Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Pebruari 2012 KEBUTUHAN SISTEM ORGANISASI YANG ADAPTIF DAN REKONFIGURATIF UNTUK MENGHADAPI PERUBAHAN LINGKUNGAN EKSTERNAL PADA PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI Siti Rosimah1), Joko Siswanto2) 1) Program Doktor Teknik Dan Manajemen Industri ITB Jl. Ganesha no 10. Bandung, Jawa Barat, Indonesia Email: [email protected]/[email protected] 2) Kelompok Keahlian Manajemen Industri, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha No 10. Bandung, Jawa Barat, Indonesia Email: [email protected] ABSTRAK Perusahaan jasa telekomunikasi merupakan perusahaan yang menjalankan bisnis modern dimana lingkungan eksternal sangat mempengaruhi kinerja dan perolehan profitnya. Pada era informasi dan komunikasi seperti saat ini lingkungan eksternal sangat cepat perubahannya termasuk perubahan teknologi, perlu disikapi secara bijak dalam menghadapi perubahan tersebut. Akan tetapi selama ini perusahaan telekomunikasi selaku organisasi dalam menyikapi perubahan teknologi tersebut cenderung diikuti dengan pergantian personil bahkan lebih ekstrim lagi diikuti dengan pembukaan perusahaan (anak perusahaan) baru. Tuntutan perubahan lingkungan eksternal pada bisnis telekomunikasi ini sangat tinggi, hal ini terjadi karena perkembangan dan kemajuan ilmu komputer dan elektronika serta teknologi yang cepat. Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam bisnis ini menjadi kebutuhan konsumen dan faktor penentu keberhasilan perusahaan dalam menjalankan bisnisnya. Oleh karena itu organisasi harus mampu mengelola perubahan teknologi secara tepat. Perubahan TIK global yang sangat cepat mengakibatkan life cycle produk atau jasa semakin pendek, hal ini bisa mengakibatkan phobia terhadap perubahan jika organisasi tidak punya sistem yang sesuai untuk menghadapi perubahan lingkungan eksternal yang dinamis. Oleh karena itu diperlukan suatu sistem organisasi yang adaptif dan rekonfiguratif untuk menghadapi perubahan lingkungan eksternal yang semakin kompleks. Kata kunci : Organisasi, Adaptif , Rekonfiguratif, Telekomunikasi ABSTRACT Telecommunications company runs the modern business, its performance acquisition of profits greatly is affected by external environment. In the era of information and communication, external environment is changing rapidly. To face it the company needs a wise attitude. Nevertheless the telecommunication company in address is organizational changing tends to be followed by personal changing and extremely the opening of the new company. Changing the external environment of telecommunications happens because the development and advancement of computer science and electronics and technology. Information and communication technology (ICT) in business is becoming a customer need and critical factor ISBN : 978-602-97491-4-4 A-30-1 Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Pebruari 2012 to be success the company runs all its business processes and therefore the organization should be able to manage change with the right technology. Global ICT changes so quickly that the life cycle of a product or service are getting shorter, this can lead to phobias to change if the organization does not have the right system to cope with dynamic changes in the external environment. It is therefore necessary to have an organizational system that are adaptive and reconfiguration in addressing the changing external environment is increasingly complex. Keywords: Organization, Adaptive, Reconfiguration, Telecommunications PENDAHULUAN Latar Belakang Industri telekomunikasi di Indonesia berawal dari lahirnya pos, telegrap dan telepon (PTT) pada 20 september 1906 dan pada 9 juni 1967 melakukan kerja sama untuk membangun satelit bumi dengan international telepon dan telegrap (ITT) yang dalam perkembangannya menjadi PT Indosat pada 10 november 1968. Setelah dibangunnya satelit bumi jalur komunikasi internasional semakin lancar, dan hal ini mendorong investor asing banyak yang berminat dengan bisnis telekomunikasi. Seiring dengan berjalannya waktu dan kepentingan pemerintah, PTT mengalami beberapa perubahan diantaranya menjadi PN Postel pada tahun 1961 dan pada tahun 1965 dipecah menjadi PN Telekomunikasi dan PN Pos & Giro. Pada tahun 1974 PN Telekomunikasi berubah menjadi Perusahaan Umum Telekomunikasi (Perumtel), akan tetapi Perumtel hanya diberikan kewenangan untuk menyelenggarakan jasa telekomunikasi dalam negeri saja sedangkan untuk jasa telekomunikasi layanan internasional diberikan kepada PT Indosat dan pada tahun 1980 seluruh saham dibeli pemerintah. Perkembangan teknologi komunikasi dunia yang tumbuh pesat maka perumtel dituntut untuk mampu mengelola bisnisnya secara profesional sehingga Perumtel mengalami perubahan menjadi PT Telkom pada tahun 1991. Pada tahun 1993 pemerintah memberikan ijin kepada PT Satelindo untuk ikut bergerak di bidang jasa telekomunikasi layanan internasional. Pada tahun 1996 PT Telkom mendapat suntikan dana asing sebesar Rp. 9,16 milyar sehingga mampu melakukan penetrasi pasar global system for mobile communication (GSM), dengan demikian terbentuk PT Telekomunikasi seluler (Telkomsel) pada 26 Mei 1995 yang tadinya hanya berupa bentuk layanan telekomunikasi yang dikelola oleh PT Telkom. Sejak hadirnya teknologi komunikasi GSM pertumbuhan dan perkembangan industri teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di Indonesia semakin pesat dan menjadi industri yang modern (Hars N dan Team Telkom, 1997). Sejak kehadiran industri telekomuniasi pada tahun 1906 sampai dengan tahun 2011 ini produk pelayanan yang dihasilkan terus mengalami perubahan dan penambahan seiring dengan perkembangan ilmu elektronika dan komputer serta teknologi yang dihasilkannya. Pada awal kemunculannya layanan informasi dan telekomunikasi yang dihasilkan hanya berupa layanan surat kawat (telegram) dan telepon berupa suara, dan pada tahun 90-an mulai muncul radio panggil (pager) yang bisa menyampaikan pesan tertulis satu arah lewat operator akan tetapi sekitar tahun 1997 teknologi ini mulai ditinggalkan pelanggannya. Teknologi pager mulai ditinggal pelanggannya karena hadirnya telepon seluler yang bisa memberikan pelayanan suara sekaligus pesan singkat dua arah. Sebenarnya telepon seluler mulai diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1985 dan masih berbasis analog generasi 1 (G1) dengan teknologi seluler NMT (Nordic Mobile Telepone) dari Eropa, disusul oleh AMPS ISBN : 978-602-97491-4-4 A-30-2 Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Pebruari 2012 (Advance Mobile Phone Sistem) dengan layanan pada frekuensi 800MHz, dan pada awal 1993 awal pengembangan GSM hingga tahun 1994 kemunculan operator GSM pertama PT Satelindo dengan cakupan pelayanan area Jakarta dan sekitarnya dan jumlah pelanggannya melonjak. Sedangkan pada tahun 1995 munculnya telepon rumah nirkabel dengan menggunakan teknologi GMH 2000/E-TDMA dengan layanan frekuensi 470 MHz diperkenalkan oleh Bakrie Telecom melalui Ratelindo. Hal ini memacu kemunculan PT Telkomsel pada 26 Mei 1995 dan PT Excelcomindo pada akhir tahun 1996 dengan memberikan cakupan layanan nasional dengan berbasis digital generasi 2 (2G) dengan teknologi GSM frekuensi 900MHz dan pada tahun 1997 GSM 1800MHz atau PHS (Personal Handy-Phone System). Antara tahun 2000 sampai dengan 2002 mulai kemunculan operator CDMA (Code Division Multiple Access) dengan pelayanan suara dan juga pesan singkat dua arah teknologi FWA (Fixed Wireless Area) menggunakan frekuensi 1900 MHz, dan pada awal tahun 2003 PT Satelindo memberikan layanan GPRS dan MMS serta pada 8 oktober 2003 pemerintah memberikan lisensi jaringan UMTS (Universal Mobile Telecommunication System) kepada PT Cyber Acces sebagai operator 3G pertama di Indonesia. Teknologi 3G masih belum begitu dikenal masyarakat tetapi pada Februari 2004 PT Telkomsel telah meluncurkan layanan enhanced data rate for GSM (EDGE), dengan layanan tersebut pelanggan bisa menggunakan jasa layanan telekomunikasi berupa suara, pesan singkat dua arah sekaligus bisa akses data hanya dengan menggunakan pesawat telepon seluler. Pada Februari 2006 PT Telkomsel, PT Excelmindo, dan PT Indosat melalui tender mendapat lisensi layanan 3G dan pada akhir tahun 2006 meluncurkan layanan 3G secara komersial. Dengan beragamnya teknologi TIK dan juga layanan yang diberikan maka pada tahun 2009 bermunculan operator-operator telepon seluler baik yang menggunakan teknologi CDMA maupun GSM dan sebagian besar telah meluncurkan layanan 3G dan 3.5G. Selain itu juga seluruh operator GSM telah mengaplikasikan teknologi UMPTS, HSDPA dan HSUPA pada jaringannya sedangkan pada operator CDMA sebagian telah mengaplikasikan teknologi CDMA2000 1x EV-DO. Saat ini pelayanan operator memasuki generasi ke 4 (4G), yang mengintegrasikan teknologi wireless yang telah ada termasuk wireless broadband (WiBro), CDMA, wireless LAN, Bluetooth dan lain-lain. Berdasarkan uraian sejarah dan perkembangan perusahaan telekomunikasi di Indonesia serta teknologi yang digunakannya dapat ditarik kesimpulan bahwa pertumbuhan industri telekomunikasi di Indonesia sangat cepat dan teknologi yang digunakan semakin pendek umur pakainya. Hal ini terjadi karena hadirnya teknologi baru yang memiliki performans lebih baik. Hadirnya suatu teknologi telekomunikasi yang baru sering diikuti juga dengan hadirnya perusahaan atau anak perusahaan baru dan hal ini sebenarnya tidak perlu terjadi jika organisasi perusahaan telekomunikasi bersifat adaptif dan rekonfiguratif. Dengan sistem organisasi yang adaptif dan rekonfiguratif tersebut maka perubahan lingkungan eksternal perusahaan akan mudah disikapi dan dihadapi oleh seluruh elemen internal perusahaan. Studi Literatur Kottler (dalam, Palmer I, et.al, 2009) mengidentifikasi ada 4 kekuatan lingkungan eskternal yang mendorong organisasi untuk melakukan perubahan yaitu kebutuhan akan teknologi untuk berkomunikasi secara global dengan orang-orang diberbagai belahan dunia, perubahan ekonomi global, penurunan kondisi pasar domistik dan adanya perubahan sosial masyarakat suatu negara. Dan yang menjadi faktor pencetus suatu organisasi melakukan perubahan (Palmer I, et.al, 2009) adalah adanya tekanan lingkungan eksternal, adanya ISBN : 978-602-97491-4-4 A-30-3 Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Pebruari 2012 penyimpangan dari rencana awal, perubahan visi organisasi, atau memang keinginan organisasi untuk melakukan perubahan. Perubahan karena tekanan lingkungan eksternal sering terjadi karena penurunan sumber daya yang dimiliki organisasi yang disebabkan oleh berkurangnya permintaan produk serta penjualan, penurunan market share serta kesalahan dalam berinvestasi. Ada enam type tekanan lingkungan eskternal yang mengakibatkan terjadinya perubahan suatu orgaisasi yaitu: gaya kepemimpinan dalam organisasi, tekanan atau permintaan dari luar organisasi, tekanan politik, penurunan pasar, kompetisi semakin ketat, dan karena menjaga reputasi dan kredibilitas organisasi dimata stakeholder. Ada dua type perubahan organisasi (Palmer I, et.al, 2009) yaitu incremental change dan discontinuous change. Pada incremental change, perubahan organisasi dilakukan dengan penyesuaian sistem, proses, ataupun struktur organisasi akan tetapi tidak terjadi perubahan pada hal-hal fundamental seperti strategi, nilai inti, ataupun identitas perusahaan. Perubahan yang dilakukan tersebut didesain dan dikembangkan untuk keberlangsungan suatu perusahaan dalam menyikapi perubahan lingkungan eksternal yang sangat dinamis. Dengan desain perubahan yang incremental tersebut sebagai perubahan yang adaptif tetapi tetap reaktif terhadap perubahan yang dilakukan organisasi perusahaan lainnya. Sedangkan discontinuous change, dilakukan secara transformasi radikal dan fundamental pada inti bisnis perusahaan seperti melakukan restrukturasi unit bisnis, scope bisnis, perubahan operasional, menciptakan keahlian baru, menerapkan sistem dan team managemen yang baru, merubah secara resmi nilai-nilai organisasi serta perubahan strategi dan orientasi perusahaan. Perubahan lingkungan eksternal yang sangat cepat membutuhkan gaya kemimpinan tersendiri agar proses bisnis yang dijalankan berhasil dengan baik. Hal ini dikarenakan suatu kegiatan bisnis (Highsmith, H,2011) tidak hanya teknologi yang canggih tetapi kecerdasan dan ketangkasan (agility) yang bersifat softskill berupa metode atau teknik mengelola orangorang dalam suatu wadah organisasi sangat dibutuhkan. Suatu team kerja yang cerdas dan tangkas harus mampu melakukan perubahan baik secara teknis maupun interaksi sosial agar mampu berkolaborasi dalam suatu team kerja yang solid dan hal ini perlu keahlian tersendiri seorang pemimpin untuk mengelola perubahan yang harus dilakukan stafnya. Ada tiga faktor yang menjadi kunci sukses suatu organisasi dalam menghadapi perubahan lingkungan eskternal (Highsmith, H,2011) yaitu: 1. Kepemimpinan yang kreatif yaitu kemampuan pemimpin dalam menyikapi ambigu organisasi, mengambil resiko jika ada yang mengganggu status quo organisasi, mempunyai intuisi dan gaya mengelola organisasi, dan cepat dalam proses pengambilan keputusan. 2. Membangun ketrampilan mengoperasikan managemen yang kompleks secara sistematik, jika memungkinkan dilakukan penyederhanaan operasionalnya, pemikiran cepat dan fleksibel 3. Membangun hubungan dengan pelanggan termasuk didalamnya menghargai pelanggan, melakukan komunikasi dua arah dengan pelanggan serta mengambil keuntungan dengan menggali informasi dari pelanggan Kepemimpinan yang adaptif (Highsmith, H,2011) adalah pemimpin yag cerdas dan tangkas dalam membuat model pengelolaan mental staff dalam menjalankan proses organisasi dan mampu merespon kompleksitas serta kesulitan organisasi dalam menjalankan bisnisnya. Hal ini diperlukan mengingat dalam lingkungan bisnis yang terus bergejolak sering menghadapi kompleksitas dan kesulitan yang beragam serta tak terduga. Mental pemimpin dan staff yang mampu menghadapi kompleksitas dan kesulitan secara cepat dan tepat merupakan kekuatan tersendiri bagi suatu organisasi untuk dapat bersaing dan memenangkan persaingan. Dengan demikian kepemiminan yang adaptif merupakan kekuatan, kekuasaan dan ISBN : 978-602-97491-4-4 A-30-4 Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Pebruari 2012 ketersediaan team kerja yang cepat dan handal dalam menyampaikan nilai bisnisnya kepada pelanggan dan secara terus menerus belajar mengenali keinginan pelanggan dan selalu mampu beradaptasi sesuai dengan perubahan lingkungannya. Dan pemimpin yang adaptif tersebut perlu adanya tokoh yang mampu dan mau memberikan contoh dalam sikap dan perilakunya dalam organisasi. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menjadi pemimpin yang adaptif yaitu: 1. Menciptakan sistem manajemen performans yang cerdas dan tangkas 2. Sistem tersebut ditransformasikan dalam strategi bisnis 3. Menentukan tujuan kecerdasan dan ketangkasan organisasi dalam sistem operasionalnya, portofolio dan strategi perusahaan 4. Memberikan kemudahan dalam hal sentralisasi dan kekuasaan secara kolaboratif 5. Selalu mengikuti perkembangan teknologi informasi, product line, dan product architecture 6. Membuat kerangka untuk mengevaluasi keahlian yang cerdas dan tangkas Menurut Galbraith, J., (1999) setiap perusahaan membutuhkan suatu organisasi yang mampu berubah dengan cepat seiring dengan cepatnya perubahan dalam dunia bisnis dan jika tidak mengikuti perubahan tersebut maka perusahaan akan mengalami kebangkrutan. Untuk menghindari kebangkrutan tersebut banyak organisasi yang mengerahkan seluruh waktu dan energinya dalam manajemen perubahannya padahal hal itu tidak perlu dilakukan jika desain organisasi dapat mengakomodasikan perubahan dengan cepat dan mudah (reconfigurable). Sedangkan menurut Salerno, M., S., (2009) untuk menghadapi perubahan situasi yang tidak dapat diprediksi seperti perubahan pasar serta persaingan pasar, kehadiran produk baru, perubahan teknologi produksi, perubahan kondisi finansial dan lain-lain diperlukan desain organisasi yang dapat berubah (reconfigurable) dengan cepat. Desain organisasi tersebut harus dibangun berdasarkan konsep komunikasi yang saling menguntung semua orang yang terlibat dalam mengkoordinasikan alat-alat organisasi seperti dalam mengkoordinasikan penggunaan metode klasik (waktu standar, gerakan standar, dan penentuan area kerja), tingkatan koordinasi, serta teknologi yang digunakan. Untuk mengkomunikasikan alat-alat organisasi tersebut dengan para pekerjanya diperlukan tiga aspek dasar yaitu aspek cognitive, normative dan expressive. Selain itu juga supaya sistem organisasi dapat berjalan dengan baik maka ia harus mampu meningkatkan utilitas perlengkapan yang dimiliki, cepat dalam menyelesaikan permasalahan yang timbul serta setiap tindakan yang diambil harus sesuai dengan strategi yang telah ditetapkan. Desain organisasi yang reconfigurable sangat dibutuhkan saat organisasi mengalami kemunduran dalam berkompetisi, dan organisasi harus selalu mampu melaksanakan strategi bisnis perusahaannya karena perbedaan strategi maka akan berbeda pula desain organisasinya. Manajemen dalam menentukan struktur organisasi perusahaan tentang fungsi, produk atau jasa, daerah pemasaran atau geografis daerahnya memang harus diarahkan sebagai formula untuk menghantarkan kesuksesan perusahaan. Struktur dan strategi organisasi yang didesain untuk mengintegrasikan perencanaan dan proses anggaran, sistem informasi, proses pengembangan produk baru, sistem kompensasi, kriteria seleksi dan promosi, jenjang karier, penilaian perfomans dan juga pelatihan karyawan. Organisasi yang reconfigurable adalah organisasi yang ahli menggunakan tiga kapabilitas internal yaitu kemampuan merekonfigurasi team kerja internal dan jaringan kerja antar departemen, organisasi memberikan penghargaan internal serta memasarkan dan mengkoordinasikan team kerja yang kompleks, dan membentuk kerja sama baik internal maupun eksternal untuk menjaga kapabilitas organisasi (Galbraith, J., 1999). ISBN : 978-602-97491-4-4 A-30-5 Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Pebruari 2012 Untuk mampu berkompetisi yang menguntungkan dan berkelanjutan selain desain organisasi yang mudah berubah dengan cepat juga harus mampu beradaptasi dengan cepat pula. Menurut Kenney, S., dan partner (2009) bahwa organisasi yang adaptif bukan suatu kebetulan tetapi merupakan proses kepemimpinan yang harus mampu melakukan perubahan atas lima area internal secara simultan yaitu karyawan, proses, strategi, teknologi dan struktur organisasi untuk menghadapi perubahan lingkungan eksternal saat ini dan nanti. Organisasi yang adaptif akan dapat memahami dan merangkul dunia yang selalu mengalami perubahan, memahami bahwa perubahan sebagai sesuatu yang alami, memahami metode yang optimal untuk beradaptasi dimana dan seperti apa serta mana yang terlebih dulu dilakukan, memiliki kemampuan untuk mengadaptasi karyawannya, proses, strategi teknologi dan struktur organisasi yang dibutuhkan secara berkelanjutan. Dengan demikian keinginan dan kemampuan untuk berubah sebagai suatu bagian terpenting dari sebuah organisasi yang adaptif. Sedangkan organisasi yang adaptable (……., 2006) adalah suatu fungsi dari ketersediaan informasi dan waktu yang tepat untuk menempakan orang yang tepat untuk membuath taktik jangka pendek dan keputusan strategi jangka panjang. Untuk menjadi suatu organisasi yang gesit (agile) dan adaptable adalah secara esensial menggerakan keberlanjutan suatu nilai dari suatu lingkungan global. Persaingan dalam dunia bisnis pada dasar tidak berbeda secara signifikan dari aktivitas kompetisi lainnya. Sebuah perusahaan yang ingin memenangkan suatu persaingan itu membutuhkan penyesuaian secara cepat dalam lingkungan global yang selalu berubah. Agility Enterprise (Holsapple, C., W., & Xun Li,….. ) adalah perusahaan yang selalu waspada dan siap menghadapi perubahan lingkungan eksternal dan internal serta memiliki kemampuan untuk menggunakan seluruh sumber daya yang ada untuk merespon perubahan secara tepat namun fleksibel. Untuk menciptakan agility enterprise diperlukan desain kerja rutin yang baru karena agility mempunyai suatu ciri yang bisa terlihat dari kerja rutinnya dan hal ini bisa terlihat dari desain kerjanya. Hal ini seperti yang diungkapkan Teece et al. (1997; dalam Holsapple, C., W., & Xun Li,….. ) bahwa untuk membangun perusahaan yang mampu bersaing dan memenangkan persaingan dalam lingkungan yang sangat cepat perubahannya maka diperlukan proses kerja organisasi yang dinamis sesuai dengan perubahan lingkungannya. Proses kerja organisasi (Holsapple, C., W., dan Xun Li,….. ) yang dinamis diperlukan desain kerja yang tepat, fleksibel, dapat diusahakan dan sesuai dengan kapabilitas organisasi serta perubahan lingkungannya. Tujuan Penulisan Menganalisis secara teoritik dan empirik tentang organisasi perusahaan dalam menyikapi perubahan lingkungan eksternal yang perubahannya sangat cepat pada industri telekomunikasi di Indonesia METODE Pada penelitian ini dilakukan dengan metode penelusuran sejarah dan dokumentasi. Metode ini digunakan karena untuk merekonstruksi tentang perjalanan mulai dari berdirinya industri telekomunikasi dan perkembangan teknologinya dari waktu ke waktu secara objektif dan sistematis dengan mengumpulkan, mengevaluasi serta menjelaskan dan mensintesiskan bukti-bukti dan fakta-fakta untuk kemudian menarik kesimpulan secara tepat. Rekonstruksi tersebut dilakukan melalui survey dokumen, penelusuran pustaka yang relevan dari masa lampau hingga dokumen kekinian serta wawancara. Kesimpulan ditarik berdasarkan proses diatas setelah dibandingkan dengan hasil kajian literatur ISBN : 978-602-97491-4-4 A-30-6 Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Pebruari 2012 HASIL DAN PEMBAHASAN Lingkungan eksternal yang sangat berpengaruh pada industri telekomunikasi adalah kompetitor, perubahan teknologi, kebutuhan pelanggan, dan stakeholder penghasil teknologi yang mendukung kegiatan bisnisnya. Lingkungan eksternal tersebut sangat berpengaruh terhadap performans proses bisnisnya. Perubahan lingkungan eksternal yang sangat cepat menuntut perusahaan untuk melakukan perubahan organisasi yang mampu beradaptasi dengan gesit, jika hal ini tidak dilakukan maka akan terjadi kesulitan dalam berkompetisi dalam pasar global maupun regional yang semakin ketat. Perubahan organisasi apapun pencetusnya dan type perubahan yang dipilih haruslah mempertimbangkan nilai tambah yang akan diraih baik dalam proses perubahannya, maupun output dan outcome yang diperoleh setelah terjadinya perubahan. Perubahan organisasi yang adaptif terhadap perubahan lingkungan eskternal merupakan perubahan organisasi yang tepat karena pada jaman global seperti sekarang ini perubahan lingkungan eskternal sangat cepat apalagi perusahaan-perusahaan yang menggunakan teknologi tinggi yang setiap saat bisa berubah seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dihasilkannya. Dengan demikian perubahan lingkungan eksternal yang sedemikian cepat dan kompleks tidak harus diikuti dengan hadirnya perusahaan baru tetapi cukup pengembangan-pengembangan tertentu pada unit-unit yang sesuai dalam organisasi. Perusahaan telekomunikasi yang menjalankan proses bisnisnya sangat dipengaruhi lingkungan eksternal serta kompleksitas dan kesulitan internal sangat dibutuhkan pemimpin dan pegawai yang cerdas dan tangkas serta memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan cepat dan tepat. Hal ini hanya bisa dilakukan jika pemimpin dan seluruh pegawainya mau melakukan perubahan mental, memiliki kreatifitas dalam berbagai hal, pemimpin dan pegawai saling menghargai kerja dan kreatifitasnya serta menjalin hubungan yang saling menguntungkan dengan pelanggan. Dengan terciptanya pemimpin dan pegawai yang cerdas tangkas serta memiliki kemampuan beradaptasi maka akan tercipta organisasi yang mampu menyikapi perubahan lingkungan eksternal yang selalu berubah. Hal itu hanya bisa terjadi jika organisasinya gesit (agile) dalam menyikapi perubahan dan memiliki kemampuan untuk beradaptasi (adaptable) dan juga kemampuan untuk melakukan perubahan dengan cepat (reconfigurable) serta mengelola perubahan tersebut dengan tepat pula Kemampuan bersaing dan memenangkan suatu persaingan bisnis diantara kompetitornya merupakan suatu hal yang harus diusahakan dan didesain untuk mendapatkannya. Saat lingkungan eksternal sangat cepat perubahannnya kemampuan organisasi untuk bersaing dan memenangkan persaingan secara berkelanjutan baik dalam lingkungan lokal maupun global diperlukan strategi dan roadmap untuk menjalankan kompetisi tersebut. Untuk dapat memenangkan persaingan ditentukan banyak faktor diantaranya efisiensi operasional, merger, akuisisi, tingkat diversifikasi, type deversifikasi, struktur organisasi, susunan team manajemen dan gaya kepemimpinan, manajemen sumber daya, pengaruh sosial, ketepatan intrepretasi respon perilaku sosial, aktivitas nasional dan internasional serta fenomena tingkatan organisasi atau industri tersebut diantara kompetitornya. (Ma, 1999a, 1999b; Flint and Van Fleet, 2005; King, 2007b ; dalam Raduan, C., R, et al, 2009). ISBN : 978-602-97491-4-4 A-30-7 Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Pebruari 2012 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Perusahaan yang mampu bersaing secara cerdas dan berkesinambungan adalah perusahaan yang mampu mendesain sistem organisasinya yang adaptif dan rekonfiguratif dalam menyikapi perubahan lingkungan eksternal yang sangat cepat. Pada perusahaan telekomunikasi yang perubahan teknologi dan pertumbuhan pesaingnya sangat cepat diperlukan sistem organisasi yang mampu beradaptasi dan rekonfigurasi internal yang komphrehensif secara cerdas, akurat dan tepat. Dengan demikian hadirnya teknologi, kompetitor dan hal-hal baru dalam proses bisnisnya tidak selalu dengan melakukan penggantian personil, perubahan sistem secara radikal apalagi sampai harus membuka anak perusahaan atau perusahaan baru. Sementara yang selama ini terjadi pada industri telekomunikasi di Indonesia hampir setiap hadirnya teknologi baru akan diikuti dengan pembukaan anak perusahaan atau perusahaan baru. Padahal dengan perubahan teknologi yang sangat cepat akan mengakibatkan umur produk atau jasa yang dihasilkan akan semakin pendek dan akan berpengaruh terhadap perolehan profit. Jika keadaan ini tidak dilakukan perubahan maka industri telekomunikasi akan phobia terhadap perubahan dan perusahaan akan cepat mengalami kemunduran bahkan kebangkrutan. Saran Secara empirik perubahan teknologi yang sangat cepat pada bisnis telekomunikasi menuntut adanya desain sistem organisasi yang adaptif dan rekonfiguratif agar dapat mengakomodasi perubahan lingkungan eksternal perusahaan maupun kompleksitas internal perusahaan. Oleh karena itu perlu adanya manajemen perubahan organisasi yang sesuai dengan budaya kerja yang profesional dan ditransformasikan dalam strategi bisnisnya. Bentuk manajemen perubahan organisasi yang mengakomodasi perubahan lingkungan eksternal akan memiliki dampak yang positif terhadap kemampuan organisasi dalam bersaing. Hal ini bisa terjadi jika perubahannya dilakukan secara sistematik, terintegrasi dan komprehensif dalam unit-unit perusahaan sehingga mampu beradaptasi dengan melakukan rekonfigurasi baik sistemnya maupun strategi bisnisnya. DAFTAR PUSTAKA Galbraith, J., (1999). Designing A Reconfiguration Organization, CEO publication G991(360), Center for Effective Organizations (CEO) Hars, N. dan Team PT Telkom, (1997). Telekomunikasi Indonesia: Sejarah Perkembangan dan Proyeksi ke Depan, PT Telkom dan Yayasan Ikatan Alumni Lemhannas (IKAL) Highsmith, H. (2011). Adaptive Leadership (accelerating Enterprise Agility), Thought Works, www.thougtworks.com Holsapple, C., W., dan Xun Li,….. Understanding Organizational Agility: A Work-Design Perspective, www.nps.edu/Academics, School of Management Gatton College of Business and Economics University of Kentucky, Lexington KY 40506-0034 Phone: (859) 257-5236, Email: [email protected] ISBN : 978-602-97491-4-4 A-30-8 Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Pebruari 2012 Kenney, S. dan partner, (2009). The Adaptive Organization: Fostering Change In Five Area, TOFFLER ASSOCIATES, 302 Harbor’s Point, 40 Beach Street Manchester, MA 01944, 978-526-2444, www.toffler.com Palmer, I., Dunford, R., Akin, G., (2009). Managing Organizational Change (A Multiple Perspectives Approach), Second Edition, McGraw, Hill International Edition, Singapore Raduan, C., R, Jegak, U., Haslinda, A., Alimin , I., I., (2009). Management, Strategic Management Theories and the Linkage with Organizational Competitive Advantage from the Resource-Based View, European Journal of Social Sciences, Vol.11, Number 3 (2009) Salerno, M., S. (2009). Reconfigurable Organization To Cope With Unpredictable Goals, International Journal Production Economics, 122 (2009), p.419-428 …….., 2006, Creating Value From Lean, Agile and Adaptive Global Organizations Global Commerce Management, A 3rdwave White Paper, © 2006 Blinco Systems Inc. All rights reserved ISBN : 978-602-97491-4-4 A-30-9