modul pelatihan peningkatakan kapasitas staf kph - WG

advertisement
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Staf KPH
MODUL PELATIHAN
PENINGKATAKAN
KAPASITAS STAF KPH
Panduan bagi seluruh pihak untuk meningkatkan kapasitas
sumber daya manusia dalam pengelolaan hutan yang sensitif
terhadap masalah sosial
Working
Group on
Forest Land
Tenure
(WG-Tenure)
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Staf KPH
MODUL
PELATIHAN
PENINGKATAN KAPASITAS
STAF KPH
2015
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Staf KPH
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Staf KPH
PENGANTAR MODUL
PENINGKATAN KAPASITAS STAF KPH
DALAM PENGELOLAAN HUTAN YANG SENSITIF
TERHADAP MASALAH SOSIAL
Keberadaaan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) di tingkat
tapak dapat mewujudkan pengelolaan hutan yang lebih baik
dan merupakan salah satu solusi penanganan permasalahan
konlik tenurial. Pada umumnya wilayah kerja KPH mempunyai
konflik lahan yang sangat tinggi. Oleh karena itu, KPH
mempunyai peran strategis dalam menjawab tantangan
permasalahan land tenure dalam pengelolaan hutan antara
lain optimalisasi akses masyarakat dalam pengelolaan hutan
serta resolusi konflik.
Untuk dapat mengemban peran yang diharapkan, KPH sebagai
pelaksana di tingkat tapak membutuhkan SDM yang memiliki
keahlian dalam berkomunikasi, berperan sebagian fasilitator
bahkan mediator pada suatu konflik yang dihadapi di dalam
wilayah kerjanya, KPH juga dituntut mampu mandiri secara
finansial.
MFP merupakan lembaga yang menaruh perhatian cukup
signifikan pada peningkatan tata laksana kehutanan yang akan
mengurangi tingkat kemiskinan di pedesaan, meningkatkan
konservasi keanekagaman hayati, dan memperkuat
i
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Staf KPH
perlindungan ikim yang akan mengurangi emisi dari berbagai
praktek alih guna lahan dan kehutanan.
Kebutuhan KPH mendorong WG-Tenure yang didukung oleh
MFP untuk menyelenggarakan In-house Training dengan
materi yang disampaikan mencakup:
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Teknik Komunikasi;
Teknik Negosiasi dan Mediasi;
Penilaian Cepat Penguasaan Lahan (RATA);
Analisis Gaya Bersengketa (AGATA);
Kebijakan Kehutanan terkait KPH dan konflik sosial.
ii
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Staf KPH
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN
RaTA
:
Rapid Land Tenure Assessment / Penilaian
Cepat Penguasaan Lahan
AGATA
:
Analisis Gaya Bersengketa
KPH
:
Kesatuan Pengelolaan Hutan
MFP
:
Multistakeholder Forestry Program
iii
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Staf KPH
iv
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Staf KPH
PELATIHAN PENINGKATAN KAPASITAS STAF KPH
Hasil analisa BAPPENAS tahun 2010 terkait kehutanan
menunjukkan bahwa tata kelola hutan yang buruk,
ketidakjelasan hak tenurial, serta lemahnya kapasitas dalam
manajemen hutan dan penegakan hukum masih menjadi
permasalahan mendasar pengelolaan hutan di Indonesia.
Sistem pengelolaan hutan yang tidak efektif mengakibatkan
terjadinya tingkat deforestasi yang tinggi. Hal ini mendorong
dibentuknya unit pengelolaan di tingkat tapak sesuai amanat
UU No.41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Unit terkecil
tersebut adalah Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH).
Sejumlah lembaga baik lembaga donor, lembaga
pengembangan dan pendampingan masyarakat, kelompok
masyarakat sipil yang bergerak di bidang kehutanan
berinisiatif mengambil peran dalam pembangunan KPH. Atas
dasar pertimbangan keterbatasan sumberdaya, seluruh
lembaga donor memilih strategis untuk bekerja pada
beberapa KPH saja, yang kelak menjadi KPH model yang dapat
dicontoh oleh KPH-KPH lain di sekitarnya.
Multistakeholder Forestry Programme Phase 3 (MFP)
merupakan salah satu proyek yang berperan aktif dalam
pengembangan KPH. MFP menetapkan empat KPH yang akan
menjadi lokasi kerjanya, yaitu KPHP Benakat (Sumatera
v
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Staf KPH
Selatan), KPHL Alor Pantar (Nusa Tenggara Timur), KPHP
Banjar (Kalimantan Selatan) dan KPHP Poigar (Sulawesi Utara).
Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan
keterampilan peserta terhadap materi-materi yang
disampaikan, sehingga diharapkan dapat digunakan untuk
menunjang kelancaran pelaksanaan tugas di lapangan. Hal ini
juga sejalan dengan upaya mendorong pengelolaan KPH agar
lebih sensitif terhadap permasalahan sosial yang dihadapi di
lapangan.
Waktu Pelatihan
Pelatihan ini diberikan selama 4(empat) hari dengan masingmasing materi disampaikan dalam 1(satu) hari.
Peserta Pelatihan
In-House training dapat diikuti oleh staf KPH dan NGO
pendamping di lapangan, serta para penyuluh Kehutanan.
vi
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Staf KPH
vii
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Staf KPH
1
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Staf KPH
MATERI
TEKNIK KOMUNIKASI
Teknik komunikasi adalah proses penyampain informasi,
pesan dan ide/gagasan dengan menggunakan simbol-simbol
berupa kata-kata, gambar, tulisan dan lain-lain. Komunikasi
menjadi bagian yang penting dalam kehidupan, komunikasi
yang efektif akan menghilangkan argument dan
kesalahpahaman. Secara umum komunikasi bukan hanya
berbicara secara verbal tetapi juga secara non-verbal (bahasa
tubuh). Sebagai mahluk sosial tindakan komunikasi tak bisa
dihindari dan akan terus terjadi pada proses kehidupan baik
2
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Staf KPH
dalam konteks fisik, psikologis maupun sosial. Komunikasi
menjadi penting karena fungsi yang dirasakan pada saat
berkomunikasi.
Tujuan dari pemberian materi ini yaitu diharapkan dapat
meningkatkan pemahaman dan keterampilan staf KPH dalam
teknik komunikasi, sehingga dapat digunakan untuk
menunjang tugasnya sehari dalam berkomunikasi dengan
pihak lain, khususnya masyarakat.
Adapun metode pembelajaran yang dilakukan antara lain
belajar bersama, interaktif tukar pengalaman dan gagasan
ceramah, diskusi, simulasi serta praktek.
Pokok bahasan dalam materi ini antara lain adalah :
 prinsip dasar dan sikap-sikap kunci.
 teknik menyimak, dimana perlu memperhatikan
secara seksama, hati-hati dan berfikir kreatif.
 Teknik parafrase, teknik ini membantu mengutarakan
pembicaraan orang lain dengan kata-kata sendiri yang
lebih sederhana tetapi tidak mengubah makna.
 Teknik bertanya, dijelaskan mengapa harus bertanya
dengan menggunakan 5W+1H.
 Mengatasi hambatan komunikasi, untuk materi ini
akan menjelaskan apa saja yang menjadi hambatan
3
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Staf KPH
dalam komuniksai serta tips untuk mengatasi
hambatan dalam komunikasi sehari-hari.
4
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Staf KPH
5
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Staf KPH
TEKNIK NEGOSIASI DAN
MEDIASI
Negoisasi adalah komunikasi dua arah yang dirancang untuk
mencapai kesepakatan pada saat kedua belah pihak memiliki
kepentingan yang berbeda, sedangkan mediasi adalah
penyelesaian sengketa melalui perundingan para pihak
dengan dibantu oleh mediator (Peraturan Mahkamah Agung
No.2 Tahun 2003) untuk mencapai suatu kesepakatan yang
dapat diterima oleh semua pihak.
Proses negosiasi dan mediasi merupakan salah satu strategi
dalam penyelesain konflik. Teknik negoisasi dan mediasi
dalam penyelesaian konflik dapat mempengaruhi pihak untuk
6
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Staf KPH
melakukan sesuatu, mencapai kesepakatan dan membuat
kesepakatan dalam menyelesaikan konflik.
Dengan pemberian materi ini peserta diharapkan dapat
memahami dan terampil dalam teknik negosiasi dan mediasi
untuk penyelesaian konflik di lapangan.
Adapun metode pembelajaran yang dilakukan antara lain
pemberian materi, diskusi, simulasi dan praktek.
Pokok bahasan dalam materi ini adalah :
 Pengertian konflik, membahas mengapa terjadi
konflik dalam pengelolaan sumber daya alam, wujud
konflik, dan alternatif penyelesain sengketa.
 Proses negosiasi, menjelaskan pengertian negoisasi,
tujuan negoisasi, keterampilan dasar dalam
bernegoisasi, taktik dalam bernegosiasi dan teknik
kunci negosiasi.
 Mediasi, menjelaskan pengertian mediasi, dasar
pelaksanaan mediasi, pelaksanaan mediasi, tahap
mediasi, proses mediasi, dan tahapan pasca mediasi.
7
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Staf KPH
8
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Staf KPH
RAPID LAND TENURE
ASSESSMENT (RATA) dan
ANALISIS GAYA
BERSENGKETA (AGATA)
Rapid Land Tenure Assessment (RaTA) adalah pendekatan
sistematis untuk memahami kompleksitas berbagai status
penguasaan tanah para pihak, kepentingan dan klaim para
pihak, serta hak dan kekuatan para pihak untuk menjustifikasi
klaim dan konflik yang diciptakan. Sedangkan Analisis Gaya
Bersengketa (AGATA) adalah Analisis Gaya Bersengketa
(AGATA) adalah suatu teknik untuk mengetahui gaya
9
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Staf KPH
bersengketa para pihak dalam merespon/ menyelesaikan
sengketa.
Konflik tanah timbul ketika berbagai pemangku kepentingan
saling berkompetisi dan mengklaim akses sumber daya alam
akibatnya terjadi ketidakpastian status dan kontrol atas tanah.
Oleh Karena itu, perlu pemahaman mengenai sistem
penguasaan tanah baik formal maupun informal. Penyelesain
konflik tanah melalui RaTA dan AGATA dapat menghubungkan
subjek dan objek yang bersengketa dari tata kuasa, tata ijin
dan tata kelola serta menganalisis gaya bersengketa para
pihak yang bersengketa.
Tujuan pemberian materi ini diharapkan peserta dapat
memahami Rapid Land Tenure Assessment (RaTA) sebagai
perangkat analisis Land Tenure dan dapat digunakan untuk
memetakan tenurial masyarakat dan potensi konflik, sehingga
dapat mendukung dalam penyususan perencanaan dan
penyelesain konflik apabila terjadi di suatu wilayah serta
mampu menganalisis gaya bersengketa para pihak yang
terlibat dalam konflik sehingga dapat memberikan alternatif
solusi penyelesain konflik.
Adapun metode pembelajaran yang dilakukan antara lain
materi, diskusi, simulasi dan praktek.
10
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Staf KPH
Pokok bahasan dalam materi RaTA dan AGATA adalah :
 Pengertian penguasaan tanah (land tenure).
 Konflik dalam sistem penguasaan lahan (land tenure).
 RaTA dan AGATA sebgai instrumen pemetaan konflik,
menjelaskan konsep dan ruang lingkup, serta tahapan
proses RaTA dan AGATA.
 RaTA dan AGATA dalam implementasi, menjelaskan
cara mengaplikasikan RaTA dan AGATA dalam
assessment konflik.
 Pengalaman implementasi RaTA dan AGATA disalah
satu KPH, memaparkan proses kegiatan assessment
menggunakan metode RaTA dan AGATA.
11
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Staf KPH
12
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Staf KPH
KEBIJAKAN KEHUTANAN
Tujuan dari pemberian materi ini yaitu peserta mampu
memahami kebijakan kehutanan terkait tenurial dan skema
pemberdayaan masyarakat. Adapun metode pembelajaran
yang dilakukan antara lain materi dan diskusi.
Kebijakan-kebijakan yang dibedah antara lain adalah :
 Kebijakan pengukuhan kawasan hutan dan membahas
realisasi penetapan KPH;
 Amar Putusan Mahkamah Konstitusi No. 35 Tahun
2012 mengenai Hutan Adat;
13
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Staf KPH
 Penguasaan dan pemanfaatan kehutanan kedepan,
menjelaskan pengelolaan hutan berdasarkan Undangundang No.41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;
 Norma umum, membahas Undang-undang No.41
Tahun 1999 Pasal 71-73;
 Peraturan kebijakan operasional, membahas Surat
Edaran Menteri Kehutanan No.75 Tahun 2004 tentang
Masalah Hukum Adat, Surat Keputusan Menteri
Kehutanan No.90 Tahun 2011 tentang Tim Taskfoce
Penyelesaian Konflik Kawasan Hutan dan Peraturan
Menteri Kehutanan No.33 Tahun 2012, dan lain-lain;
 Skema pemberdayaan masyarakat, membahas
Undang-undang No.41 Tahun 1999 Pasal 5 ayat (1),
Peraturan Pemerintah No.44 Tahun 2004, Peraturan
Pemerintah No.6 Tahun 2007 jo. Peraturan
Pemerintah No.3 Tahun 2008, Peraturan Menteri
Kehutanan No.88 Tahun 2014 tentang Hutan
Kemasyarakatan
(HKm),
Peraturan
Menteri
Kehutanan No.39 Tahun 2013 tentang Kemitraan dan
lain-lain;
 Perkembangan peraturan dan kebijakan, membahas
peraturan dan kebijakan yang terbaru seperti Putusan
Mahkamah Konstitusi No.45 Tahun 2014 dan Putusan
Mahkamah Konstitusi No.35 Tahun 2012, Undangundang No.6 Tahun 2014 tentang Desa, Peraturan
Pemerintah No.42 Tahun 2014, Undang-undang
14
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Staf KPH
No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah,
Peraturan Bersama Empat Menteri Tahun 2014
tentang Tata Cara Penyelesaian Penguasaan Tanah
Dalam Kawasan Hutan, Peraturan Menteri Kehutanan
No.62 Tahun 2013, Surat Keputusan Menteri
Kehutanan
No.24/Menhut-II/2015
tentang
Penanganan Pengaduan Kasus Lingkungan Hidup dan
Kehutanan, Peraturan Presiden No.16 Tahun 2015,
dan Sekertariat Pengaduan Konflik Lingkungan Hidup
dan Kehutanan.
15
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Staf KPH
TEKNIK KOMUNIKASI
Oleh : Suwito
Tujuan dan Hasil yang diharapkan :
Tujuan: Meningkatkan pemahaman dan ketrampilan,
staf KPH, sehingga dapat digunakan untuk menunjang
tugasnya sehari-hari.
Hasil: memiliki pengetahuan teknik komunikasi, agar
mampu berkomunikasi dengan pihak-pihak lain,
terutama masyarakat.
Metode Belajar:
Belajar bersama, interaktif
Tukar Pengalaman &
gagasan
Ceramah, diskusi, simulasi,
praktek
“Senang – Serius – Sukses”
2
Materi Belajar
Pengantar
Proses
Prinsip dasar dan
sikap-sikap kunci
Teknik Menyimak
Teknik
Parafrase
Teknik
Bertanya
Mengatasi hambatan
komunikasi
3
Komunikasi:
Pengertian, Prinsip dasar dan sikap-sikap kunci
Pengertian Komunikasi:
Proses penyampaian informasi, pesan dan ide/ gagasan dengan
menggunakan simbol-simbol berupa kata-kata, gambar, tulisan,
dan lain-lain.
4
PRINSIP DASAR & SIKAP-SIKAP KUNCI
agar komunikasi berhasil efektif, bermanfaat
Prinsip dasar :
(1)
(2)
(3)
(4)
Dipercaya;
Disukai (daya tarik)
Tanggung jawab
Jujur, terbuka, berani
Sikap-sikap kunci :
(1) Minat;
(2) Empati;
(3) Bersikap positif
5
Menyimak :
Memperhatikan
secara seksama, hatihati dan berfikir
kreatif
6
Menyimak berbeda dengan
hanya mendengar
Kebiasaan kita hanya
mendengar apa yang mau
kita dengar !
7
Beberapa anjuran dalam menyimak,
Jangan …..
•
•
•
•
•
Berbicara tergesa-gesa
Interupsi
Menghakimi
Loncat ke solusi
Terpengaruh oleh emosi pembicara
8
Teknik Parafrase
Membantu mengutarakan
pembicaraan orang lain
dengan kata-kata sendiri
yang lebih sederhana, tapi
tidak mengubah
maksud/makna
Kapan perlu dilakukan parafrase?
-
Saat pembicaraan terlalu panjang, bertele-tele
-
Pernyataan yang terlalu kompleks dan membingungkan
-
Pembicara sulit mengungkapkan atau menata apa yang ingin
disampaikan
9
Teknik bertanya
Mengapa perlu
bertanya?
10
Tipe Pertanyaan:
Pertanyaan terbuka:
Pertanyaan tertutup:
Bisa mendapatkan jawaban
dengan lebih mudah dan
lengkap
Jawaban “ya” atau “tidak”
11
Probing:
Bertanya lebih jauh untuk mendapatkan pemahaman
yang lebih mendalam
• Apakah ada hal yang lain?
• Mengapa anda tidak setuju?
• Bagaimana sebaiknya?
12
5W (who, where, when, what, why)
+1H (how)
Keyakinan/
Nilai-nilai
Why
Gagasan
Fakta
What
Who
When
How
Where
13
Mengatasi hambatan komunikasi dalam praktek sehari-hari
• Perbedaan pola pikir dan juga keyakinan antar kelompok,
dan juga perbedaan pendapat
• Kepercayaan yang sudah mengakar dan sulit untuk diubah
• Tidak ada minat dari informasi yang akan disampaikan
• Kepribadian yang “buruk”
• Kurangnya informasi dan pengetahuan dari kedua belah
pihak.
• Penilaian terhadap seseorang atau kelompok hanya
berdasarkan persepsi (Stereotip).
14
Tips mengatasi hambatan komunikasi dalam
praktek sehari-hari
1. Mengenali Tipe dan Gaya Komunikasi orang lain, agar dapat
menyesuaikan diri dengan lawan bicara.
2. Melatih Pengendalian perasaan/emosi dan pikiran saat
berkomunikasi dalam himpitan persoalan. Latihan rutin
mengontrol lisan agar tetap positif di saat sulit untuk
pendewasaan diri.
3. Perkaya Kosa Kata dengan Kata-kata Yang yang bisa
membuat lawan anda terkejut dan kagum.
4. Perkaya/gali informasi dan pengetahuan sebanyak-banyaknya
terkait dengan bidang tugas dan lingkungan kerja.
5. Hindari Stereotip (Penilaian/pandangan hanya berdasar
persepsi)
Sumber: http://gofaztrack.com/blog/4-urgensi-materi-training-komunikasi/#sthash.6K6aoGnn.dpuf
15
PENINGKATAN KAPASITAS STAF KPH
NEGOISASI DAN MEDIASI
Oleh : Jomi Suhendri. S
Negosiasi
dan
Seni Bernegosiasi
Memahami Konflik
ADR/APS
Mediasi
Dan
Teknik Mediasi
2
APA ITU KONFLIK....?????
3
Konflik
• “conflictus” artinya saling menyerang
• “conflict” (webster) dalam bahasa aslinya
berarti ”perkelahian, peperangan atau perjuangan”—yaitu
berupa konfrontasi fisik antara beberapa pihak
• Konflik sering diidentikkan dengan suasana krisis’ dalam
istilah cina “krisis” (wei chi) mengandung arti bahaya dan
peluang
4
Kenapa Konflik Terjadi
Dalam Pengelolaan SDA
Pelaku: Masyarakat
• Basis legitimasi klaim rakyat:
– Status Tanah (Tata Kuasa)
– Perencanaan Pengelolaan (Tata
Kelola)
– Perijinan (Tata Perijinan)
Pelaku: Negara dan Pengusaha
• Basis legitimasi klaim
negara/ lainnya:
– Status Tanah (Tata Kuasa)
– Perencanaan Pengelolaan (Tata
Kelola)
– Perijinan (Tata Perijinan)
5
Wujud Konflik
• Latent conflict (konflik tersembunyi)
Konflik tersembunyi dicirikan dengan adanya tekanan-tekanan yang
tidak nampak yang tidak sepenuhnya berkembang dan belum tereskalasi
ke dalam polarisasi konflik yang tinggi. Seringkali satu atau dua pihak
boleh jadi belum menyadari konflik bahkan yang paling potensial pun.
• Emerging conflict (konflik mencuat)
Konflik mencuat adalah konflik perselisihan dimana pihak-pihak yang
berselisih terindentifikasi. Mereka mengakui adanya sengketa, dan
kebanyakan permasalahnya jelas, tapi proses negosiasi dan penyelesaian
masalahnya belum berkembang.
• Manifest conflict (konflik terbuka)
Konflik terbuka adalah konflik dimana pihak-pihak yang berselisih
secara aktif terlibat dalam perselisihan yang terjadi, mungkin sudah
mulai untuk bernegosiasi, dan mungkin juga mencapai jalan buntu.
6
7
ALTERNATIVE DISPUTE
RESOLUTION (ADR)/ALTERNATIF
PENYELESAIN SENGKETA (APS)
8
Pilihan Penyelesaian konflik
Litigasi/Pengadilan
Non Litigasi/Luar Pengadilan
(ADR - Alternative Dispute Resolution)
9
• Apa itu ADR/APS?
“Alternatif Penyelesaian Sengketa adalah lembaga
penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui
prosedur yang disepakati para pihak, yakni
penyelesaian di luar pengadilan dengan cara konsultasi,
negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli”.
(Pasal 1 ayat 10, UU No 30 tahun 1999).
• Apa Tujuan ADR/APS?
 Mengurangi kemacetan pengadilan
 Meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam
proses penyelesaian sengketa
 Memperlancar jalur memperoleh keadilan
 Memperoleh penyelesaian sengketa secara winwin solution atau mutual acceptable sollution
10
Bentuk dan Karakteristik ADR
Negosiasi:
Komunikasi dua arah yang dirancang untuk mencapai kesepakatan pada saat
kedua belah pihak memiliki kepentingan yang berbeda (www.hukum.uns.ac.id)
Mediasi:
Penyelesaian sengketa melalui proses perundingan para pihak dengan dibantu
oleh mediator (Perma No. 1 tahun 2008, untuk mencapai suatu kesepakatan
yang dapat diterima oleh semua pihak)
Konsiliasi:
Usaha mempertemukan keinginan pihak yang berselisih untuk mencapai
persetujuan dan menyelesaikan perselisihan itu (Kamus Besar B. Indonesia)
Arbitrase:
Cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar peradilan umum yang
didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para
pihak yang bersengketa (UU No.30 tahun 1999)
11
Kenapa Muncul ADR/APS?
Tuntutan Dunia Bisnis
Kritik Bagi Lembaga Peradilan
Peradilan Tidak Responsif (menunggu)
Kemampuan Hakim yang Generalis
12
Litigasi dan Permasalahannya
(Fuad dan Maskanah, 2000)
Waktu lama
Mahal
LITIGASI
Pertikaian
Win-Lost
Proses
Penyelesaian Sengketa
Melalui
Jalur Pengadilan
Kurang Jujur
Kurang Netral
13
Non Litigasi :
Keuntungan & Karakteristik ADR/APS
(Fuad dan Maskanah, 2000)
Murah
ADR
Cepat
Non Judicial
(luwes)
Hub. baik
Sukarela
Proses
Penyelesaian Sengketa
di luar
Jalur Pengadilan
Netral
Sesuai
Kebutuhan
Rahasia
14
Negosiasi
Sumber: CSS-Swiss Peace, 2009
15
Simulasi Negosiasi
JUAL BELI MOBIL
16
APA ITU NEGOSIASI...???
17
Negosiasi adalah Komunikasi dua arah yang
dirancang untuk mencapai kesepakatan pada saat
kedua belah pihak memiliki kepentingan yang
berbeda (www.hukum.uns.ac.id)
18
TUJUAN NEGOSIASI
 Mempengaruhi pihak
lawan untuk
memberikan/melakukan
sesuatu
 Mencapai kesepakatan
dalam rangka mengadakan
transaksi atau
menyelesaikan sengketa
 Membuat kesepakatan
yang baik, bijaksana, dan
memperbaiki hubungan
antara para pihak
19
TIGA KONSEP
PENTING YANG HARUS DIPAHAMI
SEORANG NEGOSIATOR
BATNA ( Best Alternative to a Negotiated Agreement) , yaitu
langkah-langkah atau alternatif-alternatif yang akan
dilakukan oleh seorang negosiator bila negosiasi tidak
mencapai kesepakatan.
Reservation Price, yaitu nilai atau tawaran terendah yang
dapat diterima sebagai sebuah kesepakatan dalam
negosiasi.
ZOPA ( Zone of Possible Agreement), yaitu suatu zona atau
area yang memungkinkan terjadinya kesepakatan dalam
proses negosiasi
20
KETERAMPILAN -KETERAMPILAN
DASAR DALAM BERNEGOSIASI
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Ketajaman pikiran/kelihaian
Sabar
Kemampuan beradaptasi
Daya tahan
Kemampuan bersosialisasi
Konsentrasi
Kemampuan berartikulasi
Memiliki selera humor
21
KEMUNGKINAN
AKHIR DALAM NEGOISASI
1. Menang – Menang : Intergrative Negoitation
2. Menang – Kalah: Pihak Pihak yang berselisih ingin
mendapatkan hasil maksimal
3. Kalah – Kalah : Sama Sama Tidak dapat hasil
4. Kalah - Menang : Sengaja mengalah untuk mendapatkan
manfaat
5. Jalan Buntu
22
TAKTIK DALAM BERNEGOISASI
Dalam proses negosiasi, pihak-pihak yang berselisih
seringkali menggunakan berbagai taktik agar dapat
memperoleh hasil negosiasi yang diinginkan.
Ada beberapa taktik yang umum dilakukan oleh para
Negosiator Antara Lain :
23
(1) MENYUSUN AGENDA
Taktik ini digunakan UNTUK memberikan
waktu kepada pihak Lawan UNTUK
MEMBAHAS setiap masalah yang ada secara
berurutan tujuannya adalah untuk mendorong
agar pihak lawan menyepakati keseluruhan
paket perundingan.
24
(2) Bertemu Ditempat Netral
Taktik ini bertujuan untuk mengendalikan
alur pertemuan atau setidak tidaknya tidak
terbawa arus oleh alur pertemuan pihak
lawan
25
(3) Memanggil Saksi Ahli
Taktik ini dipakai untuk
meyakinkan Pihak lawan bahwa
tawaran yang kita berikan adalah
tawaran terbaik
26
(4) Mencari Kesamaan Penyelesaian
Taktik ini dipergunakan untuk mempengaruhi lawan
dengan cara menggiring pemikiran lawan bahwa
keinginan kita sama seperti dengan keinginannya
Contoh : pada perinsipnya kita sama sama
menyukai barang antik, toh kalau
mobil ini jadi saya beli, bapak juga masih
bisa menggunakannya, sebab kita satu klub
penggemar mobil antik
27
(5) Bluffing
Taktik klasik yang sering digunakan oleh para
negosiator yang bertujuan untuk mengelabui lawan
berundingnya dengan cara membuat distorsi
kenyataan yang ada dan membangun suatu gambaran
yang tidak benar.
EX : Tetangga desa sebelah kemarin
menawarkan tanahnya kepada saya 10 HA
hanya 15 Juta……
28
(6) Membuat tenggat waktu (deadline)
Taktik ini digunakan untuk menekan pihak lawan
agar segera mengambil keputusan
EX:
Pihak lain yang ingin membeli mobil ini
besok sore akan datang memberikan pajer
pembayaran, kalau bapak serius ingin membeli
mobil ini, setidaknya besok siang bapak harus
memberikan keputusan
29
(6) Good Guy Bad Guy
Taktik ini digunakan dengan cara menciptakan
tokoh “jahat’ dan “baik” pada salah satu pihak yang
berunding.
Taktik ini biasa dikenal dengan Taktik Berbagi
Peran
30
(7) MERUBAH KEPUTUSAN KETIKA KESEPAKATAN
TERCAPAI
Taktik ini digunakan sebagai umpan (jebakan)
untuk mengetahui atau mengukur titik resistensi,
batas maksimum, dan target lawan.
Taktik ini juga digunakan untuk memperbaiki
target capaian karena adanya tuntutan yang lebih
dari pimpinan atau konstituen masyarakat yang
diwakili
31
(8) INTIMIDASI
Taktik ini digunakan untuk
mempengaruhi pihak lawan agar
menerima tawaran
32
TEHNIK KUNCI BERNEGOISASI
- Ketahui Tujuan Pihak Lawan yang Sebenarnya
- Kendalikan Setting alur dan suasana
pertemuan
- Gunakan Ukuran ukuran yang bersifat
-
objektif
Data Semua Item yang akan di Negosiasikan
Kendalikan emosi anda dan tetap tenang
fleksibel
Ketahui alternatif terbaik anda
Jangan tunda lakukan penawaran
33
MEDIASI
APA ITU MEDIASI???
APA PERBEDAAN NEGOSIASI DAN MEDIASI ???
34
Mediasi adalah penyelesaian sengketa melalui proses
perundingan para pihak dengan dibantu oleh mediator
(Perma No. 1 tahun 2008), untuk mencapai suatu
kesepakatan yang dapat diterima oleh semua pihak
35
DASAR PELAKSANAAN MEDIASI
• Perma No.1 tahun 2008 ttg prosedur mediasi di Pengadilan
• Akar dan Budaya musyawarah mufakat (budaya adat),
• Sesuai landasan filosofi dan ideologi bangsa (sila ke-4 Pancasila) dan hukum
Islam;
• Tingginya Penumpukan Perkara di Mahkamah Agung (Laporan Tahunan
MA 2012/2013: 60 % sengketa Pertanahan/SDA)
• Cocok untuk penyelesaian konflik SDA yang rumit dan komplek;
• Aspek keadilan.
36
MAINSTREAMING MEDIASI
Murah
Hub. baik
Cepat
Sukarela
Mediasi
Non Judicial
(luwes)
Netral
Sesuai
Kebutuhan
Rahasia
37
Pelaksanaan Mediasi
1. Mediasi di Pengadilan (diatur dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Perdata
Pasal 130 HIR (Jawa dan Madura) /154 RBg
(luar Jawa dan Madura), kemudian diperjelas
melalui Peraturan Mahkamah Agung Nomor
1 tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di
Pengadilan
2. Mediasi di Luar Pengadilan (diatur dalam
banyak perundang-undangan)
38
KENAPA MEDIASI COCOK DALAM
PENYELESAIAN KONFLIK SDA???
 Konfliknya kompleks, melibatkan banyak
pihak, ruwet,
 perlu pihak ketiga (otoritatif /pemerintah,
independen: Mediator independent, dan join
mediasi: kedua-duanya)
 Banyak studi menunjukkan Mediasi dalam
ADR yang merupakan penyelesaian konflik
yang lebih pas menyelesaikan secara
permanen, di Indonesia dan Asia tenggara
(e.g. Yasmi et al. 2010)
39
TAHAP PRA MEDIASI
1.Menerima Permohonan dari
salah satu pihak atau para
pihak;
2.Mengumpulkan dan Menelaah
Informasi dan data;
3.Menyepakati Tim Mediator;
4.Mendapatkan Mandat;
5.Membangun Kesepahaman
Awal;
6.Menyepakati Aturan Main.
40
TAHAP MEDIASI
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Memulai proses mediasi
Mempresentasikan masalah dan tuntutan/kepentingan
Merumuskan masalah dan menyusun agenda
Mengungkapkan kepentingan tersembunyi
Mengembangkan pilihan penyelesaian sengketa
Menganalisis pilihan penyelesaian sengketa
Proses tawar-menawar akhir
Mencapai kesepakatan
41
MEMULAI PROSES MEDIASI
• Mediator memperkenalkan diri dan para pihak
• Menekankan adanya kemauan para pihak untuk menyelesaikan masalah
melalui mediasi
• Menjelaskna pengertian mediasi dan peran mediator
• Menjelaskan prosedur mediasi
• Menjelaskan pengertian kaukus
• Menjelaskan parameter kerahasiaan
• Menguraikan jadwal dan lama proses mediasi
• Menjelaskan kembali aturan main dalam proses perudingan
• Memberikan kesempatan kepada para pihak untuk bertanya dan
menjawab (mandat para pihak)
42
MERUMUSKAN MASALAH
DAN MENYUSUN AGENDA
• Mengidentifikasi topik-topik umum
permasalahan, menyepakati sub topik
permasalahan yang akan dibahas dan
menentukan urutan sub topik yang akan dibahas
dalam proses perundingan
• Menyusun agenda perundingan
43
MENGEMBANGKAN PILIHAN
PENYELESAIAN SENGKETA
MEDIATOR MENDORONG PARA PIHAK
UNTUK TIDAK BERTAHAN PADA POLA
PIKIRAN YANG POSISIONAL TETAPI HARUS
BERSIKAP TERBUKA DAN MENCARI
ALTERNATIF PENYELESAIAN PEMECAHAN
MASALAH SECARA BERSAMA
44
MENGUNGKAPKAN
KEPENTINGAN TERSEMBUNYI
DAPAT DILAKUKAN DENGAN DUA
CARA:
1. Cara langsung, dengan mengemukakan
pertanyaan kepada para pihak
2. Cara tidak langsung, dengan
mendengarkan atau merumuskan kembali
pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan
oleh para pihak
45
MENGANALISA PILIHAN
PENYELESAIAN SENGKETA
• Mediator membantu para pihak
menentukan untung dan ruginya jika
menerima atau menolak suatu pemecahan
masalah
• Mediator mengingatkan para pihak agar
bersikap realistis dan tidak mengajukan
tuntutan atau tawaran yang tidak masuk
akal
46
PROSES TAWAR-MENAWAR
AKHIR
• Pada tahap ini para pihak telah melihat
titik temu kepentingan merekadan
bersedia memberi konsesi satu sama
lainnya
• Mediator membantu para pihak agar
mengembangkan tawaran yang dapat
dipergunakan untuk menguji dapat atau
tidak tercapainya penyelesaian masalah
47
MENCAPAI
KESEPAKATAN FORMAL
Para pihak menyusun kesepakatan dan
prosedur atau rencana pelaksanaan
kesepakatan mengacu pada langkah-langkah
yang akan ditempuh para pihak untuk
melaksanakan bunyi kesepakatan dan
mengakhiri sengketa
48
TAHAP PASCA MEDIASI
1. Legalisasi Kesepakatan (akta bawah
tangan, akta otentik, gugatan-putusan
pengadilan)
2. Monitoring Pelaksanaan Kesepakatan
3. Rencana Kerjasama berkelanjutan (jangka
panjang)
4. Pencegahan Konflik Baru
49
CONTOH BENTUK SUSUNAN MEJA
PERTEMUAN DALAM PROSES MEDIASI
50
(Dalam Implementasi)
Oleh : DWI RAHMAHENDRA
1
2
3
“Hutan
Sexy”
“Multi Pihak
berkepentingan
dan merasa
memiliki”
Mitigasi
Konflik
Resolusi
Konflik
Litigasi
ADR
KONFLIK
Negosiasi
Fasilitasi
Mediasi
Konsultasi
Koordinasi
Konsiliasi
Arbitrase
4
Silahkan tuliskan satu kata/frasa yang
terbayang dibenak Anda ketika
mendengar kata “KONFLIK”
5
• Hubungan antara dua pihak atau lebih yg memiliki, atau yg merasa
memiliki, sasaran2 yg tdk sejalan (Fisher et al, 2001).
• Benturan yang terjadi antara dua pihak atau lebih, yang disebabkan adanya
perbedaan nilai, status, kekuasaan, dan kelangkaan sumberdaya (LATIN,
2000)
• Suatu kondisi ketika dua orang/pihak atau lebih memanifestasikan keyakinan
mereka akan suatu tujuan yang saling berbeda (Kriesberg, 1998).
• Perjuangan terhadap suatu gugatan dan nilai yang disebabkan oleh
kelangkaan status, kekuasaan, & sumberdaya (Coser, 1967).
• KONFLIK SUMBERDAYA ALAM adalah ketidaksepakatan dan perselisihan
mengenai akses ke, kendali atas dan pemanfaatan sumberdaya alam.
6
HUBUNGAN SOSIAL:
•Hubungan emosi yang kuat
•Salah persepsi atau stereotip
• Kurang/salah Komunikasi
•Repetisi perilaku negatif
PERBEDAAN DATA:
• Kurang informasi, salah
informasi,
• Perbendaan pandangan
dalam relevansi data
• Perbedaan interpretasi,
• Perbedaan prosedur penilaian
PERBEDAAN KEPENTINGAN:
•Kebutuhan dan cara untuk
memenuhinya atau tata
cara maupun mental
Psikologis
PERBEDAAN
STRUKTRUAL:
Tidak meratanya distribusi
kekuasaan/kewenangan,
dan Sumberdaya,
Pengambilan Keputusan,
Faktor fisik, geografis,
dan lingkungan
Sumber: Moore (1996); Boedhi dkk (2001)
PERBEDAAN NILAI:
•Nilai pandangan hidup,
norma, ideologi, agama
•Nilai universal seperti HAM
•Ukuran kriteria evaluasi
7
Gambaran Konflik/Sengketa di Kawasan Hutan
180
Data sementara sampai dengan Januari 2015
o
Hutan Konservasi
: 102
kasus
o
Hutan Produksi terkait perizinan
: 319
kasus
o
Hutan Produksi dan Hutan Lindung nonizin
: 152
kasus
160
140
120
100
80
Jumlah
: 573 kasus
60
40
20
0
Sumatera
Jawa
Bali Nusa
Tenggara
Klaim kawasan hutan
Kalimantan
Sulawesi
Maluku
Papua
Perambahan kawasan hutan
Sumber: Ditjen Planologi Kehutanan, Ditjen BUK dan Ditjen PHKA (2015)
8
Klaim status tanah adat (vertikal)
Klaim status tanah non adat (vertikal)
Klaim distribusi lahan (vertikal,horizontal)
Klaim tata batas (vertikal)
9
Tumpang Tindih IUPHHK-HA/HT dengan Wilayah Adat
Berdasarkan Hasil Pemetaan Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN)
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Provinsi
Aceh
HA
HT
Kalimantan Barat
HA
HT
Kalimantan Selatan
HA
HT
Kalimantan Tengah
HA
HT
Kalimantan Timur
HA
HT
Maluku
HA
Maluku Utara
HA
Nusa Tenggara Barat
HT
Papua
HA
Papua Barat
HA
Riau
HT
Sulawesi Selatan
HA
HT
Sulawesi Tengah
HA
HT
Jumlah (Ha)
HP
HPK
1.377
1.311
66
129.663
20.212
109.451
28.696
12.809
15.887
17.151
11.608
5.544
51.349
39.692
11.656
0
HPT
7.820
7.820
281
67
214
0
213.678
145.283
68.395
1.459
3.628
3.628
155
155
826
91
736
30
30
7
7
9.821
9.821
2.062
2.062
14.790
14.790
0
27.624
27.624
22
22
0
2.757
2.751
6
257.820
1.234
1.234
33.652
1.459
65.140
65.135
6
58.938
58.295
643
5.251
5.251
5.389
5.389
627
627
1.556
1.556
1.637
1.637
8.834
8.834
180
30
149
15.270
14.945
325
385.778
Jumlah
9.197
9.131
66
343.622
165.562
178.060
30.155
12.809
17.346
85.919
80.370
5.549
111.112
98.078
13.035
5.281
5.281
5.551
5.551
627
627
11.377
11.377
31.322
31.322
23.646
23.646
180
30
149
19.261
18.929
332
677.250
10
Pendekatan sistematis untuk
memahami kompleksitas berbagai
status penguasaan tanah para pihak,
kepentingan dan klaim para pihak,
serta hak dan kekuatan para pihak
untuk menjustifikasi klaim dan konflik
yg diciptakan.
“Untuk melihat potret masalah tenurial
secara lebih jelas, bukan
menyelesaikannya”
Instrumen yang dipergunakan
untuk mengetahui gaya
bersengketa yg dimanifestasikan
oleh para pihak dalam rangka
menentukan alternatif
penyelesaian sengketa terbaik.
11
1)
2)
3)
4)
5)
6)
Memetakan Objek
Analisis (Potensi ) Konflik
Tenurial (Dimensi dan Sejarah
Konflik)
Analisis Parapihak dan
Hubungannya.
Memahami Perspektif Aktor
Lokal
Analisis Kebijakan
Pilihan Kebijakan (Rekomendasi
Alternatif).
1)
2)
3)
4)
5)
Mencermati Kondisi Sengketa
yang Terjadi
Memetakan Parapihak
Memetakan Apa Saja yang
menjadi Obyek/Akar Sengketa
Menentukan Gaya Sengketa
yang Dimanifestasikan oleh
Parapihak
Menentukan Alternatif
Penyelesaian Sengketa
12
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
Memetakan Objek
Analisis (Potensi ) Konflik Tenurial (Dimensi & Sejarah Konflik)
Analisis Parapihak dan Hubungannya
Menentukan Gaya Sengketa yang Dimanifestasikan Parapihak
Memahami Perspektif Aktor Lokal
Analisis Kebijakan
Pilihan Kebijakan (Rekomendasi Alternatif Penyelesaian).
13
1) Bentuk Tim Kerja
2) Tentukan/Sepakati Unit Analisis
3) Kumpulkan Data Sekunder Pendukung
4) Buat Instrumen Pengumpulan Data dan Siapkan Peralatan
5) Kumpulkan Data Lapangan (Survey Lapangan)
6) Rekap dan Analisis Data (Analisis Obyek, Analisis Stakeholder, Analisis
Konflik dan Analisis Gaya Sengketa)
7) Simpulkan Gambaran Konflik di Lapangan
8) Simpulkan Hasil Analisis Kebijakan.
9) Rekomendasikan Alternatif Pemecahan Masalah
14
Langkah
TIM
UNIT
ANALISIS
DATA
SEKUNDER
INSTRUMEN
& ALAT
SURVEY
LAPANGAN
ANALISIS
DATA
KONFLIK &
KEBIJAKAN
REKOMENDASI
15
Langkah
TIM
 Rata dan Agata : adalah proses
penilaian cepat (1-2 minggu)
 Perlu Tim yang Solid (minimal 3
orang)
 Bagi tugas sesuai dengan
kompetensi :
o Perpetaan, GPS dan GIS.
o Komunikator-fasilitator
o Peraturan dan kebijakan.
16
Langkah
TIM
UNIT
ANALISIS
 Unit Analisis adalah lokus atau lingkup
assesmen akan dilakukan.
 RaTA bersifat gambaran umum, untuk Unit
Analisis tertentu.
 Unit Analisis bisa berupa :
o Masyarakat (desa/ kampung) :
masyarakat adat, pendatang
(transmigran/spontan)
o Pemerintah (Nasional/Daerah, KPH,
Resort KPH)
o Pengusaha (kelapa sawit, tambang, hutan
dsb.-nya)
17
Langkah
TIM
UNIT
ANALISIS
DATA
SEKUNDER
 Data pendukung terkait Unit Analisis
dari berbagai sumber.
 Membantu untuk memahami situasi
(hal-hal terkait Unit Analisis).
 Mengetahui kebijakan dan aturan
terkait
 Menentukan entry point
 Semakin lengkap semakin baik
18
Langkah
TIM
UNIT
ANALISIS
DATA
SEKUNDER
INSTRUMEN
& ALAT
 Instrumen/Alat Bantu dalam pengumpulan
data lapangan (sebagai panduan
pelaksanaan pengumpulan data lapangan).
 Dibuat sesuai dengan kebutuhan.
 Peralatan yang diperlukan antara lain :
o ATK
o Kamera
o Recorder
o GPS
19
Langkah
TIM
UNIT
ANALISIS
DATA
SEKUNDER
INSTRUMEN
& ALAT
SURVEY
LAPANGAN








Temui Tokoh Masyarakat (Kepala Desa, Kepala Adat,
Tokoh Agama, dll).
Jelaskan maksud dan tujuan dengan jelas.
Sepakati skenario dan jadwal pelaksanaan assesmen
lapangan (FGD, Wawancara Mendalam, Ground
Survey, dll)
Sedapat mungkin libatkan masyarakat dalam
pelaksanaan assesmen (PRA)
Kumpulkan data dari berbagai pihak terkait (termasuk
kelompok marginal & perempuan)
Lakukan teknik trianggulasi.
Temukan fakta bukan persepsi.
Perhatikan etika dan nilai-nilai lokal
20
Langkah
TIM
Obyek
Dimensi
Stakeholder
Eskalasi
Gaya
Sengketa
UNIT
ANALISIS
DATA
SEKUNDER
INSTRUMEN
& ALAT
SURVEY
LAPANGAN
ANALISIS
DATA
21
Langkah
TIM
UNIT
ANALISIS
DATA
SEKUNDER
INSTRUMEN
& ALAT
SURVEY
LAPANGAN
Obyek
 Buatlah Peta Unit Analisis.
 Overlay-kan dengan Peta-Peta dari
para pihak yang memiliki klaim.
 Tentukan wilayah yang menjadi
obyek konflik (jika dimungkinkan
hitung luasannya dan berapa banyak
pihak yang terkena dampak/
terlibat).
ANALISIS
DATA
22
Langkah
TIM
Obyek
UNIT
ANALISIS
DATA
SEKUNDER
INSTRUMEN
& ALAT
SURVEY
LAPANGAN
ANALISIS
DATA
23
Langkah
TIM
UNIT
ANALISIS
DATA
SEKUNDER
INSTRUMEN &
ALAT
SURVEY
LAPANGAN
Obyek
Dimensi
 Sejarah Keberadaan Masyarakat/Sejarah
Konflik
 Tata Kuasa, Tata Ijin dan Tata Kelola
Lahan oleh para pihak .
 Dampak/akibat konflik
 Upaya-upaya penyelesaian yang
pernah dilakukan (jika ada).
ANALISIS
DATA
24
Langkah
Obyek
TIM
UNIT
ANALISIS
DATA
SEKUNDER
INSTRUMEN
& ALAT
SURVEY
LAPANGAN
ANALISIS
DATA

Dimensi
Tata Kuasa, Tata Ijin dan Tata Kelola
Menurut Masyarakat :
– Status, Asal Usul Tanah (Tata Kuasa)
o Bentuk Perolehannya (Beli, Pinjam dll)
o Waktu kedatangan
o Siapa saja, kuburannya
o Keturunannya
o Pengalihan /Pendaftaran Tanah tanah dan
bukti buktinya (Fisik, Administrasi)
– Perencanaan /Bentuk Pengelolaan (Tata
Kelola)
o Pemukiman
o Fasilitas umum
o Ladang, kebun, sawah, talusn, Pondok &
Huma
o Hutan
–Perijinan (Tata Perijinan)
o Peminjaman lahan /penyewaan pada pihak
lain
o Gadai dll
Menurut Negara :
– Status Tanah (Tata Kuasa)
• Tanah Negara/Bukan Tanah Negara
• Kawasan Hutan Negara ?
» Penunjukkan Kawasan Hutan
» Penataan Batas
» Penetapan Kawasan Hutan Negara
– Perencanaan Pengelolaan (Tata Kelola)
• Rencana tata Ruang Nasional
• Propinsi/Kabupaten
• KPH
• TN
• SM/CA
– Perijinan (Tata Perijinan)
• Peijinan yang diterbitkan oleh pihak yang
berhak (HPH, HTI, HKM, HD, Perkebunan,
dll)
25
Langkah
TIM
Obyek
Dimensi
Stakeholder
UNIT
ANALISIS
DATA
SEKUNDER
INSTRUMEN
& ALAT
SURVEY
LAPANGAN

ANALISIS
DATA


Tentukan Pihak yang bersengketa dan parapihak
pendukungnya.
Analisis kepentingan dan pengaruh/kekuatan dari
masing-masing pihak.
Buatlah diagram/peta para pihak.
26
Langkah
Obyek
Dimensi
Stakeholder
TIM
UNIT
ANALISIS
DATA
SEKUNDER
INSTRUMEN
& ALAT
SURVEY
LAPANGAN
ANALISIS
DATA
27
Langkah
TIM
Obyek
Dimensi
Stakeholder
Eskalasi
UNIT ANALISIS
DATA
SEKUNDER
INSTRUMEN &
ALAT
SURVEY
LAPANGAN
ANALISIS DATA
28
Tinggi
Gaya menghindar
o Menolak adanya sngkMengubah topik
penyebab sengketa ke topik lainnya
yang bukan penyebab sengketa,
o Menghindari diskusi tentang sengketa,
o Berperilaku tidak jelas (tidak ingin
membangun komitmen)
Kolaborasi
Kompetisi
Rendah
Assertiveness
Kompromi
Gaya kompetisi
o Tindakan-tindakan agresif,
o Mementingkan pihak sendiri,
o Menekan pihak lain, dan
o Berperilaku tidak kooperatif.
Akomodasi
Menghindar
Cooperativeness
Rendah
Gaya mengakomodasi
Salah satu pihak mengorbankan
kepentingan diri/ kelompoknya dan
mendahulukan kepentingan pihak lain.
Tinggi
Gaya kolaborasi
o Saling menyimak secara aktif
kepentingan antar pihak,
o Kepedulian yang terfokus,
o Komunikasi yang empati, dan
o Saling memuaskan
Gaya kompromi
Masing-masing pihak bertindak bersamasama mengambil jalan tengah, tidak jelas
siapa yang menang dan siapa yang kalah.
29
Langkah
TIM
Obyek
Dimensi
Stakeholder
Eskalasi
Gaya Sengketa
UNIT
ANALISIS
DATA
SEKUNDER
INSTRUMEN
& ALAT
SURVEY
LAPANGAN
ANALISIS
DATA
 Analisis Gaya Sengketa hanya dilakukan
terhadap Aktor-Aktor Utama Konflik.
 Pengukuran Gaya Sengketa dapat dilakukan
dengan 2 Pendekatan :
o Kuantitatif (Instrumen Thomas Kilman)
o Kualitatif (Kunci Agata)
30
Langkah
TIM
Obyek
Dimensi
Stakeholder
Eskalasi
Gaya
Sengketa
UNIT
ANALISIS
DATA
SEKUNDER
INSTRUMEN
& ALAT
SURVEY
LAPANGAN
ANALISIS
DATA
31
Langkah
TIM
UNIT
ANALISIS
DATA
SEKUNDER
INSTRUMEN
& ALAT
SURVEY
LAPANGAN
ANALISIS
DATA
KONFLIK &
KEBIJAKAN
 Setelah semua data dianalisis, kita dapat
menyimpulkan tentang gambaran
konflik yang sedang terjadi di lapangan.
 Pelajari dan simpulkan aturanaturan/kebijakan mana yang terkait
dengan konflik yang sedang terjadi.
 Dari kajian tersebut dimungkinkan
untuk mendapatkan payung hukum
dalam proses penyelesaian konflik
tersebut.
32
Langkah
TIM
UNIT ANALISIS
DATA
SEKUNDER
UNIT ANALISIS
Konstruktif
Kompetisi/
agitasi
Destruktif
Arbitrasi
Litigasi
Lakukan Upaya
De-eskalasi
INSTRUMEN &
ALAT
SURVEY
LAPANGAN
Kolaborasi
ANALISIS DATA
Akomodasi
KONFLIK &
KEBIJAKAN
Kompromi
REKOMENDASI
Mediasi
Negosiasi
Fasilitasi
Lakukan Upaya
Intensifikasi Konflik
Menghindar
33
Inventarisasi
Klasifikasi
konflik
Rekomendasi
Penyelesaian
UPT, peneliti, akademisi,
LSM, Masy
Satgas, Direktorat
terkait
Satgas
• Database
• Regulasi
Tipologi
(pelaku, dampak,
luasan)
Pemangkuan
(HK)
Litigasi
Non Litigasi
Resolusi
Konflik
Perizinan (HL
dan HP
• Database
• Regulasi
Pemegang izin, Peneliti,
BUK, Dit Tenurial, LSM,
Masy
 Kepastian
hukum
 Keadilan
 Kemanfaatan
Litigasi
Tipologi
(pelaku, dampak,
luasan)
Non Litigasi
Satgas, Direktorat
terkait
Satgas
34
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Landasan Hukum:
TAP MPR No.
IX/MPR/2001
Putusan MK No.45/2011
PP No. 06/2007 jo. PP.
03/2008
PP No. 28/2011
Perber 4 K/L Tahun 2014
Permenhut terkait HKm,
HD, HTR dan Kemitraan
...
Hak
Akses/Ruang
Kelola Bersama
Pemberian Hak
Akses/Ruang
Kelola Bersama
Penerbitan
Izin/Hak Kelola
(HKm, HD,
Kemitraan
1.
Permasalahan
Tenurial
Penelitian
Data Fisik dan Data
Yuridis
Resolusi
Konflik
?
Terobosan
Hukum/
Kebijakan
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Landasan Hukum:
TAP MPR No.
IX/MPR/2001
Putusan MK No. 34/2011,
No.45/2011 dan No.
35/2012
PP No. 24/1997
PP No. 10/2010
Perber 4 K/L Tahun 2014
Permen Agraria No.
03/1997
Permenhut P. 44/2012 jo
P.62/2013
...
Perubahan
Peruntukan
kawasan hutan
Penegasan/
Pengakuan Hak
dari BPN
Penerbitan
Tanda Bukti
Hak
35
Pengalaman Implementasi Rata & Agata di KPHP Benakat Bukit Cogong
36
Studi Kasus
WG on Forest and Land Tenure dan KPHP BBC didukung oleh The Asia
Foundation
Tim Assesor :
Ketua
: Dwi Rahmanendra
(WG-Tenure)
Anggota
:
•Desi (KPHP Model BBC)
•Nur Eko Atminar W (Dinas Bunhut Kab. PALI)
•Mujiyanto (KPHP Model BBC)
•Syarifuddin Baharsyah (KPHP Model BBC)
•Joshua (KPHP Model BBC)
•Eko Saputra (KPHP Model BBC)
37
Desa Bumi Makmur
Kec. Muara Lakitan
Kab. Musi Rawas
Kel. Talang Ubi Selatan
Kec. Talang Ubi
Kab. PALI
38
Kronologis Kegiatan Assesmen
Pembekalan Tim Assesor di Kantor KPH
39
Kronologis Kegiatan Assesmen
Kunjungan dan Pencarian Data di Kantor Dinas Bunhut
Kab. PALI
40
Kronologis Kegiatan Assesmen
Kunjungan dan Perkenalan Tim dengan Aparat Kelurahan
TUS
41
Kronologis Kegiatan Assesmen
FGD di Kantor Kelurahan TUS
42
Kronologis Kegiatan Assesmen
3
Wawancara dengan Tokoh Masyarakat
43
Kronologis Kegiatan Assesmen
Ground Survey dan PRA
44
Kronologis Kegiatan Assesmen
Perkenalan Tim dengan Kepala Desa Bumi
Makmur
45
Kronologis Kegiatan Assesmen
Ground Survey dan PRA di Desa Bumi Makmur
46
Kronologis Kegiatan Assesmen
FGD dan Ground Survey di Dsn Cawang Gumilir, Ds Bumi Makmur
47
Kronologis Kegiatan Assesmen
Validasi Hasil Ground Survey dan PRA dengan Kepala
Desa
48
Kronologis Kegiatan Assesmen
Pengolahan Data dan Penyusunan Kerangka Laporan di
Kantor KPH
49
Kronologis Kegiatan Assesmen
Kunjungan bersama KKPH ke BPKH Wilayah II Palembang
50
• o
Oleh : ASEP YUNAN FIRDAUS
1
2
3
4
AMAR
Putusan MK
35/2012
MASYARAKAT HUKUM ADAT
HUTAN ADAT
5
UU RI 41/1999
HUTAN NEGARA
(termasuk
Hutan Adat
di dalamnya)
JR
AMAN
MK 35/2012
HUTAN
NEGARA
HUTAN
NEGARA
HUTAN
ADAT
HUTAN
HAK
HUTAN
HAK
-
HUTAN HAK:
Hutan Adat
Hutan
Perseorangan/Bad
an Hukum
6
UU RI 41/1999
Pasal 67 (1)
Pasal 67 (2)
Pasal 67 (3)
JR
AMAN
MK 35/2012
Frasa
“Sepanjang
…” dihapus.
HUTAN
NEGARA
Dihapus
Frasa “dan
ayat 2”
dihapus
-
HUTAN HAK:
Hutan Adat
Hutan
Perseorangan/Bad
an Hukum
7
Penguasaan dan Pemanfaatan
Kehutanan Ke Depan
Status
Hutan
Status
Tanah
8
Pengelolaan Hutan
Berdasarkan UU Kehutanan 41/1999
Pasal 17
•
(1) Pembentukan wilayah pengelolaan hutan dilaksanakan untuk tingkat:
a. propinsi,
b. kabupaten/kota, dan
c. unit pengelolaan.
•
(2) Pembentukan wilayah pengelolaan hutan tingkat unit pengelolaan dilaksanakan dengan
mempertimbangkan karakteristik lahan, tipe hutan, fungsi hutan, kondisi daerah aliran sungai, sosial
budaya, ekonomi, kelembagaan masyarakat setempat termasuk masyarakat hukum adat dan batas
administrasi Pemerintahan.
•
(3) Pembentukan unit pengelolaan hutan yang melampaui batas administrasi Pemerintahan karena
kondisi dan karakteristik serta tipe hutan, penetapannya diatur secara khusus oleh Menteri.
Penjelasan Ps.17:
•
KPHL, KPHP, KPHK, KPHKM, KPHA, KPDAS.
9
NORMA
UMUM
UU Kehutanan No.41/1999
• Pasal 74-76
• Penyelesaian di pengadilan dan di luar
pengadilan
• Bantuan pihak ketiga dan atau NGO
• Batasan  1) pengembalian suatu hak;
2) besarkan ganti rugi; 3) tindakan
pemulihan fungsi hutan.
10
NORMA UMUM
UU Kehutanan No.41/1999
• Pasal 71 - 73
• Gugatan perwakilan masyarakat
• Batasan  tuntutan thd
pengelolaan hutan yg tdk sesuai
per UU an
• Hak Gugat Pemerintah
• Legal standing NGO  ber-BH,
punya tujuan dan AD utk
pelestarian hutan
11
Peraturan dan
Kebijakan
Operasional
• UU 41/1999 tidak memandatkan PP
• Surat Edaran Menhut 75/2004,
tentang Masalah Hukum Adat dan
Tuntuntan Ganti Rugi oleh MHA
• SK Menhut 90/2011  Tim
Taskforce Penyelesaian konflik
Kawasan Hutan
SURAT
KEPUTUSAN
• Tahun 2012, baru ada tupoksi khusus
fasilitasi dan mediasi yang diberikan
kepada Pusdal (permenhut 33/2012)
12
Peraturan dan
Kebijakan
Operasional
• Permenhut 44/2012 jo Permenhut
62/2013, penyelesaian hak pihak ketiga
dalam konteks pengukuhan kawasan hutan
• Surat Edaran No.1 Tahun 2013, tentang
Putusan MK 35/2012
• SK Menhut 199/2012  Tim Kerja
Rencana Makro Tenurial Kehutanan
• PB.3 /Menhut-II/2014 ttg Tatacara
SURAT
KEPUTUSAN
Penyelesaian Penguasaan Tanah di dalam
Kawasan Hutan
• Perpres 16/2015 tentang Stuktur Kementeri
LHK  Ditjen PS dan Kemitraan LH
13
Skema
Pemberdayaan
Masyarakat
• UU 41/1999 Pasal 5 ayat (1)
• PP 44/2004, PP 6/2007 jo. PP
3/2008
• Permenhut 89/2014  Hutan
Desa
• Permenhut 88/2014  tentang
HKm.
HUTAN DESA,
HKM, HTR,
KEMITRAAN
• Permenhut 39/2013  Kemitraan
• Permenhut No. P.55/MenhutII/2011 jo No. P.31/MenhutII/2013 tentang Tata Cara
Permohonan IUP HTR dalam
Hutan Tanaman
14
Initiatif
Para Pihak
• Pembentukan DKN
 Desk Konflik 
Komisi Konflik
• Fasilitasi – Mediasi
HUTAN DESA,
HKM, HTR,
KEMITRAAN
oleh Lembaga
Independen
• Berbagai inisiatif di
Daerah
15
Masalah
• 33 Ribu Desa di Dalam Kawasan
Hutan (2009), 18 ribu desa (2014)
• BPN: 7.628 kasus yang
dilaporkan oleh masyarakat
kepada BPN.
• KPA: 1.753 sengketa atau konflik
tanah
HUTAN DESA,
HKM, HTR,
KEMITRAAN
• Sawit Watch: 663 kasus yang
terjadi di 20 provinsi.
16
HUMA (2014)
17
Gambaran Konflik/Sengketa di Kawasan Hutan
180
Data sementara sampai dengan Januari 2015
160
Hutan Konservasi
: 102 kasus
Hutan Produksi terkait perizinan
: 319 kasus
140
Hutan Produksi dan Hutan Lindung non-izin : 152 kasus
Jumlah
: 573 kasus
120
100
80
60
40
20
0
Sumatera
Jawa
Bali Nusa
Tenggara
Kalimantan
Klaim kawasan hutan
Masyarakat dengan perusahaan
Sulawesi
Maluku
Papua
Perambahan kawasan hutan
Antar pemegang izin
Sumber: Ditjen Planologi Kehutanan, Ditjen BUK dan Ditjen PHKA (2015)
18
Perkembangan
Peraturan dan
Kebijakan
• Putusan MK 45 dan MK 35
• UU Desa 6/2014  PP 43/2014
• Permendagri 52/2014
• UU Pemda 23/2014
• Perber 4 Menteri ttg Tata Cara
Penyelesaian Penguasaan Tanah di
Kawasan Hutan
• Permenhut 62/2013
• SK No.24/Menhut-II/2015 tentang
HUTAN DESA,
HKM, HTR,
KEMITRAAN
Penanganan Pengaduan Kasus LH dan
Kehutanan
• Perpres 16/2015 Struktur Kementerian
LHK
• Sekretariat Pengadun Konflik LHK
19
Pemohon
Pemohon
Pemerintah
Kabupaten/ Kota
Hak
Akses/Ruang
Kelola Bersama
(HKm, HD,
Kemitraan)
-
BPN (Tim IP4T)
Tidak
Penelitian
Data Fisik dan
Data Yuridis
Kementerian Kehutanan
Perubahan Batas
Kawasan Hutan/RTRW
Pembuktian Klaim
Pihak Ketiga
Penegasan/ Pengakuan
Hak dari BPN
Ya
Peta Kawasan Hutan
Peta penggunaan tanah saat ini
Surat Keterangan yg dimiliki
Peta Penggunaan,
Penguasaan Tanah
dan tekstual.
Surat pernyataan
penguasaan fisik
tanah secara
sporadik
(kades + 2 saksi)
Penerbitan Tanda Bukti
Hak
20
Perkembangan
Perubahan sdg
dibahas
• Revisi PP
44/2004 tentang
perencanaan
Kehutanan
HUTAN DESA,
HKM, HTR,
KEMITRAAN
21
Download