perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Atletik Menurut pendapat dari Aip Syaifuddin (1992:2), atletik adalah salah satu cabang olahraga yang diperlombakan dan meliputi nomor jalan, lari, lempar, lompat dan locat. Gerakan-gerakan yang dilakukan pada cabang atletik terdapat pada semua cabang olahraga, pada intinya semua gerakan pada olahraga berasal dari cabang olahraga atletik. Oleh karena itu, tidak berlebihan jika dikatakan bahwa atletik merupakan ibu dari semua cabang olahraga Aip Syaifuddin (1992:1). Atletik merupakan rangkaian aktifitas jasmani yang efektifuntuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan individu. Atletik juga merupakan sarana pendidikan jasmani bagi peserta didik dalam upaya meningkatkan daya tahan, kekuatan, kecepatan, kelincahan dan lain sebagainya. 2. Pembelajaran Atletik Di Sekolah Menengah Pertama Gerakan-gerakan yang dilakukan dalam atletik, sesuai dengan muatan kurikulum pendidikan. Merupakan salah satu materi untuk mengisi program pendidikan jasmani seperti jalan, lari, lompat dan melempar (Depdikbud, 1995:593). Cabang olahraga atletik juga berpotensi untuk mengembangkan keterampilan gerak dasar, sebagai landasan penting bagi penguasaan keterampilan teknik cabang olahraga. Dalam kaitannya dengan penguasaan materi atletik dalam kurikulum pendidikan, pembelajaran pendidikan jasmani khususnya di tingkat sekolah dasar menggunakan materi atletik sebagai salah satu bahan pengajaran. Di antaranya adalah pengajaran lompat jauh. Selama ini pengajaran lompat jauh yang dilaksanakan hanyalah sekedar untuk memenuhi muatan materi dalam proses belajar mengajar dan masih belum dilakukan untuk mencapai sebuah prestasi dalam skala yang lebih luas. commit to user 6 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7 3. Pengertian Lompat Jauh Lompat jauh merupakan salah satu nomor lompat dalam cabang olahraga atletik. Lompat jauh merupakan suatu bentuk gerakan melompat, melayang dan mendarat sejauh-jauhnya. Gerakan-gerakan dalam lompat jauh tersebut harus dilakukan secara baik dan harmonis tidak diputus-putus pelaksanaannya agar diperoleh lompatan sejauh-jauhnya. Aip Syarifuddin (1992: 90) menyatakan, “Lompat jauh adalah suatu bentuk gerakan melompat mengangkat kaki ke atas ke depan dalam upaya membawa titik berat badan selama mungkin di udara (melayang di udara) yang dilakukan dengan cepat dan dengan jalan melalui tolakan pada satu kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya”. Sedangkan Yudha M. Saputra (2001: 47) berpendapat, “Lompat jauh adalah keterampilan gerak berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya dengan satu kali tolakan ke depan sejauh mungkin”. Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, lompat jauh merupakan suatu bentuk keterampilan gerak berpindah tempat dari satu tempat ke tempat lain yang diawali dengan lari cepat, menumpu untuk menolak membawa titik berat badan selama mungkin di udara untuk mencapai jarak sejauh-jauhnya. Lompat jauh merupakan salah satu cabang dalam olahraga atletik. Sebagai cabang olahraga atletik, gerakan-gerakan yang dilakukan dalam lompat jauh merupakan gabungan dan pengembangan dari gerakan dasar atletik yaitu gerakan lari dalam menempuh awalan untuk memberikan daya tolakan yang maksimal dan gerakan melompat sebagai kelanjutannya untuk mencapai jarak lompatan yang sejauh-jauhnya. Berdasarkan pengertian dari Aip Syaifuddin (1992:2) lompat jauh didefinisikan sebagai salah satu bentuk gerakan melompat dengan mengangkat kedua kaki ke atas ke depan dalam upaya membawa titik berat badan selama mungkin di udara (melayang di udara) yang dilakukan dengan jalan melekukan tolakan pada salah satu kaki yang terkuat untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya. Menurut pengertian (Depdikbud, 1995:600), lompat jauh adalah gerakan melompat ke depan dengan bertolak dengan salah satu kaki untuk mencapai suatu kejauhan yang commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 8 dapat di jangkau. Gerakan lompat jauh dapat dibagi menjadi awalan, tumpuan atau tolakan, lompatan serta mendarat di bak pasir dengan kedua kaki secara bersama-sama. Sasaran dan tujuan dari lompat jauh adalah untuk mencapai jarak lompatan sejauh mungkin di sebuah tempat pendaratan atau bak lompat. Jarak lompatan ditunjukkan dengan ukuran panjang dari tepi papan tolakan yang paling dekat dengan bak lompatan sampai pada titik pendaratan yang paling dekat dengan papan tolakan yang ditandai dengan bekas pijakan bak lompat dengan tubuh siswa. Berdasarkan teknik dalam olahraga lompat jauh berdapat beberapa macam gaya yang biasa di gunakan, terutama oleh atlet professional. Gaya yang sering digunakan tersebut merupakan gaya yang telah terbukti dapat memberikan hasil lompatan yang maksimal sesuai dengan kondisi fisik dan kemampuan atletnya. Beberapa macam gaya yang digunakan tersebut antara lain: 1) Gaya jongkok, 2) Gaya Lenting dan 3) Gaya Berjalan di Udara. Perbedaan dari ketiga gaya lompat jauh tersebut adalah pada saat posisi tubuh melayang di udara (Aip Syaifuddin (1992:60). a. Lompat Jauh Gaya Schnepper Lompat jauh merupakan suatu keterampilan yang mempunyai beberapa unsur gerak yang harus dirangkaikan secara baik dan harmonis, luwes dan lancar agar diperoleh lompatan yang sejauh-jauhnya. Berkaitan dengan lompat jauh Aip Syarifuddin (1992: 90) bahwa, "Lompat jauh adalah suatu bentuk gerakan melornpat mengangkat kaki ke atas ke depan dalam upaya membawa titik berat badan selama mungkin di udara (melayang di udara) yang dilakukan dengan cepat dan dengan melalui tolakan pada satu kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya". Sedangkan Yudha M. Saputra (2001: 47) berpendapat, "Lompat jauh adalah keterampilan gerak berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya dengan satu kali tolakan ke depan sejauh mungkin. Untuk memperoleh hasil yang maksimal, pelompat dapat melakukannya dengan berbagai gaya salah satunya gaya schnepper". Lompat jauh gaya schnepper disebut juga gaya duduk di udara (sit down in the air). Dikatakan gaya schnepper karena gerakan yang dilakukan pada commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 9 saat melayang di udara membentuk sikap seperti orang jongkok atau duduk. Gerakan jongkok atau duduk ini terlihat saat membungkukkan badan dan kedua lutut ditekuk, kedua tangan ke depan. Pada saat mendarat kedua kaki dijulurkan ke depan, mendarat dengan bagian tumit lebih dahulu dan kedua tangan ke depan. Untuk menghindari kesalahan saat mendarat, maka diikuti dengan menjatuhkan badan ke depan. Lompat jauh gaya schnepper merupakan gaya yang paling mudah dilakukan terutama bagi anak-anak sekolah dan gaya yang paling mudah untuk dipelajari. Lompat jauh gaya schnepper dianggap mudah karena tidak banyak gerakan yang harus dilakukan pada saat melayang di udara, jika dibandingkan dengan gaya lainnya. b. Teknik Lompat Jauh Gaya Schnepper Lompat jauh merupakan suatu keterampilan yang memiliki beberapa unsur gerakan yang harus dirangkaikan secara baik dan harmonis untuk mencapai jarak lompatan sejauh-jauhnya. Gerakan lompat jauh diawali dengan lari cepat, menumpu untuk rnenolak, melayang di udara dan mendarat. Serangkaian gerakan dalam lompat jauh tersebut terangkum dalam teknik lompat jauh. Tamsir Riyadi (1985: 95) menyatakan, "Tinjauan secara teknis pada lompat jauh melipuli 4 masalah yaitu, cara melakukan awalan, tumpuan, melayang di udara dan cara melakukan pendaratan". Hal senada dikemukakan Yoyo Bahagia dkk., (2000: 160) bahwa, ''Untuk tujuan analisis gerak pada lompat jauh harus memperimbangkan secara konsisten empat fase yaitu awalan (run up), tolakan kaki (take off), melayang di udara (flight) dan pendaratan (landing)". Teknik lompat jauh terdiri empat tahapan yaitu awalan, tumpuan, melayang dan mendarat. Penguasaan teknik melompat yang baik dan benar merupakan kunci sukses untuk mencapai jarak lompatan yang sejauhjauhnya. Untuk mencapai prestasi lompat jauh yang maksimal, maka teknikteknik lompat jauh tersebut harus dikuasai dengan baik dan benar. Untuk lebih jelasnya berikut ini disajikan ilustrasi gambar teknik lompat jauh gayajongkok sebagai berikut: commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 10 Gambar 1. Rangkaian Gerakan Lompat Jauh Gaya Schnepper (Tamsir Riyadi, 1985:95) 4. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu aktivitas atau perbuatan mengajar yang dilakukan oleh guru. Dari kegiatan mengajar tersebut tentu ada siswa yang belajar. HJ. Gino, Suwarni, Suripto, Maryanto dan Sutija. (1998:30) menyatakan, “Istilah pembelajaran sama dengan instruction atau pengajaran. Pengajaran mempunyai arti cara (perbuatan) mengajar atau mengajarkan. Bila pengajaran diartikan sebagai perbuatan mengajar tentu ada yang mengajar yaitu guru dan ada yang diajar atau yang belajar yaitu siswa”. Mengajar merupakan suatu proses yang kompleks. Guru berperan tidak hanya sekedar menyampaikan informasi kepada siswa, tetapi juga berusaha agar siswa mau belajar. Karena mengajar sebagai upaya yang disengaja, maka guru terlebih dahulu harus mempersiapakan bahan yang akan disajikan kepada siswa. Upaya yang dilakukan guru tersebut agar tujuan yang telah dirumuskan dapat dicapai. Husdarta & Yudha M. Saputra (2000:3) menyatakan, “Mengajar adalah upaya guru dalam memberikan rangsangan, bimbingan, pengarahan, dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar. Arah yang akan dituju dalam proses belajar adalah tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan guru dan diketahui oleh siswa”. Menurut Rusli Lutan (1988:376) bahwa: Mengajar merupakan seperangkat kegiatan sengaja dan berencana dari seseorang atau person (P) yang memiliki kelebihan pengetahuan atau keterampilan untuk disampaikan kepada orang lain sebagai sasaran atau obyek (O), yang belum berkembang pengetahuan, keterampilan atau bahkan sifat-sifat biologis tertentu, dan informasi atau keterampilan itu commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 11 disampaikan melalui saluran atau metode tertentu, yang kemudian mendapat respon dari obyek sekaligus berperan sebagai subyek. Berdasarkan pengertian mengajar yang dikemukakan dua ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, mengajar merupakan suatu kegiatan yang kompleks yang di dalamnya terdapat beberapa komponen yang saling berkaitan yang bertujuan pengetahuan atau untuk keterampilan mempengaruhi atau meningkatkan siswa menjadi lebih baik. Seperti dikemukakan Agus Kristiyanto (2010:122) bahwa, “Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan ligkungannya, sehingga terjadi perubahan yang lebih baik”. 5. Media Pembelajaran a. Pengertian Media Pembelajaran Media (bentuk jamak dari kata medium), merupakan kata yang berasal dari bahasa latin medius, yang secara harfiah berarti “tengah, perantara, atau pengantar” (arsyad,2002). Oleh karena itu media dapat diartikan sebagai perantara atau pengantar pesan dari pengirim pesan ke penerima pesan. Media dapat berupa suatu bahan, atau alat. Sedangkan menurut Gerlach & Ely (Arsyad, 2002), bahwa media jika dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang mengubah kondisi, yang menyebabkan siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Jadi menurut pengertian ini, guru, teman sebaya, buku teks, lingungan sekolah dan luar sekolah, bagi siswa seorang siswa merupakan media belajar. Banyak batasan media, Association of Education and Comunication Technology (AECT) memberikan pengertian tentang media sebagai salah satu bentuk dab saluran yang digunakan untuk menyampaiakan pesan dan informasi. Dalam dunia pendidikan, seringkali istilah media atau media komunikasi digunakan untuk menyampaikan pesan digunakan secara bergantian atau sebagai pengganti istilah media pendidikan (pembelajaran). Seperti yang dikemukakan Hamalik (1994) bahwa “dengan penggunaan media berupa media komunikasi, hubungan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 12 komunikasi akan dapat berjalan dengan lancer dan dengan hasil yang maksimal”. Media merupakan sarana pembelajaran yang digunakan untuk menyampaikan informasi kepada siswa yang bertujuan untuk membuat tahu siswa. Media adalah pembawa pesan yang berasal dari suatu sumebr pesan (dapat berupa orang atau benda) kepada penerima pesan. Dalam prosese belajar mengajar penerma pesan itu adalah siswa dan pemberi pesan adalah guru. Pembewa pesan (media) itu berinteraksi dengan siswa melalui panca indera mereka. Siswa diransang dengan media itu untuk menggunakan panca inderanya untuk menerima informasi yang diberikan. Kadang-kadang siswa dituntut untuk menggunakan kombinasi dari beberapa indera supaya dapat menerima pesan itu lebih baik. Dalam suatu proses belajar mengajar, pesan yang disalurkan oleh media dari sumber pesan ke penerima pesan itu adalah meteri pelajaran. Dengan kata lain pesan itu adalah isi pelajaran yang berasal dari kurikulum yang disampaikan oleh guru kepada siswa. Pesan ini dapat bersifat rumit dan mungkin harus dirangsang dengan cermat supaya dapat dikomunikasikan dengan baik kepada siswa. Sehingga dengan adanya media itu mempermudah siswa dalam menerima pelajaran yang diajarkan oleh guru. b. Peran dan Kegunaan Media Media dapat digunakan dalam proses belajar mengajar dengan dua arah yaitu sebagai media mengajar dan sebagai media belajar yang dapat digunakan sendiri oleh siswa. Media yang dipakai sebagai media mengajar itu disebut dependent media. Sebagai media efektifitas media itu sangat tergantung pada cara dan kemampuan guru dalam menggunakan alat tersebut, akan tetapi kalau guru kurang kreatif atau tak banyak memanfaatkannya siswa tak akan banyak belajar dari media tersebut. Jadi guru di tuntut harus lebih pandai dan lebih kreatif dalam menggunakan media pembelajaran. Media belajar yang dapat digunakan oleh siswa dalam kegiatan belajar mandiri, di sebut independent media. Media itu di commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 13 rancang dan dikembangkan dan diproduksi secara sistematik, serta dapat menyalurkan informasi secara terarah untuk mencapai tujuan instruksional tertentu. Contohnya media film bingkai bersuara film rangkaian suara, radio, TV, video dan media tercetak seperti modul yang memang dirancang untuk belajar mandiri. Siswa diminta belajar dari berbagai media dan sumber belajar yang lain yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Dalam sistem belajar ini media digunakan untuk menggantikan sebagian dari fungsi guru, yaitu fungsi dalam memberikan informasi atau isi pelajaran. Kalau sistem belajar mengajar seperti ini dapat diterapkan, ada beberapa keuntungan yang akan diperoleh : 1) Guru mempunyai lebih banyak waktu untuk membantu siswa yang masih kurang dalam penguasaan materi. Sementara siswa sibuk belajar sendiri, guru dapat memberikan bantuan kepada siswa yang lebih membutuhkan. 2) Siswa akan belajar secara aktif. 3) Siswa dapat belajar sesuai dengan gaya dan kecepatan masing-masing. 4) Namun demikian perlu disadari benar-benar bahwa sistem ini dugunakan, guru perlu membuat persiapan yang matang dan perlu penyediaan media dan peralatan belajar yang cukup. c. Kriteria Pemilihan Media Salah satu penyebab mengapa orang memilih media adalah untuk memenuhi kebutuhan atau mencapai tujuan yang diinginkan. Sekiranya suatu media yang telah sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, maka media tersebut dapat dimanfaatkan. Salah satu kriteria yang harus digunakan dalam pemilihan media yaitu sesuai dengan faktor-faktor di atas. Dick dan Casey (1978) menyebutkan beberapa patokan yang pelu dipertimbangkan dalam memilih media yaitu: 1) Ketersediaan sumber, 2) Ketersediaan dana, tenaga, dan fasilitas, 3) keluwesan, kepraktisan,dan daya tahan (umur) media, 4) Efektifitas media untuk waktu yang panjang. Atas dasar uraian mengenai faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan oleh Dick dan Cery dapat kriteria pemilihan media adalah sebagai berikut: commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 14 1) Tujuan Kalau yang ingin diajarkan adalah suatu proses, media gerak seperti video, film dan TV merupakan pilihan yang sesuai. Kalau yang ingin diajarkan adalah suatu keterampilan dalam menggunakan alat tertentu, sehingga membutuhkan media yang tepat sesuai dengan tujuan pendidikan yang hendak dicapai. 2) Karakteristik Siswa Berapa jumlahnya? Dimanakah Lokasinya? Bagaimana gaya mengajarnya? Dan berbagai karakteristik yang mempengaruhi pilihan media itu. 3) KarakteristikMedia Dalam pemilihan media perlu mempertimbangkan kelebihan dan keterbatasan masing-masing media. 4) AlokasiWaktu Cukupkah waktu untuk kegiatan perencanaan, pengembangan, pengadaan ataupun penyajian. 5) Ketersediaan Tersediakah media yang diperlukan? Tersediakah layanan purna jual? Apakah tenaga pengelolanya. 6) Efektifitas Apakah efektif untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan? Efektifkah untuk penggunaan dalam waktu yang lama? 7) Kapatibilitas Apakah penggunaan alat tersebut tidak bertentangan dengan normanorma yang berlaku? Tersediakah sarana prasarana penungjang pengoperasiannya? Bagaimana daya tahan umurnya? 8) Biaya Cukupkah dana yang diperlukan untuk pengadaan, pengelolaan dan pemeliharaan. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 15 6. Modifikasi Pembelajaran a. Pengertian Modifikasi Modifikasi adalah cara merubah bentuk sebuah barang dari yang kurang menarik menjadi lebih menarik tanpa menghilangkan fungsi aslinya,serta menampilkan bentuk yang lebih bagus dari aslinya. Mengenai pengertian menurut ahli, Bahagia (2010:13) mengemukakan bahwa : Modifikasi dapat diartikan sebagai upaya untuk melakukan perubahan dengan penyesuaian-penyesuaian dalam segi fisik material (fasilitas dan perlengkapan) maupun dalam tujuan dan cara (metode, gaya, pendekatan, aturan serta penilaian). Dalam permasalahan diatas mengenai pengertian modifikasi, modifikasi merupakan suatu usaha yang dilakukan berupa penyesuaianpenyesuaian baik dalam bentuk fasilitas dan perlengkapan atau dalam metode, gaya, pendekatan, aturan serta penilaian. Apabila modifikasi dikaitkan dengan pembelajaran pendidikan jasmani mempunyai makna yang cukup luas, baik modifikasi dalam bentuk benda atau kecakapan yang dimiliki siswa. Pelaksanaan modifikasi sangat diperlukan bagi setiap guru sebagai salah satu alternatif atau solusi mengatasi permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani, modifikasi merupakan implementasi yang sangat berinteraksi dengan aspek pendidikan lainnya. b. Tujuan Modifikasi Tujuan modifikasi menurut Lutan (1988) yang dikutip Bahagia (2010:5), bahwa : Modifikasi dalam mata pelajaran pendidikan jasmani diperlukan dengan tujuan agar: a) Siswa memperoleh kepuasan dalam mengikuti pelajaran. b) Meningkatkan kemungkinan keberhasilan dalam berpartisipasi. c) Siswa dapat melakukan pola gerak secara benar Sedangkan tujuan Modifikasi menurut Bahagia dan Suherman (2000:2), sebagai berikut: “(1) Modifikasi Tujuan Pembelajaran, (2) Modifikasi materi pembelajaran, (3) Modifikasi lingkungan pembelajaran, dan (4) Modifikasi evaluasi pembelajaran.” commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 16 1) Modifikasi Tujuan Pembelajaran Modifikasi pembelajaran dapat dikaitkan dengan tujuan pembelajaran. Modifikasi tujuan materi ini dapat dilakukan dengan cara membagi tujuan materi ke dalam tiga komponen, yakni: tujuan perluasan, penghalusan, dan tujuan penerapan. a) Tujuan Perluasan maksudnya adalah tujuan pembelajaran yang lebih menekankan pada perolehan pengetahuan dan kemampuan melakukan bentuk dan wujud keterampilan yang dipelajarinya tanpa memperhatikan aspek efisiensi dan efektivitas. b) Tujuan penghalusan maksudnya adalah tujuan pembelajaran yang lebih menekankan pada perolehan pengetahuan dan kemampuan melakukan efisiensi gerak atau keterampilan yang dipelajarinya. c) Tujuan penerapan maksudnya adalah tujuan pembelajaran yang lebih menekankan pada perolehan pengetahuan dan kemampuan melakukan efektivitas gerak atau keterampilan yang dipelajarinya. 2) Modifikasi Materi Pembelajaran Modifikasi materi ini dapat diklasifikasikan ke dalam a) Komponen keterampilan (skill). Materi pembelajaran penjas dalam kurikulum pada dasarnya merupakan keterampilan-keterampilan yang akan dipelajari siswa. Guru dapat memodifikasi keterampilan tersebut dengan cara mengurangi atau menambah tingkat kesulitan dengan cara menganalisa dan membagi keterampilan keseluruhan ke dalam komponen-komponen , lalu melatihnya perkomponen. Berlatih perbagian ini akan kurang bermakna apabila siswa belum tahu ujud gerak secara keseluruhan. Oleh karena itu berikan gambaran secara keseluruhan terlebih dahulu dengan demonstrasi guru atau bimbinglah siswa melakukan gerak keseluruhan b) Klasifikasi Keterampilan (skill). Materi pembelajaran dalam bentuk keterampilan yang akan dipelajari siswa dapat disederhanakan berdasarkan klasifikasi commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 17 keterampilannya dan memodifikasinya dengan jalan menambah atau mengurangi tingkat kesulitannya. Klasifikasi keterampilan tersebut yaitu: (1) Close skill (keterampilan tertutup) (2) Close skill pada lingkungan yang berbeda (3) Open skill (kerampilan terbuka), dan (4) Keterampilan permainan Close skill merupakan tingkat keterampilan yang paling sederhana, sementara keterampilan permainan merupakan tingkatan yang paling tinggi, termasuk di dalamnya permainan berbagai kecabangan olahraga. Dalam tingkatan ini pemain selain dituntut menguasai berbagai skill yang diperlukan untuk melakukan permainan, mengkombinasikan skill yang berbeda, juga harus menguasai berbagai strategi, baik ofensif maupun difensif. c) Kondisi penampilan. Guru dapat memodifikasi kondisi penampilan (skill) dengan cara mengurangi atau menambah tingkan kompleksitas dan kesulitannya. Misalnya tinggi rendahnya kecepatan penampilan, tinggi rendahnya kekuatan penampilan, melakukan di tempat atau bergerak, maju ke depan atau ke segala arah, dikurangi atau ditambah peraturannya. Contoh tersebut seringkali didapat dalam gerak manipulatif misalnya : melempar, menangkap, atau memukul dan permainan. d) Jumlah Penampilan Guru dapat memodifikasi pembelajaran dengan jalan menambah atau mengurangi jumlah keterampilan yang dilakukan siswa dengan cara mengkombinasikan gerakan atau keterampilan. Misal: dalam permainan basket siswa hanya diperbolehkan : lari, lempar, tangkap, dan menembak (shooting) berupa: (1) Lari ke tempat kosong tanpa bertabrakan (2) Melempar bola pada sasaran tanpa direbut lawan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 18 (3) Menangkap bola pada daerah yang aman (4) Menembak bola ke ring basket e) Perluasan Jumlah Perbedaan Respon Guru dapat menambah tingkat kompleksitas dan kesulitan tugas ajar dengan cara menambah jumlah perbedaan respon terhadap konsep yang sama. Cara seperti ini dimaksudkan untuk mendorong terjadinya “ transfer of learning”. Perluasan aktivitas belajarnya berkisar antara aktivitas yang bertujuan untuk membantu siswa mendefinisikan konsep sampai pada macammacam aktivitas yang memiliki konsep dasar sama. Misal konsep panjang awalan dan kekuatan: pada awalnya bentuk aktivitas berupa pembelajaran lompat jauh tanpa awalan, awalan satu langkah, awalan tiga langkah, dst. Setelah siswa memiliki konsep bahwa panjang awalan mempengaruhi kekuatan, maka konsep ini bisa ia terapkan misal pada : lompat jangkit, lompat tinggi, melempar, menendang bola dan lain sebagainya. 3) Modifikasi Kondisi Lingkungan Pembelajaran Modifikasi pembelajaran dapat dikaitkan dengan kondisi lingkungan pembelajaran. Modifikasi lingkungan pembelajaran ini dapat diklasifikasikan kedalam beberapa klasifikasi seperti diuraikan di bawah ini : a) Peralatan Guru dapat mengurangi atau menambah tingkat kompleksitas dan kesulitan tugas ajar dengan cara memodifikasi peralatan yang digunakan untuk melatih skill itu. Misalnya, berat-ringannya, besar-kecilnya, tinggi-rendahnya, panjang-pendeknya peralatan yang digunakan. Dengan demikian, pendapat yang telah dipaparkan tersebut dapat penulis simpulkan bahwa untuk mengurangi atau menambah tingkat kompleksitas dan kesulitan tugas gerak yang harus dikuasai commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 19 oleh siswa yaitu dengan cara memodifikasi peralatan, modifikasi yang dilakukan oleh penulis disini yaitu memodifikasi sarana dan prasarana yang digunakan dalam lompat jauh b) Penataan ruang gerak dalam berlatih Guru dapat mengurangi atau menambah tingkat komfleksitas dan kesulitan tugas ajar dengan cara menata ruang gerak siswa dalam berlatih 4) Modifikasi Evaluasi Pembelajaran Evaluasi materi maksudnya adalah penyusunan aktivitas belajar yang terfokus pada evaluasi skill yang sudah dipelajari siswa pada berbagai situasi. Aktivitas evaluasi dapat merubah fokus perhatian siswa dari bagaimana seharusnya suatu skill dilakukan menjadi bagaimana skill itu digunakan atau apa tujuan skill itu. c. Esensi Modifikasi Minimnya fasilitas dan perlengkapan pendidikan jasmani yang dimiliki sekolah-sekolah, menuntut guru penjas untuk lebih kreatif dalam memberdayakan dan mengoptimalkan penggunaan fasilitas sesuai dengan kondisi siswa dan sekolahnya. Mengenai esensi modifikasi, Bahagia (2010:3), mengemukakan bahwa: “esensi modifikasi adalah menganalisis sekaligus mengembangkan materi pelajaran dengan cara meruntunkannya dalam bentuk aktivitas belajar yang potensial sehingga dapat memperlancar siswa dalam belajarnya.” Sedangkan esensi modifikasi menurut Aussi (1996) yang dikutip Bahagia (2010:5), menyatakan bahwa: Mengembangkan modifikasi di Australia dengan pertimbangan: (1) Anak-anak belum memiliki kematangan fisik dan emosional seperti orang dewasa. (2) Berolahraga dengan peralatan dan peraturan yang dimodifikasi akan mengurangi cedera pada anak, commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 20 (3) Olahraga yang dimodifikasi akan mampu mengembangkan keterampilan anak lebih cepat dibanding dengan peralatan standard untuk orang dewasa, dan (4) Olahraga yang dimodifikasi menumbuhkan kegembiraan dan kesenangan pada anak-anak dalam situasi kompetitif. Dari pendapat tersebut dapat diartikan bahwa pendekatan modifikasi dapat digunakan sebagai suatu alternatife pembelajaran pendidikan jasmani. Karena pendekatan ini mempertimbangkan tahap-tahap perkembangan dan karakterisitk anak, sehingga anak akan mengikuti pelajaran pendidikan jasmani dengan senang dan gembira. 7. Alat Bantu Pembelajaran a. Hakikat Alat Bantu Media mengajar merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan belajar mengajar. Kelancaran kegiatan pembelajaran dapat dipengaruhi oleh tersedianya media yang baik dan memadai. Srijono Brotosuryo dkk. (1994: 294) menyatakan, “Alat-alat yang digunakan oleh guru sebagai sarana untuk membantu pelaksanaan kegiatan mengajar”. Menurut H.J. Gino dkk., (1998: 37) berpendapat, “Media belajar atau pembelajaran adalah semua alat yang digunakan dalam bahan kegiatan belajar mengajar dengan maksud untuk menyampaikan pesan (informasi) pembelajaran dari sumber (guru maupun sumber lain) kepada penerima (siswa)”. Sedangkan Slameto (1995: 67-68) menyatakan: “Media atau alat pembelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa, karena alat pembelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai pula oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkan. Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa”. Media mempunyai arti penting dalam kegiatan pembelajaran. Media dapat dijadikan sarana untuk menyampaikan materi pelajaran kepada siswa. Selain itu, media akan memudahkan siswa dalam mempelajari commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 21 metari pembelajaran. Lebih lanjut Srijono Brotosuryo dkk., (1994: 297) menyatakan, “Dengan menggunakan media mengajar atau media, pengajaran dapat menjadi lebih konkrit dan menarik, sehingga mudah untuk dimengerti dan dipahami anak didik”. Sedangkan M. Sobry Sutikno (2009: 106-107) menyatakan: Ada beberapa fungsi penggunaan media atau alat dalam proses pembelajaran di antaranya: 1) Menarik perhatian siswa. 2) Membantu untuk mempercepat pemahaman dalam proses pembelajaran. Memperjelas penyajian pesat agar tidak bersifat verbalitis (dalam 3) bentuk kata-kata tertulis atau lisan) 4) Mengatasi keterbatasan ruang 5) Pembelajaran lebih komunikatif dan produktif 6) Waktu pembelajaran bisa dikondisikan 7) Menghilangkan kebosanan siswa dalam belajar 8) Meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari sesuatu atau menimbulkan gairah belajar 9) Melayani gaya belajar siswa beraneka ragam 10) Meningkatkan kadar keaktifan/keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran Media atau media pembelajaran memiliki fungsi yang sangat luas dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan menggunakan media pembelajaran yang baik dan tepat, maka akan mendukung pencapaian hasil belajar yang optimal. Oleh karena itu, seorang guru penjas harus mampu memanfaatkan berbagai macam media pembelajaran, jika dalam pembelajaran materi penjas banyak kendala. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 22 b. Penggunaan Alat Bantu dalam Pendidikan Jasmani Penggunaan media dalam pembelajaran penjas sangat penting. Banyak kendala yang dihadapi guru pendidikan jasmani dalam pembelajaran materi penjas, karena keterbatasan media atau bahkan sama sekali tidak ada media yang disediakan oleh sekolah. Rusli Lutan (2005: 45) bahwa, “Keluhan umum guru pendidikan jasmani yakni keterbatasan alat. Tidak tersedianya alat dapat menjadi faktor penghambat karena berpengaruh langsung terhadap struktur pelajaran pengaturan siswa”. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, media dalam pembelajaran pendidikan jasmani sangat penting. Tersedianya media yang relevan dan memadai akan sangat menunjang kelancaran proses belajar mengajar. Namun sebaliknya jika media tidak tersedia menuntut seorang guru berkreativitas agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan diperoleh hasil belajar yang optimal. Lebih lanjut Rusli Lutan (2000: 46) menyatakan, “Terbuka kesempatan guru pendidikan jasmani untuk membuat sendiri alat-alat sesuai dengan kebutuhan guna menyampaikan bahan pelajaran”. Kreativitas dan inisiatif seorang guru penjas untuk menciptakan untuk membuat media dalam pembelajaran penjas sangat penting. Jika siswa mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran penjas, maka dapat menggunakan media. Penggunaan media tersebut pada prinsipnya untuk mempermudah mempelajari keterampilan, jika keterampilan yang sebenarnya sulit dikuasai. Penggunaan media dalam pembelajaran penjas dapat menggunakan media. Penggunaan media tersebut pada prinsipnya untuk mempermudah mempelajari keterampilan, jika keterampilan yang sebenarnya sulit dikuasai. Penggunaan media dalam pembelajaran penjas dapat menggunakan berbagai macam peralatan, misalnya pembelajaran lempar lembing menggunakan bola berekor, tongkat estafet, bilah, pembelajaran lompat jauh atau lompat tinggi dapat menggunakan kardus, tali, ban bekas dan lain sebagainya. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 23 Untuk mencapai hasil belajar yang optimal, maka harus ditunjang media yang relevan. Dengan menggunakan media yang relevan, maka siswa akan menjadi lebih senang dan motivasi belajar meningkat. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam pembelajaran penjas dapat diatasi, sehingga akan diperoleh hasil belajar yang optimal. c. PengaruhAlat Bantu Pembelajaran Pendidikan jasmani di sekolah merupakan bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dengan pelajaran lainnya. Toko Cholik dan Rusli Lutan (2001: 10) menyatakan, “Program pendidikan jasmani di sekolah seharusnya diarahkan pada upaya mengembangkan pribadi anak secara menyeluruh (multilateral development)”. Pendapat tersebut menunjukkan, dalam membelajarkan pendidikan jasmani bagi siswa harus diberi kesempatan seluas-luasnya. Pembelajaran pendidikan jasmani tidak hanya difokuskan pada salah satu materi saja, namun berbagai macam materi pelajaran pendidikan jasmani harus diberikan. Lebih lanjut Toho Cholik dan Rusli Lutan (2001: 10-11) menyatakan, “Pembatasan aktivitas gerak pada anak akan merugikan pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh. Anak akan kurang memiliki kekayaan dan keluwesan gerak yang mana sangat dibutuhkan untuk menghadapi tuntutan gerak yang kompleks lebih lanjut”. Sedangkan Wall dan Ried (1992) yang dikutip M. Furqon H. (2002: 19) memberikan gambaran penekanan program pendidikan jasmani di Sekolah Menengah Pertama sebagai berikut: K SE SE K WL KS Tahun-tahun awal SMP KS Tahun-tahun akhir SMp commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 24 Gambar 2. Penekanan Program Penjas Sekolah Menengah Pertama (M. Furqon H., 2002: 19) Keterangan: Perubahan penekanan program pendidikan jasmani di Sekolah Menengah Pertama. Catatan: K = pengembangan, keterampilan, SE = pengembangan sosial-emosi, KS = pengembangan kesegaran jasmani dan WL = kesadaran pemanfaatan waktu luang. Berdasarkan skema penekanan program pendidikan jasmani di Sekolah Menengah Pertama, khususnya tahun-tahun akhir Sekolah Menengah Pertama atau kelas VII menunjukkan, pengembangan keterampilan memiliki prosesntase lebih besar dibandingkan dengan pengembangan sosial-emosi kesegaran jasmani dan kesadaran luang memanfaatkan waktu luang. Hal ini artinya, pada tahun-tahun akhir atau kelas VII Sekolah Menengah Pertama, pembelajaran pendidikan jasmani harus ditekankan pada pengembangan kemampuan gerak dasar anak. Membelajarkan pendidikan jasmani pada tahun-tahun akhir atau kelas VII lebih ditekankan pada keterampilan gerak. Untuk membelajarkan pendidikan jasmani pada kelas VII perlu didukung media pembelajaran pendidikan jasmani. Namun pada kenyataannya masih banyak guru penjas dan membelajarkan pendidikan jasmani dilakukan seperti kegiatan olahraga orang dewasa agar anak didiknya mampu berprestasi. Pembelajaran pendidikan jasmani seperti ini harus dirubah, karena akan berdampak buruk terhadap kemampuan gerak anak. M. Furqon H. (2002: 20) menyatakan, “Anak bukan orang dewasa kecil, tetapi anak adalah anak, yaitu anak harus dipandang sebagai anak yang memiliki dunianya sendiri yang disesuaikan dengan karakteristiknya. Tidaklah tepat mengharapkan anak melakukan kegiatan seperti yang dilakukan orang dewasa dan tidak juga mengharapkan anak melakukan kondisi yang sama commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 25 sebagaimana yang dilakukan orang dewasa”. Pendapat lain dikemukakan Toho Cholik dan Rusli Lutan (2001: 11) bahwa: Dewasa ini sering kita lihat bahwa pengajaran pendidikan jasmani di Sekolah Menengah Pertama pada umumnya dilaksanakan secara tradisional, dimana kegiatan yang dilakukan anak sama dengan apa yang dilakukan oleh orang dewasa tanpa melakukan modifikasi. Seharusnya modifikasi baik dalam aturan, ukuran, alat dan lapangan, maupun jumlah pemain perlu dilakukan agar sesuai dengan kemampuan anak. Dengan demikian anak dapat ikut berpartisipasi aktif, senang dan menggairahkan mengikuti pelajaran. Sebaliknya, anak akan sering mengalami kegagalan dan kekecewaan sehingga akhirnya dapat menumbuhkan rasa tidak senang dan frustasi. Pendapat tersebut menunjukkan, melakukan modifikasi sarana pembelajaran pendidikan jasmani atau menggunakan media sangat penting agar anak terlibat aktif dan senang dalam mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani. Jika akan terlibat aktif dalam pembelajaran pendidikan jasmani, maka akan meningkatkan kemampuan larinya. Oleh karena itu, menggunakan media sangatlah penting dalam pendidikan jasmani. d. Macam-macam Alat Bantu Pendidikan Jasmani Berkaitan dengan partisipasi pendidikan jasmani lompat jauh, bentuk latihan yang diberikan dalam Penilitian Tindakan Kelas (PTK) khususnya untuk lompat jauh gaya schnepper. Aip Syarifuddin (1992: 90) bahwa, "Lompat jauh adalah suatu bentuk gerakan melornpat mengangkat kaki ke atas ke depan dalam upaya membawa titik berat badan selama mungkin di udara (melayang di udara) yang dilakukan dengan cepat dan dengan melalui tolakan pada satu kaki untuk mencapai jarak yang sejauhjauhnya". Sedangkan Yudha M. Saputra (2001: 47) berpendapat, "Lompat jauh adalah keterampilan gerak berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya dengan satu kali tolakan ke depan sejauh mungkin. Untuk commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 26 memperoleh hasil yang maksimal, pelompat dapat melakukannya dengan berbagai gaya salah satunya gaya schnepper". Berkaitan dengan lompat jauh gaya schnepper yang dikemukakan dua ahli tersebut, dalam PTK ini akan meningkatkan partisipasi siswa dalam pendidikan jasmani lompat jauh melalui media pembelajaran. Mochamad Djumidar A.Widya (2004:66-72) memberikan bentuk media pendidikan jasmani lompat jauh sebagai berikut: (1) Lompat jauh dengan alat batu bilah Bilah ditata pada lintasan dengan jarak yang ditentukan ,sesuai dengan kondisi siswa. Siswa beralri dan melompati bilah-bilah tersebut. Tujuannya yaitu untuk melatih langkah siswa dalam melakukan awalan lompat jauh. Gambar 3. Lompat Jauh dengan Media (Mochamad Djumidar A.Widya, 2004:66-72) (2) Lompat jauh dengan menggunakan media ban Simpai atau ban ditata di lintasan dengan formasi 1-2-1-2-1-2 dan seterusnya. Langkah kaki disesuaikan dengan formasi ban, jika 1 ban maka lompat satu kaki, dan jika 2 ban berarti kedua kaki melompat, begitu seterusnya. Tujuannya yaitu untuk melatih tumpuan kaki saat lompat jauh. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 27 Gambar 4. Lompat Jauh dengan Media Ban (Mochamad Djumidar A.Widya, 2004:66-72) (3) Lompat jauh menggunakan media bangku atau kotak Bangku atau kotak disusun digunakan untuk melompat. Tujuan pembelajaran ini adalah untuk merasakan sikap melayang. Gambar 5.Lompat Jauh Menggunakan Bangku atau Kotak (Mochamad Djumidar A.Widya, 2004:66-72) (4) Lompat jauh dengan media tali atau karet Tali dibentangkan melintang untuk dilompati, mendarat dua kaki, sikap jongkok. Siswa dirangsang untuk melakukan lompatan agar badan terangkat keatas depan dengan cara melewati tali yang dibentangkan dan diatur ketinggiannya sehingga siswa tidak merasa jenuh dalam mengikuti pendidikan jasmani. Gambar 6. Lompat Jauh dengan Media Tali atau Karet (Mochamad Djumidar A.Widya, 2004:66-72) (5) Lompat jauh menggunakan media ban Ban disusun dengan jarak yang bervariasi. Siswa berlari melewati ban tersebut. Tujuannya yaitu untuk melatih awalan lompat jauh. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 28 Gambar 7. Lompat Jauh Menggunakan Media Ban (Mochamad Djumidar A.Widya, 2004:66-72) (6) Lompat jauh dengan menggunakan media keset Keset ditata di lintasan dengan formasi 1-2-1-2-1-2 dan seterusnya. Langkah kaki disesuaikan dengan formasi keset, jika 1 keset maka lompat satu kaki, dan jika 2 keset berarti kedua kaki melompat, begitu seterusnya. Tujuannya yaitu untuk melatih tumpuan kaki saat melakukan tolakan lompat jauh. Gambar 8. Lompat Jauh dengan Media Keset (Mochamad Djumidar A.Widya, 2004:66-72) (7) Lompat Jauh menggunakan media bola yang digantung Menggantungkan bola dengan tali pada ketinggian yang bervariasi, siswa melakukan awalan tiga langkah untuk menyundul bola. Apabila berhasil ketinggian bola ditingkatkan. Tujuannya yaitu membiasakan siswa untuk memposisikan diri berada di udara. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 29 Gambar 9. Lompat Jauh dengan Media Bola yang Digantung (Mochamad Djumidar A.Widya, 2004:66-72) (8) Lompat jauh dengan media matras Matras diletakkan melintang untuk tempat pendaratan, mendarat dua kaki, sikap jongkok. Bertujuan agar siswa tidak takut untuk melompat. Gambar 10. Lompat Jauh dengan Media Matras (Mochamad Djumidar A.Widya, 2004:66-72) Dari bentuk-bentuk media lompat jauh yang dipaparkan diatas, media yang digunakan sangat sederhana. Dengan menggunakan media yang menarik perhatian siswa, maka siswa akan aktif bergerak dan meningkatkan partisipasi siswa dalam mengikuti pendidikan jasmani. e. Alat Bantu yang Diaplikasikan dalam Penelitian Alat bantu pembelajaran disini adalah penggunaan alat bantu seperti kardus untuk tinggi lompatan, keset untuk tumpuan melompat, bilah bambu untuk awalan berlari dan box matras untuk melenting di udara. Alat bantu pembelajaran digunakan untuk mempermudah siswa dalam belajar lompat jauh gaya schnepper serta untuk menarik minat dan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 30 mendorong meningkatnya hasil belajar siswa dalam lompat jauh gaya schnepper. Agar siswa tertarik, senang dan tidak cepat bosan dalam melaksanakan materi yang diberikan oleh guru, alat bantu pembelajaran dapat menambah minat, merangsang siswa, serta memotifasi siswa untuk serius dan semangat dalam mengikuti pembelajaran. B. Kerangka Berpikir Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang mampu melibatkan keaktifan atau partisipasi siswa dalam proses pendidikan jasmani. Permasalahan yang sering dihadapi dalam pendidikan jasmani khususnya cara penyampaian materi kepada siswa. Sering kali materi yang disampaikan masih monoton, berdasarkan pada keterampilan yang sebenarnya. Khususnya dalam pembelajaran lompat jauh gaya schnepper. Siswa kesulitan melakukan gerakan keterampilan lompat jauh gaya schnepper yang diajarkan oleh guru karena berdasarkan pada kterampilan yang sebenarnya. Permasalahan umum dalam pembelajaran pendidikan jasmani adalah kurangnya sarana pendidikan jasmani serta peran aktif atau partisipasi siswa dalam kegiatan pendidikan jasmai. Proses pembelajaran pendidikan jasmani yang berlangsung belum mewujudkan adanya partisipasi siswa secara penuh. Proses pendidikan jasmani kurang menoptimalkan penggunaan media yang dapat memancing peran aktif siswa. Penggunaan model nyata atau media dapat diamati dan dipegang secara langsung oleh siswa, memungkinkan siswa untuk terlibat secara aktif dalam kegiatan pendidikan jasmani. Penggunaan media dalam pelaksanaan tindakan tiap sklusnya disesuaikan dengan topik materi yang dipelajari. Secara garisn besar media yang digunakan yaitu: karet, bilah, lingkaran atau ban, bola yang digantung, keset, matras, bangku atau kotak yang digunakan untuk pembelajaran lompat jauh gaya schnepper. Secara lebih rinci jenis-jenis media tersebut dijabarkan dalam RPP, setiap pertemuan. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 31 Kreatif guru dalam membuat dan mengembangakan model atau media pembelajaran pendidikan jasmani yang kurang dapat mempengaruhi motifasi dan keaktifan siswa. Pemanfaatan media yang sederhana, seperti bilah, lingkaran atau ban, bola yang digantung, keset, bangku, sebagai sarana yang dapat membantu guru dalam menyampaikan pembelajaran khususnya lompat jauh gaya schnepper. Melalui media yang sederhana diharapkan siswa dapat lebih mudah mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani. Selain itu media dapat menarik perhatian siswa sehingga dapat membangkitkan motivasi serta partispasi aktif siswa dalam mengikuti pendidikan jasmani khususnya lompat jauh gaya schnepper. Jika siswa aktif dalam mengikuti pembelajaran maka kemampuan lompat jauhnya akan meningkat. commit to user