e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume: 2 No. 1 Tahun 2014) PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI 1 Kadek Emi Kristiani,1Ni Luh Gede Erni Sulindawati, 2Nyoman Trisna Herawati Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail: {[email protected], [email protected], [email protected]}@undiksha.ac.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh mekanisme corporate governance dengan proksi kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, ukuran dewan komisaris, komposisi dewan komisaris, komite audit dan variabel ukuran perusahaan terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2009-2013. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif berupa data sekunder yang diperoleh dari BEI berupa laporan keuangan yang disajikan pada periode 2009-2013. Teknik analisis data yang digunakan yaitu uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi dan uji heterosketastisitas, serta pengujian hipotesis yang terdiri dari uji regresi berganda, koefisien determinasi, uji t dan uji F. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhdap manajemen laba, (2) kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba, (3) ukuran dewan komisaris berpengaruh signifikan positif terhadap manajemen laba, (4) komposisi dewan komisaris tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba, (5) komite audit berpengaruh tidak signifikan terhadap manajemen laba, (6) ukuran perusahaan berpengaruh tidak signifikan terhadap manajemen laba, (7) secara simultan kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, ukuran dewan komisaris, komposisi dewan komisaris, komite audit dan variabel ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2009-2013. Kata kunci: Corporate Governance , ukuran perusahaan dan manajemen laba. Abstract The study was conducted in order to find out the effect of governance corporate mechanism with the institutional ownership proxy, managerial ownership, the size of board of commissioners, board of commissioners composition, auditing committee, and variable of the size of company on the earnings management of manufacturing company listed in the BEI in the periode of 2009-2013. It was a quantitative study involving a secondary data obtained from BEI in a form of financial report presented in 2009-2013. The techniques of data analysis implemented consisted of normality testing, multikolinearity test, heterosketastisity test, as well as hypothesis testing by involving multiple regression, determination coefficient, t-test and F-test. The results indicated that (1) the institutional ownership had no significant effect on the earnings management, (2) the managerial ownershiphad no significant effect on the earnings management, (3) the size of board of commissionershad a positive significant effect on the earnings management, (4) the board of e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume: 2 No. 1 Tahun 2014) commissioners compositionhad an significant on the earnings management, (5) the auditing committeehad an effect,but insignificant on the earnings management, (6) variable of the size of company had an effect, but insignificant on the earnings management, and (7) the institutional ownership, the managerial ownership, the size of board of commissioners, board of commissioners composition, auditing committee, and variable of the size of company had a simultaneous signifixcant effect on the earnings management of manufacturing company listed in the BEI in the periode of 2009-2013. Keywords: governance corporate, size of board of commissioners, earnings management. PENDAHULUAN Laba yang merupakan cerminan kinerja perusahaan dapat dikelola secara efisien atau oportunis. Secara efisien artinya dikelola untuk meningkatkan keinformatifan informasi, dan secara oportunis artinya untuk meningkatkan laba sesuai dengan yang diinginkan dan menguntungkan pihak–pihak tertentu. Untuk tujuan menunjukkan prestasi perusahaan dalam menghasilkan laba, manajemen cenderung mengelola laba secara oportunis dan melakukan manipulasi laporan keuangan agar menunjukkan laba yang memuaskan meskipun tidak sesuai dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya. Manajemen perusahaan dapat menentukan kebijakan penggunaaan metode akuntansi dalam menyusun laporan keuangan untuk mencapai tujuan yang diinginkan perusahaan. Scott (2006) didalam bukunya yang berjudul “Financial Accounting Theory” menyatakan bahwa pilihan kebijakan akuntansi yang dilakukan manajer untuk tujuan spesifik disebut dengan manajemen laba. Sedangkan menurut Belkaoui (2004), manajemen laba yaitu suatu kemampuan untuk memanipulasi pilihan–pilihan yan tersedia dan mengambil pilihan yang tepat untuk dapat mencapai tingkat laba yang diinginkan. Manajemen laba yang dilakukan perusahaan muncul karena adanya hubungan agensi antara principal (pemegang saham) dan agent (manajer). Hubungan agensi antara pemegang saham dan manajer tersebut dijelaskan dalam teori keagenan. Teori keagenan (agency theory) adalah teori yang menjelaskan bahwa hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agent tersebut (Jensen dan Meckling, 1976). Prinsip utama teori ini menyatakan adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang (principal) yaitu pemegang saham dengan pihak yang menerima wewenang (agent) yaitu manajer. Masalah yang sering muncul dalam hubungan agensi antara pemegang saham dan manajer adalah terjadinya konflik agensi. Konflik agensi muncul ketika manajer mempunyai kewajiban untuk memaksimumkan kesejahteraan para pemegang saham, namun disisi lain manajer juga mempunyai kepentingan untuk memaksimumkan kesejahteraan mereka. Penyatuan kepentingan antara pihak manajer ini sering kali menimbulkan masalah keagenan atau agensi konflik (Faisal, 2004). Pihak yang lebih mengetahui kondisi internal perusahaan dan prospek perusahaan dimasa yang akan datang adalah manajer yang bertindak sebagai agent, sedangkan pemegang saham mengetahui keadaan dan prospek perusahaan dimasa yang akan datang hanya melalui informasi yang diberikan oleh manajer. Oleh karena itu, manajer berkewajiban untuk memberikan informasi yang berkaitan dengan kondisi perusahaan kepada pemegang saham sebagai bentuk pemenuhan kewajiban dalam mengelola perusahaan. Informasi yang disampaikan terkadang diterima tidak sesuai dengan kondisi perusahaan sebenarnya. Kondisi ini dikenal sebagai informasi yang tidak simetris atau asimetri informasi (information asymmetric) (Haris, e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume: 2 No. 1 Tahun 2014) 2004 dalam Ujiyantho dan Pramuka, 2007). Asimetri informasi antara manajer (agent) dengan pemilik (principal) dapat memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan manajemen laba (earnings management) (Richardson, 1998). Saat asimetri informasi tinggi, pemegang saham tidak mempunyai informasi yang diperlukan untuk megetahui kondisi perusahaan sehingga manajer dengan leluasa dapat melakukan praktik manajemen laba. Banyak kasus manipulasi keuangan yang muncul karena perusahaan melakukan earning manajemen, misalnya kasus manipulasi laporan keuangan yang dilakukan Enron, World Com, dsb. Terjadinya manipulasi laporan keuangan tersebut karena lemahnya penerapan corporate governance. Ciri utama dari lemahnya corporate governance adalah adanya tindakan mementingkan diri sendiri di pihak para manajer perusahaan (Komsiyah dan Rahayu, 2004). Sebuah survei yang dilakukan pada tahun 1999 oleh PriceWaterhouseCoopers antara investor internasional di Asia, menunjukkan bahwa peringkat Indonesia adalah salah satu yang terburuk dalam standar audit dan kepatuhan, akuntabilitas kepada pemegang saham, standar pengungkapan dan transparansi (FCGI, 2006). Good Corporate Governance (GCG) merupakan bentuk pengelolaan perusahaan yang baik, dimana didalamnya tercakup suatu bentuk perlindungan terhadap kepentingan pemegang saham (publik) sebagai pemilik perusahaan dan kreditor sebagai penyandang dana eksternal. Sistem Corporate Governance yang baik akan memberikan perlindungan efektif kepada para pemegang saham dan kreditor untuk memperoleh kembali atas investasi dengan wajar, tepat dan seefisien mungkin, serta memastikan bahwa manajemen bertindak sebaik yang dapat dilakukannya untuk kepentingan perusahaan (IICG).Mekanisme Corporate Governance yang baik akan memberikan perlindungan kepada para pemegang saham dan direktur untuk memperoleh kembali atas investasi dengan wajar, tepat dan seefisien mungkin sertamemastikan bahwa manajemen bertindak sebaik yang dapat dilakukannya untuk kepentingan perusahaan (Hapsari, 2011). Dari konsep corporate governance tersebut, dapat disimpulkan bahwa penerapan corporate governance yang baik dapat memberikan pemahaman mengenai pentingnya hak pemegang saham untuk mendapatkan informasi mengenai kondisi internal perusahaan secara menyeluruh dan kewajiban manajemen unuk mengungkapkan semua informasi yang berkaitan dengan perusahaan sehingga dapat mengurangi tindakan manajemen laba yang dilakukan perusahaan. Selain penerapan corporate governance, faktor lain yang mempengaruhi praktik manajemen laba yaitu ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan yang kecil dianggap lebih banyak melakukan praktik manajemen laba daripada perusahaan besar. Hal ini dikarenakan perusahaan kecil cenderung ingin memperlihatkan kondisi perusahaan yang selalu berkinerja baik agar investor menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Perusahaan yang besar lebih diperhatikan oleh masyarakat sehingga mereka akan lebih berhati-hati dalam melakukan pelaporan keuangan, sehingga berdampak perusahaan tersebut melaporkan kondisinya lebih akurat (Nasution dan Setiawan, 2007). Penelitian ini mengacu pada penelitian–penelitian sebelumnya yang meneliti pengaruh mekanisme Corporate Governace terhadap manajemen laba. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah menguji kembali faktor – faktor yang berpengaruh terhadap manajemen laba karena adanya perbedaan hasil penelitian (research gap) pada penelitian–penelitian sebelumnya. Pada penelitian ini, variabel yang digunakan yaitu kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, ukuran dewan komisaris, komposisi dewan komisaris, komite audit dengan proksi jumlah rapat komite audit, dan ukuran perusahaan. Sampel yang digunakan berasal dari sektor industri e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume: 2 No. 1 Tahun 2014) manufaktur. Sektor manufaktur dipilih karena sektor tersebut memiliki kontribusi yang relatif besar terhadap perekonomian dengan memberikan kontribusi yang paling besar dalam nilai ekspor Indonesia. Dari uraian yang telah dipaparkan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, ukuran dewan komisaris, komposisi dewan komisaris, komite audit, dan ukuran perusahaan berpengaruh secara parsial maupun simultan terhadap manajemen laba? Sehingga tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh secara parsial dan simultan kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, ukuran dewan komisaris, komposisi dewan komisaris, komite audit, dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap manajemen laba. Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak manajemen melalui proses monitoring secara efektif. Cornet et al., (2006) menemukan adanya bukti yang menyatakan bahwa tindakan pengawasan yang dilakukan oleh sebuah perusahaan dan pihak investor insitusional dapat membatasi perilaku para manajer. Moh’d et al. (1998) dalam Midiastuty dan Mahfoedz (2003) menyatakan bahwa investor institusional merupakan pihak yang dapat memonitor agen dengan kepemilikannya yang besar, sehingga motivasi manajer untuk mengatur laba menjadi berkurang. Midiastuty dan Mahfoedz (2003) menemukan hubungan negatif antara kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Dari hasil penelitian tersebut, maka hipotesis penelitian : H1: Kepemilikan Institusional berpengaruh negatif terhadap mnajemen laba Kepemilikan manajerial dianggap sebagai salah satu faktor yang berpengaruh terhadap manajemen laba yang dilakukan manajer. Jika manajer mempunyai kepemilikan pada perusahaan maka mnajer akan bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham karena manajer juga mempunyai kepentingan di dalamnya. Faisal (2004) menyatakan bahwa besar kecilnya jumlah kepemilikan saham manajerial dalam perusahaan dapat mengindikasikan adanya kesamaan (congruance) kepentingan antara manajemen dengan pemegang saham. Hasil penelitian Ujiyantho dan Pramuka (2007) menyatakan adanya pengaruh negatif antara kepemilikan manajerial dengan manajemen laba. Midiastuty dan Mahfoedz (2003) menemukan hubungan negatif antara kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Dari penelitian tersebut, maka hipotesis penelitian ini adalah: H2 : Kepemilikan Manajerial berpengaruh negatif terhadap manajemen laba Ukuran dewan komisaris mempengaruhi praktik manajemen laba pada perusahaan. Nasution dan Setyawan (2007) menemukan pengaruh positif signifikan terhadap praktik manajemen laba pada perusahaan perbankan. Semakin besar ukuran dewan komisaris, maka semakin besar pula manajemen laba yang dilakukan perusahaan. Hal ini mengindikasikan bahwa Ukuran dewan komisaris yang besar tidak efektif dalam mengurangi praktik manajemen laba. Dari hasil tersebut, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: H3: Ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap praktik manajemen laba. Komposisi dewan komisaris dapat memberikan kontribusi yang efektif terhadap hasil dari proses penyusunan laporan keuangan yang berkualitas atau kemungkinan terhindar dari kecurangan laporan keuangan (Boediono, 2005). Adanya dewan komisaris menjamin transparansi dan keinformatifan laporan keuangan sehingga memfasilitasi hak pemegang saham untuk mendapatkan informasi yang berkualitas. Hasil penelitian Nasution dan Setyawan (2007) menyatakan bahwa komposisi dewan komisaris independen berpengaruh negative signifikan terhadap manajemen laba. Penelitian Klein (2000), menyatakan bahwa komposisi dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap manajemen e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume: 2 No. 1 Tahun 2014) laba. Dari hasi penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa komposisi dewan komisaris efektif dalam mengurangi manajemen laba perusahaan, sehingga hipotesis dalam penelitian ini adalah: H4: Komposisi dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap manajemen laba Tugas komite berhubungan dengan kualitas laporan keuangan, karena komite audit diharapkan dapat membantu dewan komisaris dalam pelaksanaan tugas yaitu mengawasi proses pelaporan keuangan oleh manajemen. Banyak penelitian yang mendukung keberadaan komite audit, diantaranya dalah hasil penelitian yang dilakukan Klein (2000) yang menunjukkan adanya hubungan negative antara komite audit dengan manipulasi laba. Hasil penelitian Nasution dan Setywan (2007) menunjukkan pengaruh negative signifikan antara komite audit dengan manajemen laba. Hal tersebut menunjukkan bahwa komite audit telah berhasil dalam mengurangi praktik manajemen laba perusahaan. Dari hasil penelitian tersebut,maka hipotesis penelitian ini adalah: H5: Komite audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba perusahaan Ukuran perusahaan dapat menentukan banyak sedikitnya praktik manajemen laba perusahaan. Perusahaan dengan ukuran yang relatif besar akan dilihat kinerjanya oleh publik sehingga perusahaan tersebut akan melaporkan kondisi keuangannya dengan lebih berhati – hati, lebih menunjukkan keinformatifan informasi yang terkandung di dalamnya, dan lebih transparan. Oleh karena itu, perusahaan lebih sedikit dalam melakukan praktik manajemen laba. Sedangkan perusahaan yang mempunyai ukuran yang lebih kecil mempunyai kecenderungan untuk melakukan manajemen laba dengan melaporkan laba yang lebih besar untuk menunjukkan kinerja perusahaan yang memuaskan. Chtourou (2001) menemukan bukti bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba pada perusahaan di Amerika. Ini berarti, perusahaan yang besar mempunyai peluang yang lebih sedikit dalam melakukan praktik manajemen laba dan sebaliknya, perusahaan yang lebih kecil mempunyai peluang yang lebih besar dalam melakukan praktik manajemen laba. Hasil penelitian Veronica dan Utama (2005) menunjukkan adanya pengaruh negatif signifikan antara ukuran perusahaan dengan manajemen laba perusahaan. Nuryaman ( 2008) menemukan bukti bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Dari penelitian tersebut, maka hipotesis penelitian ini adalah: H6: Ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. H7: kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, ukuran dewan komisaris, komposisi dewan komisaris, komite audit, dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap manajemen laba. METODE Rancangan penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan variabel-variabel yang diteliti kemudian dianalisis dengan hipotesis (Husein, 2009). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah manajemen laba dengan proxy discretionary accrual. Sedangkan variabel bebas dalam penelitian ini adalah kepemilikan intitusional, kepemilikan manajerial, komposisi dewan komisaris, ukuran dewan komisaris, komite audit, dan ukuran perusahaan. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan yang diakses di BEI dengan periode pelaporan 2009-2013. Penelitian menggunakan bantuan program Statistikal Product and Service Solutions (SPPS) Versi 19 dengan uji non parametrik. Analisis data yang digunakan adalah uji normalitas, heteroskedastisitas, uji autikorelasi dan uji multikolinearitas. Uji hipotesis menggunakan uji koefesien determinasi (R2), uji regresi berganda, uji parsial (uji t), dan uji simultan (uji F). e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume: 2 No. 1 Tahun 2014) HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian ini diambil 11 perusahaan manufaktur yang tercatat pada Bursa Efek Indonesia. Alasan dalam memilih perusahaan manufaktur karena 11 perusahaan yang dijadikan sampel penelitian melakukan publikasi laporan keuangan dan untuk memperoleh karateristik perusahaan yang sama. Hasil Uji Normalitas dilakukan dengan mentransformasikan data terlebih dahulu kedalam bentuk akar kuardrat (SQRT) kemudian menggunakan uji One Sample Kolmogorov-Smirnov data dinyatakan berdistribusi normal, karena tingkat signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 yaitu 0,398. Hasil pengujian multikolinearitas dapat dinyatakan terdapat gejala multikolineritas atau korelasi antara variabel independen karena nilai tolerance lebih dari 0,10 yaitu 0,805 untuk variabel kepemilikan intitusional, 0,741 untuk variabel kepemilikan manajerial, 0,290 untuk variabel ukuran dewan komisaris, 0,529 untuk variabel komposisi dewan komisaris, 0,530 untuk variabel komite audit, dan 0,292 untuk variabel ukuran perusahaan. Dapat dilihat juga dari nilai VIF lebih kecil dari 10 yaitu 1,242 untuk variabel kepemilikan intitusional, 1,350 untuk variabel kepemilikan manajerial, 3,454 untuk variabel ukuran dewan komisaris, 1,892 untuk variabel komposisi dewan komisaris, 1,887 untuk variabel komite audit, dan 3,426 untuk variabel ukuran perusahaan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas antar variabel bebas. Berdasarkan hasil pengujian heteroskedastisitas dengan menggunakan uji gletser menunjukkan hasil bahwa nilai signifikansi dari variabel kepemilikan intitusional yakni 0,251, variabel kepemilikan manajerial yakni 0,105, variabel ukuran dewan komisaris yakni 0,957, variabel komposisi dewan komisaris yakni 0,123, variabel komite audit yakni 0,051 dan variabel ukuran perusahaan yakni 0,960, semua nilai signifikan variabel bebas lebih besar dari 0,05 sebagai batas tingkat kekeliruan. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas. Berdasarkan hasil uji autokorelasi diketahui bahwa uji Durbin-Watson menghasilkan nilai 1,991. Nilai ini lebih besar daripada nilai dU = 1,8220 dan lebih kecil dari nilai 4 – 1,8220 (4-dU) = 2,178. Jadi dapat disimpulkan tidak ada autokorelasi dalam model regresi yang diprediksi. Berdasarkan hasil uji determinasi diketahui bahwa nilai Adjusted R Square yang diperoleh sebesar sebesar sebesar 0.235, hal ini menunjukkan bahwa perubahan manajemen laba di perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI mampu dijelaskan secara bersamasama oleh perubahan kepemilikan intitusional, kepemilikan manajerial, ukuran dewan komisaris, komposisi dewan komisaris, komite audit, dan ukuran perusahaan sebesar 23,5% sedangkan sisanya 76,5%, dijelaskan oleh faktor lain di luar penelitian ini. Berdasarkan hasil uji t, diketahui bahwa: (1) kepemilikan intitusional (X1) memiliki thitung sebesar 0,016 lebih kecil dari ttabel, sebesar 1,682 serta dengan nilai signifikansi 0,987 lebih besar dari 0,05 menunjukan bahwa kepemilikan intitusional tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba; (2) kepemilikan manajerial memiliki thitung sebesar 1,336 lebih kecil dari ttabel, sebesar 1,682 serta dengan nilai signifikansi 0,188 lebih besar dari 0,05 menunjukan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba, (3) ukuran dewan komisaris memiliki thitung sebesar 3,047 lebih besar dari ttabel, sebesar 1,682 serta dengan nilai signifikansi 0,004 lebih kecil dari 0,05 menunjukan bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba, (4) komposisi dewan komisaris memiliki thitung sebesar 1,396 lebih kecil dari ttabel, sebesar 1,682 serta dengan nilai signifikansi 0,169 lebih besar dari 0,05 menunjukan bahwa komposisi dewan komisaris tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba, (5) komite audit memiliki thitung sebesar 1,795 lebih besar dari ttabel, sebesar 1,682 serta dengan nilai signifikansi 0,079 lebih besar dari 0,05 e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume: 2 No. 1 Tahun 2014) menunjukan bahwa komite audit berpengaruh tidak signifikan terhadap manajemen laba, dan (6) ukuran perusahaan memiliki thitung sebesar 1,819 lebih besar dari ttabel, sebesar 1,682 serta dengan nilai signifikansi 0,077 lebih besar dari 0,05 menunjukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh tidak signifikan terhadap manajemen laba Berdasarkan hasil analisis regresi berganda dihasilkan model regresi: Y 1,364 0,001x1 0,109 x2 0,057 X 3 0,292 X 4 0,023 X 5 0,112 X 6 ………(1) Berikut ini merupakan hasil uji t yang ditunjukkan oleh Tabel 1. Tabel 1. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model B Std. Error Beta 1 (Constant) 1.364 .288 sqrt_X1 -.001 .058 -.002 sqrt_X2 -.109 .081 -.186 sqrt_X3 .057 .019 .680 sqrt_X4 .292 .209 .231 sqrt_X5 -.023 .013 -.296 sqrt_X6 -.112 .062 -.405 a. Dependent Variable: sqrt_Y Sumber: Data Primer Diolah, 2014 Berdasarkan hasil uji F menunjukan nilai Fhitung sebesar 3,714 lebih besar dari Ftabel sebesar 2,31 dengan angka signifikansi = 0,004 < α = 0,05. Hal ini berarti bahwa secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan antara Kepemilikan Intitusional (X1), Kepemilikan t 4.742 -.016 -1.336 3.047 1.396 -1.795 -1.819 Sig. .000 .987 .188 .004 .169 .079 .075 Collinearity Statistics Tolerance VIF .805 .741 .290 .529 .530 .292 1.242 1.350 3.454 1.892 1.887 3.426 Manajerial (X2), Ukuran Dewan Komisaris (X3), Komposisi Dewan Komisaris (X4), Komite Audit (X5), Dan Ukuran Perusahaan (X6) terhadap Manajemen Laba. Berikut hasil uji F yang ditunjukkan oleh Tabel 2. Tabel 2. Hasil Uji F ANOVAb Model Sum of Squares Df Mean Square F 1 Regression .037 6 .006 3.714 Residual .078 47 .002 Total .115 53 a. Predictors: (Constant), sqrt_X6, sqrt_X1, sqrt_X2, sqrt_X5, sqrt_X4, sqrt_X3 b. Dependent Variable: sqrt_Y Sumber: Data Primer Diolah, 2014 Pembahasan Kepemilikan Intitusional terhadap Manajemen Laba Hasil pengujian hipotesis pertama ditolak artinya Kepemilikan Intitusional tidak berpengaruh signifikan terhadap Manajemen Laba. Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak manajemen melalui proses monitoring Sig. .004a secara efektif. Cornet et al., (2006) menemukan adanya bukti yang menyatakan bahwa tindakan pengawasan yang dilakukan oleh sebuah perusahaan dan pihak investor insitusional dapat membatasi perilaku para manajer. Mereka menyimpulkan bahwa tindakan pengawasan perusahaan oleh pihak investor institusional dapat mendorong manajer untuk lebih memfokuskan e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume: 2 No. 1 Tahun 2014) perhatiannya terhadap kinerja perusahaan sehingga akan mengurangi perilaku opportunistic atau mementingkan diri sendiri. Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak manajemen melalui proses monitoring secara efektif sehingga dapat mengurangi manajemen laba (Ujiyantho dan Pramuka, 2007 dalam Dewi, 2010). Hasil penelitian menyatakan kepemilikan intituional tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Di duga karena masih banyak institusi yang kurang aktif dalam memberikan tekanan pada aktifitas manajemen, kurangnya pengawasan pihak institusional terhadap kerja pihak manajemen. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ujiyantho dan Pramuka (2007). Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan Midiastuty dan Mahfoedz (2003), Faisal (2004), Veronica dan Utama (2005), Nuryaman (2008) dan Indra Dewi Suryani (2010) yang menyatakan bahwa kepemilikan intitusional berpengaruh terhadap manajemen laba. Kepemilikan Manajerial terhadap Manajemen Laba Hasil penelitian ini menyatakan bahwa Kepemilikan Manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap Manajemen Laba. Di duga bahwa kepemilikan manajerial belum mampu menjadi mekanisme corporate governance yang dapat mengurangi ketidak selarasan kepentingan antara manajemen dengan pemilik atau pemegang saham. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan pernyataan Faial (2004) bahwa kepemilikan manajerial dianggap sebagai salah satu faktor yang berpengaruh terhadap manajemen laba yang dilakukan manajer. Jika manajer mempunyai kepemilikan pada perusahaan maka mnajer akan bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham karena manajer juga mempunyai kepentingan di dalamnya. Faisal (2004) menyatakan bahwa besar kecilnya jumlah kepemilikan saham manajerial dalam perusahaan dapat mengindikasikan adanya kesamaan (congruance) kepentingan antara manajemen dengan pemegang saham. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan Midiastuty dan Mahfoedz (2003), Faisal (2004), Veronica dan Utama (2005), Ujiyantho dan Pramuka (2007), Nuryaman (2008) dan Indra Dewi Suryani (2010) yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap manajemen laba. Ukuran Dewan Komisaris Berpengaruh Signifikan terhadap Manajemen Laba Hasil pengujian hipotesis ketiga diterima artinya ukuran dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadap Manajemen Laba. Secara umum dewan komisaris ditugaskan dan diberi tanggung jawab atas pengawasan kualitas informasi yang terkandung dalam laporan keuangan (Nasution dan Setiawan, 2007). Vafeas (2000) dalam Siallagan dan Machfoedz (2006) mengatakan bahwa peranan dewan komisaris diharapkan dapat meningkatkan kualitas laba dengan membatasi tingkat manajemen laba melalui fungsi monitoring atas pelaporan keuangan. Hasil penelitian diperoleh ukuran dewan komisaris berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba. Ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Yermack dan Jensen (dalam Bayu Fatma, 2010) menjelaskan bahwa ukuran dewan komisaris yang kecil lebih efektif dalam melakukan tindakan pengawasan dibandingkan dewan komisaris yang berukuran besar. Hal ini disebabkan ukuran dewan komisaris yang besar dianggap kurang efektif dalam menjalankan fungsinya sebagai alat monitoring kegiatan manajemen karena sulit dalam komunikasi, koordinasi serta pembuatan keputusan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Midiastuty dan Mahfoedz (2003), Faisal (2004) yang menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap manajemen laba. Sedangkan ada penelitian Ujiyantho dan Pramuka (2007) dan Indra Dewi Suryani (2010) menyatakan bahwa ukuran dewan e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume: 2 No. 1 Tahun 2014) komisaris tidak berpengaruh manajemen laba. terhadap Komposisi Dewan Komisaris Berpengaruh Signifikan terhadap Manajemen Laba Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa komposisi dewan komisaris tidak berpengaruh signifikan terhadap Manajemen Laba. Hal ini diduga bahwa penempatan atau penambahan anggota dewan komisaris independen dimungkinkan hanya sekedar memenuhi ketentuan formal (Gideon, 2005 dalam Bayu Fatma, 2010). Keputusan Ketua BAPEPAM Nomor: Kep-29/PM/2004 menetapkan bahwa setiap emiten wajib memiliki komisaris independen. Jadi dimungkinkan dewan komisaris independen hanyalah formalitas pemenuhan ketentuan. Sylvia dan Siddharta (2005) dalam Bayu Fatma (2010) juga menyatakan bahwa pengangkatan dewan komisaris independen oleh perusahaan mungkin hanya dilakukan untuk pemenuhan regulasi saja tapi tidak dimaksudkan untuk menegakkan good corporate governance (GCG) di dalam perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Veronica dan Utama (2005) Indra Dewi Suryani (2010). Serta hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Nasution dan Setyawan (2007) serta Ujiyantho dan Pramuka (2007) yang menyatakan bahwa komposisi dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadap Manajemen Laba. Komite Audit Berpengaruh Signifikan terhadap Manajemen Laba Hasil pengujian hipotesis kelima bahwa komite audit berpengaruh tidak signifikan terhadap manajemen laba. Adanya komite audit meningkatkan pengawasan terhadap pelaporan keuangan yang dilakukan oleh manajer. Komite audit akan menghambat keleluasaan manajer dalam memanipulasi laporan keuangan sehingga adanya manajemen laba dapat ditekan Dari hasil penelitian ini tampak bahwa semakin tinggi ukuran komite audit maka semakin rendah kemungkinan manajer dalam melakukan manajemen laba, namun pengaruhnya belum signifikan. Tidak signifikan ini diduga bisa diakibatkan oleh belum optimalnya pengawasan yang dilakukan oleh komite audit. Hasil penelitian ini dapat dikatakan sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nasution dan Setyawan (2007) menyatakan bahwa komite audit memiliki pengaruh terhadap manajemen laba, hanya saja kesignifikanan pengaruhnya tidak dapat disamakan. Sedangkan penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Veronica dan Utama (2005) dan Indra Dewi Suryani (2010) yang menyatakan bahwa komite audit tidak berpengaruh terhadap Manajemen Laba. Ukuran Perusahaan Berpengaruh Signifikan terhadap Manajemen Laba Hasil pengujian hipotesis keenam bahwa ukuran perusahaan berpengaruh tidak signifikan terhadap manajemen laba. Ukuran perusahaan dapat menentukan banyak sedikitnya praktik manajemen laba perusahaan. Perusahaan dengan ukuran yang relatif besar akan dilihat kinerjanya oleh publik sehingga perusahaan tersebut akan melaporkan kondisi keuangannya dengan lebih berhati-hati, lebih menunjukkan keinformatifan informasi yang terkandung di dalamnya, dan lebih transparan. Oleh karena itu, perusahaan lebih sedikit dalam melakukan praktik manajemen laba. Sedangkan perusahaan yang mempunyai ukuran yang lebih kecil mempunyai kecenderungan untuk melakukan manajemen laba dengan melaporkan laba yang lebih besar untuk menunjukkan kinerja perusahaan yang memuaskan. Dari hasil penelitian ini tampak bahwa semakin besar ukuran perusahaan maka maka semakin rendah kemungkinan manajer dalam melakukan manajemen laba, namun pengaruhnya belum signifikan. Tidak signifikan ini diduga bisa diakibatkan oleh belum optimalnya dalam pelaporan kondisi keuangan perusahaan, perusahaan belum menunjukkan keinformatifan informasi yang terkandung di dalamnya, dan belum lebih transparan. e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume: 2 No. 1 Tahun 2014) Hasil penelitian ini dapat dikatakan sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Faisal (2004), Veronica dan Utama (2005), Nuryaman (2008) dan Indra Dewi Suryani (2010) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh terhadap Manajemen Laba, hanya saja kesignifikanan pengaruhnya tidak dapat disamakan. Pengaruh Kepemilikan Intitusional (X1), Kepemilikan Manajerial (X2), Ukuran Dewan Komisaris (X3), Komposisi Dewan Komisaris (X4), Komite Audit (X5), dan Ukuran Perusahaan (X6) Terhadap Manajemen Laba Berdasarkan hasil analisis statistik ditemukan kepemilikan intitusional (X1), kepemilikan manajerial (X2), ukuran dewan komisaris (X3), komposisi dewan komisaris (X4), komite audit (X5), dan ukuran perusahaan (X6) berpengaruh signifikan terhadap Manajemen Laba pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2009-2013. Mekanisme Good Corporate Governance dalam hal ini kepemilikan intitusional (X1), kepemilikan manajerial (X2), ukuran dewan komisaris (X3), komposisi dewan komisaris (X4) dan komite audit (X5) serta variabel ukuran perusahaan (X6) secara bersama-sama terhadap Manajemen Laba. Laporan keuangan seringkali disalah gunakan oleh manajemen dengan melakukan perubahan dalam penggunaan metode akuntansi sehingga akan mempengaruhi jumlah laba yang ditampilkan dalam laporan keuangan. Hal ini sering dikenal dengan istilah manajemen laba. Menurut Surifah (1999) dalam Husni (2014) menyatakan bahwa manajemen laba dapat menggurangi kredibilitas laporan keuangan apabila digunakan untuk mengambil keputusan, karena manajemen laba merupakan suatu bentuk manipulasi atas laporan keuangan yang menjadi sasaran komunikasi antara manajer dan pihak eksternal perusahaan. Tujuan dari manajemen laba adalah untuk meningkatkan kesejahteraan pihak tertentu walaupun dalam jangka panjang tidak terdapat perbedaan laba kumulatif perusahaan dengan laba yang dapat diidentifikasikan sebagai suatu keuntungan Fischer dan Rosenzweirg (1995) dalam Husni (2014). Manajemen laba dapat mengakibatkan laporan keuangan yang dihasilkan menjadi bias. Maksud dari bias adalah bahwa laporan tersebut menggunakan metode-metode akuntansi tertentu sehingga menimbulkan laporan keuangan yang sesuai dengan kebutuhan investor atau keinginan manajer. Untuk meminimumkan terjadinya tindakan manajemen laba, maka perusahaan perlu menerapkan mekanisme good corporate governance dalam system pengendalian dan pengelolaan perusahaan. Mekanisme good corporate governance dilakukan untuk memastikan bahwa pemilik atau pemegang saham memperoleh pengembalian (return dari kegiatan yang dijalankan oleh agen atau manajer (Schleifer dan Visny, 1997 dalam Hunsi, 2014). Corporate governance merupakan upaya yang dilakukan oleh semua pihak untuk mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar tercapai keseimbangan antara kekuatan dan kewenangan perusahaan (Sutedi, 2011 dalam Husni, 2014). Praktek corporate governance dapat berjalan dengan baik apabila menerapkan prinsip-prinsip yang terdiri dari transparansi (Transparency), akuntabilitas (accountability), kewajaran (fairness) dan responsibilitas (responsibility). Transparansi, berhubungan dengan kualitas informasi yang disampaikan perusahaan secara akurat dan tepat waktu. Akuntabilitas, dengan mendorong optimalisasi para dewan direksi dan dewan komisaris dalam menjalankan tugas dan fungsinya secara professional. Kewajaran dengan memaksimalkan upaya perlindungan hak dan perlakuan adil kepada seluruh shareholders tanpa kecuali. Responsibilitas, dengan mendorong optimalisasi peran stakeholders dalam mendukung program-program perusahaan. (Komite Nasional Kebijakan Governance 2006). Selain penerapan corporate governance, faktor lain yang e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume: 2 No. 1 Tahun 2014) mempengaruhi praktik manajemen laba yaitu ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan yang kecil dianggap lebih banyak melakukan praktik manajemen laba daripada perusahaan besar. Hal ini dikarenakan perusahaan kecil cenderung ingin memperlihatkan kondisi perusahaan yang selalu berkinerja baik agar investor menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Perusahaan yang besar lebih diperhatikan oleh masyarakat sehingga mereka akan lebih berhati-hati dalam melakukan pelaporan keuangan, sehingga berdampak perusahaan tersebut melaporkan kondisinya lebih akurat (Nasution dan Setiawan, 2007). Dari hasil penelitian ini secara bersama-sama variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependent, sumbangan pengaruh di lihat dari nilai Adjusted R Square yang diperoleh sebesar 0.235, hal ini menunjukkan bahwa perubahan manajemen laba di perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI mampu dijelaskan secara bersamasama oleh perubahan kepemilikan intitusional, kepemilikan manajerial, ukuran dewan komisaris, komposisi dewan komisaris, komite audit, dan ukuran perusahaan sebesar 23,5% sedangkan sisanya 76,5%, dijelaskan oleh faktor lain di luar penelitian ini. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil analisis data maka kesimpulan dari penelitian ini yakni: (1) kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhdap manajemen laba, (2) kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba, (3) ukuran dewan komisaris berpengaruh signifikan positif terhadap manajemen laba, (4) komposisi dewan komisaris tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba, (5) komite audit berpengaruh tidak signifikan terhadap manajemen laba, (6) ukuran perusahaan berpengaruh tidak signifikan terhadap manajemen laba, (7) secara simultan kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, ukuran dewan komisaris, komposisi dewan komisaris, komite audit dan variabel ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2009-2013. Saran Saran-saran yang dapat diberikan berkaitan dengan hasil penelitian serta untuk kesempurnaan penelitian selanjutnya bagi perusahaan hendaknya mampu meningkatkan penerapan corporate governance agar dapat meminimalkan terjadinya manajemen laba. Sedangkan bagi penelitian selanjutnya dapat memperluas ruang lingkup penelitian tidak hanya diperusahaan manufaktur tetapi juga di perusahaan industry lainnya serta dapat mengembangkan penelitian ini dengan menambah variabel lain atau dapat meneliti faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi tingkat manajemen laba. DAFTAR PUSTAKA Belkaoui. A. Riahi. 2004. Accounting Theory. Edisi Kelima. Jakarta : Salemba Empat Boediono.SB. Gideon. 2005. Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba Dengan Menggunakan Analisis Jalur. Simposium Nasional Akuntansi VIII Solo Cornett.M. Marcia, et al. 2006. Earnings Management, Corporate Governance, and True Financial Performance. www.ssrn.com Faisal. 2004. Analisis Agensi Cost, Struktur Kepemilikan, dan Mekanisme Corporate Governance. Simposium Nasional Akuntansi VII Denpasar. Fatma, Bayu Widiatmaja. 2010. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Dan Konsekuensi Manajemen Laba Terhadap Kinerja Keuangan (Studi Pada Perusahaan Manufaktur e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume: 2 No. 1 Tahun 2014) Tahun 2006-2008). Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang. Ghozali, Imam. 2007. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Cetakan IV. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Forum for Corporate Governance in Indonesia. 2006. How is the Indonesian Corporate Governance condition in reality?. www.fcgi.com. Diakses tanggal 10 Maret 2010 Husein, Umar. 2009. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: Rajawali Pers. Husni, Raudhatul. 2014. Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance, Leverage dan Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba (Studi Empiris Perusahaan Property Dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2010). Jensen, Michael C. dan W.H. Meckling. (1976). Theory of The Firm: Managerial Behavior, Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial Economics3. hal. 305360. www.ssrn.com Klein, April. 2000. Audit Committee, Boards of Director Characteristics, and Earnings Management. www.ssrn.com Midiastuty, Pratana P dan Machfoedz, Mas’ud. 2003. Analisis Hubungan Mekanisme Corporate Governance dan indikasi manajemen Laba. Simposium Nasional Akuntansi VI Surabaya Nasution, M dan Setyawan. D. 2007. Pengaruh Corporate Governance terhadap Manajemen Laba Di Industri Perbankan Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi X Makasar Nuryaman. 2008. Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Mekanisme Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba. Simposium Nasional Akuntansi XI. Pontianak Richardson, Vernon J. (1998). Information Asymmetry an Earnings Management: Some Evidence. Working Paper, 30 Maret. www.ssrn.com Scott, R. William. 2006. Financial Accounting Theory 4 thEdition. Prentice-Hall, New Jersey Siallagan, Hamongan dan Machfoedz, Mas’ud. 2006. Mekanisme Corporate Governance, Kualitas laba dan Nilai Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi IX Padang Ujiyantho. M. Arief dan Pramuka. B. Agus. 2007. Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi X Makasar Veronica, Silvia dan Utama Siddharta. 2005. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Praktek Corporate Governance terhadap Pengelolaan Laba (Earning Management). Simposium Nasional Akuntansi VIII Solo