PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI DESA RUKOH KECAMATAN SYIAH KUALA BANDA ACEH KNOWLEDGE BREAST SELF EXAMINATION OF WOMEN IN RUKOH SUB DISTRICT SYIAH KUALA BANDA ACEH Rena Intan Mauliza1; Fithria2 1 Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 2 Bagian Keilmuan Keperawatan Keluarga Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh e-mail : [email protected], [email protected] ABSTRAK Kanker payudara adalah jenis kanker dengan prevalensi tertinggi kedua di dunia. Kanker payudara paling sering ditemukan pada wanita. Pada umumnya penderita kanker payudara ini tidak dapat ditolong karena terlambat diketahui dan diobati. Salah satu wilayah di Indonesia yang mengalami peningkatan jumlah pasien dengan masalah kanker payudara adalah Aceh. Kanker payudara sebenarnya dapat diatasi dengan deteksi dini yang dapat dilakukan secara mandiri oleh setiap wanita dengan melakukan pemeriksaan payudara sendiri (Sadari), tapi dimasyarakat ditemukan masih banyak wanita-wanita yang belum memiliki pengetahun tentang teknik untuk melakukan Sadari. Tujuan penelitian ini adalah melihat tingkat pengetahuan ibu tentang pemeriksaan payudara sendiri (Sadari) di Desa Rukoh Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 21 sampai 25 Juni 2016. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Teknik pengambilan sampel dengan proportional to size dengan jumlah sampel 92 responden. Teknik metode pengumpulan data adalah dengan menggunakan kuesioner yang dibagikan langsung kepada 92 responden yang terdiri dari 20 pernyataan. Metode analisis data menggunakan distribusi frekuensi. Hasil penelitian didapatkan tingkat pengetahuan ibu tentang konsep pemeriksaan payudara sendiri (Sadari) di Desa Rukoh Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh berada pada kategori baik sebanyak 79 responden (85,9%) dan pengetahuan ibu tentang teknik pemeriksaan payudara sendiri (Sadari) di Desa Rukoh Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh berada pada kategori baik sebanyak 76 responden (82,6%). Diharapkan pada wanita dapat melakukan SADARI secara rutin mencegah dan deteksi dini kanker payudara. Kata kunci : Pengetahuan, Teknik, Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) ABSTRACT The breast cancer is the most dangerous desease that been placed as a second in category of the highest previlience in the world. It is generally found and infects to woman all arround the world. Basicly, the breast cancer is always been late to be cured and it allows the cancer to grown up and can not be help anymore. And nowadays, Aceh is the province which the highest accusative of breast cancer and the rate is getting higher and higher in a year. Actually cancer is able to be cured which condition it is not too late and should be early detected by checking by your own self in less than 7 minutes each day. But the fact shows that almost all of our people do not realized that cancer is possible to grow up to be more fatal and helpless before they are realized that they had a cancer. The main purposes in this research is to figure out the stage of knowledge of the women about their own awareness of breast cancer in Rukoh Subdistrict, Banda Aceh. This reseacrh began from june 21(st) untill 25(th). This is an descriptive quantitave which is using the proportional size technique in sampling. Totall population in this reseacrh is 92 respondents which consist of 20 questionaires. The data analysis method is the data frequency distribution. As the result the research, 85,9% (arround 79 respondents) is in good category. In short, it shows that 79 respondents has a knowledge in breast cancer self checking concept. Furthermore, 82,6% (76 respondents) is in a good rate of self awareness about breast cancer. The author expect that all of women must be mastery or at least they able to understanding about breast cancer in order to prevent the cancer as soon as possible. Keywords: Knowledge, Technique, Breast Cancer Self Checking 1 PENDAHULUAN Kanker merupakan salah satu penyakit yang banyak menimbulkan kesengsaraan dan kematian pada manusia. Saat ini kanker menempati peringkat kedua penyebab kematian setelah penyakit jantung. Data World Health Organization (WHO) yang diterbitkan pada 2010 menyebutkan bahwa kanker merupakan penyebab kematian nomor 2 (dua) setelah penyakit kardiovaskuler (WHO, 2010). Jenis kanker dengan prevalensi tertinggi di dunia adalah kanker Jantung (12,7%), kanker Payudara (10,9%), dan kanker Kolon (9,8%). Ironisnya, kejadian ini akan terjadi lebih cepat di negara miskin dan berkembang (International Union Against Cancer /UICC, 2009 dalam Yayasan Kanker Indonesia, 2013). Dari data statistik, diperkirakan kanker yang paling banyak diderita oleh laki-laki pada tahun 2010 adalah kanker Prostat sebanyak 217.730 (28%) dan kanker yang paling banyak diderita oleh wanita pada tahun 2010 adalah kanker Payudara sabanyak 207.090 (28%) (American Cancer Society, 2010). Menurut WHO, kanker payudara merupakan kanker yang paling sering terjadi pada wanita, meskipun berdasarkan penemuan terakhir kaum pria pun bisa terkena kanker payudara. Dari hasil pengamatan, umumnya penderita kanker payudara sudah tidak dapat ditolong karena terlambat diketahui dan diobati (Purwoastuti, 2008, p.13). Globocan, IARC tahun 2012 menunjukkan kanker payudara menempati urutan kedua dari semua kanker pada wanita dengan prevalens rate 56,5 per 100.000 perempuan di dunia. Prevalens rate kanker payudara bervariasi, di Eropa Barat 177,5 per 100.000 perempuan, Asia Timur 38,7 per 100.000 perempuan, Afrika Timur 26,4 per 100.000 perempuan, Singapura 106,8 per 100.000 perempuan, Jepang 92,3 per 100.000 perempauan. Prevalensi kanker payudara di Indonesia menempati urutan keempat di Asia Tenggara setelah Singapura (106,8 per 100.000 perempuan), Philipina (49,6 per 100.000 perempuan), dan Brunei (46,9 per 100.000 perempuan). Prevalensi kanker payudara di Indonesia adalah 46,3 per 100.000 perempuan (Globocan, International Agency for Research on Cancer (IARC), 2012). Setiap tahun, di Indonesia diperkirakan terdapat 100 orang penderita baru kanker payudara per 100.000 penduduk. Ini berarti dari jumlah 237 juta penduduk ada sekitar 237.000 penderita kanker baru. Sejalan dengan itu data empiris juga menunjukkan bahwa kematian akibat kanker dari tahun ke tahun terus meningkat dan berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013, sekitar 5,7% kamatian semua umur disebabkan kanker ganas (Riskesdas, 2013). Hasil survei pada tahun 2013 di Rumah Sakit Zainoel Abidin, kejadian kanker payudara yang dirawat inap 256 kasus. Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Ibu dan Anak sejumlah 40 kasus. Peningkatan kasus kanker payudara atau resiko kanker lebih besar disebabkan oleh faktor lingkungan dibandingkan dengan faktor genetik (Kemenkes RI, 2013). Angka kejadian kanker payudara yang terus meningkat menjadi pusat perhatian tim kesehatan dimana kanker payudara kini telah menjadi masalah kesehatan bukan hanya di dunia saja, namun juga di Indonesia serta provinsi Aceh. Salah satu cara untuk mendeteksi atau mengidentifikasi secara dini kemungkinan adanya kanker payudara adalah dengan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dapat dimulai sejak seorang wanita sudah masuk pada masa pubertas. Hal ini perlu dilakukan agar dapat mengetahui kelainan yang terjadi pada payudara. Dengan pemeriksaan payudara sedini mungkin maka penanganan kanker dapat ditangani dengan tepat sehingga meningkatkan umur harapan hidup. Tindakan ini sangat penting karena hampir 85% benjolan di payudara ditemukan oleh penderita sendiri (Rasjidi, 2009). Penelitian yang dilakukan Dewi (2006) di kota Padang, mengenai pengetahuan, sikap dan pelaksanaan SADARI pada wanita yang beresiko tinggi kanker payudara, terdapat 2 sekitar 6,45% masih belum mengetahui adanya SADARI sebagai metode penemuan kanker payudara secara dini (Dewi, 2006). Penelitian serupa juga dilakukan Yenny (2009) di Kelurahan Petisah Hulu pada ibu-ibu usia 20 tahun keatas, mengenai pengetahuan ibu tentang SADARI didapatkan sekitar 73,4% masih belum mengetahui adanya SADARI (Yenny, 2009). Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan Monika (2010) di Lingkungan Linggarjati Pematangsiantar, tentang efektivitas penyuluhan kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap ibu dalam melakukan SADARI, diperoleh pengetahuan ibu yang baik (20%), pengetahuan ibu yang sedang (31,25%), dan pengetahuan ibu yang kurang (48,75%). Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada tanggal 5 Maret 2016, terhadap 5 orang ibu-ibu di Desa Rukoh Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh, didapatkan 3 orang ibu-ibu masih belum mengetahui apa itu SADARI dan 2 orang ibu-ibu mengetahui apa itu SADARI, namun hanya pernah mendengar tentang SADARI, tetapi tidak mengetahui secara detail cara melakukannya dan apa tujuan melakukan SADARI. Pengetahuan tentang SADARI sangat penting agar ibu-ibu dapat mendeteksi secara dini perubahan yang terjadi pada payudara. Sebagai mana kita ketahui tingkat pengetahuan seseorang dapat mempengaruhi perilaku orang tersebut. Semakin baik pengetahuan seseorang maka semakin baik perilaku orang tersebut, begitu juga sebaliknya. Namun, beberapa penelitian sebelumnya yang disebutkan diatas masih banyak ibu-ibu yang belum mengetahui tentang SADARI. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di Desa Rukoh Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh untuk mengetahui bagaimana pengetahuan ibu-ibu tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). METODE Desain penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Tujuan penelitian adalah memberikan gambaran pengetahuan ibu tentang konsep SADARI dan teknik SADARI di Desa Rukoh Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh 2016. Populasi penelitian adalah ibu-ibu usia 20 tahun sampai dengan 40 tahun di Desa Rukoh Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh tahun 2016 yang berjumlah 510 orang (Data Kependudukan Desa Rukoh, 2016). Pengambilan sampel secara cluster sampling. Penentuan sampel disetiap desa digunakan rumus proportional sampling dan diperoleh sampel sebanyak 92 orang. Alat pengumpulan data berupa kuesioner yang terdiri dari tiga bagian meliputi bagian A untuk mengetahui data demografi responden, bagian B untuk mengetahui tingkat pengetahuan responden tentang konsep SADARI, dan bagian C untuk mengetahui tingkat pengetahuan responden tentang teknik SADARI. Penelitian dilakukan pada lima dusun di Desa Rukoh Kecamatan Syiah Kuala yaitu dusun Meunasah Tuha, dusun Meunasah Baroh, dusun Lam Arah, dusun Silang, dan dusun Lamnyong pada bulan Juni 2016. HASIL Pengumpulan data penelitian telah dilakukan pada tanggal 21-25 Juni 2016 di Desa Rukoh Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh. Adapun hasil sebagai berikut: Tabel 1. Distribusi Frekuensi Data Demografi Ibu (n=92) No 1 2 Data Demografi Umur (Menurut Erickson) a. Remaja Akhir b. Dewasa Muda c. Dewasa Tengah Pendidikan Terakhir a. Pendidikan Dasar f % 1 1,1 41 44,6 50 54,3 11 12,0 3 3 4 5 b. Pendidikan Menengah c. Perguruan Tinggi Agama a. Islam b. Kristen c. Hindu d. Katolik e. Budha f. Khonghucu Pekerjaan a. IRT b. Petani/ Nelayan c. Guru/dosen d. PNS/TNI/ POLRI e. Wiraswasta Penghasilan (UMP, 2016) a. <Rp. 2.118.500 b. ≥ Rp.2.118.5 00 34 37,0 47 51,1 100 0 0 0 0 0 64 1 69,6 1,1 No 1 5 1,1 5,4 1 2 21 22,8 66 71,7 26 28,3 Pengetahuan ibu tentang konsep SADARI dikategorikan baik jika x ≥ 16,5 dan dikategorikan kurang jika x < 16,5. Hasil pengkategorian dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 2. Distribusi frekuensi pengetahuan ibu tentang konsep pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) (n=92) 1 2 Pengetahuan Konsep Baik Kurang Pengetahuan ibu tentang teknik SADARI dikategorikan baik jika x ≥ 13,5 dan dikategorikan kurang jika x < 13,5. Hasil pengkategorian dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 3. Distribusi frekuensi pengetahuan ibu tentang teknik pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) (n=92) 92 0 0 0 0 0 Gambaran pengetahuan ibu tentang konsep pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) No Gambaran pengetahuan ibu tentang teknik pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) f % 79 13 85,9 14,1 Berdasarkan tabel 2 diatas dapat dilihat bahwa pengetahuan ibu tentang konsep SADARI di Desa Rukoh Kecamatan Syiah Kuala berada pada kategori baik dengan frekuensi sebanyak 79 orang (85,9%). Pengetahuan Teknik Baik Kurang f % 76 16 82,6 17,4 Berdasarkan tabel 3 diatas dapat dilihat bhwa pengetahuan ibu tentang teknik SADARI di Desa Rukoh Kecamatan Syiah Kuala berada pada kategori baik dengan frekuensi sebanyak 76 orang (82,6%). PEMBAHASAN Gambaran pengetahuan ibu tentang konsep pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) di Desa Rukoh Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh Berdasarkan hasil penelitian yang ditunjukkan pada tabel 2 diketahui bahwa pengetahuan ibu tentang konsep pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) berada pada kategori baik yaitu sebanyak 79 orang (85,9%). Artinya sebagian besar ibu-ibu sudah mengetahui dengan baik mengenai konsep pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). Penelitian yang dilakukan oleh Pamungkas (2015) tentang hubungan antara pengetahun ibu tentang kanker payudara dengan perilaku SADARI pada Kader Posyandu Kecamatan Delanggu, didapatkan hasil bahwa 26 responden (70,3%) berpengetahuan baik. Hal ini dapat dikaitkan dengan faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang yang dikemukakan oleh Anisa (2013) seperti pengetahuan seseorang, yaitu pendidikan, informasi/media massa sosial budaya dan ekonomi, lingkungan, pengalaman, dan usia. Berdasarkan penelitian tersebut didapatkan bahwa tingkat pendidikan 4 tertinggi responden adalah perguruan tinggi sebanyak 26 responden (70,3%). Penelitian serupa juga pernah dilakukan oleh Desanti (2010) tentang persepsi wanita berisiko kanker payudara tentang pemeriksaan payudara sendiri di kota Semarang, Jawa Tengah didapatkan hasil bahwa tingkat pendidikan responden yang pernah melakukan SADARI sebanyak 16 orang (84,2%). Penelitian lain yang dilakukan oleh Awaliana, (2011) dalam penelitiannya yang berjudul pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) pada ibu-ibu di RW II Desa Krikilan Masaran Sragen menjelaskan bahwa tingkat pengetahuan tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) masih dibawah nilai rata-rata. Berdasarkan penelitian tersebut didapatkan bahwa tingkat pendidikan tertinggi responden adalah SMP/Sederajat sebanyak 26 responden (56,52%). Hal ini sesuai dengan pendapat Notoadmodjo (2012) yang menyatakan bahwa makin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan lebih mudah dalam menerima informasi, sehingga semakin banyak pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilainilai yang baru dikenal. Hasil frekuensi data demografi pada tabel 1 menunjukkan bahwa pada umumnya responden memiliki tingkat pendidikan yang tinggi yaitu sebanyak 47 responden (51,1%) merupakan seorang lulusan perguruan tinggi. Hal ini sesuai dengan penelitian diatas bahwa pendidikan mempengaruhi tingkat pengetahuan ibu dalam deteksi dini kanker payudara. Menurut peneliti, individu dengan tingkat pendidikan yang tinggi cenderung aktif mengakses informasi melalui media cetak ataupun elektronik, sehingga informasi tentang mencegah kanker payudara sejak dini bukan menjadi hal yang sulit untuk didapatkan. Pendidikan yang tinggi juga mempengaruhi pola pemikiran seseorang, ketika mendapatkan informasi. Membicarakan payudara merupakan hal yang sensitif karena ini merupakan organ kewanitaan dimana masyarakat menganggap hal ini tabu untuk menjadi bahan obrolan. Namun, pada mereka yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi biasanya tidak sungkan untuk membahas area-area sensitif ketika menemukan masalah terkait hal tersebut dan mendiskusikannya dengan ahli untuk menemukan solusi. Wanita dengan lulusan perguruan tinggi biasanya lebih terdepan untuk mengikuti isu dan perkembangan mengenai suatu masalah, dibandingkan mereka yang hanya berpendidikan SMP ataupun SMA.Wanita dengan pendidikan rendah cenderung tidak peduli dengan kesehatan pribadi karena sibuk dalam mengurus keluarga, sehingga kesehatan terkadang bukan menjadi prioritas. Tahap awal dari gejala kanker payudara biasanya sulit untuk dikenali apalagi dengan keterbatasan pengetahuan dalam mendeteksinya, sedangkan pada wanita dengan media cetak dan elektronik, para ahli, bahkan sengaja datang kerumah sakit untuk mengecekkan kondisinya secara rutin. Pendidikan yang tinggi juga merupakan pengalaman hidup yang berbeda dengan mereka yang hanya lulusan SMP ataupun SMA, biasanya mereka dengan pendidikan tinggi memiliki kemampuan untuk menyerap informasi lebih mudah, tapi bagi mereka yang hanya lulusan SMP dan SMA cenderung merasa awam terhadap hal-hal baru yang bermunculan, seperti kanker payudara, kanker serviks, keputihan dan lain-lain. Penelitian lain yang mendukung penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Awaliana (2011) dalam penelitiannya yang berjudul pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) pada ibu-ibu di RW II Desa Krikilan Masaran Sragen menjelaskan bahwa responden terbanyak berada pada rentang usia 31-40 tahun yaitu sebanyak 26 responden (56,52%). Menurut Mubarak (2007), umur akan mempengaruhi pengetahuan sesorang. Semakin dewasa umur 5 maka tingkat kemampuan dan kematangan dalam berpikir dan menerima informasi lebih baik jika dibandingkan dengan umur yang masih muda atau belum dewasa. Hasil frekuensi data demografi pada tabel 1 juga menunjukkan bahwa sebagian besar usia responden dewasa tengah berada pada kategori baik yaitu pada rentang usia 3140 tahun sebanyak 50 orang (54,3%). Hal ini sesuai dengan penelitian diatas bahwa usia mempengaruhi tingkat pengetahuan ibu dalam deteksi dini kanker payudara. Menurut asumsi peneliti, pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi usia orang tersebut. Usia ibu-ibu berada pada usia dewasa tengah sehingga memungkinkan responden memiliki pengethuan yang baik berdasarkan pengalaman yang diperoleh semasa hidup. Gambaran pengetahuan ibu tentang teknik pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) di Desa Rukoh Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh Penelitian yang dilakukan oleh Widaryanti (2012) tentang pelatihan SADARI terhadap perilaku ibu dalam melakukan SADARI di Wilayah Kerja Puskesmas Krangmalang Sragen, didapatkan hasil bahwa 16 responden (49%) berperilaku baik. Hal ini dapat dikaitkan dengan faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang yang dikemukakan oleh Notoadmodjo (2007), bahwa perilaku sesorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Hasil ini dapat dilihat dari jawaban responden tentang “saya memperhatikan payudara bagian kanan saja” dimana sebagian responden menjawab benar (86,95%). Perubahan perilaku seseorang itu ada beberapa tahap yaitu mulai dari pengetahuan menjadi sikap dan menjadi perilaku (Notoadmodjo, 2012). Selain itu ada juga yang disebut dengan perilaku kesehatan. Perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang terhadap stimulus atau objek yang bersangkutan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan lingkungan. Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) merupakan salah satu dari perilaku kesehatan. Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) menjadi salah satu pemeriksaan penting yang harus dilakukan setiap wanita, terkait dengan insidensi kanker payudara yang telah menjadi pembunuh kedua pada wanita setelah kanker serviks. Hasil dari beberapa penelitian yang ada di masyarakat bahwa perilaku seseorang termasuk salah satunya yaitu perilaku kesehatan, diawali dengan pengalamanpengalaman seseorang serta adanya waktu eksternal. Pengalaman dan lingkungan tersebut kemudian diketahui, dipersepsikan atau diyakini sesorang sehingga menimbulkan motivasi untuk bertindak yang akhirnya diwujudkan dengan perilaku, termasuk perilaku kesehatan (Notoadmodjo, 2012). Teori perilaku Lawrence Green juga mengemukakan bahwa terjadinya perilaku seseorang dipengaruhi oleh faktor predisposisi, faktor pemungkin dan faktor penguat. Faktor predisposisi diantaranya adalah pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, dan tradisi. Faktor pemungking yang memungkinkan atau yang memfasilitasi terjadinya perilaku. Faktor penguat seperti contoh dari tokoh kesehatan, meskipun seseorang tahu dan mampu berperilaku sehat, tetapi tidak melakukannya karena tidak ada contoh dari tokoh kesehatan (Notoadmodjo, 2010). Teori Snehandu (Notoadmodjo, 2012) juga mengemukakan bahwa perilaku kesehatan seseorang ditentukan oleh niat orang tersebut terhadap kesehatan, ada atau tidaknya dukungan social, ada atau tidaknya informasi atau fasilitas, kebebasan individu untuk mengambil keputusan/bertindak, dan situasi yang memungkinkan seseorang tersebut berperilaku/bertindak atau tidak berperilaku/bertindak. Berdasarkan hasil penelitian yang ditunjukkan pada tabel 3 diketahui bahwa pengetahuan ibu tentang teknik pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) berada pada 6 kategori baik yaitu sebanyak 76 orang (82,6%). Artinya sebagian besar ibu-ibu sudah mengetahui dengan baik mengenai teknik pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). Menurut asumsi peneliti, salah satu alasan yang menyebabkan tingkat pengetahuan tentang teknik pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) pada ibu-ibu di Desa Rukoh Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh dikarenakan adanya pembekalan yang pernah dilakukan oleh kader kesehatan yang berkatan dengan deteksi dini pemeriksaan payudara sendiri. Kader di daerah Rukoh ini merupakan ibu-ibu setempat yang dipilih untuk membantu tenaga kesehatan, kader-kader ini kemudian dilatih secara bertahap melalui pembinaan kader kesehatan oleh tenaga kesehatan di Puskesmas. Kader yang merupakan penduduk ditempat menjadi alasan untuk memudahkan komunikasi kepada setiap ibu-ibu yang akan diberikan sosialisasi, karena bukan orang asing, maka lebih mudah dan dapat berlangsung lama. Bahkan di Desa Rukoh sering kali dijadikan tempat pengabdian masyarakat oleh mahasiswa untuk belajar karena lokasi yang langsung dekat dengan ranah pendidikan. Selain itu, ibu geuchik juga berpartispasi sebagai anggota kader kesehatan, sehingga setiap kegiatan yang dibentuk akan diikuti oleh setiap ibu. KESIMPULAN Adapun kesimpulan penelitian ini adalah: Pengetahuan tentang konsep pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) pada ibu-ibu di Desa Rukoh Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh berada pada kategori baik yaitu sebanyak 79 orang (85,9%), dan Pengetahuan tentang teknik pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) pada ibu-ibu di Desa Rukoh Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh berada pada kategori baik yaitu sebanyak 76 orang (82,6%). Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyarakan kepada ibu-ibu di Desa Rukoh Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh dapat melakukan SADARI secara rutin mencegah dan deteksi dini kanker payudara, kepada Institusi Pendidikan khususnya Fakultas Keperawatan agar dapat membentuk suatu sistem yang dapat menjadi motivator bagi masyarakat untuk melakukan pemeriksaan payudara sendiri sehingga masyarakat dapat mengaplikasikan ilmu yang didapatkan dengan tepat dan mendapatkan manfaat dari hasil pembelajarannya, dan kepada Peneliti selanjutnya disarankan agar dapat mengembangkan penelitian ini menjadi suatu penelitian korelasi dengan mengkorelasikan variabel pengetahuan dengan variabel lain dan faktor-faktor yang mempengaruhi SADARI. REFERENSI American Cancer Society: Cancer Facts And Figurer. (2010). Atlanta. Di akses pada 17 Desember 2015 melalui www.ebookspdf.org/download/payudaraAmerika.html. Awaliana, U. N. (2011). Pengaruh Penyuluhan Terhadap Tingkat Pengetahuan Tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri Pada Ibu-Ibu Di RW II Desa Krikilan Masaran Sragen. Depkes, 2012. Profil Kesehatan Indonesia: Departemen Kesehatan. Jakarta. Dewi NS. (2006). Hubungan tingkat pengetahuan dan sikap dengan tindakan SADARI pada wanita beresiko tinggi menderita kanker payudara. Padang: Fakultas Kedokteran Universitas Andalas: 2006. Handayani, D.S. (2008). Hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap dengan perilaku para wanita dewasa awal dalam melakukan pemeriksaan payudara sendiri di Kelurahan Kalangan Kecamatan Pedan Klaten. Semarang: PSIK FK UNDIP 2008. http://www.who.int/tb/advisory_bodies/impact _measurement_taskforce/meetings/prev alence_survey/psws_probability_prop_s 7 ize_bierrenbach.pdfdiakses Maret 2016 via internet. pada 17 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Riset kesehatan dasar. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Notoadmodjo, S. (2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta. ______________. (2010). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. ______________. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Pamungkas, K. S. (2015). Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Kanker Payudara dengan Perilaku SADARI Pada Kader posyandu Kecamatan Delanggu. Rasjidi, I. (2009). Deteksi dini dan pencegahan kanker pada wanita. Jakarta : CV. Sagung Seto. Setiawan & Saryono. (2011). Metodologi Penelitian Kebidanan DIII, DIV, S1, dan S2. Yogyakarta : Nuha Medika. 8