II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perubahan Iklim dan Persepsi Suatu kejadian dapat menimbulkan beragam persepsi dalam masyarakat. Salah satunya adalah fenomena perubahan iklim dan dampak yang ditimbulkan. Dampak ini dapat bersifat global, regional, maupun lokal. Melalui persepsi dapat diketahui pula sejauh mana tingkat pengetahuan dan pandangan masyarakat mengenai perubahan iklim, serta dampak lokal yang diterimanya. Hal ini berimplikasi pada kesigapan dalam menentukan pilihan yang berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat dan upaya untuk mengantisipasi dampak yang lebih besar. Oleh sebab itu, fenomena ini penting untuk dipahami. 2.1.1 Pemahaman Mengenai Perubahan Iklim Perubahan iklim merupakan implikasi dari pemanasan global yang mengakibatkan ketidakstabilan atmosfer di lapisan bawah terutama yang dekat dengan permukaan bumi. Pemanasan global ini disebabkan oleh meningkatnya gas-gas rumah kaca yang menimbulkan efek pemantulan dan penyerapan terhadap gelombang panjang yang bersifat panas (inframerah) kembali ke permukaan bumi (Susandi et al. 2008). Emisi gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global tersebut dominan dihasilkan dari penggunaan bahan bakar fosil. Ada pun sektor lain yang berkontribusi signifikan dalam proses ini antara lain sektor pertanian, sektor industri, dan kegiatan pembukaan lahan hutan (forest clearing). Kegiatan tersebut menimbulkan risiko signifikan yang mempengaruhi kehidupan manusia dan sistem alam (IPCC 2007) dalam (Matson et al. 2010). Mc. Carthy et al. (2001) dalam Grothmann dan Patt (2005) menyatakan dampak yang ditimbulkan dari perubahan iklim antara lain peningkatan suhu bumi, kenaikan permukaan air laut, cuaca ekstrim, gangguan terhadap biodiversitas, dan kerugian properti. 2.1.2 Pengertian dan Konsep Persepsi Nazir (1988) mendefinisikan persepsi sebagai cara responden menilai sesuatu tentang perilakunya sendiri dalam hubungannya dengan orang lain atau lingkungannya. Sedangkan, Rakhmat (2005) mengemukakan bahwa persepsi merupakan pemberian makna melalui stimulasi inderawi. Penduduk lokal Phinaya di wilayah Pegunungan Andes, Peru, dalam studi Adger et al. (2009) mengemukakan berbagai persepsi mengenai perubahan iklim. Fenomena alam yang disebabkan oleh ketidakstabilan atmosfer ini dianggap sebagai suatu proses lingkungan yang menyebabkan mencairnya lapisan es di wilayah tersebut. Proses ini beberapa kali disebut oleh masyarakat setempat sebagai ‘tukurapunqa vida’ yang berarti akhir dari kehidupan. Makna kalimat tersebut lebih direpresentasikan kepada kepunahan Alpaca (spesies domba di wilayah Andes) dan kedatangan angin besar yang akan menyapu seluruh vegetasi. Studi lain menyatakan penduduk lokal Phinaya juga memiliki berbagai persepsi mengenai penyebab perubahan iklim, antara lain polusi, pertambangan, industri dan perkotaan, serta kekuatan supranatural seperti kutukan Tuhan (Dewa Apus) dan nilai spiritual yang ada pada sebuah gunung. Ditinjau dari penyebabnya perubahan iklim merupakan hasil dari berbagai kegiatan manusia yang memberikan timbal balik pada sejumlah aspek kehidupan. Dampak negatif yang ditimbulkan bagi kehidupan manusia memunculkan persepsi yang berbeda-beda dalam masyarakat. Hal ini dapat diakibatkan oleh perbedaan tingkat dampak yang diterima masyarakat. 2.1.3 Banjir Rob Salah satu dampak perubahan iklim adalah banjir akibat kenaikan permukaan air laut yang dikenal dalam istilah Indonesia sebagai banjir rob. Berdasarkan hasil studi oleh Handoko et al. (2009), hal ini disebabkan oleh mencairnya permukaan es di kutub utara. Fenomena kenaikan tinggi permukaan air laut ini mempercepat proses erosi pantai (abrasi), intrusi air laut, merusak lahan basah di wilayah pantai, dan menenggelamkan pulau-pulau kecil. Beberapa lokasi di Pulau Jawa yang rentan terhadap banjir rob merupakan wilayah yang berbatasan langsung dengan Pantai Utara Jawa. Fauzi et al. (2010) menyatakan beberapa wilayah yang rentan tersebut antara lain Jakarta, Pekalongan, Jepara, dan Semarang6. Banjir rob dan fenomena lain yang timbul sebagai efek samping dari naiknya permukaan air laut yang telah disebutkan di atas memberikan dampak secara langsung maupun tidak langsung terhadap perubahan kesejahteraan masyarakat. Dampak tersebut umumnya merupakan kehilangan pendapatan atau peningkatan jumlah pengeluaran untuk beradaptasi, misalnya biaya rekonstruksi rumah, biaya pembelian air bersih, dan lain sebagainya. 2.2 Adaptasi Terhadap Perubahan Iklim The 3rd Assessment Report of the IPCC (2001) dalam Adger et al. (2009) menerjemahkan adaptasi terhadap perubahan iklim sebagai penyesuaian pada alam maupun sistem kehidupan manusia dalam rangka merespon pergerakan iklim dan dampaknya yang merugikan atau mengurangi peluang manfaat. Adaptasi tersebut dibedakan ke dalam beberapa tipe yaitu adaptasi antisipatif dan 6 http://www.pices.int/publications/presentations/2010-Climate-Change/C1/C1-6124-Fauzi.pdf diakses pada tanggal 11 Februari 2011 reaktif, adaptasi privat dan publik, serta adaptasi terencana dan otonomi. Ada pun beberapa konsep yang berhubungan dengan adaptasi antara lain kapasitas adaptasi, manfaat adaptasi, biaya adaptasi, dan penilaian adaptasi. 2.2.1 Strategi Adaptasi Masyarakat Adaptasi disusun oleh berbagai tindakan dalam masyarakat yang dilakukan oleh individu, kelompok, dan pemerintah. Adaptasi dilatarbelakangi oleh berbagai faktor termasuk perlindungan terhadap kesejahteraan dan keselamatan. Hal tersebut dapat dilakukan secara individu atas dasar kepentingan pribadi, atau tersusun dalam aksi pemerintah dan publik untuk melindungi penduduknya (Adger et al. 2004). Burton et al. (1993) dalam Adger et al. (2005) menjelaskan klasifikasi adaptasi yang berbasis pada strategi sering kali berfokus pada tingkat kerugian yang diderita, kerugian yang dapat dihindari, modifikasi kejadian, pencegahan dampak, pengubahan pemanfaatan, atau pemindahan lokasi. Klasifikasi ini merupakan ekspansi dari tiga landasan adaptasi, yaitu (Adger 2005): a. Mengurangi sensitivitas sistem yang terkena dampak, misalnya dengan memastikan bangunan di kawasan banjir dibangun dengan lantai dasar yang tahan banjir. b. Mengubah kapasitas sistem untuk menerima dampak perubahan iklim, misalnya meningkatkan kesigapan dan mitigasi terhadap bahaya. c. Meningkatkan daya tahan sistem sosial dan ekologi, hal ini dapat dicapai melalui berbagai tindakan yang tidak hanya meningkatkan kesejahteraan dan jaminan akses terhadap sumberdaya, tetapi juga tindakan yang spesifik yang dapat memulihkan kembali populasi tertentu dari kerugian yang dideritanya. Adaptasi merupakan salah satu bentuk respon masyarakat dalam menyikapi perubahan lingkungan. Dibutuhkan sejumlah pengeluaran dalam melakukan tindakan responsif ini, khususnya yang bersifat pencegahan terhadap nilai kerugian yang lebih tinggi. Biaya adaptasi yang ditanggung masyarakat dapat berbeda satu sama lain. Hal ini didasarkan pada berbagai faktor sosial dan ekonomi masyarakat, serta tingkat dampak yang diterima oleh tiap individu. 2.3 Averting Behavior Method Pendekatan yang dapat digunakan dalam mengestimasi besar biaya adaptasi masyarakat adalah Averting Behavior Method (ABM). Metode ini menggambarkan sejumlah biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat dengan tujuan mencegah atau mengurangi dampak degradasi lingkungan (Garrod dan Willis 1999). Metode ABM ini terbatas untuk kasus dimana rumah tangga mengeluarkan sejumlah uang untuk mengimbangi dampak lingkungan yang diterima (Pearce 1993). Pendekatan ini terbagi menjadi tiga, yaitu: 1. Biaya Pencegahan (Preventive Expenditure) Pendekatan biaya pencegahan merupakan pendekatan melalui estimasi kesediaan individu untuk mengeluarkan biaya agar dapat terhindar dari kerusakan akibat degradasi lingkungan (Garrod dan Willis 1999). Biaya pencegahan dikeluarkan untuk melindungi rumah tangga dari penurunan kesejahteraan (Hanley dan Spash 1993). 2. Biaya Pengganti (Replacement Cost) Pendekatan biaya pengganti digunakan untuk menggantikan aset pada harga saat ini. Penilaian dilakukan dengan mengestimasi biaya yang dikeluarkan masyarakat untuk menggantikan manfaat jasa lingkungan yang rusak dengan suatu nilai jasa lingkungan yang tidak mengalami kerusakan (Jones et al. 2000). 3. Biaya Substitusi (Substitute Cost) Pendekatan biaya substitusi dilakukan dengan mengestimasi biaya yang dikeluarkan masyarakat dalam mensubstitusi barang dan jasa yang hilang akibat degradasi lingkungan (Jones et al. 2000).