BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Harmonisa Sistem tenaga listrik AC yang handal, memiliki sumber daya yang menghasilkan dan menyalurkan daya listrik hingga sampai ke pengguna dengan kondisi yang ideal, yaitu: a. Memiliki tegangan dan arus dengan bentuk gelombang sinus yang sempurna. b. Besar tegangan yang konstan. c. Besar frekuensi yang konstan pada nilai standard yang telah disepakati, yaitu pada frekuensi 50 Hz. Frekuensi tersebut dikenal sebagai frekuensi fundamental (frekuensi dasar). Gambar 2.1. memperlihatkan bagaimana timbulnya distorsi tegangan pada sumber AC sinusoidal setelah pemasangan beban non linier pada sumber tersebut. IS IL Sinusoidal Murni AC Drop Tegangan Distorsi Tegangan Distorsi Arus Beban Gambar 2.1. Tegangan dan Arus Harmonisa 6 Universita Sumatera Utara 7 Ketika beban non linear dihubungkan ke sebuah sumber tegangan sinusoidal murni, akan menghasilkan arus yang tidak murni sinusoidal. Dengan adanya gangguan pada sistem tenaga listrik menimbulkan penyimpangan bentuk tegangan dan arus sinusioidal serta kenaikan besar frekuensi pada sisi pengguna. Penyimpangan tersebut menggambarkan distorsi bentuk gelombang sinus yang sering dinyatakan sebagai distorsi harmonisa. Komponen harmonisa atau biasa disebut harmonisa pada sistem tenaga AC didefenisikan sebagai komponen sinusoidal yang sempurna dengan bentuk gelombang priodik yang memiliki frekuensi sama dengan perkalian antara bilangan bulat (integer) dan frekuensi fundamental dari sistem [9]. Hal ini dapat dinyatakan dalam Persamaan (2.1) berikut: fn= n x F ……………………………… (2.1) dimana : fn = frekuensi harmonisa ke – n, n = 2,3,4, ….. dst. Gelombang dengan frekuensi dasar pada saat n=1 tidak dianggap harmonisa, yang dianggap harmonisa adalah orde kedua hingga ke–n. n = bilangan bulat yang menunjukkan orde harmonisa atau urutan harmonisa. F = frekuensi fundamental (dasar) dengan besar standar yang telah disepakati adalah 50 Hz. Sebagai contoh, frekuensi harmonisa ke-5 dengan frekuensi dasar 50 Hz yaitu: π5 = 5 × 50 π»π§ → π5 = 250 π»π§. Gambar 2.2 memperlihatkan bentuk gelombang Sinus ideal, frekuensi 50Hz dengan nilai puncak sekitar 100 A yang diambil sebagai nilai 1 per unit. Bentuk Universita Sumatera Utara 8 gelombang lainnya masing-masing memiliki amplitude 1/7, 1/5 dan 1/3 dengan frekuensi masing-masing adalah 7, 5 dan 3 kali dari frekuensi dasar (50 Hz). 100 75 50 25 I1 I5 0 -25 I7 I3 -50 -75 -100 Gambar 2.2. Bentuk Gelombang Sinus Frekuensi 50 Hz dan Gelombang Harmonisa Pada sistem daya, komponen harmonisa memiliki besar amplitude yang berbanding terbalik dengan orde harmonisanya [9]. Gambar 2.3. [5] memperlihatkan gelombang distorsi diuraikan menjadi gelombang sinus yang sempurna dengan frekuensi masing-masing yang merupakan kelipatan dari frekuensi dasar (frekuensi h=1). Secara matematis dijelaskan dengan persamaan Deret Fourier pada Persamaan (2.2). π π‘ = π0 + ∞ π=1 ππ cos 2πππ‘ π + ππ sin 2πππ‘ π ……… (2.2) Persamaan (2.2) membentuk fungsi priodik domain frekuensi dengan priode “T”= 2π dan disederhanakan menjadi Persamaan (2.3): π π‘ = π0 + ∞ π=1 π΄π sin 2πππ‘ π + ∅π π π‘ = π π‘ + π → π π‘ = π π‘ + 2π …………………… (2.3) ………………... (2.4) Universita Sumatera Utara 9 f = 50 Hz h=1 f = 150 Hz h=3 f = 250 Hz h=5 f = 350 Hz h=7 Gelombang Harmonisa f = 450 Hz h=9 f = 550 Hz h=11 Gelombang Sinusoidal f = 650 Hz h=13 Gambar 2.3. Gelombang distorsi. Vektor harmonisa orde ke-n adalah: π΄π ∠∅π = ππ + ππ , dimana π΄π πππ ∅π juga dikenal sebagai magnitude dan sudut fasa komponen harmonisa ke-n. Dengan besar vektor: π΄π = ππ2 + ππ2 ………………………… (2.5) Dan besar sudut fasa adalah: ∅π = π‘ππ−1 ππ ππ ……………………………. (2.6) Dimana, a0 = besaran komponen DC Universita Sumatera Utara 10 π΄π dan Øn merupakan besar dan sudut fasa dari komponen harmonisa orde ke –n 2ππ = fungsi priodik dari harmonisa orde ke-n, komponen n = 1 disebut komponen fundamental. π Plot bar dari besar harmonisa dihasilkan sebagai π΄π / A1 yang disebut dengan spektrum harmonisa. Komponen deret fourier merupakan koefisien dari setiap harmonisa yang dapat dihitung dengan persamaan berikut: π0 = ππ = ππ = 2.2. 2 π 2 π π 2 π − 2 1 π π 2 π − 2 π π‘ cos( π 2 π − 2 π π‘ sin ( π π‘ ππ‘ ………………………... 2πππ‘ π 2πππ‘ π (2.7) ) ππ‘ , n = 1 βΆ ∞ ………… (2.8) ) ππ‘ , n = 1 βΆ ∞ ………… (2.9) Sumber Harmonisa Berdasarkan penggunaan beban non linier, sumber harmonisa dapat dibagi menjadi dua bagian juga [5], yaitu: a. Beban komersil 1. Sumber daya satu fasa, didominasi dengan beban konverter elektronika daya, seperti adjustabel-speed motor drives, electronic power supplies, DC motor drives, battery chargers, electronic ballasts, dan aplikasi penyearah lainnya serta penggunaan inverter. Dari antara beban tersebut, yang dominan digunakan pada gedung komersil adalah power supplies untuk peralatan elektronik satu fasa yang menghasilkan arus harmonisa terbesar. Universita Sumatera Utara 11 2. Fluorescent lamps, pilihan penerangan yang popular dalam rangka hemat energi, terutama yang menggunakan electronic ballasat. Penggunaan ballast elektronik lebih murah dibanding dengan ballast magnetik, tapi fluorescent lamps yang menggunakan ballast electronic penghasil distorsi harmonisa yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dari bentuk arus dan spektrum arus yang dihasilkan oleh fluorescent lamps yang menggunakan electronic ballasat pada Gambar 2.4 [5]. Persen harmonisa yang diijinkan ANSI C82.11-1993 dihasilkan oleh ballast adalah 10% s/d 32%. Biasanya filter pasif dapat digunakan untuk mengurangi distorsi harmonisa hingga 20%. (a) Gelombang arus yang dihasilkan fluorescent lamps 60 40 20 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000 Frekuensi (Hz) (b) Spektrum Arus Gambar 2.4. Bentuk gelombang dan spektrum arus dari fluorescent lamps Universita Sumatera Utara 12 3. Adjustabel-Speed Drives (ASDs) for HVAC dan elevators Penggunaan umum dari ASDs pada beban komersil dapat dijumpai pada motor elevator, pompa dan kipas. Sebuah ASDs terdiri dari sebuah konverter elektronika daya yang merubah tegangan dengan frekuensi dasar menjadi tegangan dan frekuensi yang dapat diubah-ubah. Perubahan besar tegangan dan frekuensi digunakan ASDs untuk mengontrol kecepatan motor agar sesuai dengan yang diharapkan. b. Beban Industri 1. Konverter daya tiga fasa. Konverter daya tiga fasa berbeda dengan sebagaian besar konverter daya satu fasa karena mereka tidak menghasilkan arus harmonik orde ketiga. Ini keuntungan besar karena arus harmonik orde ketiga adalah komponen terbesar dari harmonik. Tapi mereka masih menjadi sumber harmonik. Konverter daya tiga fasa biasanya digunakan sebagai adjustabel speed drive, baik untuk DC drive maupun AC drive. Bentuk gelombang arus pada Adjustabel-speed drives berubah untuk setiap kecepatan dan nilai torsi. Gambar 2.5. memperlihatkan dua kecepatan yang dihasilkan PWM ASDs dan dua nilai arus yang dihasilkan, dimana pada kecepatan 42% arus lebih disharmonik dari rated speed (batas kecepatan yang telah ditentukan) [5]. Universita Sumatera Utara 13 I(t) Ih Ampers Rated Speed 42% Speed Gambar 2.5. Pengaruh kecepatan yang dihasilkan dari PWM ASDs pada harmonik arus AC 2. Arcing Devices (Perangkat Busur Api) Yang termasuk dalam kategori ini yaitu busur api las, busur api pemanas, dan penerangan tipe discharging (pelepasan electron) seperti fluorescent, sodium vapor, (mercury vapor) dengan ballasts magnetik. Karateristik tegangan dan arus dari busur api listrik adalah non linear. Tegangan akan menurun diikuti dengan kenaikan arus yang dibatasi oleh impedansi dari sistem daya. Busur api listrik sebenarnya wakil terbaik dari sumber tegangan harmonik, seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.6. spektrum arus dari busur api pemanas yang dikontrol oleh SPLC (Smart Predictive Line Controller) untuk menstabilkan busur api dan mereduksi flicker pada sumber AC dari busur api pemanas [9]. Universita Sumatera Utara 14 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Gambar 2.6. Spektrum arus dari Busur Api Pemanas (Tungku Listrik). 3. Saturable Devices Peralatan yang termasuk dalam kategori ini adalah transformer dan perangkat elektromagnetik lainnya dengan inti besi, termasuk motor listrik. Untuk karakteristik arus dari transformer dapat dilihat pada Gambar 2.7. dan spektrum arus pada Gambar 2.8 [5]. I (A) Gambar 2.7. Arus dari Transformer Time (s) Universita Sumatera Utara 15 Gambar 2.8. Spektrum Arus Transformer Berdasarkan perkembangan beban non linier, sumber harmonisa dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu: a. Sumber Harmonisa Tradisional. 1. Transformer. 2. Mesin-Mesin Listrik. 3. Fluorescent Lamps. 4. Tungku Listrik. b. Sumber harmonisa masa depan, seperti peralatan elektronik yang sensitif untuk proses auto dalam industri, personal computer, dan multimedia. Generator dengan sumber energi diperbarukan juga dapat menjadi sumber harmonisa di masa depan. Universita Sumatera Utara 16 2.3. Pengaruh Distorsi Harmonisa Arus harmonisa yang dihasilkan oleh beban non linear, disuntikkan kembali ke saluran sumber daya listrik[5][9]. Arus harmonisa tersebut dapat berinteraksi dan mengganggu sejumlah peralatan sistem daya yang terpasang dalam saluran sumber daya listrik, sebagian besar yang paling dipengaruhi adalah kapasitor, transformer dan motor yang menyebabkan bertambahnya rugi-rugi, overheating, dan kelebihan beban. Arus harmonik juga dapat menyebabkan gangguan pada saluran komunikasi dan kesalahan pengukuran pada alat ukur meter daya. 2.4. Indeks Harmonisa Indeks harmonisa yang sering digunakan, yaitu: THD (Total Harmonisa Distortion), THD merupakan index penting yang digunakan secara luas untuk menggambarkan kualitas daya dalam transmisi dan sistem distribusi. THD ini menyatakan besarnya distorsi yang ditimbukan oeh semua komponen harmonisa, dan didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah rms harmonisa dengan rms frekuensi fundamental, persamaan matematika THD dinyatakan sebagai berikut: π»π»π· = 1 π π2 2 2 π π1 ……………………………… (2.10) Keterangan: THD = Total Harmonc Distortion, dengan dikali 100% dapat dinyatakan dalam %. Mn = komponen harmonisaorde n, dimana nilai n dimulai dari 2 hingga k = ∞, dan biasanya k bernilai komponen harmonisa maksimum yang diamati. M1 = komponen fundamental. Universita Sumatera Utara 17 Melalui rumus THD tersebut dapat kita hitung nilai RMS bentuk geombang yang terdistorsi, yaitu dengan persamaan sebagai berikut: π 2 π=1 ππ π ππ = π ππ = π12 + …………………………... π 2 π=2 ππ ……………………. (2.11) (2.12) Dari Persamaan (2.10) dapat kita peroleh Persamaan (2.13): π 2 π=2 ππ π1 . ππ»π· = π12 . ππ»π· 2 = π 2 π=2 ππ pada kedua sisi ditambah π12 π12 + π12 . ππ»π· 2 = π12 + π 2 π=2 ππ ………………... (2.13) Substitusi Persamaan (2.13) ke dalam Persamaan (2.12) hingga diperoleh Persamaan (2.14). π ππ = π12 + π 2 π=2 ππ = π12 + π12 . ππ»π·2 π ππ = π1 1 + ππ»π·2 …………………... (2.14) THD ini dapat dihitung untuk tiap besaran tegangan maupun arus untuk dibandingkan dengan batasan yang telah ditetapkan agar harmonisa tidak mempengaruhi kinerja peralatan listrik. Batasan THD tidak sama untuk setiap negara tergantung standar yang dipakai. THD tegangan menggambarkan distorsi harmonisa tegangan, perubahan nilai THD tegangan menunjukkan telah ada aktifitas beban non linear pada sistem. Untuk menghitung THD tegangan dengan merubah komponen harmonisa Mn menjadi Vn, dan rumusnya menjadi: Universita Sumatera Utara 18 ππ»π·π£ = 1 π π2 2 2 π π1 …………………………… (2.15) THD arus menunjukkan besar distorsi arus yang terjadi pada saluran distribusi, pengaruh THD arus yang cukup tinggi dapat menurunkan faktor daya masukan. THD arus didefinisikan sebagai perbandingan antara arus harmonisa total dengan arus fundamentalnya. ππ»π·πΌ = 2.5. 1 π πΌ2 2 2 π πΌ1 . ……………………………… (2.16) Standar Harmonisa Sistem kelistrikan dunia telah mengalami perubahan dimana untuk menjaga kualitas daya pada jaringan listrik berlebih, agar terhindar dari distorsi harmonisa yang telah ditentukan batas harmonisa yang diijinkan berada pada jaringan instalasi dan dituangkan dalam peraturan yg dikenal sebagai standar harmonisa. Dengan adanya standar harmonisa ini, memaksa perancang peralatan listrik menghasilkan peralatan dengan harmonisa yang telah ditentukan. Ada beberapa standar harmonisa, yang sering digunakan sebagai aturan untuk membatasi harmonisa yang dihasilkan beban elektronika daya satu fasa adalah: EN61000-3-2 (IEC 61000-3-2), IEC 1000-3-4 [10][11][12]. Batasan besar arus harmonisa untuk masing-masing kelas dapat dilihat pada Tabel 2.1. dan khusus kelas D pada Tabel 2.2. Universita Sumatera Utara 19 Tabel 2.1. Batas Harmonisa IEC-61000-3-2 Harmonik Kelas A Kelas B Kelas C Kelas D [n] [A] [A] [% sumber] [mA/W] Harmonisa Ganjil 3 5 7 9 11 13 15≤n≤39 2.3 1.14 0.77 0.4 0.33 0.21 0.15x15/n 3.45 1.71 1.155 0.6 0.495 0.315 0.225x15/n Harmonisa Genap 30 x λ 10 7 5 3 3 3 3.4 1.9 1.0 0.5 0.35 3.85/13 3.85/n 2 4 6 8≤n≤40 1.08 0.43 0.3 0.23 x 8/n 1.62 0.645 0.45 0.345 x 8/n 2 - - Tabel 2.2. Batas Harmonisa perangkat Class D berdasarkan Standar EN-61000-3-2 Harmonik order n 3 75 W < P < 600 W Maximum permissible Harmonik current [mA/W] 3.4 P > 600 W Maximum permissible Harmonik current [A] 2.3 5 1.9 1.14 7 1.0 0.77 9 0.5 0.4 11 0.35 0.33 13 0.296 0.21 15≤n≤39 3.85/n 2.25/n Standar EN-61000-3-2 atau IEC61000-3-2 mengklasifikasikan nilai harmonisa untuk setiap beban elektronika daya menjadi empat kelas, yaitu: Universita Sumatera Utara 20 a. kelas A: peralatan 3 fasa setimbang, dan semua peralatan lainnya kecuali yang telah ditentukan pada klas yang berikutnya. b. kelas B: peralatan portabel, seperti mesin las, batasan arus harmonisa merupakan harga absolute maksimum dengan waktu kerja singkat. c. kelas C: peralatan penerangan dengan daya aktif input > 25 Watt. d. kelas D: 1 fasa dengan daya < 600 W, personal computer, PC Monitor, dan TV receiver. 2.6. Penyearah Satu Fasa Full bridge Pada bagian ini membahas tori tentang penyearah satu fasa full bridge mulai dari spesifikasi ideal dari suatu penyearah dan pengaruh pemasangan kapasitor perata, beban R dan beban RL pada sisi output terhadap arus input dari penyearah tersebut. a. Penyearah ideal Sistem penyearah ideal merupakan tujuan dari sistem penyearah real dan akan menjadi dasar pembanding dalam pembuat penyearah real. Penyearah memiliki dua sisi, yaitu sisi input daya AC dan sisi output daya DC [13][14]. Sumber daya AC diasumsikan sebagai sumber tegangan sinus ideal untuk penyearah ideal dengan loss yang sangat kecil. Seluruh daya AC pada sisi input diubah menjadi daya DC pada sisi output. Karateristik penyearah Ideal [2][15] adalah: π ππ 1. Efeciency π = 2. Nilai efektif dari RMS komponen AC pada tegangan keluaran. 3. πππ = πππ = 100%. 2 − π 2 = 0 π£πππ‘. ππππ ππ Universita Sumatera Utara 21 πππ 4. Ripple Faktor ideal, (mengukur kandungan ripple), π πΉ = 5. TUF (Transformer utilization faktor), πππΉ = 6. HF (Harmonisa Faktor) = THD (Total Harmonisa Distortion) = 0. 7. Power Faktor (PF) juga dikenal dengan Displacement Power Faktor (DPF) =1. π ππ ππ πΌπ πππ = 0. = 1. b. Penyearah satu fasa full bridge beban resistif [15,16] Gambar 2.9 merupakan rangkaian penyearah satu fasa full bridge, pada rangkaian penyearah tersebut terdapat dua siklus sinyal dari sinyal input AC. Kedua siklus tersebut adalah: 1. Siklus positif (0 s/d π), D1 dan D3 mendapat bias maju sedangkan D2 dan D mendapat bias mundur, sehingga arus mengalir melalui D1, R dan D3. 2. Siklus negatif (π s/d 2π), D1 dan D3 mendapat bias mundur sedangkan D2 dan D4 mendapat bias maju, sehingga arus mengalir melalui D2, R dan D4, dimana π= T/2. D4 D1 AC D3 D2 R Gambar 2.9 Rangkaian Penyearah satu fasa full bridge. Bentuk gelombang tegangan input dan output dari penyearah diperlihatkan pada Gambar 2.10. Universita Sumatera Utara 22 Keterangan dari Gambar 2.10 adalah: 1. Gelombang input: gelombang AC,ππ = ππ sin ππ‘, Gambar 2.10 a. 2. Gambar 2.10.a. gambar gelombang output dari penyearah satu fasa full bridge. Gelombang tegangan output terdiri dari tiga komponen, yaitu: komponen gelombang DC, komponen gelombang AC dan harmonisa tegangan output. ππ = ππ sin ππ‘ (a) VOut (t) (b) Gambar 2.10. Sinyal pada penyearah satu fasa full bridge (a) sinyal tegangan input (b) sinyal arus output Besarnya nilai dari tegangan output berdasarkan nilai komponen: Universita Sumatera Utara 23 1. Nilai komponen gelombang DC yang dihasilkan oleh penyearah full bridge adalah: π π£π 0 π 1 πππ = Nilaiπ£π = ππ sin ππ‘ ππ‘ π‘ ππ‘ ………………………... (2.17) untuk 0<t<T/2 dan T/2<t<T. Oleh karena itu nilai rata-rata tegangan keluaran (tegangan beban) adalah: πππ πππ 2ππ = π πππ = − ππ sin ππ‘ ππ‘ 0 π/2 sin ππ‘ ππ‘ 0 ππ’ ππ’ = π → ππ‘ = ππ‘ π π’ = ππ‘ → πππ π/2 1 = 2π₯ π 2ππ = π π/2 sin π’ 0 2ππ cos ππ‘ ππ π 0 2 ππ’ π → πππ = − π = 2ππ → π = πππ = − πππ = − 2ππ 2π 2ππ ππ 2ππ cos 2πππ‘ ππ π 0 2 1 π cos 2πππ/2 − cos 0 −2 → πππ = 2ππ π = 0,6366ππ ………… (2.18) Gambar 2.10.b nilai rata-rata arus keluaran (arus beban) adalah: πΌππ = πππ π → πΌππ = 0,6366 ππ π …………………… (2.19) Daya keluaran DC adalah: Universita Sumatera Utara 24 πππ = πππ πΌππ ……………………………. 2. (2.20) Nilai tegangan komponen gelombang AC yang dihasilkan adalah : Nilai root mean square (rms), Tegangan RMS :ππππ = π 2 π£ π 0 π 1 1 π‘ ππ‘ 2 Gelombang output penyearah gelombang penuh memiliki priode T =2π. π£π = ππ sin ππ‘ ππ‘ untuk 0 < t < T/2 dan T/2 < t < T. π 2 π£ π 0 π 1 ππππ = π 1 ∴ ππππ = 2 π ππππ = misalkan π’ = ππ‘ → 0 1 2 π‘ ππ‘ 1 2 ππ sin ππ‘ 2ππ2 π π 0 2 ππ‘ 1 2 sin ππ‘ 2 ππ‘ ππ’ π ππππ = 2ππ2 ππ π ………….… (2.21) ke dalam Persamaan (2.21) 1 2 2 sin π’ 2 ππ’ 0 π 2ππ2 1 1 − cos 2π’ → ππππ = 2 2ππ ππππ 2 ππ’ ππ’ = π → ππ‘ = ππ‘ π Substitusi π’ = ππ‘ πππ ππ‘ = ∴ π ππ2 π’ = 2 2ππ2 sin 2ππ‘ = ππ‘ − 2ππ 2 1 2 2 1 − πππ 2π’ ππ’ 0 π 1 2 2 0 Universita Sumatera Utara 25 ππππ 2ππ2 = 2.2πππ ππππ 1 π π sin 2.2ππ 2 sin 2.2ππ. 0 2ππ − − 2ππ. 0 − 2 2 2 2ππ2 = 4π 1 sin 2π sin 0 π− − 0− 2 2 ππππ = ππ 2 2 2 = 0,707 ππ ……………………… (2.22) Arus RMS: πΌπππ = ππππ π ……………………………... (2.23) Daya keluaran AC penyearah: πππ = ππππ . πΌπππ = 0,0707 ππ 2 π ………………….. (2.24) Nilai effectif rms tegangan keluaran penyearah, πππ besarnya adalah: 2 − π2 → π = ππππ ππ ππ πππ = πππ = ππ 2 π 2 ππ2 − 8ππ2 ππ → π = ππ 2π 2 π 2 − 2ππ π 2 π2 − 8 2 πππ = 0,3078 ππ ………………………… 3. (2.25) Harmonisa Tegangan output. Priode T = 2π ………………………….. (2.26) Dimana f(t) = Vout = Vm sin ωt untuk 0 s.d π dan Vout = Vm sin ωt untuk π s.d 2π ……………….. (2.27) π π‘ = π π‘ + π → π π‘ = π π‘ + 2π ……………… (2.28) Universita Sumatera Utara 26 ∞ π =1(ππ π π‘ = π0 + π0 = 1 2π ππ 2π 0 Substitusi π = 2π π cos 2πππ‘ π 2πππ‘ π + ππ sin sin ππ‘ π π‘ → π0 = 2 × 1 π π 2π 0 π ) sin ππ‘ π π‘ (2.29) ke Persamaan (2.29) diatas. π0 = 2ππ 2ππ − cos 2π π π‘ π ……………………….. 0 (2.30) Substitusi T=2π ke dalam Persamaan (2.30) π0 = π0 = ππ = 2 π ππ π 2ππ − cos π‘ 2ππ π 0 − cos π + cos 0 → π0 = π 2 π π‘ cos( π 2πππ‘ ) ππ‘ , π 2ππ π ……………… (2.31) n =1 βΆ∞ −2 2 ππ = 2π 2π 0 2πππ‘ 2 ππ sin ππ‘ cos( ) ππ‘ → ππ = 2π π π ππ sin π‘ . cos ππ‘ ππ‘ 0 ∴ 2 sin π΄ πΆππ π΅ = sin π΄ + π΅ + sin(π΄ − π΅) 2ππ ππ = π ππ = ππ π π 0 π 0 1 sin π‘ + ππ‘ + sin π‘ − ππ‘ ππ‘ 2 sin π‘ + ππ‘ ππ‘ + Misal: x = t + nt → ππ₯ Misal: y = t – nt → ππ¦ ππ‘ ππ‘ π 0 sin π‘ − ππ‘ ππ‘ ……… = π + 1 → ππ‘ = = 1 − π → ππ‘ = (2.32) ππ₯ π +1 ππ¦ 1−π Substitusi nilai dt ke Persamaan (2.32) untuk memperoleh Persamaan (2.33) ππ ππ = π π 0 sin π₯ ππ₯ + 1+π π 0 sin π¦ ππ¦ ππ cos π₯ cos π¦ → ππ = − − 1−π π 1+π 1−π π 0 Universita Sumatera Utara 27 π ππ cos π‘ + ππ‘ cos π‘ − ππ‘ ππ = − − π 1+π 1−π ππ = 0 ππ cos 1 + π π − 1 cos 1 − π π − 1 − − π 1+π 1−π ππ = ππ = ππ π 1 + cos ππ 1 + cos ππ − π−1 π+1 ππ −2 1+cos ππ π π 2 2 π ππ = → ππ = π 2 −1 π π‘ sin ( π 2 −2ππ 1+cos ππ π π 2 −1 2πππ‘ ) ππ‘ , π , π ≠ 1 …… (2.33) n =1 βΆ∞ − 2 ππ = 2π 2π 0 2 2ππ‘ 2πππ‘ sin sin ( ) ππ‘ → ππ = π 2π 2π π sin π‘ sin ππ‘ ππ‘ 0 ∴ 2 sin π΄ sin π΅ = cos π΄ − π΅ − cos(π΄ + π΅) 2 ππ = π π 0 1 sin π‘ sin ππ‘ ππ‘ → ππ = π 1 ππ = π 0 Misal : y = t – nt → ππ¦ 0 0 cos π‘ − ππ‘ − cos π‘ + ππ‘ ππ‘ ππ₯ π cos π‘ − ππ‘ − cos π‘ + ππ‘ ππ‘ π Misal : x = t + nt → 1 ππ = π π ππ‘ ππ‘ ππ₯ = π + 1 → ππ‘ = π+1 = 1 − π → ππ‘ = ππ¦ 1−π 1 1 (cosβ‘π¦ ππ¦) − cos π₯ ππ₯ 1−n 1+n ππ = 1 sin π‘−ππ‘ π 1−π − sin π‘+ππ‘ π 1+π 0 = 0 ……………….. (2.34) Universita Sumatera Utara 28 Dengan demikian persamaan untuk Vout adalah: ∞ π π‘ = π0 + 2πππ‘ 2πππ‘ + ππ sin ) π π (ππ cos π=1 πππ’π‘ = 2ππ π πππ’π‘ = − 2ππ 2ππ − π 1+cos ππ ∞ π=2 π 2 −1 π 4ππ cos 2ππ‘ π 22 −1 ππ ππ = ππ»π· = π»πΉ = + cos 2πππ‘ cos 4ππ‘ π cos 6ππ‘ (2.35) + β― …….. (2.36) π12 + π22 + π32 + β― ππ2 ………………… (2.37) 4 2 −1 π22 +π32 +β―ππ2 π1 + , π = 2,4,6,8,.. 62 −1 → ππ»π· = 2 ππ ππ −π12 π1 …….. (2.38) Catatan: Melalui Persamaan (2.38), dapat dilihat bahwa output penyearah satu fasa full bridge mengandung harmonisa genap dan harmonisa kedua lebih dominan dengan frekuensi 100 Hz. c. Penyearah satu fasa full bridge dengan tapis kapasitor [16] 1. Kerja penyearah satu fasa full bridge dengan kapasitor perata. Penyearah dengan kapasitor perata seperti pada Gambar 2.11 dikenal juga dengan penyearah pasif, dimana rangkaian penyearah hanya terdiri atas komponen pasif kapasitor dan dioda. Kapasitor perata sebenarnya lebih menghasilkan masalah daripada solusi, karena pada arus input dari filter banyak mengandung harmonisa. Pada masa lalu, penggunaan kapasitor perata pada penyearah satu fasa full bridge dibenarkan dalam perangkat yang beroperasi di kisaran daya rendah (sekitar beberapa ratus watt), karena jumlah perangkat tersebut tidak besar. Beberapa tahun terakhir, Universita Sumatera Utara 29 penggunaan kapasitor perata pada penyearah satu fasa full bridge dalam peralatan elektronik semakin berkembang dan beroperasi pada saluran listrik yang sama dan secara bersamaan. Oeh karena itu perlu dipertimbangkan kandungan harmonisa yang ditimbulkan pada arus input penyearah, bahkan untuk penggunaan perangkat dengan daya rendah. D4 D1 AC D3 D2 C1 R Gambar 2.11.Rangkaian Penyearah satu fasa full bridge dengan kapasitor perata. Dari Gambar 2.12 dapat dilihat perubahan yang terjadi pada sinyal keluaran setelah kapasitor, adapun yang terjadi pada penyearah jembatan gelombang penuh awalnya kapasitor tidak bermuatan, pengisian kapasitor (energized) pada 0 s/d t2 (ππ‘ = π/2) hingga mencapai Vm kemudian ketika tegangan sumber mulai turun, kapasitor melepas muatan (discharge) ke beban R dan saat bersamaan dioda D1 dan D3 juga off. Pada saat t2 s/d t3 semua dioda menjadi off. Pada waktu t3 s/d t4 D2 dan D4 on dan kembali kapasitor diberikan muatan hingga mencapai Vmpada t4 (ππ‘ = 3 2 π) dan setelah itu kembali kapasitor melepas muatannya ke beban R. Universita Sumatera Utara 30 Vm p 2p Vm DVR Gambar 2.12 Bentuk gelombang penyearah (a) Sinyal masukan tegangan penyearah (b) Sinyal keluaran sebelum kapasitor (c) sinyal keluaran setelah kapasitor. 2. Menentukan nilai kapasitas kapasitor perata. Proses pengisian dan pengosongan kapasitor pada penyearah jembatan gelombang penuh diatas sangat bergantung kepada besarnya nilai resistor dari beban dan kapasitansi kapasitor yang terpasang pada rangkaian. Tegangan charging kapasitor pada t1-t2: π‘ πππππππππ = ππ sin ππ‘ ≈ ππ 1 − π −π πΆ …………… (2.39) Tegangan discharging kapasitor pada t2-t3: Universita Sumatera Utara 31 π‘ ππππ π πππππ = ππ π −π πΆ ……………………… (2.40) βVR dikenal sebagai tegangan ripple atau komponen sinyal AC yang effective, besar ripple βVR dapat dihitung dengan estimasi Deret Taylor untuk tegangan kapasitor saat discharge (Vout R minimal setelah pengosongan kapasitor). Deret Taylor, untuk π₯ βͺ 1 → π −π₯ ≈ 1 − π₯. Bila nilai t (t3-t2) jauh lebih kecil dari RC maka nilai t/RC jauh lebih kecil dari 1 dan nilai Vdischarge menjadi: π‘ ππππ π πππππ = ππ 1 − π πΆ …………………… (2.41) Bila besar t = t3 –t2 ≈ T/2 maka: ππππ π πππππ = ππ 1 − 1 π → ππππ π πππππ = ππ 1 − 2π πΆ 2ππ πΆ 1 ππππ π πππππ = ππ 1 − 2ππ πΆ ………………… (2.42) Besarnya βππ adalah: βππ = ππ − ππππ π πππππ → βππ = ππ − ππ 1 − βππ = ππ 2ππ πΆ → βππ = ππ 2ππ πΆ 1 2ππ πΆ …………………… (2.43) Besarnya tegangan DC pada penyearah satu fasa full bridge dengan menggunakan tapis kapasitor sebesar tegangan rata-rata pada beban, yaitu: πππ = πππ£πππππ = ππ − βππ 2 1 πππ = ππ 1 − 4ππ πΆ π£πππ‘ ……………… ππππ = πππ = βππ 2 2 → πππ = ππ 4 2 π.π .πΆ …………. (2.44) (2.45) Universita Sumatera Utara 32 ππ πππ 4 2 π.π .πΆ π πΉ = → π πΉ = 1 πππ ππ 1 − 4ππ πΆ π πΉ = 1 2 4π.π .πΆ−1 ………… (2.46) Nilai C yang digunakan dapat ditentukan dengan terlebih dahulu menentukan besar RF yang diharapkan dari penyearah dan besar R yang digunakan. 2 4π. π . πΆ − 1 = 2 4π. π . πΆ = πΆ= πΆ= 1 → 2 4π. π . πΆ − π πΉ 1 + 2 →πΆ= π πΉ 1 π πΉ. 2 4π. π 1 4π.π 1+ + 1 π πΉ. 2 1 + π πΉ 2= 1 π πΉ 2 2 4π.π 2 2 4π. π πππππ ………………… (2.47) 3. Hubungan kapasitas kapasitor perata dengan harmonisa pada penyearah satu fasa full bridge. Pada rangakaian penyearah satu fasa full bridge, besar ripple berbanding terbalik dengan harmonisa yang ditimbulkan pada saluran daya input. Bila ripple yang dihasilkan rendah dengan pemakaian kapasitas kapasitor yang tinggi akan menghasilkan kandungan harmonisa yang tinggi pada arus input. Hal ini dapat kita lihat pada Gambar 2.13, 2.14 dan 2.15, hasil simulasi penyearah satu fasa full bridge dengan menggunakan dua buah nilai kapasitas kapasitor yang berbeda dan daya beban konstan [17]. Universita Sumatera Utara 33 Gambar 2.13 Simulasi teganan input dan gelombang arus input dari penyearah satu fasa full bridge dengan kapasitas kapasitor perata CO = 68 µF dan CO = 470 µF. Gambar 2.14 bentuk gelombang tegangan yang dihasilkan oleh kapasitor perata. Universita Sumatera Utara 34 (a) (b) Gambar 2.15 Spektrum arus pada saluran daya input penyearah satu fasa full bridge dengan nilai kapasitas kapasitor perata CO = 68 µF dan CO = 470 µF. e. Rangkaian full bridge dengan beban RL seri Pada Gambar 2.16.a. menunjukkan adanya beban motor DC dengan beban induktif yang sangat tinggi dan bekerja seperti sebuah filter dalam mengurangi arus ripple dari beban. Universita Sumatera Utara 35 D4 D1 D3 D2 AC L R Gambar 2.16 (a).Penyearah satu fasa full bridge dengan beban RL Seri (b). Bentuk gelombang tegangan dan arus Dari bentuk gelombang tegangan dan arus pada Gambar 2.16.b, dengan deret fourier persamaan arus input adalah: ∞ π=1,3,… ππ π‘ = πΌπ·πΆ + ππ cos πππ‘ + ππ sin πππ‘ ……... (2.48) π ππ‘ = 0 ………... (2.49) dimana πΌπ·πΆ = 2π ππ 2π 0 1 π‘ π ππ‘ = 1 ππ = π ∴ ππ = 2π ππ π‘ cos πππ‘ π ππ‘ 0 π πΌπ 0 π 2 1 ππ = π 2π πΌπ 2π 0 1 cos πππ‘ π ππ‘ = 0 ……………… (2.50) 2π ππ π‘ sin πππ‘ π ππ‘ 0 Universita Sumatera Utara 36 ∴ ππ = π πΌ π 0 π 2 sin πππ‘ π ππ‘ = 4 πΌπ ππ ……………. (2.51) Substitusi Persamaan (2.50) dan Persamaan (2.51) ke dalam Persaman (2.48), untuk menghasilkan nilai arus input. ππ π‘ = 4 πΌπ sin πππ‘ ∞ π=1,3,5,.. π π …………………….. (2.52) = 0,9 πΌπ ………………………… (2.53) Nilai RMS arus input, komponen fundamental adalah: 4πΌπ πΌπ 1 = π 2 Nilai RMS arus input adalah: 4πΌπ πΌπ = π ππ»π· = πΌπ πΌπ 1 2 1 2 ∞ π=1,3,5,… π 1 2 2 − 1 1 πΌπ 0,9 πΌπ = 2 = πΌπ …………………. 1 2 − 1 (2.54) 2 = 0,4843 THD = 48,43% …………………………. (2.55) π merupakan displacement angle yang dibentuk antara komponen fundamental arus input dan tegangan. π = 0, DF = Cos π = 1 dan faktor daya besarnya adalah: ππ = πΌπ 1 πΌπ cos π = 0,9 πΌπ πΌπ = 0,9 (πππππππ) ……………. (2.56) Berdasarkan beban yang diterapkan pada output penyearah satu fasa full bridge baik adanya kapasitor perata maupun pemasangan beban RL Seri akan menghasilkan harmonisa pada sisi input. Dengan terjadinya distorsi harmonisa pada gelombang input maka diperlukan filter harmonisa untuk mereduksi harmonisa yang terjadi agar tidak mengganggu kualitas daya listrik input. Universita Sumatera Utara 37 2.7. Resonansi Pada rangkaian listrik, resonansi terjadi bila rangkaian mengandung L dan C, dimana besar reaktansi XL = XC [18]. ππΏ = ππΆ → ππΏ = 1 ππΆ ………………….. (2.57) Frekuensi resonansi besarnya dapat ditentukan berdasarkan Persamaan (2.58) berikut: 1 2πππΏ = 2πππΆ →π= 1 2π πΏπΆ …………….. (2.58) Harmonisa pada frekuensi resonansi dibagi menjadi dua bagian, yaitu: a. Resonansi Seri Resonansi Seri untuk rangkaian RLC, dimana ketiga komponen terpasang seri. Impedansi seri adalah: ππ‘ππ‘ππ = π + πππΏ + 1 πππΆ → ππ‘ππ‘ππ = π + π ππΏ + 1 ………. (2.59) ………………….. (2.60) ππΆ Pada saat resonansi: ππΏ = 1 1 → π2 = ππΆ πΏπΆ Frekuensi resonansi seri adalah: π= 1 πΏπΆ →π= 1 2π πΏπΆ b. Resonansi Paralel, Resonansi paralel pada rangkaian RLC, dimana ketiga komponen R,L dan C terpasang shunt pada jaringan. Impedansi paralel adalah: Universita Sumatera Utara 38 1 ππ‘ππ‘ππ ππ‘ππ‘ππ = 1 π = ππ‘ππ‘ππ = 1 1 1 + + π ππΆ ππΏ 1 + πππΆ + πππΏ → ππ‘ππ‘ππ = 1 π 1 + π ππΆ + ππΏ …….. (2,61) ……………………... (2.62) Frekuanesi pada saat resonansi: 1 ππΆ = ππΏ → π = 1 2π πΏπΆ Pada saat resonansi paralel, arus pada rangkaian minimum dan tegangannya akan maksimum. 2.8. Faktor Daya a. Faktor daya dalam sistem daya dengan harmonisa Konsep faktor daya berasal dari kebutuhan akan efisiensi beban menggunakan arus yang ditarik dari sistem listrik AC [19]. Bila beban induktif yang dipasang pada sistem listrik AC seperti pada Gambar 2.17. I rms R ` AC Motor Load (Linear) Vsin ωt Gambar 2.17.Sistem Daya dengan Beban RL Seri. Nilai tegangan dan arus beban pada frekuensi dasar adalah: π£ π‘ = πππππ sin ππ π‘ + πΏ1 ………………….. (2.63) π π‘ = πΌππππ sin ππ π‘ + π1 …………………… (2.64) Universita Sumatera Utara 39 True Power Faktorbeban dinyatakan pada Persamaan (2.65) ππππ‘π −πππ‘π ππππ πΌπππ πππ‘ππ’π = …………………………. (2.65) Untuk sinus murni, True Power Faktor menjadi: πππ‘ππ’π = πππππ πππππππππ‘ = πππππ πππππππππ‘ = π πππ₯ πΌ ππππ cos πΏ 1 −π1 2 2 π πππ₯ πΌ ππππ 2 2 π πππ₯ πΌ ππππ cos πΏ 1 −π1 2 2 2 π +π2 → πππππ π = cos πΏ1 − π1 …. (2.66) Bila ∅ = πΏ1 − π1 maka Displacement Power Faktor menjadi Persamaan (2.67) πππππ π = cos ∅ ………………………….. (2.67) Sistem daya yang mengandung beban non linear didalamnya, pada dasarnya memiliki dua faktor daya, yaitu faktor daya komponen fundamental dan faktor daya komponen harmonisa. Perhitungan daya beban didapat dengan persamaan berikut: 1. Daya nyata π πππ΄ = atauπ πππ΄ = π2 + π 2 + π· 2 = ∞ π=1 ππ πππ ππ 2 + πππ΄π 2 + πππ΄ππ»2 . πΌπ πππ = π1πππ . πΌ1πππ . 1 + ππ»π·π2 . 1 + ππ»π·πΌ2 π πππ΄ = π1 . 1 + ππ»π·π2 . 1 + ππ»π·πΌ2 …………… (2.68) 2. Daya aktif, daya yang dipakai untuk melakukan energi sebenarnya, satuannya adalah watt ππππ‘π −πππ‘π = ∞ π=1 πππππ . πΌππππ cos ∅π = π1 + ∞ π=2 ππ ….. (2.69) 3. Daya reaktif, daya yang diperlukan untuk pembentukan medan magnet, satuannya Var π= ∞ π=1 ππ πππ . πΌπ πππ ∞ π=2 ππ ………….. (2.70) π 2 − (π2 + π 2 )…………………………. (2.71) . sin ∅π = π1 + 4. Faktor Distorsi π·= Universita Sumatera Utara 40 5. Faktor Daya πΆππ ∅ = Keterangan: π π = π π1 . 1+ ππ»π·π2 . 1+ππ»π·πΌ2 = cos ∅πππ π . cos ∅πππ π‘ ... (2.72) Øh = sudut fasa antara tegangan dan arus harmonisa individu. P0 = Komponen DC dari daya aktif. Beban resistif memiliki faktor daya = 1 Beban induktif memiliki faktor daya lagging (tertinggal) Beban kapasitif memiliki faktor daya leading Faktor daya minimal 0,85. b. Perhitungan Perbaikan Faktor Daya [20][21] Dari Gambar 2.18 dapat diketahui: 1. Daya reaktif awal dengan faktor daya awal (total dengan distorsi) : Q1, P1 dan Ø1 2. Daya reaktif dengan faktor daya telah diperbaiki (total dengan penguranan distorsi) : Q2, P2, dan Ø2. 3. βπ = π1 − π2 → βπ = π tan ∅1 − tan ∅2 ……………… 4. Nilai kapasitor yang dipasang adalah 5. ππΆ = 6. πΆ= π2 βπ βπ π π2 1 (2.73) π2 → ππΆ = βπ …………………………………………………………… (2.74) Universita Sumatera Utara 41 P S1 Ø2 Ø1 S2 Q2 βQ Q1 Gambar 2.18. Diagram Phasor Faktor Daya Lagging 2.9. Filter Harmonisa Pada dunia listrik, filter adalah rangkaian yang digunakan untuk mengalirkan frekuensi yang diinginkan dan menahan atau menghilangkan frekuensi yang tidak diinginkan. Filter harmonisa berguna untuk meredam frekuensi harmonisa yang timbul pada jaringan listrik akibat penempatan beban non linier pada jaringan tersebut hingga batas yang telah ditentukan [21][22][23][24]. Pada frekuensi fundamental filter dapat mengkompensasi daya reaktif dan memperbaiki faktor daya sistem. Kemampuan filter dalam meredam dinyatakan dalam % peredaman, dimana besarnya dapat dihitung berdasarkan rumus berikut: % πππππππππ = ππ»π· π πππππ’π −ππ»π· π ππ π’ππ π ππ»π·π πππππ’π Ρ 100% ………….. (2.75) Universita Sumatera Utara 42 Dari segi jenis kerjanya, ada dua jenis filter yang dapat digunakan untuk mereduksi harmonisa pada penyearah, yaitu: a. Filter pasif: Filter yang siap memfilter frekuensi tertentu dengan menggunakan variasi komponen R, L dan C pada rangkaian. Dari segi harga lebih ekonomis dari filter aktif. b. Filter aktif: Filter yang menggunakan teknik elktronika daya yang canggih, filter ini dapat bekerja secara independent dari karateristik impedansi sistem. Dapat bekerja pada konsdisi yang sulit dengan meredam lebih dari satu frekuesi pada sebuah waktu dan mengatasi permasalahan kualitas daya lainnya, seperti flicker sekaligus. Dan dari segi penempatan filter terdapat dua posisi penempatan filter, yaitu pada posisi masukan (sumber AC) dan pada posisi keluaran (tegangan DC). Dari segi fungsinya, filter dapat dibedakan menjadi empat jenis filter, yaitu: a. Low pass filter (LPF), filter yang melewatkan frekuensi rendah, dengan memperlemah tegangan pada frekuensi diatas frekuensi rendah yang diijinkan seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.19. Penguatan terjadi jika Vout >Vin dan dB = + dan Pelemahan terjadi jika Vout <Vin dan dB = - . Cut off frekeunsi merupakan frekuensi pancung, peralihan antara pass band dan stop band, posisinya 3db dibawah penguatan maksimum. Universita Sumatera Utara 43 Roll off adalah pelemahan yang terjadi akibat naik atau turunnya frekuensi. Dalam grafik terlihat pada kemiringan garis setelah cut off yaitu pada daerah stop band. Satuan Roll off yang digunakan pada umumnya terdiri dari dua bagian, yaitu: 1. Octave: luang antara dua frekuensi dengan perbandingan 2:1, 1 oktave ke atas berarti melipat duakan frekuansi dan 1 oktave ke bawah berarti membagi frekuensi dengan 2. 2. Dekade: dalam hal ini adalah luang antara dua frekuensi yang memiliki perbandingan 10:1 Gambar 2.19 Grafik cut off frequency low pass filter Amplitude respon = 20 log10 πππ’π‘ πππ dB (deci Bell) Universita Sumatera Utara 44 Order dari suatu filter menyatakan tingkatan dari Roll off dari filter tersebut, biasanya ada tiga orde (tingkatan) dari roll off suatu filter, yaitu: 1. Orde I (1st order) : roll off = -6dB/oktaf atau -20dB/dekade. 2. Orde II (2nd order) : roll off = -12dB/oktaf atau -40dB/dekade. 3. Orde III (3rd order) : roll off = -18 dB/oktaf atau -60cB/dekade. b. High Pass Filter (HPF), Kerja filter ini kebalikan dari low pass filter. Filter ini melewatkan frekuensi tinggi dan menahan atau meredam frekuensi rendah, Gambar 2.20. 75 Hz Frekuensi (Hz) Gambar 2.20. Grafik 75 Hz high pass filter. c. Band PassFilter (BPF), filter yang melewatkan frekuensi dengan band (range) tertentu dan tidak melewatkan arus dengan frekuensi diluar batas frekuensi yang telah diset, Gambar 2.21. Universita Sumatera Utara 45 Gambar 2.21. Grafik band pass filter Keterangan: fL : Low frequency, frekuensi rendah, cut off frekuensi rendah. fH : Upper frequency, frekuensi atas, cut off frekuensi tinggi. fO : Centre frequency, frekuensi tengah, titik munculnya penguatan tegangan maksimum. B : Bandwidth, lebar pita, dimana besarnya adalah π΅ = ππ» − ππΏ . fo sebenarnya bukan frekuensi tengah (centre frecuency), hanya terlihat di tengah karena grafik digambar dengan skala log. Karena besar fo adalah rata-rata geometrik yang dapat ditulis dengan persamaan berikut: ππ = ππ» . ππΏ ππΏ = 1 2 ……………………… −π΅+ π΅ 2 +4ππ2 2 1 (2.76) 2 ………………… ππ» = ππΏ + π΅ ……………………………… (2.77) (2.78) Universita Sumatera Utara 46 Faktor kualitas Q memperlihatkan hubungan f O dan B, dimana Q adalah: π= ππ π΅ 1 →π= π π» .ππΏ 2 π π» − ππΏ ……………………... (2.79) Nilai Q merupakan indeks ketajaman lengkungan tanggap amplitude dan frekuensi tengah. Penyempitan lebar pita meningkatkan nilai Q. d. filter band stop/band rejection filter/band eliminasi filter/notch filter, Kerja filter kebalikan dari filter band pass dengan melewatkan satu frekuensi dan memperlemah frekuensi lainnya, Gambar 2.22. HS f (Hz) fO L f OC f OH Gambar 2.22. Grafik band stop filter Dari segi teknik penempatan filter terdapat dua jenis filter yaitu : a. Shunt Filter Filter yang terpasang paralel dengan beban non linear pada saluran. Ada dua jenis shunt filter, yaitu: Universita Sumatera Utara 47 1. Tuned Filter, dimana komponen R, L dan C terpasang seri dan dipasang secara shunt ke beban. Ada beberapa jenis dari rangkaian tuned filter seperti yang terlihat pada Gambar 2.23. R R R R L L L L C C C a. Single Tuned filter b. Two Single Tuned filter C c. Double Tuned filter Gambar 2.23 Rangkaian tuned filter 2. Damped Filter Gambar 2.24 berikut memberikan beberapa rangkaian damped filter. (a) (b) v v (c) (d) Gambar 2.24. Damped filter (a) first order (b) second order (c) third order (d) C-type. [22] b. Series Filter, Filter yang terpasang seri dengan beban non linier pada saluran. Filter ini biasa digunakan untuk memblok arus harmonisa tunggal, seperti harmonisa ke-3, dan Universita Sumatera Utara 48 digunakan khusus pada rangkaian satu fasa karena tidak bisa mengatasi permasalahan karateristik urutan nol. c. Kombinasi Shunt dan series filter Dengan kombinasi filter ini digunakan untuk mendapatkan hasil filter yang lebih baik, pada Gambar 2.25. (a) (b) (c) (d) Gambar 2.25. Filter Pasif Kombinasi shunt dan serie (a) Low Pass Filter (b) High Pass Filter (c) Band Pass Filter (d) Band EliminasiFilter 2.10. Karateristik Komponen Filter Pasif Komponen dari filter pasif yang utama [15][25] adalah: a. Kapasitor, Kapasitor dihubungkan secara seri dan/atau paralel untuk mencapai tegangan yang diinginkan dan rating kVA. Faktor utama yang dipertimbangkan pada kapasitor: suhu koefisien kapasitansi, daya reaktif, kehilangan daya, kehandalan dan biaya. Daya reaktif kapasitor tinggi bila memiliki kehilangan daya yang rendah dan dioperasikan pada tegangan tinggi. Penggunaan dengan waktu yang lama pada tegangan maksimum harus dihindari untuk mencegah kerusakan thermal dari dielectric; pada tegangan yang lebih tinggi dengan priode yang singkat juga dapat menghasilkan ionisasi destruktif dari dielektrik. Universita Sumatera Utara 49 Daya reaktif yang diperlukan dari kapasitor adalah jumlah daya reaktif dari masing-masing frekuensi. Kapasitor pada rangkaian AC, Gambar 2.26. IC Vm sinωt C AC VO (a) (b) Gambar 2.26. (a) Rangkaian kapasitor (b) bentuk gelombang tegangan dan arus π = πΆ . ππ sin ππ‘ Coulumb ……………………………… π= ππ π= ππ 1 ππΆ ππ‘ →π= π πΆ.ππ sin ππ‘ ππ‘ cos ππ‘ → π = πΌπΆ = πΌπ = ππ 1 ππΆ π π‘ = πΌπ sin ππ‘ + ππΆ = 1 ππΆ → ππΆ = π 2 1 2πππΆ = ππΆ. ππ cos ππ‘ ππ 1 ππΆ → πΌπ = (2.80) ππ ππ sin ππ‘ + π 2 …………………………….. (2.81) amper ………………………… (2.82) ohm ………………………… (2.83) Sifat kapasitor lainnya adalah: 1. Nilai hambatan sangat besar untuk tegangan DC, membatasi arus DC yang mengalir pada kapasitor. 2. Nilai hambatan berubah-ubah untuk tegangan AC sesuai dengan perubahan frekuensi, nilai f berbanding terbalik dengan nilai reaktansi kapasitif. Universita Sumatera Utara 50 3. Pada tegangan AC menimbulkan pergeseran fasa, arus mendahului 90o terhadap tegangan. 4. Menyimpan energi listrik dalam bentuk medan listrik. b. Induktor Induktor pada rangkaian AC, Gambar 2.27 I Vm sinωt L AC (a) VO (b) Gambar 2.27.(a) Rangkaian L (b) bentuk gelombang tegangan dan arus Induktor adalah komponen elektronika pasif yang mampu menyimpan energi pada medan magnet yang ditimbulkan arus listrik yang melewatinya, dimana besarnya ditentukan besar induktansi (satuan Henry) yang dimiliki oleh induktor. Dalam rangkaian filter, mengingat frekuensi tinggi yang terlibat maka nilai induktor harus memperhitungkan efek kulit dan rugi-rugi histerisis. Sebagai alternatif, filter induktor lebih baik didesain tanpa inti magnetik. Kualitas filter Q pada frekuensi harmonisa yang dominan bisa dipilih antara 50 dan 150 untuk biaya yang terendah. Namun nilai Q yang rendah biasayanya digunakan dan ini diperoleh dengan pemasangan resistor seri. Rating induktor yang digunakan tergantung pada nilai arus Universita Sumatera Utara 51 r.m.s maksimum dan pada tingkat isolasi yang diperlukan untuk menahan switching surge (perpindahan gelombang). Persamaan untuk rangkaian induktor adalah: π£π = ππ sin ππ‘ ……………………………………………. π£π = πΏ ππ = ππ π(π‘) = ππ πΏ πΏ ππ ππ‘ ππ → ππ sin ππ‘ = πΏ ππ‘ ππ sin ππ‘ ππ‘ → π = πΏ sin ππ‘ ππ‘ → π = π(π‘) = (2,84) ππ sin ππ‘ ππ‘ ππ ππΏ (− cos ππ‘) π sin ππ‘ − 2 ……………………… ππΏ (2.85) ππΏ = ππΏ = 2πππΏsubstitusi ke Persamaan (2.85) di atas, maka besar i menjadi: π(π‘) = ππ ππΏ π π sin ππ‘ − 2 πΌπ = → π = πΌπ sin ππ‘ − 2 ……… ππ ……………………………. ππΏ (2.86) (2.87) c. Resistor Resistor berfungsi sebagai penghambat arus, pembagi tegangan dan pembagi arus. Nilai resistor pada filter single tuned mempengaruhi faktor kualitas Q yang digunakan untuk mengukur ketajaman dari tuning. Adapun persamaan nilai Q untuk rangkaian single tune filter adalah: π= 1 πΏ π πΆ …………………………… (2.88) Berdasarkan Persamaan (2.88), untuk nilai Q yang besar maka sebaiknya nilai R yang terpasang memiliki nilai yang tidak begitu besar. Universita Sumatera Utara 52 2.11. Perancangan Filter Pasif RLC Salah satu rangkaian RLC yang dapat digunakan adalah filter dengan teknik band pass filter [26] seperti yang diperlihatkan rangkaian Gambar 2.28. Z L C Vin R VOut Gambar 2.28. Rangkaian Band Pass Filter Passive RLC a. Persamaan band pass filter passive RLC Tegangan output, Persamaan (2.90) Vππ’π‘ = R V Z+R in ………………………... (2.89) Impedansi seri, Persamaan (2.91) π= 1 ππΆ 1 + ππΏ → π = π= 1 ππΆ + ππΆ ππΏ. 1 + ππΏ.ππΆ ππΆ ……………………………. (2.90) Impedansi total, Persamaan (2.91) 1 π + π = ππΆ + ππΏ + π → π + π = π+π = 1 π +π 2 +π πΏπΆ πΏ π πΏ π 1 + ππΏ + π × π πΏ … ππΆ → Vππ’π‘ = πΏ R 1 π +π 2 +π πΏ πΏπΆ π πΏ (2.91) Vin Universita Sumatera Utara 53 Fungsi transfer, Persamaan (2.92): πππ’π‘ π» π = πππ π πΏ 1 π π 2 + +π πΏπΆ πΏ π = …………………….. (2.92) Substitusi π = ππ ke Persamaan (2.92) π» ππ = π» ππ = πππ’π‘ πππ πππ’π‘ = π = πππ π πΏ 1 π π 2 π 2 + +ππ πΏπΆ πΏ ππ 1 −π 2 πΏπΆ π πΏ 2 ………………… (2.93) ……………………….. (2.94) + π π 2 πΏ Ketika terjadi resonansi: 1 ππ = πΏ. πΆ π» πππ = π»πππ₯ π π» πππ = ππ πΏ 1 − ππ 2 πΏπΆ 2 + ππ π 2 πΏ Nilai fungsi transfer pada saat resonansi, Persamaan (2.95): 1 π πΏπΆ πΏ 1 1 2 − + πΏπΆ πΏπΆ π» πππ = π»πππ₯ = 1 π 2 πΏπΆ πΏ = 1 ………… (2.95) Untuk rangkaian RLC seri nilai Q dapat kita peroleh melalui persamaan berikut [13]: π= ππΏ π , π’ππ‘π’π πππ πππππ π π = 1 πΏπΆ → π= 1 πΏ π πΆ ………………. (2.96) Jika rangkaian hanya memiliki L dan C akan menyebabkan terjadinya resonansi, keberadaan R pada rangkaian akan mematikan osilasi yang disebabkan Universita Sumatera Utara 54 oleh resonansi. Nilai R yang kecil, cendrung menghasilkan osilasi dan sebaliknya bila nilai R besar, osilasi cendrung diredam. Pada Persamaan (2.97) bila nilai R kecil akan menghasilkan nilai Q yang besar. Nilai Q yang tinggi berarti π mendekati πππππ . 1 Frekuensi cut off, π» πππ = 2 π»πππ₯ karena π» πππ drop pada saat 1 2 dari nilai maksimum. Berdasarkan Persamaan (2.97) nilai π»πππ₯ = 1, maka persamaan frekuensi cut off adalah: π» πππ = 1 2 π πΏ 2 ππ = 1 −π π 2 πΏπΆ 1 Kita ketahui saat resonansi ππ = + ππ π 2 πΏ ………………. dan nilai π = πΏ.πΆ 1 πΏ π πΆ . (2.97) Bila kedua persamaan kita kuadratkan maka pertama diperoleh nilai C pada Persamaan (2.98): 1 ππ 2 = πΏ.πΆ → πΆ = 1 π π2 .πΏ …………………….. (2.98) Substitusi nilai C dari Persamaan (2.98) ke Persamaan (2.99), Q yang dikuadratkan. π2 = πΏ ↔ π2 = 1 πΏ.π π2 . π 2 ππ π = πΏ πΆ.π 2 ………………………….. ππ2 πΏ2 π 2 → π2 = π πΏ (2.99) …………………………… (2.100) Substitusi Persamaan (2.100) ke Persamaan (2.97) untuk memperoleh frekuensi cut off. π» πππ = 1 = 2 π ππ π π π π π 2 −π π 2 2 + π π π π 2 Universita Sumatera Utara 55 1 2 = π 2 ππ π π π π π 2 −π π 2 2 + π π π π → ππ 2 − ππ 2 2 ππ 2 − ππ 2 2 = ππ ππ 2 π 2 ππ 2 + ππ π = 2 ππ → ππ 2 − ππ 2 = ±ππ ππ π ππ 2 π … (2.101) Dari Persamaan (2.101) diperoleh 2 persamaan, yaitu: ππ 2 − ππ 2 = ππ ππ π ππ 2 − ππ 2 = −ππ ………………………… (2.102) ππ π ………………….… (2.103) Dari Persamaan (2.102) dan Persamaan (2.103) dihasilkan empat solusi. Dari kedua persamaan tersebut solusi yang digunakan untuk menentukan frekuensi cut off diambil dari akar yang bernilai positif. Untuk Persamaan (2.102), sisi kiri dan sisi kanan dikali negatif hingga persamaan menjadi: ππΆ 2 − ππ 2 + ππ ππ 2 + ππ ππ π ππ π = 0 → ππΆ 2 + ππ − ππ 2 = 0 → ππ 2 + ππ π − ππ 2 = 0 …… 2π π π π 2π − ππ 2 = 0 …… (2.104) (2.105) Jika ππΆ + ππ 2 2π = ππΆ2 + 2π π π π 2π + π π2 4π …………….. (2.106) maka agar Persamaan (2.106) sama dengan nol dan sama dengan Persamaan (2.105), pada Persamaan (2.106) ditambahkan Persamaan (2.107) berikut: π2 −ππ2 − 4ππ ………………………….. (2.107) Persamaan (2.106) menjadi: Universita Sumatera Utara 56 ππ 2 ππΆ + 2π π2 −ππ2 − 4ππ = ππΆ2 + 2π π π π 2π π π2 + 4π π2 −ππ2 − 4ππ Persamaan (2.106) telah sama dengan Persamaan (2.105) ππ 2 ππΆ + 2π π2 ↔ ππΆ + ↔ ππΆ + ππ 2 2π = ππ2 + 2π π π π 2π −ππ2 − 4ππ = ππΆ2 + π π2 4π ππ 2 2π −ππ2 π2 −ππ2 − 4ππ = 0 → ππΆ + ππ ππ2 =± 2π + π π2 4π 1 2 ….. (2.108) Akar yang bernilai positif dari Persamaan (2.105) diperoleh nilai ππ1 , yaitu: 1 π ππ1 = − 2ππ + ππ 1 + 4π 2 ………………… (2.109) Untuk Persamaan (2.103), sisi kiri dan sisi kanan dikali negatif hingga persamaan menjadi : ππΆ 2 − ππ 2 − ππ ππ 2 − ππ ππ π ππ π = 0 → ππΆ 2 − ππ − ππ 2 = 0 → ππ 2 − ππ π − ππ 2 = 0 ……. 2π π π π 2π − ππ 2 = 0 …… (2.110) (2.111) Jika ππΆ − ππ 2 2π = ππΆ2 − 2π π π π 2π + π π2 4π ……………… (2.112) maka agar Persamaan (2.112) sama dengan nol, sama dengan Persamaan (2.111), pada Persamaan (2.112) ditambahkan juga Persamaan (2.107). Persamaan (2.112) menjadi: ππΆ − ππΆ2 − 2π π π π 2π ππ 2π π2 2 + −ππ2 − π2 ππ2 2ππ ππ ππ2 ππ2 = ππΆ2 − + + −ππ2 − 4π 2π 4π 4π + 4ππ −ππ2 − 4ππ → ππΆ2 − 2π π π π 2π − ππ2 ; sama dengan Persamaan (2.111) Universita Sumatera Utara 57 ππ 2 ππΆ − ↔ ππΆ − ππ 2 2π = ππ2 2π + π π2 4π π2 + −ππ2 − 4ππ = 0 → ππΆ − ππ =± 2π ππ2 + π π2 1 4π 2 …… (2.113) Akar yang bernilai positif dari Persamaan (2.111) diperoleh nilai ππ2 , yaitu: ππ2 = ππ 1 + ππ 1 + 4π 2 2π …………………… (2.114) Besar bandwidth dapat kita tentukan dari Persamaan (2.115) berikut: π΅ = ππ2 − ππ1 → π΅ = ππ π π = πΏ ………………… (2.115) Frekuensi centre ditentukan berdasarkan Persamaan (2.115) berikut: ππ = ππ2 . ππ1 …………………………. (2.116) Jika direncanakan frekuensi centre π0 tepat berada ditengah ππΆ1 dan ππΆ2 maka nilai ππΆ1 harus memenuhi Persamaan (2.117) dibawah ini: π0 = π πΆ1 + π πΆ2 2 ………………………….. (2.117) Substitusi Persamaan (2.117) ke Persamaan (2.116) untuk memperoleh Persamaan (2.118). π πΆ1 + π πΆ2 2 = ππΆ1 + ππΆ2 ππ2 . ππ1 → 2 π πΆ1 +π πΆ2 2 4 = ππΆ2 . ππΆ1 = 4ππΆ2 . ππΆ1 → ππΆ1 − ππΆ2 2 =0 ππΆ1 = ππΆ2 ……………………………. (2.118) Dari Persamaan (2.118) diketahui bahwa untuk mendapatkan frekuensi tengah π0 tepat berada ditengah ππΆ1 dan ππΆ2 maka nilai ππΆ1 = ππΆ2 = π0 dimana nilai B=0. Universita Sumatera Utara 58 Hal ini tidak mungkin terjadi, dan frekuensi centre π0 tidak pernah tepat ditengah ππΆ1 dan ππΆ2 . b. Langkah-langkah dalam menentukan nilai R, L dan C serta karateristik filter pasif RLC adalah: 1. Menentukan daya reaktif yang diharapkan untuk memperbaiki faktor daya dengan Persamaan (2.73). 2. Menentukan nilai kapasitor seri berdasarkan Persamaan (2.74). 3. Menentukan nilai L dengan menggunakan Persamaan (2.98). 4. Menentukan faktor Q yang diharapkan (diperkirakan). 5. Menentukan nilai R berdasarkan nilai Q yang telah ditentukan dengan Persamaan (2.96). 6. Menentukan frekuensi fundamental, f = 50 Hz. 7. Menentukan frekuensi cut off frekuensi tinggi (frekuensi harmonisa setelah frekuensi fundamental), Persamaan (2.114). 8. Menentukan frekuensi cut off frekuensi rendah dengan Persamaan (2.109). 9. Tentukan nilai B dengan Persamaan (2.115). Universita Sumatera Utara