hubungan umur terhadap fsh basal dan jumlah folikel antral ovarium

advertisement
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1. INFERTILITAS
Sebelum pemeriksaan apapun dimulai, penyebab utama ketidaksuburan
dan
komponen
dasar
evaluasi
infertilitas
yang
dirancang
untuk
mengidentifikasi penyebab tersebut harus diuraikan untuk pasangan
tersebut. Penyebab utama infertilitas meliputi disfungsi ovulasi (15%),
patologi tuba dan peritoneum (30-40%), dan faktor laki-laki (30-40%).
Kejadian infertilitas dikalangan wanita berusia 15-44 tahun telah
meningkat selama 30 tahun terakhir, mencapai 10,2% pada 1995. Bahkan
yang termuda bereproduksi mulai usia 35-44 tahun pada tahun 2009.
Meningkatnya jumlah wanita yang belum pernah hamil dengan usia yang
lebih tua dan kurang subur secara biologis terus mencoba untuk hamil.1
Gambar 1. Hubungan umur dengan reproduksi wanita
Kapan pemeriksaan pasangan infertil sebaiknya mulai dilakukan? Obel R
(1940) memperkirakan 25% pasien akan hamil dalam bulan pertama,
13 Universitas Sumatera Utara
55% hamil sesudah 3 bulan dan 70% hamil sesudah 7 bulan koitus tanpa
kontrapsesi.8 Pada populasi umum, kemungkinan untuk hamil pada setiap
siklus menstruasi adalah 15-20%.4,8
Infertilitas didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk hamil setelah
melakukan hubungan seksual secara teratur tanpa kontrasepsi selama
12 bulan.4,5 Infertilitas terbagi menjadi infertilitas primer dan infertilitas
sekunder. Infertilitas primer terjadi pada wanita yang tidak pernah
mencapai konsepsi dan infertilitas sekunder terjadi pada wanita yang
pernah mengalami konsepsi sebelumnya. Lebih banyak wanita dengan
infertilitas primer dari pada infertilitas sekunder mencari nasehat medis.
Kira-kira 4% wanita infertil tidak akan pernah mempunyai anak dan
4 sampai 6% lainnya tidak akan mencapai kelahiran hidup selanjutnya.
Beban psikologik dan keuangan yang ditimbulkan diagnosis ini pada
pasangan bisa sangat memberatkan. Pembelanjaan untuk pengobatan
infertilitas di Amerika Serikat diperkirakan mencapai sekitar satu milyar
dollar per tahun.16
2.2. FISIOLOGI PENUAAN REPRODUKSI
Selama masa hidup janin, sel berkembang biak dengan cepat oleh mitosis
untuk
menghasilkan
sekitar
6-7
juta
oogonium
pada
kehamilan
16-20 minggu. Sejak saat itu, populasi sel germinal mulai menurun melalui
proses apoptosis yang diatur gen. Sel germinal berubah menjadi oosit
setelah memasuki pembelahan meiosis pertama, jumlah sel germinal
turun menjadi 1 sampai 2 juta saat lahir dan menjadi sekitar 300.000
sampai 500.000 pada awal pubertas. Selama 35-40 tahun masa
reproduksi, hanya sekitar 400 sampai 500 oosit akan berovulasi, sisanya
hilang mengalami atresia, seperti yang terlihat pada gambar 2.1
14 Universitas Sumatera Utara
Gambar 2. Hubungan perkembangan folikel dengan usia
Selama fase folikuler terjadi urutan kejadian yang menjamin jumlah folikel
yang tepat, siap untuk berovulasi. Pada ovarium manusia, hasil akhir dari
perkembangan folikuler ini biasanya hanya satu folikel matang yang
mampu bertahan. Proses ini, yang terjadi selama rentang 10-14 hari
pertama, menunjukkan suatu rangkaian kerja dari hormon dan peptida
autokrin-parakrin dalam folikel, yang menyebabkan folikel yang yang
ditakdirkan untuk berovulasi melalui suatu periode pertumbuhan dari
folikel primordial menjadi folikel preantral, antral, dan preovulatori.1
Folikel yang ditakdirkan untuk berovulasi direkrut dalam beberapa hari
pertama dari siklus haid. Perkembangan dini dari folikel terjadi sepanjang
beberapa siklus haid, tetapi folikel ovulatoar adalah satu dari sekelompok
folikel yang direkrut pada waktu transisi fase luteal folikel. Fase
pertumbuhan folikel secara keseluruhan diperkirakan 90 hari atau 3 siklus
ovarium. Lama total waktu yang diperlukan untuk mencapai keadaan
preovulasi adalah sekitar 85 hari. Dinamika proses folikel digambarkan
dalam berbagai tahap, antara lain proses perekrutan, seleksi, dominasi
dan ovulasi. Diperkirakan 50 folikel setiap hari mulai berkembang pada
ovarium manusia, kebanyakan mengalami atresia (99%). Folikel primer
15 Universitas Sumatera Utara
berasal dari folikel primordial, perkembangan ini ditandai dengan
pembesaran oosit dari 15u menjadi 100u, perkembangan zona pelucida,
dan adanya paling sedikit 2 lapisan sel granulosa. Dengan adanya
perubahan hormonal pada fase luteal lanjut dan permulaan siklus baru
berupa
sedikit
peningkatan
kadar
FSH,
sekelompok
folikel
berkembang menjadi tahap pre antral. Pada tahap ini folikel
berukuran 200u dengan beberapa lapisan sel granulosa. Dibawah
pengaruh FSH, jumlah reseptor FSH pada sel granulosa meningkat
menjadi 1500 res eptor persel dan pada saat yang sama sel
m ulai menghasilkan 17-estradiol dengan proses aromatisasi androgen
yang yang berasal dari sel teka. FSH dan estrogen bersama-sama
menyebabkan proliferasi sel granulosa dan meningkatkan jumlah
reseptor FSH pada plasma membran sel granulosa. Produksi cairan
folikuler meningkat dan menumpuk dalam ruang intraseluler yang
akhirnya saling berhubungan dan membentuk rongga yang disebut
sebagai antrum dengan diameter 500u. Gambaran morfologi yang
menandai pertumbuhan folikel sekunder dan dimulainya kepekaan
folikel terhadap gonadotropin adalah adanya antrum. 1
Gambar 3. Perkembangan ukuran folikel ovarium
16 Universitas Sumatera Utara
Sebagian besar dari waktu ini (sampai tahap lanjut) melibatkan kejadian
yang independen dari regulasi hormonal. Akhirnya, sekelompok folikel ini
mencapai suatu tingkat dimana bila tidak direkrut (diselamatkan) oleh
FSH, akan menjadi atresia. Dengan demikian, folikel ini terus menerus
tersedia (ukuran 2-5 mm) untuk berespon terhadap FSH. Peningkatan
FSH adalah hal yang sangat penting dalam menyelamatkan sekelompok
folikel dari atresia (nasib dari kebanyakan folikel), yang akhirnya hanya
satu folikel yang dominan yang muncul dan mengalami proses ovulasi.
Tanpa adanya peningkatan kadar FSH sirkulasi yang persisten maka
sekelompok folikel tersebut akan mengalami proses apoptosis yaitu
kematian sel fisiologis yang terprogram untuk menghilangkan sel-sel yang
berlebihan.1
Gambar 4. Hubungan diameter folikel antral dengan volume cairan antral ovarium
Rekruitmen secara tradisional telah digunakan untuk menjelaskan
pertumbuhan folikel antral yang terus menerus sebagai respon terhadap
FSH. Ada sebuah konsep yang lebih yang menyatakan bahwa
sekelompok folikel yang berespon terhadap FSH pada permulaan siklus
haid diselamatkan dari apoptosis. Ingatlah bahwa perkembangan folikel
yang sangat dini mulai secara terus menerus dan tidak dipengaruhi oleh
gonadotropin. Nasib kebanyakan dari folikel ini adalah apoptosis; hanya
17 Universitas Sumatera Utara
folikel-folikel (folikel-folikel yang siap berespon terhadap peningkatan FSH
selama transisi luteal folikuler) yang terpapar terhadap peningkatan FSH
yang memiliki nasib baik untuk berkompetisi untuk diseleksi menjadi
sebuah folikel dominan. Pola umum pertumbuhan folikel yang terbatas
pertumbuhannya dan cepat mengalami atresia di intrupsi pada permulaan
siklus menstruasi saat sekelompok folikel (setelah sekitar 70 hari
pengembangan) berespon terhadap perubahan hormonal dan didorong
untuk tumbuh. Penurunan steroidogenesis pada fase luteal dan sekresi
inhibin-A memungkinkan peningkatan FSH, yang dimulai beberapa hari
sebelum menstruasi. Penentuan waktu pada kejadian penting ini
didasarkan pada data yang berasal dari immunoassay FSH. Dengan
menggunakan pengukuran bioaktivitas FSH yang sensitif, dinyatakan
bahwa peningkatan bioaktivitas FSH dimulai pada pertengahan hingga
akhir fase luteal. 1
Gambar 5. Hubungan siklus ovulasi dengan diameter folikel antral ovarium
18 Universitas Sumatera Utara
Gambar 6. Hubungan perkembangan folikel dengan diameter folikel ovarium
FSH bekerja secara sinergis dengan estrogen untuk merangsang
proliferasi sel-sel granulosa melalui kerja mitogeniknya. FSH dan estrogen
bekerjasama meningkatkan akumulasi cepat dari reseptor FSH yang
merefleksikan peningkatan sel-sel granulosa. Munculnya estrogen secara
dini dalam folikel menyebabkan folikel dapat berespon terhadap
konsentrasi FSH yang relatif rendah, inilah fungsi autokrin estrogen dalam
folikel. Sementara sel-sel granulosa terus mengalami pertumbuhan,
sel-sel ini berdiferensiasi menjadi beberapa subkelompok dengan populasi
sel yang berbeda. Diferensiasi ini tampaknya ditentukan oleh posisi relatif
sel-sel granulosa terhadap oosit. 1
Peran androgen pada perkembangan folikel dini cukup kompleks.
Reseptor androgen khusus ada pada sel granulosa. Androgen tidak hanya
berperan sebagai substrat untuk aromatisasi oleh FSH, tetapi pada
konsentrasi rendah dapat lebih lanjut meningkatkan aktivitas aromatase.
Bila terpapar terhadap lingkungan yang kaya androgen, sel-sel granulosa
preantral merangsang konversi androgen menjadi 5α-reduced androgen
yang lebih potent dari pada menjadi estrogen. Androgen ini tidak dapat
19 Universitas Sumatera Utara
dikonversi menjadi estrogen dan sesungguhnya menghambat aktivitas
aromatase. 5α-reduced androgen juga menghambat pembentukan
reseptor LH oleh stimulasi FSH, langkah lain yang penting dalam
perkembangan folikel. 1
Pada konsentrasi rendah, androgen meningkatkan aromatisasinya sendiri
dan berkontribusi terhadap produksi estrogen. Pada kadar yang lebih
tinggi, kapasitas aromatisasi menjadi terbatas, dan folikel menjadi
androgenik dan atresia. Folikel akan terus berkembang hanya jika kadar
FSH meningkat dan LH yang rendah. Folikel ini yang muncul pada akhir
fase luteal atau pada awal dari siklus menstruasi akan didukung oleh
lingkungan
dimana
Keberhasilan
sebuah
aromatisasi
folikel
sel-sel
bergantung
granulosa
pada
dapat
kemampuan
terjadi.
untuk
mengubah lingkungan mikronya yang dominan androgen menjadi
lingkungan mikro yang dominan estrogen. 1
Di bawah pengaruh sinergis estrogen dan FSH ada peningkatkan produksi
cairan folikuler yang terakumulasi dalam intersel dari sel-sel granulosa,
yang akhirnya bersatu membentuk kavitas, saat folikel mencapai tahap
transisi menjadi folikel antral. Akumulasi cairan folikular memberikan suatu
media dimana
oosit dan sel granulosa sekitarnya bisa mendapatkan
nutrisi dalam suatu lingkungan hormonal yang spesifik. Sel-sel granulosa
yang mengelilingi oosit disebut cumulus oophorus. Diferensiasi sel-sel
cumulus diyakini akibat respon terhadap sinyal yang berasal dari oosit.1
Dengan adanya FSH, estrogen menjadi substansi yang dominan di dalam
cairan folikel. Sebaliknya, bila FSH tidak ada, androgenlah yang menjadi
dominan. LH normalnya tidak ada di dalam cairan folikuler kecuali di
pertengahan siklus. Bila LH meningkat prematur di dalam sirkulasi dan
cairan antral, aktivitas mitosis pada sel-sel granulosa menurun, terjadi
20 Universitas Sumatera Utara
perubahan degeneratif, dan kadar androgen dalam folikel meningkat. Oleh
karena itu, dominansi estrogen dan FSH penting untuk mempertahankan
akumulasi sel-sel granulosa dan pertumbuhan folikuler secara terus
menerus. Folikel antral dengan tingkat tertinggi proliferasi sel-sel
granulosanya mengandung konsentrasi estrogen tertinggi dan rasio
androgen/estrogen
terendah,
dan
folikel
yang
paling
besar
kemungkinannya memiliki oosit yang sehat. Lingkungan androgenik akan
mengantagonis proliferasi sel-sel granulosa yang diinduksi oleh estrogen,
dan bila ini terus menerus berlangsung akan menyebabkan perubahan
degeneratif pada oosit.1
Interaksi antara kompartemen sel-sel granulosa dan sel-sel teka yang
menyebabkan
produksi
estrogen
dipercepat,
tidaklah
sepenuhnya
berfungsi sampai perkembangan antral lanjut. Seperti sel-sel granulosa
preantral, sel-sel granulosa folikel antral kecil menunjukkan suatu tendensi
invitro untuk mengubah sejumlah androgen menjadi 5α-reduced androgen
yang lebih potent. Sebalikannya, sel-sel granulosa yang berasal dari
folikel antral yang lebih besar lebih mudah dan cenderung merubah
androgen menjadi estrogen. Perubahan dari lingkungan mikro yang
androgenik menjadi lingkungan mikro yang estrogenik (suatu kompersi
yang esensial untuk pertumbuhan dan perkembangan lebih lanjut) adalah
bergantung pada peningkatan sensitivitas terhadap FSH, melalui kerja
FSH dan diperkuat oleh estrogen.1
Konversi yang sukses menjadi sebuah folikel yang dominan estrogen
menandai seleksi sebuah folikel yang ditakdirkan untuk berovulasi, suatu
proses dimana dengan sedikit pengecualian, hanya satu folikel tunggal
yang sukses. Proses seleksi ini merupakan hasil dari pada dua kerja
estrogen pada tingkat yang signifikan: 1. Interaksi lokal antara estrogen
dan FSH di dalam folikel, 2. Efek estrogen terhadap sekresi FSH hipofise.
Sementara estrogen memberikan pengaruh yang positif terhadap kerja
21 Universitas Sumatera Utara
FSH
dalam
folikel
yang
matang,
sedangkan
pada
tingkat
hipothalamus-hipofise estrogen memberikan efek umpan balik negatifnya
terhadap FSH yang akan berperan untuk menarik dukungan gonadotropin
terhadap folikel lain yang kurang berkembang. Turunnya kadar FSH akan
menyebabkan penurunan aktivitas aromatase yang bergantung pada FSH
yang membatasi produksi estrogen pada folikel yang kurang matang.
Bahkan jika folikel yang lebih kecil mampu menciptakan lingkungan yang
mikroestrogenik, turunnya dukungan FSH akan mengganggu proliferasi
dan fungsi sel-sel granulosa, menyebabkan suatu perubahan menjadi
lingkungan
mikro
yang
androgenik,
dan
dengan
demikian
akan
menyebabkan atresia yang irreversibel. Memang benar bahwa kejadian
pertama pada proses atresia adalah penurunan reseptor FSH pada
lapisan sel-sel granulosa.
Pada hari ke 5-7 siklus haid terjadi proses seleksi folikel dominan yang
mempunyai kemampuan merubah androgen menjadi estrogen. Folikel
yang lain berhenti berkembang dan mengalami proses atresia. Folikel
dominan terus tumbuh dan menghasilkan estrogen yang memberikan
sinyal umpan balik negatif terhadap produksi FSH dan menyebabkan
penurunan FSH. FSH menginduksi munculnya reseptor LH pada sel
granulosa. Suatu proses yang diperkuat dengan kondisi kadar
estrogen yang tinggi pada saat yang bersamaan. Produksi estrogen
secara bertahap meningkat dan kadar estrogen mencapai konsentrasi
ambang batas yang diperlukan untuk terjadinya LH surge yang
dimulai 14-24 jam setelah serum estrogen mencapai konsentrasi
puncak.1,18
22 Universitas Sumatera Utara
Gambar 7. Gambar siklus menstruasi pada wanita
Karakteristik menstruasi pada wanita yang lebih tua berhubungan dengan
jumlah folikel yang tersisa. Ovarium
perempuan tua yang masih teratur
menstruasi mengandung folikel 10 kali lebih banyak dibandingkan dengan
wanita perimenopause yang jarang menstruasi, folikel hampir tidak ada
dalam ovarium wanita postmenopause. Terlepas dari usia, interval dari
hilangnya keteraturan menstruasi sampai menopause adalah sekitar
5 tahun. Riwayat menstruasi saja sering kali sudah cukup untuk
menetapkan diagnosis anovulasi. Menstruasi pada wanita dengan ovulasi
normal umumnya teratur, dapat diprediksi, dengan durasi dan volume
yang tetap, dan biasanya disertai dengan pola gejala pramenstruasi dan
menstruasi yang dapat dikenal.1
Selama
masa
reproduktif,
pada
kebanyakan
wanita,
percepatan
pengurangan folikel dan penurunan fertilitas mulai terjadi pada usia
37-38 tahun (hingga mencapai 25.000 oosit), kemudian menopause terjadi
±setelah 13 tahun kemudian (rata-rata 51 tahun). Pada studi epidemiologi,
23 Universitas Sumatera Utara
kira-kira 10% wanita pada populasi umum mengalami menopause pada
usia 45 tahun, mungkin karena mereka dilahirkan dengan cadangan folikel
ovarium yang lebih kecil dari orang normal yang secara fungsional
mengalami deplesi pada umur yang lebih muda. Analisa silsilah keluarga
telah
mengungkapkan
bahwa
gambaran
genetik
menopause
dini
(usia 40-45) dan kegagalan ovarium prematur adalah sama dan
menunjukkan suatu pola pewarisan dominan melalui keluarga ibu atau
keluarga ayah. Pada saat menopause, jumlah folikel yang tersisa kurang
dari 1000 folikel tanpa memandang usia. 1
Pada saat wanita mencapai usia 40 tahunan, mulai berlangsung proses
anovulasi. Sebelum anovulasi terjadi lebih umum, dan sebelum terjadi
anovulasi panjang siklus menstruasinya memanjang, yang mulai terjadi
2-8 tahun sebelum menopause. Dalam suatu penelitian longitudinal dari
Australia, bila panjang siklus mentruasi lebih dari 42 hari, diramalkan
menapause akan terjadi dalam waktu 1 atau 2 tahun kemudian. Periode
siklus menstruasi yang lebih panjang ini secara seragam mendahului
terjadinya menopause tanpa memandang usia saat menstruasi berhenti,
apakah
menopausenya
cepat atau lambat. Penentu utama panjang
siklus menstruasi adalah lamanya fase folikuler. Perubahan siklus
menstruasi ini yang terjadi sebelum menopause adalah ditandai oleh
peningkatan kadar FSH dan penurunan kadar inhibin, tetapi kadar LH
tetap normal dan kadar estradiol hanya sedikit meningkat. Panjangnya
siklus
menstruasi
ditentukan
oleh
kecepatan
dan
kualitas
dari
pertumbuhan dan perkembangan folikel, dan hal ini bervariasi antar tiap
individu. 1
Ketika tingkat pengurangan folikuler mulai meningkat selama masa usia
reproduktif lanjut, tetapi sebelum adanya perubahan yang nyata dalam hal
regularitas menstruasi, kadar FSH serum mulai meningkat; konsentrasi LH
tetap tidak berubah. Peningkatan kadar FSH sirkulasi saja tanpa
24 Universitas Sumatera Utara
peningkatan LH bisa akibat dari perubahan yang berkaitan dengan umur
pada pola sekresi pulsatil GnRH atau akibat dari pengurangan folikel yang
progresif dan tingkat penghambatan umpan balik yang rendah terhadap
sekresi FSH hipofise oleh hormon ovarium. Bukti-bukti yang ada sekarang
menyokong penjelasan yang kedua. Walaupun frekuensi pulsasi sekresi
GnRH yang lebih lambat, lebih merangsang sekresi FSH dibanding
sekresi LH, frekuensi dan amplitudo pola pulsasi sekresi LH pada wanita
yang muda atau tua adalah hampir sama bahkan setelah ooverektomi.
Kadar inhibin B sirkulasi pada fase lutal mengalami penurunan pada saat
atau bahkan sebelum konsentrasi FSH mulai meningkat. Kemudian terjadi
juga penurunan kadar inhibin A serum fase luteal. Kedua inhibin secara
selektif menghambat sekresi FSH hipofise. Akibatnya kadar FSH
meningkat secara progresif karena produksi inhibin dari simpanan folikel
yang mengalami penuaan menurun, paling jelas pada fase folikular dini.
Produksi inhibin yang menurun mungkin menggambarkan jumlah folikel
yang semakin menyusut, penurunan kapasitas fungsional folikel yang
lebih tua, atau kedua-duanya. Pengamatan bahwa konsentrasi inhibin
cairan folikel preovulasi adalah hampir sama pada wanita yang muda dan
tua yang masih menstruasi, menyatakan bahwa jumlah folikel yang tersisa
adalah faktor yang paling penting. 1
Dengan bertambahnya usia maka kadar FSH meningkat, maka fase
folikuler semakin pendek tapi kadar LH dan durasi fase luteal tidak
berubah. Siklus menstruasi tetap teratur, tetapi panjang dan variabilitas
siklus menstruasi keseluruhan mengalami penurunan. Saat kadar FSH
meningkat dan fase folikuler semakin pendek, maka kadar estradiol
meningkat lebih dini, menunjukkan bahwa kadar FSH yang lebih tinggi
merangsang perkembangan folikel lebih cepat. Peningkatan kadar
estradiol yang lebih dini bukanlah akibat dari percepatan pertumbuhan
folikel tetapi akibat perkembangan folikel lanjut pada permulaan siklus
menstruasi dan seleksi folikel dominan yang lebih dini. Panjang fase
25 Universitas Sumatera Utara
folikular dan panjang siklus menstruasi mencapai tingkat terendahnya
kira-kira saat usia 42 tahun. 1
Gambar 8. Hubungan antara umur dengan siklus menstruasi
2.2.1 Mekanisme Penurunan Fertilitas Wanita Berkaitan Dengan Usia
Pengaruh penuaan pada kesuburan wanita mungkin lebih baik dibuktikan
dari hasil penelitian kesuburan dalam populasi dimana pasangan dapat
bereproduksi secara sukarela tanpa batasan. Salah satu contoh klasik
adalah populasi Hutterit di Amerika Utara (Amerika Serikat/United State
America/USA). Penelitian tentang kesuburan dari populasi Hutterite
menunjukkan bahwa kesuburan menurun dengan meningkatnya usia.
Tingkat infertilitas secara keseluruhan adalah 2,4%, 11% dari wanita yang
tidak melahirkan anak setelah usia 34 tahun, 33% pada usia 40 tahun,
dan 87% pada usia 45 tahun. Secara keseluruhan, data dari penelitian di
Hutterit dan populasi lainnya menunjukkan bahwa puncak kesuburan
perempuan adalah usia 20 sampai 24 tahun; mengalami penurunan relatif
kecil sampai sekitar usia 30-32 tahun, dan kemudian menurun secara
progresif, lebih cepat setelah usia 40 tahun. Secara keseluruhan, tingkat
kesuburan adalah 4% sampai 8% lebih rendah pada wanita berusia
26 Universitas Sumatera Utara
25-29 tahun, 15 sampai 19% lebih rendah antara usia 30 dan 34 tahun,
26- 46% lebih rendah pada wanita berusia 35-39 tahun, dan sebanyak
95 % lebih rendah antara usia 40 dan 45 tahun.1
Hasil dari semua perubahan di masyarakat adalah kecenderungan
menunda untuk melahirkan anak pada wanita Amerika. Median umur
pertama kelahiran hidup terus meningkat dari 21,4 tahun pada tahun 1970
sampai 24,9 tahun pada tahun 2000 (3,5 tahun dan 16% lebih tinggi).
Angka kelahiran turun pada wanita usia 15-19 tahun (68,3 dibandingkan
dengan 45,3/1.000), 20-24 tahun (167,8 vs 106,2) dan usia 25-29 tahun
(145,1
vs
113,4),
meningkat
pada
wanita
berusia
30-34
tahun
(73,3 vs 91,9) dan 35- 39 tahun (31,7 vs 40,6), dan belum berubah untuk
usia 40-44 tahun (8.1 vs 8.1).1
Tingkat kesuburan di USA (kelahiran per 1.000 perempuan berusia
15-44 tahun) pada tahun 2001 adalah 62,3%, ini 8% lebih rendah dari
tahun 1990 (70.9/1.000), 25% lebih rendah dari pada tahun 1970
(87,9/111) dan hampir 40% lebih rendah dari tahun 1950 (106,2/1.000)
jenis kelahiran Amerika dan pengurangan fertilitas dapat dihubungkan
dengan beberapa faktor, yaitu : Ketertarikan terbesar pada peningkatan
pendidikan dan karir pada wanita, tingginya angka perceraian dan
lamanya usia menikah, berkembangnya kontrasepsi dan fasilitas keluarga
berencana, terlambatnya melahirkan anak.1
Sebuah penelitian di Belanda menemukan bahwa kemungkinan kelahiran
hidup turun sekitar 3,5% per tahun setelah usia 30 tahun.
seorang
wanita
yang
mengalami
masalah
Pada
kesuburan,
diperlukan sekali suatu pemeriksaan untuk mengetahui kualitas dan
kuantitas folikel yang ada untuk memprediksi keberhasilan program
stimulasi ovarium untuk mencapai kehamilan. 1
27 Universitas Sumatera Utara
Jumlah sisa folikel ovarium terus menurun dengan bertambahnya umur,
semakin cepat setelah usia 38 tahun, pengamatan pada siklus yang
terstimulasi menunjukkan bahwa folikel juga menjadi semakin kurang peka
terhadap stimulasi gonadotropin. Jadi mengapa penurunan kesuburan
pada wanita meningkat dengan usia? Bukti-bukti menunjukkan bahwa
penurunan kesuburan yang berhubungan dengan usia dan meningkatnya
resiko abortus spontan dapat dikaitkan dengan pengurangan folikel
progresif dan insiden tinggi kelainan pada penuaan oosit.1
2.2.2 Cadangan Ovarium (Ovarium Reserve)
Sampai saat ini masih belum dijumpai suatu pemeriksaan yang
benar- benar dapat menunjukkan kondisi kuantitas dan kualitas folikel
dalam ovarium secara sempurna, namun setidaknya ada beberapa
parameter yang dapat dipakai untuk memprediksi kuantitas dan kualitas
folikel tersebut. Dalam hal inilah peran kita untuk mengetahui cadangan
ovarium (ovarium reserve). Beberapa indikator yang bisa digunakan untuk
memprediksi ovarian reserve antara lain: 13
1.
Faktor Usia Wanita.
2.
Merokok
3.
BMI (Body Mass Index / Indeks Massa Tubuh)
4.
Kadar FSH Basal
5.
Nilai Estradiol (E2) Basal
6.
Kadar Inhibin B
7.
Anti Mullerian Hormone (AMH)
8.
Clomiphen Citrate Challenge Test (CCCT)
9.
GAST (Gonadotronin Releasing Hormon Agonis Stimulation Test)
10.
Exogenus FSH Ovarian Reserve Test (EFFORT)
11.
Volume Ovarium
12.
Hitung Folikel Antral (Antral Follicle Count/AFC)
13.
Doppler Ovarian Blood Flow
28 Universitas Sumatera Utara
14.
Biopsi Ovarium
15.
Respon Terhadap Stimulasi FSH
16.
Fertilisasi Invitro
17.
Polimorfisme Reseptor FSH
Penilaian ovarian reserve sangatlah penting untuk menentukan
prognostik pasien dalam hal keberhasilan stimulasi (respon ovarium)
maupun kemungkinan hamil, juga untuk menentukan strategi stimulasi
ovarium yang tepat, baik mengenai jenis obat-obatan yang dipakai, dosis
obat yang diperlukan dan lama pemberiannya, sehingga dengan
demikian
hasil
memberikan
uji
ovarian
konseling
reserve
pada
ini
dapat
wanita
dipakai
mengenai
untuk
potensi
reproduksinya dan membuat keputusan mengenai terapi yang dapat
dilakukan.19
Penilaian ovarian reserve sebaiknya dilakukan secara
rutin, terutama sebelum pasien masuk dalam program TRB. 2 0
Tes cadangan ovarium telah muncul sebagai alat baru, penting dan
sangat
berguna
dalam
evaluasi
perempuan
yang
tidak
subur.
Tes cadangan ovarium umumnya handal, tapi tentu tidak sempurna. Hasil
tes yang abnormal tidak mengesampingkan kemungkinan kehamilan.
Kecuali bila secara kasar memang abnormal, maka sebaiknya, hasilnya
tidak digunakan untuk menolak pengobatan, tapi hanya untuk informasi
prognosis yang dapat membantu seleksi panduan perawatan dan
penggunaan sumber daya yang tersedia. Meskipun kemungkinan
kehamilan rendah, seseorang tidak dapat secara akurat memprediksi
siapa di antara beberapa orang dengan hasil tes abnormal untuk berhasil.
Tingkat kesuksesan pada setiap individu wanita berkisar 0 atau 100%. 1
29 Universitas Sumatera Utara
Haruskah semua wanita subur melakukan tes cadangan ovarium? Tentu
saja, hasil tes abnormal pada wanita muda sangat rendah, kecuali
mungkin ketidaksuburan mereka tidak dapat dijelaskan setelah evaluasi
menyeluruh lainnya. 1
3. HUBUNGAN UMUR, KADAR FSH BASAL DAN JUMLAH FOLIKEL
ANTRAL DALAM OVARIUM RESERVE
3.1. Hubungan Usia Wanita Dengan Cadangan Ovarium
Usia sangatlah memegang peranan penting dalam penanganan masalah
infertilitas. Kemungkinan hamil akan menurun seiring bertambahnya usia.
Angka kehamilan mulai menurun pada usia 35 tahun dan sangat rendah
mulai usia 40 tahun. 4
Oleh karena itu bagi para dokter yang berkecimpung dalam bidang
kedokteran reproduksi ini khususnya dalam masalah infertilitas haruslah
memiliki pengetahuan dan pemahaman yang luas dan mendalam
mengenai berbagai faktor yang terlibat dalam masalah infertilitas ini, agar
bisa
memberikan
pelayanan
yang
terbaik
pada
pasien
yang
membutuhkan. Sangatlah penting untuk memulai pemeriksaan dan
pengobatan sedini mungkin pada wanita dan melakukan pemeriksaan
dengan uji diagnostik yang akurat dan valid seoptimal mungkin untuk
mendapatkan diagnostik yang akurat dan memulai pengobatan sesegera
mungkin berdasarkan evidence based, agar kita tidak menghilangkan
kesempatan pasangan suami istri untuk memperoleh anak biologiknya
sendiri akibat pemeriksaan yang tidak akurat dan pengobatan yang tidak
tepat yang kita lakukan. 4
Fertilitas
jelas
menurun
dengan
meningkatnya
usia
wanita.
Menurunnya fertilitas sesuai penuaan jelas disebabkan berkurangnya
jumlah folikel primordial. Telah diamati bahwa > 250.000 folikel
30 Universitas Sumatera Utara
primordial pada saat menars dan hanya beberapa ratus sampai ribu saja
yang tersisa pada akhir masa reproduksi. Jumlah folikel antral yang
berdiameter > 2 mm yang dinilai dengan USG transvaginal menurun
sebesar 60% antara usia 22 dan 42 tahun.13
Menurunnya angka keberhasilan IVF pada pasien yang berumur tua
dikarenakan berkurangnya cadangan ovarium.19 Umur pasien saja
merupakan prediktor lemah untuk memprediksi cadangan ovarium dan
respon terhadap stimulasi IVF. 15,18,21
Angka kelahiran hidup IVF berkurang dengan jumlah folikel antral yang
rendah. Wanita dengan jumlah folikel antral yang rendah menghasilkan
telur yang lebih sedikit dan mempunyai angka siklus pembatalan IVF yang
tinggi.
Jumlah folikel antral rata-rata pada wanita berusia dibawah
35 tahun sebanyak 23 folikel, usia 35-37 tahun sebanyak 18 folikel,
usia 38-40 tahun sebanyak 13 folikel, dan usia 41-42 tahun sebanyak
12 folikel.16
Pada wanita berusia 35-37 tahun memiliki angka keberhasilan yang lebih
rendah dibandingkan usia dibawah 35 tahun sehingga angka siklus
pembatalan yang lebih tinggi. Pada wanita usia
41-42 tahun secara
substansial memiliki angka keberhasilan yang lebih rendah. Memiliki lebih
dari 20 folikel antral adalah yang terbaik pada umur 41-42 tahun.16
Menurut Tomas C dkk FSH basal serum bersama dengan umur ibu
merupakan faktor utama yang mempengaruhi hasil akhir dari stimulasi
ovarium. 15
31 Universitas Sumatera Utara
3.2. Hubungan Kadar FSH Basal Dengan Cadangan Ovarium
FSH merupakan hormon terpenting yang berperan dalam proses
menstruasi alami maupun yang distimulasi. Wanita yang memasuki
usia menopause mengalami penurunan jumlah folikel yang
drastis
dengan
mengalami
perkataan
penurunan.
lain
Dengan
cadangan
jumlah
indung
folikel
telur
semakin
berkurang secara otomatis produksi estrogen juga menurun, ini akan
memberikan sinyal umpan balik positif ke otak untuk merangsang
peningkatan produksi FSH dan selanjutnya akan merangsang
ovarium menghasilkan telur yang bagus dan kadar estrogen
yang cukup. Pengukuran kadar FSH yang biasanya dilakukan
pada awal haid (hari 1-3).17 Peningkatan kadar FSH hari ke 3 siklus
berkorelasi dengan prognosis buruk untuk kesuksesan IVF (kurang dari
10%), terlepas dari umurnya. 20
Sementara hubungan berbanding terbalik antara kadar FSH serum fase
awal folikuler dan keberhasilan IVF cukup informatif, manfaat klinis uji ini
terhadap kemampuan untuk membuat sebuah nilai ambang batas kritis
dari FSH terdapat perbedaan yang jelas dalam hasil pengobatan. Nilai
ambang FSH harus dipilih secara independen dan divalidasi oleh
laboratorium di mana ia diukur. Setidaknya, dokter harus tahu dengan
nilai-nilai yang disediakan oleh laboratorium. Saat ini, di sebagian besar
laboratorium, FSH serum hari ke tiga di atas 10-15 mIU/ml dianggap
abnormal.22
Bagaimanapun terdapat keterbatasan mengenai korelasi antara
FSH dan fertilitas. Ada beberapa wanita dengan kadar FSH
menigkat tetapi fertilitasnya normal. Dapat juga terjadi variasi
nilai FSH dari bulan ke bulan atau variasi antar siklus. Pada
beberapa wanita dapat terjadi pertumbuhan folikel ovarium
32 Universitas Sumatera Utara
besar
yang
telah
mencapai
pematangan pada awal siklus
sehingga menyebabkan perubahan kadar FSH. Jadi sebaiknya
dilakukan ultrasonogarfi (USG) pada setiap pasien pada hari
ke 3 atau hari ke 4 siklus sebelum dilakukan pemeriksaan FSH.
Adanya kista yang menghasilkan estrogen bahkan dapat menekan
kadar FSH dibawah nilai basal, sehingga disalahartikan wanita
tersebut mempunyai cadangan folikel ovarium yang baik. Semua
wanita yang menjalani pembedahan ovarium berulang dapat menjadi
responden jelek secara dini. Wanita dengan satu ovarium sejak lama
diketahui mempunyai nilai basal FSH yang lebih tinggi dibanding mereka
yang mempunyai 2 ovarium. Pemeriksaan FSH memberikan nilai
prognostik pada keberhasilan program bayi tabung, dengan meningkatnya
usia terutama akan mempengaruhi keberhasilan kehamilan dan angka
implantasi, untuk kelompok usia muda dengan FSH yang tinggi akan
meningkatkan angka pembatalan siklus dalam program bayi tabung tapi
angka implantasi relatif masih cukup baik.4
Bila terjadi peningkatan FSH maka seorang wanita cenderung akan gagal
pada siklus IVF selanjutnya tanpa melihat hasil dari siklus hari ke-3.20
Kadar FSH serum dari siklus hari ke tiga bila kadarnya <10 mIU/ml
dianggap normal, 10-15 mIU/ml dianggap gray zone dan >15 mIU/ml
dianggap abnormal dengan adanya penurunan cadangan ovarium.1,19,16,23
Namun demikian pasien tidak bisa digeneralisasikan semua
yang mempunyai kadar FSH tinggi mempunyai ovarian reserve yang
rendah. Banyak penelitian melaporkan wanita dengan kadar FSH yang
tinggi dengan usia di bawah 35 tahun dapat berhasil hamil dengan
ataupun tanpa teknik bantuan reproduksi. Pada penelitian kasus di atas
usia 40 tahun dengan kadar FSH yang normal bahkan banyak yang tidak
hamil. Templeton24 menyatakan perkiraan antara peningkatan kadar basal
FSH dengan menopause berkisar 13 tahun. Baru-baru ini banyak
33 Universitas Sumatera Utara
penelitian menemukan bahwa terdapat penurunan pada rata-rata volume
ovarium dan rata-rata jumlah folikel dengan usia dengan peningkatan
kadar FSH basal setelah usia 35 tahun pada wanita dengan kesehatan
reproduksi yang normal. 22
3.3. Hubungan Jumlah Folikel Antral Dengan Cadangan Ovarium
Penghitungan
jumlah
folikel
antral
dengan
USG
dapat
memperbaiki prediksi respons ovarium. Folikel antral adalah folikel
kecil-kecil ukuran antara 2-8 mm. Dengan menggunakan USG
transvaginal kita dapat menghitung folikel antral setiap ovarium
pada awal haid.1
Jumlah folikel antral kecil yang diamati dengan pemeriksaan USG
transvaginal di awal siklus menstruasi mencerminkan ukuran folikel
istirahat dan berkorelasi dengan umur dan respon terhadap stimulasi
gonadotropin; pengamatan dari 10 folikel atau lebih sedikit dikaitkan
dengan peningkatan risiko kegagalan siklus.1
Transvaginal sonografi dapat memberikan pengukuran yang valid dari
folikel antral.16,25
Penurunan hitung total folikel antral berhubungan
dengan penurunan jumlah folikel dominan.19 Menurut Thomas C, dkk
dan Chang MY dkk, memperkenalkan jumlah folikel antral sebagai
suatu cara yang mudah dilakukan dan non invasif untuk melengkapi
informasi penting mengenai respon ovarium sebelum memulai stimulasi
gonadotropin dalam program IVF.13,15
AFC merupakan prediktor tunggal terbaik untuk menilai respon ovarium
dalam teknologi IVF.26 Terdapat 2 penelitian yang menyimpulkan bahwa
AFC merupakan parameter yang lebih baik dibandingkan FSH basal.19
34 Universitas Sumatera Utara
Tetapi pada pasien usia muda dengan AFC rendah memang dapat
diperkirakan terdapat penurunan ovarian reserve, tetapi kualitas oosit
mungkin masih baik, oleh karena itu pada pasien dengan usia muda
dengan AFC rendah jangan dibatasi untuk mendapat terapi seperti IVF.26
Jumlah folikel indikator terbaik dari penurunan cadangan ovarium adalah
folikel antral hari ke tiga haid atau kurang (sensitifitas 84,1%, spesifisitas
56,9%) atau folikel antral hari pertama haid (sensitifitas 73,7%, spesifisitas
89,3%).22 Menurut Chang MY dkk, Menurunnya jumlah folikel primordial
yang berkembang menjadi sekelompok folikel antral kecil. Menurunnya
AFC juga berhubungan dengan menurunnya jumlah oosit yang
didapat.15
35 Universitas Sumatera Utara
Gambar jumlah antral folikel ovarium yang banyak
Gambar jumlah antral folikel ovarium yang normal
Gambar jumlah antral folikel ovarium yang sedikit
Gambar 9. Gambar jumlah folikel antral ovarium dari USG dengan Doppler
27
36 Universitas Sumatera Utara
Download