BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik Rumah Makan Menurut Marsum (2005:7) Rumah makan adalah suatu tempat atau bangunan yang diorganisasi secara komersial, yang menyelenggarakan pelayanan dengan baik kepada semua tamunya baik berupa makan maupun minum. Rumah makan ada yang berada dalam suatu hotel, kantor maupun pabrik, dan banyak juga yang berdiri sendiri diluar bangunan itu. Tujuan operasi rumah makan adalah untuk mencari untung sebagai mana tercantum dalam definisi Prof. Vanco Christian dari school hotel admnistration di Cornell University. Selain bertujuan bisnis atau mencari untung, membuat puas para tamu pun merupakan tujuan operasi rumah makan yang utama. Selanjutnya bisnis ini terjadi semacam barter antara pembeli dengan penjual; dalam hal ini produk jasa dengan uang. Barter ini tidak akan berjalan dengan mulus kalau petugas-petugas yang akan menangani pelayanan tidak diseleksi secara cermat, dididik dan dilatih dengan baik, diajar berkomunikasi serta dikoordinasikan dengan teliti serta dipersiapkan dengan kesungguhan hati. Karena berkecimpung dalam produk jasa, di mana yang dihadapi adalah manusia, yakni tamu-tamu dan bukan berupa benda mati seperti buku, kertas serta pensil sebagaimana layaknya yang dihadapi oleh pegawai kantor pada umumnya, maka seharusnya menyesuaikan diri. Perlu diingat bahwa rumah makan mempunyai tujuan untuk mengejar keuntungan demi kelangsungan hidup usaha itu (Marsum, 2005 : 7). Rumah makan berarti uang karena itu harus diketahui pasti bagaimana mengelolahnya, bagaimana cara membuat tamu-tamu senang dan puas sehingga mereka selalu berkeinginan untuk menjadi langganan rumah makan. Terdapat bermacam-macam definisi mengenai rumah makan. Design didalam suatu rumah makan adalah rencana, maksud, dan tujuan. Jadi rumah makan sebenarnya adalah suatu bisnis yang direncanakan dengan baik yang dimaksudkan dan ditujukan untuk suatu tujuan tertentu. Kalau berbicara tentang design didalam rumah makan, maka berarti harus men-design rumah makan dalam tiga hal, yakni how tu run it, how to do it, dan how to get it (bagaimana mengelolanya, mengerjakannya, dan mendapatkannya). Dalam usaha rumah makan ada hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu : 1. Sarana Rumah Makan Pengertian rumah makan yaitu usaha komersial jasa pelayanan makanan dan minuman untuk umum di tempat usahanya dan bentuk usahanya ada yang berupa depot, kantin, dan kafetaria. Untuk jenis makanannya terdiri dari masakan Jawa, Cina, dan Padang. Produk rumah makan, antara lain salah satu jenis produk utama rumah makan. Jenis makanan yang dijual disesuaikan dengan tipe rumah makan bersangkutan dan ditawarkan kepada tamu dengan menggunakan daftar makanan (Menu) dan jenis makanan yang secara umum dapat dibagi berdasarkan Negara asal antara lain makanan Indonesia yaitu jenis makanan yang ada di Negara Indonesia termasuk makanan Khas Daerah (Mukono, 2004 : 98) 2. Unsur-Unsur Sukses Pelayanan Ruang Makan Menurut Marsum (2005 : 14) dengan tanpa memperhatikan tipe ruang makan yang ditampilkan ada dua unsur untuk sukses, yaitu kesopanan-kebaikan serta efisiensi atau ketepat-gunaan. Kesopanan-kebaikan tersebut harus berpangkal dari sifat dasar asli dari staff rumah makan/restoran untuk berbuat semua yang layak guna memenuhi apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh para tamu selama mereka menikmati makan dan minum di rumah makan/restoran. Sedangkan efisiensi atau ketepat-gunaan adalah bagaimana cara staff rumah makan/restoran mengorganisasikan operasi pelayanan makanan untuk menjual atau mengantarkan produksi-makanan secara efektif. Efisiensi berarti juga suatu fast food rumah makan/restoran atau segala sesuatu yang berkenaan dengan langkah-langkah pelayanan yang baik waktu tamu sedang sepi (tidak banyak tamu) namun dapat menghasilkan check rata-rata yang tinggi, di dalam ruang makan yang menjual hidangan A’le carte. Efisiensi juga berarti mengurangi pemborosan dari suatu sumber yang mahal agar cost tidak lebih tinggi dari yang telah ditentukan, yang akan menyebabkan berkurangnya laba atau keuntungan rumah makan/restoran. Para karyawan di rumah makan/restoran harus benar-benar ahli sebagaimana anggota staff yang lain. Mereka harus menggunakan standard yang paling tinggi dalam penampilan setiap saat, mempersembahkan kemampuan untuk membuat puas para tamu sebagai tujuan utama, selain harus menyadari bahwa senantiasa ada hal-hal baru yang dipelajari. Salah satu tujuan dari Food & Beverage Manager ialah memberikan kesempatan kepada staff pelayanan untuk meningkatkan keahliannya sendiri dan keahlian lain lebih jauh lagi. Dengan cara ini maka tamu tidak hanya akan menghargai cara pendekatan petugas rumah makan/restoran, tetapi operation restoran itu sendiri akan menjadi bonafit (Marsum, 2005 : 15). B. Pengertian Studi Kelayakan Studi kelayakan adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha atau proyek. Studi kelayakan juga sering disebut dengan feasibility study merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan usaha atau proyek yang direncanakan. Pengertian layak dalam penilaian ini adalah kemungkinan dari gagasan usaha atau proyek yang akan dilaksanakan memberikan manfaat (benefit), baik dalam arti financial benefit maupun dalam arti social benefit (Ibrahim, 2009 : 1) Menurut Ibrahim (2003) dalam Alhusna (2011:17), studi kelayakan bisnis adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha atau proyek. Studi kelayakan bisnis adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu bisnis. Keberhasilan ditafsirkan sebagai manfaat ekonomis. Sedangkan menurut Kadariah, Kahlien dan Clive (1999) dalam Alhusna (2011 : 25) proyek sebagai suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit), atau suatu aktivitas di mana dikeluarkan uang dengan harapan untuk mendapatkan hasil (return) di waktu yang akan datang dan dapat direncanakan, dibiayai dan dilaksanakan sebagai satu unit. Studi kelayakan pada akhir-akhir ini telah banyak dikenal oleh masyarakat, terutama masyarakat yang bergerak dalam bidang dunia usaha. Bermacam-macam peluang dan kesempatan yang ada dalam kegiatan dunia usaha, telah menuntut perlu adanya penilaian sejauh mana kegiatan/kesempatan tersebut dapat memberikan manfaat (benefit) bila diusahakan. Kondisi lingkungan yang sangat dinamis dan intensitas persaingan yang semakin ketat membuat seorang pengusaha tidak cukup hanya mengandalkan pengalaman dan intuisi saja dalam memulai usahanya. Seorang pengusaha dituntut untuk melakukan studi kelayakan terhadap ide bisnis yang akan dijalankan agar tidak terjadi ketelanjuran investasi di kemudian hari. Selain itu, sebelum sebuah ide bisnis dijalankan, beberapa pihak selain pelaku bisnis juga membutuhkan studi kelayakan dengan berbagai kepentingannya (Suliyanto, 2010:3). C. Aspek-Aspek Studi Kelayakan Menurut Suliyanto (2010 : 9) untuk memperoleh kesimpulan yang kuat tentang dijalankan atau tidaknya sebuah ide bisnis, studi kelayakan bisnis yang mendalam perlu dilakukan beberapa aspek kelayakan bisnis yaitu : a. Aspek Hukum Aspek yang menganalisis kemampuan pelaku bisnis dalam memenuhi ketentuan hukun dan perizinan yang diperlukan untuk menjalankan bisnis di wilayah tertentu. b. Aspek Lingkungan Aspek lingkungan menganalisis kesesuaian lingkungan sekitar (baik lingkungan operasional, lingkungan dekat, dan lingkungan jauh) dengan ide bisnis yang akan dijalankan. Dalam aspek ini dampak bisnis bagi lingkungan juga dianalisis. c. Aspek Pasar dan Pemasaran Aspek pasar menganalisis potensi pasar, intensitas persaingan, market share yang dapat dicapai, serta menganalisis strategi pemasaran yang dapat digunakan untuk mencapai market share yang diharapkan. d. Aspek Teknis dan Teknologi Aspek teknis menganalisis kesiapan teknis dan ketersediaan teknologi yang dibutuhkan untuk menjalankan bisnis. e. Aspek Manajemen dan Sumber Daya Manusia Aspek manajemen dan sumber daya manusia menganalisis tahap-tahap pelaksanaan bisnis dan kesiapan tenaga kerja, baik tenaga kerja kasar maupun tenaga kerja terampil yang diperlukan untuk menjalankan bisnis. f. Aspek Keuangan Aspek keuangan menganalisis besarnya biaya investasi dan modal kerja serta tingkat pengembalian investasi dari bisnis yang akan dijalankan. D. Faktor-Faktor Pendukung Rumah Makan Memulai bisnis di bidang kuliner memang mudah, tapi yang harus diperhatikan adalah gulung tikarnya juga tidak kalah mudah, alias cepat juga yang bangkrut setelah membuka usaha. Karena para pemula atau calon pengusaha sukses di bidang kuliner harus lebih jeli memanfaatkan peluang yang ada dan berani berinovasi menghasilkan karya yang berbeda. Hal dilakukan karena setiap harinya tingkat persaingan bisnis di bidang tersebut menunjukan peningkatan yang semakin pesat. Jadi, bila tidak menciptakan sesuatu yang hebat, bisa dipastikan bisnis akan terancam tamat. Dalam menjalankan bisnis, ada lima faktor utama pendukung rumah makan yakni : 1. Produk makanan yang berkualitas menjadi modal utama bagi untuk memenangkan persaingan bisnis. Pada umumnya kualitas makanan terbagi menjadi dua kelas, yaitu real quality dan perceive quality. Untuk real quality biasanya lebih mengutamakan cita rasa makanan yang disajikan dan bahan baku yang digunakan. Sedangkan untuk perceive quality, para produsen tidak hanya memperhatikan cita rasa makanan yang dihasilkan tetapi juga memperhitungkan faktor kesehatan bagi para konsumennya. 2. Lokasi usaha menjadi faktor pendukung kesuksesan bisnis ini. Tak bisa dipungkiri bahwa lokasi usaha yang strategis mempermudah para pengusaha untuk menjaring banyak konsumen. Meskipun begitu, tidak perlu terlalu memaksakan diri untuk mencari tempat usaha yang dekat dengan jalan raya atau di sebuah mall besar. Sebab, yang dimaksud strategis tidak selamanya harus dekat dengan pusat keramaian. Yang terpenting adalah mencari tempat yang memiliki kesesuaian antara makanan yang ditawarkan dengan target pasar yang dibidik. Misalnya menawarkan burger mini, maka lokasi usaha yang cukup strategis adalah di sekitar sekolah ataupun kampus. 3. Berusaha membentuk persepsi konsumen, membentuk persepsi konsumen menjadi salah satu strategi untuk mengenalkan bisnis makanan yang sedang dijalankan. Strategi ini juga membantu menanamkan citra merek atau ciri khas tertentu di hati para konsumen. Jadi, sebisa mungkin harus memberikan pelayanan terbaik bagi para konsumen, menciptakan inovasi baru dalam mengemas produk makanan, serta menyajikan menu baru yang belum pernah ada sebelumnya. 4. Tidak ragu untuk mempromosikan bisnis makanan yang dijalankan. Faktor keempat ini sering diabaikan para pelaku usaha dalam mengembangkan bisnis, sehingga banyak bisnis rumah makan atau restoran yang akhirnya bangkrut dan tutup karena gagal dalam hal pemasaran. Maka dari itu harus aktif mempromosikan bisnis ke area publik, seperti melalui media online, pemasaran produk dengan brosur, memasang spanduk dan neonbox di depan lokasi usaha, atau mempromosikan bisnis melalui billboard yang terpasang di sepanjang jalan raya. 5. Melengkapi bisnis Standard Operational Procedur (SOP). Jika bisnis kuliner atau rumah makan yang dijalankan sudah berkembang besar, maka tidak ada salahnya bila dilengkapi dengan SOP yang baku. Hal ini penting sebelum akhirnya membuka cabang baru atau menawarkan bisnis makanan tersebut sebagai peluang investasi waralaba. Dengan SOP yang jelas, maka bisnis makanan yang dijalankan bisa semakin terarah dan memiliki kualitas pelayanan yang terjaga. E. Analisis Kelayakan Finansial Kelayakan artinya penelitian yang dilakukan secara mendalam tersebut dilakukan untuk menentukan apakah usaha yang akan dijalankan akan memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan. Dengan kata lain kelayakan dapat diartikan bahwa usaha yang dijalankan akan memberikan keuntungan finansial dan non-finansial sesuai dengan tujuan yang mereka inginkan. Layak di sini diartikan juga akan memberikan keuntungan tidak hanya bagi perusahaan yang menjalankannya, akan tetapi juga bagi investor, kreditur, pemerintah dan masyarakat luas. Analisis kelayakan usaha dimaksudkan untuk mengevaluasi apakah usaha tersebut layak atau tidak untuk diusahakan. Untuk mengevaluasi kelayakan usaha perlu diketahui besar manfaat dan besar biaya dari setiap unit yang dianalisis. Dalam hal ini yang dihitung sebagai benefit (hasil) adalah apa yang diperoleh orang-orang atau badan swasta yang menanamkan modalnya dalam usaha tersebut (Umar, 2005:21). Analisis finansial adalah suatu analisis yang membandingkan antara biaya dan manfaat untuk menentukan apakah suatu proyek akan menguntungkan selama umur proyek Husnan dan Muhammad (2000) dalam (Oktafiyani, 2009:50). Sedangkan menurut Kadariah (1988) dalam Alhusna (2011:27) Analisis finansial adalah penilaian proyek dari sudut badan-badan atau orang yag menanam modalnya dalam proyek atau yang berkepentingan secara langsung dalam proyek. Analisis atau pendekatan ini menitik beratkan pada pendekatan mikro. Artinya dalam analisis atau pendekatan ini kegiatan dan hasil-hasil suatu proyek dilihat dari kepentingan individu atau perusahaan atau kepentingan para pemegang saham perusahaan tersebut, yakni laba yang dihasilkan proyek (private return) atau laba bisnis (business profit) (Lihan dan Yogi, 2009 : 40). Dalam menentukan layak atau tidaknya usaha, fungsi terpenting adalah aspek finansial, dimana usaha hanya dapat terlaksana bila ada anggaran dana. Aspek finansial berkaitan dengan bagaimana menentukan kebutuhan jumlah dana dan sekaligus pengalokasiannya serta mencari sumber dana yang bersangkutan secara efisien, sehingga memberikan tingkat keuntungan yang menjanjikan bagi investor (Husen, 2009 : 79). Kegiatan usaha dikatakan layak jika memberikan keuntungan finansial, sebaliknya kegiatan usaha dikatakan tidak layak apabila usaha tersebut tidak memberikan keuntungan finansial Gittinger (1986 : 212). Dalam analisis finansial tedapat dua metode yang dapat digunakan untuk perhitungannya, yaitu perhitungan yang tidak memperhatikan nilai uang karena faktor waktu yang terdiri atas revenue-cost ratio (R/C), periode pengembalian investasi (Payback Periode) dan Break Event Point (BEP). Sedangkan menurut Ibrahim, (2009 : 147) untuk analisis yang memperhatikan nilai uang karena faktor waktu digunakan terdiri atas : Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (B/C), Internal Rate Of Return (IRR) dan Pay Back Period sebagai berikut : 1. Net Present Value (NPV) Menurut Ibrahim (2009 : 142) Net Present Value (NPV) adalah nilai keuntungan bersih atau perolehan keuntungan yang diperoleh di akhir pengerjaan proyek/investasi. Perhitungan Net Present Value sering dipakai sebagai pembantu dalam mengukur apakah suatu proyek dapat dinyatakan feasible (layak) atau tidak. Biasanya perbandingan antara 2 proyek atau lebih dalam periode waktu yang diperhitungkan. Selanjutnya seorang yang akan mengerjakan project akan dapat mengambil keputusan manakah proyek yang lebih realistis untuk dikerjakan (Fachmi, 2011 : 83-84). Net present value adalah kriteria investasi yang banyak digunakan dalam mengukur apakah suatu proyek feasible atau tidak. Perhitungan Net present value merupakan net benefit yang telah didiskon dengan menggunakan social opportunity cost of capital (SOCC) sebagai discount factor. 2. Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate of Return (IRR) adalah suatu tingkat discount rate yang menghasilkan net present value sama dengan 0 (nol). Dengan demikian apabila hasil perhitungan IRR lebih besar dari social opportunity cost of capital (SOCC) dikatakan proyek/usaha tersebut feasible, bila sama dengan SOCC berarti pulang pokok dan di bawah SOCC proyek tersebut tidak feasible. 3. Benefit Cost Ratio (BCR) Benefit Cost Ratio (BCR) adalah perbandingan antara present value manfaat dengan present value biaya. Dengan demikian benefit cost ratio menunjukkan manfaat yang diperoleh setiap penambahan satu rupiah pengeluaran. BCR akan menggambarkan keuntungan dan layak dilaksanakan jika mempunyai BCR > 1. Apabila BCR = 1, maka usaha tersebut tidak untung dan tidak rugi, sehingga terserah kepada penilai pengambil keputusan dilaksanakan atau tidak. Apabila BCR < 1 maka usaha tersebut merugikan sehingga lebih baik tidak dilaksanakan (Gittinger, 1986 : 90). B/C ratio mengukur mana yang lebih besar, biaya yang dikeluarkan dibanding hasil (output) yang diperoleh. Biaya yang dikeluarkan dinotasikan sebagai C (cost). Output yang dihasilkan dinotasikan sebagai B (benefit). Jika nilai B/C = 1 maka B < C, yang artinya output yang dihasilkan lebih kecil dari pada biaya yang dikeluarkan. Begitu juga sebaliknya. Keputusan menerima atau menolak proposal investasi dapat dilakukan dengan melhat nilai B/C (Rahardja dan Manurung, 2008 : 275). 1. Profitability Ratio (PR) Profitability Ratio digunakan untuk mengetahui besarnya net return bagi modal investasi yang ditanam dalam modal. Besarnya net return bagi modal investasi adalah Gross Benefit dikurangi biaya operasional dan pemeliharaan. Profitability Ratio merupakan suatu ratio pembanding antara selisih benefit dengan biaya operasi dan pemeliharaan dibanding dengan jumlah investasi. Nilai dari masing-masing variabel dalam bentuk present value atau nilai yang telah di discount factor dari sosial Opportunity Cost Of Capital yang berlaku dalam masyarakat. Jika PR > 1 maka usaha layak untuk dilaksanakan, akan tetapi jika PR < 1 maka usaha tidak layak untuk dijalankan karena akan mengalami kerugian (Pudjosumarto, 1988 : 51). F. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu tentang analisis kelayakan finansial usaha telah banyak dilakukan, antara lain dilakukan oleh Anggraini (2008), tentang “Analisis Kelayakan Finansial Usaha Ikan Mas (Cyprinus Carpio) dengan cara pemberokan (Kasus : Desa Selajambe, Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat)”, Metode analisis yang digunakan analisis kelayakan finansial. Hasil penelitian yang diperoleh adalah usaha ikan mas dengan cara pemberokan pada skala menengah adalah yang paling layak untuk diusahakan. Hal tersebut dikarenakan usaha yang dilakukan pada skala menengah merupakan yang paling optimal dimana produksi ikan mas per meter persegi untuk skala menengah sudah lebih sesuai dengan kondisi ideal menurut dinas perikanan. Sementara untuk skala kecil dan besar, produksi ikan mas per meter persegi belum mencapai kondisi ideal. Jumlah tenaga kerja yang kurang seimbang dengan luas usaha yang diolah mengakibatkan sistem budidaya pada skala usaha besar, khususnya cara pemupukan dan pemberian pakan, tidak dilakukan secara optimal. Sementara pada skala usaha kecil, penggunaan benih yang kurang berkualitas menyebabkan usaha ikan mas pada skala tersebut memiliki tingkat kelayakannya lebih rendah dibandingkan dengan skala lainnya. Syarief (2011), melakukan penelitian tentang “Analisis Kelayakan Usaha Produk Minyak Aromatik Merek Flosh (Studi Kasus Pada UKM Marun Aromaterapi)”, Metode analisis yang digunakan adalah analisis usaha berdasarkan nilai IRR, PI, NPV, BEP, PP, B/C Ratio, dan analisis sensitivitas. Hasil penelitian yang diperoleh dari segi kuantitatif maupun kualitatif menunjukkan usaha ini layak untuk dijalankan. Hal tersebut salah satunya ditunjukkan dengan analisis finansial yang menghasilkan nilai NPV yang positif yaitu sebesar Rp.659.100.845,-, nilai IRR 79.50 persen dimana nilai ini lebih besar dari suku bunga pinjaman (14 persen). Net B/C 2.50, BEP Rp.133.149.038 dan PBP 1.25 tahun yang berarti usaha ini sudah dapat menutup biaya investasi awalnya sebelum umur usaha berakhir. Hasil analisis sensitivitas dengan skenario peningkatan biaya variabel 10 persen menunjukkan usaha ini menjadi tidak layak. Berbeda dengan skenario penurunan volume penjualan 20 persen menunjukkan usaha ini masih layak dijalankan. Alhusna (2011), melakukan penelitian tentang “Analisis Kelayakan Bisnis Usaha Kedai Kopi Mobile di Wilayah Kota Bogor”, Metode analisis yang digunakan adalah analisis non finansial, yaitu aspek pasar, aspek manajemen, aspek teknis, aspek sosial serta melalui analisis finansial dengan menggunakan Internal Rate of Return (IRR), Net Present Value (NPV), Benefit/Cost Ratio (B/C Ratio), yang terdiri dari Net B/C, Break Event Point (BEP) dan Payback Period (PP). Hasil penelitian yang diperoleh adalah usaha kedai kopi yang mobile atau ‘Mobile Cafe’ layak untuk dijalankan dan dikembangkan, karena telah memenuhi kriteria kelayakan dari aspek pasar, aspek manajemen, aspek teknis, aspek sosial, dan aspek finansial. Putera (2006), melakukan penelitian tentang “Evaluasi Kelayakan Usaha Pada Restoran Mie Kondang Jakarta Selatan”, Metode analisis yang digunakan adalah aspek finansial yang dianalisis meliputi kriteria kelayakan finansial (Net B/C, NPV, IRR, dan discounted payback periode), dan analisis switching value pada tingkat diskonto 11,98 persen. Hasil penelitian yang diperoleh adalah (1) Keragaan aspek non finansial restoran Mie Kondang, dilihat dari yaitu aspek pasar, aspek teknis dan produksi, aspek hukum, dan aspek manajerial, sudah baik untuk menunjang kinerja restoran; (2) Restoran Mie Kondang telah menghasilkan keuntungan relatif besar yaitu sebesar Rp.127.431.593 pada tahun ke-2 dan tahun ke-3 dan pada tahun ke-4 dan seterusnya sampai tahun ke-8 menghasilkan keuntungan sebesar Rp.128.443.070 setiap tahun; (3) Kelayakan usaha restoran Mie Kondang dilihat dari aspek finansial dikatakan layak untuk dilaksanakan; (4) Hasil switching value menunjukkan bahwa restoran Mie Kondang memiliki kepekaan yang tinggi terhadap perubahan nilai penjualan produk makanan dan terhadap perubahan biaya bahan baku. Satria (2004), melakukan penelitian tentang “Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pembenihan Ikan Gurame di P4S KOPSES, Desa Cibeuteung Muara, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat”, Metode analisis yang digunakan adalah perhitungan analisis kelayakan usaha dilihat dari aspek finansial dengan menggunakan alat ukur investasi yaitu NPV, Net B/C, dan IRR. Hasil peelitian yang diperoleh adalah menunjukkan bahwa nilai NPV sebesar 2,83 dan IRR sebesar 61,75% atau dengan kata lain, NPV bernilai positif, Net B/C > 1 dan IRR > discount rate (16%). Berdasarkan nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa usaha pembenihan ikan gurame di P4S KOPSES layak untuk dijalankan dan dikembangkan. G. Kerangka Pikir Rumah makan Sudi Mampir adalah salah satu usaha yang ada di Kecamatan Bonepantai. Usaha ini menjual berbagai macam makanan dan minuman seperti nasi campur, nasi goreng, sate, gado-gado, kopi, teh hangat dan lain-lain. Selain itu juga rumah makan Sudi Mampir menyediakan berbagai macam makanan ringan dan macam-macam rokok untuk dijual. Rumah makan Sudi Mampir letaknya sangat strategis karena lokasinya berada di tepi pantai sehingga banyak konsumen yang tertarik untuk membeli makanan yang tersedia di rumah makan tersebut. Dalam penelitian ini untuk melihat kelayakan rumah makan Sudi Mampir maka dianalisis menggunakan analisis deskriptif dan analisis kelayakan finansial berupa Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (B/C Ratio), Profitability Ratio (PR). Hal ini dapat dilihat pada gambar 1. Analisis Kelayakan Finansial Rumah Makan Sudi Mampir di Kecamatan Bonepantai Kabupaten Bone Bolango Aspek dan Daya Dukung Faktor-Faktor Pendukung Kelayakan Finansial Analisis - Analisis Deskriptif NPV IRR B/C Ratio PR 1. Layak 2. Tidak layak Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian Analisis Kelayakan Finansial Rumah Makan Sudi Mampir di Kecamatan Bonepantai, Kabupaten Bone Bolango. H. Hipotesis Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka pikir diatas maka hipotesis dalam penelitian ini yaitu: 1. Faktor-faktor pendukung usaha Rumah Makan Sudi Mampir di Kecamatan Bone Pantai Kabupaten Bone Bolango yaitu daya dukung lokasi, daya dukung bahan baku, dan daya dukung konsumen (pelanggan). 2. Usaha Rumah Makan Sudi Mampir layak untuk dikembangkan dari segi finansial di Kecamatan Bone Pantai Kabupaten Bone Bolango.