Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Staf KPH MODUL PELATIHAN PENINGKATAKAN KAPASITAS STAF KPH Panduan bagi seluruh pihak untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia dalam pengelolaan hutan yang sensitif terhadap masalah sosial Working Group on Forest Land Tenure (WG-Tenure) Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Staf KPH MODUL PELATIHAN PENINGKATAN KAPASITAS STAF KPH 2015 Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Staf KPH Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Staf KPH PENGANTAR MODUL PENINGKATAN KAPASITAS STAF KPH DALAM PENGELOLAAN HUTAN YANG SENSITIF TERHADAP MASALAH SOSIAL Keberadaaan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) di tingkat tapak dapat mewujudkan pengelolaan hutan yang lebih baik dan merupakan salah satu solusi penanganan permasalahan konlik tenurial. Pada umumnya wilayah kerja KPH mempunyai konflik lahan yang sangat tinggi. Oleh karena itu, KPH mempunyai peran strategis dalam menjawab tantangan permasalahan land tenure dalam pengelolaan hutan antara lain optimalisasi akses masyarakat dalam pengelolaan hutan serta resolusi konflik. Untuk dapat mengemban peran yang diharapkan, KPH sebagai pelaksana di tingkat tapak membutuhkan SDM yang memiliki keahlian dalam berkomunikasi, berperan sebagian fasilitator bahkan mediator pada suatu konflik yang dihadapi di dalam wilayah kerjanya, KPH juga dituntut mampu mandiri secara finansial. MFP merupakan lembaga yang menaruh perhatian cukup signifikan pada peningkatan tata laksana kehutanan yang akan mengurangi tingkat kemiskinan di pedesaan, meningkatkan konservasi keanekagaman hayati, dan memperkuat i Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Staf KPH perlindungan ikim yang akan mengurangi emisi dari berbagai praktek alih guna lahan dan kehutanan. Kebutuhan KPH mendorong WG-Tenure yang didukung oleh MFP untuk menyelenggarakan In-house Training dengan materi yang disampaikan mencakup: (1) (2) (3) (4) (5) Teknik Komunikasi; Teknik Negosiasi dan Mediasi; Penilaian Cepat Penguasaan Lahan (RATA); Analisis Gaya Bersengketa (AGATA); Kebijakan Kehutanan terkait KPH dan konflik sosial. ii Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Staf KPH DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN RaTA : Rapid Land Tenure Assessment / Penilaian Cepat Penguasaan Lahan AGATA : Analisis Gaya Bersengketa KPH : Kesatuan Pengelolaan Hutan MFP : Multistakeholder Forestry Program iii Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Staf KPH iv Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Staf KPH PELATIHAN PENINGKATAN KAPASITAS STAF KPH Hasil analisa BAPPENAS tahun 2010 terkait kehutanan menunjukkan bahwa tata kelola hutan yang buruk, ketidakjelasan hak tenurial, serta lemahnya kapasitas dalam manajemen hutan dan penegakan hukum masih menjadi permasalahan mendasar pengelolaan hutan di Indonesia. Sistem pengelolaan hutan yang tidak efektif mengakibatkan terjadinya tingkat deforestasi yang tinggi. Hal ini mendorong dibentuknya unit pengelolaan di tingkat tapak sesuai amanat UU No.41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Unit terkecil tersebut adalah Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH). Sejumlah lembaga baik lembaga donor, lembaga pengembangan dan pendampingan masyarakat, kelompok masyarakat sipil yang bergerak di bidang kehutanan berinisiatif mengambil peran dalam pembangunan KPH. Atas dasar pertimbangan keterbatasan sumberdaya, seluruh lembaga donor memilih strategis untuk bekerja pada beberapa KPH saja, yang kelak menjadi KPH model yang dapat dicontoh oleh KPH-KPH lain di sekitarnya. Multistakeholder Forestry Programme Phase 3 (MFP) merupakan salah satu proyek yang berperan aktif dalam pengembangan KPH. MFP menetapkan empat KPH yang akan menjadi lokasi kerjanya, yaitu KPHP Benakat (Sumatera v Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Staf KPH Selatan), KPHL Alor Pantar (Nusa Tenggara Timur), KPHP Banjar (Kalimantan Selatan) dan KPHP Poigar (Sulawesi Utara). Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan peserta terhadap materi-materi yang disampaikan, sehingga diharapkan dapat digunakan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas di lapangan. Hal ini juga sejalan dengan upaya mendorong pengelolaan KPH agar lebih sensitif terhadap permasalahan sosial yang dihadapi di lapangan. Waktu Pelatihan Pelatihan ini diberikan selama 4(empat) hari dengan masingmasing materi disampaikan dalam 1(satu) hari. Peserta Pelatihan In-House training dapat diikuti oleh staf KPH dan NGO pendamping di lapangan, serta para penyuluh Kehutanan. vi Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Staf KPH vii Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Staf KPH 1 Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Staf KPH MATERI TEKNIK KOMUNIKASI Teknik komunikasi adalah proses penyampain informasi, pesan dan ide/gagasan dengan menggunakan simbol-simbol berupa kata-kata, gambar, tulisan dan lain-lain. Komunikasi menjadi bagian yang penting dalam kehidupan, komunikasi yang efektif akan menghilangkan argument dan kesalahpahaman. Secara umum komunikasi bukan hanya berbicara secara verbal tetapi juga secara non-verbal (bahasa tubuh). Sebagai mahluk sosial tindakan komunikasi tak bisa dihindari dan akan terus terjadi pada proses kehidupan baik 2 Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Staf KPH dalam konteks fisik, psikologis maupun sosial. Komunikasi menjadi penting karena fungsi yang dirasakan pada saat berkomunikasi. Tujuan dari pemberian materi ini yaitu diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan keterampilan staf KPH dalam teknik komunikasi, sehingga dapat digunakan untuk menunjang tugasnya sehari dalam berkomunikasi dengan pihak lain, khususnya masyarakat. Adapun metode pembelajaran yang dilakukan antara lain belajar bersama, interaktif tukar pengalaman dan gagasan ceramah, diskusi, simulasi serta praktek. Pokok bahasan dalam materi ini antara lain adalah : prinsip dasar dan sikap-sikap kunci. teknik menyimak, dimana perlu memperhatikan secara seksama, hati-hati dan berfikir kreatif. Teknik parafrase, teknik ini membantu mengutarakan pembicaraan orang lain dengan kata-kata sendiri yang lebih sederhana tetapi tidak mengubah makna. Teknik bertanya, dijelaskan mengapa harus bertanya dengan menggunakan 5W+1H. Mengatasi hambatan komunikasi, untuk materi ini akan menjelaskan apa saja yang menjadi hambatan 3 Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Staf KPH dalam komuniksai serta tips untuk mengatasi hambatan dalam komunikasi sehari-hari. 4 Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Staf KPH 5 Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Staf KPH TEKNIK NEGOSIASI DAN MEDIASI Negoisasi adalah komunikasi dua arah yang dirancang untuk mencapai kesepakatan pada saat kedua belah pihak memiliki kepentingan yang berbeda, sedangkan mediasi adalah penyelesaian sengketa melalui perundingan para pihak dengan dibantu oleh mediator (Peraturan Mahkamah Agung No.2 Tahun 2003) untuk mencapai suatu kesepakatan yang dapat diterima oleh semua pihak. Proses negosiasi dan mediasi merupakan salah satu strategi dalam penyelesain konflik. Teknik negoisasi dan mediasi dalam penyelesaian konflik dapat mempengaruhi pihak untuk 6 Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Staf KPH melakukan sesuatu, mencapai kesepakatan dan membuat kesepakatan dalam menyelesaikan konflik. Dengan pemberian materi ini peserta diharapkan dapat memahami dan terampil dalam teknik negosiasi dan mediasi untuk penyelesaian konflik di lapangan. Adapun metode pembelajaran yang dilakukan antara lain pemberian materi, diskusi, simulasi dan praktek. Pokok bahasan dalam materi ini adalah : Pengertian konflik, membahas mengapa terjadi konflik dalam pengelolaan sumber daya alam, wujud konflik, dan alternatif penyelesain sengketa. Proses negosiasi, menjelaskan pengertian negoisasi, tujuan negoisasi, keterampilan dasar dalam bernegoisasi, taktik dalam bernegosiasi dan teknik kunci negosiasi. Mediasi, menjelaskan pengertian mediasi, dasar pelaksanaan mediasi, pelaksanaan mediasi, tahap mediasi, proses mediasi, dan tahapan pasca mediasi. 7 Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Staf KPH 8 Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Staf KPH RAPID LAND TENURE ASSESSMENT (RATA) dan ANALISIS GAYA BERSENGKETA (AGATA) Rapid Land Tenure Assessment (RaTA) adalah pendekatan sistematis untuk memahami kompleksitas berbagai status penguasaan tanah para pihak, kepentingan dan klaim para pihak, serta hak dan kekuatan para pihak untuk menjustifikasi klaim dan konflik yang diciptakan. Sedangkan Analisis Gaya Bersengketa (AGATA) adalah Analisis Gaya Bersengketa (AGATA) adalah suatu teknik untuk mengetahui gaya 9 Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Staf KPH bersengketa para pihak dalam merespon/ menyelesaikan sengketa. Konflik tanah timbul ketika berbagai pemangku kepentingan saling berkompetisi dan mengklaim akses sumber daya alam akibatnya terjadi ketidakpastian status dan kontrol atas tanah. Oleh Karena itu, perlu pemahaman mengenai sistem penguasaan tanah baik formal maupun informal. Penyelesain konflik tanah melalui RaTA dan AGATA dapat menghubungkan subjek dan objek yang bersengketa dari tata kuasa, tata ijin dan tata kelola serta menganalisis gaya bersengketa para pihak yang bersengketa. Tujuan pemberian materi ini diharapkan peserta dapat memahami Rapid Land Tenure Assessment (RaTA) sebagai perangkat analisis Land Tenure dan dapat digunakan untuk memetakan tenurial masyarakat dan potensi konflik, sehingga dapat mendukung dalam penyususan perencanaan dan penyelesain konflik apabila terjadi di suatu wilayah serta mampu menganalisis gaya bersengketa para pihak yang terlibat dalam konflik sehingga dapat memberikan alternatif solusi penyelesain konflik. Adapun metode pembelajaran yang dilakukan antara lain materi, diskusi, simulasi dan praktek. 10 Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Staf KPH Pokok bahasan dalam materi RaTA dan AGATA adalah : Pengertian penguasaan tanah (land tenure). Konflik dalam sistem penguasaan lahan (land tenure). RaTA dan AGATA sebgai instrumen pemetaan konflik, menjelaskan konsep dan ruang lingkup, serta tahapan proses RaTA dan AGATA. RaTA dan AGATA dalam implementasi, menjelaskan cara mengaplikasikan RaTA dan AGATA dalam assessment konflik. Pengalaman implementasi RaTA dan AGATA disalah satu KPH, memaparkan proses kegiatan assessment menggunakan metode RaTA dan AGATA. 11 Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Staf KPH 12 Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Staf KPH KEBIJAKAN KEHUTANAN Tujuan dari pemberian materi ini yaitu peserta mampu memahami kebijakan kehutanan terkait tenurial dan skema pemberdayaan masyarakat. Adapun metode pembelajaran yang dilakukan antara lain materi dan diskusi. Kebijakan-kebijakan yang dibedah antara lain adalah : Kebijakan pengukuhan kawasan hutan dan membahas realisasi penetapan KPH; Amar Putusan Mahkamah Konstitusi No. 35 Tahun 2012 mengenai Hutan Adat; 13 Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Staf KPH Penguasaan dan pemanfaatan kehutanan kedepan, menjelaskan pengelolaan hutan berdasarkan Undangundang No.41 Tahun 1999 tentang Kehutanan; Norma umum, membahas Undang-undang No.41 Tahun 1999 Pasal 71-73; Peraturan kebijakan operasional, membahas Surat Edaran Menteri Kehutanan No.75 Tahun 2004 tentang Masalah Hukum Adat, Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.90 Tahun 2011 tentang Tim Taskfoce Penyelesaian Konflik Kawasan Hutan dan Peraturan Menteri Kehutanan No.33 Tahun 2012, dan lain-lain; Skema pemberdayaan masyarakat, membahas Undang-undang No.41 Tahun 1999 Pasal 5 ayat (1), Peraturan Pemerintah No.44 Tahun 2004, Peraturan Pemerintah No.6 Tahun 2007 jo. Peraturan Pemerintah No.3 Tahun 2008, Peraturan Menteri Kehutanan No.88 Tahun 2014 tentang Hutan Kemasyarakatan (HKm), Peraturan Menteri Kehutanan No.39 Tahun 2013 tentang Kemitraan dan lain-lain; Perkembangan peraturan dan kebijakan, membahas peraturan dan kebijakan yang terbaru seperti Putusan Mahkamah Konstitusi No.45 Tahun 2014 dan Putusan Mahkamah Konstitusi No.35 Tahun 2012, Undangundang No.6 Tahun 2014 tentang Desa, Peraturan Pemerintah No.42 Tahun 2014, Undang-undang 14 Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Staf KPH No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, Peraturan Bersama Empat Menteri Tahun 2014 tentang Tata Cara Penyelesaian Penguasaan Tanah Dalam Kawasan Hutan, Peraturan Menteri Kehutanan No.62 Tahun 2013, Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.24/Menhut-II/2015 tentang Penanganan Pengaduan Kasus Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Peraturan Presiden No.16 Tahun 2015, dan Sekertariat Pengaduan Konflik Lingkungan Hidup dan Kehutanan. 15 Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Staf KPH TEKNIK KOMUNIKASI Oleh : Suwito Tujuan dan Hasil yang diharapkan : Tujuan: Meningkatkan pemahaman dan ketrampilan, staf KPH, sehingga dapat digunakan untuk menunjang tugasnya sehari-hari. Hasil: memiliki pengetahuan teknik komunikasi, agar mampu berkomunikasi dengan pihak-pihak lain, terutama masyarakat. Metode Belajar: Belajar bersama, interaktif Tukar Pengalaman & gagasan Ceramah, diskusi, simulasi, praktek “Senang – Serius – Sukses” 2 Materi Belajar Pengantar Proses Prinsip dasar dan sikap-sikap kunci Teknik Menyimak Teknik Parafrase Teknik Bertanya Mengatasi hambatan komunikasi 3 Komunikasi: Pengertian, Prinsip dasar dan sikap-sikap kunci Pengertian Komunikasi: Proses penyampaian informasi, pesan dan ide/ gagasan dengan menggunakan simbol-simbol berupa kata-kata, gambar, tulisan, dan lain-lain. 4 PRINSIP DASAR & SIKAP-SIKAP KUNCI agar komunikasi berhasil efektif, bermanfaat Prinsip dasar : (1) (2) (3) (4) Dipercaya; Disukai (daya tarik) Tanggung jawab Jujur, terbuka, berani Sikap-sikap kunci : (1) Minat; (2) Empati; (3) Bersikap positif 5 Menyimak : Memperhatikan secara seksama, hatihati dan berfikir kreatif 6 Menyimak berbeda dengan hanya mendengar Kebiasaan kita hanya mendengar apa yang mau kita dengar ! 7 Beberapa anjuran dalam menyimak, Jangan ….. • • • • • Berbicara tergesa-gesa Interupsi Menghakimi Loncat ke solusi Terpengaruh oleh emosi pembicara 8 Teknik Parafrase Membantu mengutarakan pembicaraan orang lain dengan kata-kata sendiri yang lebih sederhana, tapi tidak mengubah maksud/makna Kapan perlu dilakukan parafrase? - Saat pembicaraan terlalu panjang, bertele-tele - Pernyataan yang terlalu kompleks dan membingungkan - Pembicara sulit mengungkapkan atau menata apa yang ingin disampaikan 9 Teknik bertanya Mengapa perlu bertanya? 10 Tipe Pertanyaan: Pertanyaan terbuka: Pertanyaan tertutup: Bisa mendapatkan jawaban dengan lebih mudah dan lengkap Jawaban “ya” atau “tidak” 11 Probing: Bertanya lebih jauh untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam • Apakah ada hal yang lain? • Mengapa anda tidak setuju? • Bagaimana sebaiknya? 12 5W (who, where, when, what, why) +1H (how) Keyakinan/ Nilai-nilai Why Gagasan Fakta What Who When How Where 13 Mengatasi hambatan komunikasi dalam praktek sehari-hari • Perbedaan pola pikir dan juga keyakinan antar kelompok, dan juga perbedaan pendapat • Kepercayaan yang sudah mengakar dan sulit untuk diubah • Tidak ada minat dari informasi yang akan disampaikan • Kepribadian yang “buruk” • Kurangnya informasi dan pengetahuan dari kedua belah pihak. • Penilaian terhadap seseorang atau kelompok hanya berdasarkan persepsi (Stereotip). 14 Tips mengatasi hambatan komunikasi dalam praktek sehari-hari 1. Mengenali Tipe dan Gaya Komunikasi orang lain, agar dapat menyesuaikan diri dengan lawan bicara. 2. Melatih Pengendalian perasaan/emosi dan pikiran saat berkomunikasi dalam himpitan persoalan. Latihan rutin mengontrol lisan agar tetap positif di saat sulit untuk pendewasaan diri. 3. Perkaya Kosa Kata dengan Kata-kata Yang yang bisa membuat lawan anda terkejut dan kagum. 4. Perkaya/gali informasi dan pengetahuan sebanyak-banyaknya terkait dengan bidang tugas dan lingkungan kerja. 5. Hindari Stereotip (Penilaian/pandangan hanya berdasar persepsi) Sumber: http://gofaztrack.com/blog/4-urgensi-materi-training-komunikasi/#sthash.6K6aoGnn.dpuf 15 PENINGKATAN KAPASITAS STAF KPH NEGOISASI DAN MEDIASI Oleh : Jomi Suhendri. S Negosiasi dan Seni Bernegosiasi Memahami Konflik ADR/APS Mediasi Dan Teknik Mediasi 2 APA ITU KONFLIK....????? 3 Konflik • “conflictus” artinya saling menyerang • “conflict” (webster) dalam bahasa aslinya berarti ”perkelahian, peperangan atau perjuangan”—yaitu berupa konfrontasi fisik antara beberapa pihak • Konflik sering diidentikkan dengan suasana krisis’ dalam istilah cina “krisis” (wei chi) mengandung arti bahaya dan peluang 4 Kenapa Konflik Terjadi Dalam Pengelolaan SDA Pelaku: Masyarakat • Basis legitimasi klaim rakyat: – Status Tanah (Tata Kuasa) – Perencanaan Pengelolaan (Tata Kelola) – Perijinan (Tata Perijinan) Pelaku: Negara dan Pengusaha • Basis legitimasi klaim negara/ lainnya: – Status Tanah (Tata Kuasa) – Perencanaan Pengelolaan (Tata Kelola) – Perijinan (Tata Perijinan) 5 Wujud Konflik • Latent conflict (konflik tersembunyi) Konflik tersembunyi dicirikan dengan adanya tekanan-tekanan yang tidak nampak yang tidak sepenuhnya berkembang dan belum tereskalasi ke dalam polarisasi konflik yang tinggi. Seringkali satu atau dua pihak boleh jadi belum menyadari konflik bahkan yang paling potensial pun. • Emerging conflict (konflik mencuat) Konflik mencuat adalah konflik perselisihan dimana pihak-pihak yang berselisih terindentifikasi. Mereka mengakui adanya sengketa, dan kebanyakan permasalahnya jelas, tapi proses negosiasi dan penyelesaian masalahnya belum berkembang. • Manifest conflict (konflik terbuka) Konflik terbuka adalah konflik dimana pihak-pihak yang berselisih secara aktif terlibat dalam perselisihan yang terjadi, mungkin sudah mulai untuk bernegosiasi, dan mungkin juga mencapai jalan buntu. 6 7 ALTERNATIVE DISPUTE RESOLUTION (ADR)/ALTERNATIF PENYELESAIN SENGKETA (APS) 8 Pilihan Penyelesaian konflik Litigasi/Pengadilan Non Litigasi/Luar Pengadilan (ADR - Alternative Dispute Resolution) 9 • Apa itu ADR/APS? “Alternatif Penyelesaian Sengketa adalah lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian di luar pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli”. (Pasal 1 ayat 10, UU No 30 tahun 1999). • Apa Tujuan ADR/APS? Mengurangi kemacetan pengadilan Meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam proses penyelesaian sengketa Memperlancar jalur memperoleh keadilan Memperoleh penyelesaian sengketa secara winwin solution atau mutual acceptable sollution 10 Bentuk dan Karakteristik ADR Negosiasi: Komunikasi dua arah yang dirancang untuk mencapai kesepakatan pada saat kedua belah pihak memiliki kepentingan yang berbeda (www.hukum.uns.ac.id) Mediasi: Penyelesaian sengketa melalui proses perundingan para pihak dengan dibantu oleh mediator (Perma No. 1 tahun 2008, untuk mencapai suatu kesepakatan yang dapat diterima oleh semua pihak) Konsiliasi: Usaha mempertemukan keinginan pihak yang berselisih untuk mencapai persetujuan dan menyelesaikan perselisihan itu (Kamus Besar B. Indonesia) Arbitrase: Cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa (UU No.30 tahun 1999) 11 Kenapa Muncul ADR/APS? Tuntutan Dunia Bisnis Kritik Bagi Lembaga Peradilan Peradilan Tidak Responsif (menunggu) Kemampuan Hakim yang Generalis 12 Litigasi dan Permasalahannya (Fuad dan Maskanah, 2000) Waktu lama Mahal LITIGASI Pertikaian Win-Lost Proses Penyelesaian Sengketa Melalui Jalur Pengadilan Kurang Jujur Kurang Netral 13 Non Litigasi : Keuntungan & Karakteristik ADR/APS (Fuad dan Maskanah, 2000) Murah ADR Cepat Non Judicial (luwes) Hub. baik Sukarela Proses Penyelesaian Sengketa di luar Jalur Pengadilan Netral Sesuai Kebutuhan Rahasia 14 Negosiasi Sumber: CSS-Swiss Peace, 2009 15 Simulasi Negosiasi JUAL BELI MOBIL 16 APA ITU NEGOSIASI...??? 17 Negosiasi adalah Komunikasi dua arah yang dirancang untuk mencapai kesepakatan pada saat kedua belah pihak memiliki kepentingan yang berbeda (www.hukum.uns.ac.id) 18 TUJUAN NEGOSIASI Mempengaruhi pihak lawan untuk memberikan/melakukan sesuatu Mencapai kesepakatan dalam rangka mengadakan transaksi atau menyelesaikan sengketa Membuat kesepakatan yang baik, bijaksana, dan memperbaiki hubungan antara para pihak 19 TIGA KONSEP PENTING YANG HARUS DIPAHAMI SEORANG NEGOSIATOR BATNA ( Best Alternative to a Negotiated Agreement) , yaitu langkah-langkah atau alternatif-alternatif yang akan dilakukan oleh seorang negosiator bila negosiasi tidak mencapai kesepakatan. Reservation Price, yaitu nilai atau tawaran terendah yang dapat diterima sebagai sebuah kesepakatan dalam negosiasi. ZOPA ( Zone of Possible Agreement), yaitu suatu zona atau area yang memungkinkan terjadinya kesepakatan dalam proses negosiasi 20 KETERAMPILAN -KETERAMPILAN DASAR DALAM BERNEGOSIASI 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Ketajaman pikiran/kelihaian Sabar Kemampuan beradaptasi Daya tahan Kemampuan bersosialisasi Konsentrasi Kemampuan berartikulasi Memiliki selera humor 21 KEMUNGKINAN AKHIR DALAM NEGOISASI 1. Menang – Menang : Intergrative Negoitation 2. Menang – Kalah: Pihak Pihak yang berselisih ingin mendapatkan hasil maksimal 3. Kalah – Kalah : Sama Sama Tidak dapat hasil 4. Kalah - Menang : Sengaja mengalah untuk mendapatkan manfaat 5. Jalan Buntu 22 TAKTIK DALAM BERNEGOISASI Dalam proses negosiasi, pihak-pihak yang berselisih seringkali menggunakan berbagai taktik agar dapat memperoleh hasil negosiasi yang diinginkan. Ada beberapa taktik yang umum dilakukan oleh para Negosiator Antara Lain : 23 (1) MENYUSUN AGENDA Taktik ini digunakan UNTUK memberikan waktu kepada pihak Lawan UNTUK MEMBAHAS setiap masalah yang ada secara berurutan tujuannya adalah untuk mendorong agar pihak lawan menyepakati keseluruhan paket perundingan. 24 (2) Bertemu Ditempat Netral Taktik ini bertujuan untuk mengendalikan alur pertemuan atau setidak tidaknya tidak terbawa arus oleh alur pertemuan pihak lawan 25 (3) Memanggil Saksi Ahli Taktik ini dipakai untuk meyakinkan Pihak lawan bahwa tawaran yang kita berikan adalah tawaran terbaik 26 (4) Mencari Kesamaan Penyelesaian Taktik ini dipergunakan untuk mempengaruhi lawan dengan cara menggiring pemikiran lawan bahwa keinginan kita sama seperti dengan keinginannya Contoh : pada perinsipnya kita sama sama menyukai barang antik, toh kalau mobil ini jadi saya beli, bapak juga masih bisa menggunakannya, sebab kita satu klub penggemar mobil antik 27 (5) Bluffing Taktik klasik yang sering digunakan oleh para negosiator yang bertujuan untuk mengelabui lawan berundingnya dengan cara membuat distorsi kenyataan yang ada dan membangun suatu gambaran yang tidak benar. EX : Tetangga desa sebelah kemarin menawarkan tanahnya kepada saya 10 HA hanya 15 Juta…… 28 (6) Membuat tenggat waktu (deadline) Taktik ini digunakan untuk menekan pihak lawan agar segera mengambil keputusan EX: Pihak lain yang ingin membeli mobil ini besok sore akan datang memberikan pajer pembayaran, kalau bapak serius ingin membeli mobil ini, setidaknya besok siang bapak harus memberikan keputusan 29 (6) Good Guy Bad Guy Taktik ini digunakan dengan cara menciptakan tokoh “jahat’ dan “baik” pada salah satu pihak yang berunding. Taktik ini biasa dikenal dengan Taktik Berbagi Peran 30 (7) MERUBAH KEPUTUSAN KETIKA KESEPAKATAN TERCAPAI Taktik ini digunakan sebagai umpan (jebakan) untuk mengetahui atau mengukur titik resistensi, batas maksimum, dan target lawan. Taktik ini juga digunakan untuk memperbaiki target capaian karena adanya tuntutan yang lebih dari pimpinan atau konstituen masyarakat yang diwakili 31 (8) INTIMIDASI Taktik ini digunakan untuk mempengaruhi pihak lawan agar menerima tawaran 32 TEHNIK KUNCI BERNEGOISASI - Ketahui Tujuan Pihak Lawan yang Sebenarnya - Kendalikan Setting alur dan suasana pertemuan - Gunakan Ukuran ukuran yang bersifat - objektif Data Semua Item yang akan di Negosiasikan Kendalikan emosi anda dan tetap tenang fleksibel Ketahui alternatif terbaik anda Jangan tunda lakukan penawaran 33 MEDIASI APA ITU MEDIASI??? APA PERBEDAAN NEGOSIASI DAN MEDIASI ??? 34 Mediasi adalah penyelesaian sengketa melalui proses perundingan para pihak dengan dibantu oleh mediator (Perma No. 1 tahun 2008), untuk mencapai suatu kesepakatan yang dapat diterima oleh semua pihak 35 DASAR PELAKSANAAN MEDIASI • Perma No.1 tahun 2008 ttg prosedur mediasi di Pengadilan • Akar dan Budaya musyawarah mufakat (budaya adat), • Sesuai landasan filosofi dan ideologi bangsa (sila ke-4 Pancasila) dan hukum Islam; • Tingginya Penumpukan Perkara di Mahkamah Agung (Laporan Tahunan MA 2012/2013: 60 % sengketa Pertanahan/SDA) • Cocok untuk penyelesaian konflik SDA yang rumit dan komplek; • Aspek keadilan. 36 MAINSTREAMING MEDIASI Murah Hub. baik Cepat Sukarela Mediasi Non Judicial (luwes) Netral Sesuai Kebutuhan Rahasia 37 Pelaksanaan Mediasi 1. Mediasi di Pengadilan (diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata Pasal 130 HIR (Jawa dan Madura) /154 RBg (luar Jawa dan Madura), kemudian diperjelas melalui Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan 2. Mediasi di Luar Pengadilan (diatur dalam banyak perundang-undangan) 38 KENAPA MEDIASI COCOK DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SDA??? Konfliknya kompleks, melibatkan banyak pihak, ruwet, perlu pihak ketiga (otoritatif /pemerintah, independen: Mediator independent, dan join mediasi: kedua-duanya) Banyak studi menunjukkan Mediasi dalam ADR yang merupakan penyelesaian konflik yang lebih pas menyelesaikan secara permanen, di Indonesia dan Asia tenggara (e.g. Yasmi et al. 2010) 39 TAHAP PRA MEDIASI 1.Menerima Permohonan dari salah satu pihak atau para pihak; 2.Mengumpulkan dan Menelaah Informasi dan data; 3.Menyepakati Tim Mediator; 4.Mendapatkan Mandat; 5.Membangun Kesepahaman Awal; 6.Menyepakati Aturan Main. 40 TAHAP MEDIASI 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Memulai proses mediasi Mempresentasikan masalah dan tuntutan/kepentingan Merumuskan masalah dan menyusun agenda Mengungkapkan kepentingan tersembunyi Mengembangkan pilihan penyelesaian sengketa Menganalisis pilihan penyelesaian sengketa Proses tawar-menawar akhir Mencapai kesepakatan 41 MEMULAI PROSES MEDIASI • Mediator memperkenalkan diri dan para pihak • Menekankan adanya kemauan para pihak untuk menyelesaikan masalah melalui mediasi • Menjelaskna pengertian mediasi dan peran mediator • Menjelaskan prosedur mediasi • Menjelaskan pengertian kaukus • Menjelaskan parameter kerahasiaan • Menguraikan jadwal dan lama proses mediasi • Menjelaskan kembali aturan main dalam proses perudingan • Memberikan kesempatan kepada para pihak untuk bertanya dan menjawab (mandat para pihak) 42 MERUMUSKAN MASALAH DAN MENYUSUN AGENDA • Mengidentifikasi topik-topik umum permasalahan, menyepakati sub topik permasalahan yang akan dibahas dan menentukan urutan sub topik yang akan dibahas dalam proses perundingan • Menyusun agenda perundingan 43 MENGEMBANGKAN PILIHAN PENYELESAIAN SENGKETA MEDIATOR MENDORONG PARA PIHAK UNTUK TIDAK BERTAHAN PADA POLA PIKIRAN YANG POSISIONAL TETAPI HARUS BERSIKAP TERBUKA DAN MENCARI ALTERNATIF PENYELESAIAN PEMECAHAN MASALAH SECARA BERSAMA 44 MENGUNGKAPKAN KEPENTINGAN TERSEMBUNYI DAPAT DILAKUKAN DENGAN DUA CARA: 1. Cara langsung, dengan mengemukakan pertanyaan kepada para pihak 2. Cara tidak langsung, dengan mendengarkan atau merumuskan kembali pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan oleh para pihak 45 MENGANALISA PILIHAN PENYELESAIAN SENGKETA • Mediator membantu para pihak menentukan untung dan ruginya jika menerima atau menolak suatu pemecahan masalah • Mediator mengingatkan para pihak agar bersikap realistis dan tidak mengajukan tuntutan atau tawaran yang tidak masuk akal 46 PROSES TAWAR-MENAWAR AKHIR • Pada tahap ini para pihak telah melihat titik temu kepentingan merekadan bersedia memberi konsesi satu sama lainnya • Mediator membantu para pihak agar mengembangkan tawaran yang dapat dipergunakan untuk menguji dapat atau tidak tercapainya penyelesaian masalah 47 MENCAPAI KESEPAKATAN FORMAL Para pihak menyusun kesepakatan dan prosedur atau rencana pelaksanaan kesepakatan mengacu pada langkah-langkah yang akan ditempuh para pihak untuk melaksanakan bunyi kesepakatan dan mengakhiri sengketa 48 TAHAP PASCA MEDIASI 1. Legalisasi Kesepakatan (akta bawah tangan, akta otentik, gugatan-putusan pengadilan) 2. Monitoring Pelaksanaan Kesepakatan 3. Rencana Kerjasama berkelanjutan (jangka panjang) 4. Pencegahan Konflik Baru 49 CONTOH BENTUK SUSUNAN MEJA PERTEMUAN DALAM PROSES MEDIASI 50 (Dalam Implementasi) Oleh : DWI RAHMAHENDRA 1 2 3 “Hutan Sexy” “Multi Pihak berkepentingan dan merasa memiliki” Mitigasi Konflik Resolusi Konflik Litigasi ADR KONFLIK Negosiasi Fasilitasi Mediasi Konsultasi Koordinasi Konsiliasi Arbitrase 4 Silahkan tuliskan satu kata/frasa yang terbayang dibenak Anda ketika mendengar kata “KONFLIK” 5 • Hubungan antara dua pihak atau lebih yg memiliki, atau yg merasa memiliki, sasaran2 yg tdk sejalan (Fisher et al, 2001). • Benturan yang terjadi antara dua pihak atau lebih, yang disebabkan adanya perbedaan nilai, status, kekuasaan, dan kelangkaan sumberdaya (LATIN, 2000) • Suatu kondisi ketika dua orang/pihak atau lebih memanifestasikan keyakinan mereka akan suatu tujuan yang saling berbeda (Kriesberg, 1998). • Perjuangan terhadap suatu gugatan dan nilai yang disebabkan oleh kelangkaan status, kekuasaan, & sumberdaya (Coser, 1967). • KONFLIK SUMBERDAYA ALAM adalah ketidaksepakatan dan perselisihan mengenai akses ke, kendali atas dan pemanfaatan sumberdaya alam. 6 HUBUNGAN SOSIAL: •Hubungan emosi yang kuat •Salah persepsi atau stereotip • Kurang/salah Komunikasi •Repetisi perilaku negatif PERBEDAAN DATA: • Kurang informasi, salah informasi, • Perbendaan pandangan dalam relevansi data • Perbedaan interpretasi, • Perbedaan prosedur penilaian PERBEDAAN KEPENTINGAN: •Kebutuhan dan cara untuk memenuhinya atau tata cara maupun mental Psikologis PERBEDAAN STRUKTRUAL: Tidak meratanya distribusi kekuasaan/kewenangan, dan Sumberdaya, Pengambilan Keputusan, Faktor fisik, geografis, dan lingkungan Sumber: Moore (1996); Boedhi dkk (2001) PERBEDAAN NILAI: •Nilai pandangan hidup, norma, ideologi, agama •Nilai universal seperti HAM •Ukuran kriteria evaluasi 7 Gambaran Konflik/Sengketa di Kawasan Hutan 180 Data sementara sampai dengan Januari 2015 o Hutan Konservasi : 102 kasus o Hutan Produksi terkait perizinan : 319 kasus o Hutan Produksi dan Hutan Lindung nonizin : 152 kasus 160 140 120 100 80 Jumlah : 573 kasus 60 40 20 0 Sumatera Jawa Bali Nusa Tenggara Klaim kawasan hutan Kalimantan Sulawesi Maluku Papua Perambahan kawasan hutan Sumber: Ditjen Planologi Kehutanan, Ditjen BUK dan Ditjen PHKA (2015) 8 Klaim status tanah adat (vertikal) Klaim status tanah non adat (vertikal) Klaim distribusi lahan (vertikal,horizontal) Klaim tata batas (vertikal) 9 Tumpang Tindih IUPHHK-HA/HT dengan Wilayah Adat Berdasarkan Hasil Pemetaan Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Provinsi Aceh HA HT Kalimantan Barat HA HT Kalimantan Selatan HA HT Kalimantan Tengah HA HT Kalimantan Timur HA HT Maluku HA Maluku Utara HA Nusa Tenggara Barat HT Papua HA Papua Barat HA Riau HT Sulawesi Selatan HA HT Sulawesi Tengah HA HT Jumlah (Ha) HP HPK 1.377 1.311 66 129.663 20.212 109.451 28.696 12.809 15.887 17.151 11.608 5.544 51.349 39.692 11.656 0 HPT 7.820 7.820 281 67 214 0 213.678 145.283 68.395 1.459 3.628 3.628 155 155 826 91 736 30 30 7 7 9.821 9.821 2.062 2.062 14.790 14.790 0 27.624 27.624 22 22 0 2.757 2.751 6 257.820 1.234 1.234 33.652 1.459 65.140 65.135 6 58.938 58.295 643 5.251 5.251 5.389 5.389 627 627 1.556 1.556 1.637 1.637 8.834 8.834 180 30 149 15.270 14.945 325 385.778 Jumlah 9.197 9.131 66 343.622 165.562 178.060 30.155 12.809 17.346 85.919 80.370 5.549 111.112 98.078 13.035 5.281 5.281 5.551 5.551 627 627 11.377 11.377 31.322 31.322 23.646 23.646 180 30 149 19.261 18.929 332 677.250 10 Pendekatan sistematis untuk memahami kompleksitas berbagai status penguasaan tanah para pihak, kepentingan dan klaim para pihak, serta hak dan kekuatan para pihak untuk menjustifikasi klaim dan konflik yg diciptakan. “Untuk melihat potret masalah tenurial secara lebih jelas, bukan menyelesaikannya” Instrumen yang dipergunakan untuk mengetahui gaya bersengketa yg dimanifestasikan oleh para pihak dalam rangka menentukan alternatif penyelesaian sengketa terbaik. 11 1) 2) 3) 4) 5) 6) Memetakan Objek Analisis (Potensi ) Konflik Tenurial (Dimensi dan Sejarah Konflik) Analisis Parapihak dan Hubungannya. Memahami Perspektif Aktor Lokal Analisis Kebijakan Pilihan Kebijakan (Rekomendasi Alternatif). 1) 2) 3) 4) 5) Mencermati Kondisi Sengketa yang Terjadi Memetakan Parapihak Memetakan Apa Saja yang menjadi Obyek/Akar Sengketa Menentukan Gaya Sengketa yang Dimanifestasikan oleh Parapihak Menentukan Alternatif Penyelesaian Sengketa 12 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) Memetakan Objek Analisis (Potensi ) Konflik Tenurial (Dimensi & Sejarah Konflik) Analisis Parapihak dan Hubungannya Menentukan Gaya Sengketa yang Dimanifestasikan Parapihak Memahami Perspektif Aktor Lokal Analisis Kebijakan Pilihan Kebijakan (Rekomendasi Alternatif Penyelesaian). 13 1) Bentuk Tim Kerja 2) Tentukan/Sepakati Unit Analisis 3) Kumpulkan Data Sekunder Pendukung 4) Buat Instrumen Pengumpulan Data dan Siapkan Peralatan 5) Kumpulkan Data Lapangan (Survey Lapangan) 6) Rekap dan Analisis Data (Analisis Obyek, Analisis Stakeholder, Analisis Konflik dan Analisis Gaya Sengketa) 7) Simpulkan Gambaran Konflik di Lapangan 8) Simpulkan Hasil Analisis Kebijakan. 9) Rekomendasikan Alternatif Pemecahan Masalah 14 Langkah TIM UNIT ANALISIS DATA SEKUNDER INSTRUMEN & ALAT SURVEY LAPANGAN ANALISIS DATA KONFLIK & KEBIJAKAN REKOMENDASI 15 Langkah TIM Rata dan Agata : adalah proses penilaian cepat (1-2 minggu) Perlu Tim yang Solid (minimal 3 orang) Bagi tugas sesuai dengan kompetensi : o Perpetaan, GPS dan GIS. o Komunikator-fasilitator o Peraturan dan kebijakan. 16 Langkah TIM UNIT ANALISIS Unit Analisis adalah lokus atau lingkup assesmen akan dilakukan. RaTA bersifat gambaran umum, untuk Unit Analisis tertentu. Unit Analisis bisa berupa : o Masyarakat (desa/ kampung) : masyarakat adat, pendatang (transmigran/spontan) o Pemerintah (Nasional/Daerah, KPH, Resort KPH) o Pengusaha (kelapa sawit, tambang, hutan dsb.-nya) 17 Langkah TIM UNIT ANALISIS DATA SEKUNDER Data pendukung terkait Unit Analisis dari berbagai sumber. Membantu untuk memahami situasi (hal-hal terkait Unit Analisis). Mengetahui kebijakan dan aturan terkait Menentukan entry point Semakin lengkap semakin baik 18 Langkah TIM UNIT ANALISIS DATA SEKUNDER INSTRUMEN & ALAT Instrumen/Alat Bantu dalam pengumpulan data lapangan (sebagai panduan pelaksanaan pengumpulan data lapangan). Dibuat sesuai dengan kebutuhan. Peralatan yang diperlukan antara lain : o ATK o Kamera o Recorder o GPS 19 Langkah TIM UNIT ANALISIS DATA SEKUNDER INSTRUMEN & ALAT SURVEY LAPANGAN Temui Tokoh Masyarakat (Kepala Desa, Kepala Adat, Tokoh Agama, dll). Jelaskan maksud dan tujuan dengan jelas. Sepakati skenario dan jadwal pelaksanaan assesmen lapangan (FGD, Wawancara Mendalam, Ground Survey, dll) Sedapat mungkin libatkan masyarakat dalam pelaksanaan assesmen (PRA) Kumpulkan data dari berbagai pihak terkait (termasuk kelompok marginal & perempuan) Lakukan teknik trianggulasi. Temukan fakta bukan persepsi. Perhatikan etika dan nilai-nilai lokal 20 Langkah TIM Obyek Dimensi Stakeholder Eskalasi Gaya Sengketa UNIT ANALISIS DATA SEKUNDER INSTRUMEN & ALAT SURVEY LAPANGAN ANALISIS DATA 21 Langkah TIM UNIT ANALISIS DATA SEKUNDER INSTRUMEN & ALAT SURVEY LAPANGAN Obyek Buatlah Peta Unit Analisis. Overlay-kan dengan Peta-Peta dari para pihak yang memiliki klaim. Tentukan wilayah yang menjadi obyek konflik (jika dimungkinkan hitung luasannya dan berapa banyak pihak yang terkena dampak/ terlibat). ANALISIS DATA 22 Langkah TIM Obyek UNIT ANALISIS DATA SEKUNDER INSTRUMEN & ALAT SURVEY LAPANGAN ANALISIS DATA 23 Langkah TIM UNIT ANALISIS DATA SEKUNDER INSTRUMEN & ALAT SURVEY LAPANGAN Obyek Dimensi Sejarah Keberadaan Masyarakat/Sejarah Konflik Tata Kuasa, Tata Ijin dan Tata Kelola Lahan oleh para pihak . Dampak/akibat konflik Upaya-upaya penyelesaian yang pernah dilakukan (jika ada). ANALISIS DATA 24 Langkah Obyek TIM UNIT ANALISIS DATA SEKUNDER INSTRUMEN & ALAT SURVEY LAPANGAN ANALISIS DATA Dimensi Tata Kuasa, Tata Ijin dan Tata Kelola Menurut Masyarakat : – Status, Asal Usul Tanah (Tata Kuasa) o Bentuk Perolehannya (Beli, Pinjam dll) o Waktu kedatangan o Siapa saja, kuburannya o Keturunannya o Pengalihan /Pendaftaran Tanah tanah dan bukti buktinya (Fisik, Administrasi) – Perencanaan /Bentuk Pengelolaan (Tata Kelola) o Pemukiman o Fasilitas umum o Ladang, kebun, sawah, talusn, Pondok & Huma o Hutan –Perijinan (Tata Perijinan) o Peminjaman lahan /penyewaan pada pihak lain o Gadai dll Menurut Negara : – Status Tanah (Tata Kuasa) • Tanah Negara/Bukan Tanah Negara • Kawasan Hutan Negara ? » Penunjukkan Kawasan Hutan » Penataan Batas » Penetapan Kawasan Hutan Negara – Perencanaan Pengelolaan (Tata Kelola) • Rencana tata Ruang Nasional • Propinsi/Kabupaten • KPH • TN • SM/CA – Perijinan (Tata Perijinan) • Peijinan yang diterbitkan oleh pihak yang berhak (HPH, HTI, HKM, HD, Perkebunan, dll) 25 Langkah TIM Obyek Dimensi Stakeholder UNIT ANALISIS DATA SEKUNDER INSTRUMEN & ALAT SURVEY LAPANGAN ANALISIS DATA Tentukan Pihak yang bersengketa dan parapihak pendukungnya. Analisis kepentingan dan pengaruh/kekuatan dari masing-masing pihak. Buatlah diagram/peta para pihak. 26 Langkah Obyek Dimensi Stakeholder TIM UNIT ANALISIS DATA SEKUNDER INSTRUMEN & ALAT SURVEY LAPANGAN ANALISIS DATA 27 Langkah TIM Obyek Dimensi Stakeholder Eskalasi UNIT ANALISIS DATA SEKUNDER INSTRUMEN & ALAT SURVEY LAPANGAN ANALISIS DATA 28 Tinggi Gaya menghindar o Menolak adanya sngkMengubah topik penyebab sengketa ke topik lainnya yang bukan penyebab sengketa, o Menghindari diskusi tentang sengketa, o Berperilaku tidak jelas (tidak ingin membangun komitmen) Kolaborasi Kompetisi Rendah Assertiveness Kompromi Gaya kompetisi o Tindakan-tindakan agresif, o Mementingkan pihak sendiri, o Menekan pihak lain, dan o Berperilaku tidak kooperatif. Akomodasi Menghindar Cooperativeness Rendah Gaya mengakomodasi Salah satu pihak mengorbankan kepentingan diri/ kelompoknya dan mendahulukan kepentingan pihak lain. Tinggi Gaya kolaborasi o Saling menyimak secara aktif kepentingan antar pihak, o Kepedulian yang terfokus, o Komunikasi yang empati, dan o Saling memuaskan Gaya kompromi Masing-masing pihak bertindak bersamasama mengambil jalan tengah, tidak jelas siapa yang menang dan siapa yang kalah. 29 Langkah TIM Obyek Dimensi Stakeholder Eskalasi Gaya Sengketa UNIT ANALISIS DATA SEKUNDER INSTRUMEN & ALAT SURVEY LAPANGAN ANALISIS DATA Analisis Gaya Sengketa hanya dilakukan terhadap Aktor-Aktor Utama Konflik. Pengukuran Gaya Sengketa dapat dilakukan dengan 2 Pendekatan : o Kuantitatif (Instrumen Thomas Kilman) o Kualitatif (Kunci Agata) 30 Langkah TIM Obyek Dimensi Stakeholder Eskalasi Gaya Sengketa UNIT ANALISIS DATA SEKUNDER INSTRUMEN & ALAT SURVEY LAPANGAN ANALISIS DATA 31 Langkah TIM UNIT ANALISIS DATA SEKUNDER INSTRUMEN & ALAT SURVEY LAPANGAN ANALISIS DATA KONFLIK & KEBIJAKAN Setelah semua data dianalisis, kita dapat menyimpulkan tentang gambaran konflik yang sedang terjadi di lapangan. Pelajari dan simpulkan aturanaturan/kebijakan mana yang terkait dengan konflik yang sedang terjadi. Dari kajian tersebut dimungkinkan untuk mendapatkan payung hukum dalam proses penyelesaian konflik tersebut. 32 Langkah TIM UNIT ANALISIS DATA SEKUNDER UNIT ANALISIS Konstruktif Kompetisi/ agitasi Destruktif Arbitrasi Litigasi Lakukan Upaya De-eskalasi INSTRUMEN & ALAT SURVEY LAPANGAN Kolaborasi ANALISIS DATA Akomodasi KONFLIK & KEBIJAKAN Kompromi REKOMENDASI Mediasi Negosiasi Fasilitasi Lakukan Upaya Intensifikasi Konflik Menghindar 33 Inventarisasi Klasifikasi konflik Rekomendasi Penyelesaian UPT, peneliti, akademisi, LSM, Masy Satgas, Direktorat terkait Satgas • Database • Regulasi Tipologi (pelaku, dampak, luasan) Pemangkuan (HK) Litigasi Non Litigasi Resolusi Konflik Perizinan (HL dan HP • Database • Regulasi Pemegang izin, Peneliti, BUK, Dit Tenurial, LSM, Masy Kepastian hukum Keadilan Kemanfaatan Litigasi Tipologi (pelaku, dampak, luasan) Non Litigasi Satgas, Direktorat terkait Satgas 34 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Landasan Hukum: TAP MPR No. IX/MPR/2001 Putusan MK No.45/2011 PP No. 06/2007 jo. PP. 03/2008 PP No. 28/2011 Perber 4 K/L Tahun 2014 Permenhut terkait HKm, HD, HTR dan Kemitraan ... Hak Akses/Ruang Kelola Bersama Pemberian Hak Akses/Ruang Kelola Bersama Penerbitan Izin/Hak Kelola (HKm, HD, Kemitraan 1. Permasalahan Tenurial Penelitian Data Fisik dan Data Yuridis Resolusi Konflik ? Terobosan Hukum/ Kebijakan 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Landasan Hukum: TAP MPR No. IX/MPR/2001 Putusan MK No. 34/2011, No.45/2011 dan No. 35/2012 PP No. 24/1997 PP No. 10/2010 Perber 4 K/L Tahun 2014 Permen Agraria No. 03/1997 Permenhut P. 44/2012 jo P.62/2013 ... Perubahan Peruntukan kawasan hutan Penegasan/ Pengakuan Hak dari BPN Penerbitan Tanda Bukti Hak 35 Pengalaman Implementasi Rata & Agata di KPHP Benakat Bukit Cogong 36 Studi Kasus WG on Forest and Land Tenure dan KPHP BBC didukung oleh The Asia Foundation Tim Assesor : Ketua : Dwi Rahmanendra (WG-Tenure) Anggota : •Desi (KPHP Model BBC) •Nur Eko Atminar W (Dinas Bunhut Kab. PALI) •Mujiyanto (KPHP Model BBC) •Syarifuddin Baharsyah (KPHP Model BBC) •Joshua (KPHP Model BBC) •Eko Saputra (KPHP Model BBC) 37 Desa Bumi Makmur Kec. Muara Lakitan Kab. Musi Rawas Kel. Talang Ubi Selatan Kec. Talang Ubi Kab. PALI 38 Kronologis Kegiatan Assesmen Pembekalan Tim Assesor di Kantor KPH 39 Kronologis Kegiatan Assesmen Kunjungan dan Pencarian Data di Kantor Dinas Bunhut Kab. PALI 40 Kronologis Kegiatan Assesmen Kunjungan dan Perkenalan Tim dengan Aparat Kelurahan TUS 41 Kronologis Kegiatan Assesmen FGD di Kantor Kelurahan TUS 42 Kronologis Kegiatan Assesmen 3 Wawancara dengan Tokoh Masyarakat 43 Kronologis Kegiatan Assesmen Ground Survey dan PRA 44 Kronologis Kegiatan Assesmen Perkenalan Tim dengan Kepala Desa Bumi Makmur 45 Kronologis Kegiatan Assesmen Ground Survey dan PRA di Desa Bumi Makmur 46 Kronologis Kegiatan Assesmen FGD dan Ground Survey di Dsn Cawang Gumilir, Ds Bumi Makmur 47 Kronologis Kegiatan Assesmen Validasi Hasil Ground Survey dan PRA dengan Kepala Desa 48 Kronologis Kegiatan Assesmen Pengolahan Data dan Penyusunan Kerangka Laporan di Kantor KPH 49 Kronologis Kegiatan Assesmen Kunjungan bersama KKPH ke BPKH Wilayah II Palembang 50 • o Oleh : ASEP YUNAN FIRDAUS 1 2 3 4 AMAR Putusan MK 35/2012 MASYARAKAT HUKUM ADAT HUTAN ADAT 5 UU RI 41/1999 HUTAN NEGARA (termasuk Hutan Adat di dalamnya) JR AMAN MK 35/2012 HUTAN NEGARA HUTAN NEGARA HUTAN ADAT HUTAN HAK HUTAN HAK - HUTAN HAK: Hutan Adat Hutan Perseorangan/Bad an Hukum 6 UU RI 41/1999 Pasal 67 (1) Pasal 67 (2) Pasal 67 (3) JR AMAN MK 35/2012 Frasa “Sepanjang …” dihapus. HUTAN NEGARA Dihapus Frasa “dan ayat 2” dihapus - HUTAN HAK: Hutan Adat Hutan Perseorangan/Bad an Hukum 7 Penguasaan dan Pemanfaatan Kehutanan Ke Depan Status Hutan Status Tanah 8 Pengelolaan Hutan Berdasarkan UU Kehutanan 41/1999 Pasal 17 • (1) Pembentukan wilayah pengelolaan hutan dilaksanakan untuk tingkat: a. propinsi, b. kabupaten/kota, dan c. unit pengelolaan. • (2) Pembentukan wilayah pengelolaan hutan tingkat unit pengelolaan dilaksanakan dengan mempertimbangkan karakteristik lahan, tipe hutan, fungsi hutan, kondisi daerah aliran sungai, sosial budaya, ekonomi, kelembagaan masyarakat setempat termasuk masyarakat hukum adat dan batas administrasi Pemerintahan. • (3) Pembentukan unit pengelolaan hutan yang melampaui batas administrasi Pemerintahan karena kondisi dan karakteristik serta tipe hutan, penetapannya diatur secara khusus oleh Menteri. Penjelasan Ps.17: • KPHL, KPHP, KPHK, KPHKM, KPHA, KPDAS. 9 NORMA UMUM UU Kehutanan No.41/1999 • Pasal 74-76 • Penyelesaian di pengadilan dan di luar pengadilan • Bantuan pihak ketiga dan atau NGO • Batasan 1) pengembalian suatu hak; 2) besarkan ganti rugi; 3) tindakan pemulihan fungsi hutan. 10 NORMA UMUM UU Kehutanan No.41/1999 • Pasal 71 - 73 • Gugatan perwakilan masyarakat • Batasan tuntutan thd pengelolaan hutan yg tdk sesuai per UU an • Hak Gugat Pemerintah • Legal standing NGO ber-BH, punya tujuan dan AD utk pelestarian hutan 11 Peraturan dan Kebijakan Operasional • UU 41/1999 tidak memandatkan PP • Surat Edaran Menhut 75/2004, tentang Masalah Hukum Adat dan Tuntuntan Ganti Rugi oleh MHA • SK Menhut 90/2011 Tim Taskforce Penyelesaian konflik Kawasan Hutan SURAT KEPUTUSAN • Tahun 2012, baru ada tupoksi khusus fasilitasi dan mediasi yang diberikan kepada Pusdal (permenhut 33/2012) 12 Peraturan dan Kebijakan Operasional • Permenhut 44/2012 jo Permenhut 62/2013, penyelesaian hak pihak ketiga dalam konteks pengukuhan kawasan hutan • Surat Edaran No.1 Tahun 2013, tentang Putusan MK 35/2012 • SK Menhut 199/2012 Tim Kerja Rencana Makro Tenurial Kehutanan • PB.3 /Menhut-II/2014 ttg Tatacara SURAT KEPUTUSAN Penyelesaian Penguasaan Tanah di dalam Kawasan Hutan • Perpres 16/2015 tentang Stuktur Kementeri LHK Ditjen PS dan Kemitraan LH 13 Skema Pemberdayaan Masyarakat • UU 41/1999 Pasal 5 ayat (1) • PP 44/2004, PP 6/2007 jo. PP 3/2008 • Permenhut 89/2014 Hutan Desa • Permenhut 88/2014 tentang HKm. HUTAN DESA, HKM, HTR, KEMITRAAN • Permenhut 39/2013 Kemitraan • Permenhut No. P.55/MenhutII/2011 jo No. P.31/MenhutII/2013 tentang Tata Cara Permohonan IUP HTR dalam Hutan Tanaman 14 Initiatif Para Pihak • Pembentukan DKN Desk Konflik Komisi Konflik • Fasilitasi – Mediasi HUTAN DESA, HKM, HTR, KEMITRAAN oleh Lembaga Independen • Berbagai inisiatif di Daerah 15 Masalah • 33 Ribu Desa di Dalam Kawasan Hutan (2009), 18 ribu desa (2014) • BPN: 7.628 kasus yang dilaporkan oleh masyarakat kepada BPN. • KPA: 1.753 sengketa atau konflik tanah HUTAN DESA, HKM, HTR, KEMITRAAN • Sawit Watch: 663 kasus yang terjadi di 20 provinsi. 16 HUMA (2014) 17 Gambaran Konflik/Sengketa di Kawasan Hutan 180 Data sementara sampai dengan Januari 2015 160 Hutan Konservasi : 102 kasus Hutan Produksi terkait perizinan : 319 kasus 140 Hutan Produksi dan Hutan Lindung non-izin : 152 kasus Jumlah : 573 kasus 120 100 80 60 40 20 0 Sumatera Jawa Bali Nusa Tenggara Kalimantan Klaim kawasan hutan Masyarakat dengan perusahaan Sulawesi Maluku Papua Perambahan kawasan hutan Antar pemegang izin Sumber: Ditjen Planologi Kehutanan, Ditjen BUK dan Ditjen PHKA (2015) 18 Perkembangan Peraturan dan Kebijakan • Putusan MK 45 dan MK 35 • UU Desa 6/2014 PP 43/2014 • Permendagri 52/2014 • UU Pemda 23/2014 • Perber 4 Menteri ttg Tata Cara Penyelesaian Penguasaan Tanah di Kawasan Hutan • Permenhut 62/2013 • SK No.24/Menhut-II/2015 tentang HUTAN DESA, HKM, HTR, KEMITRAAN Penanganan Pengaduan Kasus LH dan Kehutanan • Perpres 16/2015 Struktur Kementerian LHK • Sekretariat Pengadun Konflik LHK 19 Pemohon Pemohon Pemerintah Kabupaten/ Kota Hak Akses/Ruang Kelola Bersama (HKm, HD, Kemitraan) - BPN (Tim IP4T) Tidak Penelitian Data Fisik dan Data Yuridis Kementerian Kehutanan Perubahan Batas Kawasan Hutan/RTRW Pembuktian Klaim Pihak Ketiga Penegasan/ Pengakuan Hak dari BPN Ya Peta Kawasan Hutan Peta penggunaan tanah saat ini Surat Keterangan yg dimiliki Peta Penggunaan, Penguasaan Tanah dan tekstual. Surat pernyataan penguasaan fisik tanah secara sporadik (kades + 2 saksi) Penerbitan Tanda Bukti Hak 20 Perkembangan Perubahan sdg dibahas • Revisi PP 44/2004 tentang perencanaan Kehutanan HUTAN DESA, HKM, HTR, KEMITRAAN 21