pengembangan materi ajar pecahan dengan

advertisement
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE STAD
DENGAN SOAL-SOAL PEMECAHAN MASALAH PADA MATA
PELAJARAN MATEMATIKA DI SMA NEGERI 6 PALEMBANG
Indriati1
Alumni S2 FKIP Unsri / Guru SMA Negeri 6 Palembang
E-mail: [email protected]
Yusuf Hartono2
Dosen S2 FKIP Unsri
E-mail: [email protected]
Abstract :
The clues of the research is to known description of students problem solving
ability by applying of Cooperative STAD type by problem solving . Model of study
of cooperative STAD type by problem solving is a model to solve mathematics
problem that have done by groups giving clues. The clues consist of some solving
keys that given a part, each of member groups get a key. Subject of reseach are 48
students of grade XI natural science in senior high school 6 Palembang. Data
collecting have done by giving test that content 3 discription question. The results of
analysis shown mean of discriptor indicator are 74.34%, average abilty are 79.04 or
85.42% have shown good ability for problem solving. Conclusions of this reseach
are learning use study model of Cooperative Problem Solving could be done to
practise the ability of student’s problem.
Key word: the ability of problem solving, model of study of Cooperative Type
STAD by Problem Solving
bersifat kritis, kreatif, inisiatif dan adaptif
PENDAHULUAN
terhadap perubahan dan perkembangan. Kualitas
Pendidikan
matematika
mempunyai
sumber daya manusia seperti ini menjamin
potensi besar untuk memainkan peran strategis
keberhasilan upaya penguasaan teknologi untuk
dalam menyiapkan sumber daya manusia untuk
pembangunan di Indonesia.
menghadapi era industrialisasi dan globalisasi.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak
Potensi ini dapat terwujud jika pendidikan
terlepas dari sesuatu yang namanya masalah,
matematika mampu melahirkan peserta didik
sehingga pemecahan masalah merupakan fokus
yang cakap dalam matematika dan berhasil
utama
menumbuhkan
(Depdiknas dalam Syaban, 2009).
kemampuan
berpikir
logis,
157
dalam
pembelajaran
matematika.
Indriati, Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Tipe STAD
Didasari oleh visi matematika sebagai
penting untuk matematika sekolah, hal ini
bidang studi, yaitu merupakan ilmu bantu,
dikarenakan tujuan pembelajaran yang terdapat
sehingga
dalam pemecahan masalah dan pembelajaran
pemahaman
konsep
matematika
haruslah ditujukan untuk penyelesaian masalah
prosedur pemecahan masalah
matematika dan ilmu lainnya, merupakan alat
penting
untuk mengembangkan kemampuan kognitif,
menemukan indikasi bahwa strategi pemecaham
yaitu nalar yang logis, sistematis, kritis, dan
masalah yang dipelajari dalam kelas matematika
cermat, mengembangkan kemampuan afektif,
dalam beberapa kasus khusus dapat ditransfer
yaitu
terbuka.
atau diaplikasikan dalam pemecahan masalah
Kurikulum
yang lainnya. Prinsip-prinsip yang dipelajari atau
Matematika Sekolah bahwa tujuan diberikan
diaplikasikan melalui pemecahan masalah di
matematika antara lain agar siswa mampu
kelas berkemungkinan lebih dapat ditransfer
menghadapi perubahan keadaan di dunia yang
kedalam situasi pemecahan masalah lainnya.
selalu berkembang, melalui latihan atas dasar
Pemecahan masalah dapat mendorong anak
pemikiran secara logis, rasional, kritis cermat,
didik untuk lebih tegar dalam menghadapi
jujur dan efektif. Hal ini jelas merupakan
berbagai masalah belajar. Anak didik yang
tuntutan yang sangat tinggi yang tidak mungkin
terbiasa dihadapkan pada masalah dan berusaha
bisa dicapai hanya melalui hafalan, latihan
memecahkannya akan cepat tanggap dan kreatif.
mengerjakan soal yang bersifat rutin, serta
Djamarah (2005 : 66) .
sikap
Sebagaimana
ulet,
obyektif,
tercantum
dan
dalam
proses pembelajaran biasa.
Berdasarkan
teori
dalam
umum sangat
kemasyarakatan.
Penelitian
Namun kenyataan di lapangan, siswa
belajar
yang
belum
memiliki
kemampuan
pemecahan
dikemukakan Gagne , bahwa ketrampilan
masalah yang memadai, siswa mengalami
intelektual tingkat tinggi, perlu dikembangkan
kesulitan dalam menyelesaikan soal pemecahan
melalui pemecahan masalah. Hal ini dapat
masalah. Berdasarkan analisis ulangan harian
dipahami sebab pemecahan masalah merupakan
hanya 20 % siswa yang mampu menyelesaikan
tipe belajar paling tinggi dari delapan tipe yang
soal pemecahan masalah dengan benar.
dikemukakan Gagne, yaitu signal learning,
Untuk
mengembangkan
kemampuan
stimulus-response learning, chaining, verbal
siswa dalam pemecahan masalah, hal yang perlu
association, discrimination learning, concept
ditingkatkan adalah kemampuan menyangkut
learning, rule learning dan problem solving.
berbagai teknik dan strategi pemecahan masalah.
(Gagne dalam Suherman 2001:83),
Pengetahuan, keterampilan dan pemahaman,
Pemecahan
masalah
atau
problem
solving merupakan aktivitas yang sesuai dan
158
merupakan
elemen-elemen
penting
dalam
belajar matematika. Dalam pemecahan masalah,
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA, VOLUME 5. NO. 2 JULI 2011
siswa dituntut memiliki kemampuan untuk
memberikan
mensintesis elemen-elemen tersebut sehingga
memberikan
bantuan
akhirnya dapat menyelesaikan masalah yang
penyelesaian
sehingga
dihadapi dengan baik.
berkemampuan
Guru
menghadapi
kesulitan
soal pemecahan masalah tanpa
berupa
hanya
tinggi
saja
petunjuk
siswa
yang
yang
dapat
dalam
menyelesaikan soal pemecahan masalah dengan
mengajarkan bagaimana cara menyelesaikan
benar tapi sebagian besar siswa tidak dapat
masalah dengan baik, di lain pihak siswa
menyelesaikan soal pemecahan masalah dengan
menghadapi kesulitan bagaimana menyelesaikan
baik. Hal ini meyebabkan siswa prustasi dan
masalah yang diberikan guru ( Suryadi dalam
enggan untuk menyelesaikan soal pemecahan
TIM MKPBM, 2001,84 )
masalah, dan mengakibatkan guru juga jarang
Hasil penelitian yang dilakukan The
memberikan soal pemecahan masalah karena
National Assesment Of Educational Progress
untuk menyelesaikan soal pemecahan masalah
(NAEP) (dalam TIM MKPBM, 2001,84 ),
siswa perlu banyak waktu sehingga waktu untuk
menunjukkan bahwa siswa memperoleh prestasi
memberikan
baik dalam soal setting yang dikenal siswa.
berkurang.
materi
berikutnya
menjadi
Sekitar 90% siswa berhasil dengan baik
Pembelajaran merupakan kerja mental
menyelesaikan soal pemecahan masalah yang
aktif, bukan menerima pengajaran dari guru
memuat satu langkah penyelesaian. Dalam soal
secara pasif. Dalam kerja mental siswa, guru
penyelesaian masalah dua langkah penyelesaian,
memegang
prestasi siswa kurang baik. Tingkat keberhasilan
memberikan
siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan
melayani sebagai pelatih atau model, namun
masalah menurun drastis manakala setting
siswa tetap merupakan kunci pembelajaran (Von
(konteks) permasalahannya diganti dengan hal
Glaserfelt dalam Suparno, 1997). Menurut teori
yang
Padahal
ini, satu prinsip paling penting dalam psikologi
permasalahan matematikanya tetap sama. Guru
pendidikann adalah bahwa guru tidak dapat
seringkali tidak menjelaskan langkah-langkah
hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada
yang harus dilalui siswa untuk memperoleh
siswa agar secara sadar menggunakan strategi
penyelesaian dari soal pemecahan masalah
mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat
tersebut.
memberikan kepada siswa atau peserta didik
tidak
dikenal
Berdasarkan
mereka.
pengamatan
dan
peranan
penting
dukungan,
dengan
tantangan
cara
berfikir,
hasil
anak tangga yang membawa siswa akan
wawancara secara informal dengan guru-guru
pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan
matematika di SMA. N. 6 Palembang dan
siswa sendiri harus memanjat anak tangga
pengalaman peneliti, selama ini guru hanya
tersebut (Suparno, 1997).
159
Indriati, Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Tipe STAD
Bantuan yang diberikan kepada siswa
saling
berbagi
(sharing)
pengetahuan,
untuk belajar dan untuk memecahkan masalah
pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling
dapat berupa petunjuk, dorongan, peringatan,
membantu dan berlatih beinteraksi-komunikasi-
menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah
sosialisasi karena koperatif adalah miniature dari
pemecahan, memberikan contoh, dan tindakan-
hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari
tindakan lain yang memungkinkan siswa itu
kekurangan
belajar mandiri. Berdasarkan hasil penelitian
Vygotsky mengemukakan konsep mengenai
Saliza Safta Assiti (2009) bahwa pemberian
”Zone of Proximal Development” (ZPD), yaitu
bantuan berupa petunjuk awal berpengaruh
jarak antara apa yang mampu siswa lakukan
terhadap kemampuan siswa dalam memecahkan
sendiri dan pembelajaran selanjutnya dimana
masalah.
mereka dapat dibantu oleh guru. Dalam konsep
Menurut
teori
Lev
Semyonovich
dan
kelebihan
masing-masing.
ini seorang siswa dapat memahami suatu konsep
Vygotsky, lingkungan sosial ikut membantu
dengan
perkembangan seorang siswa. Bagi Vygotsky,
berpengalaman yang tidak dapat dilakukan
budaya
sendiri. (Vygotsky dalam Asikin, 2009).
sangat
berpengaruh
sekali
dalam
bantuan
orang
lain
yang
lebih
membentuk struktur kognitif siswa. Yang
Salah satu model pembelajaran yang
membantu struktur kognitif siswa bukan hanya
mengutamakan kerjasama antar individu, yang
guru tetapi juga siswa lain yang lebih ’dewasa’
memungkinkan semua siswa dapat menguasai
yang dimaksud dewasa disini ialah yang lebih
materi pada tingkat penguasaan relatif sama atau
berpengalaman. Vygotsky lebih yakin bahwa
sejajar adalah model pembelajaran Cooperative.
fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya
Menurut Davidson & Kroll ( dalam Kristoforus,
muncul dalam kerjasama atau kerjasama antar
2005) dalam pembelajaran cooperative siswa
individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi
tidak hanya dituntut untuk secara individual
terserap ke dalam individu tersebut (Vygotsky
berupaya
dalam Mohammad Asikin, 2009)
mengalahkan rekan mereka, melainkan dituntut
mencapai
sukses
atau
berusaha
Hal ini amat penting bagi perkembangan
dapat bekerja sama untuk mencapai hasil
mental anak. Sesuai dengan fitrah manusia
bersama, asfek sosial sangat menonjol dan siswa
sebagai
penuh
dituntut untuk bertanggung jawab terhadap
ketergantungan dengan orang lain, mempunyai
keberhasilan kelompoknya. Ada 4 tipe model
tujuan dan tanggung jawab bersama, pembegian
pembelajaran Cooperative salah satu tipenya
tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan
adalah model pembelajaran Cooperative tipe
kenyatan itu, belajar
berkelompok secara
Student Teams Achievement Division (STAD).
cooperative, siswa dilatih dan dibiasakan untuk
Pemilihan.tipe STAD dalam penelitian ini
160
makhluq
sosial
yang
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA, VOLUME 5. NO. 2 JULI 2011
karena pembelajaran Cooperative tipe STAD
masalah matematika siswa, peneleti mencoba
adalah pembelajaran Cooperative yang paling
menerapkan
sederhana sehingga cocok digunakan bagi guru-
cooperative tipe STAD dengan problem solving
guru yang baru mulai menggunakan model
yang dituangkan dalam judul penelitian ’
pembelajaran Cooperative. Pembelajaran tipe
Penerapan Model Pembelajaran Cooperative
STAD dalam pelaksanaannya meliputi empat
Tipe STAD dengan
komponen pokok yaitu : (1) Presentasi kelas, (2)
Masalah pada Mata Pelajaran Matematika di
kerja kelompok, (3) kuis atau tes, dan (4)
SMA Negeri 6 Palembang’
penilaian kelompok.
Untuk
melatih
Pendekatan
dalam
pemecahan
pemebelajaran.
masalah
pembelajaran
Soal-soal Pemecahan
Rumusan Masalah
matematika maupun masalah lainnya diperlukan
pendekatan
model
siswa
dalam memecahkan masalah baik itu masalah
suatu
suatu
(problem
solving) adalah pendekatan yang dilakukan
dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan
melatih siswa menghadapi berbagai masalah
Berdasarkan
latar
belakang
diatas
adapun masalah dalam penelitian ini adalah:
Bagaimana
kemampuan
menyelesaikan
model
masalah
siswa
dalam
dengan
diterapkan
pembelajaran cooperative tipe STAD
dengan soal-soal pemecahan masalah.
baik itu masalah pribadi atau perorangan
maupun masalah kelompok untuk dipecahkan
Tujuan Penelitian
sendiri atau secara bersama-sama.
Berdasarkan
uraian
diatas
Berdasarkan rumusan masalah diatas,
bahwa
pemecahan masalah sangat diperlukan dalam
tujuan penelitian ini adalah :
mengembangkan kemampuan berfikir kritis,
Untuk
kreatif, sistematis dan logis siswa , dalam
pemecahan masalah siswa dengan diterapkannya
membentuk fungsi mental yang lebih tinggi
model pembelajaran Cooperative tipe STAD
diperlukan kerjasama antar individu. Dalam
dengan soal-soal pemecahan masalah.
mengajarkan
pemecahan
masalah
masalah dengan baik dan waktu yang digunakan
pembelajaran
efektif.
Untuk
itu
Penelitian
petunjuk
1. Guru
dalam
melaksanakan
pembelajaran problem solving dengan tujuan
ini
diharapkan
dapat
memberikan manfaat bagi, siswa, guru dan
peneliti.
guru
kemampuan
Manfaat Penelitian
diperlukan suatu model pembelajaran sebagai
bagi
gambaran
guru
mengalami kesulitan bagaimana mengajarkan
dalam
melihat
dapat
menerapkan
suatu
model
pembelajaran dalam matematika yang dapat
untuk meningkatkan kemampuan pemecahan
161
Indriati, Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Tipe STAD
meningkatkan motivasi, keaktifan dan kreatif
dimana kemampuan pemecahan masalah siswa
siswa dalam proses belajar.
masih rendah. Analisis siswa ini juga dilakukan
2. Siswa, untuk memotivasi siswa agar lebih
untuk
membagi
kelompok
terdiri
dari
siswa
siswa
yang
aktif terlibat dalam proses pembelajaran
anggotanya
Peneliti, menambah ilmu dan pengalaman
berkemampuan tinggi, sedang dan rendah.
sebagai bekal menjadi guru matematika yang
Untuk Analisis Kurikulum dilakukan adalah
profesional.
mengidentifikasi
materi
yang
pembelajaran
matematika SMA kelas XI IPA semester 2 pada
KTSP SMA. yang meliputi aspek-aspek Aljabar
METODE PENELITIAN
dan Kalkulus. Dari analisis kurikulum Aljabar
Jenis Penelitian dan Prosedur penelitian
dan Kalkulus merupakan aspek matematika yang
Penelitian ini digolongkan penelitian
deskriptif, yaitu suatu penelitian yang bertujuan
untuk menggambarkan
dalam
menyelesaikan
setelah
penerapan
kemampuan siswa
masalah
model
matematika
pembelajaran
Cooperative tipe STAD dengan soal-soal
pemecahan masalah yang diawali dengan
validitas perangkat pembelajaran berupa RPP
(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), Lembar
Kerja Siswa dan, instrumen penelitian berupa tes
hasil belajar. Penelitian ini terdiri dari tiga
tahapan
yaitu:
tahap
persiapan,
tahap
pelaksanaan, tahap analisis data, dan penulisan
laporan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
sesuai dalam melatih kemampuan pemecahan
masalah siswa khususnya matei suku banyak
dan turunan. Pada materi suku banyak peneliti
memilih materi pokok Teorema sisa dan teorema
faktor
sedangkan
materi
turunan
materi
pokoknya adalah Aplikasi turunan dalam kasus
maksimum dan minimum. Dalam tahap ini juga
peneliti membuat perangkat pembelajaran yang
meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS) dan
instrumen penelitian. Sebelum pelaksanaan
penelitian
dilakukan
validasi
perangkat
pembelajaran oleh pakar dalam pendidikan
Matematika sebagai validator.
RPP, LKS dan Instrumen penilaian/tes
yang dihasilkan pada setiap prototipe, divalidasi
Deskripsi Pelaksanaan Penelitian
Sebelum dilakukan penelitian peneliti
dengan menggunakan teknik.
Tahap Pelaksanaan.
melakukan analisis siswa yang bertujuan untuk
mengetahui jumlah siswa kelas XI IPA4 SMA N
6 Palembang dan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah
162
Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan
pembelajaran
dilakukan
dalam empat kali pertemuan yaitu pada tanggal
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA, VOLUME 5. NO. 2 JULI 2011
8 mei 2009, 11 Mei 2009, 18 mei 2009 dan 22
logaritma alog an = n, sehingga jawaban siswa
mei 2009,
salah, pada kelompok yang lain kesalahan
Setiap
pertemuan
siswa
mengerjakan LKS yang berisi soal pemecahan
dikarenakan ketidak ketelitian siswa.
masalah dengan diberikan petunjuk-petunjuk
penyelesaian
dimana
Pada
pertemuan
kedua
yang
petunjuk-petunjuk
dilaksanakan pada tanggal 11 Mei 2009
penyelesaian ini dipisah-pisah dan dibagikan ke
sebanyak 10 kelompok sudah mengerjakan soal
anggota kelompok, setiap anggota kelompok
pada
mendapatkan satu petunjuk penyelesaian. Dalam
mengerjakan soal pada LKS masih salah yaitu
menyelesaikan
kelompok 4 dan kelompok 10 hal ini disebabkan
soal
petunjuk-petunjuk
siswa
menggabungkan
penyelesaian
sebagai
langkah-langkah dalam menyelesaikan soal.
karena
LKS
dengan
kekurang
benar
telitian
2
kelompok
siswa
dalam
mengerjakan soal dan kekurang fahaman siswa
Pertemuan pertama dilaksanakan pada
dalam memahami petunjuk soal.
tanggal 8 Mei 2009 dengan materi pokok
Pada
pertemuan
ketiga
yang
teorema sisa dan teorema faktor, pada pertemuan
dilaksanakan pada tanggal 16 Mei 2009 proses
pertama ini siswa dibagi dalam 15 kelompok.
pembelajaran berjalan baik, keaktifan siswa
Selama
dengan
masih tetap tinggi dan pada pertemuan ketiga ini
menggunakan model pembelajaran Cooperative
semua kelompok siswa yang berjumlah 9
tipe STAD dengan soal-soal pemecahan masalah
kelompok sudah berhasil menjawab soal pada
berlangsung, siswa tampak antusias karena
LKS
pembelajaran Cooperative tipe STAD dengan
memahami
Soal-soal Pemecahan Masalah ini merupakan hal
melaksanakan
yang baru bagi siswa. Keantusiasan siswa
menuliskan jawaban dengan benar, hal ini
terlihat dari banyaknya pertanyaan-pertanyaan
menunjukkan bahwa siswa dapat menggunakan
pada saat peneliti menginformasikan cara belajar
petunjuk penyelesaian soal dengan baik.
proses
pembelajaran
dengan
benar.Siswa
masalah,
strategi
sudah
merancang
dengan
dapat
strategi,
benar
dan
dengan model pembelajaran Cooperative tipe
Pertemuan keempat dilaksanakan pada
STAD dengan soal-soal pemecahan masalah ini.
tanggal 18 Mei 2009 siswa dibagi 9 kelompok
Pada pertemuan pertama
ini sebanyak 10
dengan anggota kelompok 5-6 siswa. Pada
kelompok sudah dapat mengerjakan soal pada
pertemuan keempat ini sebanyak 7 kelompok
LKS dengan benar sedangkan 5 kelompok sudah
siswa menjawab soal pada LKS dengan benar
dapat memahami masalah dan merancang
dan 2 kelompok siswa menjawab salah,
strategi dengan benar tapi pada pelaksanaannya
siswasudah
siswa
merancang strategi dan melaksanakan strategi
mengalami
kesalahan
terlihat
pada
dapat
memahami
masalah,
jawabannya, siswa tidak menguasai aturan
163
Indriati, Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Tipe STAD
dengan baik tapi tidak menuliskan jawaban yang
deskriptor indikator yang diharapkan adalah
diinginkan soal.
94,45%. Pada pertemuan keempat dengan materi
Sebagai
refleksi
siswa
sama dengan pertemuan ke tiga dan jumlah
mengerjakan 2 soal pemecahan masalah dengan
kelompok berjumlah 9 kelompok beranggotakan
diberikan 1 petunjuk sebagai bantuan dalam
antara 5-6 orang siswa. Siswa diberi 2 soal
menyelesaikan soal. Pada pertemuan pertama, ke
pemecahan masalah tanpa petunjuk penyelesaian
dua dan ketiga sebagai refleksi siswa diberikan
soal.
2 soal pemecahan masalah dengan bantuan 1
berikut: rata-rata
petunjuk sedangkan pada pertemuan keempat
memahami masalah, merancang strategi sudah
sebagai refleksi siswa diberika 2 soal pemecahan
baik tapi dalam melaksanakan strategi siswa
masalah tanpa petunjuk. Pertemuan pertama dan
membuat kesalahan dalam penulisan jawaban
kedua materi pembelajaran yang diberikan
soal.
adalah teorema sisa
kelompok
didapatkan hasil tes kelompok sebagai
kemampuan siswa dalam
dan teorema faktor
sedangkan pada pertemuan ketiga dan keempat
Analisis Data Tes
materi pembelajaran yang diberikan adalah
Aplikasi turunan tentang kasus maksimum dan
Tes dilakukan sebanyak 2 kali yang
dilaksanakan pada tanggal 16 Mei 2009 dan
minimum.
Pada pertemuan pertama dapat dilihat
pada tanggal 22 Mei 2009. Tes pertama
dari hasil tes kelompok 100% kelompok siswa
diberikan 3 soal pemecahan masalah berbentuk
sudah
dan
uraian tanpa petunjuk penyelesaian soal dengan
merancang strategi mengarah kejawaban yang
materi teorema sisa dan teorema faktor. Tes
benar, 60% melaksanakan seluruh strategi
kedua juga diberikan 3 soal pemecahan masalah
dengan benar, dan 40% dalam melaksanakan
berbentuk uraian tanpa petunjuk penyelesaian
strategi hanya sebagian yang benar. Pada
soal dengan materi aplikasi turunan. Data hasil
pertemuan
per
tes untuk mengukur kemampuan pemecahan
deskriptor indikator yang diharapkan sudah baik,
masalah siswa dianalisis dengan menentukan
rata-rata kemampuan siswa per deskriptor
skor rata-rata siswa dari jumlah skor tes 1 dan
indikator
Pada
jumlah skor 2 kemudian ditentukan nilainya
pertemuan ke 3 dengan materi aplikasi turunan
dengan membagi nilai rata-rata skor dengan
untuk
minimun
jumlah skor maksimum dikali dengan 100. Hasil
didapatkan hasil tes kelompok kemampuan
tes siswa kemudian didistribusikan kedalam
siswa per deskriptor indikator yang diharapkan
kelompok nilai untuk menentukan kategori
muncul sudah baik rata-rata kemampuan per
tingkat kemampuan siswa. Siswa dinyatakan
164
berhasil
memahami
kedua
yang
kasus
masalah
kemampuan
diharapkan
maksimum
siswa
95,8%.
dan
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA, VOLUME 5. NO. 2 JULI 2011
mampu menyelesaikan soal pemecahan masalah
minimal bidang studi matematika untuk kelas XI
jika nilai yang didapatkan siswa lebih dari atau
IPA SMA N 6 Palembang.
sama dengan nilai ketuntasan minimal (KKM)
Adapun persentase tingkat kemampuan
yaitu 66. Nilai 66 merupakan nilai ketuntasan
pemecahan masalah siswa dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel. Kemampuan Siswa dalam Memecahkan Masalah Matematika Setelah Diterapkan Model
Pembelajaran Cooperative Tipe STAD dengan Soal-soal Pemecahan Masalah
Skor
Frekuensi
Persentase
Kategori
86 - 100
15
31,25%
Sangat baik
76 – 85
17
35,42%
Baik
66 -75
9
18,75%
Cukup
56 – 65
3
6,25
Kurang
0 – 55
4
8,33%
Sangat Kurang
∑
48
100%
Rata-rata
80,25
Standar deviasi
17,83
Sumber : Hasil analisis peneliti, 2009
Dari hasil tes dapat dilihat ada 15
pemecahan masalahnya termasuk kategori
siswa atau 31,25% siswa berkemampuan
sangat kurang. Jumlah siswa yang mendapat
sangat baik dalam menyelesaiakan soal
nilai 66 keatas berjumlah 41 siswa atau
pemecahan masalah, 17 siswa atau 35,42%
85,42% dan rata-rata kemampuan pemecahan
siswa kemampuan pemecahan masalahnya
masalah siswa adalah 80,25 hal ini berarti
berkategori baik, 9 siswa atau 18,75% siswa
secara keseluruhan kemampuan pemecahan
kemampuan pemecahan masalah berkategori
masalah siswa sudah baik.
cukup , 3 siswa atau 6,25% kemampuan
Adapun persentase kemampuan siswa untuk
pemecahan masalahnya termasuk kategori
setiap indikator dapat dilihat pada tabel
kurang, dan 4 siswa atau 8,33% kemampuan
berikut:
165
Indriati, Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Tipe STAD
No.
Tabel. Persentase Kemampuan Siswa per Deskriptor Indikator
persentae
Rata-rata Persentase
Indikator
Deskriptor
deskriptor
deskriptor
Tes 1
Tes 2
5,6%
4,17%
4,89%
0%
0%
0%
94,4%
95,83%
95,11%
13,9%
4,17%
9,04%
4,85%
9,72%
7,28%
0%
0%
0%
81,25%
86,11%
83,68%
24,31%
6,25%
15,28%
15,27%
22,92%
19,09%
60,42%
70,83
65,63
34,72%
3,47
29,17%
1,39%
31,95
2,43
0%
1,38%
0,69
61,81
68,06%
64,93
Tidak ada jawaban
Memahami
masalah
Sebagian masalah
disalah tafsirkan
Berhasil memahami
1
2
Tidak ada
jawaban/strategi tidak
sesuai
Strategi sesuai
kesalahan besar
Strategi sesuai
kesalahan kecil
Strategi sesuai
mengarah kejawaban
yang bena
Tidak melaksanakan
strategi
Melaksanakan sebagian
strategi dengan benar
Melaksanakan seluruh
strategi dengan benar
Tidak ada
jawaban/salah
Salah penulisan
Sebagian jawaban benar
Merancang
strategi
3
4
Melaksana- kan
strategi
Menuliskan
jawaban
Seluruh penyelesaian
benar
Sumber : Hasil analisis peneliti, 2009
Dari tabel diatas terlihat rata-rata kemampuan
kejawaban yang benar 83,68% , kemampuan
pemecahan
deskriptor
melaksanakan strategi dengan benar sebanyak
indikator yang diharapkan sudah baik, siswa
65,63% dan kemampuan menyelesaikan seluruh
berhasil memahami masalah sebanyak 95,11%,
penyelesaian
kemampuan
menuliskan jawaban) sebanyak 64,93%, rata-rata
166
masalah
siswa
merancang
per
strategi
mengarah
dengan
benar
(kemampuan
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA, VOLUME 5. NO. 2 JULI 2011
persentase deskriptor indikator yang diharapkan
sebanyak
86,11%
siswa
ada
peningkatan
sebanyak 76,34%
sebanyak 4,86%, rata-rata persentase indikator
melakasanakan seluruh strategi dengan benar
PEMBAHASAN
pada tes pertama sebanyak 60,42% siswa pada
Dari hasil analisis data tes menunjukkan
bahwa
dengan
diterapkannya
model
tes kedua sebanyak 70,83% meningkat sebanyak
10,41%,
rata-rata
presentase
indikator
pembelajaran Cooperative tipe STAD dengan
menuliskan jawaban dengan benar pada tes
Soal-soal Pemecahan Masalah dapat dilihat
pertama sebanyak 61,81% siswa pada tes kedua
bahwa
kemampuan
sebanyak 68,06% siswa meningkat sebanyak
pemecahan masalahnya termasuk dalam kategori
6,25%. Secara umum terlihat ada peningkatan
sangat baik, 17 siswa termasuk kategori baik dan
persentase setiap indikator hal ini dapat
9 siswa berkategori cukup. Dari hasil analisis
disimpulkan
kemampuan pemecahan masalah per indikator
pembelajaran Cooperative tipe stad dengan soal-
dapat dilihat bahwa 95,11% siswa berhasil
soal
memahami masalah dan 83,68% siswa sudah
kemampuan pemecahan masalah siswa sehingga
mampu merancang strategi mengarah kejawaban
kemampuan
yang benar tapi pada pelaksanaan strategi hanya
meningkat.
ada
15
siswa
yang
bahwa
pemecahan
penerapan
masalah
pemecahan
dapat
masalah
model
melatih
siswa
65,63% siswa dapat melaksanakan strategi
dengan benar dan hanya 64,94% siswa sampai
KESIMPULAN
pada menuliskan jawaban dengan benar hal ini
Penelitian
disebabkan karena ketidak ketelitian siswa
dalam menyelesaikan soal dan lupa dengan
rumus yang digunakan dalam menyelesaikan
masalah
Berdasarkan hasil analisis tes ke 1 dan
tes ke 2 rata-rata presentase indikator tes ke 1
dan tes ke 2 menunjukkan rata-rata persentase
indikator memahami masalah pada tes pertama
sebanyak 94,4% siswa pada tes kedua sebanyak
95,83% siswa ada peningkatan sebesar 0,43%,
rata-rata persentase indikator merancang strategi
mengarah kejawaban yang benar pada tes
pertama sebanyak 81,25% siswa pada tes kedua
ini
telah
menghasilkan
gambaran bahwa tampak adanya peningkatan
kemampuan pemecahan masalah siswa dengan
diterapkannya model pembelajaran Cooperative
tipe STAD dengan soal-soal pemecahan masalah
dalam proses pembelajaran, dari hasil analisis tes
siswa didapat Jumlah siswa yang mendapat nilai
66 keatas berjumlah 41 siswa atau 85,42% hal
ini berarti secara keseluruhan kemampuan
pemecahan masalah siswa sudah baik. Oleh
karena
itu,
pembelajaran
matematika
menggunakan model pembelajaran Cooperative
tipe STAD dengan Problem Solving dapat
167
Indriati, Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Tipe STAD
dijadikan salah satu jalan untuk meningkatkan
Fadjar Shadiq, M.App.Sc. 2007. Pentingnya
kemampuan pemecahan masalah siswa.
pemecahan
Masalah.
http://209.85.175.132/search?q=cache:2r
FWIR4t9yAJ:fadjarp3g.files.wordpress.c
Saran
Berdasarkan
hasil
penelitian
yang
om/2007/09/aapemecahan-
dilakukan peneliti, peneliti menyarankan bagi
masalah_lpmpsemarang_.pdf+cooney+p
peneliti lain yang ingin melanjutkan penelitian
engertian+masalah&hl=id&ct=clnk&cd=
ini dapat menerapkan
1&gl=id&client=firefox-a.
cooperative
tipe
lain
model pembelajaran
dengan
soal-soal
pemecahan masalah.
Diakses
tanggal 10 Februari 2009
Polya. 1985. How to Solve It. Princeton
University Press 2nd.
Hardy. 2007. Tidak Ada Orang yangTak
Berbakat
DAFTAR PUSTAKA
http://blezzer.blog.friendster.com/2007/0
Adi Nur Cahyono, M.Pd. 2008. Pengembangan
Model
Creative
Problem
Berbasis
Solving
3/. Diakses pada tanggal Februari 2009
Hudoyo,
Teknologi.
1988.
Belajar
P2LPTK
Hunsaker.
2007.
Pemecahan
Masalah.
problem.html. Diakses 15 Desember
http://www.google.co.id/search?q=peme
2008
cahan+masalah&hl=id&start10&sa=N.
Arikunto, Suharsimi. 1987. Dasar-dasa Evaluasi
Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bina
Akasara
file:///F:/Scaffolding%20Website.htm.
Diakses tanggal 15 Desember2008..
Doantara
Diakses tanggal 15 Desember 2008
IPTI.
Kurikulum
Masa
Depan
Menggunakan
Cano, Juan. 2002. Scaffolding Research papers,
yasa.
2008.
Metode
Perlu
Pembelajaran
Pemecahan
Masalah. http://iptpi.net/2009/01/24/kurikulummasa-depan-perlu-menggunakanpembelajaran-pemecahan-masalah-
Pembelajaran Kooperatif.
ditinjau-dari-sudut-pandang-
http://ipotes.wordpress.com/2008/05/10/
pelajaran-pkn/
metode-pembelajaran-kooperatif/
Desember 2008.
Diakses tanggal 10 Februari 2009
Diakses
mata-
tanggal
20
Kesumah,W. 2008. Perbedaan, Strategi, Model,
Pendekatan,
168
Mengajar
Matematika. Jakarta: Diknas Dirjen
http://pendidikansains.blogspot.com/200
8/06/pengembangan-model-creative-
H.
Metode,
dan
Teknik.
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA, VOLUME 5. NO. 2 JULI 2011
Tersedia
pada:
Nasution, M.A. 1982. Berbagai Pendekatan di
http://wijayalabs.wordpress.com/2008/06
dalam Proses Belajar & Mengajar.
/23/perbedaan-strategi-
Bandung: Bumi Aksara.
model-
pendekatan-metode-dan-teknik/. Diakses
tanggal 25 Januari 2009
Ruseffendi
E.T.1988.
Membantu
Kristoforus Djawa Djong. 2005. Pembelajaran
Kooerative Tipe STAD untuk Pokok
Bahasan Sistem Persamaan Linier Dua
Pengantar
Guru
Kompetensinya
Pengajaran
Matemátika. Bandung. Tarsito
Saliza. 2009. Pengaruh Pemberian Petunjuk
Awal
Kupang. dalam
dalamMemecahkan
Pendidikan Matematika.
Mengembangkan
dalam
Variabel di Kelas VIII SMPK St Theresia
MATHEDU Jurnal
Kepada
terhadap
Kemampuan
Siswa
Masalah
Matematika di Kelas XI IPA SMA Negeri
MKPBM, TIM. 2001. Strategi Pembelajaran
Matematika
2
Palembang.
FKIP
Universitas
Sriwijaya Palembang.
Kontemporer.Bandung:Universitas
Sembiring,
Pendidikan Indonesia.
Suwah.
2002.
Olimpiade
Matematika. Bandung: Yrama Widya.
Mohammad Asikin. Daspros Pembelajaran
Matematika
Sobel, Max. A. dan Evan M. Maletsky. 2001.
I.
Mengajar
http://www.google.co.id/search?client=fi
Erlangga.
refoxa&rls=org.mozilla%3Aid%3Aoffici
Suchaiini.
2008.
Matematika.
Jakarta:
Pengembangan
al&channel=s&hl=id&q=DASPROS+P
pembelajaran
EMBELAJARAN+MATEMATIKA+I
Pembelajaran.
&meta=&btnG=Telusuri+dengan+Googl
http://suchaini.wordpress.com/2008/12/1
e). Diakses tanggal 10 Februari 2009.
5/pengembangan-model-dan-
Mumun Syaban.
Menumbuh Kembangkan
Daya Matematis Siswa. http://educare.efkipunla.net/index.php?option=com_cont
dan
Model
Perangkat
perangkat-pembelajaran/ Diakses tanggal
15 Desember 2009.
Sudrajat,A.
2008.
Pengertian
Pendekatan,
ent&task=view&id=62&Itemid=7.
Strategi, Metode, Teknik, Taktik, dan
Diakses 10 Februari 2009.
Model Pembelajaran. Tersedia pada:
Mutadi. 2008. Problem Solving- Based Learning
Menuju
Pembelajaran
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/20
08/09/12/pengertian-pendekatan-strategi-
Pembebasan.http://mutadi.wordpress.co
metode-teknik-taktik-dan-model-
m/ Diakses tanggal 10 Februari 2009
pembelajaran/.
Diakses
tanggal
24
Januari 2009
169
Indriati, Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Tipe STAD
Soedjadi, R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika
Syaiful Bahri Djamarah, Drs. & Aswan Zain,
di Indonesia. Jakarta:Dirjen Dikti
Drs. 2006. Strategi Relajar Mengajar.
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Pendidikan
Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R
& D. Bandung: Alfabeta.
Uno,
Hamzah.
B.
2006.
Perencanaan
Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Suherman, E. 2001. Strategi Pembelajaran
Matematika
Jakarta: Rineka Cipta.
Kontemporer.Bandung:
JICAUPI
Wikipedia. 2008. Instructional Scaffolding.
File///Instructional
scaffolding.htm.
Diakses tanggal 5 Januari 2008.
Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme
dalam
Pendidikan.
Yogyakarta:
Karnisius
Dengan selesainya penulisan tesis ini, penulis
Susianto, IGN Bambang. 2004. Olimpiade
mengucapkan terima kasih kepada Dra. Cecil
Matematika dengan Proses Berfikir
Hiltrimartin sebagai pembimbing yang telah
Aljabar dan Bilangan. Jakarta: PT.
memberikan
Gramedia Widiasarana Indonesia.
Syaiful Bahri Djamarah, Dras. M.ag. 2005. Guru
dan
Anak
Didik
dalam
Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.
170
Interaksi
bimbingan
selama
penulisan
Download