KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Pelayanan JPS-BK tetah dimanfaatkan dengan baik oleh responden JPS-BK ' yaitu terlihat dari lebih baiknya cara perawatan kehamilan, persalinan dan anak baduta. Responden JPS-BK lebih banyak rnemeriksakan kehamilan pada bidan di desa dm Puskesmas, serta mendapatkan PMT ibu hamil. Penalinan masih banyak diiakukan di rumah dengan pertolongan bidan, dan wnurnnya mendapatkan bantuan persal inan. Sebagian besar responden melakukan pemeriksaan nifas sebanyak 2-3 kali. Sebagian besar anak baduta peserta JPSBK mendapatkan MPAST secara mtin se1ama 2- 3 bulan dalam bent& bahan makanan dm makanan jajanan, serta mendapatkan imunisasi secara lengkap. 2. HasiI kehamilan (brat bayi lahir) responden JPS-BK belurn dapat menyamai responden Non JFS-BK. Lebih banyak responden JPS-BK yang melahirkan BBLR (< 2500 gr) dibandingkan responden Non JPS-BK. Status gizi anak baduta peserta JPS-BK dan Non JPS-BK, baik dengan rnengpmkan indikator antropometri BBN, PB/U maupun BBIPB dan pada semua kelompok urnur, tidak rnenunjukh perkdam. Proporsi anak baduta peserta JPS-BK dan Non JPS-BK yang berstatus umknveight menrngkat tajam setelah m u r 7 bdan. Sedangkan proprsi anak baduta y m g berstatus stunted sekitar 30% pada kelompok umur di bawah I tahun, dm meningkat tajam menjadi 49,6% p d a anak PS-BK setelah berurnur 18 bulan Anak baduta yang berstatus wasted 175 diternukan p& anak JPS-BK umur 2 12 bulan (I1%) dm umur 2 18 bulan pada anak Non JPS-BK (1 2,5%). 3. Perkembangan anak-anak JPS-BK pada semua kelonipok urn ur dapat menyamai anak-anak Non JPS-BK. Rata-rata skor perkembangan anak baduta JPS-BK tidak menunjukkan perbedaan dengan anak Non JPS-BK. Pada sernua kelompok urnur, sebagian besar anak baduta, baik pada peserta JPS-BK rnaupun Non JPS-BK sudah dapat mencapai rata-rata tahap perkembangan anak seumurnya. Sekitar 10- 1 5% anak baciuta mengalami gangguan perkembangan dalam ha1 gerakan halus hingga berumur f 7 bulan, dan proporsinya meningkat tajam menjadi 40% setelah berumur 18 bulan. Gangguan perkembangan daIarn sosialisasi cukup banyak dialami (40-50%) setelah anak berumur 15 bulan. 4. Hasil kehamiIan (berat badan Iahir > 2500 gram) berhubungan positif nyata dengan IMT ibu, usia keharniIan 1 37 rninggu, pemeriksaan kehamilan, PMT ibu hamil praktek gizi dan kesehatan dan pendidikan ibu. SaIah satu kegiatan JPS-BK pada ibu hamil, yaitu PMT berhubungan dengan berat badan lahir cukup (> 2500 gram) 5. Status gizi baduta (BB/U) berhubungan positif nyata dengan berat badan lahir (> 2500 gram), pemberian MPASI JPS-BK dan keIengkapan imunisasi. Status gzi baduta (PBAJ) berhubtmgan positif nyata dengan krat badan iahir (> 2500 gram), W A S 1 JPS-BK, kelengkapan irnunisasi, praktek gizi dan kesehatan serta pendidikan ibu. Status gin' baduta (BB/PB) berfiubungan positif nyata dengan berat badan lahir (> 2500 gram), MPASI PS-BK, kelengkapan I76 irnunisasi, dan penyakit an&. Salah satu kegatan JPS-BK yaitu pemberian MPASI berhubungan dengan status gizi baduta baik berdasarkan BBN, PB/U clan BBIPB. 6. Perkembangan baduta berhubungan posi ti f nyata dengan berar badan lahir, status gizi baik dengan indikator BBILT, P B N maupun BB/PB, MPASI JPS-BK dan penclapatan. Salah satu kegiatan JPS-BK yaitu pemberian MPASI berhubungan dengan skor perkembangan anak baduta. Saran I. Menilik hasil yang ditunjukkan dari JPS-BK pada pertumbuhan dan perkernbangan baduta, maka program JPS-BK d m sejenisnya yang memberikan bantuan pelayanan kesehatan dan MPASI bagi masyarakat miskin hendaknya dilanjutkan dengan berbagai perbaikan tenrtama dalam identifikasi sasaran, pelayanan dan mekani sme penyampaian bantuan 2. PMT ibu hamil clan MPASI bagi baduta terbukti berperan daIam menyelamatkan hasiI keharnilan, pertumbuhan dan perkembangan anak baduta. Oleh karena itu, pertu dikaji lebih mendalam tentang jenis, jumlah dan bentuk PMT dm MPASI yang sesuai untuk berbagai daerab. 3. Untuk rnmingkatkan perkembangan baduta, perlu dipikirkan kemungkinan menarnbahkan asp& stimulasi psikososial dalam paket pelayanan JPS-BK atau p r o m sejenis yang akan dikembangkan. 4. Dalam kemngka swtuimbility penyelenggaraan kegiatan pelayanan sosial dasar, per1 u dikaji dan dikembangkan benhrk social insurunce yang sesuai dengm potensi dan kearifan IokaI.