AMDAL - sitedi uho

advertisement
Jurnal Komunikasi Pembangunan
MODEL PERENCANAAN KOMUNIKASI ANALISIS DAMPAK
LINGKUNGAN (AMDAL)
(Studi Pada Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Tenggara)
Oleh
Hasrina , Anwar Bey , dan Muh. Zein Abdullah3
1
2
1
Alumnus Program Administrasi Pembangunan/Kosentrasi Komunikasi Pembangunan
Program Pascasarjana UHO
2
Doktor dibidang Penyuluhan Pembangunan UNPAD dan Dosen pada Program Studi Komunikasi Fisip
UHO serta Program Studi Administrasi Pembangunan & Komunikasi Pembangunan Program
Pascasarjana UHO
3
Doktor dibidang Administrasi Pasca Sarjana UHO dan Dosen pada Program Studi Komunikasi Fisip UHO
serta Program Studi Administrasi Pembangunan & Komunikasi Pembangunan
Program Pascasarjana UHO
ABSTRACT
Page 1
Jurnal Komunikasi Pembangunan
1. PENDAHULUAN
Badan Lingkungan Hidup (BLH)
Provinsi Sulawesi Tenggara sebagai unit
pelaksana teknis memiliki peran penting
dalam
melakukan
perencanaan,
pengendalian, dan pengawasan pengelolaan
lingkungan hidup, pengembangan model
konservasi keanekaragaman hayati, strategi
penegakan hukum, dan pengelolaan aset
serta pengembangan instrumen ekonomi
dalam rangka pelestarian lingkungan hidup
Provinsi Sulawesi Tenggara.
Fakta yang ada di Provinsi Sulawesi
Tenggara adalah maraknya pembangunan
yang tentunya memberikan dampak positif
juga memberikan dampak negatif berupa
meningkatnya tekanan terhadap lingkungan.
Disamping itu, ketaatan pengusaha untuk
melaksanakan pengelolaan lingkungan
masih rendah.
Beberapa kasus Amdal di Sultra yang
mendapat perhatian serius, Pertama; Grand
Clarion Hotel and Convention Kendari,
yakni dibangun tanpa izin pokok sebagai
syarat utamanya yakni tanpa dokumen
Analisa Mengenai Dampak Lingkungan
(Amdal). Kedua; PT. Surya Saga Utama di
Kabupaten Bombana, telah melakukan
kegiatan (land clearing) sebelum memiliki
izin Lingkungan. Ketiga; PT. Sungai Raya
Nickel Alloy Indonesia di kabupaten
Konawe Selatan telah melakukan kegiatan
(land clearing) sebelum memiliki izin
Amdal. Keempat; PT. Kinlin Nickel
Indonesia di kabupaten Konawe, telah
melakukan kegiatan tetapi belum memiliki
izin lingkungan. Kelima; Dinas PU provinsi
Sulawesi Tenggara (Jalan Lingkar kota
Kendari) telah melakukan kegiatan (land
clearing) sebelum memiliki izin Amdal.
Realitas dari faktualisasi kasus Amdal
di Sultra, BLH Provinsi Sulawesi Tenggara
melakukan langkah-langkah strategis dalam
desain
perencanaan
komunikasinya
2
melakukan persiapan pra penerbitan izin
AMDAL dengan cara membangun tahap
koordinasi dan rujukan-rujukan arahan dan
komunikasi dalam bentuk tertulis. Disinilah
peran dan fungsi BLH Provinsi Sulawesi
Tenggara
melakukan
perencanaan
komunikasi.
Tahapan
perencanaan
komunikasi BLH tersebut terdiri dari riset,
analisis khalayak dan potret masalah, arahan
atau kebijakan komunikasi dan landasan
komunikasi, strategi komunikasi dan
evaluasi.
Mengatasi berbagai permasalahan
dalam penyusunan dokumen amdal, maka
diperlukan
kajian
mengenai
model
perencanaan komunikasi izin amdal di
Provinsi Sulawesi Tenggara.
2. METODE PENELITIAN
Lokasi Penelitian dilakukan di Kantor
Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi
Tenggara. Pemilihan lokasi diambil karena
Kantor ini telah memproses penerbitan izin
Amdal
Informan dalam penelitian ini adalah
Kepala Badan Lingkungan Hidup Provinsi
Sulawesi Tenggara, Kepala Bidang Tata
Lingkungan dan Amdal, Kepala Bidang
Pengendalian Pencemaran lingkungan dan
Pengelolaan Limbah BLH Prov. Sultra,
Kepala Bidang Pengendalian Kerusakan dan
Pemulihan Lingkungan BLH Prov. Sultra,
dan Kepala Bidang Penaatan dan
Komunikasi Lingkungan BLH Prov. Sultra
Penentuan informan penelitian dengan
menggunakan teknik purposive sampling
yaitu mengambil dengan sengaja orangorang yang benar-benar tahu atau pelaku
yang terlibat langsung dengan permasalahan
penelitian ini.
Penelitian ini mengkaji tentang Model
Perencanaan Komunikasi Izin Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
(AMDAL)
Hasrina, Anwar Bey & Muh. Zein abdullah“Model Komunikasi Perencanaan Komunikasi Izin
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) (Studi Pada Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi
Tenggara)
Jurnal Komunikasi Pembangunan
Pengumpulan data dalam penelitian
ini adalah dengan cara:
1. Observasi yaitu metode observasi dalam
pengumpulan
data
dengan
cara
menyediakan waktu yang cukup untuk
melihat objek dari berbagai segi dan
jurusan secara berulang-ulang.
2. Wawancara mendalam yaitu teknik ini
dipakai untuk mendapatkan data primer
tentang
fenomena-fenomena
yang
mempengaruhi implemetasi kebijakan.
Meskipun begitu teknik ini akan
digunakan untuk menguji kebenaran dan
kemantapan suatu data yang diperoleh
dengan cara observasi dokumen dan
lingkungan.
3. Dokumentasi
yaitu
peneliti
mengumpulkan dokumentasi kegiatan
penelitian
untuk
menggambarkan
kegiatan
yang
dilakukan
selama
penelitian.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Tahapan Perencanaan Komunikasi
Izin AMDAL di Badan Lingkungan
Hidup Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahap perencanaan
komunikasi
dimulai dari proses pengalokasian sumber
daya komunikasi untuk mencapai tujuan
Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi
Tenggara. Sumber daya tersebut tidak saja
mencakup media massa dan komunikasi
antarpribadi, tetapi juga setiap aktivitas
yang dirancang untuk mengubah prilaku
dan
menciptakan
keterampilanketerampilan tertentu diantara individu dan
kelompok dalam lingkup tugas-tugas yang
dibebankan oleh Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Sulawesi Tenggara.
Tahapan
perencanaan komunikasi
prinsipnya mengacu pada kebijaksanaan
komunikasi yang menetapkan alternatif
dalam mencapai tujuan jangka panjang
terhadap Izin AMDAL di Badan
Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi
Tenggara, serta menjadi kerangka dasar
untuk perencanaan oprasional jangka
3
pendek. Perencanaan strategik diwujudkan
dalam target yang dapat dikuantifikasikan
dengan
pendekatan-pendekatan
yang
sistematis terhadap tujuan yang ingin
dicapai menurut kebijaksanaan komunikasi.
Tahapan perencanaan komunikasi
izin AMDAL di Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Sulawesi Tenggara merupakan
pengkomunikasian informasi dan kegiatan
dalam menjalin hubungan dengan berbagai
pihak termasuk pihak pemrakarsa dalam
mengajukan
izin
lingkungan
serta
melibatkan unsur masyarakat. Salah satu
alasan BLH berkomunikasi dengan para
penyusun amdal adalah agar setiap usaha
yang akan dilakukan haruslah memiliki izin
lingkungan
agar
tidak
bermasalah
dikemudian hari. Tujuan dari komunikasi
tersebut untuk mengurangi timbulnya
pertentangan yang disebabkan oleh adanya
perbedaan kepentingan dan harapan masingmasing pihak. Komunikasi yang serasi
membutuhkan perencanaan yang matang.
Suatu perencanaan tidak dapat telepas dari
desain.
Desain
tahapan
perencanaan
komunikasi pada Izin AMDAL di Badan
Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi
Tenggara adalah garis besar mengenai
proses kegiatan
persiapan sistematik
penyusunan
kebijakan yang konsisten
untuk menyampaikan
pesan antara
komunikator dan komunikan dengan
maksud menumbuhkan
terciptanya
persamaan mengenai pesan tertentu untuk
mengubah perilaku dan sikap penerima
pesan. Para pemrakarsa sebagai penyusun
amdal dapatlah dikatakan sebagai pendesain
perencanaan komunikasi.
Penelitian ini berusaha melihat
bagaimana tahapan perencanaan komunikasi
pada Izin AMDAL. Badan Lingkungan
Hidup Provinsi Sulawesi Tenggara dalam
desain
perencanaan
komunikasinya
melakukan persiapan pra penerbitan izin
AMDAL dengan cara membangun tahap
Hasrina, Anwar Bey & Muh. Zein abdullah“Model Komunikasi Perencanaan Komunikasi Izin
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) (Studi Pada Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi
Tenggara)
Jurnal Komunikasi Pembangunan
koordinasi dan rujukan-rujukan arahan dan
komunikasi dalam bentuk tertulis. Disinilah
peran dan fungsi BLH Provinsi Sulawesi
Tenggara
melakukan
perencanaan
komunikasi.
Keberhasilan Izin AMDAL sangat
ditentukan oleh perencanaan komunikasi
yang
berkualitas.
Menghasilkan
perencanaan yang berkualitas dibutuhkan
komunikasi dari berbagai pihak. Kepala
BLH Provinsi Sulawesi Tenggara selaku
pimpinan tertinggi harus bisa dan benarbenar dapat bertanggung jawab dalam
melaksanakan Izin AMDAL sesuai dengan
peraturan
perundang-undangan
yang
berlaku. Disamping itu, harus mampu dan
bisa merealisasikan tujuan pembuatan izin
AMDAL
dengan
senantiasa
selalu
berkomunikasi dengan stakeholder yang
berkait
dan
mensosialisasikan
pada
masyarakat. Selain
itu, Kepala BLH
Provinsi
Sulawesi
Tenggara
harus
senantiasa berkomunikasi dengan pihak
penyusun AMDAL untuk melaksanakan
tahapan perencanaan komunikasi pada Izin
AMDAL dan
nantinya perencanaan
tersebut dapat dilaksanakan berdasarkan
ketentuan
yang
berlaku.
Tahapan
perencanaan komunikasi BLH tersebut
terdiri dari; pengumpulan data baseline dan
need assessment, perumusan tujuan, analisis
dan
segmentasi
khalayak,
analisis
perencanaan dan pengembangan strategi,
pemilihan media, desain dan pengembangan
pesan,
perencanaan
manajemen,
impelementasi atau pelaksanaan program
komunikasi, serta evaluasi program.
3.1.1. Pengumpulan Data Baseline dan
Need Assessment
Pengumpulan data baseline dan need
assessment sebagai tahap awal dalam
perencanaan komunikasi untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan, agar
permasalahan yang selalu terjadi dalam
penyusunan
izin AMDAL haruslah
memiliki criteria-kriteria dari suatu rencana
4
program komunikasi, yaitu hasil konsultasi
dengan unsur-unsur masyarakat, bersifat
luwes, jelas dalam hal apa yang dilakukan
dan bagaimana melakukan hal itu. Kriteria
tersebut, ada pula ukuran prioritas yang
perlu dipertimbangkan dalam menyusun
suatu rencana program komunikasi adalah
hasil yang dicapai sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
3.1.2. Perumusan Tujuan
Menetapkan tujuan program, seorang
perencana komunikasi harus bisa menjawab
pertanyaan: mengapa anda perlu melakukan
kegiatan/ program dan apa yang ingin anda
capai dengan kegiatan tersebut, perubahan
bagaimana yang anda inginkan, apakah
tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan
kebutuhan target sasaran (Cangara, 2014:
105).
Berdasarkan hasil penelitian pada
Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi
Tenggara, proses perencanaan komunikasi
Izin AMDAL setelah diterbitkannya
Peraturan Pemerintah 27 Tahun 2012
sudah dilaksanakan sesuai dengan PP
tersebut, walaupun masih ditemukan
beberapa prosedur proses perencanaan yang
belum maksimal dilaksanakan di BLH
Provinsi Sulawesi Tenggara. Bukti dari
dilaksanakannya penerbitan izin lingkungan
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor
27 Tahun 2012.
3.1.3. Analisis dan Segmentasi Khalayak
Kegiatan analisis khalayak dilakukan
dengan jalan mengumpulkan data dari
masyarakat
yang
terkena
dampak
lingkungan dan menjadikan masyarakat
sebagai bagian dalam proses penyusunan
AMDAL di Sulawesi Tenggara.
Berdasarkan
Peraturan
Menteri
Negara Lingkungan Hidup Republik
Indonesia Nomor 17 Tahun 2012 tentang
Pedoman Keterlibatan Masyarakat Dalam
Proses Analisis Dampak Lingkungan Hidup
dan Izin Lingkungan disebutkan bahwa
masyarakat yang dilibatkan dalam proses
Hasrina, Anwar Bey & Muh. Zein abdullah“Model Komunikasi Perencanaan Komunikasi Izin
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) (Studi Pada Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi
Tenggara)
Jurnal Komunikasi Pembangunan
penyusunan
AMDAL
mencakup
masyarakat: Pertama; Masyarakat terkena
dampak adalah masyarakat yang berada
dalam batas wilayah studi AMDAL (yang
menjadi batas sosial) yang akan merasakan
dampak dari adanya rencana usaha dan/atau
kegiatan, terdiri dari masyarakat yang akan
mendapatkan manfaat dan masyarakat yang
akan
mengalami
kerugian;
Kedua,
Masyarakat pemerhati lingkungan adalah
masyarakat yang tidak terkena dampak dari
suatu rencana usaha dan/atau kegiatan,
tetapi mempunyai perhatian
terhadap
rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut,
maupun dampak-dampak lingkungan yang
akan ditimbulkannya; Ketiga, Masyarakat
yang terpengaruh atas segala bentuk
keputusan dalam proses AMDAL adalah
masyarakat yang berada di luar dan/atau
berbatasan langsung dengan batas wilayah
studi AMDAL yang terkait dengan dampak
rencana usaha dan/atau kegiatan.
3.1.4. Pemilihan Media
Tahap ini dimana BLH Provinsi
Sulawesi Tenggara melakukan kerjasama
dengan
berbagai
media
untuk
mensosialisasikan aturan dalam pemberian
izin AMDAL. BLH Provinsi Sulawesi
Tenggara menyediakan akses-akses yang
memungkinkan masyarakat untuk dapat
menyampaikan informasi atau bahkan
berkomunikasi dengan BLH.
3.1.5. Desain dan Pengembangan Pesan
Tahap ini, BLH Provinsi Sulawesi
Tenggara menyusun pesan-pesan yang
mendasar pada setiap khalayak yang
menjadi target dalam program AMDAL di
Provinsi Sulawesi Tenggara. Pesan-pesan
persuasif yang dikomunikasikan dapat
menunjang proses komunikasi yang efektif,
pesan yang diciptakan dapat sampai dengan
baik kepada khalayaknya. Pesan yang dibuat
bisa mendapat perhatian khalayaknya
(attention), membangkitkan minat (interest),
menimbulkan
hasrat
(desire),
dan
mendorong tindakan (action) pemrakarsa
5
dan masyarakat dalam mentaati tahapan
penyusunan AMDAL.
3.1.6. Evaluasi Program
Evaluasi Program merupakan suatu
tahapan
yang
dilaksanakan
untuk
menentukan atau memperlihatkan nilai
suatu program termasuk pengelolaan
maupun hasil atau dampak pelaksanaannya.
Melalui evaluasi, BLH Provinsi Sulawesi
Tenggara akan mengetahui faktor-faktor
yang
menjadi
kegagalan
ataupun
keberhasilan suatu program, sehingga dapat
ditentukan langkah-langkah selanjutnya
yang seharusnya dilakukan.
BLH Provinsi Sulawesi Tenggara
selalu
melakukan
evaluasi
dalam
penyusunan dokumen AMDAL guna
menjalin hubungan harmonis antara
pemerintah, pemrakarsa dan masyarakat.
Upaya BLH Provinsi Sulawesi
Tenggara melakukan evaluasi sebagai
metode
pengkajian
dan
penilaian
keberhasilan
kegiatan
perencanaan
komunikasi yang telah dilakukan, dengan
tujuan memperbaiki atau meningkatkan
keberhasilan yang telah dicapai sebelumnya.
Evaluasi dilakukan dalam rangka mengukur
sejauh mana keberhasilan suatu program
perencanaan komunikasi dalam penyusunan
dokumen AMDAL.
Dalam
Perencanaan
komunikasi
melalui tahap evaluasi merupakan upaya
dalam pencapaian tujuan program. Evaluasi
dan
pengawasan
dilakukan
dengan
melibatkan masyarakat yang terkena
dampak karena sejak dikeluarkannya izin
lingkungan, pemantauan di lapangan secara
terus menerus dilakukan secara rutin yang
diselaraskan dengan selalu melihat dokumen
pengelolaan lingkungan perusahaan dan
mengadakan cross chek antara dokumen
dengan pelaksanaan di lapangan. Adapun
agenda pemantauan difokuskan pada
seluruh titik yang menjadi lokasi
pembangunan oleh pemrakarsa. Jika hasil
evaluasi
ditemukan
kejanggalan-
Hasrina, Anwar Bey & Muh. Zein abdullah“Model Komunikasi Perencanaan Komunikasi Izin
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) (Studi Pada Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi
Tenggara)
Jurnal Komunikasi Pembangunan
kejanggalan dalam pelaksanaanya maka
permasalahan ini dijadikan sebagai bahan
evaluasi terhadap pemrakarsa untuk
memperpanjang izin penerbitan lingkungan.
3.2. Implementasi/Pelaksanaan Program
Komunikasi
Pelaksanaan program merupakan
tahap dimana rencana program yang telah
ditetapkan
dilaksanakan
atau
diimplementasikan ke dalam suatu bentuk
program aksi sebagai langkah nyata
pemecahan masalah
yang dihadapi.
Pelaksanaan Program ini dapat berupa
program tindakan maupun program
komunikasi yang kesemuanya merupakan
cara atau proses untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
Proses perencanaan komunikasi BLH
Provinsi Sulawesi Tenggara melakukan
implementasi melalui tahapan-tahapan yang
merupakan prosedur penyusunan dan
penilaian dokumen AMDAL. Adapun
dokumen AMDAL terdiri dari 3 (tiga)
dokumen yaitu KA, ANDAL, RKL dan
RPL,
dengan
demikian
prosedur
penyusunan Dokumen AMDAL merupakan
penyusunan dokumen KA, ANDAL, RKL
dan RPL yang saling keterkaitan satu
dengan lainnya.
Dokumen AMDAL disusun pada
tahap perencanaan suatu Usaha dan/atau
Kegiatan dengan Lokasi wajib sesuai
dengan rencana tata ruang. Jika lokasi
kegiatan yang direncanakan tidak sesuai
dengan rencana tata ruang, dokumen Amdal
tidak dapat dinilai dan wajib dikembalikan
kepada Pemrakarsa. (Pasal 4 PP No. 27
Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan).
Pemrakarsa, dalam menyusun dokumen
AMDAL
wajib
mengikutsertakan
masyarakat, adapun masyarakat yang
dilibatkan mencakup; Masyarakat yang
terkena dampak; Masyarakat pemerhati
lingkungan hidup; dan Masyarkat yang
terpengaruh atas segala bentuk keputusan
dalam proses AMDAL.
6
Pengikutsertaan masyarakat tersebut
dilakukan melalui pengumuman rencana
usaha dan/atau kegiatan; dan konsultasi
publik yang dilakukan sebelum penyusunan
dokumen Kerangka Acuan (KA). Melalui
proses pengumuman dan konsultasi publik,
masyarakat dapat memberikan saran,
pendapat dan tanggapan (SPT) yang
disampaikan
secara
tertulis
kepada
pemrakarsa dan Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangan
penilaian dokumen Amdal.
3.2.1. Implementasi/Pelaksanaan
Penyusunan Dokumen Kerangka
Acuan (KA)
Kerangka Acuan (KA) adalah ruang
lingkup studi analisis dampak lingkungan
hidup yang merupakan hasil pelingkupan.
Tujuan penyusunan Kerangka Acuan (KA)
adalah merumuskan lingkup dan kedalaman
studi Andal serta mengarahkan studi Andal
agar berjalan secara efektif dan efisien
sesuai dengan biaya, tenaga, dan waktu
yang tersedia.
3.2.2. Implementasi/Pelaksanaan
Penyusunan
dan
Penilaian
Dokumen ANDAL dan RKL-RPL.
AMDAL disusun dengan tujuan untuk
menyampaikan telaahan secara cermat dan
mendalam tentang dampak penting suatu
rencana usaha dan/atau kegiatan. Hasil
kajian dalam Amdal berfungsi untuk
memberikan
pertimbangan
guna
pengambilan keputusan kelayakan atau
ketidaklayakan dari rencana usaha dan/atau
kegiatan yang diusulkan.
RKL adalah upaya penanganan
dampak terhadap lingkungan hidup yang
ditimbulkan akibat dari rencana Usaha
dan/atau Kegiatan. Sedangkan RPL adalah
upaya pemantauan komponen lingkungan
hidup yang terkena dampak akibat dari
rencana Usaha dan/atau Kegiatan
Berdasarkan hasil observasi terhadap
pelaksanaan Penyusunan dokumen ANDAL
dan RKL-RPL adalah dimana; Pertama,
Hasrina, Anwar Bey & Muh. Zein abdullah“Model Komunikasi Perencanaan Komunikasi Izin
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) (Studi Pada Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi
Tenggara)
Jurnal Komunikasi Pembangunan
pemrakarsa menyusun Dokumen Andal dan
Dokumen RKL-RPL berdasarkan Dokumen
Kerangka Acuan yang telah diterbitkan
persetujuannya; Kedua, Draft Dokumen
Andal dan Dokumen RKL-RPL diajukan
kepada
Menteri,
gubernur,
atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangan
melalui Sekretariat Komisi Penilai Amdal;
Ketiga, Sekretariat Komisi Penilai Amdal
memberikan pernyataan tertulis mengenai
kelengkapan administrasi dokumen Andal
dan RKL-RPL. Keempat, Komisi Penilai
Amdal menugaskan tim teknis untuk
menilai dokumen Andal dan RKL-RPL
yang telah dinyatakan lengkap secara
administrasi oleh Sekretariat Komisi Penilai
Amdal; Kelima, Komisi Penilai Amdal,
berdasarkan hasil penilaian Andal dan RKLRPL menyelenggarakan rapat Komisi
Penilai Amdal; Kelima, Dalam hal rapat
Komisi Penilai Amdal menyatakan bahwa
dokumen Andal dan RKL-RPL perlu
diperbaiki,
Komisi
Penilai
Amdal
mengembalikan dokumen Andal dan RKLRPL kepada Pemrakarsa untuk diperbaiki;
Keenam,
Pemrakarsa
menyampaikan
kembali perbaikan dokumen Andal dan
RKL-RPL; Ketujuh, Berdasarkan dokumen
Andal dan RKL-RPL yang telah diperbaiki
Komisi Penilai Amdal melakukan penilaian
akhir terhadap dokumen Andal dan RKLRPL; Kedelapan, Komisi Penilai Amdal
menyampaikan rekomendasi hasil penilaian
Andal dan RKL-RPL kepada Menteri,
gubernur, atau bupati/walikota sesuai
kewenangannya; Kesembilan, Rekomendasi
hasil penilaian Andal dan RKL-RPL dapat
berupa: rekomendasi kelayakan lingkungan;
atau
rekomendasi
ketidaklayakan
lingkungan; Kesepuluh, Komisi Penilai
Amdal menyampaikan hasil penilaian akhir
berupa rekomendasi hasil penilaian akhir
kepada
Menteri,
gubernur,
atau
bupati/walikota sesuai kewenangannya;
Kesebelas,
Menteri,
gubernur,
atau
bupati/walikota berdasarkan rekomendasi
7
penilaian atau penilaian akhir dari Komisi
Penilai Amdal menetapkan keputusan
kelayakan
lingkungan
hidup
atau
ketidaklayakan
lingkungan
hidup;
Keduabelas, Jangka waktu penetapan
keputusan kelayakan atau ketidaklayakan
lingkungan hidup dilakukan paling lama 10
(sepuluh) hari kerja terhitung sejak
diterimanya rekomendasi hasil penilaian
atau penilaian akhir dari Komisi Penilai
Amdal.
Realitas dari hasil observasi tersebut
dapat dijelaskan bahwa pelaksanaan
Penyusunan dokumen ANDAL dan RKLRPL merupakan tanggung jawab semua
unsur-unsur komunikasi yang terlibat antara
lain; pemrakarsa sebagai orang yang
menyusun Dokumen ANDAL dan RKLRPL berdasarkan Dokumen KA yang telah
diterbitkan
persetujuannya;
Menteri,
gubernur, atau bupati/walikota sesuai
dengan kewenangannya
melalui BLH,
Sekretariat Komisi Penilai Amdal; serta
masyarakat dan pemerhati lingkungan.
Proses
tersebut
dalam
implementasinya
bersifat
linier,
interaksional dan transaksional. Pada proses
komunikasi linier, dimana pihak-pihak yang
terlibat menggunakan komunikasi satu arah
baik antara pemrakarsa, BLH dan
masyarakat/pemerhati lingkungan. Namun
dalam
pelaksanaannya,
terkadang
menimbulkan gangguan (noise) diantara
unsur-unsur yang terlibat karena masingmasing memiliki kepentingan yang
berbeda.
Sebagaimana
Shannon
(dalam
Rohim, 2009:14-15) bahwa komunikasi
linier ini berlangsung satu arah bahwa pesan
dikirimkan oleh suatu sumber melalui
penerima melalui saluran. Sumber dari
tersebut bisa berupa asal ataupun pengirim
pesan. Sedangkan pesan yang dikirim dapat
berupa kata-kata, suara, tindakan, atau
gerak-gerik dalam sebuah interaksi.
Komunikasi model linier ini juga
Hasrina, Anwar Bey & Muh. Zein abdullah“Model Komunikasi Perencanaan Komunikasi Izin
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) (Studi Pada Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi
Tenggara)
Jurnal Komunikasi Pembangunan
melibatkan
gangguan
(noise)
yang
merupakan hal yang tidak dimaksudkan
oleh sumber informasi. Ada 4 (empat) jenis
gangguan pada model komunikasi liner ini,
yaitu: gangguan semantik, gangguan fisik
(eksternal), gangguan psikologis, dan
gangguan fisiologis.
3.2.3. Implementasi/Pelaksanaan
Pengambilan
Keputusan
Kelayakan Lingkungan Hidup
Keputusan Kelayakan Lingkungan
Hidup adalah keputusan yang menyatakan
kelayakan lingkungan hidup dari suatu
rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang
wajib dilengkapi dengan Amdal.
Keputusan Kelayakan Lingkungan
Hidup paling sedikit memuat: dasar
pertimbangan
dikeluarkannya
penetapan; pernyataan
kelayakan
lingkungan; persyaratan dan kewajiban
Pemrakarsa sesuai dengan RKL-RPL;
dan kewajiban yang harus dilakukan oleh
pihak terkait (Pasal 33 PP No. 27 Th 2012)
Hasil
observasi
tersebut
memperlihatkan bahwa adanya komunikasi
dua arah timbal balik, sebagaimana model
komunikasi ini dikembangkan oleh Wilbur
Schramm (1954) yang menekankan pada
proses komunikasi dua arah di antara para
komunikator. Pada proses ini terdapat
elemen penting lain, selain sumber,
pesan, dan penerima, yaitu umpan balik
(feedback) yang merupakan tanggapan atas
suatu
pesan
yang
diberikan
oleh
komunikator (Rohim, 2009:15).
Komunikasi
interaksional
yang
dikembangkan oleh Wilbur Schramm
(1954), yang menekankan pada proses
komunikasi dua arah diantara dua
komunikator. Menurut Schramm bahwa
model
ini
memandang
hubungan
interpersonal sebagai suatu sistim. Karena
didalamnya terdapat sebuah lingkaran yang
saling terkait satu sama lain dan komunikasi
selalu berlangsung. Sistim yang berjalan
juga baku, dimana komunikasi selalu
8
berjalan dua arah : Dari pengirim kepada
penerima dan penerima kepada pengirim”
(dalam West dan Turner, 2008:13).
3.2.4.
Implementasi/Pelaksanaan Izin
Lingkungan untuk yang Wajib
UKL-UPL
Setiap Usaha dan/atau Kegiatan yang
tidak termasuk dalam kriteria wajib Amdal
wajib
memiliki
Upaya
Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup (UKL-UPL) sebagai
salah satu syarat memperoleh izin
lingkungan.
UKL-UPL adalah pengelolaan dan
pemantauan terhadap Usaha dan/atau
Kegiatan yang tidak berdampak penting
Terhadap lingkungan hidup yang diperlukan
bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan Usaha dan/atau Kegiatan.
UKL-UPL disusun oleh Pemrakarsa,
Pegawai negeri sipil yang bekerja pada
instansi lingkungan hidup Pusat, provinsi,
atau kabupaten/kota dilarang menjadi
penyusun UKL-UPL. Kecuali dalam hal
instansi lingkungan hidup Pusat, provinsi,
atau kabupaten/kota bertindak sebagai
Pemrakarsa.
Prosedur Pelaksanaan Penyusunan
UKL-UPL adalah; (1) UKL-UPL disusun
oleh Pemrakarsa pada tahap perencanaan
suatu Usaha dan/atau Kegiatan. dengan
Lokasi rencana Usaha dan/atau Kegiatan
wajib sesuai dengan rencana tata ruang; (2)
Dalam hal lokasi rencana Usaha dan/atau
Kegiatan tidak sesuai dengan rencana tata
ruang, UKL-UPL tidak dapat diperiksa dan
wajib dikembalikan kepada Pemrakarsa.
(Pasal 14 PP No. 27 Tahun 2012 tentang
Izin Lingkungan); (3) Penyusunan UKLUPL dilakukan melalui pengisian formulir
UKL-UPL dengan format yang ditentukan
dalam
Peraturan
Menteri
Negara
Lingkungan Hidup RI No. 16 Tahun 2012
Tentang Pedoman Penyusunan Dokumen
Lingkungan Hidup.
Hasrina, Anwar Bey & Muh. Zein abdullah“Model Komunikasi Perencanaan Komunikasi Izin
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) (Studi Pada Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi
Tenggara)
Jurnal Komunikasi Pembangunan
Berdasarkan
hasil
observasi
memperlihatkan bahwa dalam pelaksanaan
Pemeriksaan UKL-UPL yaitu; (1) Formulir
UKL-UPL yang telah diisi oleh Pemrakarsa
disampaikan kepada Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangan;
(2) Pemeriksaan UKL-UPL dan penerbitan
Rekomendasi UKL-UPL dapat dilakukan
oleh: pejabat
yang
ditunjuk
oleh
Menteri; kepala instansi lingkungan hidup
provinsi; atau. kepala instansi lingkungan
hidup
kabupaten/kota;
(3)
Menteri,
gubernur, atau bupati/walikota melakukan
pemeriksaan kelengkapan administrasi
formulir UKL-UPL; (4) Apabila hasil
pemeriksaan kelengkapan administrasi
formulir UKL-UPL dinyatakan tidak
lengkap,
Menteri,gubernur,
atau
bupati/walikota mengembalikan UKLUPL
kepada Pemrakarsa untuk dilengkapi; (5)
Apabila hasil pemeriksaan kelengkapan
administrasi formulir UKL-UPL dinyatakan
lengkap,
Menteri,
gubernur,
atau
bupati/walikota melakukan pemeriksaan
UKL-UPL; (6) Pemeriksaan dilakukan
dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari
sejak formulir UKL-UPL dinyatakan
lengkap
secara
administrasi;
(7)
Berdasarkan
pemeriksaan
Menteri,
gubernur, atau bupati/walikota menerbitkan
Rekomendasi
UKL-UPL.
berupa:
persetujuan UKL-UPL atau penolakan UKL
UPL. (Hasil Observasi Tanggal, 20 Maret
2017).
Rekomendasi UKL-UPL adalah surat
persetujuan terhadap suatu Usaha dan/atau
Kegiatan yang wajib UKL-UPL. Bersamaan
dengan pengajuan pemeriksaan UKL-UPL
disampaikanlah
Permohonan
Izin
Lingkungan
dilengkapi
dengan
melampirkan dokumen pendirian Usaha
dan/atau Kegiatan; dan profil Usaha
dan/atau Kegiatan. Usaha dan/atau kegiatan
yang tidak wajib AMDAL atau UKL-UPL
wajib
membuat
surat
pernyataan
kesanggupan pengelolaan dan pemantauan
9
lingkungan hidup (SPPL). (Hasil Observasi
Tanggal, 20 Maret 2017).
Realitas yang tampak dari hasil
observasi tersebut menunjukkan bahwa
dalam
implementasi/pelaksanaan
Pemeriksaan UKL-UPL sebagai hubungan
interpersonal sebagai suatu sistim. Hal ini
sejalan dengan pendapat West dan Turner
(2008:13) bahwa dalam setiap sistim
memiliki sifat-sifat strukural, integratif dan
medan. Semua sistim terdiri dari subsistimsubsistim yang saling tergantung dan
bertindak bersama sebagai suatu kesatuan.
Selanjutnya, semua sistim mempunyai
kecenderungan untuk memelihara dan
mempertahankan kesatuan. Bila ekuilibrium
dari sistim terganggu, segera akan diambil
tindakannya. Setiap hubungan interpersonal
harus dilihat dari tujuan bersama, metode
komunikasi, ekspektasi dan pelaksanaan
peranan.
Implementasi sistem tersebut dapatlah
dikatakan sebagai komunikasi interaksional
ini mengacu pada perspektif interaksi
simbolik yang dikembangkan oleh ilmuwan
sosial untuk menjelaskan komunikasi.
Sesuai dengan perspektif interaksi simbolik,
model interaksional dalam komunikasi
mengatakan bahwa orang-orang sebagai
peserta komunikasi bersifat aktif, kreatif dan
reflektif, menafsirkan, dan menampilkan
perilaku kompleks yang sulit diprediksi.
Kemudian, feedback atau umpan balik
adalah: “Salah satu elemen penting atau
vital dalam komunikasi model interaksional.
Menurut model ini juga, peserta komunikasi
yang mengambil peran disini adalah orangorang yang mengembangkan potensi
manusiawinya melalui interaksi sosial,
tepatnya melalui pengambilan peran orang
lain” (Mulyana, 2007:55).
3.2.5. Implementasi/Pelaksanaan
Penerbitan Izin Lingkungan
Izin Lingkungan adalah: Izin yang
diberikan kepada setiap orang yang
melakukan Usaha dan/atau Kegiatan yang
Hasrina, Anwar Bey & Muh. Zein abdullah“Model Komunikasi Perencanaan Komunikasi Izin
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) (Studi Pada Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi
Tenggara)
Jurnal Komunikasi Pembangunan
wajib Amdal atau UKL-UPL dalam rangka
perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup sebagai prasyarat memperoleh izin
Usaha dan/atau Kegiatan (Pasal 1 angka 35
UU No. 32 tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup dan Pasal 1 angka 1 Peraturan
Pemerintah Nomor 27 tahun 2012 tentang
Izin Lingkungan)
Izin
lingkungan
merupakan
persyaratan untuk memperoleh izin usaha
dan/atau kegiatan. (Pasal 40 ayat (1) UU
No. 32 Tahun 2009), dengan demikian
seharusnya izin lingkungan harus ada
terlebih dulu sebelum penerbitan izin
usaha, dan ada ketentuan bahwa pejabat
pemberi izin usaha dan/atau kegiatan yang
menerbitkan izin usaha dan/atau kegiatan
tanpa dilengkapi dengan izin lingkungan
dipidana dengan pidana penjara paling lama
tiga tahun dan denda paling banyak tiga
miliar rupiah. (Pasal 111 ayat (2) UU No.
32 tahun 2009).
Izin Lingkungan diterbitkan oleh (1)
Menteri, untuk Keputusan Kelayakan
Lingkungan Hidup atau Rekomendasi UKLUPL yang diterbitkan oleh Menteri; (2)
gubernur, untuk Keputusan Kelayakan
Lingkungan Hidup atau Rekomendasi UKLUPL yang diterbitkan oleh gubernur;
dan (3) bupati/walikota, untuk Keputusan
Kelayakan
Lingkungan
Hidup
atau
Rekomendasi UKL-UPL yang diterbitkan
oleh bupati/walikota. (Pasal 47 ayat (1) UU
No 32/2009)
Adapun implementasi pelaksanaan
permohonan izin lingkungan melalui
tahapan kegiatan yang meliputi: (1)
Penyusunan AMDAL dan UKL-UPL; (2)
Penilaian Amdal dan pemeriksaan UKLUPL; dan (3) Permohonan dan penerbitan
Izin Lingkungan. Dalam hal permohonan,
dimana
pemrakarsa
mengajukan
permohonan izin lingkungan kepada
Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
sesuai dengan kewenangannya.
10
3.3.
Model perencanaan komunikasi
pada izin AMDAL di BLH
Provinsi Sulawesi Tenggara:
3.3.1. Model perencanaan komunikasi
dalam
penyusunan
dokumen
Kerangka Acuan (KA)
Model perencanaan komunikasi dalam
penyusunan dokumen Kerangka Acuan
(KA) adalah suatu model perencanaan
komunikasi untuk merumuskan lingkup dan
kedalaman studi Andal serta mengarahkan
studi Andal dengan cara menjalin hubungan
komunikasi efektif dengan berbagai pihak
terkait agar prosesnya berjalan secara efektif
dan efisien sesuai dengan biaya, tenaga, dan
waktu yang tersedia.
Fungsi
model
perencanaan
komunikasi dokumen Kerangka Acuan
(KA) adalah sebagai rujukan penting bagi
pemrakarsa, penyusun dokumen Amdal,
instansi yang membidangi rencana usaha
dan/atau kegiatan, dan instansi lingkungan
hidup, serta tim teknis Komisi Penilai
Amdal tentang lingkup dan kedalaman studi
Andal yang akan dilakukan; serta sebagai
salah satu bahan rujukan bagi penilai
dokumen Andal untuk mengevaluasi hasil
studi Andal.
3.3.2. Model perencanaan komunikasi
dalam penyusunan dan penilian
dokumen
Analisis
Dampak
Lingkungan Hidup (ANDAL) dan
Rencana Pengelolaan Lingkungan
Hidup
(RKL)
Rencana
Pemantauan Lingkungan Hidup
(RPL)
Model perencanaan komunikasi dalam
penyusunan dan penilian dokumen Analisis
Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) dan
Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup
(RKL) - Rencana Pemantauan Lingkungan
Hidup (RPL) merupakan model untuk
menyampaikan telaahan secara cermat dan
mendalam tentang dampak penting suatu
rencana usaha dan/atau kegiatan manajemen
komunikasi dalam penyusunan izin Amdal.
Hasrina, Anwar Bey & Muh. Zein abdullah“Model Komunikasi Perencanaan Komunikasi Izin
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) (Studi Pada Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi
Tenggara)
Jurnal Komunikasi Pembangunan
Model tersebut berfungsi untuk memberikan
pertimbangan guna pengambilan keputusan
kelayakan atau ketidaklayakan dari rencana
usaha dan/atau kegiatan yang diusulkan.
3.3.3. Model Perencanaan Komunikasi
dalam Pengambilan Keputusan
Kelayakan Lingkungan Hidup
Model perencanaan komunikasi dalam
pengambilan
keputusan
kelayakan
lingkungan hidup adalah suatu model
perencanaan dalam mengambil keputusan
yang menyatakan kelayakan lingkungan
hidup dari suatu rencana Usaha dan/atau
Kegiatan yang wajib dilengkapi dengan
AMDAL.
3.3.4. Model perencanaan komunikasi
dalam
pelaksanaan
Upaya
Pengelolaan Lingkungan Hidup
dan
Upaya
Pemantauan
Lingkungan Hidup (UKL-UPL)
Setiap Usaha dan/atau Kegiatan yang
tidak termasuk dalam kriteria wajib Amdal
wajib
memiliki
Upaya
Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup (UKL-UPL) sebagai
salah satu syarat memperoleh izin
lingkungan, maka memerlukan sebuah
model perencanaan komunikasi dalam
pelaksanaan
Upaya
Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup (UKL-UPL) pada BLH
Provinsi Sulawesi Tenggara.
Model perencanaan komunikasi dalam
pelaksanaan UKL-UPL adalah sebuah
model pengelolaan dan pemantauan
terhadap Usaha dan/atau Kegiatan yang
tidak
berdampak
penting
Terhadap
lingkungan hidup yang diperlukan bagi
proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan Usaha dan/atau Kegiatan.
3.3.5. Model Perencanaan Komunikasi
dalam pemberian Izin Lingkungan
Model Perencanaan Komunikasi
dalam
pemberian
Izin
Lingkungan
merupakan model perencanaan komunikasi
dalam rangka penerbitan izin lingkungan.
11
Permohonan Izin Lingkungan terlebih
dahulu mengajukan permohonan Izin
Lingkungan
secara
tertulis
oleh
penanggungjawab Usaha dan/atau Kegiatan
selaku Pemrakarsa kepada Menteri,
gubernur, atau bupati/walikota sesuai
dengan kewenangannya. Permohonan Izin
Lingkungan disampaikan bersamaan dengan
pengajuan penilaian ANDAL dan RKLRPL atau pemeriksaan UKL-UPL.
Permohonan Izin Lingkungan harus
dilengkapi dengan: Dokumen Amdal atau
formulir UKL-UPL; Dokumen pendirian
Usaha dan/atau Kegiatan; dan Profil Usaha
dan/atau
Kegiatan. Setelah
menerima
permohonan Izin Lingkungan, Menteri,
gubernur, atau bupati/walikota wajib
mengumumkan
permohonan
Izin
Lingkungan. Pengumuman untuk Usaha
dan/atau Kegiatan yang wajib Amdal
dilakukan oleh Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota melalui multimedia dan
papan pengumuman di lokasi Usaha
dan/atau Kegiatan paling lama 5 (lima) hari
kerja terhitung sejak dokumen Andal dan
RKL-RPL yang diajukan dinyatakan
lengkap secara administrasi.
Masyarakat dapat memberikan saran,
pendapat,
dan
tanggapan
terhadap
pengumuman dalam jangka waktu paling
lama 10 (sepuluh) hari kerja sejak
diumumkan.
Saran,
pendapat,
dan
tanggapan dapat disampaikan melalui wakil
masyarakat yang terkena dampak dan/atau
organisasi masyarakat yang menjadi
anggota Komisi Penilai Amdal.
4.3.6. Model Perencanaan Komunikasi
dalam Proses Penyusunan dan
Penilaian
Amdal
serta
Penerbitan SKKL dan Izin
Lingkungan
Model perencanaan komunikasi dalam
proses penyusunan dan penilaian amdal
serta penerbitan SKKL dan izin lingkungan
merupakan model ideal yang dapat
dijadikan rujukan bagi para Pemrakarsa,
Hasrina, Anwar Bey & Muh. Zein abdullah“Model Komunikasi Perencanaan Komunikasi Izin
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) (Studi Pada Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi
Tenggara)
Jurnal Komunikasi Pembangunan
Sekretariat KPA, Tim Teknis dan Komisi
Penilai Amdal serta Menteri, Gubernur, atau
Bupati/Walikota.
Model ini mengisyaratkan bahwa
dalam penyusunan dokumen Amdal, seperti
dalam kasus amdal Hotel Grand Clarion
Kendari, dimana pihak pemrakarsa sebagai
komunikator, belum melakukan Amdal.
Adapun dokumen AMDAL yang masih
dalam tahapan penyusunan oleh amdal
Hotel Grand Clarion Kendari terdiri dari 3
(tiga) dokumen, yaitu: Dokumen Kerangka
Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup
(KA-ANDAL), Dokumen Analisis Dampak
Lingkungan (ANDAL) dan Dokumen
Rencana
Pengelolaan
dan
Rencana
Pemantauan Lingkungan Hidup (RKLRPL).
Pada kasus amdal Hotel Grand
Clarion Kendari, semua dokumen telah
rampung
dilaksanakan
berkat
hasil
investigasi
BLH
Provinsi
Sulawesi
Tenggara. Hasil investigasi tersebut
melahirkan solusi agar dokumen amdal
dapat diselesaikan sesuai dengan peraturan
yang berlaku. Dalam penyelesaian kasus
amdal Hotel Grand Clarion Kendari, pihak
pemrakarsa mengumumkan dan melakukan
konsultasi publik (masyarakat disekitar
kawasan pembangunan) untuk memperoleh
saran/masukan
guna
mendukung
penyelesaian akan dokumen amdal.
Setelah dokumen disusun, pemrakarsa
mengajukan kepada tim Penilai Kerangka
Acuan dan Tim Penilai ANDAL dan RKLRPL untuk dinilai. Penilaian ini dilakukan
untuk melihat dampak yang ditimbulkan
oleh suatu usaha dan/atau kegiatan, baik
mengenai dampak penting maupun dampak
negatif akibat dari usaha dan/atau kegiatan
dari suatu proyek. Kajian terhadap dampak
positif dan negatif tersebut disusun dengan
mempertimbangkan aspek lingkungan baik
secara fisik, kimia, biologi, sosial-ekonomi,
sosial-budaya, kesehatan masyarakat.
12
4. KESIMPULAN
1. Dalam rangka penyelesaian kasus Hotel
Grand Clarion dan pelaksanaan undangundang Nomor 32 tahun 2009 tentang
Perlindungan
dan
Pengelolaan
Lingkungan
Hidup,
maka
pihak
Pemrakarsa
diwajibkan
melakukan
tahapan perencanaan komunikasi BLH
terdiri dari; pengumpulan data baseline
dan need assessment, perumusan tujuan,
analisis dan segmentasi khalayak,
analisis perencanaan dan pengembangan
strategi, pemilihan media, desain dan
pengembangan pesan, implementasi atau
pelaksanaan program komunikasi, serta
evaluasi program.
2. Model perencanaan komunikasi pada izin
AMDAL di BLH Provinsi Sulawesi
Tenggara terdiri dari; (1) model
perencanaan
komunikasi
dalam
penyusunan dokumen Kerangka Acuan
(KA); (2)
Model perencanaan
komunikasi dalam penyusunan dan
penilian dokumen Analisis Dampak
Lingkungan Hidup (ANDAL) dan
Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup
(RKL).
(3)
Model
perencanaan
komunikasi
dalam
pengambilan
keputusan kelayakan lingkungan hidup.
(4) Model perencanaan komunikasi
dalam pelaksanaan Upaya Pengelolaan
Lingkungan
Hidup
dan
Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup (UKLUPL);
(5)
model
perencanaan
komunikasi dalam
pemberian izin
lingkungan.
3. Tahapan perencanaan komunikasi BLH
terdiri dari; pengumpulan data baseline
dan need assessment, perumusan tujuan,
analisis dan segmentasi khalayak,
analisis perencanaan dan pengembangan
strategi, pemilihan media, desain dan
pengembangan pesan, impelementasi
atau pelaksanaan program komunikasi,
serta evaluasi program.
Hasrina, Anwar Bey & Muh. Zein abdullah“Model Komunikasi Perencanaan Komunikasi Izin
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) (Studi Pada Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi
Tenggara)
Jurnal Komunikasi Pembangunan
4. Model perencanaan komunikasi pada izin
AMDAL di BLH Provinsi Sulawesi
Tenggara terdiri dari; (1) model
perencanaan
komunikasi
dalam
penyusunan dokumen Kerangka Acuan
(KA); (2)
Model perencanaan
komunikasi dalam penyusunan dan
penilian dokumen Analisis Dampak
Lingkungan Hidup (ANDAL) dan
Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup
(RKL).
(3)
Model
perencanaan
komunikasi
dalam
pengambilan
keputusan kelayakan lingkungan hidup.
(4) Model perencanaan komunikasi
dalam pelaksanaan Upaya Pengelolaan
Lingkungan
Hidup
dan
Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup (UKLUPL);
(5)
model
perencanaan
komunikasi dalam
pemberian izin
lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
13
Ardiansyah Dani., 2004. Pengantar Ilmu
Komunikasi., Grahalia Indonesia.,
Bojokerto.
Aw Suranto, 2010. Komunikasi Sosial
Budaya. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Bungin, Burhan, 2005. Analisis Data Penelitian
Kualitatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Burgoon, M., Hunsaker, FG, dan Dawson, EJ,
1994. Komunikasi manusia. Thousand
Oaks, CA;Sage.
Cangara, Hafied. 2014. Perencanaan dan
Strategi Komunikasi. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
…………, 2013. Perencanaan & Strategi
Komunikasi. PT RajaGrafindo
Persada,. Jakarta.
……………….., 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi.
PT Raja Grafindo Persada, Jakarta
-…………….., 2007. Ilmu Komunikasi (teori dan
Praktek).
……………..,,
2011. Komunikasi Politik Konsep,
Buku
Teori, dan Strategi. PT. Raja Grafindo
Arifin, S. 2012. Hukum Perlindungan Dan
Persada, Jakarta
Pengelolaan Lingkungan Hidup Di …………,2008.,
Pengantar
Ilmu
Indonesia. Jakarta: Sofmedia.
Komunikasi., PT. Rajagrafindo
Ardianto, Elvinaro & dkk. 2007. Komunikasi
Persada,. Jakarta.
Massa: Suatu Pengantar. Bandung : ……………….. ,2005. Pengantar Ilmu Komunikasi.
Simbiosa Rekatama Media.
PT Raja Grafindo Persada, Jakarta
Ardianto, Elvirano dan Komala Erdiyana. Effendy, Onong Uchjana, 2006. Ilmu
(2004). Komunikasi Massa Suatu
Komunikasi: Teori dan Praktek.
Pengantar. Bandung: Simbiosa
Bandung:
Rekanata Media.
…………,2013. Ilmu Komunikasi:Teori dan
------------, 2007. Komunikasi Massa Suatu
Praktek., PT. Remaja Rosdakarya.,
Pengantar.
Simbiosa
Rekatama
Bandung.
Media, Bandung
Anwar. 2003. Komunikasi Politik;
Paradigma-Teori-Aplikasi-Strategi dan
Komunikasi Politik di Indonesia.
Jakarta: PT Balai Pustaka.
-----------,1992. Ilmu Komunikasi Sebuah
Pengantar. Jakarta: Rajawali Press.
-----------,2014. Politik Pencitraan. Graha Ilmu.
JogJakarta.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Arifin,
……………,2000.
Ilmu, Teori, Dan Filsafat
Komunikasi. Bandung: Citra Aditya
Bakti.
……………,2001. Ilmu Komunikasi Teori dan
Praktek.
Bandung:
Remaja
Rosdakarya.
……………,1994, Ilmu Komunikasi: Teori dan
Praktek,
Bandung:
Remaja
Rosdakarya.
……………,1993. Ilmu Komunikasi: Teori dan
Praktik, Remaja Rosda Karya, Bandung
Hasrina, Anwar Bey & Muh. Zein abdullah“Model Komunikasi Perencanaan Komunikasi Izin
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) (Studi Pada Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi
Tenggara)
Jurnal Komunikasi Pembangunan
14
……………,2011. Ilmu Komunikasi Teori da Lasswell, Harold. 1960. The Structure and
Praktek. PT Remaja Rosdakarya:
Function of Communication in
Bandung.
Society,
dalam
Mass
…………….,2003.
Ilmu Teori dan Filsafat
Communications,
a
Book
of
Komunikasi, Citra Aditya. Bhakti,
Readings Selected and Edited by the
Bandung.
Director of the Institute for
Fisher, Aubrey, 1986. Teori-Teori Komunikasi.
Communication
Research
at
Remaja Karya, Bandung
Stanford University. Editor: Wilbur
Fiske, John. 1990. Cultural and Communication
Schramm. Urbana: University of
Studies. Penerjemah : Yosal Iriantara
Illinois Press.
dan Idi Subandy Ibrahim. Bandung ; Alo, Liliweri. 2011. Komunikasi Serba Ada Serba
Jakarta.
Makna. Jakarta. Prenada Media
-----------,2012. Pengantar Ilmu Komunikasi. PT.
Group.
Raja Grafindo Persada, Jakarta
Littlejohn, Stephen. 2002. Theories of
Harun, Rochajat,. Ardianto, Elvinaro, 2012.
Human
Communication.
Komunikasi Pembangunan Sosial
California:Wadsworth Publishing
dan Perubahan Sosial., Rajawali
Company
Machfoedz, Mahmud. (2010). Komunikasi
Pers., Jakarta.
Hardjosoemantri, K. 2009. Hukum Tata
Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Hartono.
2006.
Bagaimana
Menulis
Tesis.Malang: Penerbit Universitas
Muhmadiyah Malang.
Hafied Cangara. 2005. Pengantar Ilmu
Komunikasi. Jakarta : PT. Raja
Grafindo. Persada.
Ilham
Prisgunanto.
2006.
Komunikasi
Pemasaran: Strategi dan Taktik.
Bogor Ghalia Indonesia.
Hidayat Zainal. 2011. Metode Penelitian
Kualitatif
Perspektif
fenomenologi;Sebuah Pokok Pikiran.
FISIP Universitas Diponegoro,
Joni. 2015. Hukum Lingkungan Kehutanan.
Yogyakarta:
Pustaka
Pelajar.
Kementerian Lingkungan Hidup
(tanpa
tahun).
Buku
Kecil
Keterlibatan
Krisyantono, Rachmat, 2006., Teknik
Praktis Riset Komunikasi., Prenada
Media Group., Jakarta.
Pemasaran Modern. Yogyakarta :
Cakra. Prophet.
Machmud, S. 2012. Penegakan Hukum
Lingkungan Indonesia. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Miles, B.B., dan A.M. Huberman. 1992. Analisa
Data Kualitatif, Jakarta: UI Press.
Moleong, L. 2007. Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Morissan., 2013., Teori Komunikasi., Ghalia
Indonesia., Bogor.
Mulyana, Deddy. 2000. Ilmu Komunikasi Suatu
Pengantar.
Remaja
Rosdakarya,
Bandung
-----------. 2010. Ilmu Komunikasi Suatu
Pengantar. Rosda Karya, Bandung
-----------.
2001.
Metodologi
Penelitian
Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu
Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya.
Remaja Rosda Karya, Bandung
-----------. 2001. Ilmu Komunikasi: Suatu
Pengantar. Bandung: Rosda Karya,
Bandung.
-----------. 2004. Ilmu Komunikasi: Suatu
Pengantar. Bandung: Remaja Rosda
Karya.
Kementerian Lingkungan Hidup. 2010. Sekilas
Tentang
AMDAL.
Jakarta:
Kementerian Lingkungan Hidup.
2006.
Metode
Penelitian
Keraf, S. 2002. Etika Lingkungan. Jakarta: -----------.
Kualitatif; Paradigma baru Ilmu
Penerbit Kompas.
Hasrina, Anwar Bey & Muh. Zein abdullah“Model Komunikasi Perencanaan Komunikasi Izin
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) (Studi Pada Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi
Tenggara)
Jurnal Komunikasi Pembangunan
15
Komunikasi dan Ilmu Sosial -------------, 2004., Teori Komunikasi, Universitas
Terbuka, Jakarta.
lainnya,
Remaja
Rosdakarya,
Sugiono.,
2010.
Metode
Penelitian
Bandung.
Kuantitatif Kualitatif dan R&D.,
-----------.
2007. Metode Penelitian
ALFABETA, Cv., Bandung.
Komunikasi, Remaja Rosdakarya,
Strauss,A dan Corbin,J. 2003.Dasar Dasar
Bandung.
-----------. 2008.
Ilmu
Komunikasi
Suatu
Pengantar. PT Remaja Rosdakarya,
Bandung.
-----------. 2005.
Ilmu
Komunikasi
Suatu
Pengantar. PT Remaja Rosda Karya:
Bandung.
-----------, Deddy, dan Solatun. 2007. Metode
Penelitian Komunikasi, Contohcontoh Penelitian Kualitatif Dengan
Pendekatan Praktis. PT. Remaja
Rosda Karya: Bandung.
Mustofa, H.A. 2005. Kamus Lingkungan.
Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Nasution S. 1992. Metodologi Penelitian
Naturalistik
Kualitatif.
Bandung:
Tarsito
Nasution, Zulkarimen. 1996. Komunikasi
Pembangunan.
Jakarta:
Raja
Grafindo Persada.
-----------,2005.
Komunikasi
Politik.
Komunikator, Pesan, dan Media.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Rahmadi, T. 2011. Hukum Lingkungan di
Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Rakhmat,
Jalaluddin,
2008.
Psikologi
Komunikasi. Bandung. PT. Remaja
Rosdakarya.
-----------,1998. Metode Penelitian Komunikasi.
Bandung: Remaja Rosda Karya.
-----------,1984. Metode Penelitian Komunikasi.
Bandung: C.V Remadja Karya
Rogers, Everett M., D. Lawrence Kincaid. 1981.
Communication Networks: Toward a
New Paradigm for Research. New
York: The Free Press.
Rohim, Syaiful. 2009. Teori Komunikasi. Jakarta:
PT. Rineka Cipta.
Sendjaja, Sasa Djuarsa,1994. Pengantar
Komunikasi. Universitas Terbuka,
Jakarta
Penelitian
Kualitatif.Terjemahan
Muhammad Shodiq dan Imam
Muttaqien.Yogyakarta:
Pustaka
Pelajar.
West, Richard. Lynn H.Turner. 2008.
“Pengantar
Teori
Komunikasi”.
Jakarta. Salemba Humanika.
West Richard dan Lynn H. Turner. 2008.
Pengantar Teori Komunikasi: Analisis
Dan Aplikasi. Buku 1 edis ke-3.
Terjemahan Maria Natalia Damayanti
Maer. Jakarta: Salemba Humanika
West, Richard. Lynn H.Turner. 2007.
“Pengantar Teori Komunikasi”.
Jakarta. Salemba Humanika.
Wiryanto, 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi.
Grasindo, Jakarta
Undang-Undang
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan
Dan
Pengelolaan
Lingkungan Hidup
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang
Hak Asasi Manusia
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012
tentang Izin Lingkungan
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Republik Indonesia Nomor 17 Tahun
2012 tentang Pedoman Keterlibatan
Masyarakat Dalam Proses Analisis
Dampak Lingkungan Hidup Dan Izin
Lingkungan
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Republik Indonesia Nomor 05 Tahun
2012 tentang Jenis Rencana Usaha
Dan/Atau Yang Wajib Memiliki Analisi
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
Hasrina, Anwar Bey & Muh. Zein abdullah“Model Komunikasi Perencanaan Komunikasi Izin
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) (Studi Pada Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi
Tenggara)
Jurnal Komunikasi Pembangunan
16
Hasrina, Anwar Bey & Muh. Zein abdullah“Model Komunikasi Perencanaan Komunikasi Izin
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) (Studi Pada Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi
Tenggara)
Download