didik terhadap proses berfikir atau kemampuan kognitif yang dimiliki, sehingga dalam proses belajar yang di dalamnya termasuk kegiatan membaca pun peserta didik hanya sekedar membaca atau membaca mekanis tanpa berusaha memahami apa yang dibaca. Kesadaran ini sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran terutama pada mata pelajaran bahasa Inggris (bahasa kedua), karena seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa guru lebih berperan sebagai fasilitator dan proses pembelajaran lebih berorientasi kepada siswa. Dan siswa juga dituntut untuk senantiasa memiliki kemandirian dalam belajar. Strategi pembelajaran yang mampu mengarahkan siswa kepada kesadaran dan kemandirian belajar salah satunya adalah strategi metakognitif. Strategi ini merupakan cara untuk menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran proses berpikir seseorang atau peserta didik. Kesadaran tentang hal-hal yang dipahami maupun yang tidak dipahami, sehingga mampu menimbulkan pertanyaan dan sekaligus menjawab pertanyaanpertanyaan yang ditimbulkan dari proses berfikir. Proses ini secara otomatis membangkitkan minat (rasa ingin tahu), karena seseorang menggunakan prosesproses kognitifnya sendiri untuk memikirkan atau merenungkan proses-proses kognitif itu sendiri dan peserta didik dapat membimbing dalam mengatur dan memilih strategi yang cocok dan sesuai untuk meningkatkan kinerja kognitif di kemudian hari. Proses inilah yang telah diterapkan oleh SMP Negeri 5 Yogyakarta, khususnya di kelas Internasional (Sekolah Berstandar Internasional). Kelas tersebut menunjukkan hasil atau prestasi belajar yang sangat baik, baik dari segi kepahaman, kritis dalam berfikir, kemandirian belajar dalam pembelajaran Bahasa Inggris, terutama pada pembelajaran membaca. Berdasarkan studi lapangan dan pengamatan awal yang telah dilakukan, ternyata kelas Internasonal SMP Negeri 5 Yogyakarta telah menerapkan strategi metakognitif ini. Guru senantiasa memberikan gambaran betapa pentingnya belajar Bahasa Inggris, pembelajaran diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, mendorong kemandirian siswa, yang tercermin dalam kemahiran membuat perencanaan belajar, penggunaan strategi belajar yang tepat, dan pencapaian target belajar yang telah ditetapkan sendiri, terutama tingkat kemahiran berbahasa Inggris. Berdasarkan hasil wawancara dengan dalah seorang guru mata pelajaran bahasa Inggris di kelas Internasional tersebut menjelaskan bahwa proses pembelajaran bahasa Inggris khususnya dalam pembelajaran keterampilan membaca selama ini lebih diarahkan kepada kemampuan peserta didik dalam memahami makna bacaan. Dalam menyampaikan materi di kelas, di awal guru menjelaskan tujuantujuan belajar yang harus dicapai oleh siswa baik lisan maupun tulisan. Hal ini sangat penting karena dapat mengikat dan memotivasi siswa selama belajar, gurupun senantiasa mengulang-ulang menyampaikan selama proses pembelajaran berlangsung. Bahkan sebelum memasuki topik bacaan yang akan diberikan, biasanya guru memberikan pancingan berupa paragraf pendek yang berkaitan dengan bahan bacaan yang akan diajarkan atau memberikan kosakata yang akan sering digunakan dalam bacaan tersebut. Dari pengamatan awal, proses pembelajaran sedikit lebih dibebaskan agar siswa tidak merasa tertekan sehingga kesadaran dan kemandirian siswa dapat tumbuh dan berkembang. Pertimbangan lainnya bahwa guru menerapkan strategi ini adalah dikarenakan kondisi peserta didik yang sangat beragam dan dengan strategi metakognitif ini guru mampu untuk mengidentifikasi kemampuan peserta didik secara cepat dan akurat. Namun kelebihan dan kekurangan strategi metakognitif yang telah diterapkan di SMP Negeri 5 Yogyakarta belum teridentifikasi dengan jelas dan selama ini belum ada penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan proses pelaksanaan strategi metakognitif di sekolah tersebut. Hal inilah yang melatarbelakangi peneliti untuk melakukan penelitian di SMP Negeri 5 Yogyakarta. Menurut Syukur Ghazali (2000: 162) strategi belajar merupakan bagian yang menduduki posisi cukup penting dalam proses pemerolehan bahasa. Banyak strategi belajar yang dikuasai dan digunakan secara alamiah berdasarkan tuntutan situasi dan kondisi, ada KNiST, 30 Maret 2016 138 ISBN: 978-602-61242-0-3 yang mempelajari secara sistematik setelah mempelajari dari berbagai sumber, misalnya dari guru, buku sumber, atau pihak lain yang juga sama-sama belajar bahasa. Seseorang juga dapat belajar bahasa melalui proses trialand-eror procedures, yaitu upaya coba-coba. Strategi Metakognitif adalah strategi mengatur diri sendiri, sehingga seseorang dapat membuat rencana, mengontrol rencana, dan bahkan melakukan evaluasi sendiri secara dini terhadap apa yang direncanakan dan dilakukan sebelumnya. Strategi metakognitif terdiri atas 3 tahapan yaitu: 1. Perencanaan (planning), terdiri atas: 1) Pengaturan tahap awal (advance organizers): Melakukan review terhadap bacaan untuk mendapatkan ide pokok dan konsep yang terkandung dalam bacaan yang sedang dipelajari. Ini dapat dilakukan dengan cara membaca skimming untuk memperoleh gambaran tentang cara pengarang mengorganisasikan pikirannya. 2) Pengarahan perhatian (directed attention) Mengambil keputusan sejak awal untuk mengikuti kegiatan belajar dan mengesampingkan hambatan-hambatan. 3) Perencanaan fungsional Merencanakan dan mencobakan komponen-komponen kebahasaan yang dianggap perlu untuk menyelesaikan tugas-tugas kebahasaan yang akan dihadapi. 4) Seleksi pemusatan perhatian. Memutuskan sejak awal untuk memperhatikan aspek input tertentu, bisa dilakukan dengan menapis kata-kata kunci, konsep-konsep tertentu, dan penandapenanda kebahasaan lainnya yang diperlukan. 5) Pengaturan diri. Memahami kondisi yang dapat membantu peserta didik dan mengantisipasi kehadiran kondisi tersebut. 2. Pemeriksaan (monitoring). Terdiri dari: memeriksa diri sendiri, memeriksa pemahaman terhadap apa yang dibaca atau didengar, atau memeriksa kecermatan pengucapan atau cara penulisan peserta didik ketika kegiatan itu berlangsung. 3. Evaluasi. Evaluasi dilakukan untuk memeriksa hasil yang dicapai oleh peserta didik apabila yang bersangkutan menyelesaikan sebuah tugas. Strategi metakognitif meningkatkan kontrsuksi pemahaman pembaca, memonitoring teks dan kemampuan membaca, dan memiliki kemampuan untuk mengevaluasi teks yang dibaca. Susan (2007 : 11) dalam makalah thinking metacognitively menjelaskan fase-fase dalam memperkenalkan strategi metakognitif dalam pembelajaran membaca di dalam kelas. 1 Fase 1. Setelah diawal memperkenalkan suatu strategi, peserta didik belum mampu digunakan strategi tersebut secara spontan. Suatu perangkap yang umum tentang instruksi strategi adalah para guru dapat mengharapkan peserta didik untuk belajar suatu strategi yang telah diperkenalkan sekali. Peserta didik harus merasa yakin mengenai pemanfaatan strategi. Meningkatkan keyakinan dapat melalui pengenalan yang diulang-ulang dalam suatu situasi yang bervariasi. 2. Fase 2. Di fase ini, peserta didik dapat menggunakan strategi melalui praktek, tetapi pada awalnya tidak mengetahui manfaat dari strategi tersebut. Guru seharusnya tidak perlu berpendapat demikian, hanya dengan sedikit latihan dan keberhasilan demonstrasi dalam sebuah penerapan, peserta didik telah memperoleh keterampilan tersebut. Guru sebaiknya menghindari memberikan pekerjaan rumah setelah baru memperkenalkan strategi baru. 3. Fase 3. Hal ini tidak sampai pada fase 3 saja dalam pembelajaran yang berkelanjutan dan setelah peserta didik menerapkan dan berpengalaman secara sadar dengan penggunaan strategi yang secara spontan. Pada fase ini, peserta didik sudah sedikit mampu membaca dengan kemampuan metakognitif dan akan merasakan lebih percaya diri dalam mengerjakan latihan. 2. Metode Penelitian Metode dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian study kasus, dimana penelitian tentang status subyek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau unik dari keseluruhan personalitas dan bertujuan untuk memberikan gambaran secara detail tentang latarbelakang, sifat-sifat serta karakter-karakter yang khas dari kasus maupun status dari individu yang kemudian dari sifat-sifat khas di atas akan dijadikan suatu hal yang bersifat umum. yang menjadi informan penelitian adalah lima orang siswa kelas VIII Internasional 2 SMP Negeri 5 Yogyakarta beserta satu orang guru mata pelajaran bahasa Inggris yang mengajar di kelas Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. 3. Pembahasan Strategi metakognitif dalam pembelajaran keterampilan membaca mampu membantu siswa dalam mengembangkan proses berfikir, mengontrol selama kegiatan membaca berlangsung dan mampu mengevaluasi seluruh aktivitas yang telah dilakukan tersebut. Pada akhirnya strategi ini mampu KNiST, 30 Maret 2016 139 ISBN: 978-602-61242-0-3 menumbuhkan kesadaran dan kemandirian siswa dalam belajar khususnya dalam pembelajaran keterampilan membaca. Hal ini sesuai dengan pendapat Huda (Fakhriati, 2007), bahwa seorang pembelajar dapat dikatakan sebagai pembelajar yang trampil dan mandiri (learner autonomy) atau memiliki kemampuan metakognitif apabila dapat: 1) mengetahui tujuan pembelajaran dan mengetahui apa yang sedang diajarkan, 2) mengetahui tujuan belajarnya sendiri, 3) memiliki strategi belajarnya, 4) memonitor kemajuan belajarnya sendiri, 5) mengevaluasi strategi belajarnya sendiri. Konsep strategi metakognitif menurut Flavell dan Brown (dalam Livingston, 1997: 1) terdiri dari tiga tahapan atau proses yaitu perencanaan-diri, pemantauan-diri, dan evaluasi-diri. Masing-masing tahapan memiliki indikatorindikator agar dapat melihat bagaimana strategi metakognitif dilaksanakan yaitu tujuan belajar yang akan dicapai, waktu yang digunakan untuk menyelesaikan tugas, pengetahuan awal, dan strategi-strategi kognitif atau belajar. Perencanaan-diri merupakan langkah pertama yang dilakukan sebelum aktivitas membaca berlangsung seperti menentukan tujuan dan analisis tugas, membantu mengaktivasi pengetahuan yang relevan sehingga mempermudah pengorganisasian dan pemahaman materi pelajaran atau bahan bacaan yang akan dibaca. Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa proses pembelajaran keterampilan membaca bahasa Inggris di kelas VIII Inernasional 2 SMP Negeri 5 Yogyakarta secara keseluruhan sudah menggambarkan penerapan tahapan perencanaan-diri. Guru telah menetapkan dan menjelaskan baik secara lisan dan tulisan tujuan belajar yang akan dicapai oleh siswa. Penjelasan tujuan belajar tersebut mampu memotivasi siswa dalam belajar karena siswa memahami dari awal tujuan yang akan dicapai. Kesadaran akan maksud dan tujuan membaca berhubungan dengan pengetahuan, kemampuan berfikir atau kognitif dan strategi belajar digunakan siswa, sehingga paham dengan apa yang dibutuhkan atau sebaliknya. Aktivitas-aktivitas perencanaan seperti menentukan tujuan dan analisis tugas membantu mengaktivasi pengetahuan yang relevan sehingga mempermudah pengorganisasian dan pemahaman materi pelajaran (Brown dalam Livingstone, 1997: 1). Tujuan belajar, strategi saling mempengaruhi dalam menggunakan strategi metakognitif. Selain itu guru juga memotivasi siswa dengan menambahkan tujuan belajar lainnya yang dirasa perlu bagi siswasendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Oxford dan Richard-Amato (dalam Syukur Ghazali, 2000: 170), bahwa sebelum memulai membaca, usahakan untuk mengetahui tentang apakah bacaan yang akan dibaca. Guru juga telah memberikan tawaran batasan waktu kepada siswa untuk memahami bacaan yang diberikan, sehingga proses pembelajaran berjalan terarah. Terkait pengetahuan awal yang dimiliki siswa, guru senantiasa memberikan pancingan-pancingan seperti kosakata yang akan sering digunakan, memberikan paragraf pendek yang berkaitan dengan topik bacaan yang akan diberikan atau menghubung-hubungkan bahan bacaan dengan pengalaman siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Richard-Amato (dalam Syukur Ghazali, 2000: 227) yang memberikan patokan bimbingan guru terhadap siswa pada saat kegiatan membaca, yaitu menghubungkan teks yang dibaca dengan pengetahuan yang telah dimiliki oleh peserta didik, menghubungkan isi bacaan dengan diri peserta didik atau kebudayaan, apa yang dapat dilakukan jika siswa menghadapi peristiwa seperti yang ada dalam cerita atau bacaan, dan apakah peristiwa tersebut lazim terjadi di lingkungan siswa. Untuk strategi kognitif atau belajar yang akan digunakan siswa, guru lebih cenderung membebaskan agar siswa menemukan sendiri dan mandiri terhadap kebutuhan belajar. Namun guru juga memberikan masukan atau pancingan terkait strategistrategi berfikir yang mungkin dapat digunakan oleh siswa, seperti mencari katakata kunci, membaca perlahan, atau diskusi dengan sesama siswa. Tahapan perencanaan diri mempunyai peran yang sangat penting di awal pembelajaran karena akan menentukan tahapan-tahapan selanjutnya, karena pada tahapan ini adanya kesepakatan-kesepakatan antara guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung hingga jam pelajaran usai. Tahapan kedua adalah pemantauan-diri, aktivitas-aktivitas pemantauan diri dapat berupa perhatian siswa disaat membaca, dan membuat pertanyaan atau pengujian diri. Aktivitas-aktivitas ini juga membantu peserta didik memahami materi dan mengintegrasikan dengan pengetahuan awal. Hasil penelitian merefleksikan bahwa secara keseluruhan pembelajaran sudah mengoptimalkan tahapan pemantauan-diri ini. KNiST, 30 Maret 2016 140 ISBN: 978-602-61242-0-3 Guru mengoptimalkan pemantauan proses pembelajaran dengan berdiskusi dan berdialog langsung dengan siswa. Hal ini dikarenakan hakekat guru dalam mempelajari bahasa kedua/ bahasa Inggris adalah lebih sebagai fasilitator yang senantiasa memberikan motivasi, dukungan dan arahan dan senada dengan pendapat Syukur Ghazali (2000: 229) bahwa diskusi dapat memperkuat pemahaman peserta didik terhadap teks yang dibaca. Diskusi atau dialog yang dilakukan guru mampu memberikan pengaruh positif kepada siswa, terlebih saat siswa diberikan batasan waktu untuk memahami sebuah bacaan. Siswa senantiasa diingatkan untuk lebih cepat memahami bacaan, dan sekaligus memantau apakah siswa memiliki pengetahuan awal yang cukup untuk memahami bacaan tersebut. Bila siswa tidak memiliki pengetahuan awal yang relevan, siswa diperkenankan untuk bertanya dan berdiskusi. Terlebih bila siswa bingung dan jenuh dengan cara berfikir dan belajar, siswa diperbolehkan untuk belajar sejenak di luar atau siswa yang memiliki kemampuan yang baik diminta mendampingi siswa yang memiliki kemampuan kurang (struggle). Melalui diskusi ini proses pembelajaran berlangsung dengan lancar dan siswa tidak merasa terbebani dengan kendala-kendala yang dihadapi. Dan proses pembelajaran tetap terarah dan optimal walau kondisi kelas sedikit dibebaskan. Inilah salah satu keuntungan menerapkan strategi metakognitif, guru dapat mengidentifikasi kemampuan siswa dan langsung dapat memberikan solusi saat proses pembelajaran berlangsung. Selain itu proses pemantauandiri mampu menumbuhkan kesadaran dan kemandirian siswa dalam belajar. Tahapan yang terakhir adalah evaluasi-diri, aktivitas-aktivitas evaluasi-diri meliputi penyesuaian dan perbaikan aktivitas-aktivitas kognitif/berfikir siswa. Aktivitas-aktivitas ini membantu peningkatan prestasi dengan cara menilai dan mengoreksi perilaku pada saat menyelesaikan tugas atau membaca. Untuk melakukan tahapan ini guru juga menggunakan strategi dengan berdiskusi dan berdialog dengan siswa. Guru melakukan penilaian dan koreksi ketercapaian tujuan belajar siswa dengan pertanyaan-pertanyaan. Guru juga mengevaluasi dan menanyakan strategi berfikir atau membaca yang telah digunakan siswa, apakah efektif dan tepat untuk mencapai tujuan belajar. Dengan berdiskusi siswa merasa tertantang dan termotivasi untuk memberikan jawaban. Guru pun mampu untuk memberikan motivasi dan dorongan bagi siswa yang belum mencapai tujuan belajar atau belum memahami bacaan yang diberikan yaitu dengan menghampiri siswa dan kemudian menuntun untuk berani memberikan jawaban. Hasil evaluasi terhadap aktivitas membaca siswa selalu dikembangkan dan dikaitkan untuk keterampilan-keterampilan lainnya yaitu writing, listening, dan speaking, sehingga guru senantiasa mampu untuk mengaitkan proses pembelajaran yang satu dengan proses lainnya. Strategi metakognitif ini sangat bermanfaat dalam memberikan penilaian dan koreksi atas seluruh aktivitas belajar dan membaca siswa. Siswa tidak merasa tertekan, tidak merasa terpojok bila melakukan kesalahan atau belum optimal dalam belajar dan yang lebih penting siswa mengetahui dan menyadari kelemahan dan kesalahan di saat membaca. Tahapan evaluasi ini dapat menggambarkan keberhasilan proses pembelajaran yang berlangsung di kelas, baik guru maupun siswa sama-sama mengevaluasi terhadap proses yang dilakukan. Jadi pelaksanaan strategi metakognitif dalam pembelajaran keterampilan membaca bahasa Inggris di kelas VIII Internasional 2 sudah menerapkan ketiga tahapan yang ada yaitu tahapan perencanaan-diri, pemantauan-diri dan evaluasi-diri. Berdasarkan hasil wawancara, observasi, angket, dan dokumentasi pelaksanaan strategi metakognitif menunjukkan hasil yang optimal terutama dalam meningkatkan kesadaran, kemandirian, dan kepahaman siswa dalam belajar atau membaca. 4. Simpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan di atas, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Secara umum, pembelajaran keterampilan membaca bahasa Inggris di kelas VIII Internasional 2 SMP Negeri Yogyakarta sudah menggambarkan pelaksanaan strategi metakognitif dengan jelas. Proses pelaksanaan strategi metakognitif sebagai berikut: a. Perencanaan – diri Pembelajaran keterampilan membaca bahasa Inggris menggambarkan penerapan proses perencanaan- diri (planning ). Adapun gambaran tahapan perencanaan-diri di dalam pembelajaran secara jelas. Proses perencanaan-diri di awali dari guru yang menjelaskan tujuan belajar di awal pertemuan, memberikan batasan waktu untuk memahami bacaan yang diberikan lima KNiST, 30 Maret 2016 141 ISBN: 978-602-61242-0-3 sampai 10 menit. Batasan waktu ini ditentukan dengan cara berdialog atau membuat kesepakatan antara guru dengan siswa. Kesepakatan ini diupayakan oleh guru dengan melibatkan peran aktif seluruh siswa, sehingga siswa merasa terikat selama proses pembelajaran berlangsung. Setelah kesepakatan waktu ditentukan, kemudian guru mulai memberikan materi pelajaran kepada siswa. Untuk mengantisipasi kebingungan dan kejenuhan siswa diberikan pancingan berfikir sebelum memahami materi, pancingan berfikir yang diberikan adalah dengan memberikan paragraf pendek yang relevan dengan bacaan yang akan diberikan kepada siswa, memberikan kuis atau permainan kata atau kalimat seperti mencocokkan kata dengan makna kata, mencari sinonim kata. Hal ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan awal kepada siswa agar siswa siap untuk mengikuti proses pembelajaran, dan yang terakhir guru memberikan kebebasan terkait strategi berfikir atau belajar yang akan digunakan siswa untuk membaca seperti scanning, skimming, mengulang, membaca cepat dan lain-lain. Dengan melaksanakan proses perencanaan-diri yang baik, maka dapat dipastikan proses pembelajaran selanjutnya dapat berlangsung dengan baik karena antara guru dan siswa sudah mempersiapkan diri untuk terlibat dalam proses pembelajaran. b. Pemantauan – diri Pembelajaran sudah menggambarkan penerapan proses pemantauandiri (monitoring). Proses pemantauan-diri yang dilakukan dengan jalan berdiskusi dan berdialog antara guru dan siswa, sehingga dapat, membangun suasana keakraban dan siswa merasa termotivasi dengan diskusi dan pertanyaan-pertanyaan yang diberikan. c. Evaluasi – diri Pembelajaran sudah menggambarkan penerapan proses evaluasidiri. Proses ini dilakukan juga dengan jalan berdiskusi dan berdialog antara guru dan siswa. Ada satu indikator yang belum secara optimal dievaluasi oleh guru dan siswa yaitu batasan waktu yang digunakan saat membaca, kecuali saat mengerjakan tugas dan ujian. Hal ini dikarenakan alokasi waktu mata pelajaran yang sudah ditetapkan, sehingga antara guru dan siswa cenderung berpatokan dengan jadwal tersebut kecuali adanya kesepakatankesapatan di kelas. Referensi Brown, H.D (1987) The Principles of Language Learning and Teaching. Englewood Cliffs, New Jersey: Oxford University Press. Darmiyati Zuchdi dan Budiasih. (1997). Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah. Jakarta: Dirjen Dikti. DIKNAS. (2006). PERMENDIKNAS 2006 tentang SI & SKL. Jakarta: Sinar Grafika. Fakhriati. (2007). Meningkatkan Kemampuan Membaca Bahasa Inggris dengan Pendekatan Metakognitif. http://pkab.wordpress.com/2008/04/2 9/model-belajar-danpembelajaranberorientasi-kompetensi-siswa. Israel E. Susan. (2007). Using Metacognitive Assesments to Create Individualized Reading Instruction. http://www.edu/Metacog.htm. Jennifer A., Livingston. (1997). Metacognition: An Overview. http://www.gse.buffalo.edu/fas/shuell/CEP 64/Metacog.htm. Oxford, R. L. ( 1989) Language Learning Strategies, What Teachers Should Know. New York: Newburry House Publiser. Suyatinah. (2006). “Keefektifan Pembelajaran Membaca dengan Menggunakan Penguatan dan Media Gambar”. Jurnal Kependidikan. (Nomor 2, Tahun XXXVI). Hlm 243 – 258. Syukur Ghazali. (2000). Pemerolehan dan Pengajaran Bahasa Kedua. Proyek pengembangan Guru Sekolah Menengah Dirjen Pendidikan Tinggi. Jakarta: Diknas. Tarigan, H. (1987). Pengajaran Membaca. Bandung: Ganesha.. KNiST, 30 Maret 2016 142