BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 1.1 Laporan

advertisement
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
1.1
Laporan Keuangan
1.1.1 Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan yang dihasilkan oleh pihak manajemen suatu perusahaan
merupakan hasil akhir dari proses atau kegiatan-kegiatan akuntansi yang dilakukan
perusahaan. Laporan keuangan dibuat untuk mempertanggungjawabkan kegiatan peusahaan
terhadap pemilik dan memberi informasi mengenai posisi keuangan yang telah dicapai
perusahaan. Laporan keuangan adalah suatu laporan tertulis yang merupakan bentuk
pandangan secara wajar mengenai posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang
bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam
membuat
keputusan-keputusan
ekonomi
serta
menunjukkan
rangka
pertangggungjawaban
(stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada
mereka (IAI, 2002).
Laporan keuangan melaporkan prestasi historis dari suatu perusahaan dan
memberikan dasar, bersama dengan analisis bisnis dan ekonomi, untuk membuat proyeksi
dan peramalan untuk masa depan. Menurut Harahap (2002: 117) dalam Sandy Teguh
Ariansyah (2006: 9) yang dimaksud laporan keuangan adalah adalah suatu alat di mana
informasi keuangan dikumpulkan dan diproses dalam akuntansi keuangan yang akhirnya
dimasukkan dalam bentuk laporan dan dikomunikasikan secara periodik kepada pemakainya.
Analisa laporan keuangan merupakan proses yang penuh pertimbangan dalam rangka
membantu mengevaluasi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang
dan masa lalu, tujuan untuk menentukan estimasi dan prediksi yang paling mungkin
mengenai kondisi dan kinerja perusahaan pada masa mendatang.
Analisa rasio keuangan adalah perbandingan antara dua atau kelompok data laporan
keuangan dalam satu periode tertentu, data tersebut bisa antar data dari neraca dan laporan
laba rugi. Tujuannya adalah memberi gambaran kelemahan dan kemampuan financial
perusahaan dari tahun ke tahun.rasio keuangan merupakan indeks yang menghubungkan dua
angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka lainnya (James C
Van Horne, 2010).
Analisis financial adalah proses penentuan ciri-ciri keuangan dan operasi suatu
perusahaan yang diperoleh dari data akuntansi dan laporan keuangan lainnya. Untuk analisis
financial industri jasa mempunyai sifat dan karakteristik yang sedikit berbeda dengan analisis
financial industri manufaktur. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan dalam sistem
informasi akuntansi masing-masing industri tersebut.
Dalam menganalisis laporan keuangan perusahaan, terdapat tiga (3) teknik
perhitungan ratio keuangan yang digunakan yang bertujuan untuk mengetahui hubungan
timbal balik antara asset , liabilities, dan capital yang selanjutnya untuk mengetahui tingkat
likuiditas, rentabilitas dan solvabilitas dari suatu perusahaan.
1.1.2 Macam-macam Laporan Keuangan
Ada tiga laporan keuangan dasar yang biasa digunakan untuk menggambarkan
kondisi keuangan dan kinerja perusahaan: neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas.
Neraca menggambarkan mengenai aktiva, utang dan ekuitas para pemilik perusahaan
untuk tanggal tertentu, sedangkan laporan laba rugi menggambarkan pendapatan bersih dari
kegiatan operasi perusahaan selama periode tertentu. Laporan arus kas menggabungkan
informasi dari neraca dan laporan laba rugi untuk menggambarkan sumber dan penggunaan
kas selama periode tertentu dalam sejarah hidup perusahaan.
1. Neraca
Neraca adalah laporan keuangan yang melaporkan jumlah kekayaan, kewajiban,
keuangan dan modal sendiri perusahaan pada waktu tertentu yang dibuat berdasarkan periode
tertentu (tahunan).
2. Laporan Rugi / Laba
Menunjukkan pendapatan dari penjualan , berbagai biaya dan laba yang diperoleh dari
perusahaan selama periode tertentu. Laporan ini harus dibuat dalam suatu siklus periode
tertentu guna mengetahui jumlah perolehan pendapatan dan biaya yang telah dikeluarkan
sehingga perusahaan dapat mengetahui keadaan perusahaan dalam keadaan laba/rugi.
3. Laporan perubahan modal
Menggambarkan jumlah modal yang dimiliki perusahaan saat ini. Laporan ini juga
menujukkan perubahan modal serta sebab-sebab berubahnya modal.
4. Laporan Arus Kas
Laporan yang menunjukkan arus kas masuk dan arus kas keluar diperusahaan pada
periode tertentu. Arus kas masuk berupa pendapatan atau pinjaman dari pihak lain, sedangkan
arus kas keluar merupakan biaya-biaya yang telah dikeluarkan perusahaan.
5. Laporan catatan atas laporan keuangan
Laporan yang dibuat berkaitan dengan laporan keuangan yang disajikan. Laporan ini
memberikan informasi tentang penjelasan yang dianggap perlu atas laporan keuangan yang
ada sehingga menjadi lebih jelas sebab penyebabnya agar pengguna laporan keuangan dapat
memahami jelas data yang disajikan.
1.1.3 Bentuk-bentuk Rasio Keuangan
Untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan dapat dilakukan dengan menggunakan
beberapa rasio keuangan. Dimana setiap rasio memiliki tujuan, kegunaan dan arti tertentu.
1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)
Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan
kewajiban jangka pendeknya.
a. Rasio lancar (current ratio): mengukur kemampuan perusahaan memenuhi utang jangka
pendeknya (jatuh tempo kurang dari satu tahun) dengan menggunakan aktiva lancar.
b. Rasio sangat lancar (acid test ratio/quick ratio): menunjukkan kemampuan perusahaan
untuk membayar kembali hutang-hutangnya tepat pada waktunya dengan cara
mengurangi persediaan dengan asset lancar, kemudian membagi sisanya dengan
kewajiban lancar.
2. Rasio Solvabilitas (Laverage Ratio)
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka
panjangnya.
a. Rasio total utang / Debt ratio (DR) terhadap total asset: rasio ini mengukur presentase
yang diberikan oleh kreditor.
b. Rasio kelipatan pembayaran bunga / time interest earned (TIE): mengukur kemampuan
perusahaan membayar utang dengan laba sebelum bunga dan pajak.
c. Ratio FiXed charge coverage: mengukur kemampuan perusahaan membayar total beban
tetap, yang biasanya mencakup biaya bunga dan sewa.
3. Rasio Rentabilitas
Rasio
ini
mengukur
kemampuan
perusahaan
menghasilkan
keuntungan
(profitabilitas) pada tingkat penjualan, asset, modal dan saham tertentu.
a. Margin laba atas penjualan / profit margin on sales (PM): menghitung sejauh mana
kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu.
b. Return on asset (ROA : mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih
berdasarkan tingkat asset yang tertentu.
c. Return on equity (ROE): mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih
berdasarkan modal tertentu.
4. Rasio Utang / Solvabilitas/ Laverage
Rasio ini menggambarkan hubungan antara perusahaan terhadap modal maupun asset.
Rasio ini dapat melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh utang atau pihak luar dengan
kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal (equity).
5. Rasio Activity (Activity Ratio)
Rasio yang digunakan untuk mengukur efektifitas (efisiensi) perusahaan dalam
menggunakan aktiva yang dimilikinya.
a. Perputaran sediaan (inventory turn over)
Rasio yang digunakan untuk berapa kali dana yang ditanam dalam (inventory) ini
berputar dalam suatu periode.
b. Perputaran piutang (receivable turn over)
Rasio yang digunakan untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu
periode atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu
periode.
c. Perputaran aktiva tetap (fixed assets turn over)
Rasio yang digunakan untuk mengukkut berapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva
tetap berputar dalam satu periode, dengan kata lain mengukur apakah perusahaan sudah
menggunakan kepastian aktiva sepenuhnya atau belum.
6. Rasio Pertumbuhan (Growth Ratio)
Rasio pertumbuhan (growth ratio) merupakan rasio yang menggambarkan
kemampuan perusahaan mempertahankan posisi ekonominya ditengah pertumbuhan
perekonomian dan sektor usaha.
7. Rasio Penilaian (Valuation Ratio)
Rasio penilaian (valuation ratio) yaitu rasio yang memberikan ukuran kemampuan
manajemen dalam menciptakan nilai pasar usahanya diatas biaya investasi.
a. Rasio harga saham terhadap pendapatan (Price Earning Ratio / PER) menunjukkan
perbandinga antara harga saham dipasar yang ditawarkan dibandingkan dengan
pendapatan yang diterima.
b. Rasio nilai pasar saham terhadap nilai buku (market to book value ratio) menunjukkan
perbandingan harga saham dipasar dengan nilai buku saham tersebut yang digambarkan
di neraca.
1.1.4 Kinerja Keuangan Perusahaan
Perusahaan sebagai salah satu bentuk organisasi pada umunya memiliki tujuan
tertentu yang ingin dicapai dalam usaha untuk memenuhi kepentingan para anggotanya.
Keberhasilan dalam mencapai tujuan perusahaan merupakan prestasi manajemen . penilaian
prestasi atau kinerja suatu perusahaan diukur karena dapat dipakai sebagai dasar pengambilan
keputusan baik pihak internal maupun eksternal.
Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu
perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga dapat diketahui
mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi
kerja dalam periode tertentu. Hal ini sangat penting agar sumber daya digunakan secara
optimal dalam mengahadapi perubahan lingkungan.
Menurut Helfert (1996:67) “Kinerja Perusahaan adalah hasil dari banyak keputusan
individual yang dibuat secara terus menerus oleh manajemen.” Pengertian lain tentang kinerja
yaitu “Performance adalah ukuran seberapa efisien dan efektif sebuah organisasi atau
seorang manajer untuk mencapai tujuan yang memadai. “ (Stoner Et Al) .Adapun pengertian
efektif dan efisien menurut Stoner Et Al: “Efisien adalah kemampuan untuk meminimalkan
sumber daya alam mencapai tujuan organisasi berarti melakukan dengan tepat, sedangkan
efektivitas adalah kemampuan untuk menetukan tujuan yang memadai berarti melakukan hal
yang tepat.”
Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa kinerja (Performance)
perusahaan adalah banyak dari hasil keputusan yang dibuat secara terus menerus oleh
manajemen untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien.
1.1.5 Net Profit Margin (NPM)
Net Profit Margin adalah suatu pengukuran dari setiap satuan nilai penjualan yang
tersisa setelah dikurangi oleh seluruh biaya, termasuk bunga dan pajak. Diukur dari rasio
antara laba bersih setelah pajak dibagi dengan total penjualan. Margin ini secara logis terkait
dengan objek perataan laba dikarenakan margin ini dapat merefleksikan motivasi manajer
untuk meratakan pengahasilan. Tindakan manajemen melakukan praktik perataan laba pada
laba bersih adalah untuk menjaga kestabilan laba dan pembagian deviden.
Menurut Van Horne dan Wachowicz terjemahan Sutojo (1997: 156) mengemukakan
bahwa: “Net profit margin secara umum digunakan untuk mengukur keuntungan berkenaan
dengan peningkatan penjualan, pendapatan bersih dari 1 Rupiah penjualan”.
Jadi NPM adalah indikator seberapa besar laba bersih dari setiap rupiah pendapatan.
Net profit margin yang tinggi tidak hanya sekedar menunjukan kekuatan bisnis tetapi juga
semangat yang kuat pihak manajemen untuk melakukan kontrol terhadap biaya. Dengan
demikian perusahaan tersebut memiliki efisiensi yang tinggi dan juga berarti menunjukan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba yang tinggi dari penjualannya.
Rasio margin laba (profit margin) menurut Sofyan Syafri Harahap
(2007: 304)
merupakan bagian dari rasio profitabilitas dan menunjukan berapa besar persentase
pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Margin laba dapat ditulis dalam
bentuk rumus sebagai berikut :
Net Profit Margin (NPM) =
Laba Bersih Setelah Pajak
Penjualan Bersih
Lukman Syamsuddin (2007: 62), mendefinisikan NPM sebagai berikut: “Net profit
margin adalah merupakan rasio antara laba bersih (Net Profit) yaitu penjualan sesudah
dikurangi dengan seluruh expense termasuk pajak dibandingkan dengan penjualan. Semakin
tinggi NPM, semakin baik operasi suatu perusahaan”. Rumus NPM dapat ditulis sebagai
berikut :
Net Profit Margin =
Net Operating Profit After Tax (NOPAT)
Sales
Menurut Bambang Riyanto, Net Profit Margin diartikan sebagai keuntungan netto per
rupiah penjualan (2001: 336). Tidak jauh berbeda dengan definisi para ahli sebelumnya,
Erich A.Helfert (1997: 74) mengartikan bahwa: “Net profit margin adalah hubungan antara
laba bersih setelah pajak dengan penjualan”.
Masih menurut pendapat beliau Net Profit Margin menunjukan kemampuan
manajemen perusahaan sampai cukup berhasil memulihkan harga pokok barang dagang atau
jasa, beban operasi (termasuk penyusutan) dan biaya pinjaman. Rasio ini juga menunjukan
kemampuan manajemen menyisihkan marjin tertentu sebagai kompensasi yang wajar bagi
pemilik yang telah menyediakan modalnya dengan suatu resiko.
Dari pendapat di atas, Net Profit Margin menunjukan seberapa besar imbal jasa atau
kompensasi yang sanggup diberikan perusahaan terhadap investor.
1.1.6 Pengertian Saham
Saham adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang
berbentuk perseroan terbatas (PT) atau yang biasa disebut emiten, Sunariyah (2006: 126 –
127 ). Saham menyatakan bahwa pemilik saham tersebut adalah juga pemilik bagian dari
perusahaan itu. Dengan demikian kalau seorang investor membeli saham maka iapun menjadi
pemilik atau pemegang saham perusahaan pada dasarnya modal saham yang muncul dalam
anggaran dasar perusahaan disajikan sebagai berikut:
1. Modal dasar
2. Modal ditempatkan
3. Modal disetor
1.1.7 Nilai Saham
Saham yang biasanya diperdagangkan dilantai bursa dengan harga pasar (market
value) juga mempunyai nilai-nilai lain kita mengenal berbagai jenis nilai saham, yaitu:
1. Nilai Pari / Nilai Nominal (Par Value)
Nilai nominal atau nilai pari adalah nilai yang tercantum dalam setiap saham seperti
yang dikemukakan oleh J.C Van Horne “ The Par Value of a share is merely a recorded
figure in the corporate charter and is of little economic signifikan”.
2. Nilai Buku (Book Value)
Nilai buku persaham adalah modal pemegang saham – total asset dikurangi kewajiban
dan saham preferen seperti yang tercantum dalam neraca – dibagi jumlah saham yang
beredar.
3. Nilai Intrinsik (Intrinsik Value)
Nilai Intrinsik suatu saham adalah harga yang sesuai (pantas) untuk suatu saham
berdasarkan faktor-faktor, asset, pendapatan, prospek masa depan dan manajemen.
4. Nilai Pasar (Market Value)
Nilai Pasar adalah harga saham biasa yang terjadi dilantai bursa pada saat saham
tersebut di perdagangkan atau dengan kata lain, harga pasar selembar saham biasa adalah
harga yang dibentuk oleh penjual dan pembeli ketika mereka memperdagangkan saham.
Untuk saham yang tidak aktif diperdagangkan harga saham sulit diperoleh, informasi yang
tercermin hanya penjualan sejumlah kecil saham dan tidak menggambarkan nilai pasar secara
keseluruhan dihubungkan dengan nilai intrinsiknya, terdapat dua kondisi nilai pasar saham
(J.C. Van Horne, 1995:74) antara lain:
1. Clearly Undervalued,yaitu nilai intrinsik lebih besar dari pada nilai pasar. Pada kondisi
ini investor sebaiknya membeli saham tersebut untuk dapat meraih keuntungan.
2. Clearly Overvalued, yaitu nilai intrinsic lebih kecil daripada nilai pasar pada kondisi ini
investor sebaiknya menjual sahamnya.
1.1.8 Indeks Harga Saham
Harga saham adalah suatu saham yang mempunyai ciri untuk diperjualbelikan di
bursa efek yang diukur dengan nilai mata uang (harga) dimana harga saham tersebut akan
ditentukan antara kekuatan demand dan supply.
Indeks Harga Saham adalah ukuran yang didasarkan pada perhitungan statistika untuk
mengetahui perubahan-perubahan harga saham setiap saat terhadap harga tahun dasarnya.
Indeks harga saham individual sering kali dipergunakan oleh investor untuk menentukan
perkembangan suatu perusahaan yang dicerminkan dari indeks harga sahamnya sedangkan
indeks gabungan sering kali dipakai investor untuk mengukur situasi umum perdagangan
efek.
1.1.9 Penilaian Harga Saham
Pada umumnya untuk menilai suatu saham dapat dilakukan dengan dua pendekatan
yaitu:
1. Analisis Fundamental
Para pendukung pendekatan ini berpendapat bahwa suatu sekuritas memiliki nilai
intrinsik tertentu (nilai yang seharusnya ). Nilai intrinsik suatu sekuritas ditentukan oleh
faktor-faktor fundamental yang mempengaruhinya. Faktor-faktor fundamental tersebut dapat
berasal dari dalam perusahaan (emiten) industri maupun keadaan perekonomian makro.
Analisis fundamental akan membandingkan nilai intrinsik suatu saham dengan harga
pasarnya guna menentukan apakah harga pasar saham sudah benar-benar mencerminkan
nilai-nilai intrinsiknya atau belum. Berdasarkan hasil perbandingan tersebut, maka akan
ditentukan strategi investasi.
Ide dasar pendekatan ini adalah bahwa harga saham akan dipengaruhi oleh kinerja
perusahaan (misalnya tingkat penjualan dan laba). Kinerja perusahaan itu sendiri akan
dipengaruhi oleh kondisi perekonomian secara umum. . hal ini karena perusahaan berada
dalam suatu supra system yaitu lingkungan jadi usaha untuk memperkirakan prospek suatu
saham harus dikaitkan dengan faktor-faktor fundamental yang mempengaruhinya (Bambang
Riyanto 1998: 285).
Analisis fundamental akan bergerak dari keadaan minimum ke keadaan lebih spesifik.
Analisis ini dimulai dengan memahami siklus usaha secara umum (perekonomian). Industri
dan akhirnya mengevaluasi kinerja emiten (perusahaan) dari saham yang diterbitkannya.
2. Analisis Teknikal
Berbeda dengan analisis fundamental, analisis teknikal memulai analisisnya dengan
hanya memperhatikan perubahan harga saham itu sendiri dari waktu ke waktu.para
pendukung pendekatan ini berpendapat bahwa faktor fundamental dari suatu saham tercermin
dari ( kenyataan) dalam harga saham tersebut.
Analisis teknikal di dasarkan pada anggapan bahwa harga saham akan ditentukan oleh
penawaran dan permintaan terhadap sekuritas tersebut. Oleh karena itu teknik analisis dalam
pendekatan ini di rancang untuk mengukur kedua aspek diatas (penawaran dan permintaan ).
Menurut Abdul Halim (2003: 25) Analisis teknikal di dasarkan pada beberapa asumsi
dasar yaitu:
1. Harga saham ditentukan oleh interaksi antara supply dan demand
2. supply dan demand itu sendiri dipengaruhi oleh banyak factor, baik yang rasional maupun
yang irasional.
3. perubahan harga saham cenderung bergerak mengikuti trend tertentu.
4. Trend tersebut dapat berubah karena bergesernya supply dan demand
5. pergeseran supply dan demand dapat dideteksi dengan mempelajari diagram dari prilaku
pasar.
6. pola-pola tertentu yang terjadi pada masa lalu akan terulang kembali di masa mendatang.
2.1.10 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham
Untuk mengukur keberhasilan sebuah manajemen dalam mengelola perusahaan serta
seberapa besar perusahaan tersebut mampu mendapatkan laba, ada sebuah alat analisa yang
dapat mengukur kedua hal diatas, alat analisis tersebut dinamakan Net Profit Margin (NPM).
NPM juga merupakan bagian dari rasio profitabilitas yang mengukur seberapa jauh
perusahaan mendapatkan laba dari kegiatan operasionalnya.
Lukman Syamsuddin (2007: 62) mendefinisikan NPM sebagai berikut: “Net profit
margin adalah merupakan rasio antara laba bersih (Net Profit) yaitu penjualan sesudah
dikurangi dengan seluruh expense termasuk pajak dibandingkan dengan penjualan. Semakin
tinggi NPM, semakin baik operasi suatu perusahaan”.
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
NPM merupakan sebuah alat ukur bagi perusahaan dalam mengelola kegiatan operasional
bisnisnya yang pada akhirnya dapat memprediksi berapa besar perusahaan tersebut mampu
mendapatkan laba dari kegiatan operasionalnya. Dari laba ini, kita dapat mengetahui berapa
banyak dividen yang dapat dibagikan kepada para investor. Semakin besar dividen yang akan
dibagikan dari hasil laba bersih perusahaan, semakin banyak investor yang tertarik untuk
menanamkan modalnya di perusahaan tersebut, dan hal ini tercermin dalam besar kecilnya
harga saham. Hubungan kedua variabel ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh
Soeparlan Pranoto (2003: 67) yang berpendapat seperti ini: “Salah satu faktor internal yang
memepengaruhi fluktuasi harga pasar saham adalah : Net Profit Margin (NPM), dengan
mengetahui kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih, maka di harapkan investor
dapat mengestimasi dividen yang akan dibagikan”.
Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa NPM adalah salah satu faktor yang
mempengaruhi naik turunnya harga saham di pasar modal. NPM juga berfungsi untuk
mengetahui laba perusahaan dari setiap penjualan atau pendapatan perusahaan, dan laba
perusahaan mempengaruhi fluktuasi harga saham.
Hal diatas sesuai dengan yang dikemukakan oleh Mulyono (2000: 89) sebagai berikut
: “Bahwa ketika laba meningkat maka harga saham cenderung naik, sedangkan ketika laba
menurun maka harga saham ikut juga menurun”.
Eduardus Tandelilin (2002: 236) berpendapat bahwa: “Jika laba perusahaan tinggi
maka pengembalian investasi perusahaan akan tinggi sehingga para investor akan tertarik
untuk membeli saham tersebut, sehingga harga saham tersebut akan mengalami kenaikan”.
Dari pendapat para pakar diatas, laba yang diwakili NPM mempunyai korelasi positif
terhadap harga saham. Analisis ini dapat dijelaskan sebagai berikut: apabila NPM naik
mengindikasikan laba perusahaan meningkat, dan investor akan tertarik dengan kenaikan
laba bersih perusahaan, maka akibatnya permintaan saham perusahaan tersebut akan
meningkat sehingga akan menaikan harga saham karena jumlah permintaan saham tersebut
lebih besar dibandingkan jumlah penawarannya. Begitu juga sebaliknya, apabila laba
menurun, akan menyebabkan permintaan saham turun yang akhirnya harga saham juga akan
turun.
Sedangkan pengertian harga saham menurut Martono (2007: 13) didefinisikan sebagai
berikut: “Harga saham merupakan refleksi dari keputusan-keputusan investasi, pendanaan
(termasuk kebijakan dividen) dan pengelolaan aset”.
Faktor sentimen lebih banyak ditentukan oleh rumor, isu atau tingkah laku masa
investor yang ikut-ikutan jual atau beli, tanpa mengerti dasar yang benar dan efektif dari
keputusan yang diambilnya. Faktor sentiment sangat tampak pada investor kita, jika investor
asing menjual saham, investor lokal ikut-ikutan jual tanpa banyak mengetahui latar
belakangnya factor ini lebih banyak irrasionalnya ketimbang kebijakan ilmiah/ analisis yang
bias dipertanggung jawabkan. Factor sentiment ini biasanya bersifat sesaat.
1.2
Penelitian Terdahulu
Dari penelitian terdahulu yang dikemukakan, peneliti ini mencoba untuk meneliti
ulang pengaruh Net Profit Margin terhadap tindakan pemerataan laba pengujian dilakukan
dengan analisa regresi linier berganda. Objek dalam penelitian ini berbeda dengan peneliti
sebelumnya yaitu kategori perusahaan Automotive yang tercatat di Bursa Efek Indonesia
tahun 2002 – 2006.
Penelitian yang dilakukan oleh Nurmalasari (2008). Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui bagaimana hubungan dan pengaruh antara NPM, EPS, DER, ROA, BV,
OPM, ROE serta untuk mengetahui rasio yang paling berpengaruh. Objek dalam penelitian
ini adalah perusahaan Agroindustri yang terdapat pada indeks LQ45 di bursa efek indonesia.
Setalah dilakukan penelitian ini dipereoleh kesimpulan yaitu hubungan antara NPM,
EPS, DER, ROA, BV, OPM, ROE dengan harga saham mempunyai hubungan yang
positif,sedangkan hubungan antara DER dengan harga saham adalah negatif. Adapun
pengaruh rasio terhadap harga saham baik secara simultan menunjukkan variabel independen
yaitu NPM, EPS, DER, ROA, BV, OPM, ROE mempengaruhi variabel dependen yaitu harga
saham dan secara parsial ROA mempengaruhi harga saham secara signifikan. Sedangkan
variabel NPM, EPS, DER, BV, OPM, ROE tidak berpengaruh terhadap harga saham. Dan
ROA adalah rasio keuangan yang paling berpengaruh terhadap harga saham.
Penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari data laporan keuangan
perusahaan sector Beberapa penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi Net Profit
Margin telah dilakukan. Salah satu peneliti adalah otomotif yang terdaftar di bursa efek
indonesia pada tahun 2003 sampai 2007. Teknik pengambilan sampel purposive sampling
dilakukan oleh Widiyanti Nurjannah (2010) dengan variabel bebas yaitu dengan Net Profit
Margin (X1), Laverage operasi
(X2), dan variabel terikat yaitu harga saham (Y), serta
dianalisis dengan analisis regresi logistik. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa Net
Profit Margin (X1) berpengaruh terhadap harga saham (Y) , dan laverage operasi tidak
berpengaruh terhadap harga saham (X2).
1.3
Kerangka Pemikiran
Kerangka pikir pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang
ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan. Adapun kerangka pikir
dalam penelitian ini dijelaskan pada skema sebagai berikut:
LAPORAN KEUANGAN adalah laporan yang dirancang untuk para pembuat
keputusan, terutama diluar perusahaan mengenai posisi keuangan dan hasil usaha
perusahaan. Soemarso (2002). Komponen laporan keuangan: Neraca, Laporan LabaRugi, Laporan perubahan modal, Laporan Arus Kas.
 Net Profit Margin (NPM) adalah suatu pengukuran dari setiap satuan nilai
penjualan yang tersisa setelah dikurangi oleh seluruh biaya, termasuk bunga dan
pajak.
 Harga saham mencerminkan juga nilai dari suatu perusahaan. Jika perusahaan
mencapai prestasi yang baik, maka saham perusahaan tersebut akan banyak
diminati oleh para investor.
Dasar Teori
 Net Profit Margin (NPM) merupakan sebuah alat analisis yang
mengukur kemampuan perusahaan
dalam mendapatkan laba. Selain
sebagai
bagian
dari
rasio
profitabilitas perusahaan, Net Profit
Margin (NPM) juga dapat mengukur
kemampuan manajemen perusahaan
dalam
menjalankan
kegiatan
operasionalnya dengan meminimalkan
beban
perusahaan
dan
memaksimalkan laba perusahaan.
 Harga saham mencerminkan juga
nilai dari suatu perusahaan. Jika
perusahaan mencapai prestasi yang
baik, maka saham perusahaan
tersebut akan banyak diminati oleh
para investor.
Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh
Nurmalasari (2008) yang meneliti
tentang bagaimana hubungan dan
pengaruh antara NPM, EPS, DER,
ROA, BV, OPM, ROE serta untuk
mengetahui rasio yang paling
berpengaruh.Objek penelitian ini
adalah perusahaan Agroindustri yang
terdapat pada indeks LQ45 yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia .
Kinerja keuangan
Gambar 2.1 Model Konseptual Pengaruh
Net Profit Margin Terhadap Harga Saham
Pertumbuhan penjualan mencerminkan prospek perusahaan dan profitabilitas
perusahaan di masa yang akan datang. Apabila pertumbuhan penjualan positif diharapkan
profitabilitas perusahaan meningkat dan prospek perusahaan semakin baik. Dengan demikian
semakin besar laba yang diperoleh perusahaan, akan mendorong kenaikan harga saham
karena pada dasarnya harga saham dipengaruhi oleh profitabilitas di masa yang akan datang
dan resiko yang ditanggung oleh pemodal. Adanya kenaikan harga saham menyebabkan
kenaikan NPM.
1.4
Pengajuan Hipotesis
Berdasarkan latar belakang, tinjauan teoritis dan kerangka pemikiran di atas maka
hipotesis dalam penelitian ini adalah: “Terdapat pengaruh Net Profit Margin terhadap
Harga Saham Perusahaan PT. Unilever Indonesia, Tbk.”
Download