APLIKASI TINDAKAN METODE KASA KERING TERHADAP

advertisement
APLIKASI TINDAKAN METODE KASA KERING TERHADAP
PELEPASAN TALI PUSAT PADA ASUHAN KEPERAWATAN
By. Ny. L DI RUANG DAHLIA RSUD
KARANGANYAR
Disusun Oleh :
ARIS LAKSITO
NIM : P 12 071
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015
APLIKASI TINDAKAN METODE KASA KERING TERHADAP
PELEPASAN TALI PUSAT PADA ASUHAN KEPERAWATAN
By. Ny. L DI RUANG DAHLIA RSUD
KARANGANYAR
Karya Tulis Ilmiah
Diajukan
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program DIII Keperawatan
Disusun Oleh :
ARIS LAKSITO
NIM : P 12 071
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015
i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya bertanda tangan di bawah ini :
Nama
: ARIS LAKSITO
NIM
: P.12 071
Program Studi : DIII Keperawatan
Judul KTI
: APLIKASI TINDAKAN METODE KASA KERING
TERHADAP PELEPASAN TALI PUSAT PADA ASUHAN
KEPERAWATAN By. Ny. L DI RUANG DAHLIA RSUD
KARANGANYAR
Menyatakan dengan sebenar–benarnya bahwa laporan karya tulis ilmiah
yang saya tulis ini benar–benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan
pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan
atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa laporan penelitian ini
adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut
sesuai dengan ketentuan akademik yang berlaku.
Surakarta, 23 Mei 2015
Yang Membuat Pernyataan
Aris Laksito
NIM. P.12 071
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :
Nama
: ARIS LAKSITO
NIM
: P.12 071
Program Studi
: DIII Keperawatan
Judul KTI
: APLIKASI TINDAKAN METODE KASA KERING
TERHADAP
PELEPASAN
TALI
PUSAT
PADA
ASUHAN KEPERAWATAN By. Ny. L DI RUANG
DAHLIA RSUD KARANGANYAR
Telah disetujui untuk diujikan di hadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah.
Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Di tetapkan di
: Surakarta
Hari/ Tanggal
:
Pembimbing : Meri Oktariani S.Kep., Ns., M.Kep
NIK. 200981037
iii
( ....................................... )
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :
Nama
: Aris Laksito
NIM
: P.12 071
Program Studi
: Diploma III Keperawatan
Judul Karya Tulis Ilmiah : APLIKASI TINDAKAN METODE KASA KERING
TERHADAP PELEPASAN TALI PUSAT PADA
ASUHAN KEPERAWATAN By. Ny. L DI RUANG
DAHLIA RSUD KARANGANYAR
Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Ditetapkan
: Surakarta
Hari / Tanggal : …………………..
DEWAN PENGUJI
Pembimbing : Meri Oktariani, S.Kep., Ns., M.Kep.
NIK. 200981037
( ..................... )
Penguji I
: Happy Indri Hapsari, S.Kep., Ns., M.Kep.
NIK. 201284113
( ..................... )
Penguji II
: Noor Fitriyani, S.Kep., Ns.
NIK. 201187805
( ..................... )
Mengetahui,
Ketua Program Studi DIII Keperawatan
STIKes Kusuma Husada Surakarta
Atiek Murharyati, S.Kep., Ns., M.Kep
NIK. 200680021
iv
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul : “APLIKASI TINDAKAN METODE KASA
KERING TERHADAP
PELEPASAN TALI PUSAT PADA ASUHAN
KEPERAWATAN By. Ny. L DI RUANG DAHLIA RSUD KARANGANYAR”.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini Penulis menyadari bahwa tanpa
bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1.
Ibu Dra. Agnes Sri Harti,M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada
Surakarta
2.
Ibu Atiek Murharyati, S.,Ns.,M.Kep., selaku Ketua Program studi D III
Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3.
Ibu Meri Oktariani, S.Kep.,Ns.,M.Kep., selaku Sekretaris Program Studi D III
Keperawatan dan selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan
bimbingan dan arahan serta memberikan masukan dengan cermat dan
perasaan yang nyaman dalam bimbingan, sehingga membantu penulis dalam
penyusun dan menyelesaikan karya tulis ilmiah ini..
4.
Seluruh dosen dan staff Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada
Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan. Terima kasih atas segala
kasih sayang selama ini, selalu memberikan semangat, do’a, pengorbanan,
bimbingan serta bantuan material dan spiritual, sehingga putramu ini mampu
menyelesaikan tugas akhir ini.
5.
RSUD Karanganyar yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan
pengelolaan kasus.
6.
Kedua orang tuaku yang terhormat, saya haturkan beribu-ribu Terima kasih
atas segala kasih sayang selama ini, selalu memberikan semangat, do’a,
pengorbanan, bimbingan serta bantuan material dan spiritual, sehingga
putramu ini mampu menyelesaikan tugas akhir ini.
v
7.
Teman-teman mahasiswa prodi D III Keperawatan Stikes Kusuma Husada
Surakarta dan semua pihak yang terkait didalamnya yang tidak bisa penulis
sebutkan satu per satu, yang telah membantu dalam menyusun studi kasus ini.
Semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat untuk perkembangan ilmu
keperawatan dan kesehata. Amin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Surakarta, 23 Mei 2015
Penulis,
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................
i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................
ii
LEMBAR PERSETUJUAN .....................................................................
iii
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................
iv
KATA PENGANTAR ...............................................................................
v
DAFTAR ISI ..............................................................................................
vii
DAFTAR TABEL .....................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR .................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
xi
BAB I
BAB II
BAB III
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................
1
B. Tujuan Penulisan ................................................................
3
C. Manfaat Penulisan ..............................................................
4
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori ....................................................................
6
B. Konsep Asuhan Keperawatan ............................................
16
C. Kerangka Teori ..................................................................
28
D. Kerangka Konsep ...............................................................
29
METODOLOGI
A. Subjek Aplikasi Riset .........................................................
30
B. Tempat dan Waktu .............................................................
30
C. Alat dan Bahan ...................................................................
30
D. Prosedur Tindakan..............................................................
32
E. Alat Ukur Evaluasi dari Aplikasi Tindakan
Berdasarkan Riset ...............................................................
vii
33
BAB IV
BAB V
BABVI
LAPORAN KASUS
A. Pengkajian ..........................................................................
34
B. Pengkajian Fisik Neonatus .................................................
35
C. Riwayat Sosial ....................................................................
36
D. Riwayat Anak Lain.............................................................
38
E. Terapi .................................................................................
38
F. Perumusan Masalah............................................................
38
G. Prioritas Diagnosa Keperawatan ........................................
39
H. Intervensi Keperawatan ......................................................
39
I. Implementasi Keperawatan ................................................
40
J. Evaluasi Keperawatan ........................................................
42
PEMBAHASAN
A. Pengkajian ..........................................................................
43
B. Diagnosa Keperawatan .......................................................
47
C. Intervensi Keperawatan ......................................................
48
D. Implementasi ......................................................................
50
E. Evaluasi ..............................................................................
53
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .......................................................................
55
B. Saran ..................................................................................
56
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
1.
Tabel 3.1 Prosedur Tindakan ....................................................................
32
2.
Tabel 3.2 Alat Ukur .................................................................................
33
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1.
Gambar 2.1
Pathway ............................................................................
10
2.
Gambar 2.2
Kerangka Teori .................................................................
28
3.
Gambar 2.3
Kerangka Konsep .............................................................
29
4.
Gambar 4.1
Genogram ..........................................................................
36
x
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1 : Log Book
2. Lampiran 2 : Format Pendelegasian
3. Lampiran 3 : Asuhan Keperawatan
4. Lampiran 4 : Lembar Konsultasi KTI
5. Lampiran 5 : Lembar Observasi
6. Lampiran 6 : Usulan Judul Aplikasi Jurnal
7. Lampiran 7 : Daftar Riwayat Hidup
8. Lampiran 8 : Jurnal KTI
9. Lampiran 9 : Surat Pernyataan
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir selama satu jam pertama
kelahiran (Saifuddin, 2002). Bayi baru lahir adalah bayi dari lahir sampai usia
28 hari, lahirnya biasanya dengan usia gestasi 38-42 minggu (Donna, 2013).
Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500 sampai 4000 gram,
cukup bulan lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan congenital
(cacat bawaan) yang berat (Kosim, 2007).
Menurut WHO (2008), angka kelahiran di dunia terhitung ada
130.000.000 kelahiran
setiap tahunnya, sedangkan angka kelahiran di
indonesia terdapat 4.372.600 jiwa (Kemenkes, 2011). Angka kelahiran di
jawa tengah terdapat 1.311.399 jiwa (BPS jawa tengah, 2012). Hasil studi
pendahuluan angka kelahiran di rumah sakit umum daerah karanganyar
tercatat ada 680 jiwa setiap tahunnya (Rekam medis RSUD Karanganyar,
2015).
Bayi baru lahir sangat rentan terkena infeksi, maka dari itu bayi baru
lahir harus diberikan perawatan khusus dan salah satunya adalah perawatan
tali pusat sampai tali pusat lepas. Tali pusat adalah saluran vascular yang
menghubungkan embrio atau fetus dengan plasenta. Insersi pada tali pusat
biasanya terjadi dibagian tengah, sedikit kebagian samping, tepi plasenta atau
pada
selaput
janin
(Eastman
&
1
Hellman,
2006).
Perawatan
tali
2
pusat merupakan tindakan keperawatan yang bertujuan merawat tali pusat
pada bayi baru lahir agar tetap kering dan mencegah terjadinya infeksi
(Aziz,2009:59).
Menurut Saifuddin (2002). Tujuan merawat tali pusat adalah untuk
mencegah terjadinya penyakit tetanus pada bayi baru lahir,sehingga tali pusat
tetap bersih, kuman-kuman tidak masuk sehingga tidak terjadi infeksi pada
tali pusat bayi. Penyakit tetanus ini disebabkan oleh Clostridium tetani yaitu
kuman yang mengeluarkan toksin (racun), yang masuk melalui luka tali pusat
karena perawatan atau tindakan yang kurang bersih.
Rerata waktu pelepasan tali pusat menggunakan kasa kering yaitu
131 jam 27 menit, rerata waktu pelepasan tali pusat menggunakan kasa
alkohol 70% yaitu 174 jam 43 menit, rerata waktu pelepasan tali pusat
menggunakan kasa povidon-iodine 10% yaitu 138 jam 25 menit, dengan
demikian rerata waktu pelepasan tali pusat tercepat adalah menggunakan
metode kasa kering. Metode kasa kering rata-rata di gunakan di rumah
sakit sebagai metode yang utama dalam perawatan tali pusat utuk
mempercepat puputnya tali pusat dan mecegah terjadinya resiko infeksi
(Zuniati dkk, 2009).
Salah satu jenis infeksi yang sering terjadi pada neonatus dan
menyebabkan mortalitas yang tinggi adalah tetanus neonatorum. Penyakit ini
disebabkan oleh spora clostridiumtetani yang masuk melalui luka tali pusat.
Hal tersebut terjadi karena prawatan yang tidak sesuai, misalnya pemotongan
tali pusat yang tidak seteril (Hassan & Alatas). untuk menghindari infeksi
3
pada tali pusat penulis menggunakan metode kasa kering untuk perawatan tali
pusat.
Perawatan tali pusat dengan menggunakan metode kasa kering
adalah tali pusat dibersihkan dan dirawat serta dibalut kasa kering, tali pusat
dijaga agar bersih dan kering tidak terjadi infeksi sampai tali pusat kering dan
lepas (Depkes RI, 2005).
hasil pengkajian pada By Ny.L yaitu nilai APGAR skor 6,7,8,
dengan usia gestasi 36 minggu, berat badan 2600 gram, panjang badan 52 cm,
tanda-tanda vital suhu 35,2ºC, respirasi 46x/menit, heart rate 124x/menit,
aspirasi mekonium hitam lembek, lilitan tali pusat baik, tali pusat basah dan
berwarna putih kebiruan.
Berdasarkan
latar
belakang
diatas,
maka
penulis
tertarik
mengaplikasikan tindakan Metode perawatan tali pusat menggunakan kasa
kering sebagai hasil riset dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.
Berdasarkan penelitian dalam jurnal yang telah dilakukan dapat diambil
kesimpulan bahwa lama waktu pelepasan tali pusat menggunakan metode
kasa kering yaitu 131 jam 19 menit.
B. Tujuan Penulisan
1.
Tujuan Umum
Mengaplikasikan tindakan metode kassa kering terhadap pelepasan tali
pusat pada asuhan keperawatan By Ny.L di ruang Dahlia RSUD
Karanganyar.
4
2.
Tujuan Khsus
a.
Penulis mampu melakukan pengkajian keperawatan pada By Ny.L
b.
Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada By Ny.L
c.
Penulis mampu menyusun intervensi keperawatan pada By Ny.L
d.
Penulis mampu melakukan implementasi keperawatan pada By Ny.L
e.
Penulis mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien By
Ny.L
f.
Penulis mampu menganalisa hasil aplikasi metode kasa kering
terhadap waktu pelepasan tali pusat pada By. Ny L
C. Manfaat Penulis
1.
Bagi Penulis
Memperoleh pengetahuan dan ketrampilan mengenai tindakan pemberian
metode kassa kering terhadap pelepasan tali pusat.
2.
Bagi Profesi
Sebagai sumbangan teoritis maupun aplikatif bagi profesi keperawatan
mengenai tindakan metode kassa kering terhadap pelepasan tali pusat
dengan pasien bayi baru lahir.
3.
Bagi Institusi dan Instansi
a.
Rumah Sakit
Hasil studi kasus ini dapat di manfaatkan sebagai tambahan masukan
mengenai tindakan pemberian metode kasa kering terhadap
pelepasan tali pusat dengan bayi baru lahir pada kasus yang diteliti.
5
b.
Pendidikan
Sebagai sumbangan pengetahuan dan referensi tentang asuhan
keperawatan mengenai tindakan metode kasa kering terhadap
pelepasan tali pusat pada pasien bayi baru lahir dan mungkin bisa
menjadi salah satu rujukan bagi penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN TEORI
1.
Bayi Baru Lahir
a.
Definisi
Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir dalam presentasi
belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia
kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu dengan berat
badan 2500-4000 gram, nilai apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan
(Padila, 2014).
b.
Klasifikasi bayi baru lahir
Menurut Wahyuni (2012), klasifikasi bayi baru lahir yaitu :
1). Bayi berat lahir rendah, bila berat lahir kurang dari 2500 gram
2). Berat lahir cukup, bila berat lahir 2500 sampai 4000 gram.
3). Berat lahir lebih, bila berat lahir 4000 gram atau lebih.
Ciri-ciri bayi normal
(a) Berat badan 2500-4000 gram
(b) Panjang badan lahir 48-52 cm
(c) Lingkar dada 30-38 cm
(d) Lingakar kepala 33-35 cm
(e) Bunyi jantung pada menit pertama kura-kira 180 denyut/menit,
kemudian menurun sampai 120-140 denyut/menit
6
7
(f) Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan
cukup terbentuk dan diliputi verniks kaseosa
(g) Rambut lanugo tidak terlihat lagi, rambut kepala biasanya telah
sempurna
(h) Kuku telah agak panjang dan lunak
(i) Genetalia : labia mayora sudah menutupi labia minora (pada
perempuan) testis sudah turun (pada laki-laki)
(j) Refleks isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
(k) Refleks
moro
sudah
baik,
bayi
ketika
terkejut
akan
memperlihatkan gerakan tangan seperti memeluk
(l) Eliminasi baik, urine dan mikonium akan keluar dalam 48 jam
pertama, mekonium berwarna hitam kecoklatan.
c.
Etiologi
Adaptasi bayi baru lahir kekehidupan ekstrauteri adalah
peristiwa fisiologis normal dan bukan penyakit, sehingga faktor
risiko sangat tepat untuk bayi yang beresiko tinggi. Faktor yang
meningkatkan risiko terjadi masalah pada bayi baru lahir normal
meliputi pemajanan lingkungan dingin, persalinan yang lama,
kelahiran sesar, dan pemajanan terhadap pengobatan tertentu selama
persalinan. Risiko tinggi juga berlaku pada kondisi bayi seperti
asfiksia lahir, trauma lahir, dan bayi besar atau kecil masa kehamilan
(Green J & Wilkinson J, 2012).
8
d.
Tanda dan gejala bayi baru lahir
Bayi baru lahir normal seharusnya tidak memiliki gejala
masalah. Berikut ini adalah beberapa temuan pengkajian normal
yang penting (Green J & Wilkinson J, 2012) :
1) Berat Badan
a) 2500 hingga 4000 gram.
b) Penurunan berat badan awal sebesar 5% hingga10% dari
berat badan lahir pada 3 hingga 5 hari pertama kehidupan.
2) Jantung
a) Titik impuls maksimum harus berada digaris midklavikula
kiri pada ruang interkosta kelima.
b) Frekuensi jantung apikal, 120 hingga 160 kali/menit (dapat
berkisar dari yang terendah 100 kali/menit selama tidur
hingga yang tertinggi 180 kali/menit ketika menangis).
c) Murmur lazim ditemukan selama beberapa jam pertama saat
foramen ovale menutup.
3) Pernafasan
a) Frekuensi, 30 hingga 60 kali/menit, dangkal dan tidak
teratur dengan periode apnea 5 hingga 10 detik.
b) Akrosianosis cenderung timbul, tidak berkaitan dengan
fungsi pernapasan, dan merupakan temuan normal selama
transisi kesirkulasi ekstrauteri.
9
c) Selama satujam pertama setelah kelahiran, krekels dapat
diauskultasi
ketika
cairan
sedang
dikeluarkan
atau
diabsorbsi.
4) Suhu
Suhu aksila 36,5°C hingga 37,2°C.
e.
Patofisiologi
Bayi
baru
lahir
harus
segera
beradaptasi
dengan
lingkungannya, adaptasi bayi baru lahir kekehidupan ekstra uterin
adalah peristiwa fisiologis normal dan bukan penyakit, sehingga
faktor resiko sangat tepat untuk bayi yang beresiko tinggi, meskipun
demikian faktor yang meningkatkan resiko terjadinya masalah pada
bayi baru lahir normal meliputi pemejanan terhadap lingkungan
dingin, persalinan yang lama, kelahiran sesar dan pemejanan
terhadap pengobatan tertentu selama persalinan. Penyakit maternal
yang utama seperti infeksi, diabetes, atau hipertensi akan
menempatkan bayi dalam kategori ‘‘resiko tinggi“, bukan ‘‘normal“.
Resiko tinggi juga berlaku pada bayi, seperti asfiksia lahir, trauma
lahir dan bayi besar atau kecil masa kehamilan Green & Wilkinson
(2012).
10
Pathway
Bayi Baru Lahir
Perubahan Fisiologis
Sistem Respirasi
S. Gastrointestinal
Termoregulasi
Pemotongan
Hipoksia, Tekanan
Rongga Dada
Asam Lambung
Adaptasi Hangat
Ke Dingain
Tali Pusat
Kolik
Merangsang Saraf
Pernafasan
Distres Antara
Waktu Makan
Aktivitas Otot
Port de
Entry Bacteri
Menangis
Resiko Infeksi
Pengeluaran
Cairan Paru
Ketidakefektifan
Bersihan Jalan
Nafas
ResikoNutrisi
Kurang Dari
Kebutuhan Tubuh
Gambar 2.1
(Wong, 2009)
Hipotermi
11
f.
Komplikasi
Kompli kasi yang timbul pada bayi baru lahir menurut (Green J &
Wilkinson J, 2012) :
1) Hipoglikemia
2) Hiperbilirubinemia
3) Infeksi
4) Ketidak efektifan termogulasi
5) Gawat nafas
6) Risiko cidera
g.
Penatalaksanaan medis
Penata laksanaan menurut Green J & Wilkinson J 2012) :
1) Pemantauan glukosa darah.
2) Salep mata eritomisin atau tetrasiklin yang diberikan dalam 2
jam pertama.
3) Vaksin hepatitis B via dalam 12 jam kelahiran.
4) Sirkumsisi atau asuhan tindak lanjut dengan izin orang tua.
5) Skrining metabolisme
6) Skrining pendengaran.
h.
Data penunjang
Pemeriksaan ini dilakukan pada bayi normal, bukan risiko tinggi
(Green J & Wilkinson J, 2012)
12
1) Darah tali pusat untuk golongan darah (A,B,AB,O), faktor Rh
(negatif atau positif), dan rapid plasma reagin untuk memeriksa
sifilis kongenital.
2) Uji coombs langsung (pada darah tali pusat).
3) Hemoglobin (Hb : 14 hingga 24 g/dl) dan hematokrit (Ht : 44%
hingga 64%).
4) Bilirubin langsung bila diindikasikan (0 hingga 1 mg/dl)
5) Skrining untuk fenilketonuria.
i.
Pengkajian fisik bayi baru lahir
Pengkajian fisik bayi baru lahir menurut wong, (2009) :
1) Ukuran umum
Lingkar kepala 33-35 cm, sekitar 2-3 cm lebih panjang dari
lingkar dada akan tetapi molding setelah lahir dapat mengubah
lingkar kepala, lingakar kepala dan dada bisa sama selama 1-2
hari pertama setelah lahir.
2) Tanda vital
a) Suhu tubuh batas normal 36,5°-37°C. Menangis bisa sedikit
meningkatkan suhu tubuh dan pemanas radiasi akan
meningkatkan semua suhu aksilar.
b) Denyut jantung apikal 120-140x/menit, selama periode
pertama reaktivitas dalam 6-8 jam, kecepatan dapat
mencapai 180x/menit.
13
c) Respirasi
normal
30-60x/menit.
meningkatkan respirasi
Menangis
akan
dan tidur akan menurunkan
respirasi.
d) Tekanan darah Osilometrik 65/41 mmhg pada bagian
lengan dan betis. Pemasangan manset di bagian paha akan
membuat bayi gaduh dan tekanan darah akan meningkat
lebih tinggi dari pada pemasangan manset pada bagian
lengan.
3) Penampilan umum
Postur tubuh untuk kepala fleksi, ekstremitas fleksi.
4) Kulit bayi
Bayi saat lahir kulit merah menyala, empuk dan lembut,
lanugo, terdapat edema sekitar mata, wajah, tungkai, punggung
tangan, kaki, dan skrotum atau labia.
5) Kepala
Fontanela anterior berbentuk berlian ukurannya 2,5-4 cm,
sedangkan fontanela posterior berbentuk segitiga dan ukurannya
0-5,1 cm. Fotanela harusnya datar, lunak dan liat. Bagian
terlebar fontanela diukur dari tulang tidak dari sutura ke sutura.
6) Mata
Kelopak mata biasanya edema, warna abu-abu sabak, biru gelap,
coklat. Tidak terdapat air mata, terdapat refleks merah. Refleks
kornea sebagai rangsang sentuhan dan sedangkan refleks
mengedip sebagai respon terhadap cahaya atau sentuhan.
14
7) Telinga
Puncak pina pada garis horizontal dengan kantus lateral mata,
refleks terkejut pada mata akan terlihat jika dibangkitkan oleh
suara keras atau mendadak. Pina fleksibel dan terdapat kartilago.
8) Hidung
Tidak cuping hidung dan cairan mukus putih cair saat bersin.
9) Mulut dan tenggorokan
Langit-langit mulut melengkung tajam dan utuh, uvula terdapat
pada garis tengah, reflek menghisap kuat dan terkoordinasi, ada
reflek rooting.
10) Leher
Leher pendek, gemuk, biasanya dislimuti lipatan kulit dan reflek
leher tonik.
11) Dada
Diameter anteroposterior sama dengan lateral, sedikit retraksi
sternal jelas terlihat saat inspirasi, prosesus xifoidesus jelas, dan
terjadi pembesaran payudara.
12) Paru
Respirasi paru terutama abdominal, reflek batuk tidak ada pada
saat lair dan muncul pada hari 1-2, suara nafas bronkhial sama
dengan bilateral.
13) Jantung
Terdengar sinus kedua lebih tajam dan tinggi nadanya dari sinus
pertama.
15
14) Abdomen
Abdomen berbentuk silindris, hati teraba dengan kedalaman 2-3
cm dibawah kosta kanan, limpa ujung teraba pada akhir minggu
pertama, ginjal teraba dengan kedalaman 1-2 cm diatas
umbilikus, tali pusat berwarna putih kebiruan saat lahir dengan
dua arteri dan satu vena, denyut femoral dan bilateral sama.
15) Genetalia femila
Labia dan klirotis biasanya edema, meatus uretra berada
dibelakang klirotis, verniks kaseosa berada diantara labia dan
berkemih selama 24 jam.
16) Genetalia maskulina
Lubang uretra terdapat pada ujung glans penis, testis teraba
dalam setiap skrotum biasanya besar dan edema.
17) Punggung dan rektum
Tulang belakang utuh, tidak ada lubang, massa atau lengkungan
yang menonjol. Lubang anus paten dan keluar mekonium dalam
48 jam.
18) Ekstremitas
Sepuluh jari tangan dan kaki kisaran dapat gerak penuh, dasar
kuku merah jambu, dengan sianosis transien segera setelah lahir.
Terdapat garis-garis pertiga anterior ditelapak kaki, telapak kaki
biasanya datar, ekstremitas simetris.
16
19) Sisterm neuromuskular
Ekstremitas biasanya tetap mempertahankan beberapa derajat
fleksi, ekstensi ekstremitas
diikuti posisi fleksi sebelumnya,
bayi mampu menolehkan kepala dari samping ke samping ketika
tengkurap dan mampu mempertahankan kepala satu garis
horizontal dengan punggung saat digendong tengkurap.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
Asuhan
keperawatan
keperawatan
profesional
adalah
kepada
klien
merupakan
dengan
bentuk
metodologi
layanan
proses
keperawatan. Asuhan keperawatan diberikan untuk memenuhi kebutuhan
hidup dasar klien pada semua tingkat usia dan tingkatan fokus
(Asmadi, 2008).
1.
Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses
keperawatan. Pengkajian merupakan tahap yang paling menentukan bagi
tahap berikutnya. Kemampuan mengidentifikasi masalah keperawatan
yang terjadi pada tahap ini akan menentukan diagnosis keperawatan
(Rohmah & Walid, 2012)
2.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik mengenai
respon
individu,
keluarga
dan
komunitas
terhadap
masalah
kesehatan/proses kehidupan yang aktual atau potensial yang merupakan
17
dasar untuk memilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil
yang merupakan yanggung jawab perawat (Dermawan, 2012).
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada asuhan keperawatan
bayi baru lahir menurut Wong, (2009) :
a.
Ketidakefektifan pembersihan jalan nafas berhubungan dengan
mukus yang berlebih.
b.
Hipotermi berhubungan dengan perubahan suhu tubuh.
c.
Risiko
infeksi
berhubungan
dengan
defisiensi
pertahanan
imunologis.
d.
3.
Risiko gangguan nutrisi berhubungan dengan imaturitas.
Perencanaan
Perencanaan adalah suatu proses di dalam pemecahan masalah
yang merupakan keputusan awal tentang sesuatu apa yang akan
dilakukan, bagaimana melakukan, kapan dilakukan dansiapa yang
melakukan dari semua tindakan keperawatan (Dermawan, 2012).
a.
Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan mukus yang
berlebih.
Tujuan : Pasien mepertahankan potensi jalan nafas
Kriteria evaluasi
1). jalan nafas tetap paten,
2). nafas teratur dan mudah,
3). Respirasi dalam batas normal.
Intervensi
18
1). Lakukan pengisapan mulut dan nasofaring menggunakan
saction.
Rasional : untuk memungkinkan reoksigenasi
2). Posisikan bayi ke samping kanan setelah disusui
Rasional : untuk mencegah aspirasi
3). Posisikan bayi terlentang selama tidur,
Rasional : untuk mengurangi resiko sindrom kematian bayi
mendadak
4). Persihkan lubang hidung dari sekresi yang berkerak,
Rasional : untuk memungkinkan ekspansi paru secara rasional
b.
Hipotermi berhubungan dengan perubahan suhu tubuh.
Tujuan : pasien akan mempertahankan suhu tubuh yang setabil.
Kriteria evaluasi
1). Suhu tubuh bayi tetap pada tingkat optimal (36,5 sampai 37,5ºC)
Intervensi
1) Bungkus bayi dengan selimut hangat
Rasional
: untuk menjaga kesetabilan suhu tubuh bayi
2) Tutup kepala bayi dengan penutup kepala apabila kehilangan
panas
Rasional
: karena permukaan kepala yang luas memudahkan
kehilangan panas
3) Letakkan bayi dalam kotak yang dindingnya cukup tinggi
Rasional
: agar terlindungi dari ventilasi silang
19
4) Letakkan bayi dalam lingkungan yang telah dipanaskan
sebelumnya
Rasional
c.
Risiko
: untuk mempertahankan suhu tubuh bayi
infeksi
berhubungan
dengan
defisiensi
pertahanan
imunologis.
Tujuan : Pasien tidak akan memperlihatkan tanda-tanda infeksi
Kriteria evaluasi
1). Pasien tidak akan memperlihatkan tanda-tanda infeksi
2). Mata tetap jernih tanpa ada iritasi
3). Tali pusat tampak kering, daerah sekitarnya bebas dari infeksi
Intervensi
1) Cuci tangan sebelum dan setelah melakukan asuhan kepada bayi
Rasional : agar terhindar dari infeksi kuman/bakteri
2) Jagalah keadaan asepsis selama siskumsisi
Rasional : untuk mengurangi resiko infeksi
3) Jagalah puntung umbilikus tetap bersih dan kering
Rasional : untuk mengurangi resiko infeksi
4) Oleskan anti bakterial atau alkohol pada tali pusat
Rasional : untuk menjaga kebersihan tali pusat
d.
Risiko gangguan nutrisi berhubungan dengan imaturitas.
Tujuan : pasien akan memperoleh nutrisi optimal
Kriteria evaluasi
1). bayi memperlihatkan isapan yang kuat
20
2). bayi tidak memuntahkan makanan
3). bayi tidak kehilangan lebih dari 10% berat badan lahir
Intervensi
1) kaji kekuatan menghisap dan menelan
rasional : untuk mengidentifikasi kemungkinan masalah yang
mempengaruhi pemberian makanan
2) persiapkan permintaan ASI untuk bayi
rasional : untuk mempertahankan terjaganya nutrisi pada bayi
3) hindari pemberian air/ makanan suplemen rutin bagi bayi yang
mendapat ASI karena dapat mengurangi keinginan
rasional : agar tidak menyebabkan bayi tidak menyengani
puting.
2.
Tali pusat
a.
Definisi
Tali Pusat adalah saluran vaskuler yang menghubungkan
embrio atau fetus dengan plasenta. Insersi tali pusat pada plasenta
biasanya terjadi dibagian tengah, asedikit kebagian samping, tepi
plasenta atau pada selaput janin (Eastman & Hellman, 2006).
1) Pengertian perawatan tali pusat
Perawatan tali pusat adalah suatu usaha untuk mencegah
terjadinya infeksi neonatorum yang terjadi pada bayi pada
kehidupan pertama setelah kelahiran. Perawatan tali pusat pada
saat kelahiran dan setelah kelahiran dianggap suatu usaha yang
21
efektif untuk mencegah terjadinya infeksi tali pusat dan tetanus
neonatorium. Perawatan tali pusat dilakukan dengan teknik
aseptik, dengan demikian tali pusat tidak terkontaminasi. Saat
persalinan, tangan harus dicuci dengan sabun dan air bersih
sebelum persalinan dan sekali lagi pada saat sebelum memotong
dan mengikat tali pusat, bayi baru lahir diletakkan ditempat
yang bersih perut ibu dan tali pusat harus dipotong dengan alat
yang steril (Zuniati dkk, 2009).
2) Manfaat perawatan tali pusat
Perawatan tali pusat dengan kasa kering steril adalah
Tali pusat dibersihkan dan dirawat serta dibalut kassa steril , tali
pusat dijaga agar bersih dan kering tidak terjadi infeksi sampai
tali pusat kering dan lepas (Depkes RI, 1996).
3) Fungsi tali pusat
Tali pusat memiliki peran penting dalam pertumbuhan
dan perkembangan janin. Melalui tali pusat inilah makanan,
oksigen, serta nutriusi lain yang dibutuhkan oleh bayi disalurkan
dari peredaran darah sang ibu. Tali pusat hanya berperan selama
proses kehamilan. Ketika bayi sudah dilahirkan maka tali pusat
sudah tidak dibutuhkan lagi. Itu sebabnya tindakan yang paling
penting sering dilakukan adalah memotong dan mengikat tali
pusat hingga akhirnya beberapa hari setelah itu tali pusat akan
22
mongering dan lepas dengan sendirinya (Riksani, 2012).
Kelainan Pada Tali Pusat
4) Kelainan insersi tali pusat
Pada
umumnya
tali
pusat
berinsersi
dibagian
tengah/sentral atau pra sentral atau agak ketengah pada
permukaan plasenta. Dimana tali pusat berinsersi/tertanam
dibagian marginal disebut plasenta battledore. Kelainan ini
dapat menyebabkan perdarahan selama kehamilan yang
menyerupai perdarahan yang terjadi pada plasenta previae.
Disamping itu, sering menyebabkan persalinan kurang bulan.
Ada kalanya tali pusat tidak tertanam pada jaringan plasenta
melainkan pada selaput ketuban. Sehingga pembuluh darah pada
tali pusat berjalan diantara cairan ketuban dan koron menuju
plasenta. Kelainan ini disebut dengan insersi velamentosa. Jika
pembuluh darah berjalan melalui pembukaan serviks disebut
vasa previa. Sangat berbahaya bagi janin karena bila ketuban
pecah pada permulaan persalinan, pembuluh darah dapat ikut
robek, sehingga terjadi perdarahan intrapartum/dalam proses
persalinan. Keadaan bayi bisa menjadi buruk karena kehilangan
darah/kesulitan
bernafas
(asfiksia)
sebagai
akibat
dari
penekanan pembuluh darah velamentosa. Perdarahan vasa
previa sering dianggap sebagai plasenta previa atau solution
plasenta (plasenta yang terlepas dari dinding rahim). Angka
23
kematian janin akibat vasa previa mencapai 60%. Tindakan
yang harus dilakukan adalah segera menyelesaikan proses
persalinan dengan jalan oprasi Caesar (Riksani, 2012).
b. Metode kasa kering
1) Perawatan tali pusat menggunakan kasa kering adalah perawatan
tali pusat yang dilakukan dengan cara sederhana tali pusat
dibiarkan dalam keadaan terkena udara dan hanya ditutupi kasa
kering sehingga memungkinkan untuk mempercepat proses
pelepasan tali pusat (Saifudin, 1999).
2) Rerata Waktu Pelepasan Tali Pusat Menggunakan Kasa Kering
yaitu dapat dilihat dari 20 bayi yang menggunakan kasa kering
dalam perawatan tali pusat ternyata waktu pelepasan tali pusat
tercepat memerlukan waktu 70 jam 40 menit, terlama
memerlukan waktu 242 jam dan waktu rata-rata pelepasan tali
pusat 131 jam 19 menit (Zuniati, 2009).
3) Faktor yang mempengaruhi dalam pencegahan infeksi pada tali
pusat adalah teknik aseptik pada saat persalinan, rawat gabung,
dan menyusui. WHO merekomendasikan persalinan yang
aseptik, pemotongan tali pusat dengan instrumen yang steril,
menjaga kebersihan dan kekeringan tali pusat dan daerah sekitar
tali pusat sampai tali pusat lepas. Tanda dan gejala terjadinya
infeksi lokal pada tali pusat adalah eritema, kemerahan, oedema,
dan tenderness serta munculnya cairan purulen yang berbau
24
menyengat
dan
adanya
perdarahan
pada
tali
pusat
(Mullany et al, 2003).
Tali pusat juga tidak boleh ditutup rapat dengan apapun ,
karena akan membuatnya menjadi lembab. Selain memperlambat
puputnya tali pusat, juga menimbulkan resiko infeksi. Kalaupun
terpaksa ditutup, tutup atau ikat dengan longgar pada bagian atas tali
pusat dengan kain kasa steril. Pastikan bagian pangkal tali pusat
dapat terkena udara dengan leluasa. Bila bayi Anda menggunakan
popok sekali pakai, pilihlah yang memang khusus untuk bayi baru
lahir (yang ada lekukan di bagian depan). Dan jangan kenakan
celana atau jump-suit pada bayi Anda. Sampai tali pusatnya puput,
kenakan saja popok dan baju atasan. Bila bayi menggunakan popok
kain, jangan masukkan baju atasannya ke dalam popok. Intinya
adalah membiarkan tali pusat terkena udara agar cepat mengering
dan lepas (Depkes RI, 2001).
Infeksi akut didapat dalam periode perinatal dan sering kali
berkembang dengan cepat, dan potensial mematikan jika tidak
terdeteksi dan ditangani secara dini. Sepsis dan pneumonia biasanya
ada secara bersamaan dan perluasan infeksi menjadi meningitis tidak
jarang terjadi. Banyak tanda peringatan dari peristiwa intrapartum
serta temuan neonatal bersifat nonspesifik. Pecah ketuban lama
(lebih dari 18 jam) membawa sedikit peningkatan risiko. Risiko
meningkat
dengan
kelahiran
preterm,
demam
ibu
atau
25
korioamnionitis klinis, atau takikardi janin berkepanjangan. Janin
yang sudah sepsis in utero sering memiliki skor apgar yang rendah
pada saat lahir dan membutuhkan resusitasi (Rudolph, 2006:263)
Tanda dan gejala terjadinya infeksi pada tali pusat (Wong, 2009) :
1) Bayi terlihat gelisah dan rewel, memastikan bahwa kegelisahan
bayi tidak disebabkan oleh hal lain seperti pipis, pup, lapar,
kepanasan atau penyebab lainnya.
2) Terlihat adanya tanda kemerahan disekitar pangkal tali pusat
dan perut bayi.
3) Daerah sekitar tali pusat tercium aroma bau dan mengeluarkan
nanah (nanah merupakan salah satu indikasi terjadinya infeksi).
c.
Suhu tubuh bayi meningkat.
Pencegahan infeksi adalah bagian penting setiap komponen
perawatan pada bayi baru lahir (WHO, 2008). Bayi baru lahir lebih
rentan terhadap infeksi karena sistem imun imatur, oleh karena itu
ada beberapa prinsip umum pencegahan infeksi antara lain :
1) Berikan perawatan rutin pada bayi baru lahir
2) Cuci tangan atau gunakan pembersih tangan berakohol
3) Pakai pakaian pelindung dan sarung tangan
4) Gunakan teknik aseptik
5) Sterilkan instrumen/alat yang digunakan dalam perawatan
6) Bersihkan unit perawatan khusus bayi baru lahir secara rutin dan
buang sampah
26
7) Pisahkan bayi yang menderita infeksi untuk mencegah infeksi
nosokomial.
a) Cara Perawatan Tali Pusat
(1) Perawatan tali pusat dengan kasa kering menurut
Marjono (2007) :
(a)) Siapkan alat-alat
(b)) Cuci tangan sebelum dan sesudah merawat tali
pusat.
(c)) Tali pusat dibersihkan dengan kain kasa.
(d)) Setelah bersih, tali pusat dibungkus dengan kain
kasa steril kering.
(e)) Setelah tali pusat terlepas/puput, pusat tetap diberi
kasa steril.
(f)) Cara
perawatan
membungkus
tali
tali
pusat
pusat
kering
dengan
adalah
kasa
dan
mengkondisikan tali pusat tetap kering. Jika tali
pusat berbau diberi gentian violet.
b) Kesimpulan menurut Zuniyati (2009).
(1) Rerata waktu pelepasan tali pusat menggunakan kassa
kering yaitu 131 jam 27 menit.
(2) Retata waktu pelepasan tali pusat menggunakan kassa
alkohol 70% yaitu 174 jam 43 menit.
27
(3) Rerata waktu pelepasan tali pusat menggunakan kasa
povidon-iodine 10% yaitu 138 jam 25 menit.
(4) Dengan demikian rerata waktu pelepasan tali pusat
tercepat adalah menggunakan kassa kering.
28
C. KERANGKA TEORI
Perawatan bayi baru lahir
a. Perawatan personal
hygine
b. Perawatan tali pusat
c. Membedong bayi
d. Memandikan bayi
1) Kasa kering
(steril)
2) Kasa
alkohol
70%
3) Kasa
povidon
iodine 10%
Resiko Infeksi
Gambar 2.2
(Zuniati dkk, 2009)
29
D. KERANGKA KONSEP
Resiko Infeksi
Pemberian Metode Kasa Kering
Gambar 2.3
(Wong, 2009)
BAB III
METODOLOGI
A. Subjek Aplikasi Riset
Subjek aplikasi riset ini dilakukan pada pasien bayi baru lahir di ruang
perinatologi RSUD Karanganyar.
B. Tempat dan Waktu
1.
Tempat
Pemberian Metode Kasa Kering ini dilakukan di Rumah Sakit Umum
Daerah Karanganyar diruang Dahlia (Perinatologi).
2.
Waktu
Perawatan tali pusat menggunakan metode kasa kering dilakukan pada
tanggal 12-13 maret 2015.
C. Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan yaitu instrumen tindakan sesuai SOP, tujuan
menggunakan istrumen tindakan adalah agar perawatan yang dilakukan
benar-benar memberikan dampak yang baik untuk pasien terutama dalam
perawatan yang maksimal. Alat yang digunakan dalam tindakan perawatan
tali pusat ini yaitu :
1.
kasa kering (steril) : untuk mengeringkan daerah sekitar tali pusat dan
mencegah terjadinya infeksi.
30
31
2.
meteran : untuk mengukur panjang tali pusat.
3.
gunting : untuk memotong kasa agar telihat rapi.
4.
handscoon : menjaga kesterilan kasa yang digunakan.
32
D. Prosedur Tindakan
Berikut ini adalah pemberian tindakan metode kasa kering dalam
perawatan tali pusat :
Tabel 3.1
INSTRUMEN PERAWATAN TALI PUSAT PADA BAYI BARU LAHIR
NO
A
1
2
3
4
5
B
1
2
3
4
5
6
7
8
C
1
2
3
D
1
2
3
ASPEK ORIENTASI
FASE ORIENTASI
Memberi salam
Memperkenalkan diri
Menjelaskan tujuan
Menjelaskan langkah prosedur
Menanyakan kesiapan pasien
FASE KERJA
Cuci tangan
Memakai hanscon
Memastikan kebersihan saat dilakukan perawatan tali pusat
Menjaga daerah tali pusat tetap kering
Menutup tali pusat dengan kasa kering (Steril)
Melepas hanscon
Membedong bayi dengan kain segi empat
Cuci tangan
FASE TERMINASI
Melakukan evaluasi tindakan
Menyampaikan rencana tindak lanjut
Berpamitan
PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
Ketenangan selama tindakan
Menjaga keamanan pasien
Menjaga keamanan perawat
(Marjono, 2007).
33
E. Alat ukur evaluasi dari aplikasi tindakan berdasarkan riset
Berikut ini adalah distribusi rerata waktu pelepasan tali pusat
menggunakan kasa kering :
Tabel 3.2
Rerata waktu pelapasan tali pusat dengan metode kasa kering
Jenis prawatan
tali pusat
Min
Max
Mean
Kasa kering
2 hari lebih 22
jam 40 menit
10 hari lebih 2
jam
5 hari lebih 9
jam 27 menit
(Zuniyati dkk, 2009)
BAB IV
LAPORAN KASUS
Pada BAB ini penulis akan menuliskan laporan kasus asuhan keperawatan
yang dilakukan pada By. Ny L selama dua hari mulai tanggal 12 Maret 2015
sampai 8 Maret 2015 di bangsal Dahlia (perinatologi) Rumah Sakit Daerah
Karanganyar. Laporan kasus yang akan dikemukakan paada bab ini adalah pada
proses keperwatan yang meliputi : pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi
keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan. Pengkajian
yang dilakukan dengan metode Autoanamnesa dan Alloanamnesa melalui
pengamatan, observasi langsung, pemeriksaan fisik, menelaah catatan medis, dan
catatan perawat.
A. Pengkajian
1.
Identitas dan Penanggung Jawab Pasien
Pasien masuk di perinatologi tanggal 12 April 2015 jam 02.20
WIB dan pengkajian dilakukan pada tanggal 12 April 2015 jam 09.00
WIB, didapatkan identitas pasien bernama By. Ny L, umur 7 jam. Orang
tua dan penanggung jawab Ny. L, usia 36 tahun, alamat Kuntungan,
Kragilan Mojolaban. Diagnosa medis Bayi Baru Lahir.
2.
Riwayat Bayi
Hasil pengkajian ditemukan riwayat bayi yaitu nilai APGAR skor
6, 7, 8, usia gestasi 36 minggu, berat badan 2600 gram, panjang badan 52
cm, tanda-tanda vital suhu 35,2°C, respirasi 46x/menit, heart rate
34
35
124x/menit, bayi menangis lemah komplikasi persalinan didapatkan
perdarahan. Aspirasi mekonium pada bayi hitam lembek, lilitan tali pusat
baik, ketuban pecah dini 7 jam 20 menit.
3.
Riwayat Ibu
Didapatkan usia ibu 36 tahun, Gravida 3, Partus 2, Abortus 0.
Jenis persalinan spontan dan tidak terdapat komplikasi pada kehamilan.
B. Pengkajian Fisik Neonatus
Pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh penulis pada pasien,
didapatkan data yaitu : akral bayi dingin, tidak terdapat reflek moro dan bayi
saat menghisap dan menggenggam masih lemah, aktivitas bayi aktif dan
menangis keras, pada pemeriksaan kepala/leher terdapat fontanel anterior
yang lemah dan sutura sagitalis tepat, gambar wajah simetris dan tidak
terdapat molding. Mata pada bayi bersih tidak terdapat sekresi dan jarak
interkantus sama didapat juga seklera yg tidak anemis. Pada pemeriksaan
telinga tidak terdapat kelainan maupun gangguan pendengaran dan telinga
normal begitu juga dengan hidung saat pemeriksaan tidak ada gangguan,
hidung simetris kanan kiri tidak terdapat sekresi maupun nafas cuping hidung.
Pada pemeriksaan wajah semuanya normal dan tidak terdapat bibir sumbing.
Pada pemeriksaan tali pusat didapatkan tali pusat masih basah, warna tali
pusat putih kebiruan dan terdapat bekas luka pemotongan pada tali pusat.
Pemeriksaan fisik dengan teknikinspeksi (melihat), palpasi (meraba),
perkusi (mengetuk), auskultasi (mendengarkan) pada dada yaitu paru-paru
36
simetris antara kanan dan kiri sama, suara nafas bersih, respirasi spontan,
terdapat alat bantu nafas O2 2 liter/menit didalam incubator, vocal premitus
kanan dan kiri sama, bunyi nafas vesikuler (inspirasi lebih besar dari pada
ekspirasi). Pemeriksaan jantung ictus cordis tidak tampak, suara jantung
murmur, denyut nadi ada, terdengar nadi perifer brakikardi kanan dan kiri
keras, femoral kanan dan femoral kiri juga terdengar keras. Pemeriksaan
abdomen lingkar perut 33 cm, lunak, liver tidak teraba.
Pemeriksaan
ekstremitas
terdapat
gerakan
bebas
pada
bayi,
ekstremitas atas dan bawah normal tidak ada gangguan maupun kelainan,
umbilicus nornal. Genetalia bersih tidak ada kelainan pada genetalia,
pemeriksaan anus bersih tidak ada hemoroid dan spina normal. Kulit teraba
hangat berwarna pink, terdapat sianosis pada kuku dan kulit elastis. Suhu
lingkungan menggunakan incubator untuk menyetabilkan suhu pada bayi.
C. Riwayat Sosial
Generasi keturunan sebagai berikut :
Gambar 4.1
37
Keterangan :
: laki-laki
: prempuan
: pasien
: meninggal
: tinggal serumah
Generasi keturunan pada keluarga pasien terdiri dari tiga generasi
yaitu pada suami Ny. L mempuyai empat saudara terdiri dari tiga laki-laki
dan satu perempuan, suami Ny.L adalah anak yang kedua di keluarganya
sedangkan pada keluarga Ny.L mempunyai tiga saudara yaitu dua perempuan
dan satu laki-laki, di keluarganya Ny.L adalah anak yang pertama. Ny.L
memiliki satu suami dan tiga orang anak terdiri dari dua laki-laki dan satu
perempuan setelah melahirkan, di keluarga Ny.L anak yang tinggal serumah
yaitu satu laki-laki dan satu perempuan, sedangkan anak laki-laki yang
satunya sudah bekerja merantau dikota lain dan tidak tinggal serumah dengan
Ny.L. pasien adalah anak yang ketiga.
Antisipasi
dengan
pengalaman
nyata
kelahiran
yaitu
Ny.L
mengatakan setiap melahirkan selalu mengantisipasi ketakutan dan rasa
sakitnya dengan cara berdo’a agar diberi keselamatan dan kelancaran saat
melahirkan. Ny.L berbudaya jawa, berasal dari suku jawa, beragama islam,
bahasa utama yang digunakan adalah bahasa jawa, perencanaan makanan
bayi saat ini adalah ASI. Keluarga tidak merasa mempunyai masalah sosial
yang penting dan hubungan bayi ke orang tua terlihat baik dan harmonis.
38
Tingkah laku bayi yang didapatkan yaitu bisa menyentuh dan kontak mata
bagus kepada kedua orang tua, orang terdekat yang dapat dihubungi yaitu
ayah dan orang tua berespon terhadap penyakit. Orang tua tidak berespon
terhada hospitalisasi karena keluarga sudah merasa nyaman dengan
lingkungan dan perawatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan.
D. Riwayat Anak Lain
Riwayat anak lain yang ditemukan pada anak pertama yaitu berjenis
kelamin laki-laki dengan riwayat persalinan normal (spontan) dan riwayat
imunisasi lengkap. Riwayat anak lain yang kedua juga berjenis kelamin lakilaki dengan persalinan normal (spontan) dan imunisasi lengkap.
E. Terapi
Pasien pada tanggal 12 April 2015 mendapatkan terapi injeksivitamin
K1 1mg (iv), dan imunisasi Hb.
F. Perumusan Masalah
Diagnosa yang ditemukan pada bayi baru lahir dari hasil pengkajian
tanggal 12 April 2015 jam 09.00 WIB, penulis menegakan diagnosa
keperawatan
hipotermi
berhubungan
dengan
pemajanan
lingkungan
yangdingin. Diagnosa tersebut ditunjang dengan adanya data obyektif yang
didapatkan saat pengkajian yaitu bayi menangis lemah, akral teraba dingin
dan suhu tubuh 35,2ºC.
39
Jam 09.23 WIB didapatkan data obyektif yaitu keadaan tali pusat yang
masih basah, bekas pemotongan tali pusat yang terbuka, warna putih kebiruan
pada tali pusat. Penulis dapat menegakan diagnosa resiko infeksi berhubungan
dengan pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat.
G. Prioritas Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan analisa data diatas penulis dapat memprioritas diagnosa
keperawatan, adapun prioritas yang utama adalah hipotermi berhubungan
dengan perubahan suhu tubuh. Prioritas diagnosa keperawatan yang kedua
yaitu resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer yang tidak
adekuat.
H. Intervensi Keperawatan
Tujuan dan kriteria prioritas pada diagnosa keperawatan utama adalah
setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien akan menunjukan
kenaikan suhu tubuh dengan kriteria hasil suhu tubuh dalam rentang normal
(36,5ºC-37,5ºC), dapat mempertahankan suhu tubuh, bayi aktif. Berdasarkan
tujuan dan kriteria hasil tersebut penulis membuat perencanaan tindakan
keperawatan yaitu monitor suhu tubuh setiap 1 jam, observasi tanda-tanda
vital, slimuti bayi dengan slimut hangat, pertahankan pakaian bayi tetap
kering (ganti pakaian yang basah sesegera mungkin).
Tujuan dan kriteria hasil pada prioritas diagnosa keperawatan yang
kedua adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan resiko
40
infeksi teratasi deengan kriteria hasil terbebas dari tanda dan gejala infeksi,
rubor : tidak kemerahan pada bagian sekitar tali pusat, kalor : tidak panas,
tumor : tidak ada pembengkakan pada bangian yang diyakini akan terjadi
tanda dan gejala infeksi terutama pada bagian tali pusat, dolor : tidak nyeri
pada bagian bekas pemotongan tali pusat, bayi aktif. Berdasarkan tujuan dan
kriteria hasil tersebut penulis membuat perencanaan tindakan keperawatan
antara lain yaitu observasi tanda dan gejala infeksi, kaji faktor yang dapat
meningkatkan kerentanan terhadap infeksi, amati menampilan praktik
personal hygine untuk perlindungan terhada terjadinya resiko infeksi, lakukan
perawatan tali pusat menggunakan kasa kering(steril).
I.
Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada diagnosa keperawatan
yang pertama pada tanggal 12 April 2015 jam 09.20 WIB adalah mengkaji
gejala hipotermi didapatkan respon obyektif pada By.Ny L terdapat warna
kulit yang kemerahan, tidak menggigil, tidak terlihat lelah dan lemah, suhu
tubuh 35,2ºC. jam 09.30 WIB mengobservasi tanda-tanda vital didapatkan
data obyektif suhu tubuh 35,2ºC, respirasi 46x/menit dan hart rate
124x/menit. Jam 09.40 WIB memberikan slimut untuk kehangatan bayi dan
didapatkan data objektif bayi terlihat nyaman dan tenang. Tindakan
keperawatanpada tanggal 13 April 2015 jam 09.00 WIB mengkaji gejala
hipotermi didapatkan hasil obyektifnya keadaan umum bayi baik, turgor kulit
teraba hangat dan suhu tubuh 36,7°C. Jam 09.15 WIB mengobservasi tanda-
41
tanda vital didapatkan data obyektif pada bayi yaitu respirasi 58x/menit, hart
rate 124x/menit dan suhu tubuh 36,7°C. Pada jam 10.10 melakukan tindakan
memberi pakaian kering dan mengganti popok yang basah didapatkan hasil
data subyektifnya yaitu bayi terlihat tenang dengan keadaan pakaian yang
bersih.
Tindakan keperawatan pada diagnosa yang pertama tanggal 12 April
2015, Jam 11.00 WIB memantau tanda dan gejala infeksi didapatkan saat
melalukan tindakan yaitu tidak ada tanda dan gejala akan terjadi infeksi. Jam
11.25 WIB mengkaji kerentanan terhadap infesi didapatkan data obyetifnya
yaitu keadaan umum baik. Jam 11. 40 mengamati penampilan praktik oral
hygine dan terlihat dari data obyektif bahwasannya keadaan bayi terlihat
bersih. Jam. 15.00 WIB merawat tali pusat menggunakan masa kering
didapatkan data obtyetif yaitu tali pusat bersih akan tetapi keadaan tali pusat
masih basah. Tindakan keperawatan tanggal 13 April 2015, jam 10.25 WIB
memantau tanda dan gejala terjadinya infeksi didapatkan data subyektif pada
bayi yaitu keadaan bayi baik, tidak terdapat tanda-tanda dan gejala akan
terjadinya infeksi. Jam 11.25 WIB mengamati penampilan personal hygine
pada diagnosa kedua didapatkan hasil subyektif yaitu keadaan bayi bersih dan
sangat terawat. yang terakhir pada jam 11.40 WIB mengobservasi keadaan
tali pusat didapatkan hasil obyektifnya yaitu tali pusat layu, tali pusat tidak
berbau dan bersih.
42
J.
Evaluasi Keperawatan
Evaluasi diagnosa yang pertama pada tanggal 12 April 2015 jam
15.30 WIB. hasil data obyektif yaitu warna kulit bayi kemerahan, bayi terlihat
lemah, tidak menggil, akral teraba dingin dan berdasarkan tanda-tanda vital
yang dilakukan pada tindakan keperawatan, menunjukan suhu bayi dibawah
nilai normal yaitu 35,9°C, respirasi 46x/menit dan hart rate 124x/menit.
Assesment dengan analisa data obyektif menunjukan bahwa masalah
hipotermi yang berhubungan dengan pemajanan lingkungan yang dingin
belum teratasi dan melanjutkan intervensi dengan perencanaan keperawatan,
mengkaji gejala hipotermi, observasi tanda-tanda vital dan beri selimut untuk
kehangatan bayi. Evaluasi pada tanggal 13 April 2015 jam 12.40 WIB
didapatkan hasil data obyektif yang lebih baik yaitu keadaan umum bayi
baik, akral teraba hangat, suhu tubuh dalam batas normal 36,7°C. Assesment
menunjukan bahwa masalah teratasi dan perencanaan/intervensi dihentikan.
Evaluasi untuk diagnosa yang kedua pada tanggal 12 April 2015 jam
15.30 WIB didapatkan data obyektif yaitu bayi terlihat bersih, tidak ada tanda
dan gejala akan terjadinya infeksi, tali pusat basah. Assesment data obyektif
menunjukan bahwa pada diagosa resiko infeksi yang berhubungan dengan
pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat telah teratasi sebagian. Evaluasi
pada tanggal 13 April 2015 jam12.40 WIB didapatkan data obyektif yaitu
bayi terlihat bersih, tidak terdapat tanda dan gejala infeksi, tali pusat layu,
tidak bau dan bersih. Assesment menunjukan didata obyektif bahwa masalah
keperawatan teratasi sebagian, selanjutnya perencanaan/intervesi dilanjutkan.
BAB V
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas asuhan keperawatan pada By. Ny
L dengan bayi baru lahir di ruang dahlia RSUD Karanganyar. Pembahasan bab ini
terutama membahas adanya kesesuaian maupun kesenjangan antara teori dan
kasus. Terkait dengan hal tersebut pada bab ini penulis akan melakukan
pembahasan tentang pemberian metode kasa kering terhadap waktu pelepasan tali
pusat dengan asuhan keperawatan bayi baru lahir pada By. Ny L di ruang Dahlia
RSUD Karanganyar. Mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi,
implementasi dan evaluasi keperawatan.
A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan.
Pengkajian merupakan tahap yang paling menentukan bagi tahap berikutnya.
Kemampuan mengidentifikasi masalah keperawatan yang terjadi pada tahap
ini akan menentukan diagnosa keperawatan (Rohmah & Walid, 2012). Dalam
pengkajian terhadap By. Ny L penulis menggunakan metode wawancara
kepada ibu, observasi serta catatan rekam medis. Pengkajian didapatkan data
yang bernama By. Ny L dengan diagnosa medis bayi baru lahir.
Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang
kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37
minggu sampai dengan 42 minggu dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai
apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan (Padila, 2014).
43
44
Penulis melakukan pengkajian ini berdasarkan keadaan dan kondisi
bayi baru lahir. Pengkajian padaBy. Ny L tanggal 12 Maret 2015 didapatkan
hasil dengan By Hopotermi, tidak menggigil, suhu 35,2°C, akral dingin. Data
yang didapat oleh penulis di dukung oleh teori bahwa pada pasien bayi baru
lahir yang mengalami hipotermia memiliki ciri-ciriya itu suhu tubuh di bawah
batas normal, kulit dingin, akral dingin, sianosis (Pantiawati, 2010).
Berdasarkan kasus By. Ny L dengan teori tidak terdapat kesenjangan,
hipotermia disebabkan karena belum matangnya system saraf pengaturan
suhu tubuh, kemampuan untuk mempertahankan panas terbatas karena
pertumbuhan otot-otot yang belum memadai.Lemak subkutan yang sedikit
(Proverawati & Cahyo, 2010).
Hasil pengkajian dengan resiko infeksi tidak ditemukan. Berikut tanda
dan gejala infeksi menurut WHO (2008), bayi terlihat gelisah dan rewel,
memastikan bahwa kegelisahan bayi tidak disebabkan oleh hal lain seperti
pipis, pup, lapar, kepanasan atau penyebab lainnya, kemudian Terlihat adanya
tanda kemerahan disekitar pangkal tali pusat dan perut bayi dengan daerah
sekitar tali pusat tercium aroma bau dan mengeluarkan nanah karena nanah
merupakan salah satu indikasi terjadinya infeksi.
Berdasarkan kasus bayi Ny L dengan bayi baru lahir tidak ada
kesenjangan tentang resiko infeksi dikarenakan tidak terdapat tanda dan
gejala infeksi yang terjadi. Infeksi akut didapat dalam periode perinatal dan
sering kali berkembang dengan cepat, dan potensial mematikan jika tidak
terdeteksi dan ditangani secara dini. Sepsis dan pneumonia biasanya ada
45
secara bersamaan dan perluasan infeksi menjadi meningitis tidak jarang
terjadi. Banyak tanda peringatan dari peristiwa intrapartum serta temuan
neonatal bersifat nonspesifik. Pecah ketuban lama (lebih dari 18 jam)
membawa sedikit peningkatan risiko. Risiko meningkat dengan kelahiran
preterm, demam ibu atau korioamnionitis klinis, atau takikardi janin
berkepanjangan. Janin yang sudah sepsis inutero sering memiliki skor apgar
yang rendah pada saat lahir dan membutuhkan resusitasi (Rudolph, 2006:263)
Terapi
medis yang diberikan pada tanggal 12 Maret 2015 yaitu
Vitamin K parenteral 0,5 mg dengan i.m. vitamin K penting untuk
mempertahankan mekanisme pembekuan darah yang normal. Pada bayi yang
baru lahir, usus yang masih steril belum mampu membentuk vitamin K nya
sendiri untuk beberapa hari pertama.Vitamin K diberikan untuk mencegah
terjadinya pendarahan yang terutama terjadi pada otak dan saluran cerna
(Padila, 2014).
Pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh penulis pada pasien,
didapatkan data yaitu tidak terdapat reflek moro dan bayi saat menghisap dan
menggenggam masih lemah, aktivitas bayi aktif dan menangis keras.
Pengujian refleks adalah bagian penting dari pmeriksaan neurologis
(Wong, 2009). Pemeriksaan kepala/leher terdapat fontanel anterior yang
lemah dan sutura sagitalis tepat, gambar wajah simetris dan tidak terdapat
molding. Untuk mengetahui adanya pendaratan pada satu sisi kepala seperti
ubun-ubun keci, dapat mengindikasikan bahwa anak terus menerus berbaring
pada posisi yang sama maka dilakukan observasi bentuk dan kesimetrisan
46
kepala secara umum (Wong, 2009). Mata pada bayi bersih tidak terdapat
sekresi dan jarak interkantus sama didapat juga seklera yg tidak anemis. Pada
pemeriksaan telinga tidak terdapat kelainan maupun gangguan pendengaran
dan telinga normal begitu juga dengan hidung saat pemeriksaan tidak ada
gangguan, hidung simetris kanan kiri tidak terdapat sekresi maupun nafas
cuping hidung. pemeriksaan wajah semuanya normal dan tidak terdapat bibir
sumbing.
Pemeriksaan fisik dengan teknik inspeksi (melihat), palpasi (meraba),
perkusi (mengetuk), auskultasi (mendengarkan) pada dada yaitu paru-paru
simetris antara kanan dan kiri sama, suara nafas bersih, respirasi spontan,
terdapat alat bantu nafas O2 2 liter/menit didalam incubator, vocal premitus
kanan dan kiri sama, bunyi nafas vesikuler (inspirasi lebih besar dari pada
ekspirasi). Pemeriksaan jantung ictus cordis tidak tampak, suara jantung
murmur, denyut nadi ada, terdengar nadi perifer brakikardi kanan dan kiri
keras, femoral kanan dan femoral kiri juga terdengar keras. Pemeriksaan
abdomen lingkar perut 33 cm, lunak, liver tidak teraba. Pemeriksaan dada
dengan melakukn inspeksi untuk mengetahui ukuran, bentuk, kesimetrisan,
pergerakan, perkembangan payudara, dan adanya gambaran tulang pada dada
yang dibentuk oleh sternum dan tulang iga (Wong 2009).
Pemeriksaan
ekstremitas
terdapat
gerakan
bebas
pada
bayi,
ekstremitas atas dan bawah normal tidak ada gangguan maupun kelainan,
umbilicus normal. Genetalia bersih tidak ada kelainan pada genetalia,
pemeriksaan anus bersih tidak ada hemoroid dan spina normal. Kulit teraba
47
hangat berwarna pink, terdapat sianosis pada kuku dan kulit elastis. Secara
normal tekstur kulit anak yang masih kecil sangat halus, agak kering dan
tidak berminyak atau lembab (Wong, 2009). Suhu lingkungan menggunakan
incubator untuk menyetabilkan suhu pada bayi.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik mengenai respon
individu, keluarga dan komunitas terhadap masalah kesehatan/proses
kehidupan yang aktual/potensial yang merupakan dasar untuk memilihan
intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang merupakan tanggungjawab
perawat (Dermawan, 2012).
1.
Diagnosa yang pertama hipotermi berhubungan dengan perubahan suhu
tubuh.
Penulis memprioritaskan masalah hipotermi dengan alasan
mengacu pada data pengkajian yaitu data obyektif bayi Ny.L menangis
lemah, akral teraba dingin dan suhu tubuh 35,2ºC.
Hipotermi adalah suhu tubuh dibawah kisaran normal, batasan
karateristik suhu normal yaitu 36,5°C- 37,5°C (Herdman, 2011).
2.
Diagnosa yang kedua Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya
sistem pertahanan tubuh. didapatkan saat pengkajian data obyektif yaitu
keadaan tali pusat yang masih basah, bekas pemotongan tali pusat yang
terbuka, warna putih kebiruan pada tali pusat.
Resiko infeksi adalah keadaan dimana seseorang mengalami
resiko terserang organisme patogenik (Herdman, 2011).
48
3.
Diagnosa yang ketiga ditemukan adalah ketidakefektifan bersihan jalan
nafas berhubungan dengan sekresi mukus yang berlebih.
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas adalah ketidakmampuan
untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran nafas untuk
mempertahankan bersihan jalan nafas. Batasan karakteristiknya adalah
tidak ada batuk, suara napas tambahan, perubahan frekuensi nafas,
perubahan irama nafas, sputum dalam jumlah berlebih, sianosis, kesulitan
berbicara/ mengeluarkan suara, dipsnea, batuk yang tidak efektif, gelisah
(diagnosa ini tidak terangkat karena hasil dipengkajian tidak ditemukan)
(Herdman, 2011).
4.
Risiko gangguan nutrisi berhubungan dengan imaturitas.
Risiko gangguan nutrisi adalah asupan nutrien yang melebihi
kebutuhan tubuh. gelisah (diagnosa ini tidak terangkat karena hasil
dipengkajian tidak ditemukan) (Herdeman, 2011).
C. Intervensi Keperawatan
Perencanaan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tujuan
yang berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan dan
intervensi keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut (Potter &
Perry, 2005). Rencana keperawatan ini disesuaikan dengan kondisi klien dan
fasilitas yang ada, sehingga rencana tindakan keperawatan dapat dilaksanakan
dengan prinsip ONEC, observasi (rencana tindakan untuk mengkaji atau
melakukan observasi terhadap kemajuan klien untuk memantau secara
langsung yang dilakukan secara terus-menerus), nursing treatment (rencana
49
tindakan yang dilakukan untuk mengurangi dan mencegah perluasan
masalah),
education
(rencana
tindakan
yang
berbentuk
pendidikan
kesehatan), colaboratif(tindakan medis yang dilimpahkan pada perawat)
(Sholeh, 2012).
Dalam referensi intervensi dituliskan sesuai dengan kriteria intervensi
NIC (Nursing Intervension clasification) dan NOC (Nursing Outcome
Clasification) dan diselesaikan secara SMART yaitu Spesifik (jelas atau
khusus), Measurable (dapat diukur), Achievable (dapat diterima), Rasional
dan Time (ada kriteria waktu) (Sholeh, 2012).
Berdasarkan diagnosa yang pertama hipotermi berhubungan dengan
perubahan suhu tubuh, penulis mencantumkan tujuan setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan hipotermi dapat teratasi
dengan kriteria hasil : Suhu tubuh bayi tetap pada tingkat optimal
(36,5 sampai 37,5ºC) (Wong, 2009).
Alasan penulis melakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam
karena jika suhu tubuh berada dibawah kisaran normal dapat mengakibatkan
penurunan
kesadaran
dan
akan
menghambat
proses
penyembuhan
(Potter & Perry, 2005).
Rencana tindakan dalam diagnosa hipotermi berhubungan dengan
perubahan suhu tubuh adalah monitor suhu tubuh setiap satu jam, rasonal
untuk mengetahui setatus perkembangan suhu tubuh, observasi tanda-tanda
vital, rasional untuk mengetahui status tekanan darah, nadi, respirasi, suhu,
slimuti bayi dengan slimut hangat, rasional mempertahankan kenyamanan
50
bayi, pertahankan pakaian bayi tetap kering, rasional agar tidak terjadi
penurunan suhu tubuh (Wilkinson, 2012).
Diagnosa yang kedua yaitu resiko infeksi berhubungan dengan
pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat. Penulis mencantumkan yujuan
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan resiko
infeksi tidak terjadi dengan kriteria hasil terbebas dari tanda dan gejala infeksi
(Wilkinson, 2012).
Alasan penulis melakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam,
bayi baru lahir sangat rentan terkena infeksi dan untuk mencegah terjadinya
infeksi maka dilakukan observasi tanda dan gejala infeksi (Wilkinson, 2012).
Rencana tindakan dalam diagnosa resiko infeksi berhubungan dengan
pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat yaitu observasi tanda dan gejala
infeksi, rasional untuk mengetahui terjadinya tingkat resiko infeksi, kaji
faktor yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi, rasional
mengetahui sejauh mana terjadinya resiko infeksi, amati penampilan personal
hygine, rasional untuk mengetahui kondisi personal hygine untuk mencegah
terjadinya infeksi, lakukan perawatan tali pusat menggunakan kasa
kering(steril),
rasional
untuk
mencegah
terjadinya
resiko
infeksi
(Wilkinson, 2012).
D. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat
dank lien. Implementasi merupakan tahap ke empat dari proses keperawatan
51
yang
dimulai
setelah
perawat
menyusun
rencana
keperawatan
(Dermawan, 2012).
Berdasarkan prioritas diagnosa yang pertama yaitu hipotermi
berhubungan dengan perubahan suhu tubuh pada hari pertama yaitu tanggal
12 Maret 2015 jam 09.20 WIB implementasi keperawatan yang dilakukan
oleh penulis adalah mengkaji gelaja hipotermi, tindakan keperawatan ini
dilakukan untuk mengetahui adanya penurunan suhu tubuh (Wilkinson,
2012). Jam 09.30 WIB dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, tindakan ini
dilakukan agar mengetahui status kesehatan (Wilkinson, 2012). Kemudian
pada jam 09.40 WIB Memberikan selimut untuk kehangatan bayi, tindakan
ini
dilakukan
untuk
mempertahankan
kehangatan
suhu
tubuh
(Wilkinson, 2012). Jam 10.10 WIB mengganti pakaian yang basah sesegera
mungkin, tindakan ini dilakukan untuk mempertahankan suhu tubuh dan
kenyamanan pada bayi (Wilkinson, 2012). Kemudian dihari yang kedua pada
diagnosa yang pertama yaitu hipotermi berhubungan dengan perubahan suhu
tubuh dihari kedua pada tanggal 13 Maret 2015, jam 09.00 WIB dilakukan
tindakan keperawatan yaitu mengkaji gejala hipotermi untuk mengetahui
adanya penurunan suhu tubuh (Wilkinson, 2012). Jam 09.15 WIB dilakukan
pemeriksaan tanda-tanda vital, tindakan ini dilakukan agar mengetahui status
kesehatan (Wilkinson, 2012). Kemudian pada jam 10.10 WIB Memberikan
selimut
untuk
kehangatan
bayi,
tindakan
ini
dilakukan
mempertahankan kehangatan suhu tubuh (Wilkinson, 2012).
untuk
52
Implementasi pada diagnosa yang kedua dihari pertama yaitu resiko
infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh yang tidak adekuat pada
tanggal 12 Maret 2015 jam 11.00 WIB memantau tanda dan gejala infeksi,
tindakan ini dilakukan agar mengetahui terjadinya tingkat resiko infeksi
(Wilkinson, 21012). Kemudian pada jam 11.25 WIB dilakukan tindakan
mengkaji kerentanan terhadap infeksi, tujuan dilakukannya tindakan agar
dapat mengetahui tingkat terjadinya resiko infeksi (Wilkinson, 2012). Jam
11.40 WIB dilakukan tindakan mengamati penampilan personal hygine,
selalu menjaga kondisi agar tetap bersih (Wilkinson, 2012). Pada jam 15.00
WIB dilakukan tindakan perawatan tali pusat menggunakan kasa kering,
tujuannya dilakukan tindakan untuk meminimalkan terjadinya infeksi
(Wilkinson, 2012). Implementasi keperawatan dihari kedua diagnosa yang
kedua tanggal 13 Maret 2015 jam 10.25 WIB yaitu memantau tanda dan
gejala infeksi, tindakan ini dilakukan agar mengetahui terjadinya tingkat
resiko infeksi (Wilkinson, 21012). Jam 11.15 WIB dilakukan tindakan
keperawatan mengamati penampilan personal hygine, selalu menjaga kondisi
agar tetap bersih (Wilkinson, 2012). Kemudian pada jam 11.40 WIB yaitu
mengobservasi keadaan tali pusat, meliahat perkembangan tali pusat dalam
pencegahan terjadinya infeksi (Wilkinson, 2012). Hasil dari pemberian
perawatan tali pusat menggunakan metode kasa kering dengan hasil observasi
yang ada ternyata sangat efektif dalam pencegahan terjadinya infeksi dan
pelepasan tali pusat lebih cepat dengan ditunjukan adanya kondisi tali pusat
yang mulai mongering.
53
E. Evaluasi
Evaluasi didefinisikan sebagai keputusan asuhan keperawatan antara
dasar tujuan keperawatan klien yang telah ditetapkan dengan respon perilaku
klien yang tampil. Evaluasi yang akan dilakukan oleh penulis disesuaikan
dengan kondisi pasien dan fasilitas yang ada, sehingga rencana tindakan dapat
dilaksanakan dengan SOAP (subyective, obyective, analisa, planning)
(Dermawan, 2012).
Evaluasi pada diagnosa pertama yang dilakukan pada hari kamis
tanggal 12 Maret 2015 jam 15.30 WIB diperoleh hasil sebagai berikut objektif
warna kulit bayi kemerahan, lemah, tidak menggigil, akral teraba dingin, suhu
tubuh 35,9 C, respirasi 46 kali/menit, nadi 116 kali/menit. Analisa masalah
belum teratasi dengan alas an suhu tubuh masih dibawah nilai normal
(36,5-37,5). Planning lanjutkan intervensi, kaji gejala hipotermi,observasi
tanda-tanda vital, beri slimut untuk kehangatan bayi. Evaluasi pada hari jumat
13 Maret 2012 jam 12.30 WIB pada diagnose pertama, objektif keadaan
umum bayi baik, akral teraba hangat, suhu tubuh dalam batas normal 36,7C.
Analisa masalah teratasi. Planning hentikan intervensi. Masalah keperawatan
pada klien sudah teratasi karena setelah dilakukan selama 2 kali/24 jam tujuan
sudah tercapai dan memenuhi kriteria hasil diantaranya suhu tubuh
meningkat, suhu tubuh dalam rentang normal (36.5-37,5), akral hangat
(Wilkinson, 2012).
Evaluasi pada diagnosa kedua dilakukan pada hari kamis, tanggal 12
Maret 2015 jam 15.30 WIB diperoleh hasil sebagai berikut objektif klien
54
terlihat bersih, tidak ada tanda dan gejala akan terjadinya infeksi, tali pusat
basah. Analisa masalah teratasi sebagian. Planning intervensi dilanjutkan.
Pantau tanda dan gejala infeksi, berikan keperawatan personal hygine, rawat
tali pusat dengan menggunakan kasa kering. Evaluasi pada diagnosa yang
kedua hari jumat tanggal 13.00 WIB diperoleh hasil objektif bayi terlihat
bersih, tidak terdapat tanda dan gejala infeksi, tali pusat sedikit kering, tidak
bau dan bersih. Analisa masalah teratasi. Planning intervensi dihentikan.
Masalah keperawatan pada klien sudah teratasi, karena setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 2x24 jam menunjukan bahwa resiko infeksi
tidak terjadi (Wilkinson, 2015).
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1.
Saat pengkajian pada By Ny.L didapati Tanda-tanda vital suhu tubuh
35,2°C, respirasi 46x/menit, heart rate 124x/menit dan keadaan tali pusat
basah, warna tali pusat kebiruan dan terdapat luka bekas pemotongan
pada tali pusat.
2.
Diagnosa keperawatan yang muncul pada By.Ny L pertama, hipotermia
berhubungan dengan pemajanan lingkungan yang dingin. Kedua, resiko
infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat.
3.
Intervensi keperawatan yang pertama yaitu monitor suhu tubuh setiap 1
jam, observasi tanda-tanda vital, slimuti bayi dengan slimut hangat,
pertahankan pakaian bayi tetap kering (ganti pakaian yang basah sesegera
mungkin). Intervensi keperawatan yang kedua yaitu observasi tanda dan
gejala infeksi, kaji faktor yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap
infeksi, amati penampilan praktik personal hygine untuk perlindungan
terhadap terjadinya resiko infeksi, lakukan perawatan tali pusat
menggunakan kasa kering (steril).
4.
Implementasi keperawatan yang dilakukan pada By.Ny L didasarkan
pada rencana/ intervensi yang telah dibuat oleh penulis.
55
56
5.
Evaluasi keperawatan pada diagnosa yang pertama, masalah keperawatan
hipotermi teratasi dan intervensi dihentikan, kemudian evaluasi
keperawatan pada diagnosa kedua, masalah keperawatan resiko infeksi
teratasi sebagian dan intervensi dilanjutkan.
6.
Analisa
Untuk pemberian perawatan tali pusat pada By. Ny.L dengan
menggunakan metode kasa kering telah dilakukan selama dua hari
dengan hasil tali pusat bersih dan tidak bau, namun belum terjadi
pelepasan pada tali pusat.
B. Saran
1.
Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat memberikan kemudahan dalam pemakaian sarana dan
prasarana yang mana merupakan fasilitas bagi mahasiswa untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan dan ketrampilan melalui praktik
klinik dan pembuatan laporan.
2.
Bagi Rumah Sakit
Diharapkan dapat memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien
dengan semaksimal mungkin demi meningkatkan mutu pelayanan rumah
sakit.
57
3.
Bagi Penulis
Diharapkan
penulis
dapat
menggunakan
atau
memanfaatkan
pengetahuan, ketrampilan dan waktu seefektif mungkin, sehingga dapat
memberikan asuhan keperawatan pada pasien Seoptimal mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
DepKes R.I (2001). Catatan tentang perkembangan dalam praktek kebidanan.
DepKes R.I. (2005). Manajemen laktasi. Jakarta : EGC
DepKes. 2005. Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial. Jakarta : DepKes RI.
Dermawan. (2012). Proses keperawatan penerapan konsep & kerangka kerja.
Yogyakarta
Dinas Kesehatan Jawa Tengah. (2009). Profil kesehatan provinsi jawa tengah
tahun 2009.
Donna L. Wong. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Volume 1. Jakarta :
EGC
Estman, N.J. & Hellman, R.I. (1998). William obstetri 13 ed. New York CenturyGrafis. 489-501.
Hassan, R. & Alatas A. (2007). Ilmu kesehatan anak (Jilid 1). Jakarta : Bagian
Ilmu Kesehatan Anak FKUI
Herdman. (2011). Diagnosa Keperawatan : definisi & klasifikasi. Jakarta : EGC
Marjono. (2007). Teknik perawatan tali pusat ABC Medika.
MNH, JNPK-KR dan DepKes. 2002. Buku Acuan Persalinan Normal. Jakarta :
DepKes.RI.
Neonatal”. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Padila. (2014). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Yogyakarta.
Potter & Perry. (2005). Buku Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC
Rohmah & Walid. (2012). Proses keperawatan teori dan aplikasi. Yogyakarta
Rriksani, R. (2012). Keajaiban tali pusat dan plasenta bayi. Jakarta
Rudolph, M.A. (2006). Buku Ajar Pediatri Rudolph. Volume 1. Jakarta : EGC
Saiffudin, abdul bari. 2002. “Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal. Terdapat pada : http//www.dinkesjateng.com. Diakses pada
: 4 Desember 2010.
Sofiana & Eko. (2011). Efektifitas Metode Kolostrum dan Metode Kasa Kering
Terhadap Waktu Pelepasan Tali Pusat. Jurnal Kebidanan. Diakses
pada : 05 Februari 2015
Solihin. (2007). Buku saku perawatan tali pusat. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Wahyuni, S. (2012). Asuhan Neonatus, Bayi, dan Balita : Penuntun Belajar
Praktik Klinik. Jakarta : EGC
WHO. (2008). Buku saku manajemen masalah bayi baru lahir. Penerbit Buku
Kedokteran EGC
WHO.( 2008). Manajemen Masalah Keperawatan Bayi Baru Lahir. Jakarta :
EGC
Wilkinson. (2012). Buku saku diagnosa keperawatan edisi 9. Jakarta : EGC
Download