BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Indonesia jaringan internet mulai dikembangkan pada tahun 1983 di
Universitas Indonesia, yaitu UINET oleh Dr. Joseph F.P. Luhuley, seorang doktor
Filosofi Ilmu Komputer dari Amerika Serikat. Jaringan tersebut dibangun dalam
waktu 4 tahun.1 Hingga pertengahan tahun 1990-an jangkauan internet di Indonesia
semakin meluas, merambah hingga ke pihak-pihak yang bahkan tidak memiliki
komputer atau sambungan telepon di rumahnya. Akses internet terhadap publik yang
semakin luas ini tentu jauh dari pengawasan dibandingkan telepon dan faks untuk
umum. Tak ada data yang mampu menyebutkan tentang siapa pengguna internet.
Dari segi teknis terdapat kesulitan untuk menyensor arus pesan di internet. Hal ini
pula yang nantinya menjadi sebuah problem penting pada masa rezim Soeharto.2
Pada awal perkembangannya, internet dimulai dari kegiatan-kegiatan yang
bersifat non-komersial, seperti kegiatan-kegiatan berbasis hobi, dan dalam
perkembangan selanjutnya kebanyakan diprakarsai oleh kelompok akademis atau
mahasiswa dan ilmuwan yang sebagian pernah terlibat dengan kegiatan berbasis
hobi tersebut melalui upaya membangun infrastruktur telekomunikasi internet.
Peranan pemerintah Indonesia dalam perkembangan jaringan internet di Indonesia
memang tidak banyak, namun juga tidak dapat dikesampingkan, karena mereka juga
1
2
Lihat http://sshientha.blogspot.com/2012/07/sejarah-media-massa-secara-global.html
Ibid,
1
turut berperan dalam berkembangnya sebuah sistem informasi di dalam internet yang
kemampuan aksesnya tinggi atau sering disebut dengan Information Superhighway.3
Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, kebutuhan akan
informasi pun meningkat, media online hadir sebagai alternatif, bagi masyarakat
modern. Kemudahan dalam mengakses informasi membuat masyarakat semakin
bergantung pada media online.
Menyinggung mengenai masyarakat modern maka tentu saja tidak lepas dari
kebutuhan akan bahasa, bahasa inggris telah menjadi bahasa yang mengglobal dan
menjadi kebutuhan bagi masyrakat modern,dengan adanya penyatuan bahasa dimana
bahasa inggris memegang peran penting didalamnya, komunikasi internasional
mencakup bidang pembangunan, teknologi, ekonomi, maupun pendidikan. Arus
globalisasi membuat kebutuhan akan berbahasa inggris semakin meningkat, oleh
sebab itu merambahnya ahli yang berkecimpung di dunia pendidikan menyadari
perlunya
memberikan
pelajaran
bahasa
inggris
secara
intensif
dan
berkesinambungan kepada para muridnya.
Pendidikan sekarang ini bergerak dengan cepat dengan cara-cara instan dan
berjalan seperti mesin turbo. Kita seolah-olah dipacu dengan waktu untuk berlari
sekencang-kencangnya. Dalam dunia pendidikan tidak lepas dari peran individu
dimana semua relasi sosial mempengaruhi kehidupan pribadi yang berinteraksi
didalamnya. Seseorang akan memasuki suatu komunitas mungkin dikarenakan
alasan-alasan eksternal, atau karena stimulasi internal, atau kombinasi dari
3
Ibid,
2
keduanya. Dengan memahami hal tersebut, kita bisa memahami suatu kelompok
masyarakat.
Sebagaimana kita pahami bahwa bahasa memegang peranan penting dalam
mobilitas sehingga kebutuhan masyarakat akan bahasa semakin meningkat. Bahasa
inggris hadir sebagai alat mempermudah masyarakat dalam melakukan aktivitas
seperti dalam hubungan Internasional.
Jika ditelisik lebih dalam lagi hadirnya berbagai lembaga bahasa inggris
lainnya di berbagai daerah yang ditangani oleh tenaga professional, dimana
masyarakat menyadari bahwa sangat penting untuk mendapatkan pendidikan yang
berkualitas, kompeten, sehingga dapat menjadi investasi masa depan oleh karena itu
membutuhkan jasa pelayanan pendidikan yang kompeten di dalam metode
pembelajarannya dan tentunya efisien bagi masyarakat. Tidak dapat dipungkiri
lembaga pendidikan bahasa inggris di berbagai kota besar cukup banyak, dengan
harga yang beragam. Dengan demikian, untuk memperoleh pendidikan bahasa
inggris yang berkualitas, tentunya masyarakat harus memilih untuk mendaftar ke
lembaga pendidikan bahasa inggris yang ternama dengan biaya yang mahal.
Media online dan “Kampung Inggris”
Kebutuhan akan pendidikan bahasa inggris bagi masyarakat di era globalisasi
ini, dan mahalnya biaya untuk memperoleh pendidikan yang layak bagi masyarakat,
mendorong masyarakat untuk mencari alternatif dalam memenuhi kebutuhan akan
bahasa, media online menjadi alat bagi masyrakat untuk memperoleh informasi
tentang berbagai macam lembaga pendidikan bahasa inggris, sebut saja media online
3
Metrotvnews.com, Liputan6.com dan Kompasiana.com adalah situs-situs informasi
yang dapat memberikan informasi secara cepat bagi masyarakat, media online ini
juga yang memberitakan adanya alternatif bagi masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan bahasa inggris, adanya wacana mengenai “Kampung Inggris” yang
terletak di Desa Tulungrejo Kecamatan Pare Kabupaten Kediri yang diberitakan oleh
media online sebagai alternatif masyarakat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Pada media online Metrotvnews.com pada tanggal 09 juni 2013, memberitakan
bahwa “Kampung Inggris” merupakan bukti tumbuhnya ekonomi yang berangkat
dari potensi lokal, selain menawarkan suasana lingkungan keseharian para peserta
kursus yang selalu berbahasa inggris, Pare juga menawarkan biaya belajar yang
murah. Rata-rata setiap bulan biaya kursus sekitar Rp 150 ribu per orang. Pada
media online Liputan6.com pada tanggal 12 Februari 2013, memberitakan bahwa
“Kampung Inggris” yang terletak di Desa Tulungrejo Kecamatan Pare Kabupaten
Kediri Jawa timur, merupakan perkampungan kecil yang damai, sejuk dan jauh dari
keramaian kota, bisa mengisi liburan dengan menawarkan aktivitas dan
berkomunikasi dengan bahasa inggris dalam setiap sisi kehidupan, kampung ini
seperti sudah menjadi pusat pembelajaran bahasa inggris terbesar di Indonesia. Pada
media online Kompasiana.com pada tanggal 12 februari 2013, memberitakan bahwa
barlibur ke “Kampung Inggris” Pare Kediri adalah pilihan yang tepat dan murah,
anda bisa mengajak keluarga, teman atau murid-murid anda, bila anda seorang
pengajar ketika waktu liburan sekolah. Karena biasanya waktu-waktu liburan
sekolah kampung inggris Pare banyak wisatawan yang datang. Untuk soal harga
4
camp disana cukup murah tergantung lembaga mana yang anda pilih dan jenis
program pembelajaran apa yang anda pilih di lembaga kursus tersebut.
Secara keseluruhan dari pemberitaan media online Metrotvnews.com (09 Juni
2013), Liputa6.com (07 Juni 2013), dan Kompasiana.com (12 Februari 2013), secara
bersama-sama menghadirkan wacana dengan memberitakan mengenai pesona Desa
Tulungrejo Kecamatan Pare Kabupaten Kediri sebagai “Kampung Inggris”. Hal ini
yang di prediksi oleh peneliti menjadi salah satu pemicu banyaknya masyarakat yang
datang ke Desa Tulungrejo Kecamatan Pare Kabupaten Kediri hingga saat ini.
Sejalan dengan pemberitaan dari ketiga media online tersebut yakni:
Metrotvnews.com (09 Juni 2013), Liputa6.com (07 Juni 2013), dan Kompasiana.com
(12 Februari 2013), yang bersama-sama melemparkan wacana ke khalayak pembaca
melalui media online tentang adanya “Kampung Inggris” dengan berbagai keunikan
yang berbeda dengan daerah lain, ternyata bertolak belakang dengan pemberitaan
pada media online Kompasiana.com (23 November 2013) pada pemberitaannya
justru melemparkan wacana mengenai pudarnya pesona kampung inggris, dengan
mengangkat judul berita “Kampung Inggris, banyak yang tertipu”, pada
pemberitaannya terkesan bahwa tidak ada yang unik dari “Kampung Inggris” bahkan
beberapa isu mengenai ekonomi mewarnai pemberitaannya.
Perbincangan mengenai pendidikan di Indonesia, apalagi pembahasan untuk
melihat masalah pendidikanmenjadi penting bagi peneliti untuk mengangkat judul
“Pencitraan Desa Tulungrejo Kecamatan Pare Kabupaten Kediri sebagai Kampung
5
Inggris melalui pemberitaan media online: Suatu analisis wacana kritis” menjadi hal
yang menarik untuk diteliti.
B. Rumusan Masalah
Dari sejumlah uraian yang telah digambarkan pada latar belakang masalah,
maka penelitian ini akan dibatasi pada rumusan masalah. Pertanyaan yang diajukan
dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana kerja teks media online sebagai pembentukan opini masyarakat
terhadap “Pencitraan Desa Tulungrejo Kecamatan Pare Kabupaten
Kediri
sebagai Kampung Inggris”?
2. Bagaimana media mengkonstruksi “Desa Tulungrejo Kecamatan Pare Kabupaten
Kediri sebagai Kampung Inggris” ditinjau dari analisis wacana kritis melalui
pemberitaan media online?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang identifikasi masalah dan rumusan masalah
penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui cara kerja teks media online sebagai pembentukan opini masyarakat
terhadap “Pencitraan Desa Tulungrejo Kecamatan Pare Kabupaten Kediri
sebagai Kampung Inggris”.
2. Mangetahui representasi yang di bangun media tentang “Pencitraan Desa
Tulungrejo Kecamatan Pare Kabupaten Kediri sebagai Kampung Inggris”
melalui analisis wacana kritis, yakni pemberitaan media online.
6
D. Manfaat Penelitian
Bagi peneliti, media massa telah lama dipandang sebagai salah satu alat
sekaligus agen representasi realita sosial yang di dalamnya mencakup hubungan
sosial dan kekuasaan, pengetahuan, dan identitas sosial. Sejalan dengan kebutuhan
informasi bagi masyarakat moderen, media online hadir sebagai sarana informasi
yang populer dan menjadi alat untuk melemparkan berbagai wacana yang dapat
berkembang di masyarakat luas. Melalui konsep kritis yang dibangun oleh Norman
Fairclough yang menyebutkan bahwa wacana sebagai bentuk praktik sosial yang
mereproduksi dan mengubah pengetahuan, identitas, hubungan sosial yang
mencakup hubungan kekuasaan di dalamnya serta sekaligus dibentuk oleh struktur
dan praktik sosial lainnya, menaruh perhatiannya pada teks yang mengalami praktik
kewacanaan (produksi dan konsumsi teks), terhadap objek-objek sosial yang ada di
luar, sebelum teks-teks tersebut menjadi sebuah representasi realitas sosial yang ada
di masyarakat. Dengan demikian, penelitian ini pada umumnya mengembangkan
pemikiran konstruktif dimana ingin melihat bahasa sebagai praktik sosial
dikonstruksikan ke dalam teks-teks yang menjadi konstelasi kekuatan kelompokkelompok khusus sosial yang melalui praktik kewacanaannya merepresentasikan
objek-objek sosial yang ada di luar demi kepentingan mereka.
Sehubungan dengan itu, peneliti melihat adanya keterkaitan dengan
keberadaan “Kampung Inggris”, di Desa Tulungrejo Kecamatan Pare, Kabupaten
Kediri merefleksikan konsep Norman Faiclough mengenai analisis wacana yang
berorientasi pada teks, maka peneliti selanjutnya mengambil berita melalui media
7
online, dalam penelitian ini dimana nantinya akan digunakan metode analisis wacana
kritis untuk menganalisa objek kajian tersebut.
E. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah pemberitaaan media online yang terkait mengenai
Desa Tulungrejo Kecamatan Pare Kabupaten Kediri yang di khususkan pada
pemberitaan tahun 2013, yakni:
1. Pada media online Metrotvnews.com tanggal 09 Juni 2013, pada akhir berita
dituliskan nama editor yakni Retno Hernawati, dengan demikian dalam proses
produksi berita editor berperan untuk menjaga kualitas laporan.
2. Pada media online Liputan6.com tanggal 07 Januari 2013, pada akhir berita
tercantum nama citizen journalism yakni Emma Amalia, dengan demikian
penulis berita proses produksi berita melalui proses editing tanpa menghilangkan
maksud berita yang ingin disampaikan oleh penulis.
3. Pada media online Kompasiana.com tanggal 12 februari 2013 dan 23 November
2013, pada masing-masing berita dicantumkan nama penulis, dengan demikian
penulis berita dikategorikan sebagai stand-alone citizen journalism site, dalam
proses produksi berita tanpa melalui proses editing.
F. Teknik Pengumpulan Data dan Teknik Analisis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa teks-teks berita tertulis
yang diambil melalui website dalam hal ini media online: Metrotvnews.com,
Liputa6.com, dan Kompasiana.com, yang berhubungan dengan “Pencitraan Desa
Tulungrejo Kecamatan Pare Kabupaten Kediri sebagai Kampung Inggris” yang di
fokuskan pada pemberitaan melalui “media online”.
8
Teknik analisis data, yaitu data yang digunakan adalah berita mengenai
keberadaan “Kampung Inggris” di Desa Tulungrejo Kecamatan Pare Kabupaten
Kediri melalui pemberitaan media online, dimana data tersebut selanjutnya dianalisis
dengan teknik membaca, mencermati serta menginterpretasikan pemberitaan media
online dengan menggunakan metode analisis wacana kritis yang dipakai oleh
Norman Fairclough.
G. Tinjauan Studi Terdahulu
Kecamatan Pare menjadi terkenal di seluruh dunia karena di sinilah
antropolog kaliber dunia, Clifford Geertz - yang saat itu masih menjadi mahasiswa
doktoral - melakukan penelitian lapangannya yang kemudian ditulisnya sebagai
sebuah buku yang berjudul The Religion of Java. Dalam buku tersebut Geertz
menyamarkan Pare dengan nama "Mojokuto”.
Penelitian terdahulu mengenai “Kampung Inggris, Pare, Kediri” telah ada
sebelumnya Asnani (2012), seorang Mahasiswa S2 Sosiologi, FISIP Universitas
Gadjah Mada, mengangkat penelitian berjudul “Modernisasi Lembaga Pendidikan
Kursus Bahasa di Desa Tulungrejo dan Palem Kecamatan Pare Kabupaten
Kediri”. Asnani penelitiannya meneliti tentang proses modernisasi “Desa
Tulungrejo Kecamatan Pare Kabupaten Kediri” serta dampaknya terhadap
kehidupan sosial dan ekologi masyarakat di desa Tulungrejo Kecamatan Pare
Kabupaten Kediri sebagai Kampung Inggris.
Penelitian tentang “Pencitraan” pun telah ada sebelumnya Ayu Sugiarica
(2009), seorang Mahasiswa S2 Sosiologi, FISIP Universitas Gadjah Mada,
9
mengangkat penelitian berjudul “Konstruksi Makna Perempuan Dalam Iklan
Televisi, tujuan penelitiannya ingin mengetahui konstruksi citra perempuan di
Indonesia dengan ideologi yang dianut oleh televisi swasta di Indonesia secara
umum.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Asnani adalah pertama Asnani
melakukan penelitian tentang hadirnya institusi non formal di Desa Tulungrejo dan
Palem Kecamatan Pare Kabupaten Kediri, serta dampaknya terhadap masyarakat
setempat yang kemudian mengakibatkan adanya perubahan sosial budaya. Obyek
penelitian Asnani adalah lembaga bahasa asing di Desa Tulungrejo dan Palem
Kecamatan Pare Kabupaten Kediri yang di kenal oleh masyarakat Indonesia,
sementara dalam penelitian ini menitik beratkan masalah kepada cara media
mengkonstruksi “Kampung Inggris, Pare, Kediri” ditinjau dari analisis wacana
melalui penelusuran media online”.
Kedua , dalam penelitian Asnani banyak membahas tentang teori perubahan
sosial yang terjadi di
Desa Tulungrejo dan Palem Kecamatan Pare Kabupaten
Kediri, menurut Anisa dengan adanya lembaga bahasa asing di Desa Tulungrejo dan
Palem Kecamatan Pare Kabupaten Kediri seharusnya memberikan dampak yang
positif bagi perkembangan masyarakat setempat, namun berbeda dengan realitas
yang ada di Desa Tulungrejo dan Palem Kecamatan Pare Kabupaten Kediri yang di
untungkan dengan hadirnya lembaga bahasa asing adalah pendatang pemilik modal.
Pada hasil penelitian yang dilakukan Asnani adalah menggambarkan sejarah
sosial terbentuknya kampung kursus bahasa di desa Tulungrejo kecamatan Pare
Kabupaten Kediri,
serta dampak modernisasi yang terjadi, sementara dalam
10
penelitian ini membahas tentang analisis wacanauntuk menggambarkan persfektif
dari jurnalis saat mengkonstruksikan realitas yang ada terhadap peristiwa yang
terjadi. Sebagaimana di pahami bahwa wacana atau bahasa memiliki peran penting
dalam menyusun, mengkonstruksi, dan menjelaskan dunia sosial lewat pemaknaan
tidak hanya sekedar merepresentasikannya yang menjadi peran konkret dari wacana
itu.4
Penelitian tentang “Pencitraan” oleh Ayu Sugiarica, mengangkat penelitian
tentang pencitraan perempuan dalam iklan, tujuan penelitiannya ingin mengetahui
konstruksi citra perempuan di Indonesia dengan ideologi yang dianut oleh televisi
swasta secara umum. Dalam penelitian ini juga menggunakan media massa sebagai
alat untuk mengkonstruksikan realitas sosial yang ada di dalam masyarakat, menurut
Ayu Sugiacita dalam penelitiannya memaparkan bahwa iklan dapat menumbuhkan
dan menguatkan stereotip negatif tentang perempuan. Ayu Sugiarica melakukan
penelitian tentang pencitraan perempuan dalam iklan yang menggunakan media
massa seperti yang dilakukan dalam penelitian ini, namun dalam penelitian ini obyek
penelitiannya berbeda dimana peneliti mengambil desa Tulungrejo Kecamatan Pare
Kabupaten Kediri sebagai lokasi penelitian dengan menggunakan analisis wacana.
Selanjutnya Jalaluddin Basyir Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah
Mada, mengangkat penelitian berjudul melakukan penelitian yang berjudul “Berita
Aksi Kekerasan Mahasiswa Makassar dalam Surat Kabar Fajar Makasar dan
Tribun Timur
Makasar: Suatu Analisis Wacana Kritis”, menggunakan
pendekatan kritis berupa analisis wacana kritis untuk menganalisis temuan dokumen
berupa pemberitaan surat kabar lokal Makassar, yakni Fajar Makasar dan Tribun
4
Simak Norman Fairclough. Discourse and Social Change. United Kingdom. (Polity Press: 1992). Hlm.64.
11
Timur Makasar seputar aksi unjuk rasa memperingati hari Anti Korupsi Sedunia
pada tanggal 10 Desember tahun 2010. Dalam hasil penelitian yang dilakukan
Jalaluddin Basyir ditemukan bahwa telah terjadi bentuk wacana terhadap identitas
para mahasiswa Makasar, yakni Fajar dan Tribun Timur.
Seperti halnya yang dilakukan Jalaluddin Basyir dengan menggunakan
pendekatan kritis berupa analisis wacana kritis untuk menganalisis temuan dokumen
berupa pemberitaan surat kabar lokal Makassar, menggunakan media yang berbeda
dimana dalam analisisnya melakukan penelusuran berita yang ditayangkan stasiun
televisi melalui website serta objek yang akan dikaji pun berbeda.
H. Kerangka Pemikiran
Wacana merupakan suatu ruang yang mampu mengubah persfektif dari
audiens pembaca dimana media telah menampilkan sebuah cara dalam memandang
berbagai realita yang terjadi. Media massa dalam medium apapun, termasuk di
dalamnya media berita online, memiliki sejumlah fungsi cultural transmision5,
dimana pada jurnalisme online terjadi interaksi antar jurnalis dan audiens
pembacanya dengan demikian akan menghubungkan berbagai elemen berita, sebagai
mana kita ketahui bahwa dalam jurnalistik online mencirikan diri sebagai praktek
jurnalistik yang mempertimbangkan beragam format media dalam penulisan isi
media tersebut.
5
Wright, Charles R.1988, Sosiologi Komunikasi Masa, Ed. Jalaluddin Rakhmat, Bandung, Remadjaa Karya dan
Littlejohn, Stephen W, (1996), Theories of Human Communication, Washington: Wadsworth Publishing
Company
12
Roger Fowler (1977) mendefinisikan wacana adalah komunikasi lisan atau
tulisan yang dilihat dari titik pandang kepercayaan, nilai dan kategori yang masuk di
dalamnya; kepercayaan disini mewakili pandangan dunia; sebuah organisasi atau
representasi dari pengalaman.6 Sementara Foucault (1972), menerangkan bahwa
wacana kadang kala sebagai bidang dari semua pernyataan (statement), kadang kala
sebagai sebuah individualisasi kelompok pernyataan dan kadang kala sebagai praktik
regulatif yang dilihat dari sejumlah pernyataan.7 Jika merunut pada definisi yang di
kemukakan J.S Badudu (2000) membagi dua pengertian wacana, pertama ialah
rentetan kalimat yang berkaitan, yang menghubungkan proposisi yang lainnya,
membentuk satu kesatuan, sehingga terbentuklah makna yang serasi diantara
kalimat-kalimat itu; pengertian yang kedua ialah kesatuan bahasa yang terlengkap
dan tertinggi atau terbesar diatas kalimat atau klausa dengan koheresi dan kohesi
yang tinggi yang berkesinambungan, yang mampu mempunyai awal dan akhir yang
nyata, disampaikan secara lisan atau tertulis.8
Dari berbagai definisi diatas mengenai wacana, dengan demikian dapat
dipahami bahwa wacana tidak hanya sekedar lisan tetapi juga tulisan yang
merupakan aspek penting dari penggambaran suatu subjek. Analisis wacana
dimaksudkan untuk menggambarkan tata aturan kalimat, bahasa, dan pengertian
bersama,9 dalam lapangan sosiologi, wacana lebih menekankan pada hubungan
konteks sosial dari pengguna bahasa, melalui analisis wacana kita dapat mengetahui
maksud-maksud dan makna yang tersembunyi.
6
Eriyanto,2012, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, Yogyakarta:PT LKis Printing Cemerlang, hlm2
Ibid,
8
Ibid,
9
ibid, hlm 4
7
13
Analisis Wacana Kritis
Sebetulnya, banyak model analisis wacana yang diperkenalkan dan
dikembangkan oleh para ahli.Eriyanto (2001) dalam buku Analisis Wacana-nya,
misalnya, menyajikan model-model analisis wacana yang dikembangkan oleh Roger
Fowler dkk. (1979), Theo van Leeuwen (1986), Sara Mills (1992), Norman
Fairlough (1998), dan Teun A. van Dijk adalah model yang paling banyak dipakai.
Mungkin karena van Dijk mengelaborasi elemen-elemen wacana sehingga bisa
aplikasikan secara praktis.10
Analisis wacana kritis (AWK) menyediakan teori dan metode yang bisa
digunakan untuk melakukan kajian empiris tentang hubungan-hubungan antara
wacana dan perkembangan sosial dan kultural dalam domain-domain sosial yang
berbeda. Norman Fairclough (1995a-1995b) menggunakannya untuk menguraikan
pendekatan yang telah dia kembangkan dan sebagai label yang diberikan kepada
gerakan lebih luas dalam analisis wacana.11
Bagi analisis wacana kritis, wacana merupakan bentuk praktik sosial yang
menyusun dunia sosial dan disusun oleh praktik-praktik sosial yang lain. Sebagai
praktik sosial, wacana berada dalam hubungan dialektik dengan dimensi-dimensi
sosial yang lain. Sebagai praktik sosial, wacana berada dalam hubungan dialektik
dengan dimensi-dimensi sosial yang lain. Wacana tidak hanya memberikan
10
Sobur,2012, Analisis Teks Media, Bandung:PT Remaja Rosdakarya, hlm 73
Marianne W. Jorgen dan Louise J Philips,2010,Analisis Wacana Teori dan Metode.Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.hlm 115
11
14
kontribusi pada pembentukan dan pembentukan kembali struktur sosial namun
merefleksikan pembentukan dan pembentukan kembali struktur sosial tersebut.12
Berikut ini adalah cara kerja Analisis Wacana Kritis Norman Fairclough:
1) Teks (tuturan, pencitraan visual atau gabungan ketiganya)
2) Praktik
kewacanaan
yang
melibatkan
pemproduksian
dan
pengonsumsian teks dan
3) Praktik sosial.
Pada proses kenikmatan membaca ini, akhirnya membawa kita kedalam
pertanyaan mengenai cara media online mengkonstruksi suatu realitas, menurut
Peter L. Berger dan Thomas Luckmann dalam bukunya yang berjudul The Sosial
Construction of Reality: A Treatise in the Sociological of Knowledge
(1966)13memperkenalkan istilah konstruksi atas realitas sosial (social construction of
reality), dimana realitas tersebut diyakini merupakan hasil kreasi manusia melalui
proses sosial. Berger dan Luchmann meyakini secara substantive behwa realitas
merupakan hasil ciptaan manusia kreatif melalui kekuatan konstruksi sosial terhadap
dunia sisial di sekelilingnya, “reality is socially constructed”.
Pada proses konstruksi, Berger dan Luckman membagi perfektifnya atas tiga
bentuk yaitu:
a. Objective reality, merupakan suatu kompleksitas definisi realitas
(termasuk ideology dan keyakinan) serta rutinitas tindakan dan
12
Jorgensen Marianne dan Philips Louise, Analisis wacana Teori dan Metode,2010:Yogyakarta:Pustaka Pelajar
Lihat, Peter L. Berger and Thomas Luckman, The Social Construction of Reality A Tretise in the Sociology of
Knowledge, (New York: 1966).
13
15
tingkahlaku yang telah mapan terpola, yang kesemuanya dihayati oleh
individu secara umum sebagai fakta.
b. Symbolic reality, merupakan semua ekspresi simbolik dari apa yang
dihayati sebagai “objective reality” misalnya produk industri media,
seperti berita di media cetak atau elektronika, begitu pun yang ada di
film-film.
c. Subjective reality, merupakan konstruksi definisi realitas yang dimiliki
individu dan dikonstruksi melalui proses internalisasi. Realitas subjektif
yang dimiliki asing-masing individu merupakan basis untuk melibatkan
diri dalam proses eksternalisasi, atau proses interaksi sosial denngan
individu lain dalam sebuah struktur sosial. Melalui proses eksternalisasi
itulah individu secara kolektif berpotensi melakukan objektivikasi,
memunculkan sebuah konstruksi objective reality yang baru.
Sejalan dengan itu Berger menemukan konsep yang menghubungkan antara
subjektif dan objektif melalui dialektika, yaitu:
1. Ekstrenalisasi, ialah penyesuaian diri dengan dunia sosio-kultural sebagai
produk manusia. “Society is ahuman product”.
2. Objektivasi ialah interaksi sosial dalam dunia intersubjektif yang
dilembagakan atau mengalami institusionalisasi. “Society is an objective
reality”.
16
3. Internalisasi ialah individu mengidentifikasi diri di tengah lembagalembaga sosial atau organisasi sosial di mana individu tersebut menjadi
anggotanya. “Man is a social product”.14
Keberadaan “Kampung Inggris” yang terletak di Desa Tulungrejo Kecamatan
Pare Kabupaten Kediri menjadi populer dikarenakan berbagai pemberitaan menarik
yang diberitakan media online. Oleh karena itu peneliti mengangkat judul
“Pencitraan Desa Tulungrejo Kecamatan Pare Kabupaten Kediri sebagai Kampung
Inggris melalui pemberitaan media online: Suatu Analisis Wacana Kritis”.
I. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis wacana
sebagaimana diketahui bahwa analisis wacana adalah salah satu alternative dari
analisis isi selain analisis isi kuantitatif yang dominan dan banyak dipakai.
Sebagaimana kita ketahui analisis kuantitatif lebih menekankan pada pertanyaan
“apa” (what), analisis wacana lebih melihat pada “bagaimana” (how) dari pesan atau
teks komunikasi. Melalui analisis wacana kita bukan hanya mengetahui bagaimana
pesan itu disampaikan. Lewat kata, frase, kalimat, metafora macam apa suatu berita
disampaikan. Dengan melihat bagaimana bangunan struktur kebahasaan tersebut,
analisis wacana lebih bisa melihat makna yang tersembunyi dari suatu teks
(Eriyanto, 2001:xv). Dimaksudkan untuk memberi gambaran secara jelas mengenai
analisis wacana dalam teks berita media online mengenai keberadaan “Kampung
Inggris” di Desa Tulungrejo Kecamatan Pare Kabupaten Kediri”.
14
Basrowi, Sudikin. 2002. Metode Penelitian Kualitatif Perspektif Mikro, Surabaya: Insan Cendekian. Hlm 206
17
Menurut Mariane W. Jorgensen dan Louise J. Philips dalam bukunya analisis
wacana teori dan metode menjelaskan bahwa Norman Fairclough dikenal dengan
pemikiranya mengenai analisis wacana kritis (AWK).Konsep yang dibentuk oleh
fairclough dikenal dengan model tiga dimensi, pertama, adalah teks yang memiliki
tiga fungsi, yakni fungsi representasi, relasi dan identitas.Kedua, praktik kewacanaan
yang melibatkan proses pemproduksian dan pengonsumsian teks, Kristiva melalui
Bakhtin menambahkan jika terdapat dua dimensi dalam intertekstualitas, yakni
intertekstualitas Horizontal dan Vertikal. Intertekstualitas horizontal merupakan
relasi/hubungan-hubungan dialogis yang terdapat dalam teks yang disebut sebagai
rantai teks.Sedangkan, intertekstualitas vertikal yakni hubungan antara teks dengan
teks-teks lainnya yang kurang lebih merupakan konteks jauh atau berjarak. Dengan
kata lain, teks secara historis terkait dengan berbagai skala waktu dan parameternya
termasuk di dalamnya berupa teks kontemporer. Lebih lanjut, intertekstualitas teks
dapat dipahami dalam relasinya yang kompleks dimana di situ terdapat genre,
wacana, corak/mode, dan tipe aktivitas yang distrukturasi bersama-sama membentuk
sebuah tatanan wacana.15 Ketiga Praktik sosial, Pentingnya relasi-relasi kuasa ini
dikarenakan dengan ini dapat dilihat bagaimana atau sejauh mana relasi-relasi kuasa
itu membentuk dan/atau dibentuk oleh praktik-praktik dan struktur-struktur sosial.
Karena itu, sangatlah penting menggabungkan teori hegemoni ke dalam
intertekstualitas disebabkan adanya kombinasi tersebut yang dapat dengan mudah
memetakan bentuk perjuangan hegemonik di dalam proses intertekstualitas dan
15
Simak Norman Fairclough. Discourse and Social Change. United Kingdom. (Polity Press: 1992). Hlm. 103.
18
selain itu ikut mengkonsep tualisasikan restrukturasi tatanan wacana sebagai bentuk
perjuangan hegemonik dalam wacana.16 Seperti pada gambar berikut:
Gambar 1
Model Tiga Dimensi Fairclough untuk Analisis Wacana Kritis
Praktik Sosial
Pemproduksian teks
teks
Praktik Kewacanaan
Pengonsumsian teks
Ada hubungan dialektika antara wacana dan hegemoni antara lain praktik dan
perjuangan hegemonik adalah merupakan bentuk dari praktik kewacanaan baik
dalam interaksi tertulis maupun tuturan. Selain itu, wacana merupakan ruang bagi
budaya hegemoni dan hegemoni dari kelas atau kelompok tertentu di atas
masyarakat sipil lainnya yang bergantung pada kemampuan kelompok atau kelas
tersebut dalam kapasitasnya menggunakan dan membentuk praktik kewacanaan dan
tatanan wacana.17
Di dalam buku Analisis wacana pengantar analisis teks media karya Eriyanto,
mengutip Stuart Hall, realitas tidaklah secara sederhana dapat dilihat sebagai satu set
fakta, tetapi hasil dari ideologi atau pandangan tertentu. Definisi mengenai realitas
ini diproduksi secara terus-menerus melalui praktik bahasa (yang dalam hal ini)
16
Simak Norman Fairclough. Discourse and Social Change. United Kingdom. (Polity Press: 1992). Hlm. 103.
Simak Norman Fairclough. Critical Discourse Analysis: The Critical Study of Language. New York (Longman
Publishing: 1995). Hlm. 94-95.
17
19
selalu bermakna sebagai pendefinisian secara selektif ditampilkan.Implikasinya
adalah suatu persoalan atau peristiwa di dunia nyata tidak mengandung atau
menunjukkan
makna
integral,
tunggal,
dan
intrinsik,
dan
makna
yang
ditransformasikan melalui bahasa. Makna dalam konteks ini adalah sebuah proses
sosial, hasil dari sebuah praktik. Bahasa dan simbolisasi adalah perangkat yang
digunakan untuk memproduksi makna.18
Dengan demikian artinya penelitian ini dimaksudkan memberikan gambaran
secara jelas tentang pemberitaan media online mengenai “Pencitraan Desa
Tulungrejo Kecamatan Pare Kabupaten Kediri Sebagai Kampung Inggris”
menggunakan analisis wacana, melalui analisis wacana kita bukan hanya mengetahui
bagaimana pesan itu disampaikan.
J. Sistematika Pembahasan
Tesis ini disajikan ke dalam beberapa bab, yakni Bab 1, Bab 2, Bab 3, dan
Bab 4. Bab 1 merupakan bab pendahuluan terdiri dari: Latar Belakang, Rumusan
Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Kerangka
Pemikiran, dan Metodologi Penelitian.
Bab 2 merupakan Gambaran Umum Lokasi Penelitain dalam Pemberitaan
Media Online terdiri dari: A. Gambaran umum Kecamatan Pare Kabupaten Kediri
dalam Pemberitaan Media Online. B. Deskripsi media online terhadap Desa
Tulungrejo dan C. Keunikan Desa Tulungrejo sebagai Kampung Inggris.
18
Eriyanto,2012, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, Yogyakarta:PT LKis Printing Cemerlang, hlm
34-35
20
Bab 3 Analisis Wacana Kritis Norman Fairlogh mengenai Pencitraan Desa
Tulungrejo Kecamatan Pare Kabupaten Kediri sebagai “Kampung Inggris” terdiri
dari: A. Analisis Tekstual B. Praktik Wacana, C. Praktik Sosial dan D. Interpretasi
yang berisi Konstruksi Media Online Terhadap Pencitraan Desa Tulungrejo
Kecamatan Pare Kabupaten Kediri sebagai “Kampung Inggris”.
Bab 4 merupakan Bab Penutup terdiri dari: A. Kesimpulan dan B. Saran dari
hasil penelitian berdasarkan uraian pada bab 2 dan bab 3.
21
Download