pengaruh mekanisme corporate governance dan ukuran

advertisement
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume: 2 No. 1 Tahun 2014)
PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE DAN
UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI
1
Kadek Emi Kristiani,1Ni Luh Gede Erni Sulindawati, 2Nyoman Trisna Herawati
Jurusan Akuntansi Program S1
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: {[email protected], [email protected],
[email protected]}@undiksha.ac.id
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh mekanisme corporate
governance dengan proksi kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, ukuran
dewan komisaris, komposisi dewan komisaris, komite audit dan variabel ukuran
perusahaan terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar
di BEI periode 2009-2013. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif berupa
data sekunder yang diperoleh dari BEI berupa laporan keuangan yang disajikan
pada periode 2009-2013. Teknik analisis data yang digunakan yaitu uji normalitas, uji
multikolinearitas, uji autokorelasi dan uji heterosketastisitas, serta pengujian hipotesis
yang terdiri dari uji regresi berganda, koefisien determinasi, uji t dan uji F.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) kepemilikan institusional tidak
berpengaruh signifikan terhdap manajemen laba, (2) kepemilikan manajerial tidak
berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba, (3) ukuran dewan komisaris
berpengaruh signifikan positif terhadap manajemen laba, (4) komposisi dewan
komisaris tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba, (5) komite audit
berpengaruh tidak signifikan terhadap manajemen laba, (6) ukuran perusahaan
berpengaruh tidak signifikan terhadap manajemen laba, (7) secara simultan
kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, ukuran dewan komisaris, komposisi
dewan komisaris, komite audit dan variabel ukuran perusahaan berpengaruh
signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
BEI periode 2009-2013.
Kata kunci: Corporate Governance , ukuran perusahaan dan manajemen laba.
Abstract
The study was conducted in order to find out the effect of governance
corporate mechanism with the institutional ownership proxy, managerial ownership,
the size of board of commissioners, board of commissioners composition, auditing
committee, and variable of the size of company on the earnings management of
manufacturing company listed in the BEI in the periode of 2009-2013. It was a
quantitative study involving a secondary data obtained from BEI in a form of financial
report presented in 2009-2013. The techniques of data analysis implemented
consisted of normality testing, multikolinearity test, heterosketastisity test, as well as
hypothesis testing by involving multiple regression, determination coefficient, t-test
and F-test.
The results indicated that (1) the institutional ownership had no significant
effect on the earnings management, (2) the managerial ownershiphad no significant
effect on the earnings management, (3) the size of board of commissionershad a
positive significant effect on the earnings management, (4) the board of
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume: 2 No. 1 Tahun 2014)
commissioners compositionhad an significant on the earnings management, (5) the
auditing committeehad an effect,but insignificant on the earnings management, (6)
variable of the size of company had an effect, but insignificant on the earnings
management, and (7) the institutional ownership, the managerial ownership, the size
of board of commissioners, board of commissioners composition, auditing committee,
and variable of the size of company had a simultaneous signifixcant effect on the
earnings management of manufacturing company listed in the BEI in the periode of
2009-2013.
Keywords: governance corporate, size of board of commissioners, earnings
management.
PENDAHULUAN
Laba yang merupakan cerminan
kinerja perusahaan dapat dikelola secara
efisien atau oportunis. Secara efisien
artinya dikelola untuk meningkatkan
keinformatifan informasi, dan secara
oportunis artinya untuk meningkatkan laba
sesuai dengan yang diinginkan dan
menguntungkan pihak–pihak tertentu.
Untuk tujuan menunjukkan prestasi
perusahaan dalam menghasilkan laba,
manajemen cenderung mengelola laba
secara
oportunis
dan
melakukan
manipulasi laporan keuangan agar
menunjukkan laba yang memuaskan
meskipun tidak sesuai dengan kondisi
perusahaan
yang
sebenarnya.
Manajemen
perusahaan
dapat
menentukan
kebijakan
penggunaaan
metode akuntansi dalam menyusun
laporan keuangan untuk mencapai tujuan
yang diinginkan perusahaan. Scott (2006)
didalam bukunya yang berjudul “Financial
Accounting Theory” menyatakan bahwa
pilihan kebijakan akuntansi yang dilakukan
manajer untuk tujuan spesifik disebut
dengan manajemen laba. Sedangkan
menurut Belkaoui (2004), manajemen laba
yaitu
suatu
kemampuan
untuk
memanipulasi pilihan–pilihan yan tersedia
dan mengambil pilihan yang tepat untuk
dapat mencapai tingkat laba yang
diinginkan.
Manajemen laba yang dilakukan
perusahaan muncul karena adanya
hubungan
agensi
antara
principal
(pemegang saham) dan agent (manajer).
Hubungan agensi antara pemegang
saham dan manajer tersebut dijelaskan
dalam teori keagenan. Teori keagenan
(agency theory) adalah teori yang
menjelaskan bahwa hubungan agensi
muncul ketika satu orang atau lebih
(principal) mempekerjakan orang lain
(agent) untuk memberikan suatu jasa dan
kemudian mendelegasikan wewenang
pengambilan keputusan kepada agent
tersebut (Jensen dan Meckling, 1976).
Prinsip utama teori ini menyatakan adanya
hubungan kerja antara pihak yang
memberi wewenang (principal) yaitu
pemegang saham dengan pihak yang
menerima wewenang
(agent) yaitu
manajer.
Masalah yang sering muncul dalam
hubungan agensi antara pemegang
saham dan manajer adalah terjadinya
konflik agensi. Konflik agensi muncul
ketika manajer mempunyai kewajiban
untuk memaksimumkan kesejahteraan
para pemegang saham, namun disisi lain
manajer juga mempunyai kepentingan
untuk memaksimumkan kesejahteraan
mereka. Penyatuan kepentingan antara
pihak manajer ini sering kali menimbulkan
masalah keagenan atau agensi konflik
(Faisal, 2004).
Pihak yang lebih mengetahui
kondisi internal perusahaan dan prospek
perusahaan dimasa yang akan datang
adalah manajer yang bertindak sebagai
agent, sedangkan pemegang saham
mengetahui
keadaan
dan
prospek
perusahaan dimasa yang akan datang
hanya melalui informasi yang diberikan
oleh manajer. Oleh karena itu, manajer
berkewajiban untuk memberikan informasi
yang
berkaitan
dengan
kondisi
perusahaan kepada pemegang saham
sebagai bentuk pemenuhan kewajiban
dalam mengelola perusahaan. Informasi
yang disampaikan terkadang diterima
tidak sesuai dengan kondisi perusahaan
sebenarnya. Kondisi ini dikenal sebagai
informasi yang tidak simetris atau asimetri
informasi (information asymmetric) (Haris,
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume: 2 No. 1 Tahun 2014)
2004 dalam Ujiyantho dan Pramuka,
2007). Asimetri informasi antara manajer
(agent) dengan pemilik (principal) dapat
memberikan kesempatan kepada manajer
untuk
melakukan
manajemen
laba
(earnings management) (Richardson,
1998). Saat asimetri informasi tinggi,
pemegang saham tidak mempunyai
informasi
yang
diperlukan
untuk
megetahui kondisi perusahaan sehingga
manajer dengan leluasa dapat melakukan
praktik manajemen laba.
Banyak
kasus
manipulasi
keuangan
yang
muncul
karena
perusahaan
melakukan
earning
manajemen, misalnya kasus manipulasi
laporan keuangan yang dilakukan Enron,
World Com, dsb. Terjadinya manipulasi
laporan
keuangan
tersebut
karena
lemahnya
penerapan
corporate
governance. Ciri utama dari lemahnya
corporate governance adalah adanya
tindakan mementingkan diri sendiri di
pihak
para
manajer
perusahaan
(Komsiyah dan Rahayu, 2004). Sebuah
survei yang dilakukan pada tahun 1999
oleh PriceWaterhouseCoopers antara
investor
internasional
di
Asia,
menunjukkan bahwa peringkat Indonesia
adalah salah satu yang terburuk dalam
standar audit dan kepatuhan, akuntabilitas
kepada pemegang saham, standar
pengungkapan dan transparansi (FCGI,
2006).
Good
Corporate
Governance
(GCG) merupakan bentuk pengelolaan
perusahaan
yang
baik,
dimana
didalamnya
tercakup
suatu
bentuk perlindungan
terhadap
kepentingan pemegang saham (publik)
sebagai pemilik perusahaan dan kreditor
sebagai penyandang dana eksternal.
Sistem Corporate Governance yang baik
akan memberikan perlindungan efektif
kepada para pemegang saham dan
kreditor untuk memperoleh kembali atas
investasi dengan wajar, tepat dan
seefisien mungkin, serta memastikan
bahwa manajemen bertindak sebaik yang
dapat dilakukannya untuk kepentingan
perusahaan (IICG).Mekanisme Corporate
Governance
yang
baik
akan
memberikan perlindungan kepada para
pemegang saham dan direktur untuk
memperoleh kembali atas investasi
dengan wajar, tepat dan seefisien
mungkin
sertamemastikan
bahwa
manajemen bertindak sebaik yang dapat
dilakukannya
untuk kepentingan
perusahaan (Hapsari, 2011).
Dari konsep corporate governance
tersebut, dapat disimpulkan bahwa
penerapan corporate governance yang
baik dapat memberikan pemahaman
mengenai pentingnya hak pemegang
saham untuk mendapatkan informasi
mengenai kondisi internal perusahaan
secara
menyeluruh
dan
kewajiban
manajemen unuk mengungkapkan semua
informasi
yang
berkaitan
dengan
perusahaan sehingga dapat mengurangi
tindakan manajemen laba yang dilakukan
perusahaan.
Selain
penerapan
corporate
governance,
faktor
lain
yang
mempengaruhi praktik manajemen laba
yaitu
ukuran
perusahaan.
Ukuran
perusahaan yang kecil dianggap lebih
banyak melakukan praktik manajemen
laba daripada perusahaan besar. Hal ini
dikarenakan perusahaan kecil cenderung
ingin memperlihatkan kondisi perusahaan
yang selalu berkinerja baik agar investor
menanamkan modalnya pada perusahaan
tersebut. Perusahaan yang besar lebih
diperhatikan oleh masyarakat sehingga
mereka akan lebih berhati-hati dalam
melakukan pelaporan keuangan, sehingga
berdampak
perusahaan
tersebut
melaporkan kondisinya lebih akurat
(Nasution dan Setiawan, 2007).
Penelitian ini mengacu pada
penelitian–penelitian sebelumnya yang
meneliti pengaruh mekanisme Corporate
Governace terhadap manajemen laba.
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah
menguji kembali faktor – faktor yang
berpengaruh terhadap manajemen laba
karena adanya perbedaan hasil penelitian
(research gap) pada penelitian–penelitian
sebelumnya. Pada penelitian ini, variabel
yang
digunakan
yaitu
kepemilikan
institusional,
kepemilikan
manajerial,
ukuran dewan komisaris, komposisi
dewan komisaris, komite audit dengan
proksi jumlah rapat komite audit, dan
ukuran
perusahaan.
Sampel
yang
digunakan berasal dari sektor industri
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume: 2 No. 1 Tahun 2014)
manufaktur. Sektor manufaktur dipilih
karena sektor tersebut memiliki kontribusi
yang relatif besar terhadap perekonomian
dengan memberikan kontribusi yang
paling besar dalam nilai ekspor Indonesia.
Dari uraian yang telah dipaparkan
diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah Apakah kepemilikan
institusional,
kepemilikan
manajerial,
ukuran dewan komisaris, komposisi
dewan komisaris, komite audit, dan ukuran
perusahaan berpengaruh secara parsial
maupun simultan terhadap manajemen
laba?
Sehingga tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh
secara parsial dan simultan kepemilikan
institusional,
kepemilikan
manajerial,
ukuran dewan komisaris, komposisi
dewan komisaris, komite audit, dan ukuran
perusahaan
berpengaruh
terhadap
manajemen laba.
Kepemilikan institusional memiliki
kemampuan untuk mengendalikan pihak
manajemen melalui proses monitoring
secara efektif. Cornet et al., (2006)
menemukan
adanya
bukti
yang
menyatakan bahwa tindakan pengawasan
yang dilakukan oleh sebuah perusahaan
dan pihak investor insitusional dapat
membatasi perilaku para manajer. Moh’d
et al. (1998) dalam Midiastuty dan
Mahfoedz (2003) menyatakan bahwa
investor institusional merupakan pihak
yang dapat memonitor agen dengan
kepemilikannya yang besar, sehingga
motivasi manajer untuk mengatur laba
menjadi berkurang.
Midiastuty dan
Mahfoedz (2003) menemukan hubungan
negatif antara kepemilikan manajerial
berpengaruh negatif terhadap manajemen
laba. Dari hasil penelitian tersebut, maka
hipotesis penelitian :
H1:
Kepemilikan
Institusional
berpengaruh negatif terhadap
mnajemen laba
Kepemilikan manajerial dianggap
sebagai
salah
satu
faktor
yang
berpengaruh terhadap manajemen laba
yang dilakukan manajer. Jika manajer
mempunyai kepemilikan pada perusahaan
maka mnajer akan bertindak sesuai
dengan kepentingan pemegang saham
karena
manajer
juga
mempunyai
kepentingan di dalamnya. Faisal (2004)
menyatakan bahwa besar kecilnya jumlah
kepemilikan saham manajerial dalam
perusahaan
dapat
mengindikasikan
adanya
kesamaan
(congruance)
kepentingan antara manajemen dengan
pemegang saham. Hasil penelitian
Ujiyantho
dan
Pramuka
(2007)
menyatakan adanya pengaruh negatif
antara kepemilikan manajerial dengan
manajemen
laba.
Midiastuty
dan
Mahfoedz (2003) menemukan hubungan
negatif antara kepemilikan manajerial
berpengaruh negatif terhadap manajemen
laba. Dari penelitian tersebut, maka
hipotesis penelitian ini adalah:
H2
:
Kepemilikan
Manajerial
berpengaruh negatif terhadap
manajemen laba
Ukuran
dewan
komisaris
mempengaruhi praktik manajemen laba
pada perusahaan. Nasution dan Setyawan
(2007) menemukan pengaruh positif
signifikan terhadap praktik manajemen
laba
pada
perusahaan
perbankan.
Semakin besar ukuran dewan komisaris,
maka semakin besar pula manajemen
laba yang dilakukan perusahaan. Hal ini
mengindikasikan bahwa Ukuran dewan
komisaris yang besar tidak efektif dalam
mengurangi praktik manajemen laba. Dari
hasil tersebut, maka hipotesis dalam
penelitian ini adalah:
H3: Ukuran dewan komisaris
berpengaruh positif terhadap
praktik manajemen laba.
Komposisi dewan komisaris dapat
memberikan kontribusi yang efektif
terhadap hasil dari proses penyusunan
laporan keuangan yang berkualitas atau
kemungkinan terhindar dari kecurangan
laporan keuangan (Boediono, 2005).
Adanya dewan komisaris menjamin
transparansi dan keinformatifan laporan
keuangan sehingga memfasilitasi hak
pemegang saham untuk mendapatkan
informasi yang berkualitas. Hasil penelitian
Nasution
dan
Setyawan
(2007)
menyatakan bahwa komposisi dewan
komisaris
independen
berpengaruh
negative signifikan terhadap manajemen
laba. Penelitian Klein (2000), menyatakan
bahwa komposisi dewan komisaris
berpengaruh negatif terhadap manajemen
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume: 2 No. 1 Tahun 2014)
laba. Dari hasi penelitian tersebut, dapat
disimpulkan bahwa komposisi dewan
komisaris efektif dalam mengurangi
manajemen laba perusahaan, sehingga
hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H4: Komposisi dewan komisaris
berpengaruh negatif terhadap
manajemen laba
Tugas
komite
berhubungan
dengan kualitas laporan keuangan, karena
komite audit diharapkan dapat membantu
dewan komisaris dalam pelaksanaan
tugas yaitu mengawasi proses pelaporan
keuangan oleh manajemen. Banyak
penelitian yang mendukung keberadaan
komite audit, diantaranya dalah hasil
penelitian yang dilakukan Klein (2000)
yang menunjukkan adanya hubungan
negative antara komite audit dengan
manipulasi laba. Hasil penelitian Nasution
dan
Setywan
(2007)
menunjukkan
pengaruh negative signifikan antara
komite audit dengan manajemen laba. Hal
tersebut menunjukkan bahwa komite audit
telah berhasil dalam mengurangi praktik
manajemen laba perusahaan. Dari hasil
penelitian
tersebut,maka
hipotesis
penelitian ini adalah:
H5: Komite audit berpengaruh
negatif terhadap manajemen
laba perusahaan
Ukuran
perusahaan
dapat
menentukan banyak sedikitnya praktik
manajemen laba perusahaan. Perusahaan
dengan ukuran yang relatif besar akan
dilihat kinerjanya oleh publik sehingga
perusahaan tersebut akan melaporkan
kondisi keuangannya dengan lebih berhati
– hati, lebih menunjukkan keinformatifan
informasi yang terkandung di dalamnya,
dan lebih transparan. Oleh karena itu,
perusahaan lebih sedikit dalam melakukan
praktik manajemen laba. Sedangkan
perusahaan yang mempunyai ukuran yang
lebih kecil mempunyai kecenderungan
untuk melakukan manajemen laba dengan
melaporkan laba yang lebih besar untuk
menunjukkan kinerja perusahaan yang
memuaskan.
Chtourou
(2001)
menemukan
bukti
bahwa
ukuran
perusahaan berpengaruh negatif terhadap
manajemen laba pada perusahaan di
Amerika. Ini berarti, perusahaan yang
besar mempunyai peluang yang lebih
sedikit
dalam
melakukan
praktik
manajemen
laba
dan
sebaliknya,
perusahaan yang lebih kecil mempunyai
peluang yang lebih besar dalam
melakukan praktik manajemen laba. Hasil
penelitian Veronica dan Utama (2005)
menunjukkan adanya pengaruh negatif
signifikan antara ukuran perusahaan
dengan manajemen laba perusahaan.
Nuryaman ( 2008) menemukan bukti
bahwa ukuran perusahaan berpengaruh
negatif terhadap manajemen laba. Dari
penelitian tersebut, maka hipotesis
penelitian ini adalah:
H6:
Ukuran
perusahaan
berpengaruh negatif terhadap
manajemen laba.
H7:
kepemilikan
institusional,
kepemilikan manajerial, ukuran
dewan komisaris, komposisi
dewan komisaris, komite audit,
dan
ukuran
perusahaan
berpengaruh
terhadap
manajemen laba.
METODE
Rancangan
penelitian
ini
menggunakan
penelitian
kuantitatif.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
ada tidaknya hubungan variabel-variabel
yang diteliti kemudian dianalisis dengan
hipotesis (Husein, 2009).
Variabel terikat dalam penelitian ini
adalah manajemen laba dengan proxy
discretionary accrual. Sedangkan variabel
bebas dalam penelitian ini adalah
kepemilikan
intitusional,
kepemilikan
manajerial, komposisi dewan komisaris,
ukuran dewan komisaris, komite audit, dan
ukuran perusahaan.
Penelitian ini menggunakan data
sekunder yang diperoleh dari laporan
keuangan yang diakses di BEI dengan
periode pelaporan 2009-2013. Penelitian
menggunakan bantuan program Statistikal
Product and Service Solutions (SPPS)
Versi 19 dengan uji non parametrik.
Analisis data yang digunakan adalah
uji normalitas, heteroskedastisitas, uji
autikorelasi dan uji multikolinearitas. Uji
hipotesis menggunakan uji koefesien
determinasi (R2), uji regresi berganda, uji
parsial (uji t), dan uji simultan (uji F).
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume: 2 No. 1 Tahun 2014)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Penelitian
ini
diambil
11
perusahaan manufaktur yang tercatat
pada Bursa Efek Indonesia. Alasan dalam
memilih perusahaan manufaktur karena
11 perusahaan yang dijadikan sampel
penelitian melakukan publikasi laporan
keuangan
dan
untuk
memperoleh
karateristik perusahaan yang sama.
Hasil Uji Normalitas dilakukan
dengan mentransformasikan data terlebih
dahulu kedalam bentuk akar kuardrat
(SQRT) kemudian menggunakan uji One
Sample Kolmogorov-Smirnov
data
dinyatakan berdistribusi normal, karena
tingkat signifikansi atau nilai probabilitas >
0,05 yaitu 0,398.
Hasil pengujian multikolinearitas
dapat
dinyatakan
terdapat
gejala
multikolineritas atau korelasi antara
variabel independen karena nilai tolerance
lebih dari 0,10 yaitu 0,805 untuk variabel
kepemilikan intitusional, 0,741 untuk
variabel kepemilikan manajerial, 0,290
untuk variabel ukuran dewan komisaris,
0,529 untuk variabel komposisi dewan
komisaris, 0,530 untuk variabel komite
audit, dan 0,292 untuk variabel ukuran
perusahaan. Dapat dilihat juga dari nilai
VIF lebih kecil dari 10 yaitu 1,242 untuk
variabel kepemilikan intitusional, 1,350
untuk variabel kepemilikan manajerial,
3,454 untuk variabel ukuran dewan
komisaris, 1,892 untuk variabel komposisi
dewan komisaris, 1,887 untuk variabel
komite audit, dan 3,426 untuk variabel
ukuran
perusahaan.
Jadi,
dapat
disimpulkan
bahwa
tidak
terjadi
multikolinearitas antar variabel bebas.
Berdasarkan
hasil
pengujian
heteroskedastisitas dengan menggunakan
uji gletser menunjukkan hasil bahwa nilai
signifikansi dari variabel kepemilikan
intitusional
yakni
0,251,
variabel
kepemilikan manajerial yakni 0,105,
variabel ukuran dewan komisaris yakni
0,957,
variabel
komposisi
dewan
komisaris yakni 0,123, variabel komite
audit yakni 0,051 dan variabel ukuran
perusahaan yakni 0,960, semua nilai
signifikan variabel bebas lebih besar dari
0,05 sebagai batas tingkat kekeliruan.
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi heteroskedastisitas.
Berdasarkan hasil uji autokorelasi
diketahui bahwa uji Durbin-Watson
menghasilkan nilai 1,991. Nilai ini lebih
besar daripada nilai dU = 1,8220 dan lebih
kecil dari nilai 4 – 1,8220 (4-dU) = 2,178.
Jadi dapat disimpulkan tidak ada
autokorelasi dalam model regresi yang
diprediksi.
Berdasarkan hasil uji determinasi
diketahui bahwa nilai Adjusted R Square
yang diperoleh sebesar sebesar sebesar
0.235, hal ini menunjukkan bahwa
perubahan
manajemen
laba
di
perusahaan manufaktur yang terdaftar di
BEI mampu dijelaskan secara bersamasama oleh perubahan
kepemilikan
intitusional,
kepemilikan
manajerial,
ukuran dewan komisaris, komposisi
dewan komisaris, komite audit, dan ukuran
perusahaan sebesar 23,5% sedangkan
sisanya 76,5%, dijelaskan oleh faktor lain
di luar penelitian ini.
Berdasarkan hasil uji t, diketahui
bahwa: (1) kepemilikan intitusional (X1)
memiliki thitung sebesar 0,016 lebih kecil
dari ttabel, sebesar 1,682 serta dengan nilai
signifikansi 0,987 lebih besar dari 0,05
menunjukan
bahwa
kepemilikan
intitusional tidak berpengaruh signifikan
terhadap manajemen laba; (2) kepemilikan
manajerial memiliki thitung sebesar 1,336
lebih kecil dari ttabel, sebesar 1,682 serta
dengan nilai signifikansi 0,188 lebih besar
dari 0,05 menunjukan bahwa kepemilikan
manajerial tidak berpengaruh signifikan
terhadap manajemen laba, (3) ukuran
dewan komisaris memiliki thitung sebesar
3,047 lebih besar dari ttabel, sebesar 1,682
serta dengan nilai signifikansi 0,004 lebih
kecil dari 0,05 menunjukan bahwa ukuran
dewan komisaris berpengaruh signifikan
terhadap manajemen laba, (4) komposisi
dewan komisaris memiliki thitung sebesar
1,396 lebih kecil dari ttabel, sebesar 1,682
serta dengan nilai signifikansi 0,169 lebih
besar dari 0,05 menunjukan bahwa
komposisi
dewan
komisaris
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
manajemen laba, (5) komite audit
memiliki thitung sebesar 1,795 lebih besar
dari ttabel, sebesar 1,682 serta dengan nilai
signifikansi 0,079 lebih besar dari 0,05
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume: 2 No. 1 Tahun 2014)
menunjukan bahwa
komite audit
berpengaruh tidak signifikan terhadap
manajemen laba, dan (6) ukuran
perusahaan memiliki thitung sebesar 1,819
lebih besar dari ttabel, sebesar 1,682 serta
dengan nilai signifikansi 0,077 lebih besar
dari 0,05 menunjukan bahwa
ukuran
perusahaan berpengaruh tidak signifikan
terhadap manajemen laba
Berdasarkan hasil analisis regresi
berganda dihasilkan model regresi:
Y  1,364  0,001x1  0,109 x2  0,057 X 3
 0,292 X 4  0,023 X 5  0,112 X 6 ………(1)
Berikut ini merupakan hasil uji t
yang
ditunjukkan
oleh
Tabel
1.
Tabel 1. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
Model
B
Std. Error
Beta
1
(Constant)
1.364
.288
sqrt_X1
-.001
.058
-.002
sqrt_X2
-.109
.081
-.186
sqrt_X3
.057
.019
.680
sqrt_X4
.292
.209
.231
sqrt_X5
-.023
.013
-.296
sqrt_X6
-.112
.062
-.405
a. Dependent Variable: sqrt_Y
Sumber: Data Primer Diolah, 2014
Berdasarkan
hasil
uji
F
menunjukan nilai Fhitung sebesar 3,714
lebih besar dari Ftabel sebesar 2,31 dengan
angka signifikansi = 0,004 < α = 0,05. Hal
ini berarti bahwa secara simultan terdapat
pengaruh
yang
signifikan
antara
Kepemilikan Intitusional (X1), Kepemilikan
t
4.742
-.016
-1.336
3.047
1.396
-1.795
-1.819
Sig.
.000
.987
.188
.004
.169
.079
.075
Collinearity
Statistics
Tolerance
VIF
.805
.741
.290
.529
.530
.292
1.242
1.350
3.454
1.892
1.887
3.426
Manajerial (X2), Ukuran Dewan Komisaris
(X3), Komposisi Dewan Komisaris (X4),
Komite
Audit
(X5),
Dan
Ukuran
Perusahaan (X6) terhadap Manajemen
Laba.
Berikut hasil uji F yang ditunjukkan
oleh Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Uji F
ANOVAb
Model
Sum of Squares
Df
Mean Square
F
1
Regression
.037
6
.006 3.714
Residual
.078
47
.002
Total
.115
53
a. Predictors: (Constant), sqrt_X6, sqrt_X1, sqrt_X2, sqrt_X5, sqrt_X4, sqrt_X3
b. Dependent Variable: sqrt_Y
Sumber: Data Primer Diolah, 2014
Pembahasan
Kepemilikan
Intitusional
terhadap
Manajemen Laba
Hasil pengujian hipotesis pertama
ditolak artinya Kepemilikan Intitusional
tidak berpengaruh signifikan terhadap
Manajemen Laba.
Kepemilikan institusional memiliki
kemampuan untuk mengendalikan pihak
manajemen melalui proses monitoring
Sig.
.004a
secara efektif. Cornet et al., (2006)
menemukan
adanya
bukti
yang
menyatakan bahwa tindakan pengawasan
yang dilakukan oleh sebuah perusahaan
dan pihak investor insitusional dapat
membatasi perilaku para manajer. Mereka
menyimpulkan
bahwa
tindakan
pengawasan perusahaan oleh pihak
investor institusional dapat mendorong
manajer
untuk
lebih
memfokuskan
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume: 2 No. 1 Tahun 2014)
perhatiannya terhadap kinerja perusahaan
sehingga akan mengurangi perilaku
opportunistic atau mementingkan diri
sendiri. Kepemilikan institusional memiliki
kemampuan untuk mengendalikan pihak
manajemen melalui proses monitoring
secara efektif sehingga dapat mengurangi
manajemen laba (Ujiyantho dan Pramuka,
2007 dalam Dewi, 2010).
Hasil
penelitian
menyatakan
kepemilikan intituional tidak berpengaruh
signifikan terhadap manajemen laba. Di
duga karena masih banyak institusi yang
kurang aktif dalam memberikan tekanan
pada aktifitas manajemen, kurangnya
pengawasan pihak institusional terhadap
kerja pihak manajemen.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Ujiyantho
dan Pramuka (2007). Hasil penelitian ini
tidak sejalan dengan penelitian yang telah
dilakukan Midiastuty dan Mahfoedz
(2003), Faisal (2004), Veronica dan Utama
(2005), Nuryaman (2008) dan Indra Dewi
Suryani (2010) yang menyatakan bahwa
kepemilikan
intitusional
berpengaruh
terhadap manajemen laba.
Kepemilikan
Manajerial
terhadap
Manajemen Laba
Hasil penelitian ini menyatakan
bahwa Kepemilikan Manajerial tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
Manajemen Laba. Di duga bahwa
kepemilikan manajerial belum mampu
menjadi mekanisme corporate governance
yang dapat mengurangi ketidak selarasan
kepentingan antara manajemen dengan
pemilik atau pemegang saham.
Hasil penelitian ini tidak sesuai
dengan pernyataan Faial (2004) bahwa
kepemilikan manajerial dianggap sebagai
salah satu faktor yang berpengaruh
terhadap manajemen laba yang dilakukan
manajer.
Jika
manajer
mempunyai
kepemilikan pada perusahaan maka
mnajer akan bertindak sesuai dengan
kepentingan pemegang saham karena
manajer juga mempunyai kepentingan di
dalamnya. Faisal (2004) menyatakan
bahwa besar kecilnya jumlah kepemilikan
saham manajerial dalam perusahaan
dapat mengindikasikan adanya kesamaan
(congruance)
kepentingan
antara
manajemen dengan pemegang saham.
Hasil penelitian ini tidak sejalan
dengan penelitian yang telah dilakukan
Midiastuty dan Mahfoedz (2003), Faisal
(2004), Veronica dan Utama (2005),
Ujiyantho dan Pramuka (2007), Nuryaman
(2008) dan Indra Dewi Suryani (2010)
yang menyatakan bahwa kepemilikan
manajerial
berpengaruh
terhadap
manajemen laba.
Ukuran Dewan Komisaris Berpengaruh
Signifikan terhadap Manajemen Laba
Hasil pengujian hipotesis ketiga
diterima artinya ukuran dewan komisaris
berpengaruh
signifikan
terhadap
Manajemen Laba. Secara umum dewan
komisaris ditugaskan dan diberi tanggung
jawab atas pengawasan kualitas informasi
yang terkandung dalam laporan keuangan
(Nasution dan Setiawan, 2007). Vafeas
(2000) dalam Siallagan dan Machfoedz
(2006) mengatakan bahwa peranan
dewan komisaris diharapkan dapat
meningkatkan kualitas laba dengan
membatasi tingkat manajemen laba
melalui fungsi monitoring atas pelaporan
keuangan.
Hasil penelitian diperoleh ukuran
dewan komisaris berpengaruh positif
signifikan terhadap manajemen laba. Ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan
Yermack dan Jensen (dalam Bayu Fatma,
2010) menjelaskan bahwa ukuran dewan
komisaris yang kecil lebih efektif dalam
melakukan
tindakan
pengawasan
dibandingkan dewan komisaris yang
berukuran besar. Hal ini disebabkan
ukuran dewan komisaris yang besar
dianggap
kurang
efektif
dalam
menjalankan fungsinya sebagai alat
monitoring kegiatan manajemen karena
sulit dalam komunikasi, koordinasi serta
pembuatan keputusan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Midiastuty
dan Mahfoedz (2003), Faisal (2004) yang
menyatakan
bahwa
ukuran
dewan
komisaris
berpengaruh
terhadap
manajemen
laba.
Sedangkan
ada
penelitian Ujiyantho dan Pramuka (2007)
dan
Indra
Dewi
Suryani
(2010)
menyatakan
bahwa
ukuran
dewan
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume: 2 No. 1 Tahun 2014)
komisaris tidak berpengaruh
manajemen laba.
terhadap
Komposisi
Dewan
Komisaris
Berpengaruh
Signifikan
terhadap
Manajemen Laba
Berdasarkan
hasil
penelitian
diketahui
bahwa
komposisi
dewan
komisaris tidak berpengaruh signifikan
terhadap Manajemen Laba. Hal ini diduga
bahwa penempatan atau penambahan
anggota dewan komisaris independen
dimungkinkan hanya sekedar memenuhi
ketentuan formal (Gideon, 2005 dalam
Bayu Fatma, 2010).
Keputusan
Ketua
BAPEPAM
Nomor: Kep-29/PM/2004 menetapkan
bahwa setiap emiten wajib memiliki
komisaris independen. Jadi dimungkinkan
dewan komisaris independen hanyalah
formalitas pemenuhan ketentuan. Sylvia
dan Siddharta (2005) dalam Bayu Fatma
(2010)
juga
menyatakan
bahwa
pengangkatan
dewan
komisaris
independen oleh perusahaan mungkin
hanya dilakukan untuk pemenuhan
regulasi saja tapi tidak dimaksudkan untuk
menegakkan good corporate governance
(GCG) di dalam perusahaan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Veronica
dan Utama (2005) Indra Dewi Suryani
(2010). Serta hasil penelitian ini tidak
sejalan dengan penelitian Nasution dan
Setyawan (2007) serta Ujiyantho dan
Pramuka (2007) yang menyatakan bahwa
komposisi dewan komisaris berpengaruh
signifikan terhadap Manajemen Laba.
Komite Audit Berpengaruh Signifikan
terhadap Manajemen Laba
Hasil pengujian hipotesis kelima
bahwa komite audit berpengaruh tidak
signifikan terhadap manajemen laba.
Adanya komite audit meningkatkan
pengawasan
terhadap
pelaporan
keuangan yang dilakukan oleh manajer.
Komite
audit
akan
menghambat
keleluasaan manajer dalam memanipulasi
laporan keuangan sehingga adanya
manajemen laba dapat ditekan
Dari hasil penelitian ini tampak
bahwa semakin tinggi ukuran komite audit
maka semakin rendah kemungkinan
manajer dalam melakukan manajemen
laba,
namun
pengaruhnya
belum
signifikan. Tidak signifikan ini diduga bisa
diakibatkan oleh belum
optimalnya
pengawasan yang dilakukan oleh komite
audit.
Hasil penelitian ini dapat dikatakan
sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Nasution dan Setyawan (2007)
menyatakan bahwa komite audit memiliki
pengaruh terhadap manajemen laba,
hanya saja kesignifikanan pengaruhnya
tidak dapat disamakan. Sedangkan
penelitian ini bertentangan
dengan
penelitian yang dilakukan oleh Veronica
dan Utama (2005) dan Indra Dewi Suryani
(2010) yang menyatakan bahwa komite
audit
tidak
berpengaruh
terhadap
Manajemen Laba.
Ukuran
Perusahaan
Berpengaruh
Signifikan terhadap Manajemen Laba
Hasil pengujian hipotesis keenam
bahwa ukuran perusahaan berpengaruh
tidak signifikan terhadap manajemen laba.
Ukuran
perusahaan
dapat
menentukan banyak sedikitnya praktik
manajemen laba perusahaan. Perusahaan
dengan ukuran yang relatif besar akan
dilihat kinerjanya oleh publik sehingga
perusahaan tersebut akan melaporkan
kondisi keuangannya dengan lebih
berhati-hati,
lebih
menunjukkan
keinformatifan informasi yang terkandung
di dalamnya, dan lebih transparan. Oleh
karena itu, perusahaan lebih sedikit dalam
melakukan praktik manajemen laba.
Sedangkan perusahaan yang mempunyai
ukuran yang lebih kecil mempunyai
kecenderungan
untuk
melakukan
manajemen laba dengan melaporkan laba
yang lebih besar untuk menunjukkan
kinerja perusahaan yang memuaskan.
Dari hasil penelitian ini tampak
bahwa semakin besar ukuran perusahaan
maka maka semakin rendah kemungkinan
manajer dalam melakukan manajemen
laba,
namun
pengaruhnya
belum
signifikan. Tidak signifikan ini diduga bisa
diakibatkan oleh belum optimalnya dalam
pelaporan kondisi keuangan perusahaan,
perusahaan
belum
menunjukkan
keinformatifan informasi yang terkandung
di dalamnya, dan belum lebih transparan.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume: 2 No. 1 Tahun 2014)
Hasil penelitian ini dapat dikatakan
sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Faisal (2004), Veronica dan Utama
(2005), Nuryaman (2008) dan Indra Dewi
Suryani (2010) yang menyatakan bahwa
ukuran perusahaan memiliki pengaruh
terhadap Manajemen Laba, hanya saja
kesignifikanan pengaruhnya tidak dapat
disamakan.
Pengaruh Kepemilikan Intitusional (X1),
Kepemilikan Manajerial (X2), Ukuran
Dewan Komisaris (X3), Komposisi
Dewan Komisaris (X4), Komite Audit
(X5), dan Ukuran Perusahaan (X6)
Terhadap Manajemen Laba
Berdasarkan hasil analisis statistik
ditemukan kepemilikan intitusional (X1),
kepemilikan manajerial (X2), ukuran dewan
komisaris (X3), komposisi dewan komisaris
(X4), komite audit (X5), dan ukuran
perusahaan (X6) berpengaruh signifikan
terhadap Manajemen Laba
pada
perusahaan Manufaktur yang terdaftar di
BEI periode 2009-2013.
Mekanisme
Good
Corporate
Governance dalam hal ini kepemilikan
intitusional (X1), kepemilikan manajerial
(X2), ukuran dewan komisaris (X3),
komposisi dewan komisaris (X4) dan
komite audit (X5) serta variabel ukuran
perusahaan (X6) secara bersama-sama
terhadap Manajemen Laba.
Laporan
keuangan
seringkali
disalah gunakan oleh manajemen dengan
melakukan perubahan dalam penggunaan
metode
akuntansi
sehingga
akan
mempengaruhi
jumlah
laba
yang
ditampilkan dalam laporan keuangan. Hal
ini
sering
dikenal
dengan
istilah
manajemen laba. Menurut Surifah (1999)
dalam Husni (2014) menyatakan bahwa
manajemen laba dapat menggurangi
kredibilitas laporan keuangan apabila
digunakan untuk mengambil keputusan,
karena manajemen laba merupakan suatu
bentuk manipulasi atas laporan keuangan
yang menjadi sasaran komunikasi antara
manajer dan pihak eksternal perusahaan.
Tujuan dari manajemen laba
adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
pihak tertentu walaupun dalam jangka
panjang tidak terdapat perbedaan laba
kumulatif perusahaan dengan laba yang
dapat diidentifikasikan sebagai suatu
keuntungan Fischer dan Rosenzweirg
(1995) dalam Husni (2014). Manajemen
laba dapat mengakibatkan laporan
keuangan yang dihasilkan menjadi bias.
Maksud dari bias adalah bahwa laporan
tersebut menggunakan metode-metode
akuntansi tertentu sehingga menimbulkan
laporan keuangan yang sesuai dengan
kebutuhan
investor
atau
keinginan
manajer.
Untuk meminimumkan terjadinya
tindakan
manajemen
laba,
maka
perusahaan
perlu
menerapkan
mekanisme good corporate governance
dalam
system
pengendalian
dan
pengelolaan perusahaan. Mekanisme
good corporate governance dilakukan
untuk memastikan bahwa pemilik atau
pemegang
saham
memperoleh
pengembalian (return dari kegiatan yang
dijalankan oleh agen atau manajer
(Schleifer dan Visny, 1997 dalam Hunsi,
2014). Corporate governance merupakan
upaya yang dilakukan oleh semua pihak
untuk mengarahkan dan mengendalikan
perusahaan agar tercapai keseimbangan
antara
kekuatan
dan
kewenangan
perusahaan (Sutedi, 2011 dalam Husni,
2014).
Praktek corporate governance
dapat berjalan dengan baik apabila
menerapkan prinsip-prinsip yang terdiri
dari
transparansi
(Transparency),
akuntabilitas (accountability), kewajaran
(fairness)
dan
responsibilitas
(responsibility).
Transparansi,
berhubungan dengan kualitas informasi
yang disampaikan perusahaan secara
akurat dan tepat waktu. Akuntabilitas,
dengan mendorong optimalisasi para
dewan direksi dan dewan komisaris dalam
menjalankan tugas dan fungsinya secara
professional.
Kewajaran
dengan
memaksimalkan upaya perlindungan hak
dan perlakuan adil kepada seluruh
shareholders
tanpa
kecuali.
Responsibilitas,
dengan
mendorong
optimalisasi peran stakeholders dalam
mendukung
program-program
perusahaan. (Komite Nasional Kebijakan
Governance 2006).
Selain
penerapan
corporate
governance,
faktor
lain
yang
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume: 2 No. 1 Tahun 2014)
mempengaruhi praktik manajemen laba
yaitu
ukuran
perusahaan.
Ukuran
perusahaan yang kecil dianggap lebih
banyak melakukan praktik manajemen
laba daripada perusahaan besar. Hal ini
dikarenakan perusahaan kecil cenderung
ingin memperlihatkan kondisi perusahaan
yang selalu berkinerja baik agar investor
menanamkan modalnya pada perusahaan
tersebut. Perusahaan yang besar lebih
diperhatikan oleh masyarakat sehingga
mereka akan lebih berhati-hati dalam
melakukan pelaporan keuangan, sehingga
berdampak
perusahaan
tersebut
melaporkan kondisinya lebih akurat
(Nasution dan Setiawan, 2007).
Dari hasil penelitian ini secara
bersama-sama
variabel
independen
berpengaruh terhadap variabel dependent,
sumbangan pengaruh di lihat dari nilai
Adjusted
R Square yang diperoleh
sebesar 0.235, hal ini menunjukkan bahwa
perubahan
manajemen
laba
di
perusahaan manufaktur yang terdaftar di
BEI mampu dijelaskan secara bersamasama oleh perubahan
kepemilikan
intitusional,
kepemilikan
manajerial,
ukuran dewan komisaris, komposisi
dewan komisaris, komite audit, dan ukuran
perusahaan sebesar 23,5% sedangkan
sisanya 76,5%, dijelaskan oleh faktor lain
di luar penelitian ini.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data
maka kesimpulan dari penelitian ini yakni:
(1)
kepemilikan
institusional
tidak
berpengaruh
signifikan
terhdap
manajemen
laba,
(2)
kepemilikan
manajerial tidak berpengaruh signifikan
terhadap manajemen laba, (3) ukuran
dewan komisaris berpengaruh signifikan
positif terhadap manajemen laba, (4)
komposisi
dewan
komisaris
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
manajemen laba, (5) komite audit
berpengaruh tidak signifikan terhadap
manajemen laba, (6) ukuran perusahaan
berpengaruh tidak signifikan terhadap
manajemen laba, (7) secara simultan
kepemilikan institusional, kepemilikan
manajerial, ukuran dewan komisaris,
komposisi dewan komisaris, komite audit
dan
variabel
ukuran
perusahaan
berpengaruh
signifikan
terhadap
manajemen laba pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI periode
2009-2013.
Saran
Saran-saran yang dapat diberikan
berkaitan dengan hasil penelitian serta
untuk
kesempurnaan
penelitian
selanjutnya bagi perusahaan hendaknya
mampu
meningkatkan
penerapan
corporate
governance
agar
dapat
meminimalkan terjadinya manajemen
laba.
Sedangkan
bagi
penelitian
selanjutnya dapat memperluas ruang
lingkup
penelitian
tidak
hanya
diperusahaan manufaktur tetapi juga di
perusahaan industry lainnya serta dapat
mengembangkan penelitian ini dengan
menambah variabel lain atau dapat
meneliti faktor-faktor lain yang dapat
mempengaruhi tingkat manajemen laba.
DAFTAR PUSTAKA
Belkaoui. A. Riahi. 2004. Accounting
Theory. Edisi Kelima. Jakarta :
Salemba Empat
Boediono.SB. Gideon. 2005. Kualitas
Laba: Studi Pengaruh Mekanisme
Corporate
Governance
dan
Dampak Manajemen Laba Dengan
Menggunakan
Analisis
Jalur.
Simposium Nasional Akuntansi VIII
Solo
Cornett.M. Marcia, et al. 2006. Earnings
Management,
Corporate
Governance, and True Financial
Performance. www.ssrn.com
Faisal.
2004. Analisis Agensi Cost,
Struktur
Kepemilikan,
dan
Mekanisme
Corporate
Governance. Simposium Nasional
Akuntansi VII Denpasar.
Fatma, Bayu Widiatmaja. 2010. Pengaruh
Mekanisme Corporate Governance
Terhadap Manajemen Laba Dan
Konsekuensi Manajemen Laba
Terhadap Kinerja Keuangan (Studi
Pada
Perusahaan
Manufaktur
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume: 2 No. 1 Tahun 2014)
Tahun
2006-2008).
Fakultas
Ekonomi Universitas Diponegoro
Semarang.
Ghozali, Imam. 2007. Aplikasi Analisis
Multivariate
dengan
Program
SPSS, Cetakan IV. Semarang:
Badan
Penerbit
Universitas
Diponegoro, Semarang.
Forum
for Corporate Governance in
Indonesia. 2006. How is the
Indonesian Corporate Governance
condition in reality?. www.fcgi.com.
Diakses tanggal 10 Maret 2010
Husein, Umar. 2009. Metode Penelitian
untuk Skripsi dan Tesis Bisnis.
Jakarta: Rajawali Pers.
Husni,
Raudhatul. 2014. Pengaruh
Mekanisme
Good
Corporate
Governance,
Leverage
dan
Profitabilitas Terhadap Manajemen
Laba (Studi Empiris Perusahaan
Property Dan Real Estate Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2008-2010).
Jensen, Michael C. dan W.H. Meckling.
(1976). Theory of The Firm:
Managerial Behavior, Agency Cost
and Ownership Structure. Journal
of Financial Economics3. hal. 305360. www.ssrn.com
Klein,
April. 2000. Audit Committee,
Boards of Director Characteristics,
and
Earnings
Management.
www.ssrn.com
Midiastuty, Pratana P dan Machfoedz,
Mas’ud. 2003. Analisis Hubungan
Mekanisme Corporate Governance
dan indikasi manajemen Laba.
Simposium Nasional Akuntansi VI
Surabaya
Nasution, M dan Setyawan. D. 2007.
Pengaruh Corporate Governance
terhadap Manajemen Laba Di
Industri Perbankan Indonesia.
Simposium Nasional Akuntansi X
Makasar
Nuryaman. 2008. Pengaruh Konsentrasi
Kepemilikan, Ukuran Perusahaan,
dan
Mekanisme
Corporate
Governance Terhadap Manajemen
Laba.
Simposium
Nasional
Akuntansi XI. Pontianak
Richardson, Vernon J. (1998). Information
Asymmetry
an
Earnings
Management: Some Evidence.
Working
Paper,
30
Maret.
www.ssrn.com
Scott,
R. William. 2006. Financial
Accounting Theory 4 thEdition.
Prentice-Hall, New Jersey
Siallagan, Hamongan dan Machfoedz,
Mas’ud.
2006.
Mekanisme
Corporate Governance, Kualitas
laba
dan
Nilai Perusahaan.
Simposium Nasional Akuntansi IX
Padang
Ujiyantho. M. Arief dan Pramuka. B. Agus.
2007.
Mekanisme
Corporate
Governance, Manajemen Laba dan
Kinerja Perusahaan. Simposium
Nasional Akuntansi X Makasar
Veronica, Silvia dan Utama Siddharta.
2005.
Pengaruh
Struktur
Kepemilikan, Ukuran Perusahaan,
dan
Praktek
Corporate
Governance terhadap Pengelolaan
Laba
(Earning
Management).
Simposium Nasional Akuntansi VIII
Solo
Download