Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 1, No. 1, Januari 2008 INTERPRETASI ZONA STRUKTUR DAN ALTERASI BERDASARKAN GEOFISIKA IP DI DAERAH NIRMALA, BOGOR, JAWA-BARAT Herry Riswandi *) & Heru Sigit Purwanto **) *) Mahasiswa Magister Teknik Geologi UPN “Veteran” Yogyakarta **) Staf Pengajar Magister Teknik Geologi UPN “Veteran” Yogyakarta SARI Lokasi penelitian terletak di Dusun Nirmala, Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Daerah ini sebagian besar masuk ke dalam wilayah Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS) yang bertampalan dengan konsesi UBPE Pongkor PT. Aneka Tambang Tbk, (Persero) dan perkebunan teh PT. Nirmala Agung. Secara astronomis, berada pada 6°42’00”- 6°43’15” LS dan 106°30’45”- 106°32’15’’ BT, dengan luas daerah penelitian kurang lebih 4,5 km2. Tersusun atas dua satuan batuan yaitu satuan tuf lapili dan satuan breksi tuf dengan dua bentukan lahan geomorfik yaitu perbukitan vulkanik bergelombang kuat dan perbukitan bergelombang sedang. Alterasi hidrotermal yang terbentuk di daerah telitian dikelompokkan menjadi dua tipe alterasi yaitu alterasi argilik dan alterasi kloritisasi. Mineralisasi yang dijumpai di daerah telitian adalah pirit, kalkopirit, bornit dan galena. Di daerah telitian mineralisasi dikontrol oleh struktur geologi berupa sesar dan kekar. Dimana mineralisasi melimpah dan banyak dijumpai mengisi kekar-kekar terutama shear fracture yang memiliki trend arah timur laut – barat daya dan barat laut – tenggara, dengan arah tegasan pada kekar-kekar yang diukur di lapangan relatif berarah utaraselatan. ABSTRACT Location of research located in Nirmala Orchard, Countryside Malasari, Subdistrict Nanggung, Regency Bogor, West Java Province. This Area most coming into region of National Park of Mount Halimun-Salak (TNGHS) with concession of UBPE Pongkor PT. Aneka Tambang Tbk, (Persero) and plantation of tea PT. Nirmala Agung. By astronomis, be at 6°42'00"- 6°43'15" LS and 106°30'45"- 106°32'15'' BT, broadly area of research more or less 4,5 km2. Lapp over for two set of the rock that is set of tuf lapili and set of breksi tuf with two notching of farm of geomorfik that is hilly surging and strong surging vulkanik. Alterasi Hidrotermal formed grouped to accurate area become two type of alterasi that is alterasi argilik and alterasi kloritisasi. Mineralisasi met accurate area pursuant are pirit, chalcopyrite, bornit and galena. In accurate area of mineralisasi controlled by structure of geology in the form of fault and crack. Where mineralisasi abundance and a lot of met to fill crack especially shear fracture owning trend of north-east direction - southwest and northwest - south-east, with direction of force strong measured in field relative instruct north-south. 1. Latar Belakang Penelitian Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 1, No. 1, Januari 2008 Mineralisasi banyak terjadi di Pegunungan Selatan Jawa Barat, Cikotok, Pongkor, Cirotan dan Ciawitali. Deposit emas dan mineral penyertanya terjadi di Gunung Pongkor yang penambangannya dimulai sejak Mei 1994 sebagai pengganti tambang emas Cikotok yang sudah tidak ekonomis lagi. Tipe deposit daerah Pongkor merupakan tipe endapan epitermal (berupa urat-urat kuarsa), termasuk dalam sistem epitermal sulfida rendah (Aditya dan Sinambela, 1991). Mineral yang dijumpai adalah mineral kuarsa, adularia, karbonat, barit, klorit, zeolit, mangan, dan oksida besi. Proses pengendapan larutan hidrotermal akan mengalir melewati permebilitas (sekunder maupun primer) batuan, sehingga terjadi proses alterasi yang merubah komposisi kimiawi, mineralogi dan tekstur batuan asal yang dilaluinya. Tipe alterasi dan mineralisasi pada suatu daerah mempunyai sifat dan karakteristik tersendiri yang sering dicirikan dengan adanya himpunan mineral tertentu. Keberadaan zona alterasi dan mineralisasi ini akan membantu dalam perencanaan pengembangan eksplorasi mineral bijih yang mengandung emas dan perak. Salah satu indikator yang berpengaruh terhadap kehadiran urat-urat pembawa mineral bijih berharga adalah struktur rekahan (kekar, sesar). Jaringan kekar yang berkembang merupakan jalan bagi late-magmatics untuk mengisi dan mengendapkan mineral-mineral bijih (Heru Sigit, 2002). Endapan bijih tersebut ditemukan pada pola-pola urat (vein) yang berarah baratlaut-tenggara. Seperti diketahui urat-urat pembawa emas di bagian utara telah hampir habis dieksploitasi oleh perusahaan tambang mineral, sehingga perlu adanya penelitian untuk eksplorasi awal daerah bagian selatan konsesi yang termasuk dalam wilayah pengembangan eksplorasi untuk menemukan cadangan baru. 2. Geologi Umum Berdasarkan lintasan-lintasan terpilih secara umum di daerah Nirmala dan sekitarnya di jumpai tuf, lapili tuf, breksi tuf, batupasir, napal lempungan dan basal andesitik. Hasil pengukuran dan analisis unsur struktur kekar dan urat kuarsa daerah Nirmala didapatkan arah umum NW – SE (baratlaut – tenggara) dan NE – SW (timurlaut – baratdaya). Lintasan semi-detail Sungai Cibedok dijumpai batuan tuf dominan, warna abuabu keputihan, glas, klorit dan mineral lempung, kadang terdapat pirit, urat-urat kuarsa ukuran kecil (“Quartz veinlet”) dibeberapa tempat dijumpai dengan ukuran 0.2 – 1 cm. Litik tuf dijumpai pada bagian bawah lintasan, warna abuabukehijauan, terdiri dari komposisi fragmen batuan (0.2 – 2 cm), rounded – subrounded, mineral glas dan sedikit kuarsa, Fe-oksida kadang terdapat pirit, sebagian dijumpai urat-urat kuarsa kecil (0.2 – 1 cm), sebagian besar batuan telah mengalami proses argilisasi dan kloritisasi. Berdasarkan hasil analisis struktur didapatkan arah umum kekar dan urat kuarsa di lintasan Sungai Cibedok adalah NW – SE (baratlaut – tenggara) dan NE – SW (timurlaut – baratdaya). Lintasan semi-detail Sungai Cibedok bagian hulu dijumpai batuan tuf breksi dominan, warna abu-abu keputihan, fragmen andesit dan basalt (0,2 – 2 cm), Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 1, No. 1, Januari 2008 glas, klorit dan mineral lempung, kadang terdapat pirit, dibeberapa tempat dijumpai urat-urat kuarsa ukuran kecil (“Quartz veinlet”) antara 0.2 – 1 cm. Tuf dijumpai pada arah hilir lintasan, warna putih abu-abu kehijauan, mineral glas, klorit dan sedikit kuarsa, Fe-oksida serta kadang terdapat pirit, sebagian dijumpai urat-urat kuarsa kecil (0.2 – 1 cm). Lapili tuf dijumpai menyisip diantara breksi tuf, fragmen rounded-subrounded, klorit dan mineral lempung, sebagian besar semua batuan telah mengalami proses argilisasi dan kloritisasi. Berdasarkan hasil analisis struktur didapatkan arah umum kekar dan urat kuarsa di lintasan cabang Sungai Cibedok adalah dominant NW – SE (baratlaut – tenggara), berarah N – S (utara-selatan) dan beberapa NE – SW (timurlaut-baratdaya) serta E – W (barat-timur). Lintasan semi-detail cabang Sungai Cibedok dijumpai batuan tuf breksi dominan, warna abu-abu keputihan, fragmen batuan andesit dan basalt, dijumpai klorit dan mineral lempung, kadang terdapat pirit pada matriknya, dibeberapa tempat dijumpai urat-urat kuarsa ukuran kecil (“Quartz veinlet”) antara 0.2 – 1 cm. Litik tuf dijumpai pada arah hilir lintasan, tuf dijumpai menyisip daiantara litik tuf dan tuf breksi, ditemukan setempat-setempat, sebagian besar batuan telah mengalami proses kloritisasi dan argilisasi. Berdasarkan hasil analisis struktur didapatkan arah umum kekar dan urat kuarsa di lintasan cabang Sungai Cisahibah Kecil adalah dominan E – W dan berarah NE – SW dan beberapa berarah NW – SE dan N –S. Lintasan semi-detail Sungai Cileleh dijumpai batuan tuf dominan, abu-abu keputihan, mineral glas, klorit dan mineral lempung, kadang terdapat pirit, dibeberapa tempat dijumpai urat-urat kuarsa ukuran kecil (“Quartz veinlet”) antara 0.2 – 1 cm. Litik tuf dijumpai pada arah hilir lintasan dan beberapa tempat, breksi tuf merupakan sisipan pada litik tuf ditemukan setempat-setempat, sebagian besar batuan telah mengalami proses argilisasi dan kloritisasi. Berdasarkan hasil analisis struktur didapatkan arah umum kekar dan urat kuarsa di lintasan Sungai Cileleh adalah NW – SE (baratlaut – tenggara) dan beberapa ada yang berarah NE – SW dan E – W. 3. Analisis Geofisika Berdasarkan data geofisika didapatkan data line geofisika berupa profil resistivitas (ohm-meter), penampang geofisika dengan kedalaman sekitar 250 – 300 meter, panjang line sekitar 1500 meter (Line XV, X, V). Data tersebut menunjukan bahwa terjadi perubahan nilai yang diindikasikan dengan 2 warna dominan, yaitu kelompok warna ungu dan kelompok warna hijau. Warna ungu diinterpretasikan sebagai zona ubahan batuan (alterasi) argilik, dan alterasi kloritisasi diwakili dengan kelompok warna hijau. Perubahan warna hijau menunjukkan litologi tersusun oleh mineral yang lebih mudah menghantarkan arus, dibandingkan dengan warna ungu. Hasil penampang image geofisika line XV dengan arah line selatan – utara, terdapat rekahan-rekahan yang terisi oleh urat kuarsa pada zona argilik dan zona silisifikasi. Penampang memperlihatkan bagian utara dominan teralterasi argilik Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 1, No. 1, Januari 2008 kuat, dan ke bagian selatan dominan alterasi silisifikasi kuat. Penyebaran zona argilik setempat, mengumpul dan relatif dipermukaan, sedangkan zona kloritisasi menyebar di bawah permukaan sampai permukaan dengan mengisi rekahan (Gambar 1.). Gambar 1. Penampang image geofisika line XV dengan arah selatan – utara, penampang memperlihatkan bagian selatan dominan teralterasi argilik kuat, dan ke bagian utara dominan alterasi silisifikasi kuat. Hasil penampang image geofisika line X dengan arah line selatan – utara, terdapat rekahan-rekahan yang terisi oleh urat kuarsa pada zona argilik dan zona silisifikasi. Penampang memperlihatkan bagian utara dominan teralterasi argilik kuat, silisifikasi lemah dan ke bagian selatan dominan alterasi silisifikasi kuat, argilisasi lemah pada permukaan. Penyebaran zona argilik setempat, mengumpul dan relatif dipermukaan, sedangkan zona kloritisasi menyebar di bawah permukaan sampai permukaan dengan mengisi rekahan (Gambar 2.). Alterasi mengikuti pola struktur yang diinterpretasikan berarah NE-SW. Gambar 2. Penampang image geofisika line X dengan arah selatan – utara, penampang memperlihatkan bagian selatan dominan teralterasi argilik kuat, silisifikasi lemah dan ke bagian utara dominan alterasi silisifikasi kuat, argilisasi lemah pada permukaan. Hasil penampang image geofisika line V dengan arah line selatan – utara, terdapat rekahan-rekahan yang terisi oleh urat kuarsa pada zona argilik dan zona silisifikasi. Penampang memperlihatkan bagian utara dominan teralterasi argilik kuat, silisifikasi lemah dan ke bagian selatan dominan alterasi silisifikasi kuat. Penyebaran zona argilik setempat, mengumpul dan relatif dipermukaan, sedangkan zona kloritisasi menyebar di bawah permukaan sampai permukaan Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 1, No. 1, Januari 2008 dengan mengisi rekahan (Gambar 3.). Alterasi diinterpretasikan mengikuti pola struktur yang berarah ENE-WSW. Gambar 3. Penampang image geofisika line X dengan arah selatan – utara, penampang memperlihatkan bagian selatan dominan teralterasi argilik kuat, silisifikasi lemah dan ke bagian utara dominan alterasi silisifikasi kuat. 4. Kesimpulan Batuan yang menyusun secara umum daerah Nirmala adalah tuf, lapili tuf, breksi tuf, batupasir, napal lempungan dan basal andesitik. Hasil pengukuran dan analisis unsur struktur kekar dan urat kuarsa daerah Nirmala didapatkan arah umum NW – SE (baratlaut – tenggara) dan NE – SW (timurlaut – baratdaya). Penampang memperlihatkan bagian utara dominan teralterasi argilik kuat, dan ke bagian selatan dominan alterasi silisifikasi kuat. Penyebaran zona argilik setempat, mengumpul dan relatif dipermukaan, sedangkan zona kloritisasi menyebar di bawah permukaan sampai permukaan dengan mengisi rekahan. Penyebaran zona silisifikasi mengisi di dekat zona sesar, semakin kebawah permukaan semakin mengecil. Zona sesar merupakan koredor utama alterasi, yang diinterpretasikan berarah NE-SW dan ENE – WSW Daftar Pustaka Agung Basuki, D.Aditya Sumanagara, D.Sinambela., 1994. The Gunung Pongkor gold-silver deposit, West Java, Indonesia. Journal of Geochemical Exploration 50 (1994) 371-391. Elsevier Science. Corbett,G.J & Leach,T.M.1995. S.W.Pacific Rim Au/Cu Systems : Structure, Alteration and Mineralization. Short Course, Vancouver, Canada. Heru Sigit Purwanto, Herry Riswandi & Arfan Parmuhunan, 2007, Prospeksi Cebakan Emas Berdasarkan Kontrol Struktur Untuk Penentuan Titik Bor Nirmala Dan Sekitarnya Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat. Laporan Penelitian P.T. Aneka Tambang. Jakarta (Tidak Dipublikasikan). Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 1, No. 1, Januari 2008 Leach, T.M., Umali, D.U., Del Rosario, R.C., 1985: Epithermal mineral zonation in an Active island arc: The Bacon-Manito geothermal system Philippines, Proceedings of the 7th Annual Geothermal Workshop, Auckland University: 109 – 114. Nahrowi,T., Suratman,Y & Hidayat, S. 1978. Geologi Pegunungan Selatan Jawa Timur. Laporan Eksplorasi PPTMGB,Lemigas Cepu. Nekrasov,I.Y. 1996. Geochemistry, mineralogy and genesis of gold deposits. Brookfield.USA : A.A.Balkema Publishers. Pirajno, F. 1992. Hydrothermal Mineral Deposit. Berlin Heiderberg : Springer Verlag. Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 1, No. 1, Januari 2008 Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 1, No. 1, Januari 2008