Pengolahan Data dan Pengenalan Pola STUDI KOMPARASI BEBERAPA TEKNIK ANALISIS CITRA LANDSAT MULTIWAKTU UNTUK PEMETAAN LAHAN SAWAH (STUDI KASUS TANGGAMUS-LAMPUNG) I Made Parsa Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh, LAPAN e-mail: [email protected] Abstract This study was conducted to compare the accuracy of several technique analysis of multitemporal Landsat imagery for mapping paddy field in Tanggamus, Lampung as case study. The method that compared in this study were methods of vegetation index statistical analysis and probability methods based of land cover change multitemporal Landsat imagery for paddy field mapping. The results of this study indicated that the method of statistical analysis of vegetation index produced a mapping accuracy of 87.4% while the probability method based on land cover changes produced 91.2% mapping accuracy. Based on these results it can be concluded that the probability method based on land cover change is more accurate than methods of statistical analysis of vegetation index for the paddy field mapping, however both of these methods still require further validation before being used for operational. Key Words: Paddy field mapping, vegetation index, probability, multitemporal images Abstrak Studi ini dilaksanakan untuk membandingkan ketelitian beberapa teknik analisis citra Landsat multiwaktu untuk pemetaan lahan sawah dengan studi kasus daerah Tanggamus, Lampung.Metode yang dibandingkan dalam studi adalah metode analisis statistik indek vegetasi dan metode probabilitas berdasarkan perubahan penutup lahan dari citra Landsat multiwaktu untuk memetakan lahan sawah. Hasil studi ini menunjukkan bahwa metode analisis statistik indek vegetasi menghasilkan ketelitian pemetaan 87,4% sedangkan metode probabilitasberdasarkan perubahan penutup lahan menghasilkan ketelitian pemetaan 91,2%. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa metode probabilitas berdasarkan perubahan penutup lahan lebih akurat dibandingkan metode analisis statistik indek vegetasi dalam memetakan lahan sawah, walaupun demikian kedua metode ini masih memerlukan validasi lebih lanjut sebelum digunakan untuk operasional. Kata kunci: pemetaan lahan sawah, indek vegetasi, probabilitas, citra multitemporal 1. Pendahuluan Beras merupakan salah satu makanan pokok utama di dunia dan diperkirakan hanya sekitar 15 % lahan sawah dunia mempunyai tanah yang subur (IRRI, 1993). Di Indonesia, padi merupakan salah satu tanaman pertanian yang paling penting karena beras adalah makanan utama masyarakat Indonesia. Ketahanan pangan telah lama menjadi tujuan politik yang penting di Indonesia. Tujuan ini paling sering dikaitkan dengan swasembada beras. Pada pertengahan 1980-an Indonesia sempat mencapai 100 % swasembada beras. Namun, pertumbuhan produksi padi melambat pada 1990-an, yang menyebabkan peningkatan impor dan turunnya rasio swasembada. Selama dua tahun terakhir rasio swasembada beras tetap sekitar 95 %, namun turun di bawah 90 % selama kekeringan El Niño 1998 (Bappenas, 2002). Penginderaan jauh satelit telah diterapkan secara luas dan telah diakui sebagai alat yang ampuh dan efektif dalam mendeteksi penggunaan lahan dan perubahan penutupan lahan (Harris danVentura, 1995). Penginderaan jauh satelit menyediakan biaya - efektif multi-spektral dan data multitemporal (Paine, 1981). Citra satelit telah digunakan untuk memantau jenis tutupan lahan terbatas menurut klasifikasi spektral. Selain itu, telah digunakan untuk memperkirakan karakteristik biofisik dari permukaan tanah Seminar Nasional Penginderaan Jauh 2014 243 Pengolahan Data dan Pengenalan Pola melalui hubungan linear dengan reflektansi spektral atau indek vegetasi (Steininger, 1996; Nuarsa et al, 2005). Salah satu hasil terkait dengan keterlibatan LAPAN dalam program Indonesian National Carbon Accounting System yang dilaksanakan sejak tahun 2010 adalah citra satelit Landsat standar (tahun 2000 sampai 2012) yang telah melalui proses scene selection, ortho rectification, terrain correction, sun correction, cloudmasking dan mosaic untuk seluruh wilayah Indonesia. Citra-citra tersebut telah digunakan sebagai basis untuk pemetaan perubahan tahunan lahan hutan diseluruh Indonesia yang akan menjadi salah satu data dasar dalam penghitungan karbon. Selain untuk pemetaan lahan hutan, citra Landsat mempunyai potensi yang cukup baik untuk manajemen sumberdaya lahan pada bidang perkebunan, pertanian maupun untuk pesisir dan laut pada tingkat skala menengah 1:100.000. Sementara itu berdasarkan indek peta Badan Informasi Geospasial, bahwa ketersediaan informasi geospasial/peta rupabumi tersedia seluruh Indonesia pada beberapa skala, Jawa, Nusa Tenggara (1:25.000 dan 1;250.000), Sumatera (1:25.000, 1:50.000, dan 1:250.000), Kalimantan (1:50.000 dan 1;250.000), Sulawesi (1:50.000 dan 1:250.000), Maluku dan Papua (1:25.000, 1:50.000, 1:100.000 dan 1:250.000) dan sedangkan peta tematik tersedia dengan pilihan skala 1:2.500.000 hingga 1:25.000 (www.bakosurtanal.go.id. diakses tanggal 11 Februari 2014). Berdasarkan informasi tersebut terlihat bahwa ketersediaan peta terutama peta tematik skala 1:100.000 masih sangat terbatas. Berkaitan dengan hal itu, telah dilakukan studi komparasi beberapa teknik analisis citra Landsat multiwaktu untuk pemetaan lahan sawah (Studi Kasus Tanggamus-Lampung). Kedua teknik/metode analisis yang dibandingkan dalam kajian ini adalah metode analisis statistik indek vegetasi dan metode analisis dengan pendekatan teori probabilitas berdasarkan perubahan penutup lahan citra Landsat multiwaktu untuk memetakan lahan sawah. Tujuan studi adalah untuk membandingkan kemampuan/ketelitian kedua tehnik pengolahan/analisis citra Landsat multiwaktu untuk memetakan lahan sawah. 2. Data dan Metode Data yang digunakan dalam kajian ini meliputi: a. Citra satelit Landsat multiwaktu tahun 2000 sampai 2009 yang merupakan citra standar produk dari program INCAS yang ada di LAPAN. b. Informasi spasial lahan sawah yang diekstrak dari citra satelit Quickbird (60 cm) tahun 2005 (Parsa, 2013). c. Perangkat lunak yang digunakan meliputi perangkat pengolah data ER Mapper 7.0, ArcView GIS 3.3, dan perangkat Microsoft Excel. Metode yang digunakan dalam studi ini, a. Pengolahan data sampel i. Kroping dan pengecekan kualitas geometri citra Landsat dengan referensi citra Quickbird dan kroping sesuai dengan lokasi kajian. Seminar Nasional Penginderaan Jauh 2014 244 Pengolahan Data dan Pengenalan Pola ii. Klasifikasi penutup lahan (air, bera dan vegetasi), dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti transformasi indek vegetasi, penggunaan indek untuk pemisahan air dan daratan ataupun dengan klasifikasi digital (supervised/unsupervised). iii. Transformasi dan klasifikasi indek vegetasi menjadi penutup lahan (air, bera dan vegetasi) menggunakan persamaan Jansen (1998) dalam Faizal (2005) sebagai berikut: ࡺࡰࢂࡵ = dimana (ۻ܂ − ۻ܂) (ۻ܂ + ۻ܂) (2-1) NDVI : Normalized Difference Vegetation Index TM4 : Digital Number kanal 4 Landsat TM TM3 : Digital Number kanal 3 Landsat TM • Ekstrak nilai maksimum, minimum, rata-rata NDVI di lokasi kajian. • Pembuatan citra komposit empat kanal yang terdiri atas NDVI maksimum, NDVI minimum, NDVI rata-data dan selisih NDVI suluruh citra Landsat multiwaktu • Pengambilan training sampel dan analisis statistik untuk mengetahui sebaran nilai NDVI multiwaktu di lokasi penelitian maupun di lokasi persawahan. • Penajaman citra dengan memberikan batas nilai minimum, maksimum, rata-rata dan Selisih Max-Min NDVI menggunakan referensi tertentu sehingga lokasi yang diduga sawah akan nampak kontras dengan lokasi nonsawah. Setiap kanal menggunakan threshold yang ditentukan berdasarkan hasil ekstrak nilai NDVI di areal persawahan untuk masing-masing kanal. Dalam bentuk algoritma dapat ditulis sebagai berikut: if NDVI_Max >= 0.537 and NDVI_Max <= 0.811 and NDVI_Min >= -0.228 and NDVI_Min <= 0.168 and NDVI_Mean >= 0.255 and NDVI_Mean <= 0.557 and NDVI_Max-Min >=0.447 then 1 else null Nilai-nilai tersebut diperoleh dari training sample(bera, vegetasi dan air) yang diambil pada data Landsat yang digunakan dalam penelitian ini. iv. Dari seluruh seri data penutup lahan multiwaktu tersebut dilakukan pengkelasan ulang/reklasifikasi dalam dua tahap sebagai berikut: • Tahap satu, dilakukan pemisahan masing-masing kelas vegetasi, kelas air dan kelas bera dari seluruh seri yang ada sehingga terbentuk informasi lahan bera, vegetasi dan air untuk seluruh data yang digunakan. • Tahap kedua, penggabungan tiap penutup lahan untuk seluruh tahun sehingga terbentuk tiga informasi spasial penutup lahan yaitu bera (2000-2009), vegetasi (2000-2009) dan air (2000-2009). v. Analisis perubahan, dilakukan dengan tumpang tindih antara ketiga informasi spasial penutup lahan (hasil iv) dan perhitungan probabilitas lahan. Tumpang-tindih dilakukan dengan menempatkan penutup lahan bera pada Layer Red, vegetasi pada Layer Green dan air pada Layer Blue. Seminar Nasional Penginderaan Jauh 2014 245 Pengolahan Data dan Pengenalan Pola • Jika dari seluruh data multiwaktu yang dianalisis hanya terdeteksi satu jenis penutup lahan, air saja, bera saja ataupun vegetasi saja (tidak terjadi perubahan penutup lahan) maka probabilitasnya sebagai lahan sawah hanya 1/3, dikelaskan sebagai bukan lahan sawah. • Jika dari seluruh data multiwaktu yang dianalisis hanya terdeteksi dua jenis penutup lahan, air dan bera, air dan vegetasi, bera dan vegetasi (terjadi perubahan dua penutup lahan) maka probabilitasnya sebagai lahan sawah hanya 2/3, dikelaskan sebagai lahan sawah. • Jika dari seluruh data multiwaktu yang dianalisis hanya terdeteksi tiga jenis penutup lahan, air, bera, vegetasi (terjadi perubahan tiga penutup lahan) maka probabilitasnya sebagai lahan sawah sama dengan 1, dikelaskan sebagai lahan sawah. b. Analisis ketelitian hasil pemetaan, dilakukan dengan analisis matrik kesalahan menggunakan referensi informasi spasial lahan sawah dari citra Quickbird. Secara diagram disajikan pada Gambar 2-1. CITRA LANDSAT MULTIWAKTU 1. TRANSFORMASI INDEK VEGETASI 2. TRANSFORMASI INDEK UNTUK PEMISAHAN AIR DAN DARATAN 3. KLASIFIKASI DIGITAL INFORMASI SPASIAL PENUTUP LAHAN (BERA, VEGETASI, AIR) MULTIWAKTU TRAINING SAMPEL DAN ANALISIS DISTRIBUS INDVI ANALISIS STATISTIK: MAXIMUM, MINIMUM, MEAN, DAN SELISIH NDVI PENGGABUNGAN TIAP PENUTUP LAHAN MULTIWAKTU CITRA QUICKBIRD KOMPOSIT STATISTIK NDVI MULTIWAKTU (RED:Rata-rata, GREEN:Maximum, BLUE:Minimum) OVERLEY DAN ANALISIS PERUBAHAN PENUTUP LAHAN INTERPRETASI LAHAN SAWAH DISTRIBUSI SPASIAL LAHAN SAWAH CITRA PROBABILITAS LAHAN SAWAH INFORMASI SPASIAL LAHAN SAWAH CONFUSIONM ATRIK CONFUSION MATRIX KETELITIAN PEMETAAN KETELITIAN PEMETAAN Gambar 2-1. Diagram alir pelaksanaan studikomparasi beberapa teknik analisis citra Landsat multiwaktu untuk pemetaan lahan sawah Seminar Nasional Penginderaan Jauh 2014 246 Pengolahan Data dan Pengenalan Pola 3. Hasil dan Pembahasan Pengolahan data sampel dilakukan untuk wilayah Tanggamus Lampung, diawali dengan pengecekan geometri menunjukkan bahwa sebagian besar citra Landsat multiwaktu mempunyai kualitas geometri yang cukup baik, sementara yang lainnya perlu dilakukan perbaikan dengan melakukan pergeseran terhadap citra Quickbird untuk kemudian emudian dilakukan transformasi NDVI seluruh data multiwaktu. Hasil transformasi nilai NDVI multitemporal pada daerah penelitian menunjukkan bahwa: secara umum, daerah penelitian mempunyai kisaran nilai NDVI minimum -0.288 0.288 sampai 0.305 dan maksimum 0.426 sampai mpai 0.960, sedangkan pada areal persawahan kisaran nilai minimum NDVI adalah -0.228 sampai 0.168, kisaran nilai maksimum 0.537 sampai 0.811. Berdasarkan hasil analisis ini juga menunjukkan bahwa nilai minimum dan maksimum NDVI pada areal persawahan lebih rendah dibandingkan seluruh lokasi penelitian.Hal ini disebabkan karena air (laut, danau, sungai, waduk maupun tambak) mempunyai nilai NDVI paling rendah, sedangkan fase vegetatif pada areal persawahan mempunyai nilai NDVI yang lebih rendah dibandingkan dengan de tutupan lahan hutan. Komposit warna yang tersusun dari nilai statistik NDVI Landsat multiwaktu (Red: ( : Rata Rata-rata, Green: Maksimum, Blue:: Minimum) memberikan kenampakan warna hijau yang sangat kontrak yang diduga sebagai lahan sawah, seperti ditunjukkan pada Gambar 3-1. Gambar 3-1. 1. Komposit NDVI citra Landsat multiwaktu (2000 (2000-2009) 2009) wilayah Tanggamus, Lampung (Red ( Layer: Mean; Green: Max; Blue: Min) Berdasarkan komposit tersebut terlihat bahwa areal persawahan nampak sangat berbeda dibandingkan dengan areal nonpersawahan, hal ini disebabkan karena pengaruh yang nyata dari perbedaan antara nilai NDVI maksimum dan minimum. Nilai NDVI pada areal persawahan akan mengikuti perubahan fase (bera, air dan vegetasi), dimana pada fase air nilai NDVI akan sangat rendah (sampai -0.228), 0.228), pada fase bera akan rendah, pada fase vegetatif berkisar rendah sampai tinggi (0.3 Pengolahan Data dan Pengenalan Pola sampai 0.811). Hal ini menyebabkan selisih antara NDVI maksimum dan minimumnya manjadi besar.Pada areal nonsawah perubahan nilai NDVI umumnya tidak terlalu terlalu besar, walaupun NDVI vegetatifnya dapat lebih besar dari NDVI vegetatif padi. Hal ini disebabkan karena tutupan air (laut, danau, sungai, waduk maupun tambak) akan selalu negatif sedangkan untuk tutupan hutan/perkebunan akan mencapai NDVI terendah jika ika dalam kondisi bera. Hasil identifikasi ini menunjukkan bahwa dari keempat nilai indek tersebut ternyata nilai mean paling nyata pengaruhnya untuk pemetaan lahan tanaman padi dibandingkan tiga indek lainnya. Penggabungan tiga kriteria nilai statistik NDVI NDVI multiwaktu tersebut selanjutnya dapat digunakan untuk memetakan cepat lahan sawah secara kuantitatif/digital sebagaimana disajikan pada Gambar 3-2. Gambar 3-2. 2. Peta lahan sawah berdasarkan Statistik NDVI Multiwaktu Sementara itu dari seluruh seri data data penutup lahan multiwaktu tersebut dilakukan pengkelasan ulang/reklasifikasi dalam dua tahap sehingga menghasilkan penutup lahan air, bera dan vegetasi 20002000 2009 dimana masing-masing masing dijadikan kelas 255.Overley 255. ketiga data penutup lahan kedalam tampilan komposit dimana bera sebagai Layer Red Red, vegetasi sebagai Layer Green dan air sebagai LayerBlue. Berdasarkan tampilan komposit tersebut dapat dianalisis sebagai berikut: • Warna putih mengindikasikan bahwa pada lahan tersebut terpantau ketiga fase dari bera, vegetasi dan air, sehingga dengan demikian lahan tersebut mempunyai probabilitas sebagai lahan sawah mencapai 1. • Warna kuning mengindikasikan hanya terpantau fase yaitu bera dan vegetasi,warna merah muda/pink mengindikasikan hanya terpantau fase yaitu bera dan air, sedangkan warna cyan mengindikasikan hanya terpantau fase yaitu vegetasi dan air sehingga dengan demikian lahan-lahan lahan tersebut mempunyai probabilitas sebagai lahan sawah hanya 2/3. • Warna biru mengindikasikan hanya terpantau fase air, warna hijau mengindikasikan hanya terpantau fase vegetasi, dan warna merah mengindikasikan hanya terpantau fase bera/terbuka, sehingga dengan Pengolahan Data dan Pengenalan Pola demikian lahan-lahan lahan tersebut mempunyai probabilitas sebagai lahan sawah hanya 1/3.Secara spasial hasil analisis disajikan padaa Gambar 3-3. 3 Gambar 3--3. Tampilan komposit penutup lahan 2000-2009 Selanjutnya hasil klasifikasi tersebut kemudian dilakukan reklasifikasi berdasarkan probabilitasnya menjadi tiga kelas yaitu kelas sawah probabilitas 1/3, sawah probabilitas 2/3 dan sawah probabilitas 1 sebagaimana disajikan pada Gambar 3 3-4. Gambar 33-4. Informasi spasial probabilitas lahan sawah Pada tahap terakhir, dilakukan pengujian ketelitian pemetaan terhadap kedua hasil pemetaan menggunakan referensi informasi spasial lahan ssawah awah berbasis citra resolusi tinggi QB yang dilakukan dengan confusion matrix (matrik kesalahan). Hasil pengujian metode analisis statistik indek vegetasi Pengolahan Data dan Pengenalan Pola ditunjukkan pada Tabel 3-1, 1, dan Gambar 3-5 3 5 sedangkan hasil pengujian metode probabilitas disajikan pada Tabel 3-2, Tabel 3-3, 3, dan Gambar 33-6. Tabel 3-1. 1. Matriks ketelitian pemetaan lahan sawah dengan analisis statistik NDVI MATRIKS Luas (ha) Lahan Lahan sawah nonsawah Ketelitian (%) Total Total Lahan sawah Lahan nonsawah Lahan sawah 5,159 575 5,733 90.0 10.0 Lahan nonsawah 4,643 26,059 30,702 15.1 84.9 87.4 Overall Accuracy 1 diatas menunjukkan bahwa ketelitian pemetaan (overall ( accuracy)) metode analisis statistik Tabel 3-1 indek vegetasi mencapai 87,4%. Gambar 3-5.Hasil 5.Hasil pengujian pemetaan lahan sawah metode analisis statistik indek vegetasi Tabel 3-2. 2. Matriks kesalahan probabilitas pemetaan lahan sawah LUAS LAHAN (ha) MATRIKS Sawah Nonsawah Probabilitas 1 Probabilitas 2/3 Probabilitas 1/3 Total 3,347 2,103 289 5,739 399 3,478 26,806 30,682 36,421 Pengolahan Data dan Pengenalan Pola Tabel 3-3. 3. Matriks ketelitian pemetaan lahan sawah dengan metode probabilitas KETELITIAN PEMETAAN (%) MATRIKS Probabilitas 1 Probabilitas 2/3 Probabilitas 1/3 Sawah 58.3 36.6 5.0 Nonsawah 1.3 11.3 87.4 Total 95.0 Berdasarkan Tabel 3-2, 2, terlihat bahwa ternyata 58,3% lahan sawah di area sampel terklasifikasi sebagai lahan yang mempunyai probabilitas 1, 36,6% terklasifikasi sebagai lahan yang mempunyai probabilitas 2/3 dan 5% sisanya terklasifikasi sebagai lahan yang mempunyai probabilitas 1/3. Sementara itu 87,4% lahan nonsawah terklasifikasi sebagai lahan probabilitas 1/3, 11,3% terklasifikasi sebagai lahan probabilitas 2/3 dan 1,3% sisanya terklasifikasi sebagai lahan probabilitas 1. Oleh karena itu reklasifikasi kelas las probabilitas 1 dan kelas probabilitas 2/3 menjadi kelas lahan sawah dan kelas probabilitas 1/3 menjadi kelas lahan nonsawah akan menyebabkan ketelitian pemetaan sawah menjadi 95% sedangkan ketelitian pemetaan nonsawah menjadi 87%. Sehingga dengan demik demikian ian akurasi pemetaan keseluruhan (overall accuracy)menjadi 91,2%. Gambar 3-6. 6. Hasil pengujian pemetaan lahan sawahmetode probabilitas 4. Kesimpulan dan Saran 4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil kajian sebagaimana diuraikan diatas, diatas maka dapat disimpulkan bahwa: Analisis statistik indek vegetasi maupun analisis probabilitas berdasarkan perubahan liputan lahan citra Landsat multiwaktu dapat digunakan untuk memetakan lahan sawah dengan cukup akurat Ketelitian pemetaan (overall overall accuracy) accuracy lahan sawah berdasarkan n analisis indek vegetasi citra Landsat multiwaktu mencapai 87,4% Pengolahan Data dan Pengenalan Pola Ketelitian pemetaan (overall accuracy) lahan sawah dengan pendekatan teori probabilitas berdasarkan perubahan liputan lahan Landsat multiwaktu mencapai 91,2%. 4.2 Saran Berkaitan dengan beberapa kesimpulan yang telah disampaikan diatas, perlu dilakukan validasi lebih lanjut kedua model/metode pada daerah yang lebih luas dan bervariasi untuk mengetahui tingkat kehandalannya. 5. Daftar Rujukan Bappenas, 2002. Does Indonesia Face a Food Security Time Bomb.Indonesian Food Policy Program. http//:www.macrofoodpolicy.com. Accessed November, 15th 2009. Badan Informasi Geospasial, 2014. Produk. (www.bakosurtanal.go.id, diakses tanggal 11 Februari 2014). Furby Suzanne, 2002. Land Cover Change: Specification for Remote Sensing Analysis, National Carbon Accounting System Technical Report No. 9. ISSN: 1442 6838. Guna Dharma, Probabilitas, Pengantar Statistik, (www.elearning.guna-dharma.ac.id/docmodul/ diakses 22 Juli 2013. Harris, P. M. and Ventura, S. J., 1995. The Integration of Geographic Data With Remotely Sensed Imagery to Improve Classification in an Urban Area. Photogrammetric Engineering and Remote Sensing, 61, pp. 993–998. IRRI, 1993, 1993–1995 IRRI Rice Almanac. Manila7 International Rice Research Institute. Jupri Al., 2010.Teori Peluang, Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia, (http://www.file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/, diskses 22 Juli 2013. Marina C.G. Frederik; Retno A. Ambarini; Fanny Meliani;Yoke F.A. Oktofan, 2009. Pemantauan Pertumbuhan Tanaman Padi dengan SPOT Vegetation. Pusat Teknologi Inventarisasi Sumberdaya Alam (PTISDA), BPPT. Nuarsa I Wayan; Kanno, S.; Sugimori, Y; and Nishio, F., 2005. Spectral Characterization of Rice Field Using Multi-Temporal Landsat ETM+ Data. International Journal of Remote Sensing and Earth Sciences. 2, pp. 65-71. Paine, D.P., 1981, Aerial Photography and Image Interpretation for Resource Management. John Wiley and Sons, New York. 412 pp. Panuju D R., Febria Heidina; Bambang H. Trisasongko; Boedi Tjahjono;A. Kasno; Aufa H.A. Syafril, 2009. Variasi Nilai Indek vegetasi Modis Pada Siklus Pertumbuhan Padi.Jumal llmiah Geomatika Volume 15 Nomor 2, Desember 2009. Parsa I Made;Surlan; Jansen Sitorus; Dipo Yudhatama; Soko Budoyo; Djoko Santo., 2012. Pengembangan Model Standar Pemanfaatan Data Penginderaan Jauh (Landsat/SPOT) untuk Pemetaan Lahan Sawah. Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh, Jakarta: LAPAN. Steininger, M. K., 1996, Tropical Secondary Forest Regrowth in TheAmazon: Age, Area and Change Estimation With Thematic Mapper Data. International Journal of Remote Sensing, 17, pp. 9–27. Suherman Maman, 2012. Statistik dan Teori Peluang, Institut Teknologi Bandung, (http://www.mulin10.files.wordpress.com/,diakses tanggal 22 Juli 2013). Suryadi Christine, 2003.Probabilitas dan Statistika Dasar, Teori Peluang, Departemen Teknik Informatika.(http://www.kur2003.if.itb.ac.id, diakses tanggal 22 Juli 2013). Seminar Nasional Penginderaan Jauh 2014 252