BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPA 2.1.1.1 Pembelajaran IPA Gagne (1992:3) menyimpulkan bahwa pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. IPA didefinisikan sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara alam. Perkembangan IPA tidak hanya ditandai dengan adanya fakta, tetapi juga oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Metode ilmiah dan pengamatan ilmiah menekankan pada hakikat IPA. Secara rinci hakikat IPA menurut Bridgman dalam Lestari (2002:7) adalah sebagai berikut: 1) Kualitas; pada dasarnya konsep-konsep IPA selalu dapat dinyatakan dalam bentuk angka-angka, 2) Observasi dan Eksperimen; merupakan salah satu cara untuk dapat memahami konsep-konsep IPA secara tepat dan dapat diuji kebenarannya, 3) Ramalan (prediksi); merupakan salah satu asumsi penting dalam IPA bahwa misteri alam raya ini dapat dipahami dan memiliki keteraturan. Dengan asumsi tersebut lewat pengukuran yang teliti maka berbagai peristiwa alam yang akan terjadi dapat diprediksikan secara tepat, 4) Progresif dan komunikatif; artinya IPA itu selalu berkembang ke arah yang lebih sempurna dan penemuan-penemuan yang ada merupakan kelanjutan dari penemuan sebelumnya. Proses; tahapan-tahapan yang dilalui dan itu dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah dalam rangkan menemukan suatu kebernaran, 5) Universalitas; kebenaran yang ditemukan senantiasa berlaku secara umum. Dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA adalah ilmu yang mempelajari tentang konsep-konsepnya yang diperoleh melalui suatu proses dengan menggunakan metode ilmiah dan diawali dengan sikap ilmiah kemudian diperoleh hasil (produk). 5 6 Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yaitu pengajaran IPA. 2.1.1.2 Hasil Belajar Sebelum dijelaskan pengertian mengenai hasil belajar, terlebih dahulu akan dikemukakan tentang pengertian hasil. Hasil adalah prestasi/keinginan yang telah dicapai. Dengan demikian bahwa hasil merupakan prestasi yang telah dicapai oleh seseorang setelah melakukan sesuatu pekerjaan/aktivitas tertentu. Poerwodarminto (1991:768) menarik kesimpulan hasil belajar adalah prestasi yang dicapai (dilakukan, dekerjakan), dalam hal ini prestasi belajar merupakan hasil pekerjaan, hasil penciptaan oleh seseorang yang diperoleh dengan ketelitian kerja serta perjuangan yang membutuhkan pikiran. Jadi hasil belajar adalah prestasi yang telah dicapai oleh karena itu semua individu dengan adanya belajar hasilnya dapat dicapai. Setiap individu belajar menginginkan hasil yang sebaik mungkin. Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa hasil belajar IPA yang dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya setelah siswa itu melakukan kegiatan belajar. Pencapaian hasil belajar tersebut dapat diketahui dengan megadakan penilaian tes hasil belajar. Penilaian diadakan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. Di samping itu guru dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar di sekolah. Hasil belajar IPA artinya nilai yang diperoleh siswa setelah melibatkan secara langsung/aktif seluruh potensi yang dimilikinya baik aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan) dalam proses belajar mengajar IPA. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar itu, dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu: a. Faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang kita sebut faktor individu. Yang termasuk ke dalam faktor individu antara lain faktor kematangan atau pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi. 7 b. Faktor yang ada pada luar individu yang kita sebut dengan faktor sosial. Sedangkan yang faktor sosial antara lain faktor keluarga, keadaan rumah tangga, guru, dan cara dalam mengajarnya, lingkungan dan kesempatan yang ada atau tersedia dan motivasi sosial. Berdasarkan faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar menunjukkan bahwa belajar itu merupakan proses yang cukup kompleks. Artinya pelaksanaan dan hasilnya sangat ditentukan oleh faktor-faktor di atas. Bagi siswa yang berada dalam faktor yang mendukung kegiatan belajar akan dapat dilalui dengan lancar dan pada gilirannya akan memperoleh prestasi atau hasil belajar yang baik. Sebaliknya bagi siswa yang berada dalam kondisi belajar yang tidak menguntungkan, dalam arti tidak ditunjang atau didukung oleh faktor-faktor tersebut, maka kegiatan atau proses belajarnya akan terhambat atau menemui kesulitan. 2.1.1.3 Pentingnya Belajar IPA Arsyad (2002:1) menyimpulkan belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dan lingkungannya. Leo Sutrisno 92008:19) menarik kesimpulan secara ringkas IPA merupakan usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur yang benar, dan dijelaskan dengan penalaran yang sahih sehingga dihasilkan kesimpulan yang betul. Jadi IPA mengandung tiga hal: usaha manusia memahami alam semesta, pengamatan yang tepat dan prosedurnya benar, dan kesimpulan betul. Belajar IPA mempunyai beberapa prinsip yang perlu diperhatikan: Prinsip 1: Pemahaman tentang dunia di sekitar kita di mulai melalui pengalaman baik secara inderawi maupun noninderawi. Prinsip 2: Pengetahuan yang diperoleh ini tidak pernah terlihat secara langsung, karena itu perlu diungkap selama proses pembelajaran. Prinsip 3: Pengetahuan pengalaman mereka ini pada umumnya kurang konsisten dengan pengetahuan para ilmuwan, pengetahuan yang Anda miliki., Prinsip 4: Dalam setiap pengetahuan mengandung fakta, data, konsep, lambang, dan relasi dengan konsep yang lain. Prinsip 5: IPA terdiri atas produk, proses, dan prosedur. 8 Belajar IPA harus sudah diajarkan di jenjang sekolah dasar karena belajar IPA merupakan usaha bersama dalam memahami dunia sekitar. IPA mencari penjelasan tentang asal, hakikat, dan proses yang terjadi di alam semesta yang secara fisik teramati. 2.1.2 Media Kongkrit dalam Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 2.1.2.1 Penggunaan Media Kongkrit Arsyad .(2002:91) mengemukakan bahwa media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti ’tengah’, ’perantara’, atau ’pengantar’. Dalam bahasa arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim atau penerima pesan. Sedangkan Andreas (2002.:3).menyatakan bahwa media diartikan sebagai segala sesuatu yang dimanfaatkan untuk proses komunikasi dengan siswa agar siswa belajar. Komunikasi dan siswa yang belajar (learners) merupakan dua aspek yang pokok. Segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk mendorong proses-proses belajar dapat dikategorikan sebagai media Tujuan pemanfaatan media adalah untuk menciptakan komunikasi yang baik diantara guru dan siswa. Prinsip pemanfaatan media adalah media yang dapat meningkatkan kualitas komunikasi guru-siswa yang pada akhirnya meningkatkan efektivitas pembelajaran. Sebaliknya pemanfaatan yang kurang tepat sering kali mengganggu komunikasi dan mengurangi efektivitas pembelajaran. Pemanfaatan media di kelas untuk meningkatkan mutu komunikasi guru-siswa sehingga proses pembelajaran berjalan sesuai yang diharapkan (efektif). Semakin banyak indera yang dimanfaatkan oleh siswa, semakin baik retensi (daya ingat) siswa sebagai kerucut pengalaman. Media yang dimaksud dalam penelitian ini adalah media kongkrit atau asli yaitu merupakan media paling nyata yang sangat membantu guru dalam menerapkan sesuatu kepada siswanya. Pengajaran realitas yang diselenggarakan di kelas dapat membantu siswa memahami materi yang diajarkan. Media kongkrit yang digunakan adalah telur, anak ayam, ayam dewasa, anak kucing, kucing dewasa untuk materi pertumbuhan hewan dan biji, kecambah, tanaman kecil, tanaman besar, akar, daun, batang untuk pertumbuhan tumbuhan. 9 2.1.2.2 Pembelajaran Kooperatif Anita Lie (2007) menyimpulkan model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok serta di dalamnya menekankan kerjasama. Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya serta mengembangkan keterampilan sosial.. Semua model pembelajaran ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur penghargaan. Menurut Muslimin dkk (2000) pembelajaran kooperatif merupakan pendekatan pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antarsiswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Wina (2006:8) mengemukakan model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Ada empat unsur penting dalam strategi pembelajaran kooperatif, yaitu adanya peserta dalam kelompok, adanya aturan kelompok, adanya upaya belajar setiap anggota kelompok, dan adanya tujuan yang harus dicapai. Dapat disimpulkan model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok serta di dalamnya menekankan kerjasama yang bertujuan meningkatkan hasil belajar akademik siswa dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya serta mengembangkan keterampilan sosial. 2.1.2.3 Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD STAD (Student Teams Achievement Divisions) merupakan salah satu metode atau pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan sebuah pendekatan yang baik untuk guru yang baru memulai menerapkan pembelajaran kooperatif dalam kelas. Menurut Slavin dalam Richard Arends (1997) pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari lima komponen utama, yaitu pengajaran, belajar kelompok, kuis, skor perkembangan, dan penghargaan kelompok. 10 1) Pengajaran Tujuan utama dari pengajaran ini adalah guru menyajikan materi pelajaran sesuai dengan yang direncanakan. Setiap awal dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD selalu dimulai dengan pengajaran yang mencakup pembukaan, pengembangan dan latihan terbimbing di keseluruhan pelajaran. 2) Belajar kelompok Menurut Robert Slavin (1994), kelompok terdiri dari 4-5 siswa yang bervariasi dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, dan etnis. Selama belajar kelompok, tugas anggota kelompok adalah menguasai materi yang diberikan guru dan membantu teman satu kelompok untuk menguasai materi tersebut. Siswa diberi lembar kegiatan yang dapat digunakan untuk melatih keterampilan yang sedang diajarkan untuk mengevaluasi diri mereka dan teman satu kelompok. Pada saat pertama kali menggunakan pembelajaran kooperatif, guru perlu mengamati kegiatan pembelajaran secara seksama. Guru juga perlu memberi bantuan dengan cara memperjelas perintah, mereview konsep, atau menjawab pertanyaan 3) Kuis Setelah 1 sampai 2 periode pengajaran dan 1 sampai 2 periode latihan tim, siswa mengikuti kuis secara individu. Kuis dikerjakan oleh siswa secara mandiri. Hal ini menunjukkan apa saja yang telah diperoleh siswa selama belajar dalam kelompok. Hasil kuis digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan disumbangkan dalam nilai perkembangan kelompok 4) Skor Perkembangan Setelah diberikan kuis, hasil kuis itu di skor dan tiap individu diberi skor perkembangan. Ide yang melatarbelakangi skor perkembangan ini adalah memberikan prestasi yang harus dicapai siswa jika ia bekerja keras dan mencapai hasil belajar yang lebih baik dari yang sebelumnya. Siapapun dapat memberi kontribusi skor maksimum dalam sistem skor ini, tetapi tidak siapapun bisa kecuali mereka yang bekerja dengan baik. Masing-masing siswa diberi skor dasar yang berasal dari rata-rata skor yang lalu pada kuis yang serupa. Siswa lalu mendapat poin untuk timnya berdasar pada kenaikan skor kuis mereka dari skor dasarnya. 11 5) Penghargaan Kelompok Tim mungkin mendapat sertifikat atau penghargaan lain jika rata-rata skor melebihi kriteria tertentu. 6) Penilaian dan Evaluasi Untuk STAD versi Slavin, guru merminta siswa menjawab kuis tentang bahan pembelajaran. Dalam banyak hal, butir-butir tes pada kuis ini harus merupakan suatu jenis tes obyektif paper-and-pencil , sehingga butir-butir itu dapat diskor di kelas atau segera setelah tes itu diberikan. Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Selain itu, dapat digunakan untuk memberikan pemahaman konsep materi yang sulit kepada siswa dimana materi tersebut telah dipersiapkan oleh guru melalui lembar kerja atau perangkat pembelajaran yang lain. 2.1.2.4 Pentingnya Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan Media Kongkrit dalam Pembelajaran IPA Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD mempunyai ciri-ciri: (1) Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai. (2) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Jika mungkin, anggota kelompok berasal dari suku atau agama yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender. (3) Penghargaan lebih menekankan pada kelompok dari pada masing-masing individu. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD sangat penting diterapkan dalam pembelajaran karena mempunyai manfaat yang baik bagi siswa, antara lain: meningkatkan pencurahan waktu pada tugas, rasa harga diri menjadi lebih tinggi, memperbaiki kehadiran, penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar, perilaku mengganggu menjadi lebih kecil, konflik antar pribadi berkurang, sikap apatis berkurang, motivasi lebih besar atau meningkat, hasil belajar lebih tinggi, meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi. Sehingga dengan banyaknya manfaat dari pembelajaran kooperatif tipe stad hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya serta mengembangkan keterampilan sosial. Maksud dan tujuan penggunaan media kongkrit dalam pembelajaran adalah untuk memberikan variasi, memberikan lebih banyak realitas dalam pembelajaran, sehingga 12 lebih terwujud, lebih terarah dan mempercepat tercapainya tujuan pembelajaran. Media kongkrit sebagai alat bantu dalam pembelajaran, secara garis besar bermanfaat untuk: menambah kegiatan belajar murid, menghemat waktu belajar (ekonomis), menjadikan hasil belajar lebih permanen, membantu para siswa yang ketinggalan dalam pelajarannya, membangkitkan minat perhatian (motivasi) dan aktivitas pada siswa, memberikan pemahaman yang lebih tepat dan jelas. 2.1.2.5 Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Menggunkan Media Kongkrit dalam Pembelajaran Menurut Robert Slavin (1994:12), Langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut.: a. Guru menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai. Guru dapat menggunakan berbagai pilihan dalam menyampaikan materi pembelajaran ini kepada siswa. Misal, antara lain dengan metode penemuan terbimbing atau metode ceramah. Langkah ini tidak harus dilakukan dalam satu kali pertemuan, tetapi dapat lebih dari satu. b. Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individu sehingga akan diperoleh nilai awal kemampuan siswa. c. Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4–5 anggota, dimana anggota kelompok mempunyai kemampuan akademik yang berbeda-beda (tinggi, sedang, dan rendah). Jika mungkin, anggota kelompok berasal dari budaya atau suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender. d. Guru memberikan tugas kepada kelompok berkaitan dengan materi yang telah diberikan, mendiskusikannya secara bersama-sama, saling membantu antar anggota lain, serta membahas jawaban tugas yang diberikan guru. Tujuan utamanya adalah memastikan bahwa setiap kelompok dapat menguasai konsep dan materi. Bahan tugas untuk kelompok dipersiapkan oleh guru agar kompetensi dasar yang diharapkan dapat dicapai. e. Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individu. f. Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari. 13 g. Guru memberi penghargaan kepada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari nilai awal ke nilai kuis berikutnya Langkah-langkah penggunaan media kongkrit dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD pada penelitian yang dilakukan antara lain: 1) Kegiatan awal a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. b. Mengomunikasikan kompetensi dasar yang akan dicapai. c. Memotivasi siswa. d. Menyajikan informasi kepada siswa. 2) Kegiatan Inti a. Mengelompokkan siswa. b. Guru memotivasi serta memfasilitasi kerja siswa untuk materi pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. c. Membahas lembar kerja kelompok siswa. d. Memberikan evaluasi/kuis hasil belajar tentang materi pembelajaran yang telah dilaksanakan secara individu. e. Bersama-sama siswa membuat rangkuman terhadap materi pembelajaran yang telah dilaksanakan. 3) Kegiatan akhir a. Guru memberi penghargaan kepada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari nilai awal ke nilai kuis berikutnya. 2.1.3 Pertumbuhan Hewan dan Tumbuhan Materi pertumbuhan makhluk hidup dalam penelitian ini meliputi pertumbuhan pada hewan dan pertumbuhan pada tumbuhan. Pertumbuhan ditandai dengan bertambah besarnya ukuran tubuh makhluk hidup. Tumbuh merupakan salah satu ciri makhluk hidup. Seperti halnya manusia, hewan dan tumbuhan juga membutuhkan makan dan minum untuk tumbuh. Pertumbuhan yang baik bila makan dan minum bergizi. 1) Pertumbuhan pada hewan Dari hari kehari tubuh hewan bertambah besar ini berarti hewan mengalami pertumbuhan. Ada beberapa pertumbuhan hewan antara lain: hewan yang beranak, bertelur dan bermetamorfosis. 14 Hewan beranak contohnya kambing. Anak kambing baru lahir menyusu pada induknya, tubuh anak kambing mula-mula kecil kemudian menjadi besar. Suaranya berubah diikuti ketebalan bulu pada tubuhnya,kambing dewasa tumbuh dari anak kambing, anak kambing tumbuh baik karena cukup gizi. Selanjutnya hewan bertelur, contohnya pertumbuhan pada ayam. Ayam berasal dari telur, saat baru menetas bulu anak ayam sangat lembut, setelah beberapa minggu bulu lembutnya berubah berganti dengan bulu-bulu lebih besar diikuti dengan berubahnya suara lebih besar, beberapa minngu kemudian ayam berubah menjadi ayam dewasa. Anak ayam tumbuh dengan baik karena cukup gizi. Pertumbuhan hewan yang bermetamorfosis contohnya adalah pertumbuhan kupu-kupu. Kupu-kupu berasal dari telur yang menetas menjadi ulat, ulat pemakan daun tumbuhanm ulat akan tumbuh menjadi kepompong, kepompong akan tubuh menjadi kupu-kupu. Daur hidup kupu-kupu disebut metamorfosis. 2) Pertumbuhan pada tumbuhan Pertumbuhan pada tumbuhan dikelompokkan menjadi dua yaitu: pertumbuhan tumbuhan tubuh dari biji dan dari batang. Pertumbuhan tumbuhan tumbuh dari biji yaitu biji dapat tumbuh menjadi tunas dan akar, tunas akan tumbuh menjadi batang dan daun, tumbuhan akan tumbuh menjadi tumbuhan besar. Pertumbuhan tumbuhan tumbuh dari batang yaitu batang tanaman akan tumbuh menjadi tunas, unas akan tumbuh menjadi batang dan daun, tumbuhan akan tumbuh menjadi tumbuhan besar. 2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian yang dilakukan dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran dengan menggunakan kongkrit dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD sudah pernah dilakukan, akan tetapi berbeda dengan penelitian yang penulis lakukan ini, diantaranya adalah: Rifnawati. D. (2006) dalam judulnya “Usaha meningkatkan hasil belajar pada soal cerita melalui pemanfaatan Media Kartu dengan pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada pokok bahasan operasi hitung pecahan pada siswa kelas V SD Sekaran 01 Semarang. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan hasil belajar pada siklus I diperoleh dari tes yang dilaksanakan dengan nilai rata – rata kelas adalah 5,83 dengan 15 ketuntasan klasikal 47,36 %. Berdasarkan hasil observasi terhadap aktivitas siswa pada siklus II diperoleh hasil belajar pada siklus I diperoleh nilai rata – rata kelas 8,3 dengan ketuntasan klasikal 87,5 %. 2.3 Kerangka Pikir Pembelajaran kooperatif merupakan pendekatan pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Ada empat unsur penting dalam strategi pembelajaran kooperatif, yaitu adanya peserta dalam kelompok, adanya aturan kelompok, adanya upaya belajar setiap anggota kelompok, dan adanya tujuan yang harus dicapai. Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Jika mungkin, anggota kelompok berasal dari suku atau agama yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender. Penghargaan lebih menekankan pada kelompok daripada masing-masing individu. Media kongkrit dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai salah satu sumber belajar ikut membantu guru memperkaya wawasan anak didik. Aneka macam bentuk dan jenis media kongkrit yang digunakan oleh guru menjadi sumber ilmu pengetahuan bagi anak didik. Dalam menerangkan suatu benda, guru dapat membawa bendanya secara langsung ke hadapan anak didik di kelas. Dengan menghadirkan bendanya seiring dengan penjelasan mengenai benda itu, maka benda itu dijadikan sebagai sumber belajar. Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya serta mengembangkan keterampilan sosial. Secara garis besar pembelajaran kooperatif sangat mempengaruhi terhadap peningkatan hasil belajar siswa terutama hasil belajar IPA siswa kelas II SD Negeri 12 Purwodadi. 16 Kondisi Awal Guru : pembelajaran yang dilakukan guru hanya berceramah Siswa : sering lupa pada materi yang sudah diajarkan Hasil belajar siswa rendah TINDAKAN Guru : menggunakan media kongkrit dalam pembelajaran kooperatif tipe stad SIKLUS 1 Telur, anak ayam-ayam dewasa sebagai media dalam pembelajaran kooperatif tipe stad pada materi pertumbuhan hewan SIKLUS 2 Biji, ale-pohon sebagai media dalam pembelajaran kooperatif tipe stad pada materi pertumbuhan tumbuhan Kondisi Akhir Diduga hasil belajar IPA siswa kelas II meningkat Gambar. 1 Skema Kerangka Pikir 2.4 Hipotesis Tindakan Berdasarkan uraian dari kerangka teoritis diatas maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan: penerapan pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan menggunakan media kongkrit diduga dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas II SD Negeri 12 Purwodadi Semester 1 Tahun Pelajaran 2011/2012.