BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Obat 2.1.1. Pengertian Obat Obat

advertisement
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Obat
2.1.1. Pengertian Obat
Obat merupakan sedian atau paduan bahan-bahan yang siap digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistim fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka
penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan, kesehatan
dan kontrasepsi (Kebijakan Obat Nasional, 2005).
Defenisi menurut Ansel (1985), obat adalah zat yang digunakan untuk
diagnosis, mengurangi rasa sakit, serta mengobati atau mencegah penyakit pada
manusia atau hewan.
2.1.2. Peran Obat
Seperti yang telah dituliskan pada pengertian obat di atas, maka peran obat
secara umum adalah sebagai berikut:
1. Penetapan diagnosa
2.
Untuk pencegahan penyakit
3.
Menyembuhkan penyakit
4.
Memulihkan (rehabilitasi) kesehatan
5.
Mengubah fungsi normal tubuh untuk tujuan tertentu
6.
Penigkatan kesehatan
7.
Mengurangi rasa sakit (Chaerunisaa, dkk, 2009)
2.1.3. Penggolongan Obat
2.1.3.1. Berdasarkan Jenisnya
1. Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas
Obat Bebas merupakan obat yang bisa dibeli bebas di apotek, bahkan warung,
tanpa resep dokter, ditandai lingkaran hijau bergaris tepi hitam.
Obat Bebas Terbatas (dulu disebut daftar W = Waarschuwing = peringatan),
yakni obat-obatan yang dalam jumlah tertentu masih bisa dibeli di apotek,
tanpa resep dokter, memakai lingkaran biru bergaris tepi hitam.
Universitas Sumatera Utara
2. Obat Keras
Obat keras (dulu disebut obat daftar G = Gevaarlijk = berbahaya), yaitu obat
berkhasiat keras yang untuk mendapatkannya harus dengan resep dokter,
memakai tanda lingkaran merah bergaris tepi hitam dengan tulisan huruf K di
dalamnya.
3. Psikotropika dan Narkotika
Psikotropika adalah zat atau obat yang dapat menurunkan aktivitas otak atau
merangsang susunan syaraf pusat dan menimbulkan kelainan prilaku.
Narkotika adalah zat atau obatyang berasal dari tanaman atau bukan tanaman,
baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menimbulkan pengaruhpengaruh tertentu bagi mereka yang menggunakan dengan memasukkannya
kedalam tubuh manusia (Chaerunisaa, dkk, 2009).
2.1.3.2. Berdasarkan Mekanisme Kerja Obat
Obat digolongkan menjadi lima jenis :
1. Obat yang bekeja terhadap penyebab penyakit, misalnya penyakit karena bakteri
atau mikroba, contoh: antibiotik.
2. Obat yang bekerja mencegah keaadan patologis dari penyakit, contoh: serum,
vaksin.
3. Obat yang menghilangkan gejala penyakit = simptomatik, missal gejala penyakit
nyeri, contoh: analgetik, antipiretik.
4. Obat yang bekerja untuk mengganti atau menambah fungsi-fungsi zat yang
kurang, contoh: vitamin, hormon.
5. Pemberian placebo, adalah pemberian sediaan obat yang tanpa zat berkhasiat
untuk orang-orang yang sakit secara psikis, contoh: aqua proinjection
Selain itu, obat dapat dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya misalkan
antihipertensi, cardiaca, diuretic, hipnotik, sedative dan lain-lain (Chaerunisaa,
dkk, 2009).
Universitas Sumatera Utara
2.1.3.3. Berdasarkan Tempat atau Lokasi Pemakaiaannya
Obat dibagi dua golongan:
1. Obat Dalam, misalnya obat-obat peroral. Contoh: antibiotik, acetaminophen
2. Obat Topikal, untuk pemakaian luar badan. Contoh sulfur, antibiotik (Anief,
1994).
2.1.3.4. Berdasarkan Cara Pemberiannya
1. Oral, obat yang diberikan atau dimasukkan melalui mulut, Contoh: serbuk,
kapsul, tablet sirup.
2. Parektal, obat yang diberikan atau dimasukkan melalui rectal. Contoh
supositoria, laksatif.
3. Sublingual, dari bawah lidah, kemudian melalui selaput lendirdan masuk ke
pembuluh darah, efeknya lebih cepat. Untuk penderita tekanan darah tinggi,
Contoh: tablet hisap, hormone.
4. Parenteral, obat suntik melaui kulit masuk ke darah. Ada yang diberikan secara
intravena, subkutan, intramuscular, intrakardial.
5. Langsung ke organ, contoh intrakardial.
6. Melalui selaput perut, intraperitoneal (Anief, 1994).
2.1.3.5. Berdasarkan Efek yang Ditimbulkannya
1. Sistemik: masuk ke dalam system peredaran darah, diberikan secara oral
2. Lokal : pada tempat-tempat tertentu yang diinginkan, misalnya pada kulit,
telinga, mata (Anief, 1994).
2.1.3.6. Berdasarkan Penamaannya
Menurut Widodo (2004), penamaan dibagi menjadi tiga, yaitu :
1. Nama Kimia, yaitu nama asli senyawa kimia obat.
2. Nama Generik (unbranded name), yaitu nama yang lebih mudah yang disepakati
sebagai nama obat dari suatu nama kimia.
3. Nama Dagang atau Merek, yaitu nama yang diberikan oleh masing-masing
produsen obat. Obat bermerek disebut juga dengan obat paten.
Universitas Sumatera Utara
2.2. Obat Nama Generik
2.2.1. Pengertian Obat Generik
Obat Generik (Unbranded Drug) adalah obat dengan nama generik, nama resmi
yang telah ditetapkan dalam Farmakope Indonesia dan INN (International Nonpropietary Names) dari WHO (World Health Organization) untuk zat berkhasiat yang
dikandungnya. Nama generik ini ditempatkan sebagai judul dari monografi sediaan obat
yang mengandung nama generik tersebut sebagai zat tunggal.
Obat generik berlogo yaitu obat yang diprogram oleh pemerintah dengan nama
generik yang dibuat secara CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik). Harga obat
disubsidi oleh pemerintah. Logo generik menunjukkan persyaratan mutu yang
ditetapkan oleh Mentri Kesehatan (Menkes) RI.
Obat generik esensial adalah obat generik terpilih yang paling dibutuhkan untuk
pelayanan kesehatan bagi masyarakat (Widodo, 2004).
2.2.2. Pengenalan Obat Generik
Obat pada waktu ditemukan diberi nama kimia yang menggambarkan struktur
molekulnya. Nama kimia obat biasanya amat kompleks sehingga tidak mudah diingat
orang awam. Untuk kepentingan penelitian biasanya nama kimia disingkat dengan kode
tertentu. Setelah obat itu dinyatakan aman dan bermanfaat melalui uji klinis, barulah
obat tersebut didaftarkan pada Badan Pengawasan Obat dan Makanan (Badan POM).
Obat tersebut mendapat nama generik dan nama dagang. Nama dagang ini sering
disebut nama paten. Perusahaan obat yang menemukan obat tersebut dapat
memasarkannya dengan nama dagang. Nama dagang biasanya diusahakan yang mudah
diingat oleh pengguna obat. Disebut obat paten karena pabrik penemu tersebut berhak
atas paten penemuan obat tersebut dalam jangka waktu tertentu. Selama paten tersebut
masih berlaku, obat ini tidak boleh diproduksi oleh pabrik lain, baik dengan nama
dagang pabrik peniru ataupun dijual dengan nama generiknya. Obat nama dagang yang
telah habis masa patennya dapat diproduksi dan dijual oleh pabrik lain dengan nama
dagang berbeda yang biasanya disebutsebagai me-too product di beberapa negara barat
disebut branded generic atau tetap dijual dengan nama generik (Chaerunisaa, dkk,
2009)
Universitas Sumatera Utara
2.2.3. Manfaat Obat Generik
Menurut Widodo (2004) manfaat obat generik secara umum adalah :
1. Sebagai sarana pelayanan kesehatan masyarakat untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.
2. Dari segi ekonomis obat generik dapat dijangkau masyarakat golongan ekonomi
menengah kebawah.
3. Dari segi kualitas obat generik memiliki mutu atau khasiat yang sama dengan obat
yang bermerek dagang (obat paten).
2.2.4. Kebijakan Obat Generik
Kebijakan obat generik adalah salah satu kebijakan untuk mengendalikan harga
obat, di mana obat dipasarkan dengan nama bahan aktifnya.
Agar upaya pemanfaatan obat generik ini dapat mencapai tujuan yang diinginkan, maka
kebijakan tersebut mencakup komponen-komponen berikut :
1. Produksi obat generik dengan Cara Produksi Obat yang Baik (CPOB).
Produksi
dilakukan oleh produsen yang memenuhi syarat CPOB dan disesuaikan dengan
kebutuhan akan obat generik dalam pelayanan kesehatan.
2. Pengendalian mutu obat generik secara ketat.
3. Distribusi dan penyediaan obat generik di unit-unit pelayanan kesehatan.
4. Peresapan berdasarkan atas nama generik, bukan nama dagang.
5. Penggantian (substitusi) dengan obat generik diusulkan diberlakukan di unit
unit pelayanan kesehatan.
6. Informasi dan komunikasi mengenai obat generik bagi dokter dan
masyarakat luas secara berkesinambungan.
7. Pemantauan dan evaluasi penggunaan obat generik secara berkala
(Informatorium Obat Nasional Indonesia, 2000).
2.2.5. Faktor yang Menghambat Masyarakat Terhadap Obat Generik
1. Akses Obat
Hal ini dalam rangka memenuhi kebutuhan obat pasien sesuai dengan resep di
setiap penjualan obat, yaitu membahas resep yang terlayani , resep yang tidak
terlayani oleh apotik, dan resep yang obatnya digantikan dengan obat lain yang
Universitas Sumatera Utara
sejenis. Akses masyarakat terhadap obat esensial dipengaruhi oleh empat faktor
utama, yaitu:
a) Penggunaan obat yang rasional;
b) Harga yang terjangkau;
c) Pembiayaan yang berkelanjutan
d) Sistem pelayanan kesehatan beserta sistem suplai obat yang dapat menjamin
ketersediaan, pemerataan, keterjangkauan obat (Kebijakan Obat Nasional,
2005)
2. Harga Obat
Harga obat di Indonesia umumnya dinilai mahal dan struktur harga obat tidak
transparan. Penelitian WHO menunjukkan perbandingan harga antara satu nama
dagang dengan nama dagang yang lain untuk obat yang sama, berkisar 1 : 2
sampai 1 : 5. Penelitian di atas juga membandingkan harga obat dengan nama
dagang dan obat generik menunjukkan obat generik bukan yang termurah.
Survai dampak krisis rupiah pada biaya obat dan ketersediaan obat esensial
antara 1997 – 2002 menunjukkan bahwa biaya resep rata-rata di sarana
kesehatan sektor swasta jauh lebih tinggi dari pada di sektor publik yang
menerapkan pengaturan harga dalam sistem suplainya (Kebijakan Obat
Nasional, 2005)
3. Tingkat Ketersediaan Obat
Rendahnya ketersediaan obat generik di rumah sakit pemerintah dapat
berimplikasi secara langsung pada akses obat generik, sebagai gantinya pasien
membeli obat generik di apotik atau di praktek dokter. Apotik swasta
mempunyai obat generik lebih sedikit dibandingkan dengan yang disediakan
oleh dokter. Sehingga apotik menyediakan obat paten lebih banyak. Selama
banyak obat yang tidak tersedia, pasien mengeluarkan uang lebih banyak untuk
membayar obat (Suryani, dkk, 2008).
4. Informasi Obat
Keterbatasan informasi masyarakat akan obat sangat erat kaitannya dengan
ketidaktahuan akan pengenalan, penggunaan dan pemanfaatan obat terutama
bagi mereka yang ingin memakai obat generik. Informasi obat, antara lain
mengenai khasiat, indikasi, kontraindikasi, efek samping, dosis dan aturan
Universitas Sumatera Utara
pakai, peringatan-peringatan penggunaan suatu obat, serta harga obat, Juga bila
perlu informasi mengenai pilihan obat yang tepat bagi konsumen (Widodo,
2004).
5. Keterjangkauan Obat
Keterjangkauan obat dapat dipandang dari sudut geografis, ekonomi dan sosial
politik. Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari 17.504 pulau
dimana 5.707 diantaranya sudah bernama. Namun pulau yang telah berpenghuni
jumlahnya lebih kecil. Saat ini sebagian masyakat Indonesia tinggal di daerah
terpencil, daerah tertinggal, dan wilayah perbatasan. Sebagian lagi tinggal di
daerah rawan bencana baik bencana alam dan bencana buatan manusia seperti :
ketidak-stabilan politik dan tingginya tingkat kemiskinan. Dengan pola
penyebaran penduduk seperti tersebut di atas, maka diperlukan adanya
perbedaan pengelolaan obat sesuai dengan karateristik masing-masing daerah.
Sebagai contoh kita dapat melakukan pengelompokan Provinsi Kepulauan :
Riau, NTB, NTT, Maluku dan Maluku Utara lebih memiliki karakteristik
geografis kepulauan. Sedangkan propinsi di Kalimantan dan Papua dapat
dikategorikan daratan luas dengan hambatan transportasi. Kategori lain adalah
Pulau Jawa, Bali, Sumatera dan Sulawesi (Kebijakan Obat Nasional, 2005).
2.3. Konsep Pengetahuan
2.3.1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
pancaindra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo,
2005).
2.3.2. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yakni:
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
Universitas Sumatera Utara
kembali (recaal) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu, “tahu” ini merupakan
tingkat penetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang
tahu tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan,
mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya.
2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara
benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat
menjelaskan,
menyebutkan
contoh,
menyimpulkan,
meramalkan,
dan
sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat
diartikan aplikasi atau penggunaan hokum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke
dalam kompnen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi
tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat
dilihat dari penggunaan kata-kata kerja: dapat menggambarkan (membuat
bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
5. Sintesis (syntesis)
Sintesis
merujuk
pada
suatu
kemampuan
untuk
meletakkan
atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru
dari formulasi-formulasi yang ada.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan
suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang
telah ada (Notoatmodjo, 2005).
Universitas Sumatera Utara
2.3.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
1.Pendidikan
Semakin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi
sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya
pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang
terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan.
2. Pekerjaan
Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara
mencari nafkah yang membosankan, berulang, dan banyak tantangan. Semakin
lama seseorang bekerja semakin banyak pengetahuan yang diperoleh.
3. Umur
Umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun.
Semakin bertambah umur seseorang semakin banyak pengetahuan yang di
dapat.
4. Sumber informasi
Data yang merupakan kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian
dan kesatuan nyata apa air, apa alam, apa manusia dan sebagainya
(Notoatmodjo, 2005).
2.3.4. Cara Memperoleh Pengetahuan
a. Cara tradisional untuk memperoleh pengetahuan
1. Cara coba salah (Trial dan Error)
Cara yang paling tradisional, yang pernah digunakan oleh manusia dalam
memperoleh pengetahuan adalah cara coba-salah “trial and error”. Cara ini
telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum
adanya peradaban.
2. Cara kekuasaan atau otoritas
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak sekali kebiasaan-kebiasaan dan
tradisi-tradisi yang dilakukan itu baik atau tidak. Kebiasaan-kebiasaan ini
biasanya diwariskan turun temurun dari generasi-generasi berikutnya.
Universitas Sumatera Utara
3. Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman itu adalah guru yang baik, demikianlah bunyi pepatah. Pepatah
ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber
pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan, atau
pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan
sebagai upaya memperoleh pengetahuan.
4. Melalui jalan pikiran
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berfikir
manusia pun ikut
berkembang. Dari sini
manusia telah mampu
menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuan. Dengan kata
lain,
dalam
memperoleh
kebenaran
pengetahuan
manusia
telah
menggunakan jalan pikirannya.
b. Cara moderen dalam memperoleh pengetahuan
Cara moderen dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis,
logis, dan ilmiah (Notoadmodjo, 2005).
2.4. Konsep Masyarakat
2.4.1. Pengertian Masyarakat
Dalam buku Sosiologi, Kelompok dan Masalah Sosial (Abdul Syani, 1987),
dijelaskan bahwa diduga perkataan masyarakat mendapat pengaruh dari bahasa Arab.
Dalam bahasa Arab, masyarakat asal mulanya dari kata musayarak yang kemudian
berubah menjadi musyarakat dan selanjutnya mendapatkan kesepakatan dalam bahasa
Indonesia, yaitu Masyarakat". Musyarak, artinya bersama-sama, lalu musyarakat,
artinya berkumpul bersama, hidup bersama dengan saling berhubungan dan saling
mempengaruhi. Sedangkan pemakaiannya dalam bahasa Indonesia telah disepakati
dengan sebutan Masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Soleman B. Taneko (1984), secara sosiologis masyarakat tidak dipandang
sebagai suatu kumpulan individu atau sebagai penjumlahan dari individu-individu
semata. Masyarakat merupakan suatu pergaulan hidup, oleh karena manusia itu hidup
bersama. Masyarakat merupakan suatu sistem yang terbentuk karena hubungan dari
anggotanya. Ringkasnya,masyarakat adalah suatu sistem yang terwujud dari kehidupan
bersama manusia, yang lazim disebut sebagai sistem kemasyarakatan.
2.4.2. Unsur Pembentuk Masyarakat
Menurut Soerjono Soekanto (1982), masyarakat mencakup beberapa unsur,
yaitu sebagai berikut:
a.
Manusia yang hidup bersama. Didalam ilmu sosial tak ada ukuran yang mutlak
ataupun angka yang pasti untuk menentukan beberapa jumlah manusia yang harus
ada. Akan tetapi secara teoritas, angka minimnya adalah dua orang yang
b.
Bercampur untuk waktu yang cukup lama. Kumpulan dari manusia tidaklah sama
dengan kumpulan benda-benda mati seperti umpamanya kursi, meja dan
sebagainya. Oleh karena dengan berkumpulnya manusia, maka akan timbul
manusia-manusia baru. Manusia itu juga dapat bercakap-cakap, merasa dan
mengerti; mereka juga mempunyai keinginankeinginan untuk menyampaikan
kesan-kesan atau perasaan-perasaannya. Sebagai akibat hidup bersama itu,
timbullah sistem komunikasi dan timbullah peraturan-peraturan yang mengatur
hubungan antar manusia dalam kelompok tersebut.
c.
Mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan.
d.
Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem kehidupan bersama
menimbulkan kebudayaan, oleh karena setiap anggota kelompok merasa dirinya
terikat satu dengan lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Download